skripsi oleh : nita nur aini k1208107 - digilib.uns.ac.id...pembelajaran menulis argumentasi siswa...
Post on 09-Apr-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI
SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL
DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Oleh :
NITA NUR`AINI
K1208107
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI
SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL
DI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh :
NITA NUR`AINI
K1208107
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Tiada yang memiliki kebanggaan kecuali orang yang berilmu,
mereka selalu memberikan petunjuk kepada orang yang membutuhkan.
(Ali Bin Abi Thalib)
Berikan pada dunia milikmu yang terbaik dan mungkin itu tak kan pernah cukup
Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik
Orang kerap kali tak bernalar, tak logis, dan egois
Biar begitu, maafkanlah mereka
Bila engkau mendapat sukses, engkau bakal pula mendapat
teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati
Biar begitu, tetaplah meraih sukses
(Ibu Teresa)
Berpegang pada kepercayaan dan keyakinan.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Ya Rabb, dengan segala rasa syukurku pada-Mu... Kupersembahkan karya ini
sebagai salah satu wujud cinta dan terima kasihku untuk:
Ibunda dan Ayahanda tercinta
Doamu tiada pernah putus, tiada lelah memberikan pengorbanan
demi yang terbaik untukku, tiada terbatas cinta dan kasih yang tercurah,
terima kasihku untukmu, Ibu, Ayah...
Ken Ndari
Adikku tersayang yang selalu membawa kejutan
dalam setiap lakunya.
Dosen-dosenku di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Segala bekal yang penuh dengan kemuliaan menjadi motivasi
dalam perjalanan menuju diriku selanjutnya.
Sahabat- Nur Endah, Taufik, Rina, Nadin, Winda,
Siwi, Wiwit, Ndaru, Erma, Wulan, dan semua teman-temanku tersayang)
Bersama kalian aku mengukir indahnya dunia baru.
ABSTRAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Nita Nur`aini, K1208107. PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Mei2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar yang meliputi: (1) persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi; (2) pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan guru pada siswa; (3) kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi; dan (4) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil sampel di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif yang meliputi empat komponen, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi terbagi menjadi dua, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada praktik dan teori secara berimbang, dan pembelajaran yang berorientasi pada praktik. Kedua, pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi berlangsung secara kooperatif dengan diskusi kelompok, kooperatif dengan media surat kabar, dan kooperatif dengan debat. Ketiga, kendala-kendala yang ditemukan dalam pembelajaran menulis argumentasi meliputi siswa belum dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema, pengungkapan gagasan belum dilakukan secara runtut, siswa kurang paham membedakan jenis paragraf argumentasi dengan jenis paragraf lain, siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan, siswa kurang memerhatikan penjelasan guru, sumber materi yang dimiliki siswa hanya LKS, siswa kurang aktif saat diskusi, alokasi waktu pembelajaran terbatas, dan belum ada laboratorium Bahasa Indonesiadan LCD di setiap kelas.Keempat, upaya untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi, yaitu siswa melakukan koreksi silang dengan teman semeja, guru menjelaskan materi dengan menunjukkan perbedaan tulisan argumentasi dengan jenis tulisan yang lain, guru berkeliling untuk memeriksa kinerja siswa sekaligus memberikan arahan jika ada siswa yang mengalami kesulitan, siswa berusaha untuk fokus, siswa yang tidak mau aktif saat diskusi ditegur oleh teman satu kelompok, siswa meminjam buku teks di perpustakaan dan mencari sumber materi dari internet maupun televisi, guru mengambil jam materi pembelajaran selanjutnya, dan belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia dan LCD di setiap kelas bukan menjadi kendala yang berarti, siswa dapat belajar dengan strategi dan pembelajaran yang menarik.
Kata kunci: pembelajaran menulis argumentasi, pelaksanaan, kendala, upaya. KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pulalah peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pembelajaran Menulis Argumentasi
Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Karanganyar ini dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa
selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S.,M.Hum.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan dalam skripsi ini.
3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum.,selakuKetua Program Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga memberikan persetujuan dalam skripsi
ini.
4. Dr. Andayani, M.Pd.,selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi sejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi ini selesai.
5. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum.,selaku pembimbing II yang
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasisejak penyusunan, penelitian,
hingga skripsi ini selesai.
6. Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini turut
memantau, dan menyemangati peneliti.
7. Drs. Bambang Sugeng Maladi, M.M., selaku kepala SMA Negeri 2
Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
8. Drs. Amin Suryadi, M.Pd., selaku kepala SMA Negeri Karangpandan yang
telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Sanusi, S.Pd.,selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2
Karanganyar yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
10. Rohmani, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2
Karanganyar yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam penelitian.
11. Sri Muryati, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri
Karangpandan yeng telah memberikan informasi dan bantuan dalam penelitian.
12. Lusia Indah Wulandari, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA
Negeri Karangpandan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam
penelitian.
13. Para siswa kelas X SMA Negeri 2Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan
yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
14. Keluarga tercinta yang telah membiayai dan menyediakan sarana prasarana
selama kuliah dan selalu memberidoa serta semangat setiap saat.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat pahala
dan imbalan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga karya ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dan pengajaranBahasa
Indonesia.
Surakarta, April2012
Penulis
DAFTAR ISI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ............................ 8
1. Hakikat Menulis ....................................................................... 8
a. Pengertian Menulis .............................................................. 8
b. Tahap-tahap Penulisan ......................................................... 9
c. Jenis-jenis Tulisan .............................................................. 11
2. Hakikat Tulisan Argumentasi .................................................. 16
a. Pengertian ............................................................................. 16
b. Ciri dan Dasar Penulisan Argumentasi ........................................ 17
3. Pembelajaran Menulis Argumentasi Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ...................... 19
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).................... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
b. Pembelajaran Menulis Argumentasidi Kelas X SMA ......... 21
c. Perencanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi ............... 23
d. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi ............... 28
e. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi .................... 32
B. Kerangka Berpikir........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 38
B. Bentuk Penelitian .......................................................................... 39
C. Sumber Data ............................................................... ................... 39
D. Teknik Sampling ........................................................ ................... 40
E. Pengumpulan Data ........................................................... ............. 40
F. Uji Validitas Data .......................................................................... 41
G. Analisis Data ................................................................................. 42
H. Prosedur Penelitian......................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. .. 45
A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ......................................... 45
B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 46
1.Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Menulis Argumentasi .... 46
2.Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa
Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten
Karanganyar ................................................................................ 49
3.Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa
Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten
Karanganyar..... ........................................................................... 58
4.Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala dalam
Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri
Berstandar Nasional di Karanganyar............................................ 61
C. Pembahasan .................................................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
1. Orientasi Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa
Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional Di Kabupaten
Karanganyar..... ........................................................................ 65
2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran
Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri
Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar....................... 66
3. Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis
Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar
Nasional di Kabupaten Karanganyar......................................... 71
4. Upaya untuk Mengatasi Kendala yang Ditemui dalam
Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA
Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar.......... 72
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... .. 75
A. Simpulan ....................................................................................... 75
B. Implikasi ........................................................................................ 76
C. Saran ............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 79
LAMPIRAN .................................................................................................. 82
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ................................................................... 37
2. Model Analisis Interaktif ........................................................ 44
DAFTAR TABEL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel Halaman
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Keterampilan Menulis di SMA (Semester Genap) .......... .........21
2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval............ 36
3. Rincian Waktu dan Jenis Penelitian..........................................38
4. Nilai Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X....... 71
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran....................................... .......... ............ 82
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................ ............ 84
3.Daftar Nilai Siswa ..................................................... ............ 93
4. Catatan Lapangan Hasil Observasi. ....................... ............ 95
5. Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia. ........... ............ 103
6.Wawancara dengan Siswa ......................................... ............ 117
7. Lampiran Tulisan Argumentasi Siswa ..................... ............ 123
8.Surat Izin Menyusun Skripsi. .................................... ............ 129
9. Surat Izin Research I. ............................................... ............ 130
10. Surat Izin Research II. ............................................ ............ 131
132
12. Surat Keterangan P 133
13. Surat Keterangan Pe 134
14.Lampiran Foto. ........................................................ ............ 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik serta sebagai penunjang keberhasilan peserta didik dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenali dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan
gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan
bahasa tersebut. Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat menemukan serta
menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrer yang digunakan oleh
sekelompok manusia (masyarakat) sebagai alat komunikasi atau berinteraksi (Oka
dan Suparno, 1994). Nasr (1978) mengartikan bahasa sebagai bagian kebudayaan.
Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa merupakan kebiasaan aktivitas bunyi yang
berasal dari dari pengalaman manusia (Oka dan Suparno, 1994: 5). Bahasa
memiliki fungsi sebagai alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.
Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam
pengajaran bahasa di sekolah, yaitu: (1) keterampilan menyimak; (2) keterampilan
berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4) keterampilan menulis. Keempat
keterampilan tersebut saling terkait satu dengan yang lain.
Dalam standar isi, pembelajaran bahasa dan sastra diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, secara lisan maupun tertulis. Standar kompetensi bahasa
dan sastra Indonesia juga dijadikan sebagai pengukur kemampuan minimal peserta
didik yang mengambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah
keterampilan menulis. Keterampilan ini adalah ketrampilan yang paling sulit jika
dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menulis merupakan
keterampilan yang sangat memerlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus
menerus. Khususnya pada tingkat sekolah menengah atas (SMA), pembelajaran
keterampilan menulis merupakan peningkatan dari jenjang-jenjang sebelumnya.
Dalam hal ini siswa diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar dari
keterampilan menulis untuk dijadikan bekal pada jenjang yang lebih tinggi. Tujuan
yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis. Secara umum
tujuan pembelajaran keterampilan menulis yaitu siswa dapat mengomunikasikan
ide atau gagasan secara tertulis maupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu
pengetahuan, pengalaman hidup, imaji, aspirasi, dan lain sebagainya.
Menurut Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999) menulis mendatangkan
banyak keuntungan yang dapat dipetik. Pertama, dengan menulis kita dapat lebih
mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kedua, dengan kegiatan menulis kita
mengembangkan berbagai gagasan. Ketiga, kegiatan menulis memaksa kita lebih
banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik
yang kita tulis. Keempat, menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara
sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Kelima, melalui kegiatan
menulis kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri, secara lebih
objektif. Keenam, dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah
memecahkan permasalahan. Ketujuh, tugas menulis mengenai suatu topik
mendorong kita belajar secara aktif. Kedelapan, kegiatan menulis yang terencana
akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
Berbagai tulisan dalam surat kabar menunjukkan bahwa kemampuan
menulis para pelajar sangat lemah (Tarigan, 1987). Secara khusus, Iskandarwassid
dan Sunendar (2008) menyatakan bahwa kemampuan menulis lebih sulit dikuasai
jika dibandingkan kemampuan berbahasa yang lain (mendengarkan, berbicara, dan
membaca). Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan
berbagai unsur kebahasaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan menulis sangat penting
untuk kelancaran pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menyampaikan berbagai
informasi dan ide melalui kegiatan menulis, salah satunya adalah dengan
pembelajaran menulis argumentasi. Melalui pembelajaran menulis argumentasi,
siswa diharapkan tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat
karangan, tetapi juga cermat untuk membuat argumen dan menuangkan ide dengan
cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Siswa juga harus dapat
menyusun dan menghubungkan antarkalimat yang satu dengan yang lain sehingga
menjadi suatu karangan yang utuh.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2011), diperoleh
kesimpulan bahwa kegiatan menulis argumentasi siswa masih rendah. Rendahnya
keterampilan menulis argumentasi siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis argumentasi; kedua, siswa
masih kesulitan dalam menentukan tema atau topik dalam menulis; ketiga siswa
kesulitan dalam mencari argumen yang mendukung untuk dikembangkan dalam
tulisan argumentasi; keempat siswa merasa kesulitan dalam menetukan langkah-
langkah yang tepat untuk menulis argumentasi yang praktis dan mudah; dan kelima
guru merasa kesulitan dalam menentukan strategi yang tepat untuk menyampaikan
materi menulis argumentasi.
Sebagai pengendali pelaksanaan pembelajaran di sekolah, kurikulum
merupakan komponen penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya
pembangunan pendidikan nasional sehingga selalu berubah untuk dikembangkan
agar mampu mejawab tantangan perkembangan zaman. Akibat dari kurikulum yang
selalu berkembang, sekolah terutama guru dituntut untuk cepat beradaptasi dengan
perubahan pengembangan tersebut. Dalam pasal 1 ayat 19 Undang-undang No. 20
Tahun 2003, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Akibat dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum
diartikan secara luas sebagai keseluruhan proses pembelajaran yang direncanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dan dibimbing di sekolah atau lembaga pelatihan, dilaksanakan secara individu atau
kelompok di dalam atau di luar sekolah. Pengertian tersebut tercakup di dalamnya
sejumlah aktivitas pembelajaran antara subjek didik (pembelajar) di dalam
melakukan transformasi pengetahuan, keterampilan dengan menggunakan
pendekatan proses pembelajaran atau menggunakan metode mengajar dan
memanfaatkan segala teknologi pembelajaran. Dengan demikian guru ataupun
pendidik harus memahami kurikulum untuk dapat mengajar dengan baik.
Gurudalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Peran
guru antara lain sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator,
pembimbing, motivator, dan evaluator (Sanjaya, 2008). Begitu kompleksnya peran
guru maka mau tidak mau guru harus mampu memenuhinya. Menurut Sagala
(2007) guru harus ditempatkan ada posisi utama bukan sekedar pelaksana
kurikulum, tetapi harus dilibatkan dalam perancangan kurikulum itu sendiri, hal ini
senada dengan konsep kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP).
Selain faktor pendidik, dukungan sarana dan prasarana juga menjadi salah
satu penentu keberhasilan pembelajaran. Sekolah yang mempunyai sarana dan
prasarana yang baik akan memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar. Terbatasnya sarana dan prasarana dari sekolah pun tentunya akan
memberikan hambatan pengembangan kreativitas dan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran. Namun demikian, hal ini bukan berarti dijadikan sebagai alasan
untuk tidak mengembangkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran di sekolah dapat disesuaikan dengan situasi yang ada. Guru
seharusnya mempunyai strategi untuk menyesuaikan pembelajaran dengan materi
yang disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
Di kabupaten Karanganyar terdapat beberapa SMA, baik yang berstatus
negeri maupun swasta. SMA negeri yang ada di Karanganyar memiliki kriteria
sebagai sekolah dengan status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan
Sekolah Standar Nasional (SSN). Kementerian pendidikan nasional menetapkan
landasan pembelajaran di sekolah RSBI diperkaya dengan model proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pembelajaran di negara maju. Proses pembelajaran yang dilaksanakan menerapkan
pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif,
kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. Berbagai fasilitas yang tersedia
tentu sangat memengaruhi proses pembelajaran.
Sementara itu, SSN merupakan sekolah yang hampir atau sudah memenuhi
standar nasional pendidikan (SNP). Sedangkan SNP adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan seluruh wilayah hukum NKRI. Sekolah yang berstatus SSN
diharapkan memenuhi kriteria SNP yang terdiri dari standar isi, standar proses,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang berstatus RSBI tentu saja
berbeda dengan SSN. Salah satu perbedaannya adalah penggunaan bahasa. Sekolah
yang berstatus RSBI menggunakan dua bahasa dalam pembelajaran, yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Sedangkan sekolah yang berstatus SSN hanya
menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa tentu juga
berpengaruh pada tulisan siswa. Tulisan siswa dari sekolah RSBI dinilai lebih
banyak mengandung campur kode jika dibandingkan dengan siswa SSN.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong melakukan penelitian mengenai proses
pembelajaran di sekolah berstandar nasional. Proses pembelajaran yang diteliti
yaitu pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X karena pembelajaran
menulis argumentasi terdapat pada kompetensi dasar kelas X. Penelitian ini
KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI KABUPATEN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah persepsi guru kelas X SMA negeri berstandar nasional di
Karanganyar mengenai pembelajaran menulis argumentasi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan
guru pada siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar?
3. Apa sajakah kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi
siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar?
4. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul
dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri
berstandar nasional di Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai
berikut.
1. Persepsi guru kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar
mengenai pembelajaran menulis argumentasi.
2. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru
pada siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar.
3. Kendala yang yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi pada
siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar.
