tindak tutur dalam iklan berbahasa jawa di radio
Post on 22-Mar-2022
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO
The Acts of Speech in Javanese Advertisement on The Radio
oleh/by
Suryo Handono Balai Bahasa Jawa Tengah
Jalan Elang Raya, Mangunharjo, Tembalang, Semarang
Telepon 024-76744357 Faksimile. 024-76744358
shandono78@gmail.com
ABSTRAK
Iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi memunyai peran penting untuk memperkenalkan
suatu produk kepada masyarakat. Tuturan iklan merupakan fenomena menarik untuk diteliti dari
berbagai aspek pragmatik, salah satunya adalah tindak tutur. Penelitian ini mengkaji tindak tutur
pada wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif ini
memaparkan bentuk tindak tutur dan konteks tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di
radio. Strategi yang digunakan adalah analisis isi. Berdasarkan analisis isi diperoleh hasil bahwa
bentuk tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio meliputi tindak tutur representatif,
direktif, ekpresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif digunakan dalam konteks
memberi tahu, menyatakan, mengakui, melaporkan, menjelaskan, menyebutkan, dan
memberikan kesaksian. Tindak tutur direktif digunakan dalam konteks menyuruh, mengajak,
mengimbau, menyarankan, dan mengingatkan. Tindak tutur ekspresif digunakan sebagai
evaluasi dalam konteks memuji, mengkritik, dan mengeluh. Tindak tutur komisif digunakan
hanya dalam konteks memastikan. Tindak tutur deklaratif digunakan dalam konteks melarang,
menegaskan, dan meyakinkan.
Kata kunci: tindak tutur, konteks, iklan, bahasa Jawa, radio
ABSTRACT
Advertising as one form of communication has an important role to introduce a product to the
community. Advertising is an interesting phenomenon to be examined from various aspects of
pragmatic, one of which is the act of speech. This study examines the acts of speech on the
discourse of Javanese advertisement on the radio. This descriptive qualitative research
describes the form of speech acts and the context of speech in the discourse of Javanese ad on
the radio. The strategy used is content analysis. Based on the content analysis, it is found that
the form of speech in the Javanese language advertising discourse in the radio includes the act
of representative speech, directive, expressive, commissive, and declarative. Representative
speech acts are used in the context of notifying, declaring, acknowledging, reporting,
explaining, mentioning, and giving testimony. The directive speech acts are used in the context
of commanding, referring, appealing, suggesting, and reminding. Expressive speech acts are
used as evaluation in the context of praising, criticizing, and complaining. Commissive speech
acts are used only in the context of making sure. Declarative speech acts are used in the context
of prohibiting, asserting, and reassuring.
Keywords: speech acts, context, advertisement, Javanese, radio
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
2
PENDAHULUAN
Iklan adalah pesan atau berita yang
disampaikan untuk memberitahukan
produk dan atau jasa kepada masyarakat
atau khalayak ramai. Sebagai salah satu
bentuk komunikasi, iklan harus hangat
dan jelas karena memunyai peran
penting untuk memengaruhi masyarakat
agar mau membeli, memakai, atau
memiliki suatu produk berupa barang
atau jasa. Untuk itu, diperlukan
perhatian khusus untuk menyajikan
iklan yang terkini dan sesuai dengan
konteks perhatian masyarakat sesuai
dengan sasaran iklan. Beragam bentuk
iklan menarik dan kreatif yang tersaji di
media cetak dan media elektronik
memunculkan fenomena tersendiri
sehingga dapat menimbulkan gaya
hidup baru bagi masyarakat. Fenomena
tersebut dapat dipahami apabila dilihat
dalam perspektif ideologi iklan. Hal itu
dapat diartikan sebagai usaha pengiklan
untuk selalu menonjolkan keunggulan
produk yang diiklankan.
Iklan merupakan salah satu wujud
wacana yang menarik. Selain sarat
informasi, iklan juga memuat unsur
persuasif yang sangat tinggi, yaitu
membujuk atau menggiring orang untuk
mengambil tindakan yang menguntung-
kan pihak pembuat iklan dan menarik
perhatian pembaca iklan agar memiliki
atau memenuhi permintaan pemasang
iklan. Karena lebih mementingkan
aspek persuasif, bahasa yang digunakan
pun bersifat persuasif dengan tingkat
perlokusioner yang tinggi.
Tuturan iklan merupakan feno-
mena menarik untuk diteliti dari
berbagai aspek pragmatik, salah satunya
adalah tindak tutur. Tindak tutur
merupakan pijakan mendasar dalam
kajian pragmatik (Rustono, 1999, hlm.
31). Tindak tutur menjadi dasar analisis
aspek pragmatik yang lain seperti
praanggapan, perikutan, implikatur
percakapan, prinsip kerja sama, dan
prinsip kesantunan. Oleh karena itu,
penelitian ini difokuskan pada tindak
tutur, yaitu tindak tutur dalam iklan
berbahasa Jawa di radio di Jawa
Tengah.
Penelitian pragmatik wacana iklan
sebenarnya sudah dilakukan oleh para
peneliti, seperti Ulfah (2003), Harahap
(2008), Indriani (2012), Elmira (2013),
Alfani (2014), dan Nissa (2014). Hasil
penelitian tersebut lebih memfokuskan
pada wacana iklan tertulis dan televisi.
Iklan radio, khususnya yang berbahasa
Jawa, belum diteliti. Oleh karena itu,
penelitian ini relevan dilakukan untuk
menjawab permasalahan bagaimanakah
bentuk tindak tutur dan konteks tuturan
dalam wacana iklan berbahasa Jawa di
radio.
Ketika mendengar ujaran penutur,
mitra tutur tidak hanya berusaha
memahami makna ujaran itu, tetapi juga
makna yang dikehendaki penutur.
Untuk memahami makna tersebut, mitra
tutur perlu memperhatikan konteks yang
ada. Dengan pemahaman itu,
komunikasi akan berjalan lancar. Jika
konteks tuturan tidak dipahami, akan
terjadi kesalahpahaman sehingga
komunikasi tidak akan berjalan lancar.
Pragmatik berkaitan dengan
konteks, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan lingkungan fisik dan sosial
sebuah tuturan maupun latar belakang
pengetahuan bersama penutur dan mitra
tutur yang membantu mitra tutur
menafsirkan makna tuturan (Nadar,
2009, hlm. 6). Aspek-aspek lingkungan
fisik dan sosial itu disebut sebagai unsur
di luar bahasa yang dikaji dalam
pragmatik. Menurut Nababan (1987:
2),pragmatik memiliki dua pengertian.
Pertama, kajian dari hubungan antara
bahasa dan konteks yang mendasari
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
3
penjelasan pengertian bahasa.
Pengertian bahasa menunjuk pada fakta
bahwa untuk mengerti suatu ungkapan
atau ujaran bahasa diperlukan
pengetahuan di luar makna kata dan
hubungannya dengan konteks
pemakaiannya. Kedua, kajian tentang
kemampuan pemakai bahasa
mengaitkan kalimat dengan konteks
yang sesuai.
Pragmatik mengkaji makna
kalimat yang dituturkan oleh penutur
sesuai dengan konteks dan situasi.
Kridalaksana (1993:177) menyatakan
bahwa pragmatik adalah ilmu yang
menyelidiki pertuturan, konteksnya, dan
maknanya. Sementara itu, Leech
(1993:9) menyatakan bahwa pragmatik
adalah studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi ujar.
Berdasarkan pendapat tersebut,
pragmatik menekankan pada makna dan
situasi ujar. Pragmatik tidak dapat lepas
dari bahasa dan konteks. Jadi,
pragmatik merupakan bidang yang
mengkaji kemampuan penutur
menyesuaikan kalimat yang dituturkan
sesuai dengan konteksnya sehingga
komunikasi berjalan lancar.
Leech (1993:5—6) menyatakan
bahwa pragmatik mempelajari maksud
tuturan, yaitu untuk apa tuturan itu
dilakukan dan apa maksudnya serta
mengaitkan dengan siapa berbicara
kepada siapa, di mana, dan bagaimana.
Tindak tutur merupakan entitas yang
bersifat sentral di dalam pragmatik dan
merupakan dasar bagi analisis topik-
topik lain, seperti praanggapan,
perikutan, implikatur percakapan,
prinsip kerja sama, dan prinsip
kesantunan (Wijana, 1996:46).
Ibrahim (1993:106)
mengungkapkan bahwa sebagian
tuturan bukanlah pernyataan tentang
sesuatu, tetapi merupakan tindakan.
