studi perencanaan operasi waduk budong-budong...
Post on 06-Mar-2019
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG
KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT
Nur Ismi Najamuddin1, Donny Harisuseno2, Pitojo Tri Juwono2 1)Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2)Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
e-mail: cahaya295@gmail.com
ABSTRAK
Waduk Budong-Budong terletak di Wilayah Sungai Kalukku Karama, Kabupaten Mamuju
Tengah, Provinsi Sulawesi Barat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan debit untuk
penyediaan air irigasi, air baku dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Untuk itu perlu
dilakukan perencanaan pengoperasian waduk agar dapat memenuhi kebutuhan yang
direncanakan.
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah simulasi operasi waduk dengan
menggunakan pedoman aturan lepasan berdasarkan tampungan waduk (Rule Curve). Dalam
simulasi operasi waduk menggunakan debit inflow dengan empat keandalan debit (26,02%,
50,68%, 75,34%, 97,30%), debit outflow, dan data teknis waduk.
Dari perhitungan debit andalan, didapatkan debit rata-rata sebesar 4,411 m3/detik. Untuk
kebutuhan air irigasi diperoleh debit rata-rata sebesar 0,852 lt/dt/ha atau 4,260 m3/detik dan
air baku sebesar 0,853 m3/detik. Sehingga dari hasil simulasi pola operasi waduk Budong-
Budong menghasilkan debit rata-rata sebesar 32,091 m3/detik dari berbagai kondisi
keandalan (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%). Dengan debit lepasan sebesar 32,091
m3/detik menghasilkan rata-rata daya sebesar 0,624 MW dan energi listrik sebesar 14,983
MWh.
Kata kunci: keandalan debit, simulasi waduk, pola operasi waduk, pedoman operasi
ABSTRACT
Budong-Budong Reservoir is located in the Kalukku Karama River Region, Central Mamuju
District, West Sulawesi Province is expected to be able to meet the demand for water supply
for irrigation water supply, raw water and micro hydro power plant. It is therefore necessary
to plan the operation of the reservoir in order to meet the planned needs.
The method used in this study is to simulate the operation of the reservoir by using the
removable rule guideline based on the reservoir reservoir (Rule Curve). In the reservoir
operation simulation use inflow discharge with four debit reliability (26,02%, 50,68%,
75,34%, 97,30%), outflow discharge, and technical data of the reservoir.
From the calculation of the mainstay debit, obtained average debit of 4,411 m3/sec. For
irrigation water requirements obtained an average discharge of 0,852 lt/dt/ha or 4,260
m3/sec and raw water of 0,853 m3/sec. The result of simulation result of Budong-Budong
dam operation pattern resulted average debit 32,091 m3/sec from various condition of
reliability (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%). With a discharge discharge of 32,091 m3/sec
yields an average power of 0,624 MW and an electrical energy of 14,983 MWh.
Keywords: discharge reliability, reservoir simulation, reservoir operation, rule curve
PENDAHULUAN
Pada kehidupan manusia tentu tidak
dapat dipungkiri pasti memerlukan air
sebagai salah satu sumber daya alam yang
dapat memenuhi kebutuhan pokok. Namun
permasalahan ketersedian air bersih
menjadi suatu masalah klasik yang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada
akhir-akhir ini, baik itu mengenai kuantitas
maupun masalah kualitas air bersih yang ada
(Wardhana dkk., 2013).
Waduk merupakan tampungan air
buatan untuk menampung air pada musim
hujan dan memanfaatkannya pada musim
kemarau. Pengoperasian waduk merupakan
suatu sistem, dengan sub-sistem
ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan
air di hilir dan juga menentukan seberapa
besar manfaat waduk yang akan diperoleh
(Hatmoko, 2015).
Bijak dalam mengoperasikan waduk
bertujuan untuk meminimalisir kekurangan
air yang biasanya terjadi pada musim
kemarau dan kelebihan air pada musim
hujan di suatu daerah (Hong et al 2014).
Selain itu, juga dapat memaksimalkan
manfaat ekonomi kepada masyarakat (Sui et
al 2013).
Pengoperasian suatu waduk dapat
diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu
model simulasi dan optimasi, walaupun
banyak model optimasi meliputi simulasi
(Wurbs, 2005). Kedua praktek tersebut
menjadi pendukung keputusan untuk
mengembangkan peraturan operasi waduk
untuk sistem pengelolaan air waduk tunggal
atau multi guna. Model tersebut bertujuan
untuk mengoptimalkan alokasi air kepada
pengguna dan meminimalkan risiko seperti
kekurangan air, banjir atau dampak
lingkungan. Persamaan yang digunakan
adalah keseimbangan air (Wurbs, 1993).
