survei gambaran kebersihan, kenyamanan, dan...
Post on 27-Aug-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
SURVEI GAMBARAN KEBERSIHAN,
KENYAMANAN, DAN KEAMANAN DI PUSKESMAS
DAN KLINIK MITRA BPJS MENURUT PERSPEKTIF
PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh : Mochammad Billy Adam
1113103000040
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahirabbil a’lamin segala puja dan puji syukur atas kehadirat
Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat sempurna
dan melimpahkan rahmat serta ridho-Nya kepada kita semua, shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, mas permatanya kota mekkah,
jantung hatinya Siti Aminah, yang membawa kita dari zaman gelap gulita ke
zaman yang terang benderang dialah kekasih Allah Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Dengan rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
laporan penelitian dengan judul “ SURVEI GAMBARAN KEBERSIHAN,
KENYAMANAN, DAN KEAMANAN DI PUSKESMAS DAN KLINIK
MITRA BPJS MENURUT PRESPEKTIF PASIEN JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL” Penyusunan laporan penelitian ini dapat
terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof.Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,
2. dr. Achmad Zaki,Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter,
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program
Studi Pendidikan Dokter 2013,
4. dr. Risahmawati, Ph.D dan dr.Jono Ulomo, Sp.PK selaku pembimbing
pertama dan kedua saya yang selalu membimbing, mengajarkan,
memfasilitasi, dan menyemangati.
vi
5. Kedua orang tua saya, H.Achmad Zaeni, S.E dan Hj.Nurlaila, S.Pd yang
selalu memberikan kasih sayang yang tulus, cinta, semangat, dan doa yang
tak pernah putus yang membuat saya kuat dalam melakukan penelitian ini.
6. Kakak tercinta, Mochammad Zia Ulhaq, S.Kom.I yang selalu
mengingatkan saya akan pentingnya solat menggunakan ilmu dan
pentingnya doa orangtua apalagi seorang Ibu, serta selalu memberikan
semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Adik Tercinta, Ananda Ayu islami dan Anindya Aulia Tajriani yang selalu
perhatian kepada saya dan selalu memberikan support serta motivasi saya
untuk menyelesaikan penelitian ini.
8. Seluruh keluarga tercinta yang ada di rumah yang selalu memberikan doa
serta motivasi semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.
9. Sepupu terhebat, Nende, Ali Monek, Idan maplane, Adhi Febriawan.
10. Teman Spesial, Mutiara Pratama Putri semoga sebentar lagi menjadi
teman hidup amin, dia yang selalu memberikan support, motivasi,
perhatian, kasih sayang, dan selalu mengingatkan agar saya tidak malas
dalam mengerjakan skripsi.
11. Sahabat – sahabat terhebat, Babang Deny, Mas Kamsoi, Rifai Syarif, Iqbal
Dzaky, Sisjufri, Yusuf Abdul, Agung Sapta, Eway , Hasan Cabol, Bang
Egar, Mufti Dop, Yuda Belerioso, Surya Alvarez, Dzeko Capae, Yusran
Coise, Fachri Coise, Rizal bangher, Firman Suit, Agus Aza.
12. Seluruh petugas di Puskesmas Ciputat Timur, Puskesmas Pisangan, Klinik
Makmur Jaya 1 dan Klinik Makmur Jaya 2.
13. Teman sekelompok dan seperjuangan penelitian Muhammad Rafdi Akbar,
Muhanmmad Fajar Ihsan yang telah menyemangati, membantu, dan
berjuang bersama di dalam penelitian ini.
14. Semua responden yang telah bersedia untuk menjalani penelitian ini.
15. Seluruh mahasiswa PSKPD UIN Jakarta angkatan 2013.
16. Serta untuk semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
vii
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis
terima demi laporan penelitian yang lebih baik. Penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Penulis akhiri, semoga
segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasam dari
Allah SWT sang maha pengasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ciputat, 8 Desember 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Mochammad Billy Adam. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Survei gambaran kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di puskesmas dan
klinik mitra BPJS menurut prespektif pasien jaminan kesehatan nasional
Latar Belakang : Kepuasan pasien dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Kebersihan, kenyamanan, dan keamanan fasilitas kesehatan mempengaruhi
kepuasan pasien. Belum ada penelitan yang membahas tentang prespektif pasien
mengenai kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di puskesmas dan klinik mitra
BPJS di Kota Tangerang Selatan.
Tujuan : Mengetahui gambaran kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di
puskesmas dan klinik mitra BPJS yang berada di Tangerang Selatan melalui
survei pasien jaminan kesehatan nasional.
Metode : Observasional dengan pendekatan potong lintang. Responden terdiri
dari 96 pasien. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random
sampling. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien yang telah
menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang berkunjung di Puskesmas
Pisangan, Puskesmas Ciputat Timur Klinik Makmur Jaya dan Klinik Makmur
Jaya II.
Hasil : Dari tujuh tempat yang diteliti, pada aspek kebersihan sebesar 84,8%
mayoritas menjawab cukup bersih dan sebesar 7,6% menjawab sangat bersih. Dari
tujuth tempat yang diteliti, pada aspek keamanan sebesar 84.5% mayoritas
menjawab cukup aman dan sebesar 8,3% responden menjawab sangat aman. Dari
tujuh tempat yang diteliti, pada aspek kenyamanan sebesar 84.7 % mayoritas
menjawab cukup nyaman dan sebesar 6.7 % responden menjawab sangat nyaman.
Kesimpulan : Puskesmas dan klinik mitra BPJS di Kota Tangerang Selatan
tergolong bersih dengan persentase 92,5% mayoritas responden mengatakan
bersih. Puskesmas dan klinik mitra BPJS di Kota Tangerang Selatan tergolong
aman dengan persentase 92,8% mayoritas responden mengatakan aman.
Puskesmas dan klinik mitra BPJS di Kota Tangerang Selatan tergolong nyaman
dengan persentase 91,4% mayoritas responden mengatakan nyaman.
Kata Kunci : Kebersihan, Kenyamanan, Keamanan, Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional
ix
ABSTRACT
Mochammad Billy Adam. Medical and Professional Studies Program Doctor.
Survey overview of cleanliness, comfort, and safety in health centers and
BPJS partner clinics according to the perspective of national health
insurance patients
Background: Patient satisfaction is influenced by various factors. Cleanliness,
comfort, and safety of health facilities affect patient satisfaction. There is no
research that discusses perspective of patients regarding cleanliness, comfort, and
safety in health centers and BPJS partner clinics in South Tangerang City.
Objectives: To overview the cleanliness, comfort, and safety in health centers and
BPJS partner clinics who were in South Tangerang through patient surveys of
national health insurance.
Methods: Observational with cross sectional approach. Respondents consisted of
96 patients. The Sampling technique used cluster random sampling. In this study,
sample who used is the patient who has participated in the National Health
Insurance who visit the health center Pisangan, East Ciputat health center,
Makmur Jaya I Clinic and Makmur Jaya II Clinic.
Results: From seven placeswere investigated, on hygiene of 84.8% majority
answered quite clean and 7.6% answered very clean. From seven places were
investigated, in the safety aspect of 84.5% majority answered quite safe and by
8.3% of respondents answered very safe. From seven places were investigated, in
the comfort aspect of 84.7% majority answered quite comfortable and amounted
6.7% of respondents answered very comfortable.
Conclusion: Health centers and BPJS partner clinics in South Tangerang
relatively clean with a percentage of 92.5% majority of respondents reported
clean. Community health centers and BPJS partner clinics in South Tangerang
city is safe with a percentage of 92.8% majority of respondents reported safe.
Community health centers and BPJS partner clinics in South Tangerang quite
comfortable with a percentage of 91.4% majority of respondents reported
comfortable.
Keyword : Cleanliness, Comfort, Safety , JKN member
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
1.4.1 Untuk Institusi ........................................................................ 3
1.4.2 Untuk Peneliti ......................................................................... 3
1.4.3 Untuk Peneliti lain .................................................................. 3
1.4.5 Untuk Perguruan Tinggi ......................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 4
2.2 BPJS Kesehatan ......................................................................................... 4
2.3 Jaminan Kesehatan Nasional ..................................................................... 5
2.3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan ................................................ 5
2.3.2 Puskesmas............................................................................... 6
2.3.3 Klinik ...................................................................................... 8
2.4 Kepuasan .................................................................................................... 10
2.4.1 Aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien ....................... 11
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien ....................... 12
2.5 Dimensi Keamanan, Kenyamanan, dan Kebersihan .................................. 12
2.6 Kerangka Teori .......................................................................................... 15
2.7 Kerangka Konsep ....................................................................................... 16
2.8 Definisi Operasional .................................................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 19
3.1 Desain Penelitian........................................................................................ 19
3.2 Lokasi dan Tempat Penelitian .................................................................... 19
xi
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 19
3.4 Kriteria Penelitian ...................................................................................... 19
3.5 Besar Sampel.............................................................................................. 20
3.6 Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 20
3.7 Cara Pengumpulan Data............................................................................. 21
3.7.1 Alat dan Instrumen ................................................................. 21
3.7.2 Jenis Data................................................................................ 21
3.7.3 Pengumpulan Data.................................................................. 21
3.7.4 Alur Penelitian ........................................................................ 22
3.7.5 Analisa Data ........................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 24
4.2 Hasil ......................................................................................................... 24
4.2.1 Data dan Jumlah Responden yang disebarkan ....................... 26
4.2.2 Karakteristik Responden ........................................................ 26
4.3 Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 27
4.3.1 Hasil Uji Kualitas Data ........................................................... 27
4.3.1.1 Hasil Uji Validitas ............................................................... 28
4.3.1.2 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................... 29
4.4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 30
4.4.1 Kebersihan .............................................................................. 30
4.4.2 Keamanan ............................................................................... 34
4.4.3 Kenyamanan ........................................................................... 38
4.4.4 Klinik dan Puskesmas............................................................. 40
4.5 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 41
4.6 Kelebihan Penelitan ................................................................................... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 42
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 42
5.2 Saran ......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43
LAMPIRAN ..................................................................................................... 47
DAFTAR TABEL
Tabel 2.7 Definisi Operasional ........................................................................ 17
Tabel 4.1 Kuesioner yang disebarkan kepada Responden .............................. 25
Tabel 4.2 Karakteristik Responden ................................................................. 26
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas ........................................................................... 29
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 30
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Kerangka Teori ........................................................................... 15
Gambar 2.6 Kerangka Konsep ....................................................................... 16
Gambar 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 24
Gambar 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur .................................. 27
Gambar 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ............................ 28
Gambar 4.4 Distribusi Jawaban Mengenai Kebersihan ................................. 30
Gambar 4.5 Distribusi Jawaban Mengenai Keamanan................................... 34
Gambar 4.6 Distribusi Jawaban Mengenai Kenyamanan............................... 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Validasi ...................................................................... 51
Lampiran 2 Riwayat Hidup Penulis .............................................................. 53
1
BAB I
1.1 Identifikasi Masalah
Jaminan kesehatan adalah suatu jaminan perlindungan kesehatan bagi
individu yang mendaftarkan diri sebagai peserta untuk mendapatkan manfaat
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap peserta yang telah membayarkan iurannya atau iurannya dibayarkan oleh
pemerintah.1
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu
keadaan seseorang yang mempunyai fisik, mental dan keadaan sosial yang baik
serta terbebas dari penyakit dan kelemahan fisik. Keinginan seseorang dalam
mencapai standar kesehatan yang tinggi adalah salah satu hak dasar setiap
manusia tanpa membedakan ras, agama, keyakinan politik, kondisi ekonomi atau
sosial.2
Untuk memenuhi kebutuhan dalam hal kesehatan setiap warga negara,
Indonesia mempunyai suatu program pemerintah yang dinamakan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). JKN merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib dan dikelola menggunakan prinsip gotong
royong.3 Pelaksanaan program JKN mewajibkan semua peserta membayar iuran.
