studi pengaruh gamelan jawa frekuensi 6000-9600 hz untuk...
Post on 03-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 –
9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA
HIJAU (LACTUCA SATIVA L)
Oleh:
Kukuh Oktavianus
NIM: 192010007
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
Motto
“Sesuatu hal yang paling utama adalah kesabaran disaat
menghadapi masalah, dan selalu bersikap bijaksana dalam
menyelesaikan berbagai masalah”
”Segala kesulitan yang sering dihadapi, akan menjadikan
seseorang menjadi lebih kuat dan lebih tabah”
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Betapa besar kasih dan
anugrah Tuhan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Tugas akhir ini ditulis dan disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana pendidikan (S.Pd.) Fisika di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tentunya
banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun
berkat pertolongan Tuhan semuanya dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Atas
segala bantuan dan dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak dan Ibu selaku orangtua dan mba Yeni dan mas Dani yang sangat baik dan luar
biasa tidak ada henti untuk memberi dukungan , semangat dan doa terus menerus untuk
kelancaran buah hatinya.
2. Ibu Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si., M.Pd. selaku pembimbing utama dan Bapak Nur
Aji Wibowo, S.Si., M.Si. selaku pembimbing pendamping. Terima kasih untuk waktu,
tenaga,pemikiran, dan kesabaran saat membimbing penulis dari awal hingga akhir.
3. Dosen – dosen Fisika dan Pendidikan Fisika ( Ibu Dra. Marmi Sudarmi, M.Si. Ibu
Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si., M.Pd. Ibu Diane Noviandini, S.Pd. Bapak Adita
Sutresno, S.Si.,M.Sc. Bapak Andreas Setiawan, S.Si.,MT. Bapak Dr. Suryasatriya
Trihandaru, M.Sc, Bapak Wahyu Hari Kristiyanto, S.Pd., M.Pd. Ibu Debora Natalia
Sudjito, S.Pd, Bapak Nur Aji Wibowo, S.Si.,M.Si. Bapak Prof. Liek Wilardjo, Bapak
Prof. Ferdy S. Rondonuwu ) terima kasih telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan
nasehat – nasehat yang sangat berguna bagi penulis.
4. Mas Tri, Mas Sigit, dan Pak Tafip selaku Laboran Fisika dan Pendidikan Fisika FSM
UKSW atas segala bantuannya selama ini.
5. Teman – teman seperjuangan ( Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto ) yang telah bersama-
sama membuat penelitian ini dengan baik.
6. Teman-teman Pendidikan Fisika dan Fisika 2010. Ice, Dian, Erfi, Ucik, Galuh, Maya,
Olik, Pujo, Kresno, Kriswantoro, Wahyu, Gigih, Hafids dan teman-teman lain yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan semangat
yang kalian berikan.
7. Teman-teman Fakultas Sains dan Matematika angkatan 2010 yang telah menemani
dalam proses perkuliahan selama kurang lebih 4 tahun.
8. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
vii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyelesaian tugas akhir
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
perbaikan penulis. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua
pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan baik dari
Tuhan YME.
Salatiga, 08 Januari 2015
Penulis
Kukuh Oktavianus
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii
LEMBAR HAK BEBAS ROYALTY DAN PUBLIKASI iv
MOTTO v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
BAB 1. PENDAHULUAN
Pendahuluan 1
Dasar Teori 2
Daftar Pustaka 2
BAB 2. STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 –9600
HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA HIJAU
(LACTUCA SATIVA L)
ABSTRAK 4
Pendahuluan 4
Metode Penelitian 6
Hasil dan Pembahasan 8
Kesimpulan 12
Daftar Pustaka 12
LAMPIRAN 14
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Selada Hijau (Lactuca Sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
memiliki prospek dan nilai ekonomi yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk
Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan
bertambahnya permintaan akan sayuran khususnya sayuran Selada. Kandungan gizi pada
sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok.[1]
Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100 g pada daun selada sekitar 0,86 mg.
Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2]
Untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada
yang semakin meningkat, maka usaha – usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas
khususnya sayuran Selada terus dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut
adalah pemupukan dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang
suara. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara
Garengpung dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas.
Garengpung biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali musim kemarau.
Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan Garengpung ini mampu menjadikan
hasil panen lebih melimpah dibanding menggunakan pupuk kimia.
Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran khususnya bagi
para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming Frequency). Teknologi ini
ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana Carlson mengkaji secara serius
setelah melihat bencana kelaparan selama perang Korea pada tahun 1950. Carlson meluangkan
waktu untuk studi fisiologi tumbuhan di Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa
frekuensi suara bisa membantu tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat
makanan.
AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara
berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan frekuensi tinggi
mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu merangsang mulut daun atau
stomata untuk tetap membuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi
lebih baik. Stomata sangat penting bagi tumbuhan dikarenakan pori stomata merupakan tempat
dimana terjadinya pertukaran gas dan air. Hal ini menyebabkan stomata sangat berperan dalam
proses transpirasi dan fotosintesis.[3]
Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki
kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran yang
dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya stomata menjadi
lebih lebar pada suatu tanaman.[4]
Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal adalah
memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang cahaya.
Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di bidang pertanian. Prinsip
dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap gelombang suara.[5]
Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai jenis musik
pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan tanaman adalah jenis
musik gamelan Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock. Hasil penelitian menunjukkan
2
bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan gelombang suara tumbuh lebih baik dibandingkan
sampel yang tidak diberi perlakuan (kontrol).[6]
Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian oleh
Iriani, dkk (2005) hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik
dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini ditunjukkan
dengan peningkatan produksi sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha menjadi 19,6 ton/ha.[7]
Selanjutnya dilakukan oleh oleh Kukuh, dkk (2012) tentang pengaruh gelombang akustik
terhadap pertumbuhan atau perkembangan sawi hijau. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan
tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz
dan frekuensi tinggi 6000–9600 Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berfrekuensi
tinggi menunjukan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan dengan frekuensi
rendah dan tanpa perlakuan.[8]
Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian menggunakan
tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi musik 6000–9600 Hz
yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat
memberikan pengaruh positif pada sayuran Slada Hijau.
Dasar Teori
A. Audio Farming Frequency
Audio farming frequency merupakan suatu teknologi baru yang memanfaatkan efek
gelombang suara untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Teknologi ini
memanfaatkan suatu gelombang suara alami dengan frekuensi tinggi yang mampu merangsang
mulut daun supaya tetap terbuka saat fotosintesis sehingga dapat meningkatkan laju dan
efisiensi penyerapan pupuk yang bermanfaat bagi tanaman guna meningkatkan jumlah produksi
dengan mutu yang lebih baik.
B. fisiologi Selada ( Lactuca Sativa L )
Selada ( lactuca sativa L ) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi
sesuai dengan jenisnya. Pertumbuhan selada akan optimal pada kisaran suhu udara 25° - 26°C
dan kelembaban berkisar antara 76-77%. Keadaan suhu di dalam rumah kaca selama penelitian
berkisar antara 27,8° - 33,9°C dengan kelembaban antara 58,17% - 75,5%.[7]
C. Karakteristik Suara musik yang di dasarkan pada suara garengpung
Penelitian yang dilakukan oleh Kukuh, dkk ( 2012)[6]
tentang pengaruh gelombang akustik
terhadap pertumbuhan dan Perkembangan Sawi Hijau (Brassica rapa var. parachinensis L.) ,
dalam penelitiannya digunakan 2 jenis frekuensi musik yaitu A ( 4200 Hz – 6000 HZ ) dan B (
6000 Hz – 9600 Hz ) yang di dasarkan pada spectrum suara garengpung ( cryptotymphana acuta
). Dari hasil penelitian didapat tanaman sawi hijau yang di beri perlakuan musik pada frekuensi
B ( 6000 Hz – 9600 Hz ) memiliki berat sampel paling besar dari pada frekuensi A ( 4200 Hz –
6000 Hz ) dan tanaman tanpa perlakuan.
Daftar Pustaka
[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.
Penebar Swadaya, Jakarta.
[2] Putri Eva Sari BR. Tarigan. ( 2009 ). Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada
Permata Hati Organik Farm Di Bogor, Jawa Barat. Skripsi Program S1 Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
3
[3] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the sound
characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on those
properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.
[4] Pengaruh Beragai Jenis Musik Pada Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea).
Puji Kuswanti, Triana Susanti, Adita Sutresno.Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-0922.
[5] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap
Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin
Pertanian dan Peternakan. Vol. 6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.
[6] Pengaruh Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi
Hijau (Brassica Rapa Var. Parachinensis L). Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko
Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan
Sains VII, Salatiga, 21-22 September 2012, Vol 3, No. 1, ISSN:2087-0922.
[7] Darmawan, I. A. 1997. Pengaruh Topoklimat terhadap Produksi dan Kualitas Selada
(Lactuca sativa L.). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Skripsi.
4
BAB 2
STUDI PENGARUH MUSIK GAMELAN JAWA FREKUENSI 6000 –
9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SELADA
HIJAU (LACTUCA SATIVA L)
Kukuh Oktavianus
1, Nur Aji Wibowo
1,2, Made Rai Suci Shanti
1,2,*
1Progam Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika
2Progam Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Jln. Diponegoro No. 52-60 Salatiga
*Email: 192010007@student.uksw.edu
ABSTRAK
AFF (Audio Farming Frequency) merupakan suatu teknologi organik yang
memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan
produktivitas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif
pada sayuran Slada Hijau (Lactuca Sativa L). Frekuensi yang dipakai dalam
perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara Garengpung
(cryptotymphana acuta). Perlakuan tanaman dilakukan dengan memberi musik
selama 2 jam setiap hari yaitu pagi pukul 07.00-08.00 WIB dan sore pukul
15.00-16.00 WIB. Parameter yang diukur adalah panjang lebar daun, dan berat
dari hasil panen. Variabel yang dikontrol adalah pH tanah (pH 7), suhu
lingkungan tempat perlakuan, dan kelembaban tanah yang sama untuk setiap
tanaman. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan berat hasil panen
selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan 125.59 gram dan
hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen selada tanpa
perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30 gram. Dari
pengukuran luasan stomata daun, pembukaan stomata pada daun yang mendapatkan
perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata daun tanpa perlakuan
adalah 0.011 mm2. Jika dilihat dari hasil perhitungan lebar daun, panjang daun, berat
hasil panen dan pembukaan stomata daun tanaman yang mendapatkan perlakuan
dengan frekuensi 6000-9600 Hz memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan tanaman tanpa perlakuan.