Kemajuan penelitian tentang
pemodelan/simulasi operasi waduk saat ini
fokus pada pengendalian banjir, pasokan air
ke rumah tangga, dan tenaga air. Sedangkan
penelitian untuk irigasi lebih sedikit karena
agrikultur dianggap lebih fleksibel dari pada
pengelolaan air lainnya (Vicente et al.,
2015).
Lain halnya dengan penelitian pada
lokasi yang direncanakan pengembangan
proyek irigasi dengan intensitas hujan pada
lokasi tersebut berada pada level rendah –
sedang sehingga dibutuhkan waduk sebagai
alternatif penyuplai air saat musim kemarau.
Adapun faktor lain yaitu untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat
yang sebagian besar bekerja sebagai petani
sawah (Loucks et al., 2005).
Dalam studi ini akan dibahas tentang
rencana operasi waduk Budong–Budong di
Kabupaten Mamuju tengah. Tujuannya ialah
untuk merencanakan pedoman strategi
pengoperasian waduk yang optimal untuk
mencapai pelayanan utama yaitu irigasi dan
air baku serta memanfaatkan lepasan dari
kedua kebutuhan tersebut untuk
membangkitkan PLTMH.
Operasi waduk Budong-Budong
direncanakan empat alternatif kondisi debit
dengan keandalan 26,02% (debit air tahun
cukup), keandalan 50,68% (debit air tahun
normal), keandalan 75,34% (debit air tahun
rendah), dan keandalan 97,30% (debit air
tahun kering).
Dengan adanya perencanaan operasi
waduk ini diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian, mengurangi permasalahan
kekurangan dan kelebihan air di daerah
Kabupaten Mamuju Tengah.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Studi
Daerah studi terletak di Kabupaten
Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat.
Berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
Budong-Budong yang merupakan bagian
dari Wilayah Sungai Kalukku Karama. Luas
DAS Budong-Budong 136,76 km2 dengan
panjang sungai utamanya ±131,45 km.
Sungai Budong-Budong terletak di antara
7o13’ sampai 8o00’ Lintang Selatan dan
110o00’ sampai 110o 27’ Bujur Timur.
Gambar 1. Peta Lokasi Studi
Data Pendukung Studi
Dalam studi ini diperlukan data-data
untuk analisa dan perhitungan. Adapun data
yang diperlukan meliputi:
1. Data curah hujan 20 tahun (1987–2006)
2. Data klimatologi tahun 2014
3. Data penduduk 5 tahun (2011–2015)
4. Data pola tata tanam yang meliputi jenis
tanaman, intensitas tanam dan periode
tanam
5. Data teknis waduk yang mendukung
analisa perencanaan operasi waduk antara
lain elevasi muka air normal, elevasi
minimum operasional waduk, elevasi tail
water level waduk, volume tampungan
efektif, dan volume tampungan mati.
Tahap Penyelesaian Studi
1. Menghitung debit aliran sungai
Pada studi ini dilakukan perhitungan
debit sungai disebabkan karena di daerah
studi tidak terdapat debit pengukuran
AWLR.
2. Analisa kebutuhan air di hilir
Kebutuhan yang dilayani oleh waduk
Budong – Budong ialah irigasi, air baku,
dan PLTMH.
3. Analisa debit andalan
Metode yang digunakan untuk analisa
debit andalan ialah karakteristik aliran
dengan empat kondisi keandalan debit
yaitu debit air tahun cukup 26,02%, debit
air tahun normal 50,68%, debit air tahun
rendah 75,35%, debit air tahun kering
97,30%.
4. Simulasi pola operasi waduk berdasarkan
tampungan waduk tiap keandalan debit
sesuai dengan hukum kontinuitas waduk
yang memberi hubungan antara masukan,
keluaran, dan perubahan tampungan.
5. Pedoman lepasan operasi waduk
Budong–Budong untuk tiap kondisi
keandalan debit (debit air tahun cukup
26,02%, debit air tahun normal 50,68%,
debit air tahun rendah 75,35%, debit air
tahun kering 97,30%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Debit Aliran Sungai Metode FJ. Mock
Data yang digunakan dalam perhitungan
debit aliran sungai metode FJ. Mock, yaitu
data hujan 20 tahun (1987–2006),
klimatologi dan karakteristik DAS. Setelah
dilakukan perhitungan, hasil hitung debit FJ.
