teori
Post on 15-Dec-2015
3 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asma merupakan penyakit kronis yang sering dijumpai pada anak di Negara maju. Sejak
2 dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma menigkat pada anak maupun dewasa.
Namun, akhir-akhir ini di Amerika dilaporkan tidak terjadi peningkatan lagi di beberapa Negara
bagian. Asma memberikan dampak negative bagi kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan
anak sering tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh
keluarga.. prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada
anak). Prevalensi tersebutsangat bervariasi. Terdapat perbedaan prevalens antar Negara dan
bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu Negara.(1)
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus
oleh berbagaimacam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian
bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan. Serangan
asma dapat berupa sesak nafas yang paroksisal,nberulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan
batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus dan
produksi lender kental yang berlebihan.(2)
Penyebab asma belum diketahui secara pasti. Factor pencetusnya antara lain allergen,
infeksi (terutama infeksi saluran nafas bagian atas), zat iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks
gastroesofagus, dan factor psikis.(3)
Tatalaksana asma dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tatalaksana pada saat serangan asma
(eksaserbasi akut) atau aspek akut dan tatalaksana jangka panjang (aspek kronis). Pada asma
episodik sering dan asma persisten, selain penanganan pada saat serangan, diperlukan obat
pengendali (controller) yang diberikan sebagai pencegahan terhadap serangan asma.(1,2,3,4,5)
1 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA)
didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan,
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.(1,3,5)
Asma adalah mengi berulang dan/ atau bentuk persisten dalam keadaan dimana asma
adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.(2)
Selain definisi diatas, untuk mempermudah batasan operasional asma untuk kepentingan
klinis yang lebih praktis, Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) menggunakan batasan operasional
asma yaitu mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara
episodik, cenderungpada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus
diantaranyaaktivitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun denganpengobatan,
serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya.(3,4)
2.2 ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
- Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
b. Faktor presipitasi
2 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
- Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, ex: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut, ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex: perhiasan, logam dan
jam tangan
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
- Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
- Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
3 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.(1,2,3,4,5)
2.3 KLASIFIKASI
Dalam GINA 2006 asma diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajat penyakit asma,
serta pola obstruksi aliran udara di saluran nafas. Walaupun berbagai usaha dilakukan, klasifikasi
berdasarkan etiologi sulit digunakan karena tredapat kesulitan dalam menentukan etiologi yang
spesifik.pembegian derajat penyakit asma menurut GINA adalah sebagai berikut :
1. Intermiten
Gejala kurang dari seminggu
Serangan singkat
Gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
- FEV 1 atau PEV > 80%
- Variabilitas PEF atau FEV 1 variabilitas <20%
2. Persisten ringan
Gejala lebih dari sekali seminggu
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
- FEV 1 atau PEV > 80%
- Variabilitas PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%
3. Persisten sedang
Gejala setiap hari
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
- FEV 1 tau PEV 60% – 80%
4 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
- Variabilitas PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4. Persisten berat
Gejala setiap hari
Serangan terus menerus
Gejala pada malam hari setiap hari
Terjadi pembatasan aktivitas fisik
- FEV 1 atau PEF = 60%
- Variabilitas PEF atau FEV variabilitas > 30%.(1,4,5)
Berbeda dengan GINA (Global Initiative for Asthma), PNAA (Pedoman Nasional Asma
Anak) membagi asma menjadi 3 yaitu(1,5) :
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
5 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.(3,5)
2.4 PATOFISIOLOGI
1. Reaksi inflamasi
Patogenesis asma dapat diterangkan secara sederhana sebagai bronkokonstriksi
akibat proses inflamasi yang terjadi terus-menerus pada saluran napas. Karena itu pemberian
anti-inflamasi memegang peranan penting pada pengobatan dan kontrol asma. Terlihat
bahwa setelah pemberian inhalasi kortikosteroid akan terjadi penurunan bermakna sel
inflamasi dan pertanda permukaan sel pada sediaan bilas dan biopsi bronkoalveolar.
Pemberian bronkodilator saja tidak dapat mengatasi reaksi inflamasi dengan baik.
