tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan
Post on 13-Jan-2017
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINDAKAN PENGANCAMAN MUKA
DAN STRATEGI KESOPANAN DALAM RUBRIK
”PEMBACA MENULIS” DI HARIAN JAWA POS
(SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
DAMIS AMAROH
C0206014
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
TINDAKAN PENGANCAMAN MUKA
DAN STRATEGI KESOPANAN DALAM RUBRIK
”PEMBACA MENULIS” DI HARIAN JAWA POS
(SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)
Disusun oleh
Damis Amaroh
C0206014
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum.
NIP 196806171999031002
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag.
NIP 196206101989031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
TINDAKAN PENGANCAMAN MUKA
DAN STRATEGI KESOPANAN DALAM RUBRIK
”PEMBACA MENULIS” DI HARIAN JAWA POS
(SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)
Disusun oleh
DAMIS AMAROH
C0206014
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada tanggal ....................................
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Penguji Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag (………………)
NIP 196206101989031001
Sekretaris Penguji Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum. (………………)
NIP 196412311994032005
Penguji I Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum. (………………)
NIP 196806171999031002
Penguji II Dr. Dwi Purnanto, M.Hum. (………………)
NIP 196111111986011002
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A.
NIP 195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : DAMIS AMAROH
NIM : C0206014
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindakan
Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis”
di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian Pragmatik) adalah betul-betul karya sendiri,
bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, November 2010
Yang membuat pernyataan
DAMIS AMAROH
C0206014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah
beserta dengan orang-orang yang sabar”.
(QS Al-Baqarah:153)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Allah SWT, tempatku memohon dan memanjatkan
doa.
Bapak, Ibu (Danuri Sugiarto - Sri Suratmi) terima
kasih atas kasih sayangnya yang tak akan pernah
usai dan ketulusan cintanya yang tak akan mampu
terbalaskan.
Kedua kakakku tercinta Hengky Sudarmawan, S.S.
dan Rano Wandana, S.Hum., akhirnya adikmu
tersayang ini telah berhasil menyusun skripsi guna
mengikuti jejakmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Al–hamduli ‘l-lahi rabbi ‘l-alamin, segala puji hanya bagi Allah Rabb seru
sekalian alam atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindakan Pengancaman Muka
dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos
(Sebuah Kajian Pragmatik) dengan baik. Selawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang
yang tetap istikamah di atas petunjuk-Nya. Amin
Penulisan skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana tidak akan
berjalan dengan baik tanpa bantuan, dukungan, dan dorongan yang telah
diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. Sudarno, M.A., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan
izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang selalu
penuh perhatian dan memberi kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum., Dosen Pembimbing skripsi yang
senantiasa sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan serta pengarahan
kepada penulis. Terima kasih atas limpahan waktu yang selalu diluangkan
untuk penulis.
5. Rianna Wati, S.S., Pembimbing Akademik yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis.
6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan berlangsung.
7. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dan
semangat yang tiada pernah usai.
8. Teman-teman Seperjuangan Sastra Indonesia UNS angkatan 2006:
Nikmah, Icha, Tiara, Nurul, Farida, Rike, Ririn, Coyik, Dwi, Mila, Norma,
Amel, Rina, Rohma, Lia, Dian, Nita, Yuyun, Muhammad Afin, Om Zan,
Toetoe, Mami Yuli, Ina, Mumung, Arum, Widya, Wendy, Hafidz, Tony,
Pakdhe, Pak Dim, Aji, Demas, Tantra, Ema, Budi, Harry, Jekek dan
Nugroho. Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kenangan
yang telah diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan atas dan bawah. Terima kasih
atas segala doa, semangat, bantuan, dan kenangan yang telah diberikan
kepada penulis.
10. Teman-teman terbaik penulis, khususnya DERPIA (Erni, Rini, Puput, Ima,
Ayu), Dedy, si L, Sandy, Petrik, Londo, Intip, Rumanto, Ika, Diah, Portin,
Solikah, Kembar, Farid, Rahman, Puji, Angga, mz I, dan Tomi. Terima
kasih untuk doa dan dukungan kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
11. Kakak iparku Dwi Lestari, S.HI., yang telah memberikan semangat,
nasihat, bimbingan, bantuan, dan doa kepada penulis. Keponakanku dedek
Ro’uf yang lucu, imut dan gemesin. Terima kasih membuat penulis
menjadi senang dan tertawa setiap melihat tingkah lakumu yang lucu.
12. Niko Wahyu Indrianto, A.Md., terima kasih atas doa, bimbingan, nasihat,
dan semangat yang tak henti-hentinya dialirkan kepada penulis.
Di samping itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per
satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, November 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….........i
HALAMAN PERSETUJUAN …… …………………………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN ……..……………………………………………iii
HALAMAN PERNYATAAN …… ……………………………………………iv
HALAMAN MOTTO ……. …………………………………………………….v
HALAMAN PERSEMBAHAN ….. ……………………………………………vi
KATA PENGANTAR ……. …………………………………………………....vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...xiv
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… ...xv
DAFTAR AKRONIM ..……………………..…………………………….........xvi
ABSTRAK ………..…………………………………………………………...xvii
BAB I PENDAHULUAN .. …………………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah …...…………………………………………….1
B. Pembatasan Masalah ………..……………………………………………6
C. Perumusan Masalah ……….……………………………………………..6
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...7
E. Manfaat Penelitian ………..……………………………………………...7
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………………8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ………………….....10
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu …………..………………………………10
B. Landasan Teori ………………………………………………………….13
1. Definisi Pragmatik ……………...……………………………………13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Definisi Konteks ……………………………………………………...14
3. Teori Tindakan Pengancaman Muka (FTA) dan Strategi Kesopanan
Brown dan Levinson …………………………………………………15
a. Konsep tentang muka dan tindakan pengancaman muka …………15
b. Strategi kesopanan berbahasa ……………………………………18
1. Melakukan tindak tutur secara apa adanya (on record).......……19
2. Kesopanan positif ………………………………………………23
3. Kesopanan negatif ……………………………………………...26
4. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (off record) .……28
4 Definisi Kata “Adu” ………………………………………………….32
5 Pengertian Rubrik “Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos ………...33
6 Struktur Wacana pada Surat Aduan dan Tanggapannya …………….33
C. Kerangka Pikir …………………………………………………………..35
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….....38
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………….38
B. Sampel ……………………………………………………………….....39
C. Data dan Sumber Data ………………………………………………... .39
D. Teknik Pengumpulan Data ….………………………………………......40
E. Teknik Klasifikasi Data ………………………………………................41
F. Teknik Analisis Data ………………………………………....................42
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ………………………………......44
BAB IV ANALISIS DATA ……….….……………………………………… .45
A. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Pengadu dalam
Surat Aduan beserta Tujuannya ................................................................47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur dan strategi
kesopanan dalam surat aduan..................................................................48
1. Tindakan ’memerintah’ dan strategi kesopanan negatif ...................48
2. Tindakan ’meminta’ dan strategi kesopanan negatif .......................56
3. Tindakan ’memberi saran’ dan strategi kesopanan negatif ..............61
4. Tindakan ’memberi nasihat’ dan strategi kesopanan negatif............64
5. Tindakan ’bertanya’ dan strategi kesopanan negatif, on record .......66
6. Tindakan ’menuntut’ dan strategi on record ....................................73
7. Tindakan ’menagih janji’ dan strategi kesopanan negatif .................80
8. Tindakan ’marah’ dan strategi kesopanan negatif, on record ...........82
b. Tindakan mengancam muka positif lawan tutur dan strategi
kesopanan dalam surat aduan ..................................................................89
1. Tindakan ’menuduh’ dan strategi kesopanan positif, on record,
off record ...........................................................................................89
2. Tindakan ’mengeluh’ dan strategi kesopanan positif, on record.......94
3. Tindakan ’mengkritik’ dan strategi on record ..............................104
4. Tindakan ’menghina’ dan strategi off record .................................106
B. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Teradu dalam
Surat Tanggapan beserta dengan Tujuannya ..............................................108
a. Tindakan yang mengancam muka negatif penutur yaitu teradu
dalam surat tanggapan .........................................................................110
1. Tindakan ’ucapan terima kasih’ dan strategi on record ....................110
2. Tindakan ’pembelaan’ dan strategi off record,
on record .........................................................................................117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3. Tindakan ’melakukan janji’ dan strategi on record, off record ........124
b. Tindakan yang mengancam muka positif penutur yaitu teradu
dalam surat tanggapan ..................................................................... ..128
1. Tindakan ’meminta maaf’ dan strategi on record ...........................128
2. Tindakan ’mengakui kesalahan’ dan strategi on record,
off record .........................................................................................134
BAB V PENUTUP ………………………………………………………...…150
A. Simpulan ………….…………………………………………………...150
B. Saran ……………………………………………………………….......155
DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………..156
LAMPIRAN ……………………………………………………………………158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Lawan Tutur dan Strategi
yang Digunakan Pengadu dalam Surat Aduan
Tabel 2 Tindakan yang Mengancam Muka Positif Lawan Tutur dan Strategi
yang Digunakan Pengadu dalam Surat Aduan
Tabel 3 Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Penutur dan Strategi yang
Digunakan Teradu dalam Surat Tanggapan
Tabel 4 Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Penutur dan Strategi yang
Digunakan Teradu dalam Surat Tanggapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conditioner
ACA : Asuransi Central Asia
ATM : Anjungan Tunai Mandiri
BAF : Bussan Auto Finance
BCA : Bank Central Asia
CCTV : Closed Circuit Television
CS : Customer Service
FTA : Face Threatening Act
H : Hearer
HET : Harga Eceran Tertinggi
ICB : International Commersial Bank
LCD : Liquid Crystal Display
PBB : Pajak Bumi Bangunan
PCP : Peduli Cepat Terpercaya
PT KA : Perseroan Terbatas Kereta Api
RPM : Rubrik Pembaca Menulis
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
S : Speakers
SMS : Short Message Service
SPBU : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
SWDKLU : Sumbang Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Umum
UOB : United Overseas Bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR AKRONIM
Samsat : Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
Jatim : Jawa Timur
Humas : Hubungan Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
Damis Amaroh, C0206014, 2010, Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi
Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos (Sebuah
Kajian Pragmatik), Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni
Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana
tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu
dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dan apa tujuannya? (2)
Bagaimana tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan
oleh teradu dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dan apa
tujuannya?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan tindakan pengancaman
muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu dalam rubrik
“Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. (2) Mendeskripsikan
tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu
dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan pragmatik. Sampel dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan beserta
konteksnya yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi
kesopanan yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos
yang terbit mulai 2 Januari sampai 31 Maret 2010. Sampel penelitian ini adalah
sampel bertujuan. Sumber data penelitian ini adalah rubrik ”Pembaca Menulis” di
harian Jawa Pos yang terbit mulai 2 Januari sampai 31 Maret 2010. Data dalam
penelitian ini adalah tuturan beserta konteksnya yang mengandung tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat dalam sumber data yang
diperoleh dengan menggunakan teknik pustaka.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) dalam surat aduan
rubrik ”Pembaca Menulis” diperoleh 8 jenis tindakan yang mengancam muka
negatif lawan tutur (memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat,
bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah) dan 4 jenis tindakan yang
mengancam muka positif lawan tutur (menuduh, mengeluh, mengkritik, dan
menghina). Pengadu menggunakan strategi on record, off record, kesopanan
negatif, dan kesopanan positif. Tujuan pengadu melakukan tindakan ini bertujuan
untuk segera mendapat tanggapan dan penyelesaian dari pihak teradu. (2) dalam
surat tanggapan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 3 jenis tindakan yang
mengancam muka negatif penutur (ucapan terima kasih, melakukan pembelaan,
dan melakukan janji) dan diperoleh 2 jenis tindakan yang mengancam muka
positif penutur (tindakan meminta maaf dan mengakui kesalahan). Teradu
menggunakan strategi on record, off record, kesopanan negatif, dan kesopanan
positif. Tujuan dari tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan adalah untuk
memperoleh kesan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap suatu
persoalaan yang dihadapi antara pengadu dan teradu sehingga dapat
mempertahankan citra lembaga sekaligus mempertahankan pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa di dalam penggunaannya berfungsi sebagai sarana pikir, ekspresi,
dan sarana komunikasi. Sebagai sarana pikir, bahasa menuntun masyarakat
penuturnya untuk bertindak tertib dan santun. Sebagai sarana ekspresi, bahasa
membawa penggunanya kepada suasana kreatif karena bahasa sebagai sarana
pengungkap pemikiran tentang ilmu, teknologi, dan seni membentuk kecerdasan.
Sebagai sarana komunikasi, bahasa menciptakan suasana keakraban dan
kebersamaan yang pada akhirnya dapat memupuk rasa kekeluargaan dan
kesetiakawanan dalam masyarakat (Dendy Sugono, 2007:36).
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bagaimana bahasa
dipergunakan untuk berkomunikasi pada konteks tertentu (Nadar, F.X.,
2009:255). Bahasa sebagai media untuk komunikasi dan mengungkap pikiran
sekaligus penyampai pesan mengenai pengaduan, ekspresi emosi, dan permintaan
informasi baik yang dilakukan secara tertulis maupun lisan di media-media
komunikasi, misalnya media cetak dan media elektronik.
Seorang penutur mengutarakan suatu pesan kepada lawan tutur. Lawan
tutur dapat memahami pesan tersebut. Selanjutnya, memberikan tanggapan atau
respon yang relevan sehingga dapat diterima dengan baik pada waktu
penyampaian pesan, maka penutur mengunakan strategi. Kata “strategi” dalam
strategi kesopanan berbahasa tidak selalu mengandung arti usaha sadar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berperilaku sopan, melainkan juga merujuk pada ungkapan-ungkapan berbahasa
yang bersifat runtut serta mengacu pada upaya berbicara secara sopan.
Melalui bahasa, setiap penutur berinteraksi dengan lawan tutur yang lain
yang senantiasa menjaga dan bekerjasama untuk menghormati muka masing-
masing. Penutur menyadari bahwa muka tersebut dimiliki oleh lawan tuturnya.
Dikatakan oleh Brown dan Levinson (1987:65-68) bahwa konsep tentang muka
ini bersifat universal, dan secara alamiah terdapat berbagai tuturan yang
cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut Face
Threatening Acts (tindakan yang mengancam muka) dan disingkat menjadi FTA.
Sehubungan dengan itu, penutur seharusnya menggunakan strategi kesopanan
tertentu untuk mengurangi risiko atau akibat kurang menyenangkan dari
tuturannya. Muka ‘face’ menurut Brown dan Levinson (1987) dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu muka negatif dan muka positif.
Dalam bukunya Brown dan Levinson yang berjudul Politiness Some in
Universals in Language Usage menjelaskan bahwa sejumlah tindakan memang
dapat mengancam baik muka negatif maupun positif lawan tutur.
Note that there is an overlap in this classification of FTA,
because some FTA intrinsically threaten both negative and
positive face (e.g. complaints, interruptions, threats, strong
expressions of emotion, requests for personal information)
(Brown and Levinson, 1987:67).
Harap diperhatikan bahwa ada kerancuan dalam klasifikasi FTA karena sejumlah
FTA secara intrinsik mengancam muka baik muka negatif maupun muka positif
(misalnya pengaduan, interupsi, ancaman, ungkapan emosional yang kuat,
permintaan informasi yang bersifat pribadi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
“Pembaca Menulis”, merupakan salah satu rubrik di harian Jawa Pos
yang berisi surat pengaduan dari pembaca kepada dewan redaksi. Dewan redaksi
dalam rubrik itu sebenarnya hanya sebagai mediator karena surat sebenarnya
ditujukan kepada individu atau lembaga tertentu. Rubrik sendiri dapat diartikan
sebagai bagian dari surat kabar atau pun majalah, misalnya seni, sastra: rubrik
pikiran pembaca, bagian atau ruangan dalam surat kabar yang memuat pendapat
dari pembaca tentang apa saja (Badudu dan Zain, 1994:1118).
Pada umumnya surat yang dikirimkan kepada ”Pembaca Menulis” berisi
pengaduan yang berkenaan dengan rasa kecewa, tidak puas, dirugikan, dan
pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap suatu lembaga, perusahaan,
maupun individu. ”Pembaca Menulis” ini mencerminkan emosi negatif pengadu
karena memiliki masalah dengan teradu yang belum terselesaikan. Melalui surat
aduan, pengadu berharap masalah yang dihadapi diketahui oleh masyarakat
sehingga teradu memiliki inisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan pengamatan pada aduan, diperoleh emosi negatif yang
diungkapkan dalam tindak tutur memerintah, memberi nasihat, mengeluh,
mengkritik, menuduh, menghina, marah, meminta penyelesaian, bertanya,
menuntut, menagih janji, dan memberi saran. Secara umum struktur wacana surat
aduan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang berisi tindakan aduan dan bagian
yang berisi penceritaan masalah atau peristiwa dan upaya penyelesaian yang telah
dilakukan oleh pengadu yang melatari munculnya tindak aduan tersebut.
Pemberian tanggapan atas surat aduan memiliki kepentingan untuk
mempertahankan nama baik. Aduan yang tidak ditanggapi akan membangun suatu
interpretasi bahwa aduan itu benar. Hal tersebut akan merugikan teradu, terlebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
apabila teradu adalah lembaga yang menempatkan masyarakat umum sebagai
konsumen, seperti bank, lembaga, sekolah, perusahaan, dan layanan masyarakat
lain. Pemberian tanggapan yang tepat akan membangun kesan yang baik bagi
konsumen.
Seorang pengadu dalam mengutarakan masalahnya dalam bentuk surat
terbuka mengharapkan masalahnya segera ditanggapi dan mendapatkan suatu
penyelesaian yang diinginkan. Tindakan tersebut berpotensi menganggu
kebebasan penulis sendiri atau orang lain, dan dikatakan sebagai tindakan yang
mengancam muka. Berdasarkan pengamatan awal, sebagian surat aduan tersebut
mendapat tanggapan dari individu atau lembaga yang diadukan, dan sebagian
tidak mendapat tanggapan.
Pengungkapan aduan dan tanggapan berpotensi mengancam muka
pengadu dan teradu. Tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk
surat terbuka secara dominan mengancam muka positif teradu, karena tindakan
pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi
orang lain terganggu. Sebaliknya, menanggapi aduan merupakan upaya untuk
membela diri agar kepercayaan konsumen tetap terjaga. Tindakan tersebut
berpotensi mengancam muka positif dan negatif teradu.
Sebuah lembaga atau individu yang diadukan secara terbuka dalam
“Pembaca Menulis” mukanya terancam, baik muka positif maupun negatif. Secara
umum, muka yang terancam adalah muka positif karena melalui surat tersebut
masyarakat umum menjadi tahu bahwa individu atau lembaga tersebut
bermasalah. Dalam konteks tersebut, mereka mempunyai dua pilihan, yaitu tidak
menanggapi atau menanggapi aduan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Jika cara pertama yang dilakukan, mereka tidak melakukan ancaman
muka, tetapi membiarkan masyarakat menyetujui aduan tersebut. Khusus untuk
lembaga layanan masyarakat, kondisi seperti itu akan merugikan karena
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut dapat berkurang. Sebaliknya,
jika cara kedua yang dilakukan, mereka dapat melakukan klarifikasi untuk
membela diri, tetapi ada kemungkinan tanggapan akan mengancam muka teradu
sendiri. Risiko yang diterima dari cara kedua ini dapat dikurangi apabila
pengungkapan surat tanggapan dilakukan dengan menggunakan strategi
kesopanan tertentu. Oleh karena itu, sebagian surat aduan yang ditujukan kepada
suatu lembaga memperoleh tanggapan.
Penelitian ini menganalisis tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
pengadu dan teradu yang mengandung unsur pengancaman muka dan strategi
kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos. Penulis tertarik
meneliti ini dikarenakan: (1) rubrik “Pembaca Menulis” ini berisi permasalahan
mengenai pengaduan yang diterbitkan setiap hari Senin sampai Sabtu pada
halaman 6 dengan melampirkan alamat lengkap disertai fotokopi identitas diri dan
nomor telepon; (2) penulis menganggap bahwa seseorang menulis surat pembaca
yang berkenaan dengan pengaduan ini dikarenakan kesulitan mengungkapkan
masalah secara langsung kepada suatu lembaga atau individu, yang sudah
berusaha berkali-kali mengungkapkan masalahnya, tetapi tidak mendapat
tanggapan sehingga pengaduan ini diungkapkan dalam rubrik ”Pembaca Menulis”
di harian Jawa Pos; (3) melakukan pengaduan dan menanggapi pengaduan
merupakan persoalan yang menarik untuk dikaji karena berpotensi mengancam
muka antara pengadu dan teradu. Tindakan komunikasi tersebut, baik pengadu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
maupun teradu dapat menggunakan strategi kesopanan tertentu untuk mencapai
tujuan masing-masing.
Oleh sebab itu, penulis mengambil topik Tindakan Pengancaman Muka
dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos
dengan Kajian Pragmatik.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan
mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Ruang lingkup
penelitian ini penulis fokuskan pada tuturan yang mengandung tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan antara pengadu dan teradu yang
terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos yang terbit mulai
tanggal 2 Januari sampai 31 Maret 2010.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
mengajukan dua permasalahan yaitu:
a. Bagaimana tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang
dilakukan oleh pengadu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa
Pos dan apa tujuannya ?
b. Bagaimana tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang
dilakukan oleh teradu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa
Pos dan apa tujuannya ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil
penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan
yang dilakukan oleh pengadu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian
Jawa Pos beserta tujuannya.
2. Mendeskripsikan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan
yang dilakukan oleh teradu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian
Jawa Pos beserta tujuannya.
E. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian yang dilakukan haruslah memberikan manfaat baik
secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini
antara lain:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau
kebahasaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan
strategi kesopanan secara umum, dan khususnya yang terdapat dalam rubrik
“Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dengan pendekatan pragmatik.
Selain itu, penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
bagi studi face threatening act (tindakan yang mengancam muka) yang
disingkat FTA dan strategi kesopanan Brown dan Levinson.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi
yang berarti dalam hal pemahaman mengenai tuturan tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan, terutama untuk memahami
tujuan dari tuturan-tuturan yang terdapat dalam ungkapan pengaduan.
Selain itu, bermanfaat juga untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
mengenai tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang
dilakukan antara pengadu dan teradu yang terdapat dalam rubrik “Pembaca
Menulis” di harian Jawa Pos.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan sangat diperlukan dalam sebuah penelitian karena
dapat mengarahkan seseorang penulis pada cara kerja yang runtun dan jelas.
Adapun sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bab I merupakan bagian pendahuluan. Dalam bab ini penulis menguraikan
latar belakang penelitian yang menjelaskan tentang alasan pemilihan data dan
judul penulisan. Pembatasan masalah diutarakan dalam bab ini untuk memberikan
batasan pada penelitian. Dari pembatasan masalah yang diutarakan, penulis
memperoleh beberapa perumusan masalah. Bab I juga menguraikan tujuan dan
manfaat penelitian. Selain itu, sistematika penulisan juga diuraikan untuk
menggambarkan urutan penulisan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Bab II berisi kajian pustaka, landasan teori, dan kerangka pikir. Dalam
kajian pustaka penulis memaparkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan.
Di dalam landasan teori, penulis menguraikan beberapa konsep serta teori yang
berkaitan dengan penelitian, meliputi: definisi pragmatik, definisi konteks, teori
tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan Brown dan Levinson,
definisi kata “adu”, definisi rubrik “Pembaca Menulis” pada harian Jawa Pos, dan
struktur wacana dalam tindak komunikasi pada surat aduan dan tanggapan.
Metode penelitian pada Bab III menguraikan jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian. Sampel, data dan sumber data, serta teknik
pengumpulan data diuraikan dalam bab ini. Teknik analisis data akan dipaparkan
dalam bab III untuk memberikan gambaran tentang cara-cara menganalisis data
dalam penelitian ini dan teknik penyajian hasil analisis data.
Bab IV merupakan tahap analisis. Dalam analisis data penulis akan
menganalisis: (1) tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang
dilakukan oleh pengadu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian
Jawa Pos beserta tujuannya; (2) tindakan pengancaman muka dan strategi
kesopanan yang dilakukan oleh teradu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca
Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. Dari analisis data ini akan di
dapat hasil dari penelitian yang telah dilakukan sehingga akan terjawab semua
permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah di bab I.
Bab V penutup, yang berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan
jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Dalam bab II ini dikemukakan kajian pustaka, landasan teori, dan
kerangka pikir. Kajian pustaka memaparkan penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan yang berhubungan dengan tindakan pengancaman muka dan strategi
kesopanan pada khususnya dan pragmatik pada umumnya. Penelitian-penelitian
tersebut masih berupa makalah-makalah. Dalam landasan teori dijelaskan
mengenai definisi pragmatik, definisi konteks, teori tindakan pengancaman muka
dan strategi kesopanan Brown dan Levinson, definisi kata “adu”, definisi rubrik
wacana “Pembaca Menulis”, dan struktur wacana dalam tindakan komunikasi
pada surat aduan dan tanggapan.
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan pendekatan pragmatik sudah pernah
dilakukan. Sejauh penelusuran penulis tentang penelitian sejenis atau yang
mempunyai korelasi dengan penelitian mengenai kesopanan Brown dan Levinson
masih jarang. Selama ini hanya beberapa saja yang sudah dijumpai penulis yang
masih berupa makalah. Beberapa studi terdahulu yang penulis temukan dan masih
relevan dengan penelitian ini disajikan sebagai berikut:
Penelitian makalah “Kesopanan Berbahasa” dengan judul “Tindak Tutur
Melarang di Kalangan Dua Kelompok Etnis Indonesia ke Arah Kajian
Etnopragmatik”, yang dibahas oleh Asim Gunarwan (1999) mendeskripsikan
analisisnya berupa: (1) mitra bicara dan latar komunikasi yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pertimbangan penutur sebelum bertutur. Bersumber dari kesopanan berbahasa
yang berlaku di dalam masyarakat tutur atau masyarakat bahasa yang si penutur
adalah anggotanya; (2) kelompok etnis Jawa dan Batak sebagai objek penelitian.
Perilaku berbahasa orang Batak itu lebih langsung (dalam arti lebih berterus
terang) daripada orang Jawa. Tujuan penelitian ini membuktikan atau membantah
kebenaran bahwa orang Batak cenderung lebih berterus terang daripada orang
Jawa di dalam bertutur; (3) di dalam penelitian ini satuan analisis yang dipakai
adalah tindak tutur melarang. Penalaran pemilihan tindak tutur ini sebagai satuan
analisis ialah bahwa tindak tutur ini mempunyai potensi besar untuk mengancam
muka (yakni muka orang yang dilarang), dan karena itu si penutur dituntut untuk
mempertimbangkan berbagai hal sebelum mengujarkannya; (4) dari hasil
komputasi statistik, perbedaan perilaku melarang di antara kedua kelompok
responden ini ternyata maknawi (signifikan). Hal ini berarti hipotesis penelitian
ini diterima perbedaan perilaku pengungkapan tindak melarang di antara kedua
suku ini maknawi, dengan derajat kemaknawian yang cukup tinggi.
Penelitian lain dilakukan oleh Nurhayati (2009) dalam makalahnya yang
berjudul “Strategi Pengancaman Muka antara Pengadu dan Teradu dalam
Rubrik Redaksi YTH”. Penelitian tersebut mendeskripsikan analisis tindak
komunikasi yang dilakukan oleh pengadu dan teradu dalam rubrik „Redaksi
YTH‟. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tindak pengaduan pada umumnya
mengancam muka positif dan muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi
bold on record dalam menuturkan hal yang diadukan. Cara tersebut menghasilkan
interpretasi bahwa tujuan pengaduan lebih penting daripada mempertahankan
muka teradu. Namun, pengadu juga menggunakan strategi kesopanan positif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
negatif untuk melindungi muka pengadu. Strategi yang digunakan oleh teradu
dalam menanggapi surat aduan terdiri atas enam cara, yaitu menindaklanjuti
aduan sesuai keingginan pengadu, menanggapi aduan dengan taksa tanpa
terperinci, teradu menyelesaikan masalah terlebih dahulu sebelum mengirim surat
tanggapan, teradu mengirim surat tanggapan terlebih dahulu baru masalahnya
diselesaikan, tanggapannya teradu melakukan pembelaan diri, dan melakukan
pengancaman muka secara langsung.
Penelitian yang penulis lakukan kali ini berbeda dengan penelitian-
penelitian di atas. Perbedaan ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
sumber data, wujud atau bentuk penelitian, dan kajiannya. Penelitian terdahulu
masih berupa makalah-makalah. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai
Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik “Pembaca
Menulis” di Harian Jawa Pos yang berwujud dan berbentuk skripsi.
Dari beberapa tinjauan kajian di atas terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurhayati sebelumnya lebih
difokuskan pada strategi pengancaman muka secara umum, dan khususnya yang
terdapat dalam rubrik „Redaksi YTH‟, dan tindak tutur melarang dua kelompok
etnis Indonesia dengan kajian etnopragmatik yang dilakukan oleh Asim
Gunarwan yang lebih difokuskan pada kesopanan berbahasa, sedangkan dalam
penelitian ini lebih mefokuskan pada pendeskripsian tindakan pengancaman muka
dan strategi kesopanan secara umum, dan khususnya yang terdapat dalam rubrik
„Pembaca Menulis‟ di harian Jawa Pos dengan kajian pragmatik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B. Landasan Teori
1. Definisi Pragmatik
Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada
masa sekarang dengan cakupan kajian yang luas. Pragmatik sendiri tidak
dipisahkan dari pemikiran-pemikiran para ahli yang salah satunya adalah Brown
dan Levinson (1987) dalam bukunya yang berjudul Politeness Some Universals in
Language Usage yang membicarakan mengenai konsep tentang muka „face’.
