strategi dakwah organisasi muhammadiyah di desa … · 2021. 2. 6. · “penerapan manajemen...
Post on 12-Aug-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
STRATEGI DAKWAH ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI DESA PENTADIO BARAT KECAMATAN TELAGA BIRU
KABUPATEN GORONTALO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ASRI NIM : 105270017915
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi Saudara Fadilah Rahman, NIM 105 27 0016015 yang berjudul “Penerapan Manajemen Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam Di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara” telah diujikan pada hari Senin, 16 Rabi’ul Awwal 1442 H, bertepatan dengan 02 November 2020 M di hadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 16 Rabi’ul Awwal 1442 H 02 November 2020 M
Dewan Penguji :
Ketua : Dr. Abbas, Lc., M.A. (…………….…..)
Sekretaris : Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I. (…………….…..)
Penguji :
1. Dr. Abbas, Lc., M.A. (…………….…..)
2. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I. (………….……..)
3. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. (………….……..)
4. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. (………….……..)
Disahkan Oleh: Dekan FAI Unismuh Makassar
Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM : 554 612
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
iv
BERITA ACARA MUNAQASYAH
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah mengadakan sidang Munaqasyah pada Hari/Tanggal : Senin, 16 Rabi’ul Awwal 1442 H /02 November 2020 M Tempat : Gedung Ma’had Al-Birr Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar.
MEMUTUSKAN Bahwa Saudara Nama : FADILAH RAHMAN NIM : 105 27 0016015 Judul Skripsi : Penerapan Manajemen Dakwah Dalam
Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam Di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara
Dinyatakan: LULUS
Ketua,
Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NIDN : 0931126249
NID
Sekretaris, Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si NIDN : 0906077301
Dewan Penguji:
1. Dr. Abbas, Lc., M.A (…………………..)
2. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I (…………………..)
3. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I (…………………..)
4. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. (…………………..)
Disahkan Oleh:
Dekan FAI Unismuh Makassar
Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM : 554 612
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Fadilah Rahman NIM : 105270016015 Fakultas/Prodi : Agama Islam/Komunikasi dan Penyiaran Islam
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,
saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 M
Yang Membuat Pernyataan,
FADILAH RAHMAN
NIM : 105270016015
Materai
6000,-
vi
ABSTRAK
FADILAH RAHMAN. 105270016015 2020. Penerapan Manajemen Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara (dibimbingoleh Ali Bakri Dan Abdul Fattah)
Skripsi ini membahas tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan; (2) untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, tempat penelitian ini adalah di Desa Linawan, waktu penelitian yaitu Nopember 2017, objek penelitian Objek penelitian ini adalah masyarakat yang beragama Islam Desa Linawan, deskripsi fokus penelitian yaitu pertama penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan meliputi: (1) Penerapan perencanaan dakwah; dan (2) Penerapan pelaksanaan dakwah; kedua penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan meliputi: (1) metode ceramah; (2) metode tanya jawab; dan (3) metode praktek, teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik analisis data melalui analisis reduksi data, induktif, dan analisis komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan dilaksanakan melalui (1) penerapan perencanaan dakwah untuk melihat dan menganalisis program yang akan dilakukan sebagai acuan dalam berdakwah; dan (2) penerapan pelaksanaan dakwah meliputi (a) kegiatan pendahuluan; (b) kegiatan inti; dan (c) kegiatan penutup; kedua penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan meliputi (1) metode ceramah yang memberikan pemahaman yang komprehensif tentang ajaran agama kepada para jama’ah melalui dengan lisan, metode ceramah ini yang paling sering diterapkan oleh ustadz di Desa Linawan; (2) metode tanya jawab untuk memantapkan pemahaman ajaran Islam, metode ini sering dilakukan saat akhir pelaksanaan dakwah (kegiatan penutup); dan (3) metode praktek untuk mengamalkan dan mengaktualisasikan ajaran agama Islam dalam hidup sehari-hari seperti materi fiqih dan tajwid.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, Keluarga, sahabat dan
orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau
Skripsi ini berjudul “Penerapan Manajemen Dakwah Dalam
Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara”. Skipsi ini merupakan tugas akhir akademik perkuliahan
pada Universitas Muhammadiyah untuk memenuhi syarat guna
mendapatkan gelar sarjana strata satu komunikasi penyiaran islam (KPI)
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
mungkin dapat terselesaiikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
baik moril maupun materil, olehnya penulis menyampaikan ucapan syukur
kepada:
1. Rektor Unismuh Makassar yang telah banyak membantu,
mengarahkan sampai skripsi ini terwujud.
2. Pimpinan Unismuh Makassar, Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, dan
Wakil Rektor III serta seluruh pegawai dan jajaran Unismuh
Makassar yang telah membantu kelancaran akademik.
3. Direktur Al-Biir Makassar telah banyak membantu, mengarahkan
dan member motivasi sampai skripsi ini terwujud.
viii
4. Pembimbing yang telah banyak membantu, mengarahkan dan
mengoreksi sampai skripsi ini selesai.
5. Seluruh informan yang telah membantu kelancaran selama
penelitian
6. Teman-teman mahasiswa AlBiir dan berbagai pihak yang tidak dapat
disebut satu persatu, yang telah memberikan dukungan moril
sehingga penulis selesai studi.
Teriring doa semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat
pahala yang berlipat ganda dari Allah swt., dan semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin
Makassar, 02 Novembe 2020
Penulis
FADILAH RAHMAN NIM :105270016015
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ........................................................... iv
SURAT PERNYATAAN SKRIPSI ........................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 7
A. Manajemen Dakwah ...................................................................... 8
B. Pengertian Da’i .............................................................................. 11
C. Kepribadian Da’i ............................................................................ 12
D. Kiat Da’i dan Metode Dakwah ....................................................... 16
E. Pemahaman dan Pengamalan Agama .......................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 31
x
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ............................................. 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 33
C. Objek Penelitian ........................................................................ 33
D. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ...................................... 33
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 35
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
G. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 37
H. Teknik Analisis Data .................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 39
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................... 39
B. Penerapan Manajemen Dakwah dalam Upaya Meningkatkan
Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara. ......................................................................... 44
C. Metode Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman dan
Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara ...................... 55
BAB V PENUTUP.................................................................................62
A. Kesimpulan................................................................................ 62
B. Saran- Saran..............................................................................63
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................65
RIWAYAT HIDUP..................................................................................68
LAMPIRAN............................................................................................69
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam masuk ke Indonesia melalui jalan dakwah yang panjang yang
dilakukan oleh para da‘i melalui dakwah Islam yang di lakukan para da‘i di
masa awal-awal Islam masuk ke Indonesia berhasil menaklukkan hati
masyarakat Indonesia yang waktu itu menganut agama kepercayaan, Hindu
dan Budha. Keberhasilan para da‘i di abad ke-16-17 itu lebih banyak di
sebabkan oleh cara dakwah mereka yang menunjukkkan hubungan yang di
analogis dan adaptif terhadap masyarakat setempat, sehingga menyebabkan
Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.1
Para da‘i ketika itu memainkan peran penting sebagai penyebar agama
hingga pengayom masyarakat, sehingga hubungan antara da‘i dengan
masyarakatnya sangat dekat, tanpa sekat yang menjauhkan antara
keduanya. Hal inilah di lakukan dengan memasukkan unsur-unsur Islam ke
dalam kehidupan social masyarakat. Hal itu bertujuan untuk memberikan
spirit pemahaman dan pengamalan keagamaan bagi lingkungan masyarakat,
sehingga Islam teintegrasi dalam segala dimensi kehidupan masyarakat.
Peran da’i sebagai tokoh masyarakat dalam pembangunan sangat
penting, karena posisinya sebaga seorang “opinion leader” (pemimpin opini)
1Hiriko Hirokashi, Kyai dan Perubahan Sosial, (Cet. X; Jakarta: P3M, 2007), h. 58.
2
yaitu orang yang berpengaruh besar dalam mengambil keputusan dalam
bidanvg keagamaan. Setiap program pembangunan dalam bentuk dan jenis
apapun yang tujuannya untuk pemberdayaan pemahaman dan pengamalan
ajaran agama Islam dalam masyarakat diperlukan peranan da’i.2
Peran da‘i sebagai intermediary forces (kekuatan perantara), sekaligus
sebagai agen dan mediator dalam meningkatkan pemahaman dan
pengamalan ajaran agama Islam di masyarakat. Para da‘i memiliki basis
yang kuat sebagai ahli agama dan pendamping masyarakat sesungguhnya
merupakan wujud dari pemahaman Islam yang sempurna (Islam Kaffah).
Sebab, selama ini para da‘i lebih banyak difokuskan pada peran penyebaran
Islam ke masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pemahaman Islam yang
seringkali dipahami hanya sebagai persoalan ibadah saja, yang
pemaknaannya masih terbatas pada pola hubungan hamba dengan Tuhan
(vertikal). Sehingga penyebaran dakwah yang terjadi di masyarakat lebih
banyak menyoroti persoalan ibadah kepada Allah swt secara ekslusif
(terpisah dari yang lain), tanpa memaknainya secara luas.
Ajaran Islam memiliki spirit pembebasan, yang meniscayakan pola
hubungan yang tidak saja vertikal kepada Tuhan, tetapi juga pola hubungan
yang horisontal terhadap sesama manusia. Sehingga Islam sebagai agama
memiliki tanggung jawab sosial agar masyarakat memiliki perilaku sosial.
2Elly Irawan, Pengembangan Masyarakat, (Cet. V; Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h.
140.
3
Agama Islam mengatur hubungan manusia, hubungan manusia dengan
keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, baik
sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mancapai
kemajuan lahiriyah, dan kebahagiaan rohaniyah.
Oleh karena itu agama Islam juga sebagai dasar tata nilai dan
merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa
kemanusiaan maka pemahaman dan pengamalan dengan tepat dan benar
diperlukan untuk menciptakan kesatuan bangsa.
