surfaktan
Post on 09-Feb-2016
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Surfaktan”.
Paper ini disusun untuk memenuhi tugas Kimia Fisika II. Dalam penyusunannya saya
menggunakan media cetak dan elektronik yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai
sumber. Makalah ini menjelaskan secara terperinci mengenai surfaktan dan hal-hal
yang berkaitan di dalamnya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Saya pun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan pembaca sekalian.
Bogor, 24 Desember 2012
Penyusun
SURFAKTAN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2
D. Manfaat Penuisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Surfaktan.............................................................................................3
B. Sifat-sifat Surfaktan...............................................................................................4
C. Penggunaan Surfatan.............................................................................................4
D. Jenis-jenis Surfaktan.............................................................................................5
a. Deterjen.........................................................................................................5
b. Sabun............................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................15
B. Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
SURFAKTAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan
murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.Campuran suatu zat akan
tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan
dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan
pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang
bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
pada makalah ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja diantaranya
Pewangi,ditergen dan sabun.
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami
lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih
murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah
tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi
organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di
sekitar sungai tersebut.Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan.
Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras dalam konsentrasi tinggi
akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi
biota tersebut.Selain itu banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang
ditimbulkan dari bahan-bahan kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatasa dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa itu Surfaktan ?
b. Apa saja jenis – jenis Surfaktan ?
c. Apa saja sifat – sifat dari Surfaktan ?
d. Bagaimana cara pembuatan Surfaktan?
e. Dimana saja Surfaktan itu dipergunakan ?
SURFAKTAN
ii
C. Tujuan Penulisan
a. mengetahui apa itu Surfaktan beserta jenis-jenisnya .
b. mengetahui sifat – sifat dari Surfaktan .
c. mengetahui cara-cara pembuatan Surfaktan.
d. mengetahui cara penggunaan Surfaktan .
D. Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini, selain sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas
kimia, juga diharapkan untuk memberi manfaat bagi saya sendiri, dan para pembaca
khusunya mahasiswa agar lebih mengerti tentang materi kimia khususnya materi
“Surfaktan” .
SURFAKTAN
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Surfaktan
Campuran aktif dalam sebagian bahan pembersih disebut bahan aktif permukaan atau
Surfaktan. Zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karenacenderung untuk terkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka. Molekul surfaktanmempunyai dua ujung yang terpisah,
yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar(hidrofobik).
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hidrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan dengan menaruh kepala-kepalahidrofiliknya
pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhipermukaan
air.Sumber bahan mentah surfaktan dapat berasal dari surfaktan oleokimia maupunsurfaktan
petrokimia. Secara umum, kebanyakan rantai hidrokarbon dalam sebagian besarsurfaktan dan
lain-lain surfaktan istimewa dihasilkan dari bahan mentah berikut: Lemak dan minyak biasa
Petroleum Etilena Propilena.
Surfaktan dapat digolongkan menjadi duagolongan besar berdasarkan kelarutannya,
yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dansurfaktan yang larut dalam air.
1) Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang,
senyawafluorokarbon, dan senyawa silikon.
2) Surfaktan yang larut dalam air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat
pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada
empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu
a) surfaktan anion yang bermuatan negative
b) surfaktan yang bermuatan positif
c) surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan
d) surfaktanamfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
Surfaktan juga diklasifikasikan lagi dalam beberapa bagian, yaitu:
a) Surfaktan Anionik
Surfaktan Anionik (negatif). Surfaktan ini memiliki bagian hidrofobik yang memiliki
ionnegatif. Dalam medium air berpisah dengan kation positif menjadi ion negatif.
Contoh : AlkylBenzene Sulfonate (ABS) ABS merupakan surfaktan yang lebih efektif
SURFAKTAN
ii
karena memberikanbusa yang banyak, harga murah, dan kualitas yang baik. contoh
lainnya: Alkohol sulfat danEster Sulfonat.
b) Surfaktan Kationik
Surfaktan Kation (positif). Sama halnya dengan surfaktan anion, surfaktan kation
jugamemisahkan diri dalam medium air. Kepala (bagian hidrofilik) sebagai kation
yang manamemiliki sifat surface active . Contoh: Senyawa-senyawa Ammonium
c) Surfaktan Anionik
Surfaktan Non-ionik (tak bermuatan). Surfaktan non ionik tidak memisahkan diri
padamedium air. Surfaktan ini memiliki kutub polar seperpolyglycol eter atau sebuah
polyol. Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun asam lemak), garam
asam alkil sulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene sulfonat
(LAS) )lemakalcohol sulfat (komponen utama shampoo atau deterjen netral) dan lain-
lain.
d) Surfaktan Amfoterik
Surfaktan Amfoterik (positif atau negatif) Surfaktan ini memiliki ion positif dan
negatif.Rantai hidrofobik mengikat rantai hidrofilik sehingga tersusun dari ion positif
dan negatif.Perlakuannya tergantung pada kondisi medium atau nilai pH . Contoh:
Alkil betains.
B. Sifat-sifat Surfaktan
Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada
daerahkonsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh
pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa molekul surfaktan menjadi satu,
yaitu padakonsentrasi kritik misel.