Ahli bahasa seperti Thomas (1995) dalam buku yang berjudul Meaning in
Interaction an Introduction to Pragmatics memberikan batasan dalam ilmu
pragmatik. Menurut Thomas (1995:22), pragmatik adalah bidang ilmu yang
mengkaji makna dalam interaksi atau meaning in interaction. Pengertian tersebut
mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan
negoisasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik,
sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran.
Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (edisi terjemahan oleh
Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab) menyebutkan beberapa batasan ilmu
pragmatik. Menurutnya (2006:3-4) ilmu pragmatik mempunyai empat batasan,
yaitu:
a. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).
b. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual.
c. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar
lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak
hubungan.
Pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa
komunikasi, oleh karena itu analisis pragmatis berupaya menemukan maksud
penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara
tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat diidentifikasikan dengan
mempertimbangkan komponen situasi tutur yang mencakupi penutur, lawan tutur,
tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas, dan tuturan sebagai tindakan
verbal (Rustono, 1999:17).
2. Definisi Konteks
Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, F.X., 2009:3-4)
sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan
untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami.
Menurut Rustono (1999:19) konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana
pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi dua macam, yang pertama berupa
bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud dan yang kedua berupa
situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian.
Hymes dalam Rustono (1999:20) menjelaskan bahwa faktor-faktor
peristiwa tutur berjumlah delapan, yaitu: (1) setting atau scene, tempat dan
suasana peristiwa tutur; (2) participant, penutur, lawan tutur; (3) end atau tujuan;
(4) act, atau tindakan; (5) key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan
di dalam mengekspresi tuturan dan cara mengekspresinya; (6) instrument, yaitu
alat atau sarana untuk mengeskpresi tuturan, apakah secara lisan, tulis, melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
telepon atau bersemuka; (7) norm atau norma, yaitu aturan permainan yang harus
ditaati oleh setiap peserta tutur; dan (8) genre, yaitu jenis kegiatan seperti
wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya. Konfigurasi fonem awal nama
kedelapan faktor itu membentuk kata speaking.
3. Teori Tindakan Pengancaman Muka (FTA) dan Strategi Kesopanan
Brown dan Levinson
a. Konsep tentang Muka dan Tindakan Pengancam Muka (FTA)
Dalam bukunya Brown dan Levinson (1987) yang berjudul Politeness
Some Universals in Language Usage menjelaskan tentang konsep muka ‟face’
penting dalam kajian penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Brown dan
Levinson memberikan batasan tentang konsep muka. Muka adalah ‟face’ atau
citra diri yang dimiliki oleh setiap warga masyarakat yang senantiasa dijaga
dihormati dan tidak dilanggar dalam proses pertuturan antarpeserta tutur.
Tindakan pengancaman muka adalah tindak tutur yang secara alamiah berpotensi
untuk melukai citra atau muka ‟face’ lawan tutur dan oleh karena itu dalam
pengutaraannya harus digunakan strategi-strategi tertentu.
Face, the public self-image that every member wants to claim
for himself, consisting in two relatec aspects:
(a.) Negative face: the basic claim to territories, personal
proserves, right to non-distraction – i.e. to freedom of
action and freedom from imposition.
(b.) Positive face: the positive consistent self-image or
’personality’ (crucially including the desire that this
self-image be appreciated and approved of) claimed by
interactants (Brown and Levinson, 1987:61).
Muka, citra diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki oleh setiap warga
masyarakat, meliputi dua aspek yang saling berkaitan, (a) muka negatif, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
merupakan dari gangguan, yaitu kebebasan bertindak dan kebebasan dari
kewajiban melakukan sesuatu, dan (b) muka positif, yakni citra diri atau
kepribadian positif yang konsisten yang dimiliki oleh warga yang berinteraksi.
Dengan demikian, ada dua tipe muka yaitu muka negatif dan muka
positif. Muka negatif, yaitu keinginan individu agar setiap keinginannya tidak
dihalangi oleh pihak lain, sedang muka positif yaitu keinginan setiap penutur agar
dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain. Secara alamiah terdapat
berbagai tuturan yang cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan
yang disebut Face Threatening Act (tindakan yang mengancam muka) dan
disingkat menjadi FTA. Brown dan Levinson (1987:65-68) membuat kategori
FTA berdasarkan dua kriteria, yaitu tindakan yang mengancam muka negatif
lawan tutur, dan tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur.
FTA yang mengancam muka negatif lawan tutur, menurut Brown dan
Levinson (1987:66), antara lain meliputi:
(i) tindakan yang mengakibatkan lawan tutur menyetujui atau menolak
melakukan sesuatu, seperti ungkapan mengenai: orders and requests,
suggestions, advice, remindings threats, warnings, deres (memerintah,
meminta, memberi saran, memberi nasihat, mengingatkan, mengancam,
memperingatkan, dan menentang);
(ii) tindakan yang mengungkapkan upaya penutur melakukan sesuatu terhadap
lawan tutur dan memaksa lawan tutur untuk menerima atau menolak tindak
tersebut, seperti ungkapan mengenai offers, promises (menawarkan dan
berjanji);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(iii) tindakan yang mengungkapkan keinginan penutur untuk melakukan sesuatu
terhadap lawan tutur atau apa yang dimiliki oleh lawan tutur, seperti
ungkapan mengenai compliments, expressions of strong (negative) emotions
toward H-e.g. hatred, anger (pujian atau memberi ucapan selamat,
mengagumi, membenci, dan marah).
Sementara itu, FTA yang mengancam muka positif lawan tutur, menurut
Brown dan Levinson (1987:66-67), antara lain meliputi:
(i) tindakan yang memperlihatkan bahwa penutur memberi penilaian negatif
terhadap lawan tutur, seperti ungkapan mengenai disapproval, criticism,
contempt or ridicule, complaints and reprimands, accusations, insults
(mengungkapkan sikap tidak setuju, mengkritik, tindakan merendahkan
atau yang mempermalukan, keluhan, kemarahan, dakwaan, penghinaan);
(ii) tindakan yang memperlihatkan sikap tidak peduli penutur terhadap muka
positif lawan tutur, seperti ungkapan mengenai contradictions or
disagreements, challenges, emotions, irreverence, mention of taboo topics,
including those that are inappropriate in the context (pertentangan,
ketidaksetujuan atau tantangan, emosi, ungkapan yang tidak sopan,
membicarakan hal yang dianggap tabu atau pun yang tidak selayaknya
dalam suatu situasi, yaitu penutur menunjukkan bahwa penutur tidak
menghargai nilai-nilai lawan tutur dan juga tidak mau mengindahkan hal-
hal yang ditakuti oleh lawan tutur.
Berdasarkan kriteria kedua, FTA dikelompokkan menjadi dua, yaitu FTA
yang mengancam muka lawan tutur dan yang mengancam muka penutur.
Kelompok pertama pada dasarnya adalah sudah dirinci di atas. Kelompok kedua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dirinci lagi menjadi menjadi dua subkelompok, yaitu FTA yang mengancam muka
negatif penutur dan yang mengancam muka positif penutur.
Brown dan Levinson (1987:67-68) menjelaskan bahwa FTA yang
berpotensi mengancam muka negatif penutur antara lain meliputi tindak
mengungkapkan dan menerima ucapan terima kasih, melakukan pembelaan,
menerima tawaran, merespon perbuatan lawan tutur yang memalukan, dan
melakukan janji atau tawaran yang tidak diinginkan penutur.
Sementara itu, tindakan yang mengancam muka positif penutur, menurut
Brown dan Levinson (1987:68) antara lain terdiri atas tindakan meminta maaf,
menerima ucapan selamat, melakukan tindakan fisik yang memalukan,
merendahkan diri, dan mengakui kesalahan.
b. Strategi Kesopanan Berbahasa
Kesopanan berbahasa yaitu kesantunan berbahasa yang diambil penutur
untuk mengurangi derajat perasaan tidak senang atau sakit hati sebagai akibat
tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Strategi kesopanan berbahasa adalah cara
atau strategi yang secara sadar maupun tidak sadar dipergunakan oleh seorang
penutur dalam rangka mengurangi akibat tidak menyenangkan dari tuturannya
terhadap lawan tuturnya (Nadar, F.X., 2009:251).
Kata ”strategi” dalam strategi kesopanan berbahasa tidak selalu
mengandung arti usaha sadar untuk berperilaku sopan, melainkan juga merujuk
pada ungkapan-ungkapan berbahasa yang bersifat rutin serta mengacu pada upaya
berbicara secara sopan. Oleh karena itu, seorang penutur menghadapi sejumlah
pilihan sebelum membuat tuturan yang melanggar muka negatif atau pun muka
positif lawan tutur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Peserta tutur berkepentingan untuk saling menjaga muka masing-masing
terutama karena sejumlah tindak tutur tertentu secara alamiah mempunyai potensi
mengancam muka lawan tutur, sehubungan dengan itu, penutur mempunyai
semacam keharusan menggunakan strategi kesopanan tertentu untuk mengurangi
risiko atau akibat kurang menyenangkan dari tuturannya. Dengan demikian, pada
akhirnya seorang penutur akan dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan
strategi tertentu yaitu strategi kesopanan positif yang ditujukan pada muka positif
lawan tutur, dan strategi kesopanan negatif yang ditujukan pada muka negatif
lawan tutur.
Brown dan Levinson (1987:69) menyatakan bahwa dalam melakukan
FTA, seorang dapat menggunakan salah satu atau lebih lima strategi yang
ditawarkan, yaitu: melakukan FTA secara langsung (on record), melakukan FTA
secara tidak langsung (off record), menggunakan strategi kesopanan positif,
menggunakan strategi kesopanan negatif, dan tidak melakukan FTA. Strategi
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa-basi (on
record).
Seorang pelaku dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap
tindakan A yang dilakukannya, seandainya jelas bagi semua peserta tujuan
tuturan apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindakan A yaitu hanya
ada satu tujuan tuturan yang pada situasi pertuturan tersebut dipahami oleh
peserta pertuturan. Misalnya saya mengatakan. ”Saya dengan ini berjanji
bahwa saya akan datang besok” dan seandainya para peserta tutur sama-
sama memahami bahwa dengan mengatakan itu jelas-jalas saya mengatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
keinginan saya bertanggung jawab untuk melakukan hal tersebut. Brown
dan Levinson dalam Nadar, F.X. (2009:38) menjelaskan bahwa melakukan
tindakan secara on record seorang penutur memperoleh berbagai
keuntungan sebagai berikut.
a. he can enlist public pressure againt the addresse or in support of himself
(yang bersangkutan dapat memperoleh bantuan berupa tekanan terhadap
lawan tutur atau pun memperoleh dukungan bagi dirinya dari peserta
pertuturan yang lain),
b. he can get credit for honesty, for indicating that he trusts the addressee
(yang bersangkutan dapat memperoleh kepercayaan mengenai
kejujurannya dengan menunjukkan bahwa dirinya mempercayai lawan
tuturnya);
c. he can get credit for outspokenness (yang bersangkutan dapat
memperoleh kepercayaan karena keterbukaannya);
d. avoiding the danger of being seen to be a manipulator (menghindari
bahaya dianggap sebagai seorang manipulator);
e. he can avoid the danger of being misunderstood (yang bersangkutan
dapat menghindari kemungkinan kesalahpahaman);
f. and he can have the opportunity to pay back in face whatever he
potentially takes away by FTA (terkait dengan muka, yang bersangkutan
dapat memperbaiki kembali apa yang telah dilanggar oleh tindakan
yang mengancam muka).
Seandainya penutur memutuskan memilih membuat tuturannya
secara on record maka penutur masih harus menentukan apakah penutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
harus membuat tuturan secara lugas tanpa usaha menyelamatkan muka
lawan ‟baldly without redress’, ataukah dengan pertimbangan langkah-
langkah penyelamatan muka lawan ’redressive action’. Definisi mengenai
baldly without redress adalah sebagai berikut:
Doing an act baldly, without redress, involves doing it
in the most direct, clear, unambiguous and concise way
possible (for example, for doing a request, saying ’Do
X!). Normally, an FTA will be done in this way only if
the speaker does not fear retribution from the
addressee, for example, in circumstances where (a) S
and H both tacitly agree that the relevance of face
demands may be suspended in the interests of urgency
or efficiency; (b) where the danger to H’s face is very
small, as in offers, requests, suggestions that are
clearly in H’s interest and do not require great
sacrifices of S (e.g. ’Come in’ or ’Do sitdown’); and (c)
where S is vastly superior in power to H, or can enlist
audience support to destroy H’s face without losing his
own (Brown and Levinson, 1987:69)
Melakukan tindakan secara lugas, tanpa usaha penyelamatan muka berarti
melakukan tindakan tersebut dengan cara yang paling langsung, jelas, tegas
dan ringkas (misalnya untuk meminta seseorang, cukup mengatakan
‟Kerjakan X‟). Tidakan semacam ini biasanya dilakukan manakala penutur
tidak mempedulikan akan adanya sanksi pembalasan dari lawan tutur,
misalnya dalam situasi di mana (a) penutur dan lawan tutur sama-sama
menyadari bahwa karena hal-hal yang bersifat mendesak maka hal-hal yang
terkait dengan muka dapat ditangguhkan terlebih dahulu; (b) bilamana
ancaman terhadap muka lawan tutur sangatlah kecil, misalnya untuk
tindakan terkait dengan penawaran, permintaan, saran dan lain sebagainya
yang jelas-jelas mengacu pada kepentingan lawan tutur dan tidak
memerlukan pengorbanan yang besar pada pihak penutur; dan (c) dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
penutur mempunyai kekuasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan lawan
tutur, atau penutur memperoleh dukungan luas untuk melakukan tindakan
yang mengancam muka lawan tutur tanpa harus kehilangan mukanya
sendiri.
Seandainya penutur memutuskan bahwa dirinya menghendaki
perlunya mengurangi perasaan kurang senang lawan tuturnya maka penutur
tersebut harus melakukan redressive action ‟tindakan penyelamatan muka‟.
Tindakan penyelamatan muka lawan tutur ini diperlukan karena penutur
biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang
harmonis dengan lawan tuturnya. Brown dan Levinson mendefinisikan
tindakan penyelamatan muka muka ‟redressive action’ sebagai berikut:
By redressive action we mean action that ’gives face’ to
the addressee, that is, that attempts to counteract the
potential face damage of the FTA by doing it in such a
way, or with such modifications or addition, that
indicate clearly that no such face threat in intended or
desired, and that S in general recognizes H’s face
wants and himself wants them to be achieved. Such
redressive action takes one of two forms, depending on
which aspect of face (negative or positive) is being
stressed (Brown and Levinson, 1987:69-70).
Tindakan penyelamatan muka adalah tindakan yang ‟memberikan muka‟
kepada lawan tutur, yang berusaha untuk menangkal rasa kurang senang
lawan tutur akibat dari tindakan yang kurang menyenangkan dengan cara
melakukan penambahan dan perubahan tuturan sedemikian rupa yang dapat
menunjukkan secara jelas kepada lawan tutur bahwa keinginan untuk
melakukan tindakan yang kurang menyenangkan tersebut sebenarnya tidak
dikehendaki atau tidak dimaksudkan sama sekali oleh penutur, dan bahwa
penutur sebenarnya memahami keinginan lawan tutur dan penutur sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menginginkan keinginan lawan tutur tersebut dapat tercapai. Tindakan
penyelamatan muka tersebut terwujud dalam dua bentuk tergantung aspek
muka (negatif atau positif) yang diberi tekanan S=Penutur, H=Lawan Tutur.
Tindakan penyelamatan muka lawan tutur adalah tindakan
kesopanan yang pada prinsipnya ditujukan untuk mengurangi akibat yang
tidak menyenangkan terhadap muka lawan tutur baik muka positif maupun
muka negatif. Kesopanan yang ditujukan terhadap muka positif lawan tutur
disebut kesopanan positif ’positive politeness’, sedangkan kesopanan yang
diarahkan untuk muka negatif lawan tutur disebut kesopanan negatif
’negative politeness’. Dengan demikian, redressive actions dapat berbentuk
kesopanan positif atau kesopanan negatif. Brown dan Levinson (1987:70)
memberikan batasan kesopanan positif dan kesopanan negatif.
2. Kesopanan positif
Brown dan Levinson (1987) dalam buku yang berjudul Politeness
Some Universals in Language Usage memberikan batasan mengenai
kesopanan positif. Kesopanan positif adalah kesopanan yang diasosiasikan
dengan muka positif lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur dihargai dan
dipahami keinginannya.
Positive politeness is oriented toward the positive face
of H, the positive self-image that he claims for himself.
Positive politeness is approach-based; it ’anoints’ the
face of the addressee by indicating that in some
respects, S wants H’s wants (e.g by treating him as a
member of an in group, a person whose wants and
personality traits are known and liked) (Brown and
Levinson, 1987:70).
Pada hakikatnya kesopanan positif ditujukan terhadap muka positif lawan
tutur, yaitu citra positif yang dianggap dimiliki oleh lawan tutur, yaitu citra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
positif yang dianggap dimiliki oleh lawan tutur. Kesopanan positif berupa
pendekatan yang menorehkan kesan pada muka lawan tutur bahwa pada hal-
hal tertentu penutur juga mempunyai keinginan yang sama dengan lawan
tutur (yaitu dengan memperlakukannya sebagai anggota kelompok, sahabat,
sebagai seseorang yang keinginannya maupun seleranya dikenal dan
disukai).
Kesopanan positif ini biasanya untuk menunjukkan kedekatan, dan
hubungan baik antara penutur dan lawan tutur. Untuk mengurangi
kekecewaan lawan tutur, Brown dan Levinson (1987:103-129) menawarkan
strategi-strategi sebagai berikut:
1. Strategi 1: notice; attend to H (his interests, wants, deeds, goods
(memperhatikan minat, keinginan, keperluan, atau segala sesuatu yang
menjadi milik lawan tutur).
Contoh: ”Wah, baru saja potong rambut ya..... Omong-omong saya
datang untuk meminjam sedikit beras.”
2. Strategi 2: exaggerate interest, approval, sympathy with H (membesar-
besarkan rasa ketertarikan, persetujuan, dukungan, dan simpati kepada
lawan tutur).
Contoh: ”Rumah Anda betul-betul luar biasa bagusnya.”
3. Strategi 3: intensity interest to H (meningkatkan rasa tertarik terhadap
lawan tutur).
Contoh: ”Anda mengerti kan?”
4. Strategi 4: use in-group identity markers (menggunakan bentuk-bentuk
identitas kelompok).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Contoh: ”Bantu saya membawa buku ini ya nak?”
5. Strategi 5: seek agreement (mencari kesepakatan).
Contoh: ”Oke, lah. Nanti kita bicarakan lagi hal ini.”
6. Strategi 6: avoid disagreement (menghindari ketidaksepakatan).
Contoh: ”Ideku kan hampir sama dengan idemu.”
7. Strategi 7: presuppose/raise assert common ground (mempresuposisikan
atau menimbulkan persepsi persamaan penutur dan lawan tutur).
Contoh: ”Ah, nggak apa-apa. Kita kan sudah seperti saudara.”
8. Strategi 8: joke (berkelakar membuat lelucon).
Contoh: ”Nah, kalau cemberut, makin cakep aja kamu.”
9. Strategi 9: assert or presuppose S’s knowledge of and concern for H’s
wants (mempresuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur
memahami keinginan lawan tuturnya).
Contoh: ”Ya, saya tahu kamu tidak suka pesta, tetapi pesta ini betul-
betul baik. Datanglah!”
10. Strategi 10: offer, promise (membuat penawaran dan janji).
Contoh: ”Saya akan singgah kapan-kapan minggu depan.”
11. Strategi 11: be optimistic (bersikap optimistik).
Contoh: ”Anda pasti dapat meminjamkan mesin pemotong rumput akhir
pekan ini.”
12. Strategi 12: include both S and H in the activity (berusaha melibatkan
lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan).
Contoh: ”Kalau begitu, mari makan kue.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
13. Strategi 13: give (or ask for) reasons (memberikan atau meminta alasan).
Contoh: ”Bagaimana kalau saya bantu membawa koper Anda.”
14. Strategi 14: assume or assert reciprocity (menyiratkan atau menyatakan
hal yang timbal balik).
Contoh: ”Saya akan meminjamkan buku novel saya kalau Anda
meminjami saya artikel Anda.”
15. Strategi 15: give sympathy to H (memberikan rasa simpati kepada lawan
tutur).
Contoh: ”Kalau ada yang dapat saya lakukan untuk Anda, mohon saya
diberitahu.”
3. Kesopanan negatif
Dalam bukunya Brown dan Levinson (1987) yang berjudul
Politeness Some Universals in Language Usage memberikan batasan
mengenai kesopanan negatif. Kesopanan negatif adalah keinginan yang
diasosiasikan dengan muka negatif lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur
tidak dilanggar hak-haknya oleh lawan tutur.
Negative politeness, on the other hand, is oriented
mainly toward partially satisfying (redressing) H’s
negative face, his basic want to maintain claims of
territory and self determination. Negative politeness,
thus, is essentially avoidance based, and realizations of
negative-politeness strategies consist in assurances that
the speaker recognizes and respects the addressee’s
negative-face wants and will not (or will only
minimally) interfere with the addressee’s freedom of
action (Brown and Levinson, 1987:70).
Kesopanan negatif pada hakikatnya ditujukan terhadap bagaimana
memenuhi atau menyelamatkan sebagian muka negatif lawan tutur, yaitu
keinginan dasar lawan tutur untuk mempertahankan apa yang dia anggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
sebagai wilayah dan keyakinan dirinya. Jadi, pada dasarnya, strategi
kesopanan negatif mengandung jaminan dari lawan tutur bahwa penutur
mengakui, menghormati dan seandainya terpaksa melakukan, akan sedikit
mungkin melakukan pelanggaran (keinginan muka negatif lawan tutur dan
tidak akan mencampuri atau pun melanggar kebebasan bertindak lawan
tutur).
Kesopanan negatif (mengacu ke muka negatif) untuk menunjukkan
jarak sosial antara penutur dan lawan tutur. Untuk mengurangi pelanggaran
terhadap muka negatif lawan tutur Brown dan Levinson (1987:132-210)
menawarkan sepuluh strategi-strategi sebagai berikut:
1. Strategi 1: be conventionally indirect (mengunakan tindak tutur tak
langsung, seperti membuat perintah).
Contoh: ”Tolong pintunya ditutup.”
2. Strategi 2: question, hedge (mengunakan pertanyaan, dengan partikel
tertentu).
Contoh: ”Saya minta tolong, bisa kan?”
3. Strategi 3: be pessimistic (bersikap pesimistik).
Contoh: ”Mungkin Anda dapat membantu saya.”
4. Strategi 4: minimise the imposition (kurangi kekuatan atau daya ancaman
terhadap muka lawan tutur).
Contoh: ”Sebentar saja, ya.”
5. Strategi 5: give deference (beri penghormatan).
Contoh: ”Maaf, pak, apakah bapak keberatan kalau saya menutup
jendela ?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6. Strategi 6: apologize (gunakan permohonan maaf).
Contoh: ”Maafkan saya, tetapi.........”
7. Strategi 7: impersonalize S and H (menghindari penggunaan kata ”saya”
atau penutur dan ”anda” atau lawan tutur).
Contoh: ”Mohon kerjakan ini untuk saya.”
8. Strategi 8: state the FTA as a general rule (nyatakan tindakan
mengancam muka sebagai ketentuan sosial yang umum berlaku).
Contoh: ”Para penumpang dimohon tidak menyiram toilet dalam kereta
ini.”
9. Strategi 9: nominalize (nominalkan pernyataan).
Contoh: Prestasi Anda dalam ujian sangat mengesankan kami.”
10. Strategi 10: go on record as incurring a debt, or as not indebting H
(nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan
(hutang) atau tidak kepada lawan tutur).
Contoh: ”Saya selamanya akan berterima kasih seandainya Anda ..........”
4. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (off record)
Realisasi linguistik dari tindakan off record antara lain meliputi
penggunaan metafora dan ironi, pertanyaan retoris, penyederhanaan
masalah, tautologi, dan semua ungkapan yang dikemukakan secara tidak
langsung oleh penutur sehingga membuka peluang untuk diinterpretasikan
secara berbeda-beda. Tindakan off record seorang penutur memperoleh
keuntungan antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a. he can credit for being tactful, non-coercive (yang bersangkutan
dipercayai seorang yang bijaksana dan tidak memaksakan kehendak
terhadap lawan tutur);
b. he can run less risk of his act entering the ’gossip biography’ that others
keep of him (yang bersangkutan dapat menghindari kemungkinan akan
menjadi bahan pergunjingan atau perbincangan orang lain terhadap
dirinya),
c. he can avoid responsibility for the potentially face-damaging
interpretation (terkait dengan muka, yang bersangkutan dapat
menghindar dari tanggung jawab sebagai seorang yang diinterpretasikan
telah mengancam muka lawan tuturnya),
d. he can give (non-overtly) the addressee an opportunity to be seen to care
for S (yang bersangkutan secara tidak langsung memberi kesempatan
pada lawan tutur untuk memperhatikan kepentingannya).
Brown dan Levinson (1987:213-227) menawarkan lima belas
strategi-strategi secara tidak langsung off record sebagai berikut:
1. Strategi 1: give hints (memberi isyarat).
Contoh: ”Wah, saya haus sekali.” (= Berikan saya minum)
2. Strategi 2: give association clues (memberi petunjuk asosiasi).
Contoh: ”Kamu pulang lewat Pasar Minggu, nggak?” (= Kamu bawa
mobil. Aku mau numpang sampai Pasar Minggu)
3. Strategi 3: presuppose (menggunakan prasuposisi).
Contoh: ”Aku nraktir lagi, nih.” (= Sebelumnya sudah mentraktir
temannya).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4. Strategi 4: understate (menggunakan ungkapan yang lebih halus).
Contoh: ”Dia kurang pandai di sekolah.” (= Dia bodoh, tidak pandai).
5. Strategi 5: overstate (menggunakan ungkapan yang berlebihan).
Contoh: ”Aku telepon ratusan kali, kok nggak jawab!”
6. Strategi 6: use tautologies (mengunakan tautologi). Tautologi adalah
pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata yang berlebih atau tidak
diperlukan (KBBI, 2007:1149)
Contoh: ”Kamu kemarin kok nggak datang, sih. Janji tinggal janji.”
7. Strategi 7: use contradictions (mengunakan kontradiksi). Kontradiksi
adalah pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau
bertentangan (KBBI, 2007:591)
Contoh: ”Ah, saya nggak apa-apa. Kecewa, tidak. Nggak kecewa, juga
tidak.”
8. Strategi 8: use ironic (menggunakan ironi). Menurut Gorys Keraf
(2000:143), ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa
yang terkandung dalam rangkaian kata-kata.
Contoh: ”Kamu selalu datang tepat waktu, ya.” (= Kamu selalu datang
terlambat).
9. Strategi 9: use metaphors (menggunakan metafora). Menurut Gorys
Keraf (2000:139), metafora adalah semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung.
Contoh: ”Wah, kamu ini kuda, ya.” (= Kamu tidak mengenal lelah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
10. Strategi 10: use rhetorical questions (menggunakan pertanyaan
retorik). Retorika adalah keterampilan berbahasa secara efektif, studi
pemakaian bahasa secara efektif di dalam karang-mengarang (KBBI,
2007:953).
Contoh: ”Aku harus ngomong apa lagi?” (= Sudah aku jelaskan
panjang lebar, kamu tetap tidak mengerti)
11. Strategi 11: be ambiguous (menggunakan ungkapan yang ambigu).
Ambigu adalah makna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang
menimbulkan keraguan, pekaburan, ketidakjelasan, dsb), bermakna
ganda (KBBI, 2007:36).
Contoh: ”Wah, ada yang baru menang lotere, nih!” (= Tak jelas
maknanya, tergantung konteks).
12. Strategi 12: be vague (mengunakan ungkapan yang samar-samar).
Contoh: ”Kamu tahu kan, aku pergi ke mana.”
13. Strategi 13: over generalize (menggunakan generalisasi yang
berlebihan).
Contoh: ”Kamu itu gampang sekali nangis. Orang dewasa kan nggak
begitu!”
14. Strategi 14: displace H (tidak mengacu ke lawan tutur secara
langsung).
Contoh: ”Tito, bawakan koper Ayah, ya.” (= Tito masih balita, Istrinya
yang datang, membawakan koper).
15. Strategi 15: be incomplete, use ellipsis (menggunakan ungkapan yang
tidak lengkap).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Contoh: ”Aduh panasnya ......” (= Aduh panasnya ruangan ini. Tolong
AC dinyalakan).