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, dan telah membayar iuran.1
Seiring dengan dimulainya JKN pada 1 Januari 2014, semua program
jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK
Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).4
BPJS Kesehatan merupakan suatu badan hukum yang dibentuk oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dalam hal ini
program yang dijalankan ialah program JKN. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) nomor 71 tahun 2013 menyatakan bahwa Puskesmas,
klinik, praktik dokter, maupun rumah sakit kelas D merupakan fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.1
Data yang diambil
1
2
dari situs resmi BPJS Kesehatan RI, jumlah peserta BPJS per 18 November 2016
mencapai 170.954.111 jiwa.2 Dengan semakin bertambahnya peserta BPJS
Kesehatan Puskesmas dan klinik yang fungsinya sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama tentunya berusaha meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan
pasien.5 Tingkat kepuasan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kebersihan, kenyamanan, dan keamanan.6,7,8
Menurut beberapa penelitian sebelumnya kepuasan pasien dipengaruhi
oleh kebersihan, kenyamanan, dan keamanan ruangan, salah satunya ruang rawat
inap. Terdapat penelitian sebelumnya mengenai kebersihan dan kepuasan pasien
di Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan oleh Orysa Satifa Tawil (2015), di
RSUD Datoe Bingakang Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara
menunjukan bahwa, terdapat hubungan antara kebersihan kamar mandi/WC
terhadap kepuasan pasien (p = 0,006).6 Hal ini juga didukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Setiawati E (2012) disebutkan bahwa terdapat hubungan
antara kebersihan ruangan Kelas III dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong dengan nilai (p=0,031).9
Selain kebersihan, didapatkan juga penelitian sebelumnya bahwa kepuasan
dipengaruhi oleh kenyamanan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
wiranto R (2013) didapatkan adanya hubungan kenyamanan dengan kepuasan
pasien (p=0,001).7 Kemudian diperoleh literatur mengenai survei tingkat kepuasan
terhadap keamanan di Puskesmas Halmahera Kota Semarang. Mayoritas
responden mengatakan puas terhadap keamanan Puskesmas.8
Belum terdapat data serupa di fasilitas kesehatan yang bermitra dengan
BPJS dengan menilai gambaran tingkat kebersihan, kenyamanan dan keamanan.
Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di
Puskesmas dan klinik mitra BPJS yang berada di Tangerang Selatan menurut
perspektif pasien jaminan kesehatan nasional ?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di
Puskesmas dan klinik mitra BPJS yang berada di Tangerang Selatan menurut
perspektif pasien jaminan kesehatan nasional.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa :
1.4.1 Untuk Institusi Pemerintah
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi guna
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
1.4.2 Untuk Peneliti
1. Memperoleh banyak pengalaman dari penelitian ini karena dilakukan
dengan cara observasi
2. Melatih kemampuan diri dalam melakukan penyusunan penelitian
1.4.3 Untuk Peneliti Lain
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian lebih
lanjut mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
1.4.4 Untuk Perguruan Tinggi
1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi berkaitan dengan fungsi dan
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.2. BPJS Kesehatan
Di Indonesia terdapat badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program pemerintah yaitu BPJS Kesehatan. Program
pemerintah yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan adalah program JKN.
BPJS Kesehatan dibentuk oleh Undang - undang No. 40 Tahun 2004 Tentang
SJSN dan Undang - Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). BPJS Kesehatan bertanggungjawab langsung kepada
Presiden. Kantor BPJS Kesehatan berpusat di ibukota Negara RI yaitu Jakarta.
Selain itu juga BPJS Kesehatan mempunyai kantor perwakilan di provinsi dan
kantor cabang di kabupaten/kota.3
Dari kedua Undang - undang tersebut didapatkan kebijakan baru yang
mengatur pembubaran PT.Askes Persero dan merubahnya menjadi BPJS
Kesehatan. Pembubaran ini dilakukan dengan cara mengalihkan aset, hak, dan
kewajiban hukum PT.Askes Persero menjadi aset, hak, dan kewajiban hukum
BPJS Kesehatan. Selain itu, seluruh pegawai PT.Askes Persero akan menjadi
pegawai BPJS Kesehatan.3
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tentang
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan menyatakan BPJS Kesehatan dalam
rangka menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara program jaminan kesehatan
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menerima pendaftaran bagi orang yang ingin mendaftarkan diri sebagai
Peserta JKN
2. Mengumpulkan uang iuran peserta JKN
3. Mengelola keuangan peserta JKN
4. Membiayai pelayanan kesehatan JKN
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta JKN
6. Memberikan informasi secara jelas dan dapat di pahami peserta JKN
mengenai penyelenggaraan program JKN
4
5
Untuk melaksanakan tugasnya tersebut, BPJS Kesehatan diberikan kewenangan
yaitu :
1. Menagih pembayaran uang iuran apabila terjadi keterlambatan
2. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan keamanan dana, dan hasil
yang memadai
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan yang benar atas kepatuhan
Peserta dan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya
4. Membuat perjanjian dengan fasilitas kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS mengenai nominal pembayaran fasilitas kesehatan yang
sesuai dengan standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah.3
2.3. Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah yang
mempunyai cita – cita besar untuk memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh
rakyat Indonesia secara merata. Program JKN dibuat berdasarkan kondisi
kesehatan yang dialami bangsa Indonesia. Program ini termasuk kedalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sesuai dengan Undang - undang No. 40 Tahun
2004 tentang SJSN dikatakan bahwa, setiap peserta diwajibkan membayar iuran
guna mendapatkan suatu perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa
peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional,
program Jaminan Kesehatan Nasional itu merupakan bentuk komitmen nyata
pemerintah untuk memeberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia .1
Program JKN sudah diatur menggunakan prinsip – prinsip yang telah di buat
berdasarkan Undang - undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional . Salah satu prinsip yang dimiliki JKN ialah menggunakan sistem gotong
royong yang dimana sistem ini cukup membantu karena akan terjadi subsidi
silang yang nantinya dapat membantu pasien yag tidak mampu. Dengan
mewajibkan semua peserta membayar iuran maka akan terjadi prinsip gotong
royong secara menyeluruh.3
6
2.2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) Nomor 75 tahun 2014, yang dimaksud Fasilitas Pelayanan Kesehatan
merupakan wadah yang memiliki fungsi sebagai penyelenggara upaya pelayanan
kesehatan, mulai dari promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.10
BPJS Kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
peserta JKN beserta keluarganya membutuhkan suatu wadah/tempat untuk
menjalankan fungsi dan tugasnya oleh karena itu, BPJS Kesehatan melakukan
kerjasama dengan Fasilitas Kesehatan milik pemerintah atau swasta. Fasilitas
kesehatan ini terbagi atas tiga kelompok utama, yaitu fasilitas kesehatan tingkat
pertama, fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, dan fasilitas kesehatan pendukung.3
Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) menyelenggarakan pelayanan
kesehatan non spesialistik, sedangkan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan spesialistik dan subspesialistik. Fasilitas
kesehatan pendukung melayani pelayanan obat, optik, dan dukungan medis
lainnya.3
Sebagai tulang punggung dalam sistem pelayanan kesehatan program
JKN, FKTP itu sendiri diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan
komunitas. Untuk menjalankan fungsinya pelayanan primer tidak akan berarti
tanpa kompetensi yang memadai dan komitmen yang tinggi dari FKTP.1
2.1.1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.10
Selain itu juga Puskesmas
berperan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.10
Untuk
wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan
terdapat lebih dari dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi
antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing - masing Puskesmas tersebut secara
7
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.12
Puskesmas sebagai FKTP untuk menjalankan fungsinya sebagai pelayanan
kesehatan tentunya mempunyai tugas, berikut tugas Puskesmas :
1. Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
Puskesmas berperan melaksanakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan yang terpenting Puskesmas
merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan kesehatan merupakan pelaksanaan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemauan, kesadaran dan
kemampuan untuk hidup sehat serta terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Pembangunan kesehatan tersebut mempunyai tujuan yang dimana ingin
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas.
3. Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas hanya bertanggungjawab sebagian
saja sesuai dengan kemampuannya.12
Puskesmas memiliki beberapa fungsi :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dimana Puskesmas
selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat di wilayah kerjanya,
sehingga mendukung pembangunan kesehatan. Selain itu, Puskesmas juga
harus berperan aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan/akibat
dari penyelenggaraan setiap programnya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa melupakan
pengobatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat dimana Puskesmas selalu berupaya agar
masyarakat terutama tokoh masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan
8
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.
Selain itu, Puskesmas harus bisa berperan dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Untuk
pemberdayaan perorangan, Puskesmas harus bisa menyelenggaraan
program dengan baik kepada keluarga dan masyarakat dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama dimana Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab Puskesmas
meliputi:
a). Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan
adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan
utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b). Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.12
9
2.3.2. Klinik
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) Nomor 28 tahun 2011, yang dimaksud klinik adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang dimana
menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan lebih
dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. Tenaga
medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis.
Tenaga kesehatan adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan.13
Berdasarkan jenis pelayanannya klinik dibagi menjadi klinik pratama dan
klinik utama. klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar sedangkan klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Klinik
pratama dan utama dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu.12
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) Nomor 28 tahun 2011 Tentang Klinik disebutkan bahwa, pimpinan Klinik
Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi, sedangkan untuk pimpinan Klinik
Utama yang memimpin adalah seorang dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.13
Tenaga yang bekerja pada klinik terdiri atas tenaga medis, tenaga
kesehatan lain dan tenaga non kesehatan.13
1. Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang
dokter dan/atau dokter gigi.
2. Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 (satu) orang
dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi sesuai jenis pelayanan
yang diberikan.
3. Klinik Utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi sebagai
tenaga pelaksana pelayanan medis.
10
4. Dokter atau dokter gigi harus mempunyai kompetensi yang baik setelah
mengikuti pendidikan atau pelatihan sesuai dengan jenis pelayanan yang
diberikan oleh klinik.
5. Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non
kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang
diberikan oleh klinik.
Klinik melakukan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan berupa one day care,
rawat inap dan/atau home care. Klinik yang dalam penyelenggaraannya terdapat
pelayanan kesehatan 24 jam harus menyediakan dokter dan tenaga kesehatan lain
sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat.13
Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran klinik yang
diselenggarakan di wilayahnya dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan
berdasarkan rasio jumlah penduduk yang ada. Klinik diselenggarakan pada
bangunan yang permanen dan tidak dapat bergabung dengan bangunan lain.
Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masing-masing.
2.4. Kepuasan
Menurut Kotler (2012) kepuasan memiliki arti sebagai perasaan seseorang
berupa rasa puas atau kecewa terhadap hasil akhir suatu produk atau pekerjaan
dibandingkan dengan ekspektasi yang ia harapkan. Apabila hasilnya lebih rendah
dibandingkan dengan ekspektasinya, seseorang akan merasa tidak puas. Jika
hasilnya sesuai atau melebih ekspektasi , seseorang akan merasa puas.14
Menurut Band (1991) dikatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan dari pelanggan dapat
terpenuhi, maka akan terjadinya pembelian ulang dari suatu produk/barang.15
Menururt Mowen (1995) kepuasan seseorang terhadap sesuatu
dipengaruhi oleh berbagai macam hal, terutama hubungan loyalitas yang dimiliki
seseorang terhadap suatu merk. Seseorang akan lebih memilih merk yang dia
anggap sudah bagus dan cocok bagi dirinya.16
Produk jasa yang berkualitas mempunyai peran penting untuk membuat
kepuasan pelanggan.14
Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan
kepada pelanggan, maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi.
11
Bila kepuasan pelanggan semakin tinggi, maka dapat menimbulkan keuntungan
bagi badan usaha tersebut. Pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian
pada badan usaha tersebut. Sebaliknya, jika rasa puas itu tidak didapatkan dari
pelanggan mengakibatkan pelanggan pindah pada produk lain.17
Kepuasan pasien menurut Pohan (2012) adalah suatu perasaan pasien yang
keluar akibat dari hasil pelayanan kesehatan yang diterimanya setelah pasien
membandingkan dengan apa yang diharapkan.18
Kepuasan yang dirasakan oleh
pasien setelah mendapat pelayanan kesehatan bisa menentukan nasib penyedia
layanannya, oleh karena itu perlu dilakukan secara berkala mengukur tingkat
kepuasan pasien guna meningkatkan kualitas pelayanan. Kepuasan pasien juga
merupakan masalah penting baik untuk perbaikan maupun evaluasi pelayanan
kesehatan. Hasil dari evaluasi pasien mampu mendidik staf medis tentang prestasi
mereka serta kegagalannya membantu mereka untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya mengenai kebutuhan pasiennya.19,20
2.4.1. Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Terdapat beberapa aspek yang dapat diukur untuk melihat kepuasan
pasien :
1. Kompetensi teknis petugas, dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan
meliputi keterampilan dalam penggunaan teknologi, pengalaman
petugas medis, kecepatan pelayanan pendaftaran, gelar medis yang
dimiliki, memiliki keberanian dalam mengambil keputusan.
2. Kenyamanan dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan meliput
kenyamanan ruangan, kebersihan ruangan, makanan dan minuman,
peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan wc, pembuangan
sampah, kesegaran ruangan dll.
3. Hubungan pelanggan dengan petugas rumah sakit, dapat dijabarkan
dengan pertanyaan yang menyangkut keramahan, informasi yang
diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi antara pelanggan dengan
petugas, responsi, dan support.
4. Biaya, dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan tarif standar yang
ditetapkan, serta adanya rincian biaya.21
12
2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kepuasan pasien anatara lain :
1. Faktor emosional, pasien yang yakin bahwa pendapat/penilaian orang
lain terhadap rumah sakit yang biasa dikatakan rumah sakit mahal,
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
2. Kualitas produk atau jasa hasil evaluasi,apabila suatu produk atau jasa
yang digunakan berkualitas pasien cenderung akan mengatakan puas.
Persepsi pasien terhadap kualitas suatu produk atau jasa dipengaruhi
oleh dua hal yaitu komunikasi dalam mempromosikan suatu produk
atau jasa dan kenyamanan kualitas suatu produk.
3. Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam industri jasa.
Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang
diharapkan.18
2.5. Dimensi Keamanan, Kenyamanan, dan Kebersihan
Sarana adalah segala sesuatu yang bisa digunakan sebagai alat dalam
mencapai suatu tujuan. Sedangkan prasarana merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses.22,23
Sarana dan Prasarana yang terdapat di
Puskesmas maupun klinik harus memenuhi standar yang telah ditetapakan
pemerintah. Untuk kelancaran dalam memberikan pelayanan dan manjamin
kesinambungan pelayanan maka fasilitas kesehatan harus dilengkapi dengan
tempat yang dipersyaratkan.24,25
A. Keamanan Pelayanan
Suatu keadaan dimana terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
dapat merasakan ketenangan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan
terhindar dari resiko – resiko yang muncul akibat dari pelaksanaan pelayanan
tersebut. Sehubungan hal di atas, menurut Carlson dan Schwartz (dalam denhardt,
2003) Security yaitu bebas dari resiko, bahaya dan keragu – raguan. Security yaitu
ukuran tingkat dimana pelayanan yang disediakan membuat masyarakat merasa
aman dan yakin ketika menerimanya.26,27
13
B. Kebersihan dan Kenyamanan pelayanan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 1204 Tahun
2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mengatakan
bahwa, pelayanan kesehatan rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang
yang sakit maupun orang yang sehat, sehingga dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan. Untuk menghindari risiko pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan tersebut maka perlu diadakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan dan kebersihan.
Kebersihan Rumah Sakit adalah suatu keadaan atau kondisi yang bebas dari
bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi silang.
Rumah sakit, Puskesmas, dan klinik merupakan fasilitas kesehatan yang diberikan
pemerintah sebagai penyelenggara upaya pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Selain rumah sakit yang harus menjaga kebersihannya, Puskesmas dan klinik pun
harus menjaga kebersihannya karena didalam pelaksanaannya tempat tersebut
terdapat orang sakit, dan orang yang sehat yang dimana bisa menyebabkan
terjadinya risiko infeksi silang. Apabila Puskesmas dan Klinik yang merupakan
fasilitas kesehatan tingkat pertama menjaga kebersihan akan terciptanya Indonesia
yang bersih dan sehat.28
Presiden RI telah mengintruksikan melalui Surat Sekretaris Wakil
Presiden Nomor B.1082/Seswapres/KK.04.01.10/2011 tanggal 17 Oktober 2011
untuk melaksanakan gerakan Indonesia Bersih. Hal ini merupakan salah satu
upaya pemerintah untu menciptakan kondisi fasilitas pelayanan publik yang sehat.
