skripsi manajemen pendidikan ung
Post on 18-Jun-2015
1.979 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN STANDAR MUTU SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (SBI) DI SMP NEGERI 1 GORONTALO
(Studi Kasus di SMP Negeri 1 Gorontalo)
S K R I P S I
Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti
Ujian Sarjana Pendidikan
Oleh
ABDI GUNAWAN M. ABDULLAH
NIM : 131 407 111
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
2012
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Abdi Gunawan M. Abdullah. Skripsi “Pengembangan Standar Mutu
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Di SMP Negeri 1 Gorontalo”. Skripsi
Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Gorontalo, 2012.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus.
Skripsi ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian sebagai
berikut: Pertama, Bagaimanakah standar mutu sumber daya manusia (SDM) di
SMP Negeri 1 Gorontalo? Kedua, Bagaimanakah standar mutu proses
pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo? Ketiga, Bagaimanakah standar mutu
sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo?
Data penelitian ini keseluruhannya diperoleh dan dihimpun melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian, data tersebut dianalisis
dengan menggunakan metode triangulasi dan juga menggunakan ketekunan
pengamatan.
Hasil penelitian yang diperoleh; Pertama, bahwa Standar mutu Sumber
Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1 Gorontalo dari tahap pendampingan
sampai pada tahap pemberdayaan sudah cukup berkembang, namun pada tahap
mandiri ini, program RSBI belum sepenuhnya tercapai sesuai dengan standar
OECD. Kedua, Standar mutu proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo
dari tahap pendampingan sampai pada tahap pemberdayaan belum berkembang,
sehingga pada tahap mandiri ini, program RSBI belum sepenuhnya telah
memenuhi standar OECD yaitu proses pembelajarannya yang telah berbasis TIK
dan bilingual. Ketiga, Standar mutu sarana dan prasarana di SMP Negeri 1
Gorontalo dari tahap pendampingan sampai pada tahap pemberdayaan sudah
cukup berkembang, namun pada tahap mandiri kali ini belum semuanya terpenuhi
sesuai dengan standar OECD, walaupun sarana dan prasarana yang ada di sekolah
ini sudah cukup memadai.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka disarankan bagi SMP Negeri 1
Gorontalo sebagai sekolah penyelenggara program RSBI untuk mencapai predikat
SBI; Pertama, perlu terus melakukan kegiatan sosialisasi dalam peningkatan mutu
SDM yang difokuskan untuk memenuhi standar tenaga pendidik RSBI. Kedua,
Untuk standar mutu proses pembelajaran harus ditopang dengan adanya SDM
yang berkualitas dan sarana penunjang pembelajaran yang memadai. Ketiga,
Sarana dan prasarana sekolah perlu dilengkapi lagi, sesuai dengan standar sarana
dan prasarana SMP RSBI.
Kata kunci : Standar Mutu, Sekolah Bertaraf Internasional.
vi
ABSTRACT
Abdi Gunawan M. Abdullah. Thesis "Development of Quality Standards
International Standard School (SBI) in SMP Negeri 1 Gorontalo". Thesis
Department of Management Education Faculty of Education, State University of
Gorontalo, 2012.
This thesis is the result of qualitative research using case study approach.
This thesis aims to answer three research questions as follows: First, What
quality standards of human resources (HR) in SMP Negeri 1 Gorontalo? Second,
How is the quality standards of the learning process in SMP Negeri 1 Gorontalo?
Third, How is the quality standard of facilities and infrastructure in SMP Negeri 1
Gorontalo?
The overall research data obtained and compiled through interviews,
observation and documentation. Then, the data were analyzed by using the
triangulation method and also use diligence observations.
The results are obtained: First, that the quality standards of Human
Resources (HR) in SMP Negeri 1 Gorontalo from stage to stage empowerment
mentoring developed enough, but at this stage of self, RSBI program has not been
fully achieved in accordance with OECD standards. Second, the quality standards
of learning processes in SMP Negeri 1 Gorontalo from stage to stage
empowerment mentoring undeveloped, so at this stage of self, not yet fully RSBI
program meets the standards of the OECD-based learning process that has ICT
and bilingual. Third, the quality standards of facilities and infrastructure in SMP
Negeri 1 Gorontalo from stage to stage empowerment mentoring developed
enough, but on stage this time is not all self-fulfilled in accordance with OECD
standards, although the facilities and infrastructure that exist in this school is
sufficient.
In line with the above conclusion, it is advisable for the SMP Negeri 1
Gorontalo as a school program providers to reach the predicate SBI RSBI; First,
the need to continue socialization activities in improving the quality of human
resources is focused to meet the standards RSBI educators. Second, the learning
process for quality standards must be supported by the presence of qualified
human resources and adequate means of supporting learning. Third, school
facilities and infrastructure need to be completed again, in accordance with the
standards of facilities and infrastructure RSBI junior.
Key words : Quality Standards, International School.
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan Qalam. Dialah yang
mengajar manusia segala yang belum diketahui”
(Q.S Al-‘Alaq : 1-5)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)
Visi tanpa tindakan adalah lamunan. Tindakan tanpa visi adalah mimpi buruk.
(Mudin)
Kesuksesan bukan dilihat dari hasilnya, tapi dilihat dari prosesnya.
Karena “HASIL” bisa direkayasa dan dibeli,
Sedangkan “PROSES” selalu jujur menggambarkan siapa diri kita sebenarnya. (Abdhy)
Hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah ketika kita tidak bisa membahagiakan orang yang kita sayangi
(Abdhy)
Karya kecil ini kupersembahan untuk : ALLAH S.W.T, Tuhan Semesta Alam.
Muhammad Utusan ALLAH, si-Penyempurna Akhlaq Djumriah Dj. Mondjo S.Pd.SD (mama), Darah, Air Mata, Cinta Kasih Sayang, Air Susu, dan
Keringatnya yang mengalir di dalam tubuhku. Mudin, S.Pd (papa), Sabar dan Teguh-mu menjadi kekuatan buatku.
Untuk Adik-adikku Tercinta (Isma Wahyuni, Moh. Idhar, dan Anggun Farwaty) serta seluruh Keluarga Besarku yang selalu mendukung dan memberikan semangatnya kepadaku dalam
menyelesaikan studiku selama ini. Nurma Juwita sebagai “Pelitaku Sederhana”
ALMAMATERKU TERCINTA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TEMPAT AKU MENIMBAH ILMU
2012
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas
segala berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh
kesempatan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
“Pengembangan Standar Mutu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di SMP
Negeri 1 Gorontalo”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Manajemen
Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
Pada dasarnya setiap usaha untuk mencapai sebuah kesuksesan pasti akan
menemui hambatan dan tantangan, demikian pula yang dialami oleh penulis
dalam penyusunan skripsi ini, namun tekad, kemauan dan kerja keras yang
dibarengi dengan motivasi dan do‟a dari orang tua, Bapak/Ibu dosen, serta rekan-
rekan, sehingga Alhamdulillah segala hambatan dalam penyusunan skripsi ini
dapat dilalui oleh penulis.
Melalui kesempatan ini, penulis dengan kerendahan hati yang tulus dan
ikhlas menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas jasa-jasa dari Bapak Prof. Dr. H. Ansar, S.Pd, M.Si dan
Bapak Drs. H. Muh. Polinggapo, S.Sos. M.Pd selaku pembimbing I dan II yang
telah ikhlas menyediakan waktunya, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan
penulis sejak awal penelitian hingga penyusunan skipsi ini.
ix
Oleh karena itu, berangkat dari ketulusan hati maka pada kesempatan ini
penulis turut menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Gorontalo.
2. Prof. Dr. H. Sarson W. Dj. Pomalato, M.Pd; Eduart Wolok, S.T. M.T;
Fence M. Wantu, S.H. M.H; dan Prof. Dr. Yulianto Kadji M.Si, yang masing-
masing selaku Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Negeri
Gorontalo.
3. Prof. Dr. H. Abdul Haris PanaI, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Gorontalo.
4. Dra. Hj. Rena L. Madina, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
5. Prof. Dr. H. Ansar, S.Pd, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
6. Drs. Abd. Haris Machmud, S.Pd, M.Pd selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
7. Dr. Asrin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
8. Intan A. Razak, S.Ag, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
9. Drs. H. Muh. Polinggapo, S.Sos, M.Pd selaku penasehat akademik.
10. Seluruh Staf Pengajar dan Dosen yang terhormat: Prof. Dr. H. Abd. Kadim
Masaong, M.Pd; Prof. Dr. H. Ansar, S.Pd, M.Si; Drs. H. Muh Polinggapo,
x
S.Sos, M.Pd; Dra. Meity Mononimbar; M.Pd; Dr. Fadliah, M.Si; Nina
Lamatenggo, S.E, M.Pd; Dra. Fory Nawai, M.Pd; Drs. Ikhfan Haris, M.Sc;
Arifin, S.Pd, M.Pd; Intan A. Razak, S.Ag, M.Pd; Arifin Suking, S.Pd, M.Pd;
Dr. Asrin, M.Pd; Besse Marhawati, S.Pd, M.Pd; Warni T. Sumar, S.Pd,
M.Pd; Dr. Arwildayanto, S.Pd, M.Pd yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang berguna sebagai bekal bagi penulis.
11. Staf Administrasi Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah banyak
membantu penulis dalam pengurusan administrasi: K‟Nova, K‟Dewy dan
Alan (Mhs. PKL).
12. Kepala Sekolah dan Wakil-wakil Kepala Sekolah beserta staf Dewan Guru
dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Gorontalo yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data yang penulis perlukan.
13. Orang tuaku dan seluruh keluarga besarku yang selalu senantiasa memberikan
dukungan material dan moral kepadaku dalam menyelesaikan studiku.
14. Teman-teman Angkatan 2007 Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas
Negeri Gorontalo; Ridu, Ebot, Yaser, Elfin. Sule, Ibalo, Idrak, Wesly, Andy,
Fikar, Ras, Lina, Nisa, Ika, Nha, Winda, Ila, Ira, Dian, Ulin, Salty, Ulan, Zia,
Susan, Cili, Nirma, Irma, Wilan, Nink, Lian, Mila, Ela dan Kristin, saya
ucapkan terima kasih atas bantuan serta kebersamaannya selama ini.
15. Rekan-rekan seluruh anggota HMJ Manajemen Pendidikan.
16. Teman-teman Angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri
Gorontalo (Nink, Elha, Ratna, Lili, Ratna Doank, Cilen, Lina, Tri, Joken, Ati,
Eko, Ayu, Ulin, Femi, Iva, Yuni, Nisa, Tita, Sariah, Warni, Rendi, Ramdan,
xi
Risman, Ima, Ikma, Iksan, Adi, Roman, Mia, Jafar) saya ucapkan terima
kasih atas bantuan serta kebersamaannya selama ini.
17. Rekan-rekan seluruh anggota Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA)
Periode 2008/2009.
18. Seluruh keluarga besar Ikatan Mahasiswa Kabupaten Banggai (IMI-KB) di
Gorontalo.
19. Rekan-rekan mahasiswa KKS UNG Desa Polohungo, Kec. Dulupi,
Kabupaten Boalemo; Nhyna, Dhyan, Mhyta.
20. Seluruh aparat Desa Polohungo, Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo.
21. Rekan-rekan mahasiswa PKL Jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNG di
SMP Negeri 1 Gorontalo; Suleman dan Irma.
22. “Pelitaku” Sederhana, yang selalu memotivasi dan membantuku dalam
penyusunan skripsi ini; Nurma Juwita (DhyNho „29).
23. Teman-teman se-kost; Oba, Dewy, Asta.
24. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa keberadaan skripsi ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga kritik dan saran maupun
bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak akan beroleh balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-
Nya bagi kita semua, Amiin…
Gorontalo, Januari 2012
Penulis
xii
Halaman
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Penyelenggaraan Program RSBI/SBI .................................... 8
B. Tujuan Penerapan Program RSBI di Indonesia ................................... 13
C. Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional .......... 15
D. Visi dan Misi Sekolah Bertaraf Internasional ..................................... 17
E. Syarat Penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ..................... 20
F. Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran RSBI .................... 24
G. Pentahapan (Fase) Pengembangan
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ..................... 26
a. Tahap Pengembangan ..................................................................... 28
b. Tahap Pemberdayaan ...................................................................... 37
c. Tahap Mandiri ................................................................................ 42
H. Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Visioner .............................. 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian ................................................................................... 60
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 61
C. Kehadiran Peneliti ............................................................................... 63
D. Data dan Sumber Data ......................................................................... 64
a. Data ................................................................................................. 64
b. Sumber Data ................................................................................... 65
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 66
a. Wawancara ..................................................................................... 66
b. Observasi ........................................................................................ 68
c. Dokumentasi ................................................................................... 70
xiii
F. Analisis Data ....................................................................................... 71
G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 74
a. Ketekunan Pengamatan .................................................................. 74
b. Triangulasi ...................................................................................... 76
H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................................ 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi HasilPenelitian .................................................................... 80
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 80
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 88
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 93
B. Temuan Penelitian ............................................................................... 96
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 96
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 100
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................. 102
C. Pembahasan ......................................................................................... 104
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 104
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 110
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................. 117
d. Kesiapan SMP Negeri 1 Gorontalo dalam Menghadapi
Tahun ke-6 (Tahap Mandiri) .......................................................... 121
D. Kerangka Konseptual .......................................................................... 139
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 141
B. Saran .................................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 146
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Informan ............................................................... 148
Lampiran 2 Kode dan Ringkasan Operasional .............................................. 149
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ................................................................ 150
Lampiran 4 Transkrip Wawancara ................................................................ 159
Lampiran 5 Hasil Observasi .......................................................................... 177
Lampiran 6 Analisis Domain ........................................................................ 184
Lampiran 7 Data Sekolah .............................................................................. 186
xiv
Lampiran 8 Struktur Organisasi dan Tata Kerja SMPN 1 Gorontalo ........... 197
Lampiran 9 Denah Sekolah ........................................................................... 198
Lampiran 10 Gambar Penelitian ..................................................................... 199
CURRICULUM VITAE .............................................................................. 209
xv
Halaman
DAFTAR GAMBAR
SMP Negeri 1 Gorontalo dilihat dari atas ....................................................... 60
Komponen dalam Analisis Data (interactive model) ...................................... 71
Profil SDM (Tenaga Pendidik, Kependidikan dan Pendukung) ..................... 87
Bagan Konseptual ........................................................................................... 140
xvi
Halaman
DAFTAR TABEL
Karakteristik Esensial SMP-SBI sebagai Penjaminan Mutu
Pendidikan Bertaraf Internasional .................................................................... 136
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing
secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan
bertaraf Internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta.
Pendidikan bertaraf Internasional harus memiliki daya saing yang tinggi
dalam hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah
baik secara nasional maupun internasional. Hal ini didasari oleh tuntutan
kurikulum bertaraf Internasional yang mengharuskan peserta didik dalam masuk
kelas Internasional harus mampu berkompetisi secara global dengan siswa dari
Negara lain. Beberapa kemampuan umum yang lazim menjadi tolak ukur ke
internasional adalah kemampuan dalam sains, kemampuan dalam bidang
teknologi, dan kemampuan lain yang bersifat karya-karya inovatif dan kreatif.
Menurut Ahmadi dalam Syaiful Sagala ( 2007: 82) mengemukakan bahwa:
“Berbagai problematika pendidikan di Indonesia Hampir 80 persen
berkisar pada permasalahan pengembangan kurikulum, kemasan bahan
pelajaran, metode dan media pengajaran, pendidikan dan pelatihan guru,
serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar
(PBM)”.
Selain itu keunggulan pendidikan juga tidak terlepas adanya praktik-
praktik pendidikan di tingkat kelas atau sekolah yang berorientasi pada usaha
memotivasi siswa untuk belajar, bukan semata pada cara agar siswa mendapatkan
skor tinggi dalam tes. Sebagaimana paparan Dedi Supriadi (2000:10), bahwa:
xviii
“Pada dasarnya yang membuat pendidikan suatu negara unggul, antara lain
materi kurikulum yang menantang dan terfokus, penekanan proses belajar
pada pemahaman siswa akan konsep daripada hafalan, serta komitmen
guru dan administrator pendidikan terhadap mutu”.
Sementara itu permasalahan struktural (manajemen kelembagaan
pendidikan serta permasalahan fundasional, teori dan konsep yang melandasi
upaya pendidikan) hampir belum mendapat sentuhan dan perhatian yang memadai
pula. Padahal optimalisasi setiap komponen dalam manajemen sekolah
sesungguhnya dapat menjadikan organisasi sekolah lebih efektif, efisien, dan
bermutu.
Kebijakan pendidikan nasional di Indonesia dimaksudkan untuk merespon
adanya tuntutan yang sangat tinggi akan terwujudnya pendidikan berkualitas
internasional. Hal ini mengandung makna bahwa diperlukan adanya
pengembangan institusi pendidikan berkualitas dengan taraf internasional. UU
No. 20 Tahun 2003 ayat 50 tentang sistem pendidikan nasional mengatakan
bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara bersama-sama
mengembangkan paling sedikit satu sekolah atau madrasah bertaraf internasional
di setiap provinsi. Dalam implementasi kebijakan pendidikan nasional ini
Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama merancang pendidikan sekolah
dan madrasah bertaraf internasional di setiap provinsi di Indonesia.
Implementasi kesepakatan pasar global di bawah Asian Free Trade Area
(AFTA) dan World Trade Organization (WTO), menunjukkan bahwa Indonesia
tidak lagi akan memiliki monopoli dalam pemasaran produk, barang-barang,
buruh, dan service. Tak ada batas negara yang diperkenankan untuk memproteks
lulusan sekolah yang mencari pekerjaan-pekerjaan domestik. Hampir semua
xix
jenis pekerjaan harus bersifat terbuka terhadap kebangsaan manapun tanpa
memandang kewarganegaraannya. Hanya kualitas kemampuan orang tersebut
yang harus menjadi kriteria utama dalam proses seleksi penerimaan pekerja.
Indonesia kini sudah berada di dalam dunia pasar global dan
konsekuensinya beberapa pekerjaan dan profesi juga sudah di tangan pencari
kerja dari luar negeri. Di masa yang akan datang akan lebih banyak lagi
pekerjaan dan profesi yang membutuhkan lulusan sekolah/madrasah yang
memiliki standar keterampilan yang diakui secara internasional. Kelak,
tuntutan terhadap lulusan tersebut akan semakin meningkat secara signifikan.
Situasi dan kondisi yang sudah dapat diprediksi ini mendorong Pemerintah
Indonesia untuk mengimplementasikan pendidikan bertaraf internasional. Tujuan
dari kebijakan tersebut adalah bahwa lulusan dari sekolah bertaraf internasional
harus memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan untuk menyandang
pekerjaan atau profesi tertentu, dengan memiliki standar ini, diharapkan bahwa
semakin banyak lulusan dari Indonesia yang akan memiliki kesempatan, lebih
layak, dan lebih berhak untuk memperoleh pekerjaan atau profesi tersebut. Selain
itu, lulusan dengan standar internasional akan menobatkan Indonesia menjadi
negara yang semakin berkualitas dan lebih layak untuk memperoleh tawaran dari
negara lain atau tawaran pekerjaan dari lembaga negara lain di negara kita sendiri.
Setelah diterapkannya program akselerasi di sekolah-sekolah pada tahun
2004, kini pemerintah Indonesia menerapkan kelas internasional di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU), Serta Sekolah
xx
Menengah Kejuruan (SMK). Dengan program ini, diharapkan lulusan dari
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) itu mampu bersaing secara internasional.
Berdasarkan keputusan Depdiknas pada awal TP. 2005/2006 SMP Negeri
1 Gorontalo ditunjuk sebagai satu-satunya pelaksana Sekolah Standar Nasional
(SSN) program koalisi yang menerapkan sistem pembelajaran bilingual (dua
bahasa) untuk mata pelajaran Matematika, Fisika dan Biologi.
Program SBI sudah dimulai sejak tahun 2006 dan hingga 2007 telah
diterapkan pada 200 sekolah menengah atas. Ditargetkan, sebanyak lebih dari 500
sekolah bertaraf internasional akan tersebar di seluruh Indonesia. Sementara
untuk sekolah menengah pertama baru dilakukan pada tahun 2007 lalu untuk
beberapa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN). Khusus untuk SBI,
Departemen Pendidikan Nasional bekerja sama dengan pemerintah daerah
setempat.
Di awal tahun 2007 SMP Negeri 1 Gorontalo ditunjuk sebagai pilot
project penyelenggara Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (R-SBI) sesuai SK
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama No. 542/C3/KEP/2007, serta
berdasarkan UU No.20 tahun 2003 dan PP No.19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, bahwa disetiap daerah harus menyelenggarakan pendidikan
yang berstandar nasional dan juga sekurang-kurangnya satu rintisan sekolah
bertaraf internasional pada semua jenis jenjang pendidikan. Namun segala bentuk
predikat yang telah diraih SMP Negeri 1 Gorontalo bukanlah hadiah yang
didapatkan begitu saja tapi melalui beberapa tahap seleksi dan penilaian dari
xxi
segala aspek. Baik aspek siswa, sarana dan fasilitas, serta prestasi dari aspek
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri.
Oleh karena itu sangat penting bagi penulis untuk meneliti masalah-
masalah di atas secara ilmiah dengan formulasi judul “Pengembangan Standar
Mutu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Di SMP Negeri 1 Gorontalo”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian
difokuskan pada pengembangan standar mutu sekolah bertaraf internasional (SBI)
yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo ditinjau dari:
a. Standar mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1 Gorontalo.
b. Standar mutu proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo.
c. Standar mutu sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum
tentang pengembangan standar mutu sekolah bertaraf Internasional (SBI) yang
ada di SMP Negeri 1 Gorontalo ditinjau dari:
a. Standar mutu sumber daya manusia (SDM) di SMP Negeri 1 Gorontalo;
b. Standar mutu proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo; serta
c. Standar mutu sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
xxii
a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diharapkan
akan dapat memberikan kontribusi informasi terkait dengan pengembangan
standar mutu RSBI/SBI pada umumnya dan secara khusus dapat menambah
wawasan dan khasanah ilmiah dalam bidang Manajemen Pendidikan, terutama
mengenai konsep sekolah bertaraf internasional.
b. Manfaat praktis
1. Bagi Pemerintah Kota Gorontalo
Diharapkan aparat pemerintah daerah Kota Gorontalo dapat memahami
mengenai pengimplementasian standar mutu sekolah bertaraf internasional
(SBI), serta dapat memberikan sumbangsih pemikiran sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuaan kebijakan yang diharapkan dapat
memberikan konstribusi tehadap pengembangan standar mutu sekolah
bertaraf internasional (SBI), khususnya pada SMP Negeri 1 Gorontalo
sebagai SMP penyelenggara program RSBI.
2. Bagi SMP Negeri 1 Gorontalo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
sekolah mengenai pengembangan standar mutu sekolah bertaraf
internasional sehingga tercipta lingkungan sekolah yang berciri
internasional dan memiliki daya saing global yang nantinya akan menjadi
bahan masukan untuk sekolah-sekolah yang belum meyelenggarakan
program RSBI/SBI, khususnya sekolah-sekolah yang berada di wilayah
kota Gorontalo.
xxiii
3. Bagi peneliti lainnya
Sebagai bahan informasi dan rujukan guna penelitian pada masa
mendatang dengan kajian-kajian yang sama atau penelitian yang lebih luas
sifatnya.
xxiv
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Penyelenggaraan Program RSBI/SBI
Dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dinyatakan dalam “Lingkup Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi: (1).Standar isi; (2).Standar proses; (3).Standar
kompetensi lulusan; (4).Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5).Standar
sarana dan prasarana; (6).Standar pengelolaan; (7).Standar pembiayaan;
(8).Standar penilaian pendidikan”.
Pengukuran ketercapaian 8 standar tersebut dapat dilakukan dengan
evaluasi kinerja pendidikan secara berkala yang dilakukan: (a) evaluasi kinerja
oleh satuan pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan; (b) evaluasi kinerja oleh Pemerintah;
(c) evaluasi kinerja oleh Pemerintah Daerah Provinsi; (d) evaluasi kinerja oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan (e) evaluasi oleh lembaga evaluasi
mandiri yang dibentuk oleh masyarakat atau organisasi profesi untuk menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan, (PP No. 19/2005: Pasal 78).
Berdasarkan pada tingkat terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan
(SNP), dalam pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan Pedoman
Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (2008:9)
dijelaskan bahwa sekolah dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Sekolah
Kategori Standar (SKSt); Sekolah Kategori Mandiri (SKM); dan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI). Sekolah Kategori Standar adalah sekolah-sekolah
xxv
yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Sekolah Kategori Mandiri
adalah sekolah-sekolah yang hampir atau telah memenuhi Standar Nasional
Pendidikan. Sedangkan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah-
sekolah yang telah memenuhi 8 komponen SNP yang disertai dengan penguatan,
pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu
pendidikan yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional
pada negara-negara OECD (Organization for Economic Co-operation and
Development) dan negara-negara maju lainnya (Pedoman Penyelenggaraan
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, 2008: 10).
Landasan hukum penerapan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN Pendidikan (SNP)
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50 ayat 3 yang
menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional.
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional.
4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
5. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Kewenangan Pemerintah
(Pusat) dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
xxvi
6. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena
Kurikulumnya ditujukan untuk Pencapaian indikator kinerja kunci
minimal sebagai berikut :
a. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);
b. Menerapkan sistem satuan kredit semester di Sekolah Menengah Pertama;
c. Memenuhi Standar Isi; dan
d. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
7. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 tentang
Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 sebagai
penyempurnaan Permen Diknas Nomor 24 tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Permen Diknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan.
12. Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-
2006.
xxvii
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut :
1. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dimana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya
masing-masing;
2. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang
sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD
(Organization for Economic Co-operation and Development) dan/ atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan; dan
3. Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari
Standar Kompetensi Lulusan.
Adalah tidak benar kalau Guru bahasa Indonesia harus menggunakan
bahasa Inggris dalam memberikan pengantar pelajarannya, walaupun hal tersebut
boleh saja dilakukan, tetapi penggunaan bahasa Inggris adalah untuk
pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan saja,
sebagaimana dalam bagian proses pembelajaran RSBI/SBI dinyatakan sebagai
berikut: “Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan
keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses
pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Proses”.
xxviii
Keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja
kunci tambahan sebagai berikut :
a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi
sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti
luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa
patriot, dan jiwa inovator;
b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah
satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;
c. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; dan
d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti
kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata
pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan
bahasa Indonesia.
Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah nasional yang telah
memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan keunggulan
yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-
sekolah unggul tingkat internasional.
Konsep Sekolah Bertaraf Internasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sekolah Bertaraf Internasional = SNP + X. SNP adalah standar minimal yang
harus dipenuhi oleh satuan pendidikan meliputi delapan standar nasional
pendidikan. Sedangkan “X” dapat berupa penguatan, pengayaan, pengembangan,
perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang mengacu
xxix
pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada Negara-negara OECD
dan Negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam
bertaraf internasional dalam pendidikan.
Sekolah bertaraf Internasional berbeda dengan sekolah Internasional
ataupun juga dengan kelas Internasional, dimana mereka menerapkan kurikulum
tersendiri. Tidak benar jika sekolah RSBI hanya untuk orang kaya atau orang
mampu saja. Untuk siswa berprestasi dan lulus seleksi yang dilakukan, tersedia
beasiswa berupa keringanan biaya atau pembebasan biaya pendidikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
B. Tujuan Penerapan Program RSBI di Indonesia
Perumusan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) merupakan salah
satu tahap dalam siklus perencanaan. Dalam siklus perencanaan, tujuan
perencanaan dirumuskan lebih dulu, dan kemudian rencana dikembangkan
berdasarkan tujuan tersebut. Meskipun demikian, dalam siklus perencanaan
itu sendiri terjadi kesaling-ketergantungan (interdependensi) antar tahap,
misal kaji-ulang terhadap rencana yang sudah dilaksanakan mungkin akan
mendorong dikaji ulangnya tujuan perencanaan.
Secara umum ada dua faktor yang melatar belakangi diberlakukannya
program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), yaitu :1). Munculnya
tuntutan baru masyarakat terhadap sekolah, dan 2). Bergesernya perkembangan
kebijakan pendidikan dari sentralisasi menuju desentralisasi.
xxx
1. Tuntutan baru masyarakat terhadap sekolah
Dunia pendidikan (sekolah) harus mampu merespon tuntutan dan
harapan masyarakat. Sekolah perlu memenuhi aspirasi dan kebutuhan
masyarakat selaku pengguna utama layanan jasa pendidikan. RSBI sebagai
perwujudan desentralisasi pengelolaan pendidikan merupakan solusi yang
dipandang tepat untuk menjawabnya.
2. Bergesernya kebijakan politik sentralisasi menuju desentralisasi.
Bergesernya kebijakan pendidikan dari sentralisasi menuju desentralisasi,
secara yuridis bertumpu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50
ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional.
Sebagai konsekwensi kelanjutannya, sekolah sebagai unit terkecil
dalam pengelolaan pendidikan formal dituntut mampu mengelola dirinya
sendiri dengan memberdayakan segenap potensi yang dimilikinya. Melalui
program RSBI, sekolah bersama-sama dengan Stakeholders-nya dapat
menjalankan perannya dalam pengelolaan sekolah secara mandiri. Adapun tujuan
dari penerapan RSBI di Indonesia secara umum terbagi atas dua tujuan, yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan umum
a. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat Tujuan
Nasional dalam Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No.20
xxxi
Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No.19 tahun 2005 tentang SNP
(Standar Nasional Pendidikan), dan UU No.17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang menetapkan
Tahapan Skala Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan
akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.
b. Pengembangan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah
meningkatkan kinerja sekolah dalam mewujudkan situasi belajar dan
proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara
optimal dalam mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, dan memiliki daya saing pada taraf internasional.
c. Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas
bertaraf Nasional dan Internasional.
d. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.
2. Tujuan khusus
Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam
standar kompetensi lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan
berciri Internasional.
C. Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Perencanaan atau rencana (planning) dewasa ini telah dikenal oleh hampir
setiap orang. Kita mengenal rencana pembangunan, perencanaan pendidikan dan
xxxii
sebagainya. Definisi mengenai perencanaan memang diperlukan agar dalam
uraian selanjutnya tidak terjadi kesimpangsiuran. Definisi pada umumnya
merupakan suatu pintu gerbang untuk memasuki pengertian-pengertian yang ada
kaitannya dengan istilah yang dipakai, dalam hal ini perencanaan. Namun hingga
saat ini belum didefinisikan secara resmi dan hingga kini perencanaan itu sendiri
belum merupakan suatu disiplin ilmu sendiri. Menurut Anthony dan Govindarajan
(1995) bahwa:
“Perencanaan merupakan suatu proses manajemen yang sistematis yang
didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan atas program-
program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan sumber
daya yang akan dialokasikan dalam setiap program selama beberapa tahun
mendatang” (dalam Prasetyo dan Gomies, 2004).
Supaya diperoleh suatu komitmen atau kesepakatan, sehingga
kesimpangsiuran atau kesalahpahaman dapat dihindarkan, langkah awal yang
ditempuh adalah mengemukakan pengertian perencanaan. Kaufman mengatakan
perencanaan adalah:
Suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan
absah dan bernilai, di dalamnya mencangkup elemen-elemen :
a. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.
b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang
diprioritaskan.
d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
e. Konsekwensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan.
Program RSBI harus diatur dan direncanakan dengan baik sehingga dapat
menjamin tercapainya tujuan sekolah yabg berstatus RSBI. Proses perencanaan
program RSBI menunjukkan sesuatu yang teratur dengan baik, metodologis dan
ilmiah. Oleh karena itu perencanaan merupakan alat yang sangat penting yang
xxxiii
dipakai oleh seseorang dalam usahanya mengarahkan program RSBI yang
terorganisir dengan baik. Untuk mengefektifkan upaya perencanaannya seseorang
harus memiliki keahlian secara professional dan pengalaman yang banyak, karena
perencanaan program RSBI harus obyektif.
Perencanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dituangkan
dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and
Investment Plan (SDIP) yang mengacu pada Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah
Bertaraf Internasional.
a. Evaluasi Diri
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional perlu melakukan evaluasi
diri untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing sekolah yaitu dengan
membandingkan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata di sekolah. Melalui
evaluasi diri dapat diketahui kelemahan masing-masing sekolah untuk setiap
komponen sekolah. Hasil evaluasi diri digunakan sebagai dasar untuk menyusun
RPS atau SDIP yang meliputi Rencana Kerja Jangka Panjang dan Rencana Kerja
Tahunan.
b. Penyusunan dan Pengesahan RPS atau SDIP
RPS atau SDIP yang disusun oleh sekolah bersama dengan komite sekolah
diketahui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi.
D. Visi dan Misi Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut Wibisono (2006), visi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin
xxxiv
dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan
want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat
krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka
panjang.
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta
kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang
dikutip oleh Nawawi (2000:122),
Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam
produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat
ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang
diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Visi yang efektif antara
lain harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Imagible (dapat di bayangkan).
b. Desirable (menarik).
c. Feasible (realities dan dapat dicapai).
d. Focused (jelas).
e. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).
f. Communicable (mudah dipahami).
Visi Sekolah Bertaraf Internasional harus mengacu pada visi pendidikan
nasional dan visi Depdiknas, visi sekolah bertaraf Internasional perlu dirancang
agar mencirikan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan
meningkatkan daya saing global.
Menurut Wheelen sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2006: 46-47)
“Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan
eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada
masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa”. Pernyataan misi merupakan
sebuah kompas yang membantu untuk menemukan arah dan menunjukkan jalan
yang tepat dalam menopang visi. Tujuan dari pernyataan misi adalah
xxxv
mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi,
tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan kan menuju.
Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu
bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh
semua pihak yang terkait.
Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah
misi yang bagus, misi tersebut harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat
ditetapkan
b. Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah
c. Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan
d. Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.
Misi Sekolah Bertaraf Internasional merupakan penjabaran dari visi
Sekolah Bertaraf Internasional yang akan dijadikan dasar rujukan dalam
menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memiliki
indikator SMART, yaitu spesifik (specific), dapat diukur (measurable), dapat
dicapai (achievable), realistic (realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan
yang jelas (time-bound).
Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan
Sekolah Bertaraf Internasional yang disusun secara cermat, tepat, futuristic, dan
berbasis demand-driven.
xxxvi
E. Syarat Penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Juni 2007 yang lalu meluncurkan
Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam pedoman tersebut disebutkan
bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional adalah “Sekolah/Madrasah yang
sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan
mengacu pada standar pendidikan salah satu Negara anggota Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau Negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga
memiliki daya saing di forum Internasional‟‟.
Pada prinsipnya, sekolah/madrasah bertaraf Internasional harus bisa
memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari
standar nasional pendidikan OECD yang berlokasi di Paris, Perancis adalah
organisasi internasional untuk membantu pemerintahan Negara-negara
anggotanya menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Saat ini OECD telah
memiliki sekitar 30 Negara anggota diantaranya Australia, Perancis, Jerman,
Amerika dan Inggris.
Ada 9 kriteria penjaminan mutu sekolah/madrasah bertaraf internasional di
dalam pedoman tersebut. Penjaminan mutu tersebut dibagi atas indikator kinerja
minimal dan tambahan. Indikator minimal adalah mengikuti standar yang sudah
ditentukan sebelumnya.
xxxvii
Sedangkan indikator tambahan untuk SM RSBI adalah sebagai berikut :
1. Sekolah ber-akreditasi A.
Minimal mendapat predikat A dari Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah
dan akreditasi dari salah satu Negara anggota OECD. Menurut Bambang Sudibyo
(Mantan Mendiknas), bahwa:
“Suatu sekolah akan dirintis menjadi sekolah internasional harus
terakreditasi A secara nasional dan memiliki indikator tambahan dari
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yaitu
organisasi Negara-negara yang memiliki keunggulan di bidang
pendidikan”.
2. Kurikulum.
Muatan mata pelajaran harus setara atau lebih tinggi dari salah satu
anggota Negara OECD.
3. Proses pembelajaran.
Penerapan pembelajaran berbasis Teknologi dan Ilmu Komputer (TIK)
pada semua mata pelajaran.
4. Penilaian.
Indikator tambahan menyatakan diperkaya dengan model penilaian
sekolah unggul di salah satu Negara anggota OECD.
5. Pendidik.
Para guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan
mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris. Indikator tambahan
lain adalah jumlah guru yang berpendidikan S2/S3 minimal 10% untuk
SD/MI, minimal 20% untuk SMP/MTs, dan minimal 30%
SMA/SMK/MA/MAK.
xxxviii
6. Tenaga kependidikan.
Kepala sekolah/madrasah berpendidikan minimal S2, mampu berbahasa
Inggris secara aktif serta bervisi internasional, mampu membangun
jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa
kepemimpinan dan kewirausahaan yang kuat.
7. Sarana dan prasarana.
Setiap ruang kelas harus dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis
TIK, memiliki perpustakaan dengan sarana digital yang memberikan akses
ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia, serta dilengkapi
dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga,
klinik, dan lain sebagainya.
8. Pengelolaan.
Telah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO
14000.
9. Pembiayaan.
Penerapan model pembiayaan yang efisien guna mencapai berbagai target
indikator kunci tambahan.
Sekolah juga menerapkan standar kurikulum dengan tingkat satuan
pendidikan (KTSP) dengan sistem kredit semester (SKS), sistem akademik
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sistem kompentensi, dan
muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari mata pelajaran yang sama
pada sekolah unggul negara OECD. Selain memenuhi kurikulum Diknas, sekolah
juga memenuhi kurikulum lokal dan Depag. Ada 4 tingkatan akreditasi, yaitu :
xxxix
1. Kategori A, memenuhi semua kriteria „Wajib‟ dan indikator
„Perkembangan‟
2. Kategori B, memenuhi semua kriteria „Wajib‟ dan 50% dari indikator
„Perkembangan‟
3. Kategori C, memenuhi semua kriteria „Wajib‟
4. Kategori P, Anggota “Provisional” dan memberikan bukti tertulis bahwa
sekolah tersebut sedang berusaha memenuhi kriteria „Wajib‟
Kelas internasional pada sekolah berbasis internasional ini, mengacu pada
kurikulum Cambride University of London Inggris atau IGCSE, sehingga bahasa
pengantar pada kelas internasional ini adalah bahasa Inggris. Karena itu tidaklah
heran, guru-guru yang mengajar di kelas internasional ini selain harus menguasai
mata pelajaran yang diajarkan, juga harus menguasai bahasa Inggris.
Ibaratnya, guru memenuhi standar pendidikan internasional, yaitu minimal
30 persen guru berpendidikan S2 atau S3 dari perguruan tinggi (PT) yang program
studinya berakreditasi A, sedangkan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah
minimal berpendidikan S2 dari PT yang program studinya berakreditasi A.
