skrip karya seni cempaka gadang
Post on 30-Oct-2021
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIP KARYA SENI
CEMPAKA GADANG
OLEH :
NI LUH ANIX SARIARDANI
NIM : 2009.01.005
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI
JURUSAN SENI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengalaman pribadi merupakan salah satu modal dasar yang
sangat penting dalam menggarap sebuah karya seni, baik seni tari,
karawitan maupun yang lain. Tanpa didasari pengalaman yang pernah
dialami secara langsung, seorang penata atau penggarap akan kesulitan
dalam merancang sebuah garapan apapun bentuknya. Selain itu
penciptaan sebuah karya seni juga didorong oleh aspek budaya dan
pelestarian warisan budaya leluhur, serta didorong keinginan untuk
mendobrak pola budaya yang memungkinkan untuk menemukan pola-
pola baru berdasarkan pengalaman-pengalaman hidup.1
Di jaman sekarang ini banyak orang yang tertipu akan wajah
cantik ataupun tampan, padahal tak semua orang bisa kita nilai dari segi
wajahnya. Banyak orang cantik sebagai penjilat melalui wajahnya yang
cantik, dan banyak pula orang tampan yang berhati busuk sering
menyakiti hati wanita. Hal ini menginspirasi penata untuk menuangkan
karakter seorang wanita kedalam sebuah garapan tari yang berbentuk
kelompok. Dalam garapan ini diceritakan seorang wanita yang memiliki
paras cantik tetapi, dalam waktu tertentu ia bisa menjadi seseorang yang
menyeramkan jika ia berada dalam suatu kekuasaan tertinggi atau dapat
1 Alma M. Hawkins: diterjemahkan oleh I Wayan Dibia. Bergerak Menurut Kata
Hati. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
2003, p. 1
2
menjadi seorang yang sangat berkuasa jika sifat keegoisannya muncul dan
menjadi satu dengan dirinya. Ketika penata membaca Buku Ajar
Pengetahuan Lakon 2, dalam buku ini penata menemukan sinopsis cerita
yang ceritanya sesuai dengan apa yang penata inginkan, yaitu kisah
seorang anak yang terlahir dari kama Batara Taya yang terjatuh di dekat
sungai Cemara Gesang.2 Anak tersebut ditemukan dan dirawat oleh Dewi
Gangga kemudian diberi nama Ratna Kama. Ketika Ratna Kama
menginjak remaja sang ayah Batara Taya teringat dengan kama yang
diselipkan di taru jepun dan beliau mengetahui bahwa Ratna Kama adalah
putrinya. Paras cantik Ratna Kama membuat Batara Taya ingin
menjaganya selalu dengan memberikan tanda kasih sayangnya berupa
mirah Cempaka Gadang. Benda ini memiliki kekuatan untuk menjaga
Ratna Kama, benda ini pula yang akhirnya mempengaruhi sifap egois
Ratna Kama yang kemudian ingin menguasai jagat raya. Nama Ratna
Kama diganti menjadi Ni Diah Ratna Cempaka Gadang oleh ayahnya. Ia
memiliki sisya-sisya para binatang kepercayaannya seperti Babi Siati, Asu
Gablog, Garuda Serayu dan Kebo Raja.
Oleh karena itu garapan tari ini diberi judul Cempaka Gadang
karena penata mengangkat karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang
selain itu mirah Cempaka Gadang adalah sebuah simbol kasih sayang
yang diberikan oleh Batara Taya dan memiliki unsur magis yang kuat di
2 Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini) oleh Dr. I
Nyoman Sedana, Dosen Seni Pedalangan diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia
Denpasar tahun 2003, p.78
3
dalamnya yang mempengaruhi perubahan karakter dari seorang Ni Diah
Ratna Cempaka Gadang.
Gamelan yang penata gunakan adalah gamelan Angklung Kebyar.
Gamelan Angklung biasanya dipergunakan untuk upacara Pitra Yadnya
tetapi, Penata ingin mentransformasikan gamelan ini menjadi sebuah
pengiring tari kreasi dan gamelan ini dianggap mampu mendukung
suasana yang disampaikan oleh penata. Penata menggunakan gamelan
Angklung Kebyar 4 (empat) nada yaitu (nding, ndong, ndeng, dan ndung)
dengan laras selendro karena pada saat ini kekebyaran sudah sangat
sering dipadukan dalam jenis musik apa saja tidak hanya terdapat pada
Gong Kebyar saja, dengan itu penata ingin menawarkan sesuatu yang
baru dengan menggunakan gamelan Angklung Kebyar.
Bentuk garapan ini adalah tari kreasi putri keras, dengan ditarikan
dalam bentuk kelompok berjumlah 5 (lima) orang penari putri. Garapan
ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu flashback, pepeson, pengawak
(pengawak I dan pengawak II), pengecet dan terakhir pekaad. Kostum
yang penata gunakan adalah busana yang mengambil unsur-unsur dari
busana India. Kebetulan penata menggunakan cerita dari India dan penata
mempergunakan lelancingan pada bagian awal agar terlihat lebih anggun,
terjadi perubahan kostum bagian bawah (lelancingan) pada saat
perubahan karakter tari. Penatapun tetap memikirkan unsur
kesederhanaan agar tidak mengganggu ruang gerak penari.
4
Melalui garapan ini penata ingin menyampaikan pesan kepada
pembaca bahwa, bagaimanapun keagungan sinar yang dimiliki oleh
seseorang yang didapatkan dari ilmu pengetahuan dan anugerah yang
diberikan oleh seseorang atau Dewa sekaligus baik atau buruk ilmu
tersebut akan dikendalikan oleh orang yang memiliki ilmu tersebut. Jika
ia dapat mengarahkan ilmu tersebut ke jalan yang benar maka sucilah
perbuatannya namun, jika ia mengarahkan ilmu tersebut ke dalam
pengiwa atau ke jalan sesat maka terjerumuslah orang tersebut ke dalam
alam penestian ataupun pengeliakan. Kekuatan atau kesaktian setinggi
apapun bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak benar, seperti
membunuh orang-orang yang tidak berdosa, maka kesaktian yang dimiliki
akhirnya akan punah. Karena tiada yang lebih berkuasa di jagat raya ini
selain Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Waca. Penata
juga ingin mengingatkan kepada pembaca tentang pengertian mawas diri,
agar tidak terlalu jauh sering menilai seseorang hanya melihat dari
wajahnya semata, orang jaman sekarang sudah sangat pintar menipu atau
dapat dibilang bermuka dua. Orang secantik atau setampan apapun dan
dalam keadaan apapun jika sifat keegoisannya sudah menguasai dirinya
dan tidak dapat mengendalikannya maka, orang tersebut sudah berada di
jalan kesalahan dikuasai dengan ambisi-ambisi ingin menang sendiri.
1.2 Ide Garapan
Mencari ide garapan adalah tahap paling awal yang dilalui oleh
seorang penggarap. Ide merupakan konsep dasar yang menjadi sebab
5
berdirinya sebuah garapan, ide inilah yang ingin disampaikan kehadapan
penonton melalui gerak atau hasil garapan. Ide harus mengandung unsur
yang jelas. Ide terkadang muncul begitu saja di pikiran seorang
penggarap. Namun ada juga yang mencari ide melalui proses merenung,
menonton, membaca, melihat fenomena disekitar, mendengarkan cerita
orang lain dan lain sebagainya. Menurut Alma M. Hawkins, proses ini
disebut dengan eksplorasi (exploration).3
Menciptakan sebuah garapan tari sangat diperlukan kematangan
dan kejelasan ide, yang nantinya akan memudahkan dalam proses
perwujudan ke dalam sebuah garapan tari. Sebagai calon sarjana seni
jurusan penciptaan, penata merasa wajib membuat karya baru yang
mampu memberi manfaat terhadap perkembangan kesenian dan
pandangan-pandangan tentang berkesenian di Institut Seni Indonesia (ISI)
Denpasar.
Ide garapan ini secara prinsip dapat disampaikan bahwa penata
ingin mewujudkan sebuah garapan tari kreasi putri yang tetap berpijak
pada pola-pola tradisi. Pola gerak tradisi yang menjadi sebuah garapan
tari kreasi dengan unsur-unsur gerak tari yang sudah dikembangkan. Ide
garapan ini muncul ketika penata merasa dijaman sekarang ini banyak
orang yang tertipu akan wajah cantik ataupun tampan, padahal tak semua
orang bisa dinilai dari segi wajahnya. Banyak orang cantik sebagai
3 Y. Sumandiyo Hadi. Mencipta Lewat Tari (Terjemahan Buku Creating
Through Dance karya Alma M. Hawkins). Yogyakarta: Institut Seni Indonesia,
1990, p. 27
6
penjilat melalui wajahnya yang cantik dan banyak pula orang tampan
yang berhati busuk sering menyakiti hati wanita. Hal ini yang
menginspirasi penata untuk menuangkan karakter seorang wanita yang
memiliki paras cantik namun bisa menjadi seseorang yang menyeramkan
jika ia berada dalam suatu kekuasaan tertinggi atau dapat menjadi seorang
yang sangat berkuasa jika sifat keegoisannya yang muncul dan menjadi
satu dengan dirinya. Ketika penata membaca Buku Ajar Pengetahuan
Lakon 2, penata menemukan sebuah cerita yang sesuai dengan apa yang
penata inginkan, yaitu kisah seorang anak yang terlahir dari kama Batara
Taya yang jatuh di dekat sungai Cemara Gesang.4
1.3 Tujuan Garapan
1.3.1 Tujuan Umum
a) Menciptakan tari kreasi baru Cempaka Gadang.
b) Untuk turut serta melestarikan tari kreasi baru yang masih
berpijak pada pola tradisi, sebagai wujud kreativitas yang dapat
menghasilkan sebuah karya tari yang nantinya dapat dinikmati
dan dimengerti oleh penonton.
c) Untuk memberikan pesan kepada masyarakat agar tidak menilai
seseorang hanya melihat dari wajahnya saja karena belum tentu
orang yang fisiknya indah mempunyai hati yang indah, lihatlah
dan nilailah seseorang dari hati dan kepribadiannya.
4 Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini) oleh Dr. I
Nyoman Sedana, Dosen Seni Pedalangan diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia
Denpasar tahun 2003, p.78
7
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Strata 1 Sarjana Seni
(S.Sn) melalui Tugas Akhir yang akan diberi judul Cempaka
Gadang.
b) Ingin mentransformasikan nilai-nilai magis dan karakter dari Ni
Diah Ratna Cempaka Gadang.
c) Ingin mendapatkan pengalaman berkarya dengan menuangkan
ide-ide ke dalam kreativitas gerak.
1.4 Manfaat Garapan
a) Agar dapat menambah pengetahuan di dalam menggarap sebuah
karya tari yaitu tari kreasi baru.
b) Agar dapat meningkatkan kemampuan diri dalam berkreasi dan
berapresiasi guna mewujudkan karya seni yang memilki nilai
yang tinggi.
c) Agar dapat menambah perbendaharaan bacaan dan tari kreasi
sebagai bahan studi di perpustakaan Institut Seni Indonesia
Denpasar.
1.5 Ruang Lingkup Garapan
Menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran atau persepsi
terhadap wujud garapan ini, maka penata mencoba untuk memberi batas
pembahasan tentang karya yang penata wujudkan menjadi sebuah garapan
tari kreasi yaitu sebagai berikut :
8
1. Garapan ini digarap dalam bentuk tari kreasi putri keras, yang pola-
pola geraknya tetap masih berpijak pada pola-pola gerak tradisi yang
ada, dan dikembangkan sedemikian rupa dengan gerak-gerak baru
yang dimiliki oleh penata.
2. Garapan ini mengambil ide dari karakter Ni Diah Ratna Cempaka
Gadang, yaitu cantik, agung dan memiliki ilmu penestian yang tiada
tandingannya karena dibelenggu oleh sifat keegoisannya.
3. Garapan tari putri keras ini diberi judul Cempaka Gadang yang
artinya simbol kasih sayang dari seseorang dan merupakan nama dari
karakter yang diangkat.
4. Struktur garapan ini dibagi menjadi 5 bagian yang terdiri dari
flashback, pepeson, pengawak (pengawak 1 dan pengawak 2),
pengecet, dan pekaad.
