tinjauan umum perekonomian · pdf fileakan dapat dinilai apakah tujuan yang diinginkan ......
Post on 28-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Modul 1
Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia
Dr. Kusnendi, M.S.
Rhini Fatmasari, S.Pd., M.Si.
odul ini membahas tentang perekonomian Indonesia dilihat dari sistem
karakteristik dan strukturnya. Seperti halnya negara-negara lainnya di
dunia, Indonesia memiliki sistem, karakter, dan struktur ekonomi tersendiri.
Dengan memahami sistem, ciri dan struktur perekonomian nasional,
Anda akan memahami perspektif yang lebih luas bagaimana bentuk sistem
perekonomian Indonesia, apa ciri-cirinya, dan bagaimana strukturnya. Jadi,
Anda diharapkan tidak sekadar memahami sistem perekonomian nasional
secara deskriptif, tetapi juga memahami ciri-ciri struktur perekonomian
secara analitik.
Setelah mempelajari materi pada modul ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan
1. sistem perekonomian Indonesia;
2. ciri-ciri perekonomian beserta strukturnya.
Untuk membantu Anda supaya lebih cepat memahami hal tersebut di
atas, dalam modul ini akan disajikan pembahasan dan latihan dalam butir
uraian sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1: Sistem Perekonomian Indonesia.
Kegiatan Belajar 2: Mengenal Lebih Jauh Perekonomian Indonesia.
Agar Anda berhasil menguasai modul ini dengan baik, ikutilah petunjuk
belajar sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini, sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-
kata yang Anda anggap baru. Kemudian, cari dan baca pengertian kata-
M PENDAHULUAN
1.2 Perekonomian Indonesia
kata kunci dalam daftar kata-kata sulit modul ini atau dalam kamus
ekonomi yang ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui
pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman mahasiswa atau
tutor Anda.
4. Mantapkan pemahaman Anda secara imaginer (dalam pikiran) dan
dalam diskusi kelompok dengan teman Anda atau dalam tutorial.
PKOP4209/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
Sistem Ekonomi Indonesia
A. SISTEM EKONOMI INDONESIA
Saudara mahasiswa, setiap hari kita mendengar banyak sekali
pemberitaan seputar ekonomi dan permasalahannya. Persoalan-persoalan
ekonomi ini berkembang di semua kelompok masyarakat. Coba Anda simak
dan perhatikan dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan ekonomi di semua kelompok masyarakat disebabkan
persoalan pokok ekonomi, yaitu kelangkaan. Sepanjang barang-barang
bersifat langka, mereka pasti akan dihadapkan pada 3 persoalan ekonomi,
yang meliputi (1) Komoditi apa (what) yang harus diproduksi, dan berapa?;
(2) Bagaimana (How) komoditi harus diproduksi? Dengan perkataan lain,
produksi ini dilakukan oleh siapa, dengan gabungan faktor-faktor produksi
yang mana, serta teknik seperti apa? Siapakah yang harus bertani, dan siapa
yang harus mengajar? Apakah tenaga listrik akan diperoleh dari minyak atau
batu bara? Apakah kita akan memakai proses produksi yang menghasilkan
banyak polusi atau sedikit polusi? Apakah proses tersebut akan dilakukan
dengan cara produksi massal yang padat modul atau padat karya? Dalam
bentuk perusahaan kapitalis swasta atau harus dimiliki oleh negara?; (3) Bagi
siapa (for whom) komoditi harus diproduksi? Siapakah yang akan menikmati
dan memperoleh manfaat barang dan jasa di seluruh negeri? atau dengan kata
lain, bagaimana produk nasional didistribusikan kepada setiap orang?.
Masalah ini sangat mendasar dan umum terjadi pada semua sistem
perekonomian, tetapi cara memecahkan ketiga masalah tersebut berbeda di
setiap negara dan tergantung pada sistem ekonomi yang dianut. Persoalan
pertama; komoditi apa (what) yang harus diproduksi dan berapa; pada sistem
ekonomi liberalis, tergantung dan diatur oleh mekanisme pasar, sedangkan
pada sistem ekonomi sosialis diatur oleh lembaga/pemerintah secara sentral.
Pada ekonomi campuran keputusan apa yang akan diproduksi, dilakukan
melalui mekanisme pasar dengan pengawasan pemerintah. Persoalan kedua
dan ketiga, Bagaimana komoditi harus diproduksi? dan Bagi siapa komoditi
harus diproduksi? Pada sistem ekonomi kapitalis kebijakan ini tergantung
pada permintaan pasar. Jadi, mekanisme pasar yang mengatur, sedangkan
1.4 Perekonomian Indonesia
dalam sistem ekonomi sosialis, teknik produksi diatur melalui perencanaan
pusat.
Sistem perekonomian yang dipakai oleh suatu masyarakat mempunyai
hubungan yang erat dengan kehidupan masyarakat yang bersangkutan,
keadaan alam, tingkat teknologi yang dimiliki maupun dengan keadaan
kependudukannya. Jadi, secara nyata, sistem perekonomian yang ada di dunia
ini banyak ragamnya. Masyarakat apa pun, apakah itu di suatu negara yang
benar-benar komunis, kapitalis atau sosialis, negara industri yang sudah
mapan atau masyarakat di negara sedang berkembang, pasti memiliki sistem
perekonomian tersendiri. Bagaimana sistem ekonomi bekerja? Mari kita
simak pembahasan selanjutnya.
B. PENGERTIAN SISTEM
Sebuah sistem pada dasarnya adalah suatu organisasi yang terdiri atas
berbagai subjek (atau objek) dan perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan
tertentu yang mengorganisasikan macam-macam sumber ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang
atau masyarakat, untuk suatu sistem sosial atau sistem kemasyarakatan;
makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau
sistem lingkungan barang atau alat, untuk suatu sistem peralatan; data catatan
atau kumpulan fakta, untuk suatu sistem informasi atau bahkan kombinasi
dari subjek-objek tersebut.
Kehadiran subjek-subjek (objek-objek) semata belumlah cukup untuk
membentuk sebuah sistem. Itu baru merupakan himpunan subjek atau
himpunan objek. Himpunan subjek atau himpunan objek baru membantu
sebuah sistem jika lengkap dengan perangkat kelembagaan yang mengatur
dan menjalin bagaimana subjek-subjek yang ada bekerja, berhubungan, dan
berjalan atau dijalankan. Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga
atau wadah tempat subjek (objek) tadi, serta kaidah atau norma yang
mengatur hubungan subjek (objek) tersebut agar serasi.
Keserasian hubungan antar subjek (antar objek) termasuk bagian atau
syarat sebuah sistem karena sebagai suatu “organisasi”, setiap sistem
mempunyai tujuan tertentu. Keserasian itulah yang akan dijadikan petunjuk
apakah sistem itu dapat berjalan/dijalankan sehingga pada gilirannya kelak
akan dapat dinilai apakah tujuan yang diinginkan oleh sistem itu akan
PKOP4209/MODUL 1 1.5
tercapai atau tidak. Guna membentuk dan memelihara keserasian itu maka
diperlukan kaidah atau norma tertentu yang harus dipatuhi oleh subjek-subjek
(objek-objek) yang ada dalam bekerja dan berhubungan satu sama lain.
Kaidah atau norma dimaksud dapat berupa aturan dan peraturan, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis, untuk suatu sistem yang menjalin
hubungan antarorang. Contohnya, aturan-aturan dalam suatu sistem
kekerabatan, peraturan-peraturan dalam suatu sistem politik atau pemerintah.
Kaidah itu juga bisa berupa ketentuan-ketentuan teknis, untuk suatu sistem
yang menjalin hubungan antarkomponen sebuah alat atau perlengkapan.
Misalnya, spesifikasi teknis untuk suatu sistem mesin uap, tata letak mesin-
mesin dalam sistem “ban berjalan” pada kegiatan produksi di sebuah pabrik.
Norma tadi dapat pula berupa ketentuan-ketentuan administratif.
Umpamanya syarat penerimaan dan promosi dalam sistem kepegawaian,
standar prestasi dalam sistem penggajian.
Sebuah sistem, sesederhana apapun, senantiasa mengandung kadar
kompleksitas tertentu. Dari uraian di atas kiranya cukup jelas bahwa sebuah
sistem bukan sekadar himpunan suatu subjek (misalnya kumpulan orang atau
masyarakat, kumpulan karyawan atau serikat buruh) atau himpunan suatu
objek (kumpulan tanaman bunga atau taman, kumpulan dokumen atau arsip).
Sebuah sistem juga bukan sekadar himpunan kaidah atau norma (misalnya
kitab undang-undang hukum perdata, kumpulan peraturan kepegawaian).
Bukan pula sekadar kumpulan lembaga/badan/organisasi (misalnya asosiasi
eksportir produk-produk tekstil atau Perserikatan Bangsa-Bangsa). Sebuah
sistem adalah jalinan semua itu, mencakup subjek (objek) dan perangkat
kelembagaan yang membentuknya.
Setiap sistem jika diuraikan lebih terperinci pada dasarnya selalu
mempunyai atau dapat dipilih menjadi beberapa subsistem, yakni sistem-
sistem lebih kecil yang merupakan bagian dari dirinya. Sebaliknya, setiap
sistem pada hakikatnya senantiasa merupakan bagian dari sebuah
suprasistem, yakni sebuah sistem lebih besar ke mana ia (bersama dengan
beberapa sistem lain) menginduk. Selanjutnya, perlu disadari sering kali
suatu sistem tidak dapat berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sistem lain.
Pola keterkaitan antar sistem sangat bervariasi. Dapat karena subjek atau
objek yang membentuk kedua sistem itu sama. Dapat karena lembaga atau
wadah di mana kedua sistem itu terbentuk sama. Dapat pula karena kaidah
untuk sistem yang satu juga berlaku sebagai kaidah di dalam sistem yang
lain.
1.6 Perekonomian Indonesia
Kesadaran bahwa sistem-sistem dapat dan bahkan sering berkaitan, itu
perlu. Kesadaran demikian, dapat menghindarkan kita dari perangkap
kepicikan, yakni memandang suatu secara tegar hanya berdasarkan tinjauan
sempit sebuah bidang. Sebaliknya, kesadaran demikian akan memperluas
wawasan kita, yakni memandang sesuatu secara arif berdasarkan pemahaman
lintas bidang. Sebagaimana terungkap di halaman-halaman berikut nanti,
sistem ekonomi tidaklah berdiri sendiri. Ia terkait dengan sistem-sistem lain
dalam sebuah suprasistem kehidupan sosial kemasyarakatan. Bagaimana
perekonomian sebuah negeri berjalan atau dijalankan, turut dipengaruhi oleh
bagaimana budaya masyarakat yang membentuk bangsa tersebut.
Bertolak dari pemahaman dasar mengenai makna dan hakikat sistem
tadi, dengan segala kompleksitas dan keterkaitannya, kini marilah kita
membahas sistem-sistem ekonomi yang ada.
C. SISTEM EKONOMI
Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin
hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam
suatu tatanan kehidupan. Sebuah sistem ekonomi terdiri atas unsur-unsur
manusia sebagai subjek; barang-barang ekonomi sebagai objek, serta
seperangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalinnya dalam kegiatan
berekonomi. Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga-lembaga
ekonomi (formal maupun nonformal), cara kerja, mekanisme hubungan,
hubungan dan peraturan-peraturan perekonomian, serta kaidah dan norma-
norma lain (tertulis maupun tidak tertulis) yang dipilih atau diterima atau
ditetapkan oleh masyarakat tempat tatanan kehidupan yang bersangkutan
berada. Jadi, dalam perangkat kelembagaan ini termasuk juga kebiasaan,
perilaku dan etika masyarakat, sebagaimana mereka terapkan dalam berbagai
aktivitas yang berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya bagi pemenuhan
kebutuhan.
Suatu sistem ekonomi tidak berdiri sendiri. Ia berkaitan dengan falsafah,
pandangan, dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak. Sebuah sistem
ekonomi sesungguhnya merupakan salah satu unsur saja dalam suatu
suprasistem kehidupan masyarakat. Ia merupakan bagian dari kesatuan
ideologi kehidupan bermasyarakat di suatu negara. Oleh karenanya, bukanlah
hal yang mengherankan apabila dalam perjalanannya atau penerapan suatu
sistem ekonomi tertentu di sebuah negara terjadi benturan, konflik, atau
PKOP4209/MODUL 1 1.7
bahkan tantangan. Pelaksanaan suatu sistem ekonomi tertentu di suatu negara
akan berjalan mulus jika lingkungan kelembagaan masyarakatnya
mendukung.
