tesis s2 usu - parisipasi masyarakat dl pengembangan wisata bahari kab serdang
Post on 15-Oct-2015
144 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
T E S I S
OLEH
NARUDDIN DALIMUNTHE 057024039/SP
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 7
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan
Program Studi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH
NARUDDIN DALIMUNTHE 057024039/SP
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 7
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
PERNYATAAN
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang sepentahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2007
Naruddin Dalimunthe 057024039
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
ABSTRACT
Lately, Maritime Tourism a lot of signalized by regency governments in Indonesia. This matter is understandable because it is true a lot of regency region owning seaboard. Beside that unanswerable that Maritime Tourism have the potency to be source PAD and resource of stock-exchange of State estimated will very big. Implication into effect of system decentralize have opened opportunity for every area to be optimal every existing resource. Area will be pushed to dig every potency in order to improving original earnings of its area ( PAD). So that, in this time a lot of local government owning area in the form of seaboard, coping to develop Maritime Tourism in its region. This matter conducted by Serdang Bedagei Government triedly lift Maritime Tourism potency exist in its area. The Maritime Tourism Location is Coastal region of Mirror matching with result survey conducted by World Tourism Organization (WTO), Maritime Tourism Object of Mirror Coast can be made as ancol in Jakarta or Nusa Dua Bali Deity Island, thereby Maritime Tourism Object of Pantai Cermin by Serdang Bedagai represent very potential experienced resource to be developed. Pursuant to this matter why the writer interested to check how participation socialize in Maritime Tourism potency development of policy and Pantai Cermin any kind of which have been conducted by local government of Serdang Bedagai for tourism development, specially Coastal object Tourism of Pantai Cermin.
Type of Study used in this research have the character of descriptive with approach qualitative where this research cope to depict participation socialize to development potency of Maritime Tourism Pantai Cermin and how governmental policy in development potency of Maritime Tourism Pantai Cermin. To deepen analysis of data related to policy development of Maritime Tourism Pantai Cermin, hence will be conducted by an interview exhaustively with Informan of key with use of appliance of research verbal, to get data that is needed in this research become complete. Data obtained from field, data of secunder and also primary will be compiled and presented and analysed by using approach qualitative in the form of later explain in analysis as according to research problem.
Result of research show that society caring to take care of and got mixed up with the effort tourism service hence the mentioned have shall be deemed to have participated. In line with from participation that is create condition which condusif or equally that participation socialize in Maritime development Tourism of Serdang Bedagai. From research also can be concluded by a several things that is, maritime potency of Serdang Bedagai represent remarkable asset to development especially in maritime development Tourism have made policy about tourism. In developing area Tourism hence the Serdang Bedagai have released some policy which contents tourism development in Serdang Bedagai. Some object Tourism developed by Serdang Bedagai of Pantai Cermin, Pulau Berhala, Bali Kampong, and others. Follow the example of the Perda Number 12, 2006 about Pulau Berhala management as Area Eco Marine Tourism (Maritime Tourism Base on Environment).
Keywords : Maritime Tourism, Ecotourism, Maritime Culture, People Participation,
Sustainable Development
iNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
ABSTRAK
Belakangan ini Wisata Bahari banyak ditonjolkan oleh pemerintah-pemerintah kabupaten / kota di Indonesia. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak wilayah kabupaten / kota yang memiliki daerah pesisir. Implikasi diberlakukannya sistem desentralisasi telah membuka peluang bagi setiap daerah untuk mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada. Daerah akan didorong untuk menggali setiap potensi dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerahnya (PAD). Hal inilah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagei dengan mencoba mengangkat potensi Wisata Bahari yang ada di daerahnya. Lokasi Wisata Bahari tersebut adalah wilayah Pantai Cermin yang sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh World Tourism Organization (WTO), Objek Wisata Bahari Pantai Cermin dapat dijadikan sebagai ancolnya Jakarta atau Nusa Duanya Pulau Dewata Bali, dengan demikian Objek Wisata Bahari Pantai Cermin yang dimiliki Kabupaten Serdang Bedagai merupakan sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Jenis studi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana penelitian ini berupaya menggambarkan partisipasi masyarakat terhadap pengembangan potensi Wisata Bahari Pantai Cermin dan bagaimana kebijakan pemerintah dalam pengembangan potensi Wisata Bahari Pantai Cermin. Untuk memperdalam analisis data yang berkaitan dengan kebijakan pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Cermin, maka akan dilakukan wawancara secara mendalam dengan Informan kunci dengan penggunaan alat penelitian verbal (tape recording), untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini menjadi lengkap. Data yang diperoleh dari lapangan, baik data sekunder maupun primer akan disusun dan disajikan dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif berupa pemaparan yang kemudian di analisis dan di narasikan sesuai dengan masalah penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kepedulian masyarakat untuk menjaga dan terlibat dalam usaha jasa pariwisata maka hal tersebut sudah bisa dianggap telah berpartisipasi. Sesuai dengan tujuan dari partisipasi yaitu menciptakan kondisi yang kondusif atau dengan kata lain bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata Bahari Serdang Bedagai memang sangat dilibatkan.Dari penelitian ini juga bisa disimpulkan beberapa hal yaitu, potensi bahari Serdang Bedagai merupakan aset yang luar biasa terhadap pembangunan Kabupten khususnya dalam pengembangan wisata bahari telah membuat perda tentang pariwisata. Dalam mengembangkan daerah wisata maka Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang memang isinya sangat konsen terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai. Beberapa objek wisata yang dikembangkan oleh Pemkab Serdang Bedagai seperti Pengembangan Pantai Cermin, Pulau Berhala, Kampung Bali, dan lain-lain. Contoh Perda tersebut adalah Perda Nomor 12 Tahun 2006 tentang pengelolaan pulau Berhala Serdang Bedagai Sebagai Kawasan Eco Marine Tourism (Wisata Bahari Berbasis Lingkungan). Keywords : Wisata Bahari, Eko Tourism, Budaya Maritim, Partisipasi Masyarakat dan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan.
iiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb,
Sembah dan Syukur yang tak terhingga dari penulis kepada Allah SWT-Penguasa
alam semesta dan Pemberi kehidupan, yang telah memberikan begitu banyak nikmat dan
kebahagiaan serta kelapangan hati kepada penulis sehingga tesis yang berjudul
Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada Isteri dan anak-anak atas semua pemberian dukungan dan cinta kasih
yang tulus kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar saya atas dukungan dan
kebersamaannya.
Tulisan ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dorongan yang
besar dari banyak pihak. Penulis menghatur terima kasih dan penghargaan kepada Drs.
Agus Suriadi,M.Si dan Drs. Gustanto, M.Hum selaku pembimbing yang sabar dalam
memberikan banyak arahan kepada penulis sejak dari tahapan proposal sampai
penyelesaian tesis ini dan selalu memberikan motivasi, filosofi dan dukungan agar
penulis selalu bersemangat menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Dr. Badaruddin dan Drs. Ermansyah, M.Hum selaku Tim
Penguji atas kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.
iiiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan juga disampaikan
kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.Dr.Chairuddin P. Lubis, DTM&H,
SpA(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk ikut serta dalam studi
di Sekolah Pascasarjana USU.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.T.Chairunnisa
B,M.Sc.
3. Ketua Program Studi Pembangunan, Bapak Dr.Subhilhar, MA yang telah
memberikan kesempatan untuk penulis bisa menimba ilmu di Program Studi
Pembangunan serta diskusi-diskusinya yang sangat bermanfaat.
4. Seluruh Dosen-Dosen pada Program Studi Pembangunan USU atas perhatian dan
bimbingan selama perkuliahan.
5. Bapak Gubernur Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk
bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
6. Bapak Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan
dukungan dan ijin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
7. Teman-teman kuliah yang tidak dapat disebutkan satu persatu, khususnya mahasiswa
Program Studi Pembangunan Angkatan 2005 yang telah memberikan dorongan,
semangat sekaligus teman diskusi, saling membantu dan berbagi rasa.
8. Para Staf dan Pegawai Program Studi Pembangunan yang telah membantu penulis
selama proses perkuliahan hingga selesai.
ivNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan ini yang telah memberikan
dukungan untuk bisa segera menyelesaikan kuliah ini. Semoga Allah memberikan
balasan yang berlipat ganda. Amiin.
