strategi dakwah di lingkungan perkantoran...
Post on 08-Mar-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI DAKWAH DI LINGKUNGAN PERKANTORAN
(ANALISA PERENCANAAN STRATEGIS IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI) DKI JAKARTA)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
HAMBALI NIM. 106051001819
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau
hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juli 2010 Penulis
Hambali
STRATEGI DAKWAH DI LINGKUNGAN PERKANTORAN
(ANALISA PERENCANAAN STRATEGIS IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI) DKI JAKARTA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
HAMBALI
NIM. 106051001819
Pembimbing:
Drs. MASRAN, MA NIP.150275384
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010 M
i
ABSTRAK
Hambali 106051001819 Strategi Dakwah di Lingkungan Perkantoran (Analisa Perencanaan Strategis Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) DKI Jakarta)
Kehadiran IKADI DKI Jakarta lahir dari beragamnya problematika kehidupan yang ada di kota Jakarta. Yang merupakan salah satu pengurus tingkat wilayah dari IKADI yang dideklarasikan paa 12 Juli 2004 di Asrama Pondok Gede Jakarta Timur. Sasaran mad’u utama aktifitas dakwah di Kota Jakarta adalah masyarakat perkantoran. Perbaikan moral dan akhlak menjadi prioritas dalam gerakan dakwahnya sebagai solusi mengatasi kesenjangan sosial yang semakin dalam, dengan begitu dapat terwujudnya harmonisasi sosial di tengah-tengah masyarakat. Perkantoran-perkantoran di Jakarta terus tumbuh berkembang di berbagai jalan-jalan utama, dan sebagian populasi masyarakat Jakarta menghabiskan waktunya untuk beraktifitas di perkantoran, dapat dipastikan bahwa selama ini masyarakat perkantoran memiliki waktu yang sedikit sekali mengikuti kajian-kajian Islam di luar lingkungan perkantoran.
Dari alasan di atas penulis menyusun pertanyaan guna memudahkan proses penelitian, yaitu bagaimana strategi dakwah IKADI DKI Jakarta dilingkungan Perkantoran?
Michael Allison dan Jude Kaye mendefinisikan perencanaan strategis adalah proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi. Sedangkan strategi dakwah didefiniskan oleh Al-Bayuni (manahid al-da’wah) adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan, dianalisis, dan dideskripsikan serta ditafsirkan dengan menggunakan teori-teori yang ada sebagai acuan dalam analisa data.
Setelah melakukan analisa data, maka dapat disimpulkan bagaimana proses strategi dakwah IKADI DKI Jakarta dilingkungan perkantoran. Perumusan strategi dilakukan satu atau dua bulan sebelum berakhirnya pelaksanaan program tahunan yang melibatkan seluruh komponen organisasi. Dari perencanaan tersebut dihasilkan tiga program strategis, yaitu Silaturahmi dengan Tokoh dan Ormas Dakwah, Pembekalan dan Regernasi Da’i dan Kajian Perkantoran dan Masyarakat Umum. Langkah awal proses implementasi adalah menawarkan beberapa program strategis yang ditetapkan kepada berbagai perkantoran tentunya dengan memperhatikan kebutuhan dan permintaan segmentasi mad’u. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan memastikan sejauh mana program tersebut sesuai dengan . Di IKADI DKI Jakarta evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali, satu kali dalam bentuk terencana dan dua kali dalam bentuk insidentil. Terencana artinya secara terjadwal, sedangkan insidentil evaluasi secara spontan dilakukan menyikapi beberapa masalah dari program-program yang ada.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, karunia, dan pertolongannya
selama ini, berkat Allah SWT jualah penulis mampu merampungkan tugas akhir
skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini merupakan proses yang relatif panjang bagi penulis,
menyita segenap tenaga dan fikiran. Tetapi yang pasti dengan segenap motivasi,
kesabaran, kerja keras, dan do’a, akhirnya penulis sanggup menjalani tahap demi
tahap dalam kehidupan akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sangat penulis rasakan pada
saat proses penyusunan skripsi ini. Karena itu, pada kesempatan ini izinkan
penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan rasa terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah bersedia membantu dan memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini, diantaranya:
1. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Drs.
H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal
LK, M.A selaku Pudek III
2. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Umi Musyarafah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Masran, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam setiap bimbingan dan mendorong
penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Ibu/ Bapak Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar dan
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan
kepada penulis selama dalam masa perkuliahan.
6. Keluarga tercinta penulis, Ayahanda tercinta H. Rusman S dan
Ibunda tercinta Hj. Khuzaimah, adek-adek penulis Ridwan Rusman
dan Ma’ruf Anshori yang senantiasa tanpa hentinya mendoakan
kebahagiaan dan kesuksesan penulis, dan juga dukungan berharga
sekali baik moril maupun materil dalam proses selama studi di
kampus tercinta ini.
7. Ust. Dr. H. Atabik Lutfi, MA selaku ketua IKADI DKI Jakarta dan
Ust. Izzudin Abdul Manaf, Lc, MA selaku Sekretaris IKADI DKI
Jakarta. yang bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis
dalam proses penelitian skripsi.
8. Sahabat-sahabat ku tercinta dari IKAPDH (Ikatan Keluarga Alumni
Pondok Pesantren Dar El Hikmah Pekanbaru) Wilayah Jakarta,
SEMARI (Serumpun Mahasiswa Riau) Banten, dan IPEMALIS
(Ikatan Pemuda Mahasiswa Kabupaten Bengkalis) Jakarta. Bersama-
iv
sama berjuang meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu
pengetahuan di tanah rantauan dan bersama saling menjaga layaknya
sebuah keluarga di DKI Jakarta.
9. Sahabat-sahabat ku KAHFI Public Speaking School yang selalu
saling memberi motivasi menuju kesuksesan impian ku.
10. Sahabat-sahabat ku KPI B angkatan 2006-2007 yang bersama-sama
dalam suka dan duka, saling memotivasi dalam pengembangan diri
menuju ke arah yang lebih baik di kampus tercinta UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
11. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu berbagai hal dalam proses penyelesaian
studi penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan-
kekurangan, namun penulis berharap penelitian ini menambah pengetahuan bagi
pihak yang membutuhkan. Penulis sangat berharap kritikan dan masukan dalam
rangka perbaikan penulisan skripsi ini.
Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi semua usaha yang kita lakukan. Amin...
Jakarta, 13 Juli 2010 Penulis,
Hambali
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5
D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 5
E. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi .......................................................... 11
2. Proses Tahapan Strategi .................................................. 12
3. Pengertian Dakwah ......................................................... 14
4. Macam-macam Dakwah.................................................. 16
5. Pengertian Strategi Dakwah ............................................ 16
B. Perencanaan Strategis
1. Pengertian Perencanaan Strategis ................................... 21
2. Proses Perencanaan Strategis .......................................... 22
C. Perkantoran
1. Pengertian Perkantoran ................................................... 24
2. Karakteristik Masyarakat Perkantoran ............................ 26
vi
BAB III PROFIL IKADI DKI JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya IKADI ................................................... 28
B. Visi dan Misi IKADI ............................................................. 30
C. Tujuan dan Kegiatan IKADI ................................................. 30
D. Sifat dan Ciri Organisasi ....................................................... 32
E. Kontak IKADI ....................................................................... 33
F. Susunan Kepengurusan PW IKADI DKI Jakarta ................. 33
G. Keanggotaan IKADI DKI Jakarta ......................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Perumusan Strategi .............................................................. 39
1. Pendekatan Analisa SWOT ........................................... 40
2. Program-program Unggulan .......................................... 44
B. Implementasi Strategi............................................................ 46
1. Silaturahmi dengan Tokoh dan Ormas Dakwah ........... 47
2. Pembekalan dan Regenerasi Da’i .................................. 49
3. Kajian Perkantoran dan Kajian Masyarakat Umum ...... 53
C. Evaluasi Strategi ................................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 61
B. Saran ...................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Awal perkenalan penulis terhadap Ikatan Da’i Indonesia (IKADI ) disaat
menimba ilmu di Pondok Pesantren Dar El Hikmah Pekanbaru Riau. Sebagian
ustad di Pesantren ada yang aktif berkecimpung sebagai kader da’i IKADI untuk
wilayah pekanbaru. Sepengetahuan penulis pada waktu itu IKADI merupakan
program penerjunan da’i di tempat terpencil yang belum terjangkau oleh dakwah
Islam.
Disaat melanjutkan studi di perguruan tinggi Islam UIN Syarif
Hidayatullah di Jakarta, penulis baru mengetahui bahwa ternyata IKADI juga
terdapat di wilayah Jakarta seperti IKADI Pusat ataupun IKADI Daerah DKI
Jakarta yang berbentuk organisasi massa seperti layaknya NU, Muhammadiyah,
dan organisasi massa lainnya.
Wilayah ibu kota DKI Jakarta menjadi barometer dari perkembangan
masyarakat Indonesia dari berbagai aspek, karena perannya sebagai pusat
perkembangan ekonomi, politik, sosial dan juga sarana dan prasarana
perkembangan teknologi. Kemajuan inilah yang menyebabkan banyaknya
berdirinya perkantoran-perkantoran di DKI Jakarta yang dimiliki oleh perusahaan-
perusahaan, organisasi-organisasi nirlaba dan kantor pemerintahan untuk
menunjang pelayanan kepada masyarakat. Banyaknya perkantoran di wilayah
DKI Jakarta menandakan sebagian aktifitas masyarakat berada di perkantoran.
2
Dari beberapa referensi, masyarakat lebih dikenal terbagi menjadi dua
macam, yaitu masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Penulis
berpendapat bahwa masyarakat yang berakfitas di perkantoran termasuk dari
masyarakat perkotaan. Memang agak sulit merumuskan siapa sebenarnya
masyarakat perkotaan itu secara tepat. Makna kota akan lebih mudah dipahami
bila melalui karakter dan mental penduduknya sebagai masyarakat kota bukan
dari tempat lokasinya. Atau lebih mudahnya, melihat masyarakat kota melalui
karakteristik-karakteristiknya sebagai masyarakat kota.1
Bagi masyarakat perkotaan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
(kehidupan beragama) cukup terarahkan dan ditekankan pada pelaksanaan
ibadah, acara-acara keagamaan sudah berkurang. Hal ini disebabkan masyarakat
perkotaan sudah menekankan pada rasional berpikir dan bukan pada
emosionalnya. Semua kegiatan beragama sudah berlandaskan pada pengetahuan
dan pengalaman yang mereka miliki.2
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi saat ini, yang
membuat kendala ruang dan waktu terpecahkan dan membuat dunia ini seakan-
akan menjadi sempit. Tidak terbayangkan setelah berkembanganya teknologi
komunikasi dan informasi, kejadian yang sedang terjadi di berbagai belahan bumi
bisa disaksikan di belahan bumi lainnya dalam waktu yang cepat, bahkan
bersamaan. Ini membuat seluruh pengetahuan dan budaya di seluruh dunia dapat
dikonsumsi dan diketahui dengan mudah oleh masyarakat Indonesia tanpa adanya
saringan atau sensor informasi melalui berbagai media.
1Acep Aripudin, Syukriadi Sambas, Dakwah Damai Pengantar Dakwah Antarbudaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 151
2Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar. (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 197
3
Masyarakat DKI Jakarta adalah contoh kehidupan masyarakat perkotaan
di Indonesia. Kota Jakarta juga merupakan kota yang sudah berkembang dalam
berbagai hal jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia,
termasuk berkembang dalam hal teknologi. Masyarakat Jakarta juga dikenal
sebagai masyarakat urban yang terdiri dari berbagai daerah di seluruh Indonesia,
(masyarakat heterogen). Heterogenitas masyarakat Jakarta pada satu sisi memberi
peluang terciptanya kompetisi dan kreasi-kreasi baru, namun bagi yang tidak siap
akan menjadi hantu yang sesekali akan menerkam masa depan jiwanya.
Pluralisme keyakinan dalam beragama juga sangat nyata sebagai ciri
kehidupan masyarakat kota, keberagaman tersebut kemudian mempengaruhi pola
pikir dan interpretasi serta tindakan beragama yang beragam pula.3 Hal ini
menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan dakwah, karena setiap budaya
memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang beragam, sehingga tidak bisa dilakukan
dengan strategi yang sama dalam mengkomunikasikan pesan-pesan dakwah.
Ditengah kompleksitas dalam menghadapi gelombang dan tantangan
globalisasi itulah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) lahir pada tahun 2002 dan
diresmikan pada tahun 2005. IKADI didirikan oleh para aktifis da’i atas dasar
tujuan untuk memberdayakan dakwah dan da’i dalam usaha merekonstruksi dan
reformasi pandangan umat terhadap tugas-tugasnya sebagai pemikul panji
moralitas yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, baik moralitas sosial, politik,
budaya maupun peradaban.4
3Acep Aripudin, Syukriadi Sambas, Dakwah dan Damai Pengantar Dakwah
Antarbudaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 152 4Situs resmi IKADI, diakses pada 06 Januari 2010 dari http://www.ikadi.or.id
4
Setelah beberapa tahun IKADI pun terus mengalami perkembangan, dan
untuk mengembangkan sayapnya IKADI membentuk struktur organisasi untuk
mengembangkan dakwah di seluruh nusantara. Membentuk PP (Pengurus Pusat),
PW (Pengurus Wilayah) dan PD (Pengurus Daerah). Dan salah satunya adalah
PW IKADI DKI Jakarta. Di PW IKADI DKI Jakarta didalamnya terhimpun
kader-kader da’i-da’i professional yang tergabung dan sudah melalui proses
kaderisasi di IKADI untuk mengembangkan dakwah di masyarakat Jakarta.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis kemudian memberi judul
penelitian skripsi ini dengan judul “Strategi Dakwah di Lingkungan
Perkantoran (Analisa Perencanaan Strategis Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)
DKI Jakarta)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memudahkan proses penelitian dan kajian pada skripsi ini, maka
pada penelitian ini penulis membatasih hanya pada perencanaan strategis yang
dalam IKADI DKI Jakarta untuk menunjang strategi dakwah di lingkungan
perkantoran disekitar wilayah DKI Jakarta pada periode Januari-Mei tahun 2010.
Agar penelitian ini dapat menjelaskan secara mendalam berdasarkan judul
dan pembatasan masalah, maka untuk itu penulis menyusun rumusan masalah
yang secara umum, yaitu : “Bagaimana strategi dakwah IKADI DKI Jakarta di
lingkungan perkantoran?”
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dari
penelitian ini, yaitu: Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah IKADI DKI
Jakarta di lingkungan perkantoran.
Adapun kegunaan dari penelitian ini mencakup dua hal, yaitu dari segi
teoritis dan segi praktis.
1. Segi teoritis
Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian
lebih lanjut guna memperkaya teori-teori komunikasi dakwah,
terutama berkaitan dengan kajian strategi dakwah.