Dumairy (1996) menjelaskan bahwa sistem ekonomi adalah ”suatu
sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia
dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Sebuah
sistem ekonomi terdiri atas unsur manusia sebagai subjek, barang-barang
ekonomi sebagai objek serta seperangkat kelembagaan yang mengatur dan
menjalinnya dalam kegiatan berekonomi. Perangkat kelembagaan dimaksud
meliputi lembaga-lembaga ekonomi (formal maupun informal); cara kerja;
mekanisme hubungan; hukum dan peraturan-peraturan perekonomain; serta
kaidah dan norma-norma lain (tertulis maupun tidak tertulis) yang dipilih
atau diterima atau ditetapkan oleh masyarakat di tempat tatanan kehidupan
yang bersangkutan berlangsung. Jadi, dalam perangkat kelembagaan ini
termasuk juga kebiasaan, perilaku, dan etika masyarakat; sebagaimana
mereka terapkan dalam berbagai aktivitas yang berkenaan dengan
pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan”.
Sementara itu, Sheridan (1998) menyatakan bahwa ”Economic system
refers to the way people perform economic activities in their search for
personal happies” yang berarti bahwa sistem ekonomi adalah cara manusia
melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan
kepuasan pribadinya. Sanusi (2000) menguraikan bahwa ”sistem ekonomi
merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sejumlah lembaga atau
pranata (ekonomi, sosial, politik, ide-ide) yang saling memengaruhi satu
dengan lainnya dan ditujukan ke arah pemecahan masalah-masalah serta
produksi, distribusi, konsumsi yang merupakan problem dasar bagi setiap
perekonomian”.
Ketiga pengertian sistem ekonomi tersebut menunjukkan suatu
kumpulan tujuan, gagasan, kegiatan yang dipersatukan oleh beberapa bentuk
saling hubungan atau ketergantungan yang merencanakan, mengatur, dan
mengendalikan tindakan-tindakan ekonomi masyarakat. Dengan demikian,
secara singkat dan umum dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi mencakup
seluruh proses dan kegiatan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan
hidup atau mencapai kemakmuran.
Sebagai bagian dari suprasistem kehidupan, sistem ekonomi erat
berkaitan dengan sistem-sistem sosial lain yang berlangsung di dalam
masyarakat. Dilihat dari pandangan kemasyarakatan dalam rangka usaha
1.8 Perekonomian Indonesia
keseluruhan sosial itu untuk mencapai kemakmuran. Dalam pengertian
sebagai sistem sosial, suatu sistem ekonomi mengandung unsur.
1. Tujuan bersama dengan segala harapan, yang melahirkan berbagai
kebiasaan, tradisi, kaidah, aturan yang melembaga, yang semuanya itu
memungkinkan masyarakat melakukan usaha bersama, menata, dan
menertibkan setiap kegiatan individu dan kelompok, dalam rangka
ikhtiar mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan atau kemakmuran
masyarakat.
2. Seperangkat nilai yang melekat pada tujuan bersama tersebut dan
menciptakan pengikat yang mempersatukan anggota masyarakat dalam
usaha bersama menurut cara-cara tertentu.
3. Sikap dasar dan pengertian tentang hal dan kewajiban, yang membentuk
pola tingkah laku dan tindakan individu maupun kelompok, satu
terhadap yang lain.
4. Otoritas, kepemimpinan, struktur kekuasaan untuk mengarahkan usaha
bersama, memilih atau menetapkan alternatif-alternatif bagi alat-alat
yang digunakan, dan mempersatukan seluruh anggota masyarakat untuk
bersama-sama mempergunakan alat-alat tersebut.
Sebagai sebuah fungsi yang mengatur kehidupan masyarakat maka
Sistem Ekonomi mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Menyediakan perangsang untuk melakukan produksi.
2. Menyediakan cara-cara atau metode untuk mengorganisasikan dan
mengawasi kegiatan individu dalam perekonomian.
3. Menciptakan suatu mekanisme tertentu agar pembagian hasil produksi di
antara anggota masyarakat dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.
Sistem ekonomi yang berkembang di dunia mengenal beberapa bentuk.
Klasifikasinya tergantung pada bagaimana sistem itu membuat keputusan-
keputusan dasar tentang apa, bagaimana, dan untuk siapa barang diproduksi.
Atas dasar pandangan itu, kita dapat menemui tiga bentuk sistem ekonomi,
yaitu berikut ini.
1. Kapitalisme, dalam sistem ini pengambilan keputusan didistribusikan
secara luas atau lebih tepat diserahkan kepada semua individu. Istilah
“kapitalisme” diperkenalkan oleh Karl Marx (1818–1883) untuk
menunjuk pengaturan ekonomi yang menggantikan sistem feodal pada
zaman Pertengahan. Sistem ini tumbuh pada era ketika banyak terjadi
PKOP4209/MODUL 1 1.9
perubahan dalam metode produksi pada abad XVIII, dan memperoleh
bentuk yang sangat tajam melalui pemikiran-pemikiran manakala alat-
alat dasar produksi (tanah, tenaga kerja, kapital) dikuasai oleh swasta
maka produksi barang dan jasa secara maksimal akan tercapai bila
campur tangan pemerintah ditiadakan atau dibatasi sesedikit mungkin,
untuk memberi kesempatan kepada setiap individu menggunakan
kekayaan atau tenaga kerja sebebas-bebasnya untuk keuntungan sebesar-
besarnya bagi dirinya sendiri. Perekonomian yang diatur demikian ini
biasa disebut perekonomian liberal atau laissez faire. Oleh karena itu,
istilah “kapitalisme”, “liberal” atau laissez faire biasanya dianggap
serangkai.
Negara-negara yang saat ini menganut sistem ekonomi Liberal sebagian
besar adalah negara-negara di Amerika dan Eropa.
2. Sosialisme, dalam sistem ini pengambilan keputusan terkonsentrasi pada
kelompok yang berkuasa. Akan tetapi, istilah “sosialisme” juga
dipergunakan dalam berbagai arti untuk menyebut cita-cita, ajaran
gerakan, yang umumnya menghendaki pemilikan akan produksi secara
kolektif. Sosialisme dikenal mempunyai bentuk yang bervariasi, dari
yang lunak hingga yang ekstrem. Oleh karena itu, pengaturan ekonomi
yang dihasilkannya, yaitu kolektivisme juga bervariasi. Salah satu
bentuk kolektivisme yang ekstrem ialah komunisme dengan ekonomi
berencana yang disusun, dilaksanakan, dan dikontrol oleh kekuasaan
pusat.
Negara-negara bekas Uni Soviet dan Eropa Timur menganut sistem
perekonimian sosialisme ini, begitu juga negara China meskipun
reformasi di negara tersebut mendorong secara tajam untuk menjauhi
sistem ekonomi sosialis yang murni.
3. Sistem Tradisional, dalam sistem ini pengaturan ekonomi dimapankan
menurut pola tradisi, yang biasanya sebagian besar mempunyai kontrol
atas tanah sebagai sumber terpenting atau satu-satunya sumber ekonomi.
Kontrol ini mungkin berada pada suku desa atau unit-unit kecil yang
membagi sumber daya atau hasilnya kepada individu dan keluarga.
Meskipun demikian, memang benar bahwa terdapat bentuk-bentuk
sistem ekonomi, yang tidak sepenuhnya mengacu pada sistem liberalitas
dan kolektivitas. Perekonomian yang diatur demikian biasa disebut
sebagai sistem ekonomi campuran yang umumnya merupakan
perkembangan lebih lanjut dari sistem tradisional.
1.10 Perekonomian Indonesia
1. Sistem Ekonomi Kapitalis Liberal
Sistem ekonomi kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi manakala
kekayaan yang produktivitas terutama dimiliki secara pribadi dan produksi
terutama ditujukan untuk dijual. Adapun tujuan pemilikan secara pribadi
ialah untuk memperoleh suatu keuntungan/laba yang cukup besar dari hasil
menggunakan kekayaan yang produktif. Jelas sekali bahwa motif mencari
keuntungan/laba, bersama-sama dengan lembaga warisan dipupuk oleh
hukum perjanjian sebagai mesin kapitalisme yang besar.
Ciri-ciri terpenting sistem ekonomi kapitalis liberal adalah berikut ini.
a. Alat produksi dimiliki oleh individu atau kelompok individu atau badan
hukum. Hak milik perseorangan bersifat individualistis dan pemilikan
yang demikian inilah yang diidentifikasikan dengan “kapitalisme”.
b. Produksi dilakukan oleh swasta berdasarkan kebebasan individu untuk
menentukan usahanya sendiri dan kebebasan memilih pekerjaannya
sendiri atas inisiatif dan tanggung jawabnya sendiri, kebebasan membuat
kontrak (jual-beli, sewa, pinjaman, perubahan), dan kebebasan hak milik.
Kebebasan berusaha ini dianggap sebagai ciri penting. Oleh karena itu,
sistem perekonomian liberal sering disebut sistem free enterprise, dan
selanjutnya free trade (perdagangan bebas).
c. Motif laba sebesar-besarnya merupakan dasar penentuan jenis dan
jumlah barang yang diproduksi.
d. Pasar ditandai oleh persaingan bebas, manakala harga barang dibentuk
oleh interaksi bebas antara penawaran dan permintaan, atau dengan kata
lain antara persediaan dan kebebasan konsumsi.
e. Pada dasarnya, negara tidak campur tangan dalam kehidupan ekonomi.
Tugas utama negara ialah menjaga tertib hukum yang menjamin
kebebasan usaha setiap individu atau dengan kata lain, melaksanakan
doktrin liaises faire laissez passer.
Sepanjang kenyataan sejarah, sistem kapitalis liberal free enterprise atau
lassies faire ini mampu mengembangkan perekonomian industrial yang
hebat, tetapi juga disertai ketidakadilan sosial yang amat parah.
2. Sistem Ekonomi Sosialisme/Kolektivisme
Sistem sosialis merupakan kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis. Bagi
Kalangan sosialis, pasar justru harus dikendalikan melalui perencanaan
terpusat. Adanya berbagai distorsi dalam mekanisme pasar, menyebabkannya
PKOP4209/MODUL 1 1.11
tidak mungkin bekerja secara efisien. Oleh karena itu, pemerintah atau negara
harus turut aktif bermain dalam perekonomian. Satu hal yang penting untuk
dicatat berkenaan dengan sistem ekonomi sosialis bahwa sistem ini bukanlah
sistem yang tidak memandang penting kapital (Dumairy, 1996, hal 32).
Sistem ekonomi sosialis dibagi dalam dua sistem, yaitu sistem ekonomi
sosialis dari Marxis dan sistem ekonomi sosialis Demokrat. Sistem ekonomi
sosialis Marxis disebut juga sistem ekonomi Komando, manakala seluruh
unit ekonomi, baik sebagai produsen, konsumen maupun pekerja tidak
diperkenankan mengambil keputusan secara sendiri-sendiri yang
menyimpang dari komando otoritas tertinggi, yaitu partai. Sistem ekonomi
sosialis ini yang dulu dianut oleh Uni Soviet dan Negara-negara komunis di
Eropa Timur masih diterapkan sampai saat ini di Korea Utara dan mungkin
pada tingkat tertentu di Cuba. Pada sistem ekonomi sosialis Marxis, ruang
gerak bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk mengambil inisiatif sendiri dapat
dikatakan tidak ada sama sekali.
Pada sistem ekonomi sosialis Demokrat, kekuasaan otoritas tertinggi
jauh berkurang. Sistem ini menghargai kebebasan individu, misalnya
produsen bebas memilih jenis dan berapa banyak produksi yang akan
dihasilkan, konsumen bebas memilih barang mana yang dikendaki dan
pekerja bebas menentukan pekerjaan yang disukainya. Namun, peran
pemerintah juga sangat besar. Misalnya, terdapat ketentuan-ketentuan
mengenai upah minimum dan penetapan harga minimum atau maksimum
serta terdapat kebijaksanaan perlindungan usaha, konsumen, dan pekerja.