Kementerian Kesehatan RI memprioritaskan gerakan Indonesia Bersih ini pada
fasilitas pelayanan kesehatan dan dalam pelaksanaannya diperlukan pedoman
teknis fasilitas pelayanan kesehatan bersih.28
Berikut ini merupakan kriteria bersih
terhadap fisik bangunan menurut Pedoman Teknis Rumah Sakit Bersih
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) :
A. Tidak terdapat sampah berserakan
B. Lantai bersih dan tidak licin
C. Dinding berwarna terang dan bersih
14
D. Ventilasi udara cukup atau menggunakan peralatan mekanik
E. Sirkulasi udara baik
F. Langit-langit bersih dan tidak bocor
G. Penerangan cukup
H. Instalasi kabel dan pipa rapi
I. Bebas serangga dan binatang pengganggu
J. Tidak berdebu
K. Tersedia sarana cuci tangan pakai sabun
Kebersihan dan kenyamanan merupakan suatu kondisi dimana sarana dan
prasarana pelayanan tertata rapi, penampilan fisiknya bersih, dan teratur sehingga
bisa memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan. Sehubungan dengan
hal tersebut, menurut Gaspersz (1997), dimensi yang harus diperhatikan dalam
perbaikan kualitas pelayanan antara lain : 1.) Kenyamanan dalam memperoleh
pelayanan yang berkaitan dengan lokasi. Ruang tempat pelayanan, kemudahan
jangkauan, ketersediaan informasi dan lain-lain. 2.) Atribut pendukung pelayanan
, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, dan fasilitas
lainnya. Kemudian menurut Zeithaml dkk (1985) salah satu dimensi untuk
mengukur suatu kepuasan pelanggan antara lain: Tangibles, yaitu dijabarkan
berupa bentuk fisik bangunan, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat
informasi dan lain-lain. Menurut Warella (1997) menyebutkan bahwa untuk
menilai pelayanan publik yang berkualitas dapat digunakan kriteria penilaian fisik
lainnya antara lain, kebersihan dan kesejukan lingkungan.26,29,30
Pada aspek
kebersihannya fasilitas pelayanan kesehatan harus dilengkapi dengan sarana
tempat kebersihan untuk mendukung Gerakan Nasional Bersih Negeriku.
Kelayakan ruangan pelayanan dinilai berdasarkan ketersediaan ruangan sesuai
kebutuhan, fungsinya, memenuhi syarat, mempunyai ventilasi, serta ketersediaan
tempat cuci tangan.24,25
15
2.5. Kerangka Teori
Pasien
Dimensi Kualitas
1.Kebersihan
2.Kenyamanan
3.Keamanan
4.Fasilitas yang tersedia :
a) Tempat pendaftaran b) Tempat tunggu c) Tempat periksa dokter d) Tempat pengambilan
obat e) Kamar mandi f) Mushola g) Tempat parkir
1.Kualitas Produk atau Jasa
2.Kualitas Pelayanan
3.Faktor Emosional
Faktor yang mempengaruhi
Kepuasan 18
Aspek yang mempengaruhi
kepuasan17
Kualitas Kinerja Pelayanan
16
2.6. Kerangka Konsep
Keterangan tulisan bold : Yang diteliti
Pasien
Pelayanan yang dirasakan
Dimensi Kualitas
Kebersihan Tempat Keamanan Tempat Kenyamanan Tempat
Tingkatan Penilaian:
1. Sangat Kotor 2. Kotor 3. Tidak Tahu 4. Cukup Bersih 5. Sangat Bersih
Tingkatan Penilaian:
1. Sangat Tidak Aman
2. Tidak Aman 3. Tidak Tahu 4. Cukup
Aman 5. Sangat
Aman
Tingkatan Penilaian :
1. Sangat Tidak Nyaman
2. Tidak Nyaman
3. Tidak Tahu 4. Cukup
Nyaman 5. Sangat
Nyaman
17
2.7. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
1 Kebersihan Ruangan
1. Ruang
pendaftaran
2. Ruang Tunggu
3. Ruang periksa
4. Ruang
pengambilan
obat
5. Toilet
6. Tempat ibadah
7. Tempat parkir
Keadaan ruangan
yang berdasarkan
kasat mata terlihat
bersih dan bebas
dari kotoran
Kuesioner Ordinal Sangat Kotor, Kotor,
Tidak Tahu, Cukup
Bersih, Sangat Bersih
2 Kenyamanan Ruangan
1. Ruang
pendaftaran
2. Ruang Tunggu
3. Ruang periksa
4. Ruang
pengambilan
obat
5. Toilet
6. Tempat ibadah
7. Tempat parkir
Keadaan ruangan
yang
menimbulkan rasa
nyaman akibat
dari kondisi
ruangan yang
terlihat bersih,
tidak berbau,
pencahayaan yang
cukup serta
terdapat udara
yang sejuk
Kuesioner Ordinal Sangat Tidak Nyman,
Tidak Nyaman, Tidak
Tahu, Cukup
Nyaman, Sangat
Nyaman
3 Keamanan Ruangan
1. Ruang
pendaftaran
2. Ruang Tunggu
3. Ruang periksa
4. Ruang
pengambilan
obat
5. Toilet
6. Tempat ibadah
Keadaan ruangan
yang terbebas
dari bahaya/
ancaman dan
membuat rasa
tentram
Kuesioner Ordinal Sangat Tidak Aman,
Tidak Aman, Tidak
Tahu, Cukup Aman,
Sangat Aman
18
7. Tempat parkir
4. Peserta JKN Setiap orang,
termasuk orang
asing yang
bekerja paling
singkat 6 (enam)
bulan di
Indonesia, dan
telah membayar
iuran.
Telah
terdaftar di
BPJS sebagai
peserta dan
memiliki
nomor
identitas
peserta
5. Klinik Mitra BPJS Klinik yang
melakukan
kerjasama dengan
BPJS Kesehtan
dan mempunyai
komitmen
terhadap BPJS
Telah
terdaftar di
BPJS
Kesehatan
sebagai
fasilitas
kesehatan
mitra BPJS
6. Puskesmas Mitra BPJS Puskesmas yang
melakukan
kerjasama dengan
BPJS Kesehatan
dan mempunyai
komitmen
terhadap BPJS
Telah
terdaftar di
BPJS
Kesehatan
sebagai
fasilitas
kesehatan
mitra BPJS
7. Jenis Kelamin Laki – laki dan
perempuan
Nominal
8. Umur Lamanya waktu
hidup seseorang
di dunia
Interval
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan potong
lintang.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2016 di Puskesmas
Pisangan, Puskesmas Ciputat Timur, Klinik Makmur Jaya, dan Klinik Makmur
Jaya II yang berada di Tangerang Selatan.
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi target adalah semua pasien yang berkunjung di Puskesmas
Pisangan, Puskesmas Ciputat Timur, Klinik Makmur Jaya, dan Klinik
Makmur Jaya II di Tangerang Selatan.
2. Populasi terjangkau adalah semua pasien yang telah menjadi peserta JKN
yang berkunjung di Puskesmas Pisangan, Puskesmas Ciputat Timur,
Klinik Makmur Jaya, dan Klinik Makmur Jaya II di Tangerang Selatan.
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien yang telah menjadi
peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang berkunjung di Puskesmas Pisangan,
Puskesmas Ciputat Timur Klinik Makmur Jaya dan Klinik Makmur Jaya II
dengan cara pemilihan sampel yaitu cluster random sampling. Subjek dipilih
dengan cara pengocokan nomor antrian pasien, kemudian nomor yang keluar akan
menjadi subjek penelitian. Bila subjek tidak setuju untuk menjadi subjek
penilitian dilakukan pengocokan kembali sampai jumlah sample terpenuhi.
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Pasien peserta JKN yang berobat ke Puskesmas dan Klinik
2. Pasien tidak mengalami gangguan jiwa
3. Pasien yang berusia 18 – 75 Tahun
4. Pasien dapat membaca
5. Pasien dapat menulis
6. Pasien dapat berkomunikasi
19
20
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang menolak untuk menjadi responden
2. Pasien dalam keadaan sakit berat
3. Pasien yang perlu penanganan emergensi
4. Pasien yang tidak mengisi lembar identitas dan 10% bagian dari kuesioner
3.5 Besar Sampel
Penelitian akan menggunakan rumus deskriptif kategorik
Zα= Deviat baku alfa
P = Proporsi kategori yang diteliti
Q = Proporsi sampel yang tidak dapat diolah (1-P)
d = Tingkat kesalahan/presisi
n = Besar sample
dari rumus tersebut peneiliti menetapkan alfa sebesar 5% sehingga Zα = 1,96.
Karena belum ada penelitian sebelumnya, peneliti menetapkan P = 50 % sehingga
Q = 50 %, dengan nilai presisi (d) sebesar 10 % maka didapatkan :
Besar sampel yang diteliti sebesar 96 orang. Karena terdapat 4 tempat maka besar
sampel dibagi 4 sehingga didapatkan 24 orang untuk satu tempat. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.
3.6 Cara Kerja
3.6.1 Variabel
a. Variabel Terikat
1. Tingkat kepuasan peserta BPJS
b. Variabel Bebas
1. Kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di Puskesmas Pisangan,
Puskesmas Ciputat Timur, Klinik Makmur Jaya, dan Klinik Makmur
Jaya II
21
3.7 Cara Pengumpulan Data
3.7.1 Alat dan Instrumen
Materi dan alat yang akan digunakan meliputi :
1. Lembar Identitas
2. Kuesioner Penelitian
3. Informed Consent
3.7.2 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data waktu registrasi
pasien peserta JKN di Puskesmas. Data Primer adalah data yang peneliti dapatkan
secara langsung bukan salinan. Data waktu registrasi adalah data yang diperoleh
dari pendaftaran pasien peserta JKN.
3.7.3 Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan setelah mendapat pasien yang sesuai dengan kriteria
inklusi. Setelah itu mencari pasien dan dipilih secara acak melalui pengocokan
sampai mendapatkan jumlah sampe minimal. Meminta persetujuan kepada
responden untuk mengisi kuesioner. Setelah responden menyetujui, responden
diminta untuk mengisi kuesioner. Responden yang telah mengisi kuisioner akan
mendapatkan bingkisan.