Pemahaman dan pengamalan agama sangat besar peranannya dalam
membentuk sikap dan pribadi keagamaan individu dengan melaksanakan
ajaran agama Islam karena ajaran agama Islam memiliki jangkauan yang
menyeluruh terhadap pembentukan seluruh aspek kehidupan manusia baik
pembentuk fisik maupun psikis, juga mangacu pada terpenuhinya kebutuhan
duniawi dan ukhrawi.3
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam yang dilaksanakan
oleh masyarakat, pada prinsipnya bertujuan untuk membentuk pribadi yang
memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi, atas dasar keimanan yang
dimiliki itu masyarakat bersikap dan bertingkah laku yang mencerminkan
pelaksanaan ajaran agama Islam.
Setelah memiliki pemahaman agama Islam masyarakat mandapatkan
3Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. XI; Jakarta: Bulan Bintang, 2006), h. 150.
4
pengetahuan yang dapat merubah setiap tingkah lakunya ke arah yang lebih
baik. Hal ini tidak terlepas dari peran para da’i di tengah masyarakat,
khususnya di di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow
Prov. Sulawesi Utara. Eksistensi peran da’I dalam masyarakat Desa Linawan
sangat besar artinya. Kedudukan da’i tidak hanya dipandang sebagai orang
yang memiliki ilmu keagamaan semata, melainkan juga dianggap orang yang
mendapat penghormatan dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi ujung
tombak dalam melakukan pembinaan pemahaman dan pengamalan ajaran
Agama Islam di dalam masyarakat Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
Dari asumsi tersebut, mendorong peneliti untuk mengelaborasi dan
mengangkat sebagai penelitian skripsi tentang penerapan manajemen
dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama
Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok masalah
penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana penerapan manajemen
dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama
Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
5
Sulawesi Utara. Pokok masalah ini dianalisis secara logis ke dalam sub
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan manajemen dakwah dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara?
2. Bagaimana penerapan metode dakwah dalam meningkatkan
pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan manajemen
dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan
ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang
Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan metode dakwah
dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam
di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara.
6
D. Manfaat Penelitian
Sebagai suatu karya ilmiah, skripsi ini dapat menambah khasanah
intelektual, dan sebagai tambahan inspirasi dan tambahan wawasan bagi
peneliti yang mengambil topik yang sama di masa yang akan datang, dan
sebagai sumbangsi pengetahuan bagi para pembaca.
Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan, renungan, dan masukan
kepada para dak’I agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menerapkan manajemen dakwah untuk pengembangan kualitas masyarakat
Islam khususnya yang berhubungan dengan manajemen dakwah dalam
meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Dakwah
1. Pengertian Manajemen
Menurut J. Panglaykim dan Hazil Tanzil, manajemen merupakan
rangkaian proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga
manusia dan sumber daya lainnya.1 Manajemen terdapat dalam setiap
kegiatan manusia, baik dalam masjid, sekolah, kantor, rumah sakit, maupun
dalam kehidupan rumah tangga.
Menurut Sofyan Syafri Harahap, manajemen adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan, apa fungsi yang harus
dilakukan, dengan menggunakan alat, tenaga orang, ide dan sistem secara
efisien.2
Menurut Muh. E. Ayub, manajemen adalah segenap perbuatan
menggerakkan sekelompok orang dan menggerakkan fasilitas dalam suatu
usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kalimat lain boleh
kita sederhanakan menjadi manajemen adalah suatu proses kegiatan/ usaha
pencapaian tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain.3
1J. Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, (Cet. XV; Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1991), h. 15.
2Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid; Suatu Pendekatan Teoritis dan Organisatoris,
(Cet. II; Yogyakarta: Danba Bhakti Prima Yasa, 1993), h. 16.
3Muh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, Press, 1996), h. 32.
8
Berdasar dari pengertian manajemen tersebut di atas, maka yang
dimaksud dengan manajemen dakwah adalah upaya yang dilakukan dalam
menjalankan tugas dakwah untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu
mewujudkan masyarakat, umat, yang diridhahi oleh Allah swt melalui
penerapan manajemen dakwah dengan segala pendukungnya.
2. Pengertian Dakwah
Pengertian dakwah secara etimologi atau bahaasa adalah menyeru,
memanggil, mengajak dan mengundang.4 Muhammad Abu al-Fath al-
Bayanuni mengemukana: Dakwah adalah Menyemapaikan dan mengajarkan
agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkan dalam kehidupan
nyata.5
Kemudian Asep Muhiddin mengemukakan:
Dakwah adalah upaya memperkenalkan Islam yang merupakan satu-
satunya jalan hidup yang benar dengan cara yang menarik, bebas,
demokratis, dan realitas menyentuh kebutuhan primer manusia.6
Sedangkan menurut Nur Syam mengemukakan:
Dakwah adalah proses merealisasikan ajaran Islam dalam dataran
kehidupan manusia dengan strategi, metodologi, dan system dengan
mempertimbengkan dimensi religio-sosio-psikologis individu atau
masyarakat agar target maksimalnya tercapai.7
4Mauhmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-
Qur’an, 1973), h. 127.
5Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni, al-Madkhal ila ‘Ilm al-Dakwah (Beirut, Muassasah al-
Risalah, 1993), h. 17.
6Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 35.
7Nur Syam Filsafat Dakwah Pemahaman Filosofis tentang Ilmu Dakwah (Surabaya: Jenggala
Pustaka Utama, 2003), h. 2.
9
Begitu pula Muhammad Sulthon mengemukakan:
Dakwa adalah panggilan dari Tuhan dan Nabi Muhammad SAW.,
untuk umat manuisa agar percaya kepada ajaran Islam dan
mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi
kehidupan.8
Selanjutnya dikemukakan pengertian dakwah secara etimologis, kata
dakwah berasal dari bahasa Arab (دعوة-يدعو-دع) yang berarti menyeru,
memanggil, mengajak, mengundang.9 Perkataan dakwah berarti mengajak
kepada kebaikan dapat pula diartikan mengajak kepada keburukan.10
Dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu; دعوة ,يدعو ,دعا yang berarti
memanggil, menyeru atau berdoa dan mengajak seseorang untuk memeluk
agama.11 Selain itu pengertian dakwah secara etimologis merupakan bentuk
masdar kata da’a. Kata da’a berasal dari akar kata al-dal (الدال), al-a’in (العين)
dan salah satu huruf mu’tal yang berarti condongnya sesuatu kepadamu
dengan suara atau ucapan.12
Secara terminologi dakwah mempunyai beragam makna dan pendapat
tentang hal itu di antaranya adalah makna dakwah menurut Departemen
Agama RI dalam buku “Metodologi Dakwah kepada Suku Terasing”, yaitu
8Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 13.
9H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Penafsir Alquran, 1973), h. 127.
10Mengajak kepada kebaikan pelakunya adalah Allah sesuai dengan QS. al-Baqarah (2) : 221.
Sedang mengajak kepada keburukan pelakunya adalah syaitan sesuai dengan QS. al-Fathir (35) : 6.
11Mochtar Husain, Dakwah Masa Kini, (Ujung Pandang: Nuhiyah, 1986), h. 8
12Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam al-Maqayis al-Lughah (Cet. I; Beirut :
Dar al-Fikr, 1994), h. 350.
10
dakwah adalah setiap usaha yang mengarah untuk memperbaiki suasana
kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan
kebenaran.13 Pendapat ini dapat dikatakan bahwa dakwah bukan hanya milik
suatu komunitas yang ada untuk menciptakan kehidupan yang damai.
Dalam kaitan ini, Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayah al-
Mursyidin mendefenisikan dakwah sebagai berikut:
Mendorong manusia agar berbuat kebajikan sesuai dengan petunjuk
dan menyeru kepada mereka (manusia) berbuat kebajikan dan
melarang mereka (manusia) dari perbuatan yang mungkar, agar
mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.14
Secara khusus Muhammad Abduh memberikan definisi dakwah
sebagai berikut: Memperbaiki keadaan kaum muslimin dan mengajak kepada
orang kafir untuk memeluk agama Islam.15
Sementara itu, Bahyul Khuly memberikan definisi dakwah sebagai
suatu upaya memindahkan manusia dari suatu situasi ke situasi lain. Dalam
hal ini memindahkan manusia dari situasi yang buruk kepada situasi yang
lebih baik.16 Dengan demikian, pada prinsipnya dakwah adalah upaya untuk
mengajak umat manusia ke jalan Allah sebagai ikhtiar, baik yang bersifat
13 Asumsi Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Cet. I; Surabaya: al-Ikhlas, 1993), h.
20
14Syekh Ali Mahfudz, Hidayah al-Mursyidin, diterjemahkan oleh Khadijah Nasution
(Yogyakarta : Usaha Penerbit Tiga A,), h. 18
15Mochtar Husain, Dakwah Masa Kini, h. 8
16Bahyul Khuly, Tazkirah al-Duat (Cairo : Dar al-Kitabi al-Arabi, 1952), h. 27
11
kolektif maupun yang bersifat individualistik untuk menjadikan Islam sebagai
way of life.
Lebih jauh berbicara tentang defenisi dakwah, Muhammad Natsir
dalam tulisannya yang berjudul “Fungsi Dakwah Islam dalam Rangka
Perjuangan” mendefenisikan dakwah sebagai usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat. 17
Dipahami bahwa dakwah merupakan upaya mengsosialisasikan
konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini
yang meliputi Amar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam media dan
cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengamalannya dalam
perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga (usrah),
perikehidupan bermasyarakat dan bernegara.
B. Pengertian Da’i
Kata da’i secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti orang
yang mengajak. Dalam Ilmu Komunikasi da’I mempunyai arti yang sama
dengan komunikator.18 Sedangkan secara terminologi da’i adalah orang yang
mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung
dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau
lebih baik menurut syariat Al-Qur’an dan sunnah.19
17A. Rosyid Shaleh, Management Dakwah Islam (Cet, I; Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 21.
