tinjauan yuridis kawasan ekonomi khusus (kek) …... · kerancuan serta memberikan kepastian hukum...
Post on 03-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
TINJAUAN YURIDIS KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) DALAM
SISTEM ADMINISTRASI PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32
TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
Siti Rifqa Raihani
NIM. E0007216
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
TINJAUAN YURIDIS KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM SISTEM
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004
TENTANG PEMERINTAHAN DAEARAH
Oleh
Siti Rifqa Raihani
NIM. E0007216
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 12 Januari 2012
Wasis Sugandha, S.H.,M.H.,M.H
NIP. 196502131990021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PENGESAHAN PENGUJI
TINJAUAN YURIDIS KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM
SISTEM ADMINISTRASI PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN
2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Oleh
Siti Rifqa Raihani
NIM. E0007216
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 26 Januari 2012
DEWAN PENGUJI
1 Waluyo, S.H.,M.Si : .............................
Ketua
2 Lego Karjoko, S.H.,M.H : .............................
Sekretaris
3 Wasis Sugandha, S.H.,M.H.,M.H : .............................
Anggota
Mengetahui
Dekan,
Prof. DR. Hartiwiningsih, S.H,M.H
NIP. 195702031985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERNYATAAN
Nama : Siti Rifqa Raihani
NIM : E0007216
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul
TINJAUAN YURIDIS KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM
SISTEM ADMINISTRASI PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32
TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH adalah betul-
betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum
(skripsi) ini diberi tanda citasi dan di tunjukan dalam daftar pustaka. Apabila
kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 12 Januari 2012
yang membuat pernyataan
Siti Rifqa Raihani
NIM. E0007216
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRAK
Siti Rifqa Raihani, E0007216.2012.Tinjauan Yuridis Kawasan Ekonomi
Khusus dalam Sistem Administrasi Pemerintahan Negara Republik
Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Fakultas Hukum UNS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) secara administratif, kendala yang akan
dihadapi didalam pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) serta cara
mengatasi kendala tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat perskriptif.
Sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer dan sekunder. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum primer yang terdiri peraturan
perundang-undangan, sedangkan bahan hukum sekunder bahan pustaka yang
didapat dari perpustakaan. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan
adalah studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian pengelolaan KEK dilakukan oleh
administrator dan badan usaha pengelola yang tugasnya sebagian ada pada
pemerintah daerah dengan membentuk Dewan Kawasan. Dalam melaksanakan
tugasnya Dewan Kawasan bertanggung jawab kepada Dewan Nasional yang
diketuai oleh menteri. Sejauhmana tangung jawab pemerintah daerah terhadap
pengelola KEK diatur oleh undang-undang. Selain itu, mekanisme kerja antara
pemerintah provinsi yaitu gubernur dan pemerintah kabupaten yaitu bupati harus
lebih di perjelas di dalam undang-undang pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus.
Undang-undang Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus harus sesuai dengan
undang-undang Pemerintahan Daerah. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan
kerancuan serta memberikan kepastian hukum bagi penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus. Jika undang-undang Pemerintahan Daerah sudah tidak sesuai
lagi dengan tujuan KEK itu sendiri sudah seharusnya diganti dengan undang-
undang yang baru, selain itu perlu adanya keseragaman istilah Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK).
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlu adanya
pembenahan dari peraturan perundang-undangan di dalam pengelolaan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) agar bisa diketahui sejauhmana peran pemerintah daerah
didalam pengeloaan KEK.
Kata kunci : Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRACT
Siti Rifqa Raihani, E0007216.2012. Juridical Review of Special Economic
Zones in System Administration of the Republic of Indonesia Government
Based on Law Number 32 of 2004 About Regional Government. Faculty of
Law Sebelas Maret University.
This study aims to determine how management of Special Economic
Zones (SEZ) in administrative, obstacles will be faced in the management of
Special Economic Zones and how to overcome these obstacles.
This research is a normative legal research with prescriptive feature. Data
sources used were primary and secondary legal materials. In this study the
authors use primary legal materials which consist of legislation, while the
secondary legal materials are library materials obtained from the library.
Techniques of legal materials collection that be used is literature study.
Based on the research results of KEK management that be conducted by
administrators and business managers whose in part job on regional government
by establishing a Regions Council. In performing its duties, the Regional Council
is responsible to the National Council, chaired by the minister. The extent of
regional government responsibilities towards the KEK management regulated by
law. In addition, the mechanism of action between provincial governors and
district governments that the regents should be more in clarifying the law in the
management of Special Economic Zones. Special Economic Zone Management
Law shall must be accordance with Regional Government legislation. It aims not
to cause confusion and provide legal certainty for the implementation of Special
Economic Zones. If the Region Government legislation is no longer appropriate
for the KEK purpose should be replaced with new legislation, other than, there is
need for uniformity in terms of Special Economic Zones.
From the discussion results can be concluded that need for reform of
legislation on the management of Special Economic Zones (KEK) in order to
know the extent of the role of regional government in KEK management.
Key words: Management of Special Economic Zones (KEK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
KATA PENGANTAR
Dengan kesungguhan hati dan segala usaha serta rahmat dan hidayah
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis berhasil
menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul ”TINJAUAN YURIDIS
KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM SISTEM ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH”.
Dalam penulisan hukum ini penulis melakukan penelitian tentang
pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berdasarkan administrasi
pemerintahan, kendala yang dihadapi serta upaya untuk mengatasi kendala
dipandang dari sistem adnimistrasi pemerintahan.
Tujuan pembuatan penulisan hukum ini adalah untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal sampai selesainya penulisan hukum ini
tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. DR. Hartiwiningsih, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Wasis Sugandha, S.H,M.H,M.H selaku Dosen Pembimbing
Penulisan Hukum (Skripsi).
3. Bapak Pius Triwahyudi, S.H,M.Si, selaku ketua Bagian Hukum
Administrasi Negara.
4. Ibu TH. Kussunaryatun, S.H,M.H, selaku Pembimbing Akademis.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta, atas bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis
selama masa perkuliahan.
6. Ayahanda H. Muhidin S.H,M.Hum, dan Ibunda Hj. Hazriah, Spd.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
7. Kakek penulis Alm.H. Muhammad Yassin dan nenek Alm.Hj. Marhamah.
8. Kedua adik tersayang Siti Walidah .J. dan Ahmad Huzaimi .D.
9. Widita Dana Martanti, S.H., Hesti Indrayani, S.H., Indah Widiyanti, S.H.,
dan Maharto Prastowo, S.H.
10. Teman-teman magang mas didit, mas surya, destra, hanik dan tika.
11. Teman-teman Kost Purigarditari mbak nisa, novi, ello, grahita, lutfi, tya,
indah fisika, indah sejarah, essa, santi, amal, dan fanny.
12. Senior penulis mbak nunik, mbak wiwik, dan mbak mut.
13. Teman-teman Fakultas Hukum UNS.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan imbalan atas segala
bantuan dan amal baik atas bantuan dan amal baik yang telah dilakukan oleh
Bapak, Ibu, dan Saudara.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini
penulis telah berusaha dengan sungguh-sungguh, namun hasilnya masih jauh
dari sempurna dan masih banyak kekurangannya karena keterbatasan
kemampuan penulis, karena itu segala kritik dan saran yang menuju ke aras
perbaikan penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Surakarta, 12 Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
E. Metode Penelitian ..................................................................... 11
F. Sistematika Penelitian Hukum .................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 17
A. Kerangka Teori ......................................................................... 17
1. Tinjauan Umum Mengenai Kawasan Ekonomi Khusus
berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus dan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus ..................... 17
2. Tinjauan Umum Sistem Administrasi Pemerintah ............... 21
a. Definisi Sistem ......................................................... 21
b. Hukum Administrasi Pemerintahan ......................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Tinjauan Umum Mengenai Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah .......................... 27
a. Keterkaitan Pemerintahan Daerah dengan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) .......................................... 27
b. Keterkaitan Otonomi Daerah dengan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) .......................................... 32
B. Kerangka Berfikir ..................................................................... 37
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 40
A. Bentuk Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus Serta
Permasalahan yang dihadapi ....................................................... 40
1. Pengelolaaan Kawasan Ekonomi Khusus ............................ 40
2. Tinjauan Terhadap Kawasan Khusus berdasarkan
Perspektif UU Nomor 32 Tahun 2004 ................................. 46
B. Kendala serta upaya mengatasi kendala didalam pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).............................................. 54
BAB VI PENUTUP ............................................................................... 61
A. Kesimpulan ......................................................................... 61
B.Saran ..................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 66
LAMPIRAN ........................................................................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Keterangan Penelitian dari Perpustakaan Mahkamah
Konstitusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara merupakan perwujudan dari suatu masyarakat yang memiliki
tujuan tertentu sesuai kesepakatan yang dicapai antara para pendirinya atau
komponen kenegaraan dimaksud. Tujuan bernegara pada dasarnya akan tertuang
dalam cita-cita luhur bersama dalam wujud konstitusi. Di antara tujuan luhur
bernegara adalah sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 pada alinea keempat antara lain memajukan kesejahteraan
umum yaitu masyarakat bangsa itu sendiri. Dengan demikian, pembentukan suatu
negara juga dibarengi dengan tanggung jawab sosial pada negara itu yakni untuk
dapat memberikan kesejahteraan dalam bentuk kehidupan yang lebih baik bagi
masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal mutlak yang harus
dipenuhi oleh negara dimana kesejahteraan tersebut harus tersirat secara langsung
dalam norma dan prinsip dari negara itu sendiri.
Luas dan intensitas keterlibatan negara dalam urusan kesejahteraan
masyarakatnya setidak-tidaknya akan dipengaruhi atau ditentukan oleh :
a. Kategori negara kesejahteraan yang bersangkutan dan
adaptibilitasnya terhadap perubahan sebagai dampak globalisasi,
b. Kecermatan dalam menentukan diskresi,
c. Peran pengadilan. ( I Dewa Gede Palguna , 2008:182)
Indonesia sebagi salah satu negara yang menjunjung tinggi kesejahteraan
masyarakatnya ( welfare states) dimana sebagai salah satu perwujudan
kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pada dasar negara Indonesia yang
menjunjung tinggi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya. Hal tersebut
dapat dilihat dari falsafah negara Indonesia sendiri yakni Pancasila pada sila ke- 5,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demikian pula dalam hukum dasar
tertulis (basic law), konstitusi negara Republik Indonesia Undang-Undang Dasar
1945 alinea IV yang berbunyi,”Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada, Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari
kedua dasar negara Indonesia tersebut dapat dinyatakan bahwa Negara Indonesia
baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki tanggung jawab sosial pada
masyarakatnya untuk memberikan kehidupan yang lebih baik, salah satunya
dalam bidang perekonomian.