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui
dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri
berstandar nasional di Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah pustaka keilmuan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan
pembelajaran menulis argumentasi di sekolah menengah atas (SMA) negeri
berstandar nasional di kabupaten karanganyar .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Mengetahui kualitas pembelajaran dan kendala-kendala yang timbul
dalam pembelajaran keterampilan menulis argumentasi sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
diharapkan kendala-kendala tersebut dapat segera diatasi oleh guru dan
sekolah. Dengan demikian, kualitas pembelajaran keterampilan menulis
argumentasi dapat meningkat.
b. Bagi Guru
Memberikan gambaran mengenai pembelajaran keterampilan menulis
argumentasi yang sesuai dengan kurikulum sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi peningkatan kualitas proses dan hasil dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis argumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Bagi Siswa
Siswa dapat mengetahui kemampuannya dalam menerima dan
memahami materi pembelajaran keterampilan menulis argumentasi
sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi untuk berprestasi
terkait hal-hal yang didukung dengan keterampilan menulis argumentasi
.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lain yang
lebih lanjut dengan kajian yang sama sehingga bermanfaat bagi
perkembangan dan kemajuan di bidang pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa.Nurudin
(2010) mengungkapkan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.Kemampuan
menulis mengandalkan kemampuan berbasa yang bersifat aktif dan produktif
(Iskandarwasiid & Sunendar, 2008). Lebih mendalam, Iskandarwassid dan
Sunendar (2008) menyatakan bahwa dengan mengungkapkan perasaan atau
pikiran secara tertulis, seorang pemakai bahasa akan lebih banyak memiliki
kesempatan untuk mengatur dan mempersiapkan apa yang akan disampaikan.
Sesuatu yang akan disampaikan jika diungkapkan dalam bentuk tulisan akan
dapat mudah dipahami karena pada saat tulisan itu dibuat, dilakukan juga
seleksi-seleksi tentang apa yang hendak diungkapkan.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan
orang lain (Tarigan, 1993). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif karena menulis merupakan kegiatan yang bersifat
mengungkapkan, dengan maksud mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan
atau perasaan kepada pihak atau orang lain. Menulis adalah proses penuangan
gagasan dan pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan (Lasa,
2005). Dalam mengungkapkan gagasan secara tertulis, seorang pemakai bahasa
mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri,
baik hal apa yang diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya.
Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara
sistematis. Apabila diungkapkan secara tertulis, pesan tersebut mudah
dipahami oleh pembaca. Demikian pula, pemilihan kata-kata dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penyusunannya dalam bentuk wacana dapat dilakukan sesuai dengan kaidah-
kaidah bahasa yang baik dan benar.
Dalam sebuah tulisan, terkandung ide atau gagasan penulis untuk
disampaikan kepada pembaca atau orang lain. Dalam penyampaian ide, penulis
harus mampu mencari kata yang dapat dimengerti oleh pembaca atau orang
lain, baik dari segi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat. Dengan begitu
pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) haruslah luas supaya ide yang akan
disampaikan dapat dipahami oleh orang lain atau pembaca.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seorang penulis hendaknya
memiliki keterampilan dasar yang meliputi: (1) keterampilan berbahasa, yaitu
keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan
kata serta penggunaan kalimat yang efektif; (2) keterampilan penyajian, yaitu
keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci
pokok bahasan menjadi subpokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam
susunan sistematis; dan (3) keterampilan pewajahan, yaitu keterampilan
mengatur tipografi dan memanfaatkan sarana tulis secara efektif dan efisien,
tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel dan lain-lain. Ketiga keterampilan
tersebut saling menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung oleh
keterampilan menyimak, membaca, serta berbicara yang baik (Semi, 1990).
Berdasarkan hakikat menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah sebuah proses untuk menuangkan segenap ide yang dituangkan ke
dalam bahasa tulis, yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung sehinggga pesan yang disampiakan oleh penulis dapat diterima dan
dipahami oleh pembaca.
b. Tahap-tahap Penulisan
Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan yang di
dalamnyaterdapat beberapa tahap penulisan. Lebih jelasnya Akhadiah,
Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999) berpendapat bahwa tahap penulisan
meliputi tahap prapenulisan, tahappenulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap
penulisan itu menunjukkan kegiatanutama yang berbeda. Dalam tahap
prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yangmengarahkan penulis dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam tahappenulisan, dilakukan apa yang telah
ditentukan itu, yaitu mengembangkan gagasandalam kalimat-kalimat, satuan
paragraf, bab atau bagian. Dalam tahap revisi yangdilakukan adalah membaca
dan menilai kembali yang ditulis, memperbaiki,mengubah, bahkan jika perlu
memperluas tulisan tadi.
Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan
menulis yang di dalamnya mencakup beberapa langkah jika menulis karangan.
Langkah pertama, yaitu menentukan topik. Hal ini berarti penulis menentukan
apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik ini dapat diperoleh dari berbagai
sumber ilmu, pengalaman, dan pengamatan. Seorang penulis dapat menulis
tentang pendapat, sikap, atau tanggapan sendiri atau orang lain atau tentang
khalayan atau imajinasi yang dimilikinya. Dalam menentukan topik karangan
harus selalu berkenaan dengan fakta.
Membatasi topik adalah langkah kedua yang dilakukan dalam tahap
prapenulisan.Setelah topik ditentukan, topik perlu dibatasi. Membatasi topik
tulisan berarti mempersempit atau memperkecil ruang lingkup pembicaraan
dalam penulisan.
Langkah ketiga yang dilakukan dalam tahap prapenulisan adalah
menentukan tujuan penulisan. Hal ini penting dilakukan sebelum memulai
menulis, tujuan menulis berpengaruh dalam menentukan bentuk, panjang, sifat,
dan cara penyajian tulisan. Dengan menentukan tujuan penulisan, penulia akan
tahu apa yang akan dilakukan dalam tahap penulisan. Jika tulisan tanpa
dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat menyebabkan tulisan itu tanpa
arah yang jelas dan besar kemungkinan tidak dipahami pembaca.
Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan penulisan. Bahan
penulisan adalah semua informasi atau data yangdipergunakan untuk mencapai
data penulisan. Pengumpulan informasi dan data ini perlu dilakukan agar
tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan pembaca.
Bahan yang digunakan dalam penulisan harus sesuai dengan tujuan penulisan.
Langkah terakhir dalam tahap prapenulisan adalah membuat kerangka
karangan. Kerangka karangan adalah sebuah topik kerangka yang memuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
rencana karangan yang berisi pokok-pokok permasalahan pembicaraan yang
tersusun secara sistematis dan dapat dikembangkan menuju bentuk yang lebih
sempurna. Penyusunan kerangka karangan ini merupakan kegiatan terakhir
yang dilakukan pada tahap persiapan atau prapenulisan.
Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan yangmembahas setiap butir
pokok yang ada di dalam kerangka yang disusun. Dalam gagasan
mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan
bahasa. Dalam hal ini penulis harus menguasai kata-kata yang mendukung
gagasan atau ide. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat
sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu
harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif yang selanjutnya kalimat-kalimat
tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku
disertai tanda baca yang digunakan secara tepat.
Tahap terakhir dalam menulis adalah revisi.Sebuah tulisan perlu dibaca
kembali pada tahap ini. Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara
menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,
kalimat, paragraf, daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang
kurang memenuhi syarat maka selesailah tulisan yang dibuat.
c. Jenis-jenis Tulisan
Terdapat banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan
gagasannya dalam sebuah tulisan. Cara yang dipilih tentu akan menghasilkan
berbagai bentuk tulisan. Gagasan sebagai substansi dalam karangan dapat
disampaikan dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yang nanti dapat
menjadi penentu jenis sebuah tulisan. Lebih jelasnya Semi (1990)
mengemukakan terdapat empat bentuk atau jenis tulisan, yaitu: (1) narasi; (2)
deskripsi; (3) eksposisi; dan (4) argumentasi.
Sementara itu, Keraf (2007) membagi karangan atau wacana
menjadi lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat di balik wacana
tersebut, yaitu: (1) eksposisi; (2) persuasi; (3) deskripsi; (4) narasi; dan (5)
argumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Jenis tulisan yang pertama adalah eksposisi. Eksposisi menurut Semi
(1990) adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan
informasi tentang sesuatu. Dalam tulisan ini dipaparkan suatu kejadian atau
masalah analitis dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi
tersebut. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu
objek. Selain itu, juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana pertalian
suatu objek dengan objek lain. Senada dengan pendapat di atas, Djuharie
dan Suherli (2001) menjelaskan bahwa eksposisi adalah karangan yang
menjelaskan, menerangkan, memberitahukan suatu peristiwa atau objek
dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya.
Eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya adalah
untukmengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah
persoalan (Alwasilah, 2007). Orang yang membaca tulisan eksposisi
diharapkan menjadi tahu akan sebuah informasi. Penulis mempunyai
sejumlah data dan bukti untuk menjelaskan persoalan dan kejadian natau
masalah dengan jelas agar pembaca dapat dengan mudah memahaminya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wiyanto (2006) bahwa tulisan
eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi,
mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan agar pembaca
menerima atau mengikuti apa yang dibacanya (Rohmadi, dkk., 2008: 113)
Eksposisi sering digunakan dalam menyampaikan uraian-uraian
ilmiah, ilmiah populer, dan uraian ilmiah lainnya yang pada prinsipnya tidak
berusaha memengaruhi pendapat orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat
di atas, dapat disintesiskan bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang
menginformasikan dan menjelaskan sesuatu yang dapat menambah
pengetahuan seseorang atau pembaca.
Jenis tulisan yang kedua adalah persuasi. Persuasi berasal dari kata
to persuade yang artinya membujuk atau menyaraknkan. Persuasi menurut
pernyataan Rohmadi, dkk (mengutip pendapat Wiyanto, 2006) merupakan
gagasan yang disertai dengan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan
pembaca kemudian didikuti dengan ajakan, bujukan, atau rayuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bertujuan agar pembaca mengikuti kehendak pembaca (2008: 114). Persuasi
adalahsuatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar
melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada
waktu yang akan datang (Keraf, 2007). Dijelaskan lebih lanjut, karena
tujuan terakhir dari sebuah persuasi adalah agar pembaca atau pendengar
melakukan sesuatu maka persuasi dapat dimasukkan pula ke dalam cara
untuk mengambil keputusan. Senada dengan pendapat tersebut, Djuharie
dan Suherli (2001) menyatakan bahwa persuasi adalah karangan yang
memengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu pada orang lain untuk
berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan.
Keraf (2007) menyatakan bahwa sebuah tulisan persuasi harus bisa
menimbulkan kepercayaan pembaca karena kepercayaan pembaca adalah
unsur utama dalam persuasi. Tulisan persuasi selalu bertujuan untuk
mengubah pikiran orang lain. Persuasi adalah suatu usaha untuk
menciptakan kesesuaian atau kesepakatan melalui kepercayaan. Dari
beberapa pendapat mengenai persuasi, dapat disimpulkan bahwa tulisan
persuasi adalah tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca agar
pembaca percaya pada tulisan yang telah dibacanya.
Jenis tulisan yang ketiga adalah desripsi. Deskripsi berasal dari kata
to describe yang artinya menguraikan, memerikan, atau melukiskan.
Deskripsi adalah karangan yang melukiskan, menggambarkan, memerikan
suatu peristiwa atau objek hasil pengindraan dengan menyertakan bukti-
bukti kuat sehingga pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya secara
langsung (Djuharie & Suherli, 2001). Menurut Parera (1993) deskripsi
adalah satu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan
deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindra seperti penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan
satu gambaran tentang peristiwa atau kejadian dan masalah. Hal tersebut
senada dengan pendapat Wiyanto (2006) bahwa deskripsi bertujuan untuk
memberikan kesan kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, dan
peristiwa sehingga pembaca seolah melihat, mendengar, merasakan, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
terlibat dalam peristiwa yang diuraikan oleh penulis (Rohmadi, dkk., 2008:
113). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disintesis bahwa tulisan
deskripsi adalah tulisan yang berusaha menyajikan suatu objek agar seolah-
olah berada di depan pandangan pembaca berdasarkan hasil pengamatan,
pengalaman, dan perasaan penulisnya.
Jenis tulisan yang keempat adalah narasi. Narasi berasal dari kata to
narrate, yaitu bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian
secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi (Alwasilah, 2007).
Narasi mengungkakan peristiwa yang diceritakan dan disusun secara
kronologis, terdapat tokoh-tokoh di dalamnya, dan dapat memperluas
pengalaman seseorang. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Rohmadi,
dkk., (mengutip simpulan Wiyanto, 2006) bahwa narasi mementingkan
urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan (2008: 112).
Narasi merupakan wacana yang mengisahkan suatu kejadian. Keraf
(2007) membatasi narasi sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya
adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Pernyataan itu diperjelas
dengan menyebutkan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu
peristiwa yang telah terjadi.
Parera (1993) mengungkapkan narasi merupakan pengembangan
karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan
perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan
kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Daya guna sebuah tulisan
narasi adalah apabila pembaca berantusias kepada hal-hal lama yang
kemungkinan telah dilupakan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang
narasi dapat disintesis bahwa tulisan narasi merupakan tulisan yang
mengisahkan suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu sehingga dapat
menambah pengalaman pembaca.
Jenis tulisan yang kelima adalah argumentasi. Istilah argumentasi
berasal dari kata to argue yang memiliki arti membuktikan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menyampaikan alasan. Argumentasi adalah karangan yang membuktikan
kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan (Alwasilah, 2007).
Penulis argumentasi menggunakan berbagai strategi untuk meyakinkan
pembaca tentang kebenaran atau ketidakbenaran itu. Pendapat yang
diungkapkan di dalam argumentasi kadang-kadang dapat mengubah
perilaku seseorang.
Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca,
termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Bisa juga untuk
membujuk pembaca agar pendapat penulis dapat diterima (Nurudin, 2010).
Lebih lanjut Podis (1996) menjelaskan bahwa argumen mengacu pada
tulisan yang dibuat oleh seseorang dengan tujuan untuk meyakinkan
pembaca dengan mencantumkan bukti sebagai pendukung tulisannya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Wiyanto (2006) bahwa tujuan dari
argumentasi adalah menyampaikan pendapat atau opini yang disertai
dengan bukti, contoh, atau alasan yang sulit untuk dibantah (Rohmadi, dkk.,
2008: 114). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disintesis bahwa
tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha meyakinkan pembaca
yang diikuti dengan bukti sebagai pendukung tulisan itu sehingga pembaca
dapat menerima argumen dari penulis.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan kelima jenis
tulisan tersebut. Eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan atau informasi,
persuasi memengaruhi pembaca secara emosi, deskripsi memberikan
gambaran tentang objek tulisan dan berusaha menjadikan pembaca ikut
merasakan penggambaran tersebut, narasi menekankan peristiwa dari urutan
waktu ke waktu, sedangkan argumentasi meyakinkan pembaca tentang
kebenaran suatu hal secara logis.
2. Hakikat Tulisan Argumentasi
a. Pengertian
Istilah argumentasi berasal dari kata argumen. Kata argumen berarti
alasan atau bantahan. Dalam konteks ini kata argumen diartikan sebagai suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
proses belajar yang di dalamnya terdapat rangkaian fakta, pendapat,
pertimbangan untuk membangun suatu kesimpulan. Argumentasi adalah
memberikan alasan untuk mendukung sebuah kebenaran dari sesuatu yang
Menurut Podis (1996), argumen mengacu pada tulisan yang dibuat oleh
seseorang dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca dengan mencantumkan
bukti sebagai pendukung tulisannya. Tulisan argumentasi biasanya bertujuan
untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau
pendiriannya (Nurudin, 2010).
Berkaitan dengan pengertian argumentasi, Keraf (2007) mendefinisikan
argumentasi sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi
sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya dan bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan penulis. Lebih lanjut Parera (1993) menyatakan
bahwa argumentasi merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus.
Seorang penulis argumentasi berusaha meyakinkan pembaca untuk percaya dan
menerima apa yang ditulisnya. Selain itu, penulis argumentasi juga
memberikan pembuktian yang objektif.
Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu
pengetahuan karena dalam setiap ilmu pengetahuan mempunyai kebenaran-
kebenaran yang tertuang dalam data-data. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Semi (1990) menerangkan bahwa argumentasi adalah tulisan yang bertujuan
untuk meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau
pernyataan penulis.Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan
pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Bisa juga
untuk membujuk pembaca agar pendapat penulis dapat diterima (Nurudin,
2010).
Dalam berkomunikasi, argumentasi merupakan suatu cara yang sangat
berguna, baik bagi perorangan maupun bagi anggota-anggota masyarakat
secara keseluruha. Argumentasi merupakan alat pertukaran informasi yang
tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subjektif (Keraf, 2007).
Pendapat dalam sebuah tulisan argumentasi disampaikan secara teratur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kritis. Dengan demikian, seseorang yang akan menyampaikan argumentasinya
harus berusaha menyelidiki dengan serius tentang apa yang akan ditulisnya.