22
3.7.4 Alur Penelitian
Penelitian diawali dengan mencari
pasien peserta JKN
Meminta persetujuan pasien
untuk mengisi Kuesioner
Pengisian kuesioner Input data Pengolahan dan analisis
data
Randomisasi subjek penelitian
dengan cara pengocokan
Sesuai kriteria inklusi Tidak sesuai kriteria
Inklusi
Pasien menyetujui Pasien tidak menyetujui
Clearing data
Permintaan surat izin dari kampus dan Dinas
Kesehatan Tangerang Selatan untuk melakukan
penelitian
Surat izin penelitian telah di
izinkan oleh klinik dan puskesmas
Mendapatkan jumlah
sampel yang dibutuhkan
Pembuatan kuesioner
penelitian
Pembuatan proposal penelitian
Penulisan laporan
Uji Validitas dan
Uji Reliabilitas
23
3.7.5 Analisis Data
Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel diberi skor sesuai dengan bobot
jawaban dari pertanyaan yang disediakan pengolahan data yang dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
Tahap-tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Tahap editing, yaitu dengan mengedit data yang tersedia. Tahap ini
mencakup pengecekan kembali kuesioner yang telah diisi, lengkap atau
tidak.
2) Tahap coding, yaitu menuliskan kode untuk masing-masing item.
3) Tahap entry, yaitu memasukan data yang berupa kode ke dalam program
komputer kemudian dimasukkan ke dalam tabel pengukuran.
4) Tahap cleaning, yaitu pengecekan kembali data yang telah dimasukkan
dan diperiksa adanya kejanggalan.
5) Analisis data.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Makmur Jaya I, Klinik Makmur Jaya II,
Puskesmas Ciputat Timur, dan Puskesmas Pisangan.
Populasi penelitian adalah seluruh pasien peserta JKN yang datang untuk
berobat di Puskesmas dan klinik. Peneliti mendapatkan sampel sebanyak 104
responden, dengan rincian 24 responden di Klinik Makmur Jaya I, 24 reponden di
Klinik Makmur Jaya II, 24 responden di Puskesmas Ciputat Timur dan 24
responden di Puskesmas Pisangan.
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari kuesioner yang
diisi oleh pasien peserta JKN yang telah dilakukan informed consent terlebih
dahulu.
4.2. Hasil
4.2.1. Data jumlah kuisioner yang disebarkan
Tabel 4.1. Kuisioner yang disebarkan kepada responden
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Jumlah kuesioner yang disebar 104 100%
2 Jumlah kuesioner yang tidak kembali 0 0%
3 Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 8 0%
4 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 96 92.3%
Sumber: Data primer
Terdapat 8 kuisioner yang tidak dapat diolah karena tidak mengisi identitas
yaitu nama. Dikarenakan responden tersebut masuk kedalam kriteria eksklusi hal
ini membuat peneliti tidak bisa memasukan data responden untuk diolah.
24
25
Tabel 4.2 Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Total (N) Total (%)
Jenis
Kelamin
Laki – laki 37 38,5
96 100
Perempuan 59 61,5
Umur
(Tahun)
20 - 30 17 17,7
96 100
31 - 40 38 39,6
41 - 50 24 25
51 - 60 11 11,5
61 - 70 3 3,1
71 - 75 3 3,1
Pekerjaan
PNS 6 6,3
96 100
Pegawai
Swasta 4 4,2
Guru 4 4,2
Ibu Rumah
Tangga 40 41,7
Karyawan 23 24
Wiraswasta 17 17,7
Tidak Memiliki
Pekerjaan
Tetap
2 2,1
Sumber : Data primer
26
4.2.2. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Gambar 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 37 orang atau 38.5%
responden berjenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 59 orang atau 61.5%
responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas
responden adalah perempuan.
4.2.3. Deskripsi responden berdasarkan usia
Gambar 4.2. Distribusi responden berdasarkan usia
Diagram diatas menunjukan kelompok usia responden terbanyak adalah
usia 31 - 40 tahun sebanyak 39,6 % dan kelompok usia responden paling sedikit
adalah usia 61 – 70 dan 71 – 75 tahun masing – masing sebanyak 3,1 %.
0 5 10 15 20 25 30 35 40
71 - 75
61 - 70
51 - 60
41 - 50
31 - 40
20 - 30
Distribusi Umur Responden
Laki - laki 38,5% Perempuan 61,5%
Jumlah
27
4.2.4. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan
Gambar 4.3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
Diagram diatas menunjukan kelompok pekerjaan responden terbanyak
adalah ibu rumah tangga sebanyak 40 orang dan kelompok responden yang paling
sedikit adalah responden yang tidak memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 2 orang.
4.3. Hasil Uji Instrumen Penelitian
4.3.1. Hasil Uji Kualitas Data
4.3.1.1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation,
pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05
maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan
hasil uji validitas dari tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Kebersihan (KB), Keamanan (KA) dan Kenyamanan (KN) dengan 20 sampel
responden.
Berikut adalah rincian tabel hasil uji validitas untuk setiap variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Tidak Memiliki Pekerjaan Tetap
Wiraswasta
Karyawan
Guru
Ibu Rumah Tangga
PNS
Pegawai Swasta
Distribusi Pekerjaan Responden
28
1. Uji Validitas
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
KB 1 0,735 0,000 Valid
KB 2 0,735 0,000 Valid
KB 3 0,745 0,000 Valid
KB 4 0,704 0,001 Valid
KB 5 0,767 0,000 Valid
KB 6 0,767 0,000 Valid
KB 7 0,767 0,000 Valid
KA 1 0,762 0,000 Valid
KA 2 0,762 0,000 Valid
KA 3 0,649 0,002 Valid
KA 4 0,726 0,000 Valid
KA 5 0,522 0,018 Valid
KA 6 0,657 0,002 Valid
KA 7 0,682 0,001 Valid
KN 1 0,759 0,000 Valid
KN 2 0,676 0,001 Valid
KN 3 0,492 0,028 Valid
KN 4 0,745 0,000 Valid
KN 5 0,704 0,001 Valid
KN 6 0,767 0,000 Valid
KN 7 0,767 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan variabel kebersihan, keamanan dan kenyamanan
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan. Ditemukan r tabel dengan
tingkat signifikansi 0,05 uji 2 arah sebesar 0,4438. Setelah dibandingkan nilai
Pearson Corelation dengan r tabel didapatkan semua pertanyaan dalam kuesioner
valid.
29
4.3.1.2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach
Alpha berada diatas 0,60. Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 4.5 menunjukkan nilai cronbach’s sebesar 0,950. Nilai cronbach’s
yang baik adalah 0,70 – 0,95.31
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha
lebih dari 0,70. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila
pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan
jawaban sebelumnya.
Cronbach’s
Alpha
N of Items
.950 21
30
4.4. Hasil dan Pembahasan Kuesioner Penelitian
4.4.1. Hasil Kuesioner Kebersihan
Adapun data hasil penyebaran kuesioner mengenai kebersihan didapatkan
hasil sebagai berikut :
Pada lembar kuesioner penelitian ini, peneliti menanyakan pendapat
responden tentang bagaimana kebersihan di ruang pendaftaran, ruang tunggu
pasien, ruang periksa dokter, ruang pengambilan obat, kamar mandi/WC, tempat
ibadah/mushola, serta tempat parkir. Kategori penilaiannya yaitu sangat kotor,
kotor, tidak tahu, cukup bersih, dan sangat bersih.
Pada lembar kuesioner yang dibagikan kepada responden terdapat
pertanyaan mengenai penilaian “Sangat Kotor” pada tempat yang diteliti, namun
pada tabel dan diagram dibawah ini peneliti hilangkan dikarenakan tidak ada
responden yang menjawab pada kategori penilaian tersebut.
Gambar 4.4 Distribusi jawaban responden mengenai kebersihan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
RuangPendaftaran
RuangTunggu
RuangPeriksa
RuangPengambilan
Obat
KamarMandi
TempatIbadah
TempatParkir
91,7 92,7 89,6
92,7
69,8
63,5
93,8
7,3 7,3 10,4
7,3 5,2 9,4
6,2
Cukup Bersih Sangat Bersih Tidak Tahu Kotor
27,1
1
24
31
4.4.1.1. Pembahasan Kebersihan
Dari tujuh tempat di Puskesmas dan klinik yang dinilai kebersihannya
ruang pendaftaran, ruang pengambilan obat, ruang periksa dokter, ruang tunggu,
dan tempat parkir merupakan tempat yang paling banyak dinilai bersih oleh
responden. Dilihat dari jawaban responden rata – rata menjawab cukup bersih
pada kelima tempat ini sekitar 92,1% sedangkan pada kedua tempat lainnya yaitu
mushola dan kamar mandi hanya 66,65%, artinya responden menilai kelima
tempat tersebut lebih bersih dibandingkan kamar mandi dan mushola.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yakni Puskesmas maupun klinik harus
memperhatikan fungsi , keamanan, serta kenyamanan dalam memberikan
pelayanannya.
Menurut observasi peneliti dilapangan melihat dari segi kebersihan yang
terdapat di klinik maupun Puskesmas masih tergolong bersih secara keseluruhan.
Namun apabila dilihat dari hasil penyebaran kuesioner, ruang tunggu, ruang
periksa dokter, ruang pengambilan obat, dan tempat parkir merupakan tempat
yang mendapatkan penilaian bersih dari responden dengan persentase 100%
apabila dijumlahkan antara jawaban kategori cukup bersih dan kategori sangat
bersihnya. Hal tersebut sejalan dengan observasi yang dilakukan peneliti. Menurut
observasi peneliti di lapangan, tempat parkir yang terdapat di klinik maupun
Puskesmas memang terjaga kebersihannya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebersihan tempat parkir
salah satunya kinerja petugas kebersihannya. Tempat parkir merupakan suatu
tempat untuk menaruh kendaraan yang disediakan oleh fasilitas kesehatan bagi
pasien yang membawa kendaraan. Dalam hal ini, peran petugas kebersihan sangat
penting karena pada umumnya dan sesuai dengan observasi peneliti, tempat
parkir berada di depan gedung utama yaitu sebagai tempat persinggahan pertama
bagi pasien yang berkunjung ke Puskesmas maupun klinik. Apabila pada saat
pasien tiba di Puskesmas maupun klinik yang terlihat pertama kali adalah kondisi
tempat parkir yang bersih, hal itu dapat menimbulkan rasa puas pasien terhadap
kebersihan Puskesmas maupun klinik. Selain tempat parkir terdapat ruangan yang
32
mendapat penilaian tinggi dari responden yaitu ruang pengambilan obat dan ruang
periksa dokter.
