skripsi pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai …repository.stikes-bhm.ac.id/181/1/25.pdf ·...
Post on 24-Oct-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI
GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK
PRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI
DI RSUD KOTA MADIUN
Oleh :
DEVI PURWATI
NIM : 201302070
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
-
ii
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI
GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK
PRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI
DI RSUD KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
DEVI PURWATI
NIM : 201302070
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
-
v
PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan
atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini
dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa
syukur dan terimakasih saya kepada:
Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini
dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak
terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan
segala do’a.
Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun
materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada
kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain
do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan
pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu
terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.
Pratu Amyrul M, kupersembahkan karya kecil ini buatmu. Terimakasih
atas perhatian, kesabaran, dan terimakasih telah memberikanku
semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Sahabat tercintaku “Anindyah,Anita,Defri,dan Ella”, terimakasih atas
doa, nasehat, bantuan, hiburan, semangat yang kalian beri selama ini,
aku tak akan melupakan kalian “LOVE YOU SO MUCH”.
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : DEVI PURWATI
Nim : 201302070
Judul Skripsi :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini adalah hasil
pekerjaan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan
dalam memperoleh gelar (sarjana) di suatu perguruan tinggi daan lembaga
pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang
sudah maupun belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan
dan daftar pustaka.
Madiun, 9 Agustus 2017
Yang membuat pernyataan,
DEVI PURWATI
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN
MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH SELAMA
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
-
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : DEVI PURWATI
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 05 Desember 1994
No. Hp : 085785978299
Riwayat Pendidikan :
2001 – 2007 : 1. SDN Gebyog 2
2007 – 2010 : 2. SMP Negeri 2 Karangrejo
2010 – 2013 : 3. SMA PGRI 1 Maospati
2013 – Sekarang : 4. STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun
Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja
-
viii
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH SELAMA
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
Devi Purwati
Hospitalisasi merupakan kondisi dimana anak mengalami sakit dan harus
dirawat di rumah sakit. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Salah
satu dari terapi bermain adalah mewarnai gambar. Mewarnai adalah terapi untuk
mengurangi stress dan kecemasan anak serta meningkatkan komunikasi pada
anak. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pemberian terapi bermain
mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah selama
hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Jenis penelitian ini menggunakan metode Pra-Eksperimental dengan
pendekatan One Group Pra-Post Test Design. Sampel penelitian berjumlah 21
anak usia prasekolah pada bulan Juli 2017, dengan menggunakan teknik sampling
Total Sampling dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data
menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan derajat signifikansi α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi bermain
mewarnai gambar sejumlah 11 anak (52,4%) mengalami kecemasan sedang.
Setelah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar sejumlah 15 anak (71,4%)
mengalami kecemasan ringan. Hasil analisa dari penelitian ini didapatkan bahwa
nilai P value = 0,000 (p < α 0,05) yang mempunyai makna terdapat pengaruh
pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak
prasekolah selama hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Diharapkan khususnya tenaga perawat dapat menerapkan terapi bermain
mewarnai gambar ini sebagai upaya untuk mengurangi tingkat kecemasan anak
usia prasekolah.
Kata Kunci : Terapi bermain, Mewarnai Gambar, Tingkat Kecemasan,
Hospitalisasi.
-
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF GRANTING OF PLAY THERAPY COLORING
PICTURES AGAINST ANXIETY LEVELS OF PRESCHOOL DURING
HOSPITALIZATION IN REGION PUBLIC HOSPITAL OF MADIUN
Devi Purwati
Hospitalization is a condition where children got sick and had to be
hospitalized. In general, the chold’s reaction to their pain is anxiety, being
separation, feel lost, body injury, and feel pain. One of play therapy for childrens
is coloring picture. Coloring is therapy for reduced stress and anxiety as well as
improve communication in children. The aim of this study is to investigate the
effect of granting of play therapy coloring pictures against anxiety level of
preschool during hospitalization in Region Public Hospital of Madiun.
The design of this research is used pre-experimental approach with one
group pre test – post test design. The sample included 21 preschool children in
July 2017, using sampling technique of total sampling and measurement
instrument used questioannaire. Data analysis used Wilcoxon at significant level
= 0,05. The result showed that children who do the prior drawing of play therapy
are 11 children (52,4%) experienced of being anxiety. After drawing a nimber of
play therapy are 15 (71,4%) experienced a mild anxiety. The results of this
analysis of these study had beed obtained that P Value is = 0,000 (p< 0,05) which
mean there is influence the granting of play therapy coloring pictures against
anxiety level of preschool during hospitalization in Region Public Hospital of
Madiun.
Therapy expected particulary nurse personel apply this play therapy
coloring picture as an effort to reduce anxiety level of preschool children.
Keywords : Play Therapy, Coloring Pictures, Anxiety, Hospitalization
-
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan ......................................................................................................... i
Sampul Dalam ........................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ...............................................................................................iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................. iv
Lembar Persembahan ............................................................................................ v
Pernyataan Keaslian Penelitian ............................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vii
Abstrak ...............................................................................................................viii
Abstract ................................................................................................................ ix
Daftar Isi................................................................................................................. x
Daftar Tabel ......................................................................................................... xii
Daftar Gambar .....................................................................................................xiii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xiv
Daftar Istilah......................................................................................................... xv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xvi
Kata Pengantar ................................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1 Konsep Bermain ....................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian ....................................................................................... 8
2.1.2 Tujuan Terapi Bermain .................................................................. 9
2.1.3 Fungsi Bermain ........................................................................ …10
2.1.4 Bermain Untuk Anak yang Dirawat di Rumah Sakit ................... 11
2.1.5 Syarat Bermain ............................................................................. 13
2.1.6 Terapi Bermain dengan Mewarnai Gambar ................................. 17
2.2 Konsep Tingkat Kecemasan pada anak prasekolah ................................ 21
2.2.1 Pengertian ..................................................................................... 21
2.2.2 Gejala Umum Kecemasan ............................................................ 22
2.2.3 Kecemasan Pada Anak ................................................................. 24
2.2.4 Respon – Respon Kecemasan ...................................................... 26
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak .................. 28
2.2.6 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kecemasan Pada
Anak ............................................................................................. 29
2.2.7 Cara Penilaian Tingkat Kecemasan ............................................ 30
2.3 Konsep Hospitalisasi .............................................................................. 32
-
xi
2.3.1 Pengertian ..................................................................................... 32
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak....... 33
2.3.3 Dampak Hospitalisasi Pada Anak ................................................ 34
2.3.4 Kerangka Teori............................................................................ 36
BAB 3 KERANGKA KOSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............ 37
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 37
3.2 Hipotesis ................................................................................................... 38
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 39
4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 39
4.2 Populasi Dan Sampel ............................................................................... 40
