surimi_agustina cloudia_13-70-0092_b3_unika soegijapranata
Post on 24-Jan-2016
8 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SURIMI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun Oleh:
Nama : Agustina Cloudia
NIM : 13.70.0092
Kelompok : B3
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2015
1. MATERI METODE
1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kain saring, pisau, penggiling
daging, dan freezer.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daging ikan, garam, gula pasir,
polifosfat, es batu.
1.2. Metode
1
Ikan dicuci dengan air bersih yang mengalir
Daging ikan difillet dengan membuang bagian kepala, sirip, ekor, sirik, isi perut dan kulit
Bagian daging putih diambil 100 gram
Daging ikan digiling halus dengan penambahan es batu
Cuci daging ikan dengan air es sebanyak 3 kali
Saring dengan kain saring
Tambahkan sukrosa 2,5% (kelompok 1,2),sukrosa 5% (kelompok 3,4,5)
Tambahkan garam 2,5%
2
RUMUS :
Luas Atas = LA = 1/3 a (h0 + 4 h1 + 2h2 + 4 h3 + … hn )
Luas Bawah = LB = 1/3 a (h0 + 4 h1 + 2h2 + 4 h3 + … hn )
Luas Area Basah = LA - LB
Mg H2O = luas areabasah−8,0
0,0948
Tambahkan polifosfat 0,1% (kelompok 1), polifosfat 0,3% (kelompok 2,3), polifosfat 0,5%
Masukkan dalam wadah
Bekukan dalam freezer semalam
Surimi dithawing
Pengukuran hardness, WHC, kualitas sensori (kekenyalan, aroma)
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pembuatan produk surimi dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Surimi
Kel. Perlakuan HardnessWHC
(mgH2O)Sensori
Kekenyalan Aroma
B1
Daging ikan giling + sukrosa 2,5% +garam 2,5% + polifosfat 0,1%.
129,74 280917,72 ++ ++
B2
Daging ikan giling + sukrosa 2,5% +garam 2,5% + polifosfat 0,3%.
292,02 218185,65 +++ +++
B3
Daging ikan giling + sukrosa 5%
+garam 2,5% + polifosfat 0,3%.
112,7 318565,40 ++ +
B4
Daging ikan giling + sukrosa 5%
+garam 2,5% + polifosfat 0,5%.
151,29 303858,12 +++ +
B5
Daging ikan giling + sukrosa 5%
+garam 2,5% + polifosfat 0,5%.
134,31 301219,49 + +
Keterangan:Kekenyalan Aroma+ = tidak kenyal + = tidak amis++ = kenyal ++ = amis+++ = sangat kenyal +++ = sangat amis
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa sukrosa, garam dan polifosfat dengan
konsentrasi yang berbeda dapat mempengaruhi WHC (Water Holding Capacity),
hardness dan kualitas sensori (kekenyalan dan aroma). Nilai WHC didapat berdasakan
jumlah mgH2O. Konsentrasi garam yang digunakan pada semua kelompok adalah 2,5%.
Nilai hardness tertinggi pada kelompok B2 dengan penambahan sukrosa 2,5% dan
polifosfat 0,3% sebesar 292,02 gf. Nilai hardness terendah pada kelompok B3 dengan
penambahan sukrosa 5% dan polifosfat 0,3% sebesar 112,7 gf. Nilai WHC yang
tertinggi pada kelompok B3 dengan penambahan 5% sukrosa dan 0,3% polifosfat
sebesar 318565,40. Nilai WHC terendah pada kelompok B2 dengan penambahan 2,5%
sukrosa; dan 0,3% polifosfat sebesar 218185,65. Untuk kualitas sensori kekenyalan dan
3
4
aroma, produk surimi yang memiliki kekenyalan yang paling tinggi adalah adonan ikan
dengan penambahan 2,5% sukrosa dan 0,3% polifosfat (B2) serta kelompok B4 dengan
bahan 5% sukrosa dan 0,5% polifosfat. Aroma surimi sangat amis pada kelompok B2
adalah dengan bahan 2,5% sukrosa dan 0,3% polifosfat. Aroma tidak amis pada
kelompok B3 hingga B5.
