strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium
Post on 21-Jul-2015
368 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI STANDAR PENANGANAN ZAT KIMIA UNTUK KEAMANAN DAN KESELAMATAN
KERJA DI LABORATORIUM
BAB I
PENDAHULUAN
Laboratorium kimia adalah salah satu sarana yang penting dalam proses belajar
mengajar baik sebagai sarana tempat belajar ataupun sebagai sumber belajar. Selayaknya
tempat belajar maka hendaknya laboratorium dikondisikan senyaman mungkin mengingat
laboratorium merupakan tempat yang beresiko besar untuk terjadinya kecelakaan baik
disengaja ataupun tidak karena bahan-bahan kimia yang sangat sensitif terhadap hal-hal yang
memicunya untuk bereaksi.
Dengan demikian perlu menciptakan budaya keselamatan dan keamanan yang terletak
pada kesadaran bahwa keselamatan masing-masing individu tergantung pada kerja sama tim
maupun tanggung jawab pribadi. Budaya keselamatan dan keamanan harus dimiliki setiap
orang baik itu dari kesadaran sendiri ataupun dorongan dari luar. Praktik yang aman harus
dijadikan prioritas utama dalam proses pembekajaran di laboratorium. Perlu adanya
memupuk kebiasaan dasar berperilaku bijak dalam mempromosikan keselamatan dan
keamanan selama bekerja di laboratorium.
Perlakuan keamanan ekstra terhadap laboratorium dikarenakan rentannya terjadi
kecelakaan. Untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan perlu strategi dalam
menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium. Laboratorium menghadapi resiko baik
dari dalam ataupun dari luar laboratorium. Beberapa resiko terutama akan mempengaruhi
laboratorium itu sendiri, tetapi resiko lainnya juga berpotensi mempengaruhi lembaga yang
lebi besar dan bahkan masyarakat jika tidak ditangani dengan tepat.
BAB II
STRATEGI STANDAR PENANGANAN ZAT KIMIA UNTUK KEAMANAN
DAN KESELAMATAN KERJA
Untuk mewujudkan lingkungan laboratorium yang aman dan menyenangkan
diantaranya perlu melakukan penanganan zat kimia yang standar mengingat resiko yang
besar akan terjadi jika penangan zat kimia tidak dilakukan sesuai prosedurnya. Adapun hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam penganan zat kimia di laboratorium akan dibahas sebagai
berikut.
2.1. Pengenalan Bahan-Bahan Kimia dan Penyimpanannya
Hal umun yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia
diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple
hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder
(secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory),
dan informasi resiko bahaya (hazard information). Penyimpanan bahan kimia dikelompokkan
berdasarkan sifat fisis, sifat kimia dan tingkat resiko kebahayaanya. Setelah dikelompokkan
berdasarkan sifatnya kemudian diurutkan secara alfabetis untuk memudahkan dalam
pencariannya. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah
pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas, ledakan dan degradasi kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas resiko bahayanya yang paling
tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang
memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Sehingga benzene harus
ditempatkan pada tempat penyimpanan zat cair flammable daripada disimpan pada tempat
penyimpanan toxic.
Zat atau bahan kimia hendaknya disimpan secara terpisah dari peralatan. Penyimpanan
secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu kelompok zat organik dan
anorganik. Namun penyimpanan lebih baik apabila disimpan berdasarkan sifat fisik dan sifat
kimianya, misalnya kelompok zat padat, cair, asam, basa, garam pengoksidasi, dan kelompok
yang mudah terbakar.
Untuk menjaga zat kimia dari kerusakan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Semua wadah yang berisi zat kimia harus tertutup rapat dan diberi label yang menyatakan
nama zat dan sifat penting dari zat tersebut
2. Zat-zat yang mudah menguap atau mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, ruang
berventilasi baik dan terhindar dari cahaya langsung
3. Zat-zat yang peka terhadap cahaya, seperti besi (II) sulfat, berupa Kristal berwarna hijau
muda, akan segera berubah menjadi besi (III) sulfat, berupa Kristal yang berwarna coklat
muda. Hal ini disimpan di tempat yang tidak terkena cahaya langsung dan dalam wadah
berwarna gelap.