Pilihan atas strategi tertentu dalam melakukan FTA juga dipengaruhi
oleh faktor lain, seperti imbalan yang akan diperoleh (payoff) oleh penutur
dan variabel sosiologis yang melatari dilakukannya FTA tersebut. Menurut
Brown dan Levinson (1987:74), variabel sosiologis itu meliputi jarak sosial
antara penutur dan lawan tutur, siapa yang berkuasa, dan tingkat pengenaan
FTA.
4. Definisi kata adu
Pengertian dari kata “adu” (KBBI, 2007:9) sebagai berikut:
adu v, beradu v. (1) berlanggaran, bertumbukan; (2) berlaga, bersabung; (3)
bertanding berebut menang (perandingan, perlombaan, dsb).
aduan n. (1) perlombaan, pertandingan; (2) barang yang diadukan; (3) perihal
atau perkara yang diadukan, hal yang mengadukan.
pengadu n. (1) orang yang suka mengadu; (2) orang yang mengadukan; (3) orang
yang membuat pengaduan dengan mengajukan permohonan untuk penuntutan atas
diri seseorang melalui prosedur hukum.
teradu v, orang yang diadukan.
pengaduan v. (1) penyabungan; (2) proses, cara, perbuatan mengadu; (3)
ungkapan rasa tidak senang atau tidak puas akan hal: hal yang tidak begitu
penting, tetapi perlu diperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
5. Pengertian Rubrik “Pembaca Menulis” pada Harian Jawa Pos
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:965), rubrik adalah kepala
atau ruangan karangan dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya, misalnya surat
kabar membuka untuk menampung pendapat pembaca. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pengertian rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa
Pos adalah suatu kepala atau ruangan karangan dalam harian surat kabar yang
memuat mengenai pengaduan dari surat pembaca ke dewan redaksi yang
diterbitkan setiap hari Senin sampai Sabtu pada halaman 6 dengan melampirkan
alamat lengkap disertai fotokopi identitas diri dan nomor telepon.
6. Struktur Wacana dalam Tindak Komunikasi pada Surat Aduan dan
Tanggapan
Definisi wacana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1266),
adalah sebagai berikut: (1) komunikasi verbal (percakapan); (2) keseluruhan tutur
yang merupakan suatu kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan
dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau
khotbah.
Surat aduan merupakan wacana dari tindak komunikasi yang dilakukan
oleh penulis (penutur) kepada pembaca (lawan tutur). Secara umum struktur
wacana surat aduan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang berisi tindakan
aduan dan bagian yang berisi penceritaan masalah atau peristiwa dan upaya
penyelesaian yang telah dilakukan oleh pengadu yang melatari munculnya
tindakan aduan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Struktur surat aduan dan tanggapannya dapat dilihat dalam contoh berikut:
Senin, 4 Januari 2010
Kecewa Pelayanan Apartemen Java Paragon
(i) (i) Kami pelanggan Apartemen Java Paragon,
Jl Mayjend Sungkono, Surabaya. Pada 3
Minggu lalu, dengan menggunakan
promosi Mandiri 2 night, free 1, kami
memesan dua kamar apartemen tersebut.
Satu malam untuk 3 Desember dan satu
lagi untuk 4 Desember. Saat saya
memesan, resepsionis mengatakan bahwa
tarif per malam adalah Rp. 1.150.000.
(ii) (ii) Ternyata, saat cheeck out pada 6 Desember
(untuk kamar 3 Desember), resepsionis
men-charge Rp. 1.400.000 per malam.
(iii) (iii) Tentu saja kami komplain. Tetapi,
resepsionis bersikeras Rp. 1.400.000.
Setelah berdebat beberapa menit, sangat
beruntung, kami teringat waktu kami
mencatat persetujuan 2 minggu lalu, yaitu
Rp. 1.150.000. Setelah kami tunjukkan
catatan tersebut dan setelah tetap
bersikeras, resepsionis akhirnya dengan
terpaksa menyetujui 1.150.000.
(iv) (iv) Tidak sampai di situ, keesokan harinya,
pada saat kami check out kamar satunya,
kami memerlukan 45 menit untuk check
out karena charge yang dikenakan tiga
malam, bukan dua malam, gratis satu.
Setelah 30 menit, sistem komputer dan
resepsionis tetap men-charge kami tiga
malam. Setelah berdebat, hal lucu terjadi,
resepsionis menggunakan kalkulator
manual untuk menghitung bill kami.
(v) (v) Saran kami kepada Java Paragon, jangan
menggunakan komputer jika belum siap.
Bagi calon pelanggan, catatlah semua
kesepakatan agar tidak tidak mengalami
seperti kami.
(vi)
(vii) ADI PRASETYO
(viii) Margorejo, Surabaya
(ix) 08180310XXXX
(x)
Kamis, 7 Januari 2010
Java Paragon Minta Maaf
(i) SEHUBUNGAN dengan keluhan
yang disampaikan oleh Bapak Adi
Prasetyo melalui surat pembaca
yang dimuat Jawa Pos pada 4
Januari 2010 menggenai pelayanan
Java Paragon Hotel & Residences.
(ii) Kami menyampaikan permohonan
maaf atas ketidaknyamanan yang
terjadi. Kami sudah menghubungi
beliau serta menyelesaikan
permasalahan tersebut.
(iii) Atas nama manajemen Java
Paragon Hotel & Residences, sekali
lagi kami mohon maaf atas
ketidaknyamanannya. Kami
mengucapkan terima kasih atas
semua masukan, kepercayaan, dan
kesetiaan Bapak Adi Prasetyo
terhadap Java Paragon Hotel &
Residences. Atas perhatiannya,
kami ucapkan banyak terima kasih.
SANTI MANURUNG
Public Relation Manager
Java Paragon Hotel & Residences
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Surat aduan di atas diawali dengan penceritaan rangkaian peristiwa
secara kronologis, tuturan (i) sampai dengan (v). Penceritaan tersebut dilakukan
agar pembaca memperoleh informasi bahwa apa yang telah dilakukan oleh
pengadu sudah sesuai prosedur. Tuturan (iii) merupakan tindakan mengeluh yang
dilakukan oleh pengadu komplain atas tindakan resepsionis. Di dalam surat
tanggapan pihak yang diajak berkomunikasi secara langsung bapak Adi Prasetyo
juga pembaca umum dalam tuturan (i), isi surat berupa pengungkapan tindakan
penyelesaian masalah atau memenuhi apa yang dikeluhkan pengadu dan tindakan
permohonan maaf.
Surat tanggapan dari teradu pada umumnya berisi tanggapan teradu
terhadap masalah yang terdapat dalam surat aduan. Tanggapan tersebut antara lain
berupa klarifikasi, upaya penyelesaian masalah, pembelaan diri, dan permohonan
maaf. Seperti halnya di dalam surat aduan, tanggapan yang dilakukan oleh teradu
pada umumnya memiliki struktur yang serupa, yaitu diawali dengan alasan
menuliskan surat tanggapan, yaitu menanggapi surat aduan yang ditujukan kepada
teradu.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh penulis
untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian terhadap
rubrik “Pembaca menulis” di harian Jawa Pos ini digunakan pendekatan
pragmatik. Teori yang digunakan dalam pendekatan pragmatik ini adalah teorinya
Brown dan Levinson (1987), yaitu FTA (Face Threatening Act) dan strategi
kesopanan. Penulis merasa dengan teori tersebut dapat menyelesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
permasalahan yang akan dikaji, yaitu tindakan pengancaman muka dan strategi
kesopanan antara pengadu dan teradu yang terdapat dalam rubrik “Pembaca
Menulis” sehingga kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini secara garis
besar dapat dilukiskan pada bagan di bawah ini.
Rubrik
“Pembaca Menulis"
Tindakan Pengancam Muka dan Strategi
Kesopanan antara Pengadu dan Teradu
Strategi pengancaman
muka dalam surat aduan
Strategi pengancaman
muka dalam surat
tanggapannya
Teori Brown dan
Levinson (1987), yaitu
FTA (Face Threatening
Act) dan Strategi
Kesopanan
Konteks Peristiwa
Tujuan melakukan strategi pengancaman muka
Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Sumber data dalam penelitian ini, adalah rubrik “Pembaca Menulis” di
harian Jawa Pos lalu dilakukan pemahaman sungguh-sungguh terhadap rubrik
tersebut. Dalam proses pemahaman tersebut ditemukan bahwa dalam rubrik ini
terkandung banyak tindakan-tindakan yang dapat mengancam muka sehingga
diperlukan strategi kesopanan untuk mengurangi ancaman tersebut.
Tahap selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan
digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam
penelitian ini digunakan pendekatan pragmatik dan teori FTA (Face Threatening
Act) dan strategi kesopanan Brown dan Levinson (1987). Penelitian ini
difokuskan pada tuturan-tuturan yang dilakukan pengadu dan teradu yang
mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan. Tuturan-
tuturan yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis” dianalisis dengan metode
kontekstual, yaitu mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkannya dengan
konteks-konteks yang ada. Tahap terakhir adalah simpulan, yaitu menyimpulkan
tindakan-tindakan apa saja yang dapat mengancam muka dan strategi kesopanan
yang digunakan untuk mengurangi ancaman serta dengan tujuan-tujuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab III ini dikemukakan metode penelitian yang dipakai. Metode
dalam penelitian lingustik mencakup kesatuan dari serangkaian proses penentuan
jenis penelitian, penentuan sampel, penentuan data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik klasifikasi data, dan teknik analisis data (Edi Subroto,
2007:35).
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Penelitian ini mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang
senyatanya ada, meneliti dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang
sebenarnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu metode
penelitian yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur
statistik (Edi Subroto, 2007:5).
Dalam penelitian ini, penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data
yang berwujud tuturan-tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka
dan strategi kesopanan yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian
Jawa Pos. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena
tuturan-tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi
kesopanan yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis”.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada
reaksi atau tanggapan lawan tutur (Edi Subroto, 2007:65). Dalam penelitian ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab permasalahan dan
menginterpretasikan maksud dari tuturan yang dituturkan oleh pengadu dan teradu
yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang
dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks.
B. Sampel
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel
bertujuan (purposive sample), dalam artian pengambilan sampel disesuaikan
dengan tujuan penelitian ini sendiri. Menurut Hadari Nawawi (1991:157), ukuran
dalam sampel jenis ini tidak menjadi masalah, hanya saja sampel yang dihubungi
dan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan
tujuan penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan tuturan-
tuturan mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang
terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos mulai tanggal 2
Januari sampai 31 Maret 2010.
C. Data dan Sumber Data
a. Data
Suatu penelitian selalu berhubungan dengan apa yang disebut data. Data
adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas)
yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi Subroto,
2007:38).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Data penelitian ini adalah tuturan-tuturan beserta konteks yang
mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat
dalam sumber data.
b Sumber data
Sumber data merupakan asal muasal data penelitian itu diperoleh. Dari
sumber itu penulis dapat memperoleh data yang dimaksud dan yang diinginkan.
Adapun sumber data penelitian ini adalah rubrik “Pembaca Menulis” di harian
Jawa Pos mulai tanggal 2 Januari sampai 31 Maret 2010.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik pustaka
dan teknik catat. Teknik pustaka pada dasarnya merupakan teknik pemerolehan
data yang bersumber pada bahan tertulis yang dibatasi oleh maksud dan tujuan
penelitian (Edi Subroto, 2007:47). Di samping teknik pustaka, penulis juga
melakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi.
Pencatatan semacam ini dapat dipandang sebagai teknik catat (Sudaryanto,
1993:135-136).
Jenis penelitian kepustakaan akan lebih tepat apabila menggunakan
metode simak. Metode simak adalah metode yang berupa penyimakan atau
dilakukan dengan menyimak (Sudaryanto, 1993:133). Penelitian ini berupa
tindakan yang mengandung pengancaman muka, jadi penyimakan dilakukan
dengan cara membaca atau mempelajari strategi kesopanan, kemudian dilakukan
inventarisasi data dengan mencatatnya sebagai bahan yang akan diolah pada tahap
selanjutnya. Metode simak tersebut digunakan untuk mengumpulkan data tertulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
E. Teknik Klasifikasi Data
Teknik klasifikasi data dilakukan setelah semua data yang diperoleh telah
terkumpul. Klasifikasi data berarti pengaturan data menurut asas-asas tertentu,
pemberian arah atau tuturan yang sekaligus memberikan isyarat-isyarat tahapan
tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana tahapan berikutnya dilakukan
(Edi Subroto, 2007:51). Data yang telah disediakan dikelompok-kelompokkan
terlebih dahulu dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan
cermat, yang selanjutnya diharapkan akan dapat memberi arah serta gambaran
mengenai langkah penelitian sehingga mempermudah proses analisis data pada
tahapan-tahapan selanjutnya.
Klasifikasi data pada penelitian ini dilakukan berdasarkan tujuan
penelitian yaitu dengan cara memperhatikan wacana berdasarkan data pada
konteksnya. Dengan begitu makna dan tujuan tuturan-tuturan yang mengandung
tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan dapat diketahui, begitu pula
dengan aspek kebahasaan yang membentuk wacana surat aduan dan tanggapannya
yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis”. Dalam klasifikasi data ini tidak
tertutup kemungkinan satu data terdapat beberapa FTA.
Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokkan data-data dengan
analisisnya, yaitu memberikan isyarat tambahan apa yang akan dikerjakan
berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan mengurutkannya sesuai
dengan tujuan penelitian. Adapun penomoran data disesuaikan menurut nama
surat kabar, (hari, tanggal, bulan, tahun), dan nomor urut contoh.
Contoh :
1. (RPM/Sabtu/02/Januari/2010/001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
RPM : Rubrik Pembaca Menulis
Sabtu : hari penerbitan.
02/Januari/2010 : tanggal, bulan dan tahun terbit
01 : no urut data.
2. (RPM/Senin/25/Januari/2010/021a),
(RPM/Senin/25/Januari/2010/021b).
21a : satu konteks terdapat lebih dari satu FTA sehingga
penulis memberikan tambahan poin a untuk no
urut data 21.
21b : satu konteks terdapat lebih dari satu FTA sehingga
penulis memberikan tambahan poin b untuk no
urut data 21.
F. Teknik Analisis Data
Pengerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengumpulkan dan
mengatur serta mengklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur tertentu (Edi Subroto,
2007:59). Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,
1990:103).
Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam
tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan metode agih (Sudaryanto,
1993:13). Penelitian ini tepat dianalisis dengan menggunakan metode padan.
Metode padan ialah yang alat penentunya sesuatu bersifat luar bahasa atau yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tidak terkait dengan bahasa. Alat penentu metode itu ialah kenyataan yang
ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa, organ atau alat ucap tertentu, bahasa
atau lingua lain, perekam atau pengawet bahasa (tulisan), dan lawan bicara (Edi
Subroto, 2007:66).
Teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh alat yang dipakai
untuk menganalisis data. Penulis akan menganalisis data dengan menggunakan
metode padan dengan teknik analisis heuristik. Metode padan ini diterapkan
dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang mengacu pada konsep bentuk
tuturan-tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi
kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos. Metode analisis
kontekstual adalah cara analisis data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan
mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis heuristik. Pragmatik sebagai pemecahan masalah dapat dilihat dari sudut
pandang penutur dan lawan tutur. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan Brown and Levinson
(1987). Pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang
penutur dan lawan tutur karena masalah yang ada di sini adalah masalah
interpretasi tuturan. Berdasarkan makna tuturan informasi latar belakang konteks
dan asumsi-asumsi dasar, penutur membuat hipotesis mengenai tujuan-tujuan
tuturan terhadap masalah interpretasi tuturan tersebut (Leech, 1993:62). Jenis
teknik pemecahan masalah yang dihadapi penutur dalam menginterpretasikan
tuturan disebut tugas heuristik. Teknik heuristik di sini berusaha mengidentifikasi
daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Bila hipotesis tidak
teruji akan dibuat hipotesis yang baru (Leech, 1993:61).
Bila semua konsekuensi ini selaras dengan evidensi konteks, maka
hipotesis dapat diterima. Kalau salah satu konsekuensi ini (atau lebih),
bertentangan dengan konteks, hipotesis harus ditolak dan harus dipertimbangkan
seperangkat kemungkinan lain. Interpretasi Default (default interpretation), yakni
interpretasi yang diterima karena tidak ada evidensi yang bertentangan dengan
hipotesis tersebut (Leech, 1993:64). Dengan demikian penelitian tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di
harian Jawa Pos akan penulis teliti dengan menggunakan teknik heuristik.
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian adalah penyajian informal,
yakni berupa kata-kata dan penyajian formal, yakni berupa tanda dan lambang
(Sudaryanto, 1993:145). Adapun tanda dan lambang yang dimanfaatkan dalam
penelitian ini diantaranya adalah tanda titik (.), tanda koma (,), tanda garis miring
(/), tanda kurung biasa ((…)), tanda titik dua (:), tanda petik (“…”), tanda hubung
(-), tanda tanya (?), serta lambang huruf singkatan (misalnya, RPM, SPBU, FTA,
ATM, CCTV, KBBI, BAF, ACA, UOB, ICB, CS, RSUD, RSU, PCP, PBB, SMS,
STNK, BCA, dan LCD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah
penelitian. Analisis surat aduan dan tanggapannya ini meliputi (a) tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu yang
terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya;
(b) tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh
teradu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta
tujuannya. Tahap analisis pada surat aduan dan tanggapannya akan didapat hasil
dari penelitian yang telah dilakukan sehingga akan terjawab semua permasalahan
yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah.
Tindakan yang Mengancam Muka dan Strategi Kesopanan
dalam Surat Aduan dan Tanggapannya
Menurut Brown and Levinson (1987:61), semua warga masyarakat
memiliki muka positif, yaitu citra diri yang berupa keinginan agar dihargai dan
disenangi oleh orang lain, dan muka negatif, yaitu citra diri yang berupa keinginan
untuk melakukan sesuatu secara bebas tanpa dikendalikan oleh orang lain.
Sebagian tindakan, tuturan-tuturan, maupun tindak tutur yang dilakukan warga
masyarakat berpotensi mengancam muka lawan tutur maupun penutur. Tindakan
yang demikian dinamakan tindakan yang mengancam muka (Face Threatening
Acts atau FTA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Brown and Levinson (1987:65-68) membuat kategori FTA atau tindakan
yang mengancam muka berdasarkan dua kriteria. Kriteria pertama, ada dua
kategori FTA, yaitu tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur dan
tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur. Kriteria kedua, FTA
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tindakan yang mengancam muka negatif
penutur dan mengancam muka positif penutur. Sehubungan dengan tindakan
pengancaman muka itu, maka penutur seharusnya menggunakan strategi-strategi
kesopanan tertentu untuk mengurangi risiko atau akibat kurang menyenangkan
dari tuturannya. Strategi-strategi itu meliputi bald on record, kesopanan positif,
kesopanan negatif, dan off record. Penulis menganalisis tindakan pengancaman
muka dan strategi kesopanan pengadu dan teradu dalam surat aduan dan
tanggapannya rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya.
Surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini berisi tindakan pengaduan dan
bagian yang lain berisi penceritaan masalah atau peristiwa yang kurang
menyenangkan, rasa kecewa, dan rasa tidak puas terhadap suatu produk,
perusahaan, rumah sakit, bank, atau individu. Sebaliknya, surat tanggapan dari
teradu pada umumnya berisi tanggapan teradu terhadap masalah yang terdapat
dalam surat aduan. Tanggapan tersebut antara lain berupa klarifikasi, upaya
penyelesaian masalah, pembelaan diri, dan permohonan maaf.
Pengungkapan pengaduan dan tanggapan berpotensi mengancam muka
pengadu, dan teradu. Tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk
surat terbuka secara dominan mengancam muka positif dan muka negatif teradu.
Sebaliknya, menanggapi aduan merupakan upaya untuk membela diri agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kepercayaan konsumen tetap terjaga. Tindakan tersebut berpotensi mengancam
muka positif dan negatif pengadu dan teradu.
Maksud dari tindakan di sini mengacu pada kita berbicara atau
mengeluarkan ujaran, (baik itu berupa kalimat, frase atau kata). Apapun yang
keluar dari mulut kita itu yang diungkapkan lewat surat aduan dan tanggapannya
itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itu dapat disebut sebagai tindakan
berbicara, tindakan berujar, atau tindakan bertutur. Istilah yang sekarang lazim
dipakai untuk mengacu ke tindakan itu ialah tindak tutur, yang merupakan
terjemahan dari istilah Inggris speech act. Melakukan tindakan atau tindak tutur
atau speech act itu, penutur tidaklah asal bicara. Maksudnya, sebelum melakukan
suatu tindak tutur, penutur perlu mempertimbangkan beberapa hal, misalnya
bagaimana hubungan sosial di antara penutur dan lawan tutur, di mana peristiwa
itu berlangsung, untuk apa tindak tutur itu dilakukan, tentang apa tindak tutur itu.
A. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Pengadu
dalam Surat Aduan beserta Tujuannya
Surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini berisi tindakan pengaduan dan
bagian yang lain berisi penceritaan masalah atau peristiwa yang berkenaan dengan
rasa kecewa, rasa tidak puas, dan pengalaman yang kurang menyenangkan
terhadap suatu produk, perusahaan, rumah sakit, bank, atau individu. Tindakan
pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan
mengancam muka positif dan muka negatif teradu. Berikut ini analisis tindakan
yang mengancam muka dan strategi kesopanan pengadu dalam surat aduan
beserta tujuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a. Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Lawan Tutur beserta Strategi
Kesopanan yang Dilakukan oleh Pengadu dalam Surat Aduan
Berdasarkan analisis data, dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis”
diperoleh 8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur yaitu teradu
yang diungkapkan dalam tindak tutur sebagai berikut memerintah, meminta,
memberi saran, memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah.
Strategi kesopanan negatif digunakan dalam melakukan tindak tutur yang
mengancam muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif
ini untuk meminimalkan ancaman muka negatif teradu. Berikut ini akan diuraikan
8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif teradu beserta strategi kesopanan
pengadu dalam surat aduan.
1. Tindakan ’Memerintah’ dan Strategi Kesopanan Negatif
Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam
muka negatif teradu yang terdapat dalam surat aduan rubrik ”Pembaca
Menulis” berupa tindakan ‟memerintah‟. Memerintah adalah menyuruh
kepada lawan tutur untuk melakukan sesuatu (KBBI, 2007:859). Maksud
dari tindakan memerintah adalah tindakan untuk menyuruh teradu untuk
melakukan sesuatu.
Tindakan ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal
tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, pengadu menggunakan strategi-strategi tertentu untuk
mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tindakan memerintah ini
termasuk fungsi tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Konteks Peristiwa :
Bapak Suroyo mengadukan kepada Lion Air, bahwa
penumpang yang bernama Ibu Sri Rejeki kehilangan
kopernya di pesawat Lion Air saat mau pergi ke Balikpapan
dari Bandara Juanda.
Bentuk tuturan :
Mohon tanggapan dan penyelesaian lebih lanjut dari Lion
Air.
(RPM/Rabu/06-01-2010/07b)
Tuturan bapak Suroyo ini termasuk tindakan „memerintah‟.
Maksudnya adalah Bapak Suroyo sebagai pengadu menyuruh teradu yaitu
pihak Lion Air untuk melakukan sesuatu. Hal ini dapat dibuktikan pada
tuturan Bapak Suroyo yang berbunyi “Mohon tanggapan dan
penyelesaian lebih lanjut dari Lion Air …….”. Pengadu menyuruh teradu
untuk menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang telah dihadapi
oleh Ibu Sri Rejeki, istri Bapak Suroyo. Tindakan ini membuat muka
negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan
teradu untuk melakukan sesuatu. Tindakan memerintah ini mengakibatkan
pihak Lion Air menyetujui atau menolak untuk menanggapi dan
penyelesaian persoalan yang dialami oleh Ibu Sri Rejeki yaitu kopernya
hilang sewaktu pergi ke Balikpapan menggunakan jasa Lion Air dari
Bandara Juanda, Surabaya.
Guna mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu
mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu:
pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”.
Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
berkuasa daripada pengadu. Pengadu hanya penumpang biasa yang tidak
punya status sosial yang tinggi, sedangkan Lion Air adalah perusahaan
penerbangan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu untuk menghormati pihak teradu, pengadu menggunakan kata
mohon sehingga dapat mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan
Bapak Suroyo menulis persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan
penjelasan dari pihak Lion Air mengenai kopernya yang hilang.
2) Konteks Peristiwa :
Hermin merasakan ketidaknyamanan saat melewati Jl.
Panglima Sudirman tepatnya trotoar sepanjang arah Jl.
Sonokembang sampai depan gedung Intilan Tower Surabaya.
Bentuk Tuturan :
Saya mohon pihak yang terkait dengan masalah ini
segera memperbaiki trotoar yang tinggal beberapa meter
saja. Supaya pejalan kaki semakin nyaman dan aman untuk
melewati trotoar sepanjang Jl. Panglima Sudirman ini.
(RPM/Senin/11-01-2010/15b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Hermin sebagai
pengadu termasuk tindakan „memerintah‟, ini dibuktikan pada tuturannya
yang berbunyi “Saya mohon pihak yang terkait dengan masalah ini
segera menperbaiki trotoar yang tinggal beberapa meter saja ….”.
Tindakan memerintah ini dilakukan oleh pengadu yaitu Bapak Hermin
terhadap pihak teradu, yaitu Pemerintah Daerah. Pihak terkait ini
maksudnya adalah Pemerintah Daerah untuk memperbaiki trotoar supaya
pejalan kaki semakin nyaman dan aman untuk melewati trotoar sepanjang
Jl. Panglima Sudirman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tindakan memerintah ini membuat muka negatif teradu terancam.
Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu. Maksudnya adalah tindakan memerintah ini mengakibatkan
teradu untuk menyetujui atau menolak melakukan sesuatu. Tindakan
memerintah ini mengakibatkan pihak teradu, yaitu Pemerintah untuk
menyetujui atau menolak perintah yang diajukan oleh pengadu, yaitu
Bapak Hermin mengenai perbaikan jalan trotoar akibat dari selokan yang
menganga, paving yang hilang, dan jalan yang tidak rata supaya pejalan
kaki semakin nyaman dan aman untuk melewati trotoar sepanjang Jl.
Panglima Sudirman.
Tindakan memerintah ini dapat mengancam muka negatif teradu,
sehingga untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu
mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu:
pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”.
Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih
berkuasa daripada pengadu. Pengadu hanya masyarakat biasa, sedangkan
Pemerintah memiliki kekuasaan. Oleh karena itu pengadu menggunakan
kata mohon untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan
Bapak Hermin menulis persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan
penjelasan dari pihak Pemerintah, supaya segera diperbaiki jalan yang
rusak demi kenyamanan pengguna jalan.
3) Konteks Peristiwa :
Bapak Tedjo Santoso kehilangan paket barang yang berupa
tas melalui jasa pengiriman Tiki tujuan dari Surabaya ke
Bekasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Bentuk Tuturan :
Kami mohon pertanggungjawaban Tiki.
(RPM/Jumat/08-01-2010/11c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Tedjo Santoso adalah
sebagai pengadu termasuk kategori tindakan „memerintah‟. Ini dibuktikan
pada tuturannya yang berbunyi “… Kami mohon pertanggungjawaban
Tiki”. Tindakan memerintah ini dilakukan oleh pengadu yaitu Bapak
Tedjo Santoso terhadap pihak teradu, yaitu pihak jasa pengiriman barang
Tiki. Bapak Tedjo Santoso ini menyuruh pihak Tiki untuk bertanggung
jawab atas hilangnya paket barang yang berupa tas karena ini sangat
merugikan pihak pengadu.
Tindakan memerintah ini membuat muka negatif teradu terancam.
Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu. Akibat dari tindakan ini, pihak perusahaan Tiki untuk menyetujui
atau menolak perintah yang diajukan oleh Bapak Tedjo Santoso mengenai
kehilangan paket barang berupa tas yang dikirimkan lewat jasa pengiriman
Tiki, semua ini disebabkan oleh kelalaian kurir Tiki, tapi beban kerugian
ditanggungkan oleh pihak pengirim. Oleh Karena itu pihak Tiki
diharapkan bertanggung jawab atas kejadian tas yang hilang itu.
Tindakan memerintah ini dapat mengancam muka negatif teradu,
sehingga untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu
mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu:
pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”.
Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
berkuasa daripada pengadu. Oleh karena itu pengadu menggunakan kata
mohon untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan Bapak
Tedjo Santoso adalah untuk mendapatkan pertanggungjawaban dari pihak
Tiki atas barang yang telah hilang.
4) Konteks Peristiwa :
Bapak Rachmat Agustono dari Bentul Merisi Selatan,
Surabaya menyuruh penjelasan dari pihak BAF dan ACA atas
nasib kendaraan yang hilang pada 4 Desember 2009.
Bentuk Tuturan :
Ibu Lutfi (asuransi) menawarkan opsi, tidak apa-apa tidak
membayar, tapi saya masih kena denda karena terhitung
menunggak pembayaran. Mohon penjelasan pihak BAF
dan asuransi ACA. Sebab, saya sebagai konsumen merasa
rugi. Terima kasih.