4.2.1 Populasi ......................................................................................... 40
4.2.2 Sampel ........................................................................................... 40
4.3 Teknik Sampling ...................................................................................... 41
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................................... 42
4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ......................................... 43
4.5.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 43
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 43
4.6 Instrumen Penelitian................................................................................. 45
4.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................................. 45
4.8 Lokasi Dan Waktu.................................................................................... 46
4.9 Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 46
4.10 Pengolahan Data Dan Analisis Data ...................................................... 48
4.10.1 Pengolahan Data ............................................................................. 48
4.10.2 Analisis Data................................................................................... 49
4.11 Etika Penelitian ...................................................................................... 50
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 53
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ................................................ 53
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................................ 54
5.2.1 Data Umum....................................................................................... 54
5.2.2 Data Khusus ...................................................................................... 55
5.3 Pembahasan .............................................................................................. 57
5.3.1 Tingkat Kecemasan Sebelum diberikan terapi ................................. 58
5.3.2 Tingkat Kecemasan Sesudah diberikan terapi ................................. 61
5.3.3 Pengaruh Pemberian Terapi .............................................................. 63
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 65
BAB 6 PENUTUP ............................................................................................... 67
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 67
6.2 Saran ......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69
LAMPIRAN ................................................................................................... 72
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian .............................................................. 39
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 44
Tabel 5.1 Tendensi Sentral Pasien Berdasarkan Usia ......................................... 54
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 55
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Lama Dirawat .................... 55
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pre-Test Pada Anak
Usia Prasekolah Di Ruang Melati RSUD Kota Madiun .................... 56
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Post-Test Pada Anak
Usia Prasekolah Di Ruang Melati RSUD Kota Madiun .................... 56
Tabel 5.6 Hasil Uji Wilcoxon Data Pretest Dan Posttest Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah ......................................................................... 57
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 36
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .................................................................... 37
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 42
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pencarian Data Awal ............................................................ 72
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 73
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian ....................................................... 74
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian .............................................. 75
Lampiran 5 SOP Terapi Bermain Mewarnai Gambar....................................... 76
Lampiran 6 Penjelasan Penelitian ..................................................................... 82
Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Responden ................................................... 83
Lampiran 8 Kuesioner Kecemasan Pada Anak ................................................. 84
Lampiran 9 Jadwal Penelitian ........................................................................... 85
Lampiran 10 Hasil Tabulasi .............................................................................. 86
Lampiran 11 Hasil Olah Data Distribusi Frekuensi .......................................... 88
Lampiran 12 Hasil Uji Wilcoxon ...................................................................... 90
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 91
Lampiran 14 Lembar Konsultasi ....................................................................... 92
-
xv
DAFTAR ISTILAH
Amigdala : Bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk
mendeteksi rasa takut dan mempersiapkan diri
untuk kejadian darurat
Anxiety : Ansietas / Kecemasan
Benefit : Prinsip Manfaat
Hippocampus : Bagian dari sistem limbik yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan memori
Inform Concent : Persetujuan
Kriteria Inklusi : Ciri-ciri anggota populasi yang tidak dijadikan
sampel
Kriteria Eksklusi : Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil atau
dijadikan sebagai sampel
Neocortex : Pengatur pesan-pesan yang diterima melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan dan penciuman
Nontoxic : Tidak beracun
One group Pra-Post
Test Design
: Eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok
saja tanpa kelompok pembanding
Realiting Testing
Ability
: Kemampuan menilai realitas
Thalamus : Kontrol tubuh motorik secara sadar, kesadaran dan
siklus tidur / bangun-nya.
Treatment : Pengobatan
Total Sampling : Jumlah sampel sama dengan jumlah populasi
Uji Non Parametric : Metode yang tidak mendasarkan pada asumsi
distribusi populasi
Uji Wilcoxon : Uji non parametris untuk mengukur signifikansi
antara 2 kelompok data berpasangan berskala
ordinal atau interval tetapi berdistribusi tidak
normal.
-
xvi
DAFTAR SINGKATAN
SAS/SRAS : Zung-Self Rating Anxiety Scale
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
RTA : Reality Testing Of Ability
WHO : World Health Organization
-
xvii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
kuruniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Prasekolah Selama Hospitalisasi Di RSUD Kota Madiun”.
Tersusunnya proposal skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan
dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. dr. Resti Lestantini, M.Kes selaku direktur RSUD Kota Madiun yang
telah memberikan izin serta kerja samanya selama proses pengambilan
data.
2. Zaenal Abidin, S.KM.,M(Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti P., S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dewan Penguji dan Ketua
Prodi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Sesaria Betty M., S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai pembimbing I skripsi
yang dengan kesabaran dan ketelitian dalam membimbing, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Sunarsih.,S.ST.,M.M sebagai pembimbing II skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi.
6. Keluarga yang telah memberikan dukungan, doa dan nasehat.
-
xviii
7. Teman-teman program studi Ilmu Keperawatan atas dukungan dan
kerja samanya.
8. Pasien anak usia prasekolah di RSUD Kota Madiun yang telah
bersedia menjadi responden atas kerja samanya dalam pengambilan
data.
9. Semua pihak yang peneliti tidak sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
Madiun, 9 Agustus 2017
Peneliti
DEVI PURWATI
201302070
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh suatu alasan yang berencana dan
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah, selama proses tersebut
anak dapat mengalami kejadian berupa pengalaman yang sangat traumatik dan
penuh dengan stress (Supartini, 2012). Anak yang sakit dan harus dirawat
dirumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan
kebiasaan seperti biasanya (Nelson dalam Elfira, 2011). Lingkungan dan
orang-orang asing, perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak
merupakan sumber utama stres, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang
pertama kali dirawat di rumah sakit (Nelson dalam Elfira, 2011).
Anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya anak akan dilarang
untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut tentunya
akan mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan kecemasan pada anak
(Samiasih, 2007). Reaksi anak pada hospitalisasi secara garis besar adalah
sedih, takut dan bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah
dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan
sesuatu yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Wong,
2009). Dampak yang ditimbulkan dari hospitalisasi jika tidak segera diatasi
maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial, terutama pada anak-
anak (Supartini, 2006).
-
2
Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani
hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah
tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres. Di Indonesia diperkirakan 35
per 1000 anak menjalani hospitalisasi. Di RSUD Dr.Soetomo Surabaya
tentang perilaku anak sakit menunjukkan bahwa 70% pasien pada awalnya
menunjukkan perilaku yang negative (agresif maupun depresif) dengan tidak
melihat jenis diagnosanya (Suparto dalam Tjahjono, 2014). Dari studi
pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota Madiun didapatkan jumlah pasien
anak dari bulan Desember 2016 – Februari 2017 jumlah anak yang dirawat
yaitu 462 anak, sedangkan anak usia (3-6) tahun yang dirawat mencapai 62
anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2016) di RSUD Kota
Madiun didapatkan bahwa dari 10 anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang di
rawat di ruangan tersebut 2 (20%) anak mengalami kecemasan ringan, 4
(40%) anak mengalami kecemasan sedang, dan 4 (40%) anak mengalami
kecemasan berat.