Pembangunan dalam bidang perekonomian mutlak dilaksanakan guna
tercapainya kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan
perekonomian Indonesia, pemerintah melaksanakan kerjasama ekonomi dengan
negara lain. Terutama dengan negara-negara tertentu yang memilki tingkat
kemampuan ekonomi dan teknologi maju.Pada dasarnya negara dengan tingkat
teknologi maju adalah negara tingkat ekonomi maju pula. Melalui perkembangan
teknologi dan informasi secara global menjadikan hubungan antar negara sebagai
salah satu keperluan atau kebutuhan dari negara itu sendiri, termasuk dalam hal ini
Indonesia. Selain itu, ditunjang dengan posisi geografis dari Negara Indonesia
yang unik sehingga menjadikannya sebagai Negara dengan letak geografis yang
strategis. Hal ini dapat dilihat dari letak Indonesia yang berada di antara dua
samudera dan dua benua sekaligus memiliki perairan yang menjadi salah satu urat
nadi perdagangan internasional. Letak geografis menempatkan Indonesia di posisi
silang, sehingga Indonesia berada pada jalur transportasi perdagangan yang ramai,
ditunjang dengan kekayaan alam yang melimpah. Sudah seharusnya kondisi
semacam ini daapt dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Bumi dan air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dan kekayaan Indonesia yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Di dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya alam Indonesia sesuai
dengan pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945, dirasakan adanya beberapa
hambatan dari pelaksanaannya, dimana beberapa di antaranya yakni lemahnya
sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia, kurangnya modaldan
manajemen serta IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan lain sebagainya.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah agar bisa mengolah sumber daya alam
yaitu dengan menarik investor asing. Menjalin kerjasama dibidang perekonomian
agar investor asing tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.Globalisasi
ekonomi telah membawa persaingan dalam menarik investasi dan persaingan
merebut pasar, baik lokal maupun luar negeri, semakin ketat. Indonesia sekarang
tidak hanya bersaing dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina, tetapi juga
Vietnam, dan mungkin akan menyusul Kamboja. Dulu Cina yang tidak banyak
diperhitungkan masyarakat ekonomi dunia, kini telah menjadi salah satu kekuatan
ekonomi baru yang mampu membuat kekuatan ekonomi Amerika dan sekutunya
di Eropa terkapar.Melihat kondisi tersebut, Indonesia semestinya telah menjadi
kekuatan ekonomi lain di belahan Asia seandainya krisis multi dimensional tidak
menimpa Indonesia.Hal tersebut dinyatakan oleh Sebastian Heilmann dalam
tulisannya yaitu“China’s experience attests tothe potency of experimentation in
bringing about transformative change, even in a rigidauthoritarian, bureaucratic
environment, and regardless of strong political opposition”( Sebastian Heilman
2008:9).
Alhasil dengan kondisi seperti sekarang ini Indonesia semestinya telah
memiliki konsep tepat untuk memulihkan perekonomiannya antara lain dengan
lebih aktif dalam menarik investor untuk berinvestasi di Indonesia. Untuk itu,
Pemerintah Pusat telah mengeluarkan paket kebijakan investasi berupa deregulasi
dalam lima bidang, yakni masalah umum (termasuk memperkuat kelembagaan
pelayanan investasi dan sinkronisasi peraturan daerah dan pusat), kepabeanan dan
cukai, perpajakan, ketenagakerjaan, dan usaha kecil, menengah, dan koperasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Bahwa pembangunan bidang ekonomi yang artinya adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth), dimana pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi itu sendiri, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi. Suatu negara dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan Gross
National Product (GNP) riil di negara tersebut.Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Dampak positif dari adanya pembangunan Ekonomi adalah:
a. Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian
akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses
pertumbuhan ekonomi.
b. Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan
mengurangi pengangguran.
c. Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan
ekonomi secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan
nasional.
d. Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan
struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi
struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis.
e. Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sehingga dalam hal ini, dimungkinkan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan pesat. Dengan
demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi diakses tanggal 10
oktober 2011 pukul 09.00 WIB).
Hubungan kerja sama antarnegara di bidang ekonomi dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk. Bentuk kerja samanya ditentukan
berdasarkan negara yang mengadakan perjanjian. Berdasarkan jumlah
negara yang mengadakan, kerja sama ekonomi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kerja sama ekonomi bilateral dan kerja sama ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
multilateral. Kerja Sama Ekonomi Bilateral adalah Kerja sama ekonomi
bilateral adalah kerja sama ekonomi antara satu negara dengan negara
tertentu. Kerja sama tersebut hanya melibatkan dua negara.
Contoh:perjanjian antara Indonesia dengan Singapura mengenai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Kerja Sama Ekonomi Multilateral adalah kerja
sama yang dilakukan oleh banyak negara. Kerja sama multilateral
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kerja sama regional dan kerja sama
internasional.
a. Kerja sama regional
Kerja sama regional adalah kerja sama antara beberapa negara dalam
satu kawasan. Contoh: ASEAN, MEE, dan lain-lain.
b. Kerja sama internasional
Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara di
dunia dan tidak terbatas dalam satu kawasan. Contoh: IMF, ILO, OPEC,
dan lain-lain.
Sebagai bentuk kerjasama ekonomi bilateral yaitu pada tanggal 25
Juni 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri
Singapura, Lee Hsien Loong di Turi Beach Resort melakukan pertemuan
yang membahas mengenai Special Economic Zone atau Kawasan Ekonomi
Khusus (SEZ/KEK). Salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi yaitu dengan melakukan kerjasama Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) yaitu kawasan tertentu dalam suatu negara yang
punya payung hukum ekonomi liberal. Tujuan utamanya meningkatkan
investasi asing. ”Alasan pemerintah Indonesia melakukan kerjasama KEK
adalah didasarkan pada pemikiran yang mencontoh kepada negara lain
pada saat Wakil presiden (Wapres) Jusuf Kalla melakukan kunjungan
ekonomi ke daerah Negara Cina. Jusuf Kalla sebagai pelaku
usaha/pengusaha yang secara kebetulan telah berstatus sebagai Wapres
melihat KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang diterapkan di Cina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tersebut baik adanya dan mendukung kepada sistem
ekonominegaratersebut”.(http://www.harianbatampos.com/index.php?opti
on=com_content&task=view&idItemid=75 diakses tanggal 10 november
pukul 08:00 WIB). Salah satu faktor yang mempengaruhi ekonomi Cina
berkembang dengan pesat adalah karena menjalankan politik pintu terbuka
dimana John ren-chen dalam tulisannya mengatakan:
Briefly, the main contents of the economic transition in China consist of
thefollowing issues:
1. Communes were dissolved and a new system of local rural authority
and a reform in the agricultural sector were implemented in 1978,
2. Market-oriented decision competence was delegated to the local
authority, who represents the owner of the CCOE,
3. Open-door policy means liberalization of international economic activi-
ties
4. The economic system was changed from socialist planning with a cen-
tralized decision system to a market-oriented decentralized decision
systemby delegating competences from the central planning office to the
managers of SOE and CCOE.
5. Economic activities were deregulated. Chinese and private institutions
are allowed to set up privately owned profit-oriented enterprises.
6. SOE were re-formed and reorganized but not privatized: privatization
of SOE has been very limited since the beginning of transition.
Reorganization means in most cases integration of several SOE to a
bigger SOE to realize positive effect of scale economies (John ren-chen,
2005:317)
Agar KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) bisa dilaksanakan di
Indonesia perlu adanya dasar hukum.Dasar hukum KEK (Kawasan
Ekonomi Khusus) yang berlaku di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Selain KEK
(Kawasan Ekonomi Khusus) dan terdapat juga perjanjian lainnya yaitu
FTZ (Free Trade Zone-Perdagangan Bebas) yaitu, kawasan yang terisolasi
dan berlokasi dekat dengan pelabuhan laut dan bandara, dimana barang
impor akan dipindahkan, disimpan, dikemas ulang atau proses lainnya
bebas dari pengenaan bea masuk PPN,PPnBM, dan cukai. Dasar hukum
FTZ (Free Trade Zone-Perdagangan Bebas) yaitu Undang-undang Nomor
37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-undang.
Ada beberapa hubungan antara KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)
dengan FTZ ( Perdagangan Bebas-Free Trade Zone). Pertama, keduanya
merupakan bentuk kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan
investasi asing dan menambah devisa negara. Di dalam pelaksanaannya
pemerintah Indonesia harus hati-hati agar perjanjian yang dijalin tidak
merugikan negara. Investor asing yang menanamkan modalnya di
Indonesia harus membagi keuntungan yang diperoleh dengan
seimbang.“Karena dikhawatirkan akan menjadi perangkap bagi negara-
negara berkembang dan terbelakang menjadi sasaran eksploitasi ekonomi
negara-negara maju, bahkan lebih jauh negara-negara berkembang dan
terbelakang akan kehilangan kedaulatan di negaranya sendiri” (Hasim
Purba 2006:126). Lalu yang kedua, wilayah KEK ( Kawasan Ekonomi
Khusus) sama dengan FTZ (Perdagangan Bebas- Free Trade Zone) yaitu
Batam, dikhawatirkan pelaksanaannya dan pengelolaannya karena akan
membingungkan investor asing mengenai peraturan mana yang akan
dipakai Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus atau Undang-undang Nomor Undang-undang Nomor 37 Tahun
2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Sabang menjadi Undang-undang.
Selain itu juga dilihat tentang tata cara pendirian KEK (Kawasan
Ekonomi Khusus) yang tertuang dalam Pasal 5 angka (1) Undang-undang
Nomor 39 tahun 2009 yaitu pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan
Nasional oleh Badan Usaha, Pemerintah Kabupaten/Kota, atau Pemerintah
Provinsi. Hal ini juga tertuang pada Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 4 angka (2) syarat administratif
adanya persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan
Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi induk dan
Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Tentu saja antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
harus ada hubungan yang sinkron dengan Undang-undang Nomor 39
Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus mengingat pelaksanaan
KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) diserahkan oleh Dewan Kawasan yang
bertanggung jawab kepada Dewan Nasional. Dewan Nasional adalah
dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK
(Kawasan Ekonomi Khusus) diketuai oleh menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang perekonomian dan beranggotakan menteri dan
kepala lembaga pemerintah nonkementrian. Sedangkan Dewan Kawasan
terdiri atas Gubernur, Bupati/walikota, dan anggota. Dewan Kawasan
disebut juga sebagai pemerintah daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan KEK
(Kawasan Ekonomi Khusus) yang dilakukan oleh pemerintah daerah
menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya tidaklah sesuai, dikarenakan
masih ada batasan sejauh mana pemerintah daerah memiliki kewenangan
dan tanggung jawab terhadap KEK (Kawasan Ekonomi khusus).
Pemantauan, evaluasi serta rekomendasi langkah tindak lanjut hasil
evaluasi tetap ada pada Kewenangan Pemerintah pusat.
Sebagai dasar hukum dari pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tidak boleh bertentangan
dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, karena terdapat heirarki dalam sistem perundang-undangan di
Indonesia, dalam kedua Undang-undang tersebut juga tidak boleh
bertentangan dengan dasar hukum tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar
1945.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
penulisan hukum dengan judul “TINJAUAN YURIDIS KAWASAN
EKONOMI KHUSUS DALAM SISTEM ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
penulis merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pengelolaan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) dari aspek
administrasi pemerintahan ?
2. Apakah kendala dalam pengelolaan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)
serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala secara administrasi
pemerintahan ?
C . Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam
suatu penelitian sebagai suatu solusi atas masalah yang dihadapi (tujuan
objektif), maupun untuk memenuhi kebutuhan perorangan (tujuan
subjektif). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui pengelolaan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)
di Indonesia.
b. Untuk mengetahui kendala didalam pengelolaan KEK (Kawasan
Ekonomi Khusus) serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan serta pengalaman
penulis untuk mengetahui perundang undangan yang berlaku di
Indonesia.
c. Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis
peroleh agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri serta bagi
masyarakat pada umumnya.
D . Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan akan memberikan manfaat yang
berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan bidang penelitian tersebut. Adapun
manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada
umumnya dan bidang Hukum Administrasi Negara pada khususnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi literature dalam
dunia kepustakaan tentang kajian mengenai perlindungan hukum
terhadap pengelolaan, pelaksanaan, serta payung hukum KEK
(Kawasan Ekonomi Khusus).
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian
untuk tahap berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi
peneliti akan permasalahan yang diteliti, dan dapat dipergunakan
sebagai bahan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yang terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak
yang berminat pada masalah yang sama.
b. Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab
isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan
argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 35). Sedangkan menurut
Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis dan konsisten
(Soerjono Soekanto, 1986: 42).