2. Segi praktis
Dari segi praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan
konstribusi positif bagi proses komunikasi dakwah secara langsung
atau komunikasi bermedia melalui strategi dakwah di masyarakat
perkantoran dan juga dapat menambah informasi, ilmu dan wawasan
bagi pembaca mengenai strategi dakwah di lingkungan masyarakat
perkantoran.
D. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa skripsi yang penulis temukan yang mengangkat tentang
bagaimana strategi dakwah, tentunya dengan subjek dan objek yang berbeda-
beda. Setelah mengamati skripsi-skripsi untuk Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam yang sudah dikoleksi oleh Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
6
Komunikasi, penulis menemukan ada beberapa judul skripsi yang mengangkat
judul tentang strategi dakwah, diantaranya :
1. “Strategi Dakwah Radio Wadi 102 FM dalam Meningkatkan Program
Siaran Radio” oleh Melisa Nusdiyanti tahun 2010. Skripsi ini
menitikberatkan pada peningkatan program siaran radio di radio
Wadi 102 FM,
2. “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI) dalam Menanggulangi
Dampak Negatif Globalisasi” oleh Dodiana Kusuma tahun 2010.
Skripsi ini mendiskripsikan dan menganalisis tentang strategi dakwah
Front Pembela Islan dalam menanggulangi dampak negatif globalisasi.
3. “Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid Al-Muttaqin di Lingkungan
Kel. Pondok Jagung” oleh Maspupah tahun 2010. Skripsi ini
mendeskripsikan tentang strategi dakwah yang dilakukan oleh Ikatan
Remaja Masjid (IRMA) Al-Muttaqin dalam aktivitas dakwahnya.
Namun dari judul skripsi diatas tidak ada satupun yang meneliti lembaga
atau organisasi yang bergerak di bidang pengembangan dakwah di tengah
masyarakat perkantoran dari sudut pandang perencanaan strategis, karena itu
penulis meneliti organisasi massa yang konsen dalam pengembangan dakwah dan
da’i seperti IKADI DKI Jakarta. Penelitian ini juga diharapkan bisa memberi
tambahan atau pelengkap dari penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedekatan kualitatif dan
menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan
7
penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklafisifiaksi suatu
fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.5
Untuk mempermudah dalam proses memperoleh data-data yang
menunjang penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah antara lain:
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada periode bulan April-Mei 2010 di
Sekretariat PW IKADI DKI Jakarta yang saat ini masih tergabung
dengan pengurus PP IKADI di Jl. Poltangan Raya No. 82 Tanjung
Barat Jakarta Selatan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik yang lazim
digunakan dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan berkaitan
dengan penelitian, yaitu wawancara dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik upaya menghimpun data yang akurat
untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu
yang sesuai dengan data, dengan cara tanya jawab secara lisan dan
bertatap muka langsung antara pewancara dengan yang
diwawancarai.6 Adapun responden yang penulis wawancarai
adalah Ketua IKADI DKI Jakarta dan Sekretaris IKADI DKI
Jakarta, fokus yang diwawancarai adalah mengenai bagaimana
5Syamsir Salam, Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 13-14
6Waradi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 72
8
perumusan, implementasi dan evaluasi strategi dakwah IKADI
DKI Jakarta di lingkungan perkantoran.
b. Dokumentasi
Mengumpulkan data-data yang diperoleh dari buku profil dan
bekal da’i IKADI, www.ikadi.or.id, www.eramuslim.com, laporan
kegiatan IKADI DKI Jakarta, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, Tabloid Robithoh, yang berkaitan dan mendukung
dalam proses penelitian ini.
3. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dan dikelompokan sesuai dengan tujuan
penelitian untuk dianalisis dan diberikan intrepertasi dengan cara
mengklarifikasikan dengan kerangka teori yang berhubungan
kemudian disimpulkan.
4. Teknik Analisis Data
Data-data yang sudah terkumpulkan selanjutnya dianalisis,
dideskripsikan dan ditafsirkan dengan menggunakan teori-teori
pendukung yang menjadi acuan dalam analisis data. Fase ini
merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah
dibaca. Setelah itu, penulis berusaha menganalisis data dengan
menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.
9
5. Teknik Penulisan
Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desirtasi) yang diterbitkan
oleh ceQDA tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam menyusun hasil penelitian ini, maka penulis
membuat sistematika penulisan yang dibagi menjadi menjadi lima bab yang terdiri
dari beberapa sub bab sebagai berikut :
BAB. I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini
bertujuan sebagai pengantar dari penelitian ini dan bagaimana proses
penelitian ini dilakukan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis menguraikan teori-teori yang mendukung dalam
penelitian ini, seperti penjelasan tentang strategi dakwah, perencanaan
strategi dan perkantoran.
BAB III. GAMBARAN UMUM IKADI DKI JAKARTA
Dalam bab ke tiga ini penulis menguraikan profil dari objek yaitu PW
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) DKI Jakarta, yang termasuk didalamnya
antara lain latar belakang berdiri, visi, misi dan tujuan, dll. Bab ini
10
bertujuan untuk menjelaskan secara singkat tentang PW IKADI DKI
Jakarta.
BAB IV. HASIL PENELITIAN
Bab ini adalah bab inti dari penelitian ini, karena di bab ini menjelaskan
pokok dari hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan penulis
mengenai strategi dakwah IKADI DKI Jakarta di lingkungan perkantoran
dilihat dari sudut pandang perencanaan strategis sesuai dengan rumusan
dan tujuan penelitian yang penulis sudah tetapkan.
BAB V. PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran setelah
penulis menganalisa hasil penelitian. Dan dibagian akhir setelah bab ini
memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu strategos, istilah
ini sering digunakan di kalangan militer yang dimaksudkan sebagai suatu
cara untuk memenangkan suatu pertempuran.8
Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan
dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Strategi artinya ilmu
dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijakan tertentu dalam perang dan damai, atau rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, atau juga berarti sesuatu
yang kerjakan demi kelancaran komunikasi.10
Menurut Achmad Rukhy strategi adalah sebuah proses yang sistematis
dan berkesinambungan dimana orang membuat keputusan-keputusan tentang
8Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktek, (Jakarta: Murai Kencana, 2006), h. 85 9Lawrence R. Jauch, William F. Gluek, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan,
(Jakarta: Erlangga, 1988), h. 12 10Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi. 3, h. 1092
11
12
tujuan yang ingin dicapai pada masa depan dan bagaimana tujuan tersebut
harus dicapai dan bagaimana pula keberhasilan akan di ukur.11
Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu cara, siasat, akal yang
dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dimana cara-cara yang
dipakai tersebut bersifat komprehensif.12
Dalam manajemen (management strategy) strategi adalah suatu proses
yang berkenaan dengan dengan penentuan arah masa depan suatu organisasi
dan pelaksanaan keputusan dalam rangka mencapai sasaran jangka pendek
dan jangka panjang organisasi.13
2. Proses tahapan strategi
Dalam prosesnya, pada dasarnya strategi meliputi tiga tahapan utama
yang saling berkaitan, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi dan
evaluasi strategi.
a. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-
langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan
misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan kemampuan
organisasi, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan
tersebut.14
11Mulkanasir, Strategik Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal Dakwah
dan Komunikasi, Edisi 2 Desember 2006, h. 276 12 Mulkanasir, Strategik Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal Dakwah
dan Komunikasi, Edisi 2 Desember 2006, h. 287 13 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktek, (Jakarta: Murai Kencana, 2006), h. 84 14Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis,
(Malang: Bayu Media Publishing, 2005),h. 5
13
Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil
yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi
organisasi dan prospek yang dihadapi. Strategi pada dasarnya
terdiri atas dua hal, yaitu tindakan manajemen yang terukur dan
bertujuan, dan reaksi atas perkembangan yang tidak diantisipasi
sebelumnya.15
b. Implementasi Strategi (Strategy Implementation)
Implementasi strategi adalah proses dimana strategi dan
kebijaksanaan dijalankan melalui pembangunan struktur,
pengembangan program, budget, dan prosedur pelaksanaan.
Implementasi strategi merupakan tahap yang paling sulit dalam
proses strategi mengingat banyaknya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan di lapangan dan mungkin tidak sesuai
dengan perkiraan semula.16
c. Evaluasi dan pengendalian strategi (Strategy Control)
Evaluasi dan pengendalian adalah suatu proses dimana aktifitas
dan hasil kerja di monitor sehingga kinerja sesungguhnya dapat
dibandingkan dengan kinerja yang diharapkan. Adanya
penyimpangan perlu diidentifikasi sebab-sebab terjadinya
penyimpangan tersebut dan kemudian diikuti dengan tindakan
koreksi.17
15 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis,h. 8-9 16 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisni, h. 13 17 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h.14
14
3. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari pengertian secara etimologi atau bahasa, kata dakwah
berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u-da’watan, artinya mengajak,
menyeru, memanggil. Warson Munawir seperti yang dikutip oleh Samsul
Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to
call), mengundang (to invite), Mengajak (to summon), menyeru (to
propose), mendorong (to urge) dan memohon (to pray). Sedangkan orang
yang melakukan seruan atau ajakan disebut da’i (isim fail) artinya orang
yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah
proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya
dikenal sebagai muballigh artinya penyampai atau penyeru. Secara etimologi
dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-pesan
tertentu yang berupa ajakan atau seruan denga tujuan agar orang lain
memenuhi ajakan tersebut.18
Secara terminologi atau istilah definisi mengenai dakwah telah banyak
dibuat oleh para ahli, dimana masing-masing definisi tersebut saling
melengkapi. Di bawah ini penulis kemukakan beberapa definisi dakwah
yang dikemukakan oleh para ahli mengenai dakwah.
Menurut Prof. Toha Yahya Omar, MA, Dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
18Samsul Munir Amin, MA. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1-2
15
perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirata.19
Menurut Dr. M. Quraish Shihab, Dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah
bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan
pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.20
Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed, dakwah mengandung pengertian
sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku
dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok
supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan
serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan
kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.21
Menurut Drs. Samsul Munir, MA, dakwah adalah suatu aktifitas yang
dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama
Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan
menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual maupun
masyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia ataupun
diakhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu.22
19Toha Yahya Omar, MA, Islam dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67 20Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194 21Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 6 22Samsul Munir Amin, MA, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009), h. 4
16
4. Macam-macam Dakwah
Secara umum dakwah Islam itu dapat dikategorikan ke dalam tiga
macam, yaitu: 23
a. Da’wah bil lisan
Da’wah bil lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan,
yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah. Khutbah,
diskusi, nasihat, dan lain-lain.
b. Da’wah bil hal
Da’wah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata dimana
aktifitas dakwah dilakukan dengan melalui keteladanan dan
tindakan nyata.
c. Da’wah bil qalam
Da’wah bil qalam yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan
dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun
internet.
5. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi dakwah diartikan metode, siasat, taktik, atau manuver yang
dipergunakan dalam aktifitas kegiatan dakwah.24
Al-Bayuni mendefinisikan strategi dakwah (manahij al-da’wah)
adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan
untuk kegiatan dakwah.25
23Samsul Munir Amin, MA, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah,
2008), h. 11-12 24Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 107 25 Moh Ali Aziz, MAg, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 351
17
Meminjam pendapat Onong Ucjhana Effendy berkaitan dengan strategi
komunikasi, maka strategi dakwah bisa diartikan merupakan perpaduan dari
perencanaan dan manajemen dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dan
untuk mencapai tujuan itu pendekatan strateginya bisa berbeda sewaktu-
waktu bergantung pada situasi dan kondisi.26
Strategi adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:27
a. Strategi merupakan rencana atau tindakan (rangkaian kegiatan
dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan
proses penyusunan kerja.
b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, karena itu
sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan terlebih dahulu
tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.
Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah haruslah memperhatikan
beberapa asas dakwah, yaitu28:
a. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam
proses atau aktifitas dakwah.
26Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), cet. 21, h. 32 27 Moh Ali Aziz, MAg, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 349-350 28 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 107-108
18
b. Asas kemampuan dan keahlian da’i (achievement and
profesionalitas) : Asas ini menyangkut pembahasan mengenai
kemampuan dan profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.
c. Asas sosiologis: Asas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya
politik pemerintah setempat, mayoritas agama disuatu daerah,
filosofis sasaran dakwah, sosiokultural sasaran dakwah dan
sebagainya.
d. Asas psikologis: Asas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah
manusia, begitu pula sasaran dakwahnya yang memiliki karakter
unik dan berbeda satu sama lain. Pertimbangan-pertimbangan
masalah psikologis harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan
dakwah.
e. Asas efektifitas dan efesiensi: aktifitas dakwah harus diusahakan
keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang
dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Sehingga hasilnya dapat
maksimal.
Strategi dakwah memerlukan beberapa faktor yang harus benar-benar
diperhatikan dan dipertimbangkan, diantaranya adalah:29
a. Umat Islam harus mengembangkan pola pikir dan wawasan
keilmuan
29 Rafi’udin dan Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
h. 79-80
19
b. Pola pikir dan wawasan yang luas tersebut akan mempengaruhi
umat islam dalam hal kepribadian, sehingga persaudaran Islam
selalu terwujud.
c. Memiliki khazanah ilmu (IPTEK), sehingga mampu membawakan
materi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Tantangan dakwah di masa depan semakin semakin kompleks, karena
itu penerapan strategi harus sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek
dakwah sehingga akan menghasilkan dakwah yang tetap. Dalam era
globalisasi dan era informasi seperti sekarang ini, diperlukan penerapan
dakwah yang mengimbangi kemajuan-kemajuan tersebut. Menurut Dr.
Samsul Munir, MA ada tiga hal utama yang harus dilakukan untuk
menghadapi era dakwah di masa depan, yaitu:30
a. Pembinaan kader da’i harus dilakukan dengan baik, harus
ditanamkan keimanan yang mendalam, pemahaman yang juga baik
dan cermat tentang keislaman, lingkungan, konsep-konsep apa saja
yang perlu diketahui dan sebagainya. Pembinaan kader ini tidak
bisa ditawar-tawar, karena da’i memiliki tugas qiyadah al-ummah
(memimpin umat), menerapi dan mengobati penyakit masyarakat.
b. Pemerataan dakwah ke masyarakat dan penumbuhan basis-basis
sosial, basis sosial akan menopang para da’i dengan simpati,
dukungan dan pengorbanannya. Tidak adanya basis-basis sosial
30 Samsul Munir Amin, MA, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, h.
20
bisa menyebabkan banyak gagasan-gagasan da’i tidak di pahami
masyarakat.
c. Berjalannya proses pencetakan dan penyebaran opini umum yang
disebut siyarah ial al-amal al-Islami. Dakwah harus diarahkan
pada bagaimana mengenal dakwah dan dakwah memahami umat.