Kata kunci :AFF, Selada, Frekuensi
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Selada Hijau (Lactuca Sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
memiliki prospek dan nilai ekonomi yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah
penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi
menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran khususnya sayuran Selada.
Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi
melalui makanan pokok.[1]
Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100
g pada daun selada sekitar 0,86 mg. Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2]
Untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada yang semakin meningkat, maka usaha
– usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas khususnya sayuran Selada terus
5
dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah pemupukan
dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang suara. Frekuensi
yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara Garengpung
dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas. Garengpung
biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali musim kemarau.
Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan Garengpung ini mampu
menjadikan hasil panen lebih melimpah dibanding menggunakan pupuk kimia.
Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran
khususnya bagi para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming
Frequency). Teknologi ini ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana
Carlson mengkaji secara serius setelah melihat bencana kelaparan selama perang Korea
pada tahun 1950. Carlson meluangkan waktu untuk studi fisiologi tumbuhan di
Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa frekuensi suara bisa membantu
tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat makanan.
AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara
berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan frekuensi
tinggi mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu merangsang mulut
daun atau stomata untuk tetap membuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik. Stomata sangat penting bagi tumbuhan dikarenakan pori
stomata merupakan tempat dimana terjadinya pertukaran gas dan air. Hal ini
menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses transpirasi dan fotosintesis.[3]
Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki
kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran
yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya
stomata menjadi lebih lebar pada suatu tanaman.[4]
Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal
adalah memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang
cahaya. Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di bidang
pertanian. Prinsip dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap gelombang
suara.[5]
Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai jenis
musik pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan tanaman
adalah jenis musik gamelan Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan gelombang suara tumbuh
lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diberi perlakuan (kontrol).[6]
Penelitian
selanjutnya dilakukan penelitian oleh Iriani, dkk (2005) hasil penelitian menunjukan
bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik dapat memacu pertumbuhan tinggi
tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan produksi
sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha menjadi 19,6 ton/ha.[7]
Selanjutnya dilakukan oleh
oleh Kukuh, dkk (2012) tentang pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan
atau perkembangan sawi hijau. Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman
didasarkan pada spektrum suara Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz
dan frekuensi tinggi 6000–9600 Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan
berfrekuensi tinggi menunjukan kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan
dengan frekuensi rendah dan tanpa perlakuan.[8]
Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian
menggunakan tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi
musik 6000–9600 Hz yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung
(cryptotymphana acuta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif pada sayuran
6
Slada Hijau.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan meliputi beberapa tahap :
1. Menganalisis frekuensi musik yang didasarkan pada sepektrum suara
Garempung. Langkah pertama diawali dengan menganalisis frekuensi 6000-9600 Hz,
kemudian di ekstrak menjadi Mp3 yang ditunjukan pada pada Gambar 1.
Gambar 1. Karakteristik suara musik gamelan jawa sebelum di analisis 43-4000
Hz.
Gambar 2. Pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz untuk perlakuan tananam.
Sebelum memulai perlakuan, musik yang akan dipakai di analisis menggunakan
software Adobe Audition 3.0, kemudian hasil analisis di simpan dalam bentuk MP3
supaya pada saat perlakuan pada tanaman bisa di putar berulang-ulang secara otomatis.
Hasil pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz pada Gambar 2 tersebut di dasarkan dengan
salah satu frekuensi Garengpung (cryptotymphana acuta).
7
Gambar 3. Desain Rumah Selada
Dalam penelitian ini rumah Selada seperti Gambar 3 berfungsi sebagai
pengontrol kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan untuk melindungi Selada dari
gangguan hama selain itu juga digunakan sebagai tempat perlakuan tanaman dengan
menggunakan teknologi AFF.
3. Proses penyemaian, pemeliharaan, pengukuran
Bahan penelitian terdiri dari benih Selada Hijau. Pada penelitian ini digunakan tanah
yang subur dengan perbandingan tanah dan pupuk 2 : 1. Alat yang digunakan saat
melakukan penelitian terdiri dari : speaker mono dan Amplifier dengan daya 40 watt
yang berfungsi untuk memaparkan suara musik ke tanaman, Sound Level Meter yang
berguna untuk mengetahui keras lemahnya suara, Jangka Sorong untuk mengukur
panjang daun dan lebar daun, Lux meter untuk pengukur intensitas cahaya, Ph meter
untuk pengukur kadar asam tanah dan kelembaban dan kesuburan tanah, Termometer
dinding untuk mengukur suhu, Timbangan digital yang digunakan untuk mengukur
berat tanaman hasil panen dan 1 unit notebook yang dilengkapi program adobe audition
3.0 yang digunakan untuk menganalis frekuensi musik yang didasarkan pada spektrum
suara Garengpung.