Observasi yang dilakukan peneliti mengenai kebersihan ruang
pengambilan obat dan ruang periksa dokter sejalan dengan hasil yang terdapat
pada penyebaran kuesioner. Pada ruang pengambilan obat peneliti melihat mulai
dari lantai, tempat duduk untuk menunggu, dan loket pengambilan obat terjaga
kebersihannya dan tidak terdapat sampah disekitar ruang pengambilan obat.
Peneliti berpendapat bahwa, terjaganya kebersihan di ruang pengambilan obat
dikarenakan kinerja petugas kebersihan yang baik selain itu juga, kesadaran
pasien akan kebersihan lingkungan yaitu tidak membuang sampah sembarangan.
Pada ruang periksa dokter, menurut observasi peneliti di lapangan memang
kebersihannya terjaga, disamping itu ruang periksa dokter merupakan tempat
bertemunya pasien dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi
seputar keluhan yang dialami pasen. Untuk menjaga kepuasan pasien dalam hal
mendapatkan pelayanan yang baik dari fasilitas kesehatan khususnya pelayanan
dokter yang meliputi ruang periksa dokter, tentunya fasilitas kesehatan selalu
menjaga kebersihan pada ruangan tersebut.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Pangestu (2013) melalui
pembagian kuesioer pada pasien rawat jalan di RSU Kota Tangerang Selatan
menunjukan bahwa, kebersihan pada ruang pemeriksaan dokter dan ruang
pengambilan obat memiliki penilaian kategori bersih dengan jumlah responden
yang tinggi, yaitu masing-masing 98% dan 78%.32
Seperti halnya hasil pada
penelitian ini, didapatkan penilaian kebersihan pada ruang periksa dokter dan
ruang pengambilan obat memiliki jumlah responden yang tinggi pula yakni
dengan masing – masing persentase 100%. Dengan rincian persentase sebagai
berikut : ruang periksa dokter (Cukup bersih 89,6%, Sangat bersih 10,4%) dan
ruang pengambilan obat (Cukup bersih 92,7%, Sangat bersih 7,3%).32
Terdapat perbedaan hasil penilaian kebersihan pada ruang tunggu dan
pendaftaran. Pada penelitian sebelumnya responden yang menganggap ruang
tunggu dan pendaftaran dengan kategori kotor, cukup banyak (53% dan 46%).32
Sedangkan pada studi ini mayoritas responden menilai ruang pendaftaran dan
ruang tunggu dalam kategori bersih.32
33
Tempat ibadah yang mendapatkan penilaian kategori cukup bersih 63,5%
dan kategori sangat bersih 9,4% dari responden menurut observasi peneliti masih
tergolong bersih, namun apabila dibandingkan dengan ruangan lain penilaian
kebersihan tempat ibadah lebih rendah. Menurut pendapat peneliti hal ini terjadi
kemungkinan karena kurangnya perhatian pengelola kebersihan di Puskesmas dan
klinik mengingat tempat ibadah itu hanya digunakan pada waktu tertentu.
Menurut observasi yang peneliti lakukan, jadwal kunjungan paling banyak berada
di pagi hingga siang hari yaitu dibawah pukul 12.00 WIB. Pada waktu tersebut
tidak ada waktu pelaksanaan solat wajib, oleh karena itu kemungkinan alasan
mayoritas responden menjawab rendah pada pertanyaan mengenai kebersihan
tempat ibadah/mushola dikarenakan pasien tidak mengunjungi dan melihat
kebersihan pada tempat ibadah/mushola yang terdapat di Puskesmas maupun
klnik.
Pada penelitian mengenai kebersihan yang dilakukan di tujuh ruangan
yang terdapat di Puskesmas dan klinik mitra BPJS yakni ruang pendaftaran, ruang
tunggu, ruang periksa dokter, ruang pengambilan obat, kamar mandi, tempat
ibadah, serta tempat parkir secara keseluruhan semua tempat tergolong bersih.
Menurut analisa peneliti dari hasil jawaban responden mengenai kebersihan dan
juga ditambah observasi peneliti di lapangan Puskesmas dan klinik mitra BPJS di
Kota Tangerang Selatan tergolong bersih dilihat dari jawaban responden ditiap
tempat yang dinilai menjawab cukup bersih diatas 90% dan hanya pada tempat
ibadah serta kamar mandi saja yang mayoritas menjawab cukup bersih 65%.
Artinya yang mengatakan tidak bersih maupun tidak tahu hanya 35% pada kamar
mandi dan tempat ibadah sedangkan pada kelima tempat lainnya hanya dibawah
10% yang mengatakan tidak bersih ataupun tidak tahu.
34
4.4.2. Hasil Kuesioner Keamanan
Adapun data hasil penyebaran kuesioner mengenai keamanan didapatkan
hasil sebagai berikut :
Pada lembar kuesioner penelitian ini, peneliti menanyakan pendapat
responden tentang bagaimana keamanan di ruang pendaftaran, ruang tunggu
pasien, ruang periksa dokter, ruang pengambilan obat, kamar mandi/WC, tempat
ibadah/mushola, serta tempat parkir. Kategori penilaiannya yaitu sangat tidak
aman, tidak aman, tidak tahu, cukup aman, dan sangat aman.
Pada lembar kuesioner yang dibagikan kepada responden terdapat
pertanyaan mengenai penilaian “Sangat Tidak Aman” pada tempat yang diteliti,
namun pada tabel dan diagram dibawah ini peneliti hilangkan dikarenakan tidak
ada responden yang menjawab pada kategori penilaian tersebut.
Gambar 4.5 Distribusi jawaban responden mengenai keamanan
4.4.2.1. Pembahasan Keamanan
Dari tujuh tempat di Puskesmas dan klinik yang dinilai dari segi
keamanan, ruang pengambilan obat, ruang pendaftaran, ruang tunggu, ruang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
RuangPendaftaran
RuangTunggu
RuangPeriksa
RuangPengambilan
Obat
Kamar Mandi TempatIbadah
TempatParkir
90,6 90,6 89,6 92,7
70,8 67,7
89,6
9,4 9,4 10,4 7,3 5,2 6,2
10,4
Cukup Aman Sangat Aman Tidak Tahu
24 26
35
periksa dokter, dan tempat parkir merupakan tempat yang paling banyak dinilai
aman oleh responden. Dilihat dari jawaban responden rata – rata menjawab cukup
aman pada kelima tempat ini 90,62% sedangkan pada kedua tempat lainnya yaitu
mushola dan kamar mandi hanya 69,25%, artinya responden menilai kelima
tempat tersebut lebih aman dibandingkan kamar mandi dan mushola.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yakni Puskesmas maupun klinik harus
memperhatikan fungsi, keamanan, serta kenyamanan dalam memberikan
pelayanannya.
Menurut observasi peneliti dilapangan melihat segi keamanan yang
terdapat di klinik maupun Puskesmas masih tergolong aman secara keseluruhan.
Apabila dilihat dari hasil penyebaran kuesioner, ruang pendaftaran, ruang tunggu,
ruang periksa dokter, ruang pengambilan obat, dan tempat parkir merupakan
tempat yang mendapatkan penilaian aman dari responden dengan persentase
100% apabila dijumlahkan antara jawaban kategori cukup aman dan sangat
amannya. Hal itu sejalan dengan observasi yang dilakukan peneliti pada
Puskesmas dan klinik. Menurut observasi peneliti di ruang pengambilan obat,
disana tersedia kursi/bangku yang memadai untuk pasien menunggu mendapatkan
obat . Selain itu, terdapat petugas keamanan yang melakukan kontrol dengan
melakukan keliling ke setiap ruangan – ruangan yang terdapat di Puskesmas
maupun klinik terkecuali ruang periksa dokter. Dengan adanya kursi/bangku
untuk pasien menunggu mendapatkan obat ditambah dengan adanya kontrol
keliling petugas keamanan berdampak baik untuk pasien yaitu timbulnya perasaan
aman terhadap ruang pengambilan obat.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Morte F (2008) Dilihat
dari keamanan lingkungan tempat pelayanan sebagian besar responden (lebih dari
50 %) menyatakan aman baik di dalam ruangan tempat pelayanan maupun diluar
(tempat parkir kendaraan).29
Dari tujuh tempat yang dinilai keamanannya lima
tempat diantaranya mendapat predikat aman oleh seluruh responden (100%).
Namun hasil yang berbeda didapatkan pada penilaian keamanan di kamar
mandi/WC dan tempat ibadah yaitu dengan jumlah responden yang menilai aman
36
sebesar 76% untuk kamar mandi/WC dan 73,9% untuk tempat ibadah. Selebihnya
responden menyatakan tidak tahu.26
Tempat ibadah merupakan tempat yang masih tergolong aman menurut
observasi peneliti di lapangan dan dilihat dari jawaban responden mengenai
keamanan di tempat ibadah lebih dari 50% responden menyatakan aman. Namun
apabila dibandingkan dengan ruangan lain penilaian keamanan pada tempat
ibadah lebih rendah. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan berbagai macam faktor.
Tempat ibadah/mushola merupakan suatu tempat yang digunakan oleh umat
muslim untuk melakukan sholat/ibadah. Sholat wajib terdiri dari 5 (lima) waktu
yakni, subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya. Waktu pelayanan kesehatan di
Puskesmas berkisar antara pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.45 WIB. Pada
jenjang waktu antara pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.45 WIB tidak ada waktu
pelaksanaan solat wajib, oleh karena itu peneliti berpendapat bahwa penilaian
cukup aman pada tempat ibadah lebih rendah dibandingkan dengan ruangan lain
karena pada waktu tersebut banyak pasien yang tidak berada di mushola.