Berbeda dengan kelas regular, kelas internasional selain ruangannya dilengkapi
dengan pendingin udara dan alat-alat untuk presentasi, internet, multimedia dan
biayanya juga sangat tinggi. Tes penerimaan siswa baru pada kelas internasional
juga berbeda, yaitu meliputi tes akademik dan non-akademik.
Selain itu, SBI dari standar pengelolaan, telah meraih sertifikat ISO
9001:2000 tentang tata kelola dan ISO 14.000 tentang lingkungan. Diharapkan
xl
pula sekolah RSBI menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf
internasional di luar Negeri.
F. Pelaksanaan Kurikulum Dan Proses Pembelajaran RSBI
Selain memenuhi Standar Isi, memenuhi SKL, dan menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta menerapkan sistem satuan kredit
semester di SMP/MTs, model kurikulum RSBI memenuhi sebagai berikut :
a. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi
danKomunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses
transkripnya masing-masing;
b. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang
sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan; dan
c. Menerapkan standar kelulusan Sekolah yang lebih tinggi dari standar
Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik yang memenuhi Standar Proses.
Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum Nasional yang dikembangkan
dengan mengadaptasi kurikulum bertaraf Internasional. Kurikulum Nasional berisi
11 Mata Pelajaran antara lain:
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kwarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
xli
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
10. Teknologi Informasi dan Komunikasi
11. Muatan Lokal
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dipakai sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Depdiknas Pusat, pada kelas internasional SKL yang
dikembangkan meliputi:
1. Matematika
2. Sains (Fisika, Biologi)
3. Bahasa Inggris
Pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran RSBI menggunakan asas-
asas sebagai berikut:
a. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi
kurikulum sekolah di Negara lain.
b. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara
terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini
dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yakni Subtractive Bilingualism dan
Additive Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual Language.
xlii
c. Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan perbedaan
adanya Bahasa Akademis dan Bahasa Sosial yang pengaturan bahasa
pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan subjek maupun waktu.
d. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek
kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.
e. Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) termasuk
Emotional Intelligence dan Spiritual Intelligence ke dalam kurikulum.
f. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi,
kompetensi, nilai dan sikap serta prilaku (kepribadian).
g. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis,
memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu
mengambil keputusan dalam belajar. Penyusunan kurikulum ini didasarkan
prinsip “Understanding by Design” yang menekankan pemahaman jangka
panjang (Enduring Understanding). Pemahaman (Understanding) dilihat dari
6 aspek: Explain, Interpret, Apply, Perspective, Empathy, Self Knowledge.
h. Kurikulum tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan
kredit semester.
i. Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication
Technology (ICT) yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.
G. Pentahapan (Fase) Pengembangan Program Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional
Tahap pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ada tiga
tahap, yaitu:
xliii
1. Tahap Pengembangan (3 tahun pertama);
2. Tahap Pemberdayaan (2 tahun; tahun ke-4 dan 5); dan
3. Tahap Mandiri (tahun ke-6).
Pada tahap pengembangan yaitu tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3
sekolah didampingi oleh tenaga dari lembaga profesional independent dan/atau
lembaga terkait dalam melakukan persiapan, penyusunan dan pengembangan
kurikulum, penyiapan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan,
pembiayaan, serta penyiapan sarana prasarana.
Sedangkan pada tahap pemberdayaan yaitu tahun ke-4 dan ke-5 adalah
sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan
pada tahap pendampingan, oleh karena itu dalam proses ini hal terpenting adalah
dilakukannya refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan
penyempurnaan serta realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra dalam
dan luar negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan internasional.
Pada tahap mandiri pada tahun ke-6 adalah sekolah sudah berubah
predikatnya dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menjadi Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI) dengan catatan semua profil yang diharapkan telah
tercapai. Sedangkan apabila profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan
standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung),
sarana prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaan, dan kultur
sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan suatu sekolah RSBI akan terkena
passing-out.
xliv
a. Tahap Pengembangan
1. Standar Isi dan Kompetensi Lulusan
Mengembangkan KTSP dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Melakukan adaptasi dengan kurikulum sekolah salah satu Negara maju sesuai
dengan kondisi dan kesiapan sekolah. Hasil pemetaan kurikulum dioperasionalkan
dalam KTSP, silabus, RPP, perangkat pembelajaran, media/sumber ajar, dan
perangkat pendukung lainnya. Merintis kemitraan dengan sekolah atau lembaga
sertifikasi pendidikan internasional minimal merumuskan SKL sesuai Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan yang tertuang dalam Permen Diknas No. 23
Tahun 2006. Menambah komponen SKL yang telah ada dengan
mengadaptasi/mengadopsi SKL yang bercirikan internasional.
2. Proses Pembelajaran
Pendampingan Tahun I, 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu
pada standar proses Sekolah Bertaraf Internasional. 20% pembelajaran mata
pelajaran dilakukan secara bilingual. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual
telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta
didik, dan lingkungan sekolah. 20% pembelajaran bilingual telah menggunakan
media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK. Intensitas pendampingan (In-
house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali
seminggu. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat
pada siswa (student centered) atau teach less learn more (TLLS). 20%
pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis
masalah (integrated and problem-based instruction).
xlv
Pendampingan Tahun ke-II, 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu
pasa standar proses Sekolah Bertaraf Internasional. 50% pembelajaran mata
pelajaran dilakukan secara bilingual. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual
telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta
didik, dan lingkungan sekolah. 50% pembelajaran bilingual telah menggunakan
media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK. Intensitas pendampingan (In-
house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 1 kali
seminggu. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat
pada siswa (student centered) atau teach less learn more (TLLS). 50%
pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis
masalah (integrated and problem-based instruction).
Pendampingan Tahun ke-III, 100% pelaksanaan pembelajaran telah
mengacu pasa standar proses Sekolah Bertaraf Internasional 100% pembelajaran
mata pelajaran dilakukan secara bilingual 100% pelaksanaan pembelajaran
bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi,
karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah 100% pembelajaran bilingual
telah menggunakan media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK Intensitas
pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi
minimal 1 kali sebulan 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang
dengan berpusat pada siswa (student centered) atau teach less learn more (TLLS)
100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan
berbasis masalah (integrated and problem-based instruction).
xlvi
3. Penilaian
Penilaian hasil belajar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional wajib
mengikuti penilain yang berlaku secara nasional dan sekolah juga harus
memfasilitasi siswanya untuk mengikuti ujian sertifikasi internasional. (1) Prinsip
penilaian; meliputi mendidik, terbuka, menyeluruh, terpadu, obyektif,
berkesinambungan, adil, dan menggunakan acuan atau kriteria, (2) Mekanisme
penilaian; Penilaian dilakukan oleh dua pihak, yaitu Guru dan sekolah.
Penilaian oleh Guru dilakukan untuk mengumpulkan data dan membuat
keputusan tentang siswa mengenai unit kompetensi dasar sekolah melakukan
penilaian untuk mengumpulkan data tentang siswa menyangkut ketercapaian
standar kompetensi seluruh mata pelajaran. Penilaian dilakukan dalam bentuk
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan
kenaikan kelas, dan kelulusan nilai batas ambanag kompetensi (NBAK) atau
kriteria kompetensi minimal (KKM) ditetapkan 75%. Siswa yang tidak mencapai
NBAK atau KKM diberikan program remedi.
Penilaian program kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian
dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan proses dan hasil yang
dicapai. Kegiatan penilaian meliputi pemantauan (monitoring) dan evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pihak eksternal seperti
Depdiknas, Dinas Pendidikan Propinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Acuan kegiatan monitoring dan evaluasi meliputi: (a) Pemantauan
ditujukan untuk memberikan peringatan dini apabila terjadi penyimpangan
xlvii
terhadap input dan proses penyelenggaraan program RSBI. (b) Evaluasi ditujukan
untuk mengetahui hasil nyata program RSBI dengan hasil yang diharapkan.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kegiatan penyiapan SDM meliputi : (1) Mempelajari panduan program
RSBI secara seksama, khususnya tentang kompetensi standar minimal SDM
sekolah bertaraf internasional, (2) Melakukan pemetaan kebutuhan calon SDM
program RSBI dari segi kuantitas dan kualitas yang ada di sekolah, (3)
Mengadakan sosialisasi tentang rekruitmen SDM program RSBI kepada guru dan
tenaga kependidikan yang berpotensi, (4) Melakukan kegiatan pelatihan melalui
mekanisme in-house training dengan melibatkan tenaga professional independent
sesuai dengan bidangnya, (5) Merintis program kerjasama dengan lembaga
sertifikasi pendidikan internasional, (6) Memberikan kesempatan kepada SDM
yang telah siap untuk mengikuti uji kompetensi, sertifikasi, dan atau bench-
marking yang diselenggarakan oleh lembaga independent sesuai dengan
bidangnya.
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sekolah melakukan persiapan dan pengadaan saranan dan prasarana sesuai
dengan hasil analisis kebutuhan (need assessment) dan hasil analisis SWOT.
6. Biaya
Pembiayaan program RSBI masih menekankan pada subsidi dari
pemerintah baik pusat maupun daerah, dengan penerapan system block grant.
Komponen-komponen yang harus disiapkan oleh sekolah penyelenggara program
RSBI: (1) Profil sekolah secara lengkap, akurat, dan factual serta mutakhir. (2)
xlviii
Rencana strategis (RPS/SDIP) yang terukur pencapaian indikatornya. (3) Rencana
tahunan (action plan) yang sudah signifikan dan jelastahapan-tahapan pencapaian
targetnya. (4) Sistem manajemen administrasi dan keuangan sudah menerapkan
asas akuntabel, berbasis kinerja, dan transparan. (5) Pola pemantauan,
pengawasan, dan pelaporan menggunakan mekanisme yang efisien, efektif, dan
ekonomis.
Sekolah penyelenggara RSBI menyususun rencana kerja tahunan dengan
komponen biaya dapat dialokasikan sebagai berikut: (1) Biaya dari pemerintah
pusat digunakan untuk pembenahan dan inovasi proses dan perangkat
pembelajaran, peningkatan mutu SDM, dan untuk biaya subsidi para peserta didik
yang kurang mampu. (2) Biaya dari pemerintah provinsi digunakan untuk
perawatan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung pembelajaran. (3) Biaya dari
pemerintah Kabupaten/Kota digunakan untuk biaya investasi (sarana dan
prasarana) dan pemenuhan penjaminan mutu. (4) Biaya dari masyarakat
digunakan untuk peningkatan kualifikasi dan kualitas para guru dan tenaga
penunjang. (5) Biaya dari instansi terkait atau sumber lain digunakan untuk
peningkatan mutu SDM, pembenahan proses belajar mengajar, investasi, dan
pembenahan lingkungan sekolah.
7. Pengelolaan
Dasar pengelolaan program RSBI adalah komponen-komponen indikator
input, proses, dan output sebagai berikut: Indikator indut mencakup antara lain
program pengembangan sekolah, kurikulum, SDM, kapasitas dan kualitas siswa,
buku dan sumber belajar, dana, sarana dan dan prasarana belajar, legislasi dan
xlix
regulasi, data dan informasi, organisasi dan administrasi, serta kultur sekolah
Indikator proses mencakup kejadian dan kegiatan yang dapat
meningkatkan pengakuan dari RSBI dengan pendampingan menjadi sekolah
bertaraf internasional (SBI), yaitu: (a) Variasi penerapan model pembelajaran,
efektifitas pembelajaran, mutu pembelajaran, keaktifan siswa dalam
pembelajaran, inovasi dan kreativitas pembelajaran, penerapan TIK dalam
pembelajaran, dan pembelajaran yang menyenangkan sehingga mampu
menuansakan keantusiasan guru dan siswa dalam pembelajaran, (b) Indikator
output meliputi prestasi belajar yang bersifat akademik, khususnya pengakuan
internasional terhadap prestasi akademik dan/atau nonakademik, serta standar
kualitas internasional dari para lulusan.
Pencapaian indikator-indikator dari pengelolaan program RSBI pada tahap
ini adalah: (1) Sekolah terakreditasi secara nasional dengan kategori "A"
(sertifikasi masih berlaku sampai tahun ke empat). (2) Melaksanakan kurikulum
nasional dan telah menerapkan KTSP. (3) Semua guru berkualifikasi S-1,
sekurang-kurangnya 10% berkualifikasi S-2. (4) Tersedia sekurang-kurangnya
50% guru mampu mengajar mata pelajaran (selain mata pelajaran bahasa inggris)
dengan bahasa Inggris. (5) Memiliki sekurang-kurangnya satu sekolah mitra dari
dalam Negeri atau dari salah satu Negara anggota OECD yang memiliki reputasi
internasional. (6) Tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar. (7)
Tersedia sumber buku referensi dengan rasio jumlah buku dan jumlah siswa
sekurang-kurangnya 1 : 10. (8) Memiliki renstra pengembangan sekolah
(RPS/SDIP) untuk periode lima tahunan, satu tahunan dan action-plan yang
l
terkategori reasonable dan feasible. (9) Tersedia minimal 50% ruang kelas yang
dilengkapi dengan sarana TIK/multimedia. (10) Tersedia masing-masing satu
laboratorium fisika, laboratorium kimia, dan laboratorium biologi Laboratorium
computer, laboratorium bahasa dilengkapi dengan alat dan bahan yang memadai.
(11) Memiliki sistem manajemen keuangan dan administrasi yang transparan
berbasis TIK Mempunyai fasilitas komunikasi telepon, faximile, internet dan
website.
Pemfokusan aspek-aspek dari pengelolaan program RSBI pada tahap
pendampingan adalah: 1.Memiliki struktur organisasi sekolah yang fisibel dan
efisien dalam mekanisme pelaksanaannya; 2.Mempunyai profil sekolah yang
didukung dengan dokumentasi yang valid dan mudah diakses; 3.Mempunyai
panduan tupoksi yang jelas untuk setiap warga sekolah; 4.Mempunyai panduan
penggunaan setiap sarana dan prasarana maupun fasilitas peralatan; 5.Mempunyai
sistem dokumentasi yang efektif dan dapat merekam setiap penggunaan sarana,
prasarana, maupun fasilitas peralatan oleh setiap pengguna; 6.Memiliki renstra
lima tahunan dengan koordinator maupun penanggungjwab kegiatan yang
memahami tupoksinya; 7.Memiliki rencana tahunan yang merupakan penjabaran
dari rencana strategis dengan indikator pencapaian yang terukur; 8.Menerapkan
system adinistrasi dan keuangan yang efisien, efektif, dan ekonomis;
9.Mempunyai panduan kerjasama yang mampu meningkatkan kualitas sekolah;
10.Menerapkan system pengambilan keputusan yang tidak sentralistik, namun
berdasarkan system penugasan yang terencana; 11.Mempunyai rencana kerja
pendampingan yang terukur; 12.Mempunyai system monitoring dan evaluasi yang
li
baik; 13.Mempunyai system rekruitmen tenaga pendidik dan tenaga penunjang
kependidikan yang bermutu; 14.Menerapkan system pengawasan internal yang
baik; 15.Mempunyai system pelaporan yang berkesinambungan berbasis TIK.
8. Kesiswaan
Tahap seleksi siswa baru:
a. Seleksi Administrasi, meliputi: 1) Nilai rapor SD kelas I s.d VI untuk mata
pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
minimal 7,5. 2) Penghargaan prestasi akademik. 3) Sertifikat dari lembaga
kursus bahasa Inggris.
b. Achievement test, meliputi: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS
dengan skor minimal 7 dalam rentang 0-10.
c. Tes Kemampuan Bahasa Inggris, meliputi: Reading, Listening, Writing,
dan Speaking dengan skor minimal 7 dalam rentang 0-10.
d. Psychotest, meliputi: Minat dan Bakat (Aptitude-Test) dan Kepribadian
(Personality-test).
e. Wawancara kepada siswa dan orangtua. Wawancara dengan siswa
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa untuk masuk
program RSBI. Wawancara dengan orangtua dimaksudkan untuk
mengetahui minat dan dukungan orangtua.
9. Kultur Sekolah
Aspek kebersihan, mencakup semua lingkungan sekolah, baik dalam
maupun luar ruangan. Sarana pendukung aspek kebersihan adalah: (1) tempat
lii
sampak dalam jumlah yang memadai, (2) air mengalir lancar, khususnya untuk
tempat ibadah, kamar mandi, WC, kantin sekolah, dan laboratorium IPA.
Aspek kerapihan, mencakup semua semua peralatan dan perlengkapan
fasilitas sekolah, pakaian seragam siswa dan pakaian seragam warga sekolah
lainnya.
Aspek keamanan, menyangkut ketersediaan pagar sekolah yang kokoh dan
kuat serta petugas keamanan yang memadai termasuk pos penjagaan yang
diharapkan dapat menangkal tindak kejahatan dan/atau gangguan lain terhadap
proses pembelajaran.
Aspek keindahan meliputi komponen luar maupun dalam gedung, jenis
tanaman hias yang bervariasi dan warna warni, warna cat gedung yang serasi dan
tidak pudar, hisan dinding, tulisan visi misi serta papan peringatan maupun tulisan
motivasional yang terpasang serasi.
Aspek kerindangan mencakup ketersediaan pepohonan pelindung yang
rindang serta tempat duduk di bawah dan/atau sekitar pepohonan tersebut dalam
jumlah yang memadai.
Aspek bebas asap rokok, bebas narkoba, bebas kekerasan (bullying), dan
bebas pornografi meliputi ketersediaan papanperingatan yang terpasang di
beberapa tempat serta penegakan aturan termasuk sanksi dan hukuman bagi
mereka yang melanggarnya.
Aspek disiplin mencakup peraturan sekolah tentang waktu belajar, yaitu
peraturan jam masuk dan keluar sekolah serta peraturan lainnya seperti
pembayaran sekolah dan lain-lain.
liii
Aspek semangat kompetitif adalah keinginan untuk bersaing secara positif
baik dalam bidang akademik maupun non akademik sehingga siswa mampu
meraih prestasi tertinggi di forum nasional dan internasional.
Aspek budaya malu mencakup rasa malu melakukan pelanggaan terhadap
peraturan sekolah, norma agama, dan norma-norma di masyarakat, malu berbuat
tidak baik pada diri sendiri dan orang lain, serta malu bila tidak berprestasi.
Aspek budaya baca dan tulis menyangkut kebiasaan membaca dan menulis
bagi seluruh warga sekolah yang ditandai dengan adanya forum diskusi bedah
buku atau penugasan kepada siswa untuk meringkas buku yang dibaca, membuat
laporan penelitian, membuat karangan, serta karya tulis lainnya.
b. Tahap Pemberdayaan
1. Kurikulum
Sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah
dikembangkan pada tahap pendampingan. Sekolah melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan. Sekolah merealisaikan
program kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar Negeri serta lembaga
sertifikasi pendidikan internasional.
2. Proses Pembelajaran
Pengalihan fungsi tenaga pendamping menjadi tenaga professional untuk
melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Hasil
monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan penyempurnaan/perbaikan
proses pembelajaran berikutnya. Kegiatan penyempurnaan/memperbaiki proses
pembelajaran bersifat sebagai supervisi klinis untuk memberikan
liv
bantuan/bimbingan bahkan arahan secara langsung terhadap masalah/kendala/
hambatan yang timbul atau yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Target
supervisi klinis adalah proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris dengan memasukkan model-model penilaian yang dilakukan di sekolah
internasional pada ulangan akhir semester, sementara ulangan harian tidak harus
mengikuti model sekolah internasional (bersifat optional).
Penilaian program kegiatan dengan cara memonitoring dan mengevaluasi
terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh tenaga pendamping
(konsulltan/fasilitator), Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Mengadakan refleksi terhadap hasil kegiatan pada tahap
rintisan/pendampingan. Menyusun program pemberdayaan SDM dengan
melibatkan lembaga/tenaga professional independent dan atau instansi terkait
sesuai dengan bidangnya dari dalam maupun luar Negeri. Memberikan tugas
mandiri kepada SDM program RSBI dengan intensitas tugas dan porsi yang lebih
besar dibandingkan pada tahap rintisan/pendampingan. Melakukan uji
kompetensi, sertifikasi, dan atau bench-marking yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi/bench-marking bertaraf internasional, baik di dalam maupun
luar Negeri, kepada SDM program RSBI.
lv
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksudkan pada pedoman penjaminan mutu
telah terpenuhi. Dilakukan penggunaan dan pemberdayaan terhadap sarana dan
prasarana yang telah ada atau telah terpenuhi pada tahap rintisan/pengembangan.
Optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana yang didukung oleh tertib
dokumentasi dan tertib administrasi. Perawatan sarana prasarana untuk
meningkatkan fungsi dan usia teknis.
6. Biaya
Pembiayaan program RSBI masih menekankan pada subsidi dari
Pemerintah baik pusat maupun daerah, dengan penerapan system block grant.
Komponen-komponen yang harus disiapkan oleh sekolah penyelenggara program
RSBI: Profil sekolah secara lengkap, akurat, dan factual serta mutakhir; Rencana
strategis (RPS/SDIP) yang terukur pencapaian indikatornya; Rencana tahunan
(action plan) yang sudah signifikan jelas tahapan-tahapan pencapaian targetnya;
Sistem manajemen administrasi dan keuangan sudah menerapkan asas akuntabel,
berbasis kinerja, dan transparan; Pola pemantauan, pengawasan, dan pelaporan
menggunakan mekanisme yang efisien, efektif, dan ekonomis; laporan tengah
tahunan, dan laporan tahunan.
Sekolah penyelenggara RSBI menyususun rencana kerja tahunan dengan
komponen biaya dapat dialokasikan sebagai berikut: Biaya dari pemerintah pusat
digunakan untuk pembenahan dan inovasi proses dan perangkat pembelajaran,
peningkatan mutu SDM, dan untuk biaya subsidi para peserta didik yang kurang
mampu. Biaya dari pemerintah provinsi digunakan untuk perawatan sarana,
lvi
prasarana, dan fasilitas pendukung pembelajaran. Biaya dari pemerintah
Kabupaten/Kota digunakan untuk biaya investasi (sarana dan prasarana) dan
pemenuhan penjaminan mutu. Biaya dari masyarakat digunakan untuk
peningkatan kualifikasi dan kualitas para Guru dan tenaga penunjang. Biaya dari
instansi terkait atau sumber lain digunakan untuk peningkatan mutu SDM,
pembenahan proses belajar mengajar, investasi, dan pembenahan lingkungan
sekolah. Bantuan dari sekolah mitra dapat berupa pemutakhiran kurikulum
maupun program-program pertukaran, baik peserta didik maupun Guru.
7. Pengelolaan
Pengelolaan program RSBI pada tahap pemberdayaan difokuskan pada
aspek-aspek berikut: 1).Memiliki struktur organisasi sekolah yang fisibel dan
efisien dalam mekanisme pelaksanaannya, 2).Mempunyai profil sekolah yang
didukung dengan dokumentasi yang valid dan mudah diakses, 3).Mempunyai
panduan tupoksi yang jelas untuk setiap warga sekolah, 4).Mempunyai panduan
penggunaan setiap sarana dan prasarana maupun fasilitas peralatan,
5).Mempunyai sistem dokumentasi yang efektif dan dapat merekam setiap
penggunaan sarana, prasarana, maupun fasilitas peralatan oleh setiap pengguna,
6).Memiliki renstra lima tahunan dengan koordinator maupun penanggungjwab
kegiatan yang memahami tupoksinya, 7).Memiliki rencana tahunan yang
merupakan penjabaran dari rencana strategis dengan indikator pencapaian yang
terukur, 8).Menerapkan sistem adinistrasi dan keuangan yang efisien, efektif, dan
ekonomis, 9).Mempunyai panduan kerjasama yang mampu meningkatkan kualitas
sekolah, 10).Menerapkan sistem pengambilan keputusan yang tidak sentralistik,
lvii
namun berdasarkan system penugasan yang terencana, 11).Mempunyai rencana
kerja pendampingan yang terukur, 12).Mempunyai sistem monitoring dan
evaluasi yang baik, 13).Mempunyai system rekruitmen tenaga pendidik dan
tenaga penunjang kependidikan yang bermutu, 14).Menerapkan system
pengawasan internal yang baik, 15).Mempunyai system pelaporan yang
berkesinambungan berbasis TIK, 16).Mempunyai mekanisme pencarian dana
yang baik, 17).Mempunyai sistem rekruitmen siswa yang berkualitas,
18).Mempunyai lingkungan sekolah yang menyenangkan, 19).Mempunyai sistem
pembelajaran yang berstandar internasional.
8. Kesiswaan
Pembinaan siswa sudah mulai mendekati profil akhir siswa sekolah
bertaraf internasional Pembinaan siswa meliputi seluruh aspek yaitu: kognitif,
afektif, psikomotorik, dan kinetik. Pembinaan siswa dikembangkan melalui
kegiatan tatap muka, tugas terstruktur, dan tugas mandiri tidak terstruktur, serta
kegiatan pengembangan diri.
9. Kultur Sekolah
Kultur sekolah sudah terbangun dan tertata menuju akhir sekolah bertaraf
internasional yang meliputi: Aspek kebersihan meliputi: kebersihan WC, ruang
kelas, laboratorium, perpustakaan, tempat ibadah, kantin, dan halaman sekolah.
Aspek kerapihan meliputi: ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, tempat
ibadah, kantin, halaman sekolah, ruang kantor, ruang kepala sekolah, ruang TU,
ruang guru serta pakaian warga sekolah. Aspek keamanan, menyangkut
ketersediaan pagar sekolah yang kokoh dan kuat serta petugas keamanan yang
lviii
memadai termasuk pos penjagaan yang diharapkan dapat menangkal tindak
kejahatan dan/atau gangguan lain terhadap proses pembelajaran. Aspek keindahan
meliputi: gedung, taman, dan ruang. Aspek kerindangan meliputi: pohon dan
tempat duduk dalam jumlah yang memadai. Aspek bebas asap rokok, bebas
narkoba, bebas kekerasan (bullying), dan bebas pornografi meliputi: tersedianya
papan peringatan dan penerapan sanksi. Aspek disiplin meliputi: disiplin waktu
belajar dan tata tertib sekolah sudah terlaksana. Aspek semangat kompetitif mulai
timbul. Aspek budaya malu sudah terbentuk. Aspek budaya baca dan tulis sudah
membudaya.
c. Tahap Mandiri
1. Kurikulum
Sekolah dapat secara mandiri melaksanakan kurikulum program sekolah
bertaraf internasional (SBI) yang dikembangkan pada tahap sebelumnya.
2. Proses Pembelajaran
Sekolah telah mandiri menjadi sekolah bertaraf internasional Sekolah
mampu mengembangkan pembelajaran bilingual menjadi pembelajaran berbahasa
Inggris sepenuhnya (100%) dengan memperhatikan kelima prinsip pembelajaran.
3. Penilaian
a. Penilaian hasil belajar siswa
b. Penilaian program
4. SDM
Sekolah bertaraf internasional telah memiliki SDM mandiri dan siap
menjadi sekolah bertaraf internasional dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
lix
a. Guru
Semua guru mempunyai kualifikasi akademik minimal 20% berkualifikasi
S-2/S-3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A. Memiliki
latar belakang keilmuan sesuai dengan mata pelajaran yang dibina. Memiliki
sertifikasi profesi pendidik sesuai dengan jenjang satuan pendidikan tempat
tugasnya (nasional dan internasional). Memiliki kesanggupan untuk
mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. Memiliki kinerja tinggi baik
secara individu maupun kelompok. Mampu menggunakan media/sumber belajar
berbasis TIK dalam pembelajaran. Mampu melaksanakan pembelajaran dalam
bahasa Inggris secara efektif.
b. Kepala Sekolah
Memiliki kualifikasi akademik minimal S-2 dari perguruan tinggi yang
program studinya berakreditasi A. Telah mengikuti pelatihan kepala sekolah dari
lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah. Memiliki
kemampuan manajemen berbasis sekolah. Memiliki jiwa kepemimpinan visioner
dan situasional. Memiliki jiwa entrepreneurship. Mampu membangun jejaring
internasional mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif. Mampu
menggunakan TIK. Memiliki pengalaman kerja sebagai kepala sekolah minimal
lima tahun.
c. Tenaga Pendukung
1) Pustakawan
Memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 bidang keilmuan. Pustakawan.
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi
lx
pustakawan.Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu
mengembangkan profesi sebagai pustakawan secara berkelanjutan mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
2) Laboran IPA dan TIK
Memiliki kualifikasi akademik bidang keilmuan: IPA/Teknik. Memiliki
kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi laboran. Memiliki
pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi
sebagai laboran secara berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
3) Teknisi laboratorium IPA dan Bahasa
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan: Teknik
Elektronika. Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan
fungsi teknisi laboratorium IPA dan Bahasa. Memiliki pengalaman kerja
minimal 3 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai teknisi
labotratorium IPA dan Bahasa secara berkelanjutan. Mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
4) Teknisi TIK
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan:
Komputer/Teknik Informatika. Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi teknisi computer. Memiliki pengalaman kerja
minimal 3 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai teknisi
computer secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
lxi
5) Kepala Tenaga Administrasi Sekolah
Memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 Bidang keilmuan:
Administrasi Pendidikan. Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana
tugas dan fungsi kepala tenaga administrasi sekolah. Memiliki pengalaman
kerja minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai kepala
tenaga administrasi sekolah secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi
dalam bahasa Inggris secara efektif. Mampu menggunakan TIK dalam
pelaksanaan tugasnya.
6) Tenaga Administrasi Keuangan dan Akuntansi
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan: Akuntasi.
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi keuangan dan akuntansi. Memiliki pengalaman kerja minimal
5 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi
keuangan dan akuntansi berbasis TIK secara berkelanjutan. Mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
7) Tenaga Administrasi Kepegawaian
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan:
Manajemen SDM. Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas
dan fungsi tenaga administrasi kepegawaian. Memiliki pengalaman kerja
minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga
administrasi kepegawaian berbasis TIK secara berkelanjutan. Mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
lxii
8) Tenaga Administrasi Akademik
Memiliki kualifikasi akademik minimal sekolahnya dilengkapi dengan
Sertifikat Penggunaan TIK Bidang keilmuan: Administrasi. Memiliki
kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga administrasi
akademik. Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu
mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi akademik berbasis
TIK secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris
secara efektif.
9) Tenaga Administrasi Sarana dan Prasarana
Memiliki kualifikasi akademik minimal sekolahnya dilengkapi dengan
Sertifikat Pelatihan Sarana dan Prasarana Pendidikan Bidang keilmuan:
Administrasi/Manajemen Pendidikan. Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi tenaga sarana dan prasarana. Memiliki
pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi
sebagai tenaga tenaga sarana dan prasarana berbasis TIK secara
berkelanjutan. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
10) Tenaga Administrasi Kesekretariatan
Memiliki kualifikasi akademik minimal sekolahnya dilengkapi dengan
Sertifikat Penggunaan TIK Bidang keilmuan: Administrasi Perkantoran.
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi kesekretariatan. Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun.
Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi
lxiii
kesekretariatan berbasis TIK secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi
dalam bahasa Inggris secara efektif.
5. Sarana Prasarana
1. Tanah dengan luas minimal 15.000 m2.
2. Kapasitas ruang kelas: 32 orang siswa.
3. Perpustakaan
Ruang baca mampu menampung 5% dari jumlah seluruh siswa Luas 0,2
m2 per siswa. Koleksi buku: buku teks (cetak dan digital) dengan rasio 1:1
dan buku referensi 1:3.Sekolah berlangganan jurnal, majalah yang terpilih
secara periodic minimal 2 buah. Tersedia system catalog yang berbasis
TIK dan bertaraf internasional. Memiliki computer, multimedia dan akses
internet dengan jaringan (LAN). Tersedianya bahan ajar yang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
4. Pengembangan laboratorium Fisika, Kimia, biologi, bahasa, dan IPS
Memiliki 1 unit lab.Fisika, 1 unit lab.Kimia, 1 unit lab.Biologi, 1 unit
laboratorium bahasa, dan 1 unit laboratorium IPS Setiap laboratorium
harus dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan
spesifikasi dan kebutuhan pembelajaran praktik/praktikum.
5. Laboratorium Computer
Memiliki ruang dengan ukuran yang memadai dan ber-AC. Jumlah
computer sesuai dengan jumlah siswa yang akan praktik Software selalu
di-update. Memiliki teknisi computer dengan jumlah yang memadai
Memiliki penjaminan keselamatan kerja.
lxiv
6. Kantin
Memiliki 1 unit kantin yang dilengkapi dengan mebeler yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Dapat menampung siswa/pejajan secara memadai.
Lingkungan sehat dan bersih. Menu makanan yang bergizi, segar, dan
dengan harga yang terjangkau.
7. Auditorium
Tersedia ruang pertemuan dengan ukuran yang memadai dan ber-AC.
Ruang pertemuan dilengkapi dengan mebeler dan perlatan yang memadai
untuk kegiatan siswa (misalnya pentas seni, pertemuan dengan orang tua
siswa, wisuda, teater, pameran hasil karya siswa, dan sebagainya).
Memiliki system penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna.
Ruang pertemuan memiliki tenaga teknisi dengan jumlah yang memadai
untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan.
8. Fasilitas
Memiliki prasarana olahraga dengan ukuran yang memadai. Memiliki
sarana olahraga yang dapat digunakan berbagai jenis kegiatan olah raga.
Memiliki tenaga teknisi dengan jumlah yang memadai. Memiliki sistem
penjaminan keselamatan bagi pengguna.
9. Pusat Belajar dan Riset Guru (TRRC)
Memiliki ruang sumber belajar dan riset guru dengan ukuran
yang memadai dan dilengkapi computer, jaringan internet untuk guru
dengan rasio 1:5, dan dilengkapi media pembelajaran. Memiliki buku
referensi baik cetak maupun digital bagi guru yang sesuai dengan mata
lxv
pelajaran yang diajarkannya. Memiliki mebeler bagi guru untuk
menyimpan referensi, hasil kerja, dsb termasuk untuk kelompok diskusi.
Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang
administrasi.
10. Penunjang Administrasi Sekolah
Memiliki ruangan administrasi dengan ukuran yang memadai. Memiliki
ruang administrasi yang dilengkapi mebeler untuk berbagai jenis
administrasi. Memiliki computer dengan jumlah yang memadai. Memiliki
sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi.
11. Poliklinik Sekolah
Memiliki prasarana olahraga dengan ukuran yang memadai dan ber-AC.
Memiliki bahan dan perawatan untuk P3K. Tersedianya tenaga medis yang
professional. Tersedianya sistem penjaminan keselamatan kerja.
12. Toilet
Ukuran toilet sesuai standar Jumlah toilet sesuai dengan rombongan
belajar. Toilet terpisah antara laki-laki dan perempuan. Memiliki sanitasi
yang baik untuk menjamin kebersihan dan kesehatan. Volume air cukup
dan mendukung sanitasi. Tersedia tenaga kebersihan untuk perawatan
toilet.
13. Tempat bermain, kreasi, dan rekreasi.
Tersedia tempat bermain yang memadai. Tersedia tempat kreasi yang bisa
mendukung kreativitas siswa. Tersedia tempat rekreasi yang memadai,
lxvi
misalnya taman dan pohon-pohon yang rindang, serta tempat duduk yang
nyaman.
14. Tempat Ibadah
Memiliki tempat ibadah yang memadai sesuai dengan agama masing-
masing warga sekolah.
6. Pembiayaan
Pembiayaan SBI yang sudah mandiri, yaitu menerapkan model
pembiayaan dengan mengembangkan diversifikasi sumber dana, meningkatkan
efektivitas alokasi dana, meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana
secara transparan dan akuntabel, menerapkan sistem informasi manajemen
berbasis jaringan (web).
7. Pengelolaan
Menerapkan standar pengelolaan sepenuhnya. Meraih sertifikat ISO 9001
versi 200 atau sesudahnya dan ISO 14000. Merupakan sekolah multi-kultural.
Menjalin hubungan (sister-school) dengan sekolah bertaraf internasional dalam
dan luar Negeri bebas narkoba, bebas asap rokok, dan bebas kekarasan (bullying).
Menerapkan kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah. Meraih
medali tingkat internasional dalam berbagai kompetisi sain, matematika,
teknologi, seni, dan olahraga. Menghasilkan lulusan yang dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi bertaraf internasional baik di dalam maupun di luar Negeri.
8. Kesiswaan
Peserta didik lulusan SBI memiliki: Kemampuan mengembangkan jati diri
sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang jujur dan
lxvii
bertanggungjawab, serta memiliki integritas moral dan akhlak mulia. Kemampuan
belajar sepanjang hayat secara mandiri yang ditunjukkan dengan kemampuan
mencari, mengorganisasi, dan memproses informasi untuk kepentingan kini dan
nanti serta kebiasaan membaca dan menulis dengan baik. Pribadi yang
bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan yang ditunjukkan dengan
kesediaan menerima tugas, menentukan standarisasi dan strategi yang tepat, serta
konsisten dalam menyelesaiakan tugas tersebut, dan bertanggungjawab terhadap
hasilnya. Kemampuan berfikir yang kuat dan luas secara deduktif, induktif, ilmiah,
kritis, inovatif, dan eksperimentatif untuk menemukan kemungkinan baru atau
ide-ide baru yang belum dipikirkan sebelumnya. Penguasaan tentang diri sendiri
sebagai probadi (intrapersonal/kualitas prbadi). Penguasaaan materi pelajaran
yang ditunjukkan dengan kelulusan unian nasional dan sertifikat internasional
untuk mata pelajaran yang dikompetisikan, secara internasional. (Matamatika,
Fisika, Biologi, Kimia, dan Astronomi). Penguasaan teknologi dasar yang
mutakhir dan canggih (konstruksi, manufaktur, transportasi, komunikasi, energi,
bio, dan bahan). Bekerjasama dengan pihak-pihak lain (interpersonal) secara
individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global). Kemampuan
mengkomunikasikan ide dan informasi kepada pihak lain dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Kemampuan mengelola kegiatan
(merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan
mengevaluasi). Kemampuan mengidentifikasi, mengorganisasi, merencana, dan
mengalokasikan sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya
selebihnya yaitu sumber daya alam, uang, peralatan, perbekalan, waktu, dan
lxviii
bahan. Terampil menggunakan TIK Memahami budaya/kultur bangsa-bangsa lain
(lintas budaya bangsa). Kepedulian terhadap lingkungan social, fisik, dan budaya.
Menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bangsa. Memahami,
menghayati, dan menerapkan jiwa kewirausahaan dalam kehidupan.
9. Kultur Sekolah
SBI menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif
bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran
pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik
lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran profesionalisme,
harapan tinggi keunggulan respek terhadap setiap individu dan komunitas sosial
warga sekolah, keadilan kepastian budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara
kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa depan
(visi) yang sama, perencanaan bersama kolegalitas tenaga kependidikan sebagai
pembelajaran, budaya masyarakat belajar, pemberdayaan bersama kepemimpinan
transformative dan partisipatif.
H. Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Visioner
Kepemimpinan merupakan “Suatu ilmu dan seni tentang bagaimana
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah orang
yang berada pada posisi terdepan dalam kelompoknya. Dengan demikian, kepala
sekolah berada pada posisi paling depan di tengah guru, karyawan, dan siswa di
sekolahnya” (Moedjiarto,2002:79). Sementara itu Johnson (dalam Moedjiarto,
1973:80) mengartikan kepemimpinan sebagai “Kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain”. Jadi, fungsi pemimpin adalah “Mengarahkan, membina,
lxix
mengatur, menunjukkan terhadap orang-orang yang dipimpin agar orang yang
dipimpin itu senang, sehaluan serta terbina dan menuruti kehendak dan tujuan dari
pemimpin” (Enceng, 2007:14).
Kepala sekolah, sebagai pemimpin di suatu sekolah peranannya dalam
kegiatan instruksional sudah jelas. Kepemimpinan instruksional ini merupakan
salah satu karakteristik yang khas. Menurut Moedjiarto (2002:81), bahwa:
“Kepemimpinan instruksional, diinterpretasikan sebagai tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan perkembangan
belajar siswa. Kelancaran proses belajar mengajar menjadi titik perhatian
terpenting dalam kepemimpinan instruksional”
Secara panjang lebar Moedjiarto (2002:83) menekankan bahwa “Kepala
sekolah yang refektif memfokuskan tindakan-tindakannya pada penetapan tujuan
sekolah, mendefinisikan tujuan sekolah, memberikan sumber-sumber yang
diperlukan untuk terjadinya belajar”. Tindakan-tindakannya juga untuk
mensupervisi dan mengevaluasi guru, mengkoordinasi program-program
pengembangan staf, dan menciptakan hubungan kesejawatan dengan dan antar
guru. Ki Hajar Dewantoro, sebagai tokoh pendidikan nasional, mengajukan tiga
fungsi kepemimpinan pendidikan nasional, sebagai berikut: 1).Ing ngarso sung
thulodo; 2).Ing madya mangun karso dan 3).Tut wuri handayani.
Sergiovani (dalam Moedjiarto, 2002:85) mengatakan bahwa: “Seorang pemimpin,
juga kepala sekolah, harus memeiliki tiga macam keterampilan, yaitu 1)
keterampilan teknik, 2) keterampilan berkomunikasi (human relation) dan 3)
keterampilan konseptual”.
Bisa jadi, keterampilan kepemimpinan kepala sekolah kedepan meminjam
istilah yang diungkap oleh Howard Gardner (2007) dalam konteks pemikiran,
lxx
seorang kepala sekolah harus memiliki 1) pikiran terdisiplin, yakni pelatihan dan
memiliki disiplin ilmu Psikologi, manajemen dan lain sebagainya. 2) pikiran
menyintesis. Yakni menggabungkan temuan-temuan baru, dan menjelaskan
dilemma-dilema baru. 3) pikiran menciptakan. Yakni mampu mebuat terobosan-
terobosan kreatif besar di bidang pendidikan. 4) pikiran merespek dan etis. Seperti
memberikan perhatian dan rendah hati dan perilaku etis lainnya.
Visi seorang kepala sekolah akan menginspirasi tindakan dan membantu
membentuk masa depan sebuah sekolah. Burt Nanus (2001:9) mengemukakan
“Sebuah visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik bagi
organisasi”. Visi adalah penyataan tujuan kemana organisasi akan dibawa, sebuah
masa depan yang lebih baik dan lebih berhasil.
Visi hanyalah sebuah gagasan atau gambaran tentang masa depan yang
lebih baik bagi organisasi (sekolah), tetapi visi yang benar adalah gagasan yang
penuh dengan kekuatan yang mendesak dimulainya masa depan dengan
mengandalkan keterampilan, bakat, dan sumber daya dalam mewujudkannya.
Lebih lanjut Nanus (2001:13) memberikan ciri-ciri kepemimpinan sebagai
berikut: “Pemimpin (kepala sekolah) mengemban tanggung jawab, mengusahakan
pelaksanaan tugas, memiliki impian dan menerjemahkannya menjadi kenyataan”.
Para pemimpin berusaha menyatukan komitmen anggota-anggotanya,
memberikan dorongan kepada mereka dan mengubah organisasi (sekolah)
menjadi suatu kesatuan baru yang memiliki kekuatan yang lebih besar untuk
bertahan hidup, bertumbuh, dan berhasil. Kepemimpinan yang efektif menjadi
kekuatan bagi sebuah organisasi dalam memaksimumkan kontribusinya bagi
lxxi
kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat yang lebih luas, mereka adalah
arsitek bagi masa depan organisasi.
Untuk menjadi kepala sekolah yang efektif maka kepala sekolah harus
mampu menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara, sekaligus pelatih.
Nanus (2001: 21) menguraikan kekuatan–kekuatan sebuah visi, mengapa harus
memilih dan menyatakan visi yang benar, diantaranya :
1. Visi yang benar akan menghasilkan komitmen dan memberi motivasi
kepada orang-orang dalam organisasi (sekolah)
2. Visi yang benar memberi arti bagi kehidupan para karyawan (dalam hal ini
guru, pegawai, murid, wali murid)
3. Visi yang benar menentukan standar-standar keberhasilan.
4. Visi yang benar menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang.
Seorang kepala sekolah, dengan menyadari tanggung jawab yang
demikian besar diatas, masih dituntut untuk mampu memiliki kekuatan dan
mampu menghasilkan transformasi, yang oleh Nanus (2001:36) disebutkan
mengandung beberapa ciri khusus :
1. Visi harus tepat bagi organisasi dan tepat waktunya. Visi tersebut harus
sesuai dengan sejarah, budaya, dan nilai-nilai organisasi, konsisten dengan
situasi organisasi saat ini dan dapat memberikan taksiran yang realistis dan
informatis tentang apa yang dapat dicapai di masa depan.
2. Visi menentukan standar-standar prestasi dan mencerminkan cita-cita yang
tinggi. Visi menggambarkan organisasi sebagai komunitas yang
lxxii
bertanggung jawab, yang memiliki integritas yang kuat dan mengangkat
moral setiap orang di dalamnya.
3. Visi menjernihkan maksud dan arah. Visi bersifat persuasif dan dapat
dipercaya dalam menentukan apa yang diinginkan organisasi dan
merupakan aspirasi orang-orang didalam organisasi. Visi menenghasilkan
rencana yang menciptakan fokus dan memelihara harapan serta
menjanjikan hari esok yang lebih baik.
4. Visi mengilhami antusiasme dan merangsang komitmen. Visi memperluas
basis dukungan bagi pemimpin melalui refleksi kebutuhan dan aspirasi
berbagai pihak terkait, menjembatani perbedaan ras, umur, jenis kelamin,
dan karakterisatik demografi lainnya, serta menarik perhatian berbagai
pihak ke dalam komunitas yang peduli terhadap masa depan organisasi.
5. Visi dinyatakan secara jelas dan mudah difahami.
6. Visi merefleksikan keunikan organisasi, kompetensinya, apa yang
diperjuangkannya dan apa yang mampu dicapainya.
7. Visi bersifat ambisius. Visi memperlihatkan kemajuan dan meperluas
pandangan organisasi. Sering visi menuntut pengorbanan dan investasi
emosional dari para anggota organisasi, yang akan timbul karena daya
tarik yang melekat pada visi tersebut.
Perkembangan dan arah pendidikan masa depan sebenarnya menjadi titik
tolak seorang kepala sekolah untuk menentukan visi sekolah, pada masa sekarang.
Sebagaimana ungkapan hikmah „didiklah anakmu, karena mereka akan hidup
bukan pada zamanmu‟. Ini mengindikasikan, sejalan dengan teori Howard
lxxiii
Gardner tentang lima pikiran yang dibutuhkan untuk masa depan, bahwa
“Penentuan visi sebuah sekolah bagi seorang kepala sekolah, ibaratnya sebagai
obor estafet untuk mampu menyalakan jalan bagi penerusnya”.
Terobosan-terobosan terbaru dalam kepemimpinan kepala sekolah,
teramat dibutuhkan. Mengingat kondisi dan situasi yang kadang tidak menentu di
masa depan. Sekedar menyebutkan contoh, bukankah pada masa sekarang
demikian menjamur stasiun televisi dengan beragam tema acaranya. Sesuatu yang
amat musykil pada era 70-an atau 80-an. Dampak yang ditimbulkan pun beragam
dan bersifat destruktif. Tidak hanya bagi mental dan psikologis, namun juga
budaya, pemikiran yang lebih banyak bersifat negatif.
Selanjutnya, implikasi jelas dalam kepemimpinan kepala sekolah masa
depan adalah penekanan peran penting sebagai agen perubahan, mempromosikan
eksperimentasi, menciptakan perubahan, dan menetapkan budaya sekolah yang
didalamnya keberanian mengambil resiko dan partisipasi yang luas sangat
dihargai.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu kepala sekolah yang
berhasil yaitu tercapainya tujuan sekolah serta tercapainya tujuan individu yang
ada dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah harus memahami dan menguasai
peranan organisasi dan hubungan kerja sama antara individu. Kepala Sekolah
adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah
lxxiv
menjadi sekolah yang berkualitas memenuhi apa yang diinginkan oleh
pelanggannya.
Untuk menciptakan hal ini, diperlukan sosok Kepala Sekolah yang
berkualitas pula. la harus memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan sebagai
bekal, pola atau strategi dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, termasuk
pembinaan terhadap guru-gurunya agar tetap menjaga kelestarian lingkungan
sekolah, memperbaiki yang kurang serta meningkatkan dan mengembangkan
pendidikan ke arah yang lebih baik menuju pada tujuan institusional yang telah
ditetapkan.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang
sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan dunia pendidikan, perkembangan
kualitas profesional guru-guru yang dipimpinnya, serta kualitas siswa atau sekolah
secara umum banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah (Kepala
Sekolah).
Maka dari itu, pembinaan oleh kepala sekolah sangat menentukan kualitas
guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah minimal harus
mempunyai kemampuan memberikan bimbingan, mengarahkan, mengatur serta
memotivasi guru agar mereka bisa berbuat sesuai dengan tujuan lembaga
pendidikan/sekolah.
Dalam konteks inilah, upaya membangun kembali pemahaman visi yang
benar dalam pendidikan harus segera dimulai. Ini merupakan prasyarat pertama
untuk membangun sebuah sekolah yang mumpuni. Di tangan kepala sekolah-lah
lxxv
keberadaan sebuah sekolah dipertaruhkan. Karena ragam tanggung jawab
memang berada di pundaknya. Disematkan atasnya kepemimpinan semua
komponen sekolah, mulai dari guru, murid, orang tua, karyawan, masyarakat
sekitar dan lain sebagainya. Ini menandakan bahwa jabatan kepala sekolah bukan
jabatan main-main.
Untuk memulai itu semua, repositioning visi seorang kepala sekolah harus
menjadi target utama. Karena dari visi yang benar dari kepemimpinan seorang
kepala sekolah, akan membawa dampak signifikan terhadap peningkatan SDM
guru, nilai akademik & attitude murid, perhatian tinggi wali murid dan
masyarakat umumnya.
Penyelenggaraan sekolah yang dijiwai dengan semangat membangun
murid melalui segala keunggulannya, akan memperbaiki citra pendidikan. Peran
ini dimainkan oleh para Kepala Sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi.
Kepala Sekolah yang visioner akan mampu membawa sekolah ke jenjang
prestatif. Keberhasilan yang dicapai tidak parsial, tetapi integratif antara prestasi
akademis, moral, perilaku, ketrampilan dan kreativitas. Kondisi tersebut dapat
diciptakan dengan menata ulang semua komponen sekolah. Penataan yang dapat
dilakukan adalah penyusunan : Rencana Strategis meliputi Visi, Misi, Keunikan
Sekolah, Kompetensi Lulusan, Kualifikasi Guru dan Nilai-nilai yang harus
dijunjung tinggi ; Rencana Teknis : Target, Program Kerja Tahunan Sekolah;
Pelaksanaan Kegiatan : Kegiatan Belajar, Ekstrakurikuler, Sarana Prasarana,
Keuangan, Penghargaan dan Peran serta Orangtua murid; Evaluasi Kegiatan:
Penetapan standar mutu dan Bentuk-bentuk Evaluasi standar mutu.
lxxvi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian
Dalam proses penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP
Negeri 1 Gorontalo, Jln. Jaksa Agung Suprapto No.1 Limba U2, kota Selatan kota
Gorontalo.
Secara geografis, SMP Negeri 1 Gorontalo terletak di pusat Kota
Gorontalo, dengan letak yang strategis tersebut memungkinkan dapat menerima
siswa dari segala penjuru wilayah Kota Gorontalo bahkan dari Kabupaten ataupun
Provinsi lainnya. Dari sisi jangkauan tempat tinggal siswa, SMP Negeri 1
Gorontalo sangat mudah dicapai. (Lihat Gambar 4.1)
Gambar 3.1 : SMP Negeri 1 Gorontalo dilihat dari atas. Sumber : Google Maps
Secara demografi, mata pencaharian orang tua siswa sangat heterogen baik
PNS, pegawai swasta, pedagang, petani, pengusaha dan lainnya. Kondisi sosial
masyarakat di lingkungan sekolah sangat mendukung, SMP Negeri 1 Gorontalo
merupakan sekolah unggulan dan menjadi andalan bagi masyarakat khususnya
lxxvii
yang berada di wilayah Kota Gorontalo. Prestasi akademik maupun non akademik
banyak dicapai para siswa SMP Negeri 1 Gorontalo baik di tingkat Kabupaten,
Propinsi, Nasional maupun tingkat Internasional.
Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa sekolah ini berada di
wilayah kota Gorontalo dan merupakan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dengan program unggulan terbaru, yaitu pengembangan program Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan diharapkan sekolah ini dapat menjadi
pilot project yang bisa mengarahkan SMP lainnya, khususnya yang berada di
wilayah kota Gorontalo untuk turut mengembangkan pengembangan program
RSBI. Penetapan lokasi penelitian ini juga didasarkan atas beberapa
pertimbangan, yaitu sebagai berikut :
1. SMP Negeri 1 Gorontalo menyiapkan data yang dibutuhkan oleh peneliti
sehubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
2. Dalam penelitian ini, SMP Negeri 1 Gorontalo sudah memenuhi syarat
sebagai pertimbangan lokasi penelitian dimana lokasi tersebut merupakan
lokasi PKL/Magang peneliti sehingga dari segi waktu, biaya dan tenaga
akan dengan mudah diatasi oleh peneliti.
3. SMP Negeri 1 Gorontalo merupakan lokasi penelitian yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
B. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Untuk menganalisis pengembangan standar mutu sekolah yang bertaraf
internasional, ditinjau dari sisi standar mutu SDM, proses pembelajaran dan
sarana prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo dengan berbagai aspek
lxxviii
yang ada didalamnya, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha
melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam
melihat kebenaran tersebut, tidak selalu cukup dan didapat hanya dengan melihat
sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang
bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata
tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Menurut
Bogdan dan Bikien (1982: 22) “Studi kasus merupakan pengujian secara rinci
terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen
atau satu peristiwa tertentu”. Surachrnad (1982 :7) membatasi pendekatan studi
kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus
secara intensif dan rinci.
Dasar pertimbangan penggunaan pendekatan ini agar dapat
mengungkapkan peristiwa atau masalah yang tentunya mengacu pada fokus
penelitian, ditinjau dari sisi standar mutu SDM, proses pembelajaran dan sarana
prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo dengan berbagai aspek yang ada
didalamnya. Harus diakui bahwa keberhasilan program RSBI tidak hanya
ditentukan oleh kepala sekolah, namun hal yang dapat menopang semua itu adalah
dari semua SDM yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo, karena dari sarana dan
prasarana yang lengkap akan menjadikan proses pembelajaran yang lebih efektif,
dan proses pembelajaran itu tentunya tidak luput dari keseluruhan SDM yang ada
di sekolah ini. Kita ketahui bahwa penegembangan standar mutu memiliki
lxxix
dimensi yang luas, tidak saja menyangkut jenis dan wujud, tetapi juga berkaitan
dengan hal-hal yang transenden. Oleh karena itu untuk memahaminya dapat
didekati dengan pendekatan kualitatif.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini yang akan
diamati adalah keseluruhan dari kegiatan yang ada hubungannya dengan
penerapan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) melalui studi
pengembangan standar mutu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
C. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, bahwa peneliti itu sendiri sebagai
instrumen utama, sedangkan intrumen non insani bersifat sebagai data pelengkap.
Kehadiran peneliti merupakan tolak ukur keberhasilan atau pemahaman
terhadap beberapa kasus. Peneliti bertindak sebagai instrunen utama dalam
pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan
bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu
dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan manusia maka sangat
tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusialah yang mampu memahami
kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Lebih jauh disebutkan bahwa kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit karena peneliti dalam hal ini
sekaligus menjadi perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis,
penafsir data dan pada akhirnya, peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Oleh karena itu kehadiran peneliti di lapangan sangat diperlukan, hal ini
sejalan dengan karakteristik penelitian kualitatif yang mempunyai latar yang
lxxx
bersifat natural sebagai sumber data langsung, sedangkan peneliti merupakan
instrumen utama. Karena peneliti sebagai instrumen kunci maka ia berusaha
sebaik mungkin menunjukkan sikap yang seolah-olah tidak tahu apa yang
terjadi, rendah hati namun percaya diri, selektif dan sungguh-sungguh dalam
menjaring data sesuai yang harus beradaptasi dengan kondisi yang ada untuk
kepentingan penelitian ini.
Kehadiran peneliti disini juga sebagai pengamat partisipan artinya peneliti
terlibat langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data, peneliti
memperoleh data melalui beberapa cara, yaitu; peneliti mewawancarai berbagai
pihak yang dapat memberikan data sesuai kebutuhan penelitian, di samping itu
peneliti juga melakukan observasi langsung di lokasi penelitian guna sebagai
pembanding dari data yang telah diperoleh melalui wawancara, kemudian peneliti
juga mendokumentasikan segala sesuatunya yang terkait dengan fokus penelitian
dengan tujuan agar data yang diperoleh benar-benar akurat dan sesuai dengan
kebutuhan penelitian yang mengacu pada fokus penelitian. dengan kenyataan
yang ada di lapangan, agar informasi yang terkumpul benar-benar relevan
dan terjamin keabsahannya.
D. Data dan Sumber Data
a. Data
Himpunan hasil pengamatan, pencacahan ataupun pengukuran sejumlah
objek disebut data. Jadi, data adalah kumpulan dari segala keterangan, informasi
atau fakta tentang sesuatu hal atau persoalan. Dengan demikian data yang
diperoleh dalam penelitian ini meliputi dokumen pribadi, catatan lapangan,
ucapan dan tindakan responden, serta dokumen lainnya seperti Renstra, profil
lxxxi
Sekolah, dan data sekolah yang terkait dengan pengembangan standar mutu
sekolah di SMP Negeri 1 Gorontalo, yang ditinjau dari standar mutu sumber daya
manusianya (SDM), proses pembelajaran, maupun sarana dan prasarana
penunjang pembelajaran yang ada di sekolah ini.
b. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa sumber yang terkait
dengan pengembangan standar mutu sekolah di SMP Negeri 1 Gorontalo, yang
ditinjau dari standar mutu sumber daya manusianya (SDM), proses pembelajaran,
maupun sarana dan prasarana penunjang pembelajaran yang ada di SMP Negeri 1
Gorontalo. Adapun sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Informan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan
sumber data utama (Moleong, : 2002 : 112). Informan merupakan sumber data yang berupa
orang atau pihak-pihak yang mengetahui tentang pengembangan standar mutu
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di SMP Negeri 1 Gorontalo yang ditinjau
dari standar mutu sumber daya manusianya (SDM), proses pembelajaran, maupun
sarana dan prasarana penunjang pembelajaran yang ada di SMP Negeri 1
Gorontalo..
Responden/informan dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) orang, yaitu:
Dra. Sarce Y. Kandou, M.Pd; Amran S. Liputo, S.Pd; Tamrin S. Ibrahim, S.Pd,
M.Pd; Arsita Laima, S.Pd; dan Nurfitriani Lihawa. (lihat lampiran 3).
lxxxii
b. Bahan Kepustakaan (Dokumen)
Dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film. Sumber tertulis dapat dibagi atas
sumber buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, buku-buku ilmiah,
laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber
tertulis, dan dokumen resmi (Moleong, 2002: 160). Dalam penelitian ini dokumen yang
digunakan adalah dokumen resmi, yaitu dokumen yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo (lihat
lampiran 1 dan lampiran 7).
c. Situs-situs
Sumber data penelitian ini dari situs utama seperti search engine google
(www.google.com) dan yahoo.com.
E. Teknik Pengumpulan Data
Merujuk pada pendapat Merriam, Bogdan & Biklen, (Creswell,
1994:151) bahwa dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara dokumentasi dan pemotretan.
Demikian pun Taylor & Bogdan (1992:163) dan Danim (2002:121), menyatakan
bahwa pada penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilaksanakan
dengan cara: observasi, wawancara, dokumentasi yang dilengkapi dengan
peralatan audio-video yang dapat memotret situasi.
Berdasarkan rujukan tersebut, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian meliputi :
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan waktu tertentu untuk
lxxxiii
menemukan masalah yang diteliti dan juga untuk mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (peneliti) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (responden/informan) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Metode ini
digunakan peneliti untuk mewawancarai secara langsung informan yang ada di
SMP Negeri 1 Gorontalo baik kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah
urusan Sarana dan Prasarana, Koordinator Program RSBI, Guru Matematika dan
Siswa (Wakil Ketua OSIS).
Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini
adalah wawancara. Wawancara adalah percakapan tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara penelitian adalah
suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal
secara langsung antara pewawancara dan responden (Sevilla, 1993: 75). Hal
ini sesuai dengan tipe penelitian deskriptif yang dipakai yaitu untuk
menggali sebanyak mungkin informasi atas permasalahan yang diteliti.
Teknik wawancara sengaja dipilih karena komunikasi berlangsung dalam
bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik
responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
Keuntungan lain teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara
tidak hanya menangkap pemahaman atau ide tetapi juga dapat menangkap
perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki responden yang
bersangkutan (Gulo, 2003: 42). Sebelum melakukan wawancara, informan
lxxxiv
terlebih dahulu dimintai kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian
yang dilakukan. Wawancara dilakukan langsung dengan informan pada
waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh informan. Wawancara
dilakukan pada tanggal 21 - 28 November 2011 . Durasi wawancara berkisar
5-10 menit untuk setiap informan.
Fokus wawancara diarahkan pada pengembangan standar mutu SDM,
proses pembelajaran, dan sarana prasarana yang ada di sekolah ini yang kemudian
akan ditriangulasikan kebenaran datanya dengan para responden dalam penelitian
ini. Untuk menjaga agar interpretasi peneliti sesuai dengan apa yang
disampaikan informan, maka peneliti mengulang dan menanyakan kembali
jawaban yang dirasa kurang jelas.
b. Observasi
Selain wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah “Pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah
“Mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
lxxxv
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut”.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) “Salah satu hal yang penting,
namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak
terjadi”. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data
penting karena :
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal
yang diteliti akan atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian
sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara
terbuka dalam wawancara.
e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan
menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk
memahami fenomena yang diteliti.
Melalui pengamatan ini, peneliti memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan yang sebenarnya, karena Observasi merupakan pengamatan dan
lxxxvi
pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini
ditekankan untuk membuat makna atas peristiwa atau kejadian dari situasi yang
tampak dan memungkinkan untuk direfleksikan dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Peristiwa yang diamati berkaitan dengan bagaimana pengembangan standar mutu
sekolah bertaraf internasional (SBI) yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo. Secara
spesifik fokus observasi diarahkan pada (1) proses pembelajaran yang ada di
SMP Negeri 1 Gorontalo; (2) sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1
Gorontalo, dan (3) lingkungan sekolah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumen-dokumen.
(Usman dan Akbar, 1998:53-73). Studi dokumentasi merupakan usaha
penelaahan terhadap beberapa dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip
dari kegiatan pelatihan program pendidikan kecakapan hidup keterampilan.
Arikunto (2002:206) mengemukakan bahwa “Metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. Penggunaan
studi dokumentasi dalam penelitian ini guna melengkapi data yang tidak dapat
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Cara ini digunakan untuk
mendapatkan data-data yang berhubungan dengan (1) proses pembelajaran
yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo; (2) sarana dan prasarana yang ada di SMP
Negeri 1 Gorontalo, dan (3) lingkungan sekolah.
lxxxvii
F. Analisis Data
Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian
rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai
untuk menjawab pertanyaan atau persoalan-persoalan yang diajukan dalam
penelitian.
Analisis data terdiri dari Reduksi Data, Display Data dan
Kesimpulan/Verifikasi Data. Menurut Usman dan Akbar (1988:86) analisis
data dalam penelitian kualitatif garis besarnya adalah: a) reduksi data, b)
display data, dan c) pengambilan keputusan dan verifikasi.
Huberman dan Miles (dalam Sugiyono, 2005: 92) mengatakan bahwa
“Analisis data dan pengumpulan data memperlihatkan sifat interaktif,
sebagai suatu sistem dan merupakan siklus”. Pengumpulan data ditempatkan
sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis
data. Hal ini seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
lxxxviii
Analisis data yang digunakan dalam mengolah data penelitian ini adalah :
1. Reduction data .
Yaitu data yang dikumpulkan dipisahkan sedemikian rupa (mulai dari
editing, koding dan tabulasi data) termasuk di dalamnya kegiatan
mengikhtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-
milahnya kedalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema
tertentu. (Faisal, 2003: 70). Konsep, kategori, atau tema tersebut
diuraikan sesuai dengan fokus penelitian. Dari hasil studi yang dilakukan
berbagai kepustakaan dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar analisis
penelitian yaitu ditetapkannya satuan dan kategori (Moleong, 1999).
Satuan terbagi atas dua bagian yaitu tipe asli dan tipe hasil kontruksi analisis
(Moleong, 1999). Tipe asli atau emik, yaitu prilaku sosial atau kebudayaan
yang dilihat dari sudut pandangan dari dalam dan definisi perilaku
manusia. Konsep ini oleh Moleong (1989) dinyatakan perlunya terdapat
kesepakatan antara peneliti dengan subjek yang diteliti. Adapun tipe
hasil kontruksi atau ethic penjelasan mengenai kategori yang diberikan
oleh pihak observer luar dalam upaya memberikan analisis terhadap
penampilan fenomena yang unik (Goetz dan LeCompte, 1984 : 6).
Kedua konsepsi ini dikenal pula dengan terminologi subjektifitas dan
objektifitas sebagai konsep yang saling berkaitan karena selain setiap
peneliti memperhatikan pernyataan-pernyataan yang diberikan pihak
sasaran penelitian, juga harus mampu menempatkan diri seandainya ia
menjadi pihak yang diteliti, yang tidak lepas dari sistem nilai, emosi
lxxxix
dan rasional. Reduksi data yaitu dengan menyingkat data-data ke dalam
bentuk laporan yang lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan.
Data-data tersebut dirangkum, dipilih dan difokuskan pada hal yang
penting-penting. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih
tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah untuk mencari kembali
data yang diperoleh bila diperlukan.
2. Display data .
Yaitu seperangkat hasil reduksi data diorganisasikan ke dalam suatu bentuk
tertentu sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Hal ini dapat
berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, network, atau chart. (Faisal, 2003: 70-71;
Usman dan Akbar, 1998: 87). Tujuan dari display data yaitu agar bisa melihat
gambaran data secara keseluruhan dan bagian-bagian tertentu. Dalam hal ini
dilakukan dengan cara membuat beberapa matrik, grafik atau chart dan
deskripsi secara rinci dengan mengklasifikasikan data berdasarkan kode
yang telah ditentukan sebelumnya. Pengolahan dan analisis data
dilakukan sesuai dengan ketentuan penelitian kualitatif, yaitu
diinterpretasikan dan dianalisis secara terus menerus sejak awal hingga akhir
penelitian. Analisis data merupakan proses mentutortkan dan mengamati
secara sistematis transkrip wawancara (interview), catatan lapangan (hasil
observasi) dan bahan-bahan yang ditemukan untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diamati dan menyajikannya
sebagai temuan bagi orang lain.
xc
3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan
cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal yang sering timbul
dan sebagainya. Jadi dari data yang dikumpulkan dicoba diambil kesimpulan.
Kesimpulan di awal pengumpulan data tentu masih meragukan, tetapi
dengan adanya data baru, dengan cara mengadakan triangulasi maka
kesimpulan itu lebih mendasar. Teknik triangulasi data yaitu
pengumpulan dan pemeriksaan kebenaran data yang diperoleh dari pihak
lain (pihak ketiga).
Dalam melakukan analisis data hasil penelitian baik melalui pengamatan
dan wawancara, peneliti juga menggunakan analisis domain. Analisis domain
adalah suatu teknik dalam menganalisis data, dengan cara terlebih dahulu
diklasifikasikan dalam berbagai ranah untuk memperoleh gambaran dari catatan
lapangan kemudian dikelompokkan atau dikategorisasikan sesuai dengan tujuan
dan fokus penelitian.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan permasalahan yang sedang dicari atau
diteliti.
xci
Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau
tidak, sehingga peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati dan yang berkaitan dengan standar mutu
SDM, proses pembelajaran, serta sarana dan prasarana sekolah yang ada di SMP
Negeri 1 Gorontalo.
Agar hasil penelitian kualitatif memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi sesuai dengan fakta di lapangan (informasi yang digali dari subjek
atau partisipan yang diteliti), maka perlu dilakukan dilakukan ketekunan
pengamatan dengan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di
lapangan.
b. Melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-sungguh,
sehingga peneliti semakin mendalami fenomena sosial yang diteliti.
c. Melibatkan teman sejawat yang tidak melakukan penelitian untuk
berdiskusi, memberikan masukan, bahkan kritik mulai awal kegiatan
proses penelitian sampai tersusunnya hasil penelitian.
d. Melakukan analisis atau kajian kasus negatif, yang dapat dimanfaatkan
sebagai kasus pembanding atau bahkan sanggahan terhadap hasil
penelitian.
e. Melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis data.
xcii
f. Mengecek bersama-sama dengan anggota peneliti yang terlibat dalam
proses pengumpulan data, baik tentang data yang telah dikumpulkan,
kategorisasi analisis, penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Dalam teknik ini, peneliti mengambil sumber data lain yang berkaitan
dengan standar mutu sebagai fokus permasalahan di luar dari data yang ditemukan
peneliti dalam objek penelitian, dan kemudian dikomparasikan. Dengan teknik ini
peneliti memanfaatkan sumber dan metode pendukung dalam pemeriksaan
keabsahan data.
Dalam pengujian kredibilitas data, peneliti melakukan 4 (empat) macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan data, yaitu
sebagai berikut:
a. Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek
yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak
xciii
sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil
pengumpulan data.
c. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data
tersebut.
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancra
dilakukan.
H. Tahap-Tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Tahap-tahap penelitian
1. Observasi/pengamatan di lokasi penelitian
Sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian, maka terlebih dahulu
peneliti melakukan observasi atau pengamatan di lokasi yang menjadi
tempat penelitian, untuk mengetahui permasalahan yang ada di lokasi
penelitian yang disesuaikan dengan fokus permasalahan/penelitian.
Dengan observasi di lapangan, peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, sehingga dapat diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh.
xciv
2. Menyusun rancangan di lapangan
Setelah melakukan observasi, peneliti kemudian menyusun rancangan
penelitian sebagai pedoman/acuan di lapangan. Hal ini bertujuan agar
masalah yang diteliti dapat tersusun dengan baik, sehingga penelitian dapat
berjalan dengan lancar.
b. Tahap pekerjaan lapangan
1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Dalam tahap ini peneliti berusaha untuk memahami keadaan dan kondisi di
lapangan, apakah layak dan sesuai dengan permasalahan yang telah
diidentifikasikan sebagai fokus penelitian. Selanjutnya peneliti
mempersiapkan apa saja (referensi penelitian) yang diperlukan dalam
melakukan penelitian. Yang dimaksud dengan referensi penelitian di sini
adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan
oleh peneliti. Sebagai contoh, dalam melakukan wawancara peneliti
menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan dalam menggali data
yang diperlukan, tentunya data hasil wawancara perlu didukung dengan
adanya rekaman wawancara, untuk itu peneliti mempersiapkan sebuah alat
perekam suara (recorder) yang akan dipakai dalam proses wawancara
tersebut guna mendukung kredibilitas data yang telah didapatkan oleh
peneliti, seperti handphone atau tape recorder. Juga halnya untuk data
tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan lokasi penelitian
perlu didukung/dilengkapi dengan adanya foto-foto ataupun dokumen
autentik, untuk itu demi kelancaran penelitian dan juga agar data lebih
xcv
dapat dipercaya, maka peneliti menggunakan alat bantu seperti camera
digital, dan handycam.
2. Mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara
Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang telah didapatkan
melalui tahap observasi dan wawancara, dan kemudian diklasifikasikan
sesuai dengan permasalahan yang dimaksud dalam penelitian ini.
c. Melakukan analisis data
Dengan adanya data yang didapatkan melalui observasi lapangan dan
wawancara kepada beberapa informan yang dapat memberikan data sesuai
kebutuhan penelitian, maka selanjutnya peneliti menganalisis data tersebut
dengan menggunakan teknik analisis domain
d. Membuat laporan
Setelah serangkaian tahap demi tahap dilakukan, maka langkah terakhir
adalah membuat laporan sesuai dengan prosedur penyusunan laporan
penelitian kualitatif.
xcvi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1
Gorontalo
SMP Negeri 1 Gorontalo telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pada tahap
pendampingan terkait dengan standar mutu SDM untuk SMP RSBI, seperti
kegiatan penyiapan SDM yang meliputi : (1) Mempelajari panduan program RSBI
secara seksama, khususnya tentang kompetensi standar minimal SDM sekolah
bertaraf internasional; (2) Melakukan pemetaan kebutuhan calon SDM program
RSBI dari segi kuantitas dan kualitas yang ada di sekolah; (3) Mengadakan
sosialisasi tentang rekruitmen SDM program RSBI kepada guru dan tenaga
kependidikan yang berpotensi; (4) Melakukan kegiatan pelatihan melalui
mekanisme in-house training dengan melibatkan tenaga professional independent
sesuai dengan bidangnya; (5) Merintis program kerjasama dengan lembaga
sertifikasi pendidikan internasional; (6) Memberikan kesempatan kepada SDM
yang telah siap untuk mengikuti uji kompetensi, yang diselenggarakan oleh
lembaga independent sesuai dengan bidangnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan
dari Kepala SMP Negeri 1 Gorontalo, bahwa:
“Pada tahap pendampingan tahun kemarin sekolah ini sudah seperti
mempelajari panduan pelaksanaan program RSBI, seperti yang
diamanahkan dalam Juklak dan Juknis khususnya tentang kompetensi
standar minimal SDM untuk SMP bertaraf internasional, terus sekolah ini
juga sudah melakukan pemetaan kebutuhan untuk calon SDM program
RSBI baik itu dari segi kuantitas maupun kualitasnya, untuk kegiatan
sosialisasi kami juga dari pihak sekolah sudah pernah mengadakan
sosialisasi tentang rekruitmen SDM program RSBI kepada guru dan
tenaga kependidikan yang berpotensi, hal ini tentunya terkait dengan
peningkatan mutu SDM di sekolah ini, seperti pelaksanaan kegiatan
xcvii
pelatihan atau in-house training yang tentunya melibatkan tenaga
professional independent atau lembaga terkait lainnya dalam hal menjalin
sebuah kerjasama dengan lembaga sertifikasi pendidikan internasional,
pemberian kesempatan kepada SDM yang telah siap untuk mengikuti uji
kompetensi juga sudah pernah dilaksanakan, kegitan tersebut merupakan
kerja sama antar pihak sekolah dengan lembaga independent yang sesuai
dengan bidangnya, untuk sertifikasi dan bench-marking kami dari pihak
sekolah belum pernah mengadakannya, namun untuk kedepannya kami
akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan kegiatan
yang dimaksud”. (1.1/W/KS,21-11-2011)
Dalam penjelasannya, Penanggungjawab Program RSBI SMPN 1
Gorontalo mengatakan bahwa:
“Untuk program-program yang ada pada tahap pendampingan kemarin
tentunya terkait dengan pelaksanaan program RSBI itu sudah kami
lakukan dalam hal pemenuhan standar mutu unutk SDM SMP
penyelenggara RSBI, dan itu kami lakukan selama tiga tahun, jadi tahap
pendampingan itu dalah tahap awal atau tahap rintisan yang dilaksanakan
selama tiga tahun, dan kami juga berusaha untuk tetap melaksanakannya,
walaupun saat ini SMP 1 Gorontalo sudah memasuki tahap pemberdayaan,
tujuannya adalah agar program-program yang dilaksanakan pada tahap
pendampingan itu harus tetap berjalan tidak hanya untuk memenuhi
persyaratan pada tahap tersebut”. (1.1/W/PJP,22-11-2011)
Pada tahap pemberdayaan kali ini, SMPN 1 Gorontalo telah mengadakan
refleksi terhadap hasil kegiatan pada tahap rintisan/pendampingan. Penyusunan
program pemberdayaan SDM dengan melibatkan lembaga/tenaga professional
independent dan atau instansi terkait sesuai dengan bidangnya dari dalam maupun
luar Negeri. Pemberian tugas mandiri kepada SDM program RSBI dengan
intensitas tugas dan porsi yang lebih besar dibandingkan pada tahap
rintisan/pendampingan. Pelaksanaan uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi/bench-marking bertaraf internasional, baik di dalam maupun
luar Negeri, kepada SDM program RSBI. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala
SMPN 1 Gorontalo bahwa:
xcviii
“Pada dasarnya sekolah ini sudah pernah mengadakan refleksi bahkan
sudah beberapa kali dan kegiatan ini biasanya terkait dengan ketika akan
dilaksanakan monev terhadap RSBI maka sebelumnya pihak sekolah akan
melakukan refleksi terhadap kegiatan pendampingan”.
(1.2;2.2/W/KS,21-11-2011)
Evaluasi bertujuan menghimpun informasi tentang kinerja sekolah dalam
memenuhi kriteria pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hasil evaluasi
digunakan sebagai dasar untuk memetakan tingkat kesesuaian dengan kriteria
pada 8 standar nasional sebagai bahan tindak lanjut pembinaan dan sebagai
informasi kebijakan. Hal senada juga seperti yang diungkapkan oleh
Penanggungjawab Program RSBI, bahwa:
“Untuk refleksi terhadap hasil kegiatan program RSBI, sekolah ini telah
melaksanakan kegiatan refleksi, hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan
di setiap semester dalam rangka evaluasi siswa, sekolah ini juga telah
melaksanakan kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi program
pelaksanaan program RSBI yang diadakan setiap tahun oleh Direktorat
Pendidikan Menengah. (1.2;2.2/W/PJP,22-11-2011)
Pada saat di lapangan, peneliti juga telah secara langsung melihat data dari
evaluasi kinerja yang diperlihatkan oleh Kepala SMP Negeri 1 Gorontalo, di saat
peneliti mewawancarainya. (1.1/O/ 21-11-2011).