Melalui argumentasi, penulis dapat merangkaikan berbagai fakta
sehingga mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau hal itu benar atau
tidak. Ia harus berusaha agar hubungan antara berbagai fakta dengan gagasan
yang akan dikemukakannya itu logis dan kritis. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha
meyakinkan pembaca yang diikuti dengan fakta dan bukti yang rasional
sebagai pendukung tulisan itu sehingga pembaca dapat menerima dan meyakini
argumen dari penulis.
b. Ciri dan Dasar Penulisan Argumentasi
Dalam tulisan argumentasi biasanya ditemukan beberapa ciri yang
mudah dikenali. Ciri-ciri tersebut antara lain: (1) ada pernyataan, ide atau
pendapat yang dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang
mendukung; dan (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang
disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun tulisan
argumentasi diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian
lapangan, dan penelitian kepustakaan.
Ciri-ciri penulisan argumentasi menurut Semi (1990) antara lain: (1)
bertujuan untuk meyakinkan orang lain; (2) berusaha untuk membuktikan
kebenaran suatu pernyataan; mengubah pendapat pembaca; dan (4) fakta yang
ditampilkan merupakan bahan pembuktian.
Metode manapun yang akan digunakan dalam tulisan argumentasi
menurut Keraf (2007) harus sesuai dengan prinsip umum sebuah komposisi,
yaitu: (1) pendahuluan; (2) tubuh argumen; dan (3) kesimpulan dan ringkasan.
Pendahuluan bertujuan untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan
perhatian pembaca, dan menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu
harus dikemukakan. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup
banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca dan memperkenalkan kepada
pembaca tentang fakta-fakta yang digunakan untuk untuk memahami
argumentasinya. Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
diperlukan di dalam bagian pendahuluan, penulis hendaknya
mempertimbangkan; (1) penegasan tentang mengapa persoalan itu dibicarakan
pada saat ini, (2) penjelasan tentang latar belakang historis yang mempunyai
hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan sehingga
pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut, dan (3)
pembedaan hal-hal yang berhubungan dengan selera dan hal-hal yang bertalian
dengan fakta (Keraf, 2007).
Prinsip yang kedua adalah tubuh argumen. Seluruh proses penyusunan
argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup
meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar sehingga
konklusi yang disimpulkannya juga benar. Hakikat kebenaran dalam
argumentasi mencakup persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi
pembaca sehingga dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga
benar (Keraf, 2007:).
Prinsip ketiga adalah kesimpulan dan ringkasan. Meski tidak
mempersoalkan topik apa yang dikemukakan dalam tulisan argumentasi,
penulis harus menjaga agar apa yang disimpulkan tetap memelihara tujuan dan
menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai dan
mengapa konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Dalam tulisan-
tulisan lain yang tidak dapat dibuat kesimpulan, maka dapat dibuat suatu
ringkasan dari pokok-pokok permasalahan yang penting sesuai dengan urutan
argumen dalam bentuk tulisan (Keraf, 2007).
3. Pembelajaran Menulis Argumentasi Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara
kegiatan pembelejarana (Hadi, 2003). Dalam standar nasional pendidikan (SNP
Pasal 1, ayat 15) dikemukakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
masing satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 20). Peyusunan KTSP dilakukan
oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 36 ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diiversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik (Mulyasa, 2007). Berkenaan
dengan hal itu, Susilo (2007) mengemukakan dalam pasal 38 ayat (2) juga
disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan
atau kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah.
Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, KTSP jenjang pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP dengan memerhatikan
beberapa prinsip pengembangan KTSP. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
(1) berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan, (5)
menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7)
seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.
KTSP ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas
dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Sesuai dengan hakikatnya,
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan maka tiap jenjang dan jenis pendidikan
memiliki otonomi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
didik. Penelitian yang dilakukan oleh Wilkins (2002) menghasilkan data
temuan yang senada. Otonomi pendidikan yang dilakukan oleh masing-masing
satuan pendidikan seimbang dan dapat dipertanggungjawabkan kepada sesuai
dengan peraturan nasional. Menurut Susilo (2007) otonomi pada tiap satuan
pendidikan bertujuan untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasikan
keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara
sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah dalam membentuk pribadi siswa.
Dalam KTSP dijelaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar di SMA untuk
pembelajaran keterampilan menulis di semester genap sebagai berikut.
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Menulis
di SMA (Semester Genap)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menulis
1. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato
12.1 Menulis gagasan untuk mendukung
suatu pendapat dalam bentuk
paragraf argumentatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b.Pembelajaran Menulis Argumentasi di Kelas X SMA
Pembelajaran menurut Sagala (2007) adalah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran disebutkan pula sebagai proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik.
Pernyataan Sagala (mengutip pendapat Dimyati dan Mudjiono, 1999)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, kegiatan itu
menekankan pada penyediaan sumber belajar (2007: 62). Berbeda dengan
pendapat tersebut, di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkaran belajar.
Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa dan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hal tersebut
senada dengan pendapat Knirk dan Gustafson (1986) bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses yang sitematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan,
dan evaluasi (Sagala, 2007). Pembelajaran tidak terjadi seketika, tetapi melalui
tahapan perancangan pembelajaran.
Proses pembelajaran menurut Sagala (mengutip pendapat Dunkin &
Biddle, 1974) mengandung empat komponen, yaitu (1) pendidik, (2) peserta
didik, sekolah, dan masyarakat, (3) interaksi peserta didik dengan pendidik, dan
(4) perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
(2007: 63). Lebih lanjut lagi, Dunkin dan Biddle (1974) mengemukakan proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila pendidik mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kompetensi penguasaan materi pelajaran dan kompetensi metodologi
pembelajaran (Sagala, 2007:63).
Proses pembelajaran tidak akan lepas dari tugas serta peran pengajar dan
pembelajar. Pengajar dalam hal ini adalah guru, sedangkan pembelajar adalah
siswa. Isskandarwassid dan Sunendar (2008) menyatakan bahwa tugas seorang
pengajar dalam pembelajaran adalah sebagai direktur belajar, fasilitator, dan
motivator belajar. Sedangkan tugas pembelajar yang utama adalah belajar
dengan didampingi pengajar.
Menulis merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia kelas X SMA. Berdasarkan KTSP di SMA, mata pelajaran menulis
diberikan pada semester 1 dan semester 2. Pada semester 1 dengan standar
kompetensi, yakni mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf
(naratif, deskriptif, ekspositif). Adapun kompetensi dasarnya, yaitu: (a) menulis
gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk
paragraf naratif, (b) menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif,
dan (c) menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam
paragraf ekspositif.
Pada semester 2 terdapat standar kompetensi, yakni mengungkapkan
informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun kompetensi
dasarnya, yaitu: (a) menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam
bentuk paragraf argumentatif, (b) menulis gagasan untuk meyakinkan atau
mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf
persuasif, (c) menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan
menggunakan ejaan yang tepat, dan (d) menyusun teks pidato.
Berdasarkan paparan di atas maka mata pelajaran menulis yang
diberikan di SMA khususnya pada kelas X SMA salah satunya adalah
pembelajaran menulis paragraf argumentasi yang sesuai dengan kompetensi
dasar dalam KTSP. Sebagai salah satu materi pembelajaran maka pembelajaran
menulis argumentasi perlu disampaikan dengan metode yang tepat sehingga
mencapai standar kompetensi yang diharapkan, yaitu siswa mampu
mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Perencanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi
Dalam sebuah pembelajaran, guru harus menyusun perencanaan
pembelajaran secara matang dengan penuh pertimbangan agar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Perencanaan tersebut meliputi pembuatan silabus dan
RPP. Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian (Sanjaya, 2009). Berkaitan dengan pendapat
tersebut, Mulyasa (2007) menyatakan bahwa silabus merupakan rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan. Silabus dalam KTSP harus memerhatikan prinsip-
prinsip pengembangan silabus.
Prinsip yang pertama adalah pengembangan silabus berbasis KTSP
harus dilakukan dengan prinsip ilmiah, artinya keseluruhan materi dan kegiatan
yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Prinsip kedua dalam pengembangan
silabus berbasis KTSP adalah relevan yang mengandung arti bahwa ruang
lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam
silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Prinsip ketiga adalah
fleksibel sebagai pemikiran pendidikan dan sebagai kaidah dalam penerapan
kurikulum. Fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan berkaitan dengan
dimensi peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai suatu kaidah
dalam penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus. Prinsip
keempat adalah kontinuitas atau kesinambungan yang mengandung arti bahwa
setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan
satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik.
Prinsip kelima, yaitu pengembangan silabus berbasis KTSP harus
dilakukan secara konsisten, maksudnya adalah antara standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengelaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memeiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
membentuk kompetensi peserta didik. Prinsip keenam adalah memadai. Prinsip
memadai dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi
standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang
dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Prinsip ketujuh, yaitu aktual dan kontekstual yang berarti bahwa ruang
lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memerhatikan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan
peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Prinsip selanjutnya adalah
pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif. Efektif
berarti memerhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran
dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang
telah ditetapkan.
Prinsip teakhir dalam pengembangan silabus berbasis KTSP harus
efisien dalam silbus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau
menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau
kompetensi standar yang ditetapkan. Meskipun guru diberi kebebasan untuk
menyusun dan mengembangkan KTSP dan silabus.
BSNP menyiapkan kurikulum untuk setiap satuan pendidikan. Selain itu,
BSNP juga menyiapkan silabus untuk berbagai mata pelajaran sehingga guru
bisa menjabarkan, menganalisis, dan menyesuaikan kurikulum dan silabus
tersebut dengan situasi dan kondisi sekolah (Mulyasa, 2007). BSNP telah
menetapkan langkah-langkah dalam pengembangan silabus. Langkah pertama,
yaitu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar matapelajaran
sebagaimana tercantum pada standar isi dengan memerhatikan hal-hal
berikut:(1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atautingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutanyang ada di standar isi;
(2) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasardalam mata
pelajaran;(3) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi
dasarantarmata pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Langkah kedua adalah mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang
menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: (1)
potensi peserta didik; (2) relevansi dengan karakteristik daerah; (3) tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual peserta didik; (4)
kebermanfaatan bagi peserta didik; (5) struktur keilmuan; (6) aktualitas,
kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, (7) relevansi dengan kebutuhan
peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan (8) alokasi waktu.
Ketiga, yaitu mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Ha-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran antara lain: (1) kegiatan pembelajaran disusun untuk
memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, (2) kegiatan
pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar, (3) penentuan urutan
kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep pembelajaran, (4)
rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu
kegiatan siswa dan materi.
Langkah keempat adalah merumuskan indikator pencapaian kompetensi.
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam mata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan
sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Langkah kelima, yaitu penentuan jenis penilaian. Penilaian pencapaian
dasar peserta didik dilakukan berdasar indikator. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara
lain: (1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi; (2)
penilaian menggunakan acuaan kriteria; (3) sistem yang direncanakan adalah
sistem penilaian yang berkelanjutan; (4) hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut; dan (5) sistem penilaian harus disesuaikan dengan
pengalaman belajar yang ditempuhdalam proses pembelajran.
Langkah keenam, yaitu menentukan alokasi waktu. Penentuan alokasi
waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan
alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat
kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik. Langkah ketujuh adalah menentukan sumber
belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber
belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.
Selain silabus, dalam perencanaan pembelajaran juga memerlukan
pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran merupakan
suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang satu sama lain saling
berkaitan. Dengan demikian, merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah
merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan. RPP adalah program
perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk
setiap proses pembelajaran (Sanjaya, 2009). RPP merupakan upaya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Penyusunannya harus sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan agar
RPP pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan.
Berikut langkah-langkah penyusunan RPP sesuai dengan panduan
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006.
Langkah pertama adalah mencantumkan identitas yang meliputi nama sekolah,
mata pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan alokasi waktu. Kedua, yaitu mencantumkan tujuan pembelajaran yang
ditumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh
siswa (Sanjaya, 2009). Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang
operasional yang ditargetkan dalam RPP.
Ketiga, yaitu mencantumkan materi pembelajaran. Materi pembelajaran
adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi
pembelajaran harus digali dari berbagai sumber sesuai dengan kompetensi yang
harus dicapai. Dalam KTSP materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa bisa
berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Hal ini dikarenakan
setiap daerah tidak memiliki karakteristik yang sama. Materi pembelajaran
dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada pada silabus.
Keempat, mencantumkan strategi dan metode pembelajaran. Strategi adalah
rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan
metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi.
Strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah strategi dan
metode yang dapat mendrong siswa untuk beraktivitas sesuai dengan gaya
belajarnya.
Langkah kelima adalah mencantumkan langkah-langkah pembelajaran.
Untuk mencapai kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan
setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan pembelajaran
memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Keenam, mencantumkan sumber belajar. Sumber belajar adalah segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi
pelajaran. Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam
silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dan harus sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan karakteristik daerah. Sumber belajar mencakup
sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan.
Langkah terakhir dalam penyusunan RPPadalah mencantumkan
penilaian. Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat
dituangkan dalam bentuk matrik horisontal dan vertikal. Penilaian menggunakan
teknik tes dapat berupa tes tertulis atau uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah
yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
d. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi
Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi didasarkan atas RPP
yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hakikat RPP, yaitu suatu
perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan
baik oleh guru maupun peserta didik, terutama kaitannya dengan pembentukan
kompetensi (Mulyasa, 2007). Dengan demikian, pada saat guru membuat RPP,
guru harus sudah memiliki gambaran mengenai pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Silabus dan RPP dibuat sendiri oleh guru. Hal ini relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Susilaningsih (2011). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa silabus dan RPP dibuat sendiri oleh guru sesuai dengan
prosedur pembelajaran, pemilihan sumber belajar, media, dan metode yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Kelengkapan dan keberhasilan prosedur
pembelajaran, sumber belajar, media, dan metode akan berdampak pada
keberhasilan pembelajaran.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan proses
pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009) faktor yang memengaruhi kegiatan
proses sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat
dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Faktor guru sangat memengaruhi kegiatan proses pembelajaran karena
guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu
strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu
strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan. Setiap guru
memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan pandangan yang
berbeda dalam mengajar. Masing-masing perbedaan tersebut dapat
memengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implimentasi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru memegang peran yang sangat penting. Guru
bukan hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,
melainkan juga sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karenanya, keberhasilan
suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan
guru. Ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses
pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu tempat asal kelahiran guru, suku,
latar budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dari mana guru itu berasal,
misalkan apakah guru itu berasal dari keluarga yang tergolong mampu atau
tidak; apakah guru itu berasal dari keluarga harmonis atau bukan.
Aspek lain yang melingkupi faktor guru adalah pengalaman-pengalaman
yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru
(pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan
lain sebagianya). Selain itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang
dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap
siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran juga menjadi bagian dari aspek yang dapat
memengaruhi proses pembelajaran.
Relevan dengan pendapat di atas, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Arnon dan Reichel (2007) menyebutkan bahwa seorang guru yang baik memiliki
rasa empati dan perhatian kepada siswanya, mencintai dan mendengarkan setiap
keluhan dari siswa, bersikap fleksibel, tidak membeda-bedakan siswa, bersikap
seperti halnya orang tua siswa, memiliki kepekaan terhadap siswa, serta bersikap
terbuka dan mudah memaafkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Faktor lain yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor
siswa. Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing
anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi
proses pembelajaran ditinjau dari aspek siswa adalah faktor latar belakang serta
faktor sifat yang dimiliki siswa. Faktor latar belakang siswa meliputi jenis
kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial
ekonomi siswa, dan dari keluarga yang bagaimana siswa berasal. Faktor sifat
yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Siswa
yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi belajar
yang tinggi serta perhatian dan keseriusan dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sedangkan siswa yang tergolong pada kemampuan rendah
ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam
mengikuti proses pembelajaran, serta kurang maksimal dalam menyelesaikan
tugas.
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila terdapat sarana
dan prasana yang memadai. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung
secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengakapan sekolah, dan lain sebagainya.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah,
penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebaginya. Kelengakapan sarana dan
prasarana dapat menumbuhkan motivasi guru mengajar. Dengan sarana dan
prasarana yang lengkap, sangat memungkinkan bagi guru untuk memiliki
berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugasnya. Sarana
dan prasarana yang lengkap juga dapat memberikan pilihan pada siswa untuk
belajar sehingga memudahkan siswa untuk menentukan pilihan untuk belajar
dengan cara yang dirasa paling mudah dipahami.
Lingkungan dapat menjadi faktor yang memengaruhi pembelajaran.
Relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmin (2007), disebutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bahwa lingkungan dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Dilihat dari
dimensi lingkungan, ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor sosial-psikologis.
Faktor oraganisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang memengaruhi proses pembelajara.