3. PEMBAHASAN
Produk surimi adalah daging yang telah mengalami pencucian dan penghilangan
beberapa bagian tubuh ikan khususnya lemak, darah, enzim dan protein sarkoplasmic
yang kemudian distabilisasi dengan cryoprotectan dan mengalami pembekuan (Fogaca
et al,2013). Menurut Okada (1992) dan Somjit et al (2005), produk surimi adalah hasil
konsentrat protein miofibril ikan dari proses pelumatan atau penggilingan daging,
pencucian, penambahan krioprotektan dan pembekuan. Jenis protein miofibril
merupakan protein yang larut dalam larutan garam. Protein miofibril sangat
mempengaruhi daya ikat air di daging ikan, tekstur, sifat daging giling dan plastisitas
dari surimi yang dihasilkan (Irianto dan Giyatmi,2009).
Komponen utama dari protein miofibril adalah aktin dan miosin, serta protein miofibril
ini termasuk dalam protein larut garam (Okada,1992). Sonu (1986) menambahkan
bahwa surimi adalah daging ikan yang telah dipisahkan dari kepala, tulang, sisik dan
bagian lainnya. Surimi dapat diaplikasikan sebagai bahan baku produk nugget ikan,
bakso ikan, dan sosis ikan (Agustini,2008). Surimi umumnya memiliki nilai nutrisi
rendah lemak dan rendah kolesterol. Kualitas surimi dapat dilihat dari warna, kadar air,
kekuatan gel, dan water holding capacity (Jafarpour,2012). Pembentukkan gel surimi
terjadi akibat ikatan silang antara miosin yang dipengaruhi oleh trans endegenous
glutaminase, ikatan disulfida dan ikatan non-kovalen (Shimazamaninejad,2013).
Surimi memiliki sifat sebagai bahan gel dan bahan pengikat ( Suzuki,1981). Kriteria
jenis ikan yang dapat diolah menjadi surimi dengan kualitas yang baik antara lain tidak
adanya bau lumpur dan amis, warna daging yang putih dan mampu membentuk gel
(Peranginangin et al, 1999). Menurut Bertak Karahadian (1995) dan Lee (1984),
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas surimi antara lain
a. Suhu air pencucian dan penggilingan
b. Kualitas air
c. Cara pencucian
d. Ukuran partikel daging lumat
e. Cara pemotongan (daging ikan dan kepala)
5
6
f. Jenis peralatan yang digunakan
Penggunaan daging ikan yang rendah lemak dan memiliki daging yang berwarna putih
akan memberikan kualitas terbaik dalam industri skala besar. Suhu yang berbeda dalam
pembuatan surimi dapat mempengaruhi kekuatan gel yang dihasilkan. Kekuatan gel
juga
dapat dipengaruhi oleh jenis ikan yang digunakan, pH, ikatan ion dan proses
pembuatan.
Umumnya suhu yang digunakan dalam proses pembuatan berkisar 20oC-25oC sehingga
akan menghasilkan gel yang baik (Shekarabi et al,2015). Dalam praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui cara pembuatan surimi dalam industri pengolahan ikan. Ikan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah ikan bawal. Ciri-ciri ikan bawal antara lain
ukuran sisik yang relatif kecil, bentuknya pipih agak bulat, warna perut abu-abu dan
warna bagian ujung sirip adalah kuning kemerahan (Azam C et al,2010).
Langkah kerja yang dilakukan adalah ikan bawal yang telah disiapkan, dicuci bersih
dengan air mengalir dan ditimbang beratnya. Ikan difillet dan dipisahkan dari sisik,
ekor, tulang atau duri, kepala, kotoran serta organ dalamnya sehingga hanya didapatkan
daging ikan yang putih. Daging ikan kemudian ditimbang sebanyak 100 gram dan
digiling hingga halus. Saat penggilingan ikan ditambahkan es batu agar suhu daging
tetap rendah. Dilanjutkan dengan pencucian ikan sebanyak 3 kali dengan menambahkan
air es dan dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain saring. Pencucian daging
ikan dilakukan dengan menggunakan es batu atau air dingin bertujuan untuk melarutkan
protein larut air, menghilangkan lemak, darah, pigmen serta mampu meningkatkan
konsentrasi dari protein miofibril (Lanier &Lee,1992).