(RPM/Jumat/08-01-2010/12b)
Tuturan bapak Rachmat Agustono ini termasuk tindakan
„memerintah‟. Maksudnya adalah Bapak Rachmat Agustono sebagai
pengadu menyuruh teradu yaitu pihak BAF dan asuransi ACA untuk
melakukan sesuatu. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan Bapak Rachmat
Agustono yang berbunyi “Mohon penjelasan pihak BAF dan asuransi
ACA …….”. Pengadu menyuruh teradu untuk menanggapi dan
menyelesaikan permasalahan yang telah dihadapi oleh Bapak Rachmat
Agustono. Dari tindakan ini membuat muka negatif teradu terancam.
Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu. Tindakan memerintah ini mengakibatkan pihak BAF dan ACA
untuk menyetujui atau menolak untuk menanggapi dan penyelesaian
persoalan Bapak Rachmat Agustono mengenai nasib motornya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
hilang, sehingga pengadu ingin mendapat kejelasan dari pihak BAF dan
asuransi ACA.
Guna mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu
mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu:
pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”.
Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih
berkuasa daripada pengadu. Pengadu hanyalah konsumen biasa, sedangkan
BAF dan asuransi ACA adalah sebuah perusahaan kredit motor dan
asuransi sehingga diharapkan persoalannya dapat diselesaikan oleh kedua
perusahaan itu dengan baik. Oleh karena itu untuk menghormati pihak
teradu, pengadu menggunakan kata mohon sehingga dapat mengurangi
ancaman muka negatif teradu. Tujuan Bapak Rachmat Agustono menulis
persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari pihak
BAF dan asuransi ACA.
5) Konteks Peristiwa :
Ibu Ester Lilik Wahyuni mengkomplain bank UOB
dikarenakan kartu kredit UOBnya tidak bisa ditutup.
Bentuk Tuturan :
Mohon tanggapan bank UOB, syukur-syukur ada
penyelesaian yang baik.
(RPM/Selasa/12-01-2010/17b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Ester Lilik Wahyuni
sebagai pengadu termasuk tindakan „memerintah‟, ini dibuktikan pada
tuturannya yang berbunyi “Mohon tanggapan bank UOB, syukur-syukur
ada penyelesaian yang baik ….”. Tindakan memerintah ini dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
oleh pengadu yaitu Ibu Ester Lilik Wahyuni terhadap pihak teradu, yaitu
Bank UOB.
Tindakan memerintah ini membuat muka negatif teradu terancam.
Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu. Maksudnya adalah tindakan memerintah ini mengakibatkan
teradu untuk menyetujui atau menolak melakukan sesuatu. Tindakan
memerintah ini mengakibatkan pihak teradu, yaitu Bank UOB untuk
menyetujui atau menolak perintah yang diajukan oleh pengadu, yaitu Ibu
Ester Lilik Wahyuni mengenai kartu kreditnya yang tidak bisa ditutup dan
total tagihannya menjadi Rp 1.281.212.
Tindakan memerintah ini dapat mengancam muka negatif teradu,
sehingga untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu
mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu:
pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”.
Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih
berkuasa daripada pengadu. Oleh karena itu pengadu menggunakan kata
mohon untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan Ibu Ester
Lilik Wahyuni menulis persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan
penjelasan dari pihak Bank UOB.
Data lain yang menunjukkan tindakan „memerintah‟ adalah data
dengan nomor kode sebagai berikut:
(RPM/Sabtu/02-01-2010/01), (RPM/Kamis/14-01-2010/20b),
(RPM/Jumat/15-01-2010/22b), (RPM/Kamis/28-01-2010/29),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(RPM/Sabtu/13-02-2010/37), (RPM/Jumat/19-02-2010/45b),
(RPM/Sabtu/20-02-2010/51), (RPM/Selasa/23-02-2010/53b),
(RPM/Selasa/02-03-2010/56b), (RPM/Selasa/02-03-2010/57b),
(RPM/Rabu/03-03-2010/58c), (RPM/Sabtu/20-02-2010/61b),
(RPM/Jumat/12-03-2010/63), (RPM/Senin/15-03-2010/67c),
(RPM/Rabu/17-03-2010/68a).
2. Tindakan ’Meminta’ dan Strategi Kesopanan Negatif
Tindakan meminta termasuk tindakan yang dapat mengancam
muka negatif teradu. Meminta adalah berkata-kata supaya diberi atau
mendapat sesuatu (KBBI, 2007:745). Maksud dari tindakan meminta ini
adalah mengharap supaya perkataan pengadu ini mendapat sesuatu atau
respon dari teradu. Akibat dari tindakan meminta ini teradu terganggu
kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Tindakan ini dapat mengancam
muka negatif teradu sehingga pengadu menggunakan strategi kesopanan
negatif untuk menyelamatkan muka negatif teradu. Tindakan meminta ini
termasuk fungsi tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
6) Konteks Peristiwa :
Pengaduan yang dilakukan oleh Bapak R. Hari Purwanto
terhadap Telkomsel mengenai tagihan flash Rp 800.000
padahal tidak pernah memakainya.
Bentuk tuturan :
Saya minta penjelasan dan penyelesaian bahwa saya
tidak mengunakan program Flash Rp 800.000.
(RPM/Sabtu/02-01-2010/02)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tuturan yang disampaikan oleh pengadu yaitu Bapak R. Hari
Purwanto merupakan tindakan „meminta‟. Ungkapan itu dituturkan dalam
kata-kata “Saya minta penjelasan dan penyelesaian ….”. Tindakan
meminta ini dilakukan pengadu untuk mendapatkan penjelasan dan
penyelesaian kepada pihak teradu yaitu perusahaan telekomunikasi
Telkomsel perihal tagihan program Flash Rp 800.000. Tindakan tersebut
membuat pihak teradu terancam muka negatifnya. Hal ini dikarenakan
pengadu meminta penjelasan dan penyelesaian sehingga menganggu
kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu.
Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada
strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA)
yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku
dengan menggunakan kata “minta”. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan
pengadu yaitu: Bapak Hari Purwanto yang hanya meminta pihak
Telkomsel untuk memberi penjelasan dan menyelesaian persoalan ini.
Tindakan ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat. Tujuan Bapak Hari
Purwanto mengadukan persoalan ini supaya perusahaan telekomunikasi
Telkomsel ini mengetahui permasalahannya dan mendapatkan
penyelesaian yang baik.
7) Konteks Peristiwa:
Bapak Tedjo Santoso kehilangan paket barang yang berupa
tas melalui jasa pengiriman Tiki tujuan dari Surabaya ke
Bekasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Bentuk Tuturan :
Kami meminta ganti rugi sesuai dengan harga barang,
tapi tidak ditanggapi, malah dipingpong.
(RPM/Jumat/08-01-2010/11a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Tedjo Santoso adalah
termasuk tindakan „meminta‟, ungkapan tuturannya, yaitu: “Kami
meminta ganti rugi sesuai dengan harga barang, tapi tidak ditanggapi,
malah dipingpong”. Tindakan meminta ini yang dilakukan oleh Bapak
Tedjo Santoso kepada perusahaan pengiriman barang Tiki mengenai
pengiriman barang yang berupa tas hilang. Meminta ini dapat mengancam
muka negatif teradu, yaitu perusahaan Tiki. Karena hal tersebut
mengganggu kebebasan perusahaan Tiki yaitu untuk menyetujui aduan
Bapak Tedjo Santoso mengenai barang yang berupa tas hilang saat
pengiriman lewat Tiki tujuan Surabaya ke Bekasi sehingga pihak Tiki
diminta mengganti tas Bapak Tedjo Santoso sesuai dengan harga barang
tersebut.
Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada
strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA)
yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku
dengan menggunakan kata “meminta”. Hal ini dapat dibuktikan pada
tuturan pengadu yaitu: meminta ganti rugi atas barang Bapak Tedjo
Santoso yang berupa tas hilang, lewat perusahaan pengiriman Tiki. Tujuan
Bapak Tedjo Santoso ini adalah meminta agar perusahaan jasa Tiki segera
bertanggung jawab atas pengirimannya yang tidak sampai di tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
8) Konteks Tuturan :
Bapak Budi Sinaga membeli rumah di Hero Property
Nusantara tapi uang mukanya dipotong 15 persen, dengan
alasan kena denda kerugian.
Bentuk Tuturan :
Saya minta penyelesaian dari Hero Property secepatnya.
Saya tidak mau hal ini terkatung-katung kembali. Kalau
tidak, persoalan akan saya bawa ke pihak yang berwajib.
(RPM/Senin/25-01-2010/27b)
Tuturan yang disampaikan oleh pengadu yaitu Bapak Budi Sinaga
di atas merupakan tindakan „meminta‟. Ungkapan itu dituturkan dalam
kata-kata “Saya minta penyelesaian dari Hero Property secepatnya ….”.
Tindakan meminta ini dilakukan pengadu untuk mendapatkan penjelasan
dan penyelesaian kepada pihak teradu yaitu perusahaan Hero Property
Nusantara. Tindakan tersebut membuat pihak teradu terancam muka
negatifnya. Hal ini dikarenakan pengadu meminta penjelasan dan
penyelesaian sehingga menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu.
Pengadu mengunakan kesopanan negatif khususnya pada strategi
8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang
sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku
dengan menggunakan kata “minta”. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan
pengadu yaitu: Bapak Budi Sinaga yang hanya meminta pihak Hero
Property Nusantara untuk memberi penjelasan dan menyelesaian persoalan
potongan uang muka rumah. Tindakan ini sudah dianggap biasa oleh
masyarakat. Tujuan Bapak Budi Sinaga mengadukan persoalan ini supaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
perusahaan Hero Property Nusantara ini agar segera menanggapi dan
penyelesaian persoalan dengan baik.
9) Konteks Peristiwa :
Bapak Budi Santoso pada tanggal 14 Februari 2010 membeli
notebook merek Acer sampai di rumah notebook-nya
bermasalah ada sebuah dot (titik) di dekat pojok kanan atas.
Bentuk Tuturan :
Saya minta diganti notebook baru karena notebook yang
saya beli cacat produksi.
(RPM/Jumat/19-02-2010/49a)
Pada tuturan yang diungkapkan oleh Bapak Budi Santoso sebagai
merupakan tindakan „meminta‟. Hal ini dibuktikan pada tuturnnya yang
berbunyi “Saya minta diganti notebook baru karena notebook yang saya
beli cacat produksi.” Tindakan meminta ini yang dilakukan oleh Bapak
Budi Santoso perihal meminta diganti notebook yang baru dibeli cacat
produksi, yaitu ada dot (titik) di dekat pojok kanan atas. Tindakan
meminta ini dapat mengancam muka negatif teradu, yaitu perusahaan
notebook merek Acer. Karena hal tersebut mengganggu kebebasan teradu
untuk menyetujui atau menolak aduan Bapak Budi Santoso mengenai
notebook yang baru dibelinya cacat produksi sehingga perusahaan Acer
diminta untuk melakukan sesuatu, yaitu mengganti yang baru.
Pengadu mengunakan kesopanan negatif khususnya pada strategi
8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang
sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku
dengan menggunakan kata “minta”. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan
pengadu yaitu Bapak Budi Santoso meminta perusahaan Acer untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
bertanggung jawab atas barang yang berupa notebook barunya cacat
produksi. Tujuan Bapak Budi Santoso ini adalah agar perusahaan Acer
segera mengganti notebook yang cacat produksi.
Data lain yang menunjukkan tindakan „meminta‟ adalah data
dengan nomor kode (RPM/Senin/22-02-2010/52b), (RPM/Jumat/26-03-
2010/75), (RPM/Selasa/30-03-2010/78).
3. Tindakan ’Memberi Saran’ dan Strategi Kesopanan Negatif
Tindakan memberi saran merupakan salah satu tindakan yang
dapat mengancam muka negatif teradu dalam surat aduan rubrik ”Pembaca
Menulis”. Memberi saran adalah menyampaikan sesuatu pendapat yang
dikemukakan untuk pertimbangan (KBBI, 2007:999). Jadi maksud dari
tindakan memberi saran itu adalah pengadu menyampaikan suatu pendapat
(mengusulkan, menganjurkan) kepada teradu.
Tindakan ini dapat mengancam muka negatif teradu. Teradu
sebenarnya ingin melakukan sesuatu secara bebas tanpa dikendalikan
orang lain. Karena tindakan memberi saran ini mengancam muka negatif
teradu. Maka pengadu menggunakan strategi-strategi tertentu untuk
mengurangi anacaman muka teradu. Pemberian saran dikategorikan ke
dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada
contoh berikut.
10) Konteks Peristiwa :
Bapak Adi Prasetyo mengungkapkan rasa kecewanya
terhadap Apartemen Java Paragon mengenai promosi Mandiri
2 night free 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Bentuk Tuturan :
Saran kami kepada Java Paragon, jangan menggunakan
komputer jika belum siap.
(RPM/Senin/04-01-2010/03)
Tuturan yang disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo merupakan
tindakan yang ‟memberi saran‟ kepada teradu. Tuturan Bapak Prasetyo ini
menyarankan kepada pihak Apartemen Java Paragon jangan menggunakan
komputer jika belum siap. Tuturan Bapak Prasetyo ini disebabkan oleh
pengalamannya yang tidak menyenangkan terhadap pelayanan Apartemen
Java Paragon, sehingga pengadu ini memberikan saran. Dibuktikan pada
tuturannya pada kalimat ”Saran kami kepada Java Paragon, jangan
menggunakan komputer jika belum siap”
Tindakan memberi saran itu membuat teradu terancam muka
negatifnya. Karena pengadu mengungkapkan pendapat sehingga dapat
menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Oleh sebab itu
pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif untuk mengurangi
ancaman muka negatif teradu khususnya pada strategi 8, yaitu:
menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah
lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku. Tindakan
memberi saran ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat karena pengadu
menggunakan kata yang biasa yaitu: “saran kami”. Tujuan Bapak Adi
Prasetyo dalam mengadukan aduan ini untuk memberi saran supaya
Apartemen Java Paragon dapat meningkatkan pelayanannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
11) Konteks Peristiwa :
Bapak Mashud menyarankan agar Samsat Bojonegoro
membuka cabang di Kecamatan Padangan.
Bentuk Tuturan :
Saya menyarankan agar Samsat Bojonegoro membuka
cabang di Kecamatan Padangan atau di Kecamatan
Purwosari. Tujuannya, wajib pajak tidak perlu jauh-jauh
mengurus surat-surat kendaraannya.
(RPM/Selasa/02-02-2010/31)
Tuturan yang disampaikan oleh Bapak Mashud sebagai pengadu
merupakan tindakan yang ‟memberi saran‟ kepada teradu yaitu Samsat.
Tuturan Bapak Mashud ini menyarankan agar Samsat Bojonegoro
membuka cabang di Kecamatan Padangan atau di Kecamatan Purwosari.
Tujuannya, wajib pajak tidak perlu jauh-jauh mengurus surat-surat
kendaraannya sehingga mempermudah, tidak berbelit-belit, dan lebih
dekat.
Tuturan Bapak Mashud ini tuturan yang memberikan saran, ini
dibuktikan pada tuturannya pada kalimat ”Saya menyarankan agar
Samsat Bojonegoro membuka cabang di Kecamatan Padangan atau di
Kecamatan Purwosari”. Dari tindakan memberi saran itu membuat teradu
terancam muka negatifnya. Karena pengadu mengungkapkan pendapat
sehingga dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu.
Maksudnya adalah tindakan memberi saran ini mengakibatkan teradu
menyetujui atau menolak apa yang telah diadukan oleh pengadu, yaitu
memberi saran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Oleh sebab itu pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif
untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu khususnya pada strategi
8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang
sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku.
Tindakan memberi saran ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat karena
pengadu menggunakan kata yang biasa yaitu: “saya menyarankan”.
Tujuan Bapak Mashud dalam mengadukan aduan ini untuk memberi saran
supaya Samsat Bojonegoro meningkatkan pelayanan dan membuka cabang
di Kecamatan Padangan atau Kecamatan Purwosari sehingga membayar
wajib pajak kendaraan bermotor mudah, tidak berbelit-belit, dan lebih
dekat.
4. Tindakan ’Memberi Nasihat’ dan Strategi Kesopanan Negatif
Surat aduan dalam rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturan-
tuturan pengadu yang memberi nasihat kepada teradu. Tindakan ‟memberi
nasihat‟ ini mengancam muka negatif teradu. Memberi nasihat adalah
menyampaikan ajaran atau pelajaran baik (anjuran, petunjuk, maupun
teguran) yang baik (KBBI, 2007:775). Jadi maksud dari tindakan memberi
nasihat adalah pengadu menyampaikan ajaran atau pelajaran baik (anjuran,
petunjuk, maupun teguran) yang baik kepada teradu.
Tuturan memberi nasihat ini dapat mengganggu kebebasan teradu
untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindakan memberi nasihat dapat
mengancam muka negatif teradu, maka pengadu mengungkapakan
tuturan-tuturannya mengenai memberi nasihat kepada teradu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka
negatif teradu. Memberi saran dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut.
12) Konteks Peristiwa :
Bapak Suroyo mengadukan kepada Lion Air, penumpang
yang bernama Ibu Sri Rejeki kehilangan kopernya di pesawat
Lion Air saat mau pergi ke Balikpapan dari Bandara Juanda
Bentuk Tuturan :
Kami percaya dan yakin barang tersebut tidak hilang begitu
saja. Andai pihak Lion Air atau petugasnya bekerja secara
amanah dan professional, tentu hal tersebut tidak akan
menimpa keluarga kami. Kami menganjurkan pada pihak
Lion Air dan petugasnya yang bekerja harus lebih
bertanggung jawab terhadap barang bawaan para
penumpang. Perlu diketahui oleh Lion Air, barang kami
adalah sebuah koper hitam merek Polo. Salah satu pegangan
koper tersebut putus pada posisi vertikal, bertali pita merah
yang di dalamnya berisi pakaian ganti, dan notebook merek
Axioo TVS612PX yang berisi sejumlah dokumen penting.
(RPM/Rabu/06-01-2010/07a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Suroyo mengenai
permasalahan Ibu Sri Rejeki ini termasuk tindakan yang ‟memberi
nasihat‟, yaitu: Kami menganjurkan pada pihak Lion Air dan
petugasnya yang bekerja harus lebih bertanggung jawab terhadap
barang bawaan para penumpang”. Tindakan memberi nasihat ini
membuat teradu terancam muka negatifnya. Karena pengadu memberi
nasihat kepada teradu, sehingga dapat menganggu kebebasan teradu untuk
melakukan apa yang sudah dianjurkan oleh Bapak Suroyo mengenai pihak
Lion Air dan petugasnya yang bekerja harus lebih bertanggung jawab
terhadap barang bawaan serta amanah dan profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada
strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA)
yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum
berlaku. Tindakan memberi nasihat ini sudah dianggap biasa oleh
masyarakat karena pengadu menggunakan kata yang biasa yaitu: “kami
menganjurkan”. Tujuan Bapak Suroyo mengadukan permasalahannya ini
untuk menyampaikan teguran dan anjuran supaya pihak Lion Air dan
petugasnya yang bekerja harus lebih bertanggung jawab terhadap barang
bawaan para penumpang.
5. Tindakan ’Bertanya’ dan (Strategi Kesopanan Negatif dan On Record)
Surat aduan dalam rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturan-
tuturan pengadu yang bertanya kepada teradu. Tindakan bertanya ini dapat
mengancam muka negatif teradu. Bertanya adalah meminta keterangan
(penjelasan), meminta supaya diberitahu tentang sesuatu (KBBI,
2007:1142). Jadi maksud dari tindakan bertanya adalah pengadu meminta
keterangan atau penjelasan supaya diberitahu tentang sesuatu kepada
teradu.
Tindakan bertanya ini dapat mengganggu kebebasan teradu untuk
melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindakan bertanya dapat mengancam
muka negatif teradu. Pengadu mengungkapkan tuturan-tuturannya
mengenai bertanya kepada teradu dengan menggunakan strategi kesopanan
negatif untuk menyelamatkan muka ancaman teradu dan menggunakan
strategi on record tanpa usaha menyelamatkan muka teradu. Bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
13) Konteks Peristiwa:
Minggu, 4 Januari 2010, Ibu Erma Diah P. mengambil uang
di ATM sobek.
Bentuk Tuturan:
Tapi, saya heran, mengapa uang sobek sampai nomor
serinya ikut hilang bisa sampai lolos? Bukankah sebelum
dimasukkan ke boks ATM sudah dicek?
(RPM/Rabu/06-01-2010/08)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Erma Diah P adalah
tindakan ‟menanyakan‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu .....,
mengapa uang sobek sampai nomor serinya ikut hilang bisa sampai
lolos? Bukankah sebelum dimasukkan ke boks ATM sudah dicek?.
Tuturan itu dilakukan oleh pengadu untuk menanyakan kepada teradu
mengenai uang di ATM BCA sobek sampai nomor serinya ikut hilang,
bukannya sebelum dimasukkan ke boks ATM sudah dicek oleh pihak
BCA.
Tindakan menanyakan ini mengakibatkan muka negatif teradu
terancam. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk
melakukan sesuatu, yaitu menyetujui atau menolak aduan yang
diungkapkan oleh Ibu Erna Diah P. mengenai pertanyaan uang sobek bisa
lolos masuk ke boks ATM. Pengadu menggunakan strategi kesopanan
negatif untuk mengurangi ancaman negatif teradu, khususnya pada strategi
2, yaitu menggunakan pertanyaan, dengan partikel tertentu. Pertanyaan
“mengapa” dan “bukankah” digunakan pengadu untuk mengungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tindakan bertanya. Hal ini dilakukan oleh pengadu untuk menyelamatkan
muka negatif teradu. Selain itu, ungkapan bertanya yang dilakukan oleh
Ibu Erna Diah P ini adalah untuk meminta keterangan atau penjelasan
supaya diberitahu tentang uang sobek di ATM BCA ini bisa terjadi.
14) Konteks Peristiwa :
Bapak Tedjo Santoso kehilangan paket barang yang berupa
tas melalui jasa pengiriman Tiki tujuan dari Surabaya ke
Bekasi.
Bentuk Tuturan :
Bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang
dirugikan?
(RPM/Jumat/08-01-2010/11b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Tedjo Santoso ini
termasuk tindakan ‟bertanya‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang
berbunyi ”Bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang
dirugikan?........”. Pengungkapan aduan mengenai pertanyaan yang
diungkapkan oleh pengadu tentang permasalahannya dengan teradu
membuat muka negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat
mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu yaitu memaksa
teradu untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan pengadu mengenai
perlindungan konsumen yang dirugikan.
Tuturan bertanya ini dalam bentuk on record untuk
mengungkapkan tindakan bertanya. Tindakan tersebut mengakibatkan
orang lain mengetahui kondisi teradu seperti yang dipertanyakan oleh
pengadu, yaitu: bagaimana perlindungan terhadap konsumen. Strategi on
record dipilih oleh pengadu karena kekuasaan konsumen lebih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
daripada produsen. Alasannya produsen berkewajiban melindungi hak-hak
konsumen, hal ini dikarenakan sebuah produk tanpa konsumen tidak ada
artinya. Di samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya
menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk
mengungkapkan bahwa Bapak Tedjo Santoso ini merasa kesal atas barang
yang berupa tas hilang lewat pengiriman perusahaan jasa Tiki. Pengadu
beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak Tiki akan berupaya
memenuhi keinginan Bapak Tedjo Santoso sebab, jika tidak, kepercayaan
konsumen terhadap teradu akan berkurang.
15) Konteks Peristiwa :
Bapak Budi Sinaga membeli rumah di Hero Property
Nusantara tapi uang mukanya dipotong 15 persen, dengan
alasan kena denda kerugian.
Bentuk Tuturan :
Tapi, kenapa kok malah uang saya dipotong?
(RPM/Senin/25-01-2010/27a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Budi Sinaga ini
termasuk tindakan ‟bertanya‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang
berbunyi ”Tapi, kenapa kok malah uang saya dipotong?.......”. Bapak
Budi Sinaga sebagai pengadu ini mengadukan persoalannya dengan
teradu, yaitu Hero Property Nusantara mengenai dananya yang ditransfer
hanya Rp 17.570.000, dengan alasan, pengadu terkena denda 15 persen.
Pengungkapan aduan mengenai pertanyaan yang diungkapkan oleh
pengadu tentang permasalahannya dengan teradu membuat muka negatif
teradu terancam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Hal ini dikarenakan dapat mengganggu kebebasan teradu untuk
melakukan sesuatu, yaitu pihak teradu disuruh untuk menjawab atau
menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh Bapak Budi Sinaga
mengenai dananya dari pihak Hero Property Nusantara terkena potongan
denda 15 persen. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif untuk
mengurangi ancaman negatif teradu, khususnya pada strategi 2, yaitu
menggunakan pertanyaan, dengan partikel tertentu. Pertanyaan “kenapa
kok malah” digunakan pengadu untuk mengungkapkan tindakan bertanya.
Hal ini dilakukan oleh pengadu untuk menyelamatkan muka negatif
teradu. Tujuan Bapak Budi Sinaga ini menuliskan aduannya untuk segera
mendapatkan penyelesaian dari pihak teradu, yaitu Hero Property
Nusantara.
16) Konteks Tuturan :
Ibu Dwi Andriyani kecewa atas pelayanan Bank Bumiputera
yang tak kunjung mengirim pengganti kartu kredit ICB.
Bentuk Tuturan :
Tapi, mengapa sampai detik ini kartu pengganti belum
saya terima? Sampai kapan saya harus menunggu?
Yang ingin saya tanyakan, kalau billing statement, kenapa
datangnya selalu on time? Sedangkan kalau kartu yang
alamatnya sama seperti yang tertera di billing, datangnya
lama sekali? Saya sudah mencantumkan nomor ponsel,
bahkan surat kuasa kepada CS kantor saya.
(RPM/Selasa/26-01-2010/28c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Dwi Andriyani adalah
tindakan ‟bertanya‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu mengapa
sampai detik ini kartu pengganti belum saya terima? Sampai kapan saya
harus menunggu?..... “. Yang ingin saya tanyakan, kalau billing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
statement, kenapa datangnya selalu on time?”. Tindakan menanya ini
mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat
mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa
teradu untuk menjawab pertanyaan dari surat aduan yang diungkapkan
oleh Ibu Dwi Andriyani mengenai pengganti kartu kredit yang baru belum
diterima dan saat penagihan selalu datang tepat waktu.
Tuturan bertanya tersebut dalam bentuk on record untuk
mengungkapkan tindakan bertanya. Tindakan ini mengakibatkan orang
lain mengetahui kondisi teradu seperti yang diungkapkan oleh pengadu,
yaitu: Ibu Dwi Andriyani yang mempertanyakan kenapa pihak bank
Bumiputera yang tak kunjung mengirim pengganti kartu kredit ICB.
Strategi on record dipilih karena dalam dunia bisnis kekuasaan konsumen
lebih tinggi daripada yang memproduksi suatu produk. Hal ini dikarenakan
suatu produk seperti kartu kredit ICB yang keluarkan Bank Bumiputera
sangat tergantung pada para konsumen contohnya Ibu Dwi Andriyani,
karena produk tanpa konsumen tidak ada artinya.
Di samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya
menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk
mengungkapkan aduan Ibu Dwi Andriyani. Pengadu beranggapan bahwa
melalui cara tersebut pihak Bank Bumiputera akan berupaya memenuhi
keinginan Ibu Dwi Andriyani sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen
terhadap teradu akan berkurang. Tujuan Ibu Dwi Andriyani ini dalam
menanyakan suatu persoalan dengan pihak Bank Bumiputera adalah untuk
segera mendapat jawaban dan penyelesaian dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
17) Konteks Peristiwa :
Ibu Nurul Hayati kecewa pada Minggu 14 Februari 2010,
membeli obat di Apotek Tengger 3, tapi harga obat di atas
harga eceran tertinggi (HET).
Bentuk Tuturan :
Saya jadi binggung sendiri apa guna HET kalau
harganya tetap saja tidak bisa terkontrol?
(RPM/Selasa/16-02-2010/41a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Nurul Hayati ini termasuk
tindakan ‟bertanya‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi
”...... apa guna HET kalau harganya tetap saja tidak bisa terkontrol?”.
Pengungkapan aduan mengenai pertanyaan yang diungkapkan oleh
pengadu yaitu Ibu Nurul Hayati tentang permasalahannya dengan teradu,
yaitu Apotek Tengger 3, mengenai harga eceran obat di atas HET.
Tindakan bertanya ini membuat muka negatif teradu terancam. Hal ini
dikarenakan dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu, yaitu teradu disuruh untuk menjawab sehingga pihak teradu
terpaksa menyetujui atau menolak aduan yang disampaikan oleh Ibu Nurul
Hayati mengenai pertanyaan harga obat yang melampui harga HET.
Tuturan Ibu Nurul Hayati dalam bentuk on record untuk
mengungkapkan tindakan bertanya. Tindakan tersebut mengakibatkan
orang lain mengetahui kondisi teradu seperti yang dipertanyakan oleh
pengadu, yaitu: kenapa harga obat jauh di atas HET, kalau diteruskan
sebaiknya HET dihapus saja karena konsumen sangat dirugikan. Strategi
on record dipilih karena dalam dunia perdagangan konsumen lebih tinggi
daripada produsen. Hal ini dikarenakan konsumen memiliki hak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dilindungi oleh lembaga perlindungan konsumen. Di samping itu,
penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu,
dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa Ibu Nurul Hayati ini
merasa kesal karena apa gunanya HET kalau harganya tetap saja tidak bisa
terkontrol. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak teradu
akan berupaya memenuhi keinginan Ibu Nurul Hayati sebab, jika tidak,
kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang.