Pada tingkat sel tampak bahwa setelah terjadi pajanan alergen serta rangsang infeksi
maka sel mast, limfosit, dan makrofag akan melepas faktor kemotaktik yang menimbulkan
migrasi eosinofil dan sel radang lain. Pada tingkat molekul terjadi pelepasan berbagai
mediator serta ekspresi serangkaian reseptor permukaan sma merupakan penyakit kronik
6 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
tersering pada anak dan masih tetap merupakan masalah bagi pasien, keluarga, dan bahkan
para klinisi dan peneliti asma. Mengacu pada data epidemiologi Amerika Serikat pada saat
ini diperkirakan terdapat 4-7% (4,8 juta anak) dari seluruh populasi asma. Selain karena
jumlahnya yang banyak, pasien asma anak dapat terdiri dari bayi , anak, dan remaja, serta
mempunyai permasalahan masing-masing dengan implikasi khusus pada
penatalaksanaannya.
Pengetahuan dasar tentang masalah sensitisasi alergi dan inflamasi khususnya, telah
banyak mengubah sikap kita terhadap pengobatan asma anak, terutama tentang peran anti-
inflamasi sebagai salah satu dasar pengobatan asma anak. Oleh karena itu pengertian yang
lebih baik tentang peran faktor genetik, sensitisasi dini oleh alergen dan polutan, infeksi
virus, serta masalah lingkungan sosioekonomi dan psikologi anak dengan.Pada orkestrasi
proses inflamasi ini sangat besar pengaruh sel Th2 sebagai regulator penghasil sitokin yang
dapat memacu pertumbuhan dan maturasi sel inflamasi alergi. Pada tingkat jaringan akan
tampak kerusakan epitel serta sebukan sel inflamasi sampai submukosa bronkus, dan
mungkin terjadi rekonstruksi mukosa oleh jaringan ikat serta hipertrofi otot polos.(5)
Gambar 2. Patogenesis asma (GINA)
2. Sensitisasi
7 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Berbagai penelitian asma pada anak memperlihatkan adanya suatu pola hubungan
antara proses sensitisasi alergi dengan perkembangan dan perjalanan penyakit alergi yang
dikenal sebagai allergic march (perjalanan alamiah penyakit alergi). Secara klinis
allergic march terlihat berawal sebagai alergi saluran cerna (diare alergi susu sapi) yang
akan berkembang menjadi alergi kulit (dermatitis atopi) dan kemudian alergi saluran
napas (asma bronkial, rinitis alergi).
Kecenderungan aktivitas Th2 akan menurunkan produk IL-2 dan IFN-γ oleh Th2.
Terbukti bahwa anak dengan respons IFN-γ rendah pada masa awal kehidupannya akan
lebih tersensitisasi oleh aeroallergen dan menderita asma pada usia 6 tahun dibandingkan
dengan anak dengan respon IFN-γ normal.(5)
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Batuk kering berulang dan mengi adalah gejala utama asma pada anak. Pada anak yang
lebih besardan dewasa, gejala juga dapat berupa sesak nafas, dada terasa berat. Gejala biasanya
akan memburuk pada malam hari yang dipicu oleh infeksi pernapasan dan allergen.(1,2,3)
GINA, konsensus Internasional dan PNAA menekankan diagnosis asma didahului batuk
dan atau mengi. Gejala awal tersebut ditelusuri dengan algoritmekemungkinan diagnosis asma.
Pada algoritme tampak bahwa batuk dan/atau mengiyang berulang (episodik), nokturnal,
musiman, setelah melakukan aktivitas, dan Pencetus (alergen debu rumah dan serbuk sari yang
tersensitisasi, iritan seperti udaradingin, polutan atau asap rokok, infeksi virus, dan aktivitas
fisik/olahraga).(1,4)
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi
pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan
pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan
pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.(1,2,3,4,5)
2.6 DIAGNOSIS
8 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
1. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat agar didapatkan riwayat penyakit yang
akurat mengenai gejala sulit bernafas, mengi, atau dada terasa berat yang bersifat
episodic dan berkaitan dengan musim, serta adanya riwayat asma atau penyakit atopi
pada anggota keluarga.(1)
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan didapati pernapasan yang cepat dan sukar, disertai
batuk paroksismal, kadang-kadang terdapat suara mengi “wheezing”, eksperium
memanjang, pada inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal,
epigastrium,dan sela iga. Pada asma yang kronik akan terlihat bentuk toraks
emfisematous, bongkok ke depan, sela iga melebar, diameter anteroposterior toraks
bertambah. Pada perkusi akan terdengar hipersonor di seluruh lapangan toraks, terutama
bagian posterior.daerah pekak jantung dan hati mengecil.(2)
Pada auskultasi mula-mula akan dijumpai bunyi nafas yang kasar/mengeras, tapi
pada stadium lanjut suara nafas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara
sangat lemah. Kadang terdengar juga ronki kering dan ronki basah, serta suara lender bila
banyak terdapat sekresi bronkus.(2)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fungsi paru
Ada banyak cara pemeriksaan fungsi paru, tetapi tidak banyak yang dapat
dilakukan dengan mudah. Pemeriksaan fungsi paru mulai dari yang paling sederhana
yaitu peak expiratory flow rate (PEFR) atau arus puncak ekspirasi (APE), pulse
oxymetry, spirometri, sampai pengukuran yang kompleks yaitu muscle strength
testing, , volume paru absolute, serta kapasitas difusi.