Mock diuji dengan metode regresi linier
dengan melihat keterkaitan hubungan debit
FJ. Mock dengan data hujan (dapat dilihat
pada gambar 2). Pengujian dengan metode
ini dilakukan karena di lokasi studi tidak
tersedia data debit pengukuran (AWLR).
Lokasi Studi
DAS Budong-Budong
Gambar 2. Grafik Hubungan Curah Hujan dengan Debit FJ. Mock Tahun 1987–2006
Pada gambar 2 di atas, bisa dilihat grafik
hubungan antara data hujan dengan debit FJ.
Mock selama 20 tahun memiliki pola yang
sama, apabila hujan rendah maka debit
sungai juga rendah seperti pada tahun 1988,
1989, 1996, 1997, 2001 dan juga tahun-
tahun lainnya.
Kebutuhan Air Baku
Untuk menghitung kebutuhan air baku
dalam studi ini berpedoman pada Kriteria
Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dina PU
1996. Berdasarkan kriteria untuk kota
sedang dengan proyeksi selama 40 tahun
maka didapatkan kebutuhan air sebagai
berikut.
Tabel 1. Kebutuhan Air Baku Tahun 2054
Jumlah kebutuhan air yang harus
dipenuhi dengan jumlah penduduk hasil
proyeksi 40 tahun kedepan adalah sebesar
0,853 m3/detik.
Kebutuhan Air Irigasi
Analisa kebutuhan air irigasi
berpedoman pada Kriteria Perencanaan
Irigasi (KP – 01). Dalam studi ini, analisa
kebutuhan air irigasi dengan luas lahan
sebesar 5000 ha, pola tata tanam padi – padi
– palawija, awal musim tanam bulan Juli,
dan efisiensi irigasi sebesar 80% diperoleh
rata-rata nilai kebutuhan air irigasi sebesar
0,827 lt/dt/ha.
Analisa Debit Andalan
Debit andalan dihitung dengan empat
kondisi, yaitu: debit air cukup 26,02%
peluang terjadi sebanyak 95 hari dalam
setahun; debit air normal 50,68% peluang
terjadi sebanyak 185 hari dalam setahun;
debit air rendah 75,34% peluang terjadi
sebanyak 275 hari dalam setahun; debit air
kering 97,30% peluang terjadi sebanyak 355
hari dalam setahun. Empat kondisi
keandalan debit tersebut merupakan
alternatif pilihan dalam penyusunan
pedoman operasi waduk Budong-Budong.
Di bawah ini merupakan gambaran hasil dari
keempat kondisi debit andalan.
Tahun
2054
1 Proyeksi Jumlah Penduduk jiwa 247835
2 Cakupan Pelayanan % 90
3 Kebutuhan Air lt/jiwa/hari 120
lt/hari 26766146
lt/detik 309.793
5 Kebutuhan Non Domestik lt/detik 46.469
lt/detik 92.938
m3/detik 0.093
lt/detik 449.200
m3/detik 0.449
lt/detik 539.040
m3/detik 0.539
lt/detik 853.481
m3/detik 0.853
9 Faktor Jam Puncak
6 Kehilangan Air
7 Total Kebutuhan Air Rata-rata
8 Faktor Hari Maksimum
No. Uraian Satuan
4 Kebutuhan Air Baku
Gambar 3. Grafik Perbandingan Inflow Berdasarkan Empat Kondisi Keandalan Debit
Berdasarkan gambar 3 di atas, bisa
dilihat adanya perbedaan dari tiap keandalan
debit. Misalnya debit air tahun cukup,
menggambarkan keandalan debit inflow
paling besar dibandingkan dengan ketiga
kondisi debit yang lainnya. Meskipun
demikian, prosentase terjadinya debit air
tahun cukup paling rendah yaitu 26,02% (95
hari) dengan arti lain, intensitas hujan yang
terjadi pada tahun tersebut lebih besar
daripada tahun lainnya.
Perhitungan debit andalan berdasarkan
karakteristik aliran adalah:
Debit air tahun cukup keandalan 26,02%
diperoleh debit maksimum sebesar
28,611 m3/detik, debit minimum sebesar
2,377 m3/detik, dan debit rerata sebesar
7,616 m3/detik.