Wassalam.Wr.Wb
Medan, September 2007 Penulis
Naruddin Dalimunthe
vNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
DAFTAR ISI ABSTRACT . vi
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR . vi
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ..... 8
1.4. Manfaat Penelitian ....... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Pariwisata .................... 10
2.2. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Pariwisata ... 13
2.3 Industri Parawisata .......................................................................... 18
2.4. Sosiologis Kepariwisataan .............................................................. 19
2.5. Pariwisata dan Ekonomi Daerah ..................................................... 21
2.6 Konsep Pariwisata Bahari 27
2.7. Konsep Ruang dan Pengembangan Kepariwisataan ....................... 30
2.8. Filosofi Pariwisata Bahari berkelanjutan berbasis Masyarakat ...... 32
2.9. Strategi Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari Sebagai Sumber
Pendapatan ....................................................................................
39 2.10. Konsep Pembangunan dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan.. 44
2.11. Partisipasi Masyarakat ................................................................... 50
2.12. Objek Bahari Wisata Pantai Cermin ............................................. 54
2.13. Kawasan Pariwisata ....................................................................... 56
viNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
2.14. Bentuk Kepariwisataan .................................................................. 58
2.15. Pendekatan Pariwisata ................................................................... 60
2.16. Ruang Lingkup Objek dan Daya Tarik Wisata . 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN . 66
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 66
3.2. Definisi Konsep .............................................................................. 66
3.3. Lokasi Penelitian .............................................................................. 67
3.4. Informan Kunci 67
3. 5. Teknik Pengumpulan Data 68
3.6. Teknik Analisis Data ...................................................................... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 70
4.1. Kondisi Geografis .......................................................................... 70
4.2. Aspek Kepariwisataan .................................................................... 74
4.3. Pengunjung Objek Wisata Pantai Cermin ...................................... 77
4.4. Faktor-faktor Penggunaan Lahan .................................................... 81
4.5. Perhotelan beserta Penunjangnya ... 82
4.6. Pertumbuhan dan Perkembangan Kepariwisataan .......................... 82
4.7. Sarana dan Prasarana .. 89
4.8. Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan Potensi Wisata
Bahari Kawasan Objek Wisata Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai ............................................................................
98
4.9.Kebijakan Pemerintah Daerah Serdang Bedagai dalam
Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Serdang Bedagai ............
110 BAB V KESIMPULAN 125 SARAN .................................................................................................. 128
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 130
viiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema konsep ecotourism Bahari 28
Gambar 2.2 Komponen Fungsi dari Sisi Persediaan ......................................... 37
Gambar 2.3. Pengaruh luar sistem Pariwisata .................................................... 37
Gambar 2.4 Tipe Pariwisata & Ragamnya 46
Gambar 4.2. Peta tata guna lahan di kawasan objek wisata Pantai Cermin ....... 75
Gambar 4.3. Grafik kunjungan wisatawan ke objek wisata Pantai Cermin........ 85
Gambar 4.4. Grafik perbandingan kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara dan Pantai Cermin.........................................................................
86
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jumlah pengunjung wisatawan ke objek wisata Pantai Cermin 55
Tabel 4.1. Jarak dari Kandor Desa ke Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai
71
Tabel 4.2. Luas Desa dan persentasenya terhadap luas Kecamatan Pantai Cermin...........................................................................................
72
Tabel 4.3. Jumlah Dusun, RT dan RW tiap desa di Kecamatan Pantai Cermin ..........................................................................................
73
Tabel 4.4. Jumlah penduduk menurut kewarganegaraan ............................... 74
Tabel 4.5. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Pantai Cermin............................................................................................
77
Tabel 4.6. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara.... 83
Tabel 4.7. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara melalui pintu masuk ..
83
Tabel 4.8. Jumlah kunjungan wisatawan ke objek Wisata Pantai Cermin.. 84
Tabel 4.9. Perbandingan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dan ke objek Wisata Pantai Cermin.....................
85
Tabel 4.10. Tanggapan responden tentang penataan lahan pantai....................
103
Tabel 4.11. Tanggapan masyarakat tentang dampak positif perkembangan pariwisata .......................................................................................
120
viiiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik,
budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli
dan perencana pembangunan. Penafsiran yang multi dimensional atas fenomena
ini menjadikan pariwisata didefenisikan dengan luas dan rumit. Konsep-konsep
baru ditawarkan dengan penonjolan perspektif tertentu. Demikianlah misalnya
pariwisata sering disamakan sebagai suatu industri karena fenomena ini terkait
dengan proses-proses produksi barang dan jasa dengan menggunakan tehnologi
tertentu. Dalam perspektif geografi pariwisata terkait dengan fenomena mobilitas
pnduduk secara spasial yang terjadi karena perbedaan fungsi-fungsi ruang (dan
isinya) bagi kehidupan komunitas masyarakat (Opperman:1980). Keterkaitan
antara berbagai fenomena kehidupan masyarakat dalam pariwisata menyebabkan
pariwisata ini hanya dapat dipahami dengan baik apabila didasarkan pada
pendekatan inter disiplin dan transdisiplin.
Menurut Chadwick (1994) ada tiga konsep penting yang digunakan secara
simultan untuk mendefenisikan pariwisata, yakni, pertama, pergerakan (spasial)
penduduk; kedua, sektor ekonomi atau aktivitas yang memproduksi dan me-
reproduksi barang dan jasa; ketiga, suatu sitem yang menjalin interaksi manusia,
kebutuhannya untuk bepergian keluar komunitasnya dan jasa-jasa dalam produk
intangible dan tangible yang muncul sebagai respon terhadap kebutuhan tersebut.
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Ketiga konsep dasar ini harus terpadu untuk menciptakan fenomena pariwisata
(Stephen, 1998). Dengan demikian pariwisata mencakup baik aktivitas wisata
yang dilakukan oleh manusia maupun kegiatan yang memfasilitasi kegiatan itu
dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya.
Bisnis pariwisata sudah menjadi sektor andalan di banyak negara. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Naisbitt (1997) yang menyatakan pariwisata merupakan
penghasil uang terbesar dan sektor terkuat dalam perekonomian global. Pariwisata
telah mampu mempekerjakan sebanyak 204 juta orang di seluruh dunia
menghasilkan 10,6 persen Produk Nasional Bruto dunia; memberikan kontribusi
pajak sebesar 655 juta dollar, sehingga tidak mengherankan apabila banyak negara
berlomba-lomba menjadikan negaranya sebagai objek yang kaya akan daya tarik
kepariwisataan. Seperti di Indonesia, sebelum terjadinya lembaran hitam dalam
sejarah dunia kepariwisataan di Indonesia, berupa peristiwa buruk dengan
peledakan bom yang dilakukan oleh teroris di Legian Kuta Bali, 12 oktober 2002
yang lalu, Pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar ke tiga setelah tekstil
dan migas. Ini meng-isyaratkan bahwa industri jasa bidang pariwisata memilik
potensi yang cukup besar untuk menjadi tulang punggung perekonomian nasional
di masa mendatang (Sutowo, 2002).
Sejarah membuktikan bahwa kemajuan teknologi ikut mengakselerasi
pergerakan manusia secara spasial. Modal struktur yang mengakomodasi gerakan
tersebut juga berkembang lebih cepat. Penggunaan pesawat terbang berbadan
lebar yang mampu mengangkut ratusan penumpang sekaligus, yang kemudian
diikuti oleh penurunan tarif yang sangat drastis, mendorong jutaan penduduk
2
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
mulai masuk ke dalam pasar wisatawan, baik lokal, nasional, maupun
internasional. Hal itulah sesungguhnya yang terjadi apabila kita mengamati
peningkatan jumlah wisatawan internasional dari sekitar 25 juta pada tahun 1950
menjadi sekitar 676 juta pada tahun 2002 yang lalu. Menjelang dasawarsa pertama
abad-21 ini diperkirakan jumlah wisatawan global akan mencapai satu millyar.
Peningkatan yang drastis ini diikuti pula oleh kenaikan sumbangannya pada PDB
dunia dari hanya 1,2 persen menjadi sekitar 12,1 persen pada periode yang sama
(WTO, 2004). Bahkan sebelumnya Naisbitt (1997) sudah memprediksi bahwa
dengan kontribusi ekonominya (dalam bentuk pajak, kesempatan kerja, belanja
negara, dan investasi modal) yang amat besar, pariwisata merupakan industri
terbesar pada abad ini.