Pada proses penyemaian, semua benih Selada mendapatkan perlakuan yang sama
yaitu ditebarkan pada media tanam yang sama. Dari penyemaian benih hingga tumbuh
rata-rata setinggi 5cm membutuhkan waktu 1 minggu. Setelah benih tumbuh, kemudian
ditanam ke media tanam yang berbentuk bedengan. Selama masa pemeliharaan,
tanaman disiram dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Tanaman di beri perlakuan musik
dengan selang frekuensi 6000-9600 Hz, pada pagi hari dan sore hari dengan durasi
selama 1 jam. Untuk dapat melihat stomata, pengambilan dilakukan pada tempat
perlakuan yaitu saat dilakukannya perlakuan pemberian musik pada tanaman selada.
Parameter yang diukur selama masa pemeliharaan adalah lebar daun dan panjang daun
yang diukur dua hari sekali, sedangkan pada akhir masa panen ditambahkan pengukuran
berat tanaman.
2. Desain Rumah Selada dengan Teknologi AFF.
8
4. Denah Tanaman Perlakuan
Gambar 4. Denah tanaman yang mengalami perlakuan.
Pada penelitian digunakan 2 speaker yang dipasang menggantung seperti pada Gambar
4, hal ini bertujuan supaya semua tanaman mendapat pemaparan musik yang sama
dengan intensitas bunyi rata-rata diseluruh bedengan 70 – 73 db dan suhu dalam rumah
Selada berkisar 28OC – 30
OC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada proses pemeliharaan ini dilakukan selama 28 hari dari proses menanam hingga
panen. Pada hari ke 28 semua Selada di panen secara bersama dan di timbang untuk
mengetahui perbandingan berat antara Selada yang mendapatkan perlakuan dan Selada
yang tidak mendapatkan perlakuan. Selain itu pengukuran panjang dan lebar daun
dilakukan 2 hari sekali. Hasil pengambilan data panjang dan lebar daun dapat dilihat
pada gambar brikut :
Gambar 5. Pertumbuhan panjang daun Selada antara Selada perlakuan dan
selada tanpa perlakuan selama 28 hari.
Dari Gambar 5 dapat dilihat pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan panjang
daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dimana
Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami penambahan panjang daun lebih pesat
dibandingkan dengan Selada tanpa perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan
terlihat penambahan panjangnya lebih tertinggal di bandingkan dengan tanaman selada
perlakuan. Untuk panjang daun Selada perlakuan yaitu 111.1 ± 11.03mm dan panjang
daun tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775mm.
9
Gambar 6. Pertumbuhan lebar daun Selada antara Selada perlakuan dan Selada
tanpa perlakuan selama 28 hari.
Dari Gambar 6 dapat dilihat pula pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan lebar
daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dan
seterusnya dimana lebar daun Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami
penambahan panjang daun lebih cepat dibandingkan dengan lebar Selada tanpa
perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan terlihat relatif stabil jauh tertinggal
di banding dengan tanaman Selada perlakuan hingga saat hari panen. Hal ini hamper
sama dengan pertumbuhan panjang Selada baik yang mendapatkan perlakuan dan tidak
mendapatkan perlakuan. Untuk lebar daun Selada perlakuan yaitu 68.96 ± 8.929mm dan
lebar daun tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284mm.
Berat Selada setelah dipanen dapat dapat dilihat pada gambar 7 :
Gambar 7. Berat hasil panen Selada Hijau perlakuan dan Selada Hijau tanpa
perlakuan.
Gambar 7 menunjukan rata-rata berat sampel paling besar adalah tanaman Selada
perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz yaitu dengan berat 125.59 gram sedangkan
berat Selada tanpa perlakuan adalah 95.30 gram dengan umur panen masing-masing 28
hari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan penggunaan teknologi AFF
(Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung
10
(cryptotymphana acuta) dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas tanaman Selada yang sangat signifikan di bandingkan
dengan selada tanpa perlakuan.
Table 1. Selisih panjang dan lebar Selada perlakuan dan Selada tanpa perlakuan. Keterangan Selada
Panjang
daun
(mm)
perlakuan 111.1 ± 11.03
Tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775
Selisih (∆P) 18.58 ± 5.255
Lebar
daun
(mm)
perlakuan 68.96 ± 8.929
Tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284
Selisih (∆L) 14.58± 3.645
Selisih panjang dan lebar daun tanaman Selada dengan perlakuan dan tanpa
perlakuan menunjukan bahwa tanaman perlakuan dengan teknologi AFF (Audio
Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan
frekuensi 6000-9600 Hz memberikan peningkatan yang lebih baik di bandingkan
dengan tanaman Selada tanpa perlakuan.
Contoh hasil analisis pembukaan stomata antara Selada perlakuan dengan
frekuensi 6000-9600 Hz dan Selada tanpa perlakuan.
Gambar 8. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) perlakuan.
Gambar 9. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) tanpa perlakuan.