Data lain yang menunjukkan tindakan „bertanya‟ adalah data
dengan nomor kode sebagai berikut.
(RPM/Jumat/19-02-2010/45a), (RPM/Jumat/19-02-2010/49b),
(RPM/Selasa/02-03-2010/57b), (RPM/Rabu/03-03-2010/58b),
(RPM/Selasa/09-03-2010/62b), (RPM/Jumat/12-03-2010/64),
(RPM/Sabtu/13-03-2010/66b), (RPM/Senin/15-03-2010/67a),
(RPM/Kamis/18-03-2010/69a), (RPM/Jumat/19-03-2010/71),
(RPM/Selasa/23-03-2010/73), (RPM/Jumat/26-03-2010/74),
(RPM/Selasa/30-03-2010/77), (RPM/Rabu/31-03-2010/79b).
6. Tindakan ’Menuntut’ dan Strategi On Record
Tindakan yang dapat mengancam muka negatif teradu adalah
tindak tutur menuntut. Menuntut adalah meminta dengan keras (setengah
mengharuskan supaya dipenuhi) atau berusaha keras mendapat hak atas
sesuatu (KBBI, 2007:1227). Jadi tindakan menuntut dalam surat aduan
adalah pengadu meminta dengan keras kepada teradu supaya dipenuhi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mendapat hak atas sesuatu. Tuturan menuntut ini dapat mengganggu
kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu.
Oleh karena itu tindakan menuntut pengadu dapat mengancam
muka negatif teradu. Pengadu dalam mengungkapkan tuturannya
mengenai tuntutannya kepada teradu harus menggunakan strategi-strategi
tertentu untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu atau dengan
menggunakan strategi on record tanpa usaha menyelamatkan muka teradu
dengan melakukan tindakan secara lugas, tegas dan ringkas. Menuntut
dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
18) Konteks Peristiwa :
Ibu S. Ardhyarini kecewa terhadap layanan tiket online KA
yang kursinya sudah diduduki orang lain padahal tiket nomor
seri EQ 4417 atas namanya.
Bentuk Tuturan :
Dari pengalaman pribadi ini, saya berharap petugas tiket
online PT KA bisa lebih professional lagi supaya
penumpang tidak dirugikan dan berkurang
kenyamanannya.
(RPM/Selasa/12-01-2010/19)
Pada tuturan Ibu S. Ardhyarini termasuk tindakan ‟menuntut‟, hal
ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”...... saya berharap petugas
tiket online PT KA bisa lebih professional lagi supaya penumpang tidak
dirugikan dan berkurang kenyamanannya”. Tindakan menuntut ini dapat
mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu
kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa teradu untuk
memenuhi atau menolak tuntutan yang diungkapkan oleh Ibu S.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Ardhyarini mengenai tuntutannya supaya PT KA bisa lebih professional
lagi sehingga penumpang tidak dirugikan dan rasa kenyamanannya
ditingkatkan.
Strategi on record dipilih oleh pengadu karena dalam tindakan
menuntut tersebut kekuasaan Ibu S. Andhyarini selaku penumpang lebih
tinggi daripada PT KA. Alasan ini dikarenakan di dalam dunia bisnis
pihak konsumen sangatlah penting di atas segalanya maka dari itu hak-hak
konsumen harus tetap dijaga dengan baik. Di samping itu, penggunaan on
record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien
untuk mengungkapkan bahwa Ibu S. Ardhyarini ini merasa kecewa
terhadap layanan tiket online. Kata “saya berharap” ini membuktikan
bahwa pengadu menuntut secara langsung kepada pihak teradu. Pengadu
beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak PT. KA akan berupaya
memenuhi keinginan Ibu S. Ardhyarini sebab, jika tidak, kepercayaan
konsumen terhadap teradu akan berkurang.
19) Konteks Peristiwa :
Bapak M.Irfan kecewa dan malu saat beli bensin di SPBU
Foxstar diteriaki belum bayar oleh petugas SPBU.
Bentuk Tuturan :
Terus terang, sebagai pelanggan SPBU Foxstars, saya sangat
kecewa atas kejadian tersebut. Saya berharap petugas
SPBU Foxstars lebih berkonsentrasi dan teliti saat
melayani pelanggan supaya kejadian seperti ini tidak
terulang pada pelanggan lain.
(RPM/Kamis/21-01-2010/25)
Pada tuturan Bapak M. Irfan termasuk tindakan ‟menuntut‟, hal ini
dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”...... Saya berharap petugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
SPBU Foxstars lebih berkonsentrasi dan teliti saat melayani pelanggan
supaya kejadian seperti ini tidak terulang pada pelanggan lain.”
Tindakan menuntut ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal
tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu,
yaitu mengakibatkan pihak SPBU untuk memenuhi atau menolak tuntutan
dari Bapak M. Irfan mengenai mengharapnya pada pihak petugas SPBU
untuk lebih berkonsentrasi dan teliti saat melayani pelanggan.
Strategi on record digunakan oleh Bapak Irfan dalam
mengungkapkan tindakan menuntut. Hal ini dibuktikan pada kata “saya
berharap”. Pengadu menggunakan strategi ini dikarenakan tanpa upaya
menyelamatkan muka teradu, yang dianggap lebih efisien untuk
mengungkapkan bahwa Bapak M. Irfan merasa kecewa dan malu terhadap
layanan petugas SPBU yang meneriaki belum bayar, padahal sebelum
mengisi Bapak M. Irfan sudah menyerahkan uang Rp 15.000. Pengadu
beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak SPBU akan berupaya
memenuhi keinginan Bapak M.Irfan, yaitu berharap petugas lebih
konsentrasi dan teliti saat melayani pelanggan supaya kejadian seperti ini
tidak terulang pada pelanggan lain. Sebab, jika tidak, kepercayaan
konsumen terhadap teradu akan berkurang.
20) Konteks Peristiwa :
Bapak Masukap, sejak 5 Februari 2009 menjadi pasien
RSUD dr Soetomo tapi mendapat pelayanan yang kasar dari
seorang perawat.
Bentuk Tuturan :
Saya berharap, pelayanan RSU dr Soetomo ke depan
harus lebih baik lagi, tanpa menunggu dikomplain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(RPM/Selasa/09-02-2010/35b)
Pada tuturan Bapak Masukap di atas termasuk tindakan
‟menuntut‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”Saya
berharap, pelayanan RSU dr Soetomo ke depan harus lebih baik lagi,
tanpa menunggu dikomplain”. Bapak Masukap sebagai pengadu,
mengungkapkan persoalannya mengenai RSU dr Soetomo yaitu sebagai
teradu untuk selalu dituntut meningkatkan pelayanannya tanpa harus
menunggu dikomplain.
Tindakan menuntut ini dapat mengancam muka negatif teradu.
Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu, yaitu memksa pihak RSUD dr Soetomo untuk memenuhi atau
menolak tuntutan dari Bapak Masukap mengenai mengharapnya pada
pihak RSUD dr Soetomo ke depan harus lebih baik lagi, karena Bapak
Masukap sebagai pasien yang pernah menginap di RSUD sejak 5 Februari
mendapatkan layanan yang kasar dari seorang perawat. Dalam tuntutannya
Bapak Masukap memilih strategi on record ini dapat dibuktikan pada kata
“saya berharap”. Strategi ini dipilih karena pengadu menganggap
kekuasaan pasien lebih tinggi daripada RSUD dr Soetomo. Hal ini
dikarenakan Bapak Maukap sebagai pasien memiliki hak untuk diberi
pelayanan yang penuh dan baik oleh RSUD dr Soetomo.
Di samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya
menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk
mengungkapkan bahwa Bapak Masukap merasa kecewa terhadap layanan
seorang perawat wanita yang kurang hati-hati dan cenderung kasar saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
mengganti perban di lengan kanannya yang terluka. Pengadu beranggapan
bahwa melalui cara tersebut pihak RSUD dr Soetomo akan berupaya
memenuhi keinginan Bapak Masukap, yaitu berharap pihak RSUD dr
Soetomo agar lebih baik, sabar, dan selalu meningkatkan pelayanannya
terhadap pasiennya.
21) Konteks Peristiwa :
Ibu Titik Endayani mengeluhkan tak punya kartu kredit tapi
ada tagihan
Bentuk Tuturan :
Saya mengharap tanggapan dari penerbit kartu credit
dan memblokir transaksi dari kartu kredit tersebut.
(RPM/Selasa/16-03-2010/43)
Pada tuturan Ibu Titik Endayani di atas termasuk tindakan
‟menuntut‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”...... Saya
mengharap tanggapan dari penerbit kartu credit dan memblokir
transaksi dari kartu kredit tersebut. Tindakan menuntut ini dapat
mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu
kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa pihak teradu
untuk memenuhi atau menolak tuntutan yang diungkapkan oleh Ibu Titik
Endayani mengenai harapnya untuk mendapatkan tanggapan dari penerbit
kartu kredit dan memblokir transaksi dari kartu kredit.
Strategi on record yang digunakan dalam mengungkapkan
tuntutan, ini dibuktikan pada kata “saya mengharap”. Tindakan tuntutan
ini mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi Bank BCA seperti yang
dituntutkan oleh Ibu Titik Endayani. Strategi on record dipilih karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kekuasaan Ibu Titik Endayani selaku konsumen lebih tinggi daripada Bank
BCA yang memproduksi produk kartu kredit Carrefour BCA. Hal ini
dikarenakan sebuah produk itu sangatlah tergantung pada konsumennya,
produk tanpa konsumen tidak akan ada artinya. Di samping itu,
penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu,
dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan tindakan menuntut.
Tindakan menuntut yang dilakukan oleh Ibu Titik Endayani untuk
mengharap mendapat tanggapan dari penerbit kartu credit Carrefour yaitu
Bank BCA sehingga dapat memblokir transaksi dari kartu kredit tersebut.
22) Konteks Peristiwa :
Ibu Elisa pemilik butik online merasa gregetan dengan
pelayanan PCP yang tidak memuaskan.
Bentuk Tuturan :
Saya tidak berharap mendapat permintaan maaf atau
penjelasan apa pun dari PCP. Saya hanya berharap kepala
cabang PCP Surabaya mengetahui kinerja pegawainya.
(RPM/Jumat/19-02-2010/47c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Elisa sebagai pemilik
butik online ini merupakan tindakan „menuntut‟. Hal ini dibuktikan pada
tuturannya yang berbunyi “saya hanya berharap kepala cabang PCP
Surabaya mengetahui kinerja pegawainya.” Tindakan menuntut ini
dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat
mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa
pihak PCP untuk memenuhi atau menolak tuntutan dari Ibu Elisa.
Tuturan menuntut ini dalam bentuk on record untuk
mengungkapkan tuntutannya ini dibuktikan pada kata “saya hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
berharap”. Pengadu mengharapkan pihak PCP untuk meningkatkan
layanannya karena akhir-akhir ini terjadi penurunan layanan bahkan
membuat Ibu Elisa gregetan karena pengiriman paket selalu terlambat
bahkan sampai hilang. Oleh karena itu Ibu Elisa sebagai pengadu
menuntut agar kepala cabang PCP Surabaya mengetahui kinerja
pegawainya. Tindakan menuntut tersebut mengakibatkan orang lain
mengetahui kondisi teradu seperti yang dituntutkan oleh pengadu. Strategi
on record dipilih karena kekuasaan Ibu Elisa selaku konsumen lebih tinggi
daripada pihak PCP yang memberikan pelayanan jasa pengiriman. Di
samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka
teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa Ibu Elisa ini
merasa kecewa terhadap layanan PCP. Pengadu beranggapan bahwa
melalui cara tersebut pihak PCP akan berupaya memenuhi keinginan Ibu
Elisa sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan
berkurang.
Data lain yang menunjukkan tindakan „menuntut‟ adalah data
dengan nomor kode (RPM/Jumat/19-02-2010/49b), (RPM/Kamis/18-03-
2010/69c).
7. Tindakan ’Menagih Janji’ dan Strategi Kesopanan Negatif
Surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturan-tuturan
pengadu yang berisi menagih janji kepada teradu. Tindakan menagih janji
ini dapat mengancam muka negatif teradu. Menagih janji adalah menagih
atau mendesak ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
untuk berbuat atau membuat sesuatu (KBBI, 2007:458). Jadi maksud dari
tindakan menagih janji adalah pengadu menagih atau mendesak ucapan
yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan teradu untuk berbuat atau
membuat sesuatu kepada pengadu.
Ungkapan menagih janji ini dapat mengganggu kebebasan teradu
untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindakan menagih janji ini dapat
mengancam muka negatif teradu, maka pengadu mengungkapkan tuturan-
tuturannya mengenai menagih janji kepada teradu dengan menggunakan
strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu.
Pemberian saran dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih
jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut.
23) Konteks Peristiwa :
Menagih janji kampanye pilkada Pakde Karwo yang
dilakukan oleh seorang warganya yang ada di Kediri yaitu
Bapak Sunarto.
Bentuk Tuturan :
Pakde Karwo sudah setahun memimpin Jawa Timur ..........
Sayang, masih ada yang terlewatkan. Yakni, jalan provinsi
mulai Kecamatan Papar,............. Karena itu, saya mohon
jalan dari Papar hingga Kertosono segera diperbaiki sesuai
dengan janji Pakde Karwo waktu kampanye pilkada
tahun lalu.
(RPM/Selasa/05-01-2010/05)
Tuturan (23) mengandung tindakan yang mengancam muka negatif
teradu yaitu tindakan „menagih janji‟. Hal ini terbukti pada kalimat “…..
sesuai dengan janji Pakde Karwo waktu kampanye pilkada tahun lalu.
Tindakan menagih janji ini yang dilakukan oleh pegadu yaitu Bapak
Sunarto yang menginginkan perbaikan jalan dari Papar hingga Kertosono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
sesuai dengan janji kampanye pilkada Bapak Karwo selaku gubernur
Jawa Timur.
Tindakan menagih janji ini membuat teradu terancam muka
negatifnya. Karena pengadu menagih atau mendesak ucapan yang
menyatakan kesediaan dan kesanggupan teradu untuk memperbaiki jalan
Papar hingga Kertosono waktu pilkada tahun lalu, sehingga membuat
terganggu kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Oleh sebab itu
pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif untuk mengurangi
ancaman muka negatif teradu khususnya pada strategi 3, yaitu: bersikap
pesimistik. Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari
teradu yaitu Bapak Karwo sebagai Gubernur Jawa Timur lebih berkuasa
dari pengadu yaitu Bapak Sunarto hanya warga masyarakat biasa. Tujuan
Bapak Sunarto dalam mengadukan aduan ini untuk menagih janji apa
yang sudah dijanjikan waktu berkampanye.
8. Tindakan ’Marah’ dan (Strategi Kesopanan Negatif dan On Record)
Tindakan yang dapat mengancam muka negatif teradu adalah
tindak tutur marah. Marah adalah sangat tidak senang (karena
diperlakukan dengan tidak menyenangkan), mengeluarkan kata-kata yang
menunjukkan rasa marah (KBBI, 2007:715). Jadi tindakan pengadu marah
dalam surat aduan adalah tindakan sangat tidak senang pengadu kepada
teradu karena diperlakukan dengan tidak menyenangkan sehingga
mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan rasa marah. Tindakan ini dapat
mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Oleh karena itu tindakan marah pengadu dapat mengancam muka
negatif teradu. Pengadu dalam mengungkapkan tindakan kemarahannya
kepada teradu harus dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk
mengurangi ancaman muka negatif teradu dan menggunakan strategi on
record tanpa usaha menyelamatkan muka teradu dengan melakukan
tindakan secara lugas, tegas dan ringkas. Marah dikategorikan ke dalam
tindak tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh
berikut.
24) Konteks Peristiwa :
Bapak Prasodjo setiap hari menerima SMS dari 909012 pulsa
langsung terpotong tanpa digunakan.
Bentuk Tuturan :
. Ini jelas-jelas sangat merugikan saya.
Apabila hal ini dibiarkan terus, berapa puluh juta rupiah
yang dirugikan oleh 909012 setiap hari dari pengguna
Flexi se-Surabaya khususnya dan seluruh Indonesia pada
umumnya.
(RPM/Kamis/07-01-2010/09)
Tuturan yang disampaikan oleh Bapak Prasodjo terhadap pihak
Flexi ini termasuk tindakan „marah‟. Hal ini dibuktikan pada tuturan
Bapak Prasodjo, yaitu yang berbunyi, “Ini jelas-jelas sangat merugikan
saya”. Rasa marah ini dilakukan oleh pihak pengadu perihal setiap hari
dirugikan SMS dari 909012 produk Flexi. Dari tindakan marah ini
membuat teradu terancam muka negatifnya. Hal tersebut dapat
mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Karena tindakan
marah ini mengungkapkan keinginan Bapak Prasodjo terhadap pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Fleksi untuk melakukan sesuatu mengenai aduan pulsanya, yang setiap
hari berkurang setelah menerima SMS dari 909012.
Pengadu mengurangi ancaman muka negatif teradu dengan
mengunakan strategi kesopanan negatif, khususnya pada strategi 1, yaitu:
menggunakan tindak tutur tak langsung seperti mengungkapkan rasa
marah, tapi secara tidak langsung membuat tindakan itu seolah-olah
memerintah. Hal ini dibuktikan pada tuturan Bapak Prasodjo yang marah
tetapi secara tidak langsung memerintah pihak Flexi untuk menghentikan
SMS dari 909012 karena merugikan pengguna Flexi se-Surabaya
khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya. Tindakan ini dapat
mengurangi akibat yang tidak menyenangkan terhadap muka negatif
teradu, sehingga rasa marah dapat digunakan untuk memerintah secara
tidak langsung. Tujuan Bapak Prasodjo ini adalah untuk menyelesaikan
persoalannya dengan pihak Flexi cepat di respon dengan baik.
25) Konteks Peristiwa :
Bapak Hendro, S membeli dua kavling tanah sudah
dilunasinya tapi sertifikat tanah belum diterimanya.
Bentuk Tuturan :
Sialnya, atas ajakan saya, mertua juga membeli dua
kavling tahap 1 dan sampai saat ini beliau hanya
menerima PBB.
(RPM/Kamis/07-01-2010/10)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Hendro, S termasuk
tindakan „marah‟, hal ini dibuktikan pada kata “Sialnya……”, ungkapan
itu mencerminkan keadaan pengadu yaitu Bapak Hendro, S marah.
Tindakan marah ini membuat muka negatif teradu terancam. Pengadu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menggunakan strategi on record . Tindakan tersebut mengakibatkan orang
lain mengetahui kondisi pengadu yang sedang marah. Strategi on record
dipilih karena dalam tuturan yang diungkapkan oleh Bapak Hendro, S
selaku konsumen yang membeli rumah lebih tinggi daripada pihak CV
Cahaya Purnama selaku pengembang bisnis dibidang property. Alasannya
karena konsumen itu segalanya yang harus dijaga kepuasannya dalam
pemakaian produk yang ditawarkan. Di samping itu, penggunaan on
record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien
untuk mengungkapkan rasa kesal. Pengadu beranggapan bahwa melalui
cara tersebut teradu akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab,
jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang.
26) Konteks Peristiwa :
Bapak Imanuel mengkomplain pada kartu Matrik yang
memotong pulsa sepihak.
Bentuk Tuturan :
Ternyata, pada 8 Januari, saya terima beberapa SMS dari 808
lagi yang memberi tahu bahwa I-RING diperpanjang sampai
Februari. Saya jengkel sekali, lalu saya ketik UNREG,
dikirim ke 888. Tapi datang lagi dua SMS dari 808,
menawarkan ganti lagu dengan biaya Rp 7.000
(RPM/Senin/11-01-2010/14a)
Pada tuturan yang dituturkan oleh Bapak Imanuel ini termasuk
ungkapan rasa „marah‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi,
“….. Saya jengkel sekali, ….”. Tindakan marah ini dapat mengancam
muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan
teradu untuk melakukan sesuatu. Maksudnya tindakan rasa marah ini
mengungkapkan keingginan pengadu untuk melakukan sesuatu, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pihak Matrik untuk segera menyetop SMS dari 808, karena merugikan
pihak konsumen yang pulsanya tiap hari terpotong terus sehingga
membuat rasa jengkel konsumen, sehingga tindakan ini menganggu
kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu.
Pengadu menggunakan strategi on record. Tindakan tersebut
mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi pengadu yang marah.
Strategi on record dipilih karena dalam tuturan yang disampaikan oleh
Bapak Imanuel selaku konsumen lebih tinggi daripada pihak Indosat.
Alasannya karena produk tanpa konsumen tidak ada gunanya. Di samping
itu, penggunaan on record, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka
teradu, strategi on record ini dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan
rasa jengkel. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu
akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak,
kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. Bapak Imanuel
menggunakan strategi on record bertujuan untuk mengungkapkan rasa
marahnya sehingga para konsumen lain mengetahui aduannya dan
membuat Matrik segera merespon untuk menghentikan SMS dari 808.
27) Konteks Tuturan :
Sdri. Rizma Nur Rusliana pada 7 Januari 2010 merasakan
pengalaman yang kurang menyenangkan terhadap perlakuan
sopir dan kernet bus Restu yang tidak ramah.
Bentuk Tuturan :
“Mbak-mbak, sudah naik dari Segon, turun depan BCA
Apollo lagi. Tau gitu tadi gak usah tak ambil.”
(RPM/Senin/11-01-2010/16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pada tuturan yang diungkapkan oleh Sdri. Rizma Nur Rusliana,
sebagai pengadu termasuk tindakan rasa marah, hal ini dibuktikan pada
tuturannya “….. Tau gitu tadi gak usah tak ambil…. ”. Ungkapan yang
dituturkan oleh Sdri Rizma Nur Ruslina ini merupakan tindakan rasa
marah akibat dari kernet yang menginginkan Sdri Rizma Nur Rusliana
turun depan BCA Apollo padahal perjalanannya masih jauh. Pengadu
menggunakan strategi on record. Tindakan tersebut mengakibatkan orang
lain mengetahui kondisi pengadu yang marah. Strategi on record dipilih
karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku penumpang
lebih tinggi daripada teradu sebagai sopir atau kernet, karena kernet dan
sopir harus memperlakukan penumpangnya dengan baik dan ramah.
Di samping itu, penggunaan on record, pengadu tanpa berupaya
menyelamatkan muka teradu, strategi on record ini dianggap lebih efisien
untuk mengungkapkan rasa jengkel. Tindakan rasa marah yang dituturkan
oleh Sdri. Rizma Nur Rusliana diungkapkan secara tegas, lugas, spontan,
dan terus terang. Sdri. Rizma Nur Rusliana beranggapan bahwa melalui
cara tersebut akan berupaya memenuhi keinginannya sebab, dari
tuturannya Sdri. Rizma Nur Rusliana ini kernet dan sopir akan merasa
tersingung sehingga dapat meningkatkan pelayanannya lagi, yaitu lebih
ramah terhadap penumpangnya. Sdri. Rizma menggunakan strategi on
record ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa marahnya sehingga para
penumpang lain mengetahui aduannya membuat pihak sopir dan kernet
dapat meningkatkan pelayanannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
28) Konteks Peristiwa :
Bapak Masukap, sejak 5 Februari 2009 menjadi pasien
RSUD dr Soetomo tapi mendapat pelayanan yang kasar dari
seorang perawat.
Bentuk Tuturan :
Beberapa pelayanan memang ada yang membuat saya
sewot, tapi masih bisa saya toleransi.
Tapi, pada Senin pagi (8/2), saya sangat marah dengan
seorang perawat wanita yang kurang hati-hati dan
cenderung kasar saat mengganti perban di lengan kanan
saya yang terluka.
(RPM/Selasa/09-02-2010/35a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Masukap merupakan
tindakan „marah‟. Hal ini dibuktikan pada tuturnnya yang berbunyi “…..
membuat saya sewot, tapi masih bisa saya toleransi …..”. Tindakan
marah ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut
dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Maksudnya
tindakan rasa marah ini mengungkapkan keinginan Bapak Masukap agar
pihak RSUD dr Soetomo melakukan sesuatu, yaitu supaya meningkatkan
layanannya terutama perlakuan perawatnya yang kasar dan kurang hati-
hati dalam menanggani pasiennya, sehingga tindakan ini menganggu
kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu.
Pengadu menggunakan strategi on record. Tindakan tersebut
mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi pengadu yang marah.
Strategi on record dipilih karena dalam konteks tersebut kekuasaan
pengadu selaku konsumen lebih tinggi daripada teradu. Di samping itu,
penggunaan on record, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka
teradu, strategi on record ini dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
rasa jengkel. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu
akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak,
kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. Bapak Masukap
menggunakan strategi on record ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa
marahnya sehingga para konsumen lain mengetahui aduannya dan
membuat RSUD meningkatkan pelayanannya terutama perlakuan perawat
yang kasar.
Data lain yang menunjukkan tindakan „marah‟ adalah data dengan
nomor kode (RPM/Selasa/23-02-2010/54), (RPM/Selasa/09-03-
2010/62a).
b. Tindakan yang Mengancam Muka Positif Lawan Tutur (Teradu) beserta
Strategi Kesopanan yang Dilakukan oleh Pengadu dalam Surat Aduan
Berdasarkan analisis data, dalam surat aduan rubrik “Pembaca Menulis”
ditemukan 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif teradu di antaranya
menuduh, mengeluh, mengkritik, dan menghina. Berikut ini akan diuraikan 4 jenis
tindakan yang mengancam muka positif teradu beserta strategi pengadu
melakukan pengancaman muka.
1. Tindakan ’Ungkapan Menuduh’ dan (Strategi Kesopanan Positif, on
record, dan Off Record)
Dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturan-
tuturan pengadu yang menyatakan ‟menuduh‟. Menuduh adalah menunjuk
dan mengatakan bahwa seseorang berbuat kurang baik, menunjuk dan
mengatakan bahwa seseorang melakukan perbuatan yang melanggar
hukum (KBBI, 2007:1215). Jadi tindakan menuduh ini adalah tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pengadu yang menunjuk dan mengatakan bahwa teradu berbuat kurang
baik, menunjuk dan mengatakan bahwa teradu melakukan perbuatan yang
melanggar hukum.
Tindakan menuduh ini dapat mengancam muka positif teradu,
maka pengadu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai tindakan
menuduh kepada teradu dengan menggunakan strategi kesopanan positif
tertentu untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Pengadu
menggunakan tindak tutur secara on record, yaitu dengan melakukan
tindakan secara lugas, tegas dan ringkas tanpa usaha menyelamatkan muka
teradu. Selain itu, pengadu itu bisa melakukan dengan cara off record
(samar-samar). Menuduh dikategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut.
29) Konteks Peristiwa :
Bapak Ardiyan Tirta Basuki menuduh tukang parkir
menyalahi aturan tarif parkir pada Bab IX pasal 14 ayat Ib
adalah Rp 600. tapi petugas seenaknya menarik Rp 1.000.
Bentuk Tuturan :
.
Tapi, dengan seenaknya, petugas parkir mengutip uang
bukan berdasar aturan tersebut. Aturan tarif yang
tertera sesuai dengan Bab XI pasal 14 ayat 1b adalah Rp
600. …………….. Saya tidak mempermasalahkan jumlah
uang tersebut, namun bentuk pungli dan penyelewengan
seperti itu meresahkan masyarakat dan pengguna jasa parkir
di tempat tersebut
(RPM/Jumat/08-01-2010/13)
Tuturan yang dikemukakan oleh Bapak Ardiyan Basuki termasuk
tindakan ‟menuduh‟, ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu: ”..... dengan
seenaknya, petugas parkir mengutip uang bukan berdasar aturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tersebut…..”. Tindakan menuduh ini termasuk tindakan yang dapat
mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut
menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain
terganggu. Maksudnya adalah tindakan menuduh ini dapat
memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap
teradu., yaitu Bapak Ardiyan Tirta menuduh tukang parkir mengutip uang
seenaknya yang tidak sesuai dengan aturan yang sudah berlaku.
Oleh karena itu, untuk menyelamatkan muka positif teradu ini
biasanya pengadu berusaha untuk menangkal rasa kurang senang teradu
dengan mencari kesepakatan antara pengadu dan teradu. Pada tuturan
pengadu yang berusaha menyelamatkan muka positif teradu dengan
menggunakan strategi 5, yaitu mencari kesepakatan. Hal ini dapat
dibuktikan pada tuturan pengadu yang berbunyi “………. Saya tidak
mempermasalahkan jumlah uang tersebut,……..”. Dari tuturan-tuturan
yang diungkapkan oleh Bapak Ardiyan Tirta Basuki ini bertujuan untuk
menindaklanjuti permasalahan perihal para petugas parkir mengutip,
sehingga para penegak hukum untuk menindaklanjuti masalah ini, karena
sangat meresahkan masyarakat dan pengguna jasa parkir.
30) Konteks Peristiwa :
Bapak Imanuel mengkomplain pada kartu Matrik yang
memotong pulsa sepihak.