Selain itu dengan adanya kondisi suhu rendah, jumlah protein larut air yang hilang tidak
terlalu besar, sehingga menghasilkan kekuatan gel yang terbaik. Air dengan suhu rendah
sekitar 10oC – 15oC akan menghasilkan kekuatan gel terbaik dibandingkan dengan air
suhu diatas 15oC (Schwarz dan Lee,1988). Saat penggilingan daging ikan akan
menghasilkan panas sehingga ditambahkan es batu untuk mencegah adanya denaturasi
protein (Suzuki,1981). Selanjutnya ditambahkan sukrosa, garam dan polifosfat dengan
konsentrasi yang berbeda antar kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno et
7
al (1980) dimana dengan adanya beberapa bahan tambahan akan meningkatkan kulaitas
surimi. Sukrosa sebanyak 2,5% (kelompok B1 dan B2), dan 5% (kelompok B3-B5).
Garam sebanyak 2,5% (kelompok B1-B5), polifosfat sebanyak 0,1% (kelompok B1);
0,3% (kelompok B2-B3) dan 0,5% (kelompok B4-B5).
Hasil campuran bahan dimasukkan dalam wadah dan dibekukan dalam freezer selama 1
malam kemudian surimi dithawing dan dilakukan pengukuran hardness, WHC serta
kualitas sensori (kekenyalan dan aroma). Pengukuran WHC dilakukan dengan menekan
adonan surimi dengan alat press, kemudian luas surimi yang dihasilkan dihitung dengan
menggunakan milimeter block. Sukrosa bertindak sebagai senyawa cryoprotectan
dimana merupakan bahan anti denaturasi protein (Mallet,1993). Suzuki (1981)
menambahkan bahwa cryoprotectan mampu menjaga dan menstabilkan protein dalam
surimi selama proses penyimpanan dan pembekuan, hal ini disebabkan pengikatan
molekul air dari protein, peningkatan tegangan permukaan air dan energi.
Garam memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai pelarut protein miofibril sehingga
miosin akan berikatan dengan aktin dan membentuk aktomiosin, dimana aktimiosin
akan mempengaruhi pembentukan gel yang dihasilkan, menurunkan kadar air pada
surimi. Fungsi dari polifosfat adalah mencegah denaturasi protein, membantu kerja
senyawa cryoprotectan, membentuk tekstur, memperbaiki WHC di produk surimi,
berperan sebagai pengikat ion logam (Lanier,1992). Shaviklo et al (2010)
menambahkan bahwa polifosfat dapat mempengaruhi sifat elastis dari surimi. Adanya
proses pembekuan dalam pembuatan surimi bertujuan untuk menjaga kualitas surimi
dengan suhu sekitar -10 hingga -20oC.
Pengaruh sukrosa dan garam terhadap hardness dan WHC.
Senyawa yang paling berperan dalam pembuatan surimi adalah cryoprotectan karena
bertindak sebagai bahan anti denaturasi terhadap penyimpanan beku, meningkatkan
WHC (water holding capacity) dan kualitas produk, sebagai contoh gula mampu
meningkatkan tegangan permukaan sehingga air dapat tertahan di dalam bahan.
Cryoprotectan hanya berpengaruh pada WHC dan kekuatan gel tidak pada pH. Contoh
senyawa cryoprotectan adalah sorbitol dan gula (Agustini,2008). Penambahan sukrosa
8
sebesar 2,5% pada kelompok B2 menghasilkan nilai hardness tertinggi dan WHC
terendah (292,02 ; 218185,65) sedangkan B3 dengan sukrosa 5% menghasilkan nilai
hardness terendah dan WHC tertinggi (112,7 ; 318565,40). Pengukuran hardness
dilakukan dengan menggunakan Texture Analyzer (ball probe).
Hal ini sesuai dengan pendapat Shaviko et al. (2010), dimana nilai WHC dan hardness
yang dihasilkan akan berbanding terbalik, sukrosa dengan konsentrasi tinggi akan
membuat WHC tinggi dan hardness rendah. Konsentrasi tinggi (5%) akan lebih besar
mengikat air pada produk surimi. WHC yang rendah dapat disebabkan karena
kemampuan protein miofibril untuk mengikat air berkurang sehingga kekuatan gel
menjadi rendah (Suzuki, 1981). Tetapi nilai WHC yang diperoleh kelompok B4 dengan
konsentrasi sukrosa 5% lebih rendah dibandingkan dengan kelompok B3 dengan
konsentrasi sukrosa 2,5%. Hal ini dapat terjadi karena pencampuran bahan yang tidak
merata dan pengepresan yang hasilnya memanjang bukan melebar sehingga hasil
penghitungan dengan milimeter block menjadi tidak akurat, serta kekuatan pengepresan
yang berbeda.