5. Garapan ini diiringi oleh gamelan Angklung Kebyar, karena gamelan
ini dianggap mampu memberi penekanan pada suasana yang ingin
disampaikan oleh penata.
6. Garapan ini ditarikan dalam bentuk kelompok dengan lima orang
penari putri. Dalam garapan ini mempergunakan komposisi kelompok
dengan jumlah ganjil dengan tujuan kebutuhan panggung dan
memudahkan penata dalam membuat pola lantai agar dapat memberi
kesan yang dinamis, asimetris, maupun kontras. Durasi waktu dalam
penyajian garapan ini 12 menit dan ditarikan di stage proscenium
Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar.
9
7. Dari segi kostum yang penata gunakan adalah mengambil sedikit
unsur-unsur dari busana India dengan menggunakan lelancingan pada
bagian awal, tetapi tetap mengandung unsur kesederhanaan dalam
artian kostum akan didesain sedemikian rupa agar tidak mengganggu
ruang gerak penari dalam bergerak.
10
BAB II
KAJIAN SUMBER
Dala proses penggarapan suatu karya seni, acuan menjadi hal yang
penting dan harus ada sebagai bahan pertimbangan suatu karya seni. Acuan
yang penata gunakan ada dua yaitu sumber tertulis dan sumber tidak tertulis.
Sumber tertulis dapat berupa studi pustaka yaitu buku-buku dan sumber tidak
tertulis bisa dari sumber wawancara ataupun dari rekaman-rekaman video.
Adapun sumber-sumber yang digunakan sebagai kajian sumber dalam
garapan yang akan diwujudkan ini di antaranya :
2.1 Sumber Tertulis
2.1.1 Kajian Pustaka
a) Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini)
oleh Dr. I Nyoman Sedana, Dosen Seni Pedalangan diterbitkan oleh
Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2003. Dalam buku ini
terdapat cerita mengenai asal mula kehidupan dari seorang Ni Diah
Ratna Cempaka Gadang.
b) Revisi Pedoman Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni
Indonesia Denpasar tahun 2013. Buku ini berisi pedoman-pedoman
penulisan proposal karya seni dan skripsi karya seni.
c) Pengantar Dasar Ilmu Estetika : Estetika Instrumental oleh Dr. A. A.
M. Djelantik, diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Denpasar, 1990. Buku ini mengungkap tentang segala sesuatu yang
11
berkaitan dengan keindahan, yang mempelajari semua aspek dari apa
yang disebut dengan keindahan.
d) Bergerak Menurut Kata Hati oleh alma M. Hawkins, Ford
Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta,
2003. Dalam buku ini terdapat pengetahuan tentang proses
berkreativitas dan proses latihan, bagaimana menghayati, merasakan,
menghayal, dan bagaimana mewujudkannya.
e) Mencipta Lewat Tari, oleh Y. Sumandiyo Hadi, ISI Yogyakarta
tahun 1990, (terjemahan dari Creating Through Dance) ditulis oleh
Alma M. Hawkins, Los Angeles University of California. Dalam
buku ini diuraikan tentang proses penciptaan atau proses menata
sebuah tari melalui 3 tahap, yaitu : proses eksploration (penjajagan),
proses improvisasi (percobaan), dan forming (pembentukan). Dari
buku inilah didapatkan mengenai proses seorang koreografer untuk
menciptakan karya seni yang berkualitas melalui ketiga tahapan
tersebut.
f) Taksu dalam Seni dan Kehidupan Bali, oleh I Wayan Dibia,
Denpasar-Bali tahun 2012. Dalam buku ini terdapat pengertian
tentang taksu dan cara-cara merasakan taksu tersebut, seorang penata
atau koreografer untuk menciptakan suatu karya seni harus bisa
mencari taksu dari dalam dirinya sendiri.
12
2.2 Sumber Tidak Tertulis
2.2.1 Sumber Informan
a) Wawancara dengan Bapak I Gede Anom Ranuara, S.Sn. pada tanggal
13 Januari 2012, di rumah beliau yang bertempat di jalan Sulatri
banjar Batan Buah – Kesiman, mengenai konsep garapan yang akan
penata gunakan untuk mencipta yaitu mengangkat karakter dari Ni
Diah Ratna Cempaka Gadang.
2.2.2 Sumber Audio Visual
a) Dokumen video tari ujian Tugas Akhir ISI Denpasar tahun 2010
“Nyari” oleh Ni Putu Sri Desy Ekayanthi, dengan menonton video
karya ini penata tertarik membuat karya yang berkonsep putri keras.
b) Dokumen video tari ujian Tugas Akhir ISI Denpasar tahun 2006
“Swabawaning Drupadi” oleh Kadek Ayu Juni Aryani, dengan
menonton video karya ini penata mendapatkan inspirasi untuk
mempergunakan lelancingan.
13
BAB III
PROSES KREATIVITAS
Menggarap suatu karya seni dalam bentuk apapun pasti akan
mengalami suatu proses yang panjang untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan. Dalam proses inilah terkadang banyak tantangan dan halangan
yang dialami oleh penata. Proses penggarapan suatu karya seni, tidak akan
pernah lepas dari kreativitas dan inovasi untuk menghasilkan suatu karya
seni yang memiliki unsur originalitas dan kualitas.
Secara teori, proses penggarapan tari kreasi putri keras yang diberi
judul Cempaka Gadang ini, mengacu pada proses penciptaan tari menurut
Alma M. Hawkins, yang terdiri dari exploration, improvisation, dan forming.5
Eksplorasi atau penjajagan berhubungan dengan proses pencarian,
penghayatan dan pemikiran yang dalam hal ini berhubungan dengan proses
pencarian terhadap ide dan gagasan yang akan dituangkan ke dalam sebuah
bentuk karya seni. Improvisasi lebih dikenal dengan tahap percobaan,
sedangkan pembentukan berhubungan dengan bentuk akhir sebuah karya
seni.
3.1 Tahap Penjajagan (Exploration)
Tahap eksplorasi adalah tahap yang paling awal dalam proses
penciptaan seni tari. Pada tahap ini dilakukan perenungan dan pencairan
5 Y. Sumandiyo Hadi. Mencipta Lewat Tari (Terjemahan buku Creating Through Dance karya
Alma M. Hawkins). Yogyakarta : Institut Seni Indonesia, 1990, p.27
14
ide yang diangkat dalam sebuah garapan. Penata melakukan perenungan
dari bulan Januari 2012, karena penata menyadari akan kekurangan dan
keterbatasan yang penata miliki sehingga merasa kurang mampu
membuat karya yang terburu-buru dan penata memerlukan proses dalam
waktu yang cukup panjang. Dari perenungan tersebut muncul keinginan
menggarap suatu realita yang sering terjadi di lingkungan penata yaitu
banyak manusia yang memiliki sifat ganda (dua kepribadian yang
berbeda). Pencarian ide yang dilakukan disesuaikan dengan pengetahuan
dan kemampuan yang penata miliki. Sejak adanya tuntutan untuk
menggarap sebuah karya seni, penata telah memiliki bayangan untuk
menggarap sebuah tari kreasi putri keras.
Setelah proses awal pencarian ide, proses selanjutnya adalah
mengadakan pencarian cerita yang akan digunakan. Berbekal ide yang
telah dimiliki, penata kemudian melakukan wawancara dengan salah satu
seniman topeng yang merupakan alumni mahasiswa jurusan seni
pedalangan ISI Denpasar yaitu I Gede Anom Ranuara di rumahnya jalan
Sulatri banjar Batan Buah - Kesiman. Penata diberikan sebuah buku yang
berisi mengenai sinopsis-sinopsis cerita lakon pewayangan dalam buku
tersebut penata menemukan satu karakter yang mirip dengan karakter
yang diinginkan oleh penata yaitu karakter dari seorang Ni Diah Ratna
Cempaka Gadang. Pemilihan cerita ini berdasarkan pertimbangan bahwa,
cerita ini belum pernah ditransformasikan ke dalam bentuk seni
pertunjukan dan cerita ini nampaknya belum begitu dikenal, sehingga
15
besar keinginan penata untuk memperkenalkan cerita ini melalui media
seni tari.
Tahap selanjutnya setelah mematangkan ide dan penentuan cerita,
penata mulai memikirkan ragam gerak dan pola struktur yang akan penata
gunakan. Penata juga memikirkan unsur-unsur estetika dalam garapan tari
kreasi putri keras Cempaka Gadang untuk mempertegas isi garapannya.
Dengan ide yang sudah dipegang, penata mencari dan mendekati
para pendukung untuk dapat membantu menyukseskan garapan yang
penata garap. Postur tubuh yang telah dicari oleh penata diusahakan sama
tinggi dan memiliki kemampuan mengolah tubuh yang sama dengan
penata serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar, sehingga siap
mendukung kelancaran proses garapan tari yang akan diwujudkan. Penari
yang dibutuhkan dalam garapan ini adalah 5 (lima) orang penari putri
termasuk penata tari.