Sistem ini banyak dibantu di negara Eropa Barat, terutama Jerman.
Perbedaan penting antara sistem ekonomi sosialis dengan sistem ekonomi
kapitalis adalah adanya peningkatan standar hidup kelompok berpendapatan
terendah dan perlindungan terhadap semua warga masyarakat dari kesulitan
hidup dan masalah-masalah sosial lain sebagai akibat dari risiko kesulitan
hidup (Mubyarto, 2000). Pembagian pendapatan yang adil dijaga dengan cara
memberi perhatian pada tingkat dan pertumbuhan upah, sistem perpajakan,
stabilitas harga, persamaan peluang bekerja, dan berusaha bagi semua
masyarakat, dan adanya asuransi sosial minimal terhadap pengangguran, hari
tua, kesehatan, dan kecelakaan.
Ciri-ciri terpentingnya perekonomian kolektif ialah berikut ini.
a. Alat produksi dan sumber ekonomi dikuasai seluruhnya oleh negara.
Semua kekayaan adalah kekayaan sosial. Hak milik perseorangan atas
1.12 Perekonomian Indonesia
alat produksi dan sumber ekonomi tak diakui. Tanah misalnya, dimiliki
secara kolektif. Pemilikan seperti ini disebut kolektivisme.
b. Seluruh kegiatan ekonomi, termasuk produksi dan distribusi barang-
barang, merupakan usaha bersama di bawah pimpinan dan pengawasan
pemerintah negara. Usaha swasta tak dikenal, semua perusahaan adalah
perusahaan negara. Pendek kata, kegiatan ekonomi adalah serba negara
(etatisme), semua warga masyarakat adalah pekerja yang dibebani
kewajiban turut serta dalam kegiatan ekonomi menurut kemampuan, dan
setiap warga dijamin keperluan hidupnya menurut kebutuhan.
c. Jenis dan jumlah barang yang diproduksi ditetapkan menurut rencana
pemerintah pusat atau badan pusat yang dibentuk oleh pemerintah. Oleh
karena itu, sistem ini disebut sistem perekonomian berencana (central
planning).
d. Sifat serba negara, di samping menyangkut produksi dan distribusi
barang, juga mencakup pengaturan konsumsi dan penentuan harga
barang menurut rencana dan penetapan pemerintah. Jadi, pertukaran pun
tak ada, kecuali pertukaran barang-barang yang sudah dibagikan.
e. Negara adalah penguasa mutlak. Oleh karena tidak ada milik
perseorangan, kecuali atas barang-barang yang dihasilkan dengan tenaga
kerjanya sendiri, tidak ada kebebasan perusahaan dan memilih pekerjaan
maka sistem ini sebenarnya lebih tepat disebut sistem perekonomian
totaliter.
3. Sistem Ekonomi Campuran
Dalam sistem ini, kekuasaan dan kebebasan berdampingan dalam kadar
yang berbeda-beda, dan inilah yang menimbulkan berbagai bentuk campuran.
Ada campuran yang lebih mendekati sistem liberalistis karena kadar
kebebasan yang relatif besar. Ada pula campuran yang lebih mendekati
sistem kolektivitas karena peranan kekuasaan pemerintah negara yang relatif
besar dalam proses ekonomi.
Tapi dalam berbagai bentuk campuran ini, sumber ekonomi bangsa,
termasuk alat produksi, dimiliki oleh individu atau kelompok swasta, di
samping sumber-sumber tertentu yang dikuasai oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, atau pemerintah lokal. Oleh karena itu, dalam sistem
campuran dikenal paling tidak dua sektor ekonomi, yakni Sektor Swasta dan
Sektor Negara (Sektor Pemerintah, Sektor Publik).
PKOP4209/MODUL 1 1.13
Sedang di Indonesia, menurut Pasal 33 UUD 1945 di samping dua sektor
tersebut dikenal pula Sektor Koperasi, yang bahkan karena posisinya yang
strategis dan asasi dalam kerangka sistem perekonomian berdasarkan UUD
1945 sebagai jabaran Pancasila, dianggap sebagai sentral sistem. Dalam buku
ini Sektor Swasta dan Sektor Koperasi bersama-sama kita sebut Sektor
Bebas.
Sistem campuran melahirkan ekonomi pasaran sosial, yang
memungkinkan terjadinya persaingan di pasar bebas, tetapi bukan persaingan
mati-matian. Sementara itu, campur tangan pemerintah dilancarkan untuk
menyehatkan kehidupan ekonomi, mencegah konsentrasi yang terlalu besar
di pihak swasta, mengatasi krisis-krisis, dan membantu golongan ekonomi
lemah.
Bentuk sistem campuran juga sering menggunakan nama sosialis atau
sosialisme, tetapi bukan sosialis atau sosialisme ekstrem (radikal); seperti
misalnya komunisme yang menempatkan individu di bawah subordinasi
kelas, dan fasisme yang meletakkan individu di bawah subordinasi negara
(jadi komunisme itu sebenarnya fasisme juga, yaitu fasisme merah). Jadi,
negara-negara komunis menyebut dirinya sosialis, sementara negara yang
menolak komunisme juga menyebut dirinya demikian. Hitler mengambil
nama “nasional sosialisme” bagi gerakannya, tetapi negara-negara non-
komunis dan non-fasis, menyebut dirinya sendiri sosialisme yang diperlunak.
Nama lain yang identik dengan ekonomi campuran ialah negara
kemakmuran, negara kesejahteraan, demokrasi ekonomi, serta masyarakat
adil makmur.
D. SISTEM EKONOMI INDONESIA
Membaca paparan di atas, kita kembali pada pertanyaan tentang sistem
ekonomi apa yang berlangsung atau diterapkan di tanah air. Sebagaimana
telah disinggung di atas, pertanyaan yang sederhana ini tidak mudah untuk
dijawab. Langkah terbaik untuk menuju jawabannya adalah dengan menelaah
keadaan dan perkembangan perekonomian kita berdasarkan butir-butir sudut
tinjauan tadi berdasarkan hukum, perilaku, norma, dan etika yang berlaku
atau dianut oleh masyarakat dalam berekonomi, serta berdasarkan tinjauan
pengalaman kronologis.
Ditinjau berdasarkan sistem pemilikan sumber daya ekonomi atau
faktor-faktor produksi tidak terdapat alasan untuk menyatakan bahwa sistem
1.14 Perekonomian Indonesia
ekonomi kita adalah kapitalistik. Sama halnya, tidak pula cukup argumentasi
untuk mengatakan bahwa kita menganut sistem ekonomi sosialis. Indonesia
mengakui pemilikan individual atas faktor-faktor produksi; kecuali untuk
sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak yang dikuasai oleh
negara. Hal ini diatur dengan tegas oleh Pasal 33 UUD 1945. Jadi, secara
konstitusional, sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalisme dan bukan pula
sosialisme.
Kompetisi untuk memperbaiki taraf kehidupan, baik antar individu
maupun antar badan usaha, tidak dikekang. Berkenaan dengan kompetisi
antarindividu, pemerintah tidak membatasi misalnya pilihan seseorang untuk
memasuki bidang pendidikan/keahlian yang diminatinya. Pemerintah juga
membiarkan orang-orang memasuki bidang pendidikan yang sudah jenuh
pasar tenaga kerjanya. Untuk itu, pemerintah turut mengatur penyediaan
bidang pendidikan/keahlian, berdasarkan proyeksi kebutuhan. Jadi, tidak
sepenuhnya dilepas kepada pihak swasta, juga bukan sekadar menyediakan
anggaran atau subsidi dana pendidikan, sebagaimana yang pada umumnya
berlangsung di negara kapitalis.
Sehubungan dengan persaingan antarbadan usaha, tidak terdapat
rintangan bagi suatu perusahaan untuk memasuki bidang usaha tertentu.
Namun, untuk menghindari persaingan tidak sehat dalam pasar barang
tertentu yang sudah jenuh, pemerintah mengendalikannya dengan membuka
prioritas bidang usaha, termasuk juga prioritas lokasi usaha. Pengendalian
dimaksud, misalnya dengan mengumumkan Daftar Negatif Investasi (DNI).
Dalam hal penerimaan imbalan atas prestasi kerja, juga tidak terdapat
kekangan. Sangat terbuka peluang bagi setiap pekerjaan/permodalan untuk
mendapatkan imbalan melebihi sekadar kebutuhannya. Pemerintah bahkan
mengatur ketentuan upah minimum bagi pekerja, agar memenuhi standar
kebutuhan hidup minimum yang layak.
Iklim persaingan berekonomi dan kompetisi berbisnis di Indonesia
bukanlah persaingan yang bebas lepas, melainkan persaingan yang terencana
terkendali. Dalam sistem ekonomi kapitalis, persaingan bersifat bebas tanpa
kendali pemerintah. Sementara itu, dalam sistem ekonomi sosialis,
perencanaan terpusat sehingga persaingan praktis terkendali atau bahkan
tidak ada sama sekali. Indonesia tidak demikian. Persaingan tetap ada, akan
tetapi dalam beberapa hal terkendali.
Ketentuan-ketentuan dasar konstitusional untuk kehidupan ekonomi
menurut Pancasila dan UUD 1945 (sebelum diamandemen), antara lain
PKOP4209/MODUL 1 1.15
tercantum dalam Pasal 27, 33 dan 34 UUD 1945. Pasal 33 dianggap sebagai
pasal terpenting UUD 1945 dalam hubungannya dengan perekonomian
Indonesia.
Pasal 27 ayat (2) UUD menetapkan bahwa “tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”,
sedangkan Pasal 34 menetapkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara”. Pasal 33 UUD 1945 dengan penjelasannya yang
otentik berbunyi seperti berikut.
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pada tangal 10 Agustus 2002, amandemen UUD 45 pasal 45 ada
penambahan dua butir dari pasal 33 sehingga menjadi lima butir. Tambahan
tersebut adalah
1. perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;
2. ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Sementara itu, pasal 34 ditambahkan lagi tiga butir, yaitu
1. negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan;
2. negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak; dan
3. ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Dalam Pasal 33 tercantum demokrasi ekonomi. Produksi dikerjakan oleh
semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota masyarakat. Kemakmuran
1.16 Perekonomian Indonesia
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang per orang, oleh
sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Perekonomian berdasarkan atas demokratis ekonomi, kemakmuran bagi
semua orang. Oleh karena itu, cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara.
Kalau tidak, tampak produksi jatuh ke tangan perorangan yang berkuasa dan
rakyat banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat
hidup orang banyak boleh ada di tangan perorangan. Bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat.
Oleh sebab itu, harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Memperhatikan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi
Indonesia bukan kapitalisme dan bukan pula sosialisme, tetapi merupakan
sistem ekonomi campuran atau sering disebut juga sebagai sistem ekonomi
Pancasila.
1) Jelaskan tiga persoalan dasar setiap organisasi ekonomi!
2) Bagaimanakah ketiga persoalan dasar tersebut dipecahkan?
3) Apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi itu? Jelaskan!
4) Jelaskan perbedaan utama antara sistem ekonomi kapitalis, sistem
ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi campuran!
5) Menurut Anda mengapa Indonesia sistem ekonomi campuran? Jelaskan!
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Untuk soal latihan Nomor (1), (2), dan (3) perhatikan uraian tentang
persoalan dasar dan sistem ekonomi.
2) Untuk soal latihan Nomor (4) pusatkan perhatian Anda pada uraian
tentang 3 sistem ekonomi.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
PKOP4209/MODUL 1 1.17
3) Jawaban soal latihan Nomor (5) ada pada uraian tentang sistem ekonomi
Indonesia.
Setiap negara atau bangsa di dunia ini memiliki 3 persoalan dasar,
organisasi ekonomi yang sama, yaitu barang apa, bagaimana, dan untuk
siapa barang tersebut diproduksi. Pemecahan terhadap ketiga persoalan
dasar tersebut dilakukan oleh setiap negara atau bangsa dengan cara
yang berbeda, tergantung pada sistem ekonomi yang dianutnya.
Sistem ekonomi adalah sistem yang mengatur serta menjalin
hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan
dalam suatu tatanan kehidupan. Sebagai bagian dari sistem sosial, sistem
ekonomi mengandung unsur-unsur tujuan, nilai-nilai, sikap dasar,
otoritas kepemimpinan, dan struktur kekuasaan.