Menuturkan sesuatu dapat disebut
sebagai tindakan atau aktivitas karena
sebuah tuturan selalu memiliki maksud
tertentu. Maksud itulah yang
menimbulkan pengaruh tertentu
terhadap orang lain, seperti halnya
mencubit atau memukul. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tindak
tutur adalah aktivitas menuturkan
sesuatu dengan maksud tertentu. Sejalan
dengan itu, Rustono (1999:24)
mengemukakan bahwa aktivitas
menuturkan sesuatu dengan maksud
tertentu merupakan tindak tutur karena
berpengaruh terhadap orang lain yang
mendengarkan sehingga menimbulkan
respons dan terjadilah peristiwa
komunikasi. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa tindak tutur adalah
suatu tindakan bertutur yang memiliki
maksud tertentu yang dapat
diungkapkan secara eksplisit maupun
implisit. Tindak tutur yang memiliki
maksud tertentu tersebut tidak dapat
dipisahkan dari konsep situasi tutur.
Konsep tersebut memperjelas
pengertian tindak tutur sebagai suatu
tindakan yang menghasilkan tuturan
sebagai produk tindak tutur.
Austin dan Searle membagi
tuturan menjadi tiga jenis, yaitu tindak
lokusioner, ilokusioner, dan perlokusi-
oner atau biasa disebut dengan lokusi,
ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur
lokusi adalah tindak tutur untuk
menyatakan sesuatu. Dalam tindak tutur
ini dihasilkan serangkaian bunyi bahasa
yang berarti sesuatu (Ibrahim, 1993,
hlm. 15). Tindak tutur lokusi
merupakan tindak tutur yang relatif
paling mudah diidentifikasi karena
dapat dilakukan tanpa menyertakan
konteks tuturan (Wijana, 1996:17—18).
Dalam tindak lokusi fungsi tuturannya
tidak dipermasalahkan karena
maknanya terdapat dalam kalimat yang
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
4
dituturkan. Tindak tutur ini merupakan
tindak tutur yang paling mudah
diidentifikasi karena tidak
mengikutsertakan maksud.
Berdasarkan kategori gramatikal,
bentuk tindak tutur lokusi dibedakan
menjadi tiga, yaitu (1) pernyataan
(deklaratif) yang berfungsi
memberitahukan sesuatu kepada orang
lain agar menaruh perhatian, (2)
pertanyaan (interogatif) yang berfungsi
untuk menanyakan sesuatu sehingga
pendengar memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan, dan (3)
perintah (imperatif) yang memiliki
maksud agar pendengar memberikan
tanggapan berupa tindakan atau
perbuatan yang diminta.
Tindak ilokusi merupakan tindak
tutur yang mengandung maksud dan
daya tuturan. Tindak ilokusi tidak
mudah diidentifikasi karena berkaitan
dengan siapa bertutur kepada siapa,
kapan, dan di mana tindak tutur itu
dilakukan dan sebagainya. Tindak
ilokusi ini merupakan bagian yang
penting dalam memahami tindak tutur
(Wijana, 1996:). Untuk mempermudah
identifikasi, ada beberapa verba yang
menandai tindak tutur ilokusi, antara
lain melaporkan, mengumumkan,
bertanya, menyaran-kan, berterima
kasih, mengusulkan, mengakui,
mengucapkan selamat, berjanji, dan
mendesak (Rustono, 1999:38).
Sejalan dengan pendapat tersebut,
Cummings (2007:9) menyatakan bahwa
tindak ilokusi adalah ujaran-ujaran yang
memiliki daya tertentu, seperti memberi
tahu, memerintah, mengingatkan, dan
melaksanakan. Tindak tutur ilokusi
biasanya diidentifikasikan dengan
kalimat perfomatif yang eksplisit.
Tindak tutur ini biasanya berkenaan
dengan pemberian izin, mengucapkan
terima kasih, menyuruh, menawarkan,
menjanjikan, dan sebagainya (Chaer
dan Leonie, 2010:53).
Nababan (1987:18) menyatakan
bahwa ilokusi adalah pengucapan suatu
pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan.
Menurut Wijana (1996:18) ilokusi
adalah penuturan yang digunakan untuk
melakukan sesuatu. Sementara itu,
Chaer dan Leonie (2010, hlm. 54)
berpendapat bahwa ilokusi adalah
pernyataan, tawaran, janji dan lain-lain
dalam pengujaran. Berdasarakan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ilokusi adalah tindak bahasa
yang dibatasi oleh konvensi sosial,
misalnya menyapa, menuduh,
mengakui, dan memberi salam. Dengan
demikian, tindak ilokusi tidak hanya
berfungsi untuk menginformasikan
sesuatu, tetapi juga mengacu untuk
melakukan sesuatu.
Searle (Leech, 1993:165)
mengelompokkan tindak ilokusi
menjadi lima jenis, yaitu (1) asertif
yang mengikat penutur pada kebenaran
proposisi yang diungkapkan, misalnya
menyatakan, menyarankan, membual,
mengeluh, dan mengklaim; (2) direktif
yang dimaksudkan untuk memengaruhi
agar mitra tutur melakukan tindakan,
seperti memesan, memerintah,
memohon, menasihati, dan merekomen-
dasi; (3) ekspresif yang berfungsi untuk
menyatakan atau menunjukkan sikap
psikologis penutur terhadap suatu
keadaan, seperti berterima kasih,
memberi selamat, meminta maaf,
menyalahkan, memuji, dan
berbelasungkawa; (4) komisif yang
berfungsi untuk menyatakan janji atau
penawaran, seperti berjanji, bersumpah,
dan menawarkan sesuatu; dan (5)
deklaratif yang menghubungkan isi
tuturan dengan kenyataannya, seperti
berpasrah, memecat, membaptis,
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
5
memberi nama, mengangkat,
mengucilkan, dan meng-hukum.
Tuturan yang diucapkan oleh
penutur sering memiliki efek atau
pengaruh bagi yang mendengarkannya.
Efek atau daya pengaruh ini dapat
terjadi karena disengaja ataupun tidak
disengaja oleh penutur. Efek yang
dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu
itulah yang disebut tindak perlokusi.
Rustono (1999, hlm. 38)
menyatakan bahwa perlokusi adalah
tindak tutur yang pengujarannya
dimaksudkan untuk memengaruhi mitra
tutur. Sementara itu, Tarigan (1984,
hlm. 35) menyatakan bahwa ujaran
yang diucapkan penutur bukan hanya
peristiwa ujar yang terjadi dengan
sendirinya, tetapi merupakan ujaran
yang mengandung maksud dan tujuan
tertentu yang dirancang untuk
menghasilkan efek, pengaruh, atau
akibat terhadap lingkungan mitra tutur.
Pada sisi lain, Chaer dan Leonie (2010,
hlm. 70) berpendapat bahwa perlokusi
berhubungan dengan sikap dan perilaku
nonlinguistik .
Searle (1976, hlm. 59-82)
mengklasifikasi tindak tutur menjadi
lima, yaitu representatif, direktif,
komisif, ekspresif, dan deklaratif.
Tindak tutur representatif mengikat
penuturnya terhadap kebenaran ujaran.
Yang termasuk tuturan ini adalah
tuturan yang memberikan pernyataan,
seperti menyatakan, menuntut,
mengakui, melaporkan, menunjukkan,
menyebutkan, memberikan kesaksian,
dan berspekulasi. Tindak tutur direktif
memungkinkan penutur meminta mitra
tutur melakukan tindakan yang
disebutkan dalam tuturan itu. Tuturan
memaksa, memohon, menyarankan,
mengajak, meminta, menyuruh,
menagih, mendesak, menyarankan,
memerintah, memberi aba-aba dan
menantang termasuk ke dalam tindak
tutur ini. Tindak tutur ekspresif adalah
tuturan yang dapat diartikan sebagai
evaluasi tentang hal yang disebutkan di
dalam tuturan. Tuturan memuji,
mengucapkan terima kasih, mengkritik,
mengeluh, menyalahkan, mengucapkan
selamat, menyanjung termasuk dalam
tindak tutur ekspresif. Kemudian, tindak
tutur komisif mengikat penutur untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di
dalam tuturan, seperti berjanji, ber-
sumpah, dan menyanggupi. Tindak tutur
deklaratif dimaksudkan untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dan
sebagainya) yang baru. Tuturan-tuturan
dengan maksud mengesahkan,
memutuskan, membatalkan, melarang,
mengizinkan, mengabulkan,
mengangkat, menolong, mengampuni,
memaaf-kan termasuk tindak tutur
deklaratif.
Penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif dengan strategi analisis isi
(content analysis), yaitu teknik
penelitian yang memanfaatkan
seperangkat prosedur untuk menarik
simpulan yang sahih (Peer dan Mary
Nesbitt, 2004). Data penelitian berupa
ujaran dalam wacana iklan berbahasa
Jawa di radio. Sumber data dalam
penelitian ini adalah iklan berbahasa
Jawa di radio swasta niaga di Jawa
Tengah yang disiarkan pada bulan April
sampai dengan Juni 2016. Karena
keterbatasan iklan berbahasa Jawa di
radio, sumber data penelitian ini tidak
dibatasi pada iklan dan radio tertentu.
Penyediaan data dilakukan dengan
teknik simak, rekam, dan catat
(Sudaryanto, 2015:204—206).
