tiga hal yang mengikuti jenazah
Post on 23-Oct-2015
23 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah
Karya: Dr. Amin Bin Abdullah Asy Syaqawy
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallohu
alaihi wasallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam kitab shahihnya dari hadits
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallambersabda,
ع� » ج� ي�ر� ل�ه� ف� ال�ه� و�ع�م� ل�ه� و�م� د* ي�ت�ب�ع�ه� أ�ه� ى و�اح� ي�ب�ق� ع� اث�ن�ان� و� ج� ي�ر� ي6ت� ث�ال�ث�ة* ف� ي�ت�ب�ع� ال�م�
ل�ه� ى ع�م� ي�ب�ق� ال�ه� و� ل�ه� و�م� .« أ�ه�
Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu
golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya
dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara
amalnya akan tetap menemaninya”.
Hadits ini telah dijelaskan oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hambali di dalam risalah
yang sangat berharga, aku merangkum penjelasannya dalam bahasan yang
singkat ini:
Beliau berkata, “Tafsir hadits ini adalah bahwa anak Adam mesti memiliki
keluarga yang selalu bergaul dengan dirinya, harta sebagai bekal hidupnya, dua
sahabat ini selalu menyertainya dan suatu saat akan berpisah dengannya. Maka
orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan harta sebagai sarana
untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menafkahkannya untuk
kepentingan akhirat, dan dia mengambil harta itu sebatas kebutuhan yang bisa
menyampaikannya untuk kehidupan akherat, dia mencari istri yang shalehah
yang bisa menjaga keimanannya. Adapun orang yang menjadikan harta dan
keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Allah Subhanahu wa
Ta’alamaka dia temasuk orang yang merugi, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang orang-orang Badui:
لن�ا ر� ت�غ�ف� اس� ل�ون�ا ف� أ�ه� ال�ن�ا و� و� م�غ�ل�ت�ن�ا أ� ش�
“Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan
untuk kami…”(QS. Al-Fath: 11).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ع�ل� د�ك�م� ع�ن ذ�ك�ر� اللBه� و�م�ن ي�ف� و�ال�ال�ك�م� و�ال� أ� و� م�
ك�م� أ� ن�وا ال� ت�ل�ه� ا الBذ�ين� آم� �يMه� ي�ا أ
ون� ر� اس� ل�ئ�ك� ه�م� ال�خ� و�أ� ذ�ل�ك� ف�
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi.. (QS. Al-Munafiqun: 9).
Al-Hakim meriwayatkan di dalam kitabnya Al-Mustadrok dari hadits Sahl bin
Sa’d radhiyallohu anhubahwa Jibril ‘alaihis salam datang kepada Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata,
ه�، و�اع�م�ل� ار�ق� إ�نBك� م�ف� ب�ب�ت� ف� ب�ب� م�ن� أ�ح� ح�أ� ، و� ي6ت* إ�نBك� م� ئ�ت� ف� ا ش� د�، ع�ش� م� Bم ي�ا م�ح�
ه� ب�اللBي�ل� ي�ام� ؤ�م�ن� ق� ف� ال�م� ر� د� ش� Bم ال� : ي�ا م�ح� ز�ي ب�ه�، ث�مB ق� إ�نBك� م�ج� ئ�ت� ف� ا ش� م�
ه� ع�ن� النBاس� ت�غ�ن�اؤ� ه� اس� Mز “ و�ع�
“Wahai Muhammad hiduplah sekehendakmu namun engkau pasti akan mati,
cintailah siapa saja yang engkau cintai namun engkau akan meninggalkannya,
dan berbuatlah apa yang engkau kehendaki namun engkau akan mendapat
balasannya, kemudian Jibril berkata: Wahai Muhamad kemulian seorang
mu’min ada pada saat melaksanakan qiyamullail dan kehormatannya pada
ketidakbutuhannya pada manusia”
Maka apabila anak Adam mati, dan meninggalkan dunia ini maka dia tidak
mengambil manfaat apapun dari
keluarga dan hartanya kecuali doa keluarga baginya, permohonan ampun
mereka untuk dirinya dan perbuatan-perbuatan yang dijelaskan oleh syara’ yang
bisa mendatangkan manfaat untuk dirinya serta apa yang dikeluarkan dari
hartanya untuk kebutuhan dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
fل�يم ل�بf س� ع� م�ال* و�ال� ب�ن�ون� إ�الB م�ن� أ�ت�ى اللBه� ب�ق� ي�و�م� ال� ي�نف�
“(yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-
orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Al-Asyu’ara: 88-
89).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اء ل�ن�اك�م� و�ر� Bو ا خ� Bك�ت�م م ت�ر� ةf و� Bر وBل� م�ن�اك�م� أ� ل�ق� ا خ� اد�ى ك�م� ر� ون�ا ف� ئ�ت�م� د� ج� ل�ق� و�
ور�ك�م� ظ�ه�
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana
kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di
dunia) apa yang telah Kami kurniakan kepadamu;…”. (QS. Al-An’am: 94).
Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab shahihnya dari hadits Abu Hurairah
radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
« fل�م و� ع�ار�ي�ةf أ� ةf ج� د�ق� ل�ه� إ�الB م�ن� ث�ال�ث�ةf إ�الB م�ن� ص� ط�ع� ع�ن�ه� ع�م� ان� ان�ق� إ�ذ�ا م�ات� اإل�ن�س�
ال�حf ي�د�ع�و ل�ه� ل�دf ص� و� و�ع� ب�ه� أ� .« ي�ن�ت�ف�
Apabila anak Adam meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga hal:
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang selalu
mendoakan kedua orang tuanya”.
Adapun teman pertama adalah keluarga, maka keluarga tidak akan memberikan
manfaat apapun baginya setelah kematiannya kecuali orang yang memintakan
ampun baginya dan berdoa baginya seperti apa yang telah disebutkan
sebelumnya. Bisa jadi keluarganya tidak berdoa baginya, sebab bisa jadi orang
lain yang lebih jauh, lebih memberikan manfaat bagi keluarganya, sebagaimana
yang pernah diungkapkan oleh orang-orang shaleh: “Keluargamu sibuk membagi
warisan yang telah engkau tinggalkan, sementara ada orang lain yang bersedih
dengan kematianmu dan berdoa untukmu pada saat dirimu berada di antara
himpitan lubang-lubang dalam tanah”, dan di antara keluarga itu ada yang
menjadi musuh bagimu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وه�م� ذ�ر� اح� ا لBك�م� ف� tد�ك�م� ع�د�و و�ال�أ� ك�م� و� و�اج� ن�وا إ�نB م�ن� أ�ز� ا الBذ�ين� آم� �يMه� ي�ا أ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-
anakmu ada yang menjadi musuh bagimu” (QS. Al-Taghabun: 14).