Apabila diamati lebih dekat tampak bahwa arus utama wacana
perkembangan pariwisata ini lebih terfokus pada pariwisata internasional, dalam
arti berbagai indikator pertumbuhan arus perjalanan wisata yang melampaui batas-
batas teritorial suatu negara. Apabila merujuk pada data kepariwisataan secara
global, maka hampir semuanya menunjukkan indikator perkembangan pariwisata
internasional tadi. Padahal, sebenarnya perkembangan pariwisata internasional
tidak terlepas dari perkembangan pariwisata domestik (Schlenke dan Stewig,
dikutip Damanik, 2001). Banyak ahli, termasuk dari kalangan badan pariwisata
internasional mengakui bahwa jumlah wisatawan domestik ini tidak dapat
diabaikan dalam spektrum perkembangan pariwisata di setiap negara. Artinya
secara umum dapat dikatakan bahwa pariwisata domestik menjadi salah satu basis
perkembangan pariwisata yang sangat penting disetiap negara.
3
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Pembangunan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan pariwisata dunia yang berlangsung sangat pesat sekali pada tahun-
tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang saling
berhubungan dengan sedemikian cepatnya, disertai dengan peningkatan
pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat yang lebih mendukung kemampuan
akan pemenuhan kebutuhan untuk berlibur dengan melakukan kunjungan wisata.
Perkembangan arus wisata yang semakin pesat merupakan salah satu
bagian utama dalam pertumbuhan kepariwisataan, sehingga pengembangan
periwisata perlu lebih mendapat perhatian khusus, untuk dikemas dan di manage
se-sempurna mungkin dalam menjawab tantangan dari laju arus kunjungan
wisatawan yang akan datang, yang akan membutuhkan dan menggunakan sarana
dan prasarana wisata, yang merupakan fasilitas dari Industri jasa Pariwisata yang
tersedia. Dengan kata lain bahwa, perkembangan pariwisata tersebut sangat
ditentukan oleh baik atau tidak baiknya keadaan sarana dan prasarana yang
merupakan faktor penunjang kepariwisataan.
Daya tarik Wisata Bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia,
merupakan anugrah yang dimiliki Bangsa Indonesia yang tidak semua negara di
dunia memiliki kekayaan alam yang indah seperti ini, demikian keragaman flora
dan fauna dengan potensi yang demikian sempurna. Dengan demikian agar
pengembangan Pariwisata, termasuk Wisata Bahari dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi pembangunan, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan
strategi yang terencana dan sistematis bagi masyarakat lokal. Keterlibatan atau
partisipasi masyarakat lokal menjadi penting pula termasuk dalam kaitannya
4
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
dengan upaya keberlanjutan pariwisata itu sendiri yang mencakup perlindungan
terhadap lingkungan maupun manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Hal
inilah yang menjadi faktor utama dalam perspektif pengembangan pariwisata
daerah.
Pengembangan pariwisata ini sudah tentu mempunyai kaitan dengan
berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun dari segi
sosial budaya. Apabila dilihat dari segi ekonomi bahwa pariwisata sebagai salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain berupa pajak, retribusi
dan sumber Devisa bagi Negara. Disamping itu Industri Pariwisata sebagai
Industri padat karya akan membuka lapangan kerja yang begitu besar bagi
penduduk dimana obyek wisata itu berada, sekaligus akan membuka peluang bagi
Home Industri bagi masyarakat sekitar dalam bentuk karya seni kerajinan tangan,
Souvenier, Snack khas daerah, jasa Guide, Jasa transportasi darat dan laut,
Restaurant dll. Yang akan menambah pendapatan bagi masyarakat setempat.
Belakangan ini Wisata Bahari banyak ditonjolkan oleh pemerintah-
pemerintah kabupaten / kota di Indonesia. Hal ini dapat dimengerti karena
memang banyak wilayah kabupaten / kota yang memiliki daerah pesisir.
Disamping itu tidak dapat disangkal bahwa Wisata Bahari sangat berpotensi untuk
dijadikan sebgai sumber PAD dan sumber Devisa Negara yang diperkirakan akan
sangat besar. Wisata bahari pada hakekatnya adalah mengembangkan dan
memanfaatkan obyek serta daya. Soekarno dari LIPI menyebutkan bahwa apabila
kondisi sosial politik Indonesia berada dalam keadaan aman, jumlah wisatawan
mancanegara yang akan berkunjung ke Indonesia diprediksi akan mencapai
5
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
sekitar 5,1 juta orang / tahun. Dengan jumlah pengeluaran sekitar US.$ 5 milyar,
dengan asumsi mereka menginap (Long Stay) selama 10 hari dengan pengeluaran
rata-rata US.$ 958 / hari. (Soekarno, 2001).
Melihat arus mobilitas manusia saat ini dan kedepan, apalagi dalam
memasuki abad 21, sejalan dengan kemajuan teknologi, kebutuhan kepariwisataan
bagi penduduk dunia menjadi sangat penting, bahkan telah ber-evolusi menjadi
kebutuhan Primier, sehingga tidak terpisahkan dari kebutuhan kehidupan manusia.
Dengan demikian Industri Pariwisata ditinjau dari aspek ekonomi
merupakan potensi yang sangat prospektif dan menjanjikan. Akan tetapi harus
dikemas, digali dikembangkan dan dipublikasikan melalui proses promosi kepada
dunia. Potensi pariwisata dari sisi industri yang mengandalkan setiap atraksi, dan
merupakan modal untuk menarik dan menahan setiap wisatawan yang datang.
Sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek,
baik kepada masyarakat lokal, maupun sumbangsihnya terhadap peningkatan
ekonomi daerah. Namun sehebat apapun perkembangan suatu objek wisata
tidaklah ada artinya bagi masyarakat jika masyarakat tidak ikut menikmati hasil
dari aktivitas pariwisata yang ada. Hal ini akan sangat penting dan merupakan
faktor penentu karena masyarakat terutama penduduk lokal, adalah salah satu
komponen penting dalam pengembangan pariwisata, apalagi jika pariwisata
diposisikan pula sebagai program dalam upaya untuk mengembangkan dan
memakmurkan masyarakat.
Implikasi diberlakukannya sistem desentralisasi telah membuka peluang
bagi setiap daerah untuk mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada. Daerah
6
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
akan didorong untuk menggali setiap potensi dalam rangka meningkatkan
pendapatan asli daerahnya (PAD). Sehingga saat ini banyak pemerintah daerah
yang memiliki kawasan berupa daerah pesisir, berupaya mengembangkan Wisata
Bahari di wilayahnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Serdang Bedagei dengan mencoba mengangkat potensi Wisata Bahari yang ada di
daerahnya. Lokasi Wisata Bahari tersebut adalah wilayah Pantai Cermin yang
sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh World Tourism Organization
(WTO), Objek Wisata Bahari Pantai Cermin dapat dijadikan sebagai ancolnya
Jakarta atau Nusa Duanya Pulau Dewata Bali, dengan demikian Objek Wisata
Bahari Pantai Cermin yang dimiliki Kabupaten Serdang Bedagai merupakan
sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Kawasan Pantai Cermin terkenal dengan keindahan pantai dengan pasir
putih yang landai, potensi laut yang baik untuk pemandian dan diving (melihat
panorama keindahan alam dibawah air), makanan laut (Sea Food) yang melimpah,
adanya beberapa pantai dan pulau sebagai objek Wisata Bahari yang
berdampingan seperti Pantai Putri, Pantai Kelang dan Pantai Sialang buah,
Namun objek wisata ini belum sepenuhnya dimanfaatkan dan dikelola secara
professional sebagai objek wisata bagi wisatawan mancanegara, maupun
wisatawan domestik. Sebab sesungguhnya yang disebut dengan objek wisata
adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah
bangsa dan tempat serta keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk
kunjungan wisata. (Undang-undang RI No.9 Thn 1990). Agar pembangunan
Wisata Bahari terlaksana secara optimal, berkelanjutan dan handal, maka salah
7
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
satu aspek yang sangat penting adalah aspek sosial, ekonomi dan budaya. Aspek
ini mensyaratkan bahwa, masyarakat sekitar yang akan bertindak sebagai pelaku
dan sekaligus tujuan pembangunan wisata bahari harus mendapatkan manfaat
terbesar dari kegiatan pembangunan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini
dibutuhkan peran pemerintah dalam merumuskan suatu kebijakan yang tepat dan
efektif guna meningkatkan manfaat potensi tersebut bagi masyarakat sekitar,
pendapatan daerah (PAD) dan juga sebagai sumber Devisa bagi negara.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan potensi Wisata
Bahari Pantai Cermin?