Bentuk Tuturan :
Mereka menjarah pulsa secara sepihak tanpa konsumen
bisa menolak. Tahu-tahu sudah dibebankan ke tagihan
berikutnya. Mungkin Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia perlu menertibkan cara-cara tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
(RPM/Senin/11-01-2010/14b)
Pada tuturan (30) merupakan tindakan ‟menuduh‟, hal ini
dibuktikan pada tuturan yang berbunyi ”.... Mereka menjarah pulsa
secara sepihak tanpa konsumen bisa menolak …..”. Tuturan tersebut
adalah tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini
dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu
agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah
tindakan tersebut telah memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian
negatif terhadap teradu, yaitu Bapak Imanuel telah menuduh secara
langsung mengenai aduannya terhadap perusahaan Telekomunikasi
Matrik. yang menjarah pulsa secara sepihak.
Pengadu menggunakan strategi on record ini dibuktikan pada kata
“mereka menjarah” Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain
mengetahui kondisi pengadu yang menuduh pihak teradu tanpa berupaya
menyelamatkan muka teradu. Karena strategi on record ini diungkapkan
oleh teradu secara lugas, terus terang, dan jelas. Penggunaan strategi on
record ini, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, karena
dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa tuduhan tersebut
memberi penilaian negatif oleh teradu, akibat perbuatannya yang selalu
menjarah pulsa pengadu.
Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu akan
berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan
konsumen terhadap teradu akan berkurang. Pengadu menggunakan strategi
on record ini bertujuan untuk mengungkapkan penilaian negatifnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
terhadap teradu sehingga para konsumen lain mengetahui hal tersebut
secara terang-terangan. Dari tuturan diharapkan teradu segera merespon
dan meningkatkan pelayanannya.
31) Konteks Peristiwa :
Ibu Ester Lilik Wahyuni mengkomplain bank UOB
dikarenakan kartu kredit UOBnya tidak bisa ditutup.
Bentuk Tuturan :
Kenapa kesannya seperti ada paksaan untuk membayar
annual fee yang besar Rp 1.050.000 (annual fee kartu
kredit platinum lain hanya Rp. 700.000/th maks) dan
tetap harus menggunakan/mempunyai kartu kredit UOB.
(RPM/Selasa/12-01-2010/17a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Ester Lilik Wahyuni
merupakan tindakan ‟menuduh‟, ini terbukti pada tuturannya yang
berbunyi ” ...... Kenapa kesannya seperti ada paksaan untuk membayar
annual fee yang besar Rp 1.050.000 (annual fee kartu kredit platinum
lain hanya Rp. 700.000/th maks) dan tetap harus
menggunakan/mempunyai kartu kredit UOB …..”. Tindakan menuduh
ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan
pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau
disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan tersebut telah
memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap
teradu. Kata “kesannya” digunakan untuk mengaburkan tuduhan pengadu
terhadap teradu karena tuturan tersebut mengandung makna presuposisi
„belum tentu pihak Bank UOB memaksa Ibu Lilik Wahyuni Ester untuk
membayar annual fee sebesar Rp. 1.050.000. Strategi off record digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pengadu dalam mengungkapkan tuduhannya terhadap teradu. Hal ini
dibuktikan pada ungkapan dari pengadu, yaitu pada kata “kesannya”.
Tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi. Tujuan dari tuturan-tuturan
pengadu ini untuk menyamarkan tuduhannya atau untuk menyelamatkan
muka teradu secara langsung akibat dari tuduhan itu.
2. Tindakan ’Mengeluh’ dan Strategi Kesopanan Positif dan On Record)
Tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu adalah
tindak tutur mengeluh. Mengeluh adalah menyatakan susah karena
penderitaan, kesakitan, kekecewaan (KBBI, 2007:536). Jadi tindakan
mengeluh dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini adalah
pengadu menyatakan kesusahannya karena penderitaannya, kesakitannya,
dan kekecewaannya terhadap teradu. Tindakan mengeluh ini dapat
mengancam muka positif teradu. Tindakan pengadu mengadukan
masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan mengancam muka
positif teradu.
Maka dari itu tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan
teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Tindakan
mengeluh tersebut dapat mengancam muka positif teradu, maka pengadu
mengungkapakan tuturan-tuturannya mengenai tindakan mengeluh kepada
teradu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi
ancaman muka positif teradu. Selain itu, pengadu juga menggunakan
strategi on record yaitu melakukan tindakan secara lugas, tegas dan
ringkas tanpa usaha menyelamatkan muka teradu. Mengeluh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dikategorikan ke dalam tindak tutur ekpresif. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
32) Konteks Peristiwa :
Bapak A. Rizal membeli tiket masuk wahana Indoor Jatim
Park pada tanggal 25 Desember 2009 yang mahal tapi
wahana tidak bisa digunakan.
Bentuk Tuturan :
Ternyata, tak satu pun wahana indoor bisa dinikmati,
tidak ada pemberitahuan bahwa semua wahana ditutup,
sehingga pengunjung di dalam dibiarkan begitu saja.
Banyak pengunjung yang merasa kecewa saat itu atas
pelayanan Jatim Park. Wajar karena kita telah membayar
mahal, tapi tidak mendapat hiburan apa-apa
(RPM/Rabu/06-01-2010/06)
Tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh Bapak A. Rizal adalah
‟keluhan‟. Beliau mengeluhkan bahwa wahana indoor tak satu pun bisa
dinikmati, sehingga pengunjung kecewa dan dibiarkan begitu saja oleh
pihak Jatim Park. Mengeluh di sini menyatakan suatu kesusahan dan
kekecewaan terhadap teradu yaitu Jatim Park. Ungkapan mengeluh ini
membuat teradu terancam muka positifnya. Karena tindakan pengadu
tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi
masyarakat luas terganggu.
Tuturan mengeluh yang disampaikan oleh pengadu menggunakan
strategi on record. Hal ini buktikan pada kalimat: “Ternyata, tak satu pun
wahana indoor bisa dinikmati….”. Tindakan tersebut mengakibatkan
masyarakat mengetahui kondisi teradu yang dikeluhkan. Strategi on record
ini dipilih karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku
konsumen lebih tinggi daripada teradu. Hal ini dikarenakan pengadu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
sebagai pengunjung memiliki kekuasaan atas hak sebagai konsumen yang
harus dipenuhi oleh pihak teradu sehingga teradu harus memenuhi
kewajibannya atas pelayanan yang baik dan memuaskan sehingga tidak
terjadi lagi kekecewaan yang dialami pengunjung di Jatim Park.
Disamping itu, penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka
teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa pengadu
merasa kesal. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu
akan memenuhi keinginan pengadu. Sebab jika tidak kepercayaan
konsumen terhadap teradu akan berkurang.
33) Konteks Peristiwa :
Bapak Rachmat Agustono dari Bentul Merisi Selatan,
Surabaya meminta penjelasan BAF dan ACA atas nasib
kendaraan yang hilang pada 4 Desember 2009.
Bentuk Tuturan :
Selama proses tersebut, saya masih diwajibkan membayar
cicilan untuk Januari dan Februari. Secara logika, konsumen
kok masih diwajibkan membayar motor yang jelas sudah
hilang karena masih menunggu proses.
(RPM/Jumat/08-01-2010/12a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Rachmat Agustono
adalah termasuk tindakan ‟mengeluh‟, hal ini dapat dibuktikan pada
tuturan Bapak Rachmat Agustono yang mengeluhkan, “……. konsumen
kok masih diwajibkan membayar motor yang jelas sudah hilang ….”.
Tindakan mengeluh ini termasuk tindakan yang dapat mengancam muka
positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan
teradu agar dihargai atau disenangi oleh masyarakat luas terganggu.
Maksudnya adalah tindakan mengeluh mengenai konsumen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
motornya hilang masih diwajibkan untuk membayar, sehingga tindakan ini
memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap
teradu.
Guna menyelamatkan muka teradu, pengadu menggunakan strategi
kesopanan positif, khususnya pada strategi 13, yaitu memberikan atau
meminta alasan. Ini dibuktikan pada tuturan pengadu yang meminta alasan
konsumen kok masih diwajibkan membayar jelas kendaraan hilang.
Tujuan pengadu mengungkapkan tindakan penyelamatan muka adalah
untuk mengurangi perasaan kurang senang terhadap teradu. Tindakan
penyelamatan muka teradu ini diperlukan karena pengadu biasanya
berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang harmonis
dengan teradu.
34) Konteks Peristiwa :
Hermin merasakan ketidaknyamanan saat melewati Jl.
Panglima Sudirman tepatnya trotoar sepanjang arah Jl.
Sonokembang sampai depan gedung Intilan Tower Surabaya.
Bentuk Tuturan :
Alangkah tidaknyamannya pejalan kaki di jalan tersebut.
Sebab, masih banyak selokan yang menganga, paving
yang hilang, serta jalan yang tidak merata. Kondisi itu
sangat berbeda dengan sisi jalan di seberangnya.
(RPM/Senin/11-01-2010/15a)
Pada tuturan (34) merupakan tindakan yang dapat mengancam
muka positif teradu, karena tindakan tersebut merupakan tindakan
„mengeluh‟. Tindakan mengeluh ini dapat dibuktikan pada tuturan yang
berbunyi “Alangkah tidaknyamannya pejalan kaki di jalan tersebut.
Sebab, masih banyak selokan yang menganga, paving yang hilang, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
jalan yang tidak merata …..”. Pengadu mengeluhkan kondisi jalan yang
tidak nyaman dilewati pengguna jalan, hal ini dikarenakan banyak selokan
yang menganga, paving yang hilang, serta jalan yang tidak rata.
Tindakan mengeluh ini dapat mengancam muka positif teradu.
Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar
dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan
Bapak Hermin ini mengeluhkan Jl. Sonokembang rusak parah akibat
selokan yang mengangga, paving yang hilang, serta jalan yang tidak
merata sehingga tindakan ini memperlihatkan bahwa pengadu memberi
penilaian negatif terhadap teradu, yaitu pemerintah yang terkait dengan
pembangunan jalan kurang perhatian. Pengadu menggunakan strategi on
record dalam mengungkapkan keluhannya. Tindakan tersebut
mengakibatkan masyarakat luas mengetahui secara langsung kondisi
teradu yang dikeluhkan oleh pengadu.
Keluhan itu diungkapkan secara tegas, lugas, terus terang tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu. Strategi on record ini dipilih
oleh pengadu karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku
masyarakat lebih tinggi daripada teradu yang menjadi pengayom
masyarakat. Penggunaan strategi on record ini, pengadu tanpa berupaya
menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk
mengungkapkan bahwa keluhannya tersebut memberi penilaian negatif
terhadap teradu, akibat dari kurang perhatiannya pemerintah terhadap
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pemerintah
akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak,
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan berkurang. Pengadu
menggunakan strategi on record ini bertujuan untuk mengungkapkan
penilaian negatifnya terhadap pemerintah sehingga masyarakat luas
mengetahui hal tersebut secara terang-terangan. Dari tuturan diharapkan
pemerintah segera merespon dan menanggapi keluhan masyarakat.
35) Konteks Tuturan :
Bapak Djadi Pranoto mengkomplain Puri Surya Jaya yang
tidak memenuhi janji kontrak yang sudah ditandatangani.
Bentuk Tuturan :
Kami sangat kecewa terhadap kualitas bangunan dan
pelayanan purnajual yang diberikan oleh Puri Surya
Jaya. Pelayanan seperti itu kepada customer sangat kami
sayangkan, seakan apa yang kami alami tidak berarti apa-apa,
bahkan mungkin tidak pernah tersampaikan kepada pimpinan
sehingga kami diabaikan begitu saja.
(RPM/Kamis/14-01-2010/20a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Djadi Pranoto
merupakan ungkapan ‟keluhan‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya Bapak
Djadi Pranoto yang berbunyi ”Kami sangat kecewa terhadap kualitas
bangunan dan pelayanan purnajual yang diberikan oleh Puri Surya
Jaya.” Dari tuturan itu diketahui bahwa pengadu merasa kecewa atas
kualitas bangunan rumah di Puri Surya Jaya serta pelayanannya yang
kurang.
Tindakan mengeluh ini dapat mengancam muka positif teradu.
Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan
Bapak Djadi Pranoto ini mengeluhkan pihak Puri Surya Jaya atas kualitas
bangunan dan pelayanannya yang tidak penuhi janji sehingga membuat
pihak Puri Surya Jaya ini terganggu untuk disenangi dan dihargai oleh
pengadu akibat dari tindakan mengeluh ini. Pengadu menggunakan strategi
on record dalam mengungkapkan keluhannya. Tindakan tersebut
mengakibatkan masyarakat luas mengetahui kondisi pengadu yang
mengeluhkan pihak Puri Surya Jaya yang tidak penuhi janji kontrak yang
sudah ditandatangani keduabelah pihak.
Keluhan itu diungkapkan secara tegas, lugas, terus terang tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu. Strategi on record ini dipilih
oleh pengadu karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku
konsumen lebih tinggi daripada teradu. Penggunaan strategi on record ini,
pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, karena dianggap
lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa keluhannya tersebut memberi
penilaian negatif terhadap teradu, akibat tidak penuhi janji kontrak yang
sudah ditandatangani dan kecewa terhadap kualitas bangunan. Pengadu
beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak Puri Surya Jaya akan
berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan Puri Surya Jaya akan berkurang.
36) Konteks Peristiwa :
James Lim sebagai penumpang Sriwijaya Air merasa
dirugikan karena jadwal untuk Surabaya-Semarang (PP)
berkali-kali ditunda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Bentuk Tuturan :
Saya mengalami hal tidak menyenangkan dengan
Sriwijaya Air. Saya pesan tiket dengan kode booking
HXBNV untuk Sby-Smrg PP. Semula, saya pesan untuk
Rabu-Kamis PP (13-14 Januari 2010). Tetapi, sebelum pergi,
Selasa (12/1) saya di-SMS Sriwijaya bahwa ada reschedule
untuk Kamis (dimajukan). Saya lantas mengatur jadwal agar
bisa pulang Jumat.
Kemudian, pada Rabu pagi saya ke Bandara Juanda. Tetapi,
lagi-lagi Sriwijaya menunda penerbangannya. Semula
dijadwal berangkat pukul 09.40, tapi ditunda menjadi pukul
12.00. Oke, saya sabar menunggu. Namun, beberapa jam
kemudian, penerbangan ditunda lagi menjadi pukul 14.00.
Padahal, saya memiliki janji berobat dengan dokter di
Semarang pukul 15.00. Saya merasa dirugikan waktu dan
materi mengingat saya juga sudah booking hotel di sana.
(RPM/Jumat/15-01-2010/22a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak James Lim merupakan
ungkapan „keluhan‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi
“Saya mengalami hal tidak menyenangkan dengan Sriwijaya Air.”
………” Saya merasa dirugikan waktu dan materi mengingat saya juga
sudah booking hotel di sana.” Tindakan mengeluh ini dapat mengancam
muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan
keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu.
Maksudnya adalah tindakan Bapak James Lim ini mengeluhkan bahwa
pihak Sriwijaya Air berkali-kali menunda penerbangan sehingga
merugikan pengadu karena merasa dirugikan waktu dan materi yang sudah
booking hotel sehingga tindakan ini memperlihatkan bahwa pengadu
memberi penilaian negatif terhadap teradu, yaitu pihak Sriwijaya Air
dianggap merugikan konsumen akibat dari jadwal penerbangan berkali-
kali ditunda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Pengadu menggunakan strategi on record dalam mengungkapkan
keluhannya. Tindakan tersebut mengakibatkan masyarakat luas
mengetahui kondisi pengadu yang dirugikan oleh pihak teradu. Keluhan
itu diungkapkan secara tegas, lugas, terus terang tanpa berupaya
menyelamatkan muka teradu. Strategi on record ini dipilih oleh pengadu
karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku konsumen lebih
tinggi daripada teradu. Kekuasaan ini dapat diukur dari hak yang dimiliki
oleh pengadu sebagai konsumen harus dipenuhi oleh teradu sebagai
produsen yang menyediakan jasa penerbangan seperti Sriwijaya Air.
Penggunaan strategi on record ini, pengadu tanpa berupaya
menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk
mengungkapkan bahwa keluhannya tersebut memberi penilaian negatif
terhadap teradu, akibat dari penundaan penerbangan sehingga merugikan
waktu dan materi pengadu. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara
tersebut Sriwijaya Air akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab,
jika tidak, kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan penerbangan
khususnya Sriwijaya Air akan berkurang.
37) Konteks Peristiwa :
Bapak Hedi Pramuktiono mengalami hal-hal yang yang tidak
menyenangkan karena tagihan dibebani biaya overlimit.
Bentuk Tuturan :
Saya mengalami hal-hal sangat tidak menyenangkan
karena tagihan dibebani biaya overlimit.
Namun, alangkah terkejut saya, pada billing Januari 2010
saya dikenai overlimit fee Rp 50.000 atas tagihan bulan lalu
sejumlah Rp 2.971.000, padahal tertulis pemakaian masih di
bawah limit. Saya telepon call Mandiri, dijawab overlimit
dikenakan karena kami bertransaksi di hari yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Oke, saya bayar billing pada tanggal jatuh tempo, yaitu
11 Januari, plus overlimit fee dengan hati gondok.
(RPM/Kamis/04-02-2010/33)
Pada tuturan yang sampaikan oleh Bapak Hedi Pramuktiono adalah
ungkapan ‟mengeluh‟, yaitu mengeluhkan tagihannya telah dibebani biaya
overlimit. Tindakan mengeluh ini termasuk tindakan yang dapat
mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut
menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain
terganggu. Maksud dari tindakan mengeluh ini memperlihatkan bahwa
pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu.
Guna menyelamatkan muka teradu, pengadu menggunakan strategi
kesopanan positif, khususnya pada strategi 5, yaitu mencari kesepakatan.
Ini dibuktikan pada tuturan pengadu yang mencari kesepakatan yaitu dapat
dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “Oke, saya bayar billing pada
tanggal jatuh tempo, yaitu 11 Januari, plus overlimit fee dengan hati
gondok. Tujuan pengadu mengungkapkan tindakan penyelamatan muka
adalah untuk mengurangi perasaan kurang senang terhadap teradu.
Tindakan penyelamatan muka teradu ini diperlukan karena pengadu
biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang
harmonis dengan teradu.
Data lain yang menunjukkan tindakan „mengeluh‟ dapat dilihat
pada nomor kode sebagai berikut.
(RPM/Senin/04-01-2010/3a), (RPM/Kamis/28-01-2010/29a),
(RPM/Selasa/2-02-2010/30), (RPM/Jumat/19-02-2010/47a),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
(RPM/Selasa/23-02-2010/53a), (RPM/Selasa/02-03-2010/56a),
(RPM/Rabu/03-03-2010/58a), (RPM/Sabtu/06-03-2010/59),
(RPM/Sabtu/20-02-2010/61a), (RPM/Sabtu/13-03-2010/66a),
(RPM/Senin/15-03-2010/67b), (RPM/Rabu/17-03-2010/68b),
(RPM/Kamis/18-03-2010/69). (RPM/Senin/22-02-2010/52a),
(RPM/Rabu/31-03-2010/79a).
3. Tindakan ’Mengkritik’ dan Strategi On Record
Dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturan-
tuturan pengadu yang menyatakan mengkritik. Mengkritik adalah
menyatakan kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya atau pendapat,
mengemukakan kritik (KBBI, 2007:601). Jadi tindakan mengkritik ini
adalah tindakan pengadu menyatakan kecaman atau tanggapan, kadang-
kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil
karya atau pendapat, mengemukakan kritik kepada teradu. Tindakan
mengkritik ini dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan
pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara
dominan mengancam muka positif teradu.
Hal ini dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan
keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maka
dari itu tindakan mengkritik tersebut dapat mengancam muka positif
teradu, maka pengadu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai
tindakan mengkritik kepada teradu dengan menggunakan strategi-strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
tertentu untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Mengkritik
dikategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
38) Kontek Peristiwa :
Ibu Nurul Hayati kecewa pada Minggu 14 Februari 2010,
membeli obat di Apotek Tengger 3, tapi harga obat di atas
harga eceran tertinggi (HET)
Bentuk Tuturan :
Kalau ini diteruskan mending HET dihapus saja karena
konsumen sangat dirugikan. Toh, tidak ada sanksi lagi
mereka yang melanggar (kalau saya tidak salah).
(RPM/Selasa/16-02-2010/41b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Nurul Hayati merupakan
tindakan ‟mengkritik‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi
”Kalau ini diteruskan mending HET dihapus saja karena konsumen
sangat dirugikan. Toh, tidak ada sanksi lagi mereka yang melanggar
(kalau saya tidak salah).” Tindakan mengkritik ini menyatakan kecaman
terhadap harga obat yang jauh di atas harga HET, yang disertai dengan
uraian bahwa konsumen dirugikan dan tidak ada sanksi mereka yang
melanggar maka Ibu Nurul Hayati mengkritik supaya HET dihapus saja.
Tindakan mengkritik ini dapat mengancam muka positif teradu.
Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar
dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Pengadu menggunakan
strategi on record dalam mengungkapkan kritikannya. Tindakan tersebut
mengakibatkan masyarakat luas mengetahui kondisi pengadu yang
dirugikan oleh pihak teradu. Kritikan ini diungkapkan secara tegas, lugas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
terus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu. Strategi on
record ini dipilih oleh pengadu karena dalam konteks tersebut kekuasaan
pengadu selaku konsumen lebih tinggi daripada teradu.
Penggunaan strategi on record ini, pengadu tanpa berupaya
menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk
mengungkapkan bahwa kritikannya memberi penilaian negatif terhadap
teradu, akibat dari harga obat di atas HET. Akibat dari harga obat di atas
harga eceran tertinggi ini membuat konsumen dirugikan. Oleh karena itu
pengadu membuat kritikan supaya harga eceran tertinggi dihapus saja
karena ini sama saja menipu konsumen dan tidak ada sanksi mereka yang
melanggarnya. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak
teradu akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak,
kepercayaan konsumen akan berkurang.
4. Tindakan ’Menghina’ dan Strategi Off Record
Tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu adalah
tindak tutur menghina. Menghina adalah merendahkan, memandang
rendah (hina) nama baik orang, menyingung perasaan orang seperti
memaki-maki atau menistakan (KBBI, 2007:402). Jadi tindakan menghina
dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini adalah pengadu
menyatakan dan memandang rendah (hina) nama baik teradu, sehingga
menyingung perasaan teradu seperti memaki-maki.
Tindakan menghina ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal
ini dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Dalam tindakan
menghina tersebut dapat mengancam muka positif teradu, maka pengadu
mengungkapakan tuturan-tuturannya mengenai tindakan menghina kepada
teradu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi
ancaman muka positif teradu. Menghina dikategorikan ke dalam tindak
tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh
berikut.
39) Konteks Peristiwa :
Rombongan dari Club Vespa Pecinta Alam yang bermaksud
melihat dari dekat koleksi tanaman di Kebun Raya
Purwodadi. Loketnya dalam keadaan buka, tapi pengujung
dilarang masuk.
Bentuk Tuturan :
Saat kami menanyakan alasannya, di jawab tutup begitu saja.
Jadi, saat itu Kebun Raya Purwodadi dalam keadaan “buka,
tapi tutup”. Kebun Raya yang semestinya menjadi wahana
menambah ilmu pengetahuan menjadi terkesan “angker”
sekaligus “tertutup”.
(RPM/Selasa/19-01-2010/24)
Pada tuturan yang diungkapkan oleh Bapak Puji Wahyono
merupakan tindakan ‟menghina‟. Pengadu memandang rendah kalau
kebun Raya Purwodadi ini angker. Kata angker ini diungkapkan oleh
pengadu untuk menyalurkan rasa kekesalannya terhadap kebun Raya
Purwodadi yang seenaknya menolak mentah-mentah rombongan Club
Vespa Pencinta Alam yang ingin berkunjung di kebun Raya Purwodadi
dengan alasan sudah tutup.
Tindakan menghina tersebut dapat mengancam muka positif
teradu. Hal ini dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu.
Maksudnya adalah tindakan penghinaan tersebut telah memperlihatkan
bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu yaitu
menganggap kebun Raya Purwodadi ini terkesan “angker”. Kata terkesan
digunakan pengadu untuk mengaburkan penghinaan terhadap teradu
karena tuturan tersebut mengandung makna presuposisi yaitu „belum tentu
kebun Raya Purwodadi ini angker karena kebun Raya ini sering kali
digunakan wahana menambah ilmu pengetahuan‟.
Strategi off record digunakan pengadu dalam mengungkapkan
penghinaannya terhadap teradu. Hal ini dibuktikan pada ungkapan dari
pengadu, yaitu pada kata “terkesan”. Tepatnya pada strategi 3, yaitu
presuposisi. Tujuan dari tuturan-tuturan pengadu ini untuk menyamarkan
penghinaan dan untuk menyelamatkan muka teradu secara langsung akibat
dari penghinaannya itu.
B. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Teradu
dalam Surat Tanggapan beserta dengan Tujuannya
Sebuah lembaga, perusahaan, bank, rumah sakit atau individu yang
diadukan secara terbuka dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos
citra diri atau mukanya akan terancam, baik muka positif maupun muka negatif.
Secara umum, muka yang terancam adalah muka positif karena melalui surat
tersebut masyarakat umum menjadi tahu bahwa lembaga, perusahaan, bank,
rumah sakit atau individu tersebut bermasalah. Dalam konteks tersebut, mereka
mempunyai dua pilihan, yaitu tidak menanggapi atau menanggapi aduan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Jika cara pertama yang dilakukan, mereka tidak terancam mukanya, tetapi
membiarkan masyarakat menyetujui aduan tersebut.
Lembaga layanan masyarakat seperti bank, rumah sakit, perusahaan
swasta, kondisi seperti itu akan merugikan karena kepercayaan masyarakat atau
konsumen terhadap lembaga layanan masyarakat dapat berkurang. Sebaliknya,
jika cara kedua yang dilakukan, mereka dapat melakukan klarifikasi untuk
membela diri, tetapi ada kemungkinan tanggapan itu akan mengancam muka
penutur sendiri yaitu teradu. Berdasarkan pada data yang diperoleh, ada beberapa
cara yang ditempuh oleh teradu dalam melakukan tanggapan antara lain sebagai
berikut.
Cara pertama adalah menindaklanjuti aduan sesuai dengan yang
diinginkan oleh pengadu. Struktur wacana surat tanggapan tersebut terdiri atas
pengakuan bahwa masalah itu telah diselesaikan, rincian penyelesaian masalah,
dan beberapa dilengkapi dengan permohonan maaf.
Cara kedua yang ditempuh oleh teradu adalah menanggapi masalah yang
diadukan tanpa perincian penyelesaian masalah sehingga pembaca umum tidak
memperoleh informasi bagaimana penyelesaian masalah itu.
Cara ketiga adalah teradu menyelesaikan masalah terlebih dahulu sebelum
mengirim surat tanggapan. Bentuk wacana ini seperti yang terdapat dalam cara
pertama, tetapi di dalam cara ini teradu menambahi bahwa penyelesaian telah
dilakukan pada tanggal tertentu. Berdasarkan hubungan antara tanggal pemuatan
aduan dan tanggal penyelesaian masalah, tampak bahwa penyelesaian masalah
dilakukan segera setelah teradu membaca surat aduan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tiga cara yang digunakan teradu untuk menanggapi surat aduan dari
pengadu di atas dapat diperinci dan dianalisis sesuai dengan persoalan tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu sebagai
berikut.
a. Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Penutur Yaitu Teradu dalam
Surat Tanggapan
Berdasarkan analisis data, dalam surat tanggapan rubrik “Pembaca
Menulis” diperoleh 3 jenis tindakan yang mengancam muka negatif penutur yaitu
teradu yang diungkapkan dalam tindak tutur sebagai berikut antara lain meliputi:
tindakan ucapan terima kasih, melakukan pembelaan, dan melakukan janji.
1. Tindakan ’Ucapan Terima Kasih’ dan Strategi On Record
Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam
muka negatif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan
rubrik ”Pembaca Menulis” berupa tindakan ‟ucapan terima kasih‟. Terima
kasih adalah rasa syukur, mendapat (memperoleh) sesuatu, salah mengaku
bahwa sudah bersalah, atau mengucap syukur, melahirkan rasa syukur atau
membalas budi setelah menerima kebaikan (KBBI, 2007:1183). Tindakan
mengucap rasa terima kasih ini dapat mengancam muka negatif penutur
sendiri, yaitu teradu.
Maka dari itu tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari
pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu,
yaitu mengungkapkan rasa terima kasih terhadap pengadu atas surat
aduannya. Mengucapkan rasa terima kasih ini dapat mengancam muka
negatif teradu, maka teradu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
rasa terima kasih kepada pengadu dengan menggunakan strategi-strategi
tertentu untuk menjaga kepercayaan pengadu terhadap teradu tetap terjaga.
Rasa terima kasih ini dikategorikan ke dalam tindak tutur ekpresif. Untuk
lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut.
40) Konteks Peristiwa :
Permohonan maaf pihak Java Paragon yang diwakili oleh
Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences
yaitu Ibu Santi Manurung terhadap keluhan yang
disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo melalui surat pembaca
yang dimuat Jawa Pos pada 4 Januari 2010.
Bentuk Tuturan :
Atas perhatiannya, kami ucapkan banyak terima kasih”.