Analisis yang digunakan adalah
analisis kualitatif yang bersifat induktif,
yaitu analisis berdasarkan data yang
diperoleh. Data dianalisis, dibanding-
kan, dan dipadukan membentuk suatu
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
6
kajian yang sistematis, padu, dan utuh
(Sutopo, 2002:69—70). Penelitian
kualitatif ini mengedepankan analisis
induktif dengan menghadirkan uraian-
uraian mengenai bentuk tindak tutur
diikuti dengan uraian pemaknaan
konteks tuturan. Selanjutnya,
pembahasan mengerucut dan
mengkristal ke perumusan-perumusan
singkat padat dan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tindak Tutur Representatif
Tindak tutur representatif adalah tindak
tutur yang mengikat penutur atas
kebenaran tuturannya. Yang termasuk
tindak tutur representatif dalam wacana
iklan berbahasa Jawa di radio adalah
tuturan dengan konteks memberi tahu,
menyatakan, mengakui, melaporkan,
menjelaskan, menyebutkan, dan
memberikan kesaksian.
Dengan tindak tutur representatif
penutur mempresentasikan apa yang ia
maksudkan. Tindak tutur tersebut
terdapat pada data berikut ini.
Data 1 Iklan Teh Cap Dandang
Mila leres, Mbah, Teh Cap
Dandang panci teh pilihan, arum,
sedhep, kenthel, tur manteb ta. Teh
Cap Dandang menika produksi
Perusahaan Teh Kartini saking
Pekalongan ingkang sampun
kawentar tehipun.
„Memang benar, Mbah, Teh Cap
Dangang memang teh pilihan,
harum, sedap, kental, lagi pula
mantap. Teh Cap Dandang itu
diproduksi oleh Perusahaan Teh
Kartini dari Pekalongan yang sudah
terkenal tehnya.‟
Data (1) merupakan tindak tutur
representatif dengan konteks memberi
tahu. Penutur memberi tahu dan
meyakinkan mitra tutur bahwa Teh
Dandang benar-benar merupakan teh
pilihan, harum, sedap, kental, dan
mantap rasanya. Selain itu, penutur juga
memberi tahu bahwa Teh Dandang itu
diproduksi oleh Perusahaan Teh Kartini
dari Pekalongan. Informasi tersebut
disampaikan untuk meyakinkan
pendengar bahwa Teh Dandang layak
untuk dipilih. Untuk menguatkan
keyakinan mitra tutur memilih teh itu,
penutur juga memberitahukan bahwa
Perusahaan Teh Kartini Pekalongan
sudah terkenal dengan hasil olahan
tehnya. Dengan demikian, mitra tutur
diharapkan tidak ragu memilih dan
mengonsumsi Teh Dandang.
Tindak tutur representatif dengan
konteks menyatakan memungkinkan
penutur mengatakan, mengemukakan,
atau mempermaklumkan perasaan atau
maksud hatinya. Tindak tutur tersebut
terdapat pada data berikut ini.
Data 2 Iklan Tolak Angin Komplit
Bapak : Adhuh bune awakku kok padha
pegel kabeh.
„Aduh, Bu, badanku pegal-pegal
semua.‟
Ibu : Niki lho, Pakne, jamu Tolak Angin
Komplit, obat herbal kangge masuk
angin, mendhakake weteng
kembung, weteng lara, nglegakake
tenggorokan, njaga kasarasan
awak sarta apik diunjuk nalika
perjalanan, awak sayah lan kurang
turu. Obat iki didamel saka bahan
alami, kayata minyak adas, kayu
ules, godhong cengkeh, meniran,
jahe, lan madu. Ayo pakne diunjuk
saniki supados enggal waras.
„Ini lho, Pak, jamu Tolak Angin
Komplit, obat herbal untuk masuk
angin, menyembuhkan perut
kembung, perut sakit, melegakan
tenggorokan, menjaga kebugaran
badan dan baik diminum ketika
perjalanan jauh, badan capek dan
kurang tidur. Obat ini dibuat dari
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
7
bahan alami, seperti minyak adas,
kayu ules, daun cengkih, meniran,
jahe, dan madu. Ayo, Pak, diminum
sekarang supaya cepat sembuh.
Pada data (2) terdapat tindak tutur
representatif menyatakan, yaitu tuturan
Ibu “Niki lho, Pakne, ... Ayo pakne
diunjuk saniki supados enggal waras.”
Pada tuturan itu Ibu menyatakan bahwa
jamu Tolak Angin Komplit merupakan
obat herbal untuk masuk angin yang
juga dapat menyembuhkan perut
kembung, perut sakit, melegakan
tenggorokan, menjaga kebugaran badan,
badan capek, dan kurang tidur. Obat itu
baik diminum ketika perjalanan jauh.
Selain itu, obat tersebut dibuat dari
bahan alami, seperti minyak adas, kayu
ules, daun cengkih, meniran, jahe, dan
madu. Tuturan Ibu tersebut merupakan
respons terhadap keluhan Bapak bahwa
badannya pegal semuanya yang juga
menggunakan tindak tutur representatif
menyatakan, “Adhuh bune awakku kok
padha pegel kabeh.”
Tindak tutur representatif
mengakui memungkinkan penutur
mengakui kebenaran atau ketidak-
benaran sesuatu. Tindak tutur tersebut
terdapat pada data berikut ini.
Data 3 Iklan Teh Pendawa
Bapak : Hem, wis ra malih malah tambah
manteb, wangi, rasane cles banget.
„Hem, sudah tidak berubah justru
bertambah mantap, wangi, rasanya
cles sekali.”
Anak : Wonten napa, Pak. Kok ngendikan
piyambak?
„Ada apa, Pak. Kok bicara sendiri?‟
Bapak : Iki, Nok, sing jenenge Teh
Pendawa. Ora biyen ora saiki,
rasane ki ora malih, malah tambah
manteb.
„Ini, Nok, yang namanya Teh
Pendawa. Tidak dahulu tidak
sekarang, rasanya tidak berubah,
justru tambah mantap.‟
Pada data (3) terdapat tindak tutur
representatif mengakui, yang tecermin
pada tuturan Bapak, baik tuturan
pertama maupun kedua. Pada tuturan
pertama ia mengungkapkan pengakuan
pada diri sendiri bahwa Teh Pendawa
tidak berubah kualitasnya dan justru
tambah mantap, wangi, dan cles
rasanya. Pada tuturan kedua ia
mengemukakan pengakuan kepada
mitra tuturnya (anak) bahwa dari dahulu
sampai sekarang rasa Teh Pendawa
tidak berubah, tetapi justru semakin
mantap. Melalui tuturan tersebut,
pengiklan meyakinkan pendengar
bahwa Teh Pendawa layak dipilih dan
dinikmati karena rasanya sangat nikmat.
Tindak tutur representatif juga
digunakan dalam konteks melaporkan.
Konteks melaporkan ini hampir sama
dengan konteks memberi tahu, seperti
data berikut ini.
Data 4 Iklan Poldamik
Ibu : Adhuh, Pak, sirahku kari separo.
„Aduh, Pak, kepalaku tinggal
sebelah.‟
Bapak : Lha sing separo meneh neng
ngendi?
„Lha yang sebelah lagi ke mana?
Ibu : Lara.
„Sakit.‟
Bapak : Oalah, sakit kepala sebelah kuwi.
Iku merga migren.
„Oalah, sakit kepala sebelah itu. Itu
karena migren.‟
Ibu : Adhuh, sing penting obate. Aku wis
nyoba obat sakit kepala biasa,
nanging kumat maneh, kumat
maneh.
„Aduh, yang penting obatnya. Saya
sudah mencoba obat sakit kepala
biasa, tetapi kambuh lagi, kambuh
lagi.‟
Bapak : Lha, ora usah panik, ngombe wae
Poldamik!
„Lha, tidak usah panik, minum saja
Poldamik!‟
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
8
Narator: Poldamik, obat sakit kepala
sebelah sing pertama tanpa resep
dokter. Poldamik marasake sakit
kepala sebelah kanthi tepat lan
bener. Poldamik wis sumadia ing
apotek lan toko obat sacelak
Panjenengan.
„Poldamik, obat sakit kepala
sebelah yang pertama tanpa resep
dokter. Poldamik menyembuhkan
sakit kepala sebelah dengan tepat
dan benar. Poldamik sudah tersedia
di apotek dan toko obat di dekat
Anda.‟
Tuturan Ibu, Adhuh, Pak, sirahku
kari separo „Aduh, Pak, kepalaku
tinggal sebelah.‟, merupakan tindak
tutur representatif melaporkan, yaitu
memberi tahu Bapak bahwa ia sakit
kepala sebelah. Karena sakit kepala itu
memang benar dialaminya sendiri,
tuturan Ibu tersebut dapat dikatakan
sebagai melaporkan keadaan dirinya.
Selain tuturan Ibu, tuturan narator juga
merupakan tindak tutur representatif
dalam konteks melaporkan. Pada
tuturan itu Narator melaporkan kepada
para pendengar bahwa Poldamik
merupakan obat sakit kepala yang
pertama dapat dibeli tanpa resep dokter.
