tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan akad tabarru’ di...
Post on 08-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD TABARRU’
DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Jurusan Mu’amalah
Oleh
ROKHANINGSIH 2103104
FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2008
ii
ABSTRAK
Akad yang mendasari kontrak asuransi kerugian syari'ah adalah akad tabarru’. Dalam akad ini, pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu dalam bentuk kontribusi atau premi tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari orang yang menerima kontribusi atau premi tersebut. Dalam konteks akad asuransi syari’ah, tabarru’ bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu di antara sesama peserta takaful (asuransi syariah) apabila di antara mereka yang mendapat musibah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji: 1. Bagaimana pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang. 2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Pengumpulan data menggunakan interview, dokumentasi dan observasi. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, bertujuan untuk kebaikan dan tolong menolong bukan semata-mata untuk tujuan komersial. Dana ini diberikan peserta dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu di antara sesama peserta takaful yang mendapat musibah. Dana klaim diambil dari rekening dana tabarru’ yang dipotongkan dari rekening tabungan peserta sesuai kesepakatan.
Menurut hukum Islam, pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful Keluarga Semarang, tidak mengandung unsur gharar, maisir dan riba. Sebab pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful Keluarga Semarang telah memenuhi persyaratan di antaranya jumlah premi, jangka waktu, akad, bagi hasil, sumber klaim jelas, serta atas kesepakatan kedua belah pihak (penanggung dan tertanggung). Di samping itu, pada zaman sekarang ini akad tabarru’ sangat dibutuhkan masyarakat untuk saling membantu sesama manusia khususnya umat muslim.
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi
materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain
atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak
berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang
dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 15 Januari 2008 Penulis, ROKHANINGSIH NIM : 2103104
iv
M O T T O
مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله آمثل حبة أنبتت سبع سنابل في آل سنبلة مائة حبة والله يضاعف لمن
)261: البقرة (يشاء والله واسع عليم
Artinya: ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir:
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah : 261).
v
PERSEMBAHAN
Skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang” penulis persembahkan kepada :
Puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat, rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Keluargaku (ayahanda Edy Warsito dan Ibunda Sayini) tercinta, yang telah melahirkan, membesarkan, yang tidak pernah lelah dengan do’anya serta yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, perhatian yang tulus dan tak henti-hentinya memberikan restu dan doa serta motivasi kepada penulis.
Kakak dan adikku tercinta (Mas Rochmat, Mbak April dan adikku Wahyuningsih, Roni Hidayat) yang selalu memberikan semangat.
Teman-teman kost Jelita, terima kasih teman kalian yang telah memberiku warna berbeda dalam hidupku selalu ada dalam liku maupun dukaku.
Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2003 (Iim, Oka, Meni, Atic, Zenab, Pipin) terima kasih kawan kaliah yang telah memberi semangat dan membuat dalam menyelesaikan skripsi.
vi
KATA PENGANTAR
بــسـم اهللا الرحــمـن الرحــيـم
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad
Tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang”
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S.1) dalam jurusan Mu’amalah di Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang Jawa Tengah.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad saw, keluarga, sahabat-sahabat serta orang-orang mukmin yang
senantiasa setia jadi pengikutnya.
Selanjutnya dengan segenap kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis
sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan rasa terima kasih tak
terhingga kepada :
1. Drs. H. Muhyiddin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Drs. Maksun, M.Ag dan Drs. Wahab Zaenuri, M.M. selaku pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam materi skripsi ini.
vii
3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari'ah yang telah mencurahkan ilmunya
selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo
Semarang.
4. Segenap pegawai perpustakaan Fakultas Syari'ah dan IAIN Walisongo atas
pelayanan yang diberikan dalam peminjaman buku.
5. Bapak Kusman Shobari selaku kepala kantor Cabang PT. Asuransi Takaful
Keluarga Semarang beserta staff yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk mengadakan riset di tempatnya.
6. Bapak Abdurrahman sebagai staff keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang, yang dengan ikhlas dan sabar membimbing penulis dalam
penyusunan skrpsi.
7. Ayah dan bunda tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi baik secara
moril maupun materiil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Mas dan Mbak serta adikku tercinta yang selalu memberi motivasi, bimbingan
dan arahan kepada penulis, kebaikan kalian tidak akan pernah penulis lupakan
sepanjang hidup.
9. Keluarga besar Bapak Junaidi dan Ibu Miati yang selalu sabar menggantikan
orang tua selama penulis menyelesaikan perkuliahan.
10. Temah-teman kost Jelita yang selalu menjadi sahabat setia dalam suka
maupun duka (Mbak Inunk, Mbak Anis, Mbak Yuni, Mbak Uus, Mbak Ning,
Mbak Yufi, Mbak Nin, Mbak Tyas, Mbak Priska, Atin, Enca, Dian, Dini,
Nini, Aim, Wida, Nayya).
viii
11. Sahabat-sahabatku mahasiswa MUB 2003 senasib dan seperjuangan dan yang
selalu mengisi sehari-hari dan membantu yang tidak akan aku lupakan
sahabat-sahabat tercinta
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
membantu penulis dalam menyusun skripsi.
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan
yang lebih dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat sekaligus menambah
wawasan dan pengetahuan kita.
Semarang, Januari 2008 Penulis Rokhaningsih NIM. 2103104
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Nota Pembimbing ................................................................................ ii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii
Halaman Abstraksi .............................................................................................. iv
Halaman Deklarasi .............................................................................................. v
Halaman Motto ................................................................................................... vi
Halaman Persembahan ........................................................................................ vii
Halaman Kata Pengantar..................................................................................... viii
Halaman Daftar Isi .............................................................................................. x
Halaman Daftar Tabel ......................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan...................................................................... 6
D. Telaah Pustaka ........................................................................ 7
E. Metode Penelitian .................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 11
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD TABARRU’
A. Pengertian Akad tabarru’ ........................................................ 13
B. Dasar Hukum Akad Tabarru’ .................................................. 16
C. Jenis-jenis Akad Tabarru’........................................................ 20
D. Penerapan Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari'ah.................. 21
BAB III : PELAKSANAAN AKAD TABARRU’ DI PT. ASURANSI
TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
A. Profil PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang..................... 27
B. Struktur Organisasi PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang.................................................................................. 30
C. Jenis-jenis Produk PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang.................................................................................. 31
x
D. Perkembangan PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang ...... 36
E. Pelaksanaan Akad Tabarru di PT. Asuransi Takaful
Keluarga Semarang .................................................................. 41
BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD TABARRU’ DI PT. ASURANSI
TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru’ di PT.
Asuransi Takaful Keluarga Semarang....................................... 49
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad
Tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang ............ 53
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................ 61
C. Penutup..................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang mempunyai aturan universal mengatur
tentang segala aspek kehidupan umat manusia, baik dalam bidang ibadah
maupun dalam bidang muamalat. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam
selalu dapat berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat Islam
selalu mengajarkan kepada pemeluknya agar dalam menempuh hidupnya ini
mereka dapat menyesuaikan dengan aturan-aturan syari'atnya. Kesemuanya itu
dalam rangka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dengan
berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya
jangkau dan daya atur yang universal, artinya meliputi segenap aspek
kehidupan umat manusia dan selalu ideal untuk masa lalu, kini dan yang akan
datang. Salah satu bukti bahwa Al-Qur'an dan sunnah tersebut mempunyai
daya jangkau dan daya atur yang universal dapat dilihat dari segi teksnya yang
selalu tepat dalam kehidupan aktual.1
Dalam abad modern ini, umat Islam dihadapkan pada berbagai
masalah ekonomi, sebagai akibat dari perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Suatu problem yang amat berat dirasakan oleh
umat Islam dewasa ini adalah berhadapan dengan sistem ekonomi
kontemporer yang bebas nilai, yakni sistem ekonomi kapitalis, sosialis dan
1Suharwardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm. 1
2
komunis. Sistem ekonomi kontemporer itu bila dihadapkan dengan prinsip
ekonomi Islam sangat berlawanan, sebab sistem ekonomi Islam mengandung
nilai-nilai serta norma-norma illahiah, yang secara keseluruhan mengatur
kepentingan ekonomi individu dan masyarakat.2
Dari berbagai persoalan yang aktual dan dibicarakan dunia Islam
dewasa ini adalah persoalan asuransi. Asuransi sebagai lembaga keuangan non
bank, terorganisir secara rapi dalam bentuk sebuah perusahaan yang
berorientasi pada aspek bisnis kelihatan nyata pada era modern. Bersamaan
dengan semangat revolusi industri dikalangan masyarakat barat, banyak
tuntutan untuk mengadakan sebuah langkah proteksi terhadap kegiatan atau
aktivitas ekonomi. Sehingga secara psikologi, ketenangan dan ketenteraman
dapat dinikmati selama melakukan aktifitas ekonomi, disamping resiko yang
selama ini dikhawatirkan dapat dihindari atau paling tidak diminimalisir
menjadi sesuatu yang tidak memberatkan jika suatu hari nantinya
mendapatkan kerugian dalam aktivitas ekonomi.
Pada hakekatnya secara teoritis semangat yang terkandung dalam
sebuah lembaga asuransi tidak bisa dilepaskan dari semangat sosial dan saling
tolong-menolong antara sesama manusia.3 Secara historis, fenomena diatas
sudah ada bersama adanya manusia.
Perkembangan asuransi dalam sejarah Islam sudah lama terjadi. Istilah
yang digunakan tentunya berbeda-beda, tetapi masing-masing memiliki
2Chuzaimah Tyanggo dan HA. Hafiz Ansharg, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
Cet. Ke-3, Jakarta: LSIK, hlm. 115 3A. M. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, dan Praktis, Cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 7
3
kesamaan, yaitu adanya pertanggungan oleh sekelompok orang untuk
menolong orang lain yang berada dalam kesulitan.
Konsep asuransi Islam berasaskan konsep takaful yang merupakan
perpaduan rasa tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta. Kata takaful
berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kafala yakfulu. Ilmu tashrif atau
sharaf memasukkan kata takaful ke dalam kelompok bina muta'adi yaitu
tafaa'alaa yang artinya saling menanggung atau saling menjamin. Untuk itu
harus ada suatu persetujuan dari para peserta takaful untuk memberikan
sumbangan keuangan sebagai derma (tabarru') karena Allah semata dengan
niat membantu sesama peserta yang tertimpa musibah seperti: kematian,
bencana, dan sebagainya.
Dengan demikian, falsafah asuransi Islam adalah penghayatan
terhadap semangat saling bertanggung jawab. Kerja sama dan perlindungan
dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Demi tercapainya kesejahteraan umat
dan masyarakat umumnya.
Sebagai makhluk yang lemah, manusia harus senantiasa sadar, bahwa
keberadaannya tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau
sesamanya.4
Ruang lingkup usaha asuransi meliputi usaha jasa keuangan dengan
cara menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi.
Asuransi juga memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai
jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu
4Wirdyaningsih, et. al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, cet. ke-1, Jakarta, Prenada
Media, 2005, hlm. 224-230
4
peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.