Untuk membuat suatu karya tari dibutuhkan seorang penata
iringan (komposer). Melihat kebutuhan suasana dalam garapan ini,
akhirnya penata memilih I Nyoman Sutrisna, S.Sn sebagai penata iringan
(komposer). Berdasarkan ide dan konsep yang telah penata sampaikan
kepada penata iringan, perangkat gamelan yang digunakan untuk
mengiringi tari kreasi putri keras ini adalah gamelan Angklung. Sebagai
pendukung iringan dipilih penabuh dari Sanggar Sunari Sesetan –
16
Denpasar, sekaligus tempat untuk latihan iringan bertempat di Sanggar
Sunari. (Lihat Tabel 1)
Tabel 1
Tahap Penjajagan (Exploration)
Per Bulan Januari Tahun 2012 Hingga Oktober Tahun 2013
Periode Waktu
Per Minggu Kegiatan Hasil Yang Dicapai
Minggu ke II
(Januari)
Memikirkan dan mencari ide
untuk membuat sebuah garapan
dalam kelas koreografi VI
sekaligus digunakan sebagai
garapan Tugas Akhir (TA)
Berkunjung kerumah Guru
Anom seorang seniman topeng
dan juga alumni mahasiswa seni
pedalangan di ISI denpasar
mengenai konsep cerita yang
diinginkan penata
Mendapatkan satu buku yang
berisi cerita-cerita atau lakon
pewayangan untuk mencari-
cari lakon atau cerita yang pas
dengan keinginan penata
Minggu ke III
(Januari)
Dalam upaya pencarian ide,
penata berusaha melihat sejauh
mana kemampuan penata dengan
potensi diri yang penata miliki
Menemukan ide untuk
menggarap sebuah tari kreasi
putri keras sesuai dengan
potensi dan pengalaman
mendukung ujian TA kakak
kelas terdahulu
Minggu ke IV
(Januari)
Penata kembali ke rumah Guru
Anom untuk berdiskusi
mengenai cerita yang sudah di
pilih penata di dalam buku yang
diberikan Guru Anom
Ditetapkan sinopsis cerita
Ratna Cempaka Gadang yang
akan didalami oleh penata
Minggu ke I
(Februari)
Mencari beberapa referensi yang
mendukung cerita yang telah
dipilih
Minggu ke II
(Februari)
Menentukan bagian cerita yang
akan digunakan agar tidak terjadi
pelebaran yang akan
menyebabkan kerancuan (tidak
fokus) pada garapan yang akan
dibuat
Menetapkan bagian cerita
mengenai karakter dari Ni
Diah Ratna Cempaka Gadang
wanita yang memiliki paras
cantik, lembut dan agung tetapi
ketika berada dalam kekuasaan
tertinggi sifat keegoisannya
pun muncul
17
Minggu ke III
(Februari)
Memantapkan ide garapan dan
mencari referensi yang
berhubungan dengan ide garapan
Didapatkan beberapa data
penunjang yang akan
mendukung ide garapan
Minggu ke IV
(Februari)
Menetapkan alur cerita dan
menentukan struktur garapan
agar sesuai dengan cerita yang
diangkat
Ditentukan struktur garapan
yang akan digunakan adalah
flashback, pepeson, pengawak
(pengawak I dan pengawak II),
pengecet dan pekaad
Minggu ke I
(Maret)
Memikirkan elemen pendukung
dalam garapan tari putri keras
ini, seperti pendukung tari,
pendukung karawitan dan
iringan yang akan digunakan
Minggu ke II
(Maret)
Melakukan survei ke Sanggar
Sunari Sesetan dan bertemu
dengan bapak Putu Sunari
(pemilik sanggar) untuk mencari
pendukung karawitan dan
berdiskusi mengenai komposer
yang memang memiliki
kemampuan dalam menggarap
gamelan Angklung
Ditetapkan pendukung
karawitan yang akan
mendukung adalah Sekaa
Angklung dari Sanggar Sunari
Sesetan dan komposer yang di
anjurkan oleh bapak Putu
Sunari adalah I Nyoman
Sutrisna yang memang sudah
memiliki pengalaman dalam
menggarap gamelan Angklung
Kebyar dalam ajang PKB
(Pesta Kesenian Bali)
Minggu ke III
(Maret)
Bertemu dengan komposer yaitu
I Nyoman Sutrisna di Dinas
Kebudayaan Kota Denpasar
untuk membicarakan konsep
yang dibuat oleh penata
Konsep dapat diterima oleh
komposer dan akan segera
digarap bagian pepeson
terlebih dahulu
Minggu ke II
(April)
Penata mencari pendukung tari
di ISI Denpasar dan memilih
beberapa orang yang dianggap
cocok dan sesuai dengan penata
dari segi postur tubuh dan
potensi
Penata mendapatkan tiga
pendukung tari dari mahasiswi
ISI Denpasar dan satu
pendukung tari dari Mahasiswi
UNHI Denpasar
Minggu ke III
(April)
Penata menghubungi pendukung
tari untuk melakukan pertemuan
dan menjelaskan mengenai
konsep yang akan penata buat
Penata menjelaskan kepada
tiga orang pendukung yang
pada saat itu dapat bertemu di
Studio ISI Denpasar, satu
orang pendukung tidak bisa
hadir karena masih ada mata
perkuliahan
Minggu ke IV
(April)
Penata mencari-cari gerak untuk
dijadikan gerakan pokok
didalam garapannya
18
Minggu ke I
(Mei)
Penata mencari-cari gerak untuk
dijadikan gerakan pokok
didalam garapannya
Penata menemukan beberapa
motip gerakan yang akan
dipergunakan
Minggu ke II
(Mei)
Penata berkonsultasi dengan
bapak Mangku I Wayan Kendra
untuk mencari tanggal dan hari
baik untuk melakukan nuasen
dengan pendukung iringan dan
pendukung tari
Ditetapkannya tanggal dan hari
baik pada saat itu yaitu nuasen
bersama pendukung iringan
pada Selasa,18 September
2012 dan nuasen bersama
pendukung tari pada
Minggu,30 September 2012
Minggu ke III
(Mei)
Penata memikirkan kembali
konsep yang akan dipergunakan
sebelum nuasen agar tidak ragu
dalam proses berkarya dan
memikirkan judul yang akan
digunakan
Ditetapkan konsepnya sudah
pasti mengangkat karakter Ni
Diah Ratna Cempaka Gadang
dan diberikan judul sementara
untuk kelas koreografi VI pada
saat itu adalah Stri Kirana
Minggu ke I
(September)
Melakukan diskusi dalam kelas
dengan dosen mata kuliah
koreografi VI mengenai ide
garapan dan konsep garapan
yang dipilih
Cerita mengenai karakter Ni
Diah Ratna Cempaka Gadang
sebagai ide cerita dalam
garapan tari kreasi putri keras
dapat diterima oleh team dosen
mata kuliah koreografi VI
Minggu ke IV
(September)
Nuasen bersama pendukung
iringan di Sanggar Sunari
Sesetan – Denpasar
Terbentuk bagian pengawit
dan pepeson iringan secara
kasar
Minggu ke V
(September)
Nuasen bersama pendukung tari
di Pura Padma Nareswara ISI
denpasar
Mencoba-coba gerakan yang
sebelumnya sudah dicoba oleh
penata dan dituangkan ke
pendukung tari di Wantilan ISI
Denpasar
3.2 Tahap Percobaan (Improvisation)
Tahap ini adalah tahap kedua dari proses kreativitas merupakan
tahap percobaan. Dalam tahap ini dilakukan percobaan motif-motif gerak
yang sesuai dengan ide garapan. Motif-motif gerak tersebut diambil dari
pola-pola tradisi yang sudah ada kemudian diolah dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan garapan. kemudian dicari juga gerak-gerak yang
melambangkan kekuasaan (gerak yang agak terbuka). Setelah ada motif-
19
motif gerak kemudian dirangkai menjadi motif gerak agar mudah
dituangkan kepada para pendukung. Penggarap mencoba mencari gerak
sendiri di studio tari ISI Denpasar sebelum dituangkan kepada
pendukung, serta dilakukan latihan-latihan iringan tari di Sanggar Sunari
Sesetan Denpasar. Ketika iringan sudah rampung maka gerak yang sudah
ada disesuaikan dengan musik iringan yang akan digunakan mengiringi
garapan. Penata mengalami sedikit kesulitan pada saat awal memadukan
gerak dengan iringan serta pendukung tari yang tidak lengkap membuat
penata susah untuk menuangkan gerak dan pola lantai. Penata mengganti
salah satu pendukung tari agar latihan dapat berjalan lancar, dan penata
mendapatkan penggantinya ke empat pendukung tari kreasi putri ini
adalah mahasiswa ISI Denpasar. Pada ujian koreografi VI tanggal 15
Januari 2013 terbentuklah sebuah garapan tari kreasi putri keras yang
penata inginkan, garapan inilah yang menjadi embrio dalam
pembentukan sebuah karya tari kreasi putri keras yang berjudul Cempaka
Gadang untuk ujian Tugas Akhir dengan pengembangan dan penambahan
durasi waktu dari garapan, hanya berganti judul dari Stri Kirana menjadi
Cempaka Gadang karena penata beranggapan bahwa Cempaka Gadang
lebih mengarah kepada konsep dan latar belakang garapan yang
diinginkan. (Lihat Tabel 2)
20
Tabel 2
Tahap Percobaan (Improvisation)
Per Bulan Januari Tahun 2013 Hingga Maret Tahun 2013
Periode Waktu
Per Minggu Kegiatan Hasil Yang Dicapai
Minggu IV
(Januari)
Mencari gerak - gerak baru yang
sesuai dengan tema dan ide cerita
dalam garapan ini
Ditemukan beberapa
gerakan baru, didapat
beberapa motif gerak yang
digunakan pada bagian
pepeson
Seluruh mahasiswa yang akan
mengikuti Tugas Akhir
(TA) kumpul di gedung Natya
Mandala ISI Denpasar
Membahas revisi buku
Pedoman tahun 2009 yang
banyak terdapat kekeliruan
dan mahasiswa diberikan
pedoman baru yaitu buku
pedoman tahun 2013 yang
sudah secara terperinci
berisi mengenai penulisan
proposal karya seni dan
skrip karya tari, serta
mendapatkan jadwal untuk
ujian proposal hingga ujian
Tugas Akhir
Minggu I
(Februari)
Mengumpulkan proposal yang
akan diajukan untuk ujian Tugas
Akhir
Mengumpulkan proposal di
Fakultas Seni Pertunjukan
dengan Map merah berisi
satu proposal dengan
empat rangkap jilid putih
disertakan dengan sertifikat
OSMA, BAKSOS dan
Studi Ekskursi
Mendengarkan bagian iringan
yang telah selesai, mencari-cari
gerak yang akan digunakan pada
bagian pengawak dan pengecet
Terbentuk bagian
pengawak
Minggu II
(18 Februari
2013)
Ujian Proposal Lancar dan lulus diuji oleh
dua dewan penguji dan
diberi masukan saran-saran
untuk perbaikan
21
3.3 Tahap Pembentukan (Forming)
Tahap pembentukan ini merupakan tahap akhir dari suatu proses
kreativitas. Tahap ini dapat diartikan sebagai tahap penyempurnaan dari
garapan. untuk menghasilkan garapan yang berbobot, penata mulai
melakukan latihan yang rutin dan disiplin agar terbentuknya kekompakan,
keselarasan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh yaitu satu jiwa satu
rasa. Untuk menghasilkan hal tersebut dibutuhkan konsentrasi yang
tinggi. Dalam proses ini banyak munculnya hambatan-hambatan dan
kesulitan yang dialami penggarap, seperti halnya mengatur jadwal latihan
karena adanya kesibukan masing-masing pendukung baik pendukung tari
maupun pendukung iringan tari. (Lihat Tabel 3)
Tabel 3
Tahap Pembentukan (Forming)
Per Bulan Februari Tahun 2013 Hingga Mei Tahun 2013
Periode Waktu
Per Minggu Kegiatan Hasil Yang Dicapai
Minggu I
(Maret)
Melakukan bimbingan skrip
karya BAB I, II dan III dengan
dosen pembimbing yaitu Ibu
Ida Ayu Trisnawati dan Bapak
I Wayan Sutirtha
Adanya perbaikan dalam
penulisan kata-kata serta
pemenggalan kalimat
yang terlalu panjang
dalam satu paragraph
Latihan pendukung iringan tari
di Sanggar Sunari Sesetan –
Denpasar untuk penambahan
Terbentuk gending yang
kurang rapi dan penata
kurang mendapatkan rasa
Minggu III
(Februari)
Pertemuan di gedung Natya
Mandala ISI Denpasar dan
pembagian nama pembimbing
Tugas Akhir
Pembimbing TA adalah ibu
Ida Ayu Trisnawati, SST.,
M.Si dan bapak I Wayan
Sutirtha, S.Sn., M.Sn
Minggu IV
(Februari)
Bertemu dengan pembimbing dan
memberikan proposal yang sudah
direvisi oleh penata
Proposal diterima dan
menetapkan hari untuk
melaksanakan bimbingan
selanjutnya
22
gending dari gending yang baru
terbentuk
Minggu II
(Maret)
Melakukan latihan iringan tari
di Sanggar Sunari Sesetan –
Denpasar
Terbentuknya gending
secara utuh dengan
penambahan bagian
pepeson dan pengawak
Mengumpulkan pendukung
tari, melakukan gerakan awal
dan penuangan bagian pepeson
kepada pendukung
Gerakan penambahan
pada bagian pepeson
terbentuk secara kasar
Minggu III
(Maret)
Latihan dilanjutkan untuk
memantapkan bagian pepeson
dan penuangan gerak pada
bagian pengawak
Bagian pepeson dan
pengawak telah terbentuk
namun belum terlalu
dikuasai oleh penari
Bimbingan skrip karya revisi
BAB III
Masih terjadi kesalahan
pada tabel yang dibuat
oleh penata
Minggu IV
(Maret)
Latihan bersama pendukung
tari di Studio Tari ISI
Denpasar
Memantapkan gerak dan
mencari sudut-sudut
gerak agar dapat terlihat
lebih rapi pada bagian
pepeson hingga
pengawak
Latihan penabuh di Sanggar
Sunari Sesetan-Denpasar
Latihan untuk
memantapkan ketukan
melodi agar tidak terlalu
cepat
Bimbingan skirp karya revisi
tabel BAB III
Tabel yang dibuat oleh
penata disetujui oleh
pembimbing yaitu Ibu
Ida Ayu Trisnawati dan
Bapak I Wayan Sutirtha,
penata mendapat izin
untuk melanjutkan ke
BAB IV dan V
Minggu I
(April)
Latihan bersama pendukung
tari
Latihan bersama pendukung
karawitan di Sanggar Sunari
Sesetan-Denpasar
Bimbingan karya tari di
Sanggar Lokanantha bersama
Bapak I Wayan Sutirtha
Masih terdapat gerakan-
gerakan yang belum pasti
di dalam garapan
Bimbingan Skrip Karya BAB
23
IV dan V
Minggu II
(April)
Bimbingan Skrip Karya BAB
IV dan V
Perbaikan diterima oleh
pembimbing I dan II
Minggu III
(April)
Latihan garapan di Gedung
Natya Mandala ISI Denpasar
Latihan hanya
berlangsung 2 jam karena
para pendukung tari ada
acara di luar
Minggu IV
(April)
Bimbingan karya seni di
Sanggar Lokanantha
Singapadu - Gianyar
Masih harus mencari
kekompakan gerak agar
terlihat lebih rapi
Minggu I
(Mei)
Latihan bersama pendukung
tari dan pendukung irtingan di
Sanggar Sunari – Sesetan
Denpasar
Menyamakan tempo
iringan dengan dinamika
gerak agar tidak terlalu
cepat
Bimbingan bersama dosen
pembimbing dan dosen
pembimbing lain di Natya
Mandala ISI Denpasar
Masih terlalu cepat
tempo musik sehingga
penari kurang bernafas
dalam garapan
Latihan bersama pendukung
tari dan pendukung iringan di
Sanggar Sunari – Sesetan
Denpasar
Minggu II
(Mei)
Latihan persiapan Gladi,
mencobalatihan dengan
mempergunakan layar, trap
dan lighting yang
dipergunakan dalam garapan di
Gedung Natya Mandala ISI
Denpasar
Latihan berjalan lancar
Persembahyangan bersama
pendukung tari dan pendukung
iringan di Pura Padma
Nareswara ISI Denpasar
Gladi Bersih di Gedung Natya
Mandala ISI Denpasar 13 Mei
2013
Berjalan lancar tetapi
tetap masih ada saja
kekurangan, untuk itu
penata tetap akan
melakukan latihan-
latihan untuk lebih
menyempurnakan
garapannya.