4. Zat-zat pengoksidasi jangan disimpan bersamaan dengan zat yang mudah teroksidasi.
5. Asam-asam pekat sebaiknya disimpan di lemari asam dan jauh dari sumber panas.
6. Zat-zat yang bersifat beracun disimpan terpisah dari zat lain dalam lemari terkunci.
Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan kimia
beracun, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan hahal diatas,
juga perlu diperhatikan faktor lain yaitu sebagai berikut:
1. Interaksi bahan kimia terhadap wadahnya. Bahan kimia dapat berinteraksi terhadap
wadahnya dan dapat mengakibatkan kerusakan terhadap zatnya sendiri maupun
wadahnya.
2. Kemungkinan interaksi antar bahan/ zat kimia dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,
atau timbulnya gas beracun.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya
waktu penyimpanan untuk zat-zat tertentu. Misalnya eter, paraffin cair dan olefin akan
membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan
semakin besar jumlah peroksidanya. Isopropil eter, etil eter, dioksan dan tetrahidrofurann
adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam
penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh didimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah
inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.
Cara penganan bahan kimia dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bahan Mudah Terbakar (Cair, padat dan gas)
Cara penanganannya adalah sebagai berikut:
Bahan jangan dipanaskan secara langsung
Disediakan dalam jumlah yang minimum di laboratorium
Tersedianya alat pemadam kebakaran
Jangan mengisi gelas kimia pada saat pemanasan
Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci
Jangan mengisi botol sampai penuh, sediakan spasi untuk udara
Bahan harus dikontrol secara periodik
Cara penyimpanannya adalah sebagai berikut:
Bahan disimpan di tempat berventilasi baik
Simpan pada tempat khusus flammables cabinet yang dikhususkan untuk cairan yang
mudah terbakar
Penyimpanan maksimum 250 Liter (bahan cair)
Cabinet diberi tanda flammable
Disimpan di tempat sejuk, jauh dari sumber panas, lembab, air, bahan korosif,
pengoksida dan asam
2. Bahan Pengoksida
Contoh pengoksida yang muda terbakar adalah klorat, perklorat, bromat, peroksida,
nitrat, permanganat, bromin, klorin dan lainnya. Cara penyimpanan bahan pengoksida adalah
disimpan pada tempat yang sejuk, berventilasi, jauh dari sumber api dan panas serta jauh dari
reduktor.
3. Bahan Mudah Meledak
Contoh bahan yang mudah meledak adalah HClO4 dengan bahan organik. Cara
penyimpanannya adalah simpan apada tempat yang sejuk, berventilasi baik, jauh dari
panas dan api, serta terhindar dari gesekan atau guncangan.
4. Bahan Radioaktif
Cara penyimpanannya adalah pada wadah khusus dan dilengkapi lapisan pelindung.
5. Bahan Korosif
Bahan korosif dapat merusak jaringan, menimbulkan iritasi, nyala api dan merusak
peralatan. Untuk mengurangi resiko maka simpanlah dalam jumlah yang minimum. Hindari
kontak langsung dengan mata, kulit dan pakaian. Cara penyimpanannya adalah:
Simpan di tempat yang sesuai dengan pengontrolan
Buatlah pelabelan yang benar
Dipisahkan dari bahan beracun
Disimpan dengan wadah yang tidak mudah bereaksi dengan bahan yang disimpan
6. Bahan Beracun
Satu hal yang perlu diketahui bahwa semua bahan kimia beracun. Yang
membedakannya adalah seberapa besar jumlah yang boleh dikonsumsi oleh tubuh. Meskipun
ada beberapa bahan yang memang sama sekali tidak boleh dikonsumsi oleh tubuh. Cara
penanganan yang perlu dilakukan adalah:
Hindarkan kontak dengan bahan/uap
Gunakan selalu pengaman bila sedang berhubungan dengan bahan beracun tersebut.
Adapun cara penyimpanannya adalah:
Simpan pada tempat dengan ruangan dingin dan berventilasi baik
Dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah bereaksi dengannya
2.2. Pengenalan Simbol Bahaya
Salah satu cara untuk memberikan informasi seberapa bahaya suatu zat adalah dengan
memberikan tanda simbol bahaya agar dapat berhati-hati dalam menangani zat tersebut.
