tpa supri yadi
Post on 08-Aug-2015
64 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1 ZAKAT KITA Zakat Terapan
ZAKAT KITA ZAKAT TERAPAN ( zakat yang direalisasikan )
I. PENGERTIAN ZAKAT
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan-Nya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
( Al Baqarah 277)
a. Sebagai rukun Islam (unsur pokok hakikat Islam) ke-3
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda : Islam dibangun
atas lima sendi :
1. Mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah
2. Menegakkan shalat.
3. Merealisasikan zakat.
4. Menunaikan ibadah haji.
5. Puasa di bulan Ramadhan.
( H.R. Bukhari )
b. Rukun Islam ada 5 (empat mutlak lima sempurna), seperti halnya empat
sehat lima sempurna dalam masalah gizi. Pemahamannya dalam rukun
Islam, zakat adalah ibarat berasnya yang merupakan sumber energy /
carbohydrate.
c. Menyikapi, menghayati dan mengamalkan Zakat mesti sama, serasi,
seimbang dengan shalat fardhu 5 waktu. Lebih dari 79 ayat al Qur’an yang
menyebutkan Shalat dan Zakat secara bersamaan / beruntun, semisal :
2 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah bersama orang-
orang yang ruku‟.
( Al Baqarah 43 )
d. Untuk mengamalkan dan menggerakkan zakat, mesti kita isyharkan
Hayya „alaz zakaah sebagaimana akan mendirikan shalat fardhu pada adzan
Hayya „alash shalaah.
e. Zakat tidak sama dan harus dibedakan dengan infaq, shadaqah, hibbah,
waqaf, aneka pajak dan hadiah / promosi.
f. Pembangkang Zakat adalah murtad dan kafir. Itulah kebijakan strategis
Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq r.a. yang sangat menentukan kegemilangan
sejarah Islam. Bila tak ada ketegasan demikian, mungkin sejarah Islam
berhenti dan habis sampai zaman Abu Bakar r.a.
Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakara
dengannya dahi, lambung dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka
: Inilah harga bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan-simpan itu”.
( At Taubah 35 )
Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah maha
pengampun lagi maha penyayang.
( At Taubah 5 )
Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat ; maka mereka
itu adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi kaum yang mau mengerti.
( At Taubah 11 )
3 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Katakanlah : “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa,
maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang
mempersekutukan-Nya. Yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan
mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat”.
( Fushshilat 6-7 )
Dari Abu Hurairah r.a. telah mengabarkan, bahwa Sahabt Abu Bakar r.a. telah
berkata : “Demi Allah jika mereka menghalangiku dengan kekerasan
(membangkang untuk tidak mau membayar zakat) padahal dahulu mereka selalu
membayar zakatnya kepada Rasulullah SAW, sungguh saya akan memerangi
mereka lantaran menolak zakat”.
Umar r.a. telah berkata : “Maka tiadalah yang demikian itu melainkan menurut
pendapatku sungguh Allah telah membuka pemikiran Abu Bakar untuk
memerangi pembangkang zakat, maka saya yakin sungguh memerangi mereka
itu adalah wajib (haq)”.
( H.R. Bukhari )
g. Zakat mutlak untuk diamalkan sebagai alternatif tunggal. Yaitu realisasi
Zakat yang bertanggung jawab baik vertikal maupun horizontal. Maka
semua bentuk hambatan / gulma mesti disingkirkan.
4 ZAKAT KITA Zakat Terapan
II. TEMA SENTRAL ZAKAT
Pungutlah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo‟alah untuk mereka.
Sesungguhnya do‟a kamu itu menjadi ketentraman bagi jiwa mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
( At Taubah 103 )
a. Amwal kita : seluruh kekayaan / harta terpadu adalah rizki dari Allah SWT
untuk kita akui sebagai hak milik, dilindungi dan diambil manfaatnya. Pada
Amwal tersebut hakikatnya terdapat hak mutlak sosial, santunan untuk fakir
miskin dan dakwah fi sabilillah; yang harus dikeluarkan secara mutlak pula.
Bagian minimalnya adalah Zakat, sebagaimana hak mutlak ibadah kepada
Allah yang harus ditunaikan, minimalnya adalah shalat fardu.
b. Zakat dipungut dari aghniya‟ yaitu orang kaya berdasarkan realita, bukan
dianggap kaya, diberikan kepada fuqara’ / dhuafa’, yaitu orang fakir-miskin
berdasarkan fakta, bukan dianggap fakir-miskin serta untuk membiayai
dakwah fi sabilillah.
c. Zakat dipungut dari Amwal : seluruh kekayaan / harta terpadu, bukan hanya
harta kekayaan tertentu atau sebagian harta kekayaan atau harta yang
terkotak-kotak / sektoral.
d. Zakat sektoral / terkotak-kotak, seperti Zakat zuru’ : pertanian / tanam
tanaman, masyiyah : peternakan, naqdain : perhiasan, tijarah : perdagangan,
makdan : barang tambang dan rikas : barang temuan / harta karun, semuanya
merupakan bagian dari sumber kemacetan pengamalan atau realisasi Zakat.