Metode penelitian merupakan faktor penting dalam rangka proses
penyelesaian permasalahan yang diteliti dalam penelitian hukum. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah
penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.Penelitian
hukum menurut Johny Ibrahim adalah suatu prosedur ilmiah untuk
menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
normatifnya (Johny Ibrahim, 2006: 57). Pendapat ini kemudian dipertegas
oleh pendapat Sudikno Mertokusumo yang menyatakan bahwa disiplin
ilmiah dan cara kerja ilmu hukum normatif adalah pada obyeknya, obyek
tersebut adalah hukum yang terutama terdiri atas kumpulan peraturan-
peraturan hukum yang bercampur aduk merupakan chaos: tidak terbilang
banyaknya peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan setiap
tahunnya. Ilmu hukum (normatif) tidak melihat hukum sebagai sesuatu
chaos atau mass of rules tetapi melihatnya sebagai suatu structured whole
of system (Johny Ibrahim, 2006: 57).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat perskriptif dan terapan. Ilmu yang
bersifat perskriptif yaitu ilmu hukum yang mempelajari tujuan hukum,
nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan
norma-norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2005 :22). Ilmu hukum
sebagai ilmu terapan, preskripsi yang diberikan dalam penelitian hukum
harus dapat dan mungkin untuk diterapkan.Preskripsi yang diberikan
bukan merupakan sesuatu yang telah diterapkan atau yang sudah ada.
Hasil penelitian hukum bukan asas hukum yang baru atau teori
yang baru tapi dapat berupa argumentasi yang baru (Peter Mahmud
Marzuki, 2005 :206)
c. Pendekatan Penelitian
Menurut Peter Mahmud Marzuki pendekatan yang digunakan di
dalam penelitian ilmu hukum adalah pendekatan undang-undang (statute
approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis
(historical approach), pendekatan komaparatif (comparative approach),
pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki,
2005: 93).
Adapun pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan undang undang (statute approach). Pendekatan undang
undang dilakukan dengan menelaah perundang undangan yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Dalam metode pendekatan
perundang- undangan penelitian perlu memahami hierarki, dan asas-asas
dalam peraturan perundang undangan (Peter Mahmud Marzuki, 2005:93).
d. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis bahan hukum yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Dalam
buku Penelitian Hukum karangan Peter Mahmud Marzuki, menyatakan
bahwa pada dasarnya penelitian hukum tidak mengenal adanya data,
sehingga yang digunakan adalah sumber-sumber penelitian berupa bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
hukum yang dalam hal ini bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder.
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif yang artinya mempunyai otoritas.Bahan hukum primer terdiri
dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim.Sedangkan bahan
hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi, yang meliputi buku-buku teks,
kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar atas putusan
pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 141).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum primer
yang terdiri dari Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,Undang-undang Nomor 12 tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 Daerah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Sedangkan bahan hukum
sekunder sebagai pendukung dalam penelitian ini yaitu buku-buku teks
yang ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel, internet sumber
lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini.Selain itu,
data sekunder yang digunakan oleh penulis bahan pustaka yang didapat
dari perpustakaan. Perpustakaan yang digunakan oleh penulis adalah
perpustakaan khusus yaitu perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia (MKRI).
e. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan bahan hukum
dengan jalan membaca peraturan perundang-undangan, dokumen-
dokumen resmi maupun literatur-literatur yang erat kaitannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
permasalahan yang dibahas berdasarkan bahan hukum yang
dikumpulkan.Dari bahan hukum tersebut kemudian dianalisis dan
dirumuskan sebagai bahan hukum penunjang di dalam penelitian ini.
f. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis bahan hukum dengan
logika deduksi.Menurut Jhony Ibrahim yang mengutip pendapat Bernard
Arief Sidharta, logika deduktif merupakan suatu teknik untuk menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat
individual (Jhony Ibrahim, 2006: 249-250).
Bahan-bahan hukum yang telah terkumpul dalam penulisan
hukum ini selanjutnya dianalisa dengan metode silogisme dan
interpretasi.Dalam hal ini analisa dilakukan dengan menyusun argumentasi
berdasar pendekatan penelitian guna mendapatkan jawaban atas rumusan
masalah yang telah ditentukan.
Interpretasi atau penafsiran merupakan metode penemuan hukum
yang memberi penjelasan yang gamblang terkait teks undang-undang agar
ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa
tertentu. Silogisme yang penulis gunakan adalah silogisme pendekatan
deduktif yaitu proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke
keadaan khusus kemudian ditarik kesimpulan sebagai pernyataan akhir
yang mengandung kebenaran.
F . Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai
sistematika penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman
mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka penulis menyajikan
sistematika penulisan hukum ini menjadi 4 (empat) Bab. Adapun
sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar
belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan
penulisan hukum ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai teori yang
menjadi landasan atau memberikan penjelasan secara
teoritik berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan
dengan penulisan hukum ini.
A. Kerangka Teori
2. Tinjauan Umum Tentang Kawasan Ekonomi
Khusus
3. Tinjauan Umum Tentang Sistem Administrasi
Pemerintahan
B. Tinjauan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah Kerangka Pemikiran
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai
pembahasan hasil yang diperoleh dari penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti, terdapat dua
pokok masalah yang dibahas dalam penulisan ini, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
A. Bentuk pengelolaan kawasan ekonomi khusus
secara administrasi pemerintahan
B. Kendala yang di hadapi didalam pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) serta upaya
untuk mengatasi kendala tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai kesimpulan
yang dapat diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan
dan proses meneliti, serta saran-saran yang dapat penulis
kemukakan kepada para pihak yang terkait dengan
bahasan penulisan hukum ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Mengenai Kawasan Ekonomi Khusus
berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus dan Peraturan Pemerintah Nomor
2 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus dalam Pasal 1 angka (1)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Menurut Pasal 2 Undang-undang
Nomor 39 Tahun 2009 Fungsi Kawasan Ekonomi Khusus adalah
KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrategic dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan
ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. Tujuan dibentuknya Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) yaitu untuk menarik investor asing agar menanamkan
modalnya di Indonesia sehingga meningkatkan pendapatan negara
yang digunakan untuk kesejahteraan masyarakat yang merupakan
bagian utama tujuan nasional. Untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat dibutuhkan hukum yang adil.
“Menurut pendapat Gustav Radbruch seorang ahli hukum
Jerman mengatakan, “Hukum adalah kehendak untuk
bersikap adil.” (Recht ist Wille zur Gerechtigkeit). Hukum
positif ada untuk mempromosikan nilai-nilai moral,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
khususnya keadilan.Menurut teori etis, hukum semata-
mata bertujuan keadilan.Isi hukum ditentukan oleh
keyakinan yang etis tentang yang adil dan tidak. Oleh
karena itu hukum betujuan untuk merealisir atau
mewujudkan keadilan. Hukum itu diciptakan bukanlah
semata-mata untuk mengatur, tetapi lebih dari itu, untuk
mencapai tujuan luhur, yakni keadilan, kebahagiaan dan
kesejahteraan rakyat.Keadilan adalah tujuan tertinggi”.
(www.djpp.depkumham.go.id diakses tanggal 12 Januari
2011 pukul 00.00 WIB)
Berdasarkan penjelasan atas Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, kriteria yang
harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK
adalah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, tidak berpotensi
mengganggu kawasan hutan lindung, adanya dukungan dari
pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota dalam pengelolaan KEK,
terletak pada posisi startegis atau mempunyai potensi sumber
daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan,
pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas,
baik batas alam maupun batas buatan. Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 menyebutkan Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terdiri dari:
a. Pengusulan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus diusulkan oleh
Dewan Nasional, yang terdiri dari:
1) Badan Usaha, usulan disampaikan melalui pemerintah
provinsi setelah memperoleh persetujuan pemerintah
kabupaten/kota.
2) Pemerintah Kabupaten/kota, usulan disampaikan setelah
mendapat persetujuan pemerintah kabupaten/kota.
3) Pemerintah provinsi, usulan disampaikan setelah mendapat
persetujuan pemerintah kabupaten/kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4) Kementrian/ Lembaga Non Kementrian menyampaikan
usulan kepada Dewan Nasional secara tertulis
ditandatangani oleh menteri/ kepala pemerintahan non
kementrian.
b. Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Dilakukan oleh Dewan Nasional, yang dimaksud dengan
Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk di tingkat
nasional untuk menyelenggarakan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Bertugas melakukan kajian terhadap usulan
pembentukan KEK dalam waktu paling lama 45 hari (empat
puluh lima hari) sejak diterimanya dokumen usulan secara
lengkap.
c. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Pembangunan KEK meliputi kegiatan :
1) Pembebasan Tanah untuk lokasi KEK dilakukan oleh :
a) Badan usaha dalam hal KEK diusulkan oleh badan
usaha
b) Pemerintah provinsi dalam hal KEK diusulkan oleh
pemerintah provinsi
c) Pemerintah kabupaten/kota dalam hal KEK
diusulkan oleh pemerintahan kabupaten/kota
2) Pelaksanaan pembangunan fisik KEK
Berdasarkan penetapan KEK, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, atau kementrian/lembaga
pemerintah non kementrian menetapkan Badan Usaha
untuk melakukan Pembanguna KEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Pengelolaan KEK
Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus dilakukan oleh:
1) Administrator yang bertugas memberikan izin usaha dan
izin lain yang diperlukan bagi pelaku usaha untuk
mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha
KEK, melakukan pengawasan dan pengendalian
operasionalisasi KEK yang dilakukan oleh Badan Usaha
Pengelola KEK, menyampaikan laporan operasinalisasi
KEK secara berkala dan insidental kepada Dewan
Kawasan.
2) Badan Usaha Pengelola
Badan usaha pengelola KEK bertugas menyelenggarakan
kegiatan usaha KEK. Yang dimaksud badan usaha
pengelola yaitu berbentuk BUMN (Badan Usaha Milik
Negara)/ BUMD (Badan Usaha Milik Daerah, Badan
Usaha Koperasi, Badan usaha swasta, atau Badan usaha
patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan
pemerintah, pemerintah provinsi, dan/ atau pemerintah
kabupaten/kota.
e. Evaluasi
Dilakukan oleh dewan Kawasan disampaikan kepada
Administrator dan Dewan Nasional
Ketentuan dalam hal pengawasan, peraturan tentang larangan
KEK, seperti halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk
ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan dalam sisten dan
prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tetap
menguramakan pengawasan terhadap kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan
tindak pidana ekonomi.
2. Tinjauan Umum Mengenai Sistem Administrasi Pemerintah
c. Definisi Sistem
Pengertian dan definisi sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas komponen atau elemen yang saling berinteraksi,
saling terkait, atau saling bergantung membentuk keseluruhan
yang komplek. Kesatuan gagasan yang terorganisir dan saling
terikat satu sama lain. Kumpulan dari objek atau fenomena
yang disatukan bersama untuk tujuan klasifikasi atau analisis.
Adanya suatu kondisi harmonis dan interaksi yang teratur.
Dalam definisi yang paling umum, sebuah sistem adalah
sekumpulan objek/benda yang memiliki hubungan diantara
mereka.(ariebrain.wordpress.com/2010/03/06/sistem/diakses
tanggal 03 oktober 2011 pukul 09.00 WIB).
Suatu sistem terdapat ciri-ciri tertentu yaitu terdiri dari
komponen-komponen yang satu sama lain berhubungan serta
memiliki ketergantungan dan dalam keutuhan organisasi yang
teratur serta terintegrasi. Peraturan-peraturan hukum itu tidak
berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan satu sama lain,
sebagai konsekuensi adanya keterkaitan antara aspek-aspek
kehidupan dalam masyarakat. Malahan keseluruhan peraturan
hukum dalam setiap masyarakat merupakan suatu sistem
hukum. (Titik Triwulan 2006:88).