Debit air tahun normal keandalan
50,68% diperoleh debit maksimum
sebesar 21,284 m3/detik, debit minimum
sebesar 0 m3/detik, dan debit rerata
sebesar 5,720 m3/detik.
Debit air tahun rendah keandalan
75,34% diperoleh debit maksimum
sebesar 7,5 m3/detik, debit minimum
sebesar 0,113 m3/detik, dan debit rerata
sebesar 3,197 m3/detik.
Debit air tahun kering keandalan 97,30%
diperoleh debit maksimum sebesar 4,115
m3/detik, debit minimum sebesar 0
m3/detik, dan debit rerata sebesar 11,108
m3/detik.
Produksi Daya PLTMH
Produksi daya PLTMH menggunakan
debit outflow dari irigasi dan air baku untuk
tiap kondisi keandalan debit. Daya PLTMH
dihitung dengan efisiensi PLTMH 80% dan
head loss berdasarkan analisa minor-major
losses sebesar 2,225 m. Daya yang
dihasilkan akan berbeda-beda sesuai dengan
debit lepasan yang dikeluarkan oleh waduk.
Sehingga untuk pola lepasan dengan debit
keandalan tahun cukup akan menghasilkan
daya yang paling maksimal. Sebaliknya
pada pola lepasan debit tahun kering maka
daya yang dihasilkan paling rendah.
Pedoman Lepasan Operasi Waduk
Dalam studi ini, untuk mengoptimalkan
pelayanan kebutuhan di hilir memerlukan
pedoman pengoperasian waduk.
Optimal yang dimaksud adalah
memaksimalkan lepasan untuk kebutuhan di
hilir sesuai dengan inflow dan kondisi
tampungan waduk. Apabila kondisi
tampungan menurun maka prosentase
lepasan sesuai kebutuhan juga ikut menurun
begitupun sebaliknya.
Dalam penerapan pengoperasian waduk
di lapangan hanya melihat dari kondisi
elevasi muka air waduk. Jika elevasi muka
air waduk akhir periode <+49 maka
prosentase lepasan periode berikutnya
adalah 0%. Sedangkan apabila elevasi muka
air waduk akhir periode diantara +67
<HMAW> +65 maka prosentase lepasan
berikutnya adalah 80%.
Tabel 2. Penerapan Aturan Lepasan Operasi
Waduk Budong – Budong
Simulasi Operasi Waduk
Simulasi operasi waduk bertujuan untuk
mengetahui tingkat keandalan atau
kegagalan suatu yang terjadi berdasarkan
perilaku sistem pengoperasian waduk dalam
memenuhi kebutuhannya. Simulasi pola
operasi waduk tiap kondisi keandalan debit
memiliki perlakuan berbeda-beda seperti
pada pada gambar 4 sampai gambar 7.
Gambar 4. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Cukup
Gambar 5. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Normal
NoBatas Minimum
Tampungan Waduk (%)
Batas Minimum Elevasi
Muka Air Waduk (%)
Lepasan
(%)
1 0 H MAW < +49 10
2 10 +53 < H MAW > +49 20
3 20 +56 < H MAW > +53 30
4 30 +59 < H MAW > +56 40
5 40 +61 < H MAW > +59 50
6 50 +63 < H MAW > +61 60
7 60 +65 < H MAW > +63 70
8 70 +67 < H MAW > +65 80
9 80 +68 < H MAW > +67 90
10 90 +70 < H MAW > +68 100
Gambar 6. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Rendah
Gambar 7. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Kering
Keterangan:
Gambar 4 sampai gambar 7 merupakan
grafik yang menggambarkan kondisi elevasi
tampungan di waduk sehingga memudahkan
dalam mengontrol muka air di waduk. Hasil
simulasi operasi waduk dari empat
keandalan sebagai berikut.
Aturan Lepasan Tahun Cukup
Elevasi muka air waduk terendah terjadi
pada bulan Agustus periode I dengan
elevasi +68,340 meter.
Aturan Lepasan Tahun Normal
Elevasi muka air waduk terendah terjadi
pada bulan September periode III dengan
elevasi +55,247 meter.
Aturan Lepasan Tahun Rendah
Elevasi muka air waduk terendah terjadi
pada bulan September periode II dengan
elevasi +59,101 meter.
Aturan Lepasan Tahun Kering
Elevasi muka air waduk terendah terjadi
pada bulan Mei periode III dengan
elevasi +63,841 meter.