Adapun teman yang kedua adalah harta, maka dia tidak mengikuti pemiliknya
dan tidak pula masuk ke dalam kuburnya, dan kembalinya harta tersebut sebagai
kalimat kiasan bahwa harta itu tidak menemani pemiliknya di dalam kuburnya
dan tidak masuk ke dalam liang kubur pemiliknya. Diriwayatkan oleh Muslim dari
hadits Abu Hurairah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammadshallallahu alaihi
wasallam bersabda:
و� ل�ب�س� » ن�ى أ� أ�ف� ا أ�ك�ل� ف� ال�ه� ث�ال�ث* م� ا ل�ه� م�ن� م� �نBم� ال�ى إ ال�ى م� ول� ال�ع�ب�د� م� ي�ق�
ت�ار�ك�ه� ل�لنBاس� و� ذ�اه�ب* و� ه� و�ى ذ�ل�ك� ف� ا س� ت�ن�ى و�م� اق� و� أ�ع�ط�ى ف�أ�ب�ل�ى أ� .« ف�
“Anak Adam berkata: Hartaku, hartaku, Allah berfirman: Apakah engkau memiliki
harta wahai anak Adam kecuali apa yang engkau telah makan dan habis, atau
engkau pakai lalu rusak, atau engkau sedekahkan lalu engkau berlalu
membawanya dan apa-apa selain itu maka dia pergi dan ditinggalkan untuk
orang lain”.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda,
« Bد* إ�ال نBا أ�ح� ا م� ول� اللBه� م� س� ال�وا ي�ا ر� ال�ه� » . ق� �ل�ي�ه� م�ن� م� بM إ ث�ه� أ�ح� ار� ال� و� �يMك�م� م� أ
ر� Bا أ�خ ار�ث�ه� م� دBم� ، و�م�ال� و� ا ق� ال�ه� م� إ�نB م� ال� « ف� �ل�ي�ه� . ق� بM إ ال�ه� أ�ح� « م�
“Siapakah di antara kalian yang harta pewarisnya lebih dicintainya daripada
harta dirinya sendiri?. Para shahabat berkata: Wahai Rasulullah, tidak ada
seorangpun di antara kita kecuali hartanya lebih dicintainya. Beliau bersabda:
Sesungguhnya harta miliknya yang sebenarnya adalah apa yang telah
dipersembahkan (sebagai amal shaleh) sementara harta pewarisnya adalah apa
yang ditinggalkan”.
Maka seorang hamba tidak akan mengambil manfaat apapun dari hartanya
kecuali apa yang dipersembahkannya untuk masa depan dirinya di (akherat
kelak) dan menafkahkan harta itu di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan apa
yang telah dimakan dan dipakainya, maka dia bukan bagian yang menjadi
miliknya (secara hakiki) dan bukan pula dosa baginya dalam pemanfaatannya.
Kecuali jika dia berniat dengan niat amal shaleh, maka dia akan diberikan
kepadanya pahala secara mutlak. Sebagian pembesar dan penguasa berkata
kepada Abu Hazim yang hidup zuhud: Kenapa kita membenci kematian?. Beliau
menjawab: Karena engkau mengagungkan dunia, engkau telah menjadikan
hartamu di hadapan kedua matamu maka engkau pasti benci meninggalkannya
dan seandainya engkau mempersiapkannya untuk akheratmu niscaya engkau
akan senang menggunakannya untuk mengejarnya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
إ�نB اللxه� ب�ه� ءf ف� ي� وا� م�ن ش� ق� ا ت�نف� بMون� و�م� ا ت�ح� Bم وا� م� ق� تBى ت�نف� ل�ن ت�ن�ال�وا� ال�ب�رB ح�
ع�ل�يم*
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali Imron: 92)
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma tidak bangga kepada hartanya kecuali apa yang
telah dipersembahkannya sebagai amal shaleh karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala, sehingga pada suatu ketika pada saat dia menunggang seekor onta, lalu
dia kagum dengannya, maka diapun segera turun darinya dan mengaraknya dan
menjadikannya sebagai sedekah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun teman yang ketiga: Dia adalah amal yang mengikuti pemiliknya ke
dalam kubur dan hidup bersamanya dalam kubur tersebut, dia bersamanya pada
saat dibangkitkan menghadap AllahSubhanahu wa Ta’ala. Amal itu menyertainya
pada saat dikumpulkan di padang mahsyar, di atasshiroth (titian), pada saat
ditimbang dan dengan amal itu pula seseorang akan memperoleh tingkat
kedudukannya di surga atau di neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مf ل6ل�ع�ب�يد� Bك� ب�ظ�الMب ا ر� ا و�م� ع�ل�ي�ه� اء ف� س�ه� و�م�ن� أ� س� ل�ن�ف� ا ف� ال�ح} م�ن� ع�م�ل� ص�
“Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya
sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). (QS.