Pada Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004, untuk mendukung
diagnosis asma pada anak dipakai batasan sebagai berikut :
a. Variabilitas PEF atau FEV1 ≥ 15%
b. Variabilitas PEF atau FEV1 ≥ 15% setelah pemberian inhalasi bronkodilator
c. Penurunan PEF atau FEV1 ≥ 20% setelah provokasi bronkus.
9 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Penilaian variabilitas sebaiknya dilakukan dengan mengukur selama ≥ 2 minggu.(1)
b. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.(1,2,3,4,5)
c. Pemeriksaan darah, eosinofil, dan uji tuberculin
d. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Masing-masing
mempunyai keuntungan dan kerugian.(2)
Paremeter menentukan derajat asma pada anak(1,3)
10 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Batuk dan /mengi
2.7 DIAGNOSIS BANDING
12 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Patut diduga asma :
-Episodic-Nocturnal/morning dip-Musiman-Pasca aktivitas fisik berat-Riwayat atopi pasien/keluarga
Riwayat penyakitPemeriksaan fisik
Uji tuberkulin
Tidak jelas asma :- Timbul pada masa neonatus- Gagal tumbuh- Infeksi kronis- Muntah/tersedak- Kelainan fokal paru- Kelainan system kardiovaskuler
Jika ada fasilitas, periksa dengan menggunakan peak floe meter atau spirometri untuk menilai :- Reversibilitas (≥ 15%)- Variabilitas (≥ 15%)- Hipereaktivitas (≥ 20%)
Pertimbangan pemeriksaan :
- Foto rontgen toraks & sinus- Uji fungsi paru- Uji respon terhadap bronkodilator- Uji provokasi bronkus- Uji imunologi- Pemeriksaan refluks gastroesofagus
(RGE)Berikan bronkodilator
Diagnosis kerja : ASMA
Tidak mendukung diagnosis
Mendukungdiagnosis lain
Tentukan derajat dan pencetus asma, bila
asma episodic sering/ persisten : foto
Berikan obat anti asma :Bila tidak berhasilnilai ulangdiagnosis dan ketaatan berobat
Diagnosis & pengobatansesuai diagnosis kerja
Pertimbangan asmasebagai penyakit penyerta
Bukanasma
Tidak berhasil
berhasil
Langkah penting dalam menegakkan diagnosis adalah menemukan adanya keterbatasan
aliran udara yang reversible dan bervariasi, yang ditunjukkan pada pemeriksaan spirometri.
Diagnosis banding yang mungkin adalah GER, rinosinobronkitis, OSAS, fibrokistik, primary
dyskinesis, benda asing di saluran nafas, dll.(1,2)
2.8 PROGNOSIS
Prognosis jangka panjang asma pada anak pada umumnya baik. Sebagian besar asma
pada anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya usia.sekitar 50% asma episodic jarang
sudah menghilang pada umur 10-14 tahun dan hanya 15% akan menjadi asma kronik pada umur
21 tahun.