18Muhammad Natsir, Da’i Di Era Modernisasi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 13.
19Muhammad Natsir, Da’i Di Era Modernisasi, h. 14.
12
Menurut Samsul Munir Amin dalam buku Ilmu Dakwah memberikan
pengertian bahwa secara garis besar juru dakwah atau da’i mengandung dua
pengertian yaitu:
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah
sebagai kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya
sebagai penganut ajaran Islam.
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam
bidang dakwah Islam. 20
Da’i adalah orang yang melakukan seruan atau ajakan atau orang
yang berdakwah. Secara umum semua orang muslim yang mukallaf
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh
umat manusia. Namun secara khusus orang yang berperan lebih intensif
sebagai komunikator atau da’i adalah orang-orang yang memang mempunyai
profesi ataupun memang sengaja mengkonsentrasikan dirinya dalam tugas
menggali ilmu agama Islam untuk untuk disampaikan kepada orang lain,
sehingga ilmu dan ajarannya tersebut mempengaruhi sikap dan tingkah laku
orang lain.
C. Kepribadian Da’i
Hakikat kepribadian itu terbentuk dari sejumlah sifat-sifat yang
berbeda-beda yang satu sama lain berkaitan erat berupa kebiasaan-
20Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009), h. 68.
13
kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, kondisi, emosi, sentimen, dan motif-motif.
Menurut Hamka yang dikutip oleh Muchsin Effendi mengatakan bahwa
“Jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung pada
pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri”.21 Kepribadian da’i mencakup
kepribadian jasmani dan rokhani. Muchsin Effendi memberikan penjelasan
bahwa klasifikasi kepribadian seorang da’i yang bersifat rohaniah yaitu
sebagai berikut:
1. Iman dan takwa kepada Allah
Seorang da’i sebelum berdakwah dan menerangi mad’u terlebih
dahulu dirinya sendiri harus memerangi hawa nafsunya sehingga diri pribadi
lebih taat kepada Allah dan rosul-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam QS. Al-Baqarah: 44:
ن وإذا لق ا ن م ست هزء ون وا ٱلذين ءامن وا قال وا ءامنا وإذا خلوا إل شيطينهم قال وا إن معك م إن
٤١
Terjemahnya:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir”.
2. Tulus Ikhlas Dan Tidak Mementingkan Kepentingan Diri Pribadi
Keikhlasan seorang da’i akan melaksanakan tugas dengan ringan hati
meskipun tugas yang dilaksanakan berat. Perintah keikhlasan ini sesuai
21Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 56.
14
dengan perintah Allah dalam QS. Al-Bayyinah: 5
ين ح ن فاء وي قيم وا ٱلصلوة وي ؤت وا ٱلز لصين له ٱلد لك دين ٱلقي مة كوة وما أ مر وا إل لي عب د وا ٱلل م وذ٥
Terjemahnya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.
3. Ramah Dan Penuh Pengertian
Kegiatan dakwah akan dikatakan berhasil apabila seorang da’i
mempunyai kepribadian yang menarik, karena keramahan dan kesopanan
dan keringan-tanganannya untuk membantu sesama. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Al-Imran: 159
ه م فٱعف حولك من لٱنفضوا ٱلقلب غليظ فظا ك نت ولو ل م لنت ٱلل م ن فبما رحة عن
على ف ت وكل عزمت فإذا ٱلمر ف وشاوره م ل م وٱست غفر ب ٱلل إن ٱلل ٤٥١لين ٱلم ت وك ي Terjemahnya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya”.
4. Sifat Antusiasme (Semangat)
Seorang da’i harus memiliki semangat yang tinggi, sebab dengan sifat
15
antusias ini khlayak atau mad’u akan terhindar dari rasa putus asa dan
kecewa. Ahmad Yani yang dikutip oleh Toto Tasmara menuturkan bahwa
Seorang da’i juga dituntut untuk berbicara dengan perkataan yang baik, baik
menyangkut isi pembicaraan, pilihan kata yang tepat, maupun gaya bicara
yang sesuai dengan misi dakwahnya.22
5. Memiliki Sifat Rasulullah SAW
Untuk mendukuung visi dan misi dakwah Islamiyah maka seorang juru
dakwah harus dibekali sifat-sifat seperti Rasulullah saw, sifat-sifat tersebut
yaitu sebagai berikut:
a. Shiddiq, sifat ini memantulkan sifat-sifat seperti di bawah ini:
1) Jujur pada diri sendiri
2) Jujur terhadap orang lain
3) Jujur terhadap Allah
b. Tabligh, sifat ini memantulkan kemampuan dan kekuatan seperti:
1) Ketrampilan berkomunikasi
2) Kuat mengahadapi tekanan
3) Kerja sama dan harmoni
c. Amanah, ada beberapa nilai yang melekat yaitu :
1) Rasa tanggung jawab dan ingn menunjukkan hasil yang optimal,
2) Ingin menyelesaikan amanah-Nya dengan sebaik-baiknya,
22Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1997), h. 78.
16
3) Ingin dipercaya dann memercayai,
4) Hormat dan dihormati.
d. Fathanah, sifat ini mencerminkan:
1) Seseorang yang diberi hikmah dan ilmu
2) Berdisiplin dan proaktif
3) Mampu memilih yang terbaik
e. Istiqamah, sifat ini mengandung makna:
1) Da’i mempunyai tujuan
2) Da’i adalah orang yang kreatif
3) Da’i sangat menghargai waktu
4) Da’i bersikap sabar.
D. Kiat Da’i dan Metode Dakwah
1. Kiat Da’i
Dalam Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan dalam
meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam. Menurut An-
nahlawy metode untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama
Islam antara lain metode keteladanan, pembiasaan, pemberian nasihat, dan
penerapan kedisiplinan.23
a. Dakwah dengan Keteladanan
Metode keteladanan merupakan suatu metode atau cara yang
23Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 91.
17
dilakukan dengan melalui pemberian contoh yang baik kepada orang lain,
baik dalam bentuk ucapan maupun dalam bentuk perbuatan dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam.
Keteladanan dalam upaya meningkatkan pemahaman dan
pengamalan agama Islam merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti
paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spritual
dan etos sosial masyarakat. Mengingat da’i adalah seorang figur terbaik
dalam pandangan masyarakat, yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya,
disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan,
perbuatan dan tindak-tanduknya akan senantiasa tertanam dalam
kepribadian masyarakat.24
Da’i tentu saja banyak bergaul dengan masyarakat yang diasuhnya,
tidak mustahil kepribadian seperti apapun yang melekat pada pendidik pasti
akan ditiru masyarakat. Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor
penting dalam menentukan baik buruknya akhlak masyarakat. Jika da’i jujur,
dapat dipercaya, berakhlak mulia, dan menjauhkan diri dari perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan agama maka masyarakat akan tumbuh
dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula
sebaliknya jika da’i pembohong, pengkhianat maka masyarakat akan tumbuh
24Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Cet. III; Jakarta: Pustaka Amani,
2007), h. 142.
18
dalam keburukan.
Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku masyarakat
agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai
anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu
berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja,
akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian masyarakat
secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.25 Mencermati
uraian di atas maka dapat dipahami bahwa dengan menekankan pada
pembinaan kepribadian maka masyarakat diharapkan meneladani apa yang
dilakukan oleh da’i selama tidak bertentangan dengan etika kepribadian da’i.
Da’i merupakan panutan atau teladan bagi masyarakat. Segala tingkah
lakunya, tutur kata, sifat maupun cara berpakaian semuanya dapat diteladani.
Da’i yang memiliki kepribadian yang baik akan menumbuhkan hasrat bagi
orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Dengan adanya contoh ucapan,
perbuatan dan tingkah laku yang baik dalam hal apapun maka hal itu
merupakan suatu amaliah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi
pendidik anak maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.
Mengacu pada beberapa uraian di atas maka penulis mengambil suatu
kesimpulan bahwa mendidik dengan teladan berarti mendidik dengan
memberi contoh baik berupa ucapan maupun berupa perbuatan. Dengan
25Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar, (Cet. VII; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 4.
19
demikian keteladanan tidak hanya dipakai dalam kegiatan pembelajaran di
kelas saja akan tetapi juga di luar kelas. Seorang da’i hendaknya memiliki
kesadaran yang tinggi, bahwa sesungguhnya masyarakat akan mengamati
sosok atau figur da’inya, dengan sendirinya masyarakat akan menirunya
dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari. Keteladanan mempunyai landasan
teori yang kuat dalam ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-
Ahzab (33): 21.
كياا لقد كان لك م ف رس ول ٱلل أ سوة حسنة ل من كان ي رج وا ٱلل وٱلي وم ٱلخر وذكر ٱلل ١٤
Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.26
Mengacu pada ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa konsep
keteladanan sudah diberikan oleh Allah swt. dengan cara mengutus para
Rasul, terutama Nabi Muhammad saw. untuk menjadi panutan bagi umat
Islam. Demikian halnya seorang da’i harus menjadi panutan bagi masyarakat,
baik dari segi perkataan, perilaku maupun dari segi penampilan dan lain
sebagainya. Apabila dicermati secara historis pendidikan di zaman
Rasulullah saw. maka dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting
yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan. Rasulullah
26Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta: Media Insani Publishing,
2007), h. 923.
20
saw. mendidik tidak hanya melalui kata-kata saja, tetapi lebih banyak
memberikan keteladanan dalam mendidik umatnya. Karena itulah,
keteladanan dikatakan sebagai metode yang sangat efektif dalam dalam
pembinaan akhlak.
b. Dakwah dengan Pembiasaan
Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaaan akhlak.