Dalam praktikum ini digunakan garam sebesar 2,5% sesuai dengan teori Shimizu et al
(1994) dimana garam akan mengikat air, jika jumlah garam berlebih juga akan
menyebabkan surimi lebih asin. Jumlah garam yang ditambahkan sekitar 2-3% dari total
adonan yang didapatkan. Penambahan garam pada praktikum ini juga menunjukkan
bahwa surimi yang dibuat jenis ka-en surimi. Menurut Suzuki (1981) surimi dibedakan
menjadi tiga jenis jika dilihat kandungan garamnya yaitu mu-en (jenis surimi yang
dalam proses pembuatannya tidak menggunakan garam); ka-en (jenis surimi yang
menggunakan garam dalam proses pembuatan).Untuk jenis surimi yang tidak
menggunakan pembekuan
dinamakan na-na surimi.
Pengaruh polifosfat terhadap hardness dan WHC.
Nilai hardness dan WHC tertinggi dan terendah diperoleh pada konsentrasi polifosfat
0,3%. Hal ini bertolak belakang, dimana seharusnya WHC akan semakin tinggi jika
konsentrasi polifosfat juga tinggi (0,5%). Polifosfat dapat mengikat air, jika jumlah
9
polifosfat tinggi maka pengikatan air semakin besar sehingga WHC menjadi tinggi (Tan
et al,1988). Hudson (1992) menambahkan bahwa konsentrasi polifosfat 0,3% akan
memberikan kekuatan gel yang optimal sedangkan konsentrasi 0,5% akan memberikan
kekuatan gel paling tinggi dan hal ini berpengaruh pada WHC. Tetapi pada hasil
pengamatan, konsentrasi polifosfat 0,5% menghasilkan WHC lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi 0,3%.
Jika digabungkan antara bahan-bahan yang ada, maka adonan daging dengan campuran
bahan sukrosa 5%, garam 2,5% dan polifosfat 5% akan menghasilkan nilai WHC
tinggi , hardness rendah dan tingkat kekenyalan yang tinggi akibat kadar air (mgH 2O) di
dalam surimi yang tinggi serta jumlah polifosfat menentukan tingkat kekenyalan yang
dihasilkan (Toyoda et al,1992). Jika dilihat dari hasil pengamatan, kekenyalan tertinggi
pada kelompok B2 dan B4 sedangkan kekenyalan terendah pada kelompok B5. Untuk
hasil kelompok B4 telah sesuai dengan teori,sedangkan hasil kelompok B2 dan B5
berbeda. Hal ini dikarenakan pengujian dilakukan secara subjektif sehingga sangat
dimungkinkan terjadi kesalahan, kesalahan penguji sensori dalam menentukan ukuran
parameter, ketidaktelitian praktikan dalam mengukur jumlah sukrosa, garam dan
polifosfat yang sangat berpengaruh pada hasil akhir.
Untuk data aroma, produk surimi kelompok B3-B5 memiliki aroma yang tidak amis,
kelompok B2 aromanya sangat amis dan kelompok B1 aromanya amis. Perbedaan
aroma dapat dipengaruhi oleh pencucian daging pada saat pendahuluan. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Peranginangin et al, 1999), Bertak Karahadian (1995) dan Lee (1984)
dimana jika produk surimi masih tercium aroma amis menunjukkan bahwa produk
tersebut memiliki kualitas yang rendah, faktor yang mempengaruhi antara lain
pencucian daging ikan yang tidak bersih, pengambilan daging ikan yang tidak sesuai,
serta non-struktural lipid pada ikan tersebut.
4. KESIMPULAN
Produk surimi adalah hasil konsentrat protein miofibril ikan
Produk surimi adalah hasil proses pemfilletan, penggilingan, pencucian,
penambahan cryoprotectan dan pembekuan
Protein miofibril merupakan protein yang larut dalam larutan garam
Surimi memiliki sifat sebagai bahan gel dan bahan pengikat
Pencucian daging dengan kondisi suhu rendah bertujuan untuk melarutkan protein
larut air, menghilangkan lemak, darah, pigmen.