Secara keseluruhan dapat dikatakan 70-80% asma anak bila diikuti sampai dengan umur
21 tahun asmanya sudah menghilang.(2)
2.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan asma pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan dan menjaga status
aktivitas anak normal dan faal paru normal, mencegah timbulnya asma kronik, serta mencegah
pengaruh buruk tindakan pengobatan. Secara umum obat asma dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu obat pelega (relievers) dan obat pengontrol (controllers).(3,4,5)
Obat pelega asma bertujuan untuk melegakan saluran napas dan menghilangkan serangan
serta eksaserbasi akut dengan pemberian bronkodilator. Bronkodilator yang banyak dipakai saat
ini adalah beta 2 agonis, selain xantin dan antikolinergik. Obat pengontrol asma bertujuan
menjaga dan mengontro asma persisten dengan mencegah kekambuhan. Obat pengontrol asma
yang banyak dipergunakan adalah kortikosteroid, selain anti-inflamasi lain seperti sodium
kromolin, nedokromil, inhibitor dan antagonis leukotrien, serta berbagai antihistamin generasi
baru.(1,2,3)
Obat β2 –agonis bermanfaat untuk dipakai sebagai terapi intermiten asma episodik,
sebagai tambahan terapi intermiten, atau terapi rutin penunjang anti-inflamasi pada asma relaps
berulang atau kronis, sebelum aktifitas fisik untuk menghambat exercise induced asthma, dan
untuk penolong asma akut. Obat ini tersedia dalam bentuk oral, atau inhalasi yang efektif
dilakukan dengan inhaler dosis terukur, rotohaler, atau nebuliser. Teofilin merupakan preparat
metil-xantin yang pada masanya sangat populer untuk terapi rumatan asma kronik ringan, dan
13 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
sebagai penunjang pengobatan asma kronik berat. Walaupun saat ini masih banyak dipakai,
teofilin tidak begitu menarik lagi setelah pengobatan anti-inflamasi untuk asma lebih terfokus
kepada kortikosteroid. Selama ini efek anti-inflamasi teofilin memang masih sering
dipertanyakan. Selain itu metabolisme teofilin diketahui akan terganggu dalam keadaan demam
oleh penyakit tertentu, seperti influenza, atau oleh obat seperti eritromisin, simetidin, dan
siprofloksasin. Pada anak, teofilin juga diketahui dapat mempengaruhi prestasi sekolah sehingga
tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak dengan gangguan psikologis atau gangguan belajar.
Obat antikolinergik selain bersifat bronkodilator juga akan mengurangi hipersekresi mukus dan
mengatasi iritabilitas reseptor batuk. Obat ini tersedia dalam bentuk inhalasi dan nebulasi,
terbukti efektif untuk asma akut bila diberikan bersama b2-agonis.(4)
Seperti telah disebutkan maka pengontrol asma merupakan pengobatan yang efektif
untuk pencegahan asma dan dipergunakan untuk semua tingkatan asma. Kortikosteroid
merupakan obat terpilih dan sangat efektif, baik dalam bentuk parenteral dan oral untuk jangka
pendek, maupun bentuk inhalasi yang terutama dicadangkan untuk pemakaian jangka panjang.
Sejak mula pertama dipergunakan lebih dari 20 tahun lalu terlihat bahwa kortikosteroid inhalasi
jelas member efek terapi sangat baik untuk asma ringan, sedang, dan berat; baik untuk
pengobatan jangka pendek maupun jangka panjang. Sejauh ini tidak ditemukan efek buruk yang
berarti bila diberi dengan dosis yang dianjurkan.(3,4)
14 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi Pertama,
Cetakan Kedua. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran ( Bagian Ilmu Kesehatan Anak), Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
3. Purnomo. 2008. Faktor –Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Beonkial Pada Anak (Studi Kasus di RS Kabupaten Kudus). Semarang : Universitas
Diponegoro
4. Akib Arwin AP.2002. Asma Pada Anak : Sari Pediatri, Vol 4, No 2. Jakarta : FKUI
5. Bateman ED, Boulet LP, etc. 2011. Pocket Guide For Asthma Management and
Prevention. Canada : GINA
STATUS PASIEN SMF ILMU KESEHATAN ANAK
16 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
RSU. DR. PIRNGADI KOTA MEDAN
I. ANAMNESA PRIBADI OS
Nama : Bunga Mila Ramadhani
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. M. Yakub Gg L. Batu No. 13 Lingkungan 8, Medan
Tanggal Masuk : 21 Mei 2013
Berat Badan Masuk : 15,5 kg
Panjang Badan Masuk : 110 cm
II. ANAMNESA MENGENAI ORANG TUA
III. RIWAYAT KELAHIRAN OS
17 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Ayah Ibu
Nama M. Yasir Hareta Risnawati
Umur 43 tahun 40 tahun
Agama Islam Islam
Perkawinan 1 1
Pendidikan SLTP SLTP
Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga
Riwayat Penyakit - -
Alamat Jl. M. Yakub Gg L. Batu No. 13 Lingkungan 8,
Medan
Tanggal lahir : 27 Oktober 2005