Berdasarkan kedua definisi diatas yang dimaksud dengan
sistem adalah suatu komponen yang mempunyai kaitan satu sama
lain dan tidak dapat dipisahkan, saling terikat sehingga
mempunyai tujuan tertentu.
d. Hukum Administrasi Pemerintahan
Hukum administrasi negara adalah hukum yang
mengendalikan disiplin dan operasi daripada Adiministrasi
Negara, yang meliputi Tata Pemerintahan, Tata Usaha Negara,
Tata Oraganisasi dan Manajemen Rumah Tangga Negara, Tata
Ppembangunan Negara, dan Administrasi Lingkungan (Prajudi
1994:63). Dibawah ini pendapat Para Ahli mengenai definisi
Hukum Administrasi Negara :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1) Logemann : Hukum yang mengatur bagaimana cara
Pemerintah ,ikut berperan di dalam kehidupan sosial .
2) Prof . Dr.Prayudi Atmosudirdjo : Hukum Administrasi
adalah hukum mengenai seluk beluk administrasi negara .
3) Gerando : Hukum Administrasi adalah hukum yang
mengatur hubungan timbal balik antara Pemerintah dan
Yang diperintah .
4) Van Vollen Hoven : di dalam memberikan definisi
mendasarkan pada Hukum Tata Negara , dimana Hukum
Administrasi diartikan sebagai rangkaian dan peraturan
yang mengatur organ tertinggi dan organ rendah setelah
organ tersebut melakukan kewenangannya .Sedangkan
yang dimaksud dengan Hukum Tata Negara adalah
merupakan suatu rangkaian hukum yang mempelajari
struktur organisasi dan kewenangan yang melekat di
dalamnya .
5) De Hann : Hukum Administrasi merupakan instrument
yuridis bagi Pemerintah / Penguasa untuk secara aktif
mengendalikan kehidupan masyarakat dimana
pengendalian tersebut masyarakat ikut berperan serta di
dalamnya .
Sistem administrasi negara Indonesia haruslah
diterjemahkan sebagai bagian integral dari sistem nasional.
Landasan, tujuan, dan asas sistem administrasi negara
adalah sama dengan landasan, tujuan, dan asas sistem
nasional, yang tertera dalam Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Penyempurnaan dan perbaikan terhadap sistem administrasi
negara diarahkan untuk memperkuat kapasitas administrasi.
Kegiatan ini merupakan satu proses rasionalisasi terhadap
sistem administrasi, agar dapat memenuhi fungsinya
sebagai instrumen pembangunan dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Selama Orde
Baru telah dilakukan usaha-usaha yang konsisten untuk
memperbaikisistemadministrasinegara.(http://www.creative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
brain.web.id/media.php?action=readnews&id=84/diakses
tanggal 03 oktober 2011 pukul 10.00 WIB).
Hukum administrasi negara erat kaitannya dengan hukum
administrasi pemerintahan akan tetapi terdapat perbedaan diantara
keduanya yaitu “Administrasi Negara adalah bagian daripada
proses politik, dimana administrasi dalam pemerintahan
berhubungan dengan kehendak golongan/partai-partai politik dan
dengan program-program politiknya, dan ikut serta menentukan
metode-metodenya bagaimana kebijaksanaan negara dapat
diselenggarakan” (Dimock, Dimock Koening, 1960 :1).
Administrasi negara mencakup kegiatan-kegiatan badan-badan
eksekutif, legislative dan yudikatif, sedangkan Administrasi
pemerintahan adalah kegiatan-kegiatan yang tidak termasuk
kegiatan-kegiatan badan legislative dan badan yudikatif.
Secara filosofi administrasi berarti kerjasama antara
sekelompok orang atau lebih dengan dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.Dari sekelompok orang
inilah maka lahilah yang namanya Organisasi dan Manajemen.
Secara kosa kata administrasi berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari kata Ad yang merupakan kata yang bermakna
intensif dan Ministrated yang berarti pelayanan .Jadi
Administrasi berarti ilmu yang mempelajari tentang pelayanan
yang seharusnya dilakukan secara Intensif.Pemerintahan
menurut etimologi (Kebahasaan) berasal dari kata "Perintah",
yang kita ketahui berarti suatu individu yang memiliki tugas
sebagai pemberi perintah. Definisi dari Pemerintahan adalah
suatu lembaga yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang
mengatur suatu negara yang meliliki cara dan sistem yang
berbeda-beda dengan tujuan agar negara tersebut dapat tertata
dengan baik. Menurut kosa kata , kata pemerintah berasal dari
kata to govern, governeren, bestuuren. Semuanya berarti
mengatur. dalam terminologi ini, pemerintah dapat mengatur
karena mereka memiliki legitimasi dari rakyat berupa amanat
konstitusi. semua negara memiliki konstitusi, mau mereka itu
komunis ataupun liberal. yang jelas pemerintah itu adalah
mereka yang menjalankan konstitusi itu dengan cara
mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada, termasuk di
dalamnya ada kewenangan mengatur. Pemerintahan bisa
berarti dua hal. Pertama, bisa jadi merujuk pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kepemimpinan seseorang dalam pemerintah.Kedua, bisa juga
berarti fungsi yang dijalankan pemerintah. Fungsi yang
dijalankan pemerintah sendiri pada dasarnya adalah
konkretisasi dari fungsi negara yaitu beschikking (mengurus),
regelling (mengatur), dan politie (polisi / keamanan
ketertiban). Jadi Definisi dari Administrasi Pemerintahan
adalah keseluruhan dari bentuk penyelenggaraan pelayanan
Pemerintah daerah secara intensif kepada masyarakat baik itu
pemerintahan tingkat I maupun pemerintahan tingkat II dengan
memanfaatkan dan mendayagunakan segala kemampuan
sumber-sumber daya yang ada supaya tujuan negara dapat
tertata dengan baik (www.bappenas.go.id/get-file-
server/node/7069/ diakses tanggal 7 Desember 2011 pukul
11:00 WIB).
Pendapat Herbet A. Simon yang membedakan Administrasi
Pemerintah dan non Administrasi Pemerintah (Government and
non government Administration), dapat dikemukakan ciri-ciri
Administrasi Pemerintah adalah sebagai berikut:
a) Administrasi Pemerintah dalam kegiatannya berdasarkan atas
hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Maksudnya adalah Negara termasuk di dalamnya Pemerintah dan
Lembaga-lembaga Negara yang lain dalam melaksanakan
kegiatannya harus dilandasi oleh hukum atau harus dipertanggung
jawabkan oleh hukum. Dengan landasan ini, maka setiap tindakan
Negara/Pemerintah harus mempertimbangkan dua kepentingan
atau landasan, kegunaannya ialah (doelmatigheid) dan landasan
hukumnya (rechtmatigheid).
b) Administrasi Pemerintah dalam kegiatannya berdasarkan atas
keputusan politik yang dibuat oleh Badan yang berwenang, dalam
menjalankan wewenangnya Administrasi Pemerintahan Republik
Indonesia berdasarkan atas Ketetapan-ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyatnya, yang bersidang sekurang-kurangnya
sekali dalam jangka waktu lima tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c) Administrasi Pemerintah dalam pengaturan organisasinya bersifat
birokratis. Di negara kita pengaturan organisasi pemerintah
didasarkan atas struktur birokratis, yang mengatur segala kegiatan
pemerintah baik ke dalam maupun ke luar, dan tata cara
pengambilan keputusan yang kompleks.
d) Administrasi Pemerintah dalam menjalankan kegiatannya
mendasarkan atas prosedur kerja yang diatur dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku (red tape): Misalnya peraturan perizinan,
peraturan pemborongan pekerjaan pemerintah, peraturan
pemborongan pekerjaan pemerintah, peraturan ekspor dan impor,
dan lain-lain.
Penyempurnaan Administrasi Pemerintah ditujukan agar
penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintah dan
pembangunan dilakukan secara berhasilguna dan berdaya
guna (efektif dan efisien). Penyelenggaraan tugas-tugas
tersebut yang dilakukan secara berhasil guna (efektif),
apabila sasaran-sasaran yang dicapai itu sesuai dengan
kebijaksanaan, rencana dan program yang telah ditentukan.
Sedangkan tugas-tugas tersebut yang dilakukan secara
berdaya guna (efisien), apabila segala sarana dan fasilitas
kerja (input) yang diperlukan bagi proses pencapaian tujuan
nilainya relative kecil dibandingkan dengan besarnya
sasaran/ hasil yang dicapai (output). Dalam usaha
penyempurnaan Administarsi Pemerintah diusahakan agar
tidak terjadi adanya duplikasi, perjumbuhan (overlapping)
dan kekaburan dalam menjalankan tugas. Untuk itu dalam
pembentukan lembaga-lembaga (organisasi) pemerintah
diusahakan agar adanya kejelasan dalam menentukan tugas
pokok dan fungsinya. Demikian pula dalam pengunaan
sarana dan fasilitas kerja diusahakan agar tidak terjadi
adanya pemborosan-pemborosan, yaitu :pemborosan tenaga
kerja, biaya, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
lainnya. Penyempurnaan itu juga meliputi usaha-usaha
penyderhanaan prosedur kerja, hubungan kerja yang serasi,
tata cara penyelesaian kerja. Demikian juga penyalah
gunaan wewenang, penyelewengan, korupsi, dan lain-lain
harus dihindarkan (Soewarno Handayaningrat,1991:8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Disini terdapat perbedaaan antara administrasi pemerintah
dengan administrasi pemerintahan. Pengertian administrasi
pemerintah menurut E.Utrecht adalah gabungan jabatan
administrasi yang berada di bawah pimpinan Pemerintah
melaksanakan tugas yang tidak ditugaskan kepada badan-badan
Pengadilan dan Legislatif, tugas yang dilakukan meliputi
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemerintah
menjalankan pemerintahan melalui pengambilan keputusan
pemerintah (regeringsbesluit)yang bersifat strategi, policy, atau
ketentuan-ketentuan umum(algemen bepalingen), dan melalui
tindakan-tindakan pemerintah (regeringsmaatregelen)yang bersifat
menegakkan ketertiban umum, hukum, wibawa negara, dan
kekuasaan negara.
“Pemerintahan” dijalankan oleh Penguasa Eksekutif
(yaitu”pemerintah”) beserta, sedangkan “administrasi” dijalankan
oleh Penguasa Administratif beserta aparaturnya. Seorang pejabat
berkedudukan sebagai Pemerintah bilamana mempunyai
wewenang pemerintahan dan sedang menjalankan fungsi
pemerintahan. Fungsi pemerintahan adalah fungsi politik, dan
pemerintahan berarti sama dengan penegakkan (handhaving)
dan/atau penggunaan (aanweding) daripada (gezag) dan atau
kekuasaan (macht) negara. Pemerintahan dijalankan melalui :
a) Pengaturan perundangan, menetapkan peraturan yang berlaku
umum dan memepunyai kekuatan undang-undang;
b) Pembinaan masyarakat umum, dapat melakukan pemanggilan,
pengumuman, penerangan, dan sebagainya yang tidak dapat
dilawan;
c) Kepolisian, artinya: dapat secara langsung bertindak terhadap
setiap pelanggar undang-undang; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d) Peradilan, artinya: menyelesaikan atau mendamaikan
persengketaan di luar pengadilan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba melakukan
analisis atau tinjauan bagiamana aspek hukum hubungan antara suatu
kawasan ekonomi khusus dengan pemerintahan setempat beradasarkan
proses lahirnya kawasan dimaksud.
3. Tinjauan Umum Mengenai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
a. Keterkaitan Pemerintahan Daerah dengan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK)
Sebelum adanya istilah KEK (Kawasan Ekonomi Khusus),
istilah lain yang terlebih dahulu ada yaitu Kawasan Khusus yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah yaitu bagian wilayah dalam provinsi dan/ asas
kabupaten atau kota yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahanyang bersifat khusus
bagi kepentingan nasional. Terdapat istilah yang berbeda tetapi
mempunyai makna yang sama.
Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dilakukan oleh:
1) Administrator, dan
Administrator adalah bagian dari dewan kawasan yang
dibentuk untuk setiap KEK guna membantu dewan kawasan
dalam penyelenggaraan KEK. Sedangkan dewan kawasan
adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk
membantu dewan nasional dalam penyelenggaraaan KEK. Yang
berwenang di tingkat provinsi adalah pemerintah provinsi, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
gubernur. Tugas gubernur terdapat dalam Pasal 38 Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 yaitu :
1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota;
2) Koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di
daerah provinsi kabupaten/kota;
3) Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota.
2) Badan Usaha Pengelola
Yang termasuk didalam Badan Usaha Pengelola
berdasarkan Pasal 26 Undang-undang Nomor 39 tahun 2009
yaitu Badan usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah,
Badan Usaha Koperasi, Badan Usaha Swasta, atau Badan
Usaha patungan antara swasta dan/atau pemerintah provinsi,
dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Berdasarkan Pasal 5 angka (1) Undang-undang Nomor 39
Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh:
1) Badan usaha;
2) Pemerintah kabupaten/kota; atau
3) Pemerintah provinsi
Yang dimaksud dengan pemerintah provinsi adalah
gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur pemerintahan
daerah provinsi. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota adalah
bupati/walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pemerintahan daerah kabupaten/kota. Baik pemerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten/kota, keduanya adalah
pemerintahan daerah dimana didalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah
dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Urusan wajib yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan
urusan dalam skala provinsi yang meliputi :
1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
2) Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat;
4) Penyediaan sarana dan prasarana umum;
5) Penanganan bidang kesehatan;
6) Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya
manusia yang potensial;
7) Penanggulangan masalah sosial dan lintas
kabupaten/kota;
8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
9) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan
menengah termasuk lintas kabupaten/kota;
10) Pengendalian lingkungan hidup;
11) Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota;
12) Pelayanan pendudukan, dan catatan sipil;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
13) Pelayanan administrasi urusan pemerintah;
14) Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk
lintas kabupaten/kota;
15) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum
dapat dilaksananakn oleh kabupaten/kota;
16) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Pasal 14 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, yang
menjadi urusan wajib kewenangan pemerintahan daerah
untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi:
1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
2) Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat;
4) Penyediaan sarana dan prasarana umum;
5) Penanganan bidang kesehatan;
6) Penyelenggaraan pendidikan;
7) Penanggulangan masalah sosial;
8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
9) Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah;
10) Pengendalian lingkungan hidup;
11) Pelayanan pertanahan;
12) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
13) Pelayanan administrasi penanaman modal;
14) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
15) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Terdapat perbedaaan antara pemerintah daerah dengan
pemerintahan daerah, Pasal 1 angkat (2) undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Yang termasuk didalam
Pemerintahan daerah adalah Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah. Asas-asas pemerintahan yang baik dalam Pasal 20
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 :
a) Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan Negara
b) Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan Negara
c) Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif
d) Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan
tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan dan rahasia Negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
e) Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara Negara
f) Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
g) Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara
harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau
rakyau sebagai pemegang kedaulatan tinggi Negara
h) Asas efisiensi dan efektivitas adalah asas yang menentukan
bahwa untuk memperoleh efisiensi dilaksanakan desentralisasi,
yaitu pemberian otonomi yang luas supaya lebih efisien
(berdaya guna) dalam penggunaan waktu dan tenaga. adapun
untuk mencapai efektivitas (hasil guna) di lakukan
dekonentrasi untuk keperluan ekonomi dan politik.
b. Keterkaitan Otonomi Daerah dengan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 mendefinisikan otonomi
daerah sebagai hak,wewenang, kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Bahwa tujuan negara untuk mensejahterakan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan menciptakan rasa aman bagi seluruh rakyat
indonesia dengan jalan melindungi segenap bangsa indonesia
merupakan sesuatu yang mendesak, maka otonomi daerah tidak bisa
dihindari. Otonomi sebagai sebuah alternatif pemerintahan merupakan
sebuah cara yang diambil demi melaksanakan tujuan-tujuan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah diakses tanggal 10 oktober
2011).
Menurut Pendapat Sarundajang didalam Soewarno
Handayaningkat dalam bukunya yang berjudul hukum administrasi
pemerintahan. Pada dasarnya tujuan otonomi adalah untuk
memberikan kesempatan kepada daerah untuk dapat berkembang
sesuai potensi yang dimiliki menuju kearah kehidupan masyarakat
yang lebih baik. Tujuan pemberian otonomi daerah setidaknya
dapat meliputi 4 (empat) aspek, yaitu :
1) Segi politik adalah untuk mengikutsertakan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat baik untuk kepentingan daerah sendiri
maupun untuk mendukung kebijakan nasional melalui proses
demokrasi di lapisan bawah.
2) Segi manajemen pemerintahan adalah untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
terutama dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat
sesuai dengan kebutuhan mereka.
3) Segi ekonomi pembangunan adalah untuk melancarkan
program pembangunan menuju tercapainya kesejahteraan
rakyat (Soewarno Handayaningrat 2005:82).
Prinsip Otonomi Daerah menurut Undang-undang Nomor 32 tahun
2004 :
1) Otonomi seluas-luasnya
Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan
dalam undang-undang.Daerah memilki kewenangan membuat
kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta,
prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat.
2) Otonomi nyata
Suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas,wewenang, dan kewajiban yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang, sesuai dengan potensi kekhasan daerah.
3) Otonomi bertanggung jawab
Otonomi yang dalam penyelenggraannya harus benar-benar sejalan
dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
untuk memberdayakan daerah tremasuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat yang merupakan bagian dari tujuan nasioana.
Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan
hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah,
potensi dan keanekaragaman daerah.Aspek hubungan wewenang
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembagian kekuasaan secara
vertikal melahirkan garis hubungan antara pusat dan daerah dalam
sistem :
a) Desentralisasi
Pasal 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
b) Dekonsentrasi
Pasal 1 Butir 8 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
di wilayah tertentu.”
Asas Dekonsentrasi ini mengandung pengertian pelimpahan
wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Jadi gubernur adalah sebagai mandatris pemerintah pusat untuk
melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang diberikan. Sehingga
kekuasaan memberikan dan mencabut tugas dan fungsi tetap berada
dipemerintah pusat. Akan tetapi kemudian asas ini menjadi tidak
berfungsi karena terjadinya pembagian urusan yang diatur kemudian
dalam UU No 32 tahun 2004.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pembagian urusan tersebut bisa dilihat dari bab III pasal 10 UU No
32 tahun 2004. klausa yang ada dalam pasal 1 tersebut mengatakan
bahwa Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah. Kemudian
pada pasal selanjutnya Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
c) Medebewind/ Tugas Pembantuan
Pasal 1 Butir 9 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas-
tugas tertentu”.
Asas ini dalam UU 32 tahun 2004 ditempatkan pada pasal 10 ayat
5 poin c, dalam sebuah klausul “menugaskan sebagian urusan kepada
pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas
tugas pembantuan”.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi urusannya,
Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan
sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau
wakil Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada
pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan
antara Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan
kota atau antarpemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung,
dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan.
Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan
Pemerintah.Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 meliputi:
a) politik luar negeri;
b) pertahanan;
c) keamanan;
d) yustisi;
e) moneter dan fiskal nasional; dan
f) Agama.
Untuk urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
di luar urusan pemerintahan, Pemerintah dapat menyelenggarakan
sendiri sebagian urusan pemerintahan, melimpahkan sebagian urusan
pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah atau
menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau
pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
Hanya negara yang menganut sistem otonomi daerah yang bisa
menyelenggarakan Kawasan Ekonomi Khusus di negaranya, karena
pemerintah pusat melimpahkan sebagian wewenangnya kepada
pemerintahan daerah berdasarkan otonomi daerah yang disebut
dengan sistem desentralisasi.Pemerintahan daerah bisa menjalankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
wewenangnya untuk mengatur daerahnya berdasarkan pembagian
secara vertical yang disebut sistem dekonsentrasi.
B. Kerangka Berfikir
Negara Indonesia
berdasarkan Hukum
UUD 1945
UU No.32 Tahun 2004
UU No.39 Tahun 2009
Pelaksanaan Administrasi
Pemerintah
Kesejahteraan
UU No. 25 Tahun 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Penjelasan:
Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 desebutkan bahwa
Indonesia adalah negara hukum (rechtstaat), bukan negara yang berdasarkan
atas kekuasaan belaka (machtstaat), sebagai negara hukum Indonesia
menerima hukum sebagai ideology untuk menciptakan ketertiban, keamanan,
keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Disebutkan bahwa dengan
adanya hukum dimaksudkan agar setiap anggota masyarakat merasa aman dan
tenteram.
Dasar hukum dari adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 adalah Pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945, dimana dalam pasal tersebut berbunyi
perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus adalah Undang-Undang lahir berdasarkan perintahan Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Aturan lebuh lanjut terkait
KEK adalah sebagaiman tertuang dalam Peraturan pemrintah Nomor 2tahun
2009 tentang Penyelenggaranan Kawasan Ekonomi Khusus Keberadaan
undang-undang dimaksud mengatur terkait proses pembentukan, pengeloaan
kawasan ekonomi khusus serta hubungannya dengan pemerintah. Undang-
Undang ini tentunya memiliki hubungan pula dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur tentang
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai amanat Undang-undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 termasuk penyelenggkraan administrasi pemerintahan
daerah. Berdasarkan kedua undang-undang ini ini diharapkan bisa menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
berbagai permaslahan terkait pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
kendala yang akan dihadapi, dan upaya mengatasi kendala dalam pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)cdikaitkan dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Semua hal itu harus harus menjunjung tinggi
kesejahteraan rakyat yang karus dipenuhi oleh negara. Karena hal itu
merupakan bentuk konsekuensi Indonesia sebagai negara hukum.,Berbekal
pengalaman lalu bahwa dalam praktek pemerintahan terdapat berbagai
kendala dalam penyelenggaraan pemerintahan manakala pemerintah
menetapkan adanya kawasan investasi khusus yang memiliki beberapa
keistimewaan seperti Free Trade Zone (kawasan perdagangan bebas), Bended
Zone Plus sebagaimana yang sudah dipraktekkan di Pulau Batam.
Permasalahan hubungan administrasi pemerintahan seperti hal itulah yang
hendaka penulis jadikan objek penelitian.
Permasalahan lain yang menjadi perhatian penulis adalah keberadaan UU
nomor yang membuka peluang keberadaan kawasan investasi khusus yang
keberdaan pengaturannya tentu tidak seperti yang dalam UU Nomor 39 Tahun
2009 karena UU Nomor 32 Tahun 2004 mendahului undang-undang yang
dimaksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus Serta Permasalahan yang
Dihadapi
1.Pengelolaaan Kawasan Ekonomi Khusus
Keberhasilan tujuan penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus akan
sangat ditentukan pada saat KEK yang telah ditetapkan dibangun dan
kemudian selanjutnya dikelola. Dalam hal Penyelenggaraan dan
operasionalisasi KEK, Undang-Undang 39 Tahun 2009 mengatur terkait
kelembagaan KEK dengan membentuk Dewan Nasional serta Dewan
Kawasan.
a) Kelembagaan KEK yaitu:
1) Dewan Nasional terdiri atas menteri dan kepala lembaga
pemerintah nonkementerian.
2) Dewan Kawasan terdiri atas wakil Pemerintah dan wakil
pemerintah daerah serta administrator dengan tugas dan fungsi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yaitu pemberian
izin, pengawasan dan pengendalian, penyampaian laporan
secara berkala maupun insidental kepada Dewan Kawasan.