Fushilat: 46).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
د�ون� ه� م� ي�م� ه� س� �نف� أل� ا ف� ال�ح} ه� و�م�ن� ع�م�ل� ص� ر� ع�ل�ي�ه� ك�ف� ر� ف� م�ن ك�ف�
Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat)
kekafirannya itu; dan barang siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka
sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan), (QS. Al-Rum: 44)
Sebagian ulama salaf berkata tentang tafsir ayat di atas bahwa mereka
mempersiapkan bagi diri mereka kebutuhan di dalam kubur mereka. Maka amal
shaleh sebagai tempat yang menyejukkan bagi yang mengerjakannya di dalam
kubur, di mana saat di dalam kubur seorang hamba tidak memiliki apapun yang
pernah dinikmatinya selama di dunia seperti kasur yang empuk, bantal dan
ranjang-ranjang tidur namun setiap orang akan tidur dengan ranjang amal,
berbantal kebaikan atau keburukan. Maka orang yang berakal adalah orang
yang membangun rumah tempat dia menetap dalam jangka waktu yang panjang,
walau seandainya dia membangunnya dengan puing-puing rumahnya yang
roboh yang akan ditinggalkannya maka dia tidak akan merugi, bahkan dia
beruntung. Sebagian ulama salaf berkata, “Bekerjalah untuk kepentingan
duniamu sebatas lamanya masa kamu menetap padanya, dan berbuatlah untuk
akheratmu sebatas lamanya kamu tinggal padanya. Al-Hasan Al Bashri berkisah,
“Seorang lelaki dari kaum muslimin mengikuti jenazah saudaranya lalu pada saat
jenazah diturunkan di dalam liang kuburnya lelaki itu berkata: Aku tidak
mengetahui yang mengikutimu dari dunia ini kecuali tiga helai kain, demi Allah
aku meninggalkan rumahku dengan barang-barang yang begitu banyak, demi
Allah seandainya aku diberi kesempatan untuk pulang ke rumah niscaya aku
akan sedekahkan rumahku untuk kepentingan diriku. Al-Hasan berkata: “Maka
lelaki itupun kembali ke rumahnya dan menyedekahkan harta-hartanya. Dan
mereka tahu bahwa orang yang dimaksud adalah Umar bin Abdul
Aziz rahimahullah”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan
kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.[]
Hidup selalu menghadirkan dua sisi yang tidak dapat dihindari, yaitu kebahagiaan dan kesedihan. Dua sisi
itu Allah hadirkan sebagai bagian dari perjalanan kehidupan.
Kesedihan yang terkadang membuat hidup tak nyaman, juga bahagia yang tak selalu menjadi kawan. Inti
dari perjalanan kehidupan itu adalah perjuangan hidup yang selalu berujung pada kondisi yang tidak bisa
dihindari manusia: kematian.
Kematian diibaratkan sebuah antrian, dan manusia hanya tinggal menunggu panggilan sesuai urutan. yang
sulit adalah, kita tidak tahu ada dibaris keberapa kita berada, apakah dibaris paling belakang, atau dibaris
bagian tengah, atau jangan-jangan kita sudah berada di depan loket antrian tesebut, dan hikmah dari
perumpaan itu adalah kita dituntut untuk selalu berusaha mempersiapkan diri dengan mempersiapkan
bekal amal-amal kebaikan.
Kita sering sekali mendengar kata-kata mati atau maut, tapi banyak diantara kita yang tidak peduli akan
kematian itu, bahkan tidak pernah mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian itu, padahal kematian
adalah sesuatu yang pasti datang, kapan dan dimanapun, apa dan siapapun kita.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Al-Jumuah: 8)
Rasulullah SAW barsabda: “Yang mengikuti janazah kekubur ada 3 kelompok (hal), keluarga, harta dan
amal. yang dua kembali, keluarga dan harta, dan yang satu tinggal, amal”.
