struktur urutan kata bahasa arab dalam koran al …
Post on 31-Oct-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Universitas Indonesia
STRUKTUR URUTAN KATA BAHASA ARAB DALAM KORAN AL-AHRAM
AHMAD FIKRI NOOR WIWIN TRIWINARTI
Program Studi Arab
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Juli 2013
Abstrak
Penelitian ini membahas urutan kata bahasa Arab dalam media koran Al-Ahram, Mesir periode Nopember 2012. Urutan kata adalah bagian dari kajian sintaksis dan berperan sebagai ciri khas suatu bahasa. Penelitian ini menggunakan teori Shinny yang mengklasifikasikan urutan kata menjadi jumla ismiyya dan jumla fi’liyya dan Holes dengan klasifikasi VSKOMP, SVKOMP, KOMPVS, dan VKOMPS. Teori-teori ini digunakan agar analisis pada korpus data menjadi lebih rinci. Penelitian ini juga memberikan analisis singkat mengenai kesesuaian subjek-predikat berkaitan dengan urutan kata. Penelitian ini memberikan gambaran pemakaian urutan kata yang produktif dengan pembuktian pada korpus data. Berdasarkan penghitungan pada korpus data yang berupa 100 kalimat, jumla fi’liyya muncul pada 80 kalimat sedangkan jumla ?ismiyya muncul pada 20 kalimat. Kata kunci: jumla ismiyya; jumla fi;liyya; VSKOMP; SVKOMP; KOMPVS; VKOMPS
Abstract
This research analyses Arabic word order in the Al-Ahram Newspaper, Egypt in November 2012. Word order is a part of syntactic research and also characteristic of a language. This research uses Shinny’s theory and Holes’ theory about classification of Arabic word order. Shinny’s theory divide the sentence into jumla ?ismiyya and jumla fi’liyya while Holes’ theory divide the sentence into VSKOMP, SVKOMP, VKOMPS, and KOMPVS sentence. This research also gives a brief analysis about subject-predicate agreement related to the word order. The research gives a description about the productivity of the word order with evidences in the corpus. Based on statistic count from the 100 sentences of corpus, 80 sentences is jumla fi’liyya and 20 sentences is jumla ?ismiyya. Keywords: jumla ?ismiyya; jumla fi’liyya; VSKOMP; SVKOMP; KOMPVS; VKOMPS
1. Latar Belakang
Berkaitan dengan gramatika, bahasa-bahasa di dunia memiliki suatu struktur antarkata
dalam membangun suatu frasa atau kalimat. Dalam ilmu linguistik, studi gramatikal struktur
antarkata ini disebut dengan sintaksis (Kridalaksana 2008: 251). Kajian sintaksis akan
menentukan gramatikal atau tidak gramatikalnya suatu kalimat, tafsir ganda, hubungan
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
2
Universitas Indonesia
gramatikal, struktur kalimat, serta struktur frasa. Salah satu kajian yang cukup menarik dalam
sintaksis adalah kajian tentang urutan kata.
Menurut Kridalaksana, urutan kata adalah penempatan kata dalam deretan tertentu
menurut norma suatu bahasa, baik dalam tingkat kalimat dan klausa, maupun dalam tingkat
frasa (2008: 251). Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa urutan kata merupakan ciri khas dari
suatu bahasa. Jadi, jika seseorang mempelajari suatu bahasa maka pasti akan mempelajari
urutan kata bahasa tersebut.
Kridalaksana menambahkan bahwa terdapat dua jenis urutan kata yang dibagi menurut
sifatnya, yaitu urutan kata bebas dan urutan kata tetap. Urutan kata bebas berarti urutan kata
yang tidak dipakai untuk menandai hubungan gramatikal dan yang dapat diubah tanpa
mengubah atau merusak makna kalimat, terutama terdapat dalam bahasa inflektif yang
strukturnya ditandai oleh morfem terikat. Contohnya Petrus salutat Paulum ‘Petrus
menyalami Paulus’ yang dapat diubah menjadi Paulum salutat Petrus tanpa mengubah
maknanya. Sedangkan urutan kata tetap berarti urutan kata yang dipakai untuk menyatakan
hubungan gramatikal dan yang tidak dapat diubah tanpa mengubah atau merusak makna
kalimat. Contohnya pada struktur SVO bahasa Indonesia dalam kalimat Amin memukul Aman
yang bertentangan dengan Aman memukul Amin (2008: 251).
Penulis mencoba menggambarkan fenomena ini dengan bantuan media cetak koran
sebagai korpus data. Koran yang akan digunakan adalah koran Al-Ahram, Mesir. Koran Al-
Ahram digunakan karena dianggap mampu memberikan sampel-sampel penggunaan bahasa
Arab modern yang produktif. Al-Ahram adalah koran tertua yang ada di Timur Tengah
dengan memulai publikasinya sejak tahun 1875 (Ahram: 2012). Koran Al-Ahram sendiri
merupakan koran yang cukup terdepan karena tidak hanya didistribusikan di Mesir, tetapi
juga di negara-negara Arab lain serta dunia internasional (Encyclopedia: 2012).
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memaparkan urutan kata bahasa
Arab sebagai bagian dari kajian sintaksis. Penulis juga ingin menunjukkan bentuk-bentuk
urutan kata yang produktif dalam bahasa Arab dengan menggunakan korpus data sebagai
sampel penelitian sekaligus menjadi bukti kebenaran metode yang digunakan. Sesuai dengan
latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk urutan kata bahasa Arab yang muncul dalam korpus?