Organisasi kelas yang terlalu besar kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kelompok yang terlalu besar dalam satu kelas akan
mengakibatkan beberapa keadaan, yaitu (1) membuat waktu yang tersedia untuk
pembelajaran semakin sempit karena sumber daya kelompok bertambah luas
sesuai dengan jumlah siswa, (2) kelompok belajar akan kurang mampu
memafaatkan dan menggunakan sumber daya yang ada sehingga sumbangan
pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa, (3) kepuasan belajar setiap siswa
akan menurun, hal ini dikarenakan pelayanan serta perhatian guru terbatas dan
terpecah, (4) perbedaan individu antara anggota kelompok semakin tampak
sehingga semakin sukar mencapai kesepakatan, (5) semakin banyak siswa yang
terpaksa menunggu untuk sama-sama maju ke materi pembelajaran yang baru,
dan (6) semakin banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap
kegiatan kelompok.
Penelitian yang dilakukan oleh Isnaniah (2009) menghasilkan temuan
yaitu jumlah siswa yang terlalu banyak untuk satu kelas juga membuat
pengondisian menjadi sulit. Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat
memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis yang
merupakan keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Iklim sosial ini dapata terjadi secara internal maupun eksternal.
Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang
terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial anatara siswa dengan
siswa; antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru atau antara guru
dengan pimpinan sekolah. Sedangkan iklim sosial-psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya
hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-
lembaga masyarakat, dan lain sebaginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi
Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru dan
siswa dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Menurut
Suwandi (2011) penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses
dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria
yang telah ditetapkan. Senada dengan hal tersebur, Nurgiyantoro (2011)
mengemukakan penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian
tujuan. Pengertian tersebut sesuai dengan apa yang dikemukaan oleh
Nurgiyantoro (mengutip pendapat Tuckman, 1975) yang mengartikan penilaian
sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses
kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang
telah ditentukan (2001: 5).
Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas pembelajaran.
Baxter (1997) mengungkapkan sejumlah alasan mengenai pentingnya penilaian
dalm pembelajaran. Pertama, untuk membandingkan siswa satu dengan siswa
lainnya. Kedua, untuk mengetahui apakah para siswa memenuhi standar tertentu.
Ketiga, untuk membantu kegiatan pembelajaran siswa. Keempat, untuk
mengetahui atau mengontrol apakah program pembelajaran berjalan
sebagaimana mestinya (Suwandi, 2001: 11).
KTSP merupakan penjabaran dari standar isi dan standar kompetensi
lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata
pelajaran. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan
setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian
hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Menurut
Suwandi (2011) teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan
karakteristik indikator, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Satu indikator
dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain
kognitif, afektif, dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan
diimplementasikan di kelas. Dalam penilaian terdapat beberapa komponen
pokok yang harus diperhatikan, meliputi: pengumpulan informasi, interpretasi
terhadap informasi yang telah dikumpulkan, dan pengambilan keputusan
(Suwandi, 2011). Penilaian yang dilakukan perlu memberikan perhatian yang
cukup terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor) secara seimbang. Keluaran belajar menurut Bloom (1976) meliputi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah afektif.
Ranah kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan dan kemampuan
intelektual seseorang. Tujuan dari penilaian ranah kognitif adalah untuk
melibatkan siswa ke dalam proses berpikir, seperti mengingat, memahami,
menganalisis, menghubungkan, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif
mencakup enam bagian yang disusun dari tingkatan yang sederhana ke yang
lebih kompleks. Keenam tingkatan yang dimaksud adalah ingatan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penilaian aspek kognitif dilakukan
setelah siswa mempelajari suatu kompetensi dasar yang harus dicapai pada tiap
semester dan pada jenjang satuan pendidikan tertentu (Suwandi, 2011).
Penguasaan ranah kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan di kelas atau
berupa tes tulis. Menurut Suwandi (2011) tes lisan dapat berupa pertanyaan lisan
yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa yang berkaitan dengan
kognitif. Tes tertulis benruknya dapat berupa isian singkat, menjodohkan,
pilihan ganda, pilihan berganda, uraian objektif, uraian non-objektif, hubungan
sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau kombinasinya. Ranah kognitif
juga dapat diukur dengan menggunakan portofolio, yaitu suatu metode
pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan
dengan mata pelajaran terkait. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat
melakukan penilaian sendiri, kemudian hasilnya dibahas. Karya yang dinilai
meliputi: hasil ujian, tugas mengarang, atau mengerjakan soal.
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan minat seseorang. Penilaian
terhadap aspek afektif merupakan penilaian yang dilakukan selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar
kelas (Suwandi, 2011). Penyataan Nurgiyantoro (mengutip pendapat Bloom,
1976) yang termasuk dalam ranah afektif adalah perasaan, feeling, nada, emosi,
dan variasi tingkatan penerima dan penolakan terhadap sesuatu (2001: 24).
Keluaran belajar afektif adalah hal-hal yang menyangkut perubahan sikap atau
pandangan. Komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat
terhadap suatu pembelajaran.
Ranah psikomotor berkaitan dengan keluaran belajar yang menyangkut
gerakan-gerakan otot psikomotor. Penilaian terhadap aspek psikomotor
dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Suwandi, 2011). Sebagai
petunjuk bahwa telah memeroleh keterampilan psikomotor, siswa dapat
melakukan keterampilan-keterampilan tertentu yang disarankan oleh tujuan.
Dalam pembelajaran, penilaian ranah psikomotor dilakukan melalui ujian
praktik. Misalnya, siswa dapat melakukan aktifitas tulis-menulis.
Menulis merupakan kegiatan yang memiliki nilai luar biasa dalam
kehidupan. Menulis memiliki banyak makna dan manfaat. Ide dan pemikiran
seseorang akan lebih awet, menyebar luas, dan dapat dipelajari lagi jika
dituangkan ke dalam bentuk tulisan (Lasa, 2005). Kegiatan menulis menekankan
pada unsur bahasa dan gagasan. Kedua unsur tersebut terdapat dalam tugas-tugas
menulis. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur
kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan sebaiknya mempertimbangkan
ketepatan bahasa dalam kaitannya konteks dan isi. Dengan kata lain, penilaian
ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasikan dan mengemukakan
gagasn dalam bentuk bahasa secara tepat.
Nurgiyantoro (mengutip pendapat Machmoed, 1983) menyatakan bahwa
penilaian yang bersifat holistik memang perlu dilakukan. Akan tetapi, agar guru
dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih
terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnistik-edukatif, penilaian
hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Perincian
ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu tersebut antara
karanganyang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sendiri. Walaupun pengkatagorian itu dapat bervariasi, kategori-kategori yang
pokok hendaknya meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan
penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda
baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap
karya tulis (2001, 305).
Guru sebagai pelaksana pengajaran perlu memiliki kemampuan yang
memadai tentang hal-hal yang berkaitan dengan penilaian, seperti kemampuan
menyusun dan menguji tes, menganalisis tes, dan mengolah atau menafsirkan
hasil tes. Ketepatan dan kecermatan guru dalam melakukan penilaian akan
berdampak pada peningkatan pembelajaran. Dalam menulis, siswa selalu diberi
kebebasan untuk mengemukakan gagasannya. Penilaian hasil karangan harus
menggunakan teknik yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar
subjektivitas dirinya karena unsur subjektivitas penilai sangat berpengaruh
terhadap nilai siswa. Lebih lanjut Hartfield (1985) mengemukakan model
penilaian yang lebih rinci, teliti, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan dalam
memberikan skor (Nurgiyantoro, 2001: 307). Model penilaian itu
mempergunakan model skala interval untuk setiap tingkat tertentu pada setiap
aspek yang dinilai, seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
Aspek Skor Kriteria
I
S
I
27-30
22-26
17-21
13-16
padat informasi * subtansif *
pengembangan tesis tuntas * relevan dengan permasalahan dan
tuntas
: informasi cukup * substansi cukup *
pengembangan tesis terbatas * relevan dengan masalah tetapi tak
lengkap
: informasi terbatas * substansi kurang *
pengembangan tesis tak cukup * permasalahan tak cukup
: tak berisi * tak ada substansi * tak ada
pengembanagn tesis * tak ada permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
O
R
G
A
N
I
S
A
S
I
18-20
14-17
10-13
ekspresi lancar * gagasan
diungkapkan dengan jelas * padat * tertata dengan baik * urutan
logis * kohesif
: kurang lancar * krang terorganisir tetapi ide
utama terlihat * bahan pendukung terbatas * urutan logis tetapi
tak lengkap
: tak lancar * gagasan kacau * terpotong-
potong * urutan dan pengembangan tak logis
SANGAT KURANG: tak komunikatif * tak terorganisir * tak
layak nilai
K
O
S
A
K
A
T
A
18-20
14-17
10-13
: pemanfaatan potensi kata
canggih * pilihan kata dan ungkapan tepat * menguasai
pembentukan kata
: pemanfaatan potensi kata agak canggih *
pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak
mengganggu
: pemanfaatan potensi kata terbatas *
sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak
makna
SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan *
pengetahuan tentang kosakata rendah * tak layak nilai
P
E
N
G
B
A
H
A
22-25
18-21
11-17
5-10
: konstruksi kompleks tetapi
efektif * hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk
kebahasaan
: konstruksi sederhana tetapi efektif *
kesalahan kecil pada konstruksi kompleks * terjadi sejumlah
kesalahan tetapi makna tak kabur
: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi
kalimat * makna membingungkan atau kabur
SANGAT KURANG: tak menguasai aturan sintaksis * terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
S
A
banyak kesalahan * tak komunikatif * tak layak nilai
M
E
K
A
N
I
K
5
4
3
2
: menguasai aturan penulisan *
hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan
CUKUP BAIK: kadang-kadangterjadi kesalahan ejaan tetapi tak
mengaburkan makna
: sering terjadi kesalahan ejaan * makna
membingungkan atau kabur
SANGAT KURANG: tak menguasai aturan penulisan *
terdapat banyak kesalahan ejaan * tulisan tak terbaca * tak layak
nilai
(Diadopsi dari Nurgiyanto, 2001: 307-308)
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pendahuluan dan kajian teori tentang pembelajaran menulis
argumentasi dapat disusun kerangka berpikir bahwa pembelajaran menulis
argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional meliputi perencanaan
pembelajaran yang dibuat oleh guru (RPP dan silabus), pelaksanaan pembelajaran,
kendala yang timbul saat pembelajaran, dan upaya untuk mengatasi kendala yang
timbul. Strategi pembelajaran menjadi syarat untuk mendapatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran menulis argumentasi. Strategi pembelajaran menulis
argumentasi di SMA tentunya ditopang dengan pemahaman guru tentang
kurikulum yang diterapkan. Terlebih dalam pembelajaran menulis argumentasi,
guru dituntut pula memiliki penguasaan teori menulis argumentasi, penguasaan
pembelajaran menulis argumentasi, penguasaan metode pembelajaran, dan
penguasaan tentang penilaian atau evaluasi dalam menulis argumentasi.
Penguasaan tiap-tiap unsur tersebut sangat menentukan kualitas proses dan hasil
pelaksanaan pembelajaran berbicara yang dilakukan. Secara singkat alur pemikiran
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan. Masing-masing sekolah tersebut adalah sekolah berstandar nasional
yang terletak di kawasan kecamatan yang merupakan kecamatan kota dan
kecamatan yang bukan kecamatan kota. Daftar alamat SMA negeri berstandar
nasional di kabupaten Karanganyar yang diteliti sebagai berikut.
1. SMA N 2 Karanganyar
Jl. Ronggowarsito, Bejen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar
57716 telp. (0271) 6499453
2. SMA N Karangpandan
Jl. Bloro Karangpandan, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
57791 telp. (0271) 662880
Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X
SMA Negeri Berstandar Nasional
Perencanaan Pelaksanaan Kendala Upaya
RPP
Silabus
Siswa
Fasilitas
Materi
Waktu
Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X karena pembelajaran menulis
argumentasi terdapat pada materi yang disampaikan di kelas X. Waktu Penelitian
ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Desember 2011-April 2012 sesuai
dengan tebel kegiatan di bawah ini.
Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Waktu
Jenis
Penelitian
Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan proposal X X
2. Pengajuan proposal X X
3. Revisi proposal dan
persiapan instrumen
X X X X
4. Pengumpulan data X X X X X X
5. Analisis data X X X X X X X
6. Penyusunan laporan X X X X X X X X
B. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan yang ada berdasarkan
konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka. Lebih lanjut Sutopo (2006)
menjelaskan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang
memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang
lebih nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi. Penelitian menekankan
catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, dan mendalam. Hal tersebut
bertujuan guna mendukung penyajian data. Penelitian ini bertujuan memberikan
gambaran secara detail tentang proses pembelajaran keterampilan menulis
argumentasi di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh
(Arikunto, 2006). Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan tingkah lakunya, peristiwa dan tempat atau lokasi, benda, serta dokumen
atau arsip (Sutopo, 2006). Sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa,
informan, dan dokumen.
Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa
yang berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang
terfokuskan pada pola interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang
lainya untuk menspesifikasikan penelitian dan memudahkan dalam pengambilan
data, karena peristiwa mudah diamati. Peristiwa pembelajaran menulis argumentasi
yang terjadi di kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan merupakan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.
Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
serta beberapa siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan. Sedangkan dokumen yang digunakan sebagai sember data dalam
penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), karangan
siswa (menulis argumentasi), dan hasil tes menulis argumentasi.
D. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik pengambilan sampel semacam ini dilakukan untuk
memusatkan penelitian. Purposive sampling dipandang lebih mampu menangkap
kelengkapan dan kedalaman data dalam menghadapi realitas (Sutopo, 2006).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu kelas dari masing-masing
sekolah, yaitu siswa dan guru kelas X di SMA Negeri 2 Karanganyar SMA Negeri
Karangpandan. Kelas inilah yang diamati tentang proses pembelajaran
pembelajaran keterampilan menulis argumentasi. Kelas yang dipilih adalah kelas
yang mewakili karakteristik siswa kelas X seluruhnya di masing-masing sekolah.
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menjadi informan untuk sampel
penelitian adalah Sanusi, S. Pd., Lusia Indah Wulandari, S. Pd., Rohmani S. Pd.,
dan Sri Muryati, S. Pd. Sedangkan siswa yang menjadi sampel informan adalah
Meylana Yunita Ariyady, Fuad Dwi Atmaja, Inggil Muktihasmari, Abdullah
Mustofa, dan Rachmasari Melati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
E. Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan sumber data yang
dimanfaatkan, maka dalam penelitian ini digunakakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen.
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan secara tidak formal terstruktur, hal ini
bertujuan untuk menggali pandangan mengenai subjek yang diteliti.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru Bahasa Indonesia dan
siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa
peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman
gambar (Sutopo, 2006).
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap
pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi di SMA Negeri 2 Karanganyar
dan SMA Negeri Karangpandan. Peneliti berperan sebagai partisipan pasif,
dimana kehadiran peneliti diketahui tetapi tidak memengaruhi pembelajaran.
Observasi dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran keterampilan menulis
argumentasi berlangsung.
3. Analisis dokumen
Dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajarn (RPP), karangan siswa (menulis argumentasi), dan
nilai siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis argumentasi.
F. Uji Validitas Data
Validitas data adalah jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir
makna penelitian untuk mendapatkan data secara valid, maka dalam penelitian ini
untuk memvaliditaskan data peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong,
1991).
Teknik uji validitas data yabg digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Triangulasi Data
Triangulasi data merupakan teknik uji validitas data yang
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang
sejenis (Sutopo, 2006). Peneliti menggunakan beberapa sumber untuk
mendapatkan data. Untuk mendapatkan sumber data tersebut, digunakan
beberapa sumber, yaitu dokumen, peristiwa, dan informan.
2. Triangulasi Metode
Peneliti menggunakan metode yang berbeda untuk mendapatkan data
yang sama. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa
analisis dokumen, observasi, dan wawancara.
3. Review Informan
Laporan penelitian di-review oleh informan. Hal tersebut berfungsi
untuk mengecek kembali kebenaran data yang diperoleh dari informan. Review
juga bertujuan untuk mengetahui apakah data-data yang ditulis telah sesuai dan
disetujui oleh informan.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif (interactive model of analysis). Analisis model interaktif ini
merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu: pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data (display data), dan penarikan simpulan (verifikasi). Pada saaat
melakukan tahap pengumpulan data sekaligus sesuai dengan kemunculan data yang
diperlukan. Adapun langkah-langkah analisis interaktif adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara
analisis dokumen, observasi, dan wawancara. peneliti mengumpulkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis argumentasi di kelas X
SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Miles & Huberman, 1992).