Secara prinsipil kajian ekonomi Islam selalu mengedepankan asas
keadilan, tolong menolong, menghindari kezaliman, Pengharaman riba, serta
menghilangkan unsur gharar. Maka dari sini, bisa ditarik garis paralel
terhadap prinsip-prinsip yang harus ada dalam sebuah institusi asuransi
syari'ah. Sebab, asuransi syari'ah secara teoritis masih menginduk kepada
kajian ekonomi Islam secara umum. Disamping prinsip dasar di atas yang
harus dipenuhi oleh lembaga asuransi syari'ah, yaitu harus mengembangkan
sebuah manajemen asuransi secara mandiri, terpadu, profesional serta tidak
menyalahi aturan dasar yang telah digariskan dalam syariat Islam.
Dari sini, asuransi syari'ah mengemban tugas agar melakukan
pembersihan unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syari'ah terhadap praktek
yang dijalankan oleh asuransi konvensional. Nilai-nilai seperti materialistis,
individualistis, kapitalis, harus dihapuskan, sebagai gantinya dimasukkan
semangat keadilan, kerja sama dan saling tolong menolong.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992,
pengertian asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung kepada
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan; atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
5
yang dipertanggungkan.5
Akad yang mendasari kontrak asuransi kerugian syari'ah adalah akad
tabarru'. Dalam akad ini, pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu
dalam bentuk kontribusi atau premi tanpa ada keinginan untuk menerima
apapun dari orang yang menerima kontribusi atau premi tersebut.
Dengan didasarkannya kontrak asuransi syari'ah (kerugian) atas akad
tabarru', perusahaan tidak diharuskan memberikan sesuatu kepada peserta.6
Dalam konteks akad dalam asuransi syari'ah, tabarru' bermaksud
memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu
diantara sesama peserta takaful (asuransi syari'ah) apabila ada diantara yang
mendapat musibah. Dana lain yang diberikan diambil dari rekening dana
tabarru' yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi peserta
asuransi syari'ah, untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong-
menolong. Karena itu dalam akad tabarru', pihak yang memberi dengan ikhlas
memberikan sesuatu tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari orang
yang menerima.
Akad tabarru' adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebaikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
Dalam akad tabarru' hibah, peserta memberikan hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta lain yang kena musibah. Sedangkan, perusahaan
hanya bertindak sebagai pengelola.
Mendermakan sebagian harta dengan tujuan untuk membantu
5Abdullah Amrin, Asuransi Syari'ah, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006, hlm. 2 6Ibid, hal. 81
6
seseorang dalam menghadapi kesusahan sangat dianjurkan dalam agama
Islam.7
Dari uraian di atas, maka peneliti mengetahui bahwa banyak hal yang
perlu dikaji dalam asuransi. Apakah prinsip-prinsip asuransi yang sesuai
dengan syari'ah benar-benar telah ditetapkan dalam prakteknya?. Peneliti akan
mengkaji masalah di atas dengan cara menganalisis pelaksanaan asuransi
menurut hukum Islam. Peneliti akan mengambil salah satu produk asuransi di
PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang dalam penelitian yang berjudul:
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD
TABARRU' DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka ada beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Permasalahannya
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan Akad Tabarru' di PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan Akad Tabarru'
di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Akad Tabarru' di PT. Asuransi Takaful
7Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari'ah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, Cet. Ke-l, Jakarta: Gema Insani Press, 2004, hlm. 36-37
7
Keluarga Semarang
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan Akad
Tabarru' di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
D. TELAAH PUSTAKA
Telaah yang peneliti gunakan adalah berasal dari buku-buku yang
membahas atau yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang peneliti
kemukakan, diantaranya:
1. "Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (2005)" buku karangan
Wirdyaningsing. Buku ini membahas tentang konsep dasar perasuransian
Islam di Indonesia tidak terlepas dari perilaku umat Islam dalam
memandang kelembagaan yang ada untuk kegiatan muamalahnya.
Prinsip-prinsip asuransi diantaranya saling bertanggung jawab, saling
bekerja sama untuk bantu-membantu, dan saling melindungi dari segala
kesusahan.
2. "Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis dan Praktis (2004)" buku karangan A.M. Hasan Ali.
Buku ini membahas tentang metodologi hukum Islam terhadap masalah
kontemporer, tinjauan umum tentang asuransi dan asuransi dalam
perspektif hukum Islam meliputi, nilai filosofis asuransi syari'ah, landasan,
prinsip dan akad yang membentuk asuransi syari'ah di Indonesia dengan
produk-produknya.
3. "Asuransi Syari'ah" buku karangan Abdullah Amrin. Buku ini membahas
tentang perbedaan antara asuransi syari'ah dan asuransi konvensional,
8
penerapan dan kejelasan jenis akad pada asuransi syari'ah untuk
perusahaan dan para pesertanya harus dimengerti kedua belah pihak agar
sah atau tidaknya muamalah secara syar'i dapat ditentukan.
4. Skripsi berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Asuransi
Jiwa (Analisis Kecelakaan Diri di PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang)" yang disusun oleh Istiqomah (2003). Skripsi ini membahas
tentang pelaksanaan asuransi jiwa, dimana asuransi takaful berkewajiban
memberikan perlindungan terhadap kerugian finansial dan santunan akibat
kecelakaan.
5. Skripsi berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Asuransi
Pengangkutan Uang (Cash in Transit Insurance) (Studi Kasus di PT.
Asuransi Takaful Umum Semarang)" yang disusun oleh Istamaroh (2006).
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan asuransi pengangkutan uang,
apakah prinsip-prinsip asuransi yang sesuai dengan syari'ah benarbenar
telah diterapkan dalam prakteknya. Penelitian juga akan mengambil salah
satu produk asuransi kerugian yang ada di PT. Asuransi Takaful Umum
Semarang.
Dari penelitan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi
tema karya ini belum pernah ada yang membahas dan mengomentari dalam
bentuk karya ilmiah. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk membahas
masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan harapan hasilnya dapat
memperkaya khazanah fiqih Islam pada umumnya dan menambah wawasan
bagi penulis pada khususnya.
9
E. METODE PENELITI AN
Setiap penulisan ilmiah agar dapat mencapai hasil yang baik dan
sistematis, maka harus menggunakan metode penelitian. Adapun metode
penelitian dalam skripsi ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang obyeknya mengenai gejala-gejala, peristiwa-peristiwa, dan
fenomena yang terjadi pada lingkungan suatu unit sosial, baik individu,
kelompok, lembaga atau masyarakat.8 Dalam hal ini obyek penelitiannya
adalah mengenai akad tabarru' pada asuransi syari'ah di PT. Asuransi
Takaful Keluarga Semarang.
2. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud data penelitian yaitu subyek dari mana
data diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2
yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Data primer dalam
penelitian ini adalah data-data yang ada di PT. Asuransi Takaful
Keluarga Semarang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
8Sumadi Surya Brata, Metodologi Penelitian, Cet. Ke-II, Jakarta: Raja Grafindo, 1988, hlm.
22
10
sumber sekunder dan data yang kita butuhkan.9 Dalam hal ini yang
menjadi sumbernya berasal dari laporan-laporan dan buku-buku.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam skripsi ini menggunakan beberapa
teknik, meliputi:
a. Observasi
Yaitu suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan
dengan cara sistematis, dengan prosedur yang terstandar.10 Dalam
hal ini peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan akad tabarru' pada asuransi syari'ah di PT. Asuransi
Takaful Keluarga Semarang.
b. Wawancara (interview)
Upaya memperoleh informasi atau data yang dipergunakan dengan
bertanya langsung kepada responden. Dalam penelitian ini
dilakukan wawancara bebas, terpimpin, yakni wawancara yang
dilakukan secara bebas, dalam arti responden diberi kebebasan
menjawab. Akan tetapi dalam batas-batas tertentu agar tidak
menyimpang dari panduan wawancara yang telah disusun.11
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dengan cara
mengadakan wawancara dengan Bapak Abdul Rahman sebagai staf
9Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Cet. Ke-2, Jakarta: Kencana, Putra
Grafika, 2006, hlm. 122 10Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Cet.
Ke-12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 197 11Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, hlm. 201
11
keuangan yang peneliti anggap berkompeten untuk menjawabnya,
untuk lebih memperdalam data-data yang diperoleh dari observasi.
c. Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya .12 Data-data yang akan dijadikan
sebagai referensi yaitu diantara lain peneliti peroleh dari pihak PT.
Asuransi Takaful Keluarga Semarang.
4. Analisis Data
Dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan
sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala-gejala
tertentu.13 Data yang diperoleh akan dianalisis dan dijabarkan secara
menyeluruh dari fenomena pelaksanaan akad tabarru' pada asuransi.
Sehingga akan diperoleh kesimpulan yang jelas.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas menyeluruh dari penelitian
yang akan dibahas, maka peneliti menggambarkan alur ini sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Telaah Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
12Ibid., hlm. 206 13Conseula G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993, hlm.71
12
BAB II : Tinjauan Umum Akad Tabarru’
Meliputi: Pengertian Akad Tabarru', Dasar Hukum Akad
Tabarru', jenis- jenis Akad Tabarru’, Penerapan Akad Tabarru'
Pada Asuransi Syari'ah
BAB III : Pelaksanaan Akad Tabarru' Pada Asuransi Syarah di PT. Asuransi
Takaful Keluarga Semarang
Meliputi: Profil PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, Struktur
Organisasi PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, Jenis-Jenis
Produk PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, Perkembangan
dan Pelaksanaan Akad Tabarru' Pada Asuransi Syari'ah di PT.
Asuransi Takaful Keluarga Semarang.
BAB IV : Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru’ di PT.
Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Meliputi: Analisis Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru' di PT.
Asuransi Takaful Keluarga Semarang, Analisis Hukum Islam
Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru' di PT. Asuransi
Takaful Keluarga Semarang.
BAB V : Penutup
Meliputi: Kesimpulan dan Saran-saran
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD TABARRU’
A. Pengertian akad Tabarru’
Kata “akad” (Arab : العقد = perikatan, perjanjian dan pemufakatan).1
Menurut terminologi fiqih kata “akad” diartikan sebagai pertalian ijab, yaitu
pernyataan melakukan ikatan dan qabul yang berarti pernyataan penerima
ikatan yang sesuai dengan kehendak syari'at dan berpengaruh pada suatu
perikatan. Sesuai dengan kehendak syari'ah, seluruh perikatan yang dilakukan
pihak-pihak yang terkait dianggap sah apabila sejalan dengan syari'ah,
sedangkan maksud dari berpengaruh pada suatu perikatan berarti terjadinya
perpindahan pemilikan dari satu pihak kepada pihak lain.2
Pengertian tabarru’ itu sendiri : Tabarru’ berasal dari kata tabarraa
ya tabarra’ tabarrauan, yang artinya sumbangan atau derma. Orang yang
menyumbang disebut mutabarri’ (dermawan).niat tabarru’ merupakan
alternatif uang yang sah dan diperkenankan. Tabarru’ bermaksud memberikan
dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain
sesama peserta takaful, ketika di antara mereka ada yang mendapat musibah.
1M. ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: (Fiqh Muamalat), cet. Ke-1,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 101 2Abdullah Amrin, Asuransi Syari'ah : Keberadaan Dan Kelebihannya Di Tengah Asumsi
Konvensional ,Jakarta: Elekmedia Komputindo, 2006, hlm. 31
14
Tabarru’ disimpan dalam rekening khusus, apabila ada yang tertimpa
musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru’ yang sudah
diniatkan oleh sesama takaful untuk saling menolong.3
a. Menurut kamus akad tabarru’ adalah akad pemilikan sesuatu tanpa
‘iwadl/penukaran, seperti : hibah, shadaqah, wasiat dan wakaf.