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-
molekulsurfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam
lemakdari sabun Sifat-sifat koloid dari larutan elektrolit sodium dedosil sulfat.
C. Penggunaan Surfaktan
Dalam bidang kefarmasian surfaktan digunakan sebagai emulgator dalam pembuatan
sediaan obat emulsi. Dalam emulsi setiap emulgator dalam hal ini surfaktan memiliki harga
keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah
HLB ( Hydrophyl Lipophyl Balance), yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara
kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin
SURFAKTAN
ii
banyak kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air
dandemikian sebaliknya
D. Jenis-jenis Surfaktan
a. Detergen
1. Pengertian produk deterjen dan manfaatnya
Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.Kebersihan merupakan salah satu faktor
penting bagi kesehatan masyarakat. Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat
tinggal serta tempat umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat
diandalkan. Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang lima
pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk mencuci
pakaian maupun peralatan rumah tangga.
2. Bahan-bahan detergen
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:
1) Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat
empat kategori surfaktan yaitu
a. Anionik :
-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
SURFAKTAN
ii
2) Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
d. Sitrat : Asam Sitrat
3) Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium
sulfat.
4) Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC).
3. Jenis-Jenis Detergen
Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal detergent sebagai
bubuk pembersih pakaian. Sebenarnya deterjen adalah senyawa organik, yang memiliki dua
kutub dan bersifat non-polar karakteristik. Ada tiga jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan
non-ionik. Anionic dan permanen kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat
pada non-polar (hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion
tetap, hal ini terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif dan
elektronegatif yang disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen dan surfaktan
deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan,
sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang sangat beracun. Perbedaan kedua jenis
detergen itu adalah deterjen surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi
lain fosfat detergent adalah deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air.Zat
yang terkandng didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida.
SURFAKTAN
ii
Degradasi alkylphenol polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan pembentukan
alkylphenols (terutama nonylphenols) yang bertindak sebagai endokrin pengganggu jika
limbah detergent bercampur dengan air limbah lain di saluran air.Awalnya deterjen mesin
cuci dikenal sebagai produk cuci pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk
produk-produk sabun cuci seperti:
a) Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci
tangan, dll.
b) Laundry, sebagai sabun deterjen pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang
paling populer di masyarakat.
c) Dishwashing product, sebagai sabun cuci piring alat-alat rumah tangga baik untuk
penggunaan cuci piring manual maupun produk sabun mesin pencuci piring.
d) Household cleaner, sebagai produk cuci rumah seperti produk sabun cuci pembersih
lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
4. Bahaya Detergen
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,
harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak
negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk
deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami
yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil
pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak
dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’
pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan
anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk
chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene
merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.Pada awalnya
surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen. Namun karena ditemukan
bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang
telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener
air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan
SURFAKTAN
ii
magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat.
Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate
(STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu
nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak,
phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan
air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton)
yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya
eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah deterjen yang
dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng
gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen
berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat
sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat
merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran
selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui
saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng
gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari
para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan
kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas,
melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi
alergi.
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan
bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya
3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam
air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis
vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari
limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat
menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1
milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada
suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi
sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan
menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa
SURFAKTAN
ii
klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada
pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung
klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang mempunyai
dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial
dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di
dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa
kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat
dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan deterjen fosfat tinggi telah terbukti
efektif dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang
terjadi jika limbah deterjent bercampur dengan air?Deterjent memiliki efek beracun dalam
air. Semua deterjent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari
bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang.
Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjent 15 bagian per juta. Detergent dengan
konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan deterjen
pun tak kalah berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan
perkembangbiakan organisme perairan.
Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik
seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi deterjen hanya
2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga
memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam deterjen dapat memicu ganggang air tawar
bunga untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang
membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.
5. Pencegahan Bahaya Detergen
Kesadaran masyarakat pengguna deterjen mesin akan dampak dibalik manfaat deterjen
mesin cuci perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif
yang ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk
yang diinformasikan melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi
konsumen tetap perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan
konsumen sendiri. Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya
mencantumkan penandaan nama dagang, isi / netto, nama bahan aktif, nama dan alamat
pabrik, nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan dan petunjuk penggunaan, juga
SURFAKTAN
ii
tanda peringatan serta cara penanggulangan bila terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi
konsumen untuk memilih produk yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan
ramah lingkungan. Informasi mengenai produk ramah lingkungan dapat dilihat pada label
baik berupa logo hijau maupun klaim ramah lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya
memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai produknya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan deterjen adalah
cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk ternyata terdapat petunjuk yang
tidak tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini
sungguh berisiko karena deterjen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi
jika kulit pengguna bersifat sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah
‘genggam’ tersebut akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan
pecah-pecah. Selain itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya
berupa kira-kira yang sangat tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan
konsumen untuk menggunakan berlebihan memang besar. Disamping itu, karena slogan-
slogan pada iklan produk deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul
persepsi konsumen bahwa busa banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu
banyak bukan berarti deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya
terhambat. Selain itu keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu
penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan
demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan takaran khusus untuk deterjen
dan produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan produknya.
Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti
fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. Jika organisme-organisme
seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan
pun akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen
dan polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup
di dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan makhluk
hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan,
semakin besar pengaruhnya.
Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar
diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber
SURFAKTAN
ii
air minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan
kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan
oleh mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh
pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:
a. rusaknya keindahan lingkungan perairan;
b. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
c. merugikan kesehatan manusia.
b. Sabun
1. Pengertian Prouk Sabun dan manfaatnya
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena
sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada
sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang,
deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran
tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti
minyak zaitun.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri
tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara
senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan
baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak
dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan
pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida,
natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
SURFAKTAN
ii
2. Reaksi Kimia Pada Sabun
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama
dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai
jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH),
sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis
minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa
akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan
minyak biji katun.
3. Bahan-bahan Pembuat Sabun
a. Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang
mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah
dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak
atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut
dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari
ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut
lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah
SURFAKTAN
ii
tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan
untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
b. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun
hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi
produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan
aditif.
1) NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang
terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang
digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan
sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar
diperoleh sabun yang berkualitas.
2) Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga
menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers
inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
4. Dampak Limbah Sabun dan Pencegahannya
Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman tampaknya sudah tidak
asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula penelitian yang menyatakan bahwa sabun
antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan
manusia dan juga lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain
dari keuntungan penggunaan sabun yang menjanjikan dapat membunuh kuman
tersebut.limbah triclosan dan triclocarban yang terbawa oleh air akan bercampur dengan
tanah dan lingkungan air alami. Limbah triclosan dan triclocarban ini berbahaya karena tidak
dapat terurai selama berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa ini
terdiri dari struktur cincin benzena yang terklorinasi, sehingga membuatnya sangat sulit untuk
dipecah atau terurai. Selain itu, kedua senyawa ini juga menolak air atau hidrofobik,
SURFAKTAN
ii
cenderung menempel pada partikel, sehingga mengakibatkan penurunan ketersediaan proses
dan merusak fasilitasi transportasi jangka panjang dalam air dan udara.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang mengandung
triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi, menurunkan kualitas
sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks.Triclosan dan triclocarban telah dikaitkan
dengan gangguan endokrin, dengan dampak potensial yang merugikan perkembangan seksual
dan saraf.Selain dalam sabun antibakteri, triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan
kosmetik. Bahkan saat pertama kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan
untuk membersihkan permukaan kulit saat operasi.
Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta gigi yang
seharusnya dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat menyebabkan kuman-kuman
makin kebal terhadap antibiotik.Penelitian laboratorium menunjukkan senyawa Triclosan
dapat menyebabkan mutasi gen pada beberapa jenis bakteri, di antaranya E coli, salmonella
dan listeria. Dikhawatirkan mutasi itu akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak
efektif.Tak hanya itu, penelitian terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan triclocarban
dapat merusak lingkungan, terutama menyebabkan polusi air dan tanah.Bahkan sebuah studi
menemukan bahwa akumulasi triclosan di air menyebabkan pencemaran di pantai yang
akhirnya mengancam kehidupan lumba-lumba.
SURFAKTAN
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. detergen mengandung
bahan-bahan Surfaktan (surface active agent), Builder (pembentuk), Filler (pengisi), dan
aditif. Ada tiga jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Ada dua jenis
karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen dan surfaktan deterjen. Surfaktan
dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada
permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Builders, salah satu yang
paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Bahan ini mampu
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Efek paling
nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi
(pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Selain merusak lingkungan alam,
efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga
dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia.Kita perlu hati-hati
dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai menimbulkan pengaruh yang
buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika
detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau
binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita
sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme
(biodegradable).
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang. Sabun
merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari
minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida)
pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. sabun
antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan
manusia dan juga lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. sabun antibakteri
yang mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,
menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks.
SURFAKTAN
ii
B. Saran
Selaku konsumen dan pemakai produk-produk yang terbuat dari bahan kimia.kita
harus lebih jeli dalam memilih produk yang akan kita pakai supaya dampak yang ditimbulkan
dari bahan kimia tersebut dapat diminimalisir. Upayakan pemakaian bahan kimia tersebut
sehemat mungkin untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan yang dapat
mempengaruhi kehidupan mahluk hidup. Gunakanlah bahan kimia sebijaksana mungkin,
jangan buang air cucian ke perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya.
Gunakanlah ilmu pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya bahan
yang ramah lingkungan. Dan yang paling penting, mari kita memohon ampun pada Allah
Swt., karena selama ini kita telah meracuni alam-Nya, alam sekitar kita.
SURFAKTAN
ii
DAFTAR PUSTAKA
Ahya M Salman. 1993. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Dekdibud
http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-tanah.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran air
http://lananewakatobi.blogspot.com/2012/04/biografi-la-nane-wakatobi.html (jam 1 pagi, la
nane wakatobi)
SURFAKTAN
top related