Al-Bayuni membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk seperti yang di
kutip oleh Moh. Ali Aziz di dalam buku Ilmu Dakwah, yaitu:31
a. Strategi sentimentil (al-manhaj al-‘athifi) adalah dakwah yang
menfokuskan pada aspek hati dan menggerakan perasaan dan batin
mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan,
memanggil dengan kelembutan atau memberikan pelayanan yang
memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dari
strategi ini. Metode ini sesuai untuk mitra dakwah yang
terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah seperti kaum
perempuan, anak-anak, orang awam, mualaf, fakir miskin, anak
yatim dan sebagainya.
b. Strategi rasional (al-manhaj al-‘aqli) adalah dakwah dengan
beberapa metode yang menfokuskan pada aspek akal pikiran.
Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir,
merenungkan, dan mengambil pelajaran.
c. Strategi indrawi (al-manhaj al-hissi) juga disebut strategi
eksperimen atau strategi ilmiah, dan didefinisikan sebagai sistem
31 Moh Ali Aziz, MAg, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 351-352
21
dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada
pancaindera dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan
percobaan. Diantaranya metode praktik keagamaan, keteladanan
dan pentas drama.
B. Perencanaan Strategis
1. Pengertian
Sebelum menjelaskan apa itu perencanaan strategis, ada baiknya
penulis menjelaskan terlebih dahulu apa itu perencanaan? R. Kreitner yang
dikutip oleh Zaini Muchtarom dalam bukunya, mendefinisikan perencanaan
(planning) adalah proses mempersiapkan perubahan dan mengatasi
ketidakpastian dengan cara menformulasikan tindakan yang akan datang.32
Zaini Muchtarom juga mengutip definisi dari G.R. Terry yang
menjelaskan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan
fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan asumsi-asumsi mengenai
masa yang akan datang dalam bentuk visualisasi dan formulasi dari
kegiatan-kegiatan terarah yang diyakini perlu untuk mencapai hasil yang
dikehendaki.33
Michael Allison dan Jude Kaye mendefinisikan Perencanaan Strategis
adalah proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun
keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi
misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi. Perencanaan strategis
32 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Iman Press,
1996), h.63 33 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 63
22
digunakan untuk mempertajam fokus organisasi, agar semua sumber
organisasi digunakan secara optimal untuk melayani misi organisasi.34
Perencanaan strategis bersifat interdisipliner dan mencakup konsep
dari strategi militer, sejarah, kebiasaan bisnis dan teori organisasi.
Perencanaan strategis muncul sebagai disiplin tersendiri sekitar tahun 1950-
an 1960-an, disebabkan popularitasnya dari banyak perusahaan yang
berkantor pusat di Amerika Serikat. 35
Perencanaan strategis mengembangkan metode penyusunan yang
menitikberkatkan pada penyesuaian lingkungan dan belajar dari
pengalaman, yang orientasi perencanaan menekankan kearah
memperhatikan dan memahami perubahan lingkungan sekitar, berbagai
ragam kebutuhan yang berbeda serta kekuatan dan kelemahan para mitra
kerja dan pesaing. Kekuatan dan kelemahan organisasi dakwah dihadapkan
kepada peluang dan tantangan guna menentukan posisi dari organisasi.
Pendekatan ini disebut pendekatan analisa SWOT (strength, weakness,
opportunity, and threat).36
2. Proses Perencanaan Strategis
Tahapan dasar perencanaan strategis disajikan sebagai serangkaian
tahapan dan langkah-langkah terkait yang memungkinkan keluwesan dan
kreatifitas, tahapan-tahapan tersebut diantaraya adalah:37
34 Michael Allison dan Jude Kaye. Perencanaan Strategis: Bagi Orgnisasi Nirlaba,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 1-2 35 Michael Allison dan Jude Kaye. Perencanaan Strategis: Bagi Orgnisasi Nirlaba, h. 1-7 36Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Iman Press,
1996), h.70 37 Michael Allison dan Jude Kaye. Perencanaan Strategis: Bagi Orgnisasi Nirlaba, h. 13
23
a. Persiapan
b. Mempertegas Misi dan Visi
c. Menilai Lingkungan
d. Menyepakati Prioritas-prioritas
e. Penulisan Rencana Strategis
f. Melaksanakan Rencana Strategis
g. Memantau dan Mengevaluasi
Sedangkan Langkah-langkah perencanaan strategis menurut Zaini
Muchtarom meliputi lima hal, yaitu:38
a. Menentukan usaha yang sesuai dengan keadaan, artinya menetapkan
bentuk kegiatan dakwah atau jenis materi dakwah sesuai dengan
kebutuhan nyata masyarakat
b. Mengadakan segmentasi mad’u, artinya mad’u dikelompokan dengan
jelas agar dapat dipahami perbedaan dan kebutuhan masing-masing
lapisan, sehingga dapat diciptakan rumusan yang memenuhi kebutuhan
seraya meningkatkan dan memanfaatkan kekuatan yang ada.
c. Menentukan strategi persaingan, artinya dakwah yang menggunakan
semangat persaingan dengan kebaikan dapat diwujudkan dalam bentuk
yang menarik dan khas yang menandai keistimewaan dan keunggulan
dakwah.
38 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 70-72
24
d. Menentukan alokasi sumber daya, artinya alokasi sumber daya sesuai
dengan kebutuhan dan berpotensi memberikan sumbangan kepada
organisasi secara keseluruhan.
e. Menghadapi ketidaktentuan, artinya dalam menghadapi keadaan yang
tidak menentu dalam kegiatan dakwah harus menggunakan pendekatan
mengembangkan beberapa skenario altrenatif untuk menghadapi
berbagai kemungkinan masa depan dan ketidakpastian.
C. Perkantoran
1. Pengertian Perkantoran
Secara etimologis kata kantor berasal dari bahasa Belanda “Kantoor”,
yang memiliki arti ruang tempat bekerja, tempat kedudukan pimpinan,
jawatan instansi dan sebagainya.39 Dalam bahasa Inggris “Office” bisa
berarti:40
a. Kewajiban, tugas, fungsi
b. Jabatan
c. Markas atau ruang tempat seseorang pengusaha dan stafnya
menjalankan aktivitas usaha pokoknya
d. Jasa pelayanan
e. Tugas pekerjaan, komposisi dari urusan-urusan tertentu
f. Tempat, gedung, yang dipakai sebagai pusat tempat kerja tata
usaha
39Pengertian Kantor, Artikel ini diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 dari
http://manajemen-kantor2-salmia.blogspot.com/ 40Durotul Yatimah, Kesekretarisan Modern dan Administrasi Perkantoran, (Bandung:
Pustaka Setia, 2009), h. 17-18
25
Menurut Drs. Kamisa, kantor artinya bangunan yang dipakai untuk
bekerja yang berkenaan dengan urusan adminstrasi. Sedangkan Menurut
Erns Neufert, pekerjaan utama di dalam perkantoran adalah kegiatan
penanganan informasi dan kegiatan pembuatan maupun pengambilan
keputusan berdasarkan informasi tersebut. Jadi perkantoran adalah bangunan
yang digunakan untuk pekerjaan administrasi dan manajerial.41
Durotul Yatimah dalam bukunya dalam bukunya merumuskan
pengertian kantor sebagai berikut:42
a. Tempat atau ruangan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan,
pencatatan, pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusian atau
penyampaian data dan informasi.
b. Proses penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyampaian
data dan informasi.
Hasil penelitian yang dilakukan Georgy Terry berkenaan waktu kerja
yang dihabiskan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa ada tujuh macam kegiatan pokok pekerjaan di
perkantoran, yaitu:
a. Typing (mengetik)
b. Calculating (menghitung)
c. Checking (memeriksa)
41Artikel ini diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 dari
http://dahlanforum.wordpress.com/2008/01/17/perkantoran-dan-proyek/ 42 Durotul Yatimah, Kesekretarisan Modern dan Administrasi Perkantoran, (Bandung:
Pustaka Setia, 2009), h.18
26
d. Filling (menyimpan warkat)
e. Telephoning (menelepon)
f. Duplicating (menggandakan)
g. Mailing (mengirim surat)
2. Karakteristik Masyarakat Perkantoran
Tingkat tertinggi keberadaan perkantoran berada di lingkungan
perkotaan, karena itu penulis berpendapat karaketeristik memiliki kesamaan
dengan masyarakat perkotaan.
Masyarakat perkotaan sering juga disebut urban community. Pengertian
masyarakat perkotaan lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat desa. Ada beberapa ciri yang
menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu: 43
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagamaan di desa.
2. Masyarkat perkotaan umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
harus bergantung pada orang lain.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga
lebih banyak diperoleh masyarakat kota dari pada masyarakat desa.
43 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, 223-225
27
5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat
perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada faktor kepentingan pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat diperkotaan mengakibatkan pentingnya
waktu bagi masyarakat kota, sehingga pembagian waktu dengan teliti
sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak jelas dan nyata di kota, sebab
lebih terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
BAB III
PROFIL IKADI DKI JAKARTA
IKADI (Ikatan Da’I Indonesia) merupakan ormas pendatang baru dalam
pengembangan dakwah jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga dakwah
lainnya, seperti DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia), Majlis Tabligh
Muhammadiyah, LDNU (Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama) dan ormas-ormas
dakwah lainnya. IKADI dideklarasikan di Asrama Pondok Gede Jakarta Timur
pada tanggal 12 Juli 2004 M bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Ula 1423 H.
Yang kehadirannya dipicu problematika da’i berkarir secara pribadi, tidak
terencana, dan tidak membesarkan lembaga atau ormas.51
IKADI DKI Jakarta merupakan salah satu kepengurusan wilayah dari
IKADI yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Karena IKADI DKI Jakarta dalam
aktifitasnya merujuk pada apa yang sudah diputuskan oleh Pengurus Pusat
IKADI, berkaitan pedoman IKADI dalam menjalankan roda organisasinya.
A. Sejarah Berdirinya IKADI DKI Jakarta52
Problematika dakwah dan keumatan yang semakin hari semakin kompleks
membutuhkan respon serius dari semua pihak terutama mereka yang berdiri di
garis depan dalam melakukan advokasi terhadap umat yakni para da’i. Problema
dakwah yang disertai dengan perkembangannya yang pesat tentu membutuhkan
sebuah wadah yang memberikan arahan pada umat melalui pembentukan wadah
51Laporan Utama, Da’i Ramah Menebar Rahmah, Tabloid Robithoh Edisi 17 Januari-17
Februari 2010. 52Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust. Izzudin
Abdul Manaf pada 24 Mei 2010
28
29
da’i yang professional, bermoral, misionir, dan visionir dalam merancang dan
merekayasa langkah-langkah, rencana, dan aksi-aksi dakwah di masa depan.
Wadah tersebut hendaknya bertujuan untuk memberdayakan dakwah dan
da’i dalam usaha merekonstruksi dan mereformasi pandangan umat terhadap
tugasnya sebagai pemikul panji moralitas yang berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah. Baik moralitas sosial-politik, budaya maupun peradaban. Dengan
demikian diharapkan lahir Islam yang memberikan makna rahmatan lil’alamin
dalam dunia nyata, memberikan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran, dan
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai Islam yang universal.
Kompleksitas dakwah dalam menghadapi gelombang dan tantangan
globalisasi memerlukan langkah-langkah yang progresif, proaktif, intensif,
terencana, sistematis, dan seimbang. Semua langkah ini diharapkan melahirkan
pandangan baru umat yang melihat Islam sebagai solusi bagi semua persoalan
umat dan kemanusiaan. Rancang bangun wadah dakwah ini bertujuan untuk
memberikan pencerahan secara masif pada kaum muslimin agar mereka tidak
terjerat dalam penyesatan yang menggelincirkan mereka dari jalan yang benar.
Obsesi untuk memberikan kontribusi positif dan memberdayakan potensi
umat inilah mendorong para aktivis dakwah mendirikan wadah para da’i yang
kemudian dan dinamakan Ikatan Da’i Indonesia (IKADI).
Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) adalah organisasi kemasyarakatan yang
bertujuan untuk mewadahi aktivitas para da’i dalam mendayagunakan potensinya
untuk kemaslahatan umat dan bangsa melalui aktivitas dakwah Islamiyah yang
membawa rahmat.
30
IKADI saat ini tercatat pada Akta Notaris Ny. Trie Sulistiowarni Nomor
Satu Tanggal 8 Januari 2003, dengan nama Ikatan Da’i Indonesia.53
B. Visi dan Misi IKADI 54
IKADI juga memiliki visi yang penulis nilai sangat inspiratif bagi anggota
IKADI, visi tersebut adalah: Menjadi lembaga profesi da’i yang mampu
mengoptimalkan potensi para da’i dalam menegakan nilai-nilai Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin.
Sedangkan misi dari IKADI adalah: Mewadahi aktivitas pada da’i dalam
mendayagunakan potensinya untuk kemaslahatan umat dan bangsa melalui
aktifitas dakwah Islamiyah yang membawa rahmat.
C. Tujuan dan Kegiatan IKADI55
Tujuan merupakan representasi dari visi dan misi yang telah dibentuk
dalam sebuah organiasasi, tujuan dari IKADI, adalah:
1. Membangun pemahaman Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
sesuai dengan manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap manusia.
2. Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil’alamin.
3. Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam.
4. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara ummat.
5. Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
53Profil IKADI, di akses pada 06 April 2010 dari http://www.ikadijatim.org 54Tim Sertifikasi Da’i IKADI, Bekal Da’i Muda Kumpulan Materi sertifikasi Da’i IKADI,
(Jakarta: Pustaka IKADI, 2008), h. 110 55Tim sertifikasi IKADI, Bekal Da’i Muda, h. 110-111
31
Setiap aktifitas-aktifitas roda organisasi IKADI, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan harus sesuai dengan visi dan misi yang telah dibentuk. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh IKADI, adalah:
1. Mengembangkan potensi da’i muslim dalam mengemban amanat
penyebaran dakwah kepada masyarakat dalam rangka terealisasinya
Islam Rahmatan Lil’alamin.
2. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah Islam dan
organisasi lainnya untuk pengembangan kegiatan sosial, budaya,
intelektual dan ekonomi.
3. Mengembangkan kelembagaan pendidikan Islam, antara lain dengan
meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) Pendidikan dan para
peserta didik.
4. Meningkatkan keterlibatan da’i muslim dalam kegiatan pendalaman
keagamaan dan pembinaan umat.
5. Memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan sistem
pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan terutama pesantren-
pesantren dan lembaga pendidikan Islam.
6. Menyelenggarakan dan mengupayakan beasiswa bagi pelajar dan
mahasiswa muslim.
7. Menyelenggarakan takaful da’i.
8. Menyelenggarakan riset, kajian ilmiah dan islamisasi ilmu
pengetahuan serta publikasi masalah-masalah keislaman.
32
9. Turut berpartisipasi aktif dalam mewujudkan ukhuaw Islamiyah dalam
bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara.
10. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat untuk
umat.
D. Sifat dan Ciri Organisasi56
Setiap organisasi kemasyarakat tentu memiliki sifat dan ciri masing-
masing sesuai dengan motivasi awal organisasi tersebut didirikan. Sifat dan ciri
organisasi IKADI, adalah:
1. IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat ke-Islam-
an yang diwujudkan dalam bentuk ukhuwah dan silaturahim dalam
membina dengan mengembangkan ta’aruf (salin mengenal), ta’awun
(saling mengenal), dan tausiat (saling wasiat) di jalan kebenaran guna
memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta mengangkat harkat
dan martabat manusia.