Pencucian dengan suhu rendah sekitar 10oC – 15oC menghasilkan kekuatan gel
terbaik
Senyawa cryoprotectan merupakan bahan anti denaturasi protein
Cryoprotectan hanya berpengaruh pada WHC dan kekuatan gel tidak pada pH.
Contoh senyawa cryoprotectan adalah sorbitol dan gula
Nilai WHC dan hardness yang dihasilkan akan berbanding terbalik
Sukrosa dengan konsentrasi tinggi akan membuat WHC tinggi dan hardness
rendah
Fungsi dari polifosfat adalah mencegah denaturasi protein, membantu kerja
senyawa cryoprotectan,
Polifosfat mempengaruhi sifat elastis surimi
Jenis surimi dari praktikum ini adalah ka-en surimi
Ka-en adalah jenis surimi yang menggunakan garam dalam proses pembuatannya
Jumlah polifosfat tinggi maka pengikatan air semakin besar sehingga WHC tinggi
Konsentrasi polifosfat 0,3% akan memberikan kekuatan gel yang optimal
Konsentrasi 0,5% akan memberikan kekuatan gel paling tinggi
Perbedaan aroma dapat dipengaruhi oleh pencucian daging
Semarang, 29 September 2015
Praktikan, Asisten Dosen,
Yusdhika Bayu S.
Agustina Cloudia
10
11
13.70.0092
5. DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Tri Winarni; Y.S. Darmanto and Danar Puspita Kurnia Putri. 2008. Evaluation on utilization of small marine fish to produce surimi using different cryoprotectective agents to increase the quality of surimi. Journal of Coastal Development. Vol. 11: 131-140.
Azam, Alfiansyah et al. 2010. Pengaruh kunyit terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan (SR) ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dengan system restikulasi tertutup. Universitas Airlangga, Surabaya.
Bertak JA, Karahadian C. 1995. Surimi-based imitation crab characteristic affected by heating method and end point temperatur. J. Food Sci. 60:292-296.
Fogaca, F., Trinca, L.A. (2013). Optimization Of The Surimi Production From Mechanically Recovered Fish Meat (MRFM) Using Response Surface Methodology. Journal of Food Quality.
Hudson, B.J.F. (1992). Biochemistry of Food Proteins. Elsevier Applied Sci., London. 419 pp.
Irianto HE dan Giyatmi S. (2009). Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Jafarpour, Ali; Habib Allah Hajiduon and Masoud Rez Aie. 2012. A Comparative Study on Effect of Egg White, Soy Protein Isolate and Potato Starch on Functional Properties of Common Carp (Cyprinus carpio) Surimi Gel. Journal Process Technology 3 : 11.
Lanier, T.C. dan C.M. Lee. (1992). Surimi Technology, Marcell Decker, Inc., New
York.
Lee CM. (1984). Surimi Process Technology. Journal Food Techonology 38 (11) : 69-80.
Mallet, C.P. (1993). Frozen Food Technology, Birds Eye Wall’s Ltd. Surrey.
Okada, M. (1992). History of surimi technology in Japan. Di dalam Lanier TC, Lee CM (eds). Surimi Technology. Marcel Dekker Inc., New York. p 3-21.
12
13
Peranginangin R, Wibowo S, Nuri Y, Fawza. 1999.Teknologi PengolahanSurimi.Jakarta: Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai Penelitian Perikanan Laut.
Schwarz MD, Lee CM. 1988. Comparison of the thermostability of redhake and alaska pollack surimi during processing. Journal of Food Science. Vol. 53 (5): 1347 –1351.
Shaviklo, G. R., Gudjon T., and Sigurjon Arason. (2010). The Influence of Additives and Frozen Storage on Functional Properties and Flow Behaviour of Fish Protein Isolated from Haddock (Melanogrammus aeglefinus). Turkhish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 10: 333-340.
Shekarabi, Hosseini., M.,Soltani., Kamali. (2015). Effect of heat treatment on the properties of surimi gel from black mouth croaker (Atrobucca nibe). International Food Research Journal. 22(1) : 363-371.
Shimazamaninejad, B. S., and Ali Shabani. (2013). Effect of Medium Temperature Setting on Gelling Characteristics of Surimi from Farmed Common Carp (Cyprinus carpio, Linnaeus, 1758). World Journal of Food and Marine Science. 5(5):553-539.