Dalam hal pengembangan mutu SDM, tentunya pihak sekolah harus selalu
mengadakan kegiatan-kegiatan atau program peningkatan mutu SDM yang ada di
sekolah. Seperti yang dikatakan oleh Kepala SMPN 1 Gorontalo bahwa:
“Program pemberdayaan sumber daya manusia, tentunya terkait dengan
tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di sekolah. Untuk SMP Negeri
1 Gorontalo pada dasarnya sama dengan sekolah dimanapun, untuk
mengembangkan mutu pendidikan itu juga terkait dengan sumber daya
yang ada. Dalam hal ini adalah tenaga tata usahanya, tenaga gurunya, dan
kepala sekolah. Dalam hal pemberdayaan SDM kami mengembangkan
program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan melalui
kegiatan seminar, kemudian kegiatan seminar ini baik di tingkat yang
region lokal maupun nasional itu ada seminar untuk guru-guru RSBI. Di
xcix
samping itu teman-teman guru yang ada disini juga mengikuti berbagai
macam kursus, diantaranya adalah kursus bahasa inggris terkait dengan
peningkatan mutu”. (1.2;1.3/W/KS,21-11-2011)
Pada tingkat pertama, guru harus mendapat dukungan untuk menjadi tenaga
pendidik yang profesional. Kemampuan guru yang tinggi atas ilmu pengetahuan
itu memungkinkan setiap guru bisa menjadi pengantar pemberdayaan yang
terpercaya bagi para siswanya, karena guru menjadi pilar bagi tegaknya
pembangunan, mereka inilah yang akan menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas yaitu manusia bermutu yang berani mengambil prakarsa bagi diri dan
lingkungannya. Bagaimana mungkin menyiapkan sumber daya berkualitas kalau
gurunya tidak memiliki kemampuan, apalagi tidak ada dukungan kualitas dan
kesejahteraan. Seperti yang dikatakan oleh Penanggungjawab program RSBI,
ketika ditemui di kediamannya bahwa:
“Untuk pengembangan SDM itu kita dari pihak sekolah secara rutin
melakukan kursus dan pelatihan-pelatihan penggunaan bahasa inggris
dalam proses belajar mengajar, khusus mata pelajaran yang memang
disampaikan dalam bahasa inggris….” (1.2;1.3;2.1/W/PJP,22-11-2011)
Kualitas guru sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan sekolah. Namun, untuk
mendapatkan guru yang berkualitas/profesional dalam pencapaian tujuan sekolah
tersebut tidak terlepas dari ujung tombak lembaga pendidikan/sekolah tersebut,
yaitu kepala sekolah dalam melakukan pembinaan terhadap para guru, yang
nantinya juga akan bermuara pada anak didik/output yang berkualitas. Hal ini
sesuai dengan apa yang diamati oleh peneliti pada saat melakukan observasi yaitu
telah diterapkannya program pemberdayaan SDM, seperti keikutsertaan para
tenaga pendidik dan kependidikan pada kegiatan-kegiatan seminar, pelatihan
maupun kursus bahasa inggris. Hal ini guna untuk menambah wawasan dan dapat
c
menunjang kinerja dari para tenaga pendidik maupun tenaga penunjang
pendidikan yang ada di sekolah ini. (1.1;1.2;1.3/O/21-11-2011)
SMP Negeri 1 Gorontalo juga telah melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan
melalui mekanisme in-house training dengan melibatkan tenaga professional
independent sesuai dengan bidangnya. Pada saat diwawancarai, Kepala SMPN 1
Gorontalo mengatakan bahwa:
“Dalam pengembangan sumber daya manusia itu, pemberdayaan SDM
kami melibatkan lembaga atau tenaga professional, diantaranya dari
perguruan tinggi yang ada di kota Gorontalo, kemudian pergururan tinggi
yang ada di klaster Sulawesi yaitu Universitas Negeri Makassar, kemudian
kami bekerja sama dengan beberapa instansi terkait yang menurut kami itu
dapat dijadikan partner kerja untuk peningkatan mutu, baik tenaga
pendidik maupun tenaga kependidikan yang ada di sekolah ini”.
(1.2;1.3/W/KS,21-11-2011)
Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa penyusunan program pemberdayaan
SDM di sekolah ini juga telah melibatkan berbagai pihak baik dari dalam maupun
luar negeri. Bukti nyata, sekolah ini telah menjalin hubungan kerja sama dengan
Go-Inovasi, Genius, bahkan lembaga pendidikan seperti kampus yaitu UNG
(Universitas Negeri Gorontalo) dan Universitas Negeri Makassar. Sedangkan
kerja sama yang terjalin dengan beberapa daerah bahkan luar negeri telah
dilakukan, sebagai contoh; di tahun 2008 sekolah ini telah mendatangkan native
speaker dari luar negeri selama kurun waktu tiga bulan. Selain itu juga sekolah ini
telah melakukan monitoring untuk yang kedua kalinya ke luar daerah, yaitu
Makassar dan Jakarta. Upaya untuk mengembangkan wawasan di sekolah ini,
telah dilaksanakan kerjasama dengan sekolah luar negeri (sister school), yaitu
China, Malaysia dan Singapura, tepatnya di bulan April 2010.
(1.1;1.2/O/22-11-2011)
ci
Sejalan dengan itu, ke depan beberapa kebijakan yang digariskan untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan mutu guru
khususnya, antara lain mencakup hal-hal berikut ini. Pertama, melakukan
pendataan, validasi data, pengembangan program dan sistem pelaporan
pembinaan profesi pendidik melalui jaringan kerja dengan LPMP dan Dinas
Pendidikan. Kedua, mengembangkan model penyiapan dan penempatan pendidik
untuk daerah khusus melalui pembentukan tim pengembang dan survey wilayah.
Ketiga, menyusun kebijakan dan mengembangkan sistem pengelolaan pendidik
secara transparan dan akuntabel melalui pembentukan tim pengembang dan
program rintisan pengelolaan pendidik. Keempat, meningkatkan kapasitas staf
dalam perencanaan dan evaluasi program melalui pelatihan, pendidikan lanjutan
dan rotasi. Kelima, mengembangkan sistem layanan pendidik untuk pendidikan
layanan khusus melalui kerja sama dengan lembaga terkait lainnya. Keenam,
melakukan kerja sama antar lembaga di dalam dan di luar negeri melalui berbagai
program yang bermanfaat bagi pengembangan profesi pendidik. Kepala SMP N 1
Gorontalo mengatakan bahwa: “Tugas mandiri itu kami berikan baik untuk diri
sendiri, untuk kepala sekolah dari segi manajerialnya, kepada guru dan tenaga
pendukung yaitu tata usaha, diantaranya ini terkait dengan evaluasi kinerja”
(1.1;1.2;2.2/W/KS,21-11-2011). Beliau juga menambahkan bahwa:
“Uji kompetensi dilakukan baik oleh Dinas Pendidikan Kota dalam hal ini
bekerja sama dengan LPMP dan pemerintah kota Gorontalo, juga
dilaksanakan oleh Dikpora Propinsi. Kemudian uji kompetensi ini atau
sertifikasi juga dilakukan oleh tim monev RSBI Direktorat Pendidikan
Menengah, Dirjen Pendidikan yang ada di Jakarta, diantaranya khusus
untuk teman- teman pengajar RSBI ada TOEFL, TOEIC dan Uji
kompetensi yang berkenaan dengan kapasitas mereka sebagai pengajar
RSBI”. (1.1;1.2;1.3;2.2/W/KS,21-11-2011)
cii
Sesuai dengan pengamatan peneliti di sekolah ini telah dilakukan pemberian tugas
mandiri kepada SDM yang ada di sekolah ini. Kepala sekolah selaku pimpinan di
sekolah ini juga telah memberikan tugas-tugas mandiri kepada para guru, agar
para tenaga pendidikan terbina semangat kemandiriannya dalam mengerjakan
tugas-tugas sekolah demi tercapainya tujuan dari program RSBI dalam
mengahadapi tahun mandiri. Uji kompetensi telah dilaksanakan di sekolah ini,
pada saat saat sekolah ini akan dimonitoring dan dievaluasi oleh team monev
program RSBI. (1.1;1.2;1.3/O/22-11-2011)
Salah satu kendala yang diprioritaskan di sekolah ini terkait dengan
kesiapan merubahnya status RSBI menjadi SBI pada tahun ke-6 (tahap mandiri)
adalah standarisasi yang telah ditetapkan negara-negara anggota OECD terhadap
persentase dari tenaga pendidik di sekolah untuk SMP program RSBI. Syarat dari
sekolah dengan status SBI untuk sekolah menengah pertama adalah 20 % tenaga
pendidiknya minimal harus menyandang jenjang pendidikan S2, sementara data
tenaga pendidik yang didapatkan oleh peneliti pada saat observasi masih jauh dari
harapan kriteria sekolah SBI, yakni di sekolah ini jumlah guru yang jenjang
pendidikannya telah menyandang status S2 hanya berjumlah 6 orang dari 65 guru
sudah termasuk kepala sekolah, yang seharusnya jumlah guru yang jenjang
pendidikannya S2 minimal 13 orang di sekolah ini (sesuai standarisasi/indikator
tambahan dari negara OECD). (1.3/O/23-11-2011).
Seperti yang diungkapkan oleh Penanggungjawab P-RSBI bahwa:
“Di Juklak dan Juknis penyelenggaraan RSBI itu diamanahkan bahwa
tenaga pengajar di SMP dengan standar RSBI itu minimal 20 % dan hanya
pendidik dia harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal S2 dan S3.
Nah, untuk SMP Negeri 1 Gorontalo kalau dilihat persentasenya memang
ciii
belum mencukupi persentase itu dan untuk program pemberdayaan SDM
memang kita dari pihak sekolah sudah memikirkan untuk itu tapi memang
tidak bisa dipungkiri kalau dana yang dibutuhkan itu tidak kecil sehingga
dari pihak sekolah hanya memberikan motivasi pada guru-guru yang
belum memakai… kualifikasi S2 dan S3, untuk dana awal masuk itu
sekolah siap menanggung tapi untuk kelanjutan biayanya dikembalikan ke
guru….” (1.3/W/PJP, 22-11-2011)
Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil observasi, ternyata data yang
terbentuk mengenai profil SDM yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo adalah
berbentuk “layang-layang”, dimana tenaga SDM yang terbanyak adalah yang
berpendidikan Strata 1 (S1). Sementara jumlah tenaga SDM yang berpendidikan
Strata 2 (S2) hampir sama dengan jumlah tenaga pendukung yang berpendidikan
SMA. Jumlah tenaga SDM yang berpendidikan Diploma III (D3) hampir sama
dengan tenaga SDM yang berpendidikan Diploma I (D1), dan jumlah tenaga SDM
yang berpendidikan Diploma II (D2) hampir sama dengan tenaga SDM yang
berpendidikan SMP. (1.3/O/22-11-2011). (lihat gambar 4.1)
Gambar 4.1 Profil SDM (Tenaga Pendidik, Kependidikan dan Penunjang
Pendidikan) SMP Negeri 1 Gorontalo. Berbentuk layang-layang.
civ
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo
Peningkatan standar proses pembelajaran MIPA, penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi, dan penggunaan bahasa asing sebagai indikator kunci
pembaharuan proses belajar belum terpantau secara efektif dalam sistem
pengawasan sekolah. Penanggungjawab Program RSBI SMPN 1 Gorontalo
mengatakan bahwa: “Kalau memang dikatakan telah memenuhi standar
pendidikan dalam bentuk pembelajaran memang sampai dengan sekarang kita
belum 100 % belum memenuhi standar-standar pembelajaran dari Negara
OECD”. (2.3/W/PJP,21-11-2011). Beliau juga menambahkan bahwa:
“Kekurangan ataupun kelemahan yang memang kami sementara atasi yang
mengacu pada standar pembelajaran, yang pertama memang penggunaan
dan penguasaan bahasa inggris untuk beberapa mata pelajaran yang
diujikan berbahasa inggris belum sepenuhnya 100 % dikuasai oleh guru-
guru. Yang berikut pembelajaran itu yang seharusnya diwajibkan dan
memang sudah seharusnya berbasis IT, ada juga di kelas itu yang memang
difasilitasi dengan IT dan kita berupaya di sekolah itu memang sudah
dipaketkan tapi sekarang kita masih gunakan secara manual dalam artian
pembelajaran ataupun sarana pembelajaran yang berbasis IT itu masih
dibawa secara manual oleh guru….” (2.1;2.3;3.2/W/PJP,21-11-2011)
Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa belum sepenuhnya pembelajaran di
sekolah ini yang telah berbasis TIK. Hal ini tentunya juga menyangkut dengan
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berbasis ICT.
(2.1;2.3;3.2/O/24-11-2011)
Hal senada juga seperti yang disampaikan Kepala SMPN 1 Gorontalo
dalam penjelasannya bahwa:
“Kurang lebih 80 % pembelajaran disini sudah berbasis TIK, itu dapat
dibuktikan dengan adanya pembelajaran atau media berbasis IT yang ada
di sekolah, yang ada di kelas juga yang dimanfaatkan atau digunakan oleh
guru”. (2.1;2.3;3.2/W/KS,23-11-2011).
cv
Ditambahkan pula oleh seorang Guru Matematika, beliau menjelaskan
bahwa: “Pembelajaran di sekolah ini sudah berbasis TIK, tapi belum sepenuhnya
karena hal ini juga masih dalam proses pengembangannya”. (2.1;2.3/W/GM,24-
11-2011)
Kegiatan supervisi klinis yang bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas. Hubungan ini supervisi klinis
merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan professional guru, seperti
yang diungkapkan oleh Kepala SMP Negeri 1 Gorontalo, bahwa:
“Di sekolah ini sudah pernah dilaksanakan kegiatan supervisi klinis yang
tujuan dari kegiatan itu adalah sebagai penyempurnaan atau memperbaiki
proses pembelajaran serta memberikan bantuan ataupun bimbingan bahkan
arahan secara langsung terhadap masalah-masalah yang timbul atau yang
dihadapi dalam proses pembelajaran”. (2.2/W/KS,21-11-2011)
Proses belajar mengajar (PBM) di sekolah ini telah menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan Kontekstual. (2.3/D/ 24-11-2011).
Seperti yang dikemukakan oleh Kepala SMPN 1 Gorontalo bahwa: “Kalau untuk
pembelajaran kontekstual itu sudah lama dilakukan disini, sementara untuk
PAKEM ini juga sedang dikembangkan dalam pembelajaran yang ada di sekolah
ini” (2.3/W/GM,23-11-2011)
Kemudian ditambahkan pula oleh seorang Guru Matematika, beliau
menjelaskan bahwa: “Proses belajar mengajar di kelas telah menerapkan PAKEM
dan kontektual, untuk PAKEM baru sementara dalam proses pengembangannya,
karena pendekatan pembelajaran itu belum lama diterapkan di sekolah ini”
(2.3/W/GM,23-11-2011)
cvi
Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah ini telah menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (2.1;2.3/D/ 28-11-2011) dan
Pengembangan dan inovasi-inovasi metode pengajaran pada semua mata
pelajaran, khususnya penerapan metode atau strategi pembelajaran kontekstual
atau CTL (Contextual Teaching and Learning), juga telah diterapkannya proses
pembelajaran berbasis bilingual dan TIK. (2.1;2.3/O/28-11-2011)
SMPN 1 Gorontalo membina potensi menjadi prestasi menuju sekolah
berstandar internasional. Pengembangan potensi non akademik siswa melalui
pembinaan ekstrakurikuler dan pengembangan seni budaya tradisional atau
nasional, Penanggungjawab Program RSBI SMPN 1 Gorontalo mengatakan
bahwa:
“Potensi siswa baik akademik maupun non akademik kita selalu bina
secara maksimal, hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai evaluasi
belajar mereka yang dari tahun ke tahun meningkat, yang berikut untuk
yang non akademik yaitu dibuktikan dengan adanya prestasi yang
ditorehkan siswa dari tahun ke tahun baik di tingkat lokal maupun di
tingkat nasional” (2.3/W/PJP, 21-11-2011, Pkl 19.38 wita).
Ditambahkan pula oleh siswa SMPN 1 Gorontalo pada saat diwawancarai, ia
mengatakan bahwa: “Kalau menurut saya sudah dibina dengan baik oleh guru-
guru dan dengan bantuan guru-guru yang lain” (2.3/W/WKO,26-11-2011)
Pembinaan potensi peserta didik di bidang akademik dan non akademik
telah terbina secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari beberapa prestasi yang
telah diraih oleh peserta didik di sekolah ini, baik di tingkat provinsi, nasional,
bahkan dalam kancah internasional pun telah ditorehkan prestasi yang gemilang
dari para peserta didik yang ada di sekolah ini. (2.3/O/28-11-2011)
cvii
Kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur dan tidak terstruktur serta
pengembangan diri siswa telah dilaksanakan di sekolah ini. Seperti yang
dikatakan oleh Penanggungjawab P-RSBI bahwa:
“Untuk tenaga pengajar yang pasti mereka sudah melakukan kegiatan tatap
muka mulai yang kegiatannya secara rutin dilaksanakan dalam kelas, yang
berikut penugasan terstruktur dan tidak terstruktur tenaga pengajar sudah
melakukan itu, dan penugasan ini terkadang mereka minta untuk siswa
lakukan di dalam kelas maupun dilakukan di luar kelas untuk
pengembangan diri siswa”. (2.3/W/PJP,21-11-2011)
Kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan tidak terstruktur serta
pengembangan diri siswa pada saat proses balajar mengajar berlangsung telah
berlangsung dengan baik, juga pembinaan kegiatan mandiri terstruktur dalam
bentuk pemberian tugas kepada peserta didik sudah terlaksana dengan baik.
(2.3/O/01-12-2011).
Hal senada juga seperti yang disampaikan oleh seorang siswa ”Untuk
pengembangan diri siswa, seperti pemberian tugas kepada siswa, per individu, per
kelompok juga ada” (2.3/W/WKO,26-11-2011)
Kultur sekolah juga tak luput mendapat perhatian dari manajemen mutu
sekolah, seperti budaya mutu, budaya belajar, budaya lingkungan kondusif, serta
budaya kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan. Dalam penjelasannya,
Penanggungjawab P-RSBI mengatakan bahwa:
“Proses pembelajaran di sekolah memang kita arahkan ke budaya
kompetitif dan kolaboratif, dalam artian semua siswa memang diajarkan
dalam bahan dan materi yang sama tapi mereka kita arahkan unutk
berkompetisi dengan materi yang sama yang diajarkan, yang berikut
kolaboratif walaupun memang sifatnya bersaing tapi mereka kita ajak
untuk bekerja sama, sehingga tidak ada istilah ataupun kesan bahwa ada
anak-anak tertentu oleh guru yang unggul dalam kompetisi tadi, walaupun
ada anak yang agal di bawah prestasinya tapi dia tetap diajak untuk
berkolaborasi jadi tidak ada kesan bahwa siswa yang unggul dalam
cviii
kompetisi itu yang diperhatikan dalam artian disamaratakan untuk
perhatian, tapi untuk masalah nilai berdasarkan hasil kompetisi”
(2.3/W/PJP,21-11-2011)
Ditambahkan juga lewat penuturan seorang Guru di sekolah ini, ia
mengatakan bahwa:
“Peserta didik di sekolah ini diajarkan bagaimana menumbuhkan sikap
bersaing dengan sekolah-sekolah lain terkait peningkatan mutu dan
prestasi siswa, juga peserta didik ini diajarkan bagaimana untuk
bekerjasama yang baik antar sesama siswa maupun dengan gurunya”
(1.2/W/GM,24-11-2011)
Pendidikan kewirausahaan tidak terbatas kepada suatu mata pelajaran atau
mata kuliah saja, melainkan dapat diintegrasikan ke berbagai bidang lainnya.
Setiap bidang kehidupan dapat dikombinasikan dengan kewirausahaan. Dengan
demikian, peserta didik mempunyai banyak pilihan dan tidak sekadar menjadi
pekerja, Menurut Kepala SMPN 1 Gorontalo bahwa:
“Untuk kewirausahaan ini memang sedang dalam proses peninjauan
karena untuk semangat dan jiwa kewirausahaan ini untuk anak-anak yang
ada di SMP Negeri 1 Gorontalo masih perlu proses dan masih perlu
dikembangkan. (2.3/W/KS,23-11-2011)
Ditambahkannya pula, bahwa “Kegiatan seperti itu sudah dilakukan,
termasuk pada kegiatan pemilihan pengurus OSIS dan meeting kelas
dimana di dalam pelaksanaannya ada teman-teman, anak-anak dari OSIS
itu melakukan atau menyiapkan makanan dan minuman yang kemudian itu
dijual kepada sesama siswa lainnya” (2.3/W/KS,23-11-2011)
Hal senada juga seperti yang diungkapkan oleh siswa, bahwa: “Mungkin
setengah dari kami sudah mempunyai rasa kewirausahaan, karena kita disini juga
sudah diajarkan, kita disini pernah membuat satu acara baazar….”
(2.3/W/WKO,26-11-2011)
Proses pembelajaran bilingual telah diterapkan pada saat pemberian materi
pelajaran kepada siswa, tetapi belum diterapkan pada semua mata pelajaran,
cix
tentunya selain mata pelajaran bahasa asing dan bahasa indonesia. Seperti yang
dikemukakan oleh Penanggungjawab Program RSBI SMPN 1 Gorontalo, bahwa:
“Untuk mata pelajaran selain bahasa asing dan bahasa Indonesia, dan
untuk mata pelajaran fisika, biologi dan matematika itu sudah digunakan
bahasa pengantar yaitu bahasa inggris. Bahasa pengantar, pembuka dan
penutup bahkan ada guru-guru yang sudah mampu menyampaikan sisi
materi dari pembelajaran di empat mata pelajaran tadi itu dalam bahasa
inggris” (2.1;2.3/W/PJP, 21-11-2011)
Seorang Guru Matematika mengatakan bahwa: “Kami selaku pengajar
disini telah menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam
menyampaikan pelajaran, namun baru diterapkan di empat mata pelajaran….”
(2.1;2.3/W/GM,24-11-2011)
Di lingkungan SMPN 1 Gorontalo ini, kemampuan berbahasa Inggris para
guru pada umumnya belum memadai. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran
bilingual siswa masih merasa kesulitan untuk menangkap maksud guru, akibatnya
guru sendiri jadi merasa bingung dalam menyiasati strategi pembelajarannya
dalam bahasa Inggris. Penanggungjawab P-RSBI menjelaskan, bahwa:
“….penggunaan dan penguasaan bahasa inggris untuk beberapa mata pelajaran
yang diujikan berbahasa inggris belum sepenuhnya 100 % dikuasai oleh guru-
guru….” (2.1;2.3/W/PJP, 21-11-2011)
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo
Pada tahap pendampingan, sekolah melakukan persiapan dan pengadaan
sarana dan prasarana sesuai dengan hasil analisis kebutuhan (need assessment)
dan hasil analisis SWOT. Menurut Kepala SMP Negeri 1 Gorontalo, bahwa:
“Kegiatan pada tahap pendampingan dalam hal pengadaan sarana dan prasarana di
cx
sekolah ini sudah sesuai dengan kebutuhan sekolah dan hasil analisis SWOT”
(3.1/W/KS, 21-11-2011)
Pada tahap pemberdayaan, yang perlu dilakukan oleh sekolah adalah
pemenuhan dalam pencapaian standar sarana dan prasarana untuk SMP RSBI,
sperti yang telah dijelaskan oleh Wakasek Ur. Sapras SMPN 1 Gorontalo, bahwa:
“Sekolah ini sudah memenuhi apa yang diharapkan, itu mulai dari tahun 2007”
(3.2/W/WKS, 25-11-2011)
Syarat untuk SMP RSBI adalah Memenuhi standar sarana dan prasarana
pendidikan dari negara anggota OECD. Ruang kelas RSBI telah dilengkapi
dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Ruang perpustakaan telah dilengkapi
dengan sarana digital (e-library). Terdapat ruang dan fasilitas untuk mendukung
pengembangan profesionalisme guru. Telah dilengkapi sarana dan prasarana yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mengembangkan potensinya di
bidang akademik dan non-akademik. Dilakukan penggunaan dan pemberdayaan
terhadap sarana dan prasarana yang telah ada atau telah terpenuhi pada tahap
rintisan/pengembangan. Optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana yang
didukung oleh tertib dokumentasi dan tertib administrasi. Perawatan sarana
prasarana untuk meningkatkan fungsi dan usia teknis. Wakasek Ur. Sapras SMPN
1 Gorontalo mengatakan bahwa:
“Kalau untuk ruangan-ruangan yang belum punya ICT itu akan dilengkapi
mungkin di tahun-tahun berikutnya yaitu mungkin di tahun 2012, mungkin
ruangan-ruangan yang belum memakai TIK mungkin tahun depan itu akan
dibenahi semua agar sesuai dengan standar program bertaraf internasional”
(3.2/W/WKS,25-11-2011)
cxi
Lebih lanjut lagi mengenai apa yang peneliti temukan di lapangan, untuk
sarana digital di ruang perputakaan (e-library) belum ada, padahal ini merupakan
salah satu standar sarana dan prasarana yang diarahkan pada pengembangan
sarana dan prasarana berbasis teknologi untuk ruang perpustakaan yang tujuannya
untuk bisa memberikan akses ke seluruh dunia. (3.2/D/ 06-12-2011)
Wakasek Ur. Sapras juga mengungkapkan, bahwa: “Memang seharusnya
sudah seperti itu yang diharapkan, tapi sekarang ini belum… karena perlengkapan
alat-alatnya itu belum ada, kalau seperti perpustakaan lain secara digital too so
ada, tapi sekarang ini belum”. (3.2/W/WKS, 25-11-2011)
Wakasek Ur. Sapras SMPN 1 Gorontalo juga mengatakan bahwa: “Kalau
RSBI itu sudah semua ruangannya sudah dengan ICT sejak tahun 2010”
(3.2/W/WKS, 25-11-2011)
Hal senada juga seperti yang disampaikan oleh Penanggungjawaab
P-RSBI, bahwa: “Pembelajaran di sekolah memang sudah berbasis TIK tetapi
belum 100 % karena tadi saya katakan di pembelajaran saja ada beberapa kelas
yang memang seharusnya sarana pembelajarannya berbasis IT….”
(3.2;2.1;2.3/W/PJP, 21-11-2011)
Untuk ruangan penunjang pengembangan profesionalisme guru, menurut
Wakasek Ur. Sapras bahwa: “Kalau ruangannya sih.. Ada ruangan, tapi khusus
untuk guru-guru RSBI….” (3.2;3.3/W/WKS,25-11-2011).
Di tahun 2012, program sekolah lebih di fokuskan dalam hal
meningkatkan atau menambah sarana, prasarana dan fasilitas penunjang sekolah.
(3.1;3.2;3.3/O/14-12-2011)
cxii
Untuk ruangan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik dalam mengembangkan potensinya di bidang
akademik dan non-akademik sudah ada di sekolah ini (1.3/D/ 25-11-2011)
Seperti yang diungkapkan oleh Wakasek Ur. Sapras, bahwa “Ada, seperti
lab-lab computer, multimedia, kemudian lab bahasa.. Ada itu”
(1.3/W/WKS,25-11-2011)
Pada tahun 2012, program RSBI akan lebih difokuskan pada pembenahan
sarana dan prasarana pembelajaran untuk SMP Negeri 1 Gorontalo. Seperti yang
diungkapkan oleh Kepala SMP Negeri 1 Gorontalo, bahwa:
“Dalam hal ini usaha-usaha yang akan dilakukan SMP Negeri 1 Gorontalo
dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyediaan sarana
dan prasarana belajar yang dimiliki terutama pada kelas RSBI yaitu
dengan cara penataan ruang kelas yang lebih nyaman, pengadaan media
pembelajaran yang lebih lengkap, pembenahan fasilitas perpustakaan dan
lebih melengkapi koleksi buku-buku pelajaran yang dibutuhkan siswa,
serta penyediaan sarana internet gratis”. (3.1;3.2;3.3/W/KS, 23-11-2011)
B. Temuan Penelitian
Dari hasil analisis data (data yang diperoleh melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi), maka dapat diperoleh temuan-temuan dalam penelitian ini,
yang kemudian dijabarkan dan diklasifikasikan sesuai dengan fokus penelitian.
Adapun temuan-temuan penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1
Gorontalo
1. SMP Negeri 1 Gorontalo sudah beberapa kali melaksanakan kegiatan refleksi
terhadap hasil kegiatan pada tahap pendampingan.
2. Diterapkannya program pemberdayaan SDM, seperti keikutsertaan para
tenaga pendidik dan kependidikan pada kegiatan-kegiatan seminar, pelatihan
cxiii
maupun kursus bahasa inggris. Hal ini guna untuk menambah wawasan dan
dapat menunjang kinerja dari para tenaga pendidik maupun tenaga penunjang
pendidikan yang ada di sekolah ini.
3. Penyusunan program pemberdayaan SDM di sekolah ini juga telah
melibatkan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri. Bukti nyata,
sekolah ini telah menjalin hubungan kerja sama dengan Go-Inovasi, Genius,
bahkan lembaga pendidikan seperti kampus yaitu UNG (Universitas Negeri
Gorontalo) dan Universitas Negeri Makassar. Sedangkan kerja sama yang
terjalin dengan beberapa daerah bahkan luar negeri telah dilakukan, sebagai
bukti; di tahun 2008 sekolah ini telah mendatangkan native speaker dari luar
negeri selama kurun waktu tiga bulan. Selain itu juga sekolah ini telah
melakukan monitoring untuk yang kedua kalinya ke luar daerah, yaitu
Makassar dan Jakarta. Upaya untuk mengembangkan wawasan di sekolah ini,
telah dilaksanakan kerjasama dengan sekolah luar negeri (sister school), yaitu
China, Malaysia dan Singapura, tepatnya di bulan April 2010.
4. Adanya pemberian tugas mandiri kepada SDM (tenaga pendidik,
kependidikan, dan tenaga penunjang pendidikan) yang ada di sekolah ini.
Kepala sekolah selaku pimpinan di sekolah ini juga telah memberikan tugas-
tugas mandiri kepada para guru, agar para tenaga pendidikan terbina
semangat kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah demi
tercapainya tujuan dari program RSBI dalam mengahadapi tahun mandiri.
5. Uji kompetensi telah dilaksanakan di sekolah ini, pada saat saat sekolah ini
akan dimonitoring dan dievaluasi oleh team monev program RSBI.
cxiv
6. Berbicara masalah sumber daya manusia (SDM) di sekolah ini, berarti
berbicara masalah tenaga pendidik, kependidikan maupun tenaga penunjang
lainnya. Untuk tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah ini semuanya
berjumlah 65 orang dengan jenjang pendidikan yang berbeda yang terdiri
dari: S2 6 orang, S1 54 orang, D2 2 orang, dan D1 3 orang. Untuk tenaga
penunjang berjumlah 21 orang denagna jenjang pendidikan yang heterogen
yang terdiri dari: S1 2 orang, D3 3 orang, D1 1 orang, SMA 8 orang, dan
SMP 1 orang.
7. Salah satu kendala yang diprioritaskan di sekolah ini terkait dengan kesiapan
merubahnya status RSBI dalam menghadapi tahun ke-6 (tahap mandiri) ke
predikat SBI adalah standarisasi yang telah ditetapkan negara-negara anggota
OECD terhadap persentase dari tenaga pendidik di sekolah yang telah
diterapkan program RSBI. Syarat dari sekolah dengan status SBI untuk
sekolah menengah pertama adalah 20 % tenaga pendidiknya minimal harus
menyandang jenjang pendidikan S2, sementara data tenaga pendidik yang
didapatkan oleh peneliti pada saat observasi masih jauh dari harapan kriteria
sekolah SBI, yakni di sekolah ini jumlah guru yang jenjang pendidikannya
telah menyandang status S2 hanya berjumlah 6 orang dari 65 guru sudah
termasuk kepala sekolah, yang seharusnya jumlah guru yang jenjang
pendidikannya S2 minimal 13 orang di sekolah ini (sesuai
standarisasi/indikator tambahan dari negara OECD).
8. Dengan terus berusaha meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah bersama
staf, guru, karyawan TU, menerapkan prinsip :
cxv
a. Keterbukaan, adaftif dan konstruktif terhadap perubahan, dengan terus
mengasah ke profesi guru-guru di bidang keilmuan dan keterampilan;
b. Positif, optimis, dan gembira dalam menyongsong masa depan, dengan
terus saling menyemangati di antara siswa dan guru;
c. Prestasi dan perbaikan diri secara terus menerus dalam berkarya, yang
dibuktikan dengan keseriusan sekolah dalam mengikuti setiap event lomba
dan melakukan studi banding di sekolah lain yang dirasa lebih unggul
demi meningkatkan mutu pendidikan di SMPN 1 Gorontalo;
d. Kebersamaan, kesejahteraan, dan kemajuan dalam berkarya dengan
menerapkan prinsip kemitraan atau partnership dalam bekerja sama; dan
e. Kualitas dan kompetitif dalam orientasi berkarya.
9. Usaha lain yang dilakukan SMPN 1 Gorontalo adalah dengan membentuk
program khusus seperti :
a. Menyelenggarakan Tes toeic; belajar bahasa Inggris dari Go Inovasi untuk
guru-guru RSBI demi mengimbangi tuntutan kebutuhan sebagai sekolah
berstatus RSBI.
b. Guru-guru belajar komputer dan internet secara klasikal pada hari Sabtu,
bahkan beberapa guru menambah jam di luar pertemuan rutin secara
mandiri/privat, mengingat kebutuhan yang mendesak untuk pelaksanaan
pembelajaran di kelas RSBI yang sarat dengan pemanfaatan teknologi;
c. Mengikuti workshop dari pusat, diklat, seminar, dan studi banding ke luar
Negeri/sekolah Internasional.
cxvi
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo
1. Belum sepenuhnya memenuhi standar mutu proses pembelajaran dari Negara-
Negara anggota OECD.
2. Pembelajaran di sekolah ini belum sepenuhnya berbasis TIK.
3. Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah ini telah menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan Pengembangan dan inovasi-
inovasi metode pengajaran pada semua mata pelajaran, khususnya penerapan
metode atau strategi pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual
Teaching and Learning), juga telah diterapkannya proses pembelajaran
berbasis bilingual dan TIK.
4. Pembinaan potensi peserta didik di bidang akademik dan non akademik telah
terbina secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari beberapa prestasi yang telah
diraih oleh peserta didik di sekolah ini, baik di tingkat provinsi, nasional,
bahkan dalam kancah internasional pun telah ditorehkan prestasi yang
gemilang dari para peserta didik yang ada di sekolah ini.
5. Pembinaan kegiatan mandiri terstruktur dalam bentuk pemberian tugas
kepada peserta didik.
6. Pembinaan kegiatan ektrakurikuler dalam bentuk kegiatan Praja Muda
Karana (Pramuka), Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa, Olahraga,
Kesenian, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Kerohanian, Palang Merah Remaja
(PMR), Jurnalistik/Fotografer, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan
sebagainya.
cxvii
7. Pembinaan pengembangan diri peserta didik dalam bentuk kegiatan
pelayanan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, sikap, dan perilaku siswa
dalam belajar serta kehidupan pribadi, sosial, dan pengembangan karir diri.
8. Kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan tidak terstruktur serta
pengembangan diri siswa pada saat proses balajar mengajar berlangsung telah
berlangsung dengan baik, juga penerapan terhadap pengembangan budaya
kompetitif dan kolaboratif di sekolah ini sudah terlaksana atas kerjasama
yang baik antar guru dan peserta didik.
9. Dalam upaya-upaya menuju kepada standar proses pendidikan sebagaimana
halnya ditentukan oleh SNP, maka SMP Negeri 1 Gorontalo mengembangkan
berbagai program dan kegiatan, diantaranya adalah :
a. Pengembangan dan inovasi-inovasi bahan pembelajaran
b. Pengembangan dan inovasi-inovasi model-model pengelolaan atau
manajemen kelas
c. Pengembangan materi bahan ajar melalui inovasi teknologi dalam
pembelajaran.
d. Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh
indikator-indikator:
1) Semua mata pelajaran pada semua jenjang kelas telah dilaksanakan
dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran, utamanya CTL.
2) Terdapat peningkatan inovasi bahan pembelajaran, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
cxviii
3) Terdapat peningkatan inovasi sumber pembelajaran, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
4) Terdapat pengembangan materi bahan ajar melalui inovasi teknologi
dalam pembelajaran.
5) Terdapat peningkatan inovasi pengelolaan kelas/pengelolaan
pembelajaran dan sebagainya.
10. Kemampuan berbahasa Inggris guru lemah sehingga cukup kesulitan
dalam menelaah kurikulum Cambridge;
11. Kemampuan guru menguasai IT masih lemah, sehingga penerapan IT dalam
proses pembelajaran belum optimal;
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo
1. Usaha-usaha yang akan dilakukan SMP Negeri 1 Gorontalo dalam upaya
meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyediaan sarana dan prasarana
belajar yang dimiliki terutama pada kelas RSBI yaitu dengan cara penataan
ruang kelas yang lebih nyaman, pengadaan media pembelajaran yang lebih
lengkap, pembenahan fasilitas perpustakaan dan lebih melengkapi koleksi
buku-buku pelajaran yang dibutuhkan siswa, serta penyediaan sarana internet
gratis.
2. Program atau kegiatan yang dapat dikembangkan oleh SMP Negeri 1
Gorontalo mengenai standar prasarana dan sarana baik secara kuantitas
maupun kualitas antara lain :
a. Peningkatan dan pengembangan serta inovasi-inovasi media pembelajaran
untuk semua mata pelajaran.
cxix
b. Peningkatan dan pengembangan serta inovasi-inovasi peralatan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
c. Pengembangan prasarana pendidikan dan atau pembelajaran.
d. Penciptaan atau pengembangan lingkungan belajar yang kondusif.
e. Peningkatan dan pengembangan peralatan laboratorium IPA, laboratorium
Multimedia, dan laboratorium lainnya.
f. Pengembangan jaringan telpon/fax, baik bagi peserta didik, pendidik
maupun tenaga kependidikan.
g. Pengembangan atau peningkatan peralatan/bahan perawatan sarana dan
prasarana pendidikan.
h. Pengembangan penggunaan dan pemeliharaan serta perawatan sarana dan
prasarana pendidikan.
i. Pengembangan peralatan dan inovasi-inovasi pusat-pusat sumber belajar.
3. Belum terdapatnya prasarana sumber-sumber belajar yang memadai untuk
ruang perpustakaan, khususnya yang diarahkan pada pengembangan ruang
perpustakaan dengan sarana dan prasarana yang berbasis teknologi
(e-library).