11
Dari hasil pembukaan stomata pada gambar diatas terlihat jelas bahwa pada Gambar 8
terdapat 8 stomata dan pada Gambar 9 terdapat 7 stomata. Dari gambar stomata yang
nampak pada gambar diatas terlihat jelas pada stomata Selada yang diberi perlakuan
semuanya membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata Selada tanpa perlakuan.
Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan teknologi AFF (Audio Farming
Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan frekuensi 6000-
9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata) membuka lebih lebar, sehingga
mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman.
Pengambilan sampel daun untuk melihat pembukaan stomata menggunakan
Microskop Binokuler yang menunjukan skala 0 – 100 dan setiap 37 skala binokuler
menunjukan 0.1 mm pada skala penggaris.
Gambar 10. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun perlakuan.
Pada Gambar 10 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :
Panjang x lebar stomata
(6) x (2) = P12 skala
(12 skala : 37) x 0.1 = 0.032 mm2
Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2
Gambar 11. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun tanpa perlakuan.
Pada Gambar 11 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :
12
Panjang x lebar stomata
(4) x (1) = 4 skala
(4 skala : 37) x 0.1 = 0.011 mm2
Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2
Dilihat dari Gambar 10 dan Gambar 11 tentang pembukaan stomata daun menunjukan
gambar tersebut menggunakan pembesaran 40 kali pada daun. Jumlah stomata daun
perlakuan ada 8 buah dan stomata daun tanpa perlakuan berjumlah 7 buah. Setelah
dilakukan pengukuran pembukaan stomata daun didapatkan pada stomata daun
perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2 sedangkan pada
stomata daun tanpa perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2.
Dari hasil pengukuran tersebut nampak jelas bahwa stomata daun perlakuan membuka
lebih lebar dibandingkan dengan stomata daun tanpa perlakuan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditrik dari hasil penelitian ini antara lain adalah :
Selada Hijau yang mendapatkan perlakuan frekuensi 6000-9600 Hz memiliki
panjang lebar daun dan berat hasil panen yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
Selada tanpa perlakuan. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan berat
hasil panen Selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan 125.59
gram dan hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen Selada
tanpa perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30 gram.
Dari pengukuran panjang dan lebar stomata daun, pembukaan stomata pada daun
yang mendapatkan perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata daun
tanpa perlakuan adalah 0.011 mm2.
Dengan menggunakan teknologi AFF yang didasarkan pada spectrum suara
Garengpung dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata)
membuka lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam
penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Dengan memanfaatkan teknologi AFF dapat mempersingkat umur panen tanaman
Selada Hijau dari normalnya para petani selama 35 hari menjadi 28 hari.
Referensi
[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran
Rendah.Penebar Swadaya, Jakarta.
[2] Anonim. 2010. National Nutrient Database for Standart Reference. United States
Departement of Agriculture (USDA).
[3] Moore, R., W.D. Clark, D.S.Vodopich. 1998.Botany.McGraw-Hill Companies Inc.,
USA.
[4]
Kadarisman Nur. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Produktivitas
Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Melalui Spesifikasi Variable Fisis
Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun Melalui Perlakuan Variasi Peak
Frekuensi, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA, UNY.
[5] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the
sound characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on
those properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.
[6] Puji Kuswanti, Triana Susanti, Adita Sutresno.Pengaruh Beragai Jenis Musik Pada
Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea). Prosiding Seminar Nasional Sains dan
13
Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-0922.
[7] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap
Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin
Pertanian dan Peternakan.Vol.6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.
[8] Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Pengaruh
Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi Hijau
(Brassica Rapa Var. Parachinensis L). Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Pendidikan Sains VII, Salatiga, 21-22 September 2012, Vol 3, No. 1, ISSN:2087-
0922.
14
L
A
M
P
I
R
A
N
Menurut data USDA (2010), kandungan zat besi dalam 100 g pada daun
selada sekitar 0,86 mg. Kandungan zat besi tersebut diduga masih dapat ditingkatkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap zat besi setiap harinya.[2]
Untuk
memenuhi kebutuhan akan sayuran Selada yang semakin meningkat, maka usaha –
usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas khususnya sayuran Selada terus
dikembangkan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah pemupukan
dengan disertai perlakuan fisik yakni penggunaan teknologi gelombang suara.
Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spectrum suara
Garengpung dimana Garengpung adalah hewan serangga yang memiliki suara khas.
Garengpung biasanya terdengar ketika akhir musim penghujan dan mengawali
musim kemarau. Konon petani di pedesaan mempercayai bahwa suara hewan
Garengpung ini mampu menjadikan hasil panen lebih melimpah dibanding
menggunakan pupuk kimia.
Teknologi alternatif untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sayuran
khususnya bagi para petani Selada yaitu dengan teknologi AFF (Audio Farming
Frequency). Teknologi ini ditemukan oleh Dan Carlson dari Amerika Serikat, dimana
Carlson mengkaji secara serius setelah melihat bencana kelaparan selama perang
Korea pada tahun 1950. Carlson meluangkan waktu untuk studi fisiologi tumbuhan
di Universitas Minnesota. Dipicu oleh gagasan bahwa frekuensi suara bisa membantu
tumbuhan bernafas lebih baik serta menyerap lebih banyak zat makanan.