Tabarru’ merupakan sikap atau perbuatan mencari berkah dari suatu
perbuatan.4
b. Menurut Adiwarman Karim
Akad tabarru’; (gratuitous contract) adalah segala macam
perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba).
Transaksi ini pada hakekatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari
keuntungan komersial. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong
menolong dalam rangka berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr
dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan).
Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak
berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari
akad tabarru’ adalah dari Allah swt, bukan dari manusia.5
c. Menurut Syaikh Husain Hisam
Akad tabarru’ adalah merupakan perwujudan dari ta’awun dan
tadhamun. Dalam akad tabarru’, orang yang menolong dan berderma
3Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan syari'ah, cet. Ke-2, Jakarta: Ekonosia,
2004, hlm. 117 4M. Abdul Mujieb, et.al., Kamus Istilah fiqh, cet. Ke-1, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, hlm.
14 5Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, cet. Ke-2, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004, hlm. 58
15
(mutabarri’) tidak berniat mencari keuntungan dan tidak menuntut
pengganti sebagai imbalan atas pemberiannya.6
Dana tabarru’ adalah dana yang diikhlaskan hanya untuk
mendapatkan pahala dari ridha Allah SWT,7
d. Menurut Mohd. Fadzli Yusuf
Dana tabarru’ boleh digunakan untuk membantu siapa saja yang
mendapat musibah. Tetapi dalam bisnis takaful, karena melalui akad
khusus, maka kemanfaatannya hanya terbatas pada peserta takaful saja.
Dengan kata lain, kumpulan dana tabarru’ hanya dapat digunakan untuk
kepentingan para peserta takaful saja yang mendapat musibah. Sekiranya
dana tabarru’ tersebut digunakan untuk kepentingan lain, ini berarti
melanggar syarat akad.8
e. Menurut Wahbah Az-Zuhaili
Akad tabarru’ adalah bentuk tolong-menolong dalam kebaikan.
Pasalnya setiap peserta membayar kepesertaannya (preminya) secara
sukarela untuk meringankan dampak resiko dan memulihkan kerugian
yang dialami salah seorang peserta asuransi.9
6Abdullah Amrim, Asuransi Syari'ah: Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi
Konvensional, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006, hl, 4-5 7Ibid. 8Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari'ah (Life and General): Konsep dan sistem
Operasional, cet. Ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2004, hlm. 38 9Ibid.
16
B. Dasar Hukum akad Tabarru’
Jumhur ulama mendefinisikan tabarru’ dengan “Akad yang
mengakibatkan pemilikan harta tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang
dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela”
Niat tabarru’ dana kebajikan dalam akad asuransi syari'ah adalah
alternatif yang sah yang dibenarkan oleh syara’ dalam melepaskan diri dari
praktek gharar yang diharamkan oleh Allah swt. Dalam al-Qur'an kata
tabarru’ tidak ditemukan. Akan tetapi, tabarru’ dalam arti dana kebajikan dari
kata al-birr “:kebajikan” dapat ditemukan dalam al-Qur'an :10
ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من ءامن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين وءاتى المال على
اآين وابن السبيل والسائلين وفي حبه ذوي القربى واليتامى والمسالرقاب وأقام الصلاة وءاتى الزآاة والموفون بعهدهم إذا عاهدوا والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا
)177: البقرة (لمتقون وأولئك هم اArtinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al-Baqarah : 177).11
Tabarru’ dalam makna hibah atau pemberian, dapat kita lihat dalam
firman Allah :
10Muhammad Syakir Sula, op. cit., hlm. 35 11Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Kumudaskoro Grafindo,
1994, hlm. 43
17
)4: النساء ... (فإن طبن لكم عن شيء منه نفسا فكلوه...Artinya : “….Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati maka makanlah (ambillah) pemberian itu…” (Qs. An-Nisa : 4)
Menurut jumhur ulama ayat di atas menunjukkan (hukum) adanya
anjuran untuk saling membantu antar sesama manusia. Oleh sebab itu, Islam
sangat menganjurkan seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk
menghibahkannya kepada saudara-saudaranya yang memerlukan.
Dalam konteks akad dalam asuransi syari'ah, tabarru’ bermaksud
memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu
di antara sesama peserta takaful (asuransi syari'ah) apabila ada di antaranya
yang mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari rekening
dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi
peserta asuransi syari'ah untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong-
menolong, karena itu dalam akad tabarru’, pihak yang memberikan dengan
ikhlas memberikan sesuatu tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari
orang yang menerima, kecuali kebaikan dari Allah swt.12
Hal ini berbeda dengan akad mu’awadhah dalam asuransi
(konvensional) di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada orang lain
berhak menerima penggantian dari pihak yang diberinya.
Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebaikan dan tolong menolong bukan semata untuk tujuan komersial.
Dalam akad tabarru’ “hibah”, peserta memberikan hibah yang akan
12Muhammad Syakir Sula, op. cit., hlm. 36
18
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan
perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola.
Mendermakan sebagian harta dengan tujuan untuk membantu
seseorang dalam menghadapi kesusahan sangat dianjurkan dalam agama
Islam. Penderma (mutabarri’) yang ikhlas akan mendapat ganjaran pahala
yang sangat besar, sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur'an ; 13.
بل في آل مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله آمثل حبة أنبتت سبع سنا
)261: البقرة (سنبلة مائة حبة والله يضاعف لمن يشاء والله واسع عليم
Artinya: ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah : 261).14
Allah swt memudahkan daan melapangkan jalan bagi orang-orang
yang senantiasaa menafkahkan sebagian hartanya dijalan Allah.
فأما من أعطى واتقى ، وصدق بالحسنى ، فسنيسره لليسرى ، وأما -5: الليل (من بخل واستغنى ، وآذب بالحسنى ، فسنيسره للعسرى
10( Artinya : Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (Qs. Al-Lail : 5-10).15
13Ibid.hlm.37. 14Departemen Agama RI., op. cit., hlm. 65 15Ibid., hlm. 1067
19
Syaik Husain Hamid Hisan menggambarkan “akad-akad tabarru’
sebagai cara yang disyariatkan Islam untuk mewujudkan ta’awun dan
tadhamun dalam akad tabarru’. Orang yang menolong dan berderma
(mutabarri’) tidak berniat mencari keuntungan dan tidak menuntut
“pengganti” sebagai imbalan dari apa yang telah ia berikan. Karena itulah,
akad-akad tabarru’ ini dibolehkan. Hukumnya dibolehkan karena jika
barang/sesuatu yang di-tabarru’-kan hilang atau rusak di tangan orang yang
diberi derma tersebut (dengan sebab gharar atau jahalah atau sebab lainnya)
maka tidak akan merugikan dirinya. Karena orang yang menerima
pemberian/derma tersebut tidak memberikan pengganti sebagai imbalan
derma yang diterimanya. Contoh misal jika si A diberi sepatu, tetapi sepatu
tersebut belum jelas (gharar misalnya) atau sepatunya rusak atau kekecilan
atau juga sepatunya hilang. maka, ia (si A) tidak merasa rugi sama sekali,
karena ia tidak memberikan pengganti sepatu tersebut. Berbeda dengan akad-
akad mu’awwadah, jika barang yang di-mu’awwadah-kan hilang di tangan
orang yang menerimanya, maka ia akan mengalami kerugian karena ia harus
membayar penggantinya.16
C. Jenis-Jenis Akad Tabarru’
Pada dasarnya, akad tabarru’ ini adalah memberikan sesuatu (giving
something) atau meminjamkan sesuatu (lending something). Dengan demikian
16Muhammad Syakir Sula, op. cit., hlm. 37-38
20
ada 3 (tiga) jenis akad tabarru’ yaitu : (a) Meminjamkan uang (lending), (b)
Meminjamkan jasa kita (lending yourself), dan (c) Memberikan sesuatu
(giving something).
1. Meminjamkan Uang (Lending)
Akad meminjamkan uang ini ada beberapa macam lagi jenisnya,
setidaknya ada 3 (tiga) jenis yaitu sebagai berikut :
a. Bila pinjaman ini diberikan tanpa mengharapkan apapun, selain
mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu maka
bentuk meminjamkan uang seperti ini disebut dengan qard
b. Jika dalam meminjamkan uang ini di pemberi pinjaman mensyaratkan
suatu jaminan dalam bentuk atau jumlah tertentu, maka bentuk
pemberian pinjaman seperti ini disebut dengan rahn.
c. Suatu bentuk pemberian pinjaman uang, dimana tujuannya adalah
untuk mengambil alih piutang dari pihak lain. Bentuk pemberian
pinjaman uang dengan maksud seperti ini disebut hiwalah.17
2. Meminjamkan Jasa (Lending Yourself)
Seperti akad meminjamkan uang, akad meminjamkan jasa juga
terbagi menjadi 3 jenis. Bila kita meminjamkan “diri kita” (yakni jasa
keahlian/ketrampilan) saat ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang
lain, maka hal ini disebut wakalah. Karena kita melakukan sesuatu atas
nama orang yang kita bantu tersebut. Maka sebenarnya kita menjadi wakil
orang itu. Itu sebabnya akad ini diberi nama wakalah.
17Adiwarman aswar Karim, op. cit., hlm. 69
21
Selanjutnya, bila akad wakalah ini kita rinci tugasnya, yakni bila
kita menawarkan jasa kita untuk menjadi wakil seseorang, dengan tugas
menyediakan jasa custody (penitipan, pemeliharaan), maka bentuk
peminjaman jasa seperti ini disebut akad wadi’ah.
3. Memberikan Sesuatu (Giving Something)
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akad-akad sebagai
berikut : hibah, wakaf, shadaqah, hadiah, dan lain-lain. dalam semua akad-
akad tersebut si pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. bila
penggunaan untuk kepentingan umum dan agama, maka akadnya
dinamakan wakaf objek wakaf ini tidak boleh diperjualbelikan begitu
dinyatakan sebagai aset wakaf. Sedangkan hibah dan hadiah adalah
pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.
Begitu akad tabarru’ sudah disepakati, maka akad tersebut tidak
boleh diubah akad tijarah kecuali ada kesepakatan dari kedua belah pihak
untuk mengingatkan diri dalam akad tijarah tersebut.18
D. Penerapan Akad tabarru’ pada Asuransi Syari'ah
Asuransi merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kegiatan asuransi di
Indonesia sudah lama dilakukan. Sedangkan kegiatan asuransi yang berdasar
pada hukum Islam belum lama berkembang di Indonesia. Untuk itu, kegiatan
asuransi syari'ah masih berdasar pada peraturan perundang-undangan yang
18 Ibid. hlm. 70
22
selama ini berlaku sepanjang peraturan mengenai asuransi syari'ah ini belum
dibuat.
Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) adalah
salah satu lembaga yang diakui oleh pemerintah untuk memberikan pedoman
dalam pelaksanaan produk-produk syari'ah di lembaga-lembaga keuangan
syari'ah termasuk asuransi syari'ah.19
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung.20
Konsep asuransi takaful bersendikan pada asas saling membantu atau
gotong royong dan kerjasama untuk saling membantu serta saling melindungi
dengan penuh rasa tanggung jawab apabila ada peserta yang tertimpa
musibah. Asuransi takaful adalah asuransi yang di dalamnya terdapat
kekhususan operasional. Kekhususan sistem operasionalnya asuransi takaful
terletak pada dua bidang, yaitu :
1. Adanya arahan terhadap investasi dari dana yang terkumpul ke sektor-
sektor investasi yang tidak bertentangan dengan syari'ah Islam
2. Adanya porsi bagi hasil yang dapat diterima oleh peserta
asuransi/tertanggung.21
Adapun prinsip-prinsip utama dalam asuransi syari'ah adalah
ta’awanu’ ala al-birr wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam
kebaikan dan takwa) dan al-tamin (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para
19Gemala Dewi, et.al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet.-1, Jakarta: Prenada Media,
2005, hlm. 170 20Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan
Takaful) di Indonesia, Cet. Ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 165 21Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: Salemba
emban Patria, 2002, hlm. 109
23
anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan
lainnya saling menjamin dan menanggung resiko.
Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi takaful adalah
akad takaful (saling menanggung) bukan akad tadabuli (saling menukar) yang
selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan yang pertanggungan.
Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syari'ah
atau asuransi takaful ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu :
1. Saling bertanggungjawab, yang berarti para peserta asuransi takaful
memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong
peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas,
karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah.
Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap
muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi,
mencintai, saling membantu dan merasa mementingkan kebersamaan
untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat
yang beriman, takwa dan harmonis.
2. Saling bekerja sama atau saling membantu yang berarti di antara peserta
asuransi takaful yang satu dengan lainnya saling bekerja sama dan saling
tolong menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena sebab
musibah yang diderita.
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain, yang berarti bahwa para
peserta asuransi takaful akan berperan sebagai pelindung bagi peserta lain
24
yang mengalami gangguan keselamatan berupa musibah yang
dideritanya.22
Niat yang ikhlas karena Allah untuk membantu sesama yang
mengalami penderitaan karena musibah, merupakan landasan awal dalam
asuransi takaful. Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi takaful
harus didasarkan kepada kerjasama tolong-menolong, tabarru’ (sedekah),
sesuai dengan perintah Allah dan untuk mendapat keridhaan-Nya hanya
prinsip asuransi takaful adalah penghayatan semangat saling bertanggung
jawab, kerja sama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan sosial menuju
tercapainya kesejahteraan umat dan persatuan masyarakat.23
Akad tabarru’ yaitu akad yang didasarkan atas pemberian dan
pertolongan dari satu pihak kepada pihak yang lain. Akad tabarru’ merupakan
bagian dari tabaddul haq (pemindahan hak). Walaupun pada dasarnya akad
tabarru’ hanya searah dan tidak disertai dengan imbalan, tetapi ada kesamaan
prinsip dasar di dalamnya, yaitu adanya nilai pemberian yang didasarkan atas
prinsip tolong-menolong dengan melibatkan perusahaan asuransi sebagai
lembaga pengelola dana.
Dengan akad tabarru’ berarti peserta asuransi telah melakukan
persetujuan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi (sebagai lembaga
pengelola) untuk menyerahkan pembayaran sejumlah dana (premi) ke
perusahaan agar dikelola dan dimanfaatkan untuk membantu peserta lain yang
22Gemala dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari'ah di
Indonesia, cet. Ke-I, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 133-134 23 Sofyan Syafri Harahap, akuntansi Islam, cet. Ke-3, Jakarta: BUMI AKSARA< @))!<
HLM> !)!
25
kebetulan mengalami kerugian. Akad tabarru’ ini mempunyai tujuan utama
yaitu terwujudnya kondisi saling tolong-menolong antara peserta asuransi
untuk saling menanggung (takaful) bersama.24
Berdasarkan akad yang disepakati, perusahaan dan peserta mempunyai
hak dan kewajiban yang harus ditunaikan kewajiban tertanggung adalah
membayar uang premi sekaligus di muka atau angsuran secara berkala. Uang
premi yang diterima perusahaan dipisahkan atas rekening tabungan dan
rekening tabarru’. Sementara itu, hak tertanggung di antaranya adalah
mendapatkan uang pertanggungan atau klaim serta bagi hasil jika ada. Dengan
mudah dan cepat, kewajiban perusahaan asuransi adalah memegang amanah
yang diberikan para peserta dalam hal mengatasi resiko yang kemungkinan
mereka alami, perusahaan juga menjalankan kegiatan bisnis dan
mengembangkan dana tabungan yang dikumpulkan sesuai dengan hukum
syari'ah.
Sementara itu dana tabarru’ yang telah diniatkan sebagai dana
kebajikan/derma diperuntukkan bagi keperluan para nasabah yang terkena
musibah.
Hak perusahaan asuransi syari'ah di antaranya menerima premi,
mengumpulkan dan mempergunakannya untuk kegiatan bisnis serta
mendapatkan bagi hasil dari kegiatan usaha yang dijalankan.25
24Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan analisis Historis,
Teoritis, dan Praktis, cet. Ke-2, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 140 25Abdullah Amrin, Asuransi Syari'ah: Keberadaan dan Kelebihannya di Tengaj Asuransi
Konvensional, Jakarta: Elex Media Kumputindo, 2006, hlm. 67-68
26
Tentang penerapan umum akad tabarru’ pada asuransi syari'ah.
Asuransi syari'ah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syari'ah.
Asuransi syari'ah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang
dikenal dengan istilah “ta’awun”, yaitu prinsip hidup melindungi dan saling
menolong atas dasar ukhuwah Islamiyah antara sesama anggota peserta
asuransi syari'ah dalam menghadapi malapetaka.
Pada asuransi syari'ah, premi yang dibayarkan peserta adalah berupa
sejumlah dana yang terdiri atas dana tabungan dan tabarru’. Dana tabungan
dianggap sebagai dana titipan dari peserta (life insurance) yang akan diolah
oleh perusahaan dengan mendapatkan alokasi bagi hasil (al-mudharabah).
Dana tabungan dan hasil investasi yang diterima peserta akan dikembalikan
kepada peserta ketika peserta mengajukan klaim baik berupa klaim nilai tunai
maupun klaim manfaat asuransi.
Tabarru’ merupakan infaq/sumbangan peserta yang berupa dana
kebajikan yang diniatkan secara ikhlas jika sewaktu-waktu akan dugunakan
untuk membayar klaim atau manfaat asuransi.26
26Ibid. hlm. 4
27
BAB III
PELAKSANAAN AKAD TABARRU’’
DI PT ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
A. Profil PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Indonesia sebagai negara yang bardaulat telah menjadi satu kekuatan
tersendiri bagi perkembangan Islam baik secara kultural maupun secara
struktural (kelembagaan). Sejarah membuktikan, bahwa Islam di Indonesia
mempunyai peranan penting dalam membangun dan mengukir sejarah di
tanah air Indonesia. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam.1
Di bidang bisnis inilah asuransi semakin berkembang terutama dalam
hal perlindungan terhadap barang-barang pergadangannya. Namun,
perkembangan ini tidak sejalan dengan kesesuaian praktek asuransi terhadap
syari'ah. pada paruh kedua abad ke-20 di beberapa negara Timur Tengah dan
Afrika telah mulai mencoba mempraktekkan asuransi dalam bentuk takaful
yang kemudian berkembang pesat hingga ke negara-negara yang berpenduduk
non muslim sekalipun di Eropa dan Amerika.2
Asuransi takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994 diprakarsai
oleh Tim Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) yang dipelopori
oleh Yayasan Abdi Bangsa (ICMI), Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Jiwa
1AM. Hasan ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritism, dan Praktis, Cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 151 2Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada, 2005, hlm. 226-
227
28
Tugu Mandiri, departemen Keuangan, serta para pengusaha muslim Indonesia.
Dan diresmikan dengan SK Menkeu No. Kep. 385/KMK.017/1994. hal ini
didorong lahirnya Bank Muamalat Indonesia, dengan asumsi bahwa Bank
syari'ah membutuhkan lembaga asuransi syari'ah untuk mendukung
permodalan dan memperoleh kepercayaan masyarakat.
Melalui seminar nasional dan studi banding dengan takaful Malaysia,
berdirinya PT. Syarikat Takaful Indonesia (PT. STI) sebagai holding company
pada 24 Pebruari 1994. Anak perusahaannya; PT. Asuransi Takaful Keluarga
(Life Insurance) dan PT. Asuransi Takaful Umum (General Insurance). Izin
operasional PT. Asuransi Takaful Keluarga keluar pada 4 Agustus 1994,
diresmikan Menteri Keuangan Marie Muhammad, 25 Agustus 1994 dan PT.
Asuransi Takaful Umum diresmikan pada 2 Juni 1995 melalui SK Menkeu
No. 247/KNK.017/1995,oleh Menristek/Ketua BPPT, B.J. Habibie.3
Asuransi takaful Indonesia mendapat respon positif dari pemerintah.
Dengan dukungan tenaga-tenaga profesional yang memiliki komitmen untuk
mengelola lembaga asuransi syari'ah, asuransi takaful Indonesia bertekad
untuk menjadi perusahaan terkemuka.
Hanya bermodal 2,5 milyar, sebagai persyaratan minimal dalam
undang-undang asuransi, asuransi takaful berdiri di Indonesia. Suka duka
sebagai pioneer telah dilalui dengan perangkat peraturan yang sangat minim.
Modal yang kecil, Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat terbatas, dan
pemahaman masyarakat terhadap asuransi Islam yang masih sangat rendah.
3PT. Asuransi Takaful Semarang, Wawancara Bapak Abdurrahman 12 Juli
29
Memasuki tahun ke-8 2001, bahkan muncul asuransi Islam lainnya, yaitu
Mubarakah Syari'ah, Tripakarta Cabang Syari'ah, Bumi Putera Cabang
Syari'ah, Jasindo Cabang Syari'ah, dan seterusnya.4
Dalam rangka memasarkan dan memperluas jaringan asuransi takaful
umum kepada masyarakat diperlukan usaha dengan sungguh-sungguh dan
disertai dengan perencanaan, salah satunya adalah dengan membuka kantor
cabang yang belum terjangkau oleh kantor pusat. Pada tanggal 10 Juni 2000
dibukalah kantor cabang PT. Asuransi Takaful Umum Semarang. Pertama
berdiri berada satu kantor dengan Bank Muamalat Indonesia cabang Semarang
yang berada di Jalan Soegiyopranoto No. 102 Semarang. Setelah itu, pada
bulan Juli 2002 pindah ke Jalan Imam Bonjol No. 46 Semarang.
Perkembangan asuransi dalam dekade 2001 ke sini sungguh sangat
menggembirakan, terutama karena bersamaan dengan tumbuh dan
berkembangnya bank-bank syari'ah serta lembaga keuangan lainnya yang jauh
sebelumnya sudah berkembang sampai daerah-daerah.5
Visi misi asuransi takaful keluarga Semarang, sebagai berikut :
Visi
Takaful Indonesia adalah lembaga keuangan yang menjalankan
transaksi asuransi secara Islami. Operasional perusahaan dilaksanakan atas
dasar prinsip-prinsip syari'ah untuk memberikan layanan dan fasilitas bagi
umat dan masyarakat Indonesia dalam hal asuransi syari'ah, takaful Indonesia
akan berjuang dan berkembang menjadi perusahaan terkemuka.
4Wirdyaningsih, op. cit., hlm. 270 5Wawancara dengan Bapak Abdurrahman
30
Misi
Memberikan pelayanan takaful yang terbaik, amanah, dan profesional
kepada umat.6
B. Struktur Organisasi PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Kantor Pusat Jakarta 2007
Dewan Pengawas Syari'ah
Ketua : Dr. K. H. Didin Hafidhuddin, M. Sc.