4. Secara umum, keadaan ruang kelas RSBI di SMP Negeri 1 Gorontalo
tergolong dalam kategori baik, karena ruangan-ruangan RSBI yang ada di
sekolah ini telah berbasis TIK, walaupun belum semua ruangannya telah
difasilitasi dengan media pembelajaran yang berbasis TIK.
cxx
5. Secara umum, keadaan media pembelajaran pada kelas RSBI di SMP Negeri
1 Gorontalo tergolong dalam kategori baik, karena di sekolah ini media
pembelajarannya sudah menggunakan fasilitas yang berbasis IT.
6. Keadaan perpustakaan di SMP Negeri 1 Gorontalo tergolong dalam kategori
baik, walaupun ruang perputakaannya belum memiliki sarana digital
(e-library)
7. Keadaan laboratorium komputer di SMP Negeri 1 Gorontalo tergolong dalam
kategori sangat baik, karena dilihat dari fasilitas komputer yang ada di ruang
laboratorium, semuanya dalam kondisi baik.
C. Pembahasan
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1
Gorontalo
Pada tahap pemberdayaan ini, refleksi terhadap hasil kegiatan pada tahap
rintisan/pendampingan telah dilakukan oleh SMP Negeri 1 Gorontalo. Kegiatan
refleksi ini dilakukan dengan tujuan untuk meninjau kembali program-program
RSBI yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya yaitu pada tahap
pendampingan. Hal ini dibuktikan dengan adanya evaluasi kinerja yang ada di
sekolah ini yang menjadi acuan dan evaluasi diri sekolah dalam peninjauan setiap
program yang telah dan yang sedang dilaksanakan. Kegiatan refleksi terkait
dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap program RSBI. Kegiatan
Monev ini merupakan upaya untuk memotret pelaksanaan dan penyelenggaraan
program RSBI di SMP Negeri 1 Gorontalo dalam upayanya untuk mengevaluasi
kesesuaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) dalam aplikasinya di
lapangan.
cxxi
Pada fase rintisan ini, SMP Negeri 1 Gorontalo mencanangkan dua
program yang lebih difokuskan pada dua standar program RSBI, salah satunya
adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM). Yang dimaksud dengan SDM
di sekolah ini adalah tenaga pendidik yakni kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan yang meliputi pegawai tata usaha, laboran, pustakawan, teknisi dan
pembantu pelaksana. Walaupun pada dasarnya peserta didik adalah bagian
terbesar dari SDM di sekolah, tetapi penelitian ini tidak mengangkat isu tentang
peserta didik.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam rangka meningkatkan
kualitas SDM, sekolah ini mengembangkan program peningkatan mutu pendidik
dan kependidikan melalui kegiatan seminar karena tidak semua tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah ini telah terlatih dengan baik dan
kualified, hal ini bertujuan agar potensi sumber daya manusia yang ada di sekolah
ini terus menerus bertumbuh dan berkembang untuk dapat melakukan fungsinya
secara profesional.
Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong para SDM
yang ada di sekolah ini untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan lmu pengetahuan dan tehnologi serta mobilitas masyarakat. Tahun
2011/2012 SMP Negeri 1 Gorontalo memasuki tahun ke-5 di tahap ke dua
program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu tahap
pemberdayaan. Sebagai sekolah penyelenggara program RSBI, SMP Negeri 1
Gorontalo perlu terus melakukan kegiatan sosialisasi dan peningkatan mutu SDM
cxxii
secara berkelanjutan agar tujuan SMP Negeri 1 Gorontalo menjadi sekolah SBI
dapat tercapai dengan baik di tahun ke-6 (tahap mandiri) berikutnya.
Berdasarkan informasi kepala sekolah, penanggungjawab program
RSBI, dan guru matematika bahwa program yang dilakukan di sekolah ini
disebut dengan program kerja unggulan sekolah, yaitu program kerja untuk
meningkatkan kualitas sekolah dalam rangka pencapaian standar agar
menjadi sekolah bertaraf internasional. Program kerja unggulan tersebut
terdiri dari empat program, yaitu: (1) Peningkatan SDM guru; (2) Peningkatan
nilai ujian dan jumlah siswa; (3) Prestasi ekstrakurikuler; dan (4) Pengembangan
kultur sekolah. Dari keempat program kerja tersebut yang berkaitan dengan
program peningkatan SDM tenaga pendidik adalah kualifikasi pendidikan guru.
Menurut penuturan kepala sekolah bahwa kendala utama ada pada sumber
daya manusianya, yaitu guru. RSBI mensyaratkan minimal 20% guru
berkualifikasi strata dua (S2) dan memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang
baik. Pada saat ini, SMPN 1 Gorontalo hanya memiliki 6 (enam) orang guru yang
telah berkualifikasi S2 dari 65 orang guru dan rata-rata guru masih
berkemampuan bahasa Inggris yang rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut,
pihak sekolah telah mengajukan proposal beasiswa lanjut studi ke Bank Dunia
untuk guru-guru yang masih berkualifikasi S1 sebanyak 2 (dua) orang dan S2 juga
sebanyak 2 (dua) orang. Sekolah ini juga telah menganggarkan dana bagi guru-
guru untuk mengikuti kursus-kursus bahasa Inggris. Program peningkatan
kompetensi guru tersebut telah berjalan dengan baik dan mendapatkan
dukungan penuh dari pemerintah Provinsi dan Kota. Peningkatan kualifikasi
cxxiii
pendidikan formal, jika demikian, adalah wajib bagi mereka yang belum
memenuhi kriteria. Peningkatan kualifikasi pendidikan akan sangat
menguntungkan baik kepada individu maupun bagi lembaga (sekolah).
Keuntungan individual diperoleh karena peningkatan kualifikasi pendidikan, di
samping sebagai agen pencerahan (enlightment agent) bagi guru juga menambah
poin untuk kepentingan sertifikasi dan kenaikan jabatan guru dan pangkatnya.
Bagi tenaga kependidikan, peningkatan kualifikasi ini sangat mungkin akan
membantu memperlancar kenaikan jabatan dan pangkat mereka. Secara
institusional, perbaikan kualifikasi pendidikan disamping berarti perbaikan
konformitas kriteria SDM, juga berarti peningkatan kompetensi SDM yang
diperlukan demi mutu proses dan hasil pekerjaan yang diharapkan. Dalam
menjalankan perannya sebagai pendidik, kualitas kinerja guru merupakan suatu
kontribusi penting yang akan menentukan bagi keberhasilan proses pendidikan di
Sekolah. Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja guru untuk terus meningkat
dan ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi jika memperhatikan
tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan,
dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas
kinerja guru.
Program peningkatan sumber daya manusia (SDM) khususnya guru,
meliputi dua program, yaitu: (1) Program kerja inservice training; dan (2)
Program kerja onservice training. Program kerja inservice training meliputi
kegiatan: (1) MGMP guru sejenis di sekolah; (2) Mengikutkan guru dalam
kegiatan MGMP di lingkungan sekolah-sekolah di kota Gorontalo; (3)
cxxiv
Melaksanakan inhouse training (IHT) untuk pembuatan perangkat
pembelajaran; (4) Menyertakan guru mengikuti kursus bahasa Inggris; (5)
Melaksanakan pelatihan Informasi dan Teknologi (IT) dengan materi: microsoft
word, microsoft excel, microsoft powerpoint, e-learning, internet; dan (6)
Pemberian reward untuk guru berprestasi. Program kerja Onservice training
dengan rincian kerja: (1) Supervisi akademik; (2) Supervisi klinis; (3)
Melaksanakan Raker penyusunan program; dan (4) Mengupayakan peningkatan
kesejahteraan guru. Selain program kerja tersebut, terdapat workshop/pelatihan
dalam rangka pembinaan RSBI.
In-house training (IHT) adalah kegiatan untuk memberikan materi
atau melatih orang untuk meningkatkan kemampuan mereka atau
keterampilan tertentu. Peserta, dana, fasilitator / nara sumber, bahan IHT
lebih kecil dari workshop, tapi frekuensi IHT lebih besar dari lokakarya.
Biasanya, IHT dilaksanakan mingguan dan diambil pada hari pelaksanaan
MGMP. Para peserta IHT adalah guru mata pelajaran khusus. Beberapa
bahan yang dapat dilatih oleh in-house training adalah praktek berbahasa
Inggris (difasilitasi oleh guru bahasa Inggris). Tujuan dari IHT adalah
meningkatnya bagian sumber daya manusia dalam manajemen RSBI. Dana
IHT diambil dari anggaran sekolah atau dana bantuan pemerintah.
Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa penyusunan program
pemberdayaan SDM di sekolah ini juga telah melibatkan berbagai pihak baik dari
dalam maupun luar negeri. Bukti nyata, sekolah ini telah menjalin hubungan kerja
sama dengan Go-Inovasi, Genius, bahkan lembaga pendidikan seperti kampus
cxxv
yaitu UNG (Universitas Negeri Gorontalo) dan Universitas Negeri Makassar.
Sedangkan kerja sama yang terjalin dengan beberapa daerah bahkan luar negeri
telah dilakukan. Di tahun 2008, sekolah ini telah mendatangkan native speaker
dari luar negeri selama kurun waktu tiga bulan. Selain itu juga sekolah ini telah
melakukan monitoring untuk yang kedua kalinya ke luar daerah, yaitu Makassar
dan Jakarta. Upaya untuk mengembangkan wawasan di sekolah ini, telah
dilaksanakan kerjasama dengan sekolah luar negeri (sister school), yaitu China,
Malaysia dan Singapura, tepatnya di bulan April 2010.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu: tujuan,
ukuran, dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan
strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan
mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan. Dengan
demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran
operasional, dan penilaian mempunyai peran penting dalam meningkatkan
motivasi SDM di sekolah ini. Identifikasi yang akurat tentang penyebab-penyebab
kinerja seseorang adalah sesuatu yang fundamental bagi pengawasan yang baik
serta pembuatan keputusan yang lebih efektif dalam strategi-strategi yang baik
terhadap perbaikan kinerja dengan memberikan tugas mandiri kepada SDM
(kepala sekolah, guru, dan tenaga pendukung lainnya) program RSBI dengan
intensitas tugas dan porsi yang lebih besar.
Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja SDM pada dasarnya
merupakan kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
cxxvi
SDM RSBI, yang juga merupakan hal yang terpenting bagi berhasilnya
implementasi inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
yang berciri Internasional.
Pada umumnya dalam meningkatkan mutu SDM antara lain mencakup
hal-hal berikut ini. Pertama, melakukan pendataan, validasi data, pengembangan
program dan sistem pelaporan pembinaan profesi pendidik melalui jaringan kerja
dengan LPMP dan Dinas Pendidikan. Kedua, menyusun kebijakan dan
mengembangkan sistem pengelolaan pendidik secara transparan dan akuntabel
melalui pembentukan tim pengembang dan program rintisan pengelolaan
pendidik. Ketiga, meningkatkan kapasitas staf dalam perencanaan dan evaluasi
program melalui pelatihan, pendidikan lanjutan dan rotasi. Keempat,
mengembangkan sistem layanan pendidik untuk pendidikan layanan khusus
melalui kerja sama dengan lembaga terkait lainnya. Kelima, melakukan kerja
sama antar lembaga di dalam dan di luar negeri melalui berbagai program yang
bermanfaat bagi pengembangan profesi pendidik.
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo
Salah satu pagu (standar) dalam proses pembelajaran di RSBI/SBI
(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional/Sekolah Bertaraf Internasional) adalah
dilaksanakannya pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan kontekstual serta menerapkan
proses pembelajaran bilingual (dua bahasa). Peningkatan standar proses
pembelajaran MIPA, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan
cxxvii
penggunaan bahasa inggris dalam menyampaikan materi pelajaran merupakan
indikator kunci pembaharuan proses belajar.
Di SMPN 1 Gorontalo telah menerapkan strategi dan model integrasi
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam aktivitas pembelajaran aktif
yang berpusat pada siswa dalam berbagai skenario pembelajaran, dengan tujuan
utama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, sehingga nantinya
diharapkan dapat mempermudah para pendidik yang sekolahnya tengah
mengembangkan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dalam
melakukan adaptasi dan mengadopsi aktifitas-aktifitas yang dipaparkan dalam
kegiatan pembelajaran. Bentuk aktivitas yang ditulis dipaparkan semudah
mungkin untuk dapat menjadi inspirasi dan dapat diimplementasikan pada mata
pelajaran apapun. Yang tak kalah menarik, di sekolah ini disertai dengan strategi
fasilitasi kelas dengan jumlah komputer terbatas, sehingga integrasi teknologi
informasi dapat dilakukan meskipun terdapat keterbatasan jumlah komputer di
dalam kelas. Bahkan, Guru pun dapat memanfaatkan satu buah komputer/laptop
saja ditambah LCD Proyektor untuk segera memulai mengintegrasikan teknologi
dalam proses pembelajaran di kelas.
Seluruh pembelajaran di sekolah ini tetap menggunakan kurikulum
nasional yang berlaku. Kurikulum nasional yang dimaksud adalah Kurikulum
2004 yang berbasis kompetensi (KBK), termasuk di dalamnya menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL))
dan pendekatan PAKEM. Jadi, pengembangan silabus dan pengembangan sistem
penilaiannya juga mengacu pada kurikulum tersebut. Namun demikian, meskipun
cxxviii
Kurikulum 2004 digunakan sebagai acuannya, sekolah dapat menambah,
memperluas, dan memperdalam kurikulum yang berlaku sesuai dengan
perkembangan internasional. Proses belajar mengajar (PBM) di sekolah ini telah
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan Kontekstual.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang
baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Dari awal, sekolah ini mengkhususkan diri pada pengembangan
keunggulan akademis dengan tidak mengesampingkan pembinaan non
akademis. Pembinaan mental dan disiplin siswa adalah hal terpenting yang
menjadi pusat perhatian warga sekolah. Jika kini SMP Negeri 1 Gorontalo
tetap eksis pada berbagai keunggulannya adalah karena peran semua pihak,
baik guru, pegawai komite, maupun masyarakat dalam mengemban visinya.
Untuk mewujudkan generasi cemerlang yang menguasai Iptek berlandaskan iman
dan taqwa serta mendapatkan dukungan pemerintah daerah dan tenaga guru yang
profesional, SMPN 1 Gorontalo membina potensi menjadi prestasi menuju
sekolah berstandar internasional. Pengembangan potensi non akademik siswa
melalui pembinaan ekstrakurikuler dan pengembangan seni budaya tradisional
atau nasional.
cxxix
Pelaksanaan kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur dan tidak
terstruktur, serta pengembangan diri peserta didik pada saat proses belajar
mengajar berlangsung, bertujuan agar para peserta didik terbina karakternya
secara mandiri dan siap bersaing dengan sekolah-sekolah luar negeri, yang
kemudian dengan sendirinya akan memberikan sebuah kontribusi positif dalam
mengangkat nama dan derajat sekolahnya serta daya saing sekolah dalam tataran
internasional. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta
didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri di bawah
bimbingan konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan
antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier
peserta didik serta kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan,
kepemimpinan, kelompok seni-budaya, kelompok tim olahraga, dan kelompok
ilmiah remaja. Kegiatan pengembangan diri di SMP Negeri 1 Gorontalo juga
meliputi kegiatan terprogram yang terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu :
a. Kegiatan Bimbingan Konseling dilakukan di lingkungan sekolah dan
menggunakan jadwal kunjung ruang bimbingan konseling dan
pembelajaran layanan dan bimbingan.
b. Kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri ini merupakan
kegiatan pengembangan bakat, minat dan potensi peserta didik untuk
cxxx
berkreativitas dalam rangka mengembangkan olah hati, olah otak, olah
raga, dan olah seni untuk bersikap positif dan berprestasi. Pengembangan
diri ini dikembangan berdasarkan perkembangan individu. Setiap peserta
didik boleh memilih kegiatan ekstrakurikuler maksimal 2 jenis kegiatan
pengembangan diri pililhan dengan perjanjian kesepakatan untuk
mengikuti kegiatan tersebut.
c. Kegiatan pembiasaan. Kegiatan pengembangan diri ini bertujuan untuk
membiasakan setiap individu yang ada di sekolah ini untuk selalu
mengerjakan setiap pekerjaan yang bias meningkatkan sikap disiplin, dan
dapat menumbuhkan jiwa keteladanan
Kultur sekolah juga mendapat perhatian lebih dari manajemen mutu
sekolah, seperti budaya mutu, budaya belajar, budaya lingkungan kondusif, dan
budaya kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan.
Adapun wujud nilai dan norma budaya sekolah yang dikembangkan di sekolah ini
adalah sebagai berikut: (1) tujuan bersama; (2) kesejawatan dan kolaborasi; (3)
berani mengambil resiko; (4) keterbukaan; (5) kepercayaan (trust); (6) saling
mendukung; (7) demokratis; (8) saling menghormati; (9) keakraban dan
kekeluargaan; (10) kompetitif.
Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan
(konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas
pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan
cxxxi
cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan
pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat
diinternalisasikan melalui berbagai aspek, seperti pengembangan diri dan jiwa
kewirausahan dengan berlandaskan moral dan etika yang tinggi telah ditanamkan
dalam diri peserta didik. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk
manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman
dan keterampilan sebagai wirausaha. Seperti dilaksanakannya kegiatan yang dapat
melatih seorang peserta didik memiliki jiwa wirausaha yang beretika tinggi,
seperti baru-baru ini telah diselenggarakannya kegiatan Baazar untuk yang
pertama kalinya. Menurut Kepala SMPN 1 Gorontalo bahwa: “Untuk
kewirausahaan ini memang sedang dalam proses peninjauan karena untuk
semangat dan jiwa kewirausahaan ini untuk anak-anak yang ada di SMP Negeri 1
Gorontalo masih perlu proses dan masih perlu dikembangkan.
Dalam penggunaan bilingual sebagian, proporsi penggunaan bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia disesuaikan dengan tingkat kesulitan materi
pelajaran, karakteristik guru dan siswa RSBI di sekolah ini. Selanjutnya,
penggunaan bahasa Indonesia dalam pembelajaran di kelas RSBI didasarkan pada
beberapa pertimbangan, yaitu (1) untuk mengatasi kemandegan berinteraksi di
kelas, (2) menjelaskan konsep-konsep terkait dengan materi yang diajarkan, (3)
memerikan istilah-istilah khusus dalam mata pelajaran terkait, (4) membuat
lelucon, (5) mengelola kelas, (6) memotivasi siswa, dan sebagainya. Hasil
wawancara dengan para guru dan siswa menunjukkan bahwa para guru dan siswa
cxxxii
memiliki persepsi positif terhadap penggunaan model bilingual pola imersi
sebagian di kelas RSBI karena model yang dikembangkan memberikan
keluwesan penmggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam proses
pembelajaran.
Kemampuan berbahasa Inggris para guru pada umumnya belum memadai
di sekolah ini. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran bilingual para siswa
masih merasa kesulitan menangkap maksud guru, guru sendiri merasa bingung
dalam menyiasati strategi pembelajarannya dalam bahasa Inggris.
Memasuki tahun keenam di Tahun 2012 ini, semestinya sekolah
sudah memasuki Tahap Mandiri, karena Tahap Mandiri dilaksanakan 1 (satu)
tahun, yaitu tahun ke-6 dan RSBI. Dalam tahapan ini semestinya sekolah
sudah meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap
pendampingan dan pemberdayaan. Sekolah melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan. Sekolah merealisasikan
program kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar negeri serta
lembaga sertifikasi pendidikan internasional. Sejauh ini realisasi program
kemitraan dengan sekolah mitra hanya menyangkut ujian internasional, tetapi
dalam proses pembelajaran tidak terlaksana.
Untuk proses pembelajaran, selama ini tidak ada tenaga pendamping. Hasil
monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan penyempurnaan/perbaikan
proses pembelajaran berikutnya. Kegiatan penyempurnaan/memperbaiki
proses pembelajaran bersifat tidak ditindaklanjuti dengan supervisi klinis
untuk memberikan bantuan/bimbingan bahkan arahan secara langsung
cxxxiii
terhadap masalah/kendala/hambatan yang timbul atau yang dihadapi dalam
proses pembelajaran. Berarti target supervisi klinis adalah proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar, sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo
Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan
kewajiban sekolah/madrasah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indicator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Sarana dan Prasarana.
Pengertian standar prasarana dan sarana pendidikan menurut PP Nomor 19
Tahun 2005 Tentang SNP, dan ditegaskan ulang dalam Permendiknas No. 24
Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang
kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan,
buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar
prasarana pendidikan mencakup persyaratan minimal dan wajib dimiliki oleh
setiap satuan pendidikan lahan, tentang, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
cxxxiv
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana pendidikan
mencakup persyaratan minimal tentang perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
1. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK;
2. Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke
sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia (e-library); dan
3. Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas
olahraga, klinik, dan lain sebagainya.
Pada tahun 2007, di sekolah ini telah dibangun sebuah ruang dan fasilitas
guna mendukung pengembangan profesionalisme guru.
Di SMP Negeri 1 Gorontalo, belum memiliki perpustakaan yang
dilengkapi dengan sarana digital yang memungkinkan para penggunanya dapat
mengakses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia (e-library). Hal
ini tentunya merupakan salah satu penghambat dalam pengembangan standar
mutu sarana dan prasarana untuk SMP RSBI, ditambah lagi dengan standar
keragaman buku perpustakaan yang dinyatakan dalam jumlah minimal judul buku
di perpustakaan satuan pendidikan. Standar jumlah buku teks pelajaran di
perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk
cxxxv
masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan per peserta
didik. Pada dasarnya ruang perpustakaan yang ada di sekolah ini belum bias
dikatakan telah memenuhi standar/kriteria dari sekolah bertaraf internasional.
Di sekolah ini juga telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam mengembangkan potensinya di
bidang akademik maupun non akademik, ruang kelas SBI juga telah dilengkapi
dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, juga terdapat fasilitas yang dapat
menunjang Proses Belajar Mengajar (PBM), seperti :
1. Laboratorium Komputer
2. Laboratorium Bahasa
3. Laboratorium Multimedia
4. Laboratorium IPA
5. LCD Proyektor
6. OHP
Sarana dan Prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa
berdasarkan cara kerja otak dan standar internasional, terdiri dari ruangan beserta
kelengkapannya, yaitu:
1) Ruang Belajar yang kondusif meliputi luas, pencahayaan, temperatur, dan
tingkat kebisingan.
2) Tempat bermain
3) Laboratorium
4) Perpustakaan
5) Fasilitas olah raga
cxxxvi
6) Fasilitas kesenian
7) Ruang Guru
8) Ruang konseling
9) Ruang pertemuan siswa
10) Ruang serbaguna
11) Kantin
12) Klinik
13) Ruang ibadah
14) Ruang kepala sekolah dan administrasi
15) Fasilitas internet di setiap ruang kelas dan WiFi di seluruh sekolah untuk
memudahkan akses internet.
16) Toilet / WC
17) Ruang khusus lainnya
Untuk ruangan yang dilengkapi sarana dan prasarana yang dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mengembangkan potensinya di bidang
akademik dan non-akademik sudah ada di sekolah ini. Dalam hal ini usaha-usaha
yang akan dilakukan SMP Negeri 1 Gorontalo dalam upaya meningkatkan
kualitas pengajaran melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar yang dimiliki
terutama pada kelas RSBI yaitu dengan cara penataan ruang kelas yang lebih
nyaman, pengadaan media pembelajaran yang lebih lengkap, pembenahan fasilitas
perpustakaan dan lebih melengkapi koleksi buku-buku pelajaran yang dibutuhkan
siswa, serta penyediaan sarana internet gratis.
cxxxvii
Salah satu kendala dalam memnuhi standar sarana dan prasarana di
sekolah ini adalah keterbatasannya perangkat IT yang tersedia dalam proses
belajar mengajar, sehingganya di Tahun 2012 ini, SMPN 1 Gorontalo akan
mencanangkan program untuk menindaklanjuti keterbatasan sarana dan prasarana
pembelajaran yang berbasis TIK dalam rangka pencapaian mutu sarana dan
prasarana SBI sesuai dengan hasil analisis kebutuhan (need assessment) dan hasil
analisis SWOT, dengan menggunakan metode perencanaan strategis untuk
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek
atau suatu spekulasi bisnis.
d. Kesiapan SMP Negeri 1 Gorontalo dalam Menghadapi Tahun ke-6
(Tahap Mandiri)
Keberadaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
dewasa ini sebagai kebijakan public di bidang pendidikan, merupakan respon dari
kesadaran masyarakat akan pentingnya sekolah berkualitas untuk mempersiapkan
generasi masa depan yang berakhlak mulia, cerdas, mandiri, kreatif, inovatif, dan
demokratis. Pendidikan (sekolah) yang bermutu/unggul semakin dicari oleh para
orang tua, dan sebaliknya sekolah yang mutunya rendah akan ditinggalkan dan
fakta ini hampir terjadi di setiap kota di Indonesia.
MBS sekolah dikembalikan kepada pemiliknya yaitu masyarakat.
Secara moral, sekolah dan masyarakatlah yang paling mengetahui berbagai
persoalan pendidikan yang dapat menghambat peningkatan mutu pendidikan.
Kepala sekolah yang paling mengetahui tentang keadaan guru, buku-buku,
perpustakaan, sarana pendidikan lainnya. Guru yang paling memahami
cxxxviii
keadaan murid-muridnya, proses pembelajaran di kelas, implementasi
kurikulum, efektivitas pembelajaran dan lain-lain.
Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa, kepala sekolah, guru
dan masyarakat adalah pelaku utama dan terdepan dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, sehingga segala keputusan di tingkatan mikro harus
dihasilkan dari ketiga pihak tersebut. Hal ini bila dikaitkan dengan
penyelenggaraan RSBI sangat tepat, karena itu kepala sekolah sebagai
manajer, guru sebagai pelaksana dan masyarakat sebagai pemasok input dan
penyandang dana harus bersinergi agar tujuan pendidikan untuk menghasilkan
generasi yang berkualitas dapat tercapai.
Untuk itu seiring dengan semangat otonomi dan kemandirian,
sebaiknya urusan pendidikan diserahkan sepenuhnya pada sekolah, termasuk
dalam menentukan hasil ujian akhir siswa. Tidak perlu dilakukan ujian
nasional, yang membuat sekolah harus bergerak mengikuti gerak birokrasi,
dan sangat jelas bertentangan dengan kebijakan desentralisasi pendidikan.
Budaya ketergantungan sudah saatnya untuk ditinggalkan. Pelaksanaan
manajemen operasional sekolah selama ini lebih diatur dan dikuasai oleh birokrasi
pusat yang berada di tingkat kementerian. Proses pembuatan keputusan-
keputusan, baik untuk kebijakan pada tingkat makro maupun mikro lebih banyak
ditentukan oleh pusat. Sekolah sebagai unit pelaksana teknis paling bawah
tinggal melaksanakan saja apa yang telah diputuskan oleh pusat. Padahal
sesungguhnya sekolah adalah barisan terdepan yang langsung berhadapan
cxxxix
dengan siswa yang merupakan titipan atau amanat dari para orang tua
siswa.
Pelaksanaan manajemen operasional sekolah yang didominasi oleh
pusat, setidaknya telah menimbulkan hambatan-hambatan yang dialami oleh
sekolah dalam menetapkan visi dan misi serta jati dirinya sebagai lembaga
pendidikan yang khusus mendapat tugas untuk mengembangkan sumber daya
manusia dalam upaya untuk mempersiapkan masa depan bangsa.
Hambatan-hambatan yang dialami oleh sekolah antara lain. Pertama,
keragaman sekolah dengan keunikan latar belakang budaya, tradisi, sumber
siswa, keadaan masyarakat, lingkungan, suasana batin, cara bergaul, cara
bersikap, cara berperilaku, dan sebagainya yang berbeda antara yang satu dengan
lainnya namun kondisi tersebut diatur secara seragam. Sebenarnya hal ini
telah mengingkari adanya keragaman itu sendiri. Banyak sekali keputusan dari
pusat yang bukan saja tak sesuai, tetapi bahkan seringkali bertentangan dengan
keunikan suatu sekolah.
Kedua, kreativitas sekolah kurang mendapat kesempatan untuk
berkembang secara wajar. Kepala Sekolah, guru, orang tua siswa, staf tata usaha,
masyarakat sekitar sekolah menjadi merasa kurang percaya diri dan sering
dihinggapi penuh rasa khawatir akan keliru atau salah dalam melaksanakan
keputusan pusat. Pada gilirannya keadaan ini juga berdampak pada kurang
berkembangnya rasa percaya diri pada diri siswa. Demikian pula kreatifitas
siswa tak berkembang secara maksimal.
cxl
Ketiga, dominasi oleh birokrasi pusat telah mengakibatkan tumbuhnya
sikap ketergantungan sekolah kepada birokrasi pusat. Sikap demikian secara
bertahap berkembang menjadi tradisi, dan akhirnya menjadi budaya sekolah.
Berbagai fasilitas yang dikirim dari pusat hanya tinggal diterima saja oleh
sekolah. Pusat kurang menyadari apakah alat-alat yang dikirimkan sudah
benar-benar sesuai dengan keperluan sekolah, dan apakah dapat
termanfaatkan dan dirawat dengan baik oleh sekolah. Budaya ketergantungan
sekolah ini sudah saatnya untuk ditinggalkan. Budaya kemandirian perlu
didorong pertumbuhannya. Beberapa Kepala Sekolah yang menyadari akan
kuatnya dominasi oleh birokrasi pusat telah mencoba mencari jalan keluar
dengan tetap mengindahkan aturan dari pusat, tetapi memberanikan diri
untuk melaksanakan manajemen operasional sekolah yang agak berbeda
namun sesuai dengan kondisi dan daya dukung lingkungan sekolahnya.
Pengalaman menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang berusaha keras
untuk mandiri ini telah mampu meningkatkan kreativitas siswanya dengan
pencapaian hasil belajar yang semakin tinggi. Kelompok sekolah ini telah
berhasil mengangkat dirinya menjadi sekolah unggulan. Di samping itu
terdapat sejumlah kepala sekolah yang biasa-biasa saja, tetapi telah mencoba
memikirkan dan berupaya keras agar para lulusannya yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan baik disebabkan oleh terbatasnya tempat maupun
oleh keadaan sosial ekonomi orang tua yang kurang menguntungkan dapat
memperoleh bekal kemampuan dan keterampilan tambahan yang memungkinkan
para lulusan tersebut dapat terjun ke dunia kerja. Sekolah-sekolah RSBI ini
cxli
merupakan pelopor dalam peralihan manajemen operasional sekolah dari
sikap ketergantungan terhadap birokrasi pusat kepada sikap kemandirian
yang bertumpu pada kemampuan sumber daya setempat. Kelompok sekolah RSBI
ini telah berani berprakarsa dan mampu menetapkan kurikulumnya sendiri tanpa
mengurangi kurikulum nasional, yang akhirnya ditetapkan menjadi model,
karena tidak ada kesulitan bagi sekolah-sekolah lain untuk mengikuti jejak
mereka.
Dalam era reformasi pendidikan sekarang inilah orientasi baru dalam
manajemen operasional sekolah yang mengutamakan sikap kemandirian,
sudah saatnya harus menjadi acuan. Hal ini menjadi lebih penting lagi
untuk menyongsong pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
pendidikan yang gemanya berkumandang ke seluruh tanah air. Dengan demikian
orientasi baru dalam manajemen operasional sekolah, adalah beralihnya
pemutarbalikan sikap dan perilaku dari kebiasaan ketergantungan atau
menurut saja terhadap kebijaksanaan pusat, terhadap setiap perintah atasan
atau yang berkuasa kepada sikap dan perilaku merdeka dan percaya diri
yang mampu menumbuhkan kemandirian. Oleh karena perubahan orientasi
manajemen operasional sekolah ini sebenarnya juga merupakan upaya untuk
mengubah sikap dan perilaku yang telah tersistem sehingga menjadi kebiasaan
yang telah membentuk suatu budaya sekolah selama bertahun-tahun, maka
upaya untuk mewujudkannya haruslah disertai dengan kerja keras yang luar
biasa yang dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan.
cxlii
Usaha untuk mendapatkan kemandirian sekolah dapat terwujud
dengan adanya perubahan paradigma dalam mengubah budaya sekolah di
dalam pelaksanaan kegiatannya. Untuk itu sekolah perlu melaksanakan upaya
memberdayakan pemegang peran (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,
TU, Guru, Siswa, Orang Tua, Masyarakat) agar dapat menciptakan nuansa baru.
Menciptakan komunikasi terbuka di antara para pemegang peran.
Salah satu elemen inti untuk mendorong pengembangan sekolah
adalah kesempatan bagi pemegang peran untuk menanyakan pandangan-
pandangan dan pertukaran gagasan. Melalui dialog ini dapat dicapai
pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan pemegang peran yang
berbeda-beda dan dasar untuk mencoba memecahkan masalah yang biasa
terjadi dan juga memecahkan konflik akan kebutuhan diantara mereka.
Model Pengembangan Sekolah memperoleh pengalaman dalam keterbukaan
dan transparansi di beberapa SMP. Perbedaan pendekatan di antara sekolah
untuk komunikasi tercermin dari pilihan kepala sekolah. Kepala sekolah dan
para guru mendukung adanya diskusi informal dengan orang tua siswa, siswa
dan anggota masyarakat melalui pertemuan pribadi dan kegiatan sekolah atau
masyarakat.
Kepala sekolah mengumpulkan dukungan dari diskusi dengan para
guru dalam usaha pengembangan sekolah untuk menerima umpan balik dan
mengusulkan alternatif pendekatan dan juga masalah-masalah pengembangan
yang lainnya. Biasanya, Kepala Sekolah mengadakan rapat rutin untuk
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah. Anggaran
cxliii
sekolah didiskusikan secara terbuka dan input bagaimana menyesuaikan
anggaran agar tujuan sekolah dapat tercapai. Kepala Sekolah menerima
input dari semua pemegang peran dan mempresentasikannya kepada guru.
Masalah-masalah pengembangan yang berhubungan dengan program akademik
telah diperhatikan di sekolah. Hal lain telah mengacu pada rekomendasi Komite
Sekolah.
Masalah mendasar yang dirasa perlu untuk diperhatikan oleh Kepala
Sekolah adalah menetapkan peran guru, siswa dan orang tua siswa. Harapan dan
tanggung jawab telah ditetapkan sehingga setiap orang mempunyai
pemahaman yang jelas. Hal ini menciptakan adanya arah dan tujuan bagi para
pemegang peran. Juga memberikan tema umum bagi pengembangan sekolah.
Berdasarkan kondisi sekolah yang ada, Kepala Sekolah, Guru, dan orang tua
siswa mengembangkan misi dan visi yang memperhatikan kebutuhan dan aspirasi
para pemegang peran.
Para guru mampu mengkomunikasikan perhatian dan bertukar gagasan
pada rapat rutin yang telah dijadwalkan dengan Kepala Sekolah. Hal ini
bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah yang lain dari satu kali dalam
seminggu sampai satu kali dalam satu semester. Guru mempunyai kebebasan
untuk bertukar pandangan, termasuk juga pandangan yang bertentangan dengan
sudut pandang Kepala Sekolah. Kepala Sekolah yang mengkaji ulang
anggaran sekolah bersama-sama dengan para guru, menemukan dukungan lebih
untuk pelaksanaan program, khususnya apabila pandangan guru diperhatikan
dalam penyusunan program. Guru merasa bahwa mereka sebagai mitra
cxliv
dalam pengembangan mutu sekolah. Rasa turut memiliki menambah minat
dan peran serta dalam program. Komunikasi yang terbuka memberikan
kesempatan kepada para guru untuk diperlakukan sebagai profesionalisme dan
memperoleh penghormatan yang patut diterima oleh para guru. Siswa diundang
untuk terlibat dalam diskusi dengan kepala sekolah dan guru, namun ada rasa
enggan dan rasa malu dari siswa. Dukungan dan kemauan Kepala Sekolah untuk
mendengarkan para siswa dapat memberikan dorongan kepada mereka.
Melalui rapat OSIS, siswa belajar mengutarakan pendapat-pendapat dalam
suasana yang nyaman dan belajar mengatasi masalah-masalah yang
melibatkan mereka dengan cara yang terorganisasi. Juga melalui organisasi
siswa, para siswa dapat mengutarakan pandangan-pandangan dan
mengusulkan berbagai saran.
Perhatian para orang tua siswa ditujukan untuk peningkatan
komunikasi Komite sekolah berfungsi sebagai alat untuk melibatkan para
orang tua siswa dalam berbagai prakarsa untuk pengembangan. Jadwal
pertemuan-pertemuan komite sekolah merupakan sarana komunikasi dengan
berbagai anggota di sekolah. Program yang paling efektif adalah dengan
rapat sebanyak empat kali dalam setahun dan menginformasikan kepada
anggota mengenai kegiatan pengembangan pada setiap rapat. Orang tua siswa
dapat menyampaikan perhatian mereka, bertanya dan mengkaji ulang
pengeluaran untuk program-program RSBI.
Tokoh Masyarakat mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
mendiskusikan masalah-masalah sekolah dan masyarakat dengan Kepala Sekolah
cxlv
dan Komite Sekolah. Tokoh masyarakat diundang pada rapat sekolah ketika
masalah tertentu yang berkaitan dengan masyarakat akan diselesaikan.
Tokoh masyarakat merasa lebih enak berbicara dengan Kepala Sekolah dan guru
secara informal. Terdapat hubungan informal yang kuat yang ada di antara guru
dan staf dalam hidup di tengah masyarakat dan sebagai anggota masyarakat.
Melalui interaksi formal dan informal, anggota masyarakat menganggap
sekolah sebagai komponen penting bagi pengembangan masyarakat.
Berbagi tanggung jawab di antara para pemegang peran. Keberhasilan
Pengembangan Sekolah dapat ditandai dengan terlaksananya praktek
pembagian pengambilan keputusan bersama di sekolah. Dengan pembagian
tanggung jawab di antara para pemegang peran, Kepala Sekolah dapat lebih
memberi perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan sekolah
dan strategi pendanaannya untuk pengembangan sekolah.
Aspek lain dari pembagian tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan adalah memprofesionalkan staf serta mengajak mereka untuk
bekerja lebih baik lagi. Rasa menghargai diri sendiri dan percaya diri dapat
menggantikan sikap pesimis. Peran Kepala Sekolah bergeser dari pengawas
menjadi fasilitator. Dengan memberikan tanggung jawab kepada wakil Kepala
Sekolah dan para guru dari hari ke hari, memungkinkan bagi Kepala Sekolah
untuk memfokuskan tenaganya pada peningkatan program-program akademik
dan cara-cara untuk mencapainya. Dia juga dapat memberi perhatian lebih pada
pembentukan hubungan antara orang tua siswa dan masyarakat.
cxlvi
Para Wakil Kepala Sekolah diharapkan dapat bertanggung jawab
penuh dalam pengambilan keputusan untuk bidangnya. Masalah-masalah yang
terjadi di sekolah yang tidak dapat diselesaikan oleh lainnya akan diperhatikan.