Poldamik menyembuhkan sakit kepala
sebelah dengan tepat dan benar. Narator
juga melaporkan bahwa Poldamik sudah
tersedia di apotek dan toko obat di dekat
tempat tinggal pendengar.
Tindak tutur representatif dengan
konteks menjelaskan memungkinkan
penutur mempresentasikan sesuatu
dengan cara menguraikan secara jelas,
seperti data berikut ini.
Data 5 Iklan Pengobatan Alternatif Haji
Zulkifli Hasan
Haji Zulkifli Hasan ngobati maneka
penyakit, kados ta tumor kan-
dhungan, kanker payudhara, hernia,
ambeien, lemah syahwat, ginjal,
kencing batu, asma, paru-paru, TBC.
Haji Zulkifli Hasan ngginakaken tiga
metodhe penyembuhan terapi ilmiah
dibantu ngginakaken ramuan sinse
dikombinasi ramuan arak Tiongkok,
Pakistan, lan India. Ampuh ugi
ngobati dhiabetes, amandhel,
reumatik, lumpuh, dharah tinggi,
mah, eksim, usus buntu, sifilis,
keputihan, lan sanes-sanesipun tanpa
operasi.
„Haji Zulkifli Hasan mengobati
bermacam-macam penyakit, seperti
tumor kandungan, kanker payudara,
hernia, ambeien, lemah syahwat,
ginjal, kencing batu, asma, paru-paru,
TBC. Haji Zulkifli Hasan
menggunakan tiga metode
penyembuhan terapi ilmiah dibantu
menggunakan ramuan sinse
dikombinasi ramuan arak Tiongkok,
Pakistan, dan India. Ampuh juga
mengobati diabetes, amandel,
reumatik, lumpuh, darah tinggi, mag,
eksim, usus buntu, sifilis, keputihan,
dan lain-lainnya tanpa operasi.‟
Tuturan narator tersebut
merupakan tindak tutur representatif
dalam konteks menjelaskan. Narator
menjelaskan keampuhan Haji Zulkifli
Hasan yang dapat mengobati berbagai
macam penyakit tanpa operasi. Dalam
melakukan pengobatan, Haji Zulkifli
Hasan menggunakan tiga metode
penyembuhan terapi ilmiah yang
dipadukan dengan penggunaan ramuan
dari sinse dan dikombinasikan dengan
ramuan arak Tiongkok, Pakistan, dan
India. Dengan tuturan representatif
menjelaskan tersebut, penutur berharap
mitra tutur percaya dan memanfaatkan
jasa Haji Zulkifli Hasan dalam
mengatasi penyakit yang dideritanya.
Tindak tutur representatif juga
memungkinkan penutur mempresentasi-
kan maksud dengan menyebutkan apa,
mengapa, dan bagaimana, seperti pada
data berikut ini.
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
9
Data 6 Iklan Tolak Angin Komplit
Bapak : Apa iku, Bune? „Apa itu, Bu?‟
Ibu : Niki lho, Pakne, jamu Tolak Angin
Komplit, obat herbal kangge masuk
angin, mendhakake weteng
kembung, weteng lara, nglegakake
tenggorokan, njaga kasarasan
awak sarta apik diunjuk nalika
perjalanan, awak sayah lan kurang
turu. Obat iki didamel saka bahan
alami, kayata minyak adas, kayu
ules, godhong cengkeh, meniran,
jahe, lan madu. Ayo pakne diunjuk
saniki supados enggal waras.
„Ini lho, Pak, jamu Tolak Angin
Komplit, obat herbal untuk masuk
angin, menyembuhkan perut
kembung, perut sakit, melegakan
tenggorokan, menjaga kebugaran
badan dan baik diminum ketika
perjalanan jauh, badan capek dan
kurang tidur. Obat ini dibuat dari
bahan alami, seperti minyak adas,
kayu ules, daun cengkih, meniran,
jahe, dan madu. Ayo, Pak, diminum
sekarang supaya cepat sembuh.‟
Bapak : Wah enak tenan, Bune. Awak krasa
seger buger kaya lebar dipijeti wae.
„Wah, benar-benar enak, Bu. Badan
terasa segar bugar seperti habis
dipijit saja.‟
Tuturan Ibu pada iklan tersebut
mempresentasikan sebuah obat dengan
menyebutkan nama, mengapa harus
memilih obat itu, dan bagaimana obat
itu dibuat. Dengan jelas Ibu
menyebutkan nama obat yang dimaksud
adalah Tolak Angin Komplit. Obat
herbal itu harus dipilih karena
berkhasiat untuk mengobati masuk
angin, menyembuhkan perut kembung,
perut sakit, melegakan tenggorokan,
menjaga kebugaran badan dan baik
diminum ketika perjalanan jauh, badan
capek dan kurang tidur. Kemudian,
disampaikan juga bahwa obat herbal itu
dibuat dari bahan alami, seperti minyak
adas, kayu ules, daun cengkih, meniran,
jahe, dan madu. Tuturan tersebut
merupakan respons atau jawaban dari
pertanyaan mitra tutur (Bapak) yang
ingin mengetahui sesuatu yang akan
diberikan kepadanya.
Tindak tutur representatif juga
memungkinkan penutur memberi
kesaksian atas sesuatu. Tindak tutur
tersebut terlihat pada data berikut ini.
Data 7 Iklan Tolak Angin Komplit
Bapak : Wah enak tenan, Bune. Awak krasa
seger buger kaya lebar dipijeti wae.
„Wah, benar-benar enak, Bu. Badan
terasa segar bugar seperti habis
dipijit saja.‟
Ibu : Bener ta omongku? Awak dadi
seger buger amarga ngunjuk Tolak
Angin Komplit. „Benar kan kataku?
Badan jadi segar bugar karena
minum Tolak Angin Komplit.‟
Tindak tutur representatif dalam
konteks memberi kesaksian terdapat
pada tuturan Bapak. Tuturan itu
memberi kesaksian atas manfaat dan
efek yang timbul setelah minum Tolak
Angin Komplit. Kesaksian itu dikuatkan
melalui respons ibu. Melalui tuturan
kesaksian itu, pengiklan berharap
pendengar yakin dan tergerak untuk
menggunakan obat Tolak Angin
Komplit.
Tindak Tutur Direktif
Tindak tutur direktif memungkinkan
penutur memaksa, memohon, meminta,
menyuruh, mengajak, mendesak,
memerintah, melarang, dan memberi
aba-aba agar mitra tutur melakukan
tindakan yang disebutkan di dalam
tuturan itu. Tindak tutur direktif dalam
wacana iklan berbahasa Jawa di radio
digunakan dalam konteks menyuruh,
mengajak, mengimbau, menyarankan,
dan mengingatkan.
Tindak tutur direktif dalam
konteks menyuruh memungkinkan
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
10
penutur menyuruh mitra tutur
melakukan tindakan yang dimaksudkan,
seperti pada data berikut ini.
Data 8 Iklan Antangin JRG
Ndang ngunjuk sakdurunge masuk
angin dadi flu! „Segera minum
sebelum masuk angin menjadi flu!‟
Data (8) merupakan tindak tutur
direktif dalam konteks menyuruh mitra
tutur untuk melakukan tindakan sesuai
dengan yang dimaksudkannya. Tuturan
tersebut menyuruh untuk segera minum
Antangin sebelum masuk angin yang
dideritanya bertambah parah menjadi
flu. Konteks menyuruh pada data itu
ditandai dengan penggunaan frasa
ndang ngunjuk „segera minum‟.
Tindak tutur direktif dalam
konteks mengajak memungkinkan
penutur menganjurkan mitra tutur
melakukan tindakan sesuai dengan yang
dimaksudkannya, seperti pada data
berikut ini.
Data 9 Iklan Puyer Cap 19
Bapak-bapak lan Ibu-ibu boten
sisah bingung menawi sirah ngelu,
gerah waja, linu ing otot lan
sendhi, utawi sakit bulanan,
sumangga ngunjuk Puyer Obat
Sakit Kepala Cap 19. Menawi
putra-putri Panjenengan sakit
benter, Puyer Cap 19 ugi saget
ngandhapaken benter. Pramila
saupami Panjenengan keganggu
amargi sirah ngelu, sumangga
ngunjuk Puyer Obat Sakit Kepala
Cap 19.
„Bapak-bapak dan Ibu-ibu tidak
perlu bingung jika kepala pusing,
sakit gigi, linu di otot dan sendi,
atau sakit bulanan, silakan minum
Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19.
Jika putra-putri Anda sakit panas
(demam), Puyer Cap 19 juga dapat
menurunkan panas. Oleh karena itu,
seandainya terganggu karena kepala
pusing, silakan minum Puyer Obat
Sakit Kepala Cap 19.‟
Pada data (9) terdapat tindak
tutur direktif mengajak, sumangga
ngunjuk Puyer Obat Sakit Kepala Cap
19. Tuturan itu mengajak pendengar
melakukan tindakan yang
dimaksudkannya, yaitu minum Puyer
Obat Sakit Kepala Cap 19. Konteks
mengajak pada tuturan tersebut ditandai
dengan kata sumangga yang dapat
diartikan sebagai „silakan‟ atau „mari‟.