Upaya pembiasaan dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan
lemah. Pembiasaan pada dasarnya mengandung nilai-nilai kebaikan. Oleh
karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu sejalan dengan uraian tentang
perlunya mengamalkan kebaikan yang telah diketahui.27
Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Misalnya da’i senantiasa
mengi-ngatkan kepada masyarakat bahwa dalam hal berpakaian, seorang
muslim sebaiknya sesuai dengan tuntunan agama dan bagi yang
mengikutinya mendapat pahala serta mendapat ganjaran bagi yang
mangabaikannya. Penyampaian semacam ini apabila senantiasa diulang-
ulang dan didengar serta dipahami maka dengan sendirinya masyarakat
dapat membiasakan diri berpakaian yang sesuai dengan tuntunan agama.
Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat
maka ia akan menjadi orang yang jahat. Akhlak diajarkan dengan cara
27Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Cet. VII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 144.
21
melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang
menghendaki agar ia menjadi pemurah maka ia harus membiasakan dirinya
melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah
tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarahdaging.
Pembiasaan adalah suatu metode atau cara yang dilakukan dengan
melalui pengulang-ulangan. Dalam kaitannya dengan pembinaan akhlak,
metode pembiasaan merupakan salah satu metode yang efektif untuk
digunakan. Apalagi mengingat bahwa manusia memiliki sifat pelupa sehingga
harus selalu diingatkan dengan cara melalui pembiasaan. Terkait dengan hal
tersebut, Allah swt. menjelaskan dalam QS. al-Nisa (4): 43.
رى حت ت علم وا ما ت ق ول ون ي ها ٱلذين ءامن وا ل ت قرب وا ٱلصلوة وأنت م س ك ...ي
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan....
Mencermati ayat di atas maka dapat dipahami bahwa di dalam
menyam-paikan ajaran agama dapat dilakukan dengan metode pembiasaan.
Allah swt. dalam melarang hambanya minum minuman keras tidak secara
langsung memerintahkan untuk meninggalkan secara total, tetapi melalui
langkah-langkah pembiasaan secara bertahap, sehingga tidak dirasakan
22
larangan itu sebagai suatu beban yang sulit untuk ditinggalkan. Mengacu
pada kedua pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa metode
pembiasaan merupakan salah satu metode pembinaan akhlak yang tepat
untuk diterapkan dalam membina akhlak anak atau masyarakat.
c. Penerapan Kedisiplinan
Hasibuan menjelaskan bahwa kedisiplinan sebagai kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-
norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara
sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung-
jawab, sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan
seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Disiplin mencerminkan besarnya tanggung-jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.28
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalahsuatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan ketepatan, ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan
dan ketertiban.
Dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa kedisiplinan seorang dapat
dilihat dari :1. Ketepatan waktu, 2.Kehadiran 3.Ketaatan. Menegakkan
kedisiplinan penting bagi da’i, sebab dengan adanya kedisiplinan dapat
28Hasibuan, Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1986).
23
diharapkan kegiatan dakwah yang dilakukan seefektif dan seefisien mungkin.
Dengan demikian, bila kedisiplinan tidak dapat ditegakkan, kemungkinan
tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat efektif dan kurang efisien.
2. Metode Dakwah
a. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dalam berdakwah, adalah dengan cara berdialog
atau berwawancara. Metode seperti ini, sering dipakai oleh para nabi dan
rasul Allah swt dalam mengajarkan agama yang dibawanya kepada
umatnya..
Firman Allah swt yang menyatakan bahwa hendaknyalah seseorang
bertanya kepada orang yang ahli bila memang tidak mengetahui, adalah QS.
al-Nahl (16): 43,
ت م ل ت علم ون فاسأل وا أهل الذ كر إن ك ن Terjemahnya :
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui.29
Dengan metode tanya jawab, pengertian, dan pengetahuan masyarkat
dapat lebih dimantapkan, sehingga segala bentuk kesalahpahaman,
kelemahan daya tangkap terhadap materi dakwah dapat dihindari agar
pengetahuannya semakin bertambah.
b. Metode Diskusi
29Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 408
24
Metode diskusi adalah bertukar pikiran dalam kegiatan dakwah, dan hal
ini sangat ditekankan oleh Al-Qur’an dalam berdakwah dengan tujuan lebih
memantapkan pengertian, dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu
masalah.
Perintah Allah dalam mengajak manusia ke jalan yang benar harus
dengan hikmah dan mau’izhah yang baik,30 dan membantah mereka dengan
berdiskusi secara benar. Dalam QS. al-Ankabut (29): 46, Allah swt berfirman:
ول ت ادل وا أهل الكتاب إل بلت هي أحسن …Terjemahnya :
….Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik.31
Dengan berdikusi, diharapkan dan diarahkan untuk sampai pada
perumusan suatu kesimpulan. Dengan demikian, suatu diskusi memiliki arti
dalam kegiatan berdakwah bilamana dilakukan dengan persiapan yang
matang, terutama bahan-bahan yang akan didiskusikan.
c. Metode Bimbingan dan Penyuluhan
Dalam Islam terdapat ajaran yang mengandung metode bimbingan
dan penyuluhan, justeru karena Al-Qur’an sendiri diturunkan untuk
membimbing manusia, dan Nabi saw diutus dengan perannya sebagai
pemberi penyuluhan dan menasehati umat manusia. Sehingga, mereka
30Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 125
31Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 635
25
dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat serta bebas dari
segala konflik kejiwaan. Dengan metode ini, manusia akan mampu
mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dihadapinya. Dalam QS.
Yūnus (10): 57 Allah swt berfirman:
ما ف الصد ور وه دى ورحة للم ؤمنين يأي ها الناس قد جاءتك م موعظة من رب ك م وشفاء ل Terjemahnya :
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.32 Sebagai seorang nabi dan rasul, Muhammad saw telah memberikan
contoh bagaimana metode beliau membimbing umat kepada ajaran agama
yang dibawanya.
d. Metode Pemberian Nasihat
Metode yang dapat diterapkan dalam pembinaan akhlak adalah
metode pemberian nasihat. Metode pemberian nasehat merupakan salah
satu metode yang pernah diterapkan oleh Luqman al-Hakim dalam mendidik
anaknya. Hal ini dapat dilihat secara jelas dalam QS. Luqman (31): 13.
رك لظ لم عظيم إن ٱلش ن لٱبنهۦ وه و يعظ ه ۥ يب ن ل ت شرك بٱلل وإذ قال ل قمTerjemahnya:
Dan Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
32 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 314.
26
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar".33 Mencermati ayat di atas maka dapat dipahami bahwa membina akhlak
anak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, termasuk dalam hal ini
adalah membina dengan cara pemberian nasihat.
d. Metode Praktik
Metode praktik (fuction), mendorong manusia untuk mengamalkan
ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaannya
dalam hidup sehari-hari seperti yang terkandung dalam perintah shalat, dan
puasa, serta selainnya. Mengenai shalat misalnya, disebutkan dalam QS. al-
Ankabut (29): 45, Allah swt berfirman:
كر اتل ما أ وحي إليك من الكتاب وأقم الصلة إن الصلة ت ن هى عن الفحشاء والم نكر ولذ ي علم ما تصن ع ون الل أكب ر والل
Terjemahnya :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.34
e. Metode Targhib dan Tarhib
Metode targhib dan tarhib identik dengan metode motivasi, yaitu cara
memberikan ceramah dengan memberikan dorongan untuk memperoleh
33Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 128.
34Ibid., h. 635
27
kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedang bila tidak
sukses karena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar akan mendapatkan
kesusahan. Dengan demikian metode ceramah dengan pola seperti ini,
terkait dengan adanya pemberian motivasi disertai pemberian “ancaman”
yakni suatu metode ceramah dengan cara menyampaikan hukuman atas
kesalahan yang dilakukan seorang hamba. Dalam QS. Fushshilat (41): 46
Allah swt berfirman:
ها وم م للعبيد من عمل صالا فلن فسه ومن أساء ف علي ا ربك بظل
Terjemahnya :
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).35
Dalam berbagai ayat juga disebutkan bahwa balasan kepada orang-
orang yang beriman dan beramal shaleh, adalah berupa kegembiraan hidup
di surga dan sebaliknya orang yang sesat dan yang tidak mentaati perintah
Allah mendapatkan penderitaan di neraka kelak.
E. Pemahaman dan Pengamalan Agama
1. Pengertian Pemahaman Agama
Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan
35Ibid., h. 780
28
demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan
belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara
memahami.36 Pemahaman merupakan tingkatan kemampuan yang
mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta
fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka
operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasi-
kan, memberi contoh, memperkirakan, dan mengambil keputusan.
Di dalam ranah kognitif menunjukkan tingkatan-tingkatan kemamp[uan
yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan
bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar pengetahuan.
Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono adalah "kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi”.37
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan
36W.J.S. Porwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h.
636.
37Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Cet.IV; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), h. 50.
29
dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam
bentuk katakata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak
dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya
sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat
mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis,
memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan
mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman
mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan
pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud
secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna
dan arti dari sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa
menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan
untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu
memahami konsep dari pelajaran tersebut. Memahami berarti sanggup
menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, meramalkan, dan
membedakan.
2. Pengertian Pengamalan Agama
Pengamalan adalah proses, cara perbuatan mengamalkan,
30
melaksanakan, pelaksanaan dan penerapan.1 Sedangkan pengamalan
dalam dimensi keberagamaan adalah sejauh mana implikasi ajaran agama
mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sosial.38 Sedangkan Menurut
Djamaludin Ancok dimensi pengamalan menunjukkan pada seberapa
tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yakni
bagaimana individu berelasi dengan dunianya terutama dengan manusia
lain.39 Pengamalan ajaran Islam artinya menjalankan seluruh perintah Allah
dan Rasulnya yang terdapat dalam ajaran agama Islam.
38Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Cet.
I; Jakarta: 2008), h. 743.
39Djamaludin Ancok, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 80.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif, yakni prosedur penelitian yang bergantung pada pengamatan
kualitatif terhadap objek yang diteliti dan menghasilkan data-data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau informasi lisan dari orang dan
prilaku yang diamati.