2. IKADI adalah organisasi berciri keterbukaan dalam penerimaan
anggota, menampung aspirasi, partisipasi, prakarsa, dan dinamika
anggota.
3. Berciri kemandirian yang dicerminkan dalam sikap organisasi yang
memiliki otonomi dalam pemikiran, pengambilan keputusan,
penyelenggaraan kegiatan secara amal jama’i terutama bertumpu pada
kemampuann pemikiran, upaya dan sumber daya sendiri sesuai dengan
program yang telah ditetapkan.
56 Tim sertifikasi IKADI, Bekal Da’i Muda, h. 112
33
4. Berciri kekeluargaan yang diimplementasikan pada pengembangan
wawawasan kebangsaan dan kebersamaan untuk menumbuhkan sikap
kekeluargaan da’i serta berpartisipasi dalam pemersatu umat,
masyarakat, bangsa dan negara.
E. Kontak IKADI
Saat ini sekretariat PW IKADI DKI Jakarta masih tergabung dengan
Sekretariat PP IKADI Jl. Poltangan Raya No.82 Tanjung Barat Jakarta Selatan
Telp. (021) 7821911, 9828550 Fax. (021) 7821911.
F. Susunan Kepengurusan PW IKADI DKI Jakarta
Organisasi merupakan wadah yang kompleks untuk anggotanya dalam
berkomunikasi dan bersosialiasi. Jalannya roda kepengurusan dalam organisasi
juga melibatkan peran aktif anggotanya sendiri untuk mempertahankan supaya
organisasinya tetap bisa eksis dan berkembang. Di dalam IKADI DKI Jakarta juga
terdapat susunan kepengurusan yang dibentuk untuk menjalankan roda
keorganisasian dalam rangka mengembangkan organisasi sesuai dengan visi dan
misi IKADI. Susunan kepengurusan IKADI DKI Jakarta seperti di bawah ini: 57
Penasehat : KH. Abdurrosyid Abdullah Syafe’i
KH. Masyhuri Syahid, MA
KH. Ruslan Effendi
Ketua : Dr. H. Atabik Luthfi, Lc, MA
Sekretaris : H. Izzuddin Abdul Manaf, Lc, MA
Bendahara : H. Ali Rahmat, Lc, MA
57 Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust Izzudin
Abdul Manaf pada 24 Mei 2010
34
Departemen-Departemen:
Dakwah : H. Arif Ma’ruf, Lc
Ahmad Dimyathi, AKp
H. Muhammadun Abdul Hamid, MA
H. Lukman AS, Lc
Subki Al-Bughuri, S.Sos
Pendidikan : H. Sholeh Zainuddin, Lc. MA
H. Rizka Maulana, Lc. MA
Dadang Syamsuddin, Lc
Riset & Kajian : Asfuri Bahri, Lc
Ali Sakti, MEc
Ahmad Bisri, MA
H. Lukmanul Hakim, S.Pdi
Humas& Publikasi : Ir. Dedi Junaedi
H. Ali Fikri Noor, MA
H. Abdul Munith, Lc
Drs. Ismeides
G. Keanggotan IKADI DKI Jakarta
Untuk keanggotan di dalam organisasi dakwah IKADI DKI Jakarta,
perekrutan anggota dilakukan pada saat acara atau moment yang dilaksanakan
oleh IKADI DKI Jakarta. Pengurus membagikan form-form formulir penerimaan
35
anggota kepada peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, dan saat itu juga
formulir dikembalikan kepada panitia untuk diproses lebih lanjut.58
Sampai saat ini untuk keanggotaan IKADI DKI Jakarta masih belum
terukur dengan hitungan angka secara valid, dikarenakan turun naik dan
perpindahan da'i-da’i ke berbagai wilayah dalam melaksanakan tugas dakwahnya
dan sebagainya. Tetapi dapat diperkirakan sudah sekitar 10000 anggota yang
terlibat dalam melaksanakan dan menyukseskan program-program IKADI DKI
Jakarta.59
Ada dua jenis anggota di dalam organisasi IKADI DKI Jakarta yang tetap
mengacu pada Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
yaitu60:
1. Anggota biasa adalah seorang da’i muslim warga Negara Indonesia
yang mendaftarkan diri dan memenuhi persyaratan organisasi.
2. Anggota luar biasa adalah anggota yang ditetapkan oleh pengurus
pusat, antara lain karena jasa dan sumbangannya dalam kemajuan
dakwah islamiyah dan berguna bagi kemajuan umat Islam, masyarakat
dan bangsa.
58Wawancara dengan Sekretaris IKADI DK Jakarta Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 26
April 2010 59Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabil Luthfi pada 08 Juli
2010 60 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKADI, diakses pada 11 Juli 2010 dari
www.ikadiagam.blogspot.com
36
Untuk ikut serta dalam keanggotan IKADI DKI Jakarta ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi bagi setiap calon kader organisasi IKADI DKI
Jakarta, diantaranya61:
1. Warga Negara Republik Indonesia yang beragama Islam
2. Menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan
ketetapan-ketetapan organisasi.
3. Mendapat rekomendasi sekurang-kurangnya dari dua orang anggota
IKADI DKI Jakarta.
4. Mengajukan permohonan dan menyatakakn secara tertulis kesediaan
keanggotaan.
61 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKADI, diakses pada 11 Juli 2010 dari
www.ikadiagam.blogspot.com
BAB IV
HASIL PENELITIAN
IKADI DKI Jakarta merupakan wadah pada da’i yang memiliki kesamaan
visi dalam mewujudkan Kota Jakarta yang bermoral dan bermartabat, berdirinya
IKADI DKI Jakarta berawal dari berbagai problematika yang ada di Kota Jakarta,
yang jika dianalisa lebih dalam masalah utama yang dominan adalah masalah
moral. Rendahnya moralitas inilah yang penyebab kesenjangan semakin melebar
dan dalam, serta harmonisasi sosial di tengah masyarakat tidak terwujud.
Problematika-problematika tersebut harus diatasi dengan kegiatan dakwah
yang dilakukan secara terencana, terukur, sistematik dan terorganisir dengan baik.
Dengan begitu kesejahteraan manusia secara materil maupun spiritual dapat
terwujudkan.
Dari keterangan hasil wawancara dengan ketua IKADI DKI Jakarta Dr. H.
Atabil Luthfi, MA menjelaskan bawah dalam pelaksanaan kegiatan dakwahnya
IKADI DKI Jakarta mengambil segmentasi mad’u utamanya adalah berdakwah di
masyarakat perkantoran, yang selama ini mad’u ini kurang disentuh oleh
organisasi dakwah lainnya. Sambutan dari masyarakat perkantoran cukup baik
disebabkan akan kebutuhan rohani, kita ketahui bersama bahwa komunikasi
sehari-hari yang dominan di perkantoran adalah interaksi borjuis, sehingga
membutuhkan kedamaian dan ketentraman melalui kajian-kajian Islami yang
IKADI DKI Jakarta.62
62 Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Selasa, 12 Mei
2010
37
38
Tujuan kenapa IKADI DKI Jakarta mengambil segmentasi mad’u dari
masyarakat yang rutinitas kesehariannya berakfitifitas di perkantoran, supaya
masyarakat perkantoran juga bisa merasakan nilai-nilai Islam dalam aktifitasnya
di kantor, seperti semangat Islam, motivasi Islam dan warna pergaulan yang
Islami. Dengan memahami nilai-nilai Islam,IKADI DKI Jakarta juga berharap
masyarakat perkantoran tidak hanya mendapatkan gaji atau materi dari
aktifitasnya di kantor, tetapi juga diharapakan terpenuhi kebutuhan rohaninya saat
beaktifitas di kantor.63
Dalam proses pelaksanaan pengembangan dakwah di masyarakat
perkantoran, IKADI DKI Jakarta dominan dengan ciri da’wah bi lisan yaitu
dakwah yang dilaksanakan melalui lisan seperti khutbah, diskusi, nasihat, dan
lain-lain. Diskusi atau kajian Islam yang dipadukan dengan teknologi
(pemanfaatan Laptop dan LCD Projector sebagai media penyampaian materi).
IKADI DKI Jakarta juga pernah melakukan da’wah bil qalam, dengan
memanfaatkan media online dalam pengembangan dakwahnya, tapi hanya
bertahan satu tahun karena terkendala sedikitnya kontributor untuk menjalankan
website IKADI DKI Jakarta.
Dalam prosesnya, strategi dakwah memiliki tahapan-tahapan strategi yang
umumnya dilakukan, yaitu perumusan, implementasi dan evaluasi strategi.
63Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Selasa, 12 Mei
2010.
39
A. Perumusan Strategi
Perumusan strategi memiliki arti yang sama dengan perencanaan, yaitu
merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan
untuk membangun sesuai dengan visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan
strategis dan kemampuan organisasi, serta merancang strategi untuk mencapai
tujuan tersebut.64
Perumusan strategi dilakukan sebulan atau dua bulan menjelang
berakhirnya pelaksanaan program tahunan, perumusan strategi melibatkan semua
komponen IKADI DKI Jakarta secara keseluruhan, baik Pengurus Wilayah
IKADI DKI Jakarta maupun Pengurus Daerah yang ada di Jakarta. IKADI DKI
Jakarta juga melibatkan da’i-da’i yang diterjunkan untuk menyampaikan dakwah
di beberapa perkantoran dengan harapan dapat memberikan masukan secara
aplikatif yang sesuai dengan apa yang terjadi lapangan.65
Target utama dari perumusan strategi tersebut adalah mengevaluasi
strategi yang pernah dilaksanakan dengan menimbang persoalan-persoalan objek
dakwah yang terus mengalami perubahan dan perkembangan yang semakin
kompleks. Sehingga strategi dakwah untuk tahun ini bisa diharapkan lebih tepat
sasaran, dapat lebih terbuka dan terjadi keselarasan antara IKADI DKI Jakarta
dengan sasaran dakwahnya.
Yang menjadi bahan pertimbangan dalam proses perumusan strategi
dakwah yang berkaitan dengan keberhasilan dan ketidakberhasilan program
64Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis,
(Malang: Bayu Media Publishing, 2005),h. 5 65 Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 08 Juli
2010
40
dakwah yang telah digulirkan selama satu tahun sebelumnya. Dilihat dari aspek
pendanaan, ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan perangkat tambahan
lainnya yang menjadi Wasa’il Dakwah. 66
1. Pendekatan Analisa SWOT
Menurut Hisyam Ali yang dikutip oleh Rafi’udin dan Maman dalam
bukunya untuk melaksanakan merumuskan strategi dakwah yang strategis,
terlebih dahulu perlu memperhatikan hal-hal yang biasa dikenal dengan
Pendekatan Analisa SWOT.67 Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang
dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. Analisa ini
merupakan sebuah akronim dari huruf awalnya yaitu Strenghts (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threat
(Ancaman).68 Melalui Pendekatana analisa SWOT ini, dapat mengetahui
posisi IKADI DKI Jakarta dilihat dari sisi internal dan eksternal
organisasi.
Dari pengamatan dan kajian selama penelitian berlangsung dari data
dan informasi yang berhasil penulis peroleh, penulis mencoba menganalisa
IKADI DKI Jakarta melalui pendekatan analisa SWOT, sebagai berikut:
a. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan merupakan keuntungan yang dimiliki oleh suatu
lembaga, menyangkut sumber daya manusia, keuangan, dan
66 Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 08 Juli
2010 67 Rafi’udin dan Maman. Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung; Pustaka Setia, 1997),
h. 77 68 Artikel, Analisa SWOT dan Penerapannya dalam Organisasi, diakses pada tanggal 28
September 2010 dari http://imadiklus.com/analisa-swot-dan-penerapannya-dalam-organisasi/
41
beberapa piranti lainnya yang dimiliki. Keberhasilan strategi
yang diterapkan oleh tentu tidak terlepas dari kekuatan yang
dimiliki oleh IKADI DKI Jakarta dalam menunjang dakwah di
lingkungan perkantoran, baik dari internal dan eksternal.
1) Internal
IKADI DKI Jakarta merupakan salah satu kepengurusan
wilayah dari PP IKADI, yang terdiri dari pengurus
wilayah dan cabang yang tersebar di berbagai daerah.
Kader da’i dari IKADI DKI Jakarta sebagian besar
memiliki kualifikasi pendidikan berpredikat Magister dan
doktor lulusan luar negeri yang bisa menarik kepercayaan
masyarakat perkantoran.69
IKADI DKI Jakarta merupakan organsisasi massa resmi
yang saat ini tercatat pada Akta Notaris Ny. Trie
Sulistiowarni No. 1 tanggal 8 Januari 2003 dengan nama
Ikatan Da’i Indonesia.
2) Eksternal
Sambutan baik dari masyarakat perkantoran terhadap
kajian-kajian Islam yang ditawarkan IKADI DKI Jakarta.
Kemitraan dengan organisasi dakwah lainnya, terutama
dengan Forum Silaturahmi Masjid Perkantoran Se-Jakarta
(FORSIMPTA).
69 Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06
Oktober 2010
42
b. Kelemahan
Kelemahan merupakan keterbatasan yang dimiliki oleh suatu
organisasi. Sebagai organisasi masyarakat yang termasuk
dikategorikan baru jika dibandingkan dengan organisasi massa
lainnya, IKADI DKI Jakarta juga memiliki beberapa kelemahan.
1) Internal
Jumlah da’i yang dibutuhkan dengan kuantitas mad’u
sangat tidak berimbang, sehinngga memerlukan program
sertifikasi da’i yang ditarik dari beberapa alumni
pesantren dan sekolah tinggi Ilmu Dakwah sebagai
program perngkaderan.70
Secara struktur pengurus sudah lengkap, namun hanya
beberapa pengurus yang aktif terlibat dalam kegiatan
dakwah IKADI DKI Jakarta.
Sebagai sebuah organisasi massa, kendala dana masih
menjadi persoalan utama dalam kegiatan dakwah.
2) Eksternal
Waktu yang dimiliki oleh mad’u masyarakat perkantoran
sangat sedikit sekali, biasanya kajian di perkantoran
hanya dilaksanakan pada setelah waktu shalat Dzuhur
antara pukul 12.00-13.00 WIB.