Dilihat dari perkembangannya, sistem ekonomi di dunia dapat
dibedakan menjadi sistem ekonomi kapitalis, sosialis, dan campuran.
Indonesia dilihat dari dasar konstitusionalnya, menganut sistem ekonomi
campuran. Pasal 27, 33, dan 34 UUD 1945 merupakan pasal-pasal
terpenting dalam hubungannya dengan sistem ekonomi Indonesia.
1) Setiap negara memiliki persoalan dasar organisasi ekonomi yang sama,
kecuali ….
A. bagaimana cara memproduksinya
B. komoditi apa yang harus diproduksi
C. diperuntukkan bagi negara kapitalisme
D. komoditi yang sudah diproduksi, diperuntukkan bagi siapa?
2) Fungsi sistem ekonomi dalam suatu masyarakat, yaitu ….
A. mengatur dan menjalankan subjek-subjek yang ada untuk bekerja
B. untuk mencapai kombinasi dari subjek-objek tersebut
C. menyediakan perangsang untuk melakukan produksi
D. menjalin hubungan satu sama lain
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1.18 Perekonomian Indonesia
3) Sebagai suatu sistem sosialis, sistem ekonomi mengandung unsur ….
A. produksi dijalankan melalui mekanisme pasar
B. teknik produksi diatur melalui perencanaan pusat
C. mempunyai hubungan erat dengan kehidupan keagamaan
D. masing-masing faktor produksi dan harga, diatur oleh mekanisme
pasar
4) Sistem ekonomi kapitalis memperoleh produksinya tergantung pada
permintaan ….
A. antar negara
B. perencanaan pusat
C. mekanisme masyarakat
D. pasar
5) Unsur-unsur yang ada dalam sistem ekonomi terdiri atas beberapa hal,
kecuali ….
A. barang ekonomi sebagai objek
B. unsur manusia sebagai subjek
C. perangkat kelembagaan yang mengatur
D. mendapat dukungan perilaku dan etika masyarakat
6) Sistem ekonomi kapitalis dilihat dari sejarahnya, pengambilan keputusan
diserahkan pada ….
A. pemerintah
B. masyarakat
C. kelompok
D. individu
7) Sosialisme dikenal mempunyai bentuk yang bervariasi lunak dan
ekstrem, pengaturan ekonomi yang dihasilkan, yaitu ….
A. kolektivisme
B. serangkai
C. menurut pola tradisi
D. industrial
8) Hal-hal yang terpenting dalam perekonomian kolektif, yaitu ….
A. sumber ekonomi dimiliki oleh masyarakat
B. dalam kehidupan ekonomi mendapat campur tangan pemerintah
C. jenis dan jumlah barang diproduksi ditetapkan oleh pemerintah
D. penentuan harga berdasarkan kebebasan konsumsi
PKOP4209/MODUL 1 1.19
9) Indonesia menganut sistem ekonomi .....
A. Sosialistik
B. Kapitalistik
C. Liberalistik
D. Pancasila
10) Landasan konstitusional sistem ekonomi Indonesia termaktub dalam ….
A. Pasal 20 UUD 1945
B. Pasal 33 UUD 1945
C. Pasal 34 UUD 1945
D. Pasal 25 UUD 1945
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
1.20 Perekonomian Indonesia
Kegiatan Belajar 2
Mengenal Lebih Jauh Perekonomian Indonesia
audara mahasiswa, pada Kegiatan Belajar 1 kita telah membahas tentang
Sistem Ekonomi secara umum dan sistem ekonomi yang digunakan oleh
negara-negara di dunia. Kita juga sudah menyinggung sekilas mengenai
sistem ekonomi yang dipraktikkan di Indonesia. Pada Kegiatan Belajar 2 ini
selanjutnya kita akan membahas lebih lanjut tentang perekonomian Indonesia
dan perkembangannya.
A. KARAKTERISTIK PEREKONOMIAN INDONESIA
Karakteristik perekonomian Indonesia tidak berbeda dengan
karakteristik perekonomian negara-negara berkembang lainnya. Tondaro dan
Smith (2006) menyatakan ada enam karakteristik negara-negara berkembang.
1. Standar hidup yang relatif rendah, ditunjukkan dengan pendapatan yang
relatif rendah, ketimpangan pendapatan yang parah, kondisi kesehatan
yang buruk, dan kurang memadainya sistem pendidikan.
2. Tingkat produktivitas yang rendah.
3. Tingkat pertumbuhan penduduk serta beban ketergantungan yang tinggi.
4. Ketergantungan pendapatan yang sangat besar kepada produksi sektor
pertanian serta ekspor produk-produk primer.
5. Pasar yang tidak sempurna dan terbatasnya informasi yang tersedia.
6. Dominasi, ketergantungan, dan kerapuhan yang parah pada hampir
semua aspek hubungan internasional.
Ciri-ciri struktur ekonomi di atas tidak berbeda dengan Indonesia. Mari
kita bahas satu persatu.
1. Standar hidup yang relatif rendah
Hampir di semua negara-negara berkembang standar hidup (level of
living) sebagian besar penduduknya cenderung sangat rendah. Standar ini
tercermin dari kemiskinan, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang
buruk, pendidikan yang rendah, angka kematian bayi yang tinggi, dan usia
S
PKOP4209/MODUL 1 1.21
harapan hidup yang relatif sangat singkat, peluang mendapatkan pekerjaan
yang rendah, dan dalam banyak kasus juga terdapat ketidakpuasan serta
ketidakberdayaan secara umum.
Pendapatan Nasional Perkapita (GNI= Gross National Bruto) perkapita
merupakan angka yang sering digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan
ekonomi penduduk satu negara. Konsep GNI merupakan nilai tambah atas
segenap kegiatan ekonomiyang dimiliki oleh penduduk suatu negara, baik
dari aset yang mereka miliki di dalam negeri maupun di aluar negeri tanpa
dikurangi depresiasi.
Kesenjangan pendapatan perkapitan antara negara-negara kaya dan
negara miskin sangat besar. Mari kita perhatikan tabel 1.1 tentang GNI per
kapita beberapa negara tahun 2002.
Tabel 1.1
Produk Nasional Bruto Per Kapita di Beberapa Negara Tahun 2011
20.000 40.000 60.000 80.000
0
$90.560
$5.6140
$41.739
$39.965
$39.345
Luxemburg
Norway
Netherlands
Austria
Sweden
Bosnia&Herzegovina
Denmark
Germany
Finland
United Kingdom
Italy
Ireland
South Korea
$39.123
$38.849
$38.021
$37.294
$36,672
$35,592
$32,997
100.000
Belgium
$32.625
$29,184
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_PDB_%
28KKB%29_per_kapita
Pada tabel di atas terlihat besarnya ketimpangan GNI antara negara-
negara kaya dengan negara miskin. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang pada akhir tahun 2011 US$ 3.500-3.600, lebih tinggi dari tahun
lalu yang hanya sebesar US$ 3.005. Perkembangan Produk Domestik Bruto,
1.22 Perekonomian Indonesia
Produk Nasional Bruto Per Kapita dan Pendapatan Nasional Per Kapita
Indonesia dari tahun 2000 sampai 2011 dapat kita lihat pada table 1.2
Tabel 1.2
Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional Bruto Per Kapita, dan Pendapatan Nasional Per Kapita
Tahun 2000-2011 (dalam Rupiah)
Deskripsi Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
2011**
Atas Dasar Harga Berlaku
Produk Domestik Bruto Per Kapita
6,775,002.9
2
7,907,482.3
0
8,621,614.6
9
9,389,161.0
9
10,547,133.5
4
12,557,512.9
2
14,892,059.8
7
17,360,535.0
2
21,424,748.4
5
23,913,985.2
9
27,084,008.2
0
30,812,926.1
1
Produk Nasional Bruto Per Kapita
6,325,722.4
6
7,614,246.0
5
8,363,637.7
8
9,028,203.2
8
10,063,150.1
7
11,946,446.3
8
14,257,576.6
2
16,646,564.5
6
20,663,361.4
2
23,076,985.4
6
26,322,486.0
4
29,934,685.8
9
Pendapatan Nasional Per Kapita
6,171,342.8
7
7,067,930.5
3
7,595,676.1
6
8,161,146.5
1
9,248,509.35
11,075,415.4
9
13,075,282.0
2
15,285,571.3
0
19,141,673.4
5
20,964,887.5
7
24,020,664.8
3
27,648,408.9
3
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Produk Domestik Bruto Per Kapita
6,775,002.9
2
6,918,441.5
8
7,123,261.5
6
7,353,877.0
4
7,610,116.09
7,924,894.31
8,237,716.52
8,631,408.43
9,015,742.15
9,294,167.91
9,736,695.11
10,219,309.8
2
Produk Nasional Bruto Per Kapita
6,325,722.5
1
6,600,424.1
2
6,856,558.6
1
6,975,122.1
6
7,240,441.70
7,438,841.61
7,729,941.07
8,101,642.27
8,597,543.55
8,825,719.62
9,345,382.15
9,819,153.13
Pendapatan Nasional Per Kapita
6,171,342.9
1
6,123,457.6
0
6,227,408.9
9
6,300,265.7
7
6,648,423.00
6,885,535.65
7,070,876.15
7,422,254.54
7,950,282.78
8,005,165.75
8,516,999.43
9,130,326.19
Keterangan:
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Tabel di atas menunjukkan perkembangan PDB, PNB, dan Pendapatan
perkapita Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun, tetapi angka ini
masih jauh di bawah pendapatan negara-negara maju. Sebagai perbandingan
negara Qatar menempati urutan pertama sebagai negara terkaya di dunia
dengan PDB per kapita sebesar US$90.149 atau Rp811 juta per tahun pada
2010.
PKOP4209/MODUL 1 1.23
Selain rendahnya PDB perkapita pada negara-negara berkembang,
masalah lainnya yang juga ditemui adalah tidak berimbangnya distribusi
pendapatan nasional dan lebarnya kesenjangan tingkat pendapatan perkapita
(income inequality) antara orang kaya dan orang miskin yang ada dalam
negara tersebut. Contoh, jika kita membandingkan sumbangan dalam
pendapatan nasional yang berasal dari 40% berasal dari penduduk termiskin
di suatu negara dan dengan sumbangan 20% penduduk terkaya sebagai
ukuran arbiter atas tinggi rendahnya tingkat ketidak merataan itu maka
terlihat distribusi pendapatan di negara-negara Brazil, Ekuador, Kolombia,
Niakaragua, Jamaika, Meksiko, Venezuela, Kenya, Sierra Leone, Afrika
Selatan, dan Guatemala sangat tidak merata. Namun, untuk negara-negara
India, Tanzania, Malaysia, Cina, Costarika, Cili, dan Libya tingkat
kesejangannya tidak terlalu parah. Sementara itu, di Taiwan, Slovakia,
Hungaria, Indonesia, Kanada, Jepang, Swedia, dan Korea Selatan distribusi
pendapatannya secara keseluruhan relatif agak merata (Todaro and Smith,
2006, hal 66).
Rendahnya standar hidup di negara berkembang juga terlihat dari sisi
kesehatan. Negara-negara di dunia ketiga masih harus berjuang melawan
kekurangan gizi, penyakit, dan kesehatan yang buruk. Usia harapan hidup di
negara-negara paling terbelakang di dunia hanya 50 tahun, di dunia ketiga
lainnya mencapai usia 64 tahun, sedangkan negara-negara maju, usia harapan
hidup ini mencapai 78 tahun. Di Indoensia sendiri, usia harapan hidup pada
tahun 2000 sudah mencapai 65,5 tahun. Perkembangan usia harapan hidup
Indonesia dapat kita lihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3 Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia
Tahun Usia harapan hidup
Periode 1971 47,7 tahun
Periode 1980 52,2 tahun
Periode 1990 59,8 tahun
Peride 2000 65,5 tahun
Periode 2010 71,3 tahun
Sumber: data BPPS
1.24 Perekonomian Indonesia
Hal ini menujukkan adanya peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia
selama tiga puluh tahun terakhir.