Anak yang mengalami stress akan mengalami peningkatan kortisol, yang
mana kortisol tersebut akan menghambat pembentukan antibody, menurunkan
sel darah putih dan imunitas tubuh. Adanya penekanan system imun inilah
nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan,
sehingga memerlukan waktu perawatan yang cukup lama dan bahkan akan
mempercepat terjadinya komplikasi selama perawatan (Tjahjono, 2014).
Khususnya pada masa prasekolah (3-6tahun) reaksi anak terhadap
hospitalisasi adalah menolak makan,sering bertanya, menangis perlahan, tidak
-
3
kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sering sekali hospitalisasi
dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut
sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja
sama dengan perawat (Wong, 2009).
Bermain adalah suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa
(Alimul, 2005). Bermain adalah media terbaik untuk belajar karena dengan
bermain, anak-anak akan berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, dan melakukan apa yang dapat dilakukannya (Whaley dan Wong,
2009). Bermain penting untuk mengembangkan emosi, fisik, dan pertumbuhan
kognitif anak, selain itu bermain juga merupakan cara anak untuk belajar,
bermain bisa menurunkan dampak kecemasan dan untuk meningkatkan
kreatifitas anak melalui beberapa jenis permainan (Nelson dalam aidar, 2011).
Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan
terhadap anak yang dikenal dengan terapi bermain (Tedjasaputra, 2007). Pada
anak-anak yang belum bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka
misalnya pada anak usia prasekolah usia (3-6tahun) permainan menggambar,
melukis atau mewarnai merupakan permainan yang sesuai prinsip bermain di
Rumah Sakit dan dapat membantu mengekspresikan pikiran perasaan cemas,
takut, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004).
Menggambar atau mewarnai merupakan salah satu permainan yang
memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik
-
4
(sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan perasaannya
dengan cara menggambar, ini berarti menggambar bagi anak merupakan suatu
cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata (Suparto, 2003,
dalam Paat, 2010 ). Dengan menggambar atau mewarnai gambar juga dapat
memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah
sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan
perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun
masih menjalani perawatan di rumah sakit (Suparto, 2003, dalam Paat, 2010 ).
Mewarnai memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan
sangat terapeutik (Sebagai permainan penyembuh/therapeutic play) yang
membuat anak mengekspresikan perasaannya sebagai komunikasi tanpa
menggunakan kata, warna juga merupakan media terapi untuk membaca
emosi seseorang dan dapat meringankan stress pada anak ( Farida, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fricilia Euklesia
Wowiling, Amatus Yudi Ismanto, dan Abram Babakal (2013) tentang
kecemasan anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi, hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (
-
5
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar
terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi di RSUD
Kota Madiun?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar
terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi di RSUD
Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi
sebelum dilakukan terapi bermain mewarnai gambar di RSUD Kota
Madiun.
2. Mengidentifikasi kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi,
setelah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar di RSUD Kota
Madiun.
3. Menganalisis pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat
kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
-
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang pengaruh
pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap penurunan tingkat
kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.1 Manfaat Bagi Keluarga
Memberikan informasi tentang pengaruh terapi bermain mewarnai
gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan selama hospitalisasi
pada keluarga.
1.4.2 Manfaat Bagi Perawat di Ruang Anak RSUD Kota Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan
sumbangan pemikiran serta bahan evaluasi bagi kecemasan anak
selama hospitalisasi.
1.4.3 Manfaat Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur di keperawatan anak
dan menjadi tambahan informasi tentang pengaruh terapi bermain
mewarnai gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan selama
hospitalisasi pada anak.
-
7
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta lebih memahami
tentang teori dan aplikasi terapi bermain mewarnai pada anak prasekolah selama
hospitalisasi.
-
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bermain
2.1.1 Pengertian
Bermain adalah media terbaik untuk belajar karena dengan
bermain, anak-anak akan berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, dan melakukan apa yang dapat dilakukannya ( Whaley
& Wong, 2009). Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Supartini (2012) menjelaskan bahwa bermain sebagai aktifitas yang
dapat dilakukan anak sebagai upaya stimulasi pertumbuhan dan
perkembangannya dan bermain pada anak di rumah sakit menjadi media
bagi anak untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi dan distraksi
perasaan yang tidak nyaman. Sedangkan menurut Wong (2009) bermain
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
bermain merupakan media terbaik untuk belajar karena dengan bermain,
anak – anak akan berkata-kata atau berkomunkasi, belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan
mengenal waktu, jarak, serta suara.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangakan hasil akhir sebagai
cara untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi, distraksi perasaan tidak
-
9
nyaman dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak karena bermain
sama dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress
anak, media bagi anak untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya.
2.1.2 Tujuan Terapi Bermain
Supartini (2012) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain
antara lain :
1) Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di
rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap di lanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2) Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya
pada saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang
belum dapat mengespresikannya secara verbal, permainan adalah
media yang sangat efektif untuk mengeskpresikannya.
3) Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya
untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan
dirawat di rumah sakit.
-
10
2.1.3 Fungsi Bermain
Wong (2009) mengemukakan bahwa fungsi bermain antara lain :
1) Perkembangan Sensori Motorik; memperbaiki keterampilan
motorik kasar dan halus serta koordinasi, meningkatkan
perkembangan semua indera, mendorong eksplorasi pada sifat
fisik dunia, memberikan pelampiasan kelebihan energy.
2) Perkembangan Intelektual; memberikan sumber-sumber yang
beranekaragam untuk pembelajaran, eksplorasi dan manipulasi
bentuk, ukuran, tekstur dan warna, pengalaman dengan angka,
hubungan yang renggang, konsep abstrak, kesempatan untuk
mempraktekkan dan memperluas ketrampilan
berbahasa,memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman
masa lalu dalam upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi
dan hubungan baru, membantu anak memahami dunia dimana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita.
3) Perkembangan Sosialisasi dan Moral ; mengajarkan peran
orang dewasa, termasuk perilaku peran seks, memberikan
kesempatan untuk menguji hubungan, mengembangkan
ketrampilan sosial, mendorong interaksi dan perkembangan
sikap yang positif terhadap orang lain, menguatkan pola
perilaku yang telah disetujui oleh standar moral.
-
11
2.1.4 Bermain Untuk Anak yang Dirawat di Rumah Sakit
Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang
penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa
bukti ilmiah menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri
merupakan penyebab stres bagi anak dan orang tuanya, baik
lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan ruang rawat, alat-alat,
bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan
sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap
petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan seperti takut, cemas, tegang,
nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali
dialami anak. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengekspresikan perasaan tersebut. Media yang paling efektif adalah
melalui kegiatan bermain, permainan yang terapeutik didasari oleh
pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktifitas yang sehat
dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan
pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari
pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brenan dalam Supartini,
2004).
Aktifitas bermain yang dilakukan perawat di rumah sakit
akan memberi keuntungan sebagai berikut :
-
12
1) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan
perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat
mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan
menyenangkan dengan anak dan keluargannya.
2) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan
rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,
tegang dan nyeri.
4) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan
pada anak dan keluarganya.
Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang
dilaksanakan di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi
kesehatan anak. Adapun beberapa prinsip permainan pada anak di
rumah sakit, yaitu :
1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang
sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring,
harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan
-
13
anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat
bermain khusus yang ada di ruangan rawat.
2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak,
menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang
tersedia diruangan. Kalaupun membuat suatu alat permainan, pilih
yang sederhana supaya tidak melelahkan anak.
3) Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat
permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang
anak untuk berlari-lari dan bergerak secara berlebihan misalnya:
bercerita atau membacakan cerita yang sifatnya menghibur.
4) Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
5) Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang
tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya
stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat di
rumah sakit, termasuk dalam aktifitas bermain anaknya. Orang tua
harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal
permainan sampai mengevaluasi hasil permainan anak bersama
dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
2.1.5 Syarat Bermain
Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat
melakukan kegiatan bermain yang baik untuk anak (Adriana,
2013), yaitu :
-
14
1) Perhatikan faktor usia anak
Sesuaikan mainan aktivitas dengan kematangan motorik
anak, yaitu sejauh mana gerakan-gerakan otot tubuh siap
melakukan gerakan-gerakan tertentu. Juga sesuaikan dengan
kognisinya, yaitu sejauh mana anak mampu memahami
permainan itu. Jika terlalu sulit, anak jadi malas bermain dan
jika terlalu gampang ia cepat bosan. Untuk itu pilihlah mainan
yang dapat merangsang kreativitas anak.
2) Tidak harus sehat
Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat, namun
anak yang sakitpun diperbolehkan untuk bermain, malah bisa
mempercepat proses kesembuhannya tentunya jenis
permainannya disesuaikan kondisi fisik. Misalnya pilih
permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat,
mewarnai, menggambar atau mendengarkan dongeng,
memainkan jari-jemari sambil bercerita, main tebak-tebakan,
dll.
3) Lama bermain
Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif.
Namun sebaiknya bermain tak terlalu lama agar anak tak
mengabaikan tugas-tugas lainnya seperti makan, mandi dan
tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit karena rentang
perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih besar,
-
15
buatlah komitmen lebih dulu. Misal, boleh main selama 1 jam,
setelah itu makan atau mandi. Namun kita harus konsisten
dengan aturan itu agar anak tidak bingung. Bagi anak yang
sakit, jika ia butuh banyak istirahat, jangan dipaksa.
4) Pastikan mainannya aman
Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan
betul. Pilih yang tidak mudah rusak pecah ataupun terurai
seperti manik-manik karena di khawatirkan akan masuk mulut
atau lubang telinga hidung. Jangan pula memberikan mainan
yang bertali panjang, berukuran kecil dan menggunakan
listrik. Selain itu secara umum mainan anak haruslah tidak
boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam atau
berujung runcing, catnya tidak beracun (nontoxic), tidak
mudah mengelupas, menjepit, dan tidak menimbulkan api.
5) Dampingi anak
Perlu diingat, mainan bukan pengganti orang tua,
melainkan sarana untuk mendekatkan hubungan orang tua
dengan anak jadi, selalu dampingi anak kala bermain. Tanpa
arahan kita, anak akan bermain sendiri tanpa mengenal tujuan
dari permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu selalu
mendampingi mereka dalam bermain. Hal ini juga untuk
mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti
sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini
-
16
juga dapat memacu pertumbuhan harga diri anak dengan
memberikan penghargaan pada setiap hasil kegiatan atau
penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.
Ada beberapa macam permainan anak sebagaimana
disebutkan (Abu Ahmadi dalam Yusuf, 2011), yaitu :
1) Permainan fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat,
naik, dan turun tangga, berlari-lari, naik dan turun tangga,
bermain tali dan bermain bola.
2) Permainan fiksi, seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main
sekolah-sekolahan, dagang-dagangan, perang-perangan dan
masak-masakan.
3) Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari
tanah liat, membuat kue dari tanah liat membuat gunung pasir,
membuat gerobak dari kulit jeruk, membentuk bangunan
rumah-rumahan dari potongan-potongan kayu dan membuat
senjata dari pelepah daun pisang.
4) Permainan prestasi, seperti sepak bola, bola voli, tenis meja
dan bola basket.
5) Permainan reseptif dan apresiatif, seperti mendengarkan cerita
atau dongeng, melihat gambar, atau melihat orang melukis.
Beberapa permainan pada anak pra sekolah, saat mereka
mengalami sakit ringan, alat mainan yang dapat diberikan
berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-
-
17
teki, menyusun potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat,
crayon, alat mainan bermusik dan majalah anak-anak. Dan
saat anak prasekolah mengalami sakit sedang, mainan yang
diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan,
buku bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2008).
2.1.6 Terapi Bermain dengan Mewarnai Gambar
1) Pengertian Mewarnai
Menurut Nursetyaningsih (2015) mewarnai merupakan
proses memberi warna pada suatu media, mewarnai gambar
diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai buku gambar adalah terapi permainan
melalui buku gambar untuk mengembangkan kreativitas pada
anak untuk mengurangi stress dan kecemasan serta
meningkatkan komunikasi pada anak (Supartini, 2004).
Menurut Supartini (2004) manfaat mewarnai gambar sebagai
berikut :
a) Mewarnai gambar merupakan media berekspresi.
b) Membantu mengenal perbedaan warna.
c) Mewarnai merupakan media terapi.
d) Mewarnai melatih kemampuan koordinasi.
e) Dapat membantu menggenggam pensil.
f) Mewarnai membantu kemampuan motorik
g) Mewarnai meningkatkan konsentrasi.
-
18
h) Mewarnai dapat melatih anak mengenal garis bidang
i) Mewarnai melatih anak membuat target.
h) Warna sebagai media komunikasi.
Menurut Gusnadi(2013) tujuan mewarnai gambar sebagai
berikut :
a) Gerakan motorik halusnya lebih terarah
b) Berkembang kognitifnya
c) Dapat bermain sesuai tumbuh kembangnya
d) Dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman
sebaya
e) Cemas/stress selama dirawat di RS berkurang/hilang
2) Pengaruh Pemberian Terapi Mewarnai
Menurut Faris (2009) Dalam otak manusia, terdapat
struktur yang mengelilingi pangkal otak, yaitu sistem limbik.
Didalam sistem limbik tersebut terdapat amigdala, yang
berfungsi sebagai bank memori emosi otak, tempat menyimpan
semua kenangan baik tentang kejayaan dan kegagalan, harapan
dan ketakutan, kejengkelan dan frustasi Struktur otak lainnya
adalah hippocampus dan neocortex. Dalam ingatan, amigdala
dan hippocampus bekerja bersama – sama, masing – masing
menyimpan dan memunculkan kembali informasi khusus secara
mandiri. Bila hippocampus memunculkan kembali informasi
-
19
maka amigdala menentukan apakah informasi mempunyai nilai
emosi tertentu.
Menurut Potter (2005) Sakit dan dirawat di rumah sakit
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak.