2. Bagaimana kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Serdang
Bedagai dalam pengembangan potensi wisata bahari di Serdang Bedagai?
1.3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan
potensi Wisata Bahari Pantai Cermin.
2. Untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
Serdang Bedagai dalam pengembangan potensi Wisata Pantai Cermin.
8
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai,
sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan dalam pengembangan potensi
pariwisata.
b. Bagi Program Studi Magister Studi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi ragam penelitian yang telah
dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan referensi
bahan bacaan dari suatu karya ilmiah.
9
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Perkataan pariwisata berasal dari bahasa sansekerta dengan rangkaian suku
kata pari= banyak, ditambah dengan wis = melihat, dan ata = tempat.
Jadi, Pariwisata merupakan terjemahan dari melihat banyak tempat .
Indonesia pada awalnya mengenal pariwisata dengan mempergunakan
bahasa asing yaitu tourism. Perubahan istilah tourism menjadi pariwisata
dipopulerkan ketika dilangsungkan Musyawarah Nasional.
Pengertian pariwisata secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1
menyatakan :
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata.
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
10
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata.
Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Menurut pandangan ahli, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke
tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorang atau kelompok, sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial budaya, alam dan ilmu (Kodhyat dalam Spillane, 1994:21).
Sedangkan menurut Wahab dalam Pemasaran Pariwisata (1992:5) berpendapat :
dari definisi yang dikemukakan para pakar tersebut dapat diambil unsur-unsur
dari pariwisata adalah:
1. Adanya kegiatan mengunjungi suatu tempat
2. Bersifat sementara
3. Ada sesuatu yang ingin dilihat atau dinikmati
4. Dilakukan perseorangan atau sekelompok orang
5. Mencari kesenangan/ kebahagiaan
6. Adanya fasilitas ditempat wisata
11
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Menurut Oka A. Yoeti (1997) industri pariwisata akan menyumbangkan devisa
melalui:
1) Penerimaan visa-fee sewaktu wisatawan akan berangkat ke Indonesia pada
kedutaan/perwakilan Indonesia di luar negeri;
2) Hasil penjualan tiket pesawat udara atau kapal laut (bila pesawat udara atau
kapal laut yang digunakan adalah pesawat atau kapal yang merupakan milik
bangsa Indonesia)
3) Biaya taxi/coach bus untuk transfer dari lapangan udara ke hotel dan
sebaliknya
4) Sewa kamar hotel selama menginap pada beberapa kota yang dikunjungi;
5) Biaya makanan dan minuman pada Bar dan Restoran, dalam maupun di luar
hotel;
6) Biaya tours dan sight seeing serta excursion pada kota-kota yang dikunjungi;
7) Biaya taxi untuk transportasi lokal untuk keperluan berbelanja (shopping) dan
keperluan pribadi lainnya
8) Pengeluaran untuk membeli barang-barang souvenir serta barang-barang
lainnya, yang dibeli pada beberapa kota yang dikunjunginya
9) Fee perpanjangan visa di tempat atau kota yang dikunjunginya (bila
diperlukan).
12
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
2.2 Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Pariwisata
Pariwisata Indonesia berkembang dengan pesat dapat dijadikan andalan
atau penyumbang paling tinggi untuk peningkatan perekonomian masyarakat
suatru daerah, hal ini sesuai dengan GBHN 1993, Bab IV yang merumuskan hal-
hal sebagai berikut, antara lain :
a. Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata
menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi,
termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja,
pendapatan masyarakat, daerah dan negara serta penerimaan devisa
meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan potensi
kepariwisataan nasional.
b. Dalam pembangunan kepariwisataan harus dijaga tetap terpeliharanya
kepribadian serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup.
Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh dan terpadu dengan
melibatkan sektor yang terkait dalam suatu keutuhan usaha
kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan baik
yang berskala kecil, menengah maupun besar.
c. Pengembangan pariwisata nusantara dilakukan sejalan dengan upaya
memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa
semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih
memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional, terutama dalam
bentuk penggalakan
13
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih meningkatkan kemudahan
dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan. Daya tarik Indonesia
sebagai negara tujuan wisata mancanegara perlu ditingkatkan melalui
upaya pemeliharaan benda dan khazanah bersejarah yang
menggambarkan ketinggian budaya dan kebesaran bangsa serta
didukung dengan promosi memikat.
d. Upaya pengembangan objek dan daya tarik wisata serta kegiatan
promosi dan pemasarannya, baik di dalam maupun di luar negeri terus
ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu dan efektif, antara lain
dengan memanfaatkan secara optimal kerjasama kepariwisataan
regional dan global guna meningkatkan hubungan antar bangsa.
Pemerintah telah menerapkan sejumlah kebijakan sebagai pemandu dalam
setiap perencanaan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan sebagai
berikut:
1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan khususnya
pada Pasal 2, Pasal 3 huruf (d), dan Pasal 30.
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan; khususnya pada Pasal 2, 105, 106, dan 107.
14
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
4. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.5/UM.209/MPPT-89 Tanggal 18 Januari 1989 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sapta Pesona; khususnya pada Pasal 3, 4, 5, dan 7.
5. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.98/PW.102/MPPT-87 Tanggal 23 Desember 1987 Tentang Ketentuan
Usaha Obyek Wisata.
6. Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor KEP-18/U/II/88 Tanggal 25
Pebruari 1990 Tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha Objek Wisata.
7. Instruksi Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor
IM.16/KS.001/MPPT-88 Tanggal 17 September 1988 Tentang Peningkatan
Kerjasama Antar Instansi Pusat di Bidang Pengembangan dan Pemanfaatan
Objek Wisata Alam dan Objek Wiata Budaya.
8. Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Pariwisata dan Direktur Jenderal
Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Nomor 07/Edr/II/88 dan Nomor
SE.02/M/BP/88 Tanggal 26 Pebruari 1988 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang di Bidang
Usaha Hotel, Restoren, Usaha Perjalanan, Wisata Tirta, dan Objek Wisata.
9. Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Pariwisata dan Direktur Jenderal Bina
Usaha Koperasi Nomor KEP.67/U/VI/88 dan Nomor 205/SKB/BUK/VII/88
Tanggal 27 Juli 1988 Tentang Pengembangan Usaha Koperasi di Bidang
Usaha Biro Perjalanan Umum dan Agen Perjalanan.
15
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
10. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1987 Tanggal 23 Desember 1987
Tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang Usaha Pariwisata.
11. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 1987 Tanggal 23 Desember
1987 Tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang Usaha
Pariwisata.
12. Surat Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan
RI Nomor 177/DAGRI/VII/86 Tanggal 15 Juli 1986 Perihal Pembebasan
Memiliki SIUP Bagi Usaha Jasa Pelayanan di Bidang Pariwisata.
13. Keputusan Menteri pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.52/HM.601/MPPT-89 Tanggal 17 April 1989 Tentang Penyelenggaraan
Kampanye Nasional Sadar Wisata.
14. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.59/PW.002/MPPT-85 Tanggal 23 Juli 1985 Tentang Peraturan Kawasan
Pariwisata.
15. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.70/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan
Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum.
16. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.71/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan
Usaha dan Penggolongan Perkemahan.
16
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
17. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.72/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Mandala
Wisata.
18. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.73/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan
Usaha Rumah Makan.
19. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor
KM.74/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan
Usaha Pondok Wisata.
Di dalam Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Propinsi Sumatera
Utara tahun 2001 2005, dijelaskan bahwa salah satu arah kebijaksanaan
pembangunan di bidang ekonomi adalah mengembangkan kebijakan
pembangunan pariwisata sebagai saktor produktif untuk meningkatkan daya saing
global dan memberdayakan masyarakat khususnya kelompok bawah agar mampu
berperan sebagai pelaku utama.
Selanjutnya pada bidang sumber daya alam, arah kebijaksanaan dalam
Pola Dasar Pembangunan adalah mengelola sumberdaya alam dan memelihara
sesuai daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
dari generasi ke generasi.