Hasil keempat simulasi pola operasi
tersebut aman karena masih berada di atas
elevasi minimum operasi yaitu +56,4 meter.
Target kebutuhan yang harus dipenuhi
waduk Budong-Budong adalah irigasi seluas
5000 ha dan air baku dengan jumlah
Elevasi Dasar Waduk
Elevasi Minimum Operasional
Tampungan Efektif / Crest Spillway
Tampungan Banjir
Elevasi Puncak Bendungan
Hub. Elevasi dan Periode
Outflow
penduduk 247835, namun dengan kondisi
debit inflow yang berbeda, maka dalam
pemenuhannya disesuaikan dengan kondisi
tampungan waduk. Gambar 8 sampai
gambar 11 merupakan grafik pedoman pola
operasi yang menggambarkan hubungan
elevasi dengan prosentase lepasan. Berikut
ini adalah hasil dari keempat pola operasi.
Pola Operasi Debit Tahun Cukup
Rata-rata debit lepasan sebesar 52,098
m3/detik mampu memenuhi kebutuhan
di hilir untuk irigasi seluas 5000 ha dan
air baku dengan jumlah penduduk
sebanyak 247835 jiwa. Dari debit
lepasan tersebut menghasilkan energi
sebesar 26,301 MWh dan daya sebesar
1,096 MW.
Pola Operasi Debit Tahun Normal
Rata-rata debit lepasan sebesar 34,054
m3/detik dapat memenuhi kebutuhan di
hilir untuk irigasi seluas 3915 ha dan air
baku dengan jumlah penduduk sebanyak
89496 jiwa. Dari debit lepasan tersebut
menghasilkan energi sebesar 14,473
MWh dan daya sebesar 0,603 MW.
Pola Operasi Debit Tahun Rendah
Rata-rata debit lepasan sebesar 30,504
m3/detik hanya dapat memenuhi
kebutuhan di hilir untuk irigasi seluas
3390 ha dan air baku dengan jumlah
penduduk sebanyak 110149 jiwa. Dari
debit lepasan tersebut menghasilkan
energi sebesar 13,774 MWh dan daya
sebesar 0,574 MW.
Pola Operasi Debit Tahun Kering
Rata-rata debit lepasan sebesar 11,706
m3/detik hanya dapat memenuhi
kebutuhan di hilir untuk irigasi seluas
2436 ha dan air baku dengan jumlah
penduduk sebanyak 82612 jiwa. Dari
debit lepasan tersebut menghasilkan
energi sebesar 5,384 MWh dan daya
sebesar 0,224 MW.
Penerapan Pedoman Aturan Lepasan
Waduk Budong-Budong
Penyusunan dan pelaksanaan pedoman
operasi perlu berkoordinasi dengan BMKG
yang mengetahui kondisi iklim dengan
tingkat keakuratan yang cukup baik.
Keputusan dari BMKG mengenai ramalan
cuaca satu tahun kedepan sangat menunjang
dalam peyusunan pola pengoperasian
waduk. Apabila BMKG menetapkan bahwa
satu tahun kedepan merupakan kondisi tahun
kering maka untuk pengoperasian waduk
menggunakan pola aturan operasi tahun
kering. Pada saat memasuki awal musim
cukup maka kondisi tampungan diatur
sedemikian rupa hingga elevasi tampungan
setara dengan elevasi minimum operasional
(LWL/MOL) agar pada saat musim cukup
tidak terjadi limpasan. Sedangkan pada akhir
musim cukup–awal musim kering kondisi
tampungan waduk harus berada pada elevasi
tampungan efektif (HWL) agar mampu
memenuhi kebutuhan air di hilir secara.