Teknik ini mengambil langkah yang berupa pencatatan data yang diperoleh dari
hasil observasi. Dalam pencatatan tersebut dilakukan seleksi, pemfokusan dan
penyederhanaan data. Hal tersebut bertujuan untuk lebih memudahkan dalam
mengambil data-data yang dianggap penting, yakni tentang pembelajaran
menulis argumentasi di kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan. Proses reduksi terus berlangsung sampai laporan akhir
penelitian selesai ditulis.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang memungkinkan peneliti untuk
dapat menarik kesimpulan (Sutopo, 2006). Melalui sajian data, data yang telah
terkumpul dikelompokkan dalam bagian dengan jenis permasalahannya supaya
mudah dilihat dan dimengerti sehingga mudah untuk dianalisis. Penyajian data
penelitian yang diperoleh melalui analisis dokumen ataupun pada saat proses
pembelajaran berlangsung di kelas maupun diperoleh melalui wawancara
dengan informan.
Penyajian data mengenai pembelajaran menulis argumentasi adalah
sebagai berikut.
a. Persepsi guru kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan mengenai pembelajaran menulis argumentasi.
b. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan guru pada
siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis argumentasi pada siswa
kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
d. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran
menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan
SMA Negeri Karangpandan.
4. Penarikan Simpulan
Berdasar dari hasil analisis terhadap proses pembelajaran dan pada saat
diwawancarai, kemudian ditarik simpulan. Simpulan-simpulan tersebut
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada penelitian ini data yang
diverifikasi meliputi: perencanaan pembelajaran keterampilan menulis
argumentasi, pelaksanaan pembelajaran, kendala yang timbul dalam
pembelajaran menulis argumentasi, serta upaya guru bahasa Indonesia.
Visualisasi proses analisis tersebut sebagai berikut.
Gambar 3.2. Model Analisis Interaktif
(Miles & Huberman, 1994:20)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan serangkaian tahap yang dilakukan selama
penelitian. Tahap-tahap itu adalah sebagai berikut.
a. Prapenelitian
Pengumpulan
Data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Reduksi Data
Penyajian
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pada tahap ini, peneliti merumuskan masalah yang hendak dipecahkan
dalam penelitian secara jelas.
b. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, penelitian dilaksanakan dengan cara pengambilan data,
analisis data, dan kesimpulan hasil analisis.
c. Penyusunan Laporan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti berkonsultasi dengan pembimbing, revisi laporan,
hingga menggandakan laporan penelitian sesuai yang diperlukan.
Prosedur penelitian dari awal hingga akhi dapat digambarkan sebagai
berikut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA
Negeri Karangpandan. Kedua Sekolah Menengah Atas (SMA) berstandar nasional
ini terletak di kabupaten Karanganyar. SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA
Negeri Karangpandan merupakan sekolah yang terletak cukup strategis, tidak jauh
dari jalan utama sehingga mudah dijangkau.
Lokasi penelitian yang pertama yaitu SMA Negeri 2 Karanganyar. SMA
yang beralamat di Jalan Ronggowarsito, Bejen, Karanganyar ini terletak sejauh
lebih kurang 3 km dari pusat kota Karanganyar. Letak SMA tersebut berdampingan
dengan sebuah yayasan pendidikan yaitu Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Selain
itu, letaknya juga berdekatan dengan perumahan penduduk dan area persawahan.
Prapenelitian Pelaksanaan Penyusunan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Letak yang jauh dari keramaian kota membuat situasi pembelajaran di SMA
tersebut cukup kondusif.
SMA Negeri 2 Karanganyar yang terakreditasi A ini memiliki status
sekolah negeri dan diklasifikasikan sekolah mandiri, pada tahun 2000 hingga
sekarang sudah berstandar nasional (SSN). Selain kelas reguler, di SMA ini juga
terdapat program kelas khusus yaitu kelas imersi. Subjek penelitian yang digunakan
adalah kelas X-2 yang berjumlah 36 siswa. Mayoritas siswa berasal dari wilayah
kabupaten Karanganyar baik dari Karanganyar kota maupun dari kecamatan lain.
Lokasi penelitian yang kedua yaitu SMA Negeri Karangpandan. SMA
tersebut beralamat di Jalan Bloro, Karangpandan, Karanganyar dan sudah
terakreditasi A. Sekolah yang terletak lebih kurang 15 km dari pusat kota
Karanganyar itu berdekatan dengan perkampungan penduduk yaitu Dusun Bloro
dan bersebelahan dengan area persawahan. Walaupun jauh dari keramaian kota,
sekolah ini mudah dijangkau karena letaknya dekat dengan jalan raya.
SMA Negeri Karangpandan memiliki program kelas reguler dan imersi.
Subjek penelitian yang digunakan kelas X reguler. Adapun kelas yang dipilih
sebagai subjek penelitian adalah kelas dengan tingkat kooperatif baik yaitu kelas X-
2 yang berjumlah 36 siswa. Siswa yang belajar di sekolah ini mayoritas masih
berasal dari kabupaten Karanganyar baik wilayah Karanganyar kota maupun
sekitarnya.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Menulis
Argumentasi
Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dipengaruhi oleh pemahaman yang
ada pada seseorang terhadap kegiatan itu. Tidak terkecuali dalam proses
pembelajaran. Pemahaman yang baik dari seorang guru menjadi modal utama
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selanjutnya
dilaksanakan secara nyata dalam proses pembelajaran. Demikian halnya
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dengan pemahaman guru terhadap pembelajaran keterampilan menulis
argumentasi yang sangat memengaruhi berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran. Semakin baik pemahaman yang dimiliki oleh guru terhadap
pembelajaran keterampilan menulis argumentasi maka akan semakin baik pula
hasil pembelajaran yang dilakukan guru, begitu juga sebaliknya.
Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang mengajar di kelas X SMA negeri di kabupaten Karanganyar mengenai
pemahaman terhadap pembelajaran keterampilan menulis argumentasi
ditemukan dua macam persepsi, yaitu guru beranggapan bahwa teori perlu
disampaikan secara rinci sebelum praktik menulis dilaksanakan dan sebagian
lagi menyatakan praktik menulis lebih diutamakan daripada menyampaikan
teori.
a. Guru Beranggapan Teori Perlu Disampaikan secara Rinci sebelum
Praktik Menulis Dilaksanakan
Sebagian guru berpendapat bahwa keterampilan menulis
argumentasi merupakan pembelajaran yang sulit bagi siswa jika
dibandingkan dengan keterampilan menulis yang lain. Keterampilan
menulis argumentasi merupakan pembelajaran yang sulit karena siswa
dituntut untuk dapat berargumen. Ada kalanya siswa terjebak dalam
menentukan jenis tulisannya termasuk ke dalam kategori tulisan apa.
Setelah ditulis, barulah mereka sadar bahwa yang ditulisnya bukan tulisan
argumentasi melainkan jenis tulisan yang lain.
Guru perlu menyampaikan teori tentang tulisan argumentasi secara
lebih rinci sebelum melakukan praktik menulis argumentasi. Teori
disampaikan secara rinci kepada siswa karena dianggap lebih penting agar
mereka terlebih dahulu memahami teori tentang tulisan argumentasi. Guru
menganggap siswa akan mengalami kesulitan saat praktik menulis paragraf
argumentasi jika siswa terlebih dahulu tidak paham mengenai tulisan
argumentasi. Guru menjelaskan secara rinci tentang pengertian tulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
argumentasi, perbedaan dengan jenis tulisan yang lain, unsur-unsur yang
terdapat dalam tulisan argumentasi, ciri-ciri tulisan argumentasi, dan
ketentuan penulisan sebagai teknik menulis.
Penyampaian teori secara rinci ini diharapkan dapat membantu siswa
dalam memahami tulisan argumentasi. Jika siswa sudah memahami teori
yang disampaikan guru, baru kemudian siswa diminta untuk menulis
paragraf argumentasi dengan tema yang telah ditentukan. Guru menjadi
pusat pembelajaran karena guru memakai metode ceramah saat
menjelaskan. Siswa menjadi kurang antusias dan terkadang bosan saat
mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran tidak langsung dimulai dengan penyampaian materi.
Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajak siswa untuk
berdebat maupun diskusi mengenai kejadian yang sedang hangat
diperbincangkan. Dari kegiatan tersebut kemudian akan muncul pendapat
yang beragam. Setelah kegiatan itu berakhir barulah guru menjelaskan
bahwa yang mereka sampaikan adalah argumen atau pendapat.
Waktu yang dimiliki siswa untuk berlatih menulis di kelas seimbang
dengan penyampaian materi. Materi yang disampaikan pada awal
pembelajaran dirasa kurang setelah mengetahui hasil praktik menulis siswa
belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, guru kembali
menjelaskan materi. Penjelasan materi secara berulang ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada siswa. Jika waktu
pembelajaran di sekolah dirasa kurang cukup memberikan kesempatan
siswa untuk berlatih, guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk
menyempurnakan tulisan argumentasinya.
b. Guru Beranggapan Praktik Menulis lebih Penting daripada
Menyampaikan Teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sebagian guru menyatakan bahwa dalam pembelajaran menulis
argumentasi tidak perlu terlalu banyak teori. Guru lebih banyak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis paragraf
argumentasi. Teori tentang argumentasi disampaikan seperlunya,
selebihnya siswa akan dapat memahami sendiri mengenai paragraf
argumentasi dari praktik menulis. Guru memandu siswa untuk diskusi dan
tanya jawab dengan harapan siswa dapat belajar secara mandiri. Guru dapat
membantu siswa pada saat kegiatan diskusi, apabila ada kesulitan dari
siswa guru akan membantu memecahkannya.
Dalam pembelajaran menulis pargraf argumentasi guru mengikuti
aturan yang ada, yaitu 70% untuk praktik dan 30% untuk teori atau materi.
Kualitas menulis siswa akan lebih bagus apabila lebih banyak berlatih yang
bisa dimulai saat apersepsi. Materi disampaikan setelah siswa berpendapat
mengenai topik yang disajikan. Apersepsi yang dilakukan oleh guru adalah
memberikan stimulus kepada siswa dengan pertanyaan mengenai kejadian
yang sedang hangat diperbincangkan. Dari kegiatan itu siswa diharapkan
dapat mengemukakan pendapatnya secar lisan walaupun masih berupa
kalimat sederhana. Setelah apersepsi dilaksanakan guru kemudian
menyampaikan materi dengan ceramah. Pada dasarnya, ceramah dalam
pembelajaran harus dilakukan. Guru beranggapan bahwa ceramah
merupakan salah satu cara yang baik untuk menyampaikan materi.
Guru harus berupaya mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran. Selain dengan apersepsi di atas, kegiatan pembelajaran pun
juga lebih banyak dilakukan dengan praktik. Setelah guru menyampaikan
materi guru meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi. Guru
memberikan satu tema pada setiap kelompok. Tema tersebut kemudian
didiskusikan untuk dikembangkan menjadi sebuah paragraf argumentasi.
Guru juga meminta siswa untuk membuat paragraf argumentasi dengan
melihat contoh di surat kabar atau majalah. Hal itu dimaksudkan agar siswa
dapat menemukan contoh paragraf argumentasi dari sumber lain selain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ada di buku pegangan siswa dan contoh yang diberikan guru. Cara seperti
yang dilakukan oleh guru tersebut mandorong siswa untuk aktif berlatih
membuat paragraf argumentasi sehingga dengan sendirinya siswa akan
memahami konsep-konsep tentang tulisan argumentasi.
Guru menyadari bahwa hasil yang diharapkan dari pembelajaran
menulis paragraf argumentasi adalah siswa dapat menulis argumentasi.
Pemahaman yang baik dari siswa mengenai paragraf argumentasi dianggap
percuma jika tidak direalisasikan ke dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu,
siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk berlatih membuat paragraf
argumentasi.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA
Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru membuat silabus dan RPP
terlebih dahulu. Pelaksanaan pembelajaran akan berjalan baik apabila
perencanaan dan persiapan yang dilakukan juga baik. Perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah membuat RPP sesuai dengan
silabus dari garis-garis besar program pengajaran (GBPP). Hal-hal yang
dicantumkan dalam RPP antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi
dasar; (3) langkah-langkah pembelajaran; (4) metode pembelajaran; (5) media
pembelajaran; (6) materi pembelajaran; dan (7) evaluasi pembelajaran.
Penyusunan RPP yang dibuat satu tahun sekali pada awal semester atau
tahun ajaran baru ini terlebih dahulu dirundingkan di forum musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia kabupaten Karanganyar. Di forum
ini guru dapat mengemukakan kesulitan-kesulitannya dalam penyusunan RPP.
Kesulitan-kesulitan itu kemudian dirundingkan bersama untuk menemukan
pemecahannya. Selain itu, forum MGMP dapat dijadikan sarana bagi guru
untuk bertukar pendapat mengenai inovasi-inovasi dalam pembelajaran.
Walaupun dibahas di forum MGMP, penyusunan RPP tidak sama antara
sekolah yang satu dengan yang lain karena RPP disesuaikan dengan visi dan
misi masing-masing sekolah. Guru dapat mengembangkan RPP dengan inovasi
dan strateginya sendiri. Selain itu, skenario pembelajaran yang dibuat guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
disesuaikan dengan keadaan siswa dan sekolah agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal. Hal ini sesuai dengan konsep kurikulum yang
berlaku saat ini yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP yang
dijalankan di sekolah untuk memberikan otonomi pembelajaran yang
dilakukan.
Persiapan pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru saja melainkan
juga oleh siswa. Guru menugasi siswa untuk belajar terlebih dahulu dan
mempersiapkan materi. Pada pembelajaran sebelumnya guru meminta siswa
untuk mencari bahan belajar berkaitan dengan tulisan argumentasi dari
berbagai sumber. Hal ini dimaksudkan agar siswa sudah siap sebelumnya dari
rumah. Namun, pada kenyataannya beberapa siswa belum melaksanakan
tugasnya dengan baik.
Kunci dari sebuah pembelajaran adalah materi. Tidak ada pembelajaran
jika tidak ada materi yang disampaikan dan dipelajari. Materi sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi adalah lembar kerja
siswa (LKS), buku sekolah elektronik (BSE), dan buku penunjang lainnya.
LKS menjadi pegangan wajib bagi siswa, sedangkan BSE dan buku penunjang
lain digunakan oleh guru.
Penggunaan bahan ajar berupa LKS dirasa masih belum mencukupi.
Meskipun demikian, guru tidak menjadikan LKS sebagai satu-satunya referensi
materi pembelajaran menulis argumentasi. Guru juga menggunakan BSE, buku
penunjang yang lain, dan sumber dari internet. Untuk siswa, mereka dapat
memperoleh sumber materi lain dengan meminjam BSE dan buku teks lain di
perpustakaan. Selain itu, guru juga menugasi siswa untuk secara mandiri
mencari materi menulis argumentasi dari internet. Guru membebaskan siswa
untuk mengakses informasi dari mana saja untuk menambah pengetahuan siswa
berkaitan dengan tulisan argumentasi.
Berhasil atau tidaknya pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar
siswa. Penilaian sebagai evaluasi yang dilakukan oleh guru ditekankan pada
aspek kebahasaan. Tulisan siswa dievaluasi berdasarkan ketepatan tema dengan
isi, pilihan kata, koherensi, dan penggunaan EYD. Keaktifan siswa juga masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dalam penilaian, ada nilai tersendiri bagi siswa yang aktif. Nilai tambah
diharapkan memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran. Selain berupa nilai, guru juga memberikan motivasi kepada
siswa dengan pernyataan bagus atau kurang bagus terhadap kinerja mereka.
Siswa yang kinerjanya dinyatakan bagus akan berlatih lebih giat lagi agar
tulisannya semakin bagus. Bagi siswa yang kinerjanya dinyatakan kurang
bagus akan berusaha untuk dapat membuat tulisan yang bagus.
Hasil tulisan siswa melalui ulangan khusus menulis argumentasi
merupakan cara untuk melakukan penilaian. Harapan akhir dari sebuah
pembelajaran adalah siswa dapat memahami materi yang telah dipelajari. Hal
itu ditunjukkan dengan tercapainya nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Namun, apabila ternyata masih ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM,
tindakan yang dilakukan oleh guru adalah melakukan remidi. Kegiatan remidi
dilaksanakan secara bersama-sama dalam waktu tertentu apabila jumlah siswa
yang remidi lebih dari 50%. Apabila jumlah siswa yang remidi kurang dari
50% maka siswa diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Tujuan dari
kegiatan remidi ini adalah untuk membantu siswa agar dapat menuntaskan nilai
KKM.