2. Bagaimana produktivitas penggunaan urutan kata bahasa Arab dalam korpus?
Penelitian tentang urutan kata bahasa Arab sangatlah luas sehingga harus dibatasi agar
fokus pada tujuan dapat tercapai. Pertama, bahasa Arab yang dimaksud dalam penelitian ini
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
3
Universitas Indonesia
adalah Bahasa Arab modern baku. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti kalimat-
kalimat tunggal atau klausa-klausa tunggal yang muncul dalam korpus data. Penulis tidak
meneliti bentuk kalimat majemuk maupun bertingkat kecuali untuk analisis jumla ?ismiyya
dengan ḵabar berupa kalimat. Penulis juga hanya meneliti isi artikel tidak termasuk judul
karena dianggap perlu dilakukan penelitian lain untuk membahas struktur judul.
Penelitian ini hanya akan meneliti penggunaan bahasa Arab tertulis. Oleh karena itu,
korpus data yang akan digunakan merupakan media cetak. Korpus data yang digunakan untuk
penelitian ini adalah 100 kalimat dan klausa yang berasal dari artikel berita di koran Al-
Ahram, Mesir, versi cetak dan online, tanggal 1-7 November 2012. Dalam satu hari, dipilih
tujuh artikel berita secara acak untuk merepresentasikan penggunaan pola urutan kata bahasa
Arab yang produktif.
2. Tinjauan Pustaka
Kajian urutan kata telah banyak dilakukan oleh para peneliti bahasa di seluruh dunia.
Sebagai bagian dari kajian sintaksis tentunya kajian ini akan meneliti studi gramatikal struktur
antarkata dalam kalimat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kajian ini melahirkan
banyak penelitian terhadap berbagai bahasa yang tersebar di seluruh dunia. Penelitian yang
dilakukan cukup beragam, tidak hanya digunakan dalam kajian linguistik non terapan tetapi
juga digunakan untuk kajian bidang terapan.
Aoun, Benmamoun, dan Sportiche pernah melakukan penelitian tentang urutan kata.
Mereka meneliti bentuk kesesuaian antara verba dan subjek, urutan kata, dan konjungsi dalam
beberapa ragam bahasa Arab, yaitu bahasa Arab Libanon, bahasa Arab Maroko, dan bahasa
Arab baku. Dalam penelitian ini mereka menjelaskan kaitan urutan kata dengan kesesuaian
antara verba dan subjek yang terjadi dalam kalimat. Penelitian ini menghasilkan analisis tiga
sistem kesesuaian dari ketiga bahasa tersebut (Aoun 1994: 196). Secara lebih detail, penelitian
ini akan dibahas pada landasan teori.
Penelitian lain tentang urutan kata dilakukan oleh Ma’ruf dalam disertasinya untuk
meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini merupakan studi kontrastif
antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Ia memaparkan beberapa perbandingan tentang
perbedaan dan pengaruh urutan kata dari kedua bahasa tersebut (Ma’ruf 2004). Penelitian ini
memberikan kesimpulan bahwa bahasa Arab memiliki urutan kata yang lebih bebas daripada
bahasa Indonesia (Ma’ruf 2004: 570). Ia juga menyimpulkan bahwa bahasa Arab dan bahasa
Indonesia memiliki frasa dengan ketegaran yang sama. Artinya apabila urutannya diubah akan
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
4
Universitas Indonesia
mengakibatkan ketidakgramatikalan atau perubahan fungsi yang berakibat pada perubahan
makna (Ma’ruf 2004: 578).
Dryer menjelaskan terdapat enam kemungkinan urutan yang logis dari tiga elemen
dalam kalimat (subjek, verba, dan objek). Ia memberikan contoh dengan bentuk urutan kata
yang dominan dari suatu bahasa. Contohnya yaitu bahasa Jepang berpola SOV, bahasa
Mandarin berpola SVO, bahasa Gaelig berpola VSO, bahasa Nias berpola VOS, bahasa
Hixkaryana berpola OVS, dan bahasa Nadëb berpola OSV (Dryer 2005: 330). Seluruh bentuk
urutan ini telah terbukti kebenarannya, tetapi dua bentuk yang terakhir, OVS dan OSV, adalah
bentuk yang langka.
Dalam bidang penerjemahan, Al-Jarf meneliti kesalahan terjemahan urutan kata
Inggris-Arab. Ia melakukan penelitian terhadap 46 mahasiswi jurusan penerjemahan di
College of Languages and Translation (COLT), Universitas King Saud, Riyadh, Arab Saudi.
Kemudian, ia memberikan sebuah tes penerjemahan lalu menganalisa kesalahan yang terjadi.
Penelitian ini menunjukkan ketidakmampuan para mahasiswi untuk mengenali perbedaan
urutan kata antara bahasa Inggris dan bahasa Arab baik dalam konteks sintaktis, pragmatik,
dan semantik (Al-Jarf 2007: 307).
Al-Khresheh melakukan penelitian tentang urutan kata untuk menemukan kesalahan
penggunaan urutan kata bahasa Inggris oleh pelajar Yordania. Perlu diketahui, bahwa bahasa
Inggris di Yordania diajarkan sebagai bahasa asing di tingkat sekolah sampai perguruan
tinggi. Ia menjelaskan bahwa sering kali terjadi kesalahan penggunaan urutan kata terkait
dengan perbedaan dominasi penggunaan urutan kata antara bahasa Arab dengan bahasa
Inggris. Ia melakukan penelitian pada kesalahan-kesalahan ini untuk menemukan masalah
pada proses pembelajaran dan mencari strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Penelitian ini telah memberikan penjelasan yang logis dalam terjadinya kesalahan
penggunaan urutan kata yang merupakan salah satu kategori sintaksis paling penting dalam
proses akuisisi bahasa kedua. Penelitian ini juga memberikan informasi baru mengenai
pentingnya perbedaan yang sering menimbulkan kebingungan bagi para pembelajar (Al-
Khresheh 2010: 108).