Shimizu Y, Toyohara H, Lanier TC. (1994). Surimi Production from Fatty and Dark-Fleshed Fish Species. Di dalam: Lanier TC, Lee CM, editor. Surimi Technology. New York: Marcel dekker. Page.425-442.
Somjit, K., Ruttanapomwareesakul, Y., Hara, K., and Nozaki, Y. (2005). The cryoprotectant effect of shrimp chitin and shrimp chitin hydrolysate on denaturation and unfrozen water of lizard surimi during frozen storage. Food Res. Int. 28: 345-355.
Sonu S . C. (1986). Surimi. NOAA Technical Memorandum NMFS. Terminal Island, California.
Suzuki T. 1981. Fish and Krill Protein: Processing Technology. London: Applied Science Publishers Ltd.
Tan SM, Ng MC, Fujiwara T, Kok KH, and Hasegawa H. (1988). Handbook on the Processing of Frozen Surimi and Fish Jelly Products in Southeast Asia.Marine Fisheries.Research Department-South East Asia Fisheries Development Center. Singapore.
Toyoda, K., Shiraishi, T., Yoshioka, H., Yamada, T., Ichinose, Y. and Oku, H. (1992) Regulation of Polyphosphoinositide Metabolism in Peaplasma Membrane by
14
Elicitor and Suppressor from a Pea Pathogen, Mycosphaerellapinodes. Plant Cell Physiol. 33: 445-452.
Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT. Gramedia.
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus perhitungan WHC (mg H2O):
Luas atas ( LA )=13
a (h0+4 h1+2 h2+4 h3+…+hn)
Luas bawah ( LB )=13
a (h0+4h1+2 h2+4 h3+…+hn)
Luasarea basah (LAB)=LA−LB
mg H 2O=Luas areabasah−8,00,0948
Perhitungan WHC Kelompok B1
Luas atas ( LA )=13
.47(110+4 ×187+2 ×222+4 ×188+110)
Luas atas ( LA )=33909,88
Luas bawah ( LB )=13
47(110+4 × 28+2 ×16+4×25+110)
Luas bawah ( LB )=7270,88
Luas area basah (LAB)=33909,88−7270,88
Luas area basah (LAB)=26639
mg H 2O=26639−8,00,0948
mg H 2O=280917,72mg
Perhitungan WHC Kelompok B2
Luas atas ( LA )=13
42(93+4 ×169+2 ×180+4 ×169+114)
Luas atas ( LA )=26866
Luas bawah ( LB )=13
42(93+4×25+2×17+4 × 25+114 )
Luas bawah ( LB )=6174
Luas area basah (LAB)=26866−6174
Luas area basah (LAB)=20692
15
16
mg H 2O=20692−8,00,0948
mg H 2O=218185,65 mg
Perhitungan WHC Kelompok B3
Luas atas ( LA )=13
48 (91+4 ×203+2 ×209+4× 204+107)
Luasatas ( LA )=35904
Luas bawah ( LB )=13
48(91+4 ×15+2 ×11+4 × 19+107)
Luas bawah ( LB )=5696
Luas area basah (LAB)=35904−5696
Luas area basah (LAB)=30208
mg H 2O=30208−8,00,0948
mg H 2O=318565,40 mg
Perhitungan WHC Kelompok B4
Luas atas ( LA )=13
49 (125+4 ×208+2×216+4 × 196+117)
Luas atas ( LA )=37403,33
Luas bawah ( LB )=13
45(125+4 ×26+2× 20+4 ×35+117 )
Luas bawah ( LB )=8589,58
Luas area basah (LAB)=37403,33−8589,58
Luas area basah (LAB)=28813,75
mg H 2O=28813,75−8,00,0948
mg H 2O=303858,12mg
Perhitungan WHC Kelompok B5
Luas atas ( LA )=13
47,5 (160+4 ×220+2 ×237+4× 225+125)
Luas atas ( LA )=40200,83
Luas bawah ( LB )=13
47,5(160+4 × 47+2 ×31+4 ×50+125)
17
Luas bawah ( LB )=11637,26
Luas area basah (LAB)=40200,83−11637,26
Luas area basah (LAB)=28563,57
mg H 2O=28563,57−8,00,0948
mg H 2O=301219,49 mg
6.2. Laporan Sementara
6.3. Diagram Alir
6.4. Abstrak Jurnal
top related