Tindak tutur direktif dalam
konteks mengimbau memungkinkan
penutur menyerukan permintaan kepada
mitra tutur untuk melakukan tindakan
yang dimaksudkannya. Tindak tutur itu
tampak pada data berikut ini.
Data 10 Iklan Parameks
Pria : Adhuh, aja nganti sampeyan
ngrasakke ngelu sing kaya ngene.
Sirah rasane kaya pecah-pecaha.
„Aduh, jangan sampai Anda
merasakan sakit kepala seperti ini.
Kepala rasanya seperti pecah
saja.‟
Narator: Menawi Panjenengan boten kiyat
ngraosaken ngelu ingkang
mekaten, ngunjuk kemawon
Parameks. Parameks kanthi
formula efektif saged ngicalaken
raos ngelu Panjenengan. „Jika
Anda tidak kuat merasakan sakit
kepala yang seperti itu, minum
saja Parameks. Parameks dengan
formula efektif dapat
menghilangkan rasa pusing
Anda.‟
Pada data (10), tindak tutur
direktif mengimbau terdapat pada
tuturan Menawi Panjenengan boten
kiyat ngraosaken ngelu ingkang
mekaten, ngunjuk kemawon Parameks.
Tuturan itu dimaksudkan untuk
mengimbau pendengar agar melakukan
tindakan yang diminta dalam tuturan,
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
11
yaitu minum Parameks. Konteks
mengimbau pada tuturan itu ditandai
oleh frasa ngunjuk kemawon.
Tindak tutur direktif dalam
konteks menyarankan memungkinkan
penutur menyampaikan pendapat untuk
dipertimbangkan dalam menentukan
tindakan selanjutnya. Penggunaan
tindak tutur direktif menyarankan itu
terdapat pada data berikut ini.
Data 11 Iklan Jamu Komplit 51
Ibu : Apa meneh, Pak? Mumpung isih
neng kene. „Apa lagi, Pak?
Senyampang masih di sini.‟
Bapak : Sik, sik, sik, Bu. Iki rokok, sabun,
gula, kopi uwis. Jamu Enak
Tenan. „Sebentar, sebentar,
sebentar, Bu. Ini rokok, sabun,
gula, kopi sudah. Jamu Enak
Tenan.‟
Ibu : Jamu Enak Tenan? Wadhuh,
Bapak ki kuna, ketinggalan
jaman. Saiki ganti, Pak. Jamu 51,
jamu susu siap sedhuh.
„Jamu Enak Tenan? Aduh, Bapak
itu kuno, ketinggalan zaman.
Sekarang sudah ganti, Pak. Jamu
51, jamu susu siap seduh.‟
Bapak : Ana susune pa, Bu?
„Apa ada susunya, Bu?‟
Ibu : U, Bapak ki. Pokoke luwih
lengkap, tidak hanya susu. Ini lo
dilihat, ada madu, telur, gingseng,
kunyit asem, lan pil energi. „U,
Bapak, Pokoknya lebih lengkap,
tidak hanya susu. Ini lo dilihat,
ada madu, telur, gingseng, kunyit
asem, dan pil energi.‟
Narator: Sampun sembarangan ngunjuk
jamu komplit. Kula aturi nyobi
Jamu Komplit 51. Jamu susu siap
sedhuh ingkang nikmat lan seger.
„Jangan sembarang minum jamu
komplit. Saya persilakan mencoba
Jamu Kompit 51. Jamu susu siap
seduh yang nikmat dan segar.‟
Data (11) menunjukkan adanya
tindak tutur direktif dalam konteks
menyarankan. Tindak tutur tersebut
tecermin pada tuturan narator, Kula
aturi nyobi Jamu Komplit 51. Konteks
menyarankan pata tuturan itu ditandai
dengan penggunaan frasa kula aturi
nyobi. Tindak tutur direktif
menyarankan itu diujarkan untuk
memengaruhi sikap pendengar dalam
melakukan tindakan sesuai dengan apa
yang dikemukakan pada tindak tutur
dialog antara Ibu dan Bapak di sebuah
tempat belanja, yaitu mencoba minum
Jamu Komplit 51.
Tindak tutur direktif dalam
konteks mengingatkan memungkinkan
penutur mengingatkan pendengar agar
sadar untuk melakukan tindakan sesuai
dengan maksud penutur. Penggunaan
tindak tutur tersebut tampak pada data
berikut ini.
Data 12 Iklan Srong Pass
Ibu : Wingi-wingi kono sing kepenak
terus. Yen ora piye, ta. Ya wis
ning aja lali obat kuat Srong Pass
Kapsul. Ben mengko bengi padha
penake. „Kemarin-kemarin situ
yang enak terus. Jika tidak
bagaimana ta. Ya sudah, tetapi
jangan lupa obat kuat Srong Pass
Kapsul. Biar nanti malam sama
enaknya.‟
Narator: Srong Pass Kapsul obat kuat
terbuat dari ramuan pasak bumi
dari Kalimantan dan gingseng asli
Korea. Mengobati sakit pinggang,
menambah kekuatan dan daya
tahan pria.
Ibu : Mas, sida pijetan ora?
„Mas, jadi saling pijat apa tidak?‟
Bapak : Ya sida, wong wis ngombe Srong
Pass Kapsul. „Ya, jadi, wong
sudah minum Srong Pass Kapsul.‟
Narator: Minumlah setiap hari Srong Pass
Kapsul obat khusus untuk pria.
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
12
Pada data (12) terdapat tindak
tutur direktif mengingatkan, yaitu
tuturan Ya wis ning aja lali obat kuat
Srong Pass Kapsul. „Ya sudah, tetapi
jangan lupa obat kuat Srong Pass
Kapsul‟. Tuturan itu diujarkan oleh Ibu
untuk mengingatkan suami agar selalu
minum obat kuat khusus pria Srong
Pass Kapsul. Tuturan itu juga
dimaksudkan agar pendengar pria juga
melakukan tindakan yang sama.
Konteks mengingatkan pada tuturan itu
ditandai dengan penggunaan frasa ning
aja lali „tetapi jangan lupa‟.
Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya
agar ujarannya diartikan sebagai
evaluasi tentang hal yang disebutkan di
dalam tuturan. Tindak tutur ekspresif ini
disebut juga sebagai tindak tutur
evaluatif. Dalam wacana iklan
berbahasa Jawa di radio terdapat tindak
tutur ekspresif dalam konteks memuji,
mengkritik, dan mengeluh.
Tindak tutur ekspresif memuji
memungkinkan penutur menyampaikan
kekaguman atau penghargaan pada
sesuatu yang dianggap baik, indah,
gagah berani, unggul dan sebagainya.
Penggunaan tindak tutur tersebut
tampak pada data berikut ini.
Data 13 Iklan Antangin JRG
Narator: Edan tenan, bareng ajeg ngombe
Antangin JRG awak seger,
kembung ya ra tau, males ya
ilang. Jebul saiki ana sing wujud
sirup. Praktis ta.
„Gila benar, sesudah rutin minum
Antangin JRG badan segar,
kembung juga tidak pernah, malas
juga hilang. Ternyata sekarang
ada yang berbentuk sirup. Praktis
kan?‟
Data 14 Iklan Minyak Param Cap Scorpio
Narator: Minyak Param Cap Scorpio
gambar kalajengking minyak
gosok sing panase paling manteb,
manjur kagem ngilangake pegel
linu, encok, lan rematik. Cocok
kanggo olahragawan utawa
pekerja berat. Minyak Param Cap
Scorpio gambar kalajengking siji-
sijine minyak parem sing awet
panase.
„Minyak Param Cap Scorpio
gambar kalajengking minyak
gosok yang panasnya paling
mantap, manjur untuk
menghilangkan pegal linu, encok,
dan rematik. Cocok untuk
olahragawan atau pekerja berat.
Minyak Param Cap Scorpio
gambar kalajengking satu-satunya
minyak param yang awet
panasnya.
Bapak : Wah, jan enak lan entheng
rasane. Bune ki jan bojoku sing
puinter tenan. „Wah, benar-benar
enak dan ringan rasanya. Ibu ini
memang istriku yang benar-benar
pandai.‟
Ibu : Berkat Minyak Param Cap
Scorpio, Pakne. „Berkat Minyak
Param Cap Scorpio, Pak.‟
Data 15 Iklan Salon Aries
Bapak : Jan elok temenan putrane Pak
Hadi ana ing resepsi Minggu
wingi, Nok. „Benar-benar elok
anaknya Pak Hadi di resepsi
Minggu kemarin, Nok.‟
Ibu : Apane sing elok, Pak? „Apanya
yang elok, Pak?‟
Bapak : Piye le ora? Dhasar dedeg
piadege ya cukup, didandani
modhel Solo, wis pantes banget.