Menurut Margono penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang,
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan
pemikiran orang baik secara individual maupun kelompok.1
Menurut Lexy J. Moleong Penelitian kualitatif untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik
(utuh), dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah.2
Penelitian kualitatif, bertujuan untuk memperoleh data yang lebih
1Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 36.
2Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXVII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010) h. 6.
32
lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna, sehingga tujuan
penelitian dapat dicapai. Nurul Zuriah berpendapat bahwa penelitian
kualitatif bertujuan untuk: Pertama, mendeskripsikan suatu proses
kegiatan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan. Kedua,
menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa yang
terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang, waktu
serta situasi lingkungan secara alamiah dan mendapatkan makna dari
permasalahan yang hendak dicapai.3
Menurut Iskandar Indranata bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan prosedur yang tidak menggunakan
analisis kuantifikasi. Penelitian kualitatif adalah untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami peneliti, misalnya perilaku,
persepsi, dan tindakan dengan cara deskriptif.4 Penelitian ini mengkaji
tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan
pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan fenomonologis yang akan menganilisis fenomena yang
3Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi (Cet. I; Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2006) h. 102.
4Iskandar Indranata, Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, (Cet. III; Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 8.
33
terjadi di lokasi penelitian, terutama yang berkaitan dengan penerapan
manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan
pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. Adapun waktu penelitian yaitu
Nopember 2017.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah masyarakat yang beragama Islam Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
D. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Fokus Penelitian
a. Penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan
pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi
Utara
b. Penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan
pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara
34
2. Deskripsi Fokus Penelitian
a. Penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan
pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi
Utara meliputi: (1) Penerapan perencanaan dakwah; dan (2)
Penerapan pelaksanaan dakwah.
b. Penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan
pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara meliputi: (1)
Metode Ceramah; (2) Metode Tanya Jawab; dan (3) Metode
Praktek
Deskripsi fokus penelitian divisualisasikan dalam matriks berikut:
Tabel 1 Deskripsi Fokus Penelitian
No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus Penelitian
1 Penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara
a. Penerapan perencanaan dakwah
b. \Penerapan pelaksanaan dakwah
2 Penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan
a. Metode Ceramah
b. Metode Tanya Jawab
c. Metode Praktek
35
pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu dalam mengumpulkan
data yang dipilih dan digunakan oleh peneliti agar kegiatan pengumpulan
data menjadi sistematis. Setelah jelas data yang diteliti, digunakan panduan
observasi (observation sheet atau observation schedule), dan pedoman
wawancara, (interview guide).5 Adapau instrumen penelitian yang dimaksud
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Panduan Observasi
Panduan observasi berupa kolom check-list yang telah dipersiapkan
sebelum turun ke lokasi penelitian.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman
dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
c. Acuan Dokumentasi
Acuan dokumentasi berupa catatan data tambahan yang diperlukan
5Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 25-
26.
36
dalam penelitian ini khususnya dokumentasi yang berkaitan dengan
penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan
pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Sugiyono berpendapat, wawancara sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti.6
Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan cara mengungkapkan daftar pertanyaan
pada informan secara lisan.
Teknik wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi
dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian, antara lain pemerintah
setempat dan tokoh masyarakat.
2. Observasi
Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak
langsung tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan
pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara,
3. Dokumentasi
6Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Cet. XIX; Bandung: Alfabeta, 2014), h. 194.
37
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen yang ada di masjid dan dokumen yang
dimiliki oleh para da’i dalam upaya meningkatkan penerapan manajemen
dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama
Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara, yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
G. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu:
1. Data primer adalah biasa disebut data mentah karena diperoleh dari
hasil penelitian lapangan secara langsung, yang masih memerlukan
pengolahan lebih lanjut barulah data tersebut memiliki arti.7 Sumber
primer penelitian ini adalah data yang berasal dari para da’i, imam
desa, kepala desa, tokoh masyarakat, dan jama’ah yang dibina da’i di
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara.
2. Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil
pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangan, misalnya
informan yang tidak berkaitan langsung dengan objek penelitian, tetapi
mengetahui dan memiliki wawasan tentang penerapan manajemen
dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran
7Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 122.
38
Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang
Mongondow Prov. Sulawesi Utara dan didukung referensi, baik berupa
majalah, jurnal, maupun berbagai hasil penelitian yang relevan.
H. Teknik Analisis Data
1. Teknik analisis reduksi data, dalam tahap ini penulis memilah dan
memilih data yang dianggap relevan dan penting yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Teknik analisis dengan menggunakan pola pikir induktif, yaitu cara
berpikir dengan menganalisis fakta-fakta yang bersifat khusus terlebih
dahulu kemudian dipakai untuk bahan penarikan kesimpulan.
3. Teknik analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu
menganalisis data dengan berawal dari pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus.
4. Teknik analisis komparatif, yaitu menganalisis data yang didasarkan
atas perbandingan-perbandingan dari beberapa pendapat, konsep
dan teori lalu ditarik kesimpulan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Sebelum penulis menjelaskan lebih rinci tentang Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara,
maka terlebih dahulu penulis menguraiakan sekilas lintas Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.
Kecamatan Pinolosian adalah salah satu diantara delapan kecamatan
dalam wilayah daerah tingkat dua Kabupaten Boloang Mongondow
yangletaknya kuranng lebih dua puluh kilo meter dari ibu kota
Kabupaten Boloang Mongondow. Kecamatan Pinolosian meliputi
sebelas desa.1
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara adalah salah satu dari sebelas desa yang terdapat
dalam wilayah daerah Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow
Prov. Sulawesi Utara. Untuk lebih jelasnya tentang selayang pandang
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara, maka dapat dilihat sebagai berikkut:
1Alimin (41 Tahun ), Pegawai Camat Kecamatan Pinolosian, Wawancara, Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 10 Nopember 2017
40
1) Letaknya
Letak desa Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang
Mongondow Prov. Sulawesi Utara ditetapkan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan desa Lembangkolo
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Samaterre
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kalokkoa.
Sebelah Utara berbatasan dengan Massaliri.2
Sebagaimana halnya dengan keadaan geografis di suatu
daerah adalah merupakan faktor yang sangat penting, yang dapat
mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia. Seperti halnya juga di
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara.
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara meliputi lima lingkungan, yaitu: Tommoa, Mattoanging,
Ajuberre, Mandao, dan Borongkakae. Setiap lingkungan meliputi
beberapa RT. Sehingga seluruhnya lima belas RT.3
2) Luasnya
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor statistic Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, luas desa
2 Alimin (41 Tahun ), Pegawai Camat Kecamatan Pinolosian, Wawancara, Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 10 Nopember 2017
3Mardoyok (40 tahun), Kepala Desa Linawan, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 11 Nopember 2017.
41
Linawan secara keseluruhan 7,25 km2.4
2. Keadaan Demografis
Keadaan penduduk menurut jumlahnya dan keadaan penduduk
menurut jenisnya. Dalam hal ini pengelompokan penduduk menurut
jumlahnya yaitu keadaan penduduk secara keseluruhan menurut hasil
penelitian dari kantor Desa Linawan, bahwa jumlah penduduk pada
tahun 2017 adalah 3629 jiwa.5
Sementara mengenai mata pencahariannya, maka penduduk
tidak jauh beda dengan mata pencaharian dengan daerah lain. Karena
banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim dan keadaan tanah. Namun
tidak kalah pentingnya dari inisiatif dan kreatif dari daerah penduduk
pada umumnya, sehingga dari hasil prosentase penduduk Desa
Linawan menurut mata pencaharian masyarakat terdiri dari petani,
pedagang, beternak, buruh disamping sebahagian adalah pegawai
dan ABRI.
3. Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kualitas manusia dalam menghadapi era informasi secara
globalisasi. Dalam berbagai aspek kehidupan, pendidikan dipandang
sebagai salah satu faktor yang dominant dan berperan penting
4Buku Statistic Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 2017, h. 16,
5Dokumentasi Papan Potensi Desa Linawan, Tanggal 11 Nopember 2017.
42
dalam menentukan dan menggerakkan prilaku manusia, meskipun
ada faktor lain yang turut mendukung seperti pengalaman, situasi
lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya, pendidikan salah satu
pilar utama dalam pelaksanaan dan pengembangan kebudayaan
setiap masyarakat. Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan,
mempunyai andil yang cukup besar peranannya, bagaimanapun
kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan, sangat
didukung oleh peran masyarakat yang di lingkungannya, seperti
dalam masyarakat Desa Linawan beberapa embaga pendidikan
yang di bangun oleh pemerintah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. 1
Jumlah sekolah, tingkat pendidikan dan jenis sekolah
di Desa Linawan 2017
No Tingkat Pendidikan Jenis
Sekolah
Negeri
Jenis
Sekolah
Swasta
Jumlah
43
1
2
3
4
5
6
TK
SD
SD I
SLTP
SLTA
Madrasah
Ibtidaiyah/Pesantren
Tsanawiyah/Pesantren
Aliyah/Pesantren
1
2
-
1
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
5
2
-
1
-
-
-
-
Jumlah 4 4 7
Sumber Data: Papan Potensi Desa Linawan 2017
4. Fasilitas Kesehatan
Upaya untuk memenuhi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas
kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan
jumlah fasilitas, jangkauan, pelayanan, tenaga dan peralatan medis.
Tabel 4.2 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan
di Desa Linawan 2017
No Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah(Unit)
1 Rumah Sakit Umum/Khusus 0
2 Puskesmas 0
3 Pustu 0
44
4 Posyandu 3
5 Balai Pengobatan 0
Jumlah 3
Sumber Data: Papan Potensi Desa Linawan 2017
5. Fasilitas Ibadah
Tabel 4.3 Jumlah dan Jenis Fasilitas Ibadah
di Desa Linawan 2017
No Jenis Fasilitas Ibadah Jumlah(Unit)
1 Masjid 1
3 Gereja 4
Jumlah 5
Sumber Data: Papan Potensi Desa Linawan 2017
B. Penerapan Manajemen Dakwah dalam Upaya Meningkatkan
Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara
1. Penerapan Perencanaan Dakwah
Fungsi perencanaan dakwah sebagai jalan yang akan ditempuh
untuk menyusun langkah kegiatan dakwah yang akan laksanakan atau
perencanaan merupakan kegiatan yang mendahului pelaksanaan
dakwah untuk menentukan apa dan bagaimana mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Merencanakan pada dasarnya adalah upaya
menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada kegiatan dakwah.