Anggota : 1. Dr. H. M. Syafi'i Antonio, M. Ec.
2. Prof. Dr. Shobri Salamon
3. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA
4. Y. A. A. Dato’ Sheikh Ghozali bin Haji Abdul Rahman
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Taib Rozak
Komisaris Independen : Sanubari Satudju
Komisaris : Bachrun M. Nasution
Komisaris : Wan Zamri Wan Ismail
Dewan Direksi
Direksi Utama : Shakti Agustono Rahardjo, St.Ak.
Direktur : Ma’ad Santoni, ACII, AKK
6www.takaful.com Laporan tahunan takaful Indonesia, 2007
31
Struktur Organisasi PT. Asuransi Takaful Keluarga Kantor Cabang
Semarang
Kepala Cabang : Kusman Shobari
Staff Keuangan : Abdurrahman
Kolektor : Muhalim
Bagian Umum : Abdul Al Wasyer
: Sayida Mardiana
Marketing : Imam Fahrurrozi
Financial Consultan : Siti Chosiah
: Marwinah.7
C. Jenis-Jenis Produk PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Keberadaan produk asuransi syari'ah selain karena tuntutan pasar juga
dikarenakan keberadaan terhadap prinsip-prinsip syari'ah terutama
kemaslahatan umat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukkan bahwa
selain karena orientasi bisnis, asuransi syari'ah juga berorientasi bagi syi’ar
Islam. Hal ini yang menjadikan asuransi syari'ah dituntut lebih aktif, kreatif,
dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di dalam kehidupan masyarakat.
Produk asuransi syari'ah ditawarkan kepada seluruh masyarakat,
bukan saja muslim tetapi juga non-muslim. Prinsip tolong menolong bukan
saja ditunjukkan kepada sesama muslim tetapi seluruh manusia, di mana satu
di antara lain sebagai sesama manusia mempunyai potensi mendapatkan
7PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang, Wawancara dengan Bapak
Abdurrahman, tanggal 15 Agustus 2007
32
resiko yang sama dalam hidup ini. Prinsip tolong-menolong inilah yang
menjadi kelebihan sistem asuransi syari'ah di banding asuransi konvensional.
Dan hal ini yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi
bagian dari penyelenggaraan asuransi syari'ah.8
Konsekuensi dari perkembangan asuransi syari'ah dan banyaknya
masalah masyarakat yang ditemui, akan berdampak semakin beragam produk
yang ditawarkan kepada masyarakat. Produk asuransi syari'ah merupakan
representasi dari kondisi permintaan masyarakat akan keberadaan suatu
produk.
Maka dengan keadaan ini perlu dukungan dari berbagai elemen
masyarakat yang menjadikan posisi asuransi syari'ah dengan produk-
produknya semakin berarti dalam pembangunan.
Ada 3 (tiga) macam produk takaful yang ditawarkan, yaitu :
1. Takaful Keluarga
Produk ini memberikan pertanggungan untuk partisipasi oleh individu atau
badan-badan usaha dalam jangka panjang dan batas waktunya pada
umumnya berkisar dari 10 sampai 40 tahun.
Secara spesifik produk 2 (dua) macam yaitu :
a. Produk takaful perorangan
Macam-macam produk takaful dengan unsur perorangan yaitu :
8Ibid.
33
1.) Takaful Dana Pendidikan
Program takaful untuk perencanaan dana pendidikan bagi putra
atau putri hingga ke jenjang sarjana.
2.) Takaful Dana Investasi
Program takaful untuk perencanaan dana oleh investasi masa
depan.
3.) Takaful Dana Haji
Program takaful untuk perencanaan pengumpulan dana ibadah haji.
4.) Takaful kesehatan
Program takaful yang memberikan penggantian biaya pengobatan
rawat inap.
5.) Takaful Link
Program takaful yang memberikan kesempatan kepada peserta
untuk memilih instrument investasi sesuai syari'ah guna
pengembangan dananya dan memberikan santunan bila peserta
mengalami musibah.
6.) Takaful wakaf
Program takaful untuk perencanaan pengumpulan dana sebagai
dana wakaf.9
b. Produk takaful kumpulan
1.) Takaful Medicare
Program takaful kesehatan rawat inap maupun rawat jalan.
9PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, Brosur Produk Takaful
34
2.) Takaful Pembiayaan
Program takaful yang menjamin pelunasan sisa pembiayaan
kepada kreditor, jika debitur meninggal dunia.
3.) Takaful Kecelakaan Siswa
Program takaful yang memberikan santunan kepada siswa atau
mahasiswa bila mengalami musibah kecelakaan.
4.) Takaful wisata dan Perjalanan
Program takaful yang memberikan santunan bila meninggal dunia,
cacat fisik, atau mengeluarkan biaya perawatan akibat kecelakaan
dalam perjalanan wisata.10
2. Takaful Umum (Asuransi Umum Islam)
Produk ini menawarkan perlindungan atau jaminan terhadap
resiko-resiko yang bersifat umum untuk perusahaan-perusahaan atau
individu-individu (para partisipan). Di antara produk-produknya antara
lain :
a. Takaful Abror
Program takaful kendaraan bermotor yang memberikan
penggantian terhadap kerusakan atau kerugian akibat kecelakaan,
pencurian, tanggung jawab hukum pada pihak ketiga, dan resiko
perluasannya antara lain kerusuhan dan pemogokan, bencana alam.
10Ibid.
35
b. Takaful Kebakaran
Program takaful yang memberikan penggantian atas kerugian
atau kerusakan pada bangunan dan atau isi akibat kebakaran berikut
perluasannya antara lain gempa bumi, banjir, kerusuhan dan
pemogokan.
c. Takaful Rekayasa
Program takaful yang memberikan penggantian atas kerugian
atau kerusakan selama proses pembangunan proyek, pemasangan
mesin-mesin, dan peralatan penunjang proyek dan jenis-jenis asuransi
rekayasa yang lainnya.
d. Takaful Pengangkutan
Program takaful yang memberikan penggantian atas
kerusakan atau kerugian terhadap benda atau barang-barang selama
pengangkutan baik melalui udara, darat, laut ataupun kombinasinya.
e. Takaful Surety Bond
Program takaful yang memberikan jaminan terhadap antara
lain penjaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka.
f. Takaful Aneka
Program takaful yang memberikan penggantian akibat
kerusakan atau kerugian atas berbagai macam jenis asuransi antara lain
36
pengiriman uang, all risk equipment, peralatan berat, kebongkaran,
dan tanggung gugat.
g. Takaful Kecelakaan Diri dan Surgaina
Program takaful yang memberikan santunan kerugian akibat
kecelakaan selama 24 jam di seluruh dunia baik karena meninggal
dunia, cacat tetap atau sementara dan biaya perawatan.
3. Asuransi Retakaful (Reasuransi Islam)
Perusahaan retakaful menawarkan jaminan untuk perusahaan
takaful terhadap berbagai resiko, kerugian, atau penipisan modal cadangan
yang disebabkan oleh pembukaan klaim yang tinggi.11
D. Perkembangan PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Menyusul berdirinya Bank Mu’amalat Indonesia pada bulan Agustus
1994, maka muncul pemikiran baru di kalangan ulama dan praktisi ekonomi
syari'ah yang jumlahnya masih sedikit ketika itu, untuk membuat asuransi
syari'ah. Karena operasional bank syari'ah tidak bisa lepas dari praktek
asuransi, yang sudah barang tentu harus sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah
pula.
11Ibid., brosur Produk Takaful Keluarga
37
TABEL
PERKEMBANGAN JUMLAH NASABAH
PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
Tahun Jumlah Nasabah Prosentase
2000 205 34.6
2001 276 45.6
2002 402 65.4
2003 665 75.0
2004 1.164 65.0
2005 1.921 35.0
2006 2.594
Sumber : Arsip PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Pada tabel ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan antara tahun
pertahun jumlah nasabah terus meningkat dan bertambah. Produksi premi
asuransi syari'ah tahun pertahun diproyeksi mencapai 4 (empat) milyar lebih.
Salah satunya dipicu signifikannya pertumbuhan bisnis asuransi takaful
keluarga Semarang dalam beberapa tahun terakhir pada kisaran 30-40 persen.
Hingga akhir tahun ini, premi asuransi syari'ah diproyeksikan
meningkat mencapai angka 6 (enam) milyar dibandingkan premi serupa akhir
tahun lalu 4 (empat) milyar.
Tahun lalu, premi asuransi syari'ah takaful keluarga Semarang itu
mencapai 4 (empat) milyar atau 1 (satu) persen dari industri akhir tahun ini
kemungkinan besar mencapai 6 (enam) milyar.
38
Terdapat beberapa faktor penyebab tingginya pertumbuhan bisnis
asuransi syari'ah. Salah satunya adalah banyaknya asuransi konvensional yang
membuka cabang syari'ah tahun ini. Selain itu, terdapat sejumlah cabang
asuransi syari'ah perusahaan asuransi konvensional yang mendapatkan izin
dalam dua tahun terakhir baru mulai beroperasi tahun ini. Karena mayoritas
pemain baru lahir dan tahun terakhir mayoritas izin operasi 2005.
Tapi pihaknya berharap momentum pertumbuhan tetap terjaga tahun
ini dan tahun depan. Tahun ini jika diasumsikan di konvensional akan relatif
stabil. Syari'ah tumbuh 40-60 persen dan diharapkan asuransi takaful keluarga
Semarang tahun ini mencapai 1 (satu) persen angkanya akan 6 milyar.
Hingga Juli lalu, asuransi syari'ah tercatat berjumlah 38 buah. Mereka
berdiri dari dua perusahaan asuransi jiwa syari'ah, satu perusahaan asuransi
kerugian syari'ah, 12 cabang asuransi jiwa syari’ah, 20 cabang asuransi
kerugian syari'ah, dan tiga divisi reasuransi syari'ah. Sedangkan hingga akhir
tahun lalu dan akhir 2006, asuransi syari'ah masing-masing hanya sebanyak 30
dan 26 buah. Selain itu, optimisme proyeksi premi tahun depan tercapai adalah
karena tahun depan di proyeksi terdapat delapan hingga 10 pemain baru. Di
antaranya tiga hingga empat cabang asuransi kerugian syari'ah.
Kendala Pengembangan Asuransi Syari'ah
Dalam perkembangannya asuransi syari'ah menghadapi beberapa
kendala, di antaranya :
39
1. Rendahnya tingkat perhatian masyarakat terhadap keberadaan asuransi
syari'ah yang relatif baru di banding dengan asuransi konvensional yang
telah lama masyarakat kenal, baik nama dan operasinya. Keadaan ini
kadangkala menurunkan motivasi pengelola dan pegawai asuransi syari'ah
untuk tetap mempertahankan idealismenya.
2. Asuransi bukanlah bank yang banyak berpeluang untuk bisa berhubungan
dengan masyarakat dalam hal pendanaan atau pembiayaan. Artinya,
dengan produknya bank lebih banyak berpeluang untuk bisa selalu
berhubungan dengan asuransi syari'ah,
3. Asuransi syari'ah sebagai bank dan lembaga keuangan syari'ah lain, masih
dalam proses mencari bentuk. Oleh karenanya, diperlukan langkah-
langkah sosialisasi, baik untuk mendapatkan perhatian masyarakat maupun
sebagai upaya mencari masukan demi perbaikan sistem yang ada.