Demikian juga halnya dalam Arah dan Kebijakan Umum (AKU)
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2005, kebijaksanaan pembangunan di bidang
pariwisata adalah :
17
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
a. Mewujudkan objek wisata di Kabupaten Serdang Bedagai menjadi
kawasan wisata berskala nasional maupun internasional.
b. Meningkatkan pengelolaan dan penyediaan sarana dan prasarana
pariwisata termasuk pemberdayaan seni dan budaya sebagai penunjang
dan daya tarik.
c. Mengembangkan kegiatan berbagai pariwisata melalui pemanfaatan
potensi budaya lokal, wisata iman, wisata agro dan wisata eko (eco
tourism).
2.3 Industri Parawisata
Pariwisata merupakan kegiatan yang sifatnya dinamik, banyak
memerlukan prasarana dan sarana untuk kemudahan. Karena sifatnya sementara,
maka tiap waktu kemungkinan besar sering berganti pengunjung yang berbeda
atau mungkin saja orang / kelompok yang sama untuk menikmati kembali suasana
wisata ditempat tersebut. Citra baik dari objek wisata adalah membuat rasa puas
orang lain sehingga orang tersebut merasa ingin kembali pada objek wisata
tersebut pada kesempatan lain. Bahkan terkadang suka mem-promosikan kepada
orang lain atau kerabatnya untuk berkunjung ketempat wisata tersebut, agar dapat
menikmati kesenangan yang sama ditempat tersebut. Dengan demikian secara
tidak langsung mereka telah bertindak sebagai agent of promotion dengan
menyampaikan pengalaman yang menarik dalam kunjungan wisata yang mereka
lakukan kepada orang lain di daerah atau negaranya. Bahkan terkadang
pengalaman mereka akan mereka tulis pada media cetak yang ada di negerinya.
Suasana demikian akan dapat menumbuh kembangkan citra wisata daerah dan
18
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
akan sangat membawa dampak positif terhadap kemajuan dan perkembangan
Pariwisata. Sehingga dalam proses modernisasi, dinamika Industri Pariwisataan
akan berkembang dalam suatu konsep pendekatan dalam kegiatan ke pariwisataan
yang dikatagorikan menjadi salah satu kegiatan Industri jasa Pariwisata, dengan
jangkauan ruang lingkup yang lebih luas untuk memperkaya output dari
pariwisata, pembangunan Pariwisata perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan
sehingga akan menimbulkan manfaat :
1. Memperbesar penerimaan devisa.
2. Memperluas dan membuka kesempatan usaha dan lapangan kerja.
3. Mendorong pembangunan daerah.
4. Meningkatkan kesejateraan masyarkat.
5. Memperkaya kebudayaan nasional, tanpa menghilangkan ciri kepribadian
bangsa, dan terpeliharanya nilai-nilai agama.
6. Memupuk persaudaraan antar bangsa.
7. Memupuk dan melestarikan kecintaan terhadap tanah air dan Lingkungan
hidup.
2.4. Sosiologis Kepariwisataan
Dari sudut pandang sosiologis, kegiatan pariwisata sekurang-kurangnya
mencakup tiga dimensi interaksi, yaitu: cultural, politik dan bisnis. Dalam dimensi
interaksi culutural, kegiatan pariwisata membangun suatu ruang interaksi
akulturasi budaya dari berbagai macam etnis dan bangsa. Melalui pariwisata,
kebudayaan masyarakat tradisional agraris sedemikian rupa bertemu dan berpadu
19
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
dengan kebudayaan masyarakat modern industrial. Kebudayaan-kebudayaan itu
saling menyapa, saling bersentuhan, saling beradaptasi dan tidak jarang kemudian
menciptakan produk-produk kebudayaan baru.
Dalam dimensi interaksi politik, kegiatan pariwisata dapat menciptakan
dua kemungkinan ekstrem, yaitu pertama, persahabatan antar etnis dan antar
bangsa, dan kedua, bentuk-bentuk penindasan, eksploitasi dan neokolonialisme.
Disatu pihak, melalui pariwisata, masing-masing etnis dan bangsa dapat
mengetahui atau mengenal tabiat, kemauan dan kepentingan etnis dan bangsa lain.
Pengetahuan demikian dapat memudahkan pembinaan persahabatan atau
memupuk rasa satu sepenanggungan. Tetapi di lain pihak, melalui pariwisata pula,
dapat tercipta bentuk ketergantungan suatu etnis atau bangsa kepada etnis atau
bangsa lain. Misalnya, meningkatnya ketergantungan pendapatan negara sedang
berkembang kepada wisatawan dari negara maju.
Sedangkan dalam dimensi interaksi bisnis, kegiatan pariwisata terlihat
menawarkan bertemunya unit-unit usaha yang menyajikan bermacam-macam
keperluan wisatawan. Bentuk yang disajikan oleh unit-unit usaha ini dapar berupa
barang ataupun jasa. Adapun rentangnya dapat berskala lokal, nasional, atau
internasional.
Tanpa mengabaikan pentingnya dimensi interaksi cultural dan interaksi
politik, pokok bahasan tulisan ini terletak pada interaksi bisnis dan difokuskan
pada rentangan skala lokal. Pokok bahasan interaksi bisnis dipilih dengan
pertimbangan bahwa pembangunan industri pariwisata Nasional sampai sekarang
masih ditujukan untuk kepentingan ekonomi, seperti menambah kesempatan
20
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
kerja, meningkatkan devisa negara dan income perkapita, serta menghasilkan
ketergantungan pada sektor Migas. Dan sengaja difokuskan pada rentangan skala
lokal karena pada saat ini masalah-masalah krusial dalam kaitannya dengan
pembangunan industri pariwisata lebih banyak terjadi di tingkat lokal (propinsi
dan kabupaten).
2.5. Pariwisata dan Ekonomi Daerah
Semangat otonomi daerah telah mewarnai pendayagunaan potensi
ekonomi daerah. Hal ini cukup dimaklumi, karena asumsinya daerah otonom yang
memiliki potensi ekonomi yang kuat, mempunyai peluang yang besar dalam
menggali dan mengembangkan perekonomian daerahnya untuk kesejahteraan
masyarakat, yang pada akhirnya daerah otonom mempunyai kemampuan lebih
dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan.
Realita yang ada menunjukkan, bahwa banyak daerah otonom yang
kebijakan pembangunan ekonominya didasarkan pada keunggulan komparatif
dengan kompetensi dan keunggulan di setiap daerah, misal perekonomian daerah
yang berbasis pada hasil: tambang, hutan, pertanian, perikanan dan laut; industri,
perdagangan serta jasa dan lain-lain.
Pengembangan ekonomi daerah berdasarkan prinsip otonomi dan potensi
daerah yang dilakukan pelaku ekonomi daerah (pemerintah, swasta dan
masyarakat), pada dasarnya berkaitan erat dengan pengembangan berbagai jenis
dan bidang serta sektor usaha. Pengembangan ekonomi daerah berupaya untuk
21
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
menciptakan iklim usaha daerah yang mampu menggali potensi daerah,
mendorong peluang dan kemampuan kompetitif atau daya saing atas dasar
keunggulan komparatif daerahnya (letak geografis, SDM professional, akses
informasi dan teknologi, kompetensi kelembagaan dan manajeman, kemampuan
permodalan dan akses pasar dll.)
Untuk lebih mengoptimalkan upaya pengembangan perekonomian daerah,
diperlukan innovasi atau prakarsa, kreatifitas, serta strategi pengembangan
ekonomi masing-masing daerah. Dengan demikian di era kompetisi ini, daerah
yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibanding daerah lain, akan
lebih berhasil memanfaatkan potensi daerah secara lebih berdaya guna dan
berhasil guna bagi kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan otonomi daerah memberi kewenangan dan keleluasaan lebih
luas bagi Kabupaten/Kota dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah.
Hal ini terbukti banyak daerah otonom berkreasi dan berinisiatif dengan kiat-
kiatnya untuk memajukan daerahnya, misalnya antara lain: berbagai cara
dilakukan untuk peningkatan PAD, mendorong laju penanaman modal melalui
promosi dan peningkatan pelayanan perijinan, membangun dan meningkatkan
kualitas sarana prasarana penunjang kegiatan investasi, mengembangkan sentra-
sentra produksi potensial, melakukan berbagai inovasi manajemen pembangunan
dan meningkatkan kualitas SDM.