70 Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06
Oktober 2010
43
Publikasi dan sosialisai IKADI DKI Jakarta bisa dikatakan
masih kurang, karena IKADI DKI Jakarta belum dikenal
oleh masyarakat luas.
c. Peluang
Peluang merupakan kondisi kesempatan lebih berkembang di
masa mendatang. Peluang yang dimiliki IKADI DKI Jakarta
adalah:
1) Internal
IKADI DKI Jakarta terus berkembang seiring geliat dan
semarak kegiatan dakwahnya.71
2) Eksternal
Perkantoran terus mengalami perkembangan, ini semakin
menyemarakan aktifitas dakwah di perkantoran
Kebutuhan masyarakat perkantoran akan ketenangan dan
kedamaian melalui kajian keislaman disela-sela
aktifitasnya yang padat di kantor.
d. Ancaman
Ancaman adalah suatu kondisi yang tidak menguntungkan dari
sebuah organisasi. Ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh
IKADI DKI Jakarta diantaranya:
1) Internal
71 Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06 Oktober 2010
44
2) Eksternal
Terjadi perbedaan pandangan antara para da’i yang ada dalam
mensikapi persoalan kotemporer ditengah-tengah masyarakat,
terutama persoalan terorisme dan sikap keras yang ditunjukan
oleh sebagian ormas dan umat Islam tertentu.72
Setelah memahami dan mengetahui kondisi dan posisi IKADI DKI Jakarta
dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT, barulah tercipta sebuah
perencanaan strategis yang akurat sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan sasaran
mad’u .
2. Program-program Unggulan
Setelah mempertimbangan dari beberapa hal yang telah dikemukakan
diatas, kemudian sesuai dengan kesepakatan bersama IKADI DKI Jakarta
menyusun dan menetapkan program-program unggulan yang strategis dalam
dakwah di lingkungan masyarakat perkantoran yang terhimpun dalam tiga
program, yaitu:73
1. Silaturahmi dengan Tokoh dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)
Dakwah.
2. Pembekalan dan Regenerasi Da’i
3. Kajian Perkantoran dan Kajian Masyarakat Umum.
Ketiga program unggulan diatas penulis nilai cukup efektif dan strategis
untuk menunjang strategi dakwah di tengah-tengah masyarakat perkantoran, yang
72 Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06
Oktober 2010 73 Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 18 Mei
2010
45
memiliki tingkat intelektual yang mumpuni dan berbagai macama karakteristik
serta problematika kehidupan.
Selain ketiga program strategis di atas, ada beberapa program lain yang
sudah merupakan pecahan dan kesinambungan dari program-program ungulan,
seperti peringatan hari besar Islam dalam bentu tabligh. Ada juga program sosial
kepada keluarga da’i IKADI DKI Jakarta, terutama da’i-da’i yang berdomisili di
pedalaman.
Berbicara masyarakat perkantoran tentu tidak terlepas dari masyarkat
perkotaan, karena juga berdomisili di perkotaan yang bisa dikatakan memiliki
karakteristika yang sama yakni pola hidup yang individualistik. Memang benar
kehidupan masyarakat perkotaan lebih terkenal dengan kehidupan individualistik,
tetapi masyarakat perkotaan juga memiliki semangat membina hubungan dalam
perkumpulan-perkumpulan atau organisasi yang memilik kesamaan aktifitas atau
profesinya, contohnya seperti organisasi guru, perkantoran, buruh dan lain-
lainnya.
Silaturahmi yang dibina oleh IKADI DKI Jakarta dengan berbagai tokoh dan
Ormas dakwah dapat membantu dalam pengembangan dakwah di masyarakat
perkantoran. Masing-masing tokoh dan lembaga dakwah tentu memiliki mad’u
yang luas di tengah-tengah masyarakat perkantoran, sehingga ini bisa dikatakan
proses sosialisasi atau harmonisasi IKADI DKI Jakarta dalam dakwah di
lingkungan perkantoran.
Pembekalan dan regenerasi da’i yang dilakukan IKADI DKI Jakarta
merupakan langkah yang perlu direalisasikan dalam upaya meningkatkan kualitas
46
Sumber Daya Manusia da’i untuk meningkatkan tingkat kemampuan da’i untuk
melakukan dakwah di lingkungan perkantoran dan juga untuk keberlangsungan
eksistensi dakwah IKADI DKI Jakarta di masa mendatang.
Program strategis yang terakhir yaitu kajian di masyarakat perkantoran
dan masyarakat umum, program ini dilakukan akan memiliki efek untuk lebih
meluaskan segmentasi sasaran mad’u IKADI DKI Jakarta dakwah di tengah
masyarakat perkantoran. Sehingga harapan IKADI DKI Jakarta yaitu mampu
mengoptimalkan dakwah yang sesuai dengan nilai-nilai keIslaman rahamatan
lil’alamin dapat tercapai kepada semua kalangan masyarakat perkantoran dapat
tercapai melalui program-program strategis yang telah dirumuskan.
B. Implementasi Strategi
Implementasi strategi merupakan tahap yang paling sulit dalam tahapan
atau proses strategi, karena mengingat banyaknya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan strategi di lapangan dan mungkin tidak sesuai dengan
perkiraan semula.74 Sehingga hasilnya terkadang tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan. Karena itu dalam pelaksanaan strategi perlu ada komitmen dan
konsistensi yang tinggi dari setiap elemen IKADI DKI Jakarta yang terlibat dalam
kegiatan dakwah.
Setelah menetapkan apa yang menjadi perumusan strategi dakwah IKADI
DKI Jakarta dilingkungan perkantoran. Sebagai langkah awal implementasi
strategi, IKADI menawarkan terlebih dahulu beberapa program dakwah seperti
kajian perkantoran yang telah dirumuskan ke berbagai perkantoran baik swasta
74 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 13
47
maupun pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan dan permintaan dari
sasaran dakwah IKADI DKI Jakarta.
Tentu tidak seratus persen setiap hasil perumusan strategi yang telah
ditetapkan dapat direalisasikan. Untuk mengetahui keberhasilan proses
implementasi strategi, maka biasanya IKADI DKI Jakarta membagikan questioner
kepada sasaran dakwah dari berbagai perkantoran untuk menangkap aspirasi dan
kepuasaan mad’u selama ini menerima dakwah dari IKADI DKI Jakarta.75
Faktor pendukung dalam proses implementasi strategi dakwah IKADI DKI
Jakarta adalah kerjasama yang terjalin dengan berbagai lembaga dakwah untuk
memudahkan proses implementasi strategi yang dilaksanakan, kualitas da’i yang
sudah memadai juga sangat mendukung proses implementasi. Sedangkan faktor
penghambat diantaranya terjadi gap antara penawaran dengan permintaan, baik
dari da’i yang disiapkan maupun aplikasi multimedia yang diminta, selain itu dana
juga menjadi kendala dalam proses implementasi dari program-program yang
sudah dirumuskan. Proses implementasi dari program-program strategis yang
dihasilkan dari perumusan strategi terangkum seperti yang dibawah ini:
1. Silaturahmi dengan Tokoh dan Ormas Dakwah
Program Silaturahmi dan membangun kemitraan yang sudah
dilakukan oleh IKADI DKI Jakarta kepada tokoh-tokoh dan ormas-ormas
yang sama-sama bergerak dibidang dakwah, tentu itu merupakan strategi
yang sangat menunjang sebagai langkah awal dalam dakwah di tengah
masyarakat perkantoran. Dengan membangun kemitraan dengan instansi
75 Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta pada 08 Juli 2010
48
lain ini akan memperkuat kedudukan IKADI DKI Jakarta di tengah
masyarakat dan sebagai upaya menjaga keharmonisan diantara sesama.
Silaturahmi ini juga mengokohkan kebersamaan mengemban
amanah dari Allah untuk menyeru dan berdakwah memelihar seluruh umat
dari jalan kemaksiatan dan kemungkaran. Hal ini sejalan dengan apa yang
diperintahkan Allah dalam Surat Al-Imron; 104, yaitu:
☺
☺
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Dan yang lebih penting, gerakan dakwah IKADI DKI Jakarta di
lingkungan perkantoran tentu membutuhkan dukungan dari berbagai
elemen yang ada di DKI Jakarta, terutama tokoh-tokoh dan ormas-ormas
dakwah yang berdomisili dan beraktifitas di DKI Jakarta. Kemitraan ini
tentu menjadi harapan untuk mewujudkan masyarakat Jakarta yang maju
secara ekonomi, dan tetap menjaga keluhuran moralnya yang tercermin
dalam interaksi masyarakat Jakarta yang harmoni. Dan harapan dari
IKADI DKI Jakarta adalah kesejahteraan Jakarta tidak hanya sekedar dari
hasil pembangunannya tapi juga karena keberkahan atau kasih sayang
Allah SWT.76
76 Dokumen Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta
Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010
49
Untuk saat ini silaturahmi tokoh-tokoh dakwah yang sudah tercapai
oleh IKADI DKI Jakarta adalah silaturahmi dengan Mantan Ketua MPR
Dr. H. Hidayat Nurwahid, Ketua Baznas KH. Didin Hafiduddin, Ketua
MUI KH. Ma’ruf Amin, Ust. Yusuf Mansur, Ust. Arifin Ilham, Mama
Dedeh dan Ust. Subki Al-Bughuri.
Sedangkan untuk organisasi kemasyarakat dakwah, untuk saat ini
yang sudah terjalin silaturahimnya diantaranya dengan Pengurus Besar
Nahdatul Ulama (PBNU), Koordinator Dakwah Indonesia (KODI),
Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) dan FORSIMPTA (Forum
Silaturahmi Masjid Perkantoran se-Jakarta).
Karena segmentasi utama mad’u yang putuskan IKADI DKI
Jakarta dalam aktifitas dakwahnya adalah masyarakat perkantoran, maka
untuk saat ini IKADI DKI Jakarta telah menjalin kemitraan secara intens
dan berkelanjutan dengan Forum Silaturahmi Masjid Perkantoran Se-
Jakarta (FORSIMPTA) dengan posisi IKADI DKI Jakarta sebagai
pembinanya.
2. Pembekalan dan Regenerasi Da’i
Da’i memiliki peran penting dalam pengembangan dakwah.
Karena da’i merupakan pelaku dakwah dan tingkat keberhasilan dakwah
bisa dikatakan tergantung pada kemampuan da’i. Untuk berdakwah di
lingkungan perkantoran, da’i dituntut untuk berpengetahuan luas, menjadi
50
tauladan dihadapan umat, cerdas dan berwawasan luas, bermoral dan
memiliki komitmen kuat terhadap peningkatan kualitas umat.77
Da’i yang juga berperan sebagai komunikator, dan komunikator
merupakan salah satu unsur dari keberhasilan dakwah. Sebagai seorang
komunikator Onong Uchjana Effendy dalam strategi komunikasi
berpendapat ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada diri seorang
komunikator untuk melancarkan proses komunikasi atau dakwahnya,
yaitu daya tarik dan kredibilitas komunikator.78 Daya tarik komunikator
berkaitan bagaimana supaya komunikan merasa memiliki kesamaan
dengan komunikator sehingga komunikan bersedia menerimanya,
sedangkan kredibilitas berkaitan bagaimana caranya komunikan bisa
mempercayai komunikator.
Pembekalan yang dilakukan IKADI DKI Jakarta sangat penting
karena berkaitan dengan dua hal penting diatas yang harus dimiliki oleh
seorang da’i, yaitu untuk meningkatkan daya tarik da’i dan kredibilitas
da’i di depan mad’u disaat melaksanakan tugas dakwahnya di lingkungan
perkantoran.
Program pembekalan dan regenerasi da’i di IKADI DKI Jakarta
dinamakan dengan Training Da’i Muda se-Jakarta. Kenapa pemuda yang
menjadi prioritas utama dalam program ini. IKADI DKI Jakarta
berpendapat Pemuda merupakan harapan dan tumpuan bagi semua lapisan
77Acep Aripudin, Syukriadi Sambas, Dakwah dan Damai Pengantar Dakwah
Antarbudaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 150 78Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek , (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 38-39
51
masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik di masa
mendatang. Di dalam diri seorang pemuda, tertanam cita-cita yang tinggi
untuk masa depan. Islam pun memandang sosok pemuda sebagai masa
emas untuk mengemban amanah dakwah agar Islam tegak di muka bumi.79
Dari alasan-alasan diatas penulis berpendapat bahwa langkah
strategis IKADI DKI Jakarta mengadakan program pembekalan dan
regenerasi da’i dengan nama Training Da’i Muda se-Jakarta memiliki
peran yang sangat penting dalam usaha mensukseskan implementasi
strategi dakwah di lingkungan perkantoran.
Untuk tahun 2010 IKADI DKI Jakarta telah melaksanakan satu
kali pelaksanaan Training Da’i Muda se-Jakarta di Jakarta Islamic Center
Jakarta Utara pada bulan Januri 2010, yang menghadirkan peserta training
sebanyak 100 da’i muda se-Jakarta.
Program training ini, yang dilaksanakan oleh IKADI DKI Jakarta
dengan nama Training Da’i Muda se-Jakarta mulai dari ditetapkan
program tersebut hingga sekarang memiliki beberapa tujuan umum dan
tujuan khusus80. Tujuan umum dari pelaksanaan pelatihan dan training
da’i ini diantaranya:
a. Untuk meningkatkan ketertarikan pemuda dan remaja Islam
terhadap ajaran islam dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
keIslaman yang intensif.
79 Dokumen Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta
Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010 80 Dokumen laporan kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust.
Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010
52
b. Untuk meningkatkan potensi pemuda dan remaja Islam dalam
meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat.
c. Sebagai sarana kegiatan alternatif yang bersifat positif yang
akan meminimalisir kegiatan-kegiatan yang bersifat negatif
seperti tawuran, penggunaan narkoba, pergaulan bebas, dll.
Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan ini adalah untuk
memberikan pelatihan para da’i muda dan calon-calon da’i serta
memberikan kiat-kiat dalam melaksanakan Manajemen Organisasi
(Operasional) dakwah untuk Pemuda dan Remaja Islam se-Jakarta.
Training dan regenerasi da’i menjadi penting dalam aktifitas
dakwah di lingkungan perkantoran, saat ini para kader da’i yang aktif di
IKADI DKI Jakarta sebagian besar minimal telah menyelesaikan studinya
di perguruan tinggi timur tengah (bergelar Lc, MA dan Dr). Karena tidak
bisa dipungkiri saat ini di masyarakat perkantoran, sangat
memperhitungkan tingkat pendidikan dari da’i, tentunya sangat tidak tepat
jika IKADI DKI Jakarta tidak menyesuaikan kualifikasi da’i terhadap
kebutuhan mad’u.
Selain training da’i muda yang rutin dilaksanakan dalam
meningkatkan SDM da’i, IKADI juga memiliki program apa yang disebut
sertifikasi da’i. Sertifikasi da’i sangat urgensi dalam pengembangan
dakwah menurut IKADI, karena berkaitan dengan standarisasi
kemampuan dakwah bagi da’i IKADI dan juga optimalisasi potensi da’i
IKADI dalam memerankan pembinaan masyarakat. Sertifikasi melalui
53
berbagai jenjang dalam pelatihannya sebagai bentuk pelatihan untuk
mengembangkan skill dan potensi dalam mengembangkan dakwah. Dan
ini sangat sesuai dengan visi dan misi IKADI.81
3. Kajian Perkantoran dan Kajian Masyarakat Umum
Untuk aktifitas kajian yang dilakukan oleh IKADI Jakarta terbagi
atas dua sasaran, yaitu:
a. Kajian Perkantoran
Dalam bidang kajian-kajian keislaman di masyarakat
perkotaan, IKADI DKI Jakarta membagi segementasi mad’u
menjadi dua, yaitu segmentasi mad’u utama masyarakat
perkantoran dan segmentasi masyarakat umum. Kajian perkantoran
merupakan prioritas utama dakwah, karena perkantoranlah
segmentasi utama dakwah IKADI DKI Jakarta.