Apabila dalam keadaan tertentu tidak
sesuai dengan pola yang telah ditetapkan
maka dilakukan evaluasi dan peninjauan
kembali sesuai SOP yang berlaku. Untuk
kondisi elevasi muka air waduk yang tidak
sesuai pola dengan selisih 1 m maka ada
perubahan terhadap lepasan debit. Misalnya
untuk pedoman lepasan tahun kering, pada
bulan Maret periode III dengan Q hilir
sebesar 1,339 m3/detik direncanakan
prosentase lepasan sebesar 90% dengan
elevasi muka air waduk +66,842 m dengan
catatan elevasi muka air bulan Maret periode
II yang riil di lapangan +67,255 m atau
mendekati (bukan di bawah +67 m) elevasi
tersebut maka pola lepasan boleh digunakan
(seperti pada gambar 11). Tetapi apabila
kondisi elevasi muka air waduk berturut-
turut terus mengalami penurunan lebih dari
1 m maka perlu melakukan revisi pola yang
disesuaikan dengan kondisi aktual dalam 10
hari terakhir dan diusulkan kembali ke
TKPSDA pusat. Pengendalian kondisi
elevasi muka air waduk perlu dilakukan agar
tampungan waduk stabil dan tampungan di
waduk tidak kosong. Empat pedoman
operasi Waduk Budong-Budong disajikan
pada gambar 8 sampai gambar 11.
Gambar 8. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Cukup
Gambar 9. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Normal
Gambar 10. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Rendah
Gambar 11. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Kering
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan perhitungan debit andalan
diperoleh debit maksimum yaitu 28,611
m3/detik yang terjadi pada kondisi debit
tahun cukup sedangkan untuk debit
minimum yaitu 0 m3/detik yang terjadi
pada kondisi debit tahun kering. Debit
andalan yang mendekati kondisi riil di
lapangan diperkirakan sebesar 21,284
m3/detik yaitu debit tahun normal.
2. Besar debit rerata untuk kebutuhan air
irigasi seluas 5000 ha sebesar 0,827
lt/dt/ha atau 4,133 m3/detik dan untuk
kebutuhan air baku sebesar 0,853
m3/detik atau 853,481 lt/detik.
3. Daya maksimum yang dapat dihasilkan
oleh PLTMH terjadi pada kondisi debit
tahun cukup yaitu 1,096 MW dengan
energy sebesar 26,301 MWh. Sedangkan
daya minimum terjadi pada kondisi debit
tahun kering yaitu 0,224 MW dengan
energi sebesar 5,384 MWh.
4. Dari keempat pedoman pola operasi
yang telah dijelaskan, kondisi keandalan
debit tahun cukup mempunyal hasil yang
maksimal karena mampu memenuhi
target kebutuhan di hilir irigasi seluas
5000 ha dan air baku dengan jumlah
penduduk sebanyak 247835 jiwa.
Sedangkan untuk kondisi debit tahun
kering hanya mampu memenuhi
kebutuhan irigasi seluas 2436 ha dan air
baku dengan jumlah penduduk sebanyak
82612 jiwa.
Saran
1. Untuk studi lebih lanjut perlu dilakukan
kajian mengenai debit inflow apabila di
daerah studi tidak terdapat debit
pengukuran.
2. Dalam merencanakan pola operasi
waduk sebaiknya menggunakan data
historis debit inflow ke waduk tahun
sebelumnya dan memasang alat
pengukuran elevasi tampungan di waduk
untuk mengetahui kondisi elevasi tiap
periode.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1996. Kriteria Perencanaan
Ditjen Cipta Karya Dinas PU. Jakarta:
Kementrian Pekerjaan Umum.
Anonimous. 2013. Standar Perencanaan
Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi KP-01. Jakarta:
Kementrian Pekerjaan Umum Direktoral
Jenderal Sumber Daya Air.
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
2015. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
dan Disertasi 2015. Malang: Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
Hadisusanto, N. 2010. Aplikasi Hidrologi.
Malang: Jogja Mediautama.
Harto, S.Br. 2010. Analisis Hidrologi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Praktis.
Bandung: Lubuk Agung.
McMahon, T. A. & Russel, G. M. 1978.
Reservoir Capacity And Yield.
Amsterdam: Elsevier Scientific
Publishing Company.
Patty, O. F. 1995. Bangunan Tenaga Air.
Jakarta: Erlangga.
Priyantoro, D. 1991. Hidraulika Saluran
Tertutup. Malang: FT Universitas
Brawijaya
Soemarto, C.D. 2010. Hidrologi Teknik.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode
Statistik untuk Analisa Data Jilid 1.
Bandung: Nova.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode
Statistik untuk Analisa Data Jilid 2.
Bandung: Nova.
Soetopo, W. 2010. Operasi Waduk Tunggal.
Malang: Citra Malang.
Sosrodarsono, S. 2003. Hidrologi untuk
Pengairan. Jakarta: Pradya Paramita.
Sudjarwadi. 1988. Operasi Waduk.
Yogyakarta: KMTS Universitas Gajah
Mada.
Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Beta Offset.
top related