Tingkat kematian bayi (infant mortality rates), yakni jumlah anak yang
mati untuk 1000 kelahiran di negara-negara terbelakang rata-rata mencapai
96, sedangkan di negara berkembang lainnya mencapai 64 dan 8 di negara
maju. Di Indonesia sendiri angka kematian bayi menurun dari 68 pada tahun
1991 menjadi 34 perkelahiran hidup (KH) pada tahun 2007. Sementara,
target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32 per
1.000 untuk angka kematian Balita dan 23 per 1.000 KH untuk angka
kematian bayi.
Indikator rendahnya standar hidup di negara berkembang lainnya adalah
distribusi atas kesempatan memperoleh pendidikan dan tingkat buta huruf.
Pada negara-negara yang masih terbelakang, tingkat melek huruf rata-rata
hanya mencapai 45% dari jumlah penduduk. Tabel berikut ini secara ringkas
menggambarkan kepada kita bagaimana kondisi kurangnya fasilitas
kesehatan dan pendidikan di negara-negara dunia ketiga.
Tabel 1.4 Kekurangan Fasilitas Layanan di Negara Berkembang
Bentuk Kekurangan Fasilitas Layanan Jumlah Penduduk
Ketiadaan akses pelayanan kesehatan
766 juta (1995)
Ketiadaan sumber air bersih 968 juta (1998)
Ketiadaan sanitasi 2,4 milyar (1998)
Kematian balita sebelum usia 5 tahun
11 juta (1998)
Kurangnya berat badan balita di bawah usia 5 tahun
163 juta (1998)
Penderita HIV/ AIDS 34 juta (2000)
Buta huruf di kalangan dewasa 854 juta (2000)
Anak-anak putus sekolah 325 juta (2000)
Sumber: Todaro (2006)
Metode terkini yang digunakan untuk menganalisis perbandingan status
pembangunan ekonomi secara sistematis dan komprehensif oleh United
Nations Development Programme (UNDP) adalah Indeks Pembangunan
PKOP4209/MODUL 1 1.25
Manusia (Human Development Indeks/HDI). HDI mengukur skala dari 0
(tingkat pembangunan manusia paling rendah) hingga 1 (tingkat
pembangunan manusia tertinggi) berdasarkan produk akhir pembangunan,
yaitu masa hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar
kehidupan.
Peringkat perkembangan pembangunan manusia dalam HDR
dikatagorikan dalam empat kelompok sebagai berikut.
a. Very High Human Development (kelompok negara berperingkat
pembangunan manusianya sangat tinggi, 1- 47).
b. High Human Development (kelompok negara berperingkat
pembangunan manusianya tinggi, 48- 94).
c. Medium Human Development (kelompok negara berperingkat
pembangunan manusianya sedang, 94-141), dan
d. Low Human Development (kelompok negara yang peringkat
pembangunan manusianya rendah, 142-187).
Peringkat Indonesia dalam HDR selama 11 tahun (1999-2010) selalu di
peringkat 102 hingga 112. Peringkat terbaik dicapai di tahun 2001, yaitu
peringkat ke 102, dan di tahun 1999 di peringkat ke 105. Sementara itu,
peringkat terburuk terjadi di tahun 2003, yaitu peringkat ke 112, tetapi pada
tahun 2011 HDR Indonesia mengalami kemerosotan karena berada di
peringkat 124, padahal HDR 2010 menunjukkan bahwa Indonesia berada di
peringkat ke 108.
Tabel 1.5 Perkembangan Peringkat Human Development Indonesia
Tahun 1999 00 01 02 03 04 05 06 07/08 09 10 11
Peringkat HDI Indonesia
105 109 102 110 112 111 110 106 107 111 108 124
Sumber: UNDP, HDR 1999-2011 diolah
Perubahan Peringkat menjadi ke-124 ini menunjukkan bahwa
pembangunan manusia di Indonesia mengalami perlambatan dibandingkan
negara-negara lain. Derajat kesejahteraan masyarakat Indonesia mengalami
penurunan yang ditunjukkan dari usia harapan hidup (life expectancy at
birth). HDR 2010, menunjukkan usia harapan hidup masyarakat Indonesia
1.26 Perekonomian Indonesia
adalah 71,5 tahun, sedangkan HDR 2011 menunjukkan life expectancy
masyarakat Indonesia di usia 69,4 tahun (www.koalisiperempuan.or.id).
2. Tingkat produktivitas yang rendah
Di samping kualitas hidup yang rendah dan kurangnya peningkatan
kualitas sumber daya manusia, negara berkembang juga menghadapi masalah
rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja (labour productivity).
Rendahnya produkstivitas merupakan satu fenomena sosial, sekaligus
fenomena ekonomi, yang merupakan sebab sekaligus akibat keterbelakangan.
Secara ekonomi rendahnya produktivitas tenaga kerja disebabkan
kurangnya faktor-faktor produksi selain tenaga kerja, seperti modal dan
kecakapan manajemen yang berpengalaman. Hal ini dapat diatasi dengan
memobilisasi tabungan domestik dan penarikan bantuan asing guna
meningkatkan investasi baru dan penyesuaian kelembagaan, seperti reformasi
sistem pemanfaatan tanah, pengelolaan pajak badan usaha, penyaluran kredit
dan penyempurnaan sistem perbankan, penciptaan dan perbaikan lembaga-
lembaga administrasi agar lebih independen, jujur dan efisien serta perbaikan
struktur pendidikan dan pelatihan guna memaksimalkan potensi sumber daya
manusia.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya produktivitas di negara-negara
berkembang disebabkan lemahnya kekuatan fisik para pekerja yang
disebabkan rendahnya tingkat pendapatan. Hal ini mengakibatkan para
pekerja tidak sanggup memenuhi kebutuhan gizi dan makanan yang sehat.
Fenomena seperti sebuah lingkaran, manakala rendahnya produktivitas
menyebabkan pendapatan yang rendah, dan selanjutnya menyebabkan
ketidakmampuan menyediakan makanan bergizi yang mengakibatkan
rendahnya kapasitas untuk bekerja sehingga produktivitas menjadi semakin
rendah.
3. Tingkat pertumbuhan penduduk serta beban ketergantungan yang
tinggi
Jumlah penduduk dunia sebagian besar bermukim di negara-negara
dunia ketiga, tepatnya sekitar lima per enam dari total jumlah penduduk
dunia, sedangkan satu per enamnya tinggal di negara-negara maju. Besarnya
jumlah penduduk di negara-negara berkembang disebabkan karena tingkat
kelahiran di negara-negara berkembang pada umumnya sangat tinggi,
PKOP4209/MODUL 1 1.27
berkisar antara 30-40 per 1.000 penduduk, sedangkan di negara-negara maju
kurang dari setengahnya.
Salah satu implikasi dari tingginya angka kelahiran adalah komposisi
penduduk yang hampir 40% adalah anak-anak berumur kurang dari 15 tahun,
sedangkan di negara-negar maju tidak lebih dari 20% sehingga angkatan
kerja produktivitas di negara-negara berkembang harus menanggung beban
yang lebih banyak untuk menghidupi anak-anak yang secara proporsional
jumlahnya hampir dua kali lipat jumlahnya dibandingkan dengan negara-
negara kaya. Dilain pihak, proporsi penduduk yang berumur di atas 65 tahun
jauh lebih besar di negara maju. Penduduk yang berusia lanjut maupun yang
masih anak-anak secara ekonomis disebut beban ketergantungan (dependency
burden). Artinya, merupakan anggota masyarakat yang tidak produktif
sehingga menjadi beban bagi tenaga kerja produktivitas.
4. Ketergantungan pendapatan yang sangat besar kepada produksi
sektor pertanian serta ekspor produk-produk primer
Seperti halnya negara-negara berkembang lainnya, Indonesia merupakan
salah satu negara sedang berkembang yang banyak mengandalkan sektor
primer, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan hanya
sebagian kecil saja penduduk yang bekerja pada sektor sekunder
(manufacture) dan tersier (jasa). Penduduk pada negara-negara sedang
berkembang yang bekerja di sektor primer pada umumnya kurang lebih 60%,
di sektor produksi sekunder kurang dari 20%, dan sektor tersier kurang dari
20%. Dari tabel 1.6 terlihat bahwa barang manufaktur mewakili kurang dari
setengah ekspor barang-barang di kawasan negara maju kecuali Asia Timur
dan Selatan.
Namun, kemampuan ekspor negara-negara berkembang dalam
mengekpor komoditi primer non minyak bumi terus mengalami penurunan
dan tidak dapat mengimbangi ekspor negara-negara maju. Hal ini berdampak
pada berkurangnya sumbangan ekspor bagi pendapatan nasional. Akhirnya,
banyak negara di luar Asia Timur dan India memproduksi barang-barang
sederhana yang harganya terus menurun di pasar dunia (Todaro, 2006).
1.28 Perekonomian Indonesia
Tabel 1.6 Sumbangan Industri dalam Ekspor Menurut Kawasan
Sumber: Todaro (2006)
Jika dilihat dari hasil produksinya, Indonesia lebih banyak menghasilkan
barang-barang primer (pertanian) dibandingkan dengan barang-barang
sekunder (manufaktur).
Setelah Anda mengetahui ilustrasi karakteristik perekonomian di atas,
sekarang perhatikan bagaimana kondisi perekonomian Indonesia. Sejak
Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I), di Indonesia terjadi
ketidakserasian perkembangan antar sektor ekonomi, khususnya antara sektor
primer versus sektor sekunder. PJP I sudah berakhir dan telah menghasilkan
keberhasilan dan ketidakberhasilan. Indikator keberhasilan, terutama selama
Pelita I sampai dengan Pelita IV, secara kuantitatif dinyatakan dalam bentuk
kebutuhan pokok material fisik, seperti sandang dan pangan sampai awal
akhir PJP I sudah terpenuhi. Kualitas hidup manusia Indonesia mulai tahun
1980 meningkat, seperti tercermin dalam indeks yang merangkum usia
harapan hidup. Indeks ini secara nasional meningkat dari 51 tahun pada tahun
1971 menjadi 59 pada tahun 1980. Hasil ini dicapai berkat pembangunan
ekonomi, terutama pada peningkatan produksi di sektor primer. Sementara
itu, produksi di sektor sekunder, industri manufaktur yang mengolah bahan
baku, dan sektor tersier (jasa) telah tumbuh (Emil Salim, 1987). Posisi peran
sektor sekunder secara kuantitatif telah menggeser sektor primer, walaupun
sektor ini khususnya pertanian, tetap merupakan salah satu sektor penting
dalam perekonomian. Sebagai ilustrasi, perhatikan angka-angka statistik pada
Tabel 1.7.
PKOP4209/MODUL 1 1.29
Tabel 1.7
Tahun Sektor Primer Sektor Sekunder
1987
1988
1989
1990
1991
2,41
4,90
3,92
2,00
1,34
10,61
12,19
9,20
12,19
9,81 Sumber: BPS diolah oleh Kumala Hadi, et.al.
Berdasarkan data 1987 – 1991 tersebut, pertumbuhan sektor industri
manufaktur rata-rata 10% per tahun, sedangkan pertumbuhan sektor primer
rata-rata 2%. Dilihat dari sumbangannya terhadap PDB, sektor pertanian
menyumbang sekitar 19,6%, sedangkan sektor industri manufaktur
menyumbang 19,3%.
Tabel 1.8
Distribusi Persentase PDB Berdasarkan Harga Konstan 1983 (dalam %)
Tahun Sektor Pertanian *) Sektor Industri **)
1975
1980
1985
1989
1990
1991
26,46
23,27
22,68
20,46
19,58
18,50
8,86
12,60
15,79
18,19
19,30
19,90 Sumber: BPS diolah oleh Kumala Hadi, et.al.
* Termasuk peternakan, kehutanan, perikanan ** Industri manufaktur
Perubahan mendasar terjadi pada tahun 1991, ketika sumbangan sektor
manufaktur terhadap PDB sebesar 19,9% untuk pertama kalinya telah
melebihi sektor pertanian 18,5%. Dilihat dari perkembangannya sejak tahun
1975-1990, peran sektor primer terhadap PDB semakin menurun dari 26,5%
tahun 1975 menjadi 19,6% pada tahun 1990, sedangkan peran sektor
sekunder meningkat dari 8,9% tahun 1975 menjadi 19,3% tahun 1990.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 1970 sampai dengan tahun 1980-an
sektor pertanian telah menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan
1.30 Perekonomian Indonesia
merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga
berperan dalam menanggulangi kemiskinan di pedesaan.