Pada saat itu, data yang masuk melalui lima panca indera
(penglihatan, penciuman, pengecapan, pendengaran, dan
sentuhan) semua masuk melalui otak tengah (thalamus) dan
direkam, disimpan secara tidak sadar oleh hipocampus dan
muatan emosi tersimpan di amigdala. Menurut Potter (2005)
Melalui mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan
simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya
kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara
psikologis menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan
perasaan – perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan
tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar.
Melalui mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah
mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa
sedih, tertekan, stres, menciptakan gambaran – gambaran yang
membuat kita kembali merasa bahagia, dan membangkitkan masa
– masa indah yang pernah kita alami bersama orang – orang yang
kita cintai. Melalui aktifitas mewarnai gambar, emosi dan
perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat
menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai
-
20
dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan
membantu dalam mengurangi stress/cemas yang dialami anak.
(Hidayah, 2011).
3) Aturan Bermain Mewarnai Gambar
Menurut Gusnadi (2013), yaitu :
1. Persiapan
a. Waktu : 5 menit
b. Menyiapkan ruangan
c. Menyiapkan alat
d. Menyiapkan peserta
2. Pembukaan
a. Waktu : 5 menit
b. Perkenalan dengan anak dan keluarga
c. Anak yang akan bermain saling berkenalan
d. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Kegiatan
a. Waktu : 20 menit
b. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai
yang sudah tersedia
c. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar yang
disukai
4. Penutup
a. Waktu : 5 menit
-
21
b. Memberikan pujian pada anak yang menyelesaikan
mewarnai gambar dengan baik
c. Merapikan alat
d. Cuci tangan
5. Evaluasi Proses
a. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
b. Anak merasa senang
c. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
Evaluasi Hasil
a. Anak terlihat tidak cemas
b. Anak tidak takut lagi dengan perawat
Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
aktifitas bermain
2.2 Konsep Tingkat Kecemasan pada anak prasekolah
2.2.1 Pengertian
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian
masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ Splitting of
Personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal (Hawari, 2011). Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri
-
22
Fauziah & Julianti Widuri, 2007) Kecemasan adalah respon terhadap
situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi
menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.
2.2.2 Gejala Umum Kecemasan
Menurut Kaplan (1998), Setiap orang mempunyai reaksi yang
berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-masing individu,
beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara
simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya
sangat mengganggu.
1) Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara
berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung
semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam
beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan
kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada
orang normal.
2) Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa
individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini
sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya
adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru
memperburuk kondisi sebelumnya.
-
23
3) Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan
yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi
pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4) Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi.
Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan
fight or flight terhadap stressor.
5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas
seksual
6) Gangguan tidur
7) Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal
pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi
pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan
gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada
kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).
-
24
2.2.3 Kecemasan Pada Anak
Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia antara dua
sampai enam tahun. Dalam jumlah tertentu kecemasan adalah sesuatu
yang normal. Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia
prasekolah adalah kecemasan akibat perpisahan (Wong, 2009).
Kecemasan yang timbul pada anak tidak selalu bersifat patologi tetapi
dapat juga disebabkan oleh proses perkembangan itu sendiri atau karena
tingkah laku yang salah satu dari orang tua.
Menurut Nursalam (2008), manifestasi cemas pada anak antara lain :
a) Fase protes
Perilaku yang dapat diobservasi pada fase ini yakni menangis,
berteriak, menghindari dan menolak kontak mata dengan orang
asing, mencoba menahan orang tua secara fisik untuk tetap tinggal.
Perilaku-perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam
sampai beberapa hari. Protes seperti menangis, dapat terus
berlangsung hanya berhenti bila lelah, Pendekatan orang asing
dapat mencetuskan peningkatan stres.
b) Fase putus asa
Perilaku yang dapat diobservasi pada fase ini yakni tidak aktif,
menarik diri dari orang lain, depresi, sedih, tidak komunikatif,
lamanya perilaku tersebut berlangsung bervariasi.
c) Fase pelepasan
-
25
Pada fase ini perilaku yang dapat diobservasi antara lain
menunjukkan peningkatan minat terhadap lingkungan sekitar,
berinteraksi dengan orang asing atau pemberi asuhan yang
dikenalnya, membentuk hubungan baru namun dangkal, tampak
bahagia, pelepasan biasanya terjadi setelah perpisahan yang terlalu
lama dengan orang tua. Selain itu anak juga menunjukkan perilaku
yang kaku dan kekhawatiran yang berlebih terhadap suatu aturan.
Sebagian anak menunjukkan sikap pemalu, dan tidak merasa
nyaman dengan suatu hobi atau kegiatan rekreasi bersama. Tidak
jarang diantara mereka menyadari bahwa keadaan dan
kekhawatiran yang dialami lebih disebabkan karena situasi yang
sedang terjadi, namun mereka tidak dapat menghentikan
kecemasan tersebut. Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan
kecemasan umum pada anak-anak:
a) Gelisah, gemetar, berkeringat dingin.
b) Jantung berdengup kencang, sesak nafas.
c) Sering buang air kecil.
d) Susah berkonsentrasi.
e) Menangis, berdiam diri, ketakutan.
f) Mudah merasa lelah.
g) Menghindari interaksi dengan orang baru.
h) Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut.
-
26
2.2.4 Respon – Respon Kecemasan
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung
melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya
untuk melawan timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock, 1998).
Menurut Stuart (2001) pada orang yang cemas akan muncul
beberapa respon yang meliputi :
1) Respon fisiologis
a) Kardiovaskular : palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan
darah menurun, denyut nadi menurun.
b) Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan
terengah-engah.
c) Gastrointestinal : nafsu makan menurun, tidak nyaman pada
perut, mual dan diare.
d) Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan
pusing.
e) Traktus urinarius : sering berkemih.
f) Kulit : keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.
2) Respon perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor,
ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat,
menghindar, kurang kooordinasi, menarik diri dari hubungan
interpersonal dan melarikan diri dari masalah.
-
27
3) Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu,
pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir,
kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak
mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi
dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada
gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
4) Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah
terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada,
gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
Menurut Nevid, dkk (2005) Respon yang muncul yaitu :
1) Respon Fisik
a) Kegelisahan, kegugupan
b) Tangan atau anggota tubuh bergetar atau gemetar
c) Banyak berkeringat
d) Sulit bicara
e) Sulit bernafas
f) Bernafas pendek
g) Jantung berdebar keras atau berdetak kencang
h) Pusing
i) Merasa lemas atau mati rasa
j) Tangan yang dingin dan lembab
-
28
k) Sering buang air
l) Wajah terasa memerah
m) Diare
n) Panas dingin
2) Respon Behaviour
a) Perilaku menghindar
b) Perilaku terguncang
c) Perilaku melekat dan dependen
Menurut Sundari (2004) Respon psikis yang muncul
yaitu :
a) Ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat
memusatkan perhatian
b) Tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak
Menurut Perry & Potter (2005), faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasan antara lain :
a) Jenis kelamin
Pada umur 2-5 tahun, kecemasan lebih sering terjadi pada anak
laki laki daripada anak perempuan. Selain itu umumnya
perempuan dalam merespon stimulus atau rangsangan yang
berasal dari luar lebih kuat dan lebih intensif dari pada laki-laki
(Kartono 2002).