Dalam konteks desentralisasi ekonomi, pendayagunaan potensi daerah
untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal, hal ini dapat dilakukan melalui
strategi kombinasi yaitu kewenangan daerah untuk dapat berdiri sendiri, dengan
22
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
basis sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan menciptakan interaksi dan
keterkaitan secara ekonomi dengan daerah sekitarnya, atau dengan wilayah
ekonomi yang lebih luas (Bappenas, 2003). Dengan demikian ada dua aspek yang
perlu mendapat perhatian yakni pengembangan ekonomi lokal dan kemitraan.
Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu konsep pembangunan
ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber daya lokal yang ada
pada suatu masyarakat, sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber
daya kelembagaan. Pendayagunaan sumberdaya tersebut dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri bersama pemerintah lokal maupun kelompok-kelompok
kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif dalam pengembangan ekonomi
local yang dapat dilakukan melalui suatu forum kemitraan. Sedangkan kemitraan
itu sendiri mempunyain makna bahwa dalam tataran proses perencanaan ,
pelaksanaan dan evaluasi program ada kebersamaan yang sinergis antara
pemerintah, dunia usaha dan mayarakat. Dengan demikian diharapkan kemitraan
ini dapat menjadi katalis bagi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good
governance) melalui berbagai proses pengambilan keputusan yang terkait dengan
pengembangan ekonomi lokal.
Perhatian terhadap pariwisata sudah sangat mulus tersebar karena sadar
akan manfaat-manfaat yang didatangkan bagi negara-negara penerima wisatawan:
Bahwa pariwisata menjadi sumber pendapatan valuta asing dengan menjual
jasa-jasa dan barang-barang yang berkaitan dengan pariwisata.
23
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Bahwa pendapatan ini mengalir cepat dan langsung terbagi-bagi secara meluas
kepariwisataan dalam perekonomian nasional, sehingga mampu membagi-
bagi laju pendapatan secara meluas, bertambah banyak dan berputar-putar ke
segala lapisan pedagang besar dan pengecer, transportasi, beragam komponen
sektor pariwisata, kebutuhan-kebutuhan dan usaha yang berdasarkan tingkat
pengeluaran konsumen.
Bahwa pariwisata adalah suatu pasaran lanjutan searah dengan meningkatnya
yang begitu pesat tingkat pendapatan keluarga yang tidak habis terpakai,
khusunya pada negara-negara yang industrinya sudah maju.
Bahwa industri pariwisata jika dibanding dengan industri lain termasuk
industri yang investasi modalnya kecil sebanding dengan arus pendapatan
yang mungkin.
Bahwa pariwisata menyediakan suatu pasaran ekspor tempat konsumen datang
untuk meneliti produk-produk tersebut.
Bahwa produk yang dijual terutama berupa jasa-jasa dan tidak dapat dijamah
karena udara yang sejuk, alam yang indah terdapat tempat-tempat yang
bersejarah, yang kelihatannya secaar potensial tidak akn habis-habisnya, dan
hanya tunduk pada keterbatasan upaya promosi dan penjualan.
Bahwa pariwisata adalah sarana yang ampuh dan efektif bagi kebijakan
umum untuk menciptakan perpaduan social dan budaya pada tingkat nasional
maupun internasional, untuk mengembangkan industri-industri lain dan sarana
pemupukan tenggang rasa dan saling pengertian dengan negara-negara
tetangga dan dunia umumnya.
24
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Jika pemikiran tersebut pada dasarnya membuktikan tentang perluasan
akibat pariwisata pada ekonomi negara penerima dan apakah ada dasarnya atau
tidak untuk memberi sektor pariwisata prioritas utama dalam perencanaan
pengembangan ekonomi negara itu, maka hal-hal ini akan berbeda pada suatu
negara dengan negara lainnya. Hal ini sangat bergantung pada keadilan ekonomi
negara itu. Apakah ada pilihan-pilihan untuk pengembangan, juga pada tingkat
perkembangan negara itu dalam bidang prasarana dan pada bobot atraksi wisata
yang dimiliki negara itu. Unsur lain seperti jarak dan pasaran sumber wisatawan
dan biaya fasilitas wisata memainkan peranan yang penting juga.
Karena itu dalam perekonomian tidak ada pengkotak-kotakan, melainkan
yang ada adalah ketergantungan pada berbagai bagian ekonomi yang menciptakan
masalah-masalah konseptual dan tolak ukurnya dalam analisa ekonomi. Karena
pariwisata mempengarui dan sekaligus juga dipengaruhi oleh sektor-sektor
produksi ekonomi daerah, maka banyaknya kekuatan penghambat yang terjadi
didalam ekonomi akan lebih mempersulit pengukuran kerugian yang timbul dan
perhitungan dalam rangka mendapatkan keuntungan
Sektor kepariwisataan menunjukkan perkembangan dan kontribusi
ekonomi yang cukup menarik dibandingkan dengan sektor lain di saat Indonesia
menghadapi masa krisis yang berkepanjangan. Hal ini terlihat dari peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan
9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan
jumlah hari kunjungan 12.26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang
diperoleh sektor pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$. Hal ini
25
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
menunjukkan bahwa kepariwisataan sangat potensial untuk dikembangkan di
masa krisis. Salah satu sumberdaya wisata yang sangat potensial yakni
wilayah pesisir mempunyai kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai
bentuk alam, struktur historis, adat, budaya dan berbagai sumberdaya yang lain
yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini merupakan karunia
dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia.
Karena sebagai mahluk yang termulia di beri kuasa untuk memanfaatkan alam
serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab. Alam dan sekitarnya dengan
berbagai keragaman yang tinggi seperti wilayah pesisir mempunyai nilai
atraktif dan turistik wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan
melalui pariwisata bahari. Keragaman daerah pesisir untuk pariwisata bahari
berupa bentuk alamnya dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat
wisatawan baik untuk bermain, bersantai atau sekedar menikmati pemandangan.
Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di
dalam kegiatan Clean industry. Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila
memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan
alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan
pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area
pengembangannya (Siti Nurisyah, 1998). Dengan memperhatikan komponen
tersebut maka wisata bahari akan memberikan kontribusi nyata bagi
perekonomian masyarakat.
26
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
2.6 Konsep Pariwisata Bahari
Pembangunan pariwisata di arahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
yang berkelanjutan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-
mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami
lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat
berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus
pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga
membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah
pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang
memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing.
Kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati
atmosfer laut (Siti Nurisyah, 1998).
Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik
ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan
dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat (1994) berpendapat
bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan
dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan
ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang
menarik dan langka. Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima faktor
batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu :
1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang
relatif belum tercemar atau terganggu
27
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
2. Masyarakat; ecotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan
ekonomi langsung kepada masyarakat.
3. Pendidikan dan Pengalaman; Ecotourism harus dapat meningkatkan
pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya
pengalaman yang dimiliki
4. Berkelanjutan; Ecotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi
keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
5. Manajemen; ecotourism harus dikelola secara baik dan menjamin
sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.
Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan
ecotourism yang berkelanjutan. Skema Konsep wisata bahari terlihat pada gambar
1.
Gambar. 2.1. Skema konsep ecotourism Bahari (DKP,2002)
Alam
Manusia
Ekotourisme bahari
Out put tak langsunng Output langsung
Konservasi alam Input
Input
Out put langsung (Hiburan, Pengetahuan
28
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Dari Gambar 1. terlihat bahwa output langsung yang di peroleh berupa
hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya
insentif yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi alam. Output
tidak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri setiap orang
(wisatawan) untuk memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang
dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai
akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi
secara langsung dengan lingkungan bahari.
Orientasi pemanfaatan utama pesisir dan lautan serta berbagai elemen
pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan
kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Cultural
dan physical aspect merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling
mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Gunn (1993) mengemukakan
bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal
didasarkan kepada empat aspek yaitu :
1) mempertahankan kelestarian lingkungannya
2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut
3) menjamin kepuasan pengunjung
4) meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar
kawasan dan zone pengembangannya.
Disamping keempat aspek di atas kemampuan daya dukung untuk setiap
kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spatial akan bermakna.
Secara umum ragam daya dukung wisata bahari meliputi :
29
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
1. Daya dukung ekologis; Pigram (1983) dalam Nurisyah, S dkk (2001)
mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat
maksimal penggunaan suatu kawasan.
2. Daya dukung fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah
maksimum penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam
areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas.
3. daya dukung sosial. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas
tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana
melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas
pengalaman atau kepuasan.