Kajian-kajian terdahulu tentang urutan kata yang penulis sebutkan merupakan bahan
tinjauan yang membantu penulis dalam merumuskan masalah penelitian ini. Penelitian yang
telah disampaikan memiliki banyak ragam dan berbeda baik itu analisis, metode, teori, atau
korpus data yang digunakan. Dari penelitian terdahulu penulis mendapatkan wawasan yang
lebih luas mengenai urutan kata. Penelitian-penelitian tersebut membantu penulis dalam
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
5
Universitas Indonesia
menyusun kerangka penelitian lalu menyerap teknis penulisan maupun kerangka pemikiran
sehingga penulisan karya ilmiah ini tidak melebar dan terstruktur.
3. Landasan Teori
Sebelum membahas definisi kalimat, penulis merasa perlu untuk mengetahui definisi
dua unsur penting dalam kalimat, yaitu subjek dan predikat. Menurut Kridalaksana, subjek
adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara. Dalam klausa /jalan
licin berbahaya/ pembicara membicarakan /jalan licin/. Bagian inilah yang disebut subjek
(Kridalaksana 2008: 229). Kridalaksana juga menjelaskan bahwa predikat adalah bagian
klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Dengan contoh
yang sama, klausa /jalan licin berbahaya/, pembicara membicarakan /jalan licin/ yang disebut
subjek; tentang /jalan licin/ ia mengatakan /berbahaya/. Bagian inilah yang disebut predikat.
Dalam beberapa bahasa, antara lain dalam bahasa Indo-Eropa, predikat harus mengandung
unsur verbal (Kridalaksana 2008: 198). Dari definisi ini kita dapat menentukan posisi sebuah
kata dalam kalimat.
Kridalaksana memberikan tiga definisi kalimat. Yang pertama, kalimat adalah satuan
bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa. Kedua, kalimat adalah klausa bebas yang menjadi bagian
kognitif percakapan atau satuan proposisi yang merupakan satu klausa atau merupakan
gabungan klausa, yang membentuk satuan yang bebas seperti jawaban minimal, seruan,
salam, dan sebagainya. Ketiga, yaitu konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih
klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan
(Kridalaksana 2008: 103).
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa kalimat merupakan sebuah satuan makna
yang telah lengkap dan terdiri dari satuan-satuan kecil dari bahasa tersebut. Oleh karena itu,
Alduais menyebutkan bahwa kalimat merupakan satuan terbesar dari suatu bahasa (Alduais
2012: 507).
3.1 Definisi Kalimat Bahasa Arab menurut Shinny, dkk. (1982)
Menurut Shinny, kalimat bahasa Arab atau dikenal juga dengan istilah al-jumla al-
mufi:da (kalimat sempurna) merupakan kalimat yang bermakna dan bermaksud. Definisi ini
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat sempurna dibutuhkan keterkaitan antarkata yang
saling melengkapi sehingga memunculkan sebuah pesan dari kalimat tersebut. Kemudian, ia
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
6
Universitas Indonesia
mengklasifikasikannya menjadi dua, yaitu jumla ?ismiyya dan jumla fi’liyya (Shinny 1982:
2). Penulis memilih untuk menggunakan istilah dengan bahasa Arab daripada menggunakan
istilah kalimat nomina atau kalimat verba. Hal ini dikarenakan perbedaan pendapat tentang
definisi dari istilah tersebut.
Jumla ?ismiyya merupakan kalimat sempurna yang diawali oleh nomina (Shinny
1982: 60). Istilah jumla ?ismiyya ini penulis pertahankan dan tidak menggunakan istilah
kalimat nominal untuk menghindari kesalahan tafsir. Jumla ?ismiyya memiliki ciri khas yaitu
mubtada` dan ḵabar. Mubtada` adalah nomina takrif yang terletak di awal kalimat. Ḵabar
adalah nomina taktakrif yang muncul setelah mubtada` dan berfungsi untuk menyempurnakan
maksudnya (Shinny 1982: 60).
Untuk lebih memahami mubtada’ tentu harus dipahami definisi nomina takrif dalam
bahasa Arab. Menurut Shinny, nomina takrif adalah nomina-nomina yang menunjuk pada
sesuatu yang tertentu dan diketahui. Suatu nomina disebut nomina takrif apabila mengandung
salah satu dari enam unsur ketakrifan. Unsur-unsur tersebut adalah nomina mengandung
artikel takrif, frasa iḍafa, ?ism ‘alam, pronomina persona, pronomina demonstrativa, dan
pronomina relatif (Shinny 1982: 76).
Mubtada’ dan ḵabar, keduanya selalu mengandung penanda kasus nominatif. Ḵabar
juga akan menyesuaikan mubtada’ dalam jenis dan jumlah jika mubtada’ adalah nomina
berakal. Apabila mubtada’ merupakan nomina jamak tidak berakal maka ḵabarnya berbentuk
feminin tunggal.
Ḵabar sendiri dijelaskan oleh Shinny, memiliki beberapa bentuk. Terdapat tiga macam
bentuk ḵabar, yaitu nomina, klausa, dan šibh jumla (Shinny 1982: 76). Dalam kasus-kasus
tertentu, ḵabar dapat menempati posisi di depan mubtada’. Untuk menjadi seperti itu terdapat
beberapa syarat yaitu (Shinny 1982: 89):
(1) Ḵabar berupa salah satu bentuk frasa šibh jumla dan mubtada’ taktakrif.
(2) Ḵabar berupa kata tanya.