b) Umur
-
29
Menurut Kartono (2002), bahwa semakin tua seseorang semakin
baik seseorang dalam mengendalikan emosinya.
c) Lama hari rawat
Lama hari rawat dapat mempengaruhi kecemasan seseorang yang
sedang dirawat juga keluarga dari klien tersebut. Kecemasan
anak yang dirawat di rumah sakit akan sangat terlihat pada hari
pertama sampai kedua bahkan sampai hari ketiga, dan biasanya
memasuki hari keempat atau kelima kecemasan yang dirasakan
anak akan mulai berkurang. Kecemasan pada anak yang sedang
dirawat bisa berkurang karena adanya dukungan orang tua yang
selalu menemani anak selama dirawat, teman-teman anak yang
datang berkunjung kerumah sakit atau anak sudah membina
hubungan yang baik dengan petugas kesehatan (perawat, dokter)
sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan anak.
2.2.6 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kecemasan Pada Anak
Menurut Wong (2000), upaya untuk mengatasi kecemasan pada
anak antara lain yaitu :
a) Melibatkan orang tua anak, agar orang tua berperan aktif dalam
perawatan anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal
bersama anak selama 24 jam. Jika tidak mungkin, beri kesempatan
orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud untuk
mempertahankan kontak antara mereka.
-
30
b) Modifikasi lingkungan rumah sakit, agar anak tetap merasa
nyaman dan tidak asing dengan lingkungan baru.
c) Peran dari petugas kesehatan rumah sakit (dokter, perawat),
dimana diharapkan petugas kesehatan khususnya perawat harus
menghargai sikap anak karena selain orang tua perawat adalah
orang yang paling dekat dengan anak selama perawatan dirumah
sakit. Sekalipun anak menolak orang asing (perawat), namun
perawat harus tetap memberikan dukungan dengan meluangkan
waktu secara fisik dekat dengan anak mengajak bermain dengan
mewarnai gambar.
2.2.7 Cara Penilaian Tingkat Kecemasan
Menurut Nursalam (2013) untuk menilai tingkat kecemasan
memakai Zung – Self Rating Anxiety Scale (SAS). Metode SAS sebagai
berikut :
No Pertanyaan Jawaban
0 1
1 Anak saya/Saya merasa lebih gelisah
atau gugup dan cemas dari biasanya
2 Anak saya/Saya merasa takut tanpa
alasan yang jelas
3 Anak saya/Saya mudah marah,
tersinggung atau panic
4 Kedua kaki dan tangan saya gemetar
-
31
5 Anak saya/Saya sering terganggu oleh
sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot
6 Anak saya/Saya merasa badan saya
lemah dan mudah lelah
7 Anak saya/Saya tidak dapat istirahat
atau duduk dengan tenang
8 Anak saya/Saya merasa jantung saya
berdebar-debar dengan keras dan cepat
9 Anak saya/Saya sering mengalami
pusing
10 Anak saya/Saya merasa kaku atau mati
rasa dan kesemutan pada jari - jari saya
11 Anak saya/Saya merasa sakit perut atau
gangguan pencernaan
12 Anak saya/Saya sering kencing daripada
biasanya
13 Anak saya/Saya merasa tangan saya
dingin dan sering basah oleh keringat
14 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
15 Anak saya/Saya sulit tidur dan tidak
dapat istirahat malam
16 Anak saya/Saya mengalami mimpi –
mimpi buruk
-
32
Keterangan :
0 : Tidak pernah sama sekali
1 : Ya
Kriteria :
Ringan : 1-4 Berat : 9-12
Sedang : 5-8 Panik : 13-16
2.3 Konsep Hospitalisasi
2.3.1 Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah
(Supartini, 2004). Sedangkan menurut Wong (2000) Hospitalisasi
merupakan Suatu kejadian krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat
dirumah sakit. Kejadian ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi
tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan menimbulkan stress.
Pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stress
hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing
-
33
dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan
(Nursalam,2008).
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Terhadap Sakit
dan Rawat Inap di Rumah Sakit
Menurut Supartini (2004), Faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di Rumah Sakit antara lain:
a) Pola asuh keluarga
Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan
anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak
dirawat di rumah sakit. Beda dengan keluarga yang suka
memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari anak akan lebih
kooperatif bila dirumah sakit.
b) Keluarga
Keluarga yang terlalu khawatir atau stres anaknya yang dirawat di
rumah sakit akan menyebabkan anak menjadi semakin stres dan
takut.
c) Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya
Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan
dirawat di rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan anak takut
dan trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit
mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan
lebih kooperatif pada perawat dan dokter.
d) Support system yang tersedia
-
34
Anak mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk
melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak
biasanya akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya
misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai
dengan permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di rumah
sakit, didampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk
saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan.
e) Ketrampilan koping dalam menangani stressor.
Apabila mekanisme koping anak baik dalam menerima dia harus
dirawat di rumah sakit akan lebih kooperatif anak tersebut dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
2.3.3 Dampak Hospitalisasi Pada Anak
Menurut Wong (2009), penyakit dan hospitalisasi merupakan krisis
bagi anak, terutama karena adanya stress akibat perubahan lingkungan
dan kondisi dari sehat menjadi sakit, serta anak mempunyai
keterbatasan dalam mekanisme koping dalam menghadapi stressor.
Menurut wong (2009), stressor yang ditunjukkan anak usia
prasekolah pada saat hospitalisasi adalah :
1) Cemas akibat perpisahan
Kecemasan akibat perpisahan adalah stres terbesar yang dialami
anak usia prasekolah saat hospitalisasi. Kecemasan tersebut
ditunjukkan dengan cara menolak makan, mengalami sulit tidur,
menangis, selalu menanyakan orang tua, dan menarik diri.
-
35
2) Kehilangan kendali
Kehilangan kendali pada anak usia prasekolah akan meningkatkan
persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi anak dalam melakukan
mekanisme koping. Kehilangan kendali pada anak usia prasekolah
diakibatkan oleh adanya perubahan rutinitas, retriksi fisik, serta
ketergantungan yang harus dipatuhi.
3) Cedera tubuh
Konflik psikoseksual anak sangat rentan terhadap ancaman cedera
tubuh. Prosedur invasif yang dilakukan terhadap anak
menimbulkan sakit maupun tidak menjadi ancaman anak usia
prasekolah karena konsep integritas tubuh yang belum berkembang
dengan baik.
4) Nyeri
Reaksi nyeri pada usia prasekolah hampir sama dengan anak usia
toddler. Anak usia prasekolah akan mendorong orang yang akan
melakukan prosedur agar menjauh, mencoba mengamankan atau
menyingkirkan peralatan, atau berusaha mengunci dirinya ditempat
yang aman.
-
36
2.3.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka teori tentang pengaruh pemberian terapi bermain
mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah
selama hospitalisasi.