Pada kasus yang jarang terjadi, dan masalah yang tak dapat diatasi dibawa
ke tingkat yang lebih tinggi untuk menjadi perhatian Kepala Sekolah.
Dengan melaksanakan peran ini para Wakil Kepala Sekolah memperoleh
keterampilan kepemimpinan dan pengalaman-pengalaman yang menjamin
kesinambungan pengembangan sekolah meskipun Kepala Sekolah berhalangan
untuk suatu kurun waktu tertentu.
Para Guru diberikan tanggung jawab yang lebih untuk peningkatan
pengajaran dan kreativitas di dalam kelas. Kepala Sekolah dan staf
pengawas lainnya siap untuk berdiskusi dengan para guru mengenai
pendekatan inovasi di dalam kelas. Bersama-sama mereka dapat
mengevaluasi efektivitas pendekatan dan membuat keputusan untuk
keterlaksanaannya. Guru juga terlibat dengan siswa yang bermasalah secara
langsung. Apabila dibutuhkan, guru dapat meminta orang tua siswa untuk
berkunjung ke sekolah atau guru yang mengunjungi orang tua siswa. Dengan
pemberian tanggung jawab yang lebih terhadap pencapaian akademis siswa,
para guru terlatih untuk menjadi profesional dari pada hanya sebagai
pegawai. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan dan menyampaikan
usulan yang berkenaan dengan mereka melalui OSIS. OSIS terdiri atas wakil dari
setiap kelas dan Kepala Sekolah memimpin pertemuan. Wakil dari tiap
kelas menyampaikan masalah-masalah yang perlu diperhatikan pada rapat
cxlvii
OSIS. Mereka mendiskusikan hal tersebut dan berusaha mencari cara
pemecahannya. OSIS memperhatikan usulan kegiatan yang berfokus pada
keinginan dan minat siswa. Hal-hal yang dapat membawa pengaruh terhadap
sekolah akan dibicarakan oleh Kepala Sekolah dengan para guru. Masalah-
masalah lain yang tidak menyangkut akademik akan disampaikan kepada
komite sekolah untuk dipertimbangkan. Konsep yang diterapkan OSIS
berhasil memecahkan beberapa masalah pengembangan yang penting.
Pertama, hal tersebut membawa siswa menuju usaha pengembangan sekolah
dengan memberi perhatian pada kebutuhan mereka serta menginformasikan
kepada sekolah akan pandangannya terhadap pengembangan sekolah. Kedua,
OSIS berfungsi sebagai contoh kehidupan bernegara di mana siswa belajar
berorganisasi dan mengerti struktur politik. Hal ini juga merupakan pengalaman
pembelajaran aktif dalam pendidikan bernegara. Ketiga, memperkenalkan dan
mengembangkan potensi mereka dalam peran kepemimpinan di sekolah atau
yang lebih dari itu.
Para orang tua siswa lebih termotivasi dan berkeinginan untuk
memberi sumbangan dalam kegiatan pengembangan sekolah pada saat diberi
tanggung jawab dalam mengambil keputusan dan monitoring terhadap
kegiatan sekolah yang didanai tahun ini, serta memonitor pelaksanaan dan
pendanaan proyek tersebut. Para orang tua siswa berharap sumbangan
komite sekolah dapat dimanfaatkan dengan tepat dan efisien.
Tokoh Masyarakat tidak secara langsung terlibat dalam keputusan-
keputusan yang berbasis Sekolah, namun mempunyai peran penting di luar
cxlviii
sekolah. Dalam beberapa Model Pengembangan Sekolah, peran serta para Tokoh
Masyarakat di sekolah dan rapat komite sekolah dapat berperan baik
sebagai orang tua, peserta biasa ataupun undangan. Dengan berpartisipasi
mereka dapat memberi informasi dan sumbangan dalam rapat pengambilan
keputusan. Dengan melibatkan Tokoh Masyarakat, pegawai Diknas, pegawai
pemerintah daerah dan Tokoh usahawan setempat dalam diskusi sekolah
mengenai peningkatan mutu, Kepala Sekolah tidak hanya mampu menjadi
pendengar yang baik terhadap persoalan yang terjadi di sekolah, namun
juga memperoleh bantuan dalam masalah lingkungan dan pembentukan kerja
sama kemitraan demi kelanjutan terhadap dukungan sekolah.
Fenomena ini selayaknya dijadikan modal dan ajang unjuk kinerja terbaik
untuk menata program RSBI sebaik-baiknya sehingga kelak berkontribusi bagi
peningkatan kualitas pendidikan bangsa. Untuk itu, diperlukan sikap optimistis
dan rasa tanggungjawab yang tinggi, sebab sekolah merupakan institusi paling
kompleks di antara institusi sosial yang ada. Kompleksitas tersebut bukan saja
dari masukannya yang bervariasi, melainkan dalam proses pembelajaran yang
berlangsung di dalamnya.
SMP Negeri 1 Gorontalo sebagai sekolah penyelenggara Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) terus berbedah diri terutama melengkapi berbagai
fasilitas sekolah sehingga sekolah ini terlihat benar-benar sekolah bertaraf
internasional, selain menambah berbagai fasilitas sekolah juga para guru terus
dilatih dan diarahkan untuk mampu menjadi sekolah yang unggul.
cxlix
Menurut peneliti, untuk menuju ke SBI sarana dan prasarana menjadi
penilaian dan persyaratan utama dan salah satunya sarana penunjang untuk
kelancaran tugas guru, sebab guru yang mengajar di SBI harus dilengkapi dengan
berbagai sarana penunjang termasuk salah satunya adalah ruangan yang
representative sehingga mereka bisa tenang dan nyaman untuk menyusun
program dan materi pelajaran.
Peneliti juga beranggapan bahwa dengan adanya sarana penunjang berupa
gedung baru ini menjadikan para guru lebih mudah untuk melakukan koordinasi
diantara mereka, sehingga program pengajaran pun bisa berjalan dengan lancar
selain itu para siswa akan lebih bersemangat untuk mengikuti berbagai program
yang diadakan oleh sekolah.
SMP Negeri 1 Gorontalo akan terus melakukan pembenahan untuk
kelancaran program SBI karena program pendidikan saat SMP Negeri 1
Gorontalo dinyatakan sebagai SBI maka semua harus lengkap seperti fasilitas
penunjang SBI, sistem pembelajaran dan siswa maupun guru benar-benar sudah
memahami, terkait program pendidikan SBI. Kalau sarana penunjang untuk SBI
di SMPN 1 Gorontalo ini sudah banyak dipersiapkan, maka SMP Negeri 1
Gorontalo menjadi sekolah RSBI pertama yang siap merubah statusnya menjadi
SBI, apalagi untuk tenaga gurunya, beberapa dari guru di sekolah ini sedang
disekolahkan untuk mengikuti program S2 supaya nantinya bisa mengajar di SBI,
karena salah satu persyaratan guru di RSBI dan SBI harus mengantongi ijazah S2
linier atau S2 sesuai mata pelajaran dan pembelajaran akan full menggunakan
bahasa Inggris dan IT. Seperti diketahui, bahwa SMP Negeri 1 Gorontalo
cl
merupakan sekolah tingkat SMP yang pertama kali melaksanakan program
pendidikan sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) dan kini
tengah mempersiapkan diri untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Keharusan transparansi prosedur rekrutmen, penentuan kelulusan, hingga
pencantuman nilai menjadi hal yang mutlak tak boleh ditinggalkan. Sehingga,
tidak ada pihak yang merasa dicurangi, di‟telikung‟ atau dikorbankan. Pemerintah
melalui Menteri Pendidikan Nasional berjanji akan melakukan evaluasi
menyeluruh terhadap dana bantuan langsung atau block grant yang telah diberikan
kepada RSBI.
Apabila sekolah itu berubah status menjadi SBI, dana bantuan otomatis
dihentikan. Pertimbangannya, sekolah diharapkan dapat membiayai sendiri
setelah selama 4 (empat) dan 5 (lima) tahun mendapatkan bantuan untuk
membangun infrastruktur dan fasilitas belajar mengajar lain yang dibutuhkan.
Selain itu, RSBI dan SBI juga harus memenuhi 4 (empat) komponen, yaitu
infrastruktur yang memadai, memiliki guru yang berkualitas, kurikulum sesuai
dengan pembelajaran, dan manajemen yang baik. Tidak hanya itu, SBI juga harus
memiliki sister school dengan sekolah yang ada di luar negeri karena seperti
itulah konsep dasarnya.
RSBI merupakan cikal bakal persiapan menuju SBI. Seperti halnya SBI,
RSBI pun adalah sebuah terobosan dalam dunia pendidikan di Tanah Air yang
memiliki payung hukum yang sama dengan SBI. Tujuan pengadaan RSBI adalah
untuk menyaring siswa-siswa dengan kemampuan di atas rata-rata agar lebih
optimal dalam menyerap pelajaran.
cli
Infrastruktur merupakan salah satu masukan instrumental SBI.
Infrastruktur SBI harus lengkap dan modern untuk mendukung pelaksanaan
program SBI, khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
(PBM), literatur (buku atau e-book), referensi, media pembelajaran, peralatan
laboratorium, komputer, proyektor LCD, perpustakaan digital (e-library),
konektivitas internet ke ruang kelas masing-masing, penerapan sistem digital
di ruang dan sistem administrasi (pegawai, moneter, beasiswa, persediaan, sistem
evaluasi, kehadiran guru, pejabat, siswa) dan pengadaan fasilitas kelas dapat
dipercepat dengan memindahkan sistem kelas, karena pengkondisian. subjek
kelas dapat merangsang penyediaan fasilitas untuk mendukung proses belajar
mengajar. Berdasarkan informasi berbagai infrastruktur sedang disiapkan, sedang
yang lainnya sudah mulai tersedia. Standar minimal sarana prasarana yang
dimaksudkan pada pedoman penjaminan mutu belum terpenuhi, contohnya
fasilitas ICT masih terbatas, banyak guru yang belum bisa menggunakan
ICT.
Biaya dari pemerintah provinsi digunakan untuk perawatan sarana,
prasarana, dan fasilitas pendukung pembelajaran. Biaya dari pemerintah
kabupaten/kota digunakan untuk biaya investasi (sarana dan prasarana) dan
pemenuhan penjaminan mutu. Biaya dari masyarakat digunakan untuk
peningkatan kualifikasi dan kualitas para guru dan tenaga penunjang. Biaya
dari instansi terkait atau sumber lain digunakan untuk peningkatan mutu
SDM, pembenahan proses belajar mengajar, investasi, dan pembenahan
lingkungan sekolah. Bantuan dari sekolah mitra dapat berupa pemutakhiran
clii
kurikulum maupun program-program pertukaran, baik peserta didik maupun guru.
Karakteristik esensial dalam indikator kunci minimal (SNP) dan indikator
kunci tambahan (X), SBI = SNP + X, sebagai penjaminan mutu pendidikan
bertaraf internasional. Untuk dapat memahami konsep RSBI-SBI, maka penulis
menyajikannya dalam bentuk tabel seperti di bawah ini :
No. Obyek Penjaminan Mutu
(Unsur Pendidikan dalam SNP)
Indikator Kinerja
Kunci Minimal
(dalam SNP)
Indikator Kinerja Kunci
Tambahan sebagai (X-nya)
I Akreditasi Berakreditasi A dari
BAN Sekolah dan
Madrasah
Berakreditasi tambahan dari
badan akreditasi sekolah pada
salah satu lembaga akreditasi
pada salah satu negara
anggota OECD dan/atau
negara maju lainnya yang
mempunyai keung-gulan
tertentu dalam bidang
pendidikan
II Kurikulum (Standar Isi) dan
Standar Kompetensi lulusan
Menerapkan KTSP Sekolah telah menerapkan
system administrasi akademik
berbasis teknologi Informasi
dan Komu-nikasi (TIK)
dimana setiap siswa dapat
meng-akses transkipnya
masing-masing.
Memenuhi Standar
Isi
Muatan pelajaramn (isis)
dalam kurikulum telah setara
atau lebih tinggi dari muatan
pelajaran yang sama pada
sekolah unggul dari salah satu
negara diantara 30 negara
anggota OECD dan/atau dari
negara maju lainnya.
Memenuhi SKL Penerapan standar kelulusan
yang setara atau lebih tinggi
dari SNP
Meraih mendali tingkat
internasional pada berbagai
kompetensi sains, matematika,
teknologi, seni, dan olahraga.
cliii
III Proses Pembelajaran Memenuhi Standar
Proses
Proses pembelajaran pada
semua mata pelajaran telah
menjadi teladan atau
rujukan bagi sekolah
lainnya dalam
pengembangan akhlak
mulia, budi pekerti luhur,
kepribadian unggul,
kepemimpinan, jiwa
kewirausahaan, jiwa
patriot, dan jiwa inovator
Proses pembelajaran telah
diperkaya dengan model-
model proses pembelajaran
sekolah unggul dari salah
satu negara diantara 30
negara anggota OECD
dan/atau negara maju
lainnya.
Penerapan proses
pembelajaran berbasis TIK
pada semua mapel
Pembelajaran pada mapel
IPA, Matematika, dan
lainnya dengan bahasa
Inggris, kecuali mapel
bahasa Indonesia.
IV Penilaian Memenuhi Standar
Penilaian
Sistem/model penilaian telah
diperkaya dengan system/
model penilaian dari sekolah
unggul di salah satu negara
diantara 30 negara anggota
OECD dan/atau negara maju
lainnnya.
V Pendidik Memenuhi Standar
Tenaga Pendidik
Guru sains, matematika,
dan teknologi mampu
mengajar dengan bahasa
Inggris
Semua guru mampu
memfasilitasi pem-
belajaran berbasis TIK
Minimal 20% guru
berpendidikan S2/S3 dari
perguruan tinggi yang
program studinya
terakreditasi A
cliv
VI Tenaga Kependidikan Memenuhi Standar
Tenaga
Kependidikan
Kepala sekolah
berpendidikan minimal S2
dari perguruan tinggi yang
program studinya
terakreditasi A
Kepala sekolah telah
menempuh pelatihan
kepala sekolah yang diakui
oleh Pemerintah
Kepala sekolah mampu
berbahasa Inggris secara
aktif
Kepala sekolah memiliki
visi internasional, mampu
membangun jejaring
internasional, memiliki
kompetensi manajerial,
serta jiwa kepemimpinan
dan enterprenual yang kuat
VII Sarana Prasarana Memenuhi Standar
Sarana Prasarana
Setiap ruang kelas
dilengkapi sarana
pembelajaran berbasis TIK
Sarana perpustakaan
TELAH dilengkapi dengan
sarana digital yang
memberikan akses ke
sumber pembelajaran
berbasis TIK di seluruh
dunia
Dilengkapi dengan ruang
multi media, ruang unjuk
seni budaya, fasilitas olah
raga, klinik, dan lain-lain.
VIII Pengelolaan Memenuhi Standar
Pengelolaan
Sekolah meraih sertifikat
ISO 9001 versi 2000 atau
sesudahnya (2001, dst) dan
ISO 14000
Merupakan sekolah multi
kultural
Sekolah telah menjalin
hubungan “sister school”
dengan sekolah
bertaraf/berstandar
internasional diluar negeri
Sekolah terbebas dari
rokok, narkoba, kekerasan,
clv
kriminal, pelecehan
seksual, dan lain-lain
Sekolah menerapkan
prinsip kesetaraan gender
dalam semua aspek
pengelolaan sekolah
IX Pembiayaan Memenuhi Standar
Pembiayaan
Menerapkan model
pembiayaan yang efisien
untuk mencapai berbagai
target indikator kunci
tambahan
Tabel 4.1 Karakteristik Esensial SMP-SBI sebagai Penjaminan Mutu Pendidikan
Bertaraf Internasional
clvi
Berdasarkan asumsi yang telah dikemukakan, maka dapat diperoleh gambaran
secara umum tentang kesiapan SMP Negeri 1 Gorontalo untuk merubah statusnya
dari RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) menjadi SBI (Sekolah
Bertaraf Internasional), bahwa sekolah ini sudah hampir siap untuk menjadikan
sekolahnya menjadi sekolah yang bertaraf internasional, dengan catatan semua
profil yang diharapkan ataupun indikator standar untuk program SBI telah
tercapai pada tahap rintisan, Sedangkan apabila profil yang diharapkan mulai dari
standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga
pendukung), sarana prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaan,
dan kultur sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan sekolah ini akan terkena
passing-out.
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual disintesis, diabstraksi, dan diekstrapolasi dari
berbagai teori dan pemikiran ilmiah, yang mencerminkan paradigma sekaligus
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis.
Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori yang terstruktur (belkaoui,
1993).
Kerangka konseptual sangat berguna untuk menegaskan batas-batas secara
logis dalam penyelidikan/penelitian sebagai petunjuk bagi peneliti untuk
memperhitungkan tentang apa yang relevan dan apa yang tidak relevan untuk
dipelajari dalam penelitian. Kerangka konseptual pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian
yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002). (Lihat Gambar 4.2)
157
KERANGKA
KONSEPTUAL
Fase 1
Tahap Pendampingan
Fase 2
Tahap Pemberdayaan
Fase 3
Tahap Mandiri
Gambar 4.2 Bagan Konseptual
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, dengan mengacu pada
pengembangan standar mutu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang ada di
SMP Negeri 1 Gorontalo, maka dapat disederhanakan dalam uraian kesimpulan di
bawah ini :
1. Standar mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1 Gorontalo
dari tahap pendampingan sampai pada tahap pemberdayaan sudah cukup
berkembang, namun pada tahap mandiri kali ini program RSBI belum
sepenuhnya tercapai dan memenuhi syarat SMP SBI, karena jika dilihat
dari standar kualifikasi tenaga pendidik yang ada di sekolah ini masih jauh
dari standarisasi tenaga pendidik yang telah ditentukan oleh Negara-negara
yang tergabung dalam anggota OECD (Organization for Economic Co-
operation and Development) dan negara-negara maju lainnya. Syarat SMP
RSBI seperti yang tertuang dalam indikator tambahan untuk SMP RSBI
adalah minimal 20 % tenaga pendidiknya telah berkualifikasi S-2, namun
dalam kenyataannya di sekolah ini hanya memiliki 6 (enam) guru yang
telah berkualifikasi S-2 dari 65 tenaga pendidik yang ada di sekolah ini.
2. Standar mutu proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo dari tahap
pendampingan sampai pada tahap pemberdayaan belum berkembang,
sehingganya pada tahap mandiri kali ini program RSBI utnuk SMP Negeri
1 Gorontalo belum sepenuhnya tercapai dalam rangka memenuhi syarat
139
SMP SBI seperti yang telah ditentukan oleh Negara-negara yang
tergabung dalam anggota OECD (Organization for Economic Co-
operation and Development) dan negara-negara maju lainnya untuk SMP
RSI yaitu keseluruhan dari proses pembelajarannya telah berbasis TIK,
sementara proses pembelajaran yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo
belum semuanya berbasis TIK.
3. Standar mutu sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo dari tahap
pendampingan sampai pada tahap pemberdayaan sudah cukup
berkembang, namun pada tahap mandiri kali ini program RSBI belum
semuanya terpenuhi untuk menjadikan sekolah ini sebagai SMP SBI
seperti yang telah ditentukan oleh Negara-negara yang tergabung dalam
anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and
Development) dan negara-negara maju lainnya. Jika dilihat dari beberapa
sarana penunjang maupun fasilitas yang ada SMP Negeri 1 Gorontalo
dapat digambarkan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah ini
sudah cukup memadai, walaupun masih terdapat ruang belajar siswa yang
sampai saat ini belum dilengkapi dengan sarana pembelajaran yang
berbasis TIK. Untuk ruang perpustakaan di sekolah ini juga belum
memiliki sarana digital (e-library) yang pada dasarnya merupakan sebuah
keharusan bagi SMP penyelenggara program RSBI jika ditinjau dari segi
penataan sarana ruang perpustakaan.
B. Saran
a. Bagi Pemerintah Kota Gorontalo
1. Tenaga pendidik dan kependidikan sekolah memegang peranan penting
dalam meningkatkan mutu pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan. Untuk itu kebijakan-kebijakan yang
perlu Pemerintah Kota Gorontalo lakukan terkait dengan peningkatan
kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan pada
khususnya, dan SDM sekolah pada umumnya, antara lain sebagai berikut :
a. Pengembangan sistem rekrutmen guru dengan pemberian beasiswa ikatan
dinas pandu bakat;
b. Peningkatan sistem rekrutmen guru berkualifikasi S1/S2 yang
berkompeten;
c. Pemberian beasiswa untuk meningkatkan kualifikasi guru menjadi S2
d. Penertiban penyelenggaraan sertifikasi pendidik sesuai dengan
peraturan perundangan;
e. Peningkatan peran perguruan tinggi dalam pembinaan profesionalisme
guru berkelanjutan melalui kegiatan KKG/MGMP;
f. Pemberian beasiswa S-2 dan S-3 bagi kepala sekolah;
g. Penyelenggaraan diklat manajemen dan kepemimpinan yang
berkualitas untuk kepala sekolah;
h. Revitalisasi organisasi profesi tenaga kependidikan MKKS/MKPS;
i. Mendorong pemerintah daerah kab/kota untuk menyediakan tenaga
administrasi sekolah yang memenuhi standar untuk SMP RSBI/SBI.
2. Untuk standar mutu proses pembelajaran SMP RSBI, maka yang perlu
dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan terkait, antara lain
sebagai berikut :
a. Penyediaan muatan pembelajaran berbasis TIK untuk penguatan dan
perluasan e-pembelajaran pada semua jenjang pendidikan;
b. Pengembangan e-manajemen, e-pelaporan, dan e-layanan untuk
meningkatkan efektivitas tata kelola dan layanan public;
c. Pengembangan sistem pengelolaan pengetahuan untuk mempermudah
dalam berbagi informasi dan pengetahuan antar peserta didik dan tenaga
pendidik;
d. Pengembangan pusat sumber belajar berbasis TIK pada pendidikan
menengah;
3. Peningkatan kualitas dan kapasitas sarana dan prasarana pendidikan
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah upaya terobosan
yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan akses pendidikan.
Sehingganya yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah :
a. Penuntasan rehabilitasi gedung sekolah yang rusak;
b. Pengadaan fasilitas laboratorium, perpustakaan, dan workshop;
c. Pembangunan ruang kelas baru;
d. Penyediaan sarana dan prasarana yang berbasis TIK.
b. Bagi SMP Negeri 1 Gorontalo
1. Sebagai sekolah penyelenggara RSBI, SMP Negeri 1 Gorontalo perlu terus
melakukan kegiatan sosialisasi dalam peningkatan mutu SDM yang
difokuskan untuk memenuhi standar tenaga pendidik RSBI yang belum
tercapai secara maksimal, agar tujuan SMP Negeri 1 Gorontalo menjadi
sekolah SBI dapat tercapai dengan baik di tahun ke-6 berikutnya. Hal ini
dikarenakan SDM sekolah adalah elemen terpenting yang memiliki
pengaruh besar terhadap peningkatan mutu dan kualitas sekolah dan juga
sebagai penentu arah serta tujuan sekolah, karena dengan adanya SDM
yang memadai maka dengan sendirinya akan mempengaruhi segala
aktivitas pembelajaran di sekolah ini.
2. Untuk standar mutu proses pembelajaran, tentunya dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor, karena pada dasarnya belajar adalah suatu proses
yang kompleks, sehingganya dalam memenuhi standar mutu proses
pembelajaran yang maksimal harus ditopang dengan adanya SDM yang
berkualitas dan sarana penunjang pembelajaran yang memadai.
3. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penentu maksimalnya
proses pembelajaran, untuk itu sekolah ini perlu melengkapi ruang/kelas
yang sampai dengan saat ini belum memiliki sarana dan prasarana yang
memadai sesuai dengan standar sarana dan prasarana SMP RSBI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Layanan Program SBI & RSBI. Edu Media Nusantara (diakses
pada tanggal 19 Oktober 2011)
http://edu-media.org/sbi.php
Anonim. 2010. Permendiknas Penyelenggaraan RSBI: Panduan Praktis
Peningkatan Mutu. Guru Pembaharu. Bogor (diakses pada tanggal 20
Oktober 2011)
http://gurupembaharu.com/home/?p=4093
Anonim. 2010. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gorontalo. 4 Vision
Media. Gorontalo (diakses pada tanggal 23 Oktober 2011)
http://www.spensagtlo.sch.id/index.php?mod=content&act=static&id=4&
menu_id=14
Depdiknas. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Ganecha. Media Komunikasi dan Informasi Pendidikan. 2008. Jawa Tengah
Menuju Provinsi Vokasi . Edisi Perdana Maret 2008
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya.
Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Jalal, Fasli dan Dedi,Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit Adicita.
Madjid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompotensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Raharjo, Slamet. 2010. Konsep RSBI dan SBI. Jawa Tengah (diakses pada
tanggal 19 Oktober 2011)
http://masslametraharjo.blogspot.com/2010/09/konsep-rsbi-dan-sbi.html
Sativani, Riza. 2011. Sekolah Bertaraf International (SBI) dan Rintisan
Sekolah Bertaraf International (RSBI). Yogyakarta (diakses pada
tanggal 27 Oktober 2011)
http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2011/01/sekolah-bertaraf-
international-sbi-dan.html
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
Sulhani. 2006. Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta. Universitas Negeri Jakarta
Soemanto, Wasti. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta
Soenarya, Endang. 2000. Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Zamroni. 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah. Jakarta: Penerbit PSAP
Muhammadiyah.
Lampiran 1
DAFTAR NAMA INFORMAN
Informan Pekerjaan /
Jabatan Kode Keterangan Pemilihan
Dra. Sarce Y. Kandou, M.Pd
Amran S. Liputo, S.Pd
Tamrin S. Ibrahim, S.Pd, M.Pd
Arsita Laima, S.Pd
Nurfitriani Lihawa
Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Gorontalo
Wakasek Ur. Program
Sarana dan Prasarana
Penanggungjawab
Program RSBI
Guru Matematika /
Koordinator RSBI
Bid. Kurikulum
Wakil Ketua OSIS
SMP Negeri 1 Gorontalo
KS
WKS
PJP
GM
WKO
Sebagai informan kunci harus
memiliki pengetahuan khusus,
informatif (memiliki banyak
informasi tentang sekolah yang
dipimpinnya) dan dekat dengan
fokus penelitian.
Disarankan oleh informan
sebelumnya, dianggap banyak
informasi yang terkait dengan
fokus penelitian karena sudah
cukup lama melaksanakan
program RSBI serta menjadi
wakil kepala sekolah.
Disarankan oleh informan
sebelumnya, dianggap banyak
informasi yang terkait dengan
fokus penelitisn karena sudah
cukup lama memegang peran
sebagai Penanggungjawab
Program RSBI.
Disarankan oleh informan
sebelumya, dianggap banyak
informasi yang terkait dengan
fokus penelitian, karena sudah
cukup lama melaksanakan
proses belajar mengajar (PBM)
di kelas.
Disarankan oleh informan
sebelumya, dianggap banyak
informasi yang terkait dengan
fokus penelitian, karena sudah
cukup lama mengikuti proses
pembelajaran di kelas.
Lampiran 2
KODE DAN RINGKASAN OPERASIONAL
Fokus Batasan Operasional
1. Standar Mutu SDM
1.1 Tahap Pendampingan
1.2 Tahap Pemberdayaan
1.3 Tahap Mandiri
Keadaan secara umum tentang
program SMP RSBI untuk standar
mutu sumber daya manusia
(SDM) yang ditinjau dari
pelaksanaannya mulai dari tahap
pendampingan, pemberdayaan
sampai pada tahap mandiri.
2. Standar Mutu Proses Pembelajaran
2.1 Tahap Pendampingan
2.2 Tahap Pemberdayaan
2.3 Tahap Mandiri
Keadaan secara umum tentang
program SMP RSBI untuk standar
mutu proses pembelajaran yang
ditinjau dari pelaksanaannya
mulai dari tahap pendampingan,
pemberdayaan sampai pada tahap
mandiri.
3. Standar Mutu Sarana dan Prasarana
3.1 Tahap Pendampingan
3.2 Tahap Pemberdayaan
3.3 Tahap Mandiri
Keadaan secara umum tentang
program SMP RSBI untuk standar
mutu sarana dan prasarana yang
ditinjau dari pelaksanaannya
mulai dari tahap pendampingan,
pemberdayaan sampai pada tahap
mandiri.
W = Wawancara
O = Observasi
D = Dokumentasi
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
No. Fokus
Sub Fokus
1 2 3
Tahap Pendampingan Tahap Pemberdayaan Tahap Mandiri
1 Standar Mutu SDM Melaksanakan kegiatan penyiapan
SDM meliputi :
1. Mempelajari panduan program
RSBI secara seksama, khususnya
tentang kompetensi standar
minimal SDM sekolah bertaraf
internasional.
2. Melakukan pemetaan kebutuhan
calon SDM program RSBI dari
segi kuantitas dan kualitas yang
ada di sekolah.
3. Mengadakan sosialisasi tentang
rekruitmen SDM program RSBI
kepada guru dan tenaga
kependidikan yang berpotensi.
4. Melakukan kegiatan pelatihan
melalui mekanisme in-house
training dengan melibatkan
tenaga professional independent
sesuai dengan bidangnya.
1. Mengadakan refleksi terhadap hasil
kegiatan pada tahap
rintisan/pendampingan.
2. Menyusun program pemberdayaan
SDM dengan melibatkan
lembaga/tenaga professional
independent dan atau instansi
terkait sesuai dengan bidangnya
dari dalam maupun luar Negeri.
3. Memberikan tugas mandiri kepada
SDM program RSBI dengan
intensitas tugas dan porsi yang
lebih besar dibandingkan pada
tahap rintisan/pendampingan.
4. Melakukan uji kompetensi,
sertifikasi, dan atau bench-marking
yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi/bench-marking bertaraf
internasional, baik di dalam
maupun luar Negeri, kepada SDM
program RSBI.
Sekolah bertaraf internasional telah memiliki
SDM mandiri dan siap menjadi sekolah
bertaraf internasional dengan kompetensi
dasar sebagai berikut:
d. Tenaga Pendidik
1. Semua guru memiliki kualifikasi
akademik S-2/S-3 minimal 20% dari
perguruan tinggi yang program studinya
berakreditasi A.
2. Memiliki latar belakang keilmuan sesuai
dengan mata pelajaran yang dibina.
3. Memiliki sertifikasi profesi pendidik
sesuai dengan jenjang satuan pendidikan
tempat tugasnya (nasional dan
internasional).
4. Memiliki kesanggupan untuk
mengembangkan potensi diri secara
berkelanjutan.
5. Memiliki kinerja tinggi baik secara
individu maupun kelompok.
5. Merintis program kerjasama
dengan lembaga sertifikasi
pendidikan internasional.
6. Memberikan kesempatan kepada
SDM yang telah siap untuk
mengikuti uji kompetensi,
sertifikasi, dan atau bench-
marking yang diselenggarakan
oleh lembaga independent sesuai
dengan bidangnya.
5. Mengadakan refleksi terhadap hasil
kegiatan pada tahap
rintisan/pendampingan.
6. Menyusun program pemberdayaan
SDM dengan melibatkan
lembaga/tenaga professional
independent dan atau instansi
terkait sesuai dengan bidangnya
dari dalam maupun luar Negeri.
7. Memberikan tugas mandiri kepada
SDM program RSBI dengan
intensitas tugas dan porsi yang
lebih besar dibandingkan pada
tahap rintisan/pendampingan.
8. Melakukan uji kompetensi,
sertifikasi, dan atau bench-marking
yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi/bench-marking bertaraf
internasional, baik di dalam
maupun luar Negeri, kepada SDM
program RSBI.
6. Mampu menggunakan media/sumber
belajar berbasis TIK dalam
pembelajaran.
7. Mampu melaksanakan pembelajaran
dalam bahasa Inggris secara efektif.
e. Tenaga Kependidikan 1. Memiliki kualifikasi akademik minimal
S-2 dari perguruan tinggi yang program
studinya berakreditasi A.
2. Telah mengikuti pelatihan kepala
sekolah dari lembaga pelatihan kepala
sekolah yang diakui oleh pemerintah.
3. Memiliki kemampuan manajemen
berbasis sekolah.
4. Memiliki jiwa kepemimpinan visioner
dan situasional.
5. Memiliki jiwa entrepreneurship.
6. Mampu membangun jejaring
internasional mampu berkomunikasi
dalam bahasa Inggris secara efektif
7. Mampu menggunakan TIK.
8. Memiliki pengalaman kerja sebagai
kepala sekolah minimal lima tahun.
f. Tenaga Pendukung
11) Pustakawan
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
S-1 bidang keilmuan. Pustakawan.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi pustakawan.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
pustakawan secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
12) Laboran IPA dan TIK - Memiliki kualifikasi akademik bidang
keilmuan: IPA/Teknik.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi laboran.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
laboran secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
13) Teknisi laboratorium IPA dan Bahasa
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
D-3 Bidang keilmuan: Teknik
Elektronika.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi teknisi
laboratorium IPA dan Bahasa.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 3
tahun. Mampu mengembangkan profesi
sebagai teknisi labotratorium IPA dan
Bahasa secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
14) Teknisi TIK
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
D-3 Bidang keilmuan: Komputer/Teknik
Informatika.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi teknisi
computer.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 3
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
teknisi computer secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
15) Kepala Tenaga Administrasi Sekolah
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
S-1 Bidang keilmuan: Administrasi
Pendidikan.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi kepala tenaga
administrasi sekolah.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
kepala tenaga administrasi sekolah
secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
- Mampu menggunakan TIK dalam
pelaksanaan tugasnya.
16) Tenaga Administrasi Keuangan dan
Akuntansi
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
D-3 Bidang keilmuan: Akuntasi.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi keuangan dan akuntansi.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
tenaga administrasi keuangan dan
akuntansi berbasis TIK secara
berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
17) Tenaga Administrasi Kepegawaian
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
D-3 Bidang keilmuan: Manajemen
SDM.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi kepegawaian.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
tenaga administrasi kepegawaian
berbasis TIK secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif
18) Tenaga Administrasi Akademik
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
sekolahnya dilengkapi dengan Sertifikat
Penggunaan TIK Bidang keilmuan:
Administrasi.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi akademik.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
tenaga administrasi akademik berbasis
TIK secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
19) Tenaga Administrasi Sarana dan
Prasarana
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
sekolahnya dilengkapi dengan Sertifikat
Pelatihan Sarana dan Prasarana
Pendidikan Bidang keilmuan:
Administrasi/Manajemen Pendidikan.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi tenaga sarana
dan prasarana.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
tenaga tenaga sarana dan prasarana
berbasis TIK secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
20) Tenaga Administrasi Kesekretariatan
- Memiliki kualifikasi akademik minimal
sekolahnya dilengkapi dengan Sertifikat
Penggunaan TIK Bidang keilmuan:
Administrasi Perkantoran.
- Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi kesekretariatan.
- Memiliki pengalaman kerja minimal 5
tahun.
- Mampu mengembangkan profesi sebagai
tenaga administrasi kesekretariatan
berbasis TIK secara berkelanjutan.
- Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
No. Fokus
Sub Fokus
Tahap Pendampingan Tahap Pemberdayaan Tahap Mandiri
1 2 3
2 Standar Mutu
Proses
Pembelajaran
a. Pendampingan Tahun I
1. 20% pelaksanaan pembelajaran
telah mengacu pada standar
proses Sekolah Bertaraf
Internasional.
2. 20% pembelajaran mata pelajaran
dilakukan secara bilingual.
3. 20% pelaksanaan pembelajaran
bilingual telah dilengkapi
perangkat pembelajaran
1. Pengalihan fungsi tenaga
pendamping menjadi tenaga
professional untuk melaksanakan
monitoring dan evaluasi terhadap
proses pembelajaran.
2. Hasil monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan
penyempurnaan/perbaikan proses
pembelajaran berikutnya.
1. Sekolah telah mandiri menjadi sekolah
bertaraf internasional.
2. Memenuhi standar pembelajaran dari
negara OECD, baik pada tahap
pendampingan maupun pada tahap
pemberdayaan.
3. Pembinaan potensi peserta didik secara
maksimal baik akademik maupun non
akademik.
berdasarkan potensi, karakteristik
peserta didik, dan lingkungan
sekolah.
4. 20% pembelajaran bilingual telah
menggunakan media
pembelajaran inovatif dan/atau
berbasis TIK. Intensitas
pendampingan (In-house training)
oleh tenaga ahli (dosen) dengan
proporsi minimal 2 kali
seminggu.
5. 20% pelaksanaan pembelajaran
bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa (student
centered) atau teach less learn
more (TLLS).
6. 20% pelaksanaan pembelajaran
bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah
(integrated and problem-based
instruction).
b. Pendampingan Tahun ke-II 1. 50% pelaksanaan pembelajaran
telah mengacu pada standar
proses Sekolah Bertaraf
Internasional.
2. 50% pembelajaran mata pelajaran
dilakukan secara bilingual.
3. 50% pelaksanaan pembelajaran
bilingual telah dilengkapi
3. Kegiatan penyempurnaan atau
memperbaiki proses pembelajaran
bersifat sebagai supervisi klinis
untuk memberikan
bantuan/bimbingan bahkan arahan
secara langsung terhadap
masalah/kendala/ hambatan yang
timbul atau yang dihadapi dalam
proses pembelajaran.
4. Target supervisi klinis adalah
proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan baik dan
lancar, sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Sekolah mampu mengembangkan
pembelajaran bilingual menjadi
pembelajaran berbahasa Inggris
sepenuhnya (100%).
5. Menerapkan pendekatan pembelajaran
PAKEM dan kontekstual.
6. Melaksanakan kegiatan tatap muka,
penugasan terstruktur dan tidak
terstruktur, dan pengembangan diri siswa
pada saat proses KBM berlangsung.
7. Mengembangkan budaya kompetitif dan
kolaboratif dalam proses pembelajaran.
perangkat pembelajaran
berdasarkan potensi, karakteristik
peserta didik, dan lingkungan
sekolah.
4. 50% pembelajaran bilingual telah
menggunakan media
pembelajaran inovatif dan/atau
berbasis TIK. Intensitas
pendampingan (In-house training)
oleh tenaga ahli (dosen) dengan
proporsi minimal 1 kali
seminggu.
5. 50% pelaksanaan pembelajaran
bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa (student
centered) atau teach less learn
more (TLLS).