(3) Ḵabar dapat juga terletak di depan apabila dalam mubtada’ terdapat kata ganti yang
merujuk ke ḵabar.
Jumla fi’liyya adalah kalimat yang diawali oleh verba. Pada kategori jumla fi’liyya
terdapat unsur yang selalu muncul yaitu fi’l (verba) dan fa:’il (subjek) (Shinny 1982: 82).
Verba yang dimaksud adalah verba yang mewakili tindakan yang dilakukan dalam kalimat
tersebut. Sedangkan subjeknya merupakan nomina yang menjadi pelaku dari tindakan dalam
kalimat tersebut.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Satu unsur lagi yang juga menjadi komponen dalam jumla fi’liyya jika verbanya
transitif (membutuhkan objek) yaitu maf’ul bih (objek). Maf’ul bih adalah nomina yang
dikenai tindakan oleh pelaku dalam suatu kalimat dan memiliki penanda kasus akusatif
(Shinny 1982: 92).
3.2. Definisi Kalimat Bahasa Arab menurut Holes (1995)
Holes adalah salah satu peneliti bahasa yang membahas urutan kata dalam bahasa
Arab. Menurut Holes, bahasa Arab memiliki empat bentuk urutan kata yang memungkinkan
terjadi dalam sebuah kalimat. Empat urutan tersebut adalah VSKOMP, SVKOMP, VKOMPS,
dan KOMPVS (Holes 1995: 205).
Bentuk VSKOMP (Verba-Subjek-Komplemen) juga banyak dikenal oleh pembelajar
bahasa Arab dengan istilah jumla fi’liya. Istilah ini muncul disebabkan posisi verba yang
berada di awal kalimat. VSKOMP memiliki kecenderungan mengandung maksud yang
berorientasi pada kejadian (Holes 1995: 205). Fokusnya adalah pada ‘apa yang terjadi’ dan
‘bagaimana itu terjadi’. Posisi V dapat diisi dengan verba perfektif dan verba imperfektif.
Secara semantis, penggunaan verba statif maupun dinamis bebas digunakan.
Yang kedua adalah bentuk SVKOMP (Subjek-Verba-Komplemen). Sering disebut
juga dengan istilah jumla ismiya karena letak nomina di awal kalimat. Sebagai alternatif
urutan selain VSKOMP, bentuk ini sering muncul dalam kalimat yang menjelaskan agen dan
pasien dalam suatu karangan (Holes 1995: 205). Entitas yang secara tekstual baru tidak dapat
muncul sebagai S dalam bentuk SVKOMP. Biasanya entitas baru ini secara gramatikal
ditandai dengan bentuk taktakrif. Fungsi tekstual dari urutan ini adalah untuk membawa
informasi baru dalam predikat tentang entitas yang telah diketahui tersebut. Holes juga
menambahkan bahwa karangan eksposisi yang sering menyertakan istilah-istilah pokok atau
menjelaskan struktur dari entitas tersebut dengan komponen-komponennya banyak
menggunakan kalimat dengan bentuk SVKOMP (Holes 1995: 205).
Perlu diketahui, meskipun bentuk VSKOMP cenderung mengandung maksud sebagai
kalimat yang berorientasi pada kejadian, pemilihan urutan ini kembali pada kecenderungan
pribadi penulis. Beberapa jurnalis seringkali menggunakan bentuk SVKOMP untuk
menjelaskan sebuah peristiwa. Hal ini menurut Holes, bisa terjadi karena pengaruh dialek
perkotaan seperti dialek Kairo dan Damaskus yang menggunakan bentuk SVKOMP untuk
seluruh tipe maksud dalam kalimat (Holes 1995: 205). Kemungkinan lain adalah pengaruh
bahasa-bahasa Eropa terutama Inggris yang cenderung menggunakan bentuk SVKOMP dalam
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
8
Universitas Indonesia
kalimat (Holes 1995: 205). Pengaruh ini dapat terjadi karena banyak pertukaran berita dan
budaya serta teknologi antara Eropa dan Arab.
Bentuk selanjutnya adalah VKOMPS. Bentuk ini tidak terlalu sering muncul, tetapi
menarik untuk dipelajari. Pola ini sejalan dengan pendapat Holes yang menyatakan bahwa
entitas yang taktakrif tidak bisa menjadi subjek di awal kalimat. Holes menjelaskan bahwa
sebuah subjek taktakrif yang membawa elemen ‘baru’ dalam narasi digeser ke sebelah kanan
komplemen. Sehingga elemen tersebut secara tekstual menempati posisi sebagai elemen ‘yang
diketahui’ (Holes 1995: 206). Elemen ini kemudian dapat menjadi fokus atau tema, dan akan
banyak menempati posisi subjek yang normal dalam pengembangan naskah. Pergeseran
subjek taktakrif dari tempat asalnya ini memberikan efek yang lebih tegas untuk elemen
tersebut.
Kemungkinan urutan selanjutnya adalah KOMPVS. Urutan ini terbentuk dari bentuk
VSKOMP dengan KOMP dimajukan ke posisi sebelum verba. Jika dalam kalimat nominal
urutan yang normal adalah SKOMP maka dapat juga dibalik dan mirip dengan bentuk
KOMPVS (Holes 1995: 207).