Minggu III
(22 Mei 2013)
Ujian Pagelaran Tugas Akhir
24
Tabel 4
Kegiatan Proses Kreativitas Tari Kreasi Putri Keras Cempaka Gadang
Tahapan Kegiatan
Rentang Waktu Kegiatan Tahun 2012
Januari Februari Maret April Mei September
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M5
Ujian Proposal
Tahap Penjajagan
Tahap Percobaan
Tahap Pembentukan
Gladi Bersih
Ujian Tugas Akhir
Tahapan Kegiatan
Rentang Waktu Kegiatan Tahun 2013
Januari Februari Maret April Mei
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
Ujian Proposal
Tahap Penjajagan
Tahap Percobaan
Tahap Pembentukan
Gladi Bersih X
Ujian Tugas Akhir O
25
KETERANGAN :
: Ujian Proposal Tanggal 18 Februari 2013
: Tahap penjajagan (proses pencarian ide cerita)
: Tahap percobaan (intensitas latihan sedang, selama ± 2 jam)
: Tahap pembentukan (intensitas latihan padat, selama ± 3 jam)
X : Gladi Bersih Tanggal 13 Mei 2013
O : Ujian Tugas Akhir Tanggl 22 Mei 2013
M1 : Minggu Pertama
M2 : Minggu Kedua
M3 : Minggu Ketiga
M4 : Minggu Keempat
M5 : Minggu Kelima
26
BAB IV
WUJUD GARAPAN
Wujud adalah sesuatu kenyataan atau realita yang nampak secara
kongkrit yang berarti dapat dinikmati oleh mata dan telinga, maupun
kenyataan yang tidak nampak secara kongkrit yakni sesuatu yang abstrak yang
berarti sesuatu yang bisa dibayangkan seperti sebuah cerita yang disampaikan
atau dibacakan dalam buku. Semua jenis kesenian baik yang kongkrit maupun
abstrak, wujud dari apa yang ditampilkan dan dapat dinikmati oleh kita
mengandung 2 (dua) unsur mendasar yaitu, bentuk (form) dan struktur
(structure).6
4.1 Deskripsi Garapan
Tari Cempaka Gadang merupakan sebuah garapan tari kreasi putri
keras yang berunsurkan gerak-gerak baru yang masih berpolakan gerak-
gerak tari tradisi, dan penata berusaha mengembangkannya lagi sesuai
dengan kebutuhan garapan, sehingga menjadi sebuah garapan baru
(original).
Tari Cempaka Gadang merupakan tari kreasi putri yang
mengangkat karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang, seorang
wanita yang memiliki paras yang sangat cantik dan agung. Pada saat Ni
Diah Ratna Cempaka Gadang mendapatkan pusaka sebuah mirah
Cempaka Gadang yang diberikan oleh ayahnya yaitu Batara Taya, ia
6 Estetika Sebuah Pengantar oleh A.A Made Djelantik, Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia. Bandung. 1999. P.19-20
27
terpengaruh oleh kekuatan jahat yang ada di dalam mirah Cempaka
Gadang tersebut. Sifat egois yang dimiliki telah membelenggu dirinya dan
iapun dikuasai oleh benda tersebut. Benda tersebut jugalah yang
mengakibatkan ia ingin menguasai jagat raya. Adapun gerak-gerak yang
penata tonjolkan dalam garapan tari kreasi putri ini adalah gerak-gerak
yang menyerupai perubahan wujud seorang yang tadinya cantik dan
lembut menjadi seseorang yang egois, menyeramkan dan ingin berkuasa.
Garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini berdurasi 12 menit
dipentaskan pada stage proscenium Natya Mandala ISI Denpasar, dengan
diiringi seperangkat gamelan Angklung Kebyar. Tari kreasi Cempaka
Gadang ini ditarikan dalam bentuk kelompok yang didukung oleh 5 (lima)
orang penari putri.
Tari adalah sebuah karya seni dalam bentuk seni pertunjukan atau
performing arts yang penata suguhkan terhadap penonton dengan bentuk
visualnya lebih menekankan aspek estetis dan keartisannya. Tari dapat
dinikmati oleh penonton melalui bentuk visualnya. Elemen-elemen yang
ada pada tari yang dapat kita tangkap secara visual menggunakan panca
indra kita antara lain : gerak, rias, busana, tata cahaya (lighting) dan
property.
4.2 Analisis Pola Struktur
Secara struktur garapan ini terdiri dari lima bagian, bagian satu
dengan bagian selanjutnya saling berkaitan. Penata telah menyesuaikannya
dengan ide cerita dan konsep garapan. Lima bagian yang terdiri dari
28
flashback, pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet
dan pekaad. Struktur garapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Flashback
Menggambarkan kasih sayang seorang Dewi Gangga yang
menemukan bayi wanita di taru jepun.
Suasana : Lembut penuh kasih sayang.
b) Pepeson
Menggambarkan seorang gadis yang cantik dan agung (mengikuti
karakter Dewi Gangga).
Suasana : Lembut dan agung.
c) Pengawak I
Menggambarkan sikap lembut Ratna Cempaka Gadang sebelum
diberikan anugrah kasih sayang oleh Betara Taya (ayahnya).
Suasana : Lembut mencari suasana seram.
d) Pengawak II
Menggambarkan sifat ego atau nafsu dari Ratna Cempaka Gadang
setelah diberikan mirah cempaka gadang.
Suasana : Keras dan magis.
e) Pengecet
Menggambarkan kekuatan Ratna Cempaka Gadang yang memiliki
sisya-sisya binatang.
Suasana : Seram
29
f) Pekaad
Menggambarkan kekuasaan Ratna Cempaka Gadang ketika
dipengaruhi oleh sikap keegoisannya.
4.3 Analisis Simbol
Dalam karya seni tari biasanya terdapat beberapa simbol yang
dipergunakan oleh seorang penata untuk menyampaikan dan
menggambarkan suatu karakter dan jenis tari yang dibawakan. Biasanya
terdapat beberapa simbol yang dipergunakan untuk menyampaikan
maksud tertentu kepada penonton, baik dengan simbol gerak banyak
menggambarkan karakter yang dibawakan. Simbol memiliki arti tertentu
yang lebih luas daripada apa yang tampil secara nyata, simbol dapat
dilihat maupun didengar.7 Begitu pula dengan warna kostum, mampu
memperlihatkan karakter tari serta makna warna dalam kostum yang
penata kaitkan dengan isi garapan. Tata rias dan pola lantai juga
merupakan simbol dalam sebuah garapan karya tari.
4.4 Analisis Materi
4.4.1 Desain Koreografi
Didalam mewujudkan garapan tari yang berkualitas, perlu dipikirkan
mengenai komposisi kelompok dengan motif desain dramatiknya. Motif-
motif desain dramatik yang dipergunakan adalah :
7 Estetika Sebuah Pengantar diciptakan oleh A.A Made Djelantik diterbitkan oleh
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung. 1999, P.62
30
a. Desain serempak (Union)
Mengutamakan kesan teratur dan kekompakan diantara para
penari, memperhatikan tempo sehingga mampu mencapai suatu
gerakan secara bersama-sama. Desain ini penata gunakan pada
hampir di setiap bagian dalam garapan ini.
b. Desain bergantian (Canon)
Merupakan motif gerak yang dilakukan secara bergantian antara
penari satu dengan penari lain secara susul-menyusul. Iringan
musiknya diulang beberapa kali pada bagian pepeson dan
pengecet.
c. Desain Terpecah (Broken)
Merupakan motif gerak yang tak beraturan namun tetap tertata
dalam garapan ini penari melakukan gerakan broken pada bagian
pekaad.
d. Desain Berimbang (Balance)
Memberikan kesan ketidakberaturan dilakukan setiap gerak
pergantian posisi penari, sehingga tidak mudah ditebak dimana
posisi penari selanjutnya.
4.4.2 Ragam Gerak
Sebagaimana penata kemukakan di atas bahwa dalam penggarapan
sebuah karya tari tidak pernah lepas dari gerak karena gerak merupakan
materi utama dalam tari. Melalui rangkaian gerak yang telah penata tata
sedemikian rupa secara nyata tari dapat terwujud. Gerak-gerak dalam tari
31
kreasi putri keras Cempaka Gadang ini berasal dari motif gerak pola
tradisi, sumber gerak yang menjadi inspirasi berasal dari membaca Buku
Bahan Ajar 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini), pengalaman penata dalam
mendukung garapan kakak kelas terdahulu dan menonton video garapan
tari kreasi putri yang dimiliki oleh ISI Denpasar.
Tari putri keras perbendaharaan geraknya mengambil ruang lebih
lebar, volume geraknya lebih keras, intensitas dan kwalitas geraknya lebih
berat dan bringas. Dapat pula dilihat dari bentuk agem posisi kaki lebih
lebar daripada agem tari putri halus, jari tangan tari putri keras terbuka
lebar dengan getaran yang keras. Tidak jauh berbeda dengan tari putra
keras, kendati sama tetapi bila dilihat dari bentuk, intensitas dan kualitas
gerak seperti tersebut di atas tetap berada dalam koridor dan norma-norma
kodrati yang ada, yang berarti kerasnya tari putra keras tidak akan
mungkin sama kerasnya dengan putri keras. Karena diikat oleh norma-
norma, etika, bentuk fisik, kostum dan lain-lainnya.
Di bawah ini penata menguraikan ragam gerak yang penata gunakan
di dalam garapan tari Cempaka Gadang ini :
a. Agem
Agem adalah suatu pose dan sikap pokok dari setiap tarian. Sikap
pokok ini tidak dapat di ubah-ubah dari satu sikap pokok ke sikap
pokok lainnya, sikap pokok atau agem dalam garapan ini adalah pose
tangan kanan berada di atas serong mata dan tangan kiri lurus ke
samping ngelung. Begitu pula agem sebaliknya.
32
b. Ngaed
Sikap badan merendah dengan sendirinya pantat dan kaki yang
menjadi kunci dalam hal ini.
c. Nyregseg
Gerakan kaki dengan langkah ke samping secara cepat dan bisa
digerakan kesegala arah kanan atau kiri dengan gerakan kaki jinjit dan
berat badan tertumpu pada kedua kaki yang menjinjit serta berdekatan.
d. Nyeluk
Gerakan tangan menusuk ke arah atas dengan posisi telapak tangan
mengarah ke atas.
e. Miles
Gerakan kaki yang dipergunakan untuk merubah sikap dari agem
kanan ke agem kiri. Dalam garapan ini gerakan miles yaitu ujung jari
kaki membuat garis setengah lingkaran dan diberikan tekanan
kemudian baru diangkat.
f. Ngangget
Gerakan pada dagu, gerakan ini dipergunakan untuk merubah sikap
dari agem kanan ke agem kiri atau sebaliknya, yang mana gerakan
kakinya sama dengan gerakan miles, hanya gerakan tangan saja yang
berbeda.
g. Nengkleng
Posisi kaki bertumpu pada satu kaki kanan atau pun kiri.