Jan, ketok anggun, mriyaneni
pisan, nganti kaya ratu lan raja
ngono kok, Nok. „Bagaimana
tidak. Dasar tinggi badannya ya
cukup, dirias model Solo, tentu
pantas sekali. Benar-benar
kelihatan anggun, berwibawa lagi,
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
13
seperti ratu dan raja begitu kok,
Nok.‟
Ibu : Bapak nek wis ngendika karo
ngelem wis ta. Ning nggih
saemper kok, Pak. Wong dandane
lan sing maesi mawon saking
nggene Aries kok, pun menthi sae.
„Bapak jika sudah berbicara
sambil memuji pastilah. Tetapi
memang benar kok, Pak.
Dandanan dan yang merias aja
dari Aries kok, sudah pasti bagus.‟
Data (13), (14), dan (15) tersebut
memperlihatkan tindak tutur ekspresif
dalam konteks memuji. Pada contoh
(13), iklan Antangin JRG, tuturan
ekspresif dalam konteks memuji
ditandai oleh penggunaan frasa edan
tenan „gila benar‟. Frasa edan tenan
digunakan penutur untuk menyatakan
ekspresi keheranan dan kepuasannya
sekaligus pujian terhadap khasiat
Antangin JRG. Pujian terhadap produk
tersebut sebenarnya digunakan oleh
pengiklan untuk memengaruhi pikiran
pendengar agar ikut mengonsumsi
Antangi JRG. Kemudian, pada contoh
(14), iklan Minyak Param Cap Scorpio,
tindak tutur ekspresif dalam konteks
memuji diwujudkan melalui tuturan
Bapak, Wah, jan enak lan entheng
rasane. Bune ki jan bojoku sing puinter
tenan. „Wah, benar-benar enak dan
ringan rasanya. Ibu ini memang istriku
yang benar-benar pandai.‟ Tuturan
ekspresif dalam konteks memuji pada
iklan tersebut ditandai oleh penggunaan
kalimat wah, jan enak lan entheng
rasane. Tuturan berupa kalimat itu
digunakan penutur untuk menyatakan
ekspresi kepuasannya sekaligus pujian
terhadap khasiat Minyak Param Cap
Scorpio yang telah dirasakannya. Pujian
itu dimaksudkan oleh pengiklan untuk
memengaruhi sikap pendengar untuk
mengikuti atau melakukan tindakan
seperti tokoh Bapak pada iklan tersebut,
yaitu menggunakan Minyak Param Cap
Scorpio. Selanjutnya, pada contoh (15),
iklan Salon Aries, tuturan ekspresif
dalam konteks memuji ditandai oleh
penggunaan frasa jan elok tenan „benar-
benar elok‟. Tuturan itu digunakan
untuk menyatakan kekagumannya
terhadap penampilan seseorang yang
dirias oleh Salon Aries. Secara tidak
langsung, pujian itu ditujukan kepada
Salon Aries. Melalui pujian terhadap
salon tersebut, pengiklan berusaha
mengarahkan pendengar untuk
menggunakan jasa rias dari Salon Aries.
Tindak tutur ekpresif mengkritik
memungkinkan penutur menyatakan
pendapat atau tanggapan terhadap
sesuatu tindakan atau karya orang lain
dengan disertai pertimbangan baik atau
buruk. Tindak tutur tersebut dapat
dicermati pada data berikut ini.
Data 16 Iklan Sabun Claudia
Orang 1: Ala ... wis adus kok ora nganggo
body lotion. Mengko kulite besisik
lo. Liyane padha nganggo body
lotion.„Ala ... sudah mandi kok
tidak memakai body lotion. Nanti
kulitnya bersisik lo. Orang lain
semua memakai body lotion.‟
Orang 2: Ya ben, liyane arep nganggo body
lotion. Huh ... boros. Wong aku
wis nganggo sabun Claudia je,
dadi ora nganggo apa mau, body
lotion. Ala ... lha mbok nggo tuku
sabun Claudia meneh. „Biarlah,
orang lain memakai body lotion.
Huh ... boros. Saya sudah
memakai sabun Claudia, jadi
tidak memakai apa tadi, body
lotion. Ala ... lebih baik untuk
membeli sabun Claudia lagi.‟
Pada data tersebut terdapat tuturan
ekspresif mengkritik, yaitu tuturan
orang pertama, Ala ... wis adus kok ora
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
14
nganggo body lotion. Mengko kulite
besisik lo. Tuturan itu diujarkan kepada
orang kedua yang tidak menggunakan
body lotion setelah mandi, padahal
orang lain menggunakan. Tuturan
ekspresif mengkritik itu ditandai dengan
penggunaan kata kok yang berfungsi
menekankan atau menguatkan maksud.
Contoh lain tindak tutur ekspresif
dalam konteks mengkritik terdapat pada
data iklan Jamu Jempol berikut ini.
Data 17 Iklan Jamu Jempol
Ibu : Kok kanan kiri jempol, kanan kiri
jempol. „Kok kanan kiri jempol,
kanan kiri jempol.‟
Bapak : O, iku mono bapak-bapak sing
rondha dha ngombe Jamu
Jempol. „O, itu bapak-bapak yang
ronda semua minum Jamu
Jempol.‟
Ibu : Oalah, apa pancen bener ta kuwi?
„Oalah, apa memang benar itu?‟
Bapak : Ealah, genah ... kasiyate bubar
mbok sabeti ngono kok. „Ealah,
jelas ... khasiatnya habis kamu
cambuki begitu kok.‟
Ibu : Ealah, Pakne jebul bakdane
ngunjuk Jamu Jempol ta?
„Ealah, Bapak ternyata habis
minum Jamu Jempol ta?‟
Bapak : Ha ya jelas ta, Bune. „Ha ya jelas,
Bu.‟
Ibu : E, Pakne. „E, Bapak.‟
Narator : Jamu Jempol sing lebih hebat
dari jamu lainnya mengandung
madu ekstra gingseng, obat kuat
bagi pria dan wanita. Jamu
Jempol jamu paling jos dan
paling oke. Jamu Jempol tersedia
dalam bentuk pil dan tablet.
„Jamu Jempol yang lebih hebat
dari jamu lainnya mengandung
madu ekstra gingseng, obat kuat
bagi pria dan wanita. Jamu
Jempol jamu paling jos dan paling
oke. Jamu Jempol tersedia dalam
bentuk pil dan tablet.‟
Tindak tutur ekspresif mengkritik
pada data (17) terdapat pada tuturan ibu,
Kok kanan kiri jempol, kanan kiri
jempol. Tuturan ekspresif mengkritik
pada iklan jamu Jempol itu ditandai
dengan penggunaan kata kok untuk
menekankan atau menguatkan maksud
penutur, yaitu mengkritisi tuturan yang
didengarnya dari bapak-bapak yang
melaksanakan ronda malam.
Tindak tutur ekspresif dengan
konteks mengeluh memungkinkan
penutur menyatakan kekecewaannya
terhadap sesuatu, baik itu keadaan,
tindakan, maupun sikap. Tindak tutur
ekspresif mengeluh pada wacana iklan
berbahasa Jawa di radio didominasi
oleh iklan obat. Hal itu dapat dicermati
pada data berikut ini.
Data 18 Iklan Procold
Adhuh, Dhik. Iki lo sirahku cekot-
cekot, mumet, met, met. „Aduh, Dik.
Ini lho kepalaku cekot-cekot, pusing,
sing, sing.‟
Data 19 Iklan Poldamik
Adhuh, Pak, sirahku kari separo.
„Aduh, Pak, kepalaku tinggal
sebelah.‟
Data 20 Iklan Sanaflu
Wah, sengsara ya nek kenek flu.
Irung meler lan buntet. Aku flu.
„Wah, sengsara ya jika kena flu.
Hidung meler dan tersumbat. Aku
flu.‟
Data 21 Iklan Teh Cap Dandang
Ealah, duwe putu wolu wae kok ora
ana sing nyenengake mbahne ta ya.
Kamangka senengane mbahne ki
mung wedang teh nasgithel, panas
legi kenthel. Haning bocah jaman
saiki ki milih teh ora ana sing becus,
wis endi sing kurang sedhep, kurang
kenthel. „Ealah, punya cucu delapan
saja kok tidak ada yang
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
15
menyenangkan kakeknya. Padahal,
kesukaan kakeknya hanya minuman
teh nasgithel, panas manis kental.
Tetapi, anak zaman sekarang ini
memilih teh tidak ada yang bisa,
mana yang kurang sedap, kurang
kental.‟
Data 22 Iklan Minyak Kayu Putih Cap
Scorpio
Angger numpak kendaraan umum
sirahku dadi mumet, wetengku gak
kepenak. „Jika naik kendaraan umum kepalaku jadi pusing, perutku tidak
enak.‟
Kelima data iklan tersebut
merupakan tuturan ekspresif mengeluh,
yaitu mengeluhkan suatu kondisi yang
berkaitan dengan produk obat yang
ditawarkan. Data (18), Adhuh, Dhik. Iki
lo sirahku cekot-cekot, mumet, met, met.
mengeluhkan kondisi seorang yang
terserang sakit kepala. Keluhan itu
ditandai dengan kata adhuh „aduh‟.