6. 50% pelaksanaan pembelajaran
bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah
(integrated and problem-based
instruction).
c. Pendampingan Tahun ke-III 1. 100% pelaksanaan pembelajaran
telah mengacu pada standar
proses Sekolah Bertaraf
Internasional
2. 100% pembelajaran mata
pelajaran dilakukan secara
bilingual
3. 100% pelaksanaan pembelajaran
bilingual telah dilengkapi
perangkat pembelajaran
berdasarkan potensi, karakteristik
peserta didik, dan lingkungan
sekolah
4. 100% pembelajaran bilingual
telah menggunakan media
pembelajaran inovatif dan/atau
berbasis TIK Intensitas
pendampingan (In-house training)
oleh tenaga ahli (dosen) dengan
proporsi minimal 1 kali sebulan
5. 100% pelaksanaan pembelajaran
bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa (student
centered) atau teach less learn
more (TLLS)
6. 100% pelaksanaan pembelajaran
bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah
(integrated and problem-based
instruction).
No. Fokus
Sub Fokus
Tahap Pendampingan Tahap Pemberdayaan Tahap Mandiri
1 2 3
3 Standar Mutu
Sarana dan
Prasarana
Sekolah melakukan persiapan dan
pengadaan sarana dan prasarana
sesuai dengan hasil analisis
kebutuhan (need assessment) dan
1. Memenuhi standar sarana dan
prasarana pendidikan dari negara
anggota OECD.
1. Tanah dengan luas minimal 15.000 m2.
2. Kapasitas ruang kelas: 32 orang siswa.
3. Perpustakaan
Ruang baca mampu menampung 5%
hasil analisis SWOT.
2. Ruang kelas RSBI telah dilengkapi
dengan sarana pembelajaran
berbasis TIK.
3. Ruang perpustakaan telah
dilengkapi dengan sarana digital
(e-library).
4. Terdapat ruang dan fasilitas untuk
mendukung pengembangan
profesionalisme guru.
5. Telah dilengkapi sarana dan
prasarana yang dapat dimanfaatkan
oleh peserta didik untuk
mengembangkan potensinya di
bidang akademik dan non-
akademik.
6. Dilakukan penggunaan dan
pemberdayaan terhadap sarana dan
prasarana yang telah ada atau telah
terpenuhi pada tahap
rintisan/pengembangan.
7. Optimalisasi penggunaan sarana
dan prasarana yang didukung oleh
tertib dokumentasi dan tertib
administrasi. Perawatan sarana
prasarana untuk meningkatkan
fungsi dan usia teknis.
dari jumlah seluruh siswa Luas 0,2 m2
per siswa. Koleksi buku: buku teks
(cetak dan digital) dengan rasio 1:1 dan
buku referensi 1:3.Sekolah berlangganan
jurnal, majalah yang terpilih secara
periodik minimal 2 buah. Tersedia
system catalog yang berbasis TIK dan
bertaraf internasional. Memiliki
computer, multimedia dan akses internet
dengan jaringan (LAN). Tersedianya
bahan ajar yang menggunakan Bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar.
4. Pengembangan laboratorium Fisika,
Kimia, biologi, bahasa, dan IPS.
Memiliki 1 unit lab.Fisika, 1 unit
lab.Kimia, 1 unit lab.Biologi, 1 unit
laboratorium bahasa, dan 1 unit
laboratorium IPS Setiap laboratorium
harus dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan sesuai dengan spesifikasi
dan kebutuhan pembelajaran
praktik/praktikum.
5. Laboratorium Computer.
Memiliki ruang dengan ukuran yang
memadai dan ber-AC. Jumlah computer
sesuai dengan jumlah siswa yang akan
praktik Software selalu di-update.
Memiliki teknisi computer dengan
jumlah yang memadai Memiliki
penjaminan keselamatan kerja.
6. Kantin.
Memiliki 1 unit kantin yang dilengkapi
dengan mebeler yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Dapat menampung
siswa/pejajan secara memadai.
Lingkungan sehat dan bersih. Menu
makanan yang bergizi, segar, dan
dengan harga yang terjangkau.
7. Auditorium.
Tersedia ruang pertemuan dengan
ukuran yang memadai dan ber-AC.
Ruang pertemuan dilengkapi dengan
mebeler dan perlatan yang memadai
untuk kegiatan siswa (misalnya pentas
seni, pertemuan dengan orang tua siswa,
wisuda, teater, pameran hasil karya
siswa, dan sebagainya). Memiliki system
penjaminan keselamatan yang memadai
bagi pengguna. Ruang pertemuan
memiliki tenaga teknisi dengan jumlah
yang memadai untuk membantu
pelaksanaan kegiatan dan perawatan.
8. Fasilitas.
Memiliki prasarana olahraga dengan
ukuran yang memadai. Memiliki sarana
olahraga yang dapat digunakan berbagai
jenis kegiatan olah raga. Memiliki
tenaga teknisi dengan jumlah yang
memadai. Memiliki sistem penjaminan
keselamatan bagi pengguna.
9. Pusat Belajar dan Riset Guru (TRRC).
Memiliki ruang sumber belajar dan riset
guru dengan ukuran
yang memadai dan dilengkapi computer,
jaringan internet untuk guru dengan
rasio 1:5, dan dilengkapi media
pembelajaran. Memiliki buku referensi
baik cetak maupun digital bagi guru
yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkannya. Memiliki mebeler bagi
guru untuk menyimpan referensi, hasil
kerja, dsb termasuk untuk kelompok
diskusi.
10. Penunjang Administrasi Sekolah.
Memiliki ruangan administrasi dengan
ukuran yang memadai. Memiliki ruang
administrasi yang dilengkapi mebeler
untuk berbagai jenis administrasi.
Memiliki computer dengan jumlah yang
memadai. Memiliki sistem penjaminan
keselamatan kerja di dalam ruang
administrasi
11. Poliklinik Sekolah.
Memiliki prasarana olahraga dengan
ukuran yang memadai dan ber-AC.
Memiliki bahan dan perawatan untuk
P3K. Tersedianya tenaga medis yang
professional. Tersedianya sistem
penjaminan keselamatan kerja.
12. Toilet.
Ukuran toilet sesuai standar Jumlah
toilet sesuai dengan rombongan belajar.
Toilet terpisah antara laki-laki dan
perempuan. Memiliki sanitasi yang baik
untuk menjamin kebersihan dan
kesehatan. Volume air cukup dan
mendukung sanitasi. Tersedia tenaga
kebersihan untuk perawatan toilet.
13. Tempat bermain, kreasi, dan rekreasi.
Tersedia tempat bermain yang memadai.
Tersedia tempat kreasi yang bisa
mendukung kreativitas siswa. Tersedia
tempat rekreasi yang memadai, misalnya
taman dan pohon-pohon yang rindang,
serta tempat duduk yang nyaman.
14. Tempat Ibadah.
Memiliki tempat ibadah yang memadai
sesuai dengan agama masing-masing
warga sekolah.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
Fokus : Standar Mutu SDM
1. Apakah sekolah ini sudah pernah mengadakan refleksi terhadap hasil kegiatan pada tahap rintisan/pendampingan? Bisa dijelaskan kapan kegiatan
tersebut dilakukan?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Senin,
21-11-2011
Pukul:
07.14-07.28 wita
Pada dasarnya sekolah ini sudah pernah mengadakan refleksi bahkan
sudah beberapa kali dan kegiatan ini biasanya terkait dengan ketika akan
dilaksanakan monev terhadap RSBI maka sebelumnya pihak sekolah
akan melakukan refleksi terhadap kegiatan pendampingan.
Iya, kegiatan seperti itu dilakukan pada tahun 2007, dimana saat itu
sekolah ini ditetapkan sebagai pelaksana program RSBI
Pada tahap pendampingan tahun kemarin sekolah ini sudah seperti
mempelajari panduan pelaksanaan program RSBI, seperti yang
diamanahkan dalam Juklak dan Juknis khususnya tentang kompetensi
standar minimal SDM untuk SMP bertaraf internasional, terus sekolah
ini juga sudah melakukan pemetaan kebutuhan untuk calon SDM
program RSBI baik itu dari segi kuantitas maupun kualitasnya, untuk
kegiatan sosialisasi kami juga dari pihak sekolah sudah pernah
mengadakan sosialisasi tentang rekruitmen SDM program RSBI kepada
guru dan tenaga kependidikan yang berpotensi, hal ini tentunya terkait
dengan peningkatan mutu SDM di sekolah ini, seperti pelaksanaan
kegiatan pelatihan atau in-house training yang tentunya melibatkan
tenaga professional independent atau lembaga terkait lainnya dalam hal
menjalin sebuah kerjasama dengan lembaga sertifikasi pendidikan
internasional, pemberian kesempatan kepada SDM yang telah siap untuk
mengikuti uji kompetensi juga sudah pernah dilaksanakan, kegitan
tersebut merupakan kerja sama antar pihak sekolah dengan lembaga
Sekolah ini telah mengadakan kegiatan refleksi, kegiatan
tersebut telah mulai dilaksanakan pada tahun 2007
independent yang sesuai dengan bidangnya, untuk sertifikasi dan bench-
marking kami dari pihak sekolah belum pernah mengadakannya, namun
untuk kedepannya kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Untuk refleksi terhadap hasil kegiatan itu, kita selalu melakukan refleksi.
Kalau bisa dikatakan ada intensitas waktu, yang pertama bisa dikatakan
bahwa refleksi terhadap hasil kegiatan itu bisa dilakukan setiap semester
yang bisa dibuktikan dengan adanya evaluasi dan nilai siswa. Yang
kedua, evaluasi yang kita lakukan dilaksanakan oleh Direktorat
Pendidikan Dasar yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan supervisi,
monitoring dan evaluasi program pelaksanaan program RSBI yang di
adakan setiap tahun.
Untuk pertama kali dilakukan, saya katakan tadi ada dua jenis kegiatan
yang adapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk refleksi yang pertama itu
dilakukan pada setiap akhir pembelajaran… akhir pembelajaran semester
yang dalam tiap tahun itu.
Untuk program-program yang ada pada tahap pendampingan kemarin
tentunya terkait dengan pelaksanaan program RSBI itu sudah kami
lakukan dalam hal pemenuhan standar mutu unutk SDM SMP
penyelenggara RSBI, dan itu kami lakukan selama tiga tahun, jadi tahap
pendampingan itu dalah tahap awal atau tahap rintisan yang
dilaksanakan selama tiga tahun, dan kami juga berusaha untuk tetap
melaksanakannya, walaupun saat ini SMP 1 Gorontalo sudah memasuki
tahap pemberdayaan, tujuannya adalah agar program-program yang
dilaksanakan pada tahap pendampingan itu harus tetap berjalan tidak
hanya untuk memenuhi persyaratan pada tahap tersebut
Kegitan refeksi berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan
oleh Direktorat Pendidikan Menengah dalam rangka supervise,
monitoring dan evaluasi program RSBI
2. Apakah di sekolah ini sudah diterapkan program pemberdayaan SDM?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Program pemberdayaan sumber daya manusia, tentunya terkait dengan
tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di sekolah. Untuk SMP
Negeri 1 Gorontalo pada dasarnya sama dengan sekolah dimanapun,
untuk mengembangkan mutu pendidikan itu juga terkait dengan sumber
daya yang ada. Dalam hal ini adalah tenaga tata usahanya, tenaga
gurunya, dan kepala sekolah. Dalam hal pemberdayaan SDM kami
mengembangkan program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
Keikutsertaan para SDM sekolah dalam kegiatan-kegiatan yang
dapat menunjang mutu SDM sekolah
Waktu:
Senin,
21-11-2011
Pukul:
07.14-07.28 wita
kependidikan melalui kegiatan seminar, kemudian kegiatan seminar ini
baik di tingkat yang region lokal maupun nasional itu ada seminar untuk
guru-guru RSBI. Disamping itu teman-teman guru yang ada disini juga
mengikuti berbagai macam kursus, diantaranya adalah kursus bahasa
inggris terkait dengan peningkatan mutu
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Iya, di Juklat dan Juknis penyelenggaraan RSBI itu diamanahkan bahwa
tenaga pengajar di SMP dengan standar RSBI itu minimal 20 % dan
hanya pendidik dia harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal S2
dan S3. Nah.. untuk SMP Negeri 1 Gorontalo kalau dilihat persentasenya
memang belum mencukupi persentase itu dan untuk program
pemberdayaan SDM memang kita dari pihak sekolah sudah memikirkan
untuk itu tapi memang tidak bisa dipungkiri kalau dana yang dibutuhkan
itu tidak kecil sehingga dari pihak sekolah hanya memberikan motivasi
pada guru-guru yang belum memakai… kualifikasi S2 dan S3, untuk
dana awal masuk itu sekolah siap menanggung tapi untuk kelanjutan
biayanya dikembalikan ke guru. yang berikut untuk program
pemberdayaan SDM diamanahkan juga dalam Juklat Juknis pelaksanaan
rsbi itu bahwa dari beberapa mata pelajaran dia harus diajarkan dengan
menggunakan bahasa inggris.
Nah… untuk pengembangan SDM itu kita dari pihak sekolah secara
rutin melakukan kursus dan pelatihan-pelatihan penggunaan bahasa
inggris dalam proses belajar mengajar, khusus mata pelajaran yang
memang disampaikan dalam bahasa inggris.
Kalau memang ditanyakan keterkaitan atau keterlibatan itu ada, untuk
membekali guru sains itu dalam hal ini penguasaan bahasa inggris di
dalam proses belajar mengajar kita selalu melibatkan pihak luar untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam berbahasa inggris untuk itu kita
sudah bekerja sama dengan pihak Gorontalo Inovasi, yaitu sudah….
mungkin sudah sekitar dua kali mereka kerja sama dengan kita, berikut
juga kita sudah pernah mendatangkan native speaker dari Australia kalau
tidak salah itu sekitar tahun 2008, pendampingannya sekitar setahun
waktu itu, berikut sampai sekarang kita masih aktif.
Ada seorang bentor yang kita panggil untuk senantiasa untuk
memberikan kursus ke guru-guru sains dan matematika itu, yah…
kebetulan guru… eh bentor itu merupakan pengawas di kabupaten Bone
Khusus tenaga pendidik yang ada di sekolah ini belum
sepenuhnya memenuhi standar yang ditetapkan oleh Negara
anggota OECD
Bolango, dan basicnya juga adalah guru matematika dan kebetulan juga
dia alumni S2 dari Inggris. Jadi kita selalu berdayakan beliau untuk
mendampingi guru-guru dalam menguasai penggunaan bahasa Inggris
dalam proses belajar mengajar dan sampai sekarang masih berlanjut.
3. Apakah penyusunan program pemberdayaan SDM melibatkan lembaga/tenaga professional independent dan atau instansi terkait sesuai dengan
bidangnya dari dalam maupun luar Negeri?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Senin,
21-11-2011
Pukul:
07.14-07.28 wita
Dalam pengembangan sumber daya manusia itu, pemberdayaan SDM
kami melibatkan lembaga atau tenaga professional, diantaranya dari
perguruan tinggi yang ada di kota Gorontalo, kemudian pergururan
tinggi yang ada di klaster Sulawesi yaitu Universitas Negeri Makassar,
kemudian kami bekerja sama dengan beberapa instansi terkait yang
menurut kami itu dapat dijadikan partner kerja untuk peningkatan mutu,
baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang ada di sekolah
ini
Adanya keterlibatan lembaga/instansi terkait dalam
mengembangkan sumber daya yang ada di sekolah. Juga
terjalinnya hubungan kerja sama atau sister school dengan
beberapa Negara lain
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Iya, kalau penyusunan program pemberdayaan sumber daya manusia
secara pribadi memang ini disusun sendiri oleh teman-teman dari
sekolah dengan tidak lari dari kurikulum yang memang sudah ditetapkan
dan kita di sekolah itu, kita ada dua kurikulum yang memang… yang
pertama kurikulum khusus untuk kelas yang regular dan yang berikut
kurikulum untuk khusus untuk kelas RSBI, tapi kalau untuk penyusunan
program itu kita memang belum terlalu jauh melaksanakannya.
Untuk penyusunan kurikulum lebih dibebankan kepada tenaga
pengajar yang adad di sekolah ini
4. Setelah melewati tahap rintisan/pendampingan, apakah pada tahap pemberdayaan kali ini sekolah pernah memberikan tugas mandiri kepada
SDM (kepala sekolah, guru, dan tenaga pendukung lainnya) program RSBI dengan intensitas tugas dan porsi yang lebih besar?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Senin,
21-11-2011
Pukul:
07.14-07.28 wita
Iya, tugas mandiri itu kami berikan baik untuk diri sendiri, untuk kepala
sekolah dari segi manajerialnya, kepada guru dan tenaga pendukung
yaitu tata usaha, diantaranya ini terkait dengan evaluasi kinerja
Pemebrian tugas mandiri kepada SDM yang ada sekolah ini
dibuktikan dengan adanya evaluasi kinerja program RSBI
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Setelah melewati tahap rintisan memang bukan tidak mungkin tugas
yang harus kita emban di sekolah itu dia makin berkurang, tapi yang
pasti dia makin bertambah karena dari tahun ke tahun dari hasil evaluasi
ada banyak temuan yang memang temuan itu lebih diarahkan pada
bagaimana persiapan kita untuk menyongsong sekolah dengan status
SBI, jadi bukan RSBI lagi.
Untuk pemberian tugas mandiri yang lebih besar atau porsi yang lebih
besar kepada perangkat SDM yang ada di sekolah itu memang sering
kita lakukan
Pemberian tugas mandiri kepada SDM sekolah dengan porsi
yang lebih besar untuk menghadapi dan mempersiapkan diri
dalam menyongsong tahun mandiri
5. Apakah sekolah ini telah melakukan uji kompetensi, sertifikasi, dan atau bench-marking yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi/bench-
marking bertaraf internasional, baik di dalam maupun luar Negeri, kepada SDM program RSBI?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Uji kompetensi dilakukan baik oleh Dinas Pendidikan Kota dalam hal ini
bekerja sama dengan LPMP dan pemerintah kota Gorontalo, juga
dilaksanakan oleh Dikpora Propinsi. Kemudian uji kompetensi ini atau
sertifikasi juga dilakukan oleh tim monev RSBI Direktorat Pendidikan
Menengah, Dirjen Pendidikan yang ada di Jakarta, diantaranya khusus
untuk teman- teman pengajar RSBI ada TOEFL, TOEIC dan Uji
Uji kompetensi telah dilaksanakan di sekolah ini oleh lembaga
terkait.
Waktu:
Senin,
21-11-2011
Pukul:
07.14-07.28 wita
kompetensi yang berkenaan dengan kapasitas mereka sebagai pengajar
RSBI
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Iya, seingat saya kalau untuk sertifikasi dan maupun bench marking itu
belum pernah dilakukan tapi kalau uji kompetensi itu pernah sekali
dilakukan kalau tidak salah itu sekitar tahun 2008 atau 2009 yaitu
dengan diistilahkan dengan ujian TOEIC yang TOEIC ini hampir seluruh
guru bukan saja tenaga pengajar RSBI tapi hampir seluruh guru yang
diikutkan di dalam ujian TOEIC ini
Belum diadakannya sertifikasi dan bench marking untuk
perangkat SDM sekolah
Fokus : Standar Mutu Proses Pembelajaran
1. Apakah sekolah ini telah memenuhi standar pembelajaran dari negara OECD, baik pada tahap pendampingan maupun pada tahap pemberdayaan?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Iya, hal ini dapat dibuktikan dengan… untuk saat ini kami sudah
bermitra dengan berbagai sekolah di luar negeri, diantaranya sekolah di
Malaysia, sekolah di Singapura dan kemudian yang dilaksanakan pada
Desember 2011 ini kami bekerja sama dengan Lab School yang ada di
China, itu terkait dengan pemenuhan standar pembelajaran dari Negara-
negara yang tergabung di OECD
Standar mutu proses pembelajaran di sekolah ini telah mengacu
pada standar yang telah ditentukan oleh Negara-negara OECD
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Kalau memang dikatakan telah memenuhi standar pendidikan dalam
bentuk pembelajaran memang sampai dengan sekarang kita belum 100
% belum memenuhi standar-standar pembelajaran dari Negara OECD.
Kekurangan ataupun kelemahan yang memang kami sementara atasi
yang mengacu pada standar pembelajaran, yang pertama memang
penggunaan dan penguasaan bahasa inggris untuk beberapa mata
Belum sepenuhnya memenuhi standar mutu proses
pembelajaran, karena masih banayak yang perlu dibenahi tekait
dengan sarana prasarana pembelajaran yang berbasis TIK
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
pelajaran yang diujikan berbahasa inggris belum sepenuhnya 100 %
dikuasai oleh guru-guru. Yang berikut pembelajaran itu yang seharusnya
diwajibkan dan memang sudah seharusnya berbasis IT, ada juga di kelas
itu yang memang difasilitasi dengan IT dan kita berupaya di sekolah itu
memang sudah dipaketkan tapi sekarang kita masih gunakan secara
manual dalam artian pembelajaran ataupun sarana pembelajaran yang
berbasis IT itu masih dibawa secara manual oleh guru dan kita upayakan
sudah bisa PAKEM di dalam pembelajarannya
Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Masih dalam proses, tapi sudah hampir sepenuhnya memenuhi standar
yang telah ditetapkan oleh Negara-negara dari OECD
Masih dalam proses pengembangannya
2. Apakah proses pembelajaran di sekolah ini telah berbasis TIK?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Iya, kurang lebih 80 % pembelajaran disini sudah berbasis TIK, itu dapat
dibuktikan dengan adanya pembelajaran atau media berbasis IT yang ada
di sekolah, yang ada di kelas juga yang dimanfaatkan atau digunakan
oleh guru.
80 % pembelajaran di sekolah ini telah berbasis TIK
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Iya, pembelajaran di sekolah memang sudah berbasis TIK tetapi belum
100 % karena tadi saya katakan di pembelajaran saja ada beberapa kelas
yang memang seharusnya sarana pembelajarannya berbasis IT dan
kedepannya kita akan berusaha untuk PAKEMkan, tapi secara mendasar
Belum lengkapnya ruangan pembelajaran yang berbasis TIK
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
proses pembelajaran di sekolah kita sudah mengacu ke TIK karena
banyak juga tugas yang diberikan oleh guru ke siswa dikirimkan lewat e-
3 Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Iya, pembelajaran di sekolah ini sudah berbasis TIK, tapi belum
sepenuhnya karena hal ini juga masih dalam proses pengembangannya
Proses pembelajaran di sekolah ini masih dalam proses
pengembangan
4 Informan:
WKO
Wkl. Ketua OSIS
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Sabtu,
26-11-2011
Pukul:
10.22-10.29 wita
Mungkin di peke‟nya hanya sedikit, karena hanya pelajaran TIK atau
beberapa pelajaran yang dipake untuk pelajaran TIK
Hanya beberapa mata pelajaran yang menggunakan sarana
pembelajaran berbasis TIK
3. Apakah dalam proses KBM telah menerapkan proses pendekatan PAKEM dan pembelajaran Kontekstual?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Iya, kalau untuk pembelajaran kontekstual itu sudah lama dilakukan
disini, sementara untuk PAKEM ini juga sedang dikembangkan dalam
pembelajaran yang ada di sekolah ini
Proses pembelajaran di sekolah ini telah menggunakan
pendekatan PAKEM dan pembelajaran kontekstual
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Iya, untuk proses kegiatan belajar mengajar telah menerapkan proses
pendekatan PAKEM dan pembelajaran kontekstual itu pasti, karena kita
punya prinsip bahwa siswa itu tidak diajarkan hanya dengan menghayal
tapi kita berusaha membawa pembelajaran ke alam nyata yang memang
walaupun tidak secara alam yang memang seperti kenyataan tapi paling
tidak mereka tidak menghayalkan apa yang dibicarakan dan mereka bisa
ikut merasakan ternyata seperti ini yang di bahas, walaupun tidak secara
nyata kita bawa mereka ke dunia yang aslinya tapi seperti yang saya
katakan tadi PAKEM dan kontektual itu, bahasa kasarnya tidak sekedar
menghayal apa yang dibicarakan
Proses pembelajaran di sekolah ini telah menggunakan
pendekatan kontekstual, dan untuk PAKEM masih dalam
tahap pengembangannya
3 Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Proses belajar mengajar di kelas telah menerapkan PAKEM dan
kontektual, untuk PAKEM baru sementara dalam proses
pengembangannya, karena pendekatan pembelajaran itu belum lama
diterapkan di sekolah ini
Proses pembelajaran di sekolah ini menerapkan pendekatan
PAKEM dan pembelajaran kontekstual
4 Informan:
WKO
Wkl. Ketua OSIS
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Sabtu,
26-11-2011
Pukul:
10.22-10.29 wita
Iya, sudah menerapkan proses pendekatan PAKEM dan pembelajaran
kontekstual
Proses pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan
pembelajaran kontekstual sudah dilaksanakan
4. Apakah peserta didik telah dibina potensinya secara maksimal baik akademik maupun non akademik?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Iya, peserta didik di sekolah ini sudah dibina potensinya secara maksimal
baik akademik maupun non akademik.
Telah terbina potensi abaik akademik dan non akademik untuk
para peserta didik
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP,
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Iya, potensi siswa baik akademik maupun non akademik kita selalu bina
secara maksimal, hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai evaluasi
belajar mereka yang dari tahun ke tahun meningkat, yang berikut untuk
yang non akademik yaitu dibuktikan dengan adanya prestasi yang
ditorehkan siswa dari tahun ke tahun baik di tingkat lokal maupun di
tingkat nasional
Pembinaan potensi peserta didik telah maksimal
3 Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Para peserta didik di sekolah ini sudah dibina potensinya baik akademik
maupun non akademik, ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang
diraih oleh para siswa yang ada di sekolah ini baik di tingkat sekolah,
nasional maupun internasional
Banyak prestasi yang telah diraih peserta didik di sekolah ini,
baik prestasi akademik maupun non akademik
4 Informan:
WKO
Wkl. Ketua OSIS
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Sabtu,
26-11-2011
Pukul:
10.22-10.29 wita
Kalau menurut saya sudah dibina dengan baik oleh guru-guru dan
dengan bantuan guru-guru yang lain
Peserta didik sudah dibina dengan baik oleh para tenaga
pengajar
5. Apakah tenaga pengajar telah melakukan kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur dan tidak terstruktur, dan pengembangan diri siswa pada
saat proses KBM berlangsung?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Iya, ini sudah dilakukan oleh semua guru baik untuk kegiatan tatap
muka, penugasan terstruktur dan tidak terstruktur, maupun
pengembangan diri siswa pada saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung
Telah dilaksanakannya kegiatan tatap muka, penugasan
terstruktur dan tidak terstruktur, maupun pengembangan diri
siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Iya, untuk tenaga pengajar yang pasti mereka sudah melakukan kegiatan
tatap muka mulai yang kegiatannya secara rutin dilaksanakan dalam
kelas, yang berikut penugasan terstruktur dan tidak terstruktur tenaga
pengajar sudah melakukan itu, dan penugasan ini terkadang mereka
minta untuk siswa lakukan di dalam kelas maupun dilakukan di luar
kelas untuk pengembangan diri siswa
Kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur dan tidak
terstruktur, maupun pengembangan diri siswa pada saat proses
belajar mengajar berlangsung telah rutin dilaksanakan oleh para
tenaga pengajar
3 Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Kegiatan seperti ini juga telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam hal
meningkatkan sumber daya yang ada di sekolah ini
Kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur dan tidak
terstruktur, maupun pengembangan diri siswa bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya yang ada di sekolah ini
4 Informan:
WKO
Wkl. Ketua OSIS
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Sabtu,
26-11-2011
Pukul:
10.22-10.29 wita
Iya sudah, untuk pengembangan diri siswa, seperti pemberian tugas
kepada siswa, per individu, per kelompok juga ada
Pemberian tugas individu dan kelompok oleh guru kepada siswa
dalam hal pengembangan diri siswa
6. Apakah proses pembelajaran di sekolah ini mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Iya, pada dasarnya setiap pembelajaran itu dirancang untuk bagaimana
memotivasi siswa berkompetisi dan bekerja sama di setiap kegiatan
pembelajaran
Pembelajaran di sekolah ini dirancang untuk mengembangkan
budaya kompetitif dan kolaboratif
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Proses pembelajaran di sekolah memang kita arahkan ke budaya
kompetitif dan kolaboratif, dalam artian semua siswa memang diajarkan
dalam bahan dan materi yang sama tapi mereka kita arahkan unutk
Membelajarkan para peserta didik untuk mengembangkan
budaya kolaboratif dan kompetitif
Tempat:
Kediaman PJP
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
berkompetisi dengan materi yang sama yang diajarkan, yang berikut
kolaboratif walaupun memang sifatnya bersaing tapi mereka kita ajak
untuk bekerja sama, sehingga tidak ada istilah ataupun kesan bahwa ada
anak-anak tertentu oleh guru yang unggul dalam kompetisi tadi,
walaupun ada anak yang agal di bawah prestasinya tapi dia tetap diajak
untuk berkolaborasi jadi tidak ada kesan bahwa siswa yang unggul dalam
kompetisi itu yang diperhatikan dalam artian disamaratakan untuk
perhatian, tapi untuk masalah nilai berdasarkan hasil kompetisi
3 Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Peserta didik di sekolah ini diajarkan bagaimana menumbuhkan sikap
bersaing dengan sekolah-sekolah lain terkait peningkatan mutu dan
prestasi siswa, juga peserta didik ini diajarkan bagaimana untuk
bekerjasama yang baik antar sesama siswa maupun dengan gurunya
Untuk meningkatkan mutu dan prestasi siswa maka diterapkan
buadaya kolaboratif dan kompetitif
7. Apakah peserta didik memiliki jiwa kewirausahaan? Dan bagaimana cara melandasi jiwa peserta didik tersebut dengan moral dan etika yang
tinggi?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Untuk kewirausahaan ini memang sedang dalam proses peninjauan
karena untuk semangat dan jiwa kewirausahaan ini untuk anak-anak
yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo masih perlu proses dan masih perlu
dikembangkan.
Kegiatan seperti itu sudah dilakukan, termasuk pada kegiatan pemilihan
pengurus OSIS dan meeting kelas dimana di dalam pelaksanaannya ada
teman-teman, anak-anak dari OSIS itu melakukan atau menyiapkan
makanan dan minuman yang kemudian itu dijual kepada sesama siswa
lainnya
Jiwa kewirausahaan pada diri peserta didik masih perlu
dikembangkan lagi
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Peserta didik itu memang sudah memiliki jiwa kewirausahaan dan untuk
melandasi mereka itu memang di sekolah itu belum ada materi atau
pelajaran khusus kena langsung pada peningkatan jiwa kewirausahaan
Belum ada pelajaran yang khusus untuk materi kewirausahaan
Tempat:
Kediaman PJP
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
siswa itu, tapi guru-guru di sekolah berusaha bisa membekali mereka
untuk lebih menumbuhkan lagi jiwa kewirausahaan mereka itu dan ini
dibuktikan kalau tidak salah itu pada bulan lalu mereka sudah berhasil
melaksanakan bazaar untuk tingkat sekolah dan itu merupakan program
OSIS sejak tahun 2007 kegiatan seperti ini dilakukan dimana sekolah ini
saat itu berstatus RSBI
3 Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Untuk masalah kewirausahaan, peserta didik di sekolah ini juga telah
memiliki jiwa kewirausahaan, sebagai contoh; tahun lalu pengurus OSIS
yang ada di sekolah ini membuat satu kegiatan yang dikenal dengan
bazaar. Nah… dari kegiatan seperti itu para peserta didik ini dengan
sendirinya belajar bagaimana cara berwirausaha yang baik
Membuat satu kegiatan yang dapat menumbuhkan jiwa
kewirausahaan pada peserta didik
4 Informan:
WKO
Wkl. Ketua OSIS
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Sabtu,
26-11-2011
Pukul:
10.22-10.29 wita
Mungkin setengah dari kami sudah mempunyai rasa kewirausahaan,
karena kita disini juga sudah diajarkan, kita disini pernah membuat satu
acara, di acara itu kita membuat baazar, bazaar itu khan… jadi dari situ
kita belajar cara berbisnis, mengembangkan diri kita. Jadi dalam acara
juga mengeluarkan ekspresi-ekspresi diri kita, dan kita laksanakan per
tahun, karena jarang juga kita membuat event-event yang ada baazarnya,
dan kegiatan seperti itu adalah program OSIS
Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengrahkan siswa untuk
berwirausaha
8. Apakah dalam proses KBM, terkecuali pada mata pelajaran bahasa asing dan bahasa indonesia telah menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa
pengantar?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Iya, untuk kelas RSBI mata pelajaran Matematika dan IPA, dan TIK
diberi pengantar dan penutup dalam bahasa Inggris.
Sekolah ini telah menerapkan sistem pembelajaran Bilingual
2 Informan:
PJP,
Penanggungjawab Program RSBI
Tempat:
Kediaman PJP
Wonggaditi Barat
Waktu:
Selasa,
22-11-2011
Pukul:
19.38-20.02 wita
Iya, untuk mata pelajaran selain bahasa asing dan bahasa Indonesia, dan
untuk mata pelajaran fisika, biologi dan matematika itu sudah digunakan
bahasa pengantar yaitu bahasa inggris. Bahasa pengantar, pembuka dan
penutup bahkan ada guru-guru yang sudah mampu menyampaikan sisi
materi dari pembelajaran di empat mata pelajaran tadi itu dalam bahasa
inggris
Bahasa inggris digunakan sebagai bahasa pengantar, pembuka
dan penutup dalam menyampaikan materi pelajaran
3 Informan:
GM
Guru Matematika
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Kamis,
24-11-2011
Pukul:
13.02-13.14 wita
Kami selaku pengajar disini telah menggunakan bahasa inggris sebagai
bahasa pengantar dalam menyampaikan pelajaran, namun baru
diterapkan di mata pelajaran sains, mata pelajaran matematika dan TIK.
Jadi belum diterapkan di semua mata pelajaran yang ada di sekolah ini
Penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar khusus
untuk mata pelajaran Matematika, Sains dan TIK
4 Informan:
WKO
Wkl. Ketua OSIS
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Sabtu,
26-11-2011
Pukul:
10.22-10.29 wita
Setengah dari itu, ada juga setengah dari pelajaran itu yang masih
menggunakan bahasa indonesia
Belum semua mata pelajaran diterapkan pembelajaran Bilingual
Sub Fokus : Standar Mutu Sarana & Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana di sekolah ini telah memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan dari negara anggota OECD?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
WKS,
Wakil Kepala Sekolah Ur. Sapras
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Jumat,
25-11-2011
Pukul:
09.22-09.47 wita
Iya, sudah memenuhi apa yang diharapkan itu mulai dari tahun 2007 Telah memenuhi standar mutu sarana dan prasarana dari Negara
OECD
2. Apakah ruang kelas SBI telah dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
WKS,
Wakil Kepala Sekolah Ur. Sapras
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Iya sudah, kalau RSBI itu sudah semua ruangannya sudah dengan ICT
sejak tahun 2010
Seluruh ruang kelas RSBI sudah dilengkapi dengan sarana dan
prasarana berbasis TIK
Waktu:
Jumat,
25-11-2011
Pukul:
09.22-09.47 wita
3. Apakah perpustakaan di sekolah ini telah dilengkapi dengan sarana digital?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
WKS,
Wakil Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Jumat,
25-11-2011
Pukul:
09.22-09.47 wita
Itu belum, memang seharusnya sudah seperti itu yang diharapkan, tapi
sekarang ini belum… karena perlengkapan alat-alatnya itu belum ada,
kalau seperti perpustakaan lain secara digital too… so ada, tapi sekarang
ini belum.
Jadi kalau untuk ruangan-ruangan yang belum punya ICT itu akan
dilengkapi mungkin di tahun-tahun berikutnya yaitu mungkin di tahun
2012, mungkin ruangan-ruangan yang belum memakai TIK mungkin
tahun depan itu akan dibenahi semua agar sesuai dengan standar program
bertaraf internasional
Perpustakaan di sekolah ini belum memiliki sarana digital yang
bisa mengakses ke seluruh dunia (e-library)
2 Informan:
KS,
Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Rabu,
23-11-2011
Pukul:
11.17-11.43 wita
Dalam hal ini usaha-usaha yang akan dilakukan SMP Negeri 1 Gorontalo
dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyediaan
sarana dan prasarana belajar yang dimiliki terutama pada kelas RSBI
yaitu dengan cara penataan ruang kelas yang lebih nyaman, pengadaan
media pembelajaran yang lebih lengkap, pembenahan fasilitas
perpustakaan dan lebih melengkapi koleksi buku-buku pelajaran yang
dibutuhkan siswa, serta penyediaan sarana internet gratis.
Pembenahan sarana dan prasarana SMP RSBI
4. Apakah di sekolah ini terdapat ruang dan fasilitas untuk mendukung pengembangan profesionalisme guru?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
WKS,
Wakil Kepala Sekolah
Kalau ruangannya sih…. Ada ruangan, tapi khusus untuk guru-guru
RSBI, jadi apabila… karena itu ada kursus bahasa inggris yang diadakan
tiap satu minggu itu dua kali. Itu ruang-ruangan khusus untuk RSBI.
Bagi guru tenaga pengajar RSBI, jadi mereka itu punya ruangan tapi
Ruang dan fasilitas untuk mendukung pengembangan
profesionalisme guru hanya ada untuk guru-guru RSBI
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Jumat,
25-11-2011
Pukul:
09.22-09.47 wita
digunakan khusus kursus bahasa inggris kemudian juga digunakan untuk
internet
5. Apakah di sekolah ini telah dilengkapi sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mengembangkan potensinya di
bidang akademik dan non-akademik?
No Pelaksanaan Wawancara Hasil Wawancara Interpretasi
1 Informan:
WKS,
Wakil Kepala Sekolah
Tempat:
SMPN 1 Gtlo
Waktu:
Jumat,
25-11-2011
Pukul:
09.22-09.47 wita
Ada, seperti lab-lab computer, multimedia, kemudian lab bahasa…. Ada
itu.
Sekolah ini telah dilengkapi sarana dan prasarana yang dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mengembangkan
potensinya di bidang akademik dan non-akademik
Lampiran 5
HASIL OBSERVASI
Waktu
Pelaksanaan Kode Data Hasil Observasi
Senin,
21 November 2011
Selasa,
22 November 2011
1.1
1.2
1.2
1.2
1.2
10. Melaksanakan kegiatan peyiapan di tahap
pendampingan
11. SMP Negeri 1 Gorontalo sudah beberapa kali
melaksanakan kegiatan refleksi terhadap hasil
kegiatan pada tahap pendampingan.
12. Diterapkannya program pemberdayaan SDM,
seperti keikutsertaan para tnaga pendidik dan
kependidikan pada kegiatan-kegiatan
seminar, pelatihan maupun kursus bahasa
inggris. Hal ini guna untuk menambah
wawasan dan dapat menunjang kinerja dari
para tenaga pendidik maupun tenaga
penunjang pendidikan yang ada di sekolah
ini.
1. Penyusunan program pemberdayaan SDM di
sekolah ini juga telah melibatkan berbagai
pihak baik dari dalam maupun luar negeri.
Bukti nyata, sekolah ini telah menjalin
hubungan kerja sama dengan Go-Inovasi,
Genius, bahkan lembaga pendidikan seperti
kampus yaitu UNG (Universitas Negeri
Gorontalo) dan Universitas Negeri Makassar.