3.3 Sifat Urutan Kata Bahasa Arab
Seperti yang dijelaskan oleh Kridalaksana dalam bab pendahuluan tentang jenis-jenis
urutan kata bahwa terdapat dua jenis urutan kata yang dibedakan menurut sifatnya, yaitu
urutan kata bebas dan urutan kata tetap. Urutan kata bebas berarti urutan kata yang tidak
dipakai untuk menandai hubungan gramatikal dan yang dapat diubah tanpa mengubah atau
merusak makna kalimat, terutama terdapat dalam bahasa inflektif yang strukturnya ditandai
oleh morfem terikat. Alduais mengatakan bahwa urutan kata dalam struktur kalimat tunggal
bahasa Arab bersifat bebas (Alduais 2012: 509). Ia menyatakan bahwa bahasa Arab menerima
struktur baik S+V+(Komp) atau V+S+(Komp). Akan tetapi, ia menambahkan bahwa
perubahan urutan kata tersebut harus mematuhi kaidah kesesuaian subjek-predikat dalam
bahasa Arab (Alduais 2012: 511). Oleh karena itu, setelah ini akan dibahas kesesuaian subjek-
predikat dalam urutan kata bahasa Arab.
3.4 Kesesuaian Subjek-Predikat dalam Urutan Kata Bahasa Arab
Dalam bahasa Arab modern baku, terdapat ciri khas yaitu kesesuaian yang berkaitan
dengan urutan kata. Kesesuaian jumlah akan bergantung pada posisi S yang berdiri sendiri
dan V dalam satu kalimat. Jika V mendahului S, maka V akan menyesuaikan jenis S tapi tidak
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
9
Universitas Indonesia
menyesuaikan jumlahnya. Jadi, jika V muncul sebelum S, maka V akan berbentuk tunggal
apa pun jumlah S. Akan tetapi, jika S muncul di awal maka V akan menyesuaikan baik
jumlah maupun jenisnya (Aoun 1994: 197).
4. Analisis Struktur Urutan Kata
Analisis urutan kata bahasa Arab berikut ini merupakan hasil analisis dari 100 korpus
yang berupa kalimat atau klausa tunggal. Analisis ini akan diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian sesuai dengan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini digunakan
untuk memberikan analisis yang mendalam pada setiap klasifikasi dan memudahkan proses
pembacaan analisis ini.
4.1 Analisis Struktur Urutan Kata Jumla ?ismiyya
Seperti yang telah dijelaskan pada bab landasan teori, jumla ?ismiyya merupakan
kalimat yang diawali dengan nomina (Shinny 1982: 60). Oleh karena itu, rumus pola urutan
kata dalam kalimat ini adalah:
Subjek (Nomina) – Predikat
Subjek, yang menjadi kata awal pada jumla ?ismiyya, harus diisi oleh nomina
sedangkan predikat tidak harus berupa nomina. Mengacu pada pendapat Shinny, maka subjek
pada jumla ?ismiyya disebut sebagai mubtada’ dan predikat disebut sebagai ḵabar.
Nomina yang berada di awal kalimat dan mengandung artikel takrif merupakan salah
satu jenis mubtada’. Berikut adalah contoh kalimat yang ditemukan pada korpus:
االحكومة قامت بتطبیيق بعض االتجارربب االراائدةة (1)S:nomina+artikel takrif (Mubtada’) P:Ḵabar
al-ḥuku:ma qa:ma-t bi taṭbi:q
pemerintah melakukan konj. pelaksanaan
ba’ḍa al-taja:rib al-ra:?ida
sebagian percobaan permulaan
‘Pemerintah melaksanakan sebagian percobaan permulaan.’
Kata /al-ḥuku:ma/ adalah nomina yang mengandung artikel takrif /al-/ dengan bentuk
dasarnya yaitu /ḥuku:ma/. Nomina ini menjadi mubtada’ pada kalimat (1). Nomina ini juga
memenuhi unsur sebagai mubtada’ yaitu harus berupa nomina takrif. Sedangkan klausa
/qa:mat bi taṭbi:q ba’ḍa al-taja:rib al-ra:?ida/ adalah ḵabar yang berupa jumla fi’liyya.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
10
Universitas Indonesia
Pada jumla ?ismiyya, ḵabar merupakan unsur yang selalu melengkapi mubtada’.
Ḵabar dalam jumla ?ismiyya dapat berupa nomina, kalimat, atau šibhu jumla. Salah satu
bentuk ḵabar adalah berupa nomina. Berikut adalah kalimat dalam korpus yang mengandung
ḵabar berupa nomina:
االنتیيجة إإیيجابیية للترجى االتونسي (2)S:N P:Ḵabar berupa nomina (Komp)
al-nati:ja ?i:ja:biyya li al-taraji: al-tu:nusiy
hasil-itu positif untuk Esperance Tunisia
‘Hasil itu positif untuk Esperance Tunisia.’
Kalimat (2) menunjukkan kata /?i:ja:biyya/ yang berupa nomina taktakrif dan terletak
setelah kata /al-nati:ja/. Kata /?i:ja:biyya/ menjadi predikat dalam kalimat ini. Frasa /li al-
taraji: al-tu:nusiy/ adalah komplemen. Sesuai dengan teori Shinny, ḵabar yang berupa
nomina harus bersifat taktakrif.
Ḵabar berupa jumla ?ismiyya adalah ḵabar yang mengandung mubtada’ dan ḵabar di
dalamnya. Berikut adalah contoh kalimat yang ditemukan dalam korpus:
كل ما یينشر بالصحف عن ھھھهذاا االموضوعع ھھھهو كذبب (3)S P: Ḵabar J. ?ismiyya
kullu ma: ya-nšuru bi al-ṣuhuf-i ‘an haḏa al-mawḍu:’ huwa kaḍb
Setiap sesuatu terbit-3mtg di koran tentang ini masalah dia-3mtg kebohongan
‘Segala sesuatu yang terbit di koran tentang masalah ini adalah kebohongan.’