AFF merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang
suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemaparan
frekuensi tinggi mampu meningkatkan aspek penting diantaranya yaitu mampu
merangsang mulut daun atau stomata untuk tetap membuka sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Stomata sangat penting
bagi tumbuhan dikarenakan pori stomata merupakan tempat dimana terjadinya
pertukaran gas dan air. Hal ini menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses
transpirasi dan fotosintesis.[3]
Bunyi mempunyai energi karena bunyi merupakan bentuk gelombang yang memiliki
kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui. Energi atau getaran
yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi mampu untuk membantu membukanya
stomata menjadi lebih lebar pada suatu tanaman.[4]
Seperti telah banyak diketahui bahwa salah satu sifat makhluk hidup normal
adalah memberikan tanggapan (response) terhadap gelombang suara dan gelombang
cahaya. Pemanfaatan teknologi gelombang merupakan suatu teknologi baru di
bidang pertanian. Prinsip dasarnya tanaman memiliki kemampuan tanggap terhadap
gelombang suara.[5]
Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang pengaruh berbagai
jenis musik pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan
tanaman adalah jenis musik gamelan Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tanaman yang diberi perlakuan
gelombang suara tumbuh lebih baik dibandingkan sampel yang tidak diberi perlakuan
(kontrol).[6]
Penelitian selanjutnya dilakukan penelitian oleh Iriani, dkk (2005) hasil
penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian nutrisi dan suara musik dapat
memacu pertumbuhan tinggi tanaman kentang menjadi lebih cepat. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan produksi sebesar 24%, yaitu dari 15,8 ton/ha
menjadi 19,6 ton/ha.[7]
Selanjutnya dilakukan oleh oleh Kukuh, dkk (2012) tentang
pengaruh gelombang akustik terhadap pertumbuhan atau perkembangan sawi hijau.
Frekuensi yang dipakai dalam perlakuan tanaman didasarkan pada spektrum suara
Garengpung dengan frekuensi rendah 4200–6000 Hz dan frekuensi tinggi 6000–9600
Hz. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berfrekuensi tinggi menunjukan
kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan dengan frekuensi rendah dan
tanpa perlakuan.[8]
Melihat hasil-hasil penelitian di atas, untuk itu dilakukanlah penelitian
menggunakan tanaman Selada Hijau sebagai obyek penelitian dengan jenis frekuensi
musik 6000–9600 Hz yang di dasarkan pada spektrum suara Garengpung
(cryptotymphana acuta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
pada selang frekuensi 6000–9600 Hz dapat memberikan pengaruh positif pada
sayuran Slada Hijau.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan meliputi beberapa tahap :
1. Menganalisis frekuensi musik yang didasarkan pada sepektrum suara
Garempung. Langkah pertama diawali dengan menganalisis frekuensi 6000-9600 Hz,
kemudian di ekstrak menjadi Mp3 yang ditunjukan pada pada Gambar 1.
Gambar 1. Karakteristik suara musik gamelan jawa sebelum di analisis 43-4000
Hz.
Gambar 2. Pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz untuk perlakuan tananam.
Sebelum memulai perlakuan, musik yang akan dipakai di analisis menggunakan
software Adobe Audition 3.0, kemudian hasil analisis di simpan dalam bentuk MP3
supaya pada saat perlakuan pada tanaman bisa di putar berulang-ulang secara
otomatis. Hasil pemotongan frekuensi 6000-9600 Hz pada Gambar 2 tersebut di
dasarkan dengan salah satu frekuensi Garengpung (cryptotymphana acuta).
Gambar 3. Desain Rumah Selada
Dalam penelitian ini rumah Selada seperti Gambar 3 berfungsi sebagai
pengontrol kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan untuk melindungi Selada dari
gangguan hama selain itu juga digunakan sebagai tempat perlakuan tanaman dengan
menggunakan teknologi AFF.
2. Desain Rumah Selada dengan Teknologi AFF.
3. Proses penyemaian, pemeliharaan, pengukuran
Bahan penelitian terdiri dari benih Selada Hijau. Pada penelitian ini digunakan
tanah yang subur dengan perbandingan tanah dan pupuk 2 : 1. Alat yang digunakan
saat melakukan penelitian terdiri dari : speaker mono dan Amplifier dengan daya 40
watt yang berfungsi untuk memaparkan suara musik ke tanaman, Sound Level Meter
yang berguna untuk mengetahui keras lemahnya suara, Jangka Sorong untuk
mengukur panjang daun dan lebar daun, Lux meter untuk pengukur intensitas
cahaya, Ph meter untuk pengukur kadar asam tanah dan kelembaban dan kesuburan
tanah, Termometer dinding untuk mengukur suhu, Timbangan digital yang digunakan
untuk mengukur berat tanaman hasil panen dan 1 unit notebook yang dilengkapi
program adobe audition 3.0 yang digunakan untuk menganalis frekuensi musik yang
didasarkan pada spektrum suara Garengpung.