45
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar
hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kegiatan
dakwah.
Penulis melakukan wawancara dengan ustadz tentang
perencanaan dalam kegiatan dakwah islamiyah pada masjid di Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi
Utara sebagai berikut:
Perencanaan itu sangat penting agar kegiatan dakwah tersusun secara sistematis, berfungsi untuk mengarahkan seluruh kegiatan dakwah agar tujuan dakwah dapat tercapai. Itulah sebabnya sebelum kami melaksanakan dakwah islamiyah, terlebih dahulu kami merencanakan pelaksanaa dakwah islamiyah, termasuk merencanakan materi yang akan disampaikan dan metode yang akan diterapkan.6 Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa ustadz melakukan
perencanaan dakwah sebelum melaksanakan dakwah, karena
perencanaan dakwah pada dasarnya merupakan keputusan yang
dirumuskan untuk merumuskan keputusan yang berkenaan dengan
pelaksanaan dakwah islamiyah. Perencanaan dakwah islamiyah
merupakan langkah awal bagi kegiatan pelaksanaan dakwah islamiyah
dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil
yang optimal.
Perencanaan merupakan serangkaian kegiatan dan pemutusan
6Ustadz Badruddin Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 11 Nopember 2017.
46
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh
siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang. Berbagai
tanggung jawab pada perencanaan terkandung pada besarnya dan
tujuan pengembangan dakwah islamiyah.
Perencanaan dakwah sangat penting karena dengan melakukan
perencanaan yang matang sebelum melakukakn pelaksanaan dakwah,
maka ustadz lebih mudah mengambil inisiatif yang mantap dan konkrit
dalam pelaksanaan dakwah.
Melaksanakan perencanaan dakwah yang berkaitan dengan
kesiapan materi meliputi penguasaan materi dakwah yang akan
disampaikan kepada jama’ah. Dalam perencanaan dakwah
mempertimbangkan kemampuan, keadaan dan karateristik jama’ah
sebagai suatu individu dan kelompok.
2. Penerapan Pelaksanaan Dakwah
Pelaksanaan dakwah, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, kegiatan penutup. Untuk mendapat data yang akurat peneliti
melakukan wawancara dan observasi di lokasi penelitian, sebagai
berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dalam berdakwah merupakan kegiatan
memulai ceramah yang merupakan usaha para da’i untuk menciptakan
47
suasana siap mental dan menimbulkan perhatian jamaah agar
terpusat kepada apa yang akan dikaji. Berkaitan dengan kegiatan
pendahuluan dalam berdakwah di di Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara dapat diktehui melalui
wawancara dan observasi.
Penulis wawancara dengan salah seorang ustadz di Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi
Utara, sebagai berikut:
Dalam kegiatan pendahuluan dimulai dengan membaca surah al-Fatihah, surah-surah pendek, dan menyampaikan tujuan yang akan dikaji dengan mengemukakan secara spesifik dan singkat supaya memungkinkan jamaah memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan kaji.7
Pendahuluan dalam berdakwah itu saya selalu memberi motivasi kepada jamaah agar membangkitkan rasa ingin tahu tentang materi yang akan dikaji, dan memberi motivasi agar selalu bersemangat mengikuti kajian Islam.8
Peneliti melanjutkan wawancara dengan salah seorang jamaah
tetap dalam kajian yang dilakukan oleh ustadz Badruddin berikut:
Biasanya kalau diawal ceramahnya ustadz Badrudddin itu selalu diawali membaca surah al-Fatihah, dan surah-surah pendek.9 Kalau ceramah ustadz Muhammad Syafruddin menanyakan
7Ustadz Badruddin Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 11 Nopember 2017.
8Ustadz Muhammad Syafruddin, Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
9Khaeriyyah Hasbi, Jamaah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
48
kepada kami materi kajian pekan lalu, dan selalu memberi motivasi kepada jamaah, menurut saya yang dilakukan oleh ustadz sangat bermanfaat sehingga kami bisa bersemangat mengikuti kajian.10
Setelah wawancara di atas peneliti melanjutkan observasi untuk
memperkuat data agar penelitian lebih akurat, hasil observasi
menunjukkan bahwa:
Dalam pelaksanaan dakwah islamiyah terlihat ustadz dan seluruh jamaah membaca surah al-Fatihah, dan surah-surah pendek, yang dibaca surah al-Kaafiruun, al-Bayyinah, al- Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas, setelah itu diberi motivasi oleh ustadz, terlihat juga para jama’ah antusias mengikuti pengajian.11 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dan
hasil observasi dapat ditegaskan bahwa kegiatan pendahuluan dalam
menyampaikan dakwah Islamiyah dimulai dengan membaca surah al-
Fatihah, surah-surah pendek, sampai pada pemberian motivasi kepada
jamaah. Kegiatan awal dalam penyampaian dakwah merupakan
kegiatan sebagai langkah awal untuk menumbuhkan motivasi kepada
seluruh jamaah agar bersemangat untuk menerima materi kajian yang
akan dikaji.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam proses kajian yaitu menyampaikan
pengetahuan Islam, yaitu pengetahuan yang bersumber, berkaitan dan
10Faidah Syahrul, Jamaah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
11 Observasi Oleh Peneliti, di Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 15 Nopember 2017.
49
berkembang nenuju keIslaman itu antara lain Al-Qur’an, Sunnah, Fiqh
dan ilmu-ilmu Islam lainnya.
Penulis wawancara dengan salah ustadz di Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, sebagai
berikut:
Secara garis besar materi inti yang disampaikan dalam kajian di sini dikelompokkan menjadi tiga hal pokok yaitu: masalah keimanan (Aqidah), KeIslaman (Syari’ah), dan budi pekerti (Akhlakul karimah). Akan tetapi yang menjadi prioritas pertama para pemuka agama sebagai da’i adalah pertama, masalah akidah yaitu untuk mempertebal kiimanan dan ketakwaan para jama’ah. Kedua, masalah budi pekerti yaitu membentuk jama’ah (manusia) yang berakhlak mulia.12
Kegiatan inti dalam dakwah merupakan isi dari pesan-pesan
dakwah Islam, dalam ajaran agama Islam yang disampaikan yaitu
akidah, syari’ah, dan akhlak, sebagaimana penjelasan di bawah ini:
Penulis mewawwancarai salah seorang jama’ahMajelis Taklim
Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow
Prov. Sulawesi Utara, sebagai berikut:
Biasanya ustadz menjelaskan permasalahan aqidah yang
meliputi hal-hal yang wajib diimani dan hal-hal yang merusak
akidah atau yang menyebabkan syirik, dan semua yang merusak
akidah.13
Aspek akidah ini yang yang sangat penting dalam inti materi
12Ustadz Badruddin Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 11 Nopember 2017.
13Hafidzah, Jama’ah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
50
dakwah Islamiyah, oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi
dalam dakwah adalah masalah akidah atau keimanan.
Syari’ah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam
pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya.
Peneliti mewawwancarai salah seorang jamaah Majelis Taklim
Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow
Prov. Sulawesi Utara, sebagai berikut:
Dalam majelis taklim ini sangat bagus karena materi inti sering
dijelaskan tentang syari’ah atau hukum Islam. Yakni masalah
yang berhubungan dengan pengamalan sehari-hari, yang
meliputi pengertian wajib, sunat, haram, makruh, mubah dan
halal yang berkaitan dengan makanan dan perbuatan.14
Materi dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas cakupannya.
Syari’ah bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim,
non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia.
Peneliti mewawwancarai salah seorang Jama’ah Majelis Taklim
Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang
Mongondow Prov. Sulawesi Utara, sebagai berikut:
Saya merasa sangat terbantu memahami ajaran agama Islam
khususnya yang berkaitan akhlakul karimah, meliputi akhlak
yang terpuji, akhlak yang tercela, akhlak terpuji antara lain:
Ikhlas, tolong menolong, hormat-menghormati, sabar, tabah dan
14Suriati, Jama’ah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
51
sebagainya. Akhlak yang tercela meliputi: Sombong, dengki,
memfitnah, dusta, bohong, menghasud dan sebagainya.15
Peneliti melakukan observasi di Majelis Taklim Nurul Ilmi,
Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow
Prov. Sulawesi Utara menunjukkan bahwa ustadz dengan para Majelis
Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara berinteraksi dan
berkomunikasi dalam menjalin kerja sama, baik secara individual
maupun secara kelompok dalam menyampaikan ajaran agama Islam.
Berdasarkan uraian wawancara dan observasi di atas, peneliti
menegaskan bahwa akhlak mulia pada perinsipnya merupakan
kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama
sesuai dengan keyakinan agama Islam, kemampuan untuk
menghormati dan menghargai antar umat beragama, kemampuan
untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai yang
berlaku di masyarakat, mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai
seorang guru, dan bersifat demokratis dan terbuka terhadap
pembaharuan dan kritik.