Dalam kalimat tersebut terdapat ḵabar berupa klausa /huwa kaḍb/. Secara terpisah
klausa ini dapat diterjemahkan menjadi ‘ini/itu adalah sebuah kebohongan’. Dari klausa
tersebut dapat ditemukan bahwa kata huwa adalah mubtada’ dan /kaḍb/ adalah ḵabar. Apabila
dirinci lagi, kata /huwa/ adalah pronomina orang ketiga tunggal (pronomina pasti takrif) dan
kaḍb adalah nomina taktakrif. Ḵabar berupa jumla ?ismiyya tersebut melengkapi mubtada’
yang berupa frasa /kullu ma: ya-nšuru bi al-ṣuhufi ‘an haḏa al-mawḍu:’/.
4.2 Analisis Urutan Kata Jumla Fi’liyya
Sesuai dengan teori Shinny, Jumla Fi’liyya adalah kalimat yang diawali oleh verba
(Shinny 1982: 82). Dari teori tersebut maka jumla fi’liyya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Predikat (Verba) – Subjek (Nomina)
Dalam struktur jumla fi’liyya, terdapat kalimat yang mengandung objek dan tidak.
Shinny menyebut objek dalam jumla fi’liyya dengan istilah maf’ul bih (Shinny 1982: 92).
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
11
Universitas Indonesia
Sehingga dalam analisis ini, penulis akan membedakan jumla fi’liyya tanpa objek dan jumla
fi’liyya yang memiliki objek. Karena pada korpus ditemukan kalimat dengan pola yang serupa
dengan tipe VKOMPS milik Holes maka kalimat tersebut akan dibahas juga dalam klasifikasi
yang berbeda. Berikut adalah hasil analisis jumla fi’liyya dalam korpus.
Berikut adalah jumla fi’liyya intransitif:
تعاددلل فریيقا االأھھھهلي وو االترجى االتونسي (4)V:VP S:N
ta-’a:dal-a fari:qa: al-ahliy wa al-turja: al-tu:nusiy
imbang klub-dual Al-Ahli dan Esperance Tunisia
‘Klub Al-Ahli dan Esperance, Tunisia, saling imbang.’
Kalimat di atas, diawali oleh verba /ta’a:dala/ dan diikuti oleh subjek berupa frasa
/fari:qa: al-ahliy wa al-turja: al-tu:nusiy/. Verba tersebut menjelaskan pekerjaan yang
dilakukan oleh subjek pada kalimat di atas. Kalimat ini dapat dinyatakan sebagai jumla
fi’liyya karena diawali oleh verba.
Jumla Fi’liyya memiliki ciri khas lain yaitu keberadaan objek untuk verba transitif.
Objek atau yang disebut juga dengan maf’ul bih adalah nomina yang dikenai tindakan oleh
pelaku dalam suatu kalimat dan memiliki penanda kasus akusatif (Shinny 1982: 82). Berikut
adalah kalimat yang memiliki objek:
یيرفض االمتظاھھھهروونن االماددةة االثانیية (5)V:VI S:N O:N
ya-rfuḍ-u al-mutaẓa:hir-u:na al-ma:da-ta al-ṯa:niya-ta
menolak-3mtg demonstran—itu-jamak pasal-itu-aku. kedua-itu-aku.
‘Para demonstran menolak pasal kedua itu.’
Pada kalimat (5), terdapat verba /yarfuḍu/ yang menerangkan pekerjaan dari subjek
/al-mutaẓa:hiru:na/. Kemudian, frasa /al-ma:da-ta al-ṯaniya-ta/ adalah objek dalam kalimat
tersebut. Frasa ini memiliki penanda kasus akusatif sehingga menjelaskan posisinya sebagai
objek dalam kalimat.
Sesuai dengan analisis yang telah dipaparkan, teori Shinny tentang jumla fi’liyya dapat
dinyatakan sebagai kalimat dengan urutan kata VSO. Hal ini terlihat dari letak verba pada
jumla fi’liyya yang selalu berada di awal kalimat.
Hanya terdapat satu kalimat dalam korpus yang diawali oleh verba kemudian diikuti
oleh komplemen yang berupa objek. Berikut adalah kalimat tersebut:
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
12
Universitas Indonesia
أأدداارر االلقاء االحكم االجزاائريي جمالل حیيمودديي (6)V:VP O:N S:frasa
ada:ra al-liqa:? al-hakam al-jaza:?iriy jama:l hi:mu:di:
memimpin-3mtg pertemuan-itu wasit Aljazair Jamal Hemoudi
‘Wasit Aljazair, Jamal Hemoudi, memimpin pertemuan itu.’
Pada kalimat (6) terdapat verba /ada:ra/ yang menjadi pekerjaan kemudian diikuti
nomina /al-liqa:?/ yang berfungsi sebagai objek. Setelah itu, terdapat frasa /al-hakam al-
jaza:?iriy jama:l hi:mu:di:/ yang menjadi subjek. Berbeda dengan contoh-contoh jumla
fi’liyya yang telah dibahas sebelumnya, kalimat ini justru meletakkan objek setelah verba.
Karena teori Shinny hanya menekankan definisi jumla fi’liyya dengan acuan verba terletak di
awal kalimat, maka penulis mengklasifikasikan kalimat ini sesuai dengan teori Holes yaitu
kalimat VKOMPS.
4.3 Analisis Sifat Urutan Kata Bahasa Arab
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya pada jumla ?ismiyya dan jumla
fi’liyya dinyatakan bahwa bahasa Arab memiliki dua pola urutan kata yang produktif, yaitu
VSO dan SVO. Berikut contoh kalimat bertipe VSO atau jumla fi’liyya:
تزاایيدتت ااعداادد االمتظاھھھهریين (7)V:VP S:N
taza:yada-t a’da:d al-mutaẓa:hir-i:na
bertambah-3ftg jumlah demonstran—itu-jamak
‘Jumlah demonstran itu bertambah.’