Sedangkan kerja sama yang terjalin dengan
beberapa daerah bahkan luar negeri telah
dilakukan, sebagai contoh; di tahun 2008
sekolah ini telah mendatangkan native
speaker dari luar negeri selama kurun waktu
tiga bulan. Selain itu juga sekolah ini telah
melakukan monitoring untuk yang kedua
kalinya ke luar daerah, yaitu Makassar dan
Jakarta. Upaya untuk mengembangkan
wawasan di sekolah ini, telah dilaksanakan
kerjasama dengan sekolah luar negeri (sister
school), yaitu China, Malaysia dan
Singapura, tepatnya di bulan April 2010.
2. Adanya pemberian tugas mandiri kepada
SDM yang ada di sekolah ini. Kepala sekolah
selaku pimpinan di sekolah ini juga telah
memberikan tugas-tugas mandiri kepada para
Rabu,
23 November 2011
1.2
1.3
1.3
guru, agar para tenaga pendidikan terbina
semangat kemandiriannya dalam
mengerjakan tugas-tugas sekolah demi
tercapainya tujuan dari program RSBI dalam
mengahadapi tahun mandiri.
3. Uji kompetensi telah dilaksanakan di sekolah
ini, pada saat saat sekolah ini akan
dimonitoring dan dievaluasi oleh team monev
program RSBI.
4. Berbicara masalah sumber daya manusia
(SDM) di sekolah ini, berarti berbicara
masalah tenaga pendidik, kependidikan
maupun tenaga penunjang lainnya. Untuk
tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah
ini semuanya berjumlah 65 orang dengan
jenjang pendidikan yang berbeda yang terdiri
dari: S2 6 orang, S1 54 orang, D2 2 orang,
dan D1 3 orang. Untuk tenaga penunjang
berjumlah 21 orang denagna jenjang
pendidikan yang heterogen yang terdiri dari:
S1 2 orang, D3 3 orang, D1 1 orang, SMA 8
orang, dan SMP 1 orang.
1. Salah satu kendala yang diprioritaskan di
sekolah ini terkait dengan kesiapan
merubahnya status RSBI dalam menghadapi
tahun ke-6 (tahap mandiri) ke predikat SBI
adalah standarisasi yang telah ditetapkan
negara-negara anggota OECD terhadap
persentase dari tenaga pendidik di sekolah
yang telah diterapkan program RSBI. Syarat
dari sekolah dengan status SBI untuk sekolah
menengah pertama adalah 20 % tenaga
pendidiknya minimal harus menyandang
jenjang pendidikan S2, sementara data tenaga
pendidik yang didapatkan oleh peneliti pada
saat observasi masih jauh dari harapan
kriteria sekolah SBI, yakni di sekolah ini
jumlah guru yang jenjang pendidikannya
telah menyandang status S2 hanya berjumlah
6 orang dari 65 guru sudah termasuk kepala
sekolah, yang seharusnya jumlah guru yang
jenjang pendidikannya S2 minimal 13 orang
di sekolah ini (sesuai standarisasi/indikator
tambahan dari negara OECD).
Kamis,
24 November 2011
1.2
1.2
2. Dengan terus berusaha meningkatkan mutu
sekolah, kepala sekolah bersama staf, guru,
karyawan TU, menerapkan prinsip :
f. Keterbukaan, adaptif dan konstruktif
terhadap perubahan, dengan terus
mengasah ke profesi guru-guru di bidang
keilmuan dan keterampilan;
g. Positif, optimis, dan gembira dalam
menyongsong masa depan, dengan terus
saling menyemangati di antara siswa dan
guru;
h. Prestasi dan perbaikan diri secara terus
menerus dalam berkarya, yang dibuktikan
dengan keseriusan sekolah dalam
mengikuti setiap event lomba dan
melakukan studi banding di sekolah lain
yang dirasa lebih unggul demi
meningkatkan mutu pendidikan di SMPN
1 Gorontalo;
i. Kebersamaan, kesejahteraan, dan
kemajuan dalam berkarya dengan
menerapkan prinsip kemitraan atau
partnership dalam bekerja sama; dan
j. Kualitas dan kompetitif dalam orientasi
berkarya.
1. Usaha lain yang dilakukan SMPN 1
Gorontalo adalah dengan membentuk
program khusus seperti :
d. Menyelenggarakan Tes toeic; belajar
bahasa Inggris dari Go Inovasi untuk guru-
guru RSBI demi mengimbangi tuntutan
kebutuhan sebagai sekolah berstatus RSBI.
e. Guru-guru belajar komputer dan internet
secara klasikal pada hari Sabtu, bahkan
beberapa guru menambah jam di luar
pertemuan rutin secara mandiri/privat,
mengingat kebutuhan yang mendesak
untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas
RSBI yang sarat dengan pemanfaatan
teknologi;
f. Mengikuti workshop dari pusat, diklat,
seminar, dan studi banding ke luar
negeri/sekolah Internasional.
g. Pengajuan proposal Beasiswa S-2 untuk 4
(empat) orang Guru ke Bank Dunia.
Senin,
28 November 2011
Kamis,
01 Desember 2011
2.3
2.1
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2. Belum 100 % memenuhi standar mutu proses
pembelajaran dari Negara-negara anggota
OECD
3. 80 % pembelajaran di sekolah ini telah
berbasis TIK
12. Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di
sekolah ini telah menerapkan pembelajaran
dengan pendekatan PAKEM dan
Pengembangan dan inovasi-inovasi metode
pengajaran pada semua mata pelajaran,
khususnya penerapan metode atau strategi
pembelajaran kontekstual atau CTL
(Contextual Teaching and Learning), juga
telah diterapkannya proses pembelajaran
berbasis bilingual dan TIK.
13. Pembinaan potensi peserta didik di bidang
akademik dan non akademik telah terbina
secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari
beberapa prestasi yang telah diraih oleh
peserta didik di sekolah ini, baik di tingkat
provinsi, nasional, bahkan dalam kancah
internasional pun telah ditorehkan prestasi
yang gemilang dari para peserta didik yang
ada di sekolah ini.
1. Kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur,
dan tidak terstruktur serta pengembangan diri
siswa pada saat proses balajar mengajar
berlangsung telah berlangsung dengan baik,
juga penerapan terhadap pengembangan
budaya kompetitif dan kolaboratif di sekolah
ini sudah terlaksana atas kerjasama yang baik
antar guru dan peserta didik.
2. Pembinaan kegiatan mandiri terstruktur
dalam bentuk pemberian tugas kepada peserta
didik.
3. Pembinaan kegiatan ektrakurikuler dalam
bentuk kegiatan Praja Muda Karana
(Pramuka), Olimpiade/Lomba Kompetensi
Siswa, Olahraga, Kesenian, Karya Ilmiah
Remaja (KIR), Kerohanian, Palang Merah
Remaja (PMR), Jurnalistik/Fotografi, Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), dan sebagainya.
4. Pembinaan pengembangan diri peserta didik
dalam bentuk kegiatan pelayanan sesuai
Sabtu,
03 Desember 2011
2.2
3.1
dengan bakat, minat, kemampuan, sikap, dan
perilaku siswa dalam belajar serta kehidupan
pribadi, sosial, dan pengembangan karir diri.
5. Upaya-upaya menuju kepada standar proses
pendidikan sebagaimana halnya ditentukan
oleh SNP, maka SMP Negeri 1 Gorontalo
mengembangkan berbagai program dan
kegiatan, diantaranya adalah :
e. Pengembangan dan inovasi-inovasi bahan
pembelajaran
f. Pengembangan dan inovasi-inovasi
sumber pembelajaran
g. Pengembangan dan inovasi-inovasi model-
model pengelolaan atau manajemen kelas
h. Pengembangan materi bahan ajar melalui
inovasi teknologi dalam pembelajaran.
i. Target yang harus dicapai dalam aspek ini
antara lain ditunjukkan oleh indikator-
indikator:
6) Semua mata pelajaran pada semua
jenjang kelas telah dilaksanakan
dengan menggunakan berbagai
strategi pembelajaran, utamanya CTL
7) Terdapat peningkatan inovasi bahan
pembelajaran, baik secara kualitas
maupun kuantitas
8) Terdapat peningkatan inovasi sumber
pembelajaran, baik secara kualitas
maupun kuantitas
9) Terdapat pengembangan materi bahan
ajar melalui inovasi teknologi dalam
pembelajaran
10) Terdapat peningkatan inovasi
pengelolaan kelas/pengelolaan
pembelajaran dan sebagainya
8. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa yang maksimal, tentunya perlu
diperhatikan berbagai faktor yang
membangkitkan para siswa untuk belajar
dengan efektif. Hal tersebut dapat
ditingkatkan apabila ada sarana penunjang,
yaitu faktor sarana dan prasarana belajar dan
dapat memanfaatkannya dengan tepat dan
seoptimal mungkin.
Selasa,
06 Desember 2011
3.1
3.1
3.2
9. Usaha-usaha yang akan dilakukan SMP
Negeri 1 Gorontalo dalam upaya
meningkatkan kualitas pengajaran melalui
penyediaan sarana dan prasarana belajar yang
dimiliki terutama pada kelas RSBI yaitu
dengan cara penataan ruang kelas yang lebih
nyaman, pengadaan media pembelajaran
yang lebih lengkap, pembenahan fasilitas
perpustakaan dan lebih melengkapi koleksi
buku-buku pelajaran yang dibutuhkan siswa,
serta penyediaan sarana internet gratis.
1. Program atau kegiatan yang dapat
dikembangkan oleh SMP Negeri 1 Gorontalo
mengenai standar prasarana dan sarana baik
secara kuantitas maupun kualitas antara lain :
j. Peningkatan dan pengembangan serta
inovasi-inovasi media pembelajaran untuk
semua mata pelajaran
k. Peningkatan dan pengembangan serta
inovasi-inovasi peralatan pembelajaran
untuk semua mata pelajaran
l. Pengembangan prasarana pendidikan dan
atau pembelajaran
m. Penciptaan atau pengembangan
lingkungan belajar yang kondusif
n. Peningkatan dan pengembangan peralatan
laboratorium IPA, laboratorium
Multimedia, dan laboratorium lainnya
o. Pengembangan jaringan telpon/fax, baik
bagi peserta didik, pendidik maupun
tenaga kependidikan
p. Pengembangan atau peningkatan
peralatan/bahan perawatan sarana dan
prasarana pendidikan
q. Pengembangan penggunaan dan
pemeliharaan serta perawatan sarana dan
prasarana pendidikan.
r. Pengembangan peralatan dan inovasi-
inovasi pusat-pusat sumber belajar
2. Belum terdapatnya prasarana sumber-sumber
belajar yang memadai (perpustakaan),
khususnya yang diarahkan pada
pengembangan sarana dan prasarana berbasis
teknologi.
Rabu,
14 Desember 2011
3.2
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
1. Di tahun 2012, program sekolah lebih di
fokuskan dalam hal meningkatkan atau
menambah sarana, prasarana dan fasilitas
penunjang sekolah.
2. Keadaan ruang kelas RSBI di SMP Negeri 1
Gorontalo tergolong dalam kategori baik.
3. Keadaan media pembelajaran pada kelas
RSBI di SMP Negeri 1 Gorontalo tergolong
dalam kategori baik.
4. Keadaan perpustakaan di SMP Negeri 1
Gorontalo tergolong dalam kategori baik.
5. Keadaan laboratorium komputer di SMP
Negeri 1 Gorontalo tergolong dalam kategori
sangat baik.
6. Keadaan sarana dan prasarana belajar secara
umum pada kelas RSBI di SMP Negeri 1
Gorontalo tergolong dalam kategori sangat
baik.
Lampiran 6
ANALISIS DOMAIN
No. Included Term / Rincian Domain Hubungan
Semantik
Cover Term /
Domain
1
Penyusunan program
pemberdayaan SDM Adalah
jenis dari Standar mutu SDM Pemberian tugas mandiri
Melakukan uji kompetensi,
sertifikasi, dan bench marking
2
Kepala Sekolah
Sejenis SDM yang ada di
sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Guru
Tata Usaha
Pustakawan
Laboran
Pengelola Media
Siswa
3
Menerapkan budaya sekolah
Adalah
sebab dari
Kepemimpinan yang
Visioner
Berani mengambil resiko
Para Guru termotivasi untuk
mengajar
Siswa dilatih untuk disiplin
Nilai siswa meningkat tiap
tahunnya
4
Proses pembelajaran berbasis TIK
Adalah
jenis dari
Standar mutu proses
pembelajaran
Penerapan pembelajaran dengan
pendekatan PAKEM dan ICT
Melakukan kegiatan tatap muka
dan pengembangan diri
Pengembangan budaya kompetitif
dan kolaboratif
Pengembangan jiwa kewirausahaan
Pembelajaran Bilingual
5 PAKEM
Sejenis Pendekatan
pembelajaran ICT
6
Membayar SPP
Merupakan
urutan dalam Administrasi sekolah
Perwalian
Melaksanakan proses belajar
mengajar
Ujian akhir
7
Alat-alat pembelajaran lengkap
Rasional /
alasan
Sekolah
melaksanakan
kurikulum tingkat
satuan pendidikan
(KTSP)
Guru memiliki sertifikat
kompetensi
Sistem evaluasi belajar mengajar
diperbaiki
8
SMA
Adalah
atribut dari Jenjang pendidikan
D 1
D 2
D 3
S 1
S 2
9
Di kelas Lokasi
melakukan
pekerjaan
Tempat belajar siswa Di laboratorium
Di multimedia
Di perpustakaan
10 Evaluasi diri
Sejenis Perencanaan program
RSBI Rencana pengembangan sekolah
11
Memiliki ruang kelas SBI dengan
sarana pembelajaran berbasis TIK
Adalah
jenis dari
Standar mutu sarana
dan prasarana
Perpustakaan yang dilengkapi
dengan sarana digital
Ruang dan fasilitas penunjang
pengembangan profesionalme guru
Sarana dan prasarana untuk
pengembangan potensi peserta
didik
12
Ruang kantor
Adalah
tempat
Jenis ruangan yang
ada di sekolah
Ruang kelas teori
Ruang laboratorium
Ruang multimedia
Ruang ibadah
Ruang perputakaan
Lampiran 7
DATA SEKOLAH
Data Siswa dalam 4 (empat tahun terakhir)
THN
AJARAN
JLH
PENDAFTAR
(calon siswa
baru)
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
JUMLAH
KELAS
( I + II + III)
jlh siswa jlh
rombel jlh siswa
jlh
rombel jlh siswa
jlh
rombel jlh siswa
jlh
rombel
2005/2006 474 341 9 321 9 363 9 1025 27
2006/2007 561 395 10 347 9 325 9 1067 28
2007/2008 574 323 9 390 10 341 9 1054 28
2008/2009 542 335 9 318 9 389 10 1042 28
2009/2010 622 344 9 322 9 312 9 978 27
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jabatan Nama
Jenis
Kelamin Usia
Pend.
Akhir Masa Kerja
L P
1 Kepala
Sekolah Dra. Sarce Y.Kandou,M.Pd P 40 thn S2/AIV 12 tahun 0 bulan
2 Wakil I
Ur.
Kurikulum
Roslinda Maksud,S.Pd P 50 thn S1/AIV 29 tahun 5 bulan
3 Wakil II
Ur.
Kesiswaan
Fatmah Kaharu,S.Pd, M.Pd P 46 thn S1/AIV 21 tahun 5 bulan
4 Wakil III
Ur. Hubmas Hi. Fahmid Thalib,S.Pd L 48 thn S1/AIV 22 tahun 7 bulan
5 Wakil IV
Ur. Sarana
dan Prasarana
Amran S. Liputo,S.Pd L 49 thn S1/AIV 25 tahun 8 bulan
6 Wakil V
Ur. Program
Sekolah
Dra. Rosnawati Bilondatu, M.Pd L 50 thn S1/AIV 27 tahun 10
bulan
Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin dan Jumlah
Pendidikan Guru
No. Strata Pendidikan Jenis Kelamin
Jumlah L P
1 S 2 2 4 6
2 S 1 / A IV 14 37 51
3 D 3 / A 3 - - -
4 D 2 / A 2 - 2 2
5 D 1 / A 1 1 2 3
6 S M A - - -
Jumlah 17 45 62
Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang
pendidikan (keahlian)
No Guru
Jumlah guru dengan
latar belakang
pendidikan sesuai
dengan tugas mengajar
Jumlah guru dengan
latar belakang
pendidikan yang TIDAK
sesuai dengan tugas
mengajar
Jumlah
D1/D2 D3 S1/D4 S2/S3 D1/D2 D3 S1/D4 S2/S3
1 IPA 8 1 9
2 Matematika 2 5 7
3 Bahasa
Indonesia 7 1 8
4 Bahasa
Inggris 2 7 9
5 Pendidikan
Agama 6 6
6 IPS 7 7
7 Penjasorkes 1 1 1 3
8 Seni Budaya 2 1 3
9 PKn 4 4
10 TIK /
Keterampilan 2 2
11 Mulok 2 1 3
12 BK 4 4
Jumlah 7 53 1 3 3 65
Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru
No Jenis pengembangan
kompetensi
Jumlah guru yang telah mengikuti
kegiatan pengembangan
kompetensi/profesionalisme
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Penataran KBK/KTSP 19 49 68
2 Penataran Metode Pembelajaran
(termasuk CTL) 17 44 61
3 Penataran PTK 4 1 5
4 Penataran Karya Tulis Ilmiah 4 1 5
5 Sertifikasi Profesi/Kompetensi 7 15 22
6 Penataran PTBK 17 44 61
7 Penataran Lainnya : ................
Tenaga Pendukung
No. Tenaga
Pendukung
Jumlah tenaga pendukung dan
kualifikasi pendidikannya
Jumlah tenaga
pendukung
Berdasarkan
Status dan Jenis
Kelamin Jml
≤
SMP SMA D1 D2 D3 S1
PNS Honorer
L P L P
1 Tata Usaha 1 8 1 -- 1 2 1 5 4 3 26
2 Perpustakaan -- -- -- -- 1 -- -- -- -- 1 1
3 Laboran Lab. IPA -- -- -- -- -- 2 -- 2 -- -- 2
4
Teknisi
Laboratorium
Komputer
-- -- -- -- -- -- -- -- 2 -- 2
5 Laboran Lab.
Bahasa -- -- -- -- -- 1 -- 1 -- -- 1
6 PTD (Pend. Tek.
Dasar) -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
7 Kantin -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
8 Penjaga Sekolah -- -- -- -- -- -- -- -- 1 -- 1
9 Tukang Kebun -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
10 Keamanan -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
JUMLAH 1 8 1 -- 2 5 1 8 7 4 33
Prestasi Guru
No Nama Kegiatan Juara Tingkat
1
2
3
4
5
Dra. Sarce Y. Kandou, M.Pd
Fatmah Kaharu, S.Pd
Ha. Rensi Salim, S.Pd
Hi. Fahmid Thalib, S.Pd
Edi Subagya, S.Pd
Guru Teladan
Guru berprestasi
Guru berprestasi
Guru berprestasi
Guru berprestasi
I
II
III
II
II
Propinsi
Kota
Kota
Kota
Kota
Data Ruang Belajar (Kelas)
Kondisi
Jumlah dan Ukuran
Jumlah
ruang
lainnya
yang
digunakan
untuk
Ruang
Kelas
(e)
Jumlah
ruang
yang
digunakan
untuk
ruang
kelas
(f)=(d+e) Ukuran 7 x 9 m
2
(a)
Ukuran > 63 m2
(b)
Ukuran < 63 m2
(c)
Jumlah
(d) = (a+b+c)
Baik 27 27
27
Rusak
ringan -- -- -- --
Rusak
Sedang -- -- -- --
Rusak
Berat -- -- -- --
Rusak
Total -- -- -- --
Keterangan kondisi :
Baik Kerusakan < 15%
Rusak ringan 15% - < 30%
Rusak sedang 30% - < 45%
Rusak berat 45% - 65%
Rusak total > 65%
Data Ruang Belajar Lainnya
Jenis
Ruangan
Jumlah
(buah)
Ukuran
(p x l) Kondisi Jenis Ruangan
Jumlah
(buah) Ukuran (p x l) Kondisi
Perpustakaan 1
15 X 7 =
105 M2
Baik Lab. Bahasa 1 18 x 8 = 144 M2 Baik
Lab. IPA 1
15 X 7 =
105 M2
Baik Lab. Komputer 2 18 x 8 = 144 M
2
9 x 7 = 63 M2
Baik
Keterampilan -- -- -- PTD -- -- --
Multimedia 1
9 x 7 =
63 M2
Baik Serbaguna/Aula -- -- --
Kesenian -- -- -- Lab. Internet -- -- --
Data Ruang Kantor
Jenis
Ruangan
Jumlah
(buah)
Ukuran
(p x l) Kondisi *)
Kepala
Sekolah 1 63 M
2 Baik
Wakil kepala
sekolah 1 63 M
2 Baik
Guru 1 63 M2 Baik
Tata Usaha 1 63 M2 Baik
Ruang komite 1 48 M2 Baik
Ruang Lobi 1 63 M2 Baik
Data Ruang Penunjang
Jenis
Ruangan
Jumlah
(buah)
Ukuran
(pxl) Kondisi *) Jenis Ruangan
Jumlah
(buah)
Ukuran
(pxl) Kondisi
Gudang 2 4 m2 Baik Ibadah/Mushola 1 202 m
2 Baik
Dapur -- -- -- Ruang DWP -- -- --
Reproduksi -- -- -- Koperasi -- -- --
KM/WC Guru 2 4 m2 Baik Hall/Lobi 1 63 m
2 Baik
KM/WC
Siswa
9 2,5 m2 Baik
Kantin 2 24 m
2 Baik
BK 1 24 m2 Kurang
baik
Rumah
pompa/Menara
Air
1 1 m3 Baik
UKS -- -- -- Studio Musik --
PMR/Pramuka 1 -- -- Rumah Penjaga 1 12 m2 Kurang
baik
OSIS 1 -- -- Pos Jaga -- -- --
Lapangan Olahraga dan Upacara
Lapangan Jumlah
(buah) Ukuran (pxl) Kondisi Keterangan
1. Lapangan Olahraga
a. Basket
b. Volley
c. Badminton
d. Takraw
e. Tennis Meja
1
1
1
1
1
26 x 16 m2
18x9 m2
13,40 x 6,10 m2
2,74 x 1,525 m2
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
2. Lapangan Upacara 1 Baik
Perabot ruang kelas (belajar)
Jumlah
Rombel
Perabot
Jumlah dan kondisi
meja siswa
Jumlah dan kondisi
kursi siswa
Almari + rak buku /
alat Papan Tulis
Jml Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat
27 1061 1042 10 9 1061 1042 11 8 78 75 3 -- 27 27 -- --
Perabot ruang belajar lainnya
Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari + rak buku /
alat Lainnya
Jml Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat
Perpustakaan 20 20 -- -- 20 20 -- -- 17 12 5 -- -- -- -- --
Lab. IPA 18 17 1 -- 44 44 -- -- 14 12 2 -- -- - -- --
Keteram
pilan -- -- - -- -- -- -- -- -- -- -- -- - -- -- --
Multimedia 25 25 -- -- 25 25 -- -- 1 1 -- -- -- -- -- --
Lab. Bahasa 40 40 -- -- 40 40 -- -- 3 3 -- -- -- -- -- --
2 buah Lab.
Komputer 66 66 -- -- 80 80 -- -- 2 2 -- -- -- -- -- --
Serbaguna -- -- - -- -- -- -- - -- -- -- -- - -- -- --
Kesenian -- -- - -- -- -- -- - -- -- -- -- - -- -- --
PTD -- -- - -- -- -- -- - -- -- -- -- - -- -- --
Lab. Internet -- -- - -- -- -- -- - -- -- -- -- - -- -- --
Kepala
Sekolah 6 6 -- -- 4 4 -- -- 6 6 -- -- -- -- -- --
Wakasek 5 5 -- -- 5 5 -- -- 3 3 -- -- -- - -- --
Guru 68 68 -- -- 57 57 11 -- 36 36 -- -- 11 11 -- --
Tata Usaha 14 14 -- -- 13 13 -- -- 8 8 -- -- -- -- -- --
Tamu
(sofa) 2 2 -- -- 2 2 -- -- -- -- -- -- -- --- -- --
Perabot ruang penunjang
Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari + rak buku /
alat Lainnya
Jml Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jml Baik
Rusak
Ringan
Rusak
Berat
BK 8 8 -- -- 13 13 -- -- 5 5 -- -- -- -- -- --
UKS -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
PMR
/Pramuka 1 1 -- -- 1 1 -- -- 2 2 -- -- -- -- -- --
OSIS 4 4 -- -- 4 4 -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Gudang -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Ibadah 1 1 -- -- 1 1 -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Koperasi 2 2 -- -- 2 2 -- -- -- -- -- -- 2 2 -- --
Hall/Lobi 2 2 -- -- 2 2 -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Kantin 12 12 -- -- 12 12 -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Pos Jaga -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Koleksi Buku Perpustakaan
No Jenis Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1 Buku siswa/pelajaran
(semua mata pelajaran
7 judul
11.311 eksemplar P --
2
Buku bacaan (misalnya
novel, buku ilmu
pengetahuan dan
teknologi,dsb.)
96 judul
2.313 eksemplar P --
3
Buku referensi (misalnya
kamus, ensiklopedia,dsb.)
300
eksemplar / 165
judul
P --
4 Jurnal -- -- --
5 Majalah 6 judul P --
6 Surat Kabar 3 Judul P --
Fasilitas Penunjang Perpustakaan
No Jenis Jumlah/Ukuran/Spesifikasi
1 Komputer 1 buah / Intel Pentium IV / Windows XP +
Prog.Aplikasi perpustakaan
2 Ruang Baca 1 bh
3 TV 1 bh
4 LCD 1 bh
5 VCD/DVD Player 1 bh
Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia
No Alat/Bahan
Jumlah, Kualitas, dan kondisi alat/bahan *)
Kurang
dari
25%
dr. Keb
25% -
50%
dr.keb.
50% -
75%
dr.keb
75% -
100%
dr.keb
Ku
rang
Cu
kup Baik
Sangat
baik
Rusak
berat
Rusak
ringan Baik
1 Lab. IPA P P
2 Lab. Bahasa P P P
3 Lab.
Komputer P P P
4 Keterampilan P P
5 Internet P P
6 Kesenian P P P
7 Multimedia P P
Prestasi Akademik : NUAN
No Tahun
Pelajaran
Rata-Rata NUAN
Bahasa
Indonesia Matematika
Bahasa
Inggris IPA Jumlah
Rata-
rata 4
Mapel
1 2004/2005 6,86 6,90 6,72 6,54 27,02 6,76
2 2005/2006 7,75 8,60 8,21 6,57 31,13 7,78
3 2006/2007 7,87 8,52 8,19 7,43 32,01 8,01
4 2007/2008 6.84 8,49 8,15 7,28 30,76 7,69
Prestasi Siswa dalam Bidang Akademik
No. Nama lomba yang
Diikuti
Nama siswa yang
Mengikuti Tahun Prestasi yang diraih
1
Lomba Olimpiade Sains
Nasional Tkt. SMP Mata
Pelajaran Biologi
Galang Gemilang
Nusantara 2005
Peringkat ke III tingkat
Nasional
2
Lomba Olimpiade Sains
Nasional Tingkat Kota
Gorontalo Mata Pelajaran
Biologi
- Ayub Shabir Anas
- Insan K.R Amuda
- Imam Muharam Alitu
2007
2007
2007
Peringkat III tkt.kota
Peringkat I tkt.kota
Peringkat II tkt. Kota
3
Lomba Olimpiade Sains
Nasional Mata Pelajaran
Matematika
I Gusti Agung Gede 2007 Peringkat I tkt. Kota
4
Lomba Olimpiade Sains
Nasional Mata Pelajaran
Fisika
- Christian G. Emor
- Fauzia Tamara Rauf
- Valeri Ludong
2007
2007
2007
Peringkat I kota
Peringkat II kota
Peringkat III kota
5
Lomba Olimpiade Sains
Nasional Tkt. SMP Mata
Pelajaran Komputer
Akbar Hadi Munaf 2005 Peringkat ke II
Tingkat Kota Gorontalo
6
Lomba Olimpiade Sains
Nasional Tkt. SMP Mata
Pelajaran Komputer
Isyar Andika Halim 2005 Peringkat ke 1
Tingkat Kota Gorontalo
7 Lomba mengarang
Bahasa Indonsesia Sri Rahayu Tangahu 2005
Peringkat ke 1
Tingkat Kota Gorontalo
8 Lomba Pidato Bahasa
Inggris Regina Rahim 2005
Peringkat ke 1
Tingkat Kota Gorontalo
9 Lomba mengarang
Bahasa Indonsesia
Meyda Noor Thertia
Nento 2005
Peringkat ke 1
Tingkat Kota Gorontalo
10 Lomba Pidato Bahasa
Inggris Rahmat Pandi Arbi 2005
Peringkat ke 1
Tingkat Kota Gorontalo
11 Lomba Pidato Bahasa
Inggris Juniwaty Saputra 2005
Peringkat ke 1
Tingkat Kota Gorontalo
12 Lomba Pidato Bahasa
Inggris Sitti Ainsyah Habibie 2005
Peringkat ke 1
Tingkat Kota Gorontalo
13 Lomba Pidato Bahasa
Inggris Juniwaty Saputra 2005
Peringkat ke 1
Tingkat kota
14 Lomba Karya Ilmiah Christian George Emor 2005 Juara Umum Tingkat
Propinsi
15 JRC / RCY Internasional
Meeting “Mt, Fuji 2006
Meyda Noor Thertia
Nento 2006
Peringkat ke 1
Tingkat Propinsi
16 Seleksi Siswa Berprestasi Sitti Ainsyah Habibie 2006 Peringkat III
Tingkat Kota Gorontalo
17 Lomba bercerita
berkelompok Group SMPN 1 Gorontalo 2008
Peringkat 1 Tingkat
Propinsi
18 Lomba Mendongeng
bahasa Inggris Arif Nento 2009
Peringkat 1 Tingkat
Propinsi
19 Lomba Mendongeng
bahasa Inggris Dyah Triwahyuni Hamid 2009
Peringkat 2 Tingkat
Propinsi
20 Loma Pidato Bahasa
Inggris Moh. Irham Poluwa 2009
Peringkat 1 Tingkat
Propinsi
21 Lomba Pidato Bahasa
Inggris Syafira Mayulu 2009
Peringkat 2 Tingkat
Propinsi
22 Lomba Pidato Bahasa
Inggris Fiki Bilondatu 2009
Peringkat 3 Tingkat
Propinsi
23 Lomba LBIT Tingkat
Nasional Moh. Rivaldi Lanti 2009
Peringkat 2 Tingkat
Nasional
24 Lomba LBIT Tingkat
Nasional Magfirah Renyaan 2009
Peringkat 46 Tingkat
Nasional
Prestasi Sekolah dalam Bidang Olahraga
No
Cabang
Olahraga
Yang diikuti
Nama Siswa
Nama lomba /
Pertandingan
Yang diikuti
Tahun Prestasi yang
diraih
1 Renang Julian Palar Porseni Tingkat
Kota
2004 /
2005
Juara 1 Tingkat
Kota Gorontalo
2 Renang Frederik Moniaga Porseni Tingkat
Propinsi
2004 /
2005
Juara 1 Tingkat
Tingkat Propinsi
3 Tenis Meja Rianda Porseni Tingkat
Kota 2005
Peringkat 2
Tingkat Kota
4 Tenis Meja Rianda Porseni Tingkat
Kota 2006
Juara 2 Tingkat
Tingkat Propinsi
5 Renang Rizki Andriawan
Sumar
Porseni Tingkat
Kota
2006 /
2007
Juara 1 Tingkat
Kota Gorontalo
6 Karate Glazuardi Tamalati Porseni Tingkat
Kota
2006 /
2007
Juara 1 Tingkat
Kota Gorontalo
7 Bulu Tangkis Leydy Desviantari
Rauf
Porseni Tingkat
Kota
2006 /
2007
Peringkat 1
Tingkat Kota
Gorontalo
8 Sepak Bola 1 Regu Porseni Tingkat
Kota
2006 /
2007
Peringkat 2
Tingkat Kota
Gorontalo
9 Bola Volly 1 Regu Porseni Tingkat
Kota
2006 /
2007
Peringkat 2
Tingkat Kota
Gorontalo
Prestasi Sekolah di Bidang Kesenian
No. Kesenian yang
Diikuti
Nama lomba yang
Diikuti Tahun Prestasi yang diraih
1 Vokalia Vokalia 2004 Peringkat 1 Tingkat Kota
Gorontalo
2 Vokalia Vokalia 2005 Peringkat 1 Tingkat Kota
Gorontalo
3 Vokalia Putra / Putri Vokalia Putra / Putri 2007 Peringkat 1
Tingkat Kota/Propinsi
4 Paiya Lo Hungo Lopoli Paiya Lo Hungo Lopoli 2007 Peringkat 2 Tingkat Kota
Gorontalo
5 Vokal Group Lomba Vokal Group 2008 Peringkat 1 Tingkat
Propinsi
Prestasi sekolah dalam bidang non akademik lainnya :
1. Perkemahan Pramuka yang diikuti oleh 1 Regu pada tahun 2003 meraih Juara
Umum tingkat Kota Gorontalo
2. Lomba PMR yang diikuti oleh 1 Regu pada tahun 2005 meraih Juara Umum
tingkat Propinsi.
3. Jumpa Bakti PMR Putra/Putri tahun 2006 meraih Juara II dan III Tingkat
Propinsi
4. Lomba Pidato Keagamaan ”PILDACIL” meraih Juara I Tingkat Propinsi
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SMP NEGERI 1 GORONTALO
Lampiran 8
Lampiran 9
DENAH SEKOLAH
Lampiran 10
GAMBAR PENELITIAN
Kepala SMP Negeri 1 Gorontalo
Wakil Kepala SMP Negeri 1 Gorontalo
Ur. Sarana & Prasarana
Penanggung jawab Program RSBI
SMP Negeri 1 Gorontalo
Guru Matematika
SMP Negeri 1 Gorontalo
Wakil Ketua OSIS
SMP Negeri 1 Gorontalo
Dokumentasi Wawancara
Dokumentasi Lingkungan Sekolah
Dokumentasi Proses Pembelajaran
Dokumentasi Sarana & Prasarana, Ruang dan Fasilitas
Dokumentasi Kegiatan Ekstra Kurikuler
Dokumentasi Rutinitas Sekolah
CURRICULUM VITAE
Abdi Gunawan M. Abdullah, lahir di Bumi
Baru Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai
Provinsi Sulawesi Tengah, 26 Juni 1988. Anak
pertama dari 4 (empat) bersaudara dari
pasangan Mudin, S.Pd dan Djumriah Dj.
Mondjo S.Pd.SD Menyelesaikan Sekolah
Dasar di SDN IV Batui Tahun 1994-2000 dan
pada Tahun yang sama melanjutkan ke Pondok
Pesantren M.Ts Al-Huda Kota Gorontalo Tahun 2000-2003 kemudian
melanjutkan ke SMA Negeri 1 Batui pada Tahun 2003-2006.
Penulis masuk di Universitas Negeri Gorontalo melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tepatnya pada Program Studi S1
Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA (F.MIPA) Universitas Negeri
Gorontalo Tahun 2006, kemudian di Tahun 2008 penulis pindah ke Jurusan
Administrasi Pendidikan Program Studi S1 Manajemen Pendidikan hingga Tahun
2012.
Selama mengikuti pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo (UNG),
penulis juga banyak mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan baik kegiatan
formal maupun non formal. Selain itu, penulis juga terlibat dalam berbagai
kegiatan-kegiatan keorganisasian, diantaranya:
1. Peserta MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) Ikatan Mahasiswa
Indonesia Kabupaten Banggai (IMI-KB) tahun 2006.
2. Peserta Penelusuran Minat dan Bakat (PMB) pada tahun 2006
3. Peserta Pembinaan Belajar Kampus (PBK) pada tahun 2006
4. Peserta Orientasi Penerimaan Jurusan (OPJ) oleh Himpunan Mahasiswa
Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo tahun 2006.
5. Peserta Bakti Sosial (BAKSOS) oleh Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA)
Universitas Negeri Gorontalo 2006.
6. Peserta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) oleh Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) tahun 2006.
7. Panitia Bhakti Sosial dan Orientasi Penerimaan Jurusan (OPJ) Himpunan
Mahasiswa Kimia (HIMKA) tahun 2007.
8. Peserta Seminar Kimia Nasional yang dilaksanakan oleh HMJ-PK FMIPA
UNG tahun 2007.
9. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kimia tahun 2007.
10. Koordinator Ikatan Mahasiswa Indonesia Kabupaten Banggai (IMI-KB)
Komisariat UNG tahun 2007.
11. Panitia MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) Ikatan Mahasiswa
Indonesia Kabupaten Banggai (IMI-KB) tahun 2007.
12. Ketua Bidang Kesejahteraan Anggota Himpunan Mahasiswa Batui (HMB)
Tahun 2007.
13. Panitia PMB/PBK Universitas Negeri Gorontalo tahun 2007.
14. Sekretaris Bidang Advokasi dan HAM Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Kimia tahun 2008.
15. Peserta SEMBEDI (Seminar, Bedah Buku, dan Diklat) Tahun 2008.
16. Panitia Seminar Pendidikan Kimia se-Provinsi Gorontalo dengan tema
“Kimia di Persimpangan Jalan” Tahun 2008
17. Panitia Pelaksanaan Olimpiade Sains Tingkat SMA yang dilaksanakan oleh
Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) Periode 2007-2008
18. Pengurus Ikatan Mahasiswa Indonesia Kabupaten Banggai (IMI-KB) tahun
2008.
19. Panitia BAKSOS (Bhakti Sosial) dan MAPABA (Masa Penerimaan Anggota
Baru) Ikatan Mahasiswa Indonesia Kabupaten Banggai (IMI-KB) tahun 2007.
20. Ketua Bidang Advokasi dan HAM Ikatan Mahasiswa Indonesia Kabupaten
Banggai (IMI-KB) tahun 2009.
21. Peserta Seminar Nasional Pendidikan dengan tema “Revitalisasi Peran Guru,
Kepala Sekolah, Pengawas dalam Pengembangan Pendidikan Budaya
Hulonthalo dan Karakter Bangsa” yang diselenggarakan oleh Jurusan
Manajemen Pendidikan tahun 2010.
22. Peserta KKS POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) di Desa Polohungo
Kec. Dulupi Kab. Boalemo tahun 2010.
23. Pengurus Ikatan Mahasiswa Indonesia Kabupaten Banggai (IMI-KB) periode
2009-2010.
24. Peserta Seminar dan Konferensi Internasional (ICEMAL) “Internasional
Conference On Educational Management Administration and Leadership”
yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Gorontalo kerjasama dengan
SMAPI tahun 2011.
25. Peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL) di SMP Negeri 1 Gorontalo tahun
2011.
top related