Pada proses penyemaian, semua benih Selada mendapatkan perlakuan yang sama
yaitu ditebarkan pada media tanam yang sama. Dari penyemaian benih hingga
tumbuh rata-rata setinggi 5cm membutuhkan waktu 1 minggu. Setelah benih tumbuh,
kemudian ditanam ke media tanam yang berbentuk bedengan. Selama masa
pemeliharaan, tanaman disiram dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Tanaman di beri
perlakuan musik dengan selang frekuensi 6000-9600 Hz, pada pagi hari dan sore
hari dengan durasi selama 1 jam. Untuk dapat melihat stomata, pengambilan
dilakukan pada tempat perlakuan yaitu saat dilakukannya perlakuan pemberian
musik pada tanaman selada. Parameter yang diukur selama masa pemeliharaan
adalah lebar daun dan panjang daun yang diukur dua hari sekali, sedangkan pada
akhir masa panen ditambahkan pengukuran berat tanaman.
4. Denah Tanaman Perlakuan
Gambar 4. Denah tanaman yang mengalami perlakuan.
Pada penelitian digunakan 2 speaker yang dipasang menggantung seperti pada
Gambar 4, hal ini bertujuan supaya semua tanaman mendapat pemaparan musik yang
sama dengan intensitas bunyi rata-rata diseluruh bedengan 70 – 73 db dan suhu
dalam rumah Selada berkisar 28OC – 30
OC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada proses pemeliharaan ini dilakukan selama 28 hari dari proses menanam hingga
panen. Pada hari ke 28 semua Selada di panen secara bersama dan di timbang untuk
mengetahui perbandingan berat antara Selada yang mendapatkan perlakuan dan
Selada yang tidak mendapatkan perlakuan. Selain itu pengukuran panjang dan lebar
daun dilakukan 2 hari sekali. Hasil pengambilan data panjang dan lebar daun dapat
dilihat pada gambar brikut :
Gambar 5. Pertumbuhan panjang daun Selada antara Selada perlakuan dan
selada tanpa perlakuan selama 28 hari.
Dari Gambar 5 dapat dilihat pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan panjang
daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dimana
Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami penambahan panjang daun lebih
pesat dibandingkan dengan Selada tanpa perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa
perlakuan terlihat penambahan panjangnya lebih tertinggal di bandingkan dengan
tanaman selada perlakuan. Untuk panjang daun Selada perlakuan yaitu 111.1 ±
11.03mm dan panjang daun tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775mm.
Gambar 6. Pertumbuhan lebar daun Selada antara Selada perlakuan dan
Selada tanpa perlakuan selama 28 hari.
Dari Gambar 6 dapat dilihat pula pada hari ke 7 sampai hari ke 13 pertumbuhan lebar
daun Selada relatif sama, namun perbedaan mulai terlihat pada hari ke 15 dan
seterusnya dimana lebar daun Selada yang mendapatkan perlakuan mengalami
penambahan panjang daun lebih cepat dibandingkan dengan lebar Selada tanpa
perlakuan. Sedangkan pada Selada tanpa perlakuan terlihat relatif stabil jauh
tertinggal di banding dengan tanaman Selada perlakuan hingga saat hari panen. Hal
ini hamper sama dengan pertumbuhan panjang Selada baik yang mendapatkan
perlakuan dan tidak mendapatkan perlakuan. Untuk lebar daun Selada perlakuan
yaitu 68.96 ± 8.929mm dan lebar daun tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284mm.
Berat Selada setelah dipanen dapat dapat dilihat pada gambar 7 :
Gambar 7. Berat hasil panen Selada Hijau perlakuan dan Selada Hijau tanpa
perlakuan.
Gambar 7 menunjukan rata-rata berat sampel paling besar adalah tanaman Selada
perlakuan dengan frekuensi 6000-9600 Hz yaitu dengan berat 125.59 gram
sedangkan berat Selada tanpa perlakuan adalah 95.30 gram dengan umur panen
masing-masing 28 hari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan
penggunaan teknologi AFF (Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada
spectrum suara Garengpung (cryptotymphana acuta) dengan frekuensi 6000-9600 Hz
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman Selada yang sangat
signifikan di bandingkan dengan selada tanpa perlakuan.
Table 1. Selisih panjang dan lebar Selada perlakuan dan Selada tanpa
perlakuan. Keterangan Selada
Panjang
daun
(mm)
perlakuan 111.1 ± 11.03
Tanpa perlakuan 92.52 ± 5.775
Selisih (∆P) 18.58 ± 5.255
Lebar
daun
(mm)
perlakuan 68.96 ± 8.929
Tanpa perlakuan 54.38 ± 5.284
Selisih (∆L) 14.58± 3.645
Selisih panjang dan lebar daun tanaman Selada dengan perlakuan dan tanpa
perlakuan menunjukan bahwa tanaman perlakuan dengan teknologi AFF (Audio
Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung dengan
frekuensi 6000-9600 Hz memberikan peningkatan yang lebih baik di bandingkan
dengan tanaman Selada tanpa perlakuan.
Contoh hasil analisis pembukaan stomata antara Selada perlakuan dengan
frekuensi 6000-9600 Hz dan Selada tanpa perlakuan.
Gambar 8. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) perlakuan.
Gambar 9. Stomata Selada Hijau (Lactuca Sativa L) tanpa perlakuan.