33
h. Ngambil kancut lelancingan
Mengambil kancut sebagai permainan kostum dalam garapan.
i. Seledet
Gerakan bola mata ke arah samping kanan dan kiri yang diikuti dengan
gerakan dagu.
j. Nyegut
Gerakan mata dan dagu ke arah bawah seperti mengangguk.
k. Nyelier
Gerakan kepala yang agak berputar ke samping kanan dan ke samping
kiri disertai gerakan mata yang sedikit terpejam (nyerere) dan diikuti
pula gerakan leher dan dagu sedikit melingkar berlawanan dengan
putaran kepala.
l. Ngileg
Gerakan kepala ke kanan dan kiri secara pelan.
m. Ulap-ulap
Posisi tangan agak menyiku dengan variasi gerak tangan seperti orang
memperhatikan sesuatu dari jauh.
n. Ngegol
Gerakan pinggul yang digoyangkan ke kanan dan kiri secara
bergantian dan berulang-ulang diikuti gerakan kepala ke kanan dan kiri
searah dengan gerakan ayunan pinggul.
34
o. Ngotes
Gerakan ngotes dalam garapan ini penata mengembangkannya dengan
kerakan loncat mengalun jalan ke depan 3x lalu ngotes.
p. Agem Seklo
Gerakan agem yang tidak sama dengan gerakan agem pada tari bali
biasanya, pada agem ini jatuhnya gerakan kepala sama dengan arah
pinggul.
4.5 Analisis Penyajian
Garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini penata sajikan
ke dalam bentuk tarian kelompok dengan lima (5) orang penari putri.
Bertemakan magis. Garapan tari kreasi putri keras ini mrngambil karakter
dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang. Dalam penyajiannya, tari kreasi
putri keras ini berdurasi 12 menit dengan bagian cerita yang telah penata
atur sedemikian rupa, sehingga mampu memberikan gambaran tentang apa
yang ingin penata sampaikan dalam garapan karya tari ini. Secara
struktural, garapan ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu flashback,
pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet dan pekaad.
4.5.1 Tempat Pertunjukkan
Ujian Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan (FSP), Institut Seni
Indonesia Denpasar diadakan di gedung Natya Mandala Institut Seni
Indonesia Denpasar (lokasi ini di areal kampus bagian barat) dapat
ditempuh dari arah jalan WR Supratman menuju jalan Nusa Indah atau
jalan Hayam Wuruk menuju jalan Nusa Indah dari arah jalan Nusa Indah
35
(sebelah utara jembatan) membelok ke barat menuju kampus Institut Seni
Indonesia Denpasar. Penyajian karya seni bertempat di stage proscenium
yang ada di dalam gedung Natya Mandala tersebut. Garapan tari kreasi
putri keras ini, dipentaskan dalam rangka ujian Karya Seni Tugas Akhir
pada tanggal 22 Mei 2013. Pada stage proscenium penonton hanya dapat
menyaksikan pertunjukan dari satu sisi saja yaitu dari arah depan.
Sehingga penataan pola lantai pada garapan ini disesuaikan dengan
keadaan stage tersebut. Penonjolan suasana didukung pula oleh tata
cahaya (lighting) yang ada. Berikut gambar gambar stage proscenium
yang ada di gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar, yang
dilengkapi dengan pembagian ruang lantai. (untuk selanjutnya Lihat
Gambar 1).
36
Gambar 1. Denah Stage
Panggung Bagian Belakang
Candi Bentar
sisi panggung sisi panggung
bagian kanan bagian kiri
URS UCS ULS
RS C LS 13,70m
DRS DCS DLS
20,89m
Pit Pit
Tempat orchestra Tempat orchestra
Auditorium (penonton)
(Dokumentasi Institut Seni Indonesia Denpasar)
KETERANGAN :
C = Center Stage (Pusat Panggung)
LS = Left Sgate (Kiri Panggung)
RS = Right Stage (Kanan Panggung)
URS = Up Right Stage (Pojok Kanan Belakang Panggung)
UCS = Up Center Stage (Bagian Belakang Pusat Panggung)
ULS = Up Left Stage (Pojok Kiri Belakang Panggung)
DRS = Down Right Stage (Pojok Kanan Depan Panggung)
DCS = Down Center Stage (Bagian Depan Pusat Panggung)
DLS = Down Left Stage (Pojok Kiri Depan Panggung)
37
4.5.2 Kostum atau Busana
Kostum atau busana pada sebuah garapan tari merupakan salah
satu faktor pendukung yang mampu mengkomunikasikan arti, isi atau
makna dari karakter yang diangkat sesuai dengan ide cerita garapan tari
itu sendiri. Kesesuaian kostum dengan tema dan ide garapan akan
memberikan nilai tersendiri terhadap keutuhan dari sebuah garapan.
Penataan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini masih
berpijak pada tata busana tradisi dengan mengembangkan pola-pola
kostum yang sudah ada sebelumnya. Penata mengkombinasikan unsur
warna ungu, merah muda, oranye dan kuning keemasan. Penata tidak
sembarangan ingin memadukan warna, penata berkonsultasi dengan
seorang desaigner kostum yaitu I Made Kumara Yasa, yang sudah biasa
dalam membuat busana untuk tari kreasi. Penata memilih warna ungu dan
oranye karena karakter yang terkandung di dalam warna ungu dan oranye
adalah keras, cocok dengan karakter tari yang ditampilkan oleh penata.
Warna merah muda yang menghiasi bagian-bagian tepi dalam kostum
menggambarkan bahwa di balik sifat keras seorang wanita pasti ada sisi
lembutnya. Sedangkan warna kuning keemasan yang penata pilih untuk
mengangkat derajat karakter yang dibawakan oleh penata karena Ni Diah
Ratna Cempaka Gadang adalah seorang putri dari Batara Taya.
Lebih jelas akan penata paparkan bagian-bagian kostum yang
penata gunakan dalam tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini :
a. Kostum untuk bagian badan :
38
1. Baju lengan pendek sebelah kanan
2. Angkin
3. Simping lepas kanan dan kiri
4. Badong
5. Gelang kana atas dan bawah
6. Ampok-ampok
7. Rempel kanan
8. Tapih berbentuk rok
9. Kamen Lelancingan
b. Hiasan kepala :
1. Ati sasak
2. Hairpis
3. Petitis
4. Krun Belakang
5. 3 kulit modif panjang sebagai lambamg cempaka gadang
6. Kerucut jempong belakang
7. Bunga cempaka hiasan rambut belakang
8. Subeng dengan permata merah (lihat gambar 2)
39
Gambar 2
Foto Kostum Penari Tampak Depan
(Koleksi Foto Putra Nugraha)
Petitis
Krun
Subeng
Simping
Baju Pendek
Simbol Cempaka
Badong
Gelang Kana Atas
Ampok - ampok
Angkin
Gelang Kana Bawah
Rempel
Lelancingan
Kamen Rok
40
Gambar 3
Foto Kostum Penari Tampak Belakang
(Koleksi Foto Putra Nugraha)
Krun
Gelung Lingkar
Bunga Sandat
Hairpis
Lelancingan
41
Gambar 4
Foto Kostum Penari Setelah Perubahan Karakter
(Koleksi Foto Putra Nugraha)
4.5.3 Tata Rias Wajah
Tata rias wajah dalam sebuah penyajian karya seni menjadi salah
satu unsur penunjang yang perlu seorang penata tari perhatikan. Tata rias
wajah yang digunakan harus menyesuaikan dengan karakter yang
dibawakan dalam sebuah garapan tari. Pada garapan ini, tata rias yang
Lelancingan
42
penata gunakan adalah tata rias putri keras. Penata dibantu oleh 2 orang
penata rias yaitu I Ketut Jully Artawan, S.Sn dan Ketut Dama Saputra,
S.Sn. Tata rias wajah itu sendiri bertujuan untuk mempertegas garis wajah
dan mempertegas ekspresi wajah. Bila dihubungkan dengan keadaan tata
cahaya yang ada di stage proscenium gedung Natya Mandala ISI
Denpasar, tata rias wajah harus disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Untuk itu diperlukan teknik merias yang benar dengan menyesuaikan
proporsi warna agar sesuai dengan kekuatan cahaya yang ada serta alat-
alat tata rias yang baik. Adapun alat-alat tata rias yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Milk cleanser dan astringent
- Untuk membersihkan dan menyegarkan wajah.
2. Alas bedak padat warna coklat
- Untuk bedak dasar atau foundation wajah sehingga tampak halus
dan bedak tabur dapat merekat pada wajah.
3. Bedak tabur warna merah
- Untuk melapisi bedak dasar sehingga meratakan permukaan wajah
dengan baik.
4. Merah pipi (blush on) warna merah
- Untuk mewarnai pipi sehingga membentuk tulang pipi agar
tampak tirus.
43
5. Pemulas atau perekat eye shadow
- Untuk membantu merekatkan warna eye shadow sehingga mudah
dibaur atau mengarsirnya.
6. Pensil alis warna hitam
- Untuk memperkuat bentuk alis serta mempertegas garis alis, juga
dipergunakan untuk membuat caling kidang dan srinata pada
bagian dahi.
7. Eye liner warna hitam
- Untuk mempetegas alis dan digunakan pada garis mata atas dan
bawah agar terlihat tegas.
8. Eye Shadow
- Untuk mempertegas kelopak mata agar terlihat lebih besar dan
membuat mata tampak indah.
9. Bulu Mata Palsu dan Mascara warna hitam
- Untuk menebalkan dan memperlentik bulu mata.
10. Lipstik warna merah
- Sebagai pemerah bibir, mempertegas bentuk bibir dan
mempercantik riasan wajah.
11. Bindi merah bulat
- Dipasang sebagai gecek di dahi sebelah kanan dan kiri penari.
44
Gambar 6
Foto Tata Rias Wajah dan Rambut Bagian Belakang
(Koleksi Foto Putra Nugraha)
4.5.4 Properti
Properti merupakan salah satu alat pendukung yang penata pilih
dengan menyesuaikan ke dalam konsep garapan. Adapun peoperti yang
penata gunakan dalam garapan ini adalah tapel.
a. Tapel
Properti yang penata gunakan adalah tapel spons setengah
wajah yang hanya menutupi bagian hidung ke bawah, sehingga
mata masih terlihat. Penata menggunakan 5 buah tapel yang
berbeda bentuk diantaranya : (Lihat Gambar 7)
45
Gambar 7
Foto Properti Tapel yang Dipergunakan
(Koleksi Foto Putra Nugraha)
1. Tapel lidah ini melambangkan seorang Ni Diah Ratna Cempaka
Gadang yang berada di dalam tingkat keegoisan dan selalu ingin
berkuasa.
2. Tapel Garuda Serayu melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna
Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya.
3. Tapel Asu Gablog melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna
Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya.
4. Tapel Kebo Raja melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna
Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya.
5. Tapel Babi Siati melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna
Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya.
5
3 1
4
2
46
4.5.5 Pola Lantai, Lighting, Suasana dan Rangkaian Gerak Tari
Pola lantai adalah sebuah penataan dan pembagian tata ruang
(lantai) atau stage yang dibentuk oleh para penari dalam sebuah
komposisi tari, dimana dari penataan komposisi tari tersebut para penari
membuat posisi dengan garis-garis tertentu di atas lantai (pentas) yang
membentuk pertunjukan tersebut menjadi utuh dari awal hingga akhir
pertunjukan tersebut selesai. Keseimbangan bentuk, ukuran dan jarak dari
motif-motif gerak dalam garapan ini, dilakukan dengan perpaduan
penggarapan gerak yang simetris, dan juga diimbangi dengan gerak
asimetris. Permainan ritme yang menghasilkan kerumitan dapat
menghasilkan garapan yang lebih hidup, menarik dan memiliki kwalitas.
Pola lantai dalam garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang
ini sudah penata atur sedemikian rupa untuk mempertegas suasana yang
ingin ditampilkan. Penataan cahaya juga disesuaikan dengan pola lantai
maupun rangkaian gerak, agar terjadi penyatuan bentuk yang diharapkan
mampu menunjang penyajian dalam garapan ini.
Pola lantai atau desain lantai adalah pola yang dilandasi oleh gerak
dari komposisi di atas lantai atau ruang tari. Ruang tari yang dimaksud
penata adalah panggung.8 Dalam garapan tari kreasi putri keras ini, pola
lantai juga disesuaikan dengan stage proscenium yang penata pergunakan
pada saat penyajian karya Tugas Akhir (TA). Karena itulah pola lantai
8 Soedarsono, Komposisi Tari : Elemen-elemen Dasar. Terjemahan dari Dance
Composition : The Basic Elements, oleh La Meri, Akademi Seni Tari Indonesia,
Yogyakarta : 1975 : hal 4.