Begitupun zakat profesi termasuk Zakat sektoral.
e. Realisasi Zakat bertujuan membersihkan, mensucikan atau memutihkan /
pemutihan harta kekayaan dan jiwa muslimin muzakkin, sekaligus
bermakna:
(1) Menyantuni, membimbing dan mengentaskan sosial ekonomi kaum
dhuafa’
(2) Ikut membiayai dakwah dan mengantisipasi ekspansi dakwah agama
lain.
(3) Membina serta memupuk kualitas ukhuwah Islamiyah yang tangguh.
f. Tasharruf dari hasil Zakat Amwal untuk 8 ashnaf (delapan jalur pemerataan)
yang intinya dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok besar, yakni :
(1) Kelompok dhuafa’.
(2) Kelompok sabilillah.
5 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk
(dilunakan) hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang terlilit
hutang, untuk (perjuangan di) jalan Allah dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan (kehabisan bekal) ; sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
( At Taubah 60 )
Dengan demikian perdamaian, kesejahteraan dan ukhuwah Islamiyah akan
dapat diwujudtegakkan.
g. Gerakan Zakat Muhammadiyah dengan Badan Pelaksana Urusan Zakat
Muhammadiyah, selanjutnya diakronimkan BAPELURZAM harus sukses
dan tak boleh gagal walaupun banyak kendala menghadang. Karena itu
seluruh perangkat, baik keras maupun lunak harus dipersiapkan dengan
matang.
h. Semua aturan Zakat yang berakibat kepada kegagalan dan kemacetan
realisasi zakat adalah batal walaupun dikatakan berdasar kepada ayat al
Qur’an dan as Sunnah. Sebab ayat al Qur’an dan as Sunnah yang diambil
pastilah tidak relevan dengan ketentuan BAPELURZAM. Itu dikarenakan
saah interpretasi dalam memahami al Qur’an dan as Sunnah tersebut.
i. Semua gulma / penghambat realisasi Zakat yang terdaftar pada caption
maupun tidak harus disingkirkan sejauh-jauhnya. Pengalaman mengajarkan
kesuksesan gerakan Zakat adalah keberhasilan menyingkirkan gulma Zakat.
III. STRATEGI ZAKAT
a. Harta yang dizakati adalah seluruh kekayaan terpadu. Tak ada harta
kekayaan yang dapat terbebas dari pensucian atau pemutihan oleh Zakat.
b. Diperlakukan alokasi waktu / haul : tahunan / setahun sekali sesuai dengan
juklak dari PP Muhammadiyah Majlis Wakaf dan Kehartabendaan, serta
mengesampingkan Zakat Panenan serta ta’jil Zakat.
c. Muzzakin memang memenuhi syarat fardhu Zakat, yakni antara lain seorang
muslim dan kepala keluarga yang memang kenyataannya aghniya’ atau
mampu yaitu pemilik nishab.
d. Dibuatkan peraturan Penetapan Nishab berdasarkan kehati-hatian atau
ihtiyath dan bebas dari akal-ukil / akal bulus.
e. Peraturan Nishab : Zakat yang dikeluarkan adalah :
6 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Rumus :
k – h = + (kekayaan terpadu – hutang terpadu = sisa plus)
k – h = 0 (kekayaan terpadu – hutang terpadu = tidak memiliki kekayaan
atau belum sampai nishab)
k – h = - (fakir-miskin / dhuafa’)
f. Peraturan nishab konvensional merupakan sumber terpenting kemacetan
realisasi Zakat. Karena itu harus dihindari, kecuali prinsip 2,5 % atau 1/40
dari kekayaan yang harus dikeluarkan sebagai Zakat normatif.
g. Mengukuhkan eksistensi mutlak amil (BAPELURZAM) sebagai pelaksana
tunggal masalah Zakat dalam Muhammadiyah. Tidak dibenarkan untuk
memusyriki (menandingi) dengan alasan apapun.
h. Penegasan Zakat hanya sah sebagai Zakat apabila dipungut dan dikelola
oleh BAPELURZAM termasuk didalamnya Zakat fitrah disetiap ranting dan
amal usaha. Pengeluaran harta untuk ibadah yang tidak diserahkan melalui
amil berarti bukan Zakat.
i. Penegasan istilah (khusus dalam BAPELURZAM)
(1) Zakat : pengeluaran dana / harta sebagai realisasi rukun Islam ke – 3.
Hukumnya : fardhu (bila diingkari, Islamnya rusak / hangus)
(2) Infaq : pengeluaran dana / harta untuk pembiayaan dakwah khusus.