Pada kalimat (7) terbukti bahwa bahasa Arab menerima struktur verba-subjek-(komplemen).
Kemudian, berikut adalah contoh jumla ?ismiyya:
االأھھھهلي أأھھھهدرر فرصا عدیيدةة للتسجیيل (8) S V (Komp)
al-?ahliy ?ahdara furaṣ-an ‘adi:da li al-tasji:l
Al-Ahli membuang-3mtg kesempatan-jam. banyak untuk mencetak gol
‘Al-Ahli membuang banyak kesempatan untuk mencetak gol.’
Pada kalimat (8) terlihat strukturnya adalah subjek-verba-(komplemen).
Jadi, dari kalimat (7) dan (8) dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab menerima struktur
V+S+(KOMP) dan S+V+(KOMP). Keduanya dapat memiliki atau tidak memiliki
komplemen. Akan tetapi, harus diingat bahwa perubahan urutan kata pada subjek-predikat
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
13
Universitas Indonesia
harus mengikuti kaidah kesesuian. Oleh karena itu, setelah ini akan diberikan analisis
mengenai kesesuaian subjek-predikat.
4.4 Analisis Kesesuaian Subjek-Predikat pada Jumla ?ismiyya dan Jumla Fi’liyya
Kesesuaian subjek-predikat dalam urutan kata merupakan hal yang tidak dapat
terpisahkan. Hal ini terjadi karena kesesuaian subjek-predikat bahasa Arab memiliki aturan
yang berbeda pada setiap urutan kata. Berikut adalah analisis terkait dengan kesesuaian
subjek-predikat dengan menggunakan kalimat bersubjek nomina dengan jumlah jamak dan
jenis maskulin.
یيرفض االمتظاھھھهروونن (9)V S
ya-rfuḍ-u al-mutaẓa:hir-u:na
menolak-3mtg demonstran—itu-jamak
‘Para demonstran menolak.’
ونناالمتظاھھھهروونن یيرفض (10)
S V
al-mutaẓa:hir-u:na ya-rfuḍ-u:na
demonstran—itu-jamak menolak-3mj
‘Para demonstran menolak.’
االمتظاھھھهروونن وننیيرفض (11)
V S
*ya-rfuḍ-u:na al-mutaẓa:hir-u:na
menolak-3mtg demonstran—itu-jamak
االمتظاھھھهروونن یيرفض (12)S V
*al-mutaẓa:hir-u:na ya-rfuḍ-u
demonstran—itu-jamak menolak-3mtg
Kalimat (9) menunjukkan kesesuaian subjek-predikat dalam kalimat berpola V-S.
Kalimat ini mengikuti aturan kesesuaian pada kalimat V-S. Hal ini dibuktikan oleh verba
dalam kalimat tersebut yang mengikuti jenis subjeknya. Kemudian pada kalimat (10) terdapat
kalimat berpola S-V. Verba dalam kalimat ini menyesuaikan jumlah dan jenis subjeknya. Hal
ini sesuai dengan teori Aoun.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Kalimat (11) dan kalimat (12) dianggap tidak gramatikal karena tidak mematuhi
aturan kesesuaian subjek-predikat sesuai dengan pernyataan Aoun. Oleh karena itu kalimat ini
ditandai dengan tanda bintang.
4.5 Produktivitas Urutan Kata pada Korpus Data
Sebelum dilakukan analisis pada urutan kata, penulis akan memaparkan hasil analisis
produktivitas urutan kata pada korpus. Analisis ini dilakukan dengan menghitung jumlah
kalimat yang muncul dengan klasifikasi sesuai dengan teori. Berikut ini adalah grafik yang
menjelaskan produktivitas urutan kata pada korpus:
Gambar 1
Pada gambar 1 terlihat produktivitas pola urutan kata yang muncul dalam korpus. Dari
100 kalimat dan klausa, terdapat 80 kalimat dan klausa yang merupakan jumla fi’liyya dan 20
kalimat dan klausa yang merupakan jumla ?ismiyya. Hal ini menunjukkan bahwa
produktivitas jumla fi’liyya pada korpus lebih tinggi dari jumla ?ismiyya.
Secara lebih rinci, berikut ini adalah produktivitas jumla fi’liyya dibagi sesuai dengan
klasifikasi pada teori.
Gambar 2
Gambar 2 menjelaskan produktivitas jumla fi’liyya. Dari 80 kalimat dapat
diklasifikasikan, yaitu 43 kalimat merupakan jumla fi’liyya dengan objek, 36 kalimat
merupakan jumla fi’liyya tanpa objek, dan satu kalimat yang oleh Holes disebut kalimat
berpola VKOMPS.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Berdasarkan gambar 1 jumla ?ismiyya muncul sebanyak 20 kalimat pada korpus.
Berikut adalah produktivitas pada jumla ?ismiyya yang diklasifikasikan sesuai dengan teori.
Gambar 3
Gambar 3 menjelaskan bahwa dari 20 jumla ismiyya terdapat lima klasifikasi
berdasarkan jenis mubtada’. Jenis mubtada’ yang paling banyak muncul pada korpus adalah
mubtada’ berupa nomina dengan artikel takrif dengan sembilan kalimat. Mubtada’ berupa
pronomina demonstrativa dengan enam kalimat. Kemudian, mubtada’ berupa frasa iḍafa
dengan tiga kalimat. Paling sedikit adalah mubtada’ berupa pronomina persona dan ism ‘alam
dengan masing-masing satu kalimat.