(RPM/Kamis/07-01-2010/04c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh pihak Java Paragon yang
diwakili oleh Ibu Santi Manurung yaitu sebagai penutur merupakan
tindakan mengucapkan terima kasih. Tindakan ini dilakukan secara on
record yang mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Hal ini
dikarenakan dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu,
yaitu untuk menjaga kesetiaan dan kepercayaan konsumen tetap terjaga.
Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang
lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena
konsumen merupakan raja yang harus dijaga kesetiaannya untuk tetap
menggunakan produk-produk yang dikeluarkan pihak Java Paragon Hotel
& Residences dalam setiap penginapan. Oleh karena itu penutur yaitu
teradu tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
kepercayaan dan kesetiaannya terhadap konsumen bahwa pihak Java
Paragon Hotel & Residences merespon keluhan dan mengucapkan rasa
terima kasih kepada Bapak Adi Prasetyo atas masukan, kepercayaan, dan
kesetiaanya terhadap Java Paragon Hotel & Residences.
41) Konteks Peristiwa :
Pengelola SPBU Foxstars yang diwakili oleh Bapak Taufan
telah menjawab dan mengucapkan permohonan maaf kepada
Bapak M. Irfan atas keluhannya saat sedang mengisi bensin
di SPBU Foxstar
Bentuk Tuturan :
Kami pengelola SPBU Foxstars mengucapkan terima
kasih kepada Bapak M. Irfan, Sepanjang, Sidoarjo, atas
keluhan yang ditujukan kepada kami.
(RPM/Rabu/27-01-2010/26a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh pengelola SPBU Foxstars
yang diwakili oleh Bapak Taufan merupakan tindakan yang mengucap
terima kasih kepada pengadu atas keluhannya saat mengisi bensin di
SPBU Foxstars. Hal ini terbukti pada tuturannya yang berbunyi “… kami
pengelola SPBU Foxstars mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.
Irfan.” Tindakan mengungkapkan rasa terima kasih ini dilakukan secara
on record yang mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Hal ini
dikarenakan dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu,
yaitu untuk menjaga kepercayaan konsumen tetap terjaga atas kesalahan
petugas SPBU Foxstars yang kurang kosentrasi dan teliti saat melayani
pelanggan sehingga terjadi kesalahan yang membuat pengadu
dipermalukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang
lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena
konsumen merupakan raja yang harus dijaga supaya tetap setia menjadi
pelanggannya. Oleh karena itu penutur yaitu teradu tanpa upaya
menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan dan
kesetiaannya terhadap konsumen bahwa pihak pengelola SPBU Foxstars
telah merespon dan mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak M. Irfan
atas keluhannya.
42) Konteks Peristiwa :
Tanggapan Samsat Bojonegoro yang disampaikan oleh Bapak
H.M. Muchlas Kepala Unit Pelaksana Teknis mengenai
keluhan Bapak Mashud yang menginginkan ada cabang
Samsat di Kecamatan Padangan.
Bentuk Tuturan :
Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih atas
perhatiannya. Kami jelaskan bahwa kami telah membangun
Samsat Payment Point Padangan yang berlokasi di halaman
Kantor Kecamatan Padangan. Fisik bangunan sudah selesai,
tinggal perbaikan-perbaikan kecil yang insya Allah dalam
waktu dekat segera beroperasi.
(RPM/Rabu/03-02-2010/32)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak H.M. Muchlas selaku
Kepala Unit Pelaksana Teknis merupakan tindakan rasa terima kasih, ini
dibuktikan pada tuturannya, yaitu “Pada kesempatan ini, kami sampaikan
terima kasih atas perhatiannya”. Teradu ini mengungkapkan rasa terima
kasihnya kepada pengadu atas keluhannya mengenai keinginan ada cabang
Samsat di Kecamatan Padangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Tindakan mengungkapkan rasa terima kasih ini dilakukan secara
on record yang mengakibatkan muka negatif penutur yaitu teradu
terancam. Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat
aduan dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk
melakukan sesuatu, yaitu mengungkapkan rasa terima kasih terhadap
pengadu atas surat aduannya. Mengucapkan rasa terima kasih ini bertujuan
untuk menjaga kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu
tetap terjaga.
Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang
lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena
konsumen merupakan pelanggan yang harus dijaga kesetiaannya untuk
tetap mengunakan layanan Samsat Payment Point yang merupakan salah
satu produk unggulan publik Pemerintah Provinsi Jatim dalam
memberikan kemudahan bagi pembayaran pajak kendaraan bermotor,
pengesahan STNK, dan SWDKLU di Jawa Timur. Oleh karena itu teradu
tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga
kepercayaan dan kesetiaannya terhadap konsumennya.
43) Konteks Peristiwa :
Penjelasan Bank Mandiri yang disampaikan oleh Bapak
Sukoriyanto Saputro sebagai Corporate Secretary PT Bank
Mandiri (Pesero) atas keluhan Bapak Hedi Pramuktiono.
Bentuk Tuturan :
Kami mengucapkan terima kasih atas masukan yang
disampaikan oleh Bapak Hedi Pramuktiono di Jawa Pos
pada 4 Februari 2010 berjudul Bayar Full, Malah Kena
Denda.
(RPM/Kamis/11-02-2010/34a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Pada tuturan yang Bapak Sukoriyanto Saputro sebagai Corporate
Secretary PT Bank Mandiri (Pesero) merupakan tindakan mengungkapkan
rasa terima kasih, ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu: “Kami
mengucapkan terima kasih atas masukan yang disampaikan oleh Bapak
Hedi Pramuktiono di Jawa Pos pada 4 Februari 2010 berjudul Bayar
Full, Malah Kena Denda”. Tindakan mengungkapkan rasa terima kasih
ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif penutur
yaitu teradu terancam.
Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan
dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu, yaitu mengungkapkan rasa terima kasih terhadap pengadu atas
surat aduannya. Mengucapkan rasa terima kasih ini bertujuan untuk
menjaga kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu tetap
terjaga. Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang
lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena
konsumen merupakan pelanggan yang harus dijaga kesetiaanya untuk
tetap menggunakan kartu kredit Mandiri. Oleh karena itu teradu tanpa
upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan
dan kesetiaannya terhadap konsumennya.
44) Konteks Peristiwa :
Penjelasan RSUD dr Soetomo yang diwakilkan oleh Bapak
Slamet R. Yuwono selaku Direktur RSUD dr Soetomo.
Bentuk Tuturan :
Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian, kritik,
dan saran Saudara atas pelayanan RSUD dr Soetomo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Setelah kami telusuri dan mengadakan rapat yang dihadiri
semua dokter serta perawat terkait, kami simpulkan bahwa
perawat yang bertugas saat itu kurang komunikasi.
(RPM/Jumat/12-02-2010/36)
Pada tuturan yang disampaikan oleh pihak RSUD dr Soetomo yang
diwakilkan oleh Bapak Slamet R. Yuwono selaku Direktur RSUD dr
Soetomo yaitu sebagai penutur merupakan tindakan mengucapkan rasa
terima kasih. Rasa terima kasih ini ditujukan kepada pengadu yaitu Bapak
Masukap yang telah memberikan perhatian, kritik, dan saran atas
pelayanan RSUD dr Soetomo.
Tindakan rasa terima kasih ini dilakukan oleh teradu dengan
menggunakan strategi on record yang mengakibatkan muka negatif teradu
terancam. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan teradu untuk
melakukan sesuatu, yaitu untuk menerima atau menolak aduan yang
disampaikan oleh Bapak Masukap mengenai aduannya sehingga untuk
menjaga kesetiaan dan kepercayaan konsumen tetap terjaga maka pihak
teradu tetap mengucap rasa terima kasih. Dalam konteks ini jarak sosial
antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku
konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan raja yang harus
dijaga kesetiaannya untuk tetap mempercayai RSUD dr Soetomo sebagai
rumah sakit yang telah memberikan pelayanan yang baik bagi para
pasiennya. Oleh karena itu teradu tanpa upaya menyelamatkan muka
negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan dan kesetiaannya terhadap
pasiennya bahwa pihak RSUD dr Soetomo merespon keluhan dan
mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Masukap atas perhatian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
kritik, dan sarannya Bapak Masukap atas pelayanan RSUD dr Soetomo.
Setelah pihak RSUD dr Soetomo menelusuri dan mengadakan rapat yang
dihadiri semua dokter serta perawat terkait, menyimpulkan bahwa perawat
yang bertugas saat itu kurang komunikasi.
Data lain yang menunjukkan tindakan yang mengungkapkan rasa
„terima kasih‟ adalah nomor kode sebagai berikut:
(RPM/Senin/15-02-2010/38a), (RPM/Senin/15-02-2010/38b),
(RPM/Kamis/18-02-2010/40a), (RPM/Selasa/02-03-2010/42),
(RPM/Jumat/05-03-2010/44a), (RPM/Selasa/23-02-2010/46),
(RPM/Kamis/4-03-2010/48b), (RPM/Kamis/18-03-2010/65c),
(RPM/Jumat/26-03-2010/72a), (RPM/Selasa/27-03-2010/76c).
2. Tindakan ’Pembelaan’ dan (Strategi Off Record, On Record)
Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam
muka negatif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan
rubrik ”Pembaca Menulis” berupa tindakan ‟pembelaan‟. Pembelaan
adalah proses, cara, perbuatan merawat atau menjaga baik-baik,
melindungi dan mempertahankan (KBBI, 2007:123). Tindakan melakukan
pembelaan ini dapat mengancam muka negatif penutur sendiri, yaitu
teradu. Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan
dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu, yaitu melakukan pembelaan atas berbagai pengaduan yang
dilakukan oleh pengadu untuk menyelamatkan citra diri teradu. Melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
pembelaan ini dapat mengancam muka negatif teradu, maka teradu
mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai pembelaan atas aduan
kepada pengadu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk
menjaga kepercayaan pengadu terhadap teradu sehingga tetap terjaga.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut.
45) Konteks Peristiwa :
Permohonan maaf pihak Java Paragon yang diwakili oleh
Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences
yaitu Ibu Santi Manurung terhadap keluhan yang
disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo melalui surat pembaca
yang dimuat Jawa Pos pada 4 Januari 2010.
Bentuk Tuturan :
Kami sudah menghubungi beliau serta menyelesaikan
permasalahan tersebut.
(RPM/Kamis/07-01-2010/04b)
Pada tuturan yang disampaikan teradu yaitu pihak Public Relation
Manager Java Paragon Hotel & Residences yang diwakili oleh Ibu Santi
Manurung dalam menanggapi keluhan Bapak Adi Prasetyo merupakan
tindakan pembelaan. Dalam surat tanggapan ini teradu melakukan
pembelaan diri. Tindakan ini dapat mengancam muka negatif penutur
yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu yang telah
mengeluhkan dan memberi saran terhadap layanan Apartemen Java
Paragon.
Dalam menanggapi masalah yang diadukan ini teradu
menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague
(menggunakan ungkapan yang samar-samar). Pada tuturan yang
disampaikan oleh pihak teradu yaitu yang berbunyi “kami sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
menghubungi beliau serta menyelesaikan permasalahan tersebut”
merupakan surat tanggapan yang tidak diperinci penyelesaian masalah
sehingga pembaca umum tidak memperoleh informasi bagaimana
penyelesaian tersebut. Pembelaan tersebut dilakukan teradu untuk menjaga
nama baik perusahaan dan menjaga hubungan baik dengan konsumen.
46) Konteks Peristiwa :
Bapak Arif Yulianto sebagai Kepala Divisi Kualitas
Pelayanan PT Bank UOB menjelaskan dan menanggapi
pengaduan yang dilakukan Ibu Ester Lilik Wahyuni tentang
kartu kredit UOB tidak bisa ditutup.
Bentuk Tuturan :
Kami juga telah menghubungi Ibu Ester untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. UOB Buana
berkomitmen memberikan layanan berkualitas dan sangat
menghargai masukan yang diberikan. Nasabah UOB Buana
biasa menghubungi kantor cabang UOB Buana terdekat atau
menghubungi call center kami di nomor 14008 untuk
mendapat layanan.
(RPM/Rabu/27-01-2010/18b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Arif Yulianto sebagai
Kepala Divisi Kualitas Pelayanan PT Bank UOB merupakan tindakan
pembelaan. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “kami juga
telah menghubungi Ibu Ester untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut”. Tindakan pembelaan ini dilakukan oleh penutur dengan
menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague
(menggunakan ungkapan yang samar-samar). Surat tanggapan ini tidak
diperinci penyelesaian masalah sehingga pembaca umum tidak
memperoleh informasi bagaimana penyelesaian tersebut. Pembelaan
tersebut dilakukan teradu untuk menjaga nama baik perusahaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
menjaga hubungan baik dengan konsumen sehingga dilakukan dengan
strategi off record.
Dalam tindakan pembelaan tersebut dapat mengancam muka
negatif penutur yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu.
Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan penutur yaitu teradu
untuk melakukan sesuatu. Maksud dari kebebasan melakukan sesuatu di
sini adalah kebebasan teradu untuk membela diri supaya nama perusahaan
terjaga dari tindakan pengaduan yang dilakukan oleh Ibu Ester Lilik
Wahyuni mengenai kartu kredit UOB tidak bisa ditutup.
47) Konteks Peristiwa :
Bapak Petrush sebagai kepala bagian purnajual Puri Surya
Jaya telah menanggapi dan menjelaskan kepada Bapak Djadi
Pranoto mengenai surat perjanjian jual beli rumah di Puri
Surya Jaya.
Bentuk Tuturan :
Mengenai keberatan tertulis yang diajukan, tidak benar
bahwa keberatan itu tidak mendapat tanggapan.
Beberapa hari setelah keberatan tertulis disampaikan, kami
mengundang Bapak Djadi untuk memeriksa bersama
komplain di lokasi rumah yang dimaksud.
Kami juga telah menghubungi Bapak Djadi untuk
penyelesaian komplain yang bersangkutan dan telah di
terima dengan baik.
(RPM/Sabtu/16-01-2010/21b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Petrush sebagai kepala
bagian purnajual Puri Surya Jaya merupakan tindakan pembelaan diri
terhadap Bapak Djadi Pranoto sebagai pengadu yang mempermasalahkan
mengenai surat perjanjian jual beli rumah di Puri Surya Jaya dan keberatan
tertulis yang diajukan tidak ditanggapi. Tuturan yang membuktikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
teradu mengungkapkan pembelaannya adalah “mengenai keberatan
tertulis yang diajukan, tidak benar bahwa keberatan itu tidak mendapat
tanggapan.” Tindakan pembelaan ini dilakukan penutur secara off record.
Hal ini bertujuan untuk menjaga nama baik perusahaan Purnajual Puri
Surya Jaya mengenai pengaduan konsumennya.
Selain itu terdapat tuturan pembelaan diri yang diungkapkan secara
off record. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”kami juga
telah menghubungi Bapak Djadi untuk penyelesaian komplain yang
bersangkutan dan telah di terima dengan baik.” Tindakan pembelaan ini
dilakukan oleh penutur dengan menggunakan strategi off record tepatnya
pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan ungkapan yang samar-
samar, yaitu telah diterima dengan baik). Surat tanggapan ini tidak
diperinci penyelesaian masalah sehingga pembaca umum tidak
memperoleh informasi bagaimana penyelesaian tersebut. Pembelaan
tersebut dilakukan teradu untuk menjaga nama baik perusahaan dan
menjaga hubungan baik dengan konsumen sehingga dilakukan dengan
strategi off record.
Dalam tindakan pembelaan tersebut dapat mengancam muka
negatif penutur yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu.
Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan penutur yaitu teradu
untuk melakukan sesuatu. Maksud dari kebebasan melakukan sesuatu di
sini adalah kebebasan teradu untuk membela diri supaya nama perusahaan
terjaga dari tindakan pengaduan yang dilakukan oleh Bapak Djadi Pranoto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
48) Konteks Peristiwa :
Pihak Sriwijaya Air menjelaskan dan menanggapi keluhan
Bapak James Lim yang diwakili oleh Bapak Ery Soehaeri
sebagai Distric Manager Sriwijaya Air.
Bentuk Tuturan :
Izinkan kami menyampaikan penjelasan atas tulisan
Bapak di harian Jawa Pos, 15 januari 2010. Pada 14
Januari 2010, kami melaksanakan perubahan jadwal terbang
karena faktor cuaca di Bandara Udara Internasional Sultan
Hasanuddin, Makassar, yang menghentikan sementara
seluruh kegiatan penerbangan sampai pukul 11.30 Wita.
(RPM/Jumat/23-01-2010/23b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Ery Soehaeri sebagai
Distric Manager Sriwijaya Air merupakan tindakan pembelaan diri
terhadap Bapak James Lim sebagai pengadu yang mengadukan persoalan
penundaan penerbangan pesawat Sriwijaya Air sehingga pengadu ini
merasa dirugikan waktu dan materi. Tuturan yang membuktikan bahwa
teradu mengungkapkan pembelaannya adalah “Izinkan kami
menyampaikan penjelasan atas tulisan Bapak di harian Jawa Pos, 15
januari 2010.”
Tindakan pembelaan ini dilakukan penutur secara on record.
Tindakan ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka
negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan
teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu untuk menjaga nama baik
perusahaan sehingga pihak Sriwijaya Air melakukan pembelaan secara on
record maka akan diperoleh kepercayaannya mengenai kejujurannya
perihal faktor cuaca di Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin,
Makassar maka kegiatan penerbangan ditunda. Dalam konteks ini jarak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu
selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen harus dijaga kesetiaannya
untuk tetap menggunakan jasa penerbangan Sriwijaya Air. Oleh karena itu
teradu tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga
kepercayaan dan kesetiaannya terhadap penumpang Sriwijaya Air
sehingga merespon pengaduan dan menjelaskan sebab akibat dari
penundaan penerbangan sekaligus melakukan pembelaan.
49) Konteks Peristiwa :
Penjelasan Bank Central Asia sehubungan dengan keluhan
Ibu Titik Endayani yang diwakili oleh Senior Manager PT
Bank Central Asia yaitu Ibu Dwi Narini.
Bentuk Tuturan :
Dapat kami informasikan bahwa petugas BCA telah
menjelaskan permasalahan yang disampaikan oleh Ibu
Titik pada 16 Februari 2010 dan permasalahan telah
diselesaikan dengan baik.
(RPM/Jumat/05-03-2010/44b)
Pada tuturan yang disampaikan teradu yaitu pihak Bank Central
Asia yang diwakili oleh Senior Manager PT Bank Central Asia yaitu Ibu
Dwi Narini mengenai keluhan Ibu Titik Endayani yang tidak punya kartu
kredit tapi ada tagihannya. Dalam surat tanggapan ini teradu melakukan
pembelaan diri. Tindakan ini dapat mengancam muka negatif penutur
yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu yang telah
mengeluhkan bahwa ada tagihan rekening kartu kredit sebanyak dua kali
padahal pengadu belum pernah menerima, mengaktifkan, dan melakukan
transaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Dalam menanggapi masalah yang diadukan ini teradu
menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague
(menggunakan ungkapan yang samar-samar). Pada tuturan yang
disampaikan oleh pihak teradu yaitu yang berbunyi “petugas BCA telah
menjelaskan permasalahan yang disampaikan oleh Ibu Titik pada 16
Februari 2010 dan permasalahan telah diselesaikan dengan baik”.
Tindakan pembelaan ini merupakan surat tanggapan yang tidak diperinci
penyelesaian masalah dengan jelas sehingga pembaca umum tidak
memperoleh informasi bagaimana penyelesaian tersebut. Pembelaan
tersebut dilakukan teradu untuk menjaga nama baik perusahaan dan
menjaga hubungan baik dengan konsumen.
Data lain yang menunjukkan tindakan „pembelaan‟ adalah data
dengan nomor kode sebagai berikut.
(RPM/Kamis/4-03-2010/48a), (RPM/Kamis/04-03-2010/55a),
(RPM/Sabtu/10-04-2010/60), (RPM/Kamis/18-03-2010/65b),
(RPM/Kamis/25-03-2010/70a), (RPM/Selasa/27-03-2010/76b).
3. Tindakan ’Melakukan Janji’ dan (Strategi On Record,, Off Record)
Melakukan janji adalah mengerjakan (menjalankan) ucapan yang
menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat, persetujuan antara
kedua pihak (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu (KBBI, 2007:458). Tindakan
melakukan janji ini dapat mengancam muka negatif penutur sendiri, yaitu
teradu. Maka dari itu tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu,
yaitu melakukan janji terhadap pengadu atas surat aduannya.
Melakukan janji ini dapat mengancam muka negatif teradu, maka
teradu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai janji-janji kepada
pengadu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga
kepercayaan pengadu terhadap teradu tetap terjaga. Melakukan janji ini
dikategorikan ke dalam tindak tutur komisif. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
50) Konteks Peristiwa :
Kantor Pos Jombang menjawab keluhan Bapak M. Zakki
yang diwakili oleh Humas Kantor Pos yaitu Bapak Zainal
Hamid.
Bentuk Tuturan :
Prinsipnya, Bapak Zakki sangat mendukung sistem pola
antrean karena berdampak pada ketertiban. Hanya, beliau
menyarankan untuk lebih meningkatkan kecepatan proses per
transaksi, sehingga pelanggan tidak harus menunggu terlalu
lama. Saran itu merupakan komitmen kami untuk terus
berupaya meningkatkan kualitas pelayanan demi
kepuasan pelanggan.
(RPM/Kamis/18-02-2010/40b)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Zainal Hamid selaku
Humas Kantor Pos merupakan tindakan melakukan janji, yaitu
menyatakan kesanggupan dan kesediaan untuk melakukan sesuatu.
Kesanggupan dan kesediaan yang akan dilakukan teradu ini adalah
kesanggupan untuk meningkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan
pelanggan. Tindakan teradu ini yang melakukan janji kepada pengadu atas
pengaduannya mengenai pelayanan Kantor Pos yang mengecewakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
sehingga pihak Kantor Pos membuat janji untuk berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. Ini dibuktikan pada tuturan
teradu yaitu pihak Kantor Pos yang diwakili oleh Bapak Zainal Hamid
yang berbunyi “komitmen kami untuk terus berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan”. Tindakan melakukan
janji ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif
penutur yaitu teradu terancam.
Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan
dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan
sesuatu, yaitu melakukan kesanggupan dan kesediaan meningkatkan
pelayanan Kantor Pos bertujuan untuk menjaga kesetiaan dan kepercayaan
konsumen tetap terjaga sehingga tetap memilih jasa pengiriman barang
lewat Kantor Pos Jombang.
Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang
lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena
konsumen memiliki hak perlindungan konsumen dan suatu produk tanpa
konsumen tak ada gunanya, jadi konsumen dianggap lebih tinggi daripada
teradu. Oleh karena itu pelanggan harus dijaga kesetiaanya untuk tetap
mengunakan layanan Kantor Pos Jombang dalam jasa pengiriman barang
sehingga pihak Kantor Pos berupaya meningkatkan kualitas pelayanan
demi kepuasan pelanggan.
51) Konteks Peristiwa :
Bapak Agus selaku Owner Elite Cell telah menjawab keluhan
Bapak Sujarwo mengenai proses garansi servis HP Nexcom
yang memerlukan waktu lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Bentuk Tuturan :
Itu dapat kami jadikan masukan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kami kepada pelanggan.
(RPM/Kamis/18-03-2010/65d)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Agus selaku Owner
Elite Cell merupakan tindakan melakukan janji, ini dibuktikan pada
tuturannya, yaitu: “kami jadikan masukan untuk lebih meningkatkan
pelayanan kami kepada pelanggan.” Tindakan melakukan janji ini
mengakibatkan muka negatif penutur yaitu teradu terancam. Hal ini
dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari pengadu
ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu
melakukan janji untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
Bentuk tuturan yang disampaikan teradu adalah off record, tepatnya pada
strategi 12, yaitu be vague (menggunakan kata-kata samar). Dari tuturan
teradu tersebut dilakukan secara samar-samar dalam melakukan janjinya
yaitu secara tidak langsung teradu mengucapkan kalau saran dan kritik
dari pengadu ini dijadikan kesediaan atau kesanggupan teradu untuk lebih
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
Tindakan melakukan janji ini untuk menjawab keluhan pengadu
atas surat aduannya yang merasa kecewa terhadap pelayanan servis HP
Nexcom. Melakukan janji kepada pengadu ini bertujuan untuk menjaga
kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu tetap terjaga.
Jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah
pengadu selaku konsumen, karena konsumen merupakan pelanggan yang
harus dijaga kesetiaannya untuk tetap menggunakan Hp Nexcom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
b. Tindakan yang Mengancam Muka Positif Penutur Yaitu Teradu dalam
Surat Tanggapan
Berdasarkan analisis data, dalam surat tanggapan rubrik “Pembaca
Menulis” diperoleh 2 jenis tindakan yang mengancam muka positif penutur antara
lain terdiri atas tindakan meminta maaf, dan mengakui kesalahan.
1. Tindakan ’Meminta Maaf’ dan Strategi On Record
Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam
muka positif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan
rubrik ”Pembaca Menulis” berupa tindakan ‟meminta maaf‟. Meminta
maaf adalah mudah-mudahan, moga-moga diberi maaf atau berkata-kata
supaya diberi atau mendapatkan maaf (KBBI, 2007:746).
Tindakan meminta maaf ini dapat mengancam muka positif teradu
sendiri sebagai penutur. Hal ini dikarenakan tindakan teradu ingin dihargai
atau disenangi orang lain terganggu akibat dari tindakan meminta maaf.
Dalam tindakan meminta maaf tersebut dapat mengancam muka positif
teradu, maka teradu mengungkapkan tuturan-tuturannya dengan
menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga kepercayaan
pengadu terhadap teradu. Meminta maaf dikategorikan ke dalam tindak
tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh
berikut.
52) Konteks Peristiwa :
Permohonan maaf pihak Java Paragon yang diwakili oleh
Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences
yaitu Ibu Santi Manurung terhadap keluhan yang
disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo melalui surat pembaca
yang dimuat Jawa Pos pada 4 Januari 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Bentuk Tuturan :
“…… kami menyampaikan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan yang terjadi.”
(RPM/Kamis/07-01-2010/04a)
Pada tuturan (52) yang diungkapkan oleh pihak Java Paragon
merupakan tindakan permohonan maaf kepada pengadu yaitu Bapak Adi
Prasetyo. Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka positif
teradu sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut
menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain
terganggu. Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan
on record.
Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu
beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan
pengadu atas keluhannya. Pada tuturan meminta maaf yaitu “…… kami
menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi” .
Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu yang bertujuan
untuk menjaga kepercayaan konsumen.
53) Konteks Peristiwa :
Bapak Arif Yulianto sebagai Kepala Divisi Kualitas
Pelayanan PT Bank UOB menjelaskan dan menanggapi
pengaduan yang dilakukan Ibu Ester Lilik Wahyuni tentang
kartu kredit UOB tidak bisa ditutup.
Bentuk Tuturan :
Kami menyampaikan permohonan maaf kepada Ibu
Ester atas ketidaknyamanan yang dialami.
(RPM/Rabu/27-01-2010/18a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Arif Yulianto sebagai
Kepala Divisi Kualitas Pelayanan PT Bank UOB ini merupakan tindakan
permohonan maaf terhadap Ibu Ester Lilik Wahyuni sebagai pengadu
perihal kartu kredit UOBnya tidak bisa ditutup. Tindakan permohonan
maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri. Hal ini
dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut menyebabkan
keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu.
Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan on record.
Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu
beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan
pengadu atas pengaduannya mengenai kartu kredit UOBnya tidak bisa
ditutup. Hal ini dibuktikan pada tuturan permohonan maaf yang berbunyi
”.... kami menyampaikan permohonan maaf kepada Ibu Ester atas
ketidaknyamanan yang dialami”. Permohonan maaf ini dilakukan untuk
menjaga kepercayaan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pihak
teradu secara langsung mengungkapkan permohonan maaf terhadap
pengadu.
54) Konteks Peristiwa :
Pihak Sriwijaya Air menjelaskan dan menanggapi keluhan
Bapak James Lim yang diwakili oleh Bapak Ery Soehaeri
sebagai Distric Manager Sriwijaya Air.
Bentuk Tuturan :
Kami sekaligus menyampaikan permohonan maaf
sebesar-besarnya atas penundaan penerbangan rute
Surabaya-Semarang-Surabaya pada 13-14 Januari 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
(RPM/Jumat/23-01-2010/23a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Ery Soehaeri selaku
Distric Manager Sriwijaya Air ini merupakan tindakan permohonan maaf
terhadap Bapak James Lim sebagai pengadu perihal keluhan penundaan
penerbangan rute Surabaya-Semarang-Surabaya pada 13-14 Januari 2010.
Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka positif teradu
sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut
menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain
terganggu. Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh penutur dengan
on record.
Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu
beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan
pengadu atas keluhannya mengenai penundaan penerbangan. Hal ini
dibuktikan pada tuturan permohonan maaf yang berbunyi “kami
sekaligus menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya atas
penundaan penerbangan rute Surabaya-Semarang-Surabaya pada 13-
14 Januari 2010.” Permohonan maaf ini dilakukan untuk menjaga
kepercayaan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pihak teradu
secara langsung mengungkapkan permohonan maaf terhadap pengadu.