Disamping itu dalam hal penyelenggaraan kegiatan usaha di
KEK dipastikan adanya Badan Usaha Pengelola KEK.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus merupakan ketentuan dasar hukum lebih lanjut dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
UU 39 Tahun 2009 dalam hal penyelenggaraan KEK. Bab V Pasal 42
ketentuan dimaksud menegaskan terkait pengelolaan KEK sebagai berikut:
b) Pengelolaan KEK dilakukan oleh
1) Administrator
Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang
dibentuk untuk membantu Dewan Kawasan dalam
penyelenggaraan KEK. Administrator sebagaimana dimaksud harus
sudah dibentuk paling lambat sebelum KEK dinyatakan siap
beroperasi. Adapun dalam hal tugas ataupun kewenangan
Administrator sebagai pengelola KEK adalah:
a) memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi
pelaku usaha yang mendirikan, menjalankan, dan
mengembangkan usaha di KEK;
b) melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi
KEK; dan
c) menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala
dan insidental kepada Dewan Kawasan.
Di dalam hal pelaksanaan pemberian izin oleh administrator
sebagaimana dimaksud, mekanisme pemberian izin kepada para pelaku
usaha dilakukan melalui pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). PTSP adalah kegiatan
penyelenggaraan suatu perizinan, fasilitas, dan kemudahan yang
mendapat pendelegasian wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan perizinan, fasilitas, dan kemudahan yang proses
pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap
terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
Administrator sebagai penyelenggara PTSP di dalam KEK,
memperoleh pendelagasian wewenang yang ditetapkan melalui
Peraturan Menteri /Kepala Lembaga Pemerintah nonKementerian,
Gubernur, atau Bupati/Walikota, dengan mekanisme yang ditempuh
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a) Administrator mendapat pendelegasian wewenang dari menteri
/kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, atau
Bupati/Walikota yang memilki kewenangan perizinan,
fasilitas, dan kemudahan; dan
b) Menteri /kepala lembaga pemerintah non kementerian,
gubernur, atau Bupati/Walikota yang memilki kewenangan
perizinan, fasilitas dan kemudahan di KEK dapat menunjuk
penghubung dengan administrator.
Pendelegasian yang dimaksudkan dimiliki oleh administrator
sebagaimana dimaksud adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan
pertanggungjawaban perizinan, fasilitas, dan kemudahan, termasuk
penandatanganannya atas nama pemberi wewenang, oleh
menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur atau
bupati/walikota kepada Administrator yang ditetapkan dengan uraian
yang jelas, sesuai peraturan perundang-undangan.
Di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian
operasionalisasi KEK, administrator berwenang memberikan:
a) arahan kepada Badan Usaha pengelola KEK untuk perbaikan
operasionalisasi KEK; dan
b) teguran kepada Badan Usaha pengelola KEK dalam hal terjadi
penyimpangan dalam pengoperasian KEK.
Laporan operasionalisasi KEK disampaikan oleh Administrator
secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Disamping itu administrator
menyampaikan Laporan operasionalisasi KEK secara insidental dalam
hal Dewan Nasional atau Dewan Kawasan membutuhkan perkembangan
operasionalisasi KEK atau Administrator menilai terdapat kondisi yang
harus dilaporkan segera. Berdasarkan Laporan dari Administrator
sebagaimana dimaksud, Dewan Kawasan melakukan evaluasi
pengelolaan KEK, yang hasil evaluasi sebagaimana tersebut
disampaikan kepada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a) Administrator; dan
b) Dewan Nasional.
Selanjutnya Administrator menggunakan hasil evaluasi Dewan
Kawasan sebagaimana dimaksud untuk melakukan pengendalian
operasionalisasi KEK. Hasil evaluasi Dewan Kawasan juga digunakan
oleh Dewan Nasional unutk melakukan penilaian terhadap operasionalisasi
KEK, dengan hasil penilaian tersebut Dewan Nsional dapat melakukan
tindak lanjut berupa:
a) pemberian arahan kepada Dewan Kawasan untuk peningkatan
kinerja operasionalisasi KEK;
b) pemantauan terhadap operasionalisasi KEK; dan/atau
c) memberikan rekomendasi mengenai langkah tindak lanjut
operasionalisasi KEK berupa pemutusan perjanjian pengelolaan
KEK atau pengusulan pencabutan penetapan KEK.
Rekomendasi pemutusan perjanjian pengelolaan KEK disampaikan
oleh Dewan Nasional kepada Dewan Kawasan, apabila Badan Usaha
pengelola:
a) tidak memenuhi standar kinerja pelayanan;
b) dinyatakan pailit;
c) melakukan kegiatan yang menyimpang dari izin usaha dan izin lain
yang diberikan; dan/atau
d) mengajukan permohonan pemberhentian sebagai Badan Usaha
pengelola KEK.
Rekomendasi pencabutan penetapan KEK disampaikan oleh
Dewan Nasional kepada Presiden apabila dalam pengoperasian KEK:
a) tidak dilakukan perbaikan kinerja setelah dilakukan
langkah-langkah sesuai ketentuan.
b) terjadi dampak negatif skala luas terhadap lingkungan di sekitarnya;
c) menimbulkan gejolak sosial ekonomi bagi masyaraka di sekitarnya;
dan/atau
d) terjadi pelanggaran hukum di KEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2) Badan Usaha Pengelola
Badan Usaha pengelola KEK bertugas menyelenggarakan kegiatan usaha
KEK. Badan Usaha pengelola KEK sebagai pengelola dapat berbentuk:
a) Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
b) Badan Usaha koperasi;
c) Badan Usaha swasta; atau
d) Badan Usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Badan Usaha pengelola KEK sebagaimana dimaksud ditetapkan pada
masa pelaksanaan pembangunan KEK dan paling lambat sebelum KEK
dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan Nasional.
Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan Badan Usaha, Badan
Usaha pengusul ditetapkan sebagai Badan Usaha pengelola oleh:
a) pemerintah provinsi dalam hal lokasi KEK berada pada lintas wilayah
kabupaten/kota; atau
b) pemerintah kabupaten/kota dalam hal lokasi KEK berada dalam satu
wilayah kabupaten/kota.
Badan Usaha yang telah ditetapkan sebagai pengelola bertanggung jawab
atas pembiayaan pengelolaan KEK. Selanjutnya dalam hal KEK yang
ditetapkan merupakan usulan pemerintah kabupaten/kota, penetapan Badan
Usaha pengelola dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan:
a) ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
barang milik daerah dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota; atau
b) ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah ini dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama
pemerintah kabupaten/kota dengan Badan Usaha.
Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan pemerintah provinsi,
penetapan Badan Usaha pengelola dilakukan oleh pemerintah provinsi sesuai
dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
a) ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
barang milik daerah dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi; atau
b) ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah ini dalam hal pembangunanKEK dibiayai dari kerjasama
pemerintah provinsidengan Badan Usaha.
Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan
kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian, penetapan Badan
Usaha pengelola dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian sesuai dengan:
a) ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
barang milik negara dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; atau
b) ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah ini dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha.
Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEKmelaksanakan
pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani
bersama antara Badan Usaha dengan pemerintah kabupaten/kota pemerintah
provinsi, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan
kewenangannya. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a) Lingkup pekerjaan;
b) Jangka waktu;
c) Standar kinerja pelayanan;
d) Sanksi;
e) Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;
f) Pemutusan perjanjian oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah
provinsi, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
dalam hal tertentu;
g) Pengakhiran perjanjian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
h) Pertanggungjawaban terhadap barang milik negara/daerah;
i) Serah terima aset atau infrastruktur oleh BadanUsaha pengelola
kepada kementerian/lembaga, pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota setelah kerjasama pengelolaan berakhir; dan
j) Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan
kepabeanan dan cukai.
Dalam hal tanah yang digunakan sebagai lokasi KEK merupakan milik
Badan Usaha, selain harus memuat ketentuan tersebut di atas, perjanjian harus
memuat pula ketentuan mengenai larangan mengalihkan sebagian atau seluruh
tanah lokasi KEK kepada pihak lain.
2.Tinjauan Terhadap Kawasan Khusus berdasarkan Perspektif UU Nomor 32
Tahun 2004
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui
otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Untuk itu maka
pembentukan daerah harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti
kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan
pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan serta pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah dan
diberikannya otonomi daerah.
Seiring dengan itu, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
Terkait hal tersebut, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagiamana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah secara jelas telah membuka
peluang dibentuknya Kawasan Khusus yang pengaturannya ditegaskan
sebagaimana ketentuan Pasal 9 Undang-undang 32 Tahun 2004 tersebut
sebagai berikut:
a) Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat
khusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan
kawasan khusus dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten kota.
b) Fungsi pemerintahan tertentu sebagaimana dimaksud adalah dalam
rangka penyelenggaraan perdagangan bebas dan/atau pelabuhan bebas
dan ditetapkan dengan undang-undang.
c) Fungsi pemerintahan tertentu selain sebagaimana dimaksud diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom untuk
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus
dan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya dalam bentuk
kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis,
pengembangan teknologi tinggi seperti pengembangan tenaga nuklir,
peluncuran peluru kendali, pengembangan prasarana komunikasi,
telekomunikasi, transportasi, pelabuhan dan daerah perdagangan bebas,
pangkalan militer, serta wilayah eksploitasi, konservasi bahan galian strategis,
penelitian dan pengembangan sumber daya nasional, laboratorium sosial,
lembaga pemasyarakatan spesifik. Pemerintah wajib mengikutsertakan
pemerintah daerah dalam pembentukan kawasan khusus tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Bahwa dalam rangka membentuk kawasan khusus sebagaimana
dimaksud, Pemerintah mengikutsertakan pemerintah daerah yang
bersangkutan dalam berbagai kapasitas. Posisi daerah dalam rangka
pembentukan KEK antara lain bahwa Pemerintah Daerah berperanan penting
sebagai pengusul pembentukan kawasan khusus sebagaimana dimaksud. Tata
cara penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Terdapat beberapa persfektif pemikiran yang harus dicermati terkait
Kawasan Khusus berdasarkan konsep UU 32 Tahun 2004 jika dibandingkan
dengan UU Nomor 39 Tahun 2009 terkait Kawasan Ekonomi Khusus. Dalam
UU Nomor 39 Tahun 2009 secara tegas menyebut Kawasan Ekonomi Khusus
sedangkan UU Nomor 32 Tahun 2004 menyebutnya dengan Kawasan
Khusus. Penyebutan dalam UU 32 demikian dimungkinkan karena di dalam
penyelenggaraan kawasan khusus tersebut terdapat urusan yang lebih luas
disamping urusan perdagangan bebas/pelabuhan bebas.
Kawasan khusus dalam Undang-undang 32 Tahun 2004adalah
kawasan strategis yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak
dari sudut politik, sosial, budaya, lingkungan, dan pertahanan dan keamanan.
Dalam kawasan khusus diselenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu
sesuai kepentingan nasional. Kawasan khusus dapat berupa kawasan otorita,
kawasan perdagangan bebas, dan kegiatan industri dan sebagainya.
Di dalam perspektif Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, yang disebut KEK, adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.
Fasilitas tersebut yaitu perpajakan, bea, dan cukai yang terdapat di dalam
Pasal 30 Undang-undang 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus:
(1) Setiap wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha di KEK diberikan
fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)
(2) Selain fasilitas PPh sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
diberikan tambahan fasilitas PPh sebagaimana dimaksud pada ayat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(1), dapat diberikan tambahan fasilitas PPh sesuai dengan karakteristik
Zona.