Keluarga (Ahli) kita, sanak family, kerabat, tetangga, semua yang ikut mengantar janazah kekubur akan
kembali, siapapun, walaupun keluarga paling terdekat, atau teman sejati, teman sehidup semati, orang
yang paling dicintai semua kembali setelah proses pemakaman selesai, tidak ada yang mau untuk
menemani, istri, suami, anak, tetangga, kawan, orang yang paling dicintai sekalipun, tidak ada, nafsi-nafsi,
selamat jalan-selamat jalan,
Harta, yang dibawa saat mengiringi janazah semuanya akan kembali, kendaraan roda empat, kendaraan
roda dua, sampai payung yang digunakan untuk menutupi keranda juga dibawa pulang, tidak ada yang di
tinggal satupun, walaupun harta itu milik kesayangan almarhum.
Maka yang tinggal adalah amal, amal ada dua macam, ada amal baik (shaleh)dan ada amal
buruk (tholeh),dan nanti, dan amal-amal kita nanti akan Allah serupakan menjadi makhluk-makhluk untuk
menemani kita didalam kubur.
Amal yang baik (sholeh) akan Allah serupakan menjadi makhluk yang sangat enak dipan-dang mata dan
menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan, sambil terheran-heran, lalu kita bertanya; siapa engkau..!
didunia dahulu aku tidak pernah melihat makhluk seindah engkau; makhluk itu menjawab; aku adalah amal
baik (shaleh)mu.
Kalau, ketika kita hidup didunia, kita banyak beramal yang baik (shaleh) rajin mengerjakan shalat bahkan
dengan bejamaah, gemar berinfak, bersodakoh, pandai jaga lisan, pandai menjaga mata, telinga, (tidak
doyan gosip) maka sangat boleh jadi lalu kubur kita menjadi lapang, terang, sejuk, luas, nyaman, di tambah
yang menemani sesuatu yang sangat menyenangkan, seakan-akan kita sudah berada didalam surga
sebelum datangnya kiamat, kubur kita menjadi “raudhah min riyadil jannah”, seminggu rasanya baru sehari,
lalu tidur kita bagaikan tidurnya pengantin, rasa-rasanya malam berlalu begitu cepat, tau-tau sudah pagi,
Subhanallah…
Sedangkan amal buruk, (amal tholeh), akan Allah serupakan dengan sesuatau yang sangat tidak enak
dipandang mata, sangat tidak menyenangkan, menyeramkan, dengan terheran-heran kitapun lalu
bertanya,siapa engkau..! dahulu didunia aku tidak pernah melihat makhluk sejelek dan seburuk engkau;
makhluk itu menjawab; aku adalah amal buruk (tholeh) mu.
Jika ketika hidup didunia, begitu banyak amal keburukan (tholeh), jangankan shalat bejamaah, shalat sendiri
saja kadang-kadang kita begitu malas, kadang suara azan sudah terdengar bersaut-sautan di mushalla atau
masjid memanggil-manggil, tetapi kita masih terus saja asik dengan kesibukan kita, padahal panggilan
adzan itu pada hakekatnya adalah panggilan Allah, tapi karena kita tidak hobi (suka) ke masjid, maka
panggi-lan Allah dianggap sepele, kita biarkan berlalu begitu saja, kita juga tidak suka berinfak, bersodakoh,
kita selalu menuruti hawa nafsu untuk hal-hal yang menjadikan kita lalu menjadi orang yang tergolong pelit,
kikir dengan harta.
Kita tidak bisa menjaga sikap atau prilaku yang membuat para tetangga merasa terusik kenyamanannya.
kita tidak mampu menjaga lisan untuk tidak bergunjing, membuka aib-aib orang lain, tidak mampu menjaga
telinga tetapi dengan senang mendengarkan omongan-omongan kotor yang tidak berguna.
Maka sangat boleh jadi kubur kita lalu seperti neraka sebelum datangnya kiamat, sehingga kubur kita
bagaikan “Khuffat min khuffatin niiron”, begitu gelap, sempit, panas, dan ditemani sesuatu yang sangat
menyeramkan, menakutkan, sehari rasanya bagaikan setahun.
Laa haula wala kuwwata illa billah…
“Barang siapa megharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amalamal yang
shaleh .” (QS al-Kahfi : 110)
Wallahu a’lam Bisshowab.
top related