Selanjutnhya peneliti melakukan wawancara dengan Pembina
Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian
15Murniati, Jama’ah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
52
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, sebagai berikut:
Dalam penyampaian dakwah kami member pesan-pesan dakwah dalam kata-kata yang mudah dimengerti oleh pendengar, dan diiringi pula humor karena orang jama’ah yang dihadapi beraneka ragam dalam segala seginya baik dalam segi jumlah, sosial, ekonomi, tingkat umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, sikap watak, sikap yang dimiliki dan lain sebagainya.16 Peneliti melanjutkan wawancara dengan beberapa jamaah tetap
dalam kajian yang dilakukan oleh ustadz Muhammad Syafruddin,
berikut:
Saya sangat senang mengkuti kajian agama Islam di majelis taklim ini karena dalam membawakan materi inti biasa di sampaikan dengan diselingi humor tidak terlalu menegangkan, sehingga banyak jama’ah yang terhibur, tidak mengantuk dan tetap mendengarkan ceramahnya pak ustadz.17 Kalau saya sengan mengikuti kajian Islamiyah di majelis taklim ini karena ustadznya meskipun homur tetapi di mata jama’ah tetap mempunyai karismatik artinya benar-benar mempunyai pesona yang sangat luar biasa yang memberi kenyamanan dan ketenangan kepada jama’ah. Misalnya: penyampaiannya halus, sopan dan sangat menyentuh.18 Meskipun ustadz itu humoris tetapi saya anggap ustadz menguasai materi karena setiap selesai pembahasan ustadz memberi peluang bertanya kepada kami dan selalu menerima pertanyaan dan menjawan dengan baik.19
16 Ustadz Muhammad Syafruddin, Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
17Nurhayati Jama’ah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 16 Nopember 2017.
18Sabriani, Jama’ah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 16 Nopember 2017.
19ST. Nursyam Jama’ah Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 16 Nopember 2017.
53
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa dalam
kagiatan inti dalam kajian Islmiyah di Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi
Utara, dapat dikatakan bahwa ustadz mengungkapkan pesan-pesan
dakwahnya dalam kata-kata yang dimengerti oleh pendengar, yang
tentu saja tahu mana bahasa yang baik dan benar dan bagaimana pula
bahasa yang sumbang dan salah. Dengan itu sewaktu-waktu dapat
membuat ungkapan-ungkapan yang mengesankan dan menggugah
hati, serta ungkapan-ungkapan sastera yang berisi nasehat dan hikmah.
Selain itu ustadz pula memiliki jiwa humoris tetapi tetap
kharismatik dimata jama’ahnya, karena yang tidak membosankan
disebabkan materi yang disampaikan bervariasi. Ustadz menyampaikan
ajaran Islam yang terdiri dari Ilmu Tauhid, ilmu ubudiyah, Akhlak dan
ilmu pengetahuan umum yaitu sosial kemasyarakatan dan
perekonomian kepada orang lain sebagai pandangan dalam hidupnya.
Ustadz dalam kegiatan inti terlihat menguasai materi
pembelajaran karena dalam proses kajian Islamiyah ustadz
menjelaskan materi pelajaran dianggap baik oleh jama’ah, dan selalu
memberi peluang kepada jama’ah untuk bertanya dan berdiskusi.
Dalam kegiatan inti ustadz di Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi
54
Utara mempunyai kemampuan untuk menghubungkan materi yang
satu dengan materi lainnya, agar jama’ah lebih banyak memperoleh
pengetahuan tentang materi, dan untuk mempermudah
pemahamannya apabila pelajaran yang satu dihubungkan dengan
palajaran yang lain.
Sesungguhnya tujuan penguasaan materi pelajaran dan
pengembangan materi dakwah adalah untuk memberikan nilai tambah
yang dapat mengantar untuk mencapai tujuan dkwah yakni menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt dan memiliki
akhlak mulia. Sebab itu, diupayakan agar jama’ah dapat mengetahui
dan menambah wawasan ajaran agama Islam secara keseluruhan.
Pada dasarnya materi inti pengajian yang disampaikan oleh
ustadz di di Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara berdasarkan Al-
Qur’an dan Al-Hadist. Al-Qur’an dan hadis merupakan materi pokok
yang harus disampaikan di dalam pengajian dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh masyarakat karena Al-Qur’an dan hadis
berfungsi sebagai pedoman hidup baik di dunia dan untuk
kelangsungan di akherat kelak.
c. Kegiatan Penutup (bagian terakhir dalam dakwah)
55
Kemampuan menutup kegiatan untuk mengakhiri kegiatan inti
dalam menyampaikan dakwah. Peneliti wawancara dengan ustadz,
sebagai berikut:
Dalam kegiatan menutup dakwah saya mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan kajian yang telah dilaksanakan kemudian memberikan gambaran yang komprehensip tentang yang telah dikaji dan menarik kesimpulan dari kajian yang telah dilakukan.20
Berdasarkan hasil wawancara di atas ustadz melaksanakan
kegiatan penutup dengan baik. Hal tersebut di atas, menggambarkan
menutup kajian merupakan urutan kegiatan yang bersifat rutin, dan
merupakan suatu yang perlu dilaksanakan secara sistematis dan
rasional, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
C. Metode Dakwah dalam Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan
Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang
Mongondow Prov. Sulawesi Utara
Metode dakwah yang digunakan dalam Meningkatkan Pemahaman
dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara sangat menentukan atas
tercapai atau tidaknya tujuan dakwah yang ingin dicapai dalam suatu
kegiatan.
20 Ustadz Badruddin Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 11 Nopember 2017.
56
Metode-dakwah yang diterapkan dalam pengajian di Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, sebagai
berikut:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu bentuk dakwah dengan
lisan yang disampaikan melalui pengungkapan kata-kata yang dapat
diterima oleh jama’ah. Dalam pengajian yang perlu diperhatikan
adalah penguasaan ceramah, yang dalam peranannya sangatlah
berpengaruh kepada penyampaian materi dan penangkapan materi.
Metode dakwah sebagai suatu seni bicara atau tentang cara-
cara berbicara di depan jama’ah dengan tutur kata yang baik agar
mampu mempengaruhi para pendengar untuk mengikuti paham atau
ajaran yang disampaikan.
Berkaitan penerapan metode dakwah melalui ceramah peneliti
wawancara dengan ustadz, sebagai berikut:
Kami sebagai ustadz menerapkan metode ceramah dalam berdakwah untuk menyerukan agar jama’ah melakukan perbuatan yang baik dan nyata serta menjauhi segala bentuk larangan agama agar memperoleh hikmah dan karunia dari Allah SWT.21
Dalam menerapkan metode ceramah dalam berdakwah kami menggunakan bahasa yang sesuai dengan kadar kemampuan jama’ah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ringan
21Ustadz Badruddin Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 11 Nopember 2017.
57
dan mudah dimengerti, dan menggunakan bahasa daerah di sini yaitu bahasa Boloang.22
Berkaitan dengan penerapan metode dakwah melalui ceramah
penulis wawancara dengan Imam Desa Linawan, sebagai berikut:
Metode ceramah ini sangat baik karena metode ini ustadz dapat menyampaiakn materi sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, memungkinkan mubaligh/ da’i menyampaikan pengalamannya, keistimewaannya dan kebijaksanaannya, sehingga jama’ah ertarik dan menerima ajakannya, ustdaz juga mudah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia jika waktu terbatas bahan yang disampaikan dapat dipersingkat, dengan mengambil pokok-pokok bahasannya saja dan begitu pun sebaliknya jika waktu memungkinkan (banyak) maka dapat di sampikan bahan yang sebanyak-banyaknya dan lebih mendalam sehingga jama’ah mudah menerimanya.23
Metode ceramah bertujuan memahamkan kepada jama’ah
keuntungan-keuntung dalam memahai ilmu Islam. Ustadz berusaha
menyerukan kepada jama’ah untuk melakukan sesuatu yang
bermanfaat. Ustadz memberikan penyajian berupa pesan-pesan
dakwah melalui ceramah yang berkaitan dengan tema yang bervariasi.
b. Metode Tanya-Jawab.
Metode tanya-jawab merupakan penyampaian materi dakwah
dengan cara mendorong jama’ah menyatakan suatu masalah yang
22Ustadz Muhammad Syafruddin, Pembina Majelis Taklim Nurul Ilmi, Wawancara, Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 12 Nopember 2017.
23H. Musayyid, Imam Desa Linawan Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 16 Nopember 2017.
58
dirasa belum dimengerti, kemudian ustadz atau da’i sebagai
penjawab.
Pengajian agama yang dipimpin oleh ustadz tidak hanya
sebatas penyajian dalam bentuk ceramah saja, akan tetapi seorang
ustadz mempersilahkan bagi seluruh jamaah masjid untuk
menanyakan masalah-masalah yang berkaitan dengan isi materi
pembahasan.
Peneliti wawancara dengan ketua pengurus Majelis Taklim
Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow
Prov. Sulawesi Utara sebagai berikut:
Dalam kegiatan tanya jawab sejumlah jama’ah majelis taklim
berkumpul untuk menanyakan materi yang telah diuraikan oleh
ustadz, kemudian dalam waktu 10 menit jama,ah diminta untuk
bertanya.24
Untuk memperkuat penjelasan wawancara di atas, penulis
melakukan observasi di lakosi penelitian, hasil observasi sebagai
berikut:
Di Majelis Taklim Nurul Ilmi Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, terlaksana metode
dakwah Tanya jawab, paling sering dilakukan diakhir
pertemuan, disitu terlihat beberapa jamaah yang mewakili
24Muhammad Ramlan, Ketua Pengurus Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 15 Nopember 2017.
59
jama’ah yang lain, sekitar 2-4 orang yang bertanya.25
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas bahwa di
Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang
Mongondow Prov. Sulawesi Utara diterapkan metode tanya jawab
dalam berdakwah, adalah dengan cara tanya jawab.
Metode dakwah diterapkan untuk melayani masyarakat sesuai
dengan apa yang dibutuhkan, sebab dengan cara bertanya berarti
orang akan mengerti tentang sesuatu dan mungkin mampu
mengamalkannya. Adapun jawaban yang diberikan mubaligh tersebut
dan terdorong untuk melaksanakan ajaran yang dijelaskan.