4. rendahnya profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) menghambat
laju pertumbuhan asuransi syari'ah. penyediaan Sumber Daya Manusia
dapat dilakukan dengan kerjasama dengan berbagai pihak terutama
lembaga-lembaga pendidikan untuk membuka atau memperkenalkan
pendidikan asuransi syari'ah.12
Strategi Pengembangan Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Adapun strategi yang diperlukan untuk mengembangkan asuransi
syari'ah di antaranya sebagai berikut :
12Wawancara dengan Bapak Kusman Shohari sebagai Kepala Cabang
40
1. Perlu strategi pemasaran yang lebih terfokus kepada upaya untuk
memenuhi pemahaman masyarakat tentang asuransi syari'ah. Maka
asuransi syari'ah perlu meningkatkan kualitas pelayanan (service quality)
kepada pemenuhan permohonan masyarakat ini, misalnya mengenai apa
asuransi syari'ah, bagaimana operasi asuransi syari'ah, keuntungan apa
yang didapat dari asuransi syari'ah, dan sebagainya.
2. Sebagai lembaga keuangan yang menggunakan sistem syari'ah tentunya
aspek syi’ar Islam merupakan bagian dari operasi asuransi tersebut. Syi’ar
Islam tidak hanya dalam bentuk normatif kajian kitab misalnya, tetapi juga
hubungan antara perusahaan asuransi dengan masyarakat. Dalam hal ini,
asuransi syari'ah sebagai perusahaan yang berhubungan dengan masalah
kemanusiaan (kematian, kecelakaan, kerusakan, setidaknya dalam masalah
yang berhubungan dengan klaim nasabah asuransi syari'ah bisa
memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding dengan asuransi
konvensional.
3. Dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah, ulama, akademisi dan
masyarakat diperlukan untuk memberikan masukan dalam
penyelenggaraan operasi asuransi syari'ah. hal ini diperlukan selain
memberikan kontrol bagi asuransi syari'ah untuk berjalan pada sistem
yang berlaku, juga meningkatkan kemampuan asuransi syari'ah dalam
menangkap kebutuhan dan keinginan masyarakat.13
13Ibid.
41
E. Pelaksanaan Akad Tabarru’ di PT Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Akad tabarru’ yaitu akad yang didasarkan atas pemberian dan
pertolongan dari satu pihak kepada pihak yang lain. akad tabarru’ merupakan
dari tabaddul haq (pemindahan hak). Walaupun pada dasarnya akad tabarru’
hanya searah dan tidak disertai dengan imbalan, tetapi ada kesamaan prinsip
dasar di Indonesia, yaitu adanya nilai pemberian yang didasarkan atas prinsip
tolong menolong dengan melibatkan perusahaan asuransi sebagai lembaga
pengelola dana.
Dengan akad tabarru’ berarti peserta asuransi telah melakukan
persetujuan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi (sebagai lembaga
pengelola) untuk menyerahkan pembayaran sejumlah dana (premi) ke
perusahaan agar dikelola dan dimanfaatkan untuk membantu peserta lain yang
kebetulan mengalami kerugian, akan tabarru’ ini mempunyai tujuan utama
yaitu terwujudnya kondisi saling menanggung (takaful) bersama.
Dengan mekanisme dana di asuransi syari'ah premi yang dibayarkan
peserta dibagi dalam dua rekening yaitu rekening peserta dan rekening
tabarru’ peserta sebagai dana tolong-menolong atau dana kebajikan yang
jumlahnya 5%-10% dari premi pertama (tergantung usia). Selanjutnya dari
dana ini pula klaim-klaim peserta dibayarkan apabila ada di antara peserta
yang meninggal atau mengambil nilai tunai.14
14Ibid
42
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara
para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah
disepakati.
Akad tabarru’ merupakan bentuk transaksi atau perjanjian kontrak
yang bersifat nirlaba sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan komersial
atau bisnis tetapi semata-mata untuk tujuan tolong-menolong dalam rangka
kebaikan. Pihak yang meniatkan tabarru’ tidak boleh mensyaratkan imbalan
apapun. Dana tabarru’ ini haram untuk ditarik kembali karena dapat
disamakan dengan hibah.
Implementasi akad takafuli dan tabarru’ dalam sistem asuransi
syari'ah direalisasikan dalam bentuk pembagian setoran premi menjadi dua.
Untuk produk yang mengandung unsur tabungan (saving), maka premi yang
dibayarkan akan dibagi ke dalam rekening dana peserta dan satunya lagi
rekening tabarru’. Sedangkan untuk produk yang tidak mengandung unsur
tabungan (non saving), setiap premi yang dibayar akan dimasukkan
seluruhnya ke dalam rekening tabarru’. Keberadaan rekening tabarru’
menjadi sangat penting untuk menjawab pertanyaan seputar ketidakjelasan
(ke-gharar-an) asuransi dari pembayaran klaim.
Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) dalam PT. Asuransi
Takaful Keluarga Semarang terbagi menjadi dua sistem yaitu sistem pada
produk saving (tabungan), dan sistem pada produk non saving (tidak ada
tabungan).
43
1. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara
teratur kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung
kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah
minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi dibayarkan oleh
peserta, akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda.
a. Rekening tabungan peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta
yang dibayarkan bila :
- Perjanjian berakhir
- Peserta mengundurkan diri
- Peserta meninggal dunia
b. Rekening tabarru’ yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah
diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling
menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila :
- Peserta meninggal dunia
- Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
2. Sistem pada produk non saving
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam
rekening tabarru’ perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan
oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong
dan saling membantu dan dibayarkan bila :
- Peserta meninggal dunia
44
- Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana).15
3. Manfaat Asuransi (manfaat takaful)
a. Manfaat Takaful pada produk tabungan
Manfaat takaful yang akan diperoleh peserta takaful atau ahli
warisnya adalah sebagai berikut :
1.) Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian.
Maka ahli warisnya akan memperoleh :
- Dana rekening tabungan yang telah disetor
- Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari
rekening tabungan.
- Selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan
premi yang sudah dibayar.
2.) Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka
peserta akan memperoleh :
- Dana rekening tabungan yang telah disetor.
- Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari
rekening tabungan.
b. Manfaat takaful pada produk non saving
1.) Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian,
maka ahli warisnya akan mendapatkan dana santunan meninggal
dari perusahaan, sesuai dengan jumlah yang direncanakan peserta.
15Ibid.
45
2.) Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan
mendapatkan bagian keuntungan atas rekening tabarru’ yang
ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah.16
4. Sumber Biaya Operasional dalam PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang
Dalam operasionalnya asuransi syari'ah yang berbentuk bisnis
seperti Perseroan Terbatas (PT), sumber biaya operasional menjadi sangat
menentukan dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan industri.
Lain halnya dengan asuransi syari'ah yang berbentuk sosial, mutual, atau
koperasi, di sini peran pemerintah harus dominan terutama dalam
memberikan subsidi di tahap awal berdirinya asuransi tersebut.
Asuransi syari'ah yang bersifat sosial tentu tidak terlampaui
mengutamakan aspek bisnis atau perolehan profit. Tetapi lebih
mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi anggotanya
sebagaimana fungsi utama asuransi syari'ah yaitu wataawanu alal birri
wattaqwa saling menolong dalam kebajikan dan taqwa.
a. Bagi hasil surplus underwriting.
Bagi hasil surplus underwriting adalah bagi hasil yang
diperoleh dari surplus underwriting, yang dibagi secara proporsional
antara peserta (shohibul mal) dan pengelola (mudharib) dengan nisbah
yang telah ditetapkan sebelumnya.
16Ibid.
46
b. Bagi Hasil Investasi
Bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara
proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan baik
dari hasil investasi dana rekening tabungan peserta maupun dari dana
rekening tabarru’. setelah dana tersebut dibayarkan, dan terkumpul
dalam total dana peserta, kemudian diinvestasikan. Profit yang
diperoleh dari investasi kemudian dilakukan bagi hasil antara peserta
dan pengelola atau perusahaan asuransi.
c. Dana Pemegang Saham
Dana pemegang saham adalah dana yang disiapkan oleh para
pemegang saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada
tahap awal berdirinya perusahaan maupun penambahan dana setelah
perusahaan berjalan, beserta hasil investasi atas dana tersebut.17
d. Loading (Kontribusi Biaya)
Loading pada asuransi syari'ah adalah kontribusi biaya yang
diambil dari sebagian kecil kontribusi peserta (premi) tahun pertama,
misalnya 20%-30% dari premi tahun pertama, biaya tersebut terutama
diperuntukkan untuk komisi agen dan biaya penagihan (incasso)
Bentuk tolong menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana
kebajikan (dana tabarru’) sebesar yang ditetapkan. Apabila ada salah
satu dari peserta takaful atau peserta asuransi syari'ah mendapat
17Ibid.
47
musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung resiko, di mana
klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul.
Pelaksanaan asuransi takaful keluarga Semarang, surplus dana
tabarru’ dikembalikan sebagian kepada peserta melalui mekanisme
mudharabah (bagi hasil). Akad yang mendasari kontrak asuransi
takaful keluarga Semarang adalah akad tabarru’, di mana pihak
pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu (kontribusi/premi) tanpa
ada keinginan untuk menerima apapun dari orang yang menerima
kecuali hanya mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini tentu akan
sangat berbeda dengan akad dalam asuransi konvensional. Dalam
asuransi konvensional, akad yang digunakan adalah akad
mu’awadhah, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang memberikan
sesuatu kepada pihak lain, berhak menerima pengganti dari pihak yang
diberinya.18
Dalam pelaksanaan asuransi takaful keluarga Semarang saat ini
terdapat perbedaan dalam implementasi akad tabarru’, sebagian
asuransi dalam pelaksanaan memberikan bagi hasil (mudharabah)
apabila terjadi surplus dana tabarru’, merujuk sistem yang diterapkan
di Syarikat Takaful Malaysia, yang merupakan asuransi syari'ah
terbesar di dunia saat ini. Namun sebagian lagi asuransi syari'ah tidak
membagikan dengan alasan yang telah dikemukakan di depan, bahwa
tabarru’ adalah dana yang sudah diikhlaskan untuk tolong menolong,
18Ibid.
48
peserta tidak perlu mengharapkan pengembalian apa-apa lagi kecuali
mengharapkan kebaikan (pahala) dari Allah.
Beberapa ulama di dewan syari'ah nasional (DSN-MUI)
berpendapat bahwa dana yang sudah diikhlaskan sebagai tabarru’
tidak boleh pada saat bersamaan ada akad mudharabah (bagi hasil),
karena ada kaidah syara’ yang tidak membenarkan ada dua akad dalam
satu perjanjian. Pendapat ulama yang lain mengatakan bahwa tidak
dibenarkan suatu akad tabarru’ diubah menjadi akad tijarah
“mudharabah”. Walaupun pendapat ini dibantah oleh ulama, namun
sebagian ulama berpendapat bahwa dibenarkan pada satu perjanjian, di
mana ada akad mudharabah, dan pada saat bersamaan di dalamnya
juga terdapat akad tabarru’.
Dalam fatwa DSN-MUI dengan jelas mengatur ketentuan
dalam akad tijarah dan akad tabarru’, sebagai berikut :
- Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’ bila
pihak yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya
sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan
kewajibannya.
- Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.19
Sistem operasionalnya asuransi takaful keluarga Semarang
adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu, dan saling
melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi takaful
19Wawancara dengan Bapak Kusman Shobari Sebagai Kepala Cabang
49
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD TABARRU’ DI PT. ASURANSI
TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru’ di PT. Asuransi Takaful
Keluarga Semarang
Harta hak milik sebenarnya memiliki arti yang lebih luas dari pada
sekedar aset nyata. Menurut definisi resmi, harta merupakan sejumlah hak
yang bisa mengalir atau bagian aset yang berwujud, tetapi memiliki nilai-nilai
ekonomi tertentu.1
Asuransi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, karena
kecelakaan dan konsekuensi finansialnya memerlukan santunan. Asuransi
merupakan organisasi penyantun masalah-masalah yang universal, seperti
kematian mendadak, cacat, penyakit pengangguran, kebakaran, banjir, badai
dan kecelakaan-kecelakaan yang bersangkutan dengan transportasi, serta
kerugian finansial yang disebabkannya. Kecelakaan-kecelakaan di atas
tidaklah hanya bergantung pada tindakan sukarelawan, kenyataan ini
menuntut asuransi untuk diperlukan sebagai kebutuhan dasar manusia pada
ruang lingkup yang sangat luas dari kegiatan-kegiatan dan situasi manusia.2
Fenomena asuransi takaful adalah fenomena yang unik di tengah arus
ekonomi, sistem asuransi takaful memungkinkan perolehan manfaat yang
1Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, cet. Ke-3, Jakarta: Bumi aksara, 2004, hlm. 144 2Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 317
50
lebih baik. Bersamaan dengan itu, semangat solidaritas pun dipupuk melalui
iuran kebajikan (tabarru’) peserta asuransi takaful dan semakin banyak
peserta semakin banyak pula tabarru’nya. Sistem tabarru’ dan bagi hasil
(mudharabah) yang ditetapkan dalam pola operasional asuransi takaful
keluarga semarang mengharuskan adanya transparansi di dalam status dana
dan pengelolaannya. Demikian pula dalam hal kontribusi biaya
pengelolaannya, yang disisihkan sedikit daripremi tahun pertama saja
Ditetapkan dengan jelas dan menjadi bagian dari kesepakatan peserta.
Sejak awal peserta mengetahui dengan jelas komponen premi yang disetorkan,
yaitu tabarru’ (iuran kebajikan), tabungan hak mutlak peserta, dan kontribusi
biaya pengelolaan 30 persen premi tahun pertama. Peserta dapat melihat
perkembangan nilai tunai polis dari waktu ke waktu yakni akumulasi tabungan
dan bagi hasilnya. Ketika peserta bermaksud mengundurkan diri dalam masa
perjanjian Asuransi karena sesuatu hal, nilai tunai yang dapat diterimanya
dapat dihitung nilainya dan jelas sumbernya (berasal dari tabungan dan bagi
hasilnya). Demikian pula perundang-undangan ketika klaim meninggal yang
diterima oleh ahli waris peserta, terdiri dari manfaat asuransi atau santunan
kebajikan (bersumber dari tabarru’-tabarru’ peserta), tabungan yang
disetorkan dan bagi hasil tabungannya itu. Dalam hal investasi, selain
pertimbangan profitabilitas, kesesuaian usaha dengan ketentuan takaful
merupakan faktor penentu keputusan investasi.
51
Di dalam asuransi takaful yang sebenarnya terjadi yakni saling
bertanggungjawab, bantu membantu dan melindungi para peserta sendiri.
Perusahaan asuransi takaful diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta,
mengembangkan dengan jalan halal, memberikan santunan kepada yang
mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian. Berkaitan dengan itu, maka
takaful dapat menawarkan dua jenis pertanggungjawaban yaitu :
1. Takaful keluarga (Asuransi Jiwa)
2. Takaful umum (Asuransi Umum).3
Dalam setiap iuran premi dari seorang peserta yang masuk ke
perusahaan takaful langsung dipecah menjadi dua bagian, yaitu :
1. Rekening peserta, yaitu rekening tabungan peserta
2. Rekening peserta khusus, yaitu uang yang diniatkan sebagai dana
kebajikan (tabarru’) dan digunakan untuk membayar klaim (manfaat
takaful) kepada ahli waris, bila ada peserta yang ditakdirkan meninggal
dunia. Besarnya rekening peserta khusus tergantung pada tingkat usia dan
jangka waktu pertanggungan. Rekening ini besarnya antara 5 sampai 30
persen dari iuran premi, semakin tua usia peserta maka semakin besar
tabarru’nya.4
Mekanisme premi tanpa unsur tabungan dilakukan dengan setiap
premi takaful yang diterima akan dimasukkan ke dalam rekening khusus, yaitu
kumpulan dana yang diniatkan untuk tujuan kebajikan atau tabarru’ guna
3Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, cet. Ke-1, Yogyakarta: UII
Press, 2000, hlm. 76 4Ibdi., hlm. 77
52
membayar klaim kepada peserta bila terjadi musibah atas harta benda peserta
mengalami kerugian5
Dalam pelaksanaan asuransi akad tabarru’ yang menggunakan prinsip
syari'ah dengan akad tabarru’ yaitu niat tolong menolong pada sesama peserta
apabila ditakdirkan mendapat musibah. Pertolongan tersebut tentunya tidak
tertutup kemungkinan untuk kita atau keluarga apabila Allah SWT
mentakdirkan kita lebih dahulu mendapat musibah. Tabarru’ berasal dari kata
tabarraa yatabarru’ tabarrauan, yang artinya sumbangan atau derma. Orang
yang menyumbang disebut mutabari (dermawan). Niat tabarru’ merupakan
alternatif uang yang sah dan diperkenankan. Tabarru’ bermaksud memberikan
dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain
sesama peserta, ketika di antara mereka ada yang mendapat musibah.
Pelaksanaan akad tabarru di PT Asuransi Takaful Keluarga
Semarang, tampaknya sudah sesuai dengan prinsip syari'at Islam dengan cara
menghilangkan sama sekali kemungkinan terjadinya hal-hal yang dilarang
agama seperti adanya unsur gharar, maisir, dan riba. Sebab usaha asuransi
Takaful Keluarga Semarang dalam prakteknya lebih menekankan kepada
keadilan dengan mengharamkan riba, kemudian menghidupkan kebersamaan
dalam menghadapi resiko usaha.
Tidak adanya gharar bisa dilihat pada adanya kejelasan sumber dana
untuk membayar setiap klaim yang akan diambil dari tabungan khusus
tabarru’, rekening tabungan dan hasil investasi. Maisir atau judi tidak berlaku
5Ibid,., hlm. 79
53
dalam asuransi takaful karena premi yang disetor ke perusahaan bila mana
kontraknya habis atau bila peserta mengundurkan diri tidak hilang.6
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru’ Di PT
Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Asuransi dewasa ini merupakan lembaga besar dan modern yang
sudah diterima keberadaannya oleh masyarakat luas, tak terkecuali di
dalamnya umat Islam.7 Namun di kalangan umat Islam masih terdapat
anggapan bahwa asuransi merupakan usaha yang tidak sejalan dengan ajaran
Islam.
Kehadiran asuransi dalam perekonomian modern sekarang ini amat
diperlukan dalam rangka meringankan resiko kerugian ataupun jaminan di
hari tua. Namun karena dalam prakteknya masih ada hal-hal yang dipandang
menyalahi aturan syara’ atau termasuk subhat, maka di antara fuqaha
mengharapkan dipertahankan asuransi itu tetapi harus disesuaikan dengan
aturan Islam.
Asuransi adalah usaha saling melindungi (takaafulii:تكا فلى ) dan
tolong-menolong (ta’aawunii:تعو نى) diantara sejumlah orang melalui investasi
dalam bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan takaful yaitu
tidak mengandung unsur ghoror (meragukan), maisir (perjudian), riba, dzulm
(penganiayaan), riswyah (sogokan) barang haram dan maksiat. Akad yang
6Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, cet. Ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hlm. 103 7Safiudin Shidiq, Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, cet. Ke-1,
Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, 2004, hlm. 330
54
dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah
(mudharobah) dan akad tabarru’ (hibbah).
Rancangan asuransi yang dipandang sejalan dengan nilai-nilai
diajukan oleh Muhammad Nejatullah Shidiq sebagai berikut :
1. Semua asuransi yang menyangkut bahaya pada jiwa manusia, baik
mengenai anggota badan maupun mengenai kesehatan harus ditangani
secara eksklusif di bawah pengawasan negara.
Negara harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kekayaan dan
harta milik orang banyak dari pencurian, kebakaran, banjir, kerusakan
gempa bumi dan badai. Kesempatan haruslah diberikan kepada setiap
individu untuk mengambil asuransi terhadap kerugian finansial yang
terjadi. Uang ganti rugi hendaklah ditetapkan dalam setiap kasus menurut
persetujuan kontrak sebelumnya yang menjadi dasar pembayaran premi
oleh pemilik kekayaan.
2. Hendaklah sebagian besar bentuk-bentuk asuransi yang berkaitan dengan
jiwa, pengangkutan darat, laut, pengangkutan uang, kebakaran dan
kecelakaan dimasukkan dalam sektor negara, meskipun beberapa di
antaranya yang berurusan dengan kecelakaan-kecelakaan tertentu, hak-hak
dan kepentingan-kepentingan serta kontrak-kontrak yang biasa diserahkan
kepada sektor swasta.8
Asuransi merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kegiatan asuransi di
8Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 317-318
55
Indonesia sudah lama dilakukan. Sedangkan kegiatan asuransi yang berdasar
ada hukum Islam belum lama berkembang di Indonesia.9
Masalah asuransi dalam pandangan Islam termasuk ijtihadiyah,
artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak dijelaskan oleh
al-Qur'an dan al-sunnah.
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan keabsahan praktek
hukum asuransi. Secara garis besar, kontroversial terhadap masalah ini dapat
dipilih menjadi dua kelompok, yaitu pertama ulama yang mengharamkan
asuransi dan kedua ulama yang membolehkan asuransi. Kedua kelompok ini
mempunyai hujah (dasar hukum) masing-masing dan memberikan alasan-
alasan hukum sebagai penguat terhadap pendapat yang disampaikannya. Di
antara pendapat para ulama dalam masalah asuransi ini ada yang
mengharamkan asuransi dalam bentuk apapun dan ada yang membolehkan
semua bentuk asuransi. Di samping itu, ada yang berpendapat membolehkan
asuransi yang bersifat sosial (ijtima’i) dan mengharamkan asuransi yang
bersifat komersial (tijary) serta ada pula yang meragukannya (subhat).10
Apabila kita melihat bahwa Islam menentang perusahaan asuransi
masa kini, dengan segala bentuk prakteknya, itu tidak berarti bahwa ia
memerangi ide asuransi itu sendiri. Sekali-kali tidaklah demikian, ia hanya
menentang sistem dan perangkatnya. Adapun jika ada cara lain untuk
9Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media,
2005, hlm. 170 10AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis, cet. Ke-2, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 142
56
Menjalankan asuransi yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam,
Islam pasti menyambutnya dengan baik.11
Dalam pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang, peneliti cenderung kepada pendapat kedua yang membolehkan
asuransi dalam prakteknya sekarang ini. Karena asuransi tersebut bersifat
sosial bukan komersial. Tujuan asuransi akad tabarru’ adalah tolong-
menolong sesama peserta yang terkena musibah dengan ikhlas tidak
mengharapkan imbalan kecuali dari Allah swt.