(3) Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas PPh sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan Penjelasan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya
saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri
atas fasilitas fiskal (pajak, bea,cukai, pajak daerah dan retribusi daerah)
dan nonfiskal (pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi dan
ketenagakerjaan) yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang
akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fasilitas dapat berupa pengurangan atau pembebasan pajak dan
cukai serta penangguhan bea. Hal ini terdapat dalam Pasal 31 undang-
undang Nomor 39 Tahun 2009 “Fasilitas perpajakan juga dapat diberikan
dalam waktu tertentu kepada penenem modal berupa pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pembebasan pajak dan penangguhan bea masuk terdapat pada
Pasal 32
(1) Impor barang KEK dapat diberikan fasilitas berupa :
a. Penangguhan bea masuk;
b. Pembebasan cukai, sepanjng barang tersebut merupakan
bahan baku atau bahan penolong produksi;
c. Tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) untuk barang kena pajak; dan
(2) Penyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam
daerah pabean ke KEK dapat diberikan fasilitas tidak
dipungut PPN dan PPnBM berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Penyerahan barang kena pajak dari KEK ke tempat lain di
dalam daerah pabean sepanjang tidak ditujukan kepada
pihak yang mendapatkan fasilista PPN dikenakan PPN atau
PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas
sebagaimna dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 33 undang-undang Nomor 39 Tahun 2009
(1) Barang asal impor yang dikeluarkan dari KEK dengan
tujuan diimpor untuk dipakai, sepanjang pengeluaran
tersebut tidak ditujukan kepada pihak yang memperoleh
fasilitas pembebasan atau pengangguhn bea masuk, cukai,
atau pajak dalam rangka impor;
a. Dipungut bea masuk;
b. Dilunasi cukainya untuk barang kena cukai; dan
c. Dikenakan PPN, atau PPN dan PPnBM, serta PPh
impor berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan
ketentuan impor berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pembebasan Pajak dan Retribusi Daerah yang terdapat dalam
Pasal 35 undang-undang Nomor 39 Tahun 2009
(1) Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan
intensif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah
dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Selain intensif pajak daerah dan retribusi daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah daerah
dapat memberikan kemudahan lain.
Fasilitas lain yang diberikan dalam bidang nonfiskal adalah
kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah, kemudahan dan
keringanan dibidang perizinan usaha, mengatur ketentuan
bidang usaha yang terbuka dibidang peneneman modal, izin
memperkerjakan tenaga kerja asing, serta membentuk Lembaga
Kerjasama Tripartit untuk memudahkan penyelesaian masalah
dalam hal ketenagakerjaan.
Pasal 36 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 “Di KEK
diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Kemudahan dalam hal perizinan terdapat dalam Pasal 38
Undang-undang Nomor 39 tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(1) Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang
perizinan usaha, kegiatan usaha, perindustrian,
perdagangan, kepelabuhan, dan keimigrasian bagi orang
asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas keamanan
(2) Kemudahan dan keringanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Kemudahan dibidang investasi terdapat dalam Pasal 39 undang-
undang Nomor 39 Tahun 2009 “Di KEK tidak diberlakukan
ketentuan yang mengatur bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan di bidang penanaman modal, kecuali yang
dicadangkan untuk UMKM dan koperasi”
Kemudahan dibidang imigrasi terdapat dalam Pasal 41 undang-
undang Nomor 39 Tahun 2009 “ Izin memperkerjakan tenaga
kerja asing (TKA) yang mempunyai jabatan sebagai direksi atau
komisaris diberikan sekali dan berlaku selama TKA yang
bersangkutan menjadi direksi atau komisaris”.
Pasal 43 undang-undang Nomor 39 tahun 2009 mengatur
tentang kemudahan dalam bidang ketenagakerjaan
(1) Di KEK dibentuk Lembaga Kerjasama Tripartit Khusus
oleh gubernur yang mempunyai tugas :
a. Melakukan komunikasi dan konsultasi menganai
berbagai masalah ketenagakerjaan;
b. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan
timbulnya permasalahan ketenagakerjaan; dan
c. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai langkah
penyelesaian permasalahan.
(2) Keanggotaan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas unsur pemerintah, unsure pemerintah daerah,
unsur serikat pekerja/serikat buruh, dan unsure asosiasi
pengusaha.
(3) Di dalam melakukan tugas dan fungsinya, lembaga
sebagaiman dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan
lembaga lain.
Aspek lain yang jelas merupakan perbedaan adalah dalam hal
partisipasi Pemda dalam pembentukan KEK. Pemda merupakan
salah satu pihak yang menjadi pengusul akan keberadaan KEK.
Dalam sebuah kawasan dimungkin terdapat kawasan KEK yamg
merupakan lintas kabupaten sehingga pihak yang menjadi pengusul
adalah Pemerintah provinsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Terkait dengan kondisi yang dialami oleh beberapa kawasan khusus
yang diatur dalam UU 32 tahun 2004 sebagaimana tersebut, terdapat
anatara lain 2 (dua) aspek krusial yang menjadi issue, dan merupakan hal-
hal yang perlu dicermati sehubungan penyelenggaraan Kawasan Khusus
dengan membandingkan beberapa kawasan khusus sebagai daerah otonom
sekaligus kawasan perdagangan bebas ataupun Daerah Otorita, dengan
cakupan aspek-aspek berikut.
a) Aspek Penyelenggaraan kewenangan, yang kalau dicermati secara
seksama di dalamnya terdapat dua aspek penting yang harus mendapat
perhatian secara hati-hati, yaitu.
(1) Kewenangan Pemerintah dengan segala kapasitasnya dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan.
(2) Kewenangan Pemerintah Provinsi sebagai daerah otonom dengan
segala kapasitasnya dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan skala provinsi.
(3) Kewenangan kawasan khusus/Otorita/perdagangan bebas dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu. Fungsi
pemerintahan tertentu dalam ketentuan ini antara lain, pertahanan
negara, pendayagunaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau
tertentu/terluar, lembaga pemasyarakatan, pelestarian warisan
budaya dan cagar alam, pelestarian lingkungan hidup, riset dan
teknologi.
b) Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah tidak dijelaskan sejauhmana peran pemerintah
daerah terhadap pengelolaan KEK, sehingga menimbulkan kerancuan
sejauhmana peran pemerintah daerah serta tugas dan wewenangnya.
Demikian dibutuhkan lebih lanjut terkait dengan implementasi
pelaksanaan urusan, yang dapat mencerminkan hubungan antara
lembaga pemerintahan daerah, pada akhirnya akan menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran pembentukan kawasan
khusus. Pengaturan lebih spesifik terhadap KEK ada di undang-undang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus dan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus untuk menghindarkan ketidakharmonisan
antara undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang
Nomor 39 Tahun 2009 diperlukan harmonisasi perundang-undangan.
Hubungan penyelenggaran Pemerintahan di Daerah “Special
Economic Zone” merupakan salah satu issue strategik yang perlu
mendapat perhatian secara lebih serius. Hal ini dimaksudkan dalam
rangka optimalisasi, penyelenggaraan kawasan khusus yang
mengemban misi nasional tidak saja untuk pembangunan daerah tetapi
juga bagi kepentingan nasional.
Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
diperuntukkan bagi kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu yang dimaksud
adalah melakukan dan mengembangkan usaha dibidang perdagangan,
jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritime dan
perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Untuk
menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK
dengan tujuan untuk mengawasi pengelolaan KEK. Lembaga tersebut
terdiri atas Dewan Nasional ditingkat pusat yang diketuai oleh menteri
dan Dewan Kawasan ditingkat provinsi diketuai oleh Kepala Daerah
(Gubernur atau Bupati) .Dewan Kawasan membentuk Administrator
KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan
pengendalian operasionalisasi KEK.Kegiatan usaha di KEK dilakukan
oleh badan usaha dan pelaku usaha. Badan Usaha adalah perusahaan
berbadan hukum yang berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan usaha
Milik Daerah, koperasi, swasta, dan usaha patungan untuk
menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. Sedangkan yang dimaksu
dengan Pelaku Usaha adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum,
tidak berbadan hukum atau usaha orang perseorangan yang melakukan
kegiatan usaha di KEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
B. Kendala serta upaya mengatasi kendala didalam pengelolaan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis didalam pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus, kendala serta upaya untuk mengatasi kendala
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kelembagaan, seperti diketahui sebelumnya bahwa kelembagaan KEK
adalah bersifat nasional dengan tetap menempatkan pemerintah daerah
sebagai pemegang posisi penting sejak KEK diusulkan, ditetapkan,
dibangun, dam dikelola. Kelembagaan KEK sebagaimana dimaksud
adalah sebagai berikut.
(1) Dewan Nasional.
Dewan Nasional terdiri atas menteri dan kepala lembaga
pemerintah nonkementerian. Dewan Nasional KEK dibentuk
dengan Keputusan Presiden yang bertanggung jawab kepada
Presiden. Dewan nasional diketuai oleh menteri yang menangani
urusan pemerintahan di bidang perekonomian dan beranggotakan
menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian. Saat ini
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Dewan Nasional kawasan Ekonomi Khusus, Menteri Koordinatoor
Bidang Perekonomian ditetapkan sebagai Ketua Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus. Sebagai pendukung pelaksanaan
Dewan Nasional, Ketua Dewan telah menetapkan Organisasi dan
Tata kerja Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus
yang bersifat nasional. Dewan Nasional bertugas:
(1) menyusun Rencana Induk Nasional KEK;
(2) menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk
mempercepat pembentukan dan pengembangan KEK;
(3) menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal
dalam KEK;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(4) melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk
dijadikan KEK;
(5) memberikan rekomendasi pembentukan KEK;
(6) mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan
di wilayah yang potensinya belum berkembang;
(7) menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan,
pengelolaan, dan pengembangan KEK; dan
(8) memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta
merekomendasikan langkah tindak lanjut hasil evaluasi
kepada Presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status
KEK.
(2) Dewan kawasan
Dewan Kawasan terdiri atas ketua yaitu gubernur, wakil ketua,
yaitu bupati/walikota, dan anggota, yaitu unsur Pemerintah di
provinsi, dan unsur pemerintah kabupaten/kota. Dewan Kawasan
dibentuk pada setiap provinsi yang sebagian wilayahnya
ditetapkan sebagai KEK. Dewan Kawasan sebagaimana dimaksud
diusulkan oleh Dewan Nasional kepada Presiden untuk ditetapkan
dengan Keputusan Presiden. Dewan Kawasan sebagaimana
dimaksud bertanggung jawab kepada Dewan Nasional. Dewan
Kawasan bertugas:
(1) melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh
Dewan Nasional untuk mengelola dan mengembangkan
KEK di wilayah kerjanya;
(2) membentuk Administrator KEK di setiap KEK;
(3) mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan
mengoordinasikanpelaksanaan tugas Administrator KEK
dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu
dan operasionalisasi KEK;
(4) menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan
dalam pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(5) menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan
Nasional setiap akhir tahun; dan
(6) menyampaikan laporan insidental dalam hal
terdapatpermasalahanstrategis kepada Dewan Nasional.
a) Administrator Kawasan Ekonomi Khusus
Administrator KEK bertugas:
(1) melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain
yangdiperlukan bagi Pelaku Usaha yang mendirikan,
menjalankan, danmengembangkan usaha di KEK;
(2) melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi
KEK; dan
(3) menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan
insidental kepada Dewan Kawasan.
Terhadap kelembagaan KEK sebagaimana dimaksud yang
menjadi perhatian terkait dengan kelembagaan KEK adalah peran
kepala daerah pada saat KEK dalam proses pengusulan dan pada saat
KEK sudah ditetapkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa usulan KEK
dapat berasal dari pemerintah daerah ( Prov/kabupaten/kota) yang
kemudian unsur-unsur dimaksud selanjutnya akan berkedudukan dalam
Dewan Kawasan.
Faktor lain adalah dalam hal komposisi atau jumlah personalia
Dewan Kawasan, bagaimana struktur serta berapa jumlah anggota Dewan
Kawasan yang ideal. Disamping itu dalam hal KEK itu diusulkan oleh
Gubernur atau Badan usaha yang lokasi mencakup lintas kabupaten/kota,
tentunya faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan perhatian.