Metode tanya jawab ini untuk mengimbangi dan memberi
selingan pada waktu ceramah. Metode ini juga merupakan metode
yang paling sering dilaksanakan oleh Rasulullah dengan para
sahabatnya disaat mereka tidak mengerti tentang sesuatu masalah
agama (sahabat yang bertanya kepada Rasulullah).
c. Metode Praktik
Metode praktik dengan cara memperlihatkan suatu contoh baik
berupa benda, peristiwa, perbuatan, dan lain sebagainya dapat
dinamakan bahwa seorang da’i yang bersangkutan menggunakan
metode demonstrasi.
25 Observasi Oleh Peneliti, di Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 15 Nopember 2017.
60
Metode praktik adalah bentuk metode yang terdapat berdakwah
Metode tersebut dilakukan dalam materi tentang fikih dan membaca al-
Qur’an.
Penulis melakukan observasi di lokasi penelitian menunjukkan
bahwa:
Ustadz berusaha menggerakkan kemauan seluruh jamaah masjid untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Penyampaian pesan yang berlangsung dalam pengajian iqra dan Al-Quran, seorang ustadz mengajarinya dengan meminta kepada jamaah masjid untuk maju satu persatu dan membaca Al-Qur’an dan praktek shalat kemudian ustadz memperhatikan bacaan-bacaan pada setiap bacaan jika terdapat kesalahan dalam membaca peran ustadz yaitu membenarkan dengan memperagakan bacaan dan disertai dengan penjelasan hukum tajwid, dan gerakan shalat yang benar, tujuannya agar jamaah masjid dapat memahami.26 Dalam kegiatan ini seorang ustadz memperagakan tata cara
sholat dan tata cara berdoa setelah sholat. Artinya suatu metode
dakwah dimana seorang da’i memperlihatkan sesuatu atau
mementaskan sesuatu terhadap sasarannya (jama’ah), dalam rangka
mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan, misalnya mempergunakan
pentas wayang sebagai sarana untuk menyampaikan pesan.
Itulah sebabnya ustadz dituntut memiliki keahlian dalam bidang
dakwah Islam dan kemampuan mempraktekkan keahlian tersebut
dalam menyampaikan pesan-pesan agama dengan segenap
26Observasi Oleh Peneliti, di Majelis Taklim Nurul Ilmi, Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab.
Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 15 Nopember 2017.
61
kemampuannya baik dari segi penguasaan konsep, teori maupun
metode tertentu dalam berdakwah.
Sebagai ustadz, usahanya tentu tidak hanya terbatas pada
usaha menyampaikan pesan semata melalui ceramah saja. Konsen
juga terhadap kelanjutan dari efek komunikasinya terhadap jama’ah,
apakah pesan-pesan tersebut sudah cukup membangkitkan
rangsangan atau dorongan bagi jama’ah untuk melakukan praktik
secara langsung jika ada materi yang membutuhkan diperagakan.
Ustadz mempunyai persiapan-persiapan yang matang baik dari
segi keilmuan ataupun dari segi budi pekerti. Sangat susah untuk
dibayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da’i
tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang memada’i dan tingkah laku
yang buruk baik secara pribadi ataupun sosial. Disamping itu pula, da’i
juga dituntut untuk memiliki kemampuan menangkap tanda-tanda
zaman yang sedang berlangsung. Untuk itu diperlukan pemahaman
terhadap indikasi-indikasi adanya perubahan yang mendasar baik
secara kultural maupun sosial-keagamaan.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan
pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan
Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara
dilaksanakan melalui pertama penerapan perencanaan dakwah untuk
melihat dan menganalisis program yang akan dilakukan sebagai
acuan dalam berdakwah; dan kedua penerapan pelaksanaan dakwah
meliputi (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; dan (3) kegiatan
penutup.
2. Penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan
pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian
Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara meliputi (1) metode
ceramah yang memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
ajaran agama kepada para jama’ah melalui dengan lisan, metode
ceramah ini yang paling sering diterapkan oleh ustadz di Desa
Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi
Utara; (2) metode tanya jawab untuk memantapkan pemahaman
ajaran Islam, metode ini sering dilakukan saat akhir pelaksanaan
dakwah (kegiatan penutup); dan (3) metode praktek untuk
63
mengamalkan dan mengaktualisasikan ajaran agama Islam dalam
hidup sehari-hari seperti materi fiqih dan tajwid.
B. Saran-saran
Berdasrkan hasil temuan dalam penelitian, maka berikut ini
dikemukakan saran-saran yang diharapkan mendapat perhatian dan
tanggapan yang serius oleh berbagai pihak yang terkait dalam penerapan
manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan
ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang
Mongondow Prov. Sulawesi Utara, sebagai berikut:
1. Untuk memaksimalkan penerapan manajemen dakwah dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di
Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.
Sulawesi Utara maka diperlukan pembinaan dan usaha yang
dilaksanakan pengorganisasian dakwah pengawasan dakwah, karena
fungsi manajemen ini belum diterapkan di Desa Linawan Kec.
Pinolosian Kab. Boloang Mongondow.
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama
Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow
maka diperlukan pengembangan intelektual dan pengembangan
spiritual yang saling terkait erat dan tak terpisahkan, yang bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan berpikir serta dapat membentuk
akhlak mulia bagi masyarakat Islam melalui penerapan metode
64
dakwah yang konprehensif (menyeluruh), karena di Desa Linawan
hanya menerapkan metode ceramah, metode tanya jawab, metode
praktek, pada hal metode cermah itu sangat banyak, seperti metode
keteladanan, pembiasaan, pemberian nasihat secara pribadi, dan
penerapan kedisiplinan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009).
Ancok, Djamaludin. Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995).
Ahmad, Abu Husain bin Faris bin Zakariya, Mu’jam al-Maqayis al-Lughah (Cet. I; Beirut : Dar al-Fikr, 1994).
A. Rosyid Shaleh, Management Dakwah Islam (Cet, I; Jakarta: Bulan Bintang, 1997).
al-Bayanuni, Muhammad Abu al-Fath. al-Madkhal ila ‘Ilm al-Dakwah (Beirut, Muassasah al-Risalah, 1993).
Drajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. XI; Jakarta: Bulan Bintang, 2006).
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta: Media Insani Publishing, 2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Cet. I; Jakarta: 2008).
Effendi, Muchsin. Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009).
E. Ayub, Muh. Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, Press, 1996).
Hirokashi, Hiriko. Kyai dan Perubahan Sosial, (Cet. X; Jakarta: P3M, 2007).
Indranata, Iskandar. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007)
Irawan, Elly. Pengembangan Masyarakat, (Cet. V; Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.
Harahap, Sofyan Syafri. Manajemen Masjid; Suatu Pendekatan Teoritis dan Organisatoris, (Cet. II; Yogyakarta: Danba Bhakti Prima Yasa, 1993).
Husain, Mochtar. Dakwah Masa Kini, (Ujung Pandang: Nuhiyah, 1986).
J. Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, (Cet. XV; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991).
Khuly, Bahyul. Tazkirah al-Duat (Cairo : Dar al-Kitabi al-Arabi, 1952).
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2000).
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXVII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010).
66
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Ed. I., Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1993).
Muhiddin, Asep. Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2002).
Mahfudz, Syekh Ali. Hidayah al-Mursyidin, diterjemahkan oleh Khadijah Nasution (Yogyakarta: Usaha Penerbit Tiga A).
Natsir, Muhammad Da’i Di Era Modernisasi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007).
Natsir, Muhammad. Da’i Di Era Modernisasi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).
Porwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991)
Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2005).
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar, (Cet. VII; Bandung: Alfabeta, 2009).
Sulthon, Muhammad. Desain Ilmu Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Cet.IV; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996).
Sugiyono.Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Cet. XIX; Bandung: Alfabeta, 2014).
Syakir, Asumsi. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Cet. I; Surabaya: al-Ikhlas, 1993).
Syam, Nur. Filsafat Dakwah Pemahaman Filosofis tentang Ilmu Dakwah (Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2003).
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Cet. VII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005).
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1997).
67
Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak dalam Islam, (Cet. III; Jakarta: Pustaka Amani, 2007).
Yunus, Mauhmud. Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, 1973).
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006).
LAMPIRAN
Mesjid Salongo kegiatan mendengarkan hafalan dan do’a harian santri
Safari Dakwah ke rumah – rumah warga
67
Kantor Camat Pinolosian
Ceramah Islamiah ketua BKPRMI
Peringatan Maulid Nabi
Nasehat Perkawinan
Masjid At-Taqwa
Pengajian rutin ASN
Kuliah subuh ASN
Pemotongan hewan Qurban
Pemotongan hewan Qurban
Pengajian rutin
Kantor Polsek Bolaang Uki
Bersama Wakil Bupati Bolaang Mongondow
Kunjungan DPW Muhammadiyah
Kantor Camat Bolaan Uki
Silaturahim dengan masyarakat
66
RIWAYAT HIDUP
Fadilah Rahman dilahirkan di Raut Kayan pada
tanggal 23 Mei 1990 dari Bapak Alm Kulong dan Ibu
Alm Minyon dan penulis adalah anak keempat dari 7
bersaudara. Adapun pendidikan yang telah
ditempuh oleh penulis adalah : MI Hidayatul
Muslimin 1, Kalimantan Barat, lulus pada tahun
2004. MTS Hidayatul Muslimin 1, Kalimantan Barat, lulus tahun 2008. MA
Al – Fatah Lampung Selatan, Lulus tahun 2012. Kemudian melanjutkan
pendidikan pada tahun 2012 di Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar, (D2
Pendidikan Bahasa Arab Dan Studi Islam) Lulus Pada Tahun 2015. Dan
penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar / Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dan Lulus
pada Tahun 2018.
Penulis pernah mengikuti pelatihan Da’i (Tadribuddu’aat) di Ma’had
Al-Birr Unismuh Makassar pada tahun 2016 dan dikirim ke Kabupaten
Boloang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara selama 12 bulan sebagai
pengabdian terhadap masyarakat yaitu pada tahun 2017 – 2018. Penulis
menjadi Imam di Masjid Al – Ikhlas Kompleks Griya Fajar Mas dari tahun
2019 sampai sekarang.
top related