Masyarakat perkantoran merupakan masyarakat yang
memiliki sangat sedikit waktu luang, karena dalam kesehariannya
dihabiskan dengan aktifitas yang berada di kantor dari pagi hingga
sore sesuang jam kerja masing-masing kantor, dan itu berlangsung
setiap saat kecuali hari libur yang telah ditetapkan.
Untuk bisa masuk dalam lingkungan masyarakat perkantoran
dan menyukseskan program kajian di perkantoran, IKADI DKI
Jakarta menyiasati dengan membangun kemitraan dengan
81 Tim sertifikasi da’i IKADI, Bekal Da’i Muda; Kumpulan Materi Sertifikasi Da’i
IKADI, (Jakarta: Pustaka IKADI, 2008), h. xviii
54
FORSIMPTA untuk menjalin komunikasi yang intens dengan
mereka dan mencari bagaimana proses yang terbaik dalam
pelaksanaan kajian islam di perkantoran.
Forum Silaturahmi Masjid Perkantoran Se-Jakarta
(FORSIMPTA) dideklarasikan tepatnya pada hari Jum’at tanggal
09 Juni 2001 atau bertepatan dengan 7 Rabi’ul Akhir 1422 H
bertempat di Masjid Plaza Mandiri Jakarta. Ada 14 deklarator dari
perwakilan masjid/ mushola/ majlis taklim dari wilayah Gatot
Subroto dan Sudirman.
Masjid/ mushola. Majlis taklim yang tergabung dalam
FORSIMPTA yaitu : Masjid Al-Muhajirin Graha Unilever Gatot
Subroto, Masjid Plaza Mandiri Gatot Subroto, Masjid Telkom
Gatot Subroto, Masjid LIPI Gatot Subroto, Masjid Al-Maghfiroh
Jamsostek Gatot Subroto, Masjid Dirjen Pajak Gator Subroto,
Mushola Gedung Menara Mulia Gatot Subroto, Mushola Surveyor
Indonesia Gatot Subroto, Mushola Miftahul Jannah PT Gufl
Indonesia Sudirman, Mushola Plaza Bapindo Sudirman, Masjid
Al’Alaa BEJ Sudiriman, Masjid Itjen Depdiknas Sudirman dan
Masjid Land Mark Sudirman.82
Karena masyarakat perkantoran sudah termasuk masyarakat
yang memadai dalam berbagai hal seperti dari segi keilmuan dan
materi. Strategi yang pertama dilakukan olah IKADI DKI Jakarta
82Sekilas Tentang FORSIMPTA, diakses pada 14 Mei 2010 dari
htttp://www.dakwahkantor.com
55
adalah membaca apa sebenarnya yang menjadi tuntutan dan
kebutuhan dari masyarakat perkantoran, dan itu harus diketahui
terlebih dahulu. Untuk itulah IKADI DKI Jakarta membangun
kemitraan dengan FORSIMPTA untuk bisa berkoordinasi
berkaitan dengan topik-topik kajian yang sesuai dengan kebutuhan
mereka.83
Sedangkan strategi yang kedua IKADI DKI Jakarta
menyesuaikan atau menyelaraskan dengan target-target yang ingin
dicapai atau dikuasai oleh mad’u sesuai dengan target kantornya
masing-masing.
Untuk kajian diperkantoran umumnya materi yang diminta
adalah berkaitan dengan akhlak atau pergaulan dalam sehari-hari,
untuk masalah ibadah atau fiqih kurang diminati karena ada
kekhawatiran terjadi perbedaan-perbedaan pendapat nantinya.
IKADI DKI Jakarta selalu melibatkan perkantoran untuk
bersama-sama memutuskan topik yang akan dikaji, dan untuk itu
biasanya ada pertemuan bulanan dengan rohis-rohis perkantoran
yang bertanggungjawab terhadap kajian.84 Komunikasi yang
melibatkan berbagai pihak tersebut dengan harapan dapat
mensukseskan kegiatan kajian islam di perkantoran sukses sesuai
dengan harapan semua pihak.
83 Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 12 Mei 2010 84 Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 12 Mei 2010
56
Kajian islam di perkantoran ini biasanya dilaksanakan secara
rutin dalam jangka sebulan sekali, namun ada juga beberapa
perkantoran dan hotel yang melakukan kajian dengan IKADI DKI
Jakarta tidak secara rutin. Dibawah ini adalah jadwal kajian rutin
dengan beberapa perkantoran yang saat ini masih menjalin kerja
sama dengan IKADI DKI Jakarta, diantaranya adalah:
No Kantor Waktu Kajian
1 PT. Pembangunan Perumahan Jl. Letjend TB. Simatupang No. 57 Pasar Rebo Jakarta
Setiap Rabu Pekan ke-2
2 PT. Indonesia Power Jl. Gatot Subroto Kav. 18 Jakarta
Setiap Rabu Pekan ke-3
3 Unilever Indonesia Jl. Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta Selatan
Setiap Rabu Pekan ke-4
4 Badan Pemeriksa Keuangan Jl. Gatoto Subroto Kav. 13 Jakarta
Setiap Selasa Pekan ke-3
5 Conophilips Indonesia Jl. Letjend TB Simatupang Kav 1-B Jakarta
Setiap Kamis Pekan ke-1
6 Taman Raffles Setiap Jumat Pekan ke-3
7 Kota Wisata Setiap Kamis Pekan ke-3
8 Badan Kepegawaian Negara Jl. Letjend Sutoyo Jakarta Timur
Setiap Senin Pekan ke-4
Tabel. 1 85
Jadwal Kajian Rutin IKADI DKI Jakarta di Perkantoran
Dalam proses implementasi tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam prosesnya terdapat hal-hal yang menjadi kendala, namun
dari semua kendala yang ada, kendala yang dominan dalam
85 Data dari SMS Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 19 Mei 2010 pukul
20:19 dan 20:54 WIB.
57
pengembangan masyarakat diperkantoran adalah waktu yang tidak
sesuai atau singkatnya waktu untuk pelaksanaan kajian-kajian
Islam diperkantoran.
Karena umumnya waktu yang disediakan oleh pihak
manajemen kantor adalah siang hari yang sebenarnya merupakan
waktu Istirahat, shalat dzuhur, dan makan siang. biasanya kajian
dimulai sesudah pelaksanaan shalat dzuhur sampai pukul 13.00
atau 13.30 WIB, tapi memang ada juga yang menawarkan waktu
shalat dhuha seperti saat bekerja sama dengan Bank BNI yang
dilaksanakan pada pukul 07.00-08.00 WIB. Itu lebih baik
dibandingkan pada siang hari, karena di pagi hari kondisi mad’u
masih dalam kondisi fresh, sehingga motivasi yang didapatkan dari
kajian tersebut langsung berefek pada saat mereka memulai kerja.
Untuk mengatasi itu semua, maka IKADI DKI Jakarta
mengurangi model komunikasi satu arah dalam penyajiaannya
kecuali pada khutbah Jum’at. Model komunikasi yang digunakan
IKADI DKI Jakarta dalam penyajian kajian di perkantoran adalah
komunikasi dua arah yaitu model dialog atau diskusi yang
interaktif untuk memancing keaktifan dari peserta kajian.
Perkembangan teknologi yang terus tumbuh dimanfaatkan
oleh IKADI DKI Jakarta dalam penyajian kajian-kajian di
perkantoran, dengan memanfaatkan “Laptop” yang dipadukan
dengan “LCD Projector”, dan itu sudah menjadi ketentuan dan
58
kesepakatan bersama selama ini. Dakwah berbasis multimedia
menjadi lebih menarik karena tidak monoton, peserta bisa melihat
materi yang disajikan dan juga mengurangi rasa ngantuk dari
peserta karena memang waktu pelaksanaannya dilaksanakan pada
siang hari.
b. Kajian Masyarakat Umum
Selain aktifitas kajian di masyarakat perkantoran, IKADI DKI
Jakarta juga tidak meninggalkan kajian untuk masyarkat umum
yang biasa dilaksanakan di Masjid Jami dan kajian tersebut dikenal
dengan program MAKKAH (Majlis Akhlakul Karimah) yang
muatan dari program tersebut ada tiga, yaitu tilawah, tabligh dan
tazkiyah.86 Selain itu, menurut sekretaris IKADI DKI Jakarta ada
beberapa target dari program MAKKAH tersebut, diantaranya
Rekrutmen kader da’i IKADI, Sosialisasi Personal Da’i dan
Pengembangan visi IKADI.87
Untuk periode 2009-2010 program MAKKAH sudah
berlangsung setiap tiga bulan sekali, dimulai dari akhir agustus
2009 sampai maret 2010 yang telah menghadirkan beberapa da’i
dan da’iah seperti Ust. Yusuf Mansur, Ust. Arifin Ilhan, Mama
86 Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Selasa, 12 Mei
2010. 87 Wawancara dengan Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust. Izzuddin Abdul Manaf pada
Senin, 10 Mei 2010.
59
Dedeh, Ust. Subki Al-Bughuri dan rencananya bulan juli 2010
akan menghadirkan KH. Abdullah Gymnastiar.88
Kegiatan MAKKAH juga biasanya sebagian dilaksanakan
pada moment-moment tertentu, seperti peringatan hari-hari besar
Islam dan Nasional yang temanya disesuaikan dengan moment-
moment tersebut. Moment yang termasuk banyak mengadakan
kegiatan ini adalah disaat bulan ramadhan tiba. Di bulan ramadhan
IKADI DKI Jakarta membagi sebanyak tiga kali (sebelum
ramadhan, saat ramadhan dan pasca ramadhan). Dalam artian
kegiatan kajian di masyarakat umum lebih memanfaatkan pada
moment-moment tertentu.
C. Evaluasi Strategi
Setelah melewati beberapa tahapan yang sudah kita jelaskan sebelumnya,
untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan
untuk melihat apakah implementasi yang dilakukan masih sesuai atau tidak, maka
kita membutuhkan evaluasi strategi untuk memastikannnya. Karena itu evaluasi
dari program-program yang telah diimplementasikan perlu untuk dilakukan secara
terus menerus.
Di IKADI DKI Jakarta evaluasi merupakan unsur terpenting dalam
mengetahui dan memastikan sejauh keberhasilan dakwah yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau perumusan yang telah ditetapkan,
karena itu evaluasi harus dilakukan secara terprogram dan tertentu waktunya.
88 Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Selasa, 12 Mei 2010.
60
Evaluasi bisa dilakukan dalam bentuk insidentil atau secara terencana. Insidentil
di sini maksudnya setiap ada persoalan di lapangan yang menyangkut program
atau implementasi dakwah akan langsung evaluasi untuk memperbaiki hubungan,
sedangkan evaluasi terencana akan dilakukan setiap setengah setahun sekali.
Untuk setahun ini, evaluasi strategi sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Dua kali
dalam bentuk terencana dan satu kali dalam bentuk evaluasi insidentil.89
Terencana dimaksudkan bahwa evaluasi yang dilakukan sudah direncanakan
sebelumnya disaat penetapan dalam perumusan atau agenda rutin, sedangkan
insidentil adalah evaluasi yang dilakukan secara spontan dalam menyikapi
permasalahan yang ada dalam proses implementasi.
Untuk kajian di perkantoran, IKADI DKI Jakarta karena dari awal
membangun kemitraan secara berkelanjutan dengan FORSIMPTA dalam
pengembangan dakwah dimasyarakat perkantoran, juga bersama dengan Rohis-
rohis dari Masjid perkantoran yang ada di Jakarta turut serta mengevaluasi
kajian-kajian yang sudah berlangsung untuk kemudian mencari solusi bersama.
89 Wawancara via email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada 08
Juli 2010
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa hasil temuan data yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis mencoba
memberikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Perumusan Strategi
Perumusan strategi dilakukan sebulan atau dua bulan menjelang
berakhirnya pelaksanaan program tahunan yang melibatkan seluruh
komponen di IKADI DKI Jakarta. Target utama dalam perumusan strategi
ini untuk mengevaluasi strategi yang pernah di laksanakan dengan
menimbang persoalan-persoalan objek dakwah yang terus mengalami
perubahan dan perkembangan yang semakin kompleks
Menurut Hisyam Ali yang dikutip oleh Rafi’udin dan Maman dalam
bukunya untuk melaksanakan merumuskan strategi dakwah yang strategis,
terlebih dahulu perlu memperhatikan hal-hal yang biasa dikenal dengan
Pendekatan Analisa SWOT. Melalui Pendekatana analisa SWOT ini, dapat
mengetahui posisi IKADI DKI Jakarta dilihat dari sisi internal dan
eksternal organisasi.
Setelah mempertimbangan dari beberapa hal yang telah dikemukakan
diatas, kemudian sesuai dengan kesepakatan bersama IKADI DKI Jakarta
menyusun dan menetapkan program-program unggulan yang strategis dalam
dakwah di lingkungan perkantoran, yaitu:
61
62
a. Silaturahmi dengan Tokoh dan Organisasi Kemasyarakatan
(Ormas) Dakwah.
b. Pembekalan dan Regenerasi Da’i
c. Kajian Perkantoran dan Kajian Masyarakat Umum.
Selain ketiga program strategis di atas, ada beberapa program lain yang
sudah merupakan pecahan dan kesinambungan dari program-program
ungulan, seperti peringatan hari besar Islam dalam bentu tabligh. Ada juga
program sosial kepada keluarga da’i IKADI DKI Jakarta, terutama da’i-da’i
yang berdomisili di pedalaman.
2. Implementasi Strategi
Setelah menetapkan perumusan strategi komunikasi, sebagai langkah awal
implementasi strategi, IKADI DKI Jakarta menawarkan terlebih dahulu beberapa
program dakwah yang telah dirumuskan ke berbagai instansi baik swasta maupun
pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan dan permintaan dari sasaran
dakwah IKADI DKI Jakarta. Tentu tidak seratus persen setiap perumusan strategi
yang telah ditetapkan dapat direalisasikan.
Saat ini silaturahmi yang sudah dilakukan oleh IKADI DKI Jakarta adalah
dengan DR. H. Hidayat Nurwahid, KH. Didin Hafiduddin, KH. Ma’ruf Amin,
Ust. Yusuf Mansur, Ust. Arifin Ilham, Mama Dedeh dan Ust. Subki Al-Bughuri.
Training Da’i Muda se-Jakarta untuk tahun 2010 telah dilakukan satu kali
pada bulan Januari 2010 di Jakarta Islamic Center Jakarta Utara, yang
menghadirkan peserta training sebanyak 100 da’i muda se-Jakarta.
63
Untuk kajian di perkantoran, saat ini ada beberapa kantor yang masih
bekerja sama diantaranya adalah PT. Pembangunan Perumahan, PT. Indonesia
Power, Unilever Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan, Taman Raffles, Kota
Wisata dan Badan Kepegawaian Negara.