Pembelajaran menulis argumentasi dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Berikut deskripsi pelaksanaan
pembelajaran menulis argumentasi di SMA Negeri berstandar nasional di
Karanganyar.
a. Pembelajaran secara Kooperatif dengan Diskusi Kelompok dan
Media Surat Kabar
Pembelajaran kooperatif dengan diskusi kelompok bertujuan untuk
melatih siswa membahas sebuah permasalahan dengan diskusi. Sebelum
pembelajaran dimulai, salah seorang siswa memimpin untuk berdoa, setelah
itu guru memberikan salam lalu dijawab oleh siswa. Guru kemudian
menanyakan kepada siswa sebuah kejadian yang sedang hangat
diperbincangkan, yaitu tragedi tugu tani dan tentang Papua yang daerahnya
seperti itu bisa dilanda banjir bandang. Beberapa siswa dengan antusias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
menyampaikan pendapatnya. Hal ini dideskripsikan dalam catatan lapangan
berikut.
Pada saat apersepsi guru menanyakan sebuah kejadian,
kebetulan saat itu di televisi sedang hangat-hangatnya
pemberitaan tragedi tugu tani. Sebagian besar siswa mulai
mengeluarkan suara, terdengar berbagai pendapat dari siswa.
Kemudian guru menyajikan topik lain, yaitu tentang banjir di
Papua. Guru menanyakan mengapa di Papua bisa banjir
padahal keadaan alamnya seperti itu. Siswa lalu mulai
berpendapat, karena hutan gundul, pembalakan liar, dan lain
sebagainya. (CL4)
Guru kemudian meminta siswa untuk membaca materi tentang
paragraf argumentasi yang terdapat pada LKS. Kemudian guru
menyampaikan teori berkenaan dengan tulisan argumentasi. Setelah materi
disampaikan, guru kemudian membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
dan memberikan satu kertas kepada masing-masing kelompok. Kertas
tersebut telah tertulis tema dan poin-poin yang dapat dikembangkan menjadi
paragraf argumentasi. Siswa mulai berdiskusi, guru memantau kinerja siswa
dengan berkeliling. Pada saat berkeliling beberapa siswa bertanya perihal
kesulitannya, guru secara langsung memberikan arahan. Hal ini senada
dengan catatan lapangan berikut.
Setelah menyampaikan teori tentang argumentasi, guru
kemudian membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Tiap
kelompok diberi satu kertas yang telah tertulis tema dan poin-
poin yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentasi.
Sebelum menulis, siswa melakukan diskusi terlebih dahulu.
Hasil diskusi itu kemudian ditulis sebagai pekerjaan individu.
Walaupun satu kelompok diskusi, hasil tulisan tidak boleh
sama antara siswa satu dengan yang lain. Selama siswa
membuat tulisan argumentasi, guru memantau siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
berkeliling sambil memberi arahan kepada siswa yang belum
paham. (CL4)
Poin-poin yang telah tersedia kemudian dikembangkan menjadi
sebuah paragraf yang lebih lengkap. Hasil diskusi ditulis kemudian ditulis
sebagai pekerjaan individu dengan ketentuan di dalam satu kelompok tidak
ada yang boleh membuat paragraf yang sama persis dengan temannya.
Setelah selesai, salah satu siswa membacakan tulisannya di depan kelas.
Siswa lain mendengarkan kemudian memberikan tanggapan dan
kesimpulan. Setelah mendapatkan arahan dan pembenaran dari guru,
pekerjaan dikumpulkan.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan refleksi dan memberikan
kesempatan bertanya kepada siswa. Siswa tidak ada yang bertanya dan
menyatakan sudah paham terhadap materi yang baru saja mereka pelajari.
Guru kemudian menugasi siswa untuk mencari tulisan argumentasi yang
terdapat di surat kabar atau majalah.
Pada pertemuan selanjutnya, kegiatan pembelajaran diawali dengan
berdoa lalu mengucapkan salam. Guru kemudian menanyakan beberapa
pertanyaan berkaitan dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Sebagian
besar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa telah memahami tentang tulisan argumentasi.
Seteleh itu guru menanyakan tugas rumah yang sudah diberikan pada
pertemuan sebelumnya. Ternyata sebagian siswa tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik, untuk mengatasinya, guru meminta siswa untuk
meminjam koran atau majalah di perpustakaan. Hal ini senada dengan
petikan catatan lapangan berikut.
Guru lalu menanyakan kembali tentang materi sebelumnya,
yaitu tentang tulisan argumentasi. Sebagian besar siswa
menjawab dengan tepat. Kemudian guru menanyakan tugas
siswa (membawa koran atau majalah). Sebagian siswa ternyata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tidak melaksanakan tugasnya. Guru kemudian menyuruh siswa
yang tidak membawa koran atau majalah untuk meminjam di
perpustakaan. Setelah semua siswa mendapatkan koran, guru
kemudian menugasi siswa untuk mencari tulisan argumentasi
yang terdapat di koran. (CL5)
Setelah semua siswa memegang surat kabar, guru meminta siswa
untuk mencari tulisan terdapat di dalamnya. Tulisan tersebut dapat berupa
berita, artikel, atau gagasan. Siswa kemudian membuat tulisan argumentasi
berdasarkan tulisan yang ditemukannya. Setelah selesai, siswa menukarkan
pekerjaannya untuk disunting. Penyuntingan ini bertujuan agar siswa tahu
letak kesalahan mereka, baik dari segi pilihan kata, penggunaan EYD,
kesesuaian isi dengan tema, dan kesesuaian tulisan dengan kriteria
argumentasi. Guru kemudian menunjukkan contoh tulisan argumentasi di
surat kabar. Tulisan argumentasi tersebut dimuat dalam sebuah rubrik. Guru
menutup pembelajaran dengan memberikan penguatan materi dan berpesan
kepada siswa untuk lebih giat belajar dan berlatih menulis argumentasi.
b. Pembelajaran Kooperatif dengan Debat
Pembelajaran kooperatif dengan debat dimaksudkan agar siswa
mampu mengasah kemampuannya dalam berpendapat. Pembelajaran
dimulai dengan ucapan salam dari guru, kemudian guru memeriksa
kehadiran siswa. Guru kemudian menanyakan tugas yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya. Guru berkeliling untuk memeriksa tugas siswa.
Sebagian siswa belum melaksanakan tugasnya. Berbagai alasan muncul
ketika guru menanyakan kepada siswa mengapa tidak melaksanakan
tugasnya. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan berikut.
Guru kemudian menanyakan tugas yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya, yaitu mencari dan membawa materi
tentang argumentasi. Ternyata sebagian siswa belum
melaksanakan tugasnya dengan berbagai alasan. (CL1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Kegiatan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan debat. Guru
membagi siswa ke dalam dua kelompok besar. Topik yang mereka bahas
adalah tentang pacaran di kalangan remaja. Kelompok pertama adalah
kelompok yang setuju dengan pacaran yang dilakukan oleh remaja,
sedangkan kelompok kedua adalah yang tidak setuju dengan pacaran di
kalangan remaja.
Kegiatan selanjutnya adalah debat. Debat dibagi menjadi 2
kelompok. Topik yang disajikan adalah mengenai pacaran di
kalangan remaja. Satu kelompok adalah yang pro dengan
pacaran, dan kelompok yang lain adalah yang kontra dengan
adanya pacaran di kalangan remaja. (CL1)
Setelah berdiskusi selama berbeapa menit, satu siswa dari masing-
masing kelompok menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Siswa yang
lain mendengarkan dan bertugas untuk memberikan pendapat. Muncul
berbagai pendapat dari masing-masing kubu yang berlawanan. Guru
mengondisikan siswa kemudian memberikan penguatan terhadap pendapat
yang baru saja mereka sampaikan.
Pembelajaran dilanjutkan dengan materi mengenai tulisan
argumentasi. Materi disampaikan oleh guru. Sebelumnya, siswa membaca
materi yang ada di LKS. Guru menjelaskan secara rinci perihal tulisan
argumentasi, mulai dari pengertian, ciri-ciri, ketentuan penulisan, bagian-
bagiannya, hingga masalah EYD. Guru menulisakan poin-poin yang
dijelaskan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila ada bagian yang kurang jelas atau belum dimengerti siswa,
namun tidak ada siswa yang bertanya. Kondisi menjadi sedikit gaduh karena
beberapa siswa bercerita sendiri dengan temannya. Keadaan kelas mulai
membuat siswa mengantuk karena beberapa siswa meletakkan kepalanya di
erupakan cara untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
mengembalikan perhatian siswa ke pelajaran. Hal ini sesuai dengan catatan
lapangan berikut.
Saat guru menerangkan, beberapa siswa di meja deretan
belakang meletakkan kepalanya di meja. Beberapa siswa yang
lain bercerita sendiri dengan temannya. Guru mengambil
pada pelajaran. Tidak ada siswa yang bertanya saat materi
disampaikan. (CL1)
Guru kembali memberikan tugas kepada siswa untuk membuat
paragraf argumentasi dengan tema sekolah RSBI dan pacaran di kalangan
remaja. Waktu yang tersisa digunakan oleh siswa untuk mengerjakan tugas
tersebut. Guru berkeliling memeriksa kinerja siswa. Siswa yang mengalami
kesulitan dapat langsung bertanya dan mendapatkan arahan dari guru
perihal kesulitannya. Setelah sebagian besar siswa selesai melaksanakan
tugasnya, kembali guru meminta seorang siswa untuk membacakan
tulisannya di depan kelas, siswa lain diminta untuk memerhatikan dan
memberikan tanggapan. Siswa lain tidak ada yang berani berkomentar
secara individu, siswa berkomentar dengan bersama-sama. Akhirnya guru
memberikan kesimpulan dan komentar terhadap paragraf argumentasi yang
baru saja disampaikan tersebut. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian
tugas dari guru. Siswa diminta untuk menyempunakan tugasnya di rumah
untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
Pada pertemuan berikutnya, guru menanyakan tugas rumah yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Sebagian siswa belum
menyelesaikan tugasnya karena masih belum begitu paham mengenai
paragraf argumentasi. Guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa. Guru
menerangkan kembali materi mengenai paragraf argumentasi. Setelah
kembali menyampaikan materi, guru menanyakan apakah masih ada yang
belum jelas, siswa menjawab telah paham dan semua sudah jelas. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
guru meminta salah satu siswa untuk membacakan pekerjaannya si depan
kelas. Setelah selesai, guru menemukan kekurangan dalam tulisan siswa
tersebut. Kekurangan itu terletak pada pilihan kata dan kesimpulan. Pada
dasarnya, tulisan argumentasi perlu menyertakan kesimpulan untuk
memantapkan pendapat yang ada di dalamnya, namun terkadang
kesimpulan yang dibuat masih mengarah pada jenis paragraf persuasi. Hal
ini senada dengan catatan lapangan berikut.
Guru menyuruh seorang siswa untuk menyampaikan
tulisannya di depan kelas. Pada kenyataannya, tulisan siswa
tersebut masih kurang pada bagian pilihan kata dan bagian
kesimpulan yang belum menunjukkan bahwa tulisan itu
merupakan tulisan argumentasi. Tulisan siswa tersebut masih
mengarah pada tulisan persuasi. (CL2)
Hasil tulisan siswa tersebut kemudian menjadi pertimbangan untuk
kembali memeriksa tulisan siswa yang lain. Guru meminta siswa kembali
memeriksa tulisannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang
belum selesai mengerjakan untuk melengkapi pekerjaannya. Guru
memantau kinerja siswa dengan berkeliling. Hingga jam pelajaran usai,
masih ada siswa yang belum menyelesaikan pekerjaannya. Akhirnya guru
kembali menugasi siswa untuk menyempurnakan pekerjaannya di rumah.
Guru juga menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk siswa tidak
mengumpulkan tugasnya pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ketiga, guru meminta siswa untuk mempelajari materi
tentang paragraf argumentasi dari BSE yang baru saja dibagikan. Guru
mengecek pemahaman siswa tentang paragraf argumentasi dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan paragraf argumentasi.
Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut. Guru kemudian
berkeliling untuk memeriksa tugas siswa. Siswa telah menyelesaikan
tugasnya, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan berdasarkan kelompok tema.
Guru mengambil salah satu pekerjaan siswa masing-masing dari tema RSBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dan pacaran di kalangan remaja. Siswa sebagai pemilik tulisan itu
membacakannya di depan kelas. Siswa telah mampu membuat paragraf
argumentasi dengan baik, hal itu ditunjukkan dengan tulisan yang dibacakan
oleh siswa. Pelajaran kemudian dilanjutkan ke materi selanjutnya. Kegiatan
di atas sesuai dengan catatan lapangan berikut.
Guru berkeliling untuk memeriksa tugas siswa. Ternyata
semua siswa telah menyelesaikan tuganya dengan baik.
Pekerjaan siswa dikumpulkan. Guru mengambil salah satu
pekerjaan siswa dan menyuruh membacakannya di depan
kelas. Tulisan pertama dengan topik RSBI dibacakan di depan
kelas. Kemudian tulisan kedua dan ketiga tentang pro dan
kontra pacaran di kalangan remaja. Dari pembacaan masing-
masing tulisan tersebut, guru berkesimpulan bahwa siswa telah
mampu menulis paragraf argumentasi dengan baik. Guru
kemudian melanjutkan pembelajaran ke materi selanjutnya,
yaitu materi hikayat. (CL3)
3. Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA
Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar
Segala macam kegiatan pasti tidak luput dari sebuah kendala, begitu juga
dengan sebuah pembelajaran. Kendala-kendala yang timbul tentu saja akan
mengahambat proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi mengenai kendala-kendala yang menghambat pembelajaran.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMA negeri
berstandar nasional di kabupaten Karanganyar ditemukan kendala sebagai
berikut.
a. Siswa belum bisa membuat paragraf sesuai dengan tema yang ditentukan
Siswa masih merasa bingung untuk bisa membuat paragraf
argumentasi yang sesuai denga tema. Contoh-contoh yang ada di buku
belum memberikan pemahaman kepada siswa untuk membuat paragraf
sesuai dengan tema yang ditentukan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Gagasan belum diungkapkan secara runtut
Pengorganisasian tulisan siswa belum memenuhi kriteria penulisan.
Rata-rata siswa belum memahami bagaimana membuat paragraf yang
runtut. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami adanya kohesi dan
koherensi dalam paragraf.
c. Siswa kesulitan menentukan jenis tulisan
Praktik dalam pembelajaran menulis argumentasi tentu saja adalah
membuat paragraf jenis argumentasi. Namun, beberapa siswa masih
bingung menentukan jenis tulisannya. Hasil tulisan yang dibuat oleh siswa
rata-rata melenceng ke jenis tulisan persuaif. Hal semacam ini terjadi
karena ada kemiripan antara jenis tulisan argumentasi dan persuasif, yaitu
sama-sama mengemukakan sesuatu disertai dengan alasan yang kuat.
d. Siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan
Materi yang disampaikan oleh guru atau yang dibaca oleh siswa
masih menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa. Namun, sebagian besar
siswa tidak mau bertanya apabila mengalami kesulitan dalam
pembelajaran. Siswa merasa malu apabila bertanya secara langsung kepada
guru pada saat guru menyampaikan materi. Saat guru menyampaikan
materi hampir seluruh siswa tidak ada yang mau bertanya. Siswa baru mau
bertanya apabila guru berkeliling di kelas saat praktik membuat paragraf
argumentasi berlangsung.
e. Perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran kurang maksimal
Mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh sebagian siswa dianggap
pelajaran yang mudah. Segala materi yang terkandung di dalamnya
dianggap mudah untuk dikuasai. Khususnya dalam pembelajaran menulis
argumentasi, siswa kurang memerhatikan saat guru menyampaikan materi.
Beberapa siswa sesekali menguap sehingga konsentrasi dalam mengikuti
pembelajaran tidak maksimal. Selain itu, beberapa siswa justru bercerita
sendiri dengan temannya. Pada saat diskusi kelompok, terdapat siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tidak mau berpartisipasi secara aktif. Siswa tersebut hanya diam atau justru
mengganggu kelompoknya saat diskusi.
f. Kurang memadainya bahan ajar
Sumber atau materi ajar yang digunakan dalam pembelajaran
menulis argumentasi adalah LKS dan buku teks berupa BSE dan buku teks
lainnya. Siswa hanya wajib memiliki LKS saja, buku teks tidak diwajibkan
untuk dimiliki siswa. Hal ini mengakibatkan hanya sedikit materi yang
dapat dipelajari siswa karena yang terdapat pada LKS hanya sebagian
materi saja. Teori dan contoh paragraf argumentasi yang ada di LKS
kurang menambah pengetahuan siswa.
g. Kurangnya alokasi waktu pembelajaran
Waktu 2 kali 45 menit atau 2 kali pertemuan belum cukup untuk
menuntaskan materi argumentasi. Materi argumentasi merupakan materi
yang sulit, oleh karena itu perlu penjelasan dan latihan secara mendalam.