47
ditata dengan mempertimbangkan jangkauan pengelihatan penonton. Pada
stage proscenium, penonton hanya dapat melihat pertunjukan dari satu
sisi saja (dari arah depan) Lihat Tabel 5. Adapun bentuk arah hadap
penari (untuk selanjutnya Lihat Gambar 8).
48
Gambar 8
Arah Hadap Penari
5
1
KETERANGAN :
1. : Penari menghadap ke depan stage
2. : Penari mrnghadap ke diagonal kanan depan stage
3. : Penari menghadap ke kanan stage
4. : Penari menghadap ke diagonal kanan belakang stage
5. : Penari menghadap ke belakang stage
6. : Penari menghadap ke diagonal kiri belakang stage
7. : Penari menghadap ke kiri stage
8. : Penari menghadap ke diagonal kiri depan stage
49
Tabel 5
Pola Lantai, Suasana,
Pencahayaan dan Rangkaian Gerak
1.
Tata Lampu
Spot Light
kuning 20 100
% UCS
Pola Lantai
2
3 4
5
Suasana
Lembut penuh
kasih sayang
Rangkaian Gerak
Pengawit : penari 1 berada di UCS di atas trap hitam, kemudian penari 2,3,4,
dan 5 berada pada RS dengan posisi diagonal arah pandangan ke penari 1
melakukan pose dengan posisi duduk nyelempod tangan kiri berada di atas
kepala dan tangan kanan seperti bertumpu di atas lantai, kemudian penari 1
melakukan gerakan mengalun mengikuti tarikan tangan kanan lallu mengubah
posisi kaki dan posisi lutut sebagai penumpu gerakan tangan kanan dan kiri
berada di depan dada seperti mungkah lawang, pandangan ke arah pojok kanan
kemudian berputar 1 putaran penuh.
2.
Tata Cahaya
Spot Light 20
100 %
Pola Lantai
2
3
4
5
Suasana
Lembut tenang
1
1
50
Rangkaian Gerak
Penari 1 melakukan gerakan dengan tangan seperti menggendong bayi
mengayun-ayun secara perlahan denngan pose agem kiri kemudian berputar ke
belakang. Masih berada di atas trap. Sedangkan penari 2,3,4, dan 5 melakukan
gerakan untuk merespon gerakan penari 1 dengan melakukan gerakan tangan
kanan ke atas lalu disatukan berbentuk silang di depan dada kemudian duduk
kembali.
3.
Tata Cahaya
No 49. General
60%
Pola Lantai 2
3 4
5
Suasana
Lembut tenang
Rangkaian Gerak
Penari 1 melakukan gerakan rebah kiri rebah kanan lalu pose ke arah belakang
dengan posisi tangan kanan di atas kepala dan kiri di depan dada. Penari 2,3,4
dan 5 melakukan gerakan bangun dengan tangan cakup ke atas kepala posisi
badan setengah kayang.
1
51
4.
Tata Cahaya
No 49. General
60 %
Pola Lantai
2
3 4
5
Suasana
Lembut tenang
Rangkaian Gerak
Penari 1,2,3,4 dan 5 melakukan gerakan tangan kanan bergerak strakato ke
arah kanan dari pendek menjadi panjang posisi badan rebah kekanan.
Penari 2,3,4 dan 5 mengambil kancut dan berjalan trigsig mencari posisi
selanjutnya.
5.
Tata Cahaya
No 49. General
75%
Pola Lantai 5 4 3 2
Suasana
Lembut tenang
Rangkaian gerak
Pepeson : Penari 1 turun dari trap berjalan perlahan membuat garis lurus diikuti
penari 2,3,4 dan 5.
1
1
52
6.
Tata Cahaya
General 75 %
Pola Lantai
5
2
4
3
1
Suasana
Lembut tenang
menggambarkan
kecantikan dan
keagungan
Rangkaian Gerak
Penari 1,3 dan 5 berjalan ngegol sambil memegang kancut kiri sedangkan
penari 2 dan 4 memegang kancut kanan sebanyak 8 kali kemudian secara
kompak memindahkan tangan sehingga secara bersama-sama memegang
kancut kiri disertai berjalan trigsig kecil ke arah satu garis yang di buat.
7.
Tata Cahaya
General 75 %
Pola Lantai 5
2
4
3
1
Suasana
Lembut tenang
menggambarkan
kecantikan dan
keagungan
Rangkaian Gerak
Garis lurus yang dibuat penari berbuka satu langkah membentuk level dari
rendah ke tinggi dengan gerakan tangan kanan bergerak setengah lingkaran
diatas kepala berhenti di depan dada, ditarik ke kanan ngukel dan seraca
bersamaan tangan dan badan diputar ngelayak.
53
8.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai
5 4
2 3
1
Suasana
Lembut tenang
menggambarkan
kecantikan dan
keagungan
Rangkaian Gerak
Penari membentuk posisi selanjutnya dengan gerakan kaki dan tangan kiri
digerakan bergantian dengan kaki kanan lalu pose dengan posisi tangan kanan
panjang ke arah pojok kanan dan tangan kiri di depan dada dengan arah pojok
kanan juga posisi badan rebah ke kiri disertai cegut. Lalu berputar setengah
lingkaran mencari posisi srelanjutnya.
9.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai 2 3
1
5 4
Suasana
Lembut tenang
menggambarkan
kecantikan dan
keagungan
Rangkaian Gerak
Penari 1,2,3,4 dan 5 melangkah satu langkah ke samping kiri dengan
memindahkan kancut ke kanan dan melempar kancut lalu agem kanan dengan
posisi tangan kanan di atas kepala tangan kiri panjang posisi badan rebah ke
kanan.
54
Kemudian gerakan disambung dengan gerakan ulap-ulap dengan pose agem
seklo kepala dan pantat jatuhnya ke samping kanan, tangan dibuka melebar lalu
bergerak satu langkah ke samping pojok kiri depan dengan tangan puspanjali,
lalu ukel tarik dan agem kanan dengan pose tangan kanan berada di depan dada
telapak tangan mengarah ke dalam dan tangan kiri panjang agak tekuk disertai
seledet.
Tangan kanan nyeluk pandangan mata ke arah tangan kanan mengalun
mengikuti gerak tangan, nyelier, seledet lalu cegut.
10.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai 2 3
1
5 4
Suasana
Lembut tenang
menggambarkan
kecantikan dan
keagungan
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerak melangkah 3 kali ke depan lalu ngotes lelancingan
yang pada saat itu difungsikan sebagai kancut pula, tangan di atas kepala,
kemudian mengambil kancut dengan tangan kiri dan berputar sambil
mengganti posisi kancut.
Pandangan penari ke arah pojok kanan disertakan seledet kiri. Lalu kancut
dipegang menggunakan ke dua tangan berada di depan penari seperti gerakan
mengintip. Lalu mencari posisi selanjutnya.
55
11.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai 2 3
1 5 4
Suasana
Lembut cantik
dan lincah
Rangkaian Gerak
Penari berada pada CS dengan gerakan ngebat kancut, merebahkan badannya
ke kanan dan kiri searah dengan kancut yang di pegang di ulang 2x untuk
mencari posisi selanjutnya.
12.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai 3 2
5
4 1
Suasana
Menggambarkan
kecantikan dan
lincah
Rangkaian Gerak
Penari melempar kancut ke kanan tetapi tetap dipegang dengan tangan kanan
tangan kiri diatas kepala telapak tangan menghadap ke atas jari-jari lurus ke
kanan.
Penari melakukan gerakan melangkah ke samping kanan sambil berputar
bersamaan dengan memindahkan kancut ke tangan kiri lalu dilempar menjadi
pose agem kiri. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan ulap-ulap, tangan
56
ditarik ke depan dada dengan agem seklo dibuka melebar lalu melangkah ke
pojok kiri depan dengan posisi tangan puspanjali kemudian ngukel agem kiri
seledet.
Penari melakukan gerakan dengan level dibawah (rendah) dengan gerakan
tangan kiri memanjang tangan kanan nabdab gelung lalu tangan kiri tekuk
mengalun ke depan dada kemudian nyelier, seledet dan cegut.
13.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai
3 2
5
4 1
Suasana
Riang Gembira
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan berbeda dengan musik yang sama, penari 1 dan 3
melakukan gerakan dengan level tinggi, sedangkan penari 4,5 dan 2 melakukan
gerakan dengan level rendah.
14.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai
3 2
5
4 1
Suasana
Riang Gembira
Rangkaian Gerak
57
Penari melakukan gerakan berbeda dengan musik yang sama, penari 1 dan 3
melakukan gerakan dengan level rendah, sedangkan penari 4,5 dan 2
melakukan gerakan dengan level tinggi.
15.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai 3 2
5
4 1
Suasana
Riang Gembira
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan kompak dan mencari posisi selanjutnya
16.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai 3 2
5
4 1
Suasana
Riang Gembira
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan mengayunkan tangan kanan dan kiri bersamaan
dengan kaki kanan dan kiri, secara bergantian
Mengambil kancut dan mencari posisi selanjutnya
58
17.
Tata Cahaya
General 80 %
Pola Lantai 3
5 2 4 1
Suasana
Riang gembira
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan kaki dengan menghentak-hentakan kakinya
sehingga menimbulkan irama.
18.
Tata Cahaya
Spot Light di
DRS stage
Pola Lantai 5 2
1 3 4
Suasana
Riang Gembira
Rangkaian Gerak
Pengulangan gerak sda.
19.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai
5
2 1 3 4
Suasana
Kecantikan dan
kelembutan
masih terlihat
59
Rangkaian Gerak
Penari membentuk garis lurus dan berputar sambil memegang kain lelancingan
di sebelah kiri penari.
20.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai 2 5
3 1 4
Suasana
Kecantikan dan
kelembutan
masih terlihat
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan nyerigcig membentuk posisi selanjutnya.
21.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai 2 5 3 4
1
Suasana
Kecantikan dan
kelembutan
masih terlihat
Rangkaian Gerak
Pengawak : Penari 1,2,3,4 dan 5 melakukan gerakan seperti nyeluk tangan
kanan ke atas dan badan sedikit kayang lalu berputar setengah lingkaran
menjadi agem kanan posisi tangan kanan serong mata jari menghadap kea rah
kepala dan telapak tangan mengarah ke atas sedangkan tangan kiri berada di
bawah dada dengan posisi telapak tangan ke atas pula.
60
Melakukan gerakan ngileg.
22.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai
2 3 1 4 5
Suasana
Kecantikan dan
kelembutan
masih terlihat
Rangkaian Gerak
Penari melakukan memutar bahu secara bergantian kanan dan kiri, dilanjutkan
mengambil kain lelancingan sebagai kancut dengan tangan kanan.
Kemudian penari bergerak zig-zag untuk mencari posisi selanjutnya.
23.
Tata Cahaya
General 75%
Pola Lantai 4 5 3 1 2
Suasana
Kecantikan dan
kelembutan
masih terlihat
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan saling berhadapan dengan mengangkat kain
lelancingan ke arah dalam kemudian mencari posisi selanjutnya.
61
24.
Tata Cahaya
General 75%
Pola Lantai 2 5
3 4
1
Suasana
Kecantikan dan
kelembutan
masih terlihat
Rangkaian Gerak
Penari mengotes kancut dan berputar satu lingkaran, dengan gerakan ngelayak
kemudian iakhiri mengotes kancut kembali.
Penari secara rampak melakukan gerkan ngileg, kemudian ngukel menarik
tangan di depan dada, dilanjutkan dengan gerakan seperti ngangget ke kanan.
25.
Tata Cahaya
Spot light
merah 75% dan
lampu samping
kanan dan kiri
50% kuning
Pola Lantai 4 1
Suasana
Menggambarkan
perubahan
karakter menjadi
keras
Rangkaian Gerak
Penari berbalik dengan setengah lingkaran ke depan dengan posisi tetap sama.
62
26.
Tata Cahaya
Spot light
merah 75% dan
lampu samping
kanan dan kiri
50% kuning
Pola Lantai
3
5 2
4 1
Suasana
Berubah menjadi
keras
Rangkaian Gerak
Penari bergerak di tempat dengan agem kanan tangan kanan di atas kepala
tangan kiri lurus ke samping kiri, bergerak ke samping kanan dan kiri strakato.