Jenis persalinan : Partus spontan pervaginam
Tempat lahir : Klinik bersalin
Ditolong : Bidan
BB lahir : 2.600 gram
Panjang BB lahir : 38 cm
IV. PERKEMBANGAN FISIK
Saat lahir : Menangis segera, bergerak aktif
0 - 3 bulan : Sudah bisa mengangkat kepala dan telungkup
4 - 6 bulan : Sudah bisa duduk dengan dibantu
6 - 12 bulan : Bisa duduk sendiri, merangkak, dan berdiri dengan dibantu
1 – 3 tahun : Sudah bisa berjalan dan berlari
3 tahun-sekarang : Dapat berdiri dengan satu kaki, mulai dapat menari dan gerakan
olah tubuh
V. ANAMNESA MAKANAN
0 – 3 bulan : ASI Ekslusif
3 - 6 bulan : ASI + Susu formula
6 – 12 bulan : ASI + Susu formula + Nasi tim
1 tahun- sekarang : Susu formula + nasi + lauk pauk + sayur
VI. IMUNISASI
BCG : -
DPT : -
POLIO : 1x
CAMPAK : -
HEPATITIS B : 1x
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
18 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
VII. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA : -
VIII. KETERANGAN MENGENAI SAUDARA ORANG SAKIT
Os merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara :
1. Anak pertama, laki-laki, umur 22 tahun, sehat
2. Anak kedua, laki-laki, umur 17 tahun, sehat
3. Anak ketiga, laki-laki, umur 15 tahun, sehat
4. Anak keempat, perempuan, umur 2 tahun, sehat
5. Anak kelima, perempuan, umur 9 tahun, sehat
6. Anak keenam, perempuan, umur 7 tahun (Os sendiri)
7. Anak ketujuh, perempuan, umur 5 tahun, sehat
IX. ANAMNESA MENGENAI PENYAKIT
1. Keluhan utama : Sesak nafas
2. Telaah :
Sesak nafas dialami os sejak ± 1 bulan ini, dan memberat dalam 2 hari ini,
sesak bersifat terus menerus terutama pada malam hari sehingga
mengganggu aktiviatas dan tidur. Dalam satu bulan ini berulang > 3 kali.
Sesak nafas berhubungan dengan aktivitas dan cuaca. Sesak terutama
menghilang saat os beristirahat
Batuk (+) dialami os dalam 1 bulan ini, batuk berdahak (+), batuk
berdarah (-), riwayat kontak dengan penderita batuk lama (-), riwayat
sesak berulang dalam keluarga (+)
Demam (-), kejang (-), mencret (-)
Mual (+), muntah (+) kadang-kadang karena batuk, isi apa yang dimakan
dan diminum, volume ¼ aqua gelas
BAK (+) Normal
BAB (+) Normal
RPT : Asma
RPO : (-)
19 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
X. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRESENS
Sensorium : Compos mentis
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Buruk
Frek. jantung : 118 x/menit
Frek.nafas : 52 x/menit
Temperature : 37 o C
BB masuk : 15,5 kg
Anemis : -
Ikterik : -
Edema : -
Syanosis : -
Dispnoe : +
2. STATUS LOKALISATA
a. Kepala
Mata : RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp. Inf.pucat (-/-)
Hidung : O2 nasal kanul
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
b. Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
c. Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi epigastrial (-)
20 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan
Perkusi : Hipersonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler
HR = 118 x/menit, reguler, desah (-)
RR = 52 x/menit, reguler, roncki (-), wheezing (+)
d. Abdomen :
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel, hati/lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
e. Ektremitas :
Atas
Pols 118 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat, CRT<3”
Bawah
Akral hangat, CRT<3”
f. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
XI. STATUS NEUROLOGIS
21 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
1. Syaraf otak :
2. Sistem motorik :
Pertumbuhan otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kekuatan otak :
Neuromuskuler :
Involuntory movement :
XII. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Mantoux test :
2. Radiologi :
3. Pungsi lumbal :
4. Kimia darah :
5. EKG :
6. Pungsi sumsum tulang : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Mikrobiologi :
8. ST scan :
9. Biopsi :
10. EEG :
11. Screening perdarahan :
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah : Darah rutin tanggal 20 Mei 2013
- Hb : 13,8 mg/dl
- Ht : 41,7 %
- Leukosit : 20.900 /mm3
- Trombosit : 380.000 ul
- KGD : 121 mg/dl
22 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
XIII. DIFFERENSIAL DIAGNOSA
1. Asma episodik sering serangan berat + Gizi buruk
2. Bronchitis
3. Tuberculosis
XIV. DIAGNOSA KERJA
Asma episodik sering serangan berat + Gizi buruk
XV. THERAPY
- IVFD D 5%NaCl 0,45% 30 gtt/i
- Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam/iv Skin test
- Nebul 2,5 cc Nacl 0,9% + 2,5 cc ventolin
- Paracetamol 3 x 200 mg
- Diet F 75 150 cc/2 jam
XVI. USUL :
- Foto thoraks AP
- Mantoux test
XVII. PROGNOSA : Baik
23 KKS ILMU KESEHATAN ANAK
top related