Kamar mandi/WC merupakan tempat yang dimana paling sedikit juga
mendapatkan penilaian aman dari responden. Hal ini bisa dilihat dari hasil
jawaban responden pada kuesioner tentang keamanan yang dimana mayoritas
responden menjawab kategori cukup aman hanya 70,8% sedangkan pada tempat
lain rata – rata jawaban mencapai angka 90% untuk penilaian kategori cukup
aman. Berdasarkan observasi peneliti dilapangan mengenai kamar mandi/WC,
peneliti berpendapat bahwa kondisi kamar mandi tergolong cukup aman. Dilihat
dari fungsinya, instalasi air dan listrik masih berjalan dengan baik namun
dibeberapa kamar mandi masih terdapat kekurangan yaitu, tidak terdapat kunci
yang memadai pada pintu kamar mandi mungkin hal ini yang menyebabkan
responden menjawab rendah pada penilaian cukup aman di kamar mandi/WC.
Selain fungsinya, dilihat dari kondisi fisik kamar mandinya, peneliti berpendapat
bahwa kamar mandi masih tergolong aman dan tidak ada kerusakan fisik yang
berarti.
Pada penelitian mengenai keamanan yang dilakukan di tujuh ruangan yang
terdapat di Puskesmas dan klinik mitra BPJS yakni ruang pendaftaran, ruang
tunggu, ruang periksa dokter, ruang pengambilan obat, kamar mandi, tempat
37
ibadah, serta tempat parkir secara keseluruhan semua tempat tergolong aman.
Menurut analisa peneliti dari hasil jawaban responden mengenai keamanan dan
juga ditambah observasi peneliti di lapangan Puskesmas dan klinik mitra BPJS di
Kota Tangerang Selatan tergolong aman dilihat dari jawaban responden ditiap
tempat yang dinilai menjawab cukup aman diatas 90% dan hanya pada tempat
ibadah serta kamar mandi saja yang mayoritas menjawab cukup aman 69%.
Artinya yang mengatakan tidak aman maupun tidak tahu hanya 30% pada kamar
mandi dan tempat ibadah sedangkan pada kelima tempat lainnya hanya dibawah
10% yang mengatakan tidak aman ataupun tidak tahu.
38
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
RuangPendaftaran
RuangTunggu
RuangPeriksa
RuangPengambilan
Obat
Kamar Mandi TempatIbadah
TempatParkir
92,7 89,6 90,6
93,8
66,7 65,6
93,8
6,3 8,3 8,3 5,2 7,2 6,3 5,2
Cukup Nyaman Sangat Nyaman Tidak Tahu Tidak Nyaman
4.4.3. Hasil Kuesioner Kenyamanan
Adapun data hasil penyebaran kuesioner mengenai kenyamanan
didapatkan hasil sebagai berikut :
Pada lembar kuesioner penelitian ini, peneliti menanyakan pendapat
responden tentang bagaimana kebersihan di ruang pendaftaran, ruang tunggu
pasien, ruang periksa dokter, ruang pengambilan obat, kamar mandi/WC, tempat
ibadah/mushola, serta tempat parkir. Kategori penilaiannya yaitu sangat tidak
nyaman, tidak nyaman, tidak tahu, cukup nyaman, dan sangat nyaman.
Pada lembar kuesioner yang dibagikan kepada responden terdapat
pertanyaan mengenai penilaian “Sangat Tidak Nyaman” pada tempat yang diteliti,
namun pada tabel dan diagram dibawah ini peneliti hilangkan dikarenakan tidak
ada responden yang menjawab pada kategori penilaian tersebut.
Gambar 4.6 Distribusi jawaban responden mengenai kenyamanan
4.4.3.1. Pembahasan Kenyamanan
Dari tujuh tempat di Puskesmas dan klinik yang dinilai kenyamanannya,
ruang pendaftaran, ruang tunggu, ruang pengambilan obat, ruang periksa dokter,
1 2,1 1 2,1 1
24 27,1
1 1
39
dan tempat parkir merupakan tempat yang paling banyak dinilai nyaman oleh
responden. Dilihat dari jawaban responden rata – rata menjawab cukup nyaman
pada kelima tempat ini sekitar 92,1% sedangkan pada kedua tempat lainnya yaitu
mushola dan kamar mandi hanya 66,2%, artinya responden menilai kelima tempat
tersebut lebih nyaman dibandingkan kamar mandi dan mushola. Tempat ibadah
mendapatkan penilaian kenyamanan terendah kemungkinan karena kurangnya
perhatian pengelola sarana ibadah di Puskesmas dan klinik seperti tidak
tersedianya mukena untuk perempuan dan sarung untuk laki – laki. Untuk kamar
mandi mendapatkan penilaian kenyamanan terendah kemungkinan karena WC
nya berbau, licin, dan ada beberapa kamar mandi/WC yang tidak memiliki kunci
pada pintu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yakni Puskesmas maupun klinik harus
memperhatikan fungsi , keamanan, serta kenyamanan dalam memberikan
pelayanannya.
Menurut observasi peneliti dilapangan melihat dari segi kenyamanan yang
terdapat di klinik maupun Puskesmas masih tergolong nyaman secara
keseluruhan. Observasi yang peneliti lakukan mengenai kenyamanan pada ruang
pengambilan obat dan ruang periksa dokter sejalan dengan hasil yang terdapat
pada penyebaran kuesioner. Pada ruang pengambilan obat peneliti menilai
nyaman dikarenakan pada ruangan tersebut terlihat bersih, tidak didapatkan
sampah, tidak didapatkan bau yang tidak sedap serta pencahayaan pada ruangan
tersebut cukup . Peneliti berpendapat bahwa, apabila kenyamanan pada setiap
ruangan terjaga akan berdampak baik bagi fasilitas kesehatan terhadap kepuasan
pasien mengenai pelayanan kesehatan yang pasien dapatkan. Selain itu, terjaganya
kenyamanan merupakan salah satu peran penting dari pengelola kebersihan di
fasilitas kesehatan tersebut.
Kemudian peneliti mendapatkan literatur penelitian sebelumnya dengan
hasil yang sejalan yaitu oleh Pangestu (2013) pada pasien rawat jalan di RSU
Kota Tangerang Selatan menunjukan bahwa, kenyamanan pada ruang
pemeriksaan dokter dan ruang pengambilan obat memiliki penilaian kategori
nyaman dengan jumlah responden yang tinggi, yaitu masing-masing 98% dan
40
78%.28
Seperti halnya hasil pada penelitian ini, didapatkan penilaian kebersihan
pada ruang periksa dokter dan ruang pengambilan obat memiliki jumlah
responden yang tinggi pula yakni dengan masing – masing persentase 99% dan
99%. Dengan rincian persentase sebagai berikut : ruang periksa dokter (yang
menilai cukup nyaman 90,6%, sangat nyaman 8,3 %), ruang pengambilan obat
(yang menilai cukup nyaman 93,8%, sangat nyaman 5,2%).
Pada penelitian mengenai kenyamanan yang dilakukan di tujuh ruangan
yang terdapat di Puskesmas dan klinik mitra BPJS yakni ruang pendaftaran, ruang
tunggu, ruang periksa dokter, ruang pengambilan obat, kamar mandi, tempat
ibadah, serta tempat parkir secara keseluruhan semua ruangan tergolong nyaman.
Menurut analisa peneliti dari hasil jawaban responden mengenai kenyamanan dan
juga ditambah observasi peneliti di lapangan Puskesmas dan klinik mitra BPJS di
Kota Tangerang Selatan tergolong nyaman dilihat dari jawaban responden ditiap
tempat yang dinilai menjawab cukup nyaman diatas 92% dan hanya pada tempat
ibadah serta kamar mandi saja yang mayoritas menjawab cukup nyaman 66%.
Artinya yang mengatakan tidak nyaman maupun tidak tahu hanya 30% pada
kamar mandi dan tempat ibadah sedangkan pada kelima tempat lainnya dibawah
9% yang mengatakan tidak nyaman ataupun tidak tahu.
4.2.3.2. Puskesmas dan Klinik
Mengenai kebersihan berdasarkan penelitian di Puskesmas dan klinik,
hasil yang diperoleh dari penyebaran kuesioner didapatkan hasil di Puskesmas
lebih bersih dibandingkan dengan klinik dengan perbedaan sangat tipis. Dilihat
dari persentase jawaban responden mayoritas yang mengatakan Puskesmas bersih
sebanyak 45 responden (94%) dari 48 responden, sedangkan mayoritas responden
yang mengatakan klinik bersih yaitu 44 responden (92%) dari 48 responden yang
diteliti. Menurut observasi peneliti di lapangan sejalan dengan hasil yang
didapatkan dari penyebaran kuesioner. Terdapat perbedaan yang sangat tipis
antara jawaban responden yang mengatakan bersih pada klinik maupun
Puskesmas.
Mengenai keamanan berdasarkan penelitian di Puskesmas dan klinik, hasil
yang diperoleh dari penyebaran kuesioner didapatkan hasil di klinik lebih aman
41
dibandingkan dengan Puskesmas. Dilihat dari persentase jawaban responden
mayoritas yang mengatakan klinik aman sebanyak 46 responden (95%) dari 48
responden, sedangkan mayoritas responden yang mengatakan Puskesmas aman di
klinik hanya terpaut 1 responden saja yaitu 45 responden (94%) dari 48 responden
yang diteliti, hal ini sejalan dengan observasi peneliti di lapangan di Puskesmas
dan klinik sama – sama aman.