4. daya dukung reakreasi merupakan suatu konsep pengelolaan yang
menempatkan kegiatan rekreasi dalam berbagai objek yang terkait
dengan kemampuan kawasan.
2.7. Konsep Ruang dan Pengembangan Kepariwisataan
Manusia dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain karena
adanya dorongan serta keinginan untuk mengetahui sesuatu ataupula ada sesuatu
yang dirasakan membosankan/tidak menyenangkan sehingga mengarahkan
perhatiannya untuk mememperoleh sesuatu yang dinginkannya. Oleh karena itu
perencanaan kawasan wisata bahari didasarkan pada konsep ruang dan sirkulasi
serta tapak yang ideal dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi
pengunjung untuk merasakan sesuatu yang ingin diperolehnnya. Untuk maksud
tersebut maka suatu kawasan wisata bahari perlu mempertimbangkan :
30
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
1. Jarak atau rute yang praktis dimana semua objek dan elemen sepanjang
rute terfasilitasi dan tergambarkan. Ruang sebagai tempat pergerakan
manusia hendaknya menunjukkan keharmonisan dan terintegrasi antara
satu dengan yang lainnya.
2. Kondisi Lingkungan merupakan objek dalam pergerakan harus sesuai
dengan persepsi pengunjung. Dengan demikian kawasan wisata bahari
yang dibuat bukan hanya mempertimbangkan objek dengan ruang saja
tetapi juga objek dengan pengunjung.
3. Rangkaian unsurunsur dalam ruang harus tertata dengan baik dan dalam
suatu rangkaian yang dapat diintepretasikan oleh pengunjung. Kaitannya
dengan tapak yang ideal dari suatu kawasan wisata bahari maka fungsi
suatu tapak harus serasi dengan kondisi dari tapak itu sendiri. Ada 3 aspek
utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tapak wisata bahari
yaitu :
1) Keterpaduan rencana dan desain; aspek ini mencakup
profesionalisme dalam pengembangan kawasan pemilik,
pengembang, bank, industri, partisipasi masyarakat dan
sebagainya.
2) criteria desain yang digunakan mencakup criteria fungsional,
keterpaduan dengan perencanaan lannya, pengalaman pengunjung,
otentik, kepuasan, estetika
31
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
3) Sustainability dari tapak; aspek ini mencakup eco desaign ethics,
tempattempat kultural, proteksi sumberdaya alam, peraturan
pemerintah dan sebagainya.
2.8. Filosofi Pariwisata Bahari berkelanjutan berbasis Masyarakat
Pembangunan berkelanjutan pada umumnya mempunyai sasaran
memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi
generasi mendatang. Charles Birch dalam Erari K,Ph (1999) membandingkan
dunia sekarang ibarat kapal titanic dengan gunung es yang terlihat sebanyak 5
pucuk yang merupakan ancaman bagi kehidupan manusia antara lain : 1) ledakan
penduduk, 2) krisis pangan 3) terkurasnya sumberdaya alam diperbaharui 4)
pengrusakan lingkungan hidup dan 5) perang. Selanjutnya disebutkan bahwa
suatu tuntutan akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan, dan panggilan
kemanusiaan untuk bertindak sedemikian rupa agar kehidupan manusia dan
mahluk hidup lainnya menikmati hidup berkelanjutan di tengah keterbatasan
dunia. Hal ini menunjukkan walaupun dunia yang diibaratkan tersebut maka
peranan masyarakat untuk memelihara lingkungan demi kehidupan masa
mendatang.
Dengan demikian bahwa pariwisata berkelanjutan harus bertitik tolak dari
kepentingan dan partisipatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan
wisatawan/pengunjung sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
kata lain bahwa pengelolaan sumberdaya wisata bahari dilakukan sedemikian
rupa sehingga kebutuhan ekonomi, social dan estetika dapat terpenuhi dengan
32
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
memelihara integritas cultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman
hayati dan sistem pendukung kehidupan.
World Taurism Organization (1999) menyarankan prinsip pokok
pariwisata berkelanjutan yang sebaiknya diperhatikan dalam pengembangan
pariwisata altrnatif yakni :
1. Tourism planning, development and operation should be part of conservation or
sustainable depelopment strategies for a region, a province (state) or nation. Tourism
planning, development and operation shouldbe crossectoral and intergrated,
involving government agencies, private corporations, citizens groups and individual
thus providing the widest possible benefits.
2. Tourism should be planned and managed in a sustainable manner, with due regard
for the protection and appropriate economic uses of the natural and human
environment in host areas.
3. Tourism should be undertaken with equity in mind to distribute fairly benefits and
costs among tourism promoters and host people and areas.
4. Good information, research and communication on the nature of tourism and its
effects on the human and cultural environment should be available prior to and
during development, especially for the local people, so that they can participate in
and influence the direction of development and its effects as much as possible, in the
individual and collective interest.
5. Local people should be encouraged and expected to undertake leadership roles in
planning, and development with the assistance of government, bussines, financial and
other interests.
6. Intergrated environmental, social and economic planning analysis should be
undertaken prior to the commencement of any mayor projects, with careful
33
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
consideration given to different types of tourism development and the ways in which
they might link with existing uses, ways of life and environmental considerations.
7. Throughout all stages of tourism development and operation, a careful assessment
monitoring and mediation program should be conducted in order to allow local
people and others to take advantage of opportunities or to respond to changes.
Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam Sustainable Tourism
Development ini menurut Burns & Holden terdiri dari :
1. Lingkungan memiliki nilai hakiki yang juga bisa sebagai asset pariwisata.
Pemanfaatannya bukan hanya untuk kepentingan pendek, namun juga untuk
kenpentingan generasi mendatang.
2. Pariwisata harus diperkenalkan sebagai aktifitas yang positif dengan
memberikan keuntungan bersama kepada masyarakat, lingkungan dan
wisatawan itu sendiri.
3. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga
lingkungan tersebut berkelanjutan untuk jangka panjang. Pariwisata harus
tidak merusak sumberdaya, masih dapat dinikmati oleh generasi mendatang
atau membawa dampak yang dapat diterima.
4. Aktifitas pariwisata dan pembangunan harus peduli terhadap skala/ ukuran
alam dan karakter tempat kegiatan tersebut dilakukan.
5. Pada lokasi lainnya, keharmonisan harus dibangun antara kebutuhan-
kebutuhan wisatawan, tempat/ lingkungan , dan masyarakat lokal.
6. Dalam dunia yang dinamis dan penuh dengan perubahan, dapat selalu
memberikan keuntungan . Adaptasi terhadap perubahan, bagaimanapun juga,
jangan sampai keluar dari prinsip-prinsip ini.
34
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
7. Industri pariwisata, pemerintah lokal dan lembaga swadaya masyarakat,
pemerhati lingkungan, semuanya memiliki tugas untuk peduli pada prinsip-
prinsip tersebut di atas dan kekerja bersama untuk merealisasikannya.
Agar supaya wisata bahari dapat berkelanjutan maka produk pariwisata
bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan lokal spesifik.
Dengan demikian masyarakat akan peduli terhadap sumberadaya wisata karena
memberikan manfaat sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai
suatu kesatuan dalam kehidupannya. Cernea ( 1991) dalam Lindberg K and D
E, Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi lokal memberikan banyak
peluang secara efektif dalam kegiatan pembangunan dimana hal ini berarti bahwa
memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran social dan
bukan subjek pasif untuk mengelola sumberdaya membuat keputusan dan
melakukan control terhadap kegiatankegiatan yang mempengaruh kehidupan
sesuai dengan kemampuan mereka. Adanya kegiatan wisata bahari haruslah
menjamin kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya
hayati renewable maupun non renewable sehingga dapat menjamin peningkatan
kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.