Sedangkan kajian masyarakat umum yang disebut program MAKKAH
(Majlis Akhlakul Karimah) telah menghadirkan beberapa narasumber yaitu Ust.
Yusuf Mansur, Ust. Arifin Ilham, Mama Dedeh, Ust. Subki Al- Bughuri dan KH.
Abdullah Gymnastiar.
Faktor pendukung dalam proses implementasi strategi komunikasi IKADI
DKI Jakarta adalah kerjasama yang terjalin dengan berbagai insititusi tersebut
memudahkan implementasi strategi yang telah dibangun, kompetensi da’i yang
sudah memadai. Sedangkan faktor penghambat diantaranya terjadi gap antara
penawaran dengan permintaan, baik dari Da’i yang disiapkan maupun aplikasi
multimedia yang diminta, dana juga menjadi kendala dalam proses implementasi.
3. Evaluasi Strategi
Di IKADI DKI Jakarta evaluasi merupakan unsur terpenting dalam
mengetahui dan memastikan sejauh keberhasilan dakwah yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau perumusan yang telah ditetapkan,
karena itu evaluasi harus dilakukan secara terprogram dan tertentu waktunya.
Evaluasi bisa dilakukan dalam bentuk insidentil atau secara terencana. Insidentil
di sini maksudnya setiap ada persoalan di lapangan yang menyangkut program
atau implementasi dakwah akan langsung evaluasi untuk memperbaiki hubungan,
sedangkan evaluasi terencana akan dilakukan setiap setengah setahun sekali.
Untuk setahun ini, evaluasi strategi sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Dua kali
64
dalam bentuk terencana dan satu kali dalam bentuk evaluasi insidentilUntuk
kajian di perkantoran, IKADI DKI Jakarta karena dari awal membangun
kemitraan secara berkelanjutan dengan FORSIMPTA dalam pengembangan
dakwah dimasyarakat perkantoran, juga bersama dengan Rohis-rohis dari Masjid
perkantoran yang ada di Jakarta turut serta mengevaluasi kajian-kajian yang sudah
berlangsung untuk kemudian mencari solusi bersama.
B. Saran
Berdasarkan beberapa penjelasan dalam bab-bab sebelumnya serta
kesimpulan yang ada, maka ada beberapa saran dan masukan yang mungkin bisa
berguna, yaitu :
1. Kepada Pengurus IKADI DKI Jakarta, Pembekalan dan regenerasi
Da’i perlu lebih ditingkatkan tidak hanya dalam bentuk pelatihan-
pelatihan yang besar. Tapi berbentuk seperti pembelajaran rutinitas
mingguan. Karena ini sangat berkaitan dengan daya tarik dan
kredibilitas seorang komunikator atau da’i.
2. Kepada pengurus IKADI DKI Jakarta, Training pengetahuan
multimedia perlu dilakukan, mengingat pesatnya perkembangan dan
penggunaan perangkat multimedia di masyarakat perkotaan.
3. Kepada Pengurus IKADI DKI Jakarta, untuk meningkatkan
sosialisasi secara luas, agar aktifitas dakwah bisa dirasakan oleh
seluruh elemen masyarakat yang ada, karena selama proses penulisan
skripsi ini ternyata banyak elemen masyarakat yang belum mengenal
ormas IKADI.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
_____, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah, 2008 Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bina Aksara, 1998
Allison, Michael dan Kaye, Jude. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba: Pedoman Praktis dan Buku Kerja. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004
Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 1997
Aripudin, Acep dan Sambas, Syukriadi. Dakwah Damai Pengantar Dakwah Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007
Aziz Moh. Ali. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004 _______, Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
_______, Ilmu Teori dan Praktek Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003
Ghazali, M. Bahri. Da’wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997 Gitosudarmo, Indriyo. Manajemen Strategis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
2001 Hariadi, Bambang. Strategi Manajemen, Strategi Memerangkan Perang Bisnis.
Malang: Bayu Media Publishing, 2005 Hasanuddin. Manajemen Dakwah. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
65
66
Jauch, Lawrence R. dan Gluek, William F. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga, 1988
Muchtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al- Amin
Press, 1996 Noor, Arifin. Ilmu Sosial Dasar. Bandung Pustaka Setia, 1997
Omar, Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Rafi’udin dan Maman. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia,
1997 Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori
ke Praktek. Jakarta: Murai Kencana, 2006 Rue, Leslie W. dan Byars, Llyod L. Management: Skills and Aplication. New
York: McGraw Hill, 2003 Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006 Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 1991 Tim Sertifikasi Da’i IKADI. Bekal Da’i Mudah; Kumpulan Materi Sertifikasi
Da’i IKADI. Jakarta: Pustaka IKADI, 2008 Jurnal Dakwah dan Komunikasi Edisi: 2 Desember 2006, Strategik
Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Oleh Mulkanasir Yatimah, Durotul. Kesekretarisan Modern dan Administrasi Perkantoran.
Bandung: Pustaka Setia, 2009 Majalah Robitoh Edisi: 17 Januari-17 Februari 2010
Profil IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)
http://www.ikadi.or.id
http://www.ikadi.org
http://www.ikadijatim.org
HASIL WAWANCARA NAMA : IZZUDIN ABDUL MANAF, MA
JABATAN : SEKRETARIS IKADI DKI JAKARTA
Wawancara Ke-1; Senin, 26 April 2010
Apa semangat pengembangan dakwah di IKADI DKI Jakarta?
Yang bergerak dakwah dimasyarakat kini tidak semuanya mereka enjoy dengan
model dakwah saat ini, seperti ormas ataupun gaya personal (public figure). Kalau
ormas terkadang antara visi misi tidak sesuai dengan aksinya (tidak bisa efektif).
Kalau dakwah personal atau figur itu biasanya jika figurnya ada masalah akhirnya
justru menjadi antipati. Maka itu harus dimenej sedemikian rupa dalam artian
diprofesionalkan dalam tatanan dakwahnya. Ini semangat besar ikadi, makanya
yang menjadi visi besarnya adalah menebar dakwah rahmatan lil’alamin.
Bagaimana bentuk kelembagaan organisasi IKADI Jakarta?
Model atau bentuk kelembagaan IKADI kan ormas dibawah undang-undang
ormas. Ormas memiliki karakteristik bisa merekrut seseorang sebagai anggota. Di
IKADI juga ada keanggotaan, jadi masyarakat yang mempunyai minat ataupun
semangat terjun berdakwah dipersilakan mengisi formulir. Namun tidak semua
wilayah melakukan data secara lancar karena kondisinya berbeda-beda. Umpama
untuk Jakarta kita belum pernah serius mendata secara real, namun setiap acara
selalu ramai. Jadi sebenarnya rekrutmen itu bertujuan untuk ormas yang berbasis
massa tadi.
Bagaimana keaktifan kepengurusan IKADI DKI Jakarta?
Untuk kepengurusan IKADI wilayah DKI Jakarta sebenarnya relative lengkap,
namun tidak aktif semuanya. Karena wilayah sifatnya adalah eksekusi sehingga
tidak melibatkan semua pengurus, apa yang diputuskan di dalam pertemuan
tahunan (MUNAS) itu kita laksanakan.
Bagaiamana pengembangan website IKADI DKI Jakarta?
Untuk website kita sudah tidak aktif lagi, tahun kemaren aktif tapi karena
kontributornya sedikit jadi tidak diaktifkan lagi.
Wawancara Ke-2; Senin, 10 Mei 2010
Bagaimana proses prekrutan kader da’i?
Perekrutan dilakukan disaat melaksanakan acara-acara yang berkerja sama
dengan pihak lain. Caranya kita membagikan form formulir penerimaan
keanggotan kepada peserta dan saat itu langsung dikembalikan ke panitia baru
kita proses. Untuk saat ini keanggotaan hanya terdata saja, belum mendetail
sampai pada hak dan kewajiban anggota IKADI DKI Jakarta.
Bagaimana proses perumusan strategi komunikasi IKADI DKI Jakarta
dalam pengembangan dakwah di masyarakat perkotaan 2010?
Untuk perumusan strategi biasanya diadakan dalam jangka satu tahun sekali
dalam bentuk MUNAS, kebetulah untuk 2010 kita belum MUKER jadi masih
menggunakan hasil MUKER 2009. Biasanya dari pusat kemudian diturunkan ke
wilayah atau daerah. Wilayah sendiri biasa kebijakan dalam rapat rutin bulanan.
Untuk 2009 strategi komunikasinya terkait dengan kemitraan.
Bagaimana implementasi strategi komunikasi IKADI DKI Jakarta dalam
pengembangan dakwah di masyarakat perkotaan 2010?
Implememtasinya biasanya membuat moment memperingati hari-hari besar
Islam dan nasional yang saling berkaitan. Menjelang Ramadhan melakukan
pengiriman da’i-da’i ke berbagai daerah bahkan juga ke luar negeri. Di bulan
ramadhan saja kita ada melaksanakan moment sebanyak tiga kali (sebelum
ramadhan, saat ramadhan dan pasca ramadhan). Dalam artian lebih
memanfaatkan moment-moment tertentu.
Dalam satu tahun biasa kita membentuk program strategi besar, untuk saat ini
masih menggunakan 2009 yaitu Makkah (Majlis akhlakul Karimah) yang
dilakukan tiga bulan sekali. Banyak target dari program Makkah yaitu; 1.
Rekrutmen kader da’i ikadi. 2. Sosialisasi personal da’I, 3. Pengembangan visi IKADI.
Selanjutnya mengembangkan organisasi dan jaringan sampai ke tingkat daerah.
Apa faktor pendukung dan penghambat strategi komunikasi?
Pertama; Untuk organisasi massa yang menjadi kendala biasanya terkait dengan
dana. Kedua; tidak semua mitra yang kita ajak bekerjasama memiliki
kesepahaman atau terjadi perbedaan persepsi kita.
Bagaimana evaluasi strategi komunikasi IKADI DKI Jakarta dalam
pengembangan dakwah di masyarakat perkotaan?
Evaluasi strategi yang diterapkan biasanya adalah tahunan, di dalam MUNAS
evaluasi sekaligus menetapkan.
Bagaimana pemanfaatan media dalam strategi komunikasi?
Media sih include… dalam membuat acara-acara selain targetnya untuk
berdakwah kepada peserta yang datang juga untuk berkomunikasi dengan
massa. Acara-acara itu untuk tim media sudah jelas standby untuk
mensosialisasikannya.
Pewancara
Hambali
Narasumber
Izzudin Abdul Manaf, MA
HASIL WAWANCARA
NAMA : Dr. H. ATABIK LUTHFI, MA
JABATAN : KETUA IKADI DKI JAKARTA
Wawancara; Selasa, 11 Mei 2010
Apa yang menjadi sasaran IKADI DKI Jakarta dalam pengembangan
dakwah di masyarakat perkataan tahun 2010?
Untuk daerah perkotaan massa yang tidak banyak disentuh oleh ormas dakwah lain adalah dakwah di masyarakat perkantoran. Sambutan dari mereka cukup bagus. Karena mereka memang dari segi keilmuan mereka sangat haus, kemudian interaksi-interaksi diperkantoran kan interaksi borjuis. Ketika kita tawarkan modul, kajian, ceramah ataupun khutbah jumat, mereka sangat respon sekali. Kita bekerja sama dengan FORSIMPTA (Forum Silaturahmi Masjid Perkantoran Se-Jakarta) di daerah Jakarta sebagai Pembina. Forum itu tidak memiliki Narasumber (SDM) tapi dia punya massa dan itu ada iuran bulanan dan kegiatan rutin lainnya. Masyarakat seperti apa yang diimpikan dari dakwah yang dilakukan IKADI
DKI Jakarta?
Karena tadi segementasi kita adalah masyarakat perkantoran, kita berharap; masyarakat perkantoran bisa merasakan nilai-nilai keislaman ketika bekerja, semangat islam, motivasi islam, dan terutama warna pergaulan Islam. Sehingga mereka tidak hanya mendapatkan gaji atau materi saja, tetapi mereka juga mendapatkan kebutuhan rohaninya. Bagaimana proses pembinaan da’i di IKADI DKI Jakarta?
Alhamdulillah SDM da’i kita sebagian besar adalah Lc (lulusan dari timur tengah) atau minimal gelar Lc dan juga banyak gelar Dr dan MA. Untuk meningkatkan potensi da’i IKADI DKI Jakarta. Kita juga ada program sertifikasi da’i dan training-training da’i untuk menunjang bagi da’i yang terlibat dalam dakwah di masyarakat perkantoran. Mungkin kalau di masyarakat awam cukup hanya membutuhkan kualifikasi tertentu, mereka tidak melihat gelar akademis. Tapi kalau diperkantoran sulit . bahkan ada kantor yang untuk khutbah jum’at mereka tidak mau menerima yang tidak bergelar MA atau Dr. Umumnya mereka lebih percaya jika yang dihadirkan itu adalah da’i yang secara kualifikasi secara akademisi ada. Diperkantoran juga ada sistem sortiran, kita hadirkan nama da’i sekian itu nanti mereka yang akan sortir sesuai tidak dengan mereka. Nah penilaian dari mereka juga menjadi bahan penilaian kita nantinya, da’i mana yang tepat untuk dakwah di perkantoran.
Menurut ustad apakah IKADI DKI Jakarta membutuhkan strategi?
Kita bangun strategi itu yang pertama, kita akan diskusikan dengan mereka (maka kita bekerja sama dengan FORSIMPTA) apa yang mereka inginkan? Apakah dari segi keilmuannya, nilainya, segi motivasinya. Yang kedua mereka punya target-target apa yang ingin mereka capai. Tapi umumnya diperkantoran tidak tertarik yang berkaitan dengan fikih, ibadah, mayoritas pembahasan akhlak. Untuk masalah ibadah mereka kurang begitu problem karena khawatir terjadi perbedaan-perbedaan pendapat. Jadi strategi komunikasinya dalah karena mereka masyarakat yang memadai, maka kita tidak secara sepihak menentukan topic, tapi selalu melibatkan perkantoran untuk memutuskannya. Jadi ada pertemuan bulanan semua rohis-rohis perkantoran yang bertanggunjawab terhadap kajian, disitulah mereka merespon terhadap materi IKADI DKI Jakarta bagaimana, ada gak sih kebutuhan yang belum terpenuhi oleh mereka. Jika kita tidak mengenal kebutuhannya nanti tidak sinergi. Mereka akan menerima kecuali apa yang mereka inginkan. Strategi apa yang dominan dalam proses dakwah di masyarakat
perkotaan?