Dalam kaitannya dengan perkembangan sektor pertanian dan upaya
peningkatan ekspor dari pertanian maka peningkatan pengembangan industri
ringan terutama yang mengolah hasil pertanian sangat perlu diperhatikan.
Untuk mendukung pengembangan sektor pertanian (subsistem) yang
seimbang dengan perekonomian kota (manufaktur), perlu adanya industri
manufaktur dengan teknologi yang relefan (teknologi tepat guna).
Sementara itu, pada tahun 2008 sampai dengan 2011 sumbangan produk
manufaktur terhadap PDB dapat kita lihat pada tabel berikut.
Tabel 1.9
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
2004-2012
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011* 2012**
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
716.656.20 857.196.80 985.470.50 1.091.447.30 1.190.412.40
a. Tanaman Bahan Makanan
349,795.00 419,194.80 482,377.10 529,968.00 574,330.00
b. Tanaman Perkebunan 105,960.50 111,378.50 136,048.50 153,709.30 159,753.90
c. Peternakan 83,276.10 104,883.90 119,371.70 129,297.70 146,089.70
d. Kehutanan 40,375.10 45,119.60 48,289.80 51,781.30 54,906.50
e. Perikanan 137,249.50 176,620.00 199,383.40 226,691.00 255,332.30
2. Pertambangan & Penggalian
541,334.30 592,060.90 719,710.10 879,505.40 970,599.60
a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
283,283.30 254,947.90 290,467.30 371,823.40 382,697.40
b. Pertambangan Bukan Migas
195,286.30 254,242.70 332,970.00 398,550.20 464,011.80
c. Penggalian 62,764.70 82,870.30 96,272.80 109,131.80 123,890.40
3. Industri Pengolahan 1,376,441.70 1,477,541.50 1,599,073.10 1,806,140.50 1,972,846.60
a. Industri Migas 237,771.60 209,841.10 214,432.70 253,078.60 254,407.80
1). Pengilangan Miyak Bumi 145,942.60 129,455.70 124,110.70 131,482.30 130,122.70
2). Gas Alam Cair (LNG) 91,829.00 80,385.40 90,322.00 121,596.30 124,285.10
b. Industri Bukan Migas 1,138,670.10 1,267,700.40 1,384,640.40 1,553,061.90 1,718,438.80
1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
346,185.60 420,363.30 465,367.90 546,752.00 624,371.00
2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
104,829.70 116,547.00 124,204.20 143,385.20 156,492.60
3). Industri Kayu dan Produk Lainnya
73,196.20 80,197.90 80,541.60 84,481.40 85,801.90
4). Industri Produk Kertas dan Percetakan
51,912.30 61,154.60 65,822.20 69,339.60 66,770.90
5). Industri Produk Ppuk, 154,117.20 162,879.20 176,212.40 189,700.00 216,382.50
PKOP4209/MODUL 1 1.31
Kimia dan Karet
6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam
40,178.70 43,530.70 45,514.50 50,790.50 58,018.30
7). Industri Logam Dasar Besi dan Baja
29,213.10 26,806.60 26,853.90 31,101.10 33,476.40
8). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi
329,911.70 346,403.00 389,600.10 426,233.70 465,537.40
9). Produk Industri Pengolahan Lainnya
9,125.60 9,818.10 10,523.60 11,278.40 11,587.80
4. Listrik, Gas & Air Bersih 40,888.60 46,680.00 49,119.00 56,788.90 65,124.90
a. Listrik 25,858.60 28,416.70 30,450.30 36,486.00 42,104.90
b. Gas 9,817.00 13,027.50 13,353.70 14,650.30 16,915.70
c. Air Bersih 5,213.00 5,235.80 5,315.00 5,652.60 6,104.30
5. Konstruksi 419,711.90 555,192.50 660,890.50 754,483.50 860,964.80
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
691,487.50 744,513.50 882,487.20 1,024,009.10 1,145,600.90
a. Perdagangan Besar dan Eceran
551,343.70 586,111.80 703,565.80 827,924.40 927,056.70
b. Hotel 18,900.30 20,781.50 23,876.60 26,376.90 31,775.90
c. Restoran 121,243.50 137,620.20 155,044.80 169,707.80 186,768.30
7. Pengangkutan dan Komunikasi
312,190.20 353,739.70 423,172.20 491,283.10 549,115.50
a. Pengangkutan 171,246.80 182,908.20 217,318.10 254,520.30 287,356.20
1). Angkutan Rel 1,649.80 1,904.30 2,260.20 2,367.10 2,478.40
2). Angkutan Jalan Raya 100,500.40 103,527.90 121,863.00 140,603.60 152,548.20
3). Angkutan Laut 16,019.20 15,812.70 16,929.80 18,589.90 19,661.80
4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
5,570.30 6,206.50 6,918.10 7,646.20 8,765.70
5). Angkutan Udara 19,665.90 24,248.80 34,781.00 46,711.00 62,212.40
6). Jasa Penunjang Angkutan
27,841.20 31,208.00 34,566.00 38,602.50 41,689.70
b. Komunikasi 140,943.40 170,831.50 205,854.10 236,762.80 261,759.30
8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
368,129.70 405,162.00 466,563.80 535,152.90 598,523.20
a. Bank 125,515.40 132,186.00 146,914.50 166,489.80 191,095.00
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank
41,753.20 49,220.30 59,201.40 70,576.40 79,897.00
c. Jasa Penunjang Keuangan 2,807.10 3,001.30 3,481.10 4,075.80 4,582.20
d. Real Estat 132,023.60 145,260.70 168,220.60 191,928.50 209,521.80
e. Jasa Perusahaan 66,030.40 75,493.70 88,746.20 102,082.40 113,427.20
9. Jasa-jasa 481,848.30 574,116.50 660,365.50 783,970.50 888,676.40
a. Pemerintahan Umum 257,547.70 318,580.80 359,840.90 432,785.40 485,535.40
1). Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan
157,726.90 195,129.70 220,543.40 266,247.50 300,158.10
1.32 Perekonomian Indonesia
2). Jasa Pemerintahan Lainnya
99,820.80 123,451.10 139,297.50 166,537.90 185,377.30
b. Swasta 224,300.60 255,535.70 300,524.60 351,185.10 403,141.00
1). Jasa Sosial Kemasyarakatan
83,834.50 97,489.30 114,237.60 134,726.80 158,744.90
2). Jasa Hiburan dan Rekreasi
13,027.70 14,806.60 17,345.00 20,455.70 23,058.10
3). Jasa Perorangan dan Rumah tangga
127,438.40 143,239.80 168,942.00 196,002.60 221,338.00
Produk Domestik Bruto 4,948,688.40 5,606,203.40 6,446,851.90 7,422,781.20 8,241,864.30
Produk Domestik Bruto Tanpa Migas
4,427,633.50 5,141,414.40 5,941,951.90 6,797,879.20 7,604,759.10
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber: www.bpps.go.id
5. Pasar yang tak sempurna dan terbatasnya informasi yang tersedia
Sepanjang dekade 1990 banyak negara-negara berkembang yang
bergerak menuju perekonomian pasar dengan harapan berkurangnya
dominasi pemerintah dan pasar perlu diberi keleluasan lebih besar agar
pertumbuhan ekonomi lebih sehat. Namun, anggapan ini keliru karena
efektivitas pasar memerlukan dukungan instutisional, kultural, dan legal
tertentu yang kebanyakan dilupakan oleh mesyarakat industri.
Kebanyakan negara berkembang tidak memiliki perangkat hukum/legal
dan institusional, termasuk adanya
a. sistem yang legal yang mendorong adanya kontrak/perjanjian dan
validasi hak cipta;
b. kurs mata uang yang stabil dan terpercaya;
c. infrastruktur jalan dan fasilitas lain yang mendorong biaya transportasi
serta komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan regional;
d. sistem asuransi dan perbankan yang kuat;
e. pasar kredit formal yang melakukan seleksi serta alokasi dana pinjaman
berdasarkan profitabilitas ekonomi relatif;
f. kuantitas dan kualitas sumber daya;
(Todaro dan Smith, 2006).
Faktor-faktor di atas menonjol di negara berkembang dan menyebabkan
keterbelakangan.
PKOP4209/MODUL 1 1.33
6. Dominasi, ketergantungan, dan kerapuhan yang parah pada hampir
semua aspek hubungan internasional
Bagi negara-negara berkembang dalam aspek perdagangan internasional
muncul adanya ketimpangan distribusi pendapatan internasional yang
disebabkan distribusi kekuatan politik dan ekonomi yang sangat tidak merata
antara negara-negara kaya dan negara miskin. Ketimpangan kekuatan
tersebut tidak hanya pada dominasi negara kaya dalam mengatur pola
perdagangan internasional dan kesepakatan yang mengaturnya, namun juga
pada kemampuan mereka mendikte syarat-syarat transfer teknologi,
pemberian pinjaman, dan pelaksanaan investasi luar negeri ke negara-negara
sedang berkembang.
Salah satu ciri perekonomian Indonesia adalah berorientasi pada hasil
ekspor pertanian. Akibat dari pentingnya ekspor dalam keseluruhan produksi
maupun tingginya tingkat konsentrasi ekspor maka sebagian besar dari hasil
nasional Indonesia (seperti tercermin dalam APBN), terdiri atas beberapa
macam komoditi secara praktis tidak ada spesialisasi. Ketergantungan yang
sangat tinggi terhadap ekspor produk utama, seperti minyak dan hasil
pertanian, menjadikan Indonesia sangat peka terhadap tekanan-tekanan
pasaran internasional. Pergeseran yang sangat luas dari persediaan komoditi
pertanian sebagai akibat fluktuasi dalam siklus perdagangan dunia membawa
kegoncangan-kegoncangan jangka pendek dalam penghasilan ekspor karena
sumber daya kurang fleksibel maka sangatlah sulit menyesuaikan diri pada
perubahan-perubahan jangka panjang dalam permintaan dunia. Salah satu
akibat dari kurang fleksibelnya sumber daya adalah penurunan dalam
perimbangan harga-harga barang ekspor ke negara besar sehingga sulit
menarik manfaat dari pasaran dunia. Perbaikan dalam term of trade tidak
diimbangi dengan kenaikan output dan lapangan kerja karena pasar kurang
sempurna, social overhead kurang memadai, dan ketidaksempurnaannya
dalam menyesuaikan diri secara struktural. Setiap usaha meningkatkan
produktivitas industri barang primer selalu berakhir pada kemerosotan term
of trade, pengangguran, dan ketidakseimbangan neraca pembayaran, yang
pada gilirannya akan memperendah tingkat pembentukan modal, yang berarti
mempersulit tingkat pertumbuhan ekonomi. Efek akhir dari hal tersebut
adalah ketergantungan terhadap kekuatan luar negeri dalam hubungan luar
negeri, baik ekonomi, politik, maupun kultural.
Ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan luar negeri, menjadikan
devisa luar negeri sebagai alat yang paling menentukan dalam perekonomian
1.34 Perekonomian Indonesia
nasional. Akhirnya, tidak dapat dihindari bahwa ketergantungan negara-
negara sedang berkembang seperti Indonesia untuk memperoleh devisa,
menyebabkan karakteristik umum negara-negara sedang berkembang adalah
dependensi dalam ekonomi dunia. Sebagai contoh 10% sampai dengan 15%
GNP negara-negara sedang berkembang adalah hasil ekspor sektor pertanian
dan bahan dasar lainnya (Todaro, 1983). Akibatnya, negara-negara yang
sudah maju sering kali mengendalikan dan mendikte pola perdagangan
internasional, bahkan menerapkan syarat-syarat pengiriman teknologi dan
bantuan luar negeri. Oleh sebab itu, di luar manifestasi ekonomi,
ketergantungan adalah dalam bentuk pengiriman barang-barang dan
teknologi apakah berupa transmisi lembaga-lembaga internasional (seperti
sistem pendidikan dan kesehatan), nilai-nilai pola konsumsi, maupun sikap-
sikap terhadap diri sendiri. Semua persoalan di atas pada gilirannya
menimbulkan suatu situasi vulnerabilities (perasaan mudah terpengaruh,
mudah tersinggung) oleh kekuatan-kekuatan internasional, baik sosial
maupun ekonomi.