Terkadang waktu 2 kali pertemuan terasa sangat singkat, tetapi siswa
belum benar-benar memahai materi menulis argumentasi.
h. Minimnya alat peraga
Alat peraga merupakan salah satu aspek penting yang dapat
menunjang kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Meskipun alat peraga
bukanlah satu-satunya aspek penentu keberhasilan pembelajaran di sekolah,
ketersediaan alat peraga yang memadai akan berdampak pada
berlangsungnya pembelajaran yang baik pula.
Kendala yang berkaitan dengan minimnya alat peraga adalah di
setiap ruang kelas khususnya program reguler belum terdapat LCD. Pihak
sekolah sebenarnya sudah menyiapkan beberapa LCD yang dapat dibawa
ke ruang kelas dan digunakan dalam pembelajaran. Namun, untuk bisa
menggunakan LCD guru harus bergantian dengan guru yang lain.
Akibatnya penyampaian materi dengan menggunakan LCD tidak selalu
dijanjikan. Menurut siswa, penggunaan LCD untuk menyampaikan materi
lebih menarik jika dibandingkan dengan ceramah dari guru. Dengan LCD
siswa dapat melihat materi yang tidak ada di LKS. Selain itu, siswa juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dapat dengan mudah melihat contoh paragraf argumentasi jika ditayangkan
dengan LCD.
i. Suasana kelas yang monoton
Suasana kelas yang monoton menimbulkan kejenuhan tersendiri bagi
siswa. Berbeda dengan mata pelajaran lain seperti IPA dan olahraga yang
selalu menyenangkan dengan adanya praktik di luar kelas, mata pelajaran
Bahasa Indonesia dinilai sangat membosankan apabila hanya belajar di
dalam kelas. Menurut pendapat guru, suasana pembelajaran akan lebih
menarik apabila siswa diajak keluar kelas.
Pembelajaran menulis argumentasi dapat dilaksanakan di ruang lain,
misalnya di laboratorium bahasa. Adanya laboratorium bahasa akan
memberikan suasana berbeda bagi siswa sehingga siswa tidak merasa
jenuh. Sebenarnya telah ada ruangan khusus untuk digunakan sebagai
laboratorium bahasa, tetapi hingga saat ini fungsinya difokuskan kepada
mata pelajaran Bahasa Inggris.
j. Kendala teknis
Kendala teknis yang ditemui dalam pembelajaran menulis
argumentasi adalah terputusnya aliran listrik karena adanya pembangunan
gedung. Walaupun belum ada LCD di setiap kelas, guru biasanya dapat
menyampaikan materi dengan menggunakana alat tersebut. LCD yang
disediakan sekolah dapat dengan mudah dipinjam dan dibawa ke ruang
kelas untuk menyampaikan materi pembelajaran. Namun, saat
pembelajaran menulis argumentasi penggunaan LCD tidak dapat dilakukan
seperti biasa karena sedang berlangsung pembangunan gedung di sebelah
ruang kelas. Suara bising dari pembangunan gedung juga berdampak pada
siswa saat mengikuti pembelajaran yaitu kurang berkonsentrasi mengikuti
pembelajaran.
4. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran
Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di
Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi
perlu diupayakan solusinya. Upaya untuk mengatasi kendala yang timbul
dalam pembelajaran menulis argumentasi perlu dilakukan untuk
memaksimalkan kualitas pembelajaran. Dengan ditemukannya solusi untuk
mengatasi kendala yang menghambat pembelajaran menulis argumentasi,
diharapkan pembelajaran menulis argumentasi lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis
argumentasi diuraikan sebagai berikut.
a. Guru memberikan poin-poin pada tema untuk dikembangkan menjadi
paragraf
Kesulitan siswa dalam menyesuaikan tulisan dengan tema diatasi
oleh guru dengan cara pemberian poin-poin dari tema yang disajikan. Dari
poin-poin tersebut, siswa dapat mengembangkannya ke dalam paragraf
argumentasi. Hal ini dianggap bisa meningkatkan kualitas tulisan siswa.
Siswa dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema yang
disajikan.
b. Siswa melakukan koreksi silang
Kekeliruan dalam membuat paragraf argumentasi baik dari segi
teknik penulisan, pengorganisasian, maupun isi merupakan kendala dalam
proses pembelajaran menulis argumentasi. Hal semacam itu diatasi dengan
koreksi silang. Siswa kembali diminta untuk membuat paragraf argumentasi
kemudian hasilnya ditukarkan dengan teman semeja untuk dikoreksi. Guru
berpendapat bahwa koreksi silang dapat melatih siswa untuk lebih cermat
dan teliti dalam membuat paragraf argumentasi. Langkah ini juga
diharapkan dapat membantu siswa untuk mengetahui letak kekeliruan dan
kekurangannya dalam membuat paragraf argumentasi sehingga tulisan siswa
dapat lebih disempurnakan.
c. Guru mengajak siswa belajar di luar kelas
Minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya
pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi dinilai masih kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Suasana pembelajaran yang monoton di dalam kelas membuat siswa cepat
bosan, akibatnya beberapa siswa tidak memerhatikan materi yang
disampaikan guru. Keadaan ini disiasati oleh guru dengan mengajak siswa
belajar di luar kelas. Menurut pendapat guru, dengan diajak belajar di luar
kelas siswa dapat merasakan suasana pembelajaran yang berbeda. Siswa
dapat mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar kelas. Dari hasil
pengamatan itulah siswa diharapkan dapat menuangkan ide dan
pendapatnya dalam paragraf argumentasi.
d. Guru menunjukkan perbedaan paragraf argumentasi dengan jenis paragraf
yang lain
Adanya kemiripan konsep paragraf argumentasi dengan jenis
paragraf yang lain, khususnya persuasif merupakan kesulitan tersendiri yang
dialami siswa. Guru melakukan upaya dengan menjelaskan materi secara
lebih mendalam. Guru menjelaskan masing-masing konsep jenis paragraf
yang ada. Selain itu guru juga menunjukkan letak perbedaan paragraf
argumentasi dengan jenis paragraf yang lain dengan pemberian contoh pada
masing-masing jenis paragraf.
e. Guru memberikan arahan kepada siswa saat berkeliling di kelas
Siswa yang enggan bertanya apabila mengalami kesulitan menjadi
kendala yang perlu mendapat perhatian khusus dari guru karena apabila
siswa tidak mengemukakan kesulitannya maka akan berpengaruh pada
pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Guru mengatasi kendala tersebut
dengan berkeliling di kelas saat siswa praktik membuat paragraf
argumentasi. Biasanya siswa akan bertanya saat guru mendekati mereka.
Saat memeriksa kinerja siswa itulah guru sekaligus memberikan arahan
pada siswa yang mengalami kesulitan.
f. Siswa berusaha untuk lebih fokus
Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap mudah oleh siswa
membuat siswa kurang memerhatikan pembelajaran. Khususnya pada
pembelajaran menulis paragraf argumentasi, siswa mengatasi kendala
tersebut dengan berusaha untuk lebih fokus dan aktif dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
diskusi. Siswa yang mengantuk di dalam kelas meminta izin kepada guru
untuk mencuci muka sehingga dapat kembali berkonsentrasi dalam
mengikuti pembelajaran.
g. Guru meminta siswa untuk mencari materi dari berbagai sumber
Keterbatasan bahan ajar tidak langsung membuat guru dan siswa
patah semangat dalam pembelajaran menulis argumentasi. Guru
berpendapat bahwa materi sebagai bahan ajar dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Selain LKS yang dimiliki siswa, guru menyarankan agar siswa
mencari materi dari internet dan contoh-contoh tulisan argumentasi di surat
kabar. Di sampan itu, dari media elektronik audio visual siswa dapat
menyaksikan tayangan diskusi di televisi. Walaupun tayangan tersebut
disampaikan secara lisan, siswa diharapkan dapat menemukan konsep
argumentasi yang terkandung di dalamnya.
Pengadaan buku teks dan BSE dari pihak sekolah yang belum
memenuhi kuota siswa juga menjadi sebuah kendala yang perlu diatasi
dengan cermat. Guru menyatakan bahwa siswa dapat meminjam buku
tersebut di perpustakaan sekolah. Guru juga membawa BSE yang dipinjam
dari perpustakaan untuk dibawa ke kelas. Biasanya setiap meja
mendapatkan satu buah buku sebagai penunjang materi selain dari LKS.
h. Guru mengurangi alokasi waktu pembelajaran pada materi yang dianggap
mudah
Masih kurangnya alokasi waktu dalam pembelajaran menulis
argumentasi dikarenakan menulis paragraf argumentasi merupakan salah
satu materi yang dianggap sulit sehingga penyampaian materi dan praktik
perlu dilakukan lebih mendalam. Hal tersebut diatasi dengan cara
mengambil jam materi lain yang dianggap mudah. Walaupun begitu, guru
harus bisa mengefektifkan waktu dengan baik agar tidak mengganggu
pelaksanaan pembelajaran pada materi selanjutnya.
i. Guru mengusulkan penambahan sarana dan prasarana pada pihak sekolah
Belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia bukan menjadi
kendala yang berarti. Siswa dapat belajar dengan suasana yang baru di luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kelas. Pengadaan laboratorium Bahasa Indonesia telah diusulkan kepada
pihak sekolah untuk direalisasikan. Siswa sudah menyadari bahwa
pengadaan fasilitas berupa LCD itu perlu, tapi siswa tidak terlalu banyak
menuntut karena tidak ada LCD pun mereka masih dapat belajar dengan
baik.
C. Pembahasan
1. Orientasi Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi Siswa Kelas
X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar
Persepsi guru terhadap pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X
SMA negeri berstandar nasional di kabupaten Karanganyar terbagi menjadi
dua, yakni materi perlu disampaikan secara rinci sebelum praktik menulis
argumentasi dilaksanakan dan praktik lebih penting dilakukan daripada
penyampaian materi. Dari persepsi itulah orientasi pembelajaran menulis
argumentasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pembelajaran yang
berorientasi pada teori dan praktik secara berimbang dan pembelajaran yang
berorientasi pada praktik.
Pembelajaran yang berorientasi pada teori dan praktik secara berimbang
dilakukan untuk memberikan materi secara rinci kepada siswa. Teori yang
disampaikan secara rinci bermanfaat untuk membantu siswa memahami lebih
dalam mengenai tulisan argumentasi mulai dari pengertian, perbedaan dengan
jenis tulisan yang lain, ciri-cirinya, unsur-unsur harus terkandung di dalamnya,
dan teknik penulisan. Waktu yang dipergunakan guru untuk menyampaikan
materi diupayakan seimbang dengan waktu yang diberikan kepada siswa untuk
praktik menulis. Dengan demikian, diharapkan pemahaman yang dimiliki siswa
dapat bermanfaat sebagai acuan untuk dapat menulis argumentasi.
Keterampilan menulis tidak akan didapatkan oleh siswa jika hanya
dengan teori. Praktik menulis merupakan tolok ukur apakah siswa sudah
mampu menulis atau belum, termasuk dalam pembelajaran menulis
argumentasi. Pembelajaran yang berorientasi pada praktik dilakukan agar siswa
mempunyai banyak kesempatan untuk membuat tulisan argumentasi. Praktik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang dilakukan berulang-ulang ini bertujuan untuk melatih siswa membuat
tulisan argumentasi yang lebih baik dari praktik sebelumnya sehingga siswa
dapat membuat tulisan argumentasi dengan tepat. Pemberian teori yang lebih
banyak daripada teori dianggap kurang tepat untuk membina keterampilan
siswa dalam menulis argumentasi karena dalam keterampilan menulis yang
menjadi hasil akhir adalah tulisan itu sendiri. Guru tidak perlu memberikan
teori terlalu banyak mengenai menulis argumentasi karena dengan praktik
siswa akan dengan sendirinya belajar dan mengetahui konsep jenis tulisan
argumentasi yang sebenarnya.
2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran Menulis
Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di
Kabupaten Karanganyar
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran menulis
argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di kabupaten
Karanganyar dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sendiri oleh guru
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan
diimplementasikan pada proses pembelajaran dibuat sendiri oleh guru
sesuai dengan visi dan misi sekolah. Sesuai dengan konsep kurikulum yang
saat ini dilaksanakan, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP),
RPP yang dibuat oleh guru menyesuaikan karakteristik siswa di masing-
masing sekolah. Dengan demikian, RPP yang dibuat oleh guru di tiap-tiap
sekolah tentu memiliki perbedaan. RPP yang disusun oleh guru sebelumnya
dibahas di forum MGMP Bahasa Indonesia SMA kabupaten Karanganyar
kemudian dikembangkan berdasarkan silabus yang juga dibuat sendiri oleh
guru. Di forum MGMP, segala kesulitan yang dialami guru dalam
menyusun RPP dan masukan-masukan untuk kesempurnaan isi RPP
dibahas bersama sehingga dapat memberikan pengetahuan bagi guru,
termasuk penyertaan nilai budaya dan karakter bangsa dalam RPP untuk
selanjutnya diharapkan muncul dari dalam diri siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Silabus yang digunakan untuk mengembangkan RPP memuat
beberapa komponen, antara lain: (1) kompetenasi dasar (KD); (2) standar
kompetenasi (SK); (3) materi pembelajaran; (4) nilai budaya dan karakter
bangsa; (5) kegiatan pembelajaran, (6) indikator pencapaian kompetensi;
(7) penilaian; (8) alokasi waktu; dan (9) sumber belajar. Silabus tersebut
kemudian dikembangkan dalam bentuk RPP yang memuat beberapa hal,
yaitu: (1) standar kompetensi (SK); (2) kompetensi dasar (KD); (3)
indikator pembelajaran; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pembelajaran;
(6) metode dan model pembelajaran; (7) langkah-langkah pembelajaran; (8)
sumber belajar; dan (9) evaluasi pembelajaran. Penyusunan RPP membuat
pembelajaran yang akan dilaksanakan menjadi lebih tersruktur, walaupun
tidak jarang pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang dituliskan dalam
RPP.
b. Persiapan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru dan
siswa
Persiapan pembelajaran menulis argumentasi dilakukan oleh guru
dan siswa agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Persiapan pembelajaran menulis
argumentasi yang dilaksanakan oleh guru yaitu menyusun RPP berdasarkan
silabus yang juga dibuat sendiri oleh guru. Selain RPP, guru juga
melakukan persiapan berupa penyiapan materi. Materi yang dipersiapkan
oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran menulis argumentasi adalah
materi yang ada di buku teks BSE dan buku teks dari penerbit lain, LKS,
dan materi yang didapat dari internet.
Persiapan dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru saja,
melainkan juga dilakukan oleh siswa. Sebelum pelaksanaan pembelajaran
menulis argumentasi, guru meminta siswa untuk belajar di rumah. Instruksi
tersebut disampaikan pada akhir pembelajaran sebelumnya. Persiapan yang
diharapkan dapat dilakukan oleh siswa berupa mencari materi menulis
argumentasi serta contoh tulisan argumentasi. Hal tersebut dilakukan
dengan harapan agar siswa sudah siap dari rumah sebelum mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
pembalajaran menulis argumentasi di sekolah. Karena sumber materi yang
dimiliki oleh siswa hanya LKS, siswa dapat mencari materi dan contoh
tulisan argumentasi dari berbagai sumber, seperti buku teks yang dapat
dipinjam di perpustakaan dan dari internet.
c. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pemimpin kelompok
belajar
Sebagai seorang fasilitator guru memiliki tugas untuk memberikan
fasilitas kepada siswa dalam belajar menulis paragraf argumentasi. Fasilitas
ini berupa penyampaian materi dan pemberian penjelasan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan peran guru sebagai
motivator adalah memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa
bersemangat dalam belajar. Dalam hal ini siswa dituntut untuk lebih aktif
dalam pembelajaran, guru hanya memberikan arahan dan bantuan ketika
siswa menglami kesulitan. Tidak jarang dalam pembelajaran siswa tidak
bersemangat dan enggan bertanya ketika mengalami kesulitan, disini peran
guru sebagai fasilitasor dan motivator ditunjukkan. Guru harus mampu
memberikan arahan, penyampaian dengan lebih jelas mengenai materi yang
dianggap sulit oleh siswa, serta memberikan dorongan dan motivasi kepada
siswa untuk bersemangat mengikuti pembelajaran menulis argumentasi.