Sekarang sudah umum bahkan sudah menjadi ketentuan bersama, kajian di perkantoran kami menggunakan “infokus”, jadi materinya dibuat dalam sistem power point (slide) karena itu lebih interaktif. Ceramah yang monoton sangat-sangat tidak dianjurkan kecuali khutbah jum’at. Dakwah berbasis multimedia menjadi lebih menarik (tidak monoton, peserta bisa melihat dan juga mengurangi rasa ngantuk karena umumnya pengkajiannya dilaksanakan pada siang hari. Ba’da dzuhur sampai 13.00 atau 13.30 itukan waktu yang penat, waktu yang memang sebetulnya tidak kondusif sekali, tapi cuma itulah yang ditawarkan pihak manajemen. Ada juga yang waktu dhuha (07.00-08.00) waktu berkerja sama dengan BNI, dan itu lebih baik karena masih dalam keadaan fresh, lebih mengena, karena mereka mau bekerja sehingga nilai-nilai motivasinya dibawa dalam bekerja. Apa bentuk komunikasi yang dilakukan IKADI DKI Jakarta dalam
pengembangan dakwah di masyarakat perkotaan?
Komunikasi yang kita lakukan dua arah (interaksi), bahkan judul-judul materi juga mereka yang menentukan. Tentu yang Sesuai dengan persoalan yang mereka hadapi dan hangat diperkantoran. Manajeman juga ikut memantau perkembangan dikantor, tapi Alhamdulillah responnya baik dengan adanya kajian-kajian itu budaya kerja mereka semakin baik, kemudian hasil-hasil kerjanya semakin memuaskan, itu kita buat quesiner-quesiner untuk melihat sejauh mana respon dari masyarakat perkantoran mensikapi persoalan-persoalan yang sedang hangat.
Apa faktor pendukung dan kendala dalam pengembangan dakwah di
masyarakat perkantoran?
SDM kita insyaAllah memadai dilihat dari sisi kualifikasi akademik, Ghirah keislaman juga cukup tinggi. Ghirah keislaman semakin tinggi karena pengaruh dari kerja yang begitu berat, tekanan itu yang kemudian membuat mereka mencari solusi yang lebih baik untuk meringankan tekanan itu. Kendala adalah wakt , dalam artian ketidak sesuaian waktu dan sedikitnya waktu untuk kajian, karena sebenarnya waktu istirahat, makan, shalat, ditambah kajian. Satu jam itu menjadi waktu yang sangat padat, sehinggat tidak optimal karena waktunya terbatas, dan waktu itu memang tidak efektif sebetulnya untuk menerima kajian-kajian keislaman. Pihak mana saja yang diajak kerja sama?
Kalau untuk perkantoran kita bekerjasama dengan FORSIMPTA, kalau dengan KODI (Koordinator dakwah) itu sifatnya hanya silaturahim, dan pertemuan-pertemuan dengan Forum Komunikasi Majlis Taklim seluruh Jakarta yang dikomandoi Pemprov DKI. Bagaimana bentuk kerjasama dengan pihak lain?
Selain dalam bentuk kajian Islam kita juga berbentuk training-training da’i, karena ada beberapa kantor yang menginginkan ketika narasumber berhalangan, khotib berhalangan mereka bisa menggantikan itu. Training-training dakwah, da’i, khatib dan peminatnya banyak . Itu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan walaupun sebenarnya dalam agenda dua kali dalam satu semester. Jika tingkat kebutuhannya tinggi kita harus mempersiapkan untuk itu.
Tanya Jawab Via Surat Elektronik (EMAIL)
Pertanyaan dari Hambali (bali.bahagia@gmail.com) kepada Ust. Atabik Lutfi
(hazmifuadi@gmail.com) pada Senin, 17 Mei 2010.
Asslamualaikum... ustad ana mau nanya lagi tentang kajian yang dilakukan di perkantoran... 1. waktu kajian itu kapan aja? 2. ada jadwal ngisinya g ustad? 3. untuk training da'i tahun 2010 sudah melaksanakan berapa kali? mohon jawabannya ustad... syukron... Hambali mahasiswa UIN Jakarta wassalamualaikum....
Jawaban dari Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) kepada Hambali (bali.bahagia@gmail.com) pada Selasa, 18 Mei 2010 Ada tiga agenda inti dalam aktitfitas IKADI tahun ini, yaitu: 1. Silaturahmi tokoh dakwah dan ormas 2. Pembekalan dan Regenerasi da;i melalui training da'i 3. kajian perkantoran dan kajian masyarakat umum di masjid jami yg dikenal dgn istilah program MAKKAH (majlis Akhlakul Karimah) yg muatannya adalah tiga T: tilawah, tabligh dan tazkiyah utk silaturahim tokoh dan ormas yang sudah dilakukan adalah dgn mantan ketua MPR RI Dr. H. hidayat Nurwahid, ketua Baznas KH. Didin Hafiduddin, PB NU, KODI, DDII dan ketua MUI KH. Ma;ruf Amin juga beberapa da'i kondang seperti ust Yusuf Mansur, ust Arifin Ilham, usth mama dedeh, dan ust subki al-bughuri. yg terutama dari itu adalah program MAKKAh yg sdh berlangsung setiap sebulan sekali, dari akhir agustus 2009 sampai maret 2010 yg telah menghadirkan ust yusuf mansur, ust arifin ilham, ust mama dedeh, ust subki dan insya Allah bulan juli ini ust aa gymnastiar.. utk program training da'i pada tahun ini baru berlangsung sekali yaitu pada januari 2010. dan pada tahun 2009 telah berlangsung 3 kali training di Jakarta Islamic Center Jakarta Utara dgn peserta 100 da'i muda se jakarta. waktu kajian perkantoran adalah setiap ba'da shalat zuhur hingga jam 13.30 siang. beberapa kantor yg masih melakukan kerjasama kajian ini adalah: unilever, chonoco philips, wisma mulia, plaza PP, BKN, Levis dan BPK
Tanya Jawab Via Surat Elektronik (EMAIL)
Pertanyaan dari Hambali (bali.bahagia@gmail.com) kepada Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) pada Jum’at, 18 Juni 2010. Perumusan strategi komunikasi
1. Kapan perumusan strategi komunikasi diterapkan oleh IKADI DKI Jakarta untuk tahun 2009-2010?
2. Apa yang menjadi target utama dari perumusan strategi komunikasi pada tahun 2010?
3. Siapa saja yang dilibatkan dalam perumusan strategi komunikasi? 4. Hal apa yang menjadi pertimbangan dalam proses perumusan strategi
komunikasi?
Implementasi strategi komunikasi 1. Bagaimana langkah awal pelaksanaan implementasi strategi komunikasi
IKADI DKI Jakarta? 2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dari setiap strategi
komunikasi yang ada?
3. Apakah setiap implementasi yang dilakukan sesuai dengan dari perumusan strategi yang telah ditetapkan?
4. Bagaimana mengukur keberhasilan dari implementasi strategi komunikasi?
Evaluasi strategi komunikasi 1. Apakah IKADI DKI Jakarta melakukan evaluasi dari setiap implementasi
strategi komunikasi yang sudah dilakukan? 2. Bagaimana cara evaluasi strategi komunikasi IKADI DKI Jakarta? 3. Sudah berapa kali evaluasi dilakukan oleh IKADI DKI Jakarta untuk tahun
2010?
Keanggotaan IKADI DKI Jakarta 1. Berapa jumlah anggota dari IKADI DKI Jakarta untuk tahun 2010? 2. Apa kualisifkasi yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota IKADI DKI
Jakarta? Jawaban dari Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) kepada Hambali (bali.bahagia@gmail.com) pada Kamis, 8 Juli 2010 Assalamu'alaikum wr wb Alhamdulillah, semoga jawaban saya dapat sedikit membantu skripsi mas hambali ya, meskipun tentu perlu diedit atau ditambah dan dikurangi sesuai dengan ilmu komunikasi yg berkembang. Perumusan strategi komunikasi 1. sebulan atau dua bulan menjelang berakhirnya pelaksanaan program tahunan, dilakukan perumusan strategi yang melibatkan semua pengurus ikadi, baik ikadi wilayah jakarta maupun pengurus daerah Ikadi di jakarta. 2. target utama dari perumusan tersebut adalah mengevaluasi strategi yg pernah dilakukan dengan menimbang perosalan-persoalan objek dakwah yang terus mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga strategi komunikasi di tahun ini lebih tepat sasaran, dapat diterima dengan lebih terbuka dan terjadi saling kesepahaman antara ikadi dan sasaran dakwahnya. 3. semua pengurus dilibatkan dalam perumusan tersebut, termasuk beberapa da'i yang diterjunkan untuk menyampaikan dakwah di beberapa perkantoran, sehingga mereka dapat memberikan masukan secara aplikatif apa yang terjadi di lapangan dakwah. 4.yang menjadi pertimbangan tentu beberapa hal yang terkait dengan keberhasilan dan ketidakberhasilan program dakwah yang telah digulirkan selama satu tahun. pertimbangan juga melibatkan aspek pendanaan, ketersediaan SDM dan perangkat-perangkat tambahan yang menjadi wasa'il dakwah
implementasi strategi komunikasi: 1. sebagai langkah awal implementasi, ikadi akan menawarkan beberapa program dakwah yang telah dirumuskan ke berbagai instnasi baik swasta maupun pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan dan permintaan di lapangan. 2. diantara faktor pendukung dapat disebutkan disini adalah hubungan (kerjasama) yang telah terjalin dengan berbagai institusi tersebut akan memudahkan implementasi strategi yang telah dibangun, apalagi geliat dakwah di perkantoran semakin terasa dan menuntut pengayaan dan peng update an bahan atau media dakwah. sedangkan faktor penghambat yg dapat disampaikan disini diantaranya, terjadi gap antara penawaran dengan permintaan, baik dari segi SDM yg dapat disiapkan, maupun aplikasi multimedia yang diminta, sehingga perlu kembali diadakan training multimedia utk para da'i sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan semasa. 3. tentu tidak seratus persen setiap perumusan dapat direalisasikan, tapi Alhamdulllah paling tidak 90 persen dapat tercapai sesuai dengan yg dirumuskan. 4. untuk mengukur keberhasilan itu, maka diadakan quesioner dengan peserta dakwah dari berbagai perkantoran untuk menangkap aspirasi dan kepuasaan mereka menerima dakwah IKADI, karena pada hakikatnya dakwah adalah menawarkan produk yang tentu harus memperhatikan kepuasan konsumen. evaluasi 1. evaluasi merupakan unsur terpenting dari mengukur keberhasilan dakwah, maka tidak ada kata lain kecuali melakukan evaluasi secara terprogram dan tertentu waktunya 2. evaluasi bisa dalam bentuk insidentil atau secara terencana. insidentil dimaksudkan setiap ada persoalan di lapangan yang menyangkut program atau impelemtnasi dakwah akan langsung diadakan evaluasi untuk memperbaiki hubungan. sedangkan evaluasi terencana akan dilakukan setiap setengah tahun sekali 3. setahun ini, sudah dilakukan evaluasi sebanyak tiga kali, dua kali secara terencana (planned evaluation) dan sekali dalam bentuk evaluasi insidentil. keanggotaan Ikadi Jakarta 1untuk lebih jelasnya silahkan keanggotaan dapat dilihat dari website Ikadi, syarat, hak dan kewajiban anggota dan siapa saja yang berhak menjadi anggota Ikadi agar lebih sistimatis 1. sampai saat ini kenaggotaan ikadi masih belum terukur dengan hitungan angka secara valid, karena turun naik dengan perpindahan da'i ke berbagai wilayah atau tugas dakwah dsb. tapi dapat dikatakan sekitar 10000 anggota sudah terlibat dengan program Ikadi jakarta Tanya Jawab via Email
Pertanyaan dari Hambali (bali.bahagia@gmail.com) kepada Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) pada 07 September 2010.
Assalamualaikum.... bagaimana kabarnya ustad? alhamdulillah sebelum lebaran kmren ana sudah sidang skripsi, saat ini sedang proses revisi skripsi. krena itu ana mau beberapa pertanyaan lagi. 1. berkaitan dengan analisis SWOT, apa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari IKADI DKI Jakarta? 2. apa ada program-program selain tiga program utama yang sudah ustad jelaskan kpd Ana sebelumnya (Silaturahmi dng Tokoh dan ormas dakwah, kaderisasi da'i dan kajian perkantoran, umum)? kapan kira2 ana bisa ketemu ustad lagi? ana butuh cap stempel ikadi dki jakarta untuk surat keterangan dan hasil wawancara. kmren waktu menghadap ke ustad izzudin kebetulan stempelnya dicari blm ketemu. syukron ustd untuk bantuannya
Jawaban Via Email Jawaban dari Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) kepada Hambali (bali.bahagia@gmail.com) pada 06 Oktober 2010 assalamu'alaikum wrwb Alhamdulillah, semoga sukses selalu, saya turut berbahagia. ini jawaban beberapa pertanyaan ttg ikadi utk revisi skripsi: 1. Berkaitan dengan analisa SWOT perlu dijelaskan disini diantaranya: 1. Streng (kekuatan) yg dimiliki Ikadi ada pada kualifikasi para da'i yg rata-rata berpredikat magister dan doktor lulusan luar negeri sehingga menarik kepercayaan masyarakat perkotaan yg notabene well educated 2. namun perimbangan jumlah da'i yg dibutuhkan dengan kuantitas mad'u sangat tidak berimbang, sehingga memerlukan program sertifikasi da'i yg ditarik dari beberapa alumni pesantren dan sekolah tinggi ilmu dakwah sebagai program pengkaderan 3. peluang tetap besar seiring dengan geliat dakwah di perkantoran dan perkotaan yg semakin semarak dan menunjukkan atensi yg besar dari masyarakat 4 organisasi masyarakat apapun profesionalisme yg dibangun selalu berbenturan dengan masalah pendanaan sehingga ikadi harus jeli menangkap peluang danan dari berbagai sumber yg tidak mengikat, baik pemerintah maupun non pemerintah. dan Ikadi lebih banyak menggali dari sumber non pemerintah 5. terkadang pada tataran aplikasinya, terjadi perbedaan pandangan antara para da'i dalam mensikapi persoalan kontemporer di tengah masyarakat terutama persoalan terorisme dan sikap keras yg ditunjukkan oleh sbagian ormas dan umat Islam tertentu. - selain tiga program inti yg sudah disebutkan, program yg lain merupakan pecahan dan kesinambungan dari program inti tersebut seperti peringatan hari
besar Islam dari bentuk tabligh dan program sosial kepada keluarga da'i, terutama da'i di pedalaman demikian dan terima kasih wassalamu'alaikum
Tanya jawab via SMS
SMS dari Ust. Atabik Lutfi (081314614650) Pada 19-05-2010 Pukul 20:19 WIB
Aslm. Email sdh saya balas ya. Utk kajian Indonesia
power rabu pkn ke 3, PT. PP rabu pkn ke 2, unilever
rabu pkn ke 4, BKN senin pkn ke 4, kota wisata pkn ke
3.
SMS dari Ust. Atabik Lutfi (081314614650) Pada 19-05-2010 Pukul 20:54 WIB
BPK selasa pecan ke 3, chonoco Philips kamis pkn ke1,
taman rafles jumat pkn ke 3 dan beberapa kantor
atau hotel yg tdk rutin
Pewancara
Hambali
Narasumber
Dr. H. Atabik Luthfi, MA
top related