B. SEJARAH EKONOMI INDONESIA
Saudara mahasiswa, seperti telah kita ketahui sepanjang perjalanan
ekonomi Indonesia telah melewati beberapa periode pemerintahan mulai
Pemerintahan Orde Lama, Pemerintahan Orde Baru, Pemerintahan Transisi,
dan Pemerintahan Reformasi hingga Kabinet SBY (Tambunan, 2011). Setiap
periode pemerintahan memiliki keunggulan dan ciri khusus yang
menandainya. Mari kita bahas satu persatu bagaimana pola-pola perencanaan
dan hasil perekonomian pada setiap perode pemerintahan ini.
1. Pemerintahan Orde Lama (1945 – 1966)
Pemerintahan Orde Lama merupakan satu tonggak sejarah permulaan
perekonomian Indonesia setelah melepaskan diri dari penjajahan. Pada saat
ini, kondisi perekonomian sangat lemah dan tidak stabil. Selama peride 1950-
an struktur ekonomi masih merupakan peninggalan zaman kolonial. Sektor
formal, seperti pertambangan, distribusi, transportasi, bank, pertanian
komersil yang memiliki kontribusi lebih besar dimiliki oleh perusahaan-
perusahaan asing yang berorientasi ekspor. Kegiatan ekonomi masih dikuasai
pengusaha asing yang relatif lebih padat modal. Laju rata-rata pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada waktu itu sebesar 7% per tahun dan setelah itu
PKOP4209/MODUL 1 1.35
menurun drastis menjadi rata-rata hanya 1,9%, bahkan pada tahun 1965 dan
1966 laju pertumbuhan ekonomi dan PDB Indonesia hanya sekitar 0,5% dan
0,6%. Rendahnya laju pertumbuhan ekonomi diperparah dengan defisit saldo
pembayaran dan defisit APBN yang terus membesar, bahkan pada tahun
1965 defisit mencapai 200% dari besarnya pendapatan pada tahun yang
sama.
Selain itu, selama periode Orde Lama, kegiatan produksi di sektor
pertanian dan sektor industri manufaktur sangat rendah karena keterbatasan
kapasitas produksi dan infrastruktur yang mendukung. Rendahnya produksi
dan tingginya permintaan akibat banyaknya uang yang beredar di tengah
masyarakat mengakibatkan inflasi sampai 300% pada akhir periode orde
lama. Besarnya jumlah uang yang beredar dan tingkat harga (Stephen
Genville dalam Anne Booth dan McCawley, ed., 1990) dapat kita lihat pada
tabel berikut ini. Tabel 1.10
Besarnya Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Harga
Tahun JUB (%) Harga (%)
1960 1961 1962 1963 1964 1965 1966
39 42 99 95
156 280 763
19 72
158 128 135 595 635
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Tahunan Jakarta, Berbagai Edisi.
Selama tahun 60-an sumber penciptaan uang oleh sektor pemerintah
merupakan penyebab terpenting dari naiknya jumlah uang yang beredar.
a. Rencana dan Kebijaksanaan Ekonomi
Beberapa rencana dan kebijakan ekonomi yang dilaksanakan pada
periode Orde Lama sebagai berikut.
1) Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB) 1961-1969.
Rencana pembangunan ini disusun berlandasarkann “Manfesto Politik
1960” untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dengan azas ekonomi
terpimpin. Akan tetapi, kebijakan ini mempunyai beberapa kelemahan
yang disebabkan berikut ini.
1.36 Perekonomian Indonesia
a) Rencana ini tidak mengikuti kaidah-kaidah ekonomi yang lazim.
b) Defisit anggaran yang terus meningkat yang mengakibatkan hyper
inflasi.
c) Kondisi ekonomi dan politik saat itu: dari dunia luar (Barat)
Indonesia sudah terkucilkan karena sikpnya yang konfrontatif.
Sementara di dalam negeri pemerintah selalu mendapat rongrongan
dari golongan kekuatan politik “kontra-revolusi” (Muhammad Sadli,
Kompas, 27 Juni 1966, Penyunting Redaksi Ekonomi Harian
Kompas, 1982 dalam Munawir, SE).
2) Kebijaksanaan bidang ekonomi–keuangan:
Keputusan Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6 Januari 1961: Bank
Indonesia dilarang menerbitkan laporan keuangan/statistik keuangan,
termasuk analisis dan perkembangan perekonomian Indonesia.
a) Pada tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno memproklamirkan
berlakunya Deklarasi Ekonomi dan pada tanggal 22 Mei 1963
pemerintah menetapkan berbagai peraturan negara di bidang
perdagangan dan kepegawaian.
b) Pokok perhatian diberikan pada aspek perbankan, namun
nampaknya perhatian ini diberikan dalam rangka penguasaan
wewenang mengelola moneter di tangan penguasa. Hal ini nampak
dengan adanya dualisme dalam mengelola moneter. (Suroso, 1994).
c) Kebijakan ekonomi yang paling penting yang dilakukan Kabinet
Hatta adalah reformasi moneter melalui devaluasi mata uang
nasional, yang saat itu masih gulden dan pemotongan uang sebesar
50 persen terhadap semua uang kertas yang beredar pada bulam
Maret 1950.
2. Masa Orde Baru (1966 – 1998)
Pada bulan Mei 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde BAru.
Perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air. Pemerintah
Orde Baru menjalin kembali hubungan dengan pihak Barat dan menjauhi
pengaruh ideologi komunis. Saat ini Indonesia kembali menjadi anggota PBB
dan Lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti IMF dan Bank Dunia
(Tambunan, 2006).
PKOP4209/MODUL 1 1.37
Ada dua periode pemulihan ekonomi yang dilakukan pada masa Orde
Baru, yaitu (a) masa Stabilisasi dan Rehabilitasi (1966–1968); (b) Masa
Pembangunan Ekonomi (1969–sekarang).
a. Masa Stabilisasi dan Rehabilitasi (1966 – 1968)
Periode ini dikenal sebagai periode stabilisasi dan rehabilitasi sesuai
dengan masalah pokok yang dihadapi, yaitu
1) meningkatnya inflasi yang mencapai 650% pada tahun 1965;
2) turunnya produksi nasional di semua sektor;
3) adanya dualisme pengawas dan pembinaan perbankan. Dualisme ini
muncul dari struktur organisasi perbankan yang meletakkan Deputi
Menteri Bank Sentral dan Deputi Menteri Urusan Penertiban Bank dan
Modal Swasta berada di bawah Menteri Keuangan (Suroso, 1994).
Rencana dan Kebijaksanaan Ekonomi yang diambil seperti berikut.
1) Ditetapkannya Ketetapan MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966 tentang:
Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan, dan
Pembangunan, tertanggal 5 Juli 1966, antara lain menetapkan Program
Stabilisasi dan Rehabilitasi: 1966–1968 (jangka pendek) dengan skala
prioritas pengendalian inflasi, pencukupan kebutuhan pangan,
rehabilitasi prasarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekspor, dan
pencukupan kebutuhan sandang.
2) Serangkaian kebijaksanaan Oktober 1966, Pebruari 1967 dan Juli 1967
antara lain
a) kebijaksanaan kredit yang lebih selektif (penentuan jumlah, arah,
suku bunga);
b) menyeimbangkan/menurunkann defisit APBN.
3) Mengesahkan/memberlakukan undang-undang:
a) UU Pokok Perbankan No. 14/1967
b) UU Perkoperasian no. 12/1967
c) UU Bank Sentral No. 13/1968
d) UU PMA tahun 1967 dan UU PMDN tahun 1968
e) Membuka Bursa Valas di Jakarta 1967.
b. Masa Pembangunan Ekonomi (1969 – Sekarang)
Pada bulan April 1969 Repelita I dimulai. Skala perioritas ditujukan
pada bidang pertanian, bidang prasarana dan bidang industri/pertambangan
1.38 Perekonomian Indonesia
dan minyak. Jangka waktu dan strategi pembangunan dibuat dalam bentuk
pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Pembangunan Jangka Panjang dimulai dengan pembangunan Jangka
Panjang Tahap I (PJPT – I) selama 25 tahun, terdiri atas:
Repelita I : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dan industri
yang mendukung sektor pertanian.
Sebagian besar anggaran pemerintah dialokasikan di bidang
ekonomi, yaitu 78,28% untuk sektor pertanian dan irigrasi,
sektor perhubungan dan pariwisata, industri dan
pertambangan serta sektor pedesaan.
Repelita II : Menitikberatkan pada sektor pertanian dengan
meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku.
Repelita III : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
Pada Repelita III Pemerintah mencanangkan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya yang ditekankan melalui
delapan jalur pemerataan seperti berikut.
1. Kebutuhan pokok rakyat (pangan, sandang).
2. Kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan.
3. Pembagian pendapatan.
4. Perluasan kesempatan kerja.
5. Usaha, terutama golongan ekonomi lemah.
6. Kesempatan berpartisipasi (pemuda, wanita).
7. Pembangunan antar daerah.
8. Kesempatan memperoleh keadilan.
Repelita IV : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian melanjutkan
usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin
industri, baik industri berat maupun industri ringan, yang
terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya.
Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa Orde Baru telah meletakkan
dasar bagi pembangunan Indonesia pada masa berikutnya dengan
keberhasilan yang dicapai selama proses pembangunan. Ada beberapa
PKOP4209/MODUL 1 1.39
kondisi utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu usaha
membangun ekonomi dapat berjalan dengan baik, yaitu
a. kemauan politik yang kuat;
b. stabilitas politik dan ekonomi;
c. sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik;
d. sistem politik dan ekonomi terbuka;
e. kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik.
3. Masa Pemerintahan Transisi
Masa pemerintahan transisi terjadi setelah periode Orde Baru berakhir.
Pada saat ini Indonesia mulai mengalami krisis ekonomi. Faktor-faktor utama
yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tidak dapat
ditentukan secara mudah. Hal ini karena setiap gejolak ekonomi dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang langsung (direct factors) dan faktor-
faktor yang tidak langsung (indirect factors) yang mempengaruhinya. Selain
itu, dapat pula dibedakan adanya faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal, yang mempengaruhi terjadinya krisis ekonomis, baik yang bersifat
ekonomi maupun yang bersifat noneknomis.
Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat dipakai sebagai
dasar menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi di Asia
(Tulus Tambunan, 1998).
a. Faktor-faktor Internal
Fundamental ekonomi nasional yang merupakan penyebab krisis
ekonomi di Indonesia adalah fundamental makro, misalnya 1) pertumbuhan
ekonomi; 2) pendapatan nasional; 3) tingkat inflasi; 4) jumlah uang beredar;
5) jumlah pengangguran; 6) jumlah investasi; 7) keseimbangan neraca
pembayaran; 8) cadangan devisa, dan 9) tingkat suku bunga.
Dilihaat dari fundamental ekonomi makro, bukan hanya sektor moneter,
tetapi juga sektor riil mempunyai kontribusi yang besar terhadap terjadinya
krisis ekonomi di Indonesia, karena dua alasan berikut.
1) Perkembangan sektor moneter sebenarnya sangat tergantung dari
perkembangan sektor riil karena uang (valas) sudah menjadi komoditas
yang diperdagangkan, seperti produk-produk dari sektor riil.
2) Perubahan cadangan valas sangat sensitif terhadap perubahan sektor riil
(perdagangan luar negeri) dan salah satu penyebab depresiasi nilai tukar
1.40 Perekonomian Indonesia
rupiah yang menciptakan krisis ekonomi di Indonesia adalah terbatasnya
cadangan valas di Bank Indonesia.
b. Faktor-faktor eksternal
1) Jepang dan Eropa Barat mengalami kelesuan pertumbuhan ekonomi
sejak awal dekade 90-an dan tingkat suku bunga sangat rendah. Dana
sangat melimpah sehingga sebagian besar arus modal swasta mengalir ke
negara-negara Asia Tenggara dan Timur, yang akhirnya membuat krisis.
2) Daya saing Indonesia di Asia yang lemah, sedang nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS terlalu kuat (overvalued). (Tulus Tambunan, 1998).