Penari melakukan gerakan berputar mengangkat kaki dengan lelancingan
menempel di kaki kiri, kemudian menendangnya.
27.
Tata Cahaya
Spot light 80%
fokus 2 penari
di CS
Pola Lantai
3
5 2
4 1
Suasana
Berubah menjadi
keras
Rangkaian Gerak
Penari 3,2 dan 5 berbalik ke arah belakang dan melakukan perubahan karakter,
dengan menyelipkan kain-nya ke dalam bagian kostum yang dipergunakannya.
Sedangkan penari 1 dan 4 memerankakn tokoh Batara Taya dan Ratna
Cempaka Gadang di center stage dengan level yang berbeda dan ruang gerak
dibedakan. Penari 1 dengan posisi jengkeng menyembah ke arah penari 4,
63
penari 4 posisi berdiri kaki kiri tanjek atau jinjit, dengan memegang kancut
kemudian merendah ke arah penari 1.
28.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai
2
3
5
Suasana
Berubah menjadi
keras
Rangkaian Gerak
Penari 5, 3 dan 2 melakukan gerakan nyeregseg dengan tangan menjunjung ke
arah pojok kanan panggung
Penari 5 dan 2 melakukan gerakan level bawah dengan gerakan yang sama
Penari 3 melakukan gerakan level tinggi dengan gerakan yang sama
29.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai
2 5
1 4
3
Suasana
Berubah menjadi
keras
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan posisi agem kiri dengan posisi tangan kiri di atas
kepala dan tangan kanan memanjang disertai kipekan kepala dan badan
sebanyak tiga kali ke depan.
64
Lalu di tarik menjadi agem kanan tangan kanan di atas kepala tangan kiri
ditekuk di bawah dada kiri, badan merebah ke kanan dan berbalik ke belakang
lalu setengah kayang.
30.
Tata Cahaya
General 80%
Pola Lantai
Suasana
Berubah menjadi
keras
Rangkaian Gerak
Penari 1 berada paling depan dan mencari posisi center stage, sedangkan
penari 2,3,4, dan 5 masuk ke dalam wigs kanan dan kiri penari.
31.
Tata Cahaya
Spot light 20
100 % warna
merah di CS
Pola Lantai
1
Suasana
Keras dan
menggambarkan
keseraman Ratna
Cempaka
Gadang
Rangkaian Gerak
Penari 1 berada di center stage dengan gerakan merendah tangan seperti
nabdab gelung kanan dan kiri lalu tarik kanan dan berjalan kesamping kanan
mengambil property.
65
32.
Tata Cahaya
Lampu samping
kanan dan kiri
belakang hidup,
spot light merah
75%
Pola Lantai 4 5 3 2
1
Suasana
Seram
menunjukan
kekuatan sisya-
sisya nya
Rangkaian Gerak
Penari 1 berada pada pojok depan kiri stage dengan menggunakan tapel, level
tinggi dan posisi tangan kanan di atas kepala sedangkan tangan kiri menunjuk
ke arah penari 2,3,4 dan 5.
Penari 2,3,4 dan 5 melakukan gerakan dengan pose masing-masing sesuai
karakter binatang yang dibawakan.
33.
Tata Cahaya
lampu fokus
penari di CS
75%
Pola Lantai
Suasana
Seram
menunjukan
kekuatan sisya-
sisya nya
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan yang sama dalam satu baris dengan posisi agem
kanan.
66
34.
Tata Cahaya
lampu fokus
penari di CS
75%
Pola Lantai
Suasana
Seram
menunjukan
kekuatan sisya-
sisya nya
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan memecah ke smping kanan dengan tangan kanan
lurus ke samping dan tangan kiri lurus ke atas menempel ke telinga kiri penari.
35.
Tata Cahaya
lampu fokus
penari di CS
75%
Pola Lantai
1
Suasana
Seram
menunjukan
kekuatan sisya-
sisya nya
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan memecah ke arah samping giri dengan gerakan
kebalikan pola di atasnya.
36.
Tata Cahaya
Lighting blitz
atau lampu
kedap-kedip
60 %
Pola Lantai
1
Suasana
Seram
menunjukan
kekuatan sisya-
sisya nya
67
Rangkaian Gerak
penari melakukan gerakan memecah dengan melompat terbuka mencari posisi
selanjutnya.
37.
Tata Cahaya
No49. Lampu
kembali
General
Pola Lantai
5 3 4 2
1
Suasana
Keras
memperlihatkan
kekuatan
Rangkaian Gerak
Pengecet : melakukan gerakan rampak berputar lalu seledet, tangan kanan panjang ke
samping lurus dan tangan kiri berada tinggi d atas kepala.
Penari melakukan tindakan 2x kemudian diikuti gerakan putaran kepala, ukel
kemudian mencari posisi selanjutnya.
38.
Tata Cahaya
No. 49 lampu
General 75%
Pola Lantai
5 3 4 2
1
Suasana
Keras
memperlihatkan
kekuatan
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan rampak dengan langkah kaki kiri kanan tangan
menusuk ke pojok kanan, tutup kaki kiri kedua tangan berada di atas kepala
lurus dengan jari-jari ke arah luar, kemudian buka kaki kanan dengan posisi
68
tangan kanan di samping dada siku-siku sedangkan kiri berada lurus di depan
dada jari-jari ke arah atas, disertai gerakan putaran kepala ke arah kanan.
Kaki kanan maju dua langkah kaki kiri menempel pada kaki kanan, kepala
memutar setengah lingkaran kebelakang menuju ke kanan.
39.
Tata Cahaya
No. 49 lampu
General 75%
Pola Lantai 4
5 1 2
3
Suasana
Keras
memperlihatkan
kekuatan
Rangkaian Gerak
Penari 1,2,3,4 dan 5 melakukan gerakan rampak dengan gerakan yang sama
seperti diatas dengan posisi yang berbeda atau gerakan pengulangan alternit.
40.
Tata Cahaya
No. 49 lampu
General 75%
Pola Lantai
Suasana
Keras
memperlihatkan
kekuatan
Rangkaian Gerak
Gerakan pengulangan rampak.
69
41.
Tata Cahaya
No. 49 lampu
General 75%
Pola Lantai 5 4
1
2
3
Suasana
Keras
memperlihatkan
kekuatan
Rangkaian Gerak
Penari langsung membalikan badannya ke depan dibarengi dengan angkatan
kaki dan tangan.
Gerakan selanjutnya pada posisi ini adalah tangan kanan masuk ke atas ruang
tangan kiri ditarik ke bawah sebanyak tiga kali disertai angkatan kaki.
Sebaliknya. Lalu berputar kebelakang mencari posisi selanjutnya.
42.
Tata Cahaya
No. 49 lampu
General 75%
Pola Lantai
Suasana
Keras
memperlihatkan
kekuatan
Rangkaian Gerak
Penari berbalik dan mencari posisi dengan gerakan tangan kiri panjang dan
tangan kanan pendek kaki lebar posisi badan agak nungging nyregseg ke
samping kanan mencari posisi selanjutnya.
70
43.
Tata Cahaya
Spot light
merah 75%
Pola Lantai
Suasana
Keras
menggambarkan
kekuasaan
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan loncatan lalu berbalik badan ke arah depan dengan
pose kaki kiri nengkleng badan rebah ke belakang dengan tangan terbuka.
44.
Tata Cahaya
No. 49 lampu
General 75%
Pola Lantai
5 4
1
3 2
Suasana
Keras
menggambarkan
kekuasaan
Rangkaian Gerak
Penari melakukan gerakan tangan terbuka menggetarkan jari-jari tangan ke
arah kanan dan kiri.
71
45.
Tata Cahaya
No. 49 lampu
General 75%
Pola Lantai
Suasana
Keras
menggambarkan
keangkuhan
Rangkaian Gerak
Penari berada di center stage dan melingkari penari 1.
46.
Tata Cahaya
Blitz atau lampu
kedap kedip
Pola Lantai
5 4
1
3 2
Suasana
Keangkuhan
Rangkaian Gerak
Penari 1 menuju atas trap sedangkan penari 2,3,4 dan 5 melakukan gerakan
melompat ke arah pojok masing-masing.
47.
Tata Cahaya
Blitz atau lampu
kedap kedip
Pola Lantai
3
Suasana
Keangkuhan
Rangkaian Gerak
Penari 3 berada dibarisan paling depan melakukan gerakan berguling ke
72
4.5.6 Iringan Tari
Iringan dalam sebuah garapan tari memang menjadi salah satu hal
yang penting, karena selain sebagai musik pengiring, iringan juga
berfungsi mempertegas suasana yang ingin penata sampaikan.
Tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini menggunakan gamelan
Angklung Kebyar. Walaupun banyak orang mengatakan bahwa fungsi
gamelan ini adalah sebagai pengiring upacara pitra yadnya dan manusa
samping kanan dan kiri kemudian mencari posisi selanjutnya.
Penari 1 berda di atas trap melakukan gerakan tangan terbuka dan berisi
getaran, kaki pun agak sedikit terbuka.
48.
Tata Cahaya
Spot light 20
merah 75 %
Pola Lantai
Suasana
Keangkuhan
Rangkaian Gerak
Pose terakhir penari 1 mengangkat kaki kanan yang berada pada punggung
penari 4 yaitu babi dengan terbuka lebar sesuai agem.
Penari 3 dan 5 berada di kanan dan kiri penari 1 dengan gerakan khas karakter
anjing dan banteng.
Penari 2 berada paling bawah dengan karakternya yaitu garuda.
73
yadnya, tetapi dengan keinginan penata mentransformasikannya menjadi
sebuah pengiring tari dengan nuansa yang berbeda, gamelan ini pun
mampu memberikan nuansa berbeda yang ingin penata tonjolkan dalam
garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang. Penata terinspirasi
pertama kali menggunakan gamelan ini ketika, penata menonton ujian
tugas akhir kakak kelas yang mempergunakan gamelan Angklung Kebyar
pada saat itu dengan judul garapan tari kreasi Nyari oleh Ni Putu Sri Desy
Ekayanthi pada tahun 2010 lalu, kemudian keinginan penata semakin kuat
menggunakan gamelan Angklung Kebyar ketika penata menonton
pertunjukan Angklung Kebyar pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 3 tahun
yang lalu tahun 2010, disana penata melihat dan mendengar bahwa
barungan gamelan Angklung Kebyar juga dapat membuat nuansa dalam
suatu garapan.
Adapun instrument yang digunakan dalam barungan gamelan
Angklung Kebyar, antara lain :
1. 3 tungguh suling kecil
2. 3 tungguh suling panjang
3. 1 tungguh ceng-ceng ricik
4. 1 tungguh kajar
5. 4 tungguh gangsa
6. 4 tungguh kantilan
7. 2 tungguh jublag
8. 1 tungguh gong
74
9. 1 tungguh klenong
10. 1 tungguh kempur
11. 1 tungguh kempli
12. 4 tungguh pasang reong
13. Sepasang kendang cedugan lanang lan wadon
14. Sepasang kendang prumpung lanang lan wadon
15. 1 orang vocal sebagai tandak
Iringan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini ditata oleh
I Nyoman Sutrisna, S.Sn dengan pendukung karawitan dari Sanggar
Sunari - Sesetan Denpasar. Sesuai dengan konsep yang ada, iringan tari
dilengkapi dengan tandak untuk memberikan narasi serta sebagai
penuntun jalannya cerita dalam garapan ini.
Berikut ini pencatatan narasi dan notasi iringan tari kreasi putri
keras Cempaka Gadang yang menggunakan gamelan Angkung Kebyar.
Isian narasi dalam notasi iringan tari kreasi Cempaka Gadang :
Ratna Kama Kangkaginupita wit kama Sang Hyang Taya pinuja
patemahan kawestri ayu, sih ning Gangga Dewi pascating jenana
sang diah.
Sang Hyang Taya nganugraha ikang cuda mani cempaka gadang
kangpuspata.