Masih dari faktor kelembagaan adalah terkait dengan lembaga
Administrator Kawasan, strukturnya seperti apa bagaimana
persyaratannya untuk menjadi administrator tersebut.
2) Mekanisme kerja dalam kelembagaan KEK;
Peran operasional sehari-sehari dalam pengelolaan KEK ada pada
tangan Badan Usaha Pengelola. Adapun bagaimana Badan Usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pengelola melaksanakan tugas serta seberapa patuh dan tepat BUP
melaksanakan kewajibannya sepenuhnya ada di tangan Administrator
Pengelola yang merupakan bagian dari Dewan Kawasan. Karena itu
perlu ada pengawasan intensif dan komprehensip terhadap kinerja
administrator mengingat di tangan administratorlah berbagai
kewenangan dimiliki.
3) Eksistensi kawasan khusus berdasarkan UU lama dengan keberadaan
beberapa kawasan perdagangan bebas/FTZ/Otorita antara lain Batam,
Bintan, dan Karimun. Bahwa kawasan tersebut masih diakui
keberadaannya sampai dengan berakhirnya perjanjian. Untuk
selanjutnya kawasan dimaksud dapat diusulkan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus.
4) Dalam hal keberadaan kawasan ekonomi khusus merupakan lintas
kabupaten atau kota maka kompleksitas permasalahan akan semakin
kompleks baik terkait kelembagaan KEK, meknisme kerja, serta
koordinasi kerja.
5) Dengan masih berlakunya ketentuan pengaturan UU Nomor 32 Tahun
2004 yang menegaskan keberadaan KEK, setidaknya secara ekspresis
verbis ada dua model pengaturan yang segera harus diseleraskan.
Meskipun pada dasarnya bahwa pengaturan yang kemudian dapat
menggantikan pengaturan sebelumnya, “Lex Posterior Derogat Legi
Priori”
Meskipun ketentuan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus telah sangat optimal mengantisipasi berbagai
kemungkinan permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, bahkan lebih spesifik telah secara detail pengaturannya
dalam ketentuan lebih lanjut baik dalam Peraturan Pemerintah maupun
Peraturan Presiden setidaknya dalam aspek implemetasi kita akan
menjumpai berbagai permasalahan penting di antaranya yang sudah
penulis kemukakan sebelumnya yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1. Aspek Kelembagaan, kalau dicermati secara seksama di dalamnya
terdapat aspek penting lainnya yang harus mendapat perhatian secara
hati-hati, yaitu:
a. Kewenangan Pemerintah dengan segala kapasitasnya dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan.
b. Kewenangan Pemerintah Provinsi serta Kabupaten/Kota sebagai
daerah otonom dengan segala kapasitasnya dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan skala Provinsi atau
Kabupaten/Kota.
c. Kewenangan Penyelenggara Kawasan Ekonomi Khusus dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu, khususnya
bidang kewenangan sebagaimana dimaksud.
Peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan khusus
sangat strategis bila dilihat dari pengaturan berdasarkan ketentuan
dimaksud. Permasalahan yang harus diperhatikan adalah dalam hal
implementasi pelaksanaan urusan, yang dapat mencerminkan hubungan
antara lembaga penyelenggara KEK tersebut. Karena itu, koordinasi antara
masing-masinglah yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus.
Selanjutnya perlu dibuatkan aturan lebih jelas dan rinci mengenai tata
cara pembentukan masing-masing lembaga penyelenggara KEK di tingkat
daerah, meskipun ketentuan untuk Dewan Kawasan ada di tangan Dewan
Nasional. Hal yang paling pokok lagi adalah pembentukan Administrator
Kawasan yang memerlukan pengaturan lebih jelas dan rinci.
2. Mekanisme Kerja dalam Kelembagaan KEK:
Terhadap kelembagaan KEK yang telah terbentuk memerlukan pengaturan
mekanisme kerja yang jelas dan lengkap. Pengaturan mekanisme kerja
sebagaimana dimaksud, antara lain terhadap administrator yang memiliki
kewenangan pemebrian izin, monitoring dan pengendalian serta pelaporan.
Di samping itu perlu juga diatur mengenai hubungan kelembagaan internal
penyelenggara KEK maupun eksternal antara administrator dan institusi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
luar penyelenggara KEK. Pengaturan ini sangat penting untuk dapat
memantau serta mengendalikan operasionaliasi KEK;
3. Eksistensi kawasan khusus berdasarkan undang-undang lama dengan
keberadaan beberapa kawasan perdagangan bebas/FTZ/Otorita antara
lain Batam, Bintan dan Karimun.
Saat ini berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang lama,
beberapa kawasan khusus telah terbentuk dan masih diakui
keberadaaannya sampai dengan berakhirnya perjanjian berdasarkan
ketentuan peralihan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus.
Ketentuan tersebut antara lain menyatakan:
a. “Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, yaitu Batam, Bintan, dan Karimun,
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000
tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775), sebelum atau
sesudah jangka waktu yang ditetapkan berakhir, dapat diusulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menjadi KEK sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan
ketentuan peraturan perundang-undangan lain.”
b. Dalam hal Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diusulkan menjadi
KEK, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas berakhir
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.Untuk
selanjutnya kawasan dimaksud dapat diusulkan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus.
4. Harmonisasi Perundang-Undangan perlu dilakukan terhadap beberapa
ketentuan perundang-undangan khususnya UU Pemerintahan Daerah,
ketentuan yang harus diselaraskan dalam harmonisasi dimaksud adalah
terkait penegasan peran pemerintahan daerah dalam rangka
penyelenggaraan KEK. Saat ini tengah dilakukan upya revisi / perubahan
terhadap UU Pemerintahan Daerah, diharapkan revisi terhadap UU
dimaksud secara komprehensif juga mencakup penyelarasan terhadap
peran pememrintah daerah dalam rangka penyelenggaraan KEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus dilakukan oleh :
a. Administrator,
Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk
untuk setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam
penyelenggaraan KEK.Administrator merupakan bagian dari
Dewan Kawasan.
Tugas Administrator adalah:
a) Memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan
bagi Pelaku usaha untuk mendirikan, menjalankan, dan
mengembangkan usaha di KEK;
b) Melakukan pengawasan dan pengendalian
operasionalisasi KEK yang dilakukan oleh Badan Usaha
Pengelola KEK, dan
c) Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara
berkala dan idental kepada Dewan Kawasan.
b. Badan usaha pengelola
Yang termasuk didalam badan usaha pengelola adalah Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Badan usaha
koperasi, Badan usaha swasta, atau Badan usaha patungan antara
swasta dan/atau koperasi dengan pemerintah, pemerintah
provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Tugas Badan
Usaha pengeloa adalah menyelenggarakan kegiatan usaha di
KEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2. Kendala serta upaya mengatasi kendala di dalam pengelolaan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK)
a. Kelembagaan, seperti diketahui sebelumnya bahwa kelembagaan
KEK adalah bersifat nasional dengan tetap menempatkan pemerintah
daerah sebagai pemegang posisi penting sejak KEK diusulkan,
ditetapkan, dibangun, dam dikelola. Dalam hal komposisi atau jumlah
personalia Dewan Kawasan, bagaimana struktur serta berapa jumlah
anggota Dewan Kawasan yang ideal. Disamping itu dalam hal KEK
itu diusulkan oleh Gubernur atau Badan usaha yang lokasi mencakup
lintas kabupaten/kota, tentunya faktor-faktor tersebut harus juga
menjadi bahan perhatian. Masih dari faktor kelembagaan adalah
terkait dengan lembaga Administrator Kawasan, strukturnya seperti
apa bagaimana persyaratannya untuk menjadi administrator tersebut.
Selanjutnya perlu dibuatkan aturan lebih jelas dan rinci mengenai
tata cara pembentukan masing-masing lembaga penyelenggara KEK
di tingkat daerah, meskipun ketentuan untuk Dewan Kawasan ada di
tangan Dewan Nasional. Hal yang paling pokok lagi adalah
pembentukan Administrator Kawasan yang memerlukan pengaturan
lebih jelas dan rinci.
b. Mekanisme kerja dalam kelembagaan KEK;
Peran operasional sehari-sehari dalam pengelolaan KEK
ada pada tangan Badan Usaha Pengelola. Adapun bagaimana
Badan Usaha Pengelola melaksanakan tugas serta seberapa
patuh dan tepat BUP melaksanakan kewajibannya sepenuhnya
ada di tangan Administrator Pengelola yang merupakan bagian
dari Dewan Kawasan. Karena itu perlu ada pengawasan intensif
dan komprehensip terhadap kinerja administrator mengingat di
tangan administratorlah berbagai kewenangan dimiliki.
Terhadap kelembagaan KEK yang telah terbentuk
memerlukan pengaturan mekanisme kerja yang jelas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
lengkap. Pengaturan mekanisme kerja sebagaimana dimaksud,
antara lain terhadap administrator yang memiliki kewenangan
pemebrian izin, monitoring dan pengendalian serta pelaporan.
Di samping itu perlu juga diatur mengenai hubungan
kelembagaan internal penyelenggara KEK maupun eksternal
antara administrator dan institusi di luar penyelenggara KEK.
Pengaturan ini sangat penting untuk dapat memantau serta
mengendalikan operasionaliasi KEK;
c. Eksistensi kawasan khusus berdasarkan UU lama dengan
keberadaan beberapa kawasan perdagangan bebas/FTZ/Otorita antara
lain Batam, Bintan, dan Karimun. Bahwa kawasan tersebut masih
diakui keberadaannya sampai dengan berakhirnya perjanjian. Untuk
selanjutnya kawasan dimaksud dapat diusulkan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus.
Saat ini berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
lama, beberapa kawasan khusus telah terbentuk dan masih
diakui keberadaaannya sampai dengan berakhirnya perjanjian
berdasarkan ketentuan peralihan Undang-undang Nomor 39
Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
Ketentuan tersebut antara lain menyatakan:
“Pada saat Undang-Undang ini berlaku,
KawasanPerdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, yaitu
Batam, Bintan, dan Karimun, yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1
Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4775), sebelum atau sesudah jangka waktu yang
ditetapkan berakhir, dapat diusulkan menjadi KEK sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lain.”
Dalam hal Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak diusulkan menjadi KEK, Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas berakhir sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditetapkan.Untuk selanjutnya kawasan
dimaksud dapat diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi
Khusus.
d. Dengan masih berlakunya ketentuan pengaturan UU Nomor 32
Tahun 2004 yang menegaskan keberadaan KEK, setidaknya secara
ekspresis verbis ada dua model pengaturan yang segera harus
diseleraskan. Meskipun pada dasarnya bahwa pengaturan yang
kemudian dapat menggantikan pengaturan sebelumnya, “Lex
Posterior Derogat Legi Priori”.
Harmonisasi Perundang-Undangan perlu dilakukan
terhadap beberapa ketentuan perundang-undangan khususnya
UU Pemerintahan Daerah, ketentuan yang harus diselaraskan
dalam harmonisasi dimaksud adalah terkait penegasan peran
pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan KEK.
Saat ini tengah dilakukan upya revisi / perubahan terhadap UU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Pemerintahan Daerah, diharapkan revisi terhadap UU
dimaksud secara komprehensif juga mencakup penyelarasan
terhadap peran pememrintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan KEK.
B. Saran
1. Mengingat Undang-undang yang mengatur tentang Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) tidak sinkron, sudah seharusnya Pemerintah Pusat serta
DPR mengharmonisasikan undang-undang KEK yang terkait yaitu
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus serta Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Hal ini dimaksudkan agar
memudahkan di dalam pengelolaan KEK.
2. Mengganti Undang-undang yang sudah tidak sesuai dengan tujuan
Kawasan Ekonomi Khusus itu sendiri (KEK), menyeragamkan istilah
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang mempunyai berbagai macam
nama diantaranya Kawasan Khusus yang terdapat di dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan
Perdagangan Bebas.
top related