Guru juga berperan sebagai pemimpin kelompok belajar atau
pengatur organisasi belajar saat siswa berdiskusi. Organisasi yang
dimaksud adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari beberapa siswa
dalam satu kelas. Pembentukan kelompok dan berlangsungnya diskusi
menjadi tanggung jawab guru saat kegiatan diskusi dilaksanakan. Sebelum
kegiatan diskusi dimulai, guru terlebih dahulu membagi siswa dalam
beberapa kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk
siswa. Siswa yang berdekatan dijadikan satu kelompok diskusi. Ketika
diskusi berlangsung, guru mengawasi siswa. Guru berkeliling untuk
memeriksa tugas dan keaktifan siswa, apabila terdapat siswa yang tidak
berperan aktif atau justru mengobrol sendiri dalam diskusi, guru
memberikan teguran kepada siswa tersebut. Apabila siswa mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kesulitan saat diskusi, siswa menanyakannya kepada guru ketika guru
berkeliling mengawasi kinerja mereka. Secara langsung guru memberikan
jawaban dan masukan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru
memegang peranan penuh saat diskusi berlangsung agar diskusi dapat
berlajan dengan baik.
d. Guru menerapkan metode ceramah, kooperatif, dan inkuiri
Metode yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran adalah metode ceramah yang sudah dikombinasikan dengan
metode kooperatif dan inkuiri. Hal semacam ini dilakukan untuk membantu
keberhasilan pembelajaran. Metode ceramah merupakan metode yang harus
dilakukan oleh guru karena dengan cermah siswa dapat menerima materi
langsung dari guru. Walaupun metode ceramah dianggap konvensional,
namun penerapannya masih sangat dibutuhkan. Metode ceramah tidak
mungkin digunakan secara terus-menerus selama waktu pembelajaran
karena siswa akan merasa cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran.
Kegiatan diskusi kelompok merupakan salah satu cara untuk menciptakan
suasana belajar yang lebih menarik. Dengan diskusi kelompok siswa dapat
mengerahkan kemampuannya untuk menemukan permasalahan yang
menjadi topik untuk dibahas. Penggabungan metode ini sangat baik
dilakukan agar pembelajaran tidak berjalan secara monoton.
Mengajak siswa untuk berdiskusi merupakan langkah awal yang
dilakukan untuk merangsang pemahaman siswa mengenai tulisan
argumentasi. Hal tersebut kiranya menjadi kegiatan yang menyenangkan
bagi siswa sebelum sebelum materi disampaikan dengan ceramah.
Pemilihan topik yang tepat dan relevan dengan apa yang dialami dan
diketahui siswa akan menarik perhatian siswa sehingga mereka aktif
melakukan kegiatan diskusi. Selain diskusi dengan memberikan topik yang
menarik, guru juga melakukan pembelajaran dengan menggunakan media
berupa surat kabar. Siswa diajak untuk mencari tulisan yang terdapat di
surat kabar untuk kemudian dijadikan bahan membuat paragraf
argumentasi. Surat kabar juga digunakan sebagai contoh karena di surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kabar terdapat pula rubrik-rubrik yang secara khusus memuat tulisan
argumentasi. Dengan demikian siswa dapat mengetahui tulisan argumentasi
yang secara nyata ada di sekitar mereka, bukan hanya contoh-contoh yang
mereka baca di LKS atau buku teks.
e. Sumber belajar dari buku teks dan lembar kerja siswa (LKS)
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis
argumentasi adalah buku teks yang berupa BSE dan LKS. BSE dipilih dan
direkomendasikan sebagai buku acuan karena kedalaman materi yang ada
di BSE sudah dinilai pemerintah sehingga guru tidak meragukan lagi
relevansinya dengan kebutuhan siswa. Walaupun begitu, tidak berari buku
teks yang lain tidak dapat digunakan dalam pembelajaran menulis
argumentasi. Buku teks lain yang diterbitkan oleh pihak swasta juga
digunakan untuk menambah materi dan contoh-contoh. LKS merupakan
pegangan wajib bagi siswa. LKS memuat materi dan latihan-latihan yang
dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi.
Materi dan soal-soal latihan yang ada di LKS dapat dipelajari siswa di
rumah sebelum pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, siswa
diharapkan sudah belajar dan mempersiapkan diri sebelumnya.
f. Penilaian mengacu pada penilaian produk
Penilaian pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh
guru mengacu pada penilaian produk. Guru menilai siswa berdasarkan hasil
karya berupa tulisan argumentasi yang dibuat siswa. Walaupun sebenarnya
penilaian yang baik seharusnya juga memerhatikan proses, hal ini belum
sepenuhnya dilakukan oleh guru. Nilai keaktifan siswa tersebut digunakan
oleh guru untuk menambah nilai apabila nilai yang diperoleh siswa dari
menulis argumentasi masih kurang.
Penilaian yang dilakukan guru untuk menilai hasil tulisan
argumentasi yang dibuat oleh siswa didasarkan pada enam aspek, yakni (1)
kesesuaian tulisan dengan ciri-cirinya, (2) daya tarik tema, (3) ketepatan
struktur, (4) kesesuaian pemilihan kata, (5) penggunaan bahasa yang
komunikatif, dan (6) penggunaan ejaan dan tanda baca. Keenam aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
penilaian tersebut telah sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak
standar kompetensi tersebut telah dicantumkan pada RPP yang dibuat guru
sebelum pembelajaran menulis argumentasi dilaksanakan.
Berikut ini rincian nilai dari 70 siswa SMA negeri berstandar
nasional di Karanganyar yang menjadi sampel penelitian.
Tabel 4.1. Nilai pembelajaran menulis paragraf argumentasi siswa kelas X
No. Rentang Nilai Jumlah Siswa
1. 60-64 3
2. 65-69 2
3. 70-74 19
4. 75-79 35
5. 80-84 11
Jumlah Siswa 70
Nilai Rata-rata 74,8
3. Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa
Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar
Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentsi siswa kelas X SMA
negeri berstandar nasional di Karanganyar baik di SMA Negeri 2 Karanganyar
maupun SMA Negeri Karangpandan pada dasarnya berjalan lancar. Walau
demikian, dalam pembelajaran menulis argumentasi yang dilaksanakan masih
ditemukan beberapa kendala. Kendala yang ditemui dalam pembelajaran
menulis argumentasi adalah sebagai berikut.
a. Dari segi siswa
Kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi dari
segi siswa antara lain: (1) siswa belum dapat membuat paragraf
argumentasi sesuai dengan tema; (2) pengungkapan gagasan belum
dilakukan secara runtut; (3) siswa belum terlalu paham membedakan jenis
paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain; (4) siswa enggan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
bertanya apabila mengalami kesulitan; (5) siswa kurang memahami materi
karena kurang memerhatikan penjelasan yang disampaikan guru; dan (6)
siswa kurang aktif saat kegiatan diskusi.
b. Dari segi bahan dan materi ajar
Materi ajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis
argumentasi adalah LKS dan buku teks baik BSE terbitan diknas maupun
buku penunjang dari penerbit lain. Meski demikian, yang dimiliki oleh
siswa hanyalah LKS. LKS yang memuat materi dan latihan soal masih
kurang menambah pengetahuan siswa. Hampir seluruh siswa tidak
memiliki buku teks sebagai bahan untuk belajar. Buku teks hanya menjadi
pegangan guru, siswa tidak diwajibkan untuk memilikinya.
c. Dari segi waktu
Materi menulis paragraf argumentasi merupakan salah satu materi
yang sulit dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
diperlukan penjelasann dan latihan secara mendalam. Waktu 2 kali 45
menit atau 2 kali pertemuan belum mencukupi untuk menuntaskan
pembelajaran. Masih terdapat siswa yang belum benar-benar memahami
materi.
d. Dari segi fasilitas
Kendala dari segi fasilitas adalah belum adanya LCD di setiap kelas.
Selain itu, belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia juga menjadi
kendala dalam pembelajaran menulis argumentasi. Keberadaan
laboratorium Bahasa Indonesia diharapkan dapat memberikan suasanan
belajar yang berbeda dalam pembelajaran.
4. Upaya untuk Mengatasi Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran
Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di
Kabupaten Karanganyar
Kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi seperti
yang diuraikan sebelumnya merupakan sesuatu yang harus diupayakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
bisa diatasi. Upaya untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran menulis
argumentasi adalah sebagai berikut.
a. Dari segi siswa
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang berasal dari
siswa antara lain: (1) siswa siminta untuk membuat paragraf argumentasi
kemudian dilakukan koreksi silang dengan teman semeja; (2) guru
menggunakan metode yang menarik perhatian siswa; (3) guru menjelaskan
materi secara lebih mendetail dengan menunjukkan perbedaan tulisan
argumentasi dengan jenis tulisan yang lain; (4) guru berkeliling untuk
memeriksa kinerja siswa sekaligus memberikan arahan jika ada siswa yang
mengalami kesulitan; (5) siswa yang kurang memerhatikan saat guru
menyampaikan materi berusaha untuk fokus; dan (6) siswa yang tidak mau
aktif saat diskusi ditegur oleh teman satu kelompok dan diadukan kepada
guru agar diberi teguran langsung oleh guru.
b. Dari segi bahan dan materi ajar
Untuk mengatasi kendala terbatasnya bahan ajar yang dimiliki siswa
adalah dengan cara belajar dari sumber lain. BSE terbitan diknas dan buku
teks dari penerbit lain yang tidak dimiliki siswa dapat dipinjam di
perpustakaan. Selain itu, siswa dan guru dapat menjadikan internet untuk
menambah materi. Siswa juga dapat menemukan contoh-contoh tulisan
argumentasi di surat kabar dan contoh penyampaian argumen secara lisan di
televisi dalam program acara jajak pendapat atau debat.
c. Dari segi waktu
Untuk megatasi kekurangan waktu dalam pembelajaran menulis
argumentasi, guru mengambil jam materi selanjutnya. Penambahan waktu
dengan mengambil jam materi selanjutanya ini dilakukan dengan
pertimbangan materi selanjutnya merupakan materi yang mudah.
d. Dari segi fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia bukan menjadi
kendala yang berarti. Pengadaan laboratorium Bahasa Indonesia telah
diusulkan kepada pihak sekolah untuk direalisasikan. Solusi untuk
mengatasi kendala yang bersifat teknis (listrik tidak menyala karena sedang
ada pembangunan gedung), pembelajaran dilakukan dengan strategi lain,
yaitu dimulai dengan kegiatan debat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan mengenai pelaksanaan
pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional
di Karanganyar diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA
negeri berstandar nasional di Karanganyar terbagi menjadi dua, yakni
pembelajaran yang berorientasi pada praktik dan teori secara berimbang dan
pembelajaran yang berorientasi pada praktik.
2. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri
berstandar nasional di Karanganyar berlangsung secara kooperatif dengan
diskusi kelompok, kooperatif dengan media surat kabar, dan kooperatif dengan
debat.
3. Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa
kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar meliputi (a) siswa
belum dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema, (b)
pengungkapan gagasan belum dilakukan secara runtut, (c) siswa belum terlalu
paham membedakan jenis paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain,
(d) siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan, (e) siswa kurang
memahami materi karena kurang memerhatikan penjelasan yang disampaikan
guru, (f) siswa kurang aktif saat kegiatan diskusi, (g) sumber materi yang
dimiliki siswa hanya LKS yang kandungan materinya kurang mendukung dalam
pembelajaran menulis argumentasi, (h) alokasi waktu pembelajaran terbatas, dan
(i) belum ada LCD di setiap kelas dan laboratorium Bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang ditemui dalam
pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri di Karanganyar
antara lain (a) siswa diminta untuk membuat paragraf argumentasi kemudian
dilakukan koreksi silang dengan teman semeja, (b) guru menggunakan metode
yang menarik perhatian siswa, (c) guru menjelaskan materi secara lebih
mendetail dengan menunjukkan perbedaan tulisan argumentasi dengan jenis
tulisan yang lain, (d) guru berkeliling untuk memeriksa kinerja siswa sekaligus
memberikan arahan jika ada siswa yang mengalami kesulitan, (e) siswa yang
kurang memerhatikan saat guru menyampaikan materi berusaha untuk fokus,
dan (f) siswa yang tidak mau aktif saat diskusi ditegur oleh teman satu kelompok
dan diadukan kepada guru agar diberi teguran langsung oleh guru, (g) siswa
meminjam buku teks di perpustakaan dan mencari sumber materi dari internet
maupun televisi, (h) guru mengambil jam materi pembelajaran selanjutnya, dan
(i) belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia dan LCD di setiap kelas
bukan menjadi kendala yang berarti, siswa dapat belajar dengan strategi dan
pembelajaran yang menarik.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran bahwa keberhasilan suatu
pembelajaran tidak hanya menjadi tanggung jawab guru tetapi juga dari siswa.
Guru bertanggung jawab untuk mengembangkan materi, menyampaikan materi,
mengelola kelas, memilih media dan sumber belajar, menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai, serta melakukan evaluasi. Sedangkan siswa juga harus
aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, sekolah juga perlu memerhatikan
kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri
berstandar nasional di Karanganyar dipersiapkan oleh guru dengan membuat RPP
yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. RPP dibuat sendiri oleh guru dan
disusun satu tahun sekali yaitu pada awal tahun ajaran baru. Prosedur pembelajaran,
pemilihan sumber belajar, media, dan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
akan berdampak pada keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus
mempersiapkannya dengan baik.
Pemilihan materi dan bahan ajar juga harus menyesuaikan kondisi siswa.
Penggunaan materi yang bersumber dari buku cetak dan sumber elektronik perlu
dimaksimalkan agar kualitas pembelajaran juga lebih maksimal. Apabila bahan ajar
sudah diusahakan dengan maksimal, untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran
perlu diterapkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan strategi
dan metode pembelajaran secara tepat juga berpengaruh terhadap kualitas
pembelajaran. Alokasi waktu pembelajaran yang terbatas menuntut guru untuk
lebih kreatif dalam melakukan strategi pembelajaran.
Hampir dalam setiap pembelajaran ditemukan kendala. Kendala-kendala
tersebut berasal dari siswa, guru, dan sarana prasarana yang digunakan dalam
pembelajaran. Guru telah berupaya secara maksimal untuk menjaga kualitas
pembelajarannya. Dalam hal ini guru telah memerhatikan materi, metode, dan
strategi pembelajaran. Siswa juga telah diberikan motivasi dan arahan oleh guru.
Dari kendala-kendala yang muncul perlu dilakukan pencarian solusi yang tepat agar
tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal.
Di luar implikasi yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut. Penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada bagaimana upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis argumentasi siswa
kelas X SMA, bagaimana hubungan antara karakter mengajar guru dengan
keberhasilan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA, dan
problematika pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis
argumentasi. Selain itu, studi mengenai pengembangan instrumen yang dilakukan
guru dalam pembelajaran menulis argumentasi juga perlu dilakukan.
C. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan di atas, saran-saran yang dapat
peneliti tawarkan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1. Saran untuk siswa
Guna memperlancar pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa hendaknya
melakukan hal berikut.
a. Aktif mencari sumber yang dapat digunakan sebagai penunjang materi
untuk belajar.
b. Fokus dalam mengikuti pembelajaran agar apa yang disampaikan guru
dapat diterima dengan baik.
c. Mengikuti pembelajaran dengan serius tetapi santai dengan tidak
meremehkan guru.
d. Bagi siswa yang mengalami kesulitan hendaknya tidak segan bertanya
kepada guru agar lebih jelas dan paham.
e. Lebih banyak berlatih membuat tulisan argumentasi agar pemahaman siswa
dapat maksimal.
2. Saran untuk guru
Agar pembelajaran menulis dapat berhasil sesuai tujuan yang diharapkan, guru
dapat melakukan hal berikut.
a. Menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dan menarik
sehingga siswa tidak lekas bosan mengikuti pembelajaran.
b. Kreatif dalam memilih materi sebagai bahan ajar.
c. Menyampaikan materi dengan menyampaikan langkah-langkah menulis
argumentasi secara jelas.
d. Guru harus lebih tegas menghadapi siswa yang kurang memerhatikan
pembelajaran. Siswa yang tidur saat pembelajaran, siswa yang bercerita
sendiri, dan siswa yang tidak mau aktif dalam kegiatan diskusi perlu diberi
tindakan khusus. Apabila dengan teguran siswa tersebut belum
menunjukkan sikap yang semestinya, guru perlu memberikan tugas khusus
kepada siswa yang bersangkutan.
3. Saran untuk sekolah
Demi memperlancar keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
menulis, pihak sekolah hendaknya dapat melakukan tindakan berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
a. Memerhatikan dan meningkatkan media pembelajaran.
b. Memerhatikan sarana dan prasarana yang dapat mendukung dan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Memberikan himbauan dan pelatihan pada guru yang belum menggunakan
media pembelajaran elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. (1999). Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, A. C. & Alwasilah, S. S. (2007). Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat
Buku Utama.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arnon, S. & Reichel, N. (2007). Who is the Ideal Teacher? Am I? Similarity and
Difference in Perception of Students of Education Regarding the Qualities
of a Good Teacher and of Their Own Qualities as Teacher. Teachers and
Teaching: theory and practice, 13 (5), 441-464.
Process and Thought in Composition. Cambridge:
Winthrop Publishers Inc.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang.
Djuhrie, O. S. & Suherli. (2001). Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama
Widya.
top related