55) Konteks Peristiwa :
Pengelola SPBU Foxstars yang diwakili oleh Bapak Taufan
elah menjawab dan mengucapkan permohonan maaf kepada
Bapak M. Irfan atas keluhannya saat sedang mengisi bensin
di SPBU Foxstar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Bentuk Tuturan :
Dengan tanggapan ini, kami selaku pengelola SPBU
Foxstars mohon maaf yang sebesar-besarnya dan semoga
masukan Bapak M. Irfan bisa menjadi cermin bagi kami
untuk melayani lebih baik sesuai misi dan visi SPBU kami.
(RPM/Rabu/27-01-2010/26c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Taufan ini merupakan
tindakan permohonan maaf terhadap Bapak M. Irfan sebagai pengadu atas
keluhannya mengenai rasa kecewa dan malu saat beli bensin di SPBU
Foxstar diteriaki belum bayar oleh petugas SPBU. Tindakan permohonan
maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri. Hal ini
dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut menyebabkan
keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu.
Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan on record.
Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu
beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan
pengadu atas keluhannya mengenai beli bensin di SPBU Foxstar diteriaki
belum bayar. Teradu melakukan tindakan permohonan maaf guna menjaga
kepercayaan terhadap konsumennya. Hal ini dibuktikan pada tuturan
permohonan maaf yang berbunyi ”dengan tanggapan ini, kami selaku
pengelola SPBU Foxstars mohon maaf yang sebesar-besarnya”.
Permohonan maaf ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan
kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung
mengungkapkan permohonan maaf terhadap pengadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
56) Konteks Tuturan :
Kantor Pos Jombang menjawab keluhan Bapak M. Zakki
yang diwakili oleh Humas Kantor Pos yaitu Bapak Zainal
Hamid.
Bentuk Tuturan :
Kami atas nama manajemen PT Pos Indonesia (Persero),
kantor Pos Jombang mohon maaf atas ketidaknyamanan
(RPM/Kamis/18-02-2010/40c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Zainal Hamid selaku
Humas Kantor Pos ini merupakan tindakan permohonan maaf terhadap
Bapak M. Zakki sebagai pengadu yang mengeluhkan kekecewaannya
terhadap layanan Kantor Pos yang tidak bersahabat dan tidak memuaskan
sama sekali. Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka
positif teradu sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu
tersebut menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang
lain terganggu.
Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan on
record. Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu
beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan
pengadu atas keluhannya mengenai pelayanan Kantor Pos Jombang yang
sangat mengecewakan sehingga teradu melakukan tindakan permohonan
maaf guna menjaga kepercayaan terhadap konsumennya. Hal ini
dibuktikan pada tuturan permohonan maaf yang berbunyi ”kami atas
nama manajemen PT Pos Indonesia (Persero), kantor Pos Jombang
mohon maaf atas ketidaknyamanan”. Permohonan maaf ini dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
untuk menjaga kepercayaan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu
pihak teradu secara langsung mengungkapkan permohonan maaf terhadap
pengadu.
Data lain yang menunjukkan tindakan „meminta maaf‟ adalah data
dengan nomor kode sebagai berikut.
(RPM/Jumat/05-03-2010/44c), (RPM/Kamis/04-03-2010/55b),
(RPM/Kamis/18-03-2010/65a), (RPM/Kamis/25-03-2010/70b),
(RPM/Jumat/26-03-2010/72b), (RPM/Selasa/27-03-2010/76a).
2. Tindakan ‟Mengakui Kesalahan’ dan Strategi On Record
Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam
muka positif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan
rubrik ”Pembaca Menulis” adalah berupa tindakan ‟mengakui kesalahan‟.
Mengakui kesalahan adalah mengakui perihal salah, kekeliruan, kealpaan
(KBBI, 2007:983).
Tindakan mengakui kesalahan ini dapat mengancam muka positif
teradu sendiri sebagai penutur. Hal ini dikarenakan tindakan teradu ingin
dihargai atau disenangi orang lain terganggu akibat dari tindakan
mengakui kesalahannya. Tindakan mengakui kesalahan tersebut dapat
mengancam muka positif teradu, maka teradu mengungkapkan tuturan-
tuturannya dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga
kepercayaan pengadu terhadap teradu. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan pada contoh berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
57) Konteks Peristiwa :
Bapak Petrush sebagai kepala bagian purnajual Puri Surya
Jaya telah menanggapi dan menjelaskan kepada Bapak Djadi
Pranoto mengenai surat perjanjian jual beli rumah di Puri
Surya Jaya.
Bentuk Tuturan :
Betul bahwa dalam surat perjanjian pengikatan jual beli
tercantum bahwa masa pembangunan rumah adalah 10
bulan. Serah terima rumah baru dapat dilakukan 14 bulan
kemudian (bukan 16 bulan seperti yang ditulis Bapak Djadi)
karena terkendala banyaknya permintaan perubahan desain
dan kerja tambah yang diminta pembeli sendiri. Misalnya,
perubahan struktur atap, perubahan tampak depan rumah,
perubahan kloset (sampai 3 kali perubahan), dan permintaan-
permintaan perubahan lain. Kontraktor tidak bisa
melanjutkan pembangunan rumah sebelum mendapatkan
persetujuan mengenai perubahan tersebut dari pembeli.
(RPM/Sabtu/16-01-2010/21a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Petrus ini merupakan
tindakan mengakui kesalahan, ini dibuktikan pada tuturannya “betul
bahwa dalam surat perjanjian pengikatan jual beli tercantum bahwa
masa pembangunan rumah adalah 10 bulan”. Kata „betul‟ ini secara
langsung membenarkan tuturan Bapak Djadi Pranoto yang mengeluhkan
surat perjanjian pengikatan jual beli tercantum bahwa masa pembangunan
rumah adalah 10 bulan tapi dalam kenyataannya pihak Puri Surya Jaya
ingkar janji. Tindakan mengakui kesalahan yang dilakukan oleh teradu
dapat mengancam muka positif penutur sendiri. Hal ini dikarenakan
tindakan mengakui kesalahan penutur yaitu teradu menyebabkan
keinginan dirinya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu.
Karena teradu dianggap telah berbuat salah terhadap pengadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Tindakan mengakui kesalahan ini dilakukan oleh penutur dengan
on record. Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan mengakui kesalahan ini lebih mudah untuk
menarik perhatian konsumennya. Teradu beranggapan bahwa dengan cara
itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya
mengenai pihak Puri Surya Jaya telah mengingkari kesepakatan yang telah
dibuat sehingga teradu mengungkapkan kesalahannya ini berguna untuk
menjaga kepercayaan terhadap konsumennya. Oleh karena itu pihak teradu
secara langsung mengungkapkan pengakuan bersalahnya terhadap
pengadu.
58) Konteks Peristiwa :
Pihak Sriwijaya Air menjelaskan dan menanggapi keluhan
Bapak James Lim yang diwakili oleh Bapak Ery Soehaeri
sebagai Distric Manager Sriwijaya Air.
Bentuk Tuturan :
Pesawat yang kami gunakan untuk tujuan Semarang adalah
pesawat dari Makassar. Kami sangat merasakan
kekecewaan dan ketidaknyamanan Bapak atas
penundaan tersebut, sehingga merugikan Bapak. Demikian kami sampaikan penjelasan ini. Atas perhatian
Bapak, kami ucapkan terima kasih.
(RPM/Jumat/23-01-2010/23c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Ery Soehaeri sebagai
Distric Manager Sriwijaya Air, merupakan tindakan „mengakui
kesalahan‟, ini dibuktikan pada tuturanya yang berbunyi “kami sangat
merasakan kekecewaan dan ketidaknyamanan Bapak atas penundaan
tersebut, sehingga merugikan Bapak”. Seolah-olah pihak Sriwijaya Air
telah mengakui kesalahan mengenai penundaan penerbangan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
pihak pengadu merasakan kekecewaan, ketidaknyamanan, dan merugikan
Bapak James Lim. Tindakan pengungkapan rasa bersalah ini dapat
mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan mengakui
kesalahan penutur yaitu teradu menyebabkan keinginan dirinya untuk
dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Karena teradu dianggap telah
berbuat salah terhadap pengadu.
Tindakan mengakui kesalahan ini dilakukan oleh teradu dengan on
record. Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan mengakui kesalahan ini lebih efisien. Teradu
beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan
pengadu atas keluhannya mengenai pihak Sriwijaya Air telah melakukan
penundaan penerbangan berkali-kali sehingga pihak pengadu merasakan
kekecewaan, dan rasa tidak nyaman. Mengakui kesalahan ini berguna
untuk menjaga kepercayaan terhadap konsumennya. Oleh karena itu pihak
teradu secara langsung mengungkapkan rasa bersalahnya terhadap
pengadu.
59) Konteks Tuturan :
Pengelola SPBU Foxstars yang diwakili oleh Bapak Taufan
telah menjawab dan mengucapkan permohonan maaf kepada
Bapak M. Irfan atas keluhannya saat sedang mengisi bensin
di SPBU Foxstar
Bentuk Tuturan :
Setelah kami konfirmasikan pada operator yang
bersangkutan, memang benar pada Selasa 19 Januari
2010, operator kami menerima uang Bapak M. Irfan
dengan bukti rekaman CCTV di area SPBU.
(RPM/Rabu/27-01-2010/26b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Taufan selaku
pengelola SPBU Foxstar ini merupakan tindakan „mengakui kesalahan‟,
ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “memang benar pada
Selasa 19 Januari 2010, operator kami menerima uang Bapak M. Irfan
dengan bukti rekaman CCTV di area SPBU”. Dari pernyataan ini
disimpulkan bahwa pihak pengelola SPBU Foxstar telah mengakui
kesalahannya yaitu ditegaskan dengan penggunaan kata „memang benar‟.
Kata „memang benar‟ ini diungkapkan untuk meluruskan persoalan kalau
pihak operator SPBU telah menerima uang dari Bapak M. Irfan dengan
bukti rekaman CCTV di area SPBU.
Tindakan mengakui kesalahan ini dapat mengancam muka positif
teradu. Hal ini dikarenakan tindakan mengakui kesalahan penutur yaitu
teradu menyebabkan keinginan dirinya untuk dihargai atau disenangi
orang lain terganggu. Karena teradu dianggap telah berbuat salah terhadap
pengadu. Tindakan mengakui kesalahan ini dilakukan oleh penutur dengan
on record. Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan mengakui kesalahan ini lebih mudah. Teradu
beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan
pengadu atas keluhannya mengenai pengelola SPBU Foxstar telah
melakukan kesalahan yaitu meneriaki pengadu belum bayar sehingga
membuat pengadu malu. Padahal sebelumnya pengadu sudah bayar, hal ini
dapat dibuktikan dengan CCTV maka dengan bentuk on record teradu
telah mengakui kesalahannya. Mengakui kesalahan ini berguna untuk
menjaga kepercayaan terhadap konsumennya sehingga dapat tetap setia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
dengan SPBU Foxstar. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung
mengungkapkan rasa bersalahnya terhadap pengadu.
60) Konteks Peristiwa :
Merespon keluhan Bapak Budi Santoso mengenai LCD Acer
yang bermasalah. Tanggapan itu disampaikan oleh PR
Spesialist Acer Group Indonesia yaitu Ibu Astrid Warsito
Bentuk Tuturan :
Kami sampaikan bahwa Acer akan mengganti LCD jika
terdapat lebih dari empat cacat piksel pada layar setelah
dibagi menjadi sembilan bagian atau jika terdapat satu
cacat piksel pada bagian tengah layar. Semakin tinggi
resolusi LCD display, semakin tinggi jumlah minimum cacat
piksel yang berlaku. Cacat produksi itu dapat disebabkan oleh
proses manufaktur: saat itu sangat dimungkinkan terjadi cacat
piksel atau gagal tidak dapat diperbaiki dan dapat terjadi pada
siklus hidup/umur dari LCD itu sendiri.
(RPM/Senin/22-02-2010/50)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Astrid Warsito selaku PR
Spesialist Acer Group merupakan tindakan „mengakui kesalahan‟, hal ini
dapat dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “kami sampaikan
bahwa Acer akan mengganti LCD jika terdapat lebih dari empat cacat
piksel pada layar setelah dibagi menjadi sembilan bagian atau jika
terdapat satu cacat piksel pada bagian tengah layar”. Dari pernyataan
dalam surat tanggapan tersebut dijelaskan bahwa pihak Acer secara tidak
langsung bertanggung jawab atas kesalahannya yaitu mengganti LCD
akibat dari cacat produksi tapi dengan syarat terdapat lebih dari empat
cacat piksel pada layar setelah dibagi menjadi sembilan bagian atau jika
terdapat satu cacat piksel pada bagian tengah layar. Tindakan mengakui
kesalahan ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
tindakan mengakui kesalahan penutur yaitu teradu menyebabkan
keinginan dirinya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu.
Karena teradu dianggap telah berbuat salah terhadap pengadu.
Bentuk tuturan yang disampaikan teradu adalah off record,
tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan kata-kata samar).
Dari tuturan teradu tersebut dilakukan secara samar-samar dalam
mengungkapkan rasa bersalahnya dengan menuturkan kalau teradu akan
bertanggung jawab atas kerusakan LCD akibat dari cacat produksi.
Tindakan mengakui kesalahan ini untuk menjawab keluhan
pengadu atas surat aduannya yang merasa kecewa terhadap LCD yang
baru dibelinya cacat produksi. Mengakui kesalahan bertujuan untuk
menjaga kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu tetap
terjaga. Jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah
pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan
pelanggan yang harus dijaga kesetiaanya untuk tetap menggunakan produk
Acer.
Keseluruhan analisis data wacana tuturan dalam penelitian ini, secara
sistematis dapat dilihat dalam penomoran data pada tabel-tabel berikut.
Tabel 1
No. Tindakan yang
Mengancam Muka
Negatif Lawan
Tutur
Strategi yang Digunakan Pengadu
dalam Surat Aduan
Nomor
Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
1. Memerintah → kata
“mohon”.
a. Strategi kesopanan negatif khususnya,
pada strategi 3, yaitu: pessimistic
(bersikap pesimistik) sebagai contoh
dengan menggunakan kata “mohon”.
Tujuannya adalah untuk mengurangi
ancaman muka negatif dan dapat
menunjukkan bahwa pengadu dapat
bersikap sopan dalam berkomunikasi.
(01)
(07b),
(15b),
(11c),
(12b),
(17b),
(20b),
(22b),
(29b),
(37),
(45b),
(51),
(53b),
(56b),
(57b),
(58c),
(61b),
(63),
(67c),
(68a).
2. Meminta → kata
“minta, meminta”.
a. Strategi kesopanan negatif, khususnya
pada strategi 8, yaitu menggunakan
tindak tutur yang sudah lazim atau
sudah menjadi ketentuan sosial yang
(02),
(11a),
(27b),
(49a),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
umum berlaku sebagai contoh dengan
kata “minta”. Tujuan pengadu
menggunakan strategi ini untuk
mengurangi ancaman muka negatif
teradu dan mengharapkan apa yang
diminta dapat disetujui oleh pihak
teradu.
(52b),
(75),
(78).
3. Memberi saran →
kata “menyarankan,
saran”.
a. Strategi kesopanan negatif, khususnya
pada strategi 8, yaitu: menggunakan
tindak tutur yang mengancam muka
(FTA) yang sudah lazim atau sudah
menjadi ketentuan sosial yang umum
berlaku dengan contoh menggunakan
kata “saran”. Tujuannya untuk
mengurangi ancaman muka negatif
teradu dan dapat meningkatkan
layanannya sesuai saran yang telah
diungkapkan oleh pihak pengadu.
(03),
(31).
4. Memberi nasihat→
“menganjurkan”.
a. Strategi kesopanan negatif khususnya
pada strategi 8, yaitu: menggunakan
tindak tutur yang mengancam muka
(FTA) yang sudah lazim atau sudah
menjadi ketentuan sosial yang umum
berlaku dengan contoh menggunakan
(07a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
kata “menganjurkan”. Tujuan pengadu
menggunakan strategi ini untuk
mengurangi ancaman muka negatif
teradu dan apa yang sudah dianjurkan
oleh pengadu dapat dilaksanakan
dengan baik oleh teradu.
5. Bertanya → kata
“apa, bagaimana,
kapan, mengapa”.
a. Strategi kesopanan negatif,
khususnya pada strategi 2, yaitu
menggunakan pertanyaan dengan
partikel tertentu sebagai contoh
“bagaimanakah”. Tujuannya adalah
untuk mengurangi ancaman muka
negatif teradu sehingga apa yang
ditanyakan segera mendapat jawaban
dari teradu.
b. Strategi on record. Tujuannya pengadu
menggunakan strategi ini tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien.
(08),
(27a).
(11b),
(28c),
(41a),
(45a),
(49b),
(57b),
(58b),
(62b),
(64),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
(66b),
(67a),
(69a),
(71),
(73),
(74),
(77),
(79b).
6. Menuntut → kata
“berharap”.
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
menggunakan strategi on record tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien.
(19),
(25),
(35b),
(43),
(47c),
(49b),
(69c).
7. Menagih janji →
“sesuai dengan
janji”.
a. Strategi kesopanan negatif, khususnya
strategi 3. menggunakan pessimistic
(bersikap pesimis), yaitu meragukan
janji-janji yang sudah dijanjikan
sebelumnya. Tujuannya untuk
menyelamatkan muka negatif teradu.
(05)
8. Marah → “ini jelas-
jelas merugikan
saya, sialnya, saya
a. Strategi kesopanan negatif, khususnya
pada strategi 1, yaitu menggunakan
tindak tutur tak langsung. Tujuannya
(09),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
jengkel sekali,
membuat saya
sewot”.
adalah untuk mengurangi ancaman
muka negatif teradu sehingga apa yang
dikesalkan mengaburkan kemarahan
teradu.
b.Strategi on record. Tujuannya pengadu
menggunakan strategi ini tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien.
(10),
(14a),
(16),
(35a),
(54),
(62a).
Tabel 2
No. Tindakan yang
Mengancam Muka
Positif Lawan
Tutur
Strategi yang Digunakan Pengadu
dalam Surat Aduan
Nomor
Data
1. Menuduh →
”dengan seenaknya,
mereka menjarah,
kesannya seperti
dipaksakan”.
a. Strategi kesopanan positif, khususnya
pada strategi 5, yaitu mencari
kesepakatan, tujuannya mengurangi
ancaman muka positif teradu.
b. Strategi on record. Tujuannya tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien
(13)
(14b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
c. Strategi off record. tepatnya pada
strategi 3, yaitu presuposisi dengan
menggunakan kata ”kesannya”
tujuannya untuk mengaburkan tuduhan.
(17b)
2. Mengeluh →
”merasa kecewa,
alangkah
tidaknyamannya,
saya mengalami
hal-hal yang tidak
menyenangkan”.
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
menggunakan strategi ini tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien.
b. Strategi Kesopanan positif, khususnya
pada strategi 13, yaitu memberikan atau
(06),
(15a),
(20a),
(22a),
(29a),
(30),
(47a),
(52a),
(53a),
(56a),
(58a),
(59),
(61a),
(66a),
(67b),
(68b),
(69b),
(79a).
(12a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
meminta alasan, tujuan pengadu
menggunakan strategi ini untuk
mengurangi ancaman muka positif
c. Strategi kesopanan positif, khususnya
pada strategi 5, yaitu mencari
kesepakatan, tujuannya untuk
mengurangi ancaman muka positif
teradu.
(33)
3. Mengkritik →
”kecaman”.
a. Strategi on record, tujuannya tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu.
(41b)
4. Menghina →
”angker”.
a. Strategi off record, tepatnya pada
strategi 3, yaitu presuposisi dengan
menggunakan kata ‟terkesan” ,
tujuannya untuk mengaburkan
penghinaan terhadap teradu.
(24)
Tabel 3
No. Tindakan yang
Mengancam Muka
Negatif Penutur
Strategi yang Digunakan Teradu dalam
Surat Tanggapan
Nomor
Data
1. Ucapan terima
kasih → kata
”terima kasih”.
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
menggunakan strategi ini tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
(04c),
(26a),
(32),
(34),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
cara ini lebih efisien.
(36),
(38a),
(38b),
(40a),
(42),
(44a),
(46),
(48b),
(65c),
(72a),
(76c).
2. Melakukan
Pembelaan →
”menghubungi
pengadu dan sudah
menyelesaikan
masalah”.
a. Strategi off record, tepatnya pada
strategi 12, yaitu be vague
(menggunakan ungkapan samar-samar),
tujuannya untuk membela diri penutur.
b. Strategi on record. Tujuannya pengadu
menggunakan strategi ini tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien.
(04b),
(18b),
(21b),
(44b).
(23b),
(48a),
(55a),
(60),
(65b),
(70a),
(76b).
3. Melakukan janji
a. Strategi on record, tujuannya tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu.
(40b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
b. Strategi off record. tepatnya pada
strategi 12, yaitu be vague
(menggunakan kata-kata samar).
(65d)
Tabel 4
No. Tindakan yang
Mengancam Muka
Negatif Penutur
Strategi yang Digunakan Teradu dalam
Surat Tanggapan
Nomor
Data
1. Meminta maaf →
”permohonan maaf,
mohon maaf”.
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
menggunakan strategi ini tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien.
(04a),
(18a),
(23),
(26c),
(40c),
(44c),
(55b),
(70b),
(72b),
(76a).
2. Mengakui
Kesalahan →
“betul, memang
benar”.
a. Strategi on record, tujuannya tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu
karena dengan cara ini lebih efisien.
b. Strategi off record, tepatnya pada
strategi 12, yaitu be vague
(menggunakan kata samar-samar).
(21a),
(23c),
(26b).
(50)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
BAB V
PENUTUP
Dalam Bab V ini dikemukakan simpulan dan saran. Dalam simpulan
merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.
Berikut merupakan simpulan dari penelitian ini.
A. Simpulan
Sehubungan dengan perumusan dan pembahasan masalah yang telah
disajikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Berikut ini
beberapa yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini.
1. a. Analisis surat aduan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos
terdapat 8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur, yaitu:
(a) tindakan memerintah terdapat 20 data. Pengadu menggunakan strategi
kesopanan negatif khususnya pada strategi 3, yaitu: pessimistic (bersikap
pesimis) tujuannya adalah untuk mengurangi ancaman muka negatif dan
dapat menunjukkan bahwa pengadu dapat bersikap sopan dalam
berkomunikasi; (b) tindakan meminta terdapat 7 data. Pengadu
menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu
menggunakan tindak tutur yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan
sosial yang umum berlaku. Tujuan pengadu menggunakan strategi ini untuk
mengurangi ancaman muka negatif teradu dan mengharapkan apa yang
diminta dapat disetujui oleh pihak teradu; (c) tindakan memberi saran
terdapat 2 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
khususnya pada strategi 8, yaitu menggunakan tindak tutur yang sudah lazim
atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum. Tujuan pengadu
menggunakan strategi ini untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu
dan.dapat meningkatkan layanannya sesuai saran yang telah diungkapkan
oleh pihak pengadu; (d) memberi nasihat terdapat 1 data. Pengadu
menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu
menggunakan tindak tutur yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan
sosial yang umum berlaku. Tujuan pengadu menggunakan strategi ini untuk
mengurangi ancaman muka negatif teradu dan apa yang sudah dianjurkan
oleh pengadu dapat dilaksanakan dengan baik oleh teradu; (e) tindakan
bertanya terdapat 19 data. Dalam data itu, strategi yang digunakan adalah
strategi kesopanan negatif terdapat 2 data dan on record terdapat 17 data.
Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 2,
yaitu menggunakan pertanyaan dan partikel tertentu. Tujuannya adalah
untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu sehingga apa yang
ditanyakan segera mendapat jawaban dari teradu sedangkan on record tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien; (f) tindakan menuntut terdapat 7 data. Pengadu
menggunakan strategi on record. Tujuannya tanpa berupaya menyelamatkan
muka negatif teradu karena ini dianggap lebih efisien dalam
mengungkapkan tuntutannya; (g) tindakan menagih janji terdapat 1 data.
Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya strategi 3,
menggunakan pessimistic (bersikap pesimis), yaitu meragukan janji-janji
yang sudah dijanjikan tapi sampai saat ini belum dilaksanakan oleh teradu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
(h) tindakan marah terdapat 7 data. Dalam data itu, strategi yang digunakan
adalah strategi kesopanan negatif terdapat 1 data dan on record terdapat 6
data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada
strategi 1, yaitu menggunakan tindak tutur tak langsung Tujuannya adalah
untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu sehingga apa yang
dikesalkan mengaburkan kemarahan teradu sedangkan on record tanpa
berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan
cara ini lebih efisien.
b. Analisis surat aduan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos
terdapat 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur, yaitu:
(a) tindakan menuduh terdapat 3 data. Dalam data itu, strategi yang
digunakan adalah strategi kesopanan positif terdapat 1 data, on record
terdapat 1 data, off record terdapat 1 data. Pengadu menggunakan strategi
kesopanan positif khususnya pada strategi 5 yaitu mencari kesepakatan,
tujuannya untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Strategi on
record tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu
menganggap dengan cara ini lebih efisien sedangkan strategi off record
tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi tujuannya untuk mengaburkan
tuduhan terhadap teradu; (b) tindakan mengeluh terdapat 20 data. Dalam
data itu, strategi yang digunakan adalah on record terdapat 18 data dan
strategi kesopanan positif terdapat 2 data. Strategi on record tanpa berupaya
menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan cara ini
lebih efisien. Pengadu menggunakan strategi kesopanan positif gunanya
untuk mengurangi ancaman muka positif teradu khususnya pada strategi 13,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
yaitu memberikan atau meminta alasan dan strategi 5, yaitu mencari
kesepakatan; c) tindakan mengkritik terdapat 1 data. Pengadu menggunakan
strategi on record tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena
dengan cara ini dianggap lebih efisien dalam mengungkapkan kritikan; (d)
tindakan menghina terdapat 1 data. Pengadu menggunakan strategi off
record tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi dengan menggunakan kata
terkesan tujuannya untuk mengaburkan penghinaan terhadap teradu.
2. a. Analisis surat tanggapan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa
Pos terdapat 3 jenis tindakan yang mengancam muka negatif penutur, yaitu
(a) ucapan terima kasih terdapat 15 data. Teradu menggunakan strategi on
record. Tujuannya tanpa berusaha menyelamatkan muka dirinya sendiri
karena dengan cara ini dianggap lebih efisien dalam mengungkapkan rasa
terima kasih kepada teradu atas surat aduaanya; (b) tindakan melakukan
pembelaan terdapat 11 data. Strategi yang digunakan teradu adalah strategi
off record terdapat 4 data dan strategi on record terdapat 7 data. Strategi off
record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (mengaburkan ungkapan
samar-samar) tujuannya untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu
dalam melakukan pembelaan; (c) tindakan melakukan janji terdapat 2 data.
Teradu menggunakan strategi off record terdapat 1 data tepatnya pada
strategi 12, yaitu be vague (mengaburkan ungkapan samar-samar) tujuannya
untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu dan strategi on record
terdapat 1 data tujuannya tanpa menyelamatkan muka teradu sendiri.
b. Analisis surat tanggapan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa
Pos terdapat 2 jenis tindakan yang mengancam muka positif penutur, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
(a) tindakan meminta maaf terdapat 11 data. Teradu menggunakan strategi
on record. Tujuannya tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu sendiri
sehingga tindakan minta maaf ini diharapakan dapat menyelamatkan
kepercayaan pengadu terhadap teradu; (b) tindakan mengakui kesalahan
terdapat 4 data. Teradu menggunakan strategi on record terdapat 3 data
tujuannya tanpa menyelamatkan muka teradu sendiri dan strategi off record
terdapat 1 data tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (mengaburkan
ungkapan samar-samar) tujuannya untuk mengurangi ancaman muka negatif
teradu.
Dari penelitian ini dapat ditarik inferensi mengapa strategi on record banyak
dijumpai dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos daripada
strategi-strategi lain seperti strategi off record, kesopanan negatif, dan
kesopanan positif. Hal ini dikarenakan dalam tindakan pengaduan warga
Surabaya dan sekitarnya secara umum dalam bertutur cenderung berterus
terang (apa adanya tanpa basa-basi) ini dipengaruhi oleh koran harian Jawa
Pos terletak di Jawa Timur. Dari temuan-temuan di atas dapat dilihat bahwa
hasil-hasil penelitian ini ternyata signifikan, hal ini berarti hipotesis
penelitian ini diterima bahwa cara mengungkapkan tindakan pengaduan ini
lebih berterus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka dan dianggap
dengan strategi ini lebih efisien. Perilaku pengaduan ini jika dikaitkan ke
perilaku berbahasa, ke tata perilaku, ke kebiasaan, ke struktur sosial, ke
kebudayaan, dan ke pandangan hidup terlihat, walaupun tidak terlalu jelas.
Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa pandangan dunia suatu masyarakat
itu secara tidak langsung tercermin pada perilaku berbahasa warganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
B. Saran
Penelitian ini berusaha menyajikan tentang tindakan pengancaman muka
dan strategi kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki
dalam melakukan penelitian ini karena keterbatasan waktu, ruang, dan
pengetahuan. Maka dari itu kajian pragmatik belum bisa penulis kaji secara
mendalam. Penulis mengharapkan yang akan datang dapat dilakukan penelitian
lanjutan yang lebih mendalam dan bervariasi mengenai FTA atau tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan Brown dan Levinson.
top related