Di Kawasan wisata Nusa Dua Bali, Kawasan rekreasi Mangrove sungai
Buloh di Singapore, Kawasan Pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), Kawasan
Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan Pantai Wisata di Hawaii
merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yng cukup terkenal di
Dunia. Selain di Bali di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia sangat
potensial bagi pengembangan wisata bahari karena berbagai ekosistem dan
35
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
ekologis setempat disamping budaya yang khas serta sejarah masa lampau sebagai
bangsa bahari dapat di racik sebagai aktraksi wisata bahari. Seperti halnya di
beberapa kawasan poensial pengembangan wiasata bahari antara lain di
Kepulauan Raja Ampat Sorong yang memiliki ekosistem terumbu karang yang
terlengkap dan terbaik di dunia (ekosistem), dari segi budaya masyakat setempat
dengan pola hidup, adat dan budaya yang khas merupakan modal bagi
pengembangan wisat bahari berbasis masyarakat. Jenis wisata bahari dengan
memanfaatkan diantaranya berperahu, snorkeling, diving, berenang serta kegiatan di
bagian daratatnya berupa piknik olahraga pantai serta menikmati atmosfer laut
dsbnya. Contoh lainnya Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan Bandar bahari 4
Zaman yakni Zaman Hindu, Islam, Kolonial dan Zaman Kemerdekaan. Sangat
potensial untuk dikembangkan untuk tujuan wisata budaya bahari.
Selain sumberdaya fisik dan alami maka sumberdaya lain seperti aspek
budaya, sejarah menjadi salah satu atraksi yang dapat mendukung pengembangan
kawasan wisata bahari hal ini didukung oleh keterkaitan etnik, yang tinggi yang
dimiliki oleh wilayah pesisir. Walaupun mempunyai potensi untuk dikembangkan
tanpa dukungan sarana prasarana transportasi, atraksi yang menarik, pelayanan
yang baik serta informasi dan promosi maka kurang dikenal. Oleh karena itu
sumberdaya pesisir dan lautan untuk wisata bahari dapat dikembangkan menjadi
suatu pariwisata yang marketable jika memenuhi persayaratan sebagaimana
gambar 2 dan 3.
36
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Atraksi
Service
Promosi
Informasi
Transportasi
Gambar 2.2. Komponen Fungsi dari Sisi Persediaan (Gunn, 1993)
Functioning tourism system
Finance Labor
Oragnisation leadership
Cultural resource
Entreprenneurship
Govermental policy
Community
Natural Resources Competition
Gambar 2.3. Pengaruh luar sistem Pariwisata (Gunn,1993)
37
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Dari Gambar 3 bahwa faktor luar sangat berperanan bagi keberhasilan
pengembangan wisata bahari. Pendekatan pengembangan wisata Bahari
berkelanjutan sesuai tujuan tidak mengurangi kesejahteraan generasi masa yang
akan datang. Dengan demikian sumberdaya pariwisata bahari akan berhasil
dengan adanya ukuran keberhasilan mencakup kepuasan pengunjung,
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Secara harfiah pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang
akan datang. Bahwa pembangunan pariwisata bahari berkelanjutan tidak boleh
membahayakan sistem alam yang mendukung semua aspek kehidupan.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mengacu kepada upaya
pemeliharaan sistem alam yang bertujuan untuk kesejateraan masyarakat.
Wilayah pesisir di Indonesia sangat potensial untuk di manfaatkan untuk
kegiatan wisata Bahari baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengembangan wisata bahari di dasarkan kepada kondisi lokal spesifik dengan
melibatkan masyarakat sekitarnya akan berkelanjutan. Perencanaan dan
Pengembangan wisata bahari harus dilakukan secara terpadu sesuai dengan
kondisi lokal spesifik, ekologis, bentang alam, adat dan budaya dimanfaatkan
sebaik mungkin .
38
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
2.9. Strategi Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari Sebagai Sumber
Pendapatan
Dalam kacamata ekonomi wilayah, berbagai lokasi wisata bahari yang
memiliki posisi strategis di dalam struktur alokasi dan distribusi sumberdaya
ekonomi disebut memiliki locational rent yang tinggi. Nilai ekonomi kawasan yang
berada pada daerah pesisir, selain ditentukan oleh rent lokasi (locational rent),
setidak-tidaknya juga mengandung tiga unsur economic rent lainnya, yakni ricardian
rent, environmental rent dan social rent. Ricardian rent adalah rent berdasarkan
kekayaan dan kesesuaian sumberdaya yang dimiliki untuk berbagai potensi
penggunaan aktivitas ekonomi, seperti kesesuaiannya (suitability) untuk berbagai
aktivitas budi daya (tambak), kesesuaian fisik untuk pengembangan pelabuhan,
dan sebagainya. Environmental rent kawasan kawasan pesisir adalah nilai atau
fungsi kawasan yang didasarkan atas fungsinya di dalam keseimbangan
lingkungan, sedangkan social rent menyangkut manfaat kawasan untuk berbagai
fungsi sosial.Berbagai nilai-nilai budaya masyarakat banyak yang menempatkan
kawasan pesisir sebagai kawasan dengan fungsi-fungsi sosial tertentu (Rustiadi,
2001).
Di dalam mekanisme pasar, pada umumnya hanya locational dan
ricardian rent yang telah terinternalisasi di dalam struktur nilai pasar, akibatnya
berbagai fungsi lingkungan dan sosial kawasan wisata banyak mengalami
degradasi dan tidak mendapat penilaian yang semestinya.
39
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
Terkait dengan perubahan fungsi lahan bahwa sebenarnya perencanaan
tata guna lahan serta penentuan kebijakan penggunaan lahan saling berhubungan
antara perencanaan dan kebijakan penggunaan lahan yang melengkapi dasar
penentuan fungsi yang layak untuk suatu lahan.
Pola penggunaan lahan menunjukkan keterkaitan antara aktivitas
manusia dengan sebidang lahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak
manusia yang bermukim pada suatu wilayah, maka semakin besarlah intervensi
manusia dalam mengubah penggunaan lahan untuk berbagai macam bentuk
kegiatan.
Sutikno dan Malingreau (dalam Ahmad, 1997) menyebutkan bahwa pola
penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik secara
permanen ataupun secara siklus terhadap sekumpulan sumberdaya lahan dengan
tujuan untuk memperoleh manfaat dari lahan, guna mencukupi kebutuhan
hidupnya, baik berupa kebendaan maupun sprituil ataupun keduanya. Hal yang
sama juga dijelaskan oleh Mangunsukardjo (dalam Ahmad, 1997) bahwa pola
penggunaan lahan merupakan bentuk penggunaan oleh manusia terhadap lahan,
termasuk keadaan yang belum terpenuhi untuk mencukupi kebutuhan manusia.
Best dan Sinaga (dalam Ahmad, 1997) memberikan pengertian pola
penggunaan lahan ke dalam aspek keruangan dari semua aktivitas manusia atas
lahannya dan secara adaptasi atau yang dapat diadaptasikan terhadap permukaan
lahan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Dalam membicarakan penggunaan
lahan ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu keadaan penggunaan lahan
yang aktual dan penggunaan lahan potensial. Pola penggunaan lahan sekarang
40
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
pada dasarnya merupakan hasil dari berbagai faktor penyebab, sebagian besar
berkaitan dengan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Penggunaan lahan
potensial tidak selalu sama dengan penggunaan lahan sekarang, bahkan sering
berbeda dengan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan kemampuannya.
Tata guna lahan adalah pengaturan penggunaan lahan. Rencana tata guna
lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait
dengan fungsi-fungsi perkotaan seperti lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan
jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman
dan pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Rencana tata guna lahan juga
memberi kesempatan untuk pembangunan perumahan, daerah perbelanjaan dan
pembangunan ekonomi yang memadai disamping memberikan perlindungan bagi
daerah-daerah serta sumber daya lingkungan yang menentukan.
Rencana penggunaan lahan dimaksudkan sebagai suatu sarana penting
untuk mencapai tujuan-tujuan fisik, ekonomi dan sosial suatu daerah. Ada
beberapa pertimbangan sebagai langkah dalam merencanakan penggunaan lahan
yang dibagi 5 bagian (Urban Pattern, Simon Eisner, Arthur Gallioan, Stanley
Eisner, 266).
1. Mengidentifikasi tujuan dan prinsip penggunaan perumahan, perdagangan,
rekreasi, pendidikan dan industri serta menurut standar bagi pengguna seperti
itu.
2. Memfokuskan pada sifat dan pola perkembangan didalam batas wilayah yang
ada, apa yang diperlukan dalam pola penggunaan lahan dan pertumbuhan
41
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.
-
sebesar apa yang dapat diakomodasikan di wilayah perkembangan kota saat
ini.
3. Melihat secara terinci pada kawasan yang masih belum berkembang disekitar
daerah itu, wilayah pengaruh daerah yang bersangkutan. Penggunaan lahan
yang ada diidentifikasi dan fak
top related