Data (19) merupakan tuturan ekspresif
mengeluh atas sakit kepala yang
dideritanya yang juga ditandai dengan
kata adhuh „aduh‟.
Berbeda dengan data (18) dan
(19) yang ditandai dengan kata adhuh,
pada data (20), (21), dan (22) tidak
menggunakan penanda. Keluhan
dinyatakan dalam kalimat atau tuturan
lengkap. Data (20) berisi keluhan
tentang derita orang yang terserang flu.
Keluhan itu disampaikan dalam bentuk
kalimat tanpa ada penanda tertentu.
Data (21) merupakan tuturan ekspresi
keluhan seorang kakek tentang kondisi
cucu yang tidak dapat membahagiakan
kakeknya. Padahal, kesukaan sang
kakek hanyalah minum teh panas,
manis, dan kental. Selain itu, sang
kakek juga mengeluh bahwa anak
sekarang memang tidak mampu
memilih teh. Ekspresi keluhan tersebut
juga dituturkan dalam beberapa kalimat
tanpa penanda tertentu. Kemudian, data
(22) mengekpresikan keluhan penutur
yang selalu mengalami serangan sakit
kepala (pusing) dan perut merasa tidak
enak ketika naik kendaraan umum.
Keluhan itu juga dinyatakan dalam
bentuk satu kalimat tanpa penanda
tertentu pula.
Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur
yang mengikat penutur untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di
dalam tuturan. Dalam wacana iklan
berbahasa Jawa di radio hanya
ditemukan tindak tutur komisif dalam
konteks memastikan.
Tindak tutur komisif dalam
konteks memastikan memungkinkan
penutur untuk menyatakan sesuatu yang
berisi kepastian tentang sesuatu. Tindak
tutur komisif memastikan terlihat pada
data berikut ini.
Data 23 (30) Iklan Antangin JRG
Bapak : Adhuh, wetengku kembung, masuk
angin. „Aduh, perutku kembung,
masuk angin.
Ibu : Ngunjuk Antangin. „Minum
Antangin.‟
Bapak : Apa ya ngombe Antangin pendhak
dina, Bu? ’Apa ya minum
Antangin setiap hari, Bu?
Ibu : We, piye ta, Antangin ki ora mung
kanggo ngilangi masuk angin.
Antangin bisa kanggo njaga
kondisi badan, nambahi nafsu
makan, ngilangi kesel, watuk,
lan kembung. „We, bagaimana
sih, Antangin itu tidak hanya
untuk menghilangkan masuk
angin. Antangin dapat juga untuk
menjaga kondisi badan,
menambah nafsu makan,
menghilangkan capai, batuk, dan
perut kembung.‟
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
16
Narator (Perempuan)
Antangin JRG aman kaunjuk
pendhak dinten. Ngunjukipun
kalih tablet menawi bibar dhahar.
Kandhungan jahe, royal jeli, lan
gingseng saking JRG ningkataken
kesehataning badhan saengga
langkung seger lan sehat.
Menawi perlu saget kaunjuk
sekawan tablet sepisan. Antangin
JRG aman diminum setiap hari.
Minumnya dua tablet setelah
makan. Kandungan jahe, royal
jeli, dan gingseng dari JRG
meningkatkan kesehatan badan
sehingga lebih segar dan sehat.
Jika perlu, dapat diminum empat
tablet sekali minum.
Data 24 (31) Iklan Jamu Jempol
Ibu : Kok kanan kiri jempol, kanan kiri
jempol. „Kok kanan kiri jempol,
kanan kiri jempol.‟
Bapak : O, iku mono bapak-bapak sing
rondha dha ngombe jamu Jempol.
„O, itu bapak-bapak yang ronda
semua minum jamu Jempol.‟
Ibu : Oalah, apa pancen bener ta kuwi?
„Oalah, apa memang benar itu?‟
Bapak : Ealah, genah ... kasiyate bubar
mbok sabeti ngono kok. „Ealah,
jelas ... khasiatnya habis kamu
cambuki begitu kok.‟
Ibu : Ealah, Pakne jebul bakdane
ngunjuk jamu Jempol ta? „Ealah,
Bapak ternyata baru saja minum
jamu Jempol ta?‟
Pada data (23) dan (24) terdapat
tindak tutur komisif dalam konteks
memastikan, yaitu memastikan
kegunaan atau khasiat produk yang
dikemukakan dalam tuturan. Pada data
(23) tindak tutur komisif memastikan
terdapat pada tuturan ibu, Antangin bisa
kanggo njaga kondisi badan, nambahi
nafsu makan, ngilangi kesel, watuk, lan
kembung. dan tuturan narator, Antangin
JRG aman kaunjuk pendhak dinten. ...
Menawi perlu saget kaunjuk sekawan
tablet sepisan. Pada tuturan ibu,
pengiklan (penutur) memastikan bahwa
Antangin dapat digunakan untuk
menjaga kondisi badan, menambah
nafsu makan, serta menghilangkan
capek, batuk, dan perut kembung.
Kemudian, pada tuturan narator,
pengiklan memastikan bahwa Antangin
aman diminum setiap hari dan jika perlu
dapat diminum empat tablet sekali
minum. Semua itu dipastikan oleh
pengiklan sebagai jaminan produk yang
ditawarkan. Selanjutnya, pada data (24)
tindak tutur komisif memastikan
terdapat pada tuturan Bapak, Ealah,
genah ... kasiyate bubar mbok sabeti
ngono kok. Melalui tuturan itu
pengiklan memastikan bahwa khasiat
produk yang ditawarkan (Jamu Jempol)
benar-benar nyata.
Tindak Tutur Deklaratif
Tindak tutur deklaratif adalah tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk menciptakan hal (status, keadaan,
dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur
deklaratif yang terdapat dalam wacana
iklan berbahasa Jawa di radio adalah
tuturan dengan konteks melarang,
menegaskan, dan meyakinkan.
Tindak tutur deklaratif melarang
memungkinkan penutur menyatakan
atau memerintah mitra tutur agar tidak
melakukan suatu tindakan yang
dituturkan, seperti pada data berikut ini.
Data 25 Iklan Puyer Cap 16
Sakit kepala, ati-ati. Aja ngombe
sembarang puyer, malah marahi
puyeng. Yamung Puyer Cap 16 sing
pasti good, good, good.
„Sakit kepala, hati-hati. Jangan minum
sembarang puyer, justru menyebabkan
puyeng. Hanya Puyer Cap 16 yang
pasti good, good, good.‟
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
17
Data (25) merupakan tindak tutur
deklaratif dalam konteks melarang,
yaitu tuturan Aja ngombe sembarang
puyer. Tuturan itu ditandai dengan kata
larangan aja ngombe. Tuturan deklaratif
melarang tersebut diujarkan penutur
untuk menekankan bahwa produk yang
ditawarkan (Puyer Cap 16) dapat
diandalkan khasiatnya untuk
menyembuhkan sakit kepala. Selain itu,
penutur juga menekankan bahwa jika
minum sembarang puyer tidak akan
sembuh sakit kepalanya, tetapi justru
bertambah pusing.
Tindak tutur deklaratif menegas-
kan memungkinkan penutur menerang-
kan atau menjelaskan sesuatu yang
dituturkan. Tuturan tersebut terlihat
pada data berikut ini.
Data 26 (33) Iklan Teh Pendawa
Pramila leres bilih Teh Pendawa lan
Pendawa Lima Pekalongan saestu
pinitados dados pilihanipun
masyarakat enem saha sepuh amargi
raos ingkang sedhep manteb kanthi
raos sekar melathi. Sumangga
dipuncobi nikmatipun raos Teh
Pendawa. Sumadya ing warung-
warung sacelak Panjenengan.
Sampun kesupen mriksani
kedaluwarsa wonten bungkusipun.
Produsen Teh Pendawa lan Pendawa
Lima Pekalongan ngaturaken sugeng
midangetaken atur giyaran kroncong
ing wekdal menika.
„Memang benar bahwa Teh Pendawa
dan Pendawa Lima Pekalongan
benar-benar dipercaya menjadi
pilihan masyarakat muda dan tua
karena rasa yang sedap mantap
dengan rasa bunga melati. Silakan
mencoba nikmatnya rasa Teh
Pendawa.
Tersedia di warung-warung di dekat
Anda. Jangan lupa melihat (tanggal)
kadaluwarsa pada bungkusnya.
Produsen Teh Pendawa lan Pendawa
Lima Pekalongan mengucapkan
selamat mendengarkan siaran
keroncong di waktu ini.‟
Data 27 Iklan Salon Aries
Panci kasinggihan, Salon Aries
kejawi nyawisaken kabetahan salon
komplit, maesi temanten kanthi gaya
menapa kemawon, ugi nyawisaken
ageman dhomas, sinoman, lan
upacara dinteng ageng. Kejawi
menika, Salon Aries ugi nyetak
undhangan, kartu nama, tiket, lan
sanes-sanesipun kanthi cetak offset.