75
Kawisayania sumusup atemahan Diah Ratna Cempaka Gadang
sidimani wak bajra luir kawiadnyanan nira, weh sisya mangaji
lawan sang dewi.
disesuaikan dengan kebutuhan notasi dan melodi iringan sebagai berikut :
76
77
78
79
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini adalah sebuah
garapan tari kreasi yang merupakan pengembangan dari gerak-gerak tari
tradisi yang telah ada sebelumnya. Pengembangan yang penata lakukan
masih tetap berpijak pada unsur-unsur tradisi yang ada. Tari kreasi putri
keras Cempaka Gadang ini bertemakan magis mengangkat karakter dari
seorang Ni Diah Ratna Cempaka Gadang, ia adalah seorang yang
memiliki paras yang sangat cantik dan agung tetapi pada saat ia
dipengaruhi oleh benda yang memiliki kekuatan buruk yaitu mirah
cempaka gadang maka sifat keegoisannya muncul ingin menguasai jagat
raya.
Garapan ini berbentuk tari kelompok dengan jumlah 5 (lima)
orang penari putri sebagai kebutuhan panggung yang penata pilih. Secara
struktural garapan tari ini penata bagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu
flashback, pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet
dan pekaad. Struktur garapan ini telah disesuaikan dengan alur cerita
yang penata gunakan serta suasana yang ingin disampaikan. Pengaturan
pola lantai pada garapan ini telah penata sesuaikan dengan suasana yang
ingin penata tonjolkan pada setiap bagian cerita.
81
Iringan yang penata gunakan untuk mengiringi tari kreasi putri
keras Cempaka Gadang adalah gamelan Angklung Kebyar dengan 4 buah
nada yaitu (nding, ndong, ndeng dan ndung) dengan laras selendro.
Penata memilih gamelan Angklung Kebyar karena penata merasa bahwa
gamelan tersebut mampu mempertegas suasana yang ingin penata
sampaikan dalam garapan ini. Durasi waktu dalam garapan tari kreasi
putri keras Cempaka Gadang ini adalah 12 menit. Pola iringannya disusun
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ide dan konsep garapan yang
penata buat.
Penataan kostum dan tata rias dalam garapan tari kreasi putri keras
Cempaka Gadang ini sesuai dengan kostum dan tata rias tari tradisi,
namun sudah penata kembangkan sedemikian rupa dibeberapa bagian
agar unsur kreasi yang diusung penata dalam garapan ini tetap terlihat.
Pengembangan yang dilakukan pada bagian kostum terlihat pada
pengembangan bentuk lelancingan, kamen dan angkin yang digunakan
penari saat pertunjukan.
5.2 Saran
1. Hendaknya para koreografer muda terutama seniman akademik harus
banyak melakukan apresiasi terhadap garapan-garapan yang telah ada
sebelumnya baik dari karya kakak kelas maupun oleh seniman-
seniman tari lainnya. Dalam upaya meningkatkan sikap kreatif,
dengan demikian akan dapat memberikan suatu tambahan
82
pengetahuan serta perbandingan agar dapat melahirkan ide-ide yang
lebih kreatif dan original.
2. Diharapkan untuk lembaga agar garapan-garapan hasil ujian tugas
akhir (TA) yang telah ada dapat dipublikasikan kepada masyarakat
luas agar tidak berguna saat ujian saja setelah itu karya yang tercipta
terasa tidak memiliki guna.
3. Penciptaan garapan tari, sering terbesit bahwa biaya produksi yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk garapan tari sangat mahal.
Padahal kita sadar betul bahwa tari bukanlah sesuatu yang mewah,
tetapi lebih menekankan pada unsur gerak.
4. Para koreografer muda agar dapat mempersiapkan karya yang benar-
benar matang tidak terlihat terburu-buru agar terlihat unsur
keindahannya.
5. Diharapkan kepada koreografer muda nantinya agar tidak pernah
kapok untuk berkarya dan diharapkan terus menjaga dan melestarikan
budaya Bali, khususnya di dalam bidang seni tari.
6. Diharapkan kepada masyarakat agar tidak pernah menilai seseorang
hanya dari fisiknya semata, fisik yang sempurna tidak menjamin etika
yang sempurna pula, nilailah seseorang dari ketulusan hatinya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ari Sumiasih, Putu. 2008. Skrip Karya Seni Tari “Supraba Duta”. Denpasar;
Institut Seni Indonesia Denpasar.
Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar; Akademi Seni Tari
Indonesia (ASTI) Denpasar.
Cahya, I Nyoman. 2005. Mudra Jurnal Seni Budaya “Pemaknaan Dalam
Kehidupan Kreativitas Tari” No. 1 Vol-10. Denpasar; Institut
Seni Indonesia Denpasar.
Dibia, I Wayan. 1979. Sinopsis Tari Bali. Denpasar; Sanggar Tari Bali
Waturenggong.
Dibia, I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati (terjemahan dari Alma M.
Hawkins). Jakarta; Ford Foundation dan Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Dibia, I Wayan. 2012. Ilen-Ilen Seni Pertunjukan Bali. Denpasar; Bali Mangsi.
Djelantik, A. A. Made. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung; Masyarakat
Seni Pertunjukan Indonesia.
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedana, I Nyoman. 2003. Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang
Masa Kini) Bagian II. Denpasar; Institut Seni Indonesia
Denpasar.
Soedarsono. 1975. Komposisi Tari Elemen-Elemen Dasar (terjemahan dari
Dances Composition, The Basic Elements oleh La Meri).
Yogyakarta; Akademi Seni Tari Indonesia.
Soedarsono. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta; Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sri Desy Ekayanthi, Ni Putu. 2010. Skrip Karya Seni Tari “Nyari”. Denpasar;
Institut Seni Indonesia Denpasar.
Sri Desy Ekayanthi, Ni Putu. 2011. Agem Jurnal Ilmiah Seni Tari “Nyari” No.1
Vol-10. Denpasar; Institut Seni Indonesia Denpasar.
Suamba, Putu I.B. 2005. Mudra “Rasa Dalam Natya Sastra”. Denpasar; Institut
Seni Indonesia Denpasar.
84
Sumandiyo Hadi, Y. 1990. Mencipta Lewat Tari (terjemahan dari Creting
Through Dance oleh Alma M. Hawkins). Yogyakarta; Institut
Seni Indonesia Yogyakarta.
Tim penyusun. 2008. “Pedoman Tugas Akhir (TA)”. Denpasar; Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.
85
Lampiran 1
NAMA – NAMA PENDUKUNG
Nama Pendukung Tari :
1. Ni Nyoman Andra Kristina Susanti
2. Anak Agung Mas Sudarningsih
3. Ni Luh Putu Letsu Phyartini
4. Ni Kadek Dwi Damayanti
Penata Karawitan :
I Nyoman Sutrisna, S.Sn
Pendukung Karawitan :
Sanggar Sunari Sesetan – Denpasar
1. Made Widiartha,S.pd
2. I Ketut Sudiana, S.Sn
3. I Putu Suarjaya Putra
4. I Wayan Dana
5. Nyoman Surya Antara
6. Gede Sugiartha
7. I Made Alvin Dwika Putra
8. Agus Adi Widiana
9. Wayan Reza Permana Putra
86
10. I Made Bidiarta
11. I Wayan Agus Suardika
12. I Made Wirna
13. I Putu Agus Juniantara Putra
14. I Made Sena
15. Nyoman Uda Pramesti, S.Sn
16. I Ketut Sudiana
17. I Wayan Suwitra
18. Agus Andi Kurniawan
19. Made Narka
20. I Made Rame Yasa, S.Sos
21. I Wayan Gunawan
22. I Wayan Sukadana
Pendukung stage crew pada ujian pagelaran tanggal 22 Mei 2013 :
1. I Komang Gede Putra Nugraha
2. Luh Pasek Yuni Artini
3. I Gede Dianatha Putra
4. Kadek Ayu Meilansari
5. I Nyoman Sukadana
6. Ni Wayan Okta Ningsih
7. Kadek Putri Dewi Jayanthi
8. I Wayan Suwintara
87
9. Putu Ayu Rusminingsih
10. I Putu Novi Surapartha
11. Ida Ayu Ratih Wagiswari
12. Kadek Ayu Era Pinatih
13. I Made Paramartha
14. I Gusti Ngurah Gede Dharma Widnyana
15. I Made Merta Yasa
16. Bagus Jimy Kresna Loka
17. Ni Luh Ozy Rahayu Swandewi
18. Nurul Wulandari
19. I Komang Farda Adi saputra
20. Anak Agung Ayu Bintang Candra Dewi
21. Bagus Rangga Satriawan
22. Sayu Gde Bawa Grace Wilesthari
23. Ida Ayu Dwita Sugiantini
24. I Putu Anggradana Sukha
25. Ni Komang Ari Rani Parwati
26. Ni Kadek Dwi Suryani
27. Anak Agung Gde Dalem Segara Putra
28. Ida Bagus Putra Atmaja
29. I Putu Dedik Sutyana
88
Lampiran 2
Lampiran : Keputusan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar
Nomor : 05 /IT5.2/DT/2013
Tanggal : 21 Maret 2013
Susunan Panitia Pelaksana Ujian Tugas Akhir, Pagelaran Seni, dan Yudisium
Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Tahun Akademik 2012/2013.
Penanggung jawab : I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn (Dekan )
Ketua Pelaksana : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP.,M.Hum (Pembantu Dekan I)
Wakil Ketua : Ni Ketut Suryatini, SSKar.,M.Sn (Pembantu Dekan II)
Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd (Pembantu Dekan III)
Sekretaris : Dra. A.A.Istri Putri Yonari
Seksi – seksi
1. Sekretariat : I Nyoman Alit Buana, S.Sos (Koordinator)
Putu Sri Wahyuni Emawatiningsih, SE
Ni Made Astari, SE
I Gusti Ketut Gede
I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa, SE
Putu Liang Piada, A.Md
2. Keuangan : Ni Ketut Suprapti
Gusti Ayu Sri Handayani, SE
3. Publikasi/Dokumentasi : Drs. Rinto Widiarto , M.Si (Koordinator )
Nyoman Lia Susanti,SS., MA
Luh Putu Esti Wulaningrum, SS
I Made Rai Kariasa, S.Sos
Ketut Hery Budiyana, A.Md
4. Konsumsi : Ida Ayu Agung Yuliaswathi Manuaba,SH ( Koordinator )
Ketut Bambang Ayu Widyani, SE
Putu Gede Hendrawan
I Wayan Teddy Wahyudi Permana, SE
5. Keamanan : H. Adi Sukirno, SH.
6. Pagelaran
6.1 Operator Ligting
Soundsystem dan
Rekaman Audiovisual
:
:
I Gst Ngr Sudibya, SST., M.Sn. ( Koordinator )
I Made Lila Sardana, ST
89
I Nyoman Tri Sutanaya
I Ketut Agus Darmawan, A.Md
I Ketut Sadia Kariasa
6.2 Protokol : A.A.A. Ngurah Sri Mayun Putri, SST ( Koordinator )
Mahasiswa
6.3 Penanggung Jawab
Tari
: I Nyoman Cerita, SST.,M.FA
A.A Ayu Mayun Artati,SST., M.Si
6.4 Penanggung Jawab
Karawitan
: I Wayan Suharta, SSKar.,M.Si
Wardizal, S.Sen.,M.si
6.5 Penanggung Jawab
Pedalangan
: Drs. I Wayan Mardana, M.Pd
I Nyoman Sukerta, SSP.,M.Si
6.6 Stage Manager : Ida Ayu Trisnawati, SST.,M.Si
a. Asisten Stage Manager : Ni Wayan Mudiasih , SST.,M.Si
b. Stage Crew : I Gede Mawan ,SS.Kar., M.Si ( Koordinator )
Ida Bagus Nyoman Mas, SSKar.
I Nyoman Pasek, SSKar.,M.Si
Ni Komang Sri Wahyuni,SST.,M.Sn
I Wayan Suena, S.Sn.
I Ketut Budiana, S.Sn.
I Ketut Mulyadi, S.Sn
Ni Nyoman Nik Suasthi, S.Sn
I Nyoman Japayasa, S.Sn
7. Upakara/ Banten : Ketut Adi Kusuma, S.Sn
Dekan,
I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn
NIP. 19681231 199603 1 007
90
Lampiran 3
Foto-Foto Saat Ujian Pagelaran Tugas Akhir
Foto by : I Putu Yuda Pratama
Foto by : I Kadek Wigunantara Putra
91
Foto By : I Kadek Wigunantara Putra
92
Foto By : I Kadek Wigunantara Putra
Foto By : Citra
93
Foto By : I Putu Yuda Pratama
Foto By : I Kadek Wigunantara Putra
94
Foto By : Citra
Foto By : I Putu Yuda Pratama
top related