Adapun beberapa contoh simbol berbahaya yang dapat diketahui adalah sebgai berikut:
1. Flammable
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau
membasahi dara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (misalnya
hidrogen) dari idrida metal. Sumber nyala dapat dari api Bunsen, permukaan metal panas dan
loncatan bunga. Adapun contohnya adalah:
2. Toxic
Senyawa ini dapat menyebabkan kematian atau sakit parah bila bahan kimia tersebut
terkontaminasi ke dalam tubuh melalui pernafasan seperti menghirup uap, bau atau debu
ataupun terkontaminasi melaui kulit. Adapun contohnya adalah:
3. Corrosive
Senyawa ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal
bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Zat ini juga sangat berhaya jika mengenai
mata. Adapun contohnya adalah:
4. Ekplosive (Mudah Meledak)
Senyawa ini dapat meledak dengan adanya panas, percikanbunga api, guncangan atau
gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan
dengan logam/ metal). Misalnya:
5. Oxidator
Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada
kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor), api listrik dan lain-lain. Adapun
contoh dari simbol bahayanya adalah sebagai berikut:
6. Radioactive
Senyawa ini berbahaya pada intensitas tertentu yaitu:
o Partikel α yang memiliki day tembus kecil dan daya ionisasi besra
o Partikel β yang memiliki energi tinggi, daya tembus dan ionisasi sedang
o Partikel γ dengan bentuk berupa gelombang elektromagnetik
Senyawa radioaktif harus disimpan pada wadah khusus dan dilengkapi lapisan
pelindung. Contoh simbol bahaya senyawa radioaktif adalah:
2.3. Inventarisasi Bahan Kimia
Inventarisasi perlu dilakukan dalam manajemen laboratorium. Dalam inventarisasi
harus melibatkan nama bahan, rumus, jumlah, kualitas, lokasi penyimpanan, tanggal
penerimaan, nama industri, dan bahayanya terhadap kesehatan. Beberapa sumber yang bisa
digunakan sebagai ukuran dalam mengetahui resiko bahaya suatu senyawa adalah MSDS dan
OSHA. Didalam MSDS akan terdapat informasi tentang nama produk dan industri,
komposisi bahan, cara penanganan dan penyimpanan, identifikasi tingkat bahaya,
pertolongan pertama bila terkena bahan yang berbahaya, cara menangani menangani
kecelakaan, cara perlindungan kontak fisik, kestabilan dan kereaktifan, transportasi, darurat,
pembuangan limbah serta aturan khusus lainnya yang perlu diperhatikan. Begitu juga dengan
OSHA.
Selain hal di atas, perlu juga pengadministrasian yang baik dalam pencatatan fasilitas
dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang baik semua aktifitas
laboratorium dapat berjalan dengan semestinya. Sistem administrasi yang baik merupakan
kunci dalam meningkatkan kelancaran berbagai kegiatan pengelola laboratorium. Sehingga
pengelolaan zat kimia dapat berjalan dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN
Laboratorium kimia merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat belajar
ataupun sumber belajar. Mengingat funsinya maka sudah keharusan agar tempat belajar yakni
laboratorium tercipta seaman dan senyaman mungkin. Untuk mendapat keamanan dan
keselamatan bekerja di laboratorium perlu adanya pengetahuan standar dalam penanganan
dan penataan bahan kimia agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Dalam hal ini
semua anggota yang terlibat harus mengetahui cara penanganan bahan kimia terlebih kepada
laboran.
Dengan pengetahuan yang cukup mengenai tata cara penaganan dan penyimpanan
tidaklah cukup jika tidak dipraktikkan langsung. Sehingga kesadaran dalam menaati
informasi mengenai keharusan dan larangan harus dilakukan. Karena tiada artinya jika
bekerja maksimal dengan hasil memuaskan tapi mendapatkan efek samping dari kelalaian
dalam menjaga dampak yang ditimbulkan dari bahan kimia terlebih jika bahan tesebut
berbahaya. Untuk itu perlu diberikan tanda simbol untuk menyampaikan kepada khalayak
umum jika bahan tesebut adalah kategori berbahaya. Dengan demikian diharapkan setiap
orang yang akan bekerja akan merasa tidak khawatir karena semua sudah diatur dengan
mekanisme standar dalam manajemen laboratorium beserta segala aspeknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Molani Paulina., (2014), Strategi Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Kerja
di Laboratorium Kimia, http://molani-chem-edu.blogspot.com/2013/10/strategi-
peningkatan-keamanan-dan.html, (Diakses pada tanggal 19 September 2014).
Kemendikbud, (2011), Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Kimia Sekolah
Menengah Atas, Kemendikbud, Jakarta.
Moran, L. dan Masciongali,T., (2010), Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia,
Edisi Terjemahan, The National Academy Press, Washington.
Situmorang,M., (2014), Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium, PPs Unimed, Medan.
Widhy, P., (2009), Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA, FMIPA UNY,
Yogyakarta.
top related