Faktor yang berhubungan dengan
kecemasan pada anak :
a. Jenis kelamin b. Umur
c. Lama hari rawat
Faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi anak terhadap sakit dan rawat
inap di rumah sakit :
a. Pola asuh keluarga b. Keluarga c. Pengalaman dirawat di
rumah sakit sebelumnya
d. Support system yang tersedia
e. Ketrampilan koping dalam
mengangani stressor
Kecemasan anak
prasekolah selama
hospitalisasi
Manifestasi cemas pada anak :
1. Fase protes 2. Fase putus asa 3. Fase pelepasan
Upaya untuk mengatasi kecemasan
pada anak :
1. Melibatkan orang tua dalam perawatan
2. Modifikasi lingkungan
rumah saakit
Kecemasan pada anak
berkurang/teratasi
3. Terapi Bermain mewarnai
gambar
-
37
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diukur : Berhubungan
: Berpengaruh
: Tidak diukur
Gambar 3.1. Kerangka konseptual tentang pengaruh pemberian terapi bermain
mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah
selama hospitalisasi.
Faktor yang berhubungan dengan
kecemasan pada anak :
a. Jenis kelamin b. Umur
c. Lama hari rawat
Faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi anak terhadap sakit dan rawat
inap di rumah sakit :
a. Pola asuh keluarga b. Keluarga c. Pengalaman dirawat di
rumah sakit
sebelumnya
d. Support system yang tersedia
e. Ketrampilan koping dalam mengangani
stressor
Upaya untuk mengatasi
kecemasan pada anak :
1. Melibatkan orang tua dalam perawatan
2. Mofifikasi lingkungan rumah sakit
3. Terapi bermain mewarnai
gambar
Kecemasan
-
38
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa pada penelitian ini, penulis
ingin melihat pengaruh antara terapi bermain mewarnai gambar dengan
kecemasan anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi/perawatan di rumah
sakit. Faktor yang berhubungan kecemasan pada anak usia prasekolah yang
mengalami hospitalisasi/perawatan di rumah sakit antara lain adalah jenis
kelamin, umur, lama hari rawat. Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit antara lain adalah
pola asuh keluarga, keluarga, pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya,
support system yang tersedia, ketrampilan koping dalam menangani stressor.
Sedangkan untuk mengatasi kecemasan pada anak ada 3 cara antara lain
dengan melibatkan orang tua dalam perawatan, memodifiksi lingkungan
rumah sakit, dan melakukan terapi bermain mewarnai gambar.
Dengan demikian, diharapkan dengan adanya pemberian terapi bermain
mewarnai gambar kecemasan pada anak prasekolah yang mengalami
perawatan di rumah sakit/hospitalisasi dapat teratasi/berkurang.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013).
Ha : ada pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap kecemasan anak
prasekolah selama hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
-
39
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Pra-Eksperimental
dengan pendekatan One Group Pra-Post Test Design. Ciri tipe penelitian ini
adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu
kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2013).
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian
Subyek Pra-Tes Perlakuan Post-Tes
S O1 X O2
Keterangan :
S : Subyek
O1 : Observasi tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain
mewarnai gambar
X : Intervensi (terapi bermain mewarnai gambar)
O2 : Observasi tingkat kecemasan setelah dilakukan terapi bermain
mewarnai gambar
-
40
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
mengalami hospitalisasi di ruang Melati RSUD Kota Madiun rata-rata
dari bulan Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 berjumlah 21
anak. Dengan kriteria sebagai berikut :
a) Kriteria Inklusi
1. Anak yang diijinkan orang tuanya menjadi responden
2. Anak yang dapat diajak komunikasi atau berbicara
3. Anak yang sadar atau tidak dalam keadaan koma
4. Anak yang dirawat minimal 1 hari dan maksimal 7 hari
5. Anak yang baru pertama kali mengalami rawat inap
b) Kriteria Eksklusi
1. Kondisi sangat lemah
2. Menjalani perawatan intensif
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian (Mardalis, 2010). Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak
21 anak usia prasekolah yang dirawat di ruang Melati RSUD Kota
Madiun yang sesuai dengan kriteria inklusi.
-
41
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian
(Nursalam,2013). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini
dilakukan dengan metode total sampling yaitu suatu taknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono,
2007).
-
42
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2007).
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi :
Seluruh anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat diruang Melati
RSUD Kota Madiun yang berjumlah 21 anak
Sampel :
Seluruh anak usia prasekolah (usia 3-6 tahun) yang dirawat diruang
Melati RSUD Kota Madiun dengan jumlah 21 anak sesuai dengan kriteria
inklusi
Sampling : total sampling
Pengumpulan data :
Kuesioner kecemasan Terapi bermain mewarnai gambar Kuesioner
kecemasan
Pengolahan dan analisis data :
Editing, Coding, Scoring dan Tabulating.
Uji Statistik Wilcoxon Sign Rank Test dengan 0,05
Hasil dan kesimpulan
Desain Penelitian :
Pra-eksperimental (one group pre-post test design)
-
43
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara
menetukan variabel-variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel
independen, dependen, moderator, kontrol dan interving (Hidayat, 2007).
Variabel penelitian ini yaitu :
1) Variable independent (variabel bebas)
Variable independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (Sugiyono,
2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi bermain
mewarnai gambar.
2) Variable dependent (variabel terikat)
Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variable independent (Sugiyono, 2011).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada anak
prasekolah selama hospitalisasi.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengkuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk
kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).
-
44
Tabel 4.2. Definisi operasional variabel
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional
Indikator
Alat
Ukur
Skala
Data
Skor Kriteria
Variabel
bebas :
Terapi
bermain
mewarnai
gambar
Metode
bermain
mewarnai
gambar untuk
anak
prasekolah (3-
6 tahun) yang
mengalami
hospitalisasi
Persiapan,
proses terapi
bermain
mewarnai
gambar,
kesimpulan
SOP - - -
Variabel
terikat :
Kecemasan
anak usia
prasekolah
Ketakutan atau
kekhawatiran
yang dialami
anak usia
prasekolah (3-
6 tahun) yang
mengalami
hospitalisasi
1. Kecemasan 2. Takut 3. Mental 4. Nyeri tubuh 5. Tremor 6. Kelemahan 7. Gelisah 8. Jantung 9. Pusing 10. Kesemutan 11. Sakit perut 12. Frekuensi
kencing
13. Berkeringat 14. Wajah
memerah
15. Gangguan tidur
16. Mimpi buruk
Kuesioner Ordinal Tidak
pernah :
0
Ya : 1
Ringan
: 1-4
Sedang
: 5-8
Berat
: 9-12
Panik
: 13-16
-
45
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1) Kuesioner tingkat kecemasan pada anak berupa 16 pertanyaan
menggunakan skala Zung – Self Rating Anxiety (SAS).
2) Instrument pada variabel mewarnai gambar adalah menggunakan lembar
Standart Operasional Prosedur (SOP).