Gambar 4
Pada gambar 4 dijelaskan produktivitas untuk kategori jumla ?ismiyya. Dari 20
kalimat, tujuh kalimat merupakan kalimat dengan ḵabar berupa nomina, dua kalimat dengan
ḵabar berupa jumla ?ismiyya, sembilan kalimat dengan ḵabar berupa jumla fi’liyya, dan dua
kalimat dengan ḵabar berupa šibh jumla.
5. Kesimpulan
Analisis urutan kata bahasa Arab dengan korpus data berupa 100 kalimat atau klausa
ini memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan ini muncul dari analisis pada
korpus yang berlandaskan pada teori-teori.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
16
Universitas Indonesia
Kesimpulan pertama menyatakan bahwa jumla ?ismiyya versi Shinny serupa dengan
SVKomp versi Holes. Jumla ?ismiyya juga merupakan bentuk kalimat dengan urutan kata
SVO atau Subjek – Predikat. Hasil ini didapat berdasarkan analisis pada bentuk-bentuk jumla
?ismiyya dan unsur-unsurnya.
Kedua, jumla fi’liyya serupa dengan VSKomp versi Holes. Jumla fi’liyya kemudian
dapat dinyatakan sebagai bentuk kalimat dengan urutan kata VSO atau Predikat – Subjek.
Hasil ini didapat berdasarkan analisis pada bentuk-bentuk jumla fi’liyya dan unsur-unsurnya.
Selain kesamaan teori, Shinny dan Holes memiliki beberapa perbedaan pendapat.
Shinny mengklasifikasikan kalimat berdasarkan pada kata yang menjadi awal dari kalimat
tersebut. Jadi, apabila kalimat tersebut diawali nomina maka termasuk dalam jumla ?ismiyya
sedangkan jika diawali verba maka disebut dengan jumla fi’liyya. Shinny juga tidak
menjelaskan perbedaan klasifikasi pada elemen pengisi objek. Hal ini berbeda dengan teori
Holes yang mengklasifikasi kalimat sesuai dengan jabatan unsur tersebut.
Selain itu, bahasa Arab termasuk dalam bahasa yang berurutan kata bebas.
Kesimpulan ini berdasarkan analisis pertukaran posisi verba dan subjek dalam kalimat.
Apabila dengan struktur yang sama, maka posisi subjek dan verba dapat saling bertukar. Akan
tetapi, perlu diperhatikan sistem kesesuaian yang berpengaruh pada posisi subjek-predikat
dalam kalimat.
Terakhir, kesesuaian subjek-predikat bahasa Arab ternyata berkaitan erat dengan
urutan kata. Terbukti dengan hasil analisis ditemukan bahwa terdapat beberapa aturan
kesesuaian yang harus dipatuhi pada setiap pola urutan kata. Kesimpulan tersebut ditemukan
berdasarkan analisis pada korpus data. Teori KompVS belum bisa dibuktikan dalam analisis
karena tidak ditemukan dalam korpus.
Penelitian ini hanya bagian kecil dari kajian urutan kata khususnya urutan kata bahasa
Arab. Keterbatasan korpus data dan waktu membuat penelitian ini sebatas pada tulisan yang
telah disajikan. Penulis berharap dari penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelusuran
lebih mendalam urutan kata bahasa Arab dengan menambah penelitian pada bentuk frasa atau
penelitian mengenai konsep pragmatik ‘penekanan akhir’ milik Holes yang sempat
disinggung pada teori.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
17
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ahram Online. http://english.ahram.org.eg/UI/Front/Aboutus.aspx diakses pada 04 Desember
2012.
Al-Jarf, Reima Sado. 2007. SVO Word Order Errors in English-Arabic Translation. Meta:
Translators Journal, 52:2, 299-308.
Al-Khresheh, Mohammad Hamad. 2010. Interlingual Interference in The English Language
Word Order Structure of Jordanian EFL Learners. European Journal of Social
Sciences, 16:1, 105-116.
Alduais, Ahmed Mohammed Saleh. 2012. Simple Sentence Structure of Standard Arabic
Language and Standard English Language: A Contrastive Study. International Journal
of Linguistics, 4:4, 500-524.
Aoun, Joseph, Elabbas Benmamoun, dan Dominique Sportiche. 1994. Agreement, Word
Order, and Conjunction in Some Varieties of Arabic. Linguistic Inquiry, 25:2, 195-
220.
Baalbaki, Rohi. 2004. Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary. Beirut: Dar el-Ilm
Lilmalayin.
Dryer, Matthew S. 2005. Order of Subject, Object, and Verb. The World Atlas of Language
Structure, 330-331.
Echols, John M. dan Hasan Syadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Encyclopedia Britannica. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/10277/Al-Ahram
diakses pada 04 Desember 2012.
Holes, Clive. 1995. Modern Arabic. London: Longman.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ma’ruf, Amir. 2004. Pola Urutan Kata Bahasa Arab: Studi Gramatika Kontrastif dengan
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Shinny, Mahmud Ismail (ed). 1982. Al-Qawa’id al-Arabiyah al-Muyassarah: Al-Kitab al-
Awwal. Riyadh: Imadah Syuun al-Maktabat Jam’iyah al-Mulk Su’ud.
_____________. 1982. Al-Qawa’id al-Arabiyah al-Muyassarah: Al-Kitab al-Tani. Riyadh:
Imadah Syuun al-Maktabat Jam’iyah al-Mulk Su’ud.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
18
Universitas Indonesia
Wastono, Afdol Tharik. “Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab: sebuah Kajian Sintaktis”
(Tesis Magister, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Depok, 1997).
Wehr, Hans. 2000. A Dictionary of Modern Written Arabic. Edisi Keempat. Beirut: Librairie
du Liban.
Struktur Urutan ..., Ahmad Fikri Noor, FIB UI, 2013
top related