Pada bulan September 1997, nilai tukar rupiah terus melemah dan
menghambat pembangunan ekonomi. Pada awalnya, pemerintah
menyelesaikan permasalahan ini melaui mekanisme ekonomi dalam negeri,
tetapi oleh karena cadangan devisa yang semakin menipis akhirnya pada 8
Oktober 1997 pemerintah Indonesia secara resmi meminta bantuan
pendanaan dari IMF. Bersamaan dengan itu maka pemerintah Indonesia juga
diharuskan membenahi perekonomian dalam negeri dalam bentuk kebijakan
yang mencakup ekonomi makro (fiskal dan moneter), restrukturisasi sektor
keuangan, dan reformasi struktural.
Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan penurunan nilai tukar rupiah
yang tajam disertai dengan terputusnya investasi dana luar negeri
menyebabkan turunnya produksi secara drastis dan berkurangnya kesempatan
kerja. Pada saat yang sama, kenaikan laju inflasi yang tinggi dan penurunan
penghasilan masyarakat menyebabkan merosotnya daya beli sehingga
kesejahteraan masyarakat menurun drastis dan kemiskinan semakin meluas.
Tabel berikut ini menggambarkan beberapa akibat krisis ekonomi
terhadap PDB, Inflasi, kenaikan suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap
dolar sepanjang tahun 1998.
Tabel 1.11 Indikator Makroekonomi Tahun 1998
Rincian Triwulan I Triwulan II Triwulan
III Triwulan
IV
Perubahan %
Produk domestik bruto riil (Tahun dasar 1993)
-4,0 -12,3 -18,4 19,5
Pengeluaran konsumsi 2,4 4,8 -13,7 -9,5
Inflasi IHK 39,1 56,7 82,4 77
PKOP4209/MODUL 1 1.41
Suku bunga PUAB 51,8 64,6 66,2 33,4
Nilai tukar (Rp$) 14,900 10,700 8,025 8,685
Sumber: Munawir, SE
Berbagai permasalahan nonekonomi juga muncul dalam waktu yang
relatif bersamaan, seperti kerusuhan sosial yang menyebabkan berbagai
kerusakan di sektor produksi maupun distribusi, jaringan distribusi yang
tidak berfungsi sepenuhnya, dan pergantian kepemimpinan nasional dan
proses konsolidasi pemerintahan baru. Akibatnya pada tahun 1998 PDB Riil
menyusut sampai 18,4% yang terutama disebabkan oleh kegiatan investasi
dan konsumsi swasta yang merosot tajam. Penurunan kegiatan investasi
berkaitan dengan makin memburuknya ketidakseimbangan neraca dunia
usaha, memburuknya kondisi ekonomi.
4. Masa Pemerintahan Reformasi
Pada awal periode pemerintahan reformasi di tahun 1999 kondisi
perekonomain Indonesia sudah semakin membaik. Laju pertumbuhan PDB
mulai positif, dan pada tahun 2000 hampir mencapai 5%. Selain itu, laju
inflasi dan tingkat suku bunga juga rendah yang mencerminkan kondisi
moneter dalam negeri sudah mulai stabil. Namun, kondisi ini semakin
menurun pada tahun 2001 manakala nilai tukar dolar mencapai Rp.12.000.
Beberapa indikator kenaikan dan penurunan kondisi perekonomian pada
awal reformasi dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Pertumbuhan PDB
Riil 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pertumbuhan PDB riil (%)
-13.1 0.8 4.9 3.8 4.3 4.9 5.1 5.7 5.5 6.3 6.0
PDB nominal (millair US$)
96 140 166 164 200 239 258 287 364 433 497
PDB perkapita (US$)
977 694 742 697 948 1117 1191 1308 1641 1925 2183
Pertumbuhan ekspor
-8.6 -0.4 27.7 -9.3 5.0 8.4 12.0 19.7 17.7 13.2 7.0
Pertumbuhan impor
-34.4 -12.2 39.6 -7.6 15.1 10.9 27.8 24.0 5.8 22.0 12.0
Neraca Perdagangan
21.5 24.7 28.6 25.4 23.5 24.6 21.2 28.0 39.7 39.6 39.1
Transaksi berjalan 4.3 4.1 4.8 4.2 3.9 3.4 1.1 0.1 3.0 2.5 1.6
Sumber: data BPPS (dalam Tambunan, 2006)
Meskipun pada awalnya mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2002
PDB Indonesia tumbuh sebesar 4.3 persen dibandingkan tahun sebelumnya
1.42 Perekonomian Indonesia
dan terus meningkat. PDB nominal juga mengalami peningkatan yang cukup
besar sampai tahun 2008; demikian juga pendapatan perkapita juga
meningkat dengan persentase yang cukup besar.
Permasalahan yang cukup besar pada awal tahun 2005 adalah kenaikan
harga BBM di pasar internasional. Meskipun Indonesia merupakan negara
pengekspor BBM, tetapi juga mengimpor BBM yang cukup besar. Kebijakan
ini menimbulkan tekanan yang cukup berat terhadap APBN sehingga
pemerintah mengeluarkan kebijakan mengurangi subsidi BBM yang
berimbas pada naiknya biaya produksi. Secara luas kebijakan ini berdampak
negatif terhadap kegiatan ekonomi domestik. Kenaikan harga minyak ini juga
berimbas pada penurunan nilai tukar rupiah. Akhirnya, kenaikan harga BBM
dan penurunan nilai tukar rupiah berimbas pada laju inflasi, pada tahun 2005
laju inflasi Indonesia sebesar 6,2%.
Menjelang tahun 2009, perekonomian Indonesia mengalami tekanan
secara eksternal dengan kenaikan harga BBM dan kenaikan harga pangan di
pasar dunia. Hal ini menyebabkan laju inflasi terus naik. Selain itu, pada
periode 2008–2009 juga terjadi krisis ekonomi global yang berawal dari
krisis keuangan di AS dan mengakibatkan resesi dunia (Tambunan, 2006).
Akan tetapi, pada krisis ini Indonesia lebih siap dibandingkan dengan krisis
pada tahun 1997-1998. Hal ini disebabkan kondisi perbankan nasional yang
jauh lebih baik dan keberhasilan pemerintah merespon krisis tersebut dengan
tetap menjaga nilai tukar rupiah dan menambah pengeluaran pemerintah yang
dikenal dengan stimulus fiskal.
1) Coba Anda jelaskan ciri-ciri utama perekonomian Indonesia yang tidak
dimiliki oleh negara berkembang lainnya!
2) Mengapa perekonomian yang menghasilkan bahan primer cenderung
memiliki term of trade yang rendah?
3) Beberapa indikator menunjukkan adanya perubahan struktur ekonomi,
coba Anda jelaskan!
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
PKOP4209/MODUL 1 1.43
4) Coba Anda jelaskan perkembangan perekonomian Indonesia sejak
periode Orde Baru sampai periode Reformasi. Temukan hal-hal posistif
yang ada di sepanjang perjalanan perekonomian Indonesia tersebut.
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Diskusikan dengan teman dan tutor Anda, kemudian Anda simak ciri-ciri
umum perekonomian negara-negara sedang berkembang.
2) Bacalah uraian materi tentang negara berkembang.
3) Anda simak kembali uraian materi ini dan cari literatur lain yang
relevan.
4) Anda simak tabel-tabel pertumbuhan sektoral terhadap PDB dan jumlah
tenaga kerja terserap untuk masing-masing sektor yang disajikan pada
Kegiatan Belajar 2.
5) Diskusikan dengan teman Anda.
Karakteristik perekonomian Indonesia, tidak berbeda dengan
karakteristik, negara-negara berkembang lainnya, yaitu
1) penghasil bahan-bahan primer (bahan baku primer);
2) mengalami tekanan penduduk yang tinggi;
3) memiliki sumber daya alam yang belum dikembangkan;
4) penduduk yang terbelakang secara ekonomi;
5) kekurangan modal;
6) orientasi pada perdagangan luar negeri.
Ketergantungan Indonesia terhadap barang-barang primer,
mengakibatkan Indonesia selalu memiliki posisi yang lemah dalam
menentukan term of trade.
Akibat jumlah tenaga kerja semakin lama semakin banyak,
sedangkan lapangan kerja di sektor pertanian semakin terbatas maka
penggunaan tenaga kerja kurang efisien dan efektif. Akibatnya, timbul
pengangguran semu dan pengangguran terbuka. Sumber daya alam yang
belum dikembangkan sebagai akibat dari tidak dimiliki juga jumlah
modal dan tenaga terampil yang cukup, menyebabkan produktivitas
sangat rendah. Oleh karena produktivitas rendah maka pendapatan
rendah. Pendapatan yang rendah menyebabkan pembentukan modal juga
RANGKUMAN
1.44 Perekonomian Indonesia
rendah, yang berarti sumber daya alam tidak dapat dikembangkan secara
optimal.
Struktur ekonomi suatu negara dapat diketahui dari lapangan kerja
dan lapangan kehidupan sebagian besar dari penduduknya, serta
besarnya sumbangan setiap sektor kegiatan ekonomi terhadap
GNP/GDP.
1) Salah satu ciri perekonomian Indonesia yang paling menonjol adalah
perekonomian yang berstruktur ….
A. agraris
B. industri
C. jasa
D. semuanya benar
2) Berikut ini termasuk sektor tersier, kecuali sektor….
A. pendidikan
B. industri
C. asuransi
D. perbankan
3) Jenis pengangguran yang bukan merupakan ciri negara sedang
berkembang adalah pengangguran…..
A. terpaksa
B. sementara
C. terbuka
D. tak kentara
4) Apabila tingkat kesejahteraan ingin meningkat maka .…
A. tingkat pertumbuhan ekonomi harus sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk
B. tingkat pertumbuhan ekonomi harus lebih kecil daripada
pertumbuhan penduduk.
C. tingkat pertumbuhan ekonomi harus lebih besar daripada tingkat
pertumbuhan ekonomi
D. mortalitas harus lebih besar daripada fertilitas
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
PKOP4209/MODUL 1 1.45
5) Kekurangan modal sebagai salah satu karakteristik perekonomian
nasional tercermin dalam ....
A. besarnya utang luar negeri
B. kecilnya daya serap tenaga kerja
C. terbatasnya kapasitas penduduk
D. kecilnya tabungan yang dapat dihimpun
6) Pentingnya arti ekspor dalam struktur perekonomian Indonesia terutama
dapat dilihat dari .…
A. RAPBN
B. neraca pembayaran
C. struktur ekspor
D. neraca perdagangan
7) Struktur ekonomi suatu negara dapat dilihat dari komponen-
komponen.…
A. lapangan kerja penduduk
B. sumber penghasilan penduduk
C. sumbangan setiap sektor
D. semuanya benar
8) Perubahan struktur perekonomian Indonesia dari pertanian ke industri
yang paling menonjol adalah pada ….
A. Repelita I
B. Repelita II
C. Repelita III
D. Repelita IV
9) Ada 3 jenjang analisis dalam perubahan struktur pertanian tradisional ke
industri. Pada jenjang manakah Indonesia saat ini?
A. Jenjang I
B. Jenjang II
C. Jenjang III
D. Jenjang I Dan II
10) Perubahan struktur ekonomi Indonesia saat ini cenderung menimbulkan
kontraksi terutama hasil sektor .…
A. pertanian
B. industri
C. jasa keuangan
D. konstruksi dan bangunan
1.46 Perekonomian Indonesia
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
PKOP4209/MODUL 1 1.47
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) C
2) C
3) B
4) D
5) D
6) D
7) A
8) C
9) D
10) B
Tes Formatif 2
1) A
2) B
3) B
4) C
5) C
6) C
7) D
8) D
9) D
10) A
1.48 Perekonomian Indonesia
Daftar Pustaka
Bank Indonesia. 2011. “Laporan Tahunan BI 2010/2011.”
Case, Karl E and Fair, Ray C. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jilid 2 Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
--------------------------------. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Edisi
Ketujuh. Jakarta: PT Indeks.
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Gelora Aksara
Pratama.
Dawam Rahardjo. 1997. Agenda Aksi Liberalisasi Ekonomi dan Politik di
Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Kuncoro, Mudrajat. 2010. Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
Munawir, SE ............................................................
Todaro, Michael P and Smith, Stephen. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1
Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
------------------------------------------------------------. Pembangunan Ekonomi.
Jilid 2 Edisi Kesembilan, Jakarta: Erlangga.
www.bps.co.id
top related