Sumangga saged dipunbuktekaken.
Rawuh kemawon ing Salon Aries.
„Memang benar, Salon Aries selain
menyediakan kebutuhan salon
komplit, merias temanten dengan
gaya apa saja, juga menyediakan
pakaian domas, sinoman, dan
upacara hari besar. Selain itu, Salon
Aries juga mencetak undangan, kartu
nama, tiket, dan sebagainya dengan
cetak offset. Silakan dapat
dibuktikan. Datang saja ke Salon
Aries.‟
Pada data (26) dan (27) terdapat
tindak tutur deklaratif dalam konteks
menegaskan. Pada tuturan tersebut
penutur menegaskan tentang produk
atau penyedia jasa yang ditawarkan.
Pada data (26) penutur menegaskan
bahwa Teh Pendawa telah menjadi
pilihan kaum muda dan tua karena rasa
yang sedap mantap dengan aroma
bunga melati. Penegasan itu ditandai
dengan frasa pramila leres. Kemudian,
pada data (27) penutur menegaskan
tentang macam jasa yang disediakan
Salon Aries. Selain itu, Salon Aries juga
mencetak undangan, kartu nama, tiket,
dan sebagainya. Penegasan jasa yang
tersedia itu ditandai dengan frasa panci
kasinggihan.
Tindak tutur deklaratif meyakin-
kan memungkinkan penutur untuk
menyatakan sesuatu agar mitra tutur
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
18
meyakini apa yang dituturkan. Tuturan
tersebut terlihat pada data berikut ini.
Data 28 Iklan Jamu Enggal Sehat
Pramila leres bilih Jamu Enggal
Sehat produksi Enkasari Jamu
Cilacap manjur mantunaken pegel
linu, asam urat, flu tulang, wasir,
lemah syahwat, liver, lan sesakit
sanesipun. „Memang benar bahwa
Jau Enggal Sehat produksi Enkasari
Jamu Cilacap manjur menyembuhkan
pegal linu, asam urat, flu tulang,
wasir, lemah syahwat, liver, dan
penyakit lainnya.‟
Data 29 (36) Iklan Jamu Dewa Sakti
Pramila leres Jamu Dewa Sakti
ampuh saha manjur mantunaken flu
tulang, rematik, saha sakit pinggang.
Jamu Dewa Sakti kadamel saking
bahan-bahan traddisional Indonesia,
tanpa efek samping. Jamu Dewa
Sakti khusus kanggo flu tulang.
„Memang benar Jamu Dewa Sakti
ampuh dan manjur menyembuh-kan
flu tulang, rematik, dan sakit
pinggang. Jamu Dewa Sakti dibuat
dari bahan-bahan tradisional
Indonesia, tanpa efek samping. Jamu
Dewa Sakti khusus untuk flu tulang.‟
Data (28) dan (29) merupakan
tindak tutur deklaratif meyakinkan,
yaitu meyakinkan mitra tutur
(pendengar) tentang suatu produk yang
ditawarkan. Pada data (28) penutur
(pengiklan) meyakinkan mitra tutur
bahwa Jamu Enggal Sehat benar-benar
dapat menyembuhkan pegal linu, asam
urat, flu tulang, wasir, lemah syahwat,
liver, dan penyakit lainnya. Konteks
meyakinkan pada data tersebut ditandai
dengan frasa manjur mantunaken.
Kemudian, pada data (29) penutur
meyakinkan mitra tutur bahwa Jamu
Dewa Sakti dapat menyembuhkan flu
tulang, rematik, dan sakit pinggang.
Selain itu, penutur juga meyakinkan
bahwa jamu tersebut dibuat dari bahan-
bahan tradisional Indonesia sehingga
tidak ada efek sampingnya. Konteks
meyakinkan pada data tersebut ditandai
dengan frasa ampuh saha manjur.
SIMPULAN
Tindak tutur merupakan tindakan
berujar dengan maksud tertentu secara
eksplisit maupun implisit. Tindakan
berujar tersebut merupakan suatu gejala
individual yang bersifat psikologis yang
keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan berbahasa peserta tutur
dalam menghadapi situasi tertentu.
Demikian pula dalam wacana iklan
berbahasa Jawa di radio. Tindak tutur
dalam wacana tersebut sangat
ditentukan oleh kemampuan berbahasa
penutur (pengiklan).
Bentuk tuturan dalam wacana
iklan berbahasa Jawa di radio meliputi
tindak tutur representatif, direktif,
ekpresif, komisif, dan deklaratif. Tindak
tutur representatif adalah tindak tutur
yang mengikat penutur terhadap
kebenaran tuturannya. Tindak tutur
representatif digunakan dengan konteks
memberi tahu, menyatakan, mengakui,
melaporkan, menjelaskan, menyebut-
kan, dan memberikan kesaksian. Tindak
tutur direktif adalah tindak tutur yang
memungkinkan penutur memaksa,
memohon, meminta, menyuruh,
mengajak, mendesak, memerintah,
melarang, dan memberi aba-aba agar
mitra tutur melakukan tindakan yang
disebutkan di dalam tuturan. Tindak
tutur tersebut digunakan dalam konteks
menyuruh, mengajak, mengimbau,
menyarankan, dan mengingatkan.
Tindak tutur ekspresif adalah tindak
tutur yang dimaksudkan penutur agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi
tentang hal yang disebutkan di dalam
tuturan. Tindak tutur ekspresif
digunakan dalam konteks memuji,
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
19
mengkritik, dan mengeluh. Kemudian,
tindak tutur komisif adalah tindak tutur
yang mengikat penutur untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di
dalam tuturan. Dalam wacana iklan
berbahasa Jawa di radio hanya
ditemukan tindak tutur komisif dalam
konteks memastikan. Selanjutnya,
tindak tutur deklaratif adalah tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk menciptakan hal (status, keadaan,
dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur
deklaratif digunakan dalam konteks
melarang, menegaskan, dan meyakin-
kan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfani, F.R. (2014). “Presuppositions in
Green Campaign Stickers Issued
by International Association of
Students in Agriculture and
Related Sciences of Brawijaya
University”. Journal Diglossia.
Malang: Universitas Brawijaya.
(diunduh pada 5 Januari 2016)
Chaer, A. dan Leonie A. (2010).
Sosiolinguistik (hlm. 53, 54, 70).
Jakarta: Rieneka Cipta.
Cummings, L. (2007). Pragmatik,
Sebuah Persektif Multidisipliner
(hlm. 9). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Elmira, A.G. (2013). “Praanggapan
dalam Tuturan Iklan Elektronik di
Koran Suara Merdeka”. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
Harahap, N. (2008). “Analisis
Pragmatik Wacana Iklan Surat
Kabar”. Tesis. Universitas
Sumatra Utara Medan.
Ibrahim, A.S. (1993). Kajian Tindak
Tutur (hlm. 15, 106). Surabaya:
Usaha Nasional.
Indriani, D. (2012). “Pragmatic
Presupposition on Television
Commercial Utterances (Case
Study on Djarum‟s Brand)”.
Jurnal Humaniora. Semarang:
Universitas Diponegoro. (diunduh
pada 5 Januari 2016).
Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus
Linguistik (hlm. 177). Jakarta: PT
Gramedia.
Leech, G. (1993). Prinsip-prinsip
Pragmatik. Terjemahan M.D.D.
Oka (hlm. 5—6, 163—65).
Jakarta: Universitas Indonesia.
Nababan, P.W.J. (1987). Pragmatik
Teori dan Penerapannya (hlm. 2,
18). Jakarta: Gramedia.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan
Penelitian Pragmatik (hlm. 6).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nissa, Q. (2014). “Makna Praanggapan
pada Headline Iklan Majalah
Non-No Edisi Agustus 2010”.
Semarang: Udinus.
http://dinus.ac.id/ (diunduh pada 5
Januari 2016).
Peer, L dan Mary Nesbitt, J. (2004).
Content Analysis Methodology.
http://www.readership.org/new_re
aders/data/content_analysis_meth
odology. pdf diunduh pada 11
Mei 2011.
Rustono. (1999). Pokok-pokok
Pragmatik (hlm. 24, 31, 38).
Semarang: CV IKIP Semarang
Press.
Sudaryanto, (2015). Metode dan Teknik
Analisis Bahasa (hlm. 204-206).
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
20
Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Sutopo, H.B. (2002). Metodologi
Penelitian Kualitatif (hlm. 69—
70). Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Tarigan, H.G. (1984). Pengajaran
Wacana (hlm. 35). Bandung:
Angkasa.
Ulfah, Maria. (2003). “Wacana Iklan
Produk Kecantikan pada Majalah
Femina Edisi 2002 (Kajian
Pragmatis)”. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang.
Wijana, I D.P. (1996). Dasar-
DasarPragmatik (hlm. 17, 18, 19,
46). Yogyakarta: Penerbit Andi
Offset.
top related