Pelaksanaan asuransi akad tabarru’ dalam prakteknya di PT Asuransi
Takaful Keluarga Semarang dipandang bersih dari unsur gharar, maisir dan
riba. Sebab dalam pelaksanaan asuransi akad tabarru’ tersebut jumlah premi,
jangka waktu, akad, bagi hasil, serta sumber klaim semua jelas, serta atas
kesepakatan kedua belah pihak (penanggung dan tertanggung). Selain itu,
uang dari premi peserta yang terkumpul dibagi antara tabungan dan tabarru’’.
Alasan lain yang membolehkan antara lain :
1. Tidak ada nash al-Qur'an dan hadits yang melarang asuransi.
2. Ada kesepakatan atau kerelaan kedua belah pihak.
3. saling menguntungkan kedua belah pihak
4. mengandung kepentingan umum (maslahah ‘aman), sebab premi-premi
yang terkumpul bisa diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif
an untuk pembangunan.12
11Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam, cet. Ke-1, Surakarta: Era Intermedia, 2000,
hlm, 129 12Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, cet. Ke-3, Jakarta: Haji
Masagung, 1992, hlm. 135
57
Selain alasan-alasan yang tersebut di atas, dapat diperkuat dengan
alasan-alasan sebagai berikut :
1. Sesuai dengan kaidah hukum Islam
االصل فى العقود اإلباحة حتى يدل الدليل على تحر يمهاArtinya : “Pada prinsipnya pada akad-akad itu boleh, sehingga ada dalil
yang melarangnya”
2. Sesuai dengan tujuan pokok hukum Islam yaitu untuk menarik atau
mencari kemaslahatan dan menolak atau menghindari kerusakan atau
kerugian.
3. Sesuai dengan kaidah hukum Islam
إذا تعارض ضررات فضل اخفهماartinya : Jika ada dua bahaya atau resiko yang berhadapan (berat dan
ringan), maka dahulukan bahaya yang ringan atau lebih ringan”
4. Asuransi tidak sama dengan judi (gambling), karena asuransi bertujuan
mengurangi resiko (reducing of risk) dan bersifat sosial serta membawa
maslahah bagi keluarga dan orang banyak, sedangkan judi justru
menciptakan resiko (creating of risk), tidak sosial, dan bisa membawa
malapetaka bagi yang terkait dan keluarganya.
5. Asuransi sudah diperhitungkan secara matematika untung dan ruginya
bagi perusahaan asuransi dan bagi para pemegang polisnya, sehingga tidak
ada pihak yang dirugikan secara mutlak.
6. Sesuai dengan asas dan prinsip hukum Islam, meniadakan kesempitan dan
kesukaran dan hidup gotong-royong.13
13Ibid. hlm. 136-137
58
Yang jelas Islam menjamin seluruh pengikutnya dan orang-orang
yang bernaung di bawah pemerintahannya dengan caranya sendiri, seperti
termuat dalam syari'ah, ada kalanya dengan cara tolong-menolong antara
komponen warga masyarakat, namun ada kalanya melalui pemerintah dan
baitul mal. Baitul mal sendiri, tidak lain adalah perusahaan umum asuransi
bagi semua orang yang bernaung di bawah pemerintahan Islam.
Ustadz Shiddiq Muhammad Amin al-Dlariri tidak dapat menerima
penggunaan alasan “darurat” seperti yang dimaksudkan oleh fuqaha dalam
kehadiran asuransi dalam perekonomian dewasa ini. Namun beliau tidak
meragukan, manusia akan banyak mengalami kesulitan jika asuransi itu
dicegah keseluruhannya setelah terorganisir dan melingkari seluruh aspek
kehidupan mereka. Dalam hubungan ini beliau memungkinkan adanya
persetujuan asuransi dalam unsurnya dengan mengambil manfaat dari segala
keistimewaannya dengan tetap berpegang kepada aturan-aturan fiqih Islam
tanpa mengambil dalil darurat, kebutuhan atau kebiasaan orang-orang.
Menurut pandangan beliau, hal ini dapat dilakukan dengan jalan
mengeluarkan asuransi itu dari bentuk persetujuan yang komersil dan
memasukkannya ke dalam persetujuan yang bersifat sosial (tabarru’). sebagai
jalannya ialah menjauhkan asuransi seluruhnya sebagai pertanggungan yang
bersifat tolong-menolong (koperatif) yang digilirkan di antara para peserta
asuransi itu.14
14Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam: Pola Pembinaan Hidup Dalam
Berekoomi, cet. Ke-1, Bandung: Diponegoro, 1984, hlm. 313
59
Takaful pada dasarnya merupakan usaha kerjasama saling melindungi
dan menolong antara anggota masyarakat dalam menghadapi malapetaka dan
bencana.15
Mahluk yang lemah, manusia harus senantiasa sadar bahwa
keberadaannya tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau
sesamanya. Dalam firman Allah SWT. dalam QS. Al-maidah (5): 2
... وانوتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونوا على اإلثم والعد...
)2: المائدة (
Artinya : “…tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan…” (Qs. Al-Ma’idah : 2).16
Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar sesama
manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktek kerelaan
anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar
digunakan sebagai dana sosial (tabarru’). Dana sosial ini berbentuk rekening
tabarru’ pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah
satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah (peristiwa).
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, bentuk
kerjasama tersebut telah ditumbuhkembangkan sedemikian rupa menjadi
bentuk-bentuk perusahaan takaful yang profesional.17
15 Abdul Rohman Saleh, et.al., Arbitrase Islam di Indonesia, Jakarta: badan Arbitrase
Muamalat Indonesia, 1994, hlm. 149 16Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Kumudaskoro Frafindo,
1994, hlm. 107 17Ibid., hlm 150
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di PT Asuransi
Takaful keluarga Semarang tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Akad Tabarru’’ maka peneliti dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang,
bertujuan untuk kebaikan dan tolong menolong bukan semata-mata untuk
tujuan komersial. Dana ini diberikan peserta dengan niat ikhlas untuk
tujuan saling membantu di antara sesama peserta takaful yang mendapat
musibah. Dana klaim diambil dari rekening dana tabarru’ yang
dipotongkan dari rekening tabungan peserta sesuai kesepakatan.
2. Menurut hukum Islam, pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful
Keluarga Semarang, tidak mengandung unsur gharar, maisir dan riba.
Sebab pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful Keluarga
Semarang telah memenuhi persyaratan di antaranya jumlah premi, jangka
waktu, akad, bagi hasil, sumber klaim jelas, serta atas kesepakatan kedua
belah pihak (penanggung dan tertanggung). Di samping itu, pada zaman
sekarang ini akad tabarru’ sangat dibutuhkan masyarakat untuk saling
membantu sesama manusia khususnya umat muslim.
B. SARAN-SARAN
1. Sekarang kehadiran akad tabarru’ mulai dibutuhkan masyarakat untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah melalui dana kebajikan yang
dikelola perusahaan asuransi.
2. Asuransi takaful keluarga hendaknya melakukan sosialisasi dan publikasi
terhadap masyarakat agar eksistensi asuransi takaful ini diketahui umat
Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya.
3. Perjanjian asuransi dengan asas ta’awun menuntut agar mental para
tertanggung benar-benar siap. Perjanjian yang dilakukan benar-benar
perjanjian tolong menolong, bukan perjanjian tukar menukar. Dengan
demikian, bukan untung rugi yang dipikirkan, tetapi bagaimana hubungan
tolong-menolong dapat ditegakkan.
4. Setiap perusahaan asuransi wajib memelihara kesehatan perusahaan serta
wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah dan undang-
undang yang mengatur usaha perasuransian.
5. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan tersebut menteri keuangan
hendaknya melakukan pemeriksaan berkala atau setiap waktu apabila
diperlukan terhadap usaha perasuransian.
C. PENUTUP
Rasa syukur yang dalam penulis panjatkan ke hadirat Allah swt,
karena dengan hidayah dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian dan pembahasan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap akad Tabarru’ di PT asuransi Takaful Keluarga Semarang”.
Dengan pengalaman ini penulis pada menambah pengetahuan yang sangat
berarti bagi bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi para pembaca pada
umumnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan dan kelengkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, AM. Hasan, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritism, dan Praktis, Cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Amrim, Abdullah, Asuransi Syari'ah: Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Cet. Ke-12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Brata, Sumadi Surya, Metodologi Penelitian, Cet. Ke-II, Jakarta: Raja Grafindo, 1988.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Cet. Ke-2, Jakarta: Kencana, Putra Grafika, 2006.
Darmawi, Herman, Manajemen Asuransi, cet. Ke-3, Jakarta: Bumi aksara, 2004.
Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Kumudaskoro Grafindo, 1994.
Dewi, Gemala, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari'ah di Indonesia, cet. Ke-I, Jakarta: Prenada Media, 2004.
_____, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet.-1, Jakarta: Prenada Media, 2005.
_____, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media, 2005.
Harahap, Sofyan Syafri, akuntansi Islam, cet. Ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: (Fiqh Muamalat), cet. Ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Karim, Adiwarman, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, cet. Ke-2, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Lubis, Suharwardi K., Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000.
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: Salemba emban Patria, 2002.
Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, cet. Ke-1, Yogyakarta: UII Press, 2000.
Mujieb, M. Abdul, et.al., Kamus Istilah fiqh, cet. Ke-1, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
Qardhawi, Yusuf, Halal Haram Dalam Islam, cet. Ke-1, Surakarta: Era Intermedia, 2000.
Saleh, Abdul Rohman, et.al., Arbitrase Islam di Indonesia, Jakarta: badan Arbitrase Muamalat Indonesia, 1994.
Sevilla, Conseula G., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993.
Shidiq, Safiudin, Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, cet. Ke-1, Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, 2004.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan syari'ah, cet. Ke-2, Jakarta: Ekonosia, 2004.
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syari'ah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, Cet. Ke-l, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Yanggo Chuzaimah, T., dan A. Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Cet. Ke-3, Jakarta: LSIK.
Wirdyaningsih, et. al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, cet. ke-1, Jakarta, Prenada Media, 2005.
www.takaful.com Laporan tahunan takaful Indonesia, 2007
Ya’qub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam: Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekoomi, cet. Ke-1, Bandung: Diponegoro, 1984.
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, cet. Ke-3, Jakarta: Haji Masagung, 1992.
PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang, Wawancara dengan Bapak Abdurrahman, tanggal 15 Agustus 2007
PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, Brosur Produk Takaful
PT. Asuransi Takaful Semarang, Wawancara Bapak Abdurrahman 12 Juli
Wawancara dengan Bapak Abdurrahman
Wawancara dengan Bapak Kusman Shobari Sebagai Kepala Cabang
Wawancara dengan Bapak Kusman Shohari sebagai Kepala Cabang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rokhaningsih
Tempat/tanggal lahir : Purbalingga, 26 Januari 1983
Alamat asal : Arenan Rt. 02 Rw. II Kecamatan Kaligondang,
Kabupaten Purbalingga
Alamat Kost : Jl. Nusa Indah I No. 45 Ngaliyan Semarang
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Kawin
Pendidikan :
1. SD. Negeri 3 Arenan Lulus tahun 1996
2. MTs. Ma’ari NU Arenan Lulus tahun 1999
3. MAN Purbalingga Lulus tahun 2002
4. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2003
top related