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat (Arikunto, 2010). Untuk menghitung r atau koefisien korelasi dan tingkat
signifikannya dapat digunakan bantuan program komputer. Menurut arikunto
(2010). Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner Zung – Self Rating Anxiety Scale (SAS) yang baku
dan dimodifikasi oleh Yudha (2016) di RS dr.Soeroto Ngawi dan di ujikan
kepada 15 orang responden dan diperoleh hasil uji dari 20 pertanyaan yang
tidak valid no 3,5,12,13.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
instrument yang digunakan telah reliabel. Suatu alat yang dikatakan
-
46
reliable alat itu mengukur suatu gejala dalam waktu berlainan senantiasa
menunjukkan hasil yang sama (Notoadmojo, 2012). Uji reliabilitas dapat
dilakukan bersama – sama terhadap seluruh butir pertanyaan, jika nilai
alpha > 0,60 maka reliabel (Sujarweni, 2012).
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini tidak dilakukan. Kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner Zung – Self Rating Anxiety Scale (SAS)
telah dimodifikasi oleh Yudha (2016) di RS dr.Soeroto Ngawi, dan
diperoleh hasil nilai alpha cronbach 0,890 maka nilai alpha reliable.
4.8 Lokasi dan Waktu
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Kota Madiun.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juni
2017.
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2013).
Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
-
47
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Madiun.
2. Mengurus ijin penelitian kepada RSUD Kota Madiun.
3. Meminta ijin kepada kepala ruang Melati RSUD Kota Madiun untuk
melakukan penelitian.
4. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, tujuan dan
manfaat penelitian kepada calon responden dan orang tua calon responden,
bila bersedia menjadi responden maka orang tua calon responden
dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.
5. Mengumpulkan orangtua dan responden ke Play Ground Ruang Bermain
anak di RSUD Kota Madiun.
6. Kuisioner tentang tingkat kecemasan diberikan kepada orang tua
responden/ dilakukan observasi.
7. Memberikan terapi bermain mewarnai gambar kepada responden selama
±35 menit.
8. 1 hari setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar orang tua
responden diberikan kuesioner tentang tingkat kecemasan.
9. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa
kelengkapannya.
10. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.
-
48
4.10 Pengolahan Data dan Analisis Data
4.10.1 Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini melalui tahap-tahap antara lain :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini,
data yang diperoleh diteliti kembali dengan maksud untuk mengetahui
kelengkapan data yang diberikan. Setiap data yang terkumpul dilakukan
pengecekan apakah semua data telah lengkap, jika belum lengkap akan
dicari selengkapnya.
b. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2007).
a) Pemberian kode untuk kriteria kecemasan pada anak :
Kecemasan ringan : 1
Kecemasan sedang : 2
Kecemasan berat : 3
Panik : 4
c. Scoring
Scoring (pemberian skor) adalah suatu kegiatan untuk memberikan
skor sesuai jawaban yang dipilih oleh responden. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga
mempermudah perhitungan.
-
49
a. Pemberian skor untuk tingkat kecemasan pada anak :
1 : Ya
0 : Tidak
d. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2010).
4.10.2 Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik menggunakan program SPSS 16.0. Analisa data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan (Sugiyono, 2011).
Analisa data dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk
menganalisis pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap
kecemasan selama hospitalisasi pada anak prasekolah. Penyajiannya
dalam bentuk distribusi dan prosentase dari setiap variabel
(Notoatmodjo, 2012). Semua karakteristik responden dalam penelitian
ini seperti : usia, jenis kelamin dan lama hari rawat berbentuk
-
50
kategorik yang dianalisis menggunakan analisa proporsi dan
dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Lapau,
2013). Penelitian ini menggunakan analisa bivariat untuk melihat
perbedaan tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi
sebelum dan setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar.
Karena data berskala ordinal, berpasangan dan dilakukan 2 kali
pengukuran, maka untuk menguji ada tidaknya perbedaan tingkat
kecemasan anak usia prasekolah sebelum dan setelah diberikan terapi
bermain mewarnai gambar digunakan uji non parametric yaitu uji
Wilcoxon Sign Rank Test (Nursalam, 2013). Penelitian ini
menggunakan derajat signifikansi 0,05. Dinyatakan signifikan jika P
value ≤ 0,05 dan tidak signifikan jika P value > 0,05 sehingga ada
pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat
kecemasan anak prasekolah.
4.11 Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun,
manusia tidak terlepas dari etika atau nurani. Demikian juga dalam
kegiatan keilmuan yang berupa penelitian, manusia sebagai pelaku
penelitian dengan manusia lain sebagai objek penelitian juga tidak terlepas
-
51
dari etika sopan santun. Dalam hubungannya antar kedua belah pihak,
masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya. Pelaku penelitian
atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian
hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta
berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin penelitian yang
dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek
penelitian (Nugroho, 2012).
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang
berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang
lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti
seyogyanya cukup menggunakan coding sebagai penggati identitas
responden (Nugroho, 2012).
2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an
Inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan
penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,
yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini
menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
-
52
keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, dan
sebagainya (Nugroho, 2012).
3. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,
maupun kematian subjek penelitian (Nugroho, 2012).
-
53
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Prasekolah Selama Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun” pada tanggal
14 Juni – 11 Juli 2017 dengan jumlah sampel dari penelitian ini sejumlah 21
responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik
Pemerintah Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No.12b Madiun.
RSUD Kota Madiun dibangun pada tahun 2004 dan mulai beroperasi pada
tahun 2005 yang tercatat sebagai rumah sakit negeri kelas C. Masyarakat
madiun tentunya sudah tidak asing dan menyebutnya Rumah Sakit Sogaten
karena terletak di Kelurahan Sogaten, Mangunharjo, Madiun. RSU milik
Pemerintah Kota ini mempunyai luas tanah 45.000 m² dengan luas bangunan
10.966,74 m². Di RSUD Kota Madiun terdapat 217 tempat tidur yang terdiri
dari : 14 tempat tidur kamar VIP, 36 tempat tidur kamar kelas I, 32 tempat
tidur kamar kelas II, 85 tempat tidur kamar kelas III, 6 tempat tidur kamar
ICU, 10 tempat tidur kamar HCU, 16 tempat tidur di IGD, 11 tempat tidur
kamar bersalin, 5 tempat tidur ruang operasi, 2 tempat tidur ruang isolasi.
Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di RSUD Kota Madiun antara
lain : 71 perawat, 26 bidan, dan 33 dokter.
-
54
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tempat penelitian di Ruang
Melati RSUD Kota Madiun. Fasilitas yang ada di ruangan ini antara lain : 30
tempat tidur yang terdiri dari : 8 tempat tidur kamar kelas I, 6 tempat tidur
kamar kelas II, 12 tempat tidur kamar kelas III, 3 tempat tidur kamar HCU, 1
tempat tidur kamar isolasi, ruang perawat, ruang dokter, ruang obat, dan area
tempat bermain anak-anak.
5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik pasien di Ruang Melati RSUD Kota Madiun berdasarkan
usia adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Tendensi Sentral P
top related