Dari hasil pembukaan stomata pada gambar diatas terlihat jelas bahwa pada Gambar
8 terdapat 8 stomata dan pada Gambar 9 terdapat 7 stomata. Dari gambar stomata
yang nampak pada gambar diatas terlihat jelas pada stomata Selada yang diberi
perlakuan semuanya membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata Selada
tanpa perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan teknologi AFF
(Audio Farming Frequency) yang didasarkan pada spectrum suara Garengpung
dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun (stomata) membuka
lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi dalam penyerapan
nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Pengambilan sampel daun untuk melihat pembukaan stomata menggunakan
Microskop Binokuler yang menunjukan skala 0 – 100 dan setiap 37 skala binokuler
menunjukan 0.1 mm pada skala penggaris.
Gambar 10. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun perlakuan.
Pada Gambar 10 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :
Panjang x lebar stomata
(6) x (2) = 12 skala
(12 skala : 37) x 0.1 = 0.032 mm2
Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2
Gambar 11. Pengukuran panjang dan lebar stomata daun tanpa perlakuan.
Pada Gambar 11 didapatkan panjang dan lebar pembukaan stomata adalah :
Panjang x lebar stomata
(4) x (1) = 4 skala
(4 skala : 37) x 0.1 = 0.011 mm2
Didapatkan pembukaan stomata daun sebesar 0.011 mm2
Dilihat dari Gambar 10 dan Gambar 11 tentang pembukaan stomata daun
menunjukan gambar tersebut menggunakan pembesaran 40 kali pada daun. Jumlah
stomata daun perlakuan ada 8 buah dan stomata daun tanpa perlakuan berjumlah 7
buah. Setelah dilakukan pengukuran pembukaan stomata daun didapatkan pada
stomata daun perlakuan mengalami pembukaan stomata daun sebesar 0.032 mm2
sedangkan pada stomata daun tanpa perlakuan mengalami pembukaan stomata daun
sebesar 0.011 mm2. Dari hasil pengukuran tersebut nampak jelas bahwa stomata
daun perlakuan membuka lebih lebar dibandingkan dengan stomata daun tanpa
perlakuan.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditrik dari hasil penelitian ini antara lain adalah :
Selada Hijau yang mendapatkan perlakuan frekuensi 6000-9600 Hz memiliki
panjang lebar daun dan berat hasil panen yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
Selada tanpa perlakuan. Dari hasil rata-rata perhitungan lebar, panjang daun dan
berat hasil panen Selada perlakuan adalah 68.96 ± 8.929 mm, 111.1 ± 11.03 mm, dan
125.59 gram dan hasil rata-rata perhitungan lebar,panjang daun dan berat hasil panen
Selada tanpa perlakuan adalah 54.38 ± 5.284 mm, 92.52 ± 5.775 mm, dan 95.30
gram.
Dari pengukuran panjang dan lebar stomata daun, pembukaan stomata pada daun
yang mendapatkan perlakuan adalah 0.032 mm2 sedangkan pembukaan stomata
daun tanpa perlakuan adalah 0.011 mm2.
Dengan menggunakan teknologi AFF yang didasarkan pada spectrum suara
Garengpung dengan frekuensi 6000-9600 Hz dapat merangsang mulut daun
(stomata) membuka lebih lebar, sehingga mampu meningkatkan laju dan efisiensi
dalam penyerapan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Dengan memanfaatkan teknologi AFF dapat mempersingkat umur panen
tanaman Selada Hijau dari normalnya para petani selama 35 hari menjadi 28 hari.
Referensi
[1] Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran
Rendah.Penebar Swadaya, Jakarta.
[2] Anonim. 2010. National Nutrient Database for Standart Reference. United
States Departement of Agriculture (USDA).
[3] Moore, R., W.D. Clark, D.S.Vodopich. 1998.Botany.McGraw-Hill Companies
Inc., USA.
[4]
Kadarisman Nur. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Produktivitas
Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Melalui Spesifikasi Variable Fisis
Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun Melalui Perlakuan Variasi Peak
Frekuensi, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA, UNY.
[5] Hou TZ et al. .1994. Experimental evidence of a plant meridian system: III the
sound characteristics of Phylodendron (Alocasia) and effects of acupuncture on
those properties. Am J Chin Med 3-4:205-214.
[6] Puji Kuswanti, Triana Susanti, Adita Sutresno.Pengaruh Beragai Jenis Musik
Pada Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea). Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, Vol 2, No. 1, ISSN:2087-
0922.
[7] Iriani, Endang, Abdul Choliq, Yulianto, Tri Reni P, Aris M. (2005). Kaji Terap
Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin
Pertanian dan Peternakan.Vol.6 No. 11. 2005. Hal. 7 – 15.
[8] Kukuh Oktavianus, Tesar Aditya, Eko Yuli Kristianto, Adita Sutresno. Pengaruh
Gelombang Akustik terhadap Pertumbuhan atau Perkembangan Sawi Hijau
(Brassica Rapa Var. Parachinensis L). Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Pendidikan Sains VII, Salatiga, 21-22 September 2012, Vol 3, No. 1,
ISSN:2087-0922.
top related