Mengenai kenyamanan berdasarkan penelitian di Puskesmas dan klinik,
hasil yang diperoleh dari penyebaran kuesioner cukup berbeda jika dilihat dari
hasil persentase jawaban responden yang mengatakan nyaman. Didapatkan hasil
dari persentase jawaban responden mayoritas yang mengatakan klinik nyaman
sebanyak 47 responden dan hanya 1 responden saja yang tidak mengatakan
nyaman ataupun mengatakan tidak tahu, bila dilihat persentasenya sekitar (97%)
dari 48 responden, artinya hampir keseluruhan responden mengatakan nyaman
pada klinik. Sedangkan mayoritas responden yang mengatakan Puskesmas
nyaman 43 responden (90%) dari 48 responden yang diteliti.
4.5. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross-sectional
sehingga hanya menggambarkan kebersihan, kenyamanan, dan keamanan tidak
mengkaji adanya hubungan antara variabel penelitian. Selain itu juga cakupan
wilayah penelitian masih belum luas. Tempat penelitian juga masih tergolong
sedikit yaitu hanya 2 Puskesmas dan 2 Klinik yang bermitra dengan BPJS yang
berada di Tangerang Selatan saja. Pada penelitian ini tidak membandingkan
kebersihan, kenyamanan, dan keamanan antara Puskesmas dan klinik hanya
melihat gambarannya saja.
4.6. Kelebihan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian baru berdasarkan data yang peneliti
dapat yang membahas gambaran kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di
Puskesmas dan klinik mitra BPJS di Tangerang Selatan menurut prespektif pasien
Jaminan Kesehatan Nasional.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Secara umum Puskesmas dan Klinik yang bermitra dengan BPJS di Kota
Tangerang Selatan tergolong bersih, aman, dan nyaman. Berikut ini adalah rincian
persentasenya :
1. Puskesmas dan klinik mitra BPJS di Kota Tangerang Selatan tergolong
bersih dilihat dari tujuh ruangan yang dinilai rata – rata responden
mengatakan bersih dengan persentase 92,5% mayoritas responden
mengatakan bersih.
2. Puskesmas dan klinik mitra BPJS di Kota Tangerang Selatan tergolong
aman dilihat dari tujuh ruangan yang dinilai rata – rata responden
mengatakan aman dengan persentase 92,8% mayoritas responden
mengatakan aman.
3. Puskesmas dan klinik mitra BPJS di Kota Tangerang Selatan tergolong
nyaman dilihat dari tujuh ruangan yang dinilai rata – rata responden
mengatakan nyaman dengan persentase 91,4% mayoritas responden
mengatakan nyaman.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menggunakan metode analitik
sehingga tidak hanya menggambarkan kebersihan, kenyamanan, dan
keamanan melainkan mencari adanya hubungan antara kebersihan,
keamanan, dan kenyamanan dengan kepuasan pasien.
2. Diperlukan penelitian serupa dengan cakupan tempat penelitian yang lebih
luas mengenai gambaran kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di
Puskesmas dan klinik mitra BPJS Kota Tangerang Selatan.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2011 Tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. 2011. Diakses pada
tanggal 21 September 2016.
2. World Health Organization. Constitution of The World Health
Organization. 2006.
http://www.who.int/governance/eb/who_constitution_en.pdf. Diakses
pada tanggal 24 September 2016.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pegangan
Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Kementerian Kesehatan R.I. 2013.
4. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Program
Jaminan Kesehatan Nasional. 2014. www.tnp2k.go.id. Diakses pada
tanggal 24 September 2016
5. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Visi dan Misi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. www.bpjs-kesehatan.go.id.
Diakses pada tanggal 22 September 2016.
6. Tawil, Orysa. Hubungan antara Fasilitas Sanitasi Ruangan Rawat Inap
Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Datoe Binangkang
Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Kesehata. 2015. Di akses
pada tanggal 15 November 2016.
7. Wiranto, Muh. Analisis Kepuasan Pada Instalasi Rawat Inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Lanto Dg.Pasewang Kbupaten Jeneponto. Jurnal
Kesehatan. 2013. Diakses pada tanggal 15 November 2016.
8. Royanah, Ulfa. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional Bukan Penerima Bantuan Iuran ( NON PBI) di
Puskesmas Halmahera Kota Semarang. 2015. Diakses pada tanggal 15
November 2016.
43
44
9. Setiawati, Eka. Hubungan Sanitasi Rawat Inap Kelas III dengan
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong.
2012. Diakses pada tanggal 15 November 2016.
10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. 2014. Diakses tanggal 1 November 2016.
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. 2014. Diakses tanggal 1 November 2016.
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 128/MENKES/SKII/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat. 2004. Di akses tanggal 29 September 2016.
13. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/Per/1/2011 Tentang Klinik.
2011. Diakses Tanggal 25 Oktober 2016.
14. Kotler,Philip dan Lane Kevin, Keller. Marketing Management. New
Jersey: Pearson. 2012.
15. Band, William A. Creating value for customer: Designing and
Implementation a Total Corporate Strategy, John Walley and Sons Inc,
Canada. 1991.
16. Mowen, John C. Consumer behavior, Prentice Hall, Inc, Englewood
Cliffs, New Jersey, International Edition. 1995.
17. Musanto, Trisno. Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas
Pelanggan: Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya.
Universitas Kristen Petra. 2004. Diakses tanggal 7 November 2016.
18. Pohan I. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran ECG. 2002.
19. Farooqi JH. Patient expectation of general practitioner care, focus
group discussion and questionnaire survey in an urban primary health
cen-tre, Abu Dhabi-UAE (A Pilot Study). Middle East J Fam Med
2005; 3:6.
45
20. Ahmad I, Din S. Patient Satisfaction from The Health Care Services.
Gomal University, Pakistan. Gomal Journal of Medical Sciences. 2010
January; 8.
21. Nofiana, Hendri dan Sugiarsi, Sri. Hubungan Mutu Pelayanan
Pendaftaran Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karanganyar. 2011. Jurnal Kesehatan. 5 (1) :
90-106.
22. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sarana. http://kbbi.web.id/sarana.
Diakses tanggal 29 September 2016.
23. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Prasarana. http://kbbi.web.id/tempat.
Diakses tanggal 29 September 2016.
24. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, Tempat Praktik Dokter Gigi. Di akses pada tanggal 12
November 2016.
25. Rukmini. Availability and Eligibility of Primary Health Center Room
for Services Based on Topography Demography and Geography in
Indonesia. Jurnal Kesehatan. Di akses pada tanggal 12 November 2016
26. Mote, Frederik. Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap
Pelayanan Publik di Puskesmas Ngesrep Kota Semarang. 2008.
27. Denhardt, Janet V and Denhardt, Robert B. The New Public Service;
Serving, not Steering, New York, M.E. Sharpe, Inc. 2003.
28. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Teknis Rumah
Sakit Bersih. 2011. Diakses pada tanggal 1 Desember 2016.
29. Zeithaml, Valarie A., (et.al). Servqual : A Multiple-Item Scale for
Measuring Consumer Perceptions of Service Quality dalam Journal of
Retailing, Spring. 1985.
30. Warella, Y. Administrasi Negara dan Kualitas Pelayanan Publik Pidato
Pengukuhan jabatan Guru Besar Madya ilmu Administrasi Negara.
Semarang, Universitas Diponegoro. 1997.
46
31. Takavol Mohsen, Dennick Reg. Making sense of Cronbach’s Alpha.
International Journal of Medical Education. 2011. Diakses tanggal 8
November 2016.
32. Pangestu, Achmad. Gambaran Kepuasan Pasien pada Rawat Jalan di
RSU Kota Tangerang Selatan. 2013. Diakses pada tanggal 15
November 2016.
47
Lampiran 1
Kuesioner Validasi
Tanggal Pengambilan
KUESIONER KEPUASAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL TERHADAP PELAYANAN DI PUSKESMAS DAN
KLINIK MITRA BPJS DI TANGERANG SELATAN
No. Kuesioner:
No. SPSS:
PERSETUJUAN PENGAMBILAN DATA
(INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapatkan penjelasan dan mengerti mengenai riset Kepuasan
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Pelayanan di Puskesmas dan
Klinik Mitra BPJS di Tangerang Selatan oleh Mochammad Billy Adam
(1113103000040), Muhammad Rafdi Akbar (1113103000038), Muhammad Fajar
Ihsan (1113103000007) Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2013
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bersedia mengisi kuesioner ini sebagai
bentuk partisipasi saya terhadap penelitian ini.
Tangerang Selatan,……..………….2016
47
48
______________________
Bapak / Ibu yang terhormat,
Kami mohon bantuan Bapak / Ibu untuk memberikan informasi
dibawah ini. Semua keterangan dan jawaban yang diperoleh semata-mata hanya
untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Oleh sebab itu jawaban
Bapak/Ibu berikan besar sekali artinya bagi kelancaran penelitian ini. Isilah
pertanyaan berikut ini dengan mencentang pada jawaban yang sesuai dengan
pendapat Bapak/Ibu.
Atas bantuan Bapak/Ibu peneliti mengucapkan terimakasih.
IDENTITAS RESPONDEN:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Alamat :
Pekerjaan :
DAFTAR PERTANYAAN / KUESIONER PENELITIAN
KEPUASAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
TERHADAP PELAYANAN DOKTER DI PUSKESMAS DAN KLINIK
MITRA BPJS DI TANGERANG SELATAN
49
Lampiran 2
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DATA PRIBADI
Nama : Mochammad Billy Adam
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat tanggal lahir : Serang 2 Agustus 1995
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl.Sunan Kudus 1 No.23 Kecamatan Citangkil Kelurahan
Samangraya Cilegon – Banten
No.HP : 081283417400
Email : billyadamzz@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2002 – 2007 : Kelas Akselerasi SD Al Azhar Syifa Budi Cilegon
2. Tahun 2007 – 2010 : SMP Al Azhar Syifa Budi Cilegon
3. Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri 1 Cilegon
4. Tahun 2013 – Sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Uin
Syarif Hidayatullah Jakarta
top related