Hukumnya :
Wajib, bila untuk proyek kesejahteraan Islam dan umatnya (bila
ditinggal berdosa besar tetapi tidak sampai menghanguskan
Islamnya)
Sunnah Muakkad bila bukan untuk proyek kesejahteraan Islam
dan umatnya.
Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
( Al Baqarah 267 )
(3) Shadaqah : Pengeluaran dana / harta untuk pelaksanaan ibadah murni
yang didominasi oleh keikhlasan, selera dan cara sendiri.
(4) Hibbah : Pengeluaran dana / harta yang didominasi oleh kepuasan
pemberinya.
Hukumnya : mubah, kecuali yang negative atua untuk kejahatan.
(5) Hadiah : Pengeluaran dana / harta dengan maksud promosi.
Hukumnya : bisa mubah atau makruh bahkan haram.
7 ZAKAT KITA Zakat Terapan
(6) Wakaf : Pengeluaran harta secara umum yang bersifat tetap, khususnya
tanah. Dari perseorangan untuk suatu lemabga : Masjid, sekolah, panti
asuhan, RS, persyarikatan dll untuk dimanfaatkan / syiar Islam.
Hukumnya : sunnah.
Catatan :
Shadaqah : A. Menurut istilah kebahasaan berarti ibadah dengan
pengeluaran dana / harta mencakup point (1) s.d (6) yang
bersifat umum. Pada beberapa ayat Qur’an, shadaqah dapat
dimaknakan zakat, inklusif nomor (1).
B. Menurut istilah khusus, seperti tercantum pada point (3).
j. Amilin / BAPELURZAM harus berdedikasi tinggi dan bonafide. Mereka
cukup ilmu dan ketrampilan tentang Zakat, kerja keras, jujur, cermat, tak
mudah tertipu dan berwawasan ke depan.
k. Zakat ada 2 macam, yaitu :
1. Zakat fitrah (untuk kembali kepada kondisi fitrah).
2. Zakat Amwal (untuk pensucian jiwa dan pemutihan kekayaan tahunan)
l. Ditetapkan : - Zakat fitrah sebanyak 2,5 kg bahan makanan pokok harian
atau uang sejumlah harga bahan makanan pokok tersebut
setiap 1 (satu) jiwa / seorang.
- Zakat Amwal sebanyak 2,5 % dari kekayaan murni
muzakkin.
IV. AMILIN / BAPELURZAM DAN TUGASNYA
a. Pimpinan Daerah / Cabang pada bulan Rajab menerbitkan Surat Tugas atau
Surat Perintah kepada anggota Persyarikatan yang mampu, mau,
bersemangat dan terpercaya untuk membentuk / memimpin amilin
(BAPELURZAM) dengan tugas khusus mensukseskan realisasi gerakan
Zakat tahun bersangkutan. Masa bakti mulai bulan Rajab sampai dengan
akhir Dzulhijjah tahun tersebut (lihat Petunjuk Pelaksana PP
Muhammadiyah Majlis Wakaf dan Kehartabendaan tahun 1979 dan 1980).
b. Pimpinan Daerah / Cabang menyerahkan pedoman tentang BAPELURZAM
kepada personalia BAPELURZAM dan mereka-mereka yang terkait serta
berminat. Untuk dijadikan panduan secara disiplin. Bukan untuk mengambil
kebijaksanaan yang menyimpang, kecuali sudah mendapat izin dari
Pimpinan Daerah Muhammadiyah.
c. Sebagai realisasi dan pengembangan Surat Tugas atau Surat Perintah, maka
Pimpinan Daerah / Cabang segera membentuk BAPELURZAM di
tingkatnya. BAPELURZAM pada tiap tingkat harap merekrut atau
memasukkan tokoh Pimpinan Persyarikatan, Majlis / Bagian, Lembaga,
Badan, Ortom dan kekuatan-kekuatan lain yang ada dalam Persyarikatan
sebagai personalia BAPELURZAM. Hal ini dikarenakan BAPELURZAM
adalah gerakan terpadu yang harus didukung dan disukseskan oleh seluruh
kekuatan yang ada. Karena itu tidak boleh ada amilin tandingan terhadap
BAPELURZAM dengan alasan apapun.
8 ZAKAT KITA Zakat Terapan
d. BAPELURZAM Daerah / Cabang membuat program kerja sesuai dengan
tuntunan, serta melaksanakan program kerja dengan sebaik-baiknya sesuai
alokasi waktu yang ditetapkan.
e. BAPELURZAM bekerja dengan ekstra giat, antara lain dalam :
(1) Menyelenggarakan penataran, penyuluhan dan pengajian khusus
tentang Zakat bagi personalia amilin, kepada warga dan simpatisan
Muhammadiyah, terutam akepada calon muzakkin.
(2) Kunjungan door to door (ke rumah-rumah) anggota dan simpatisan.
Amilin harus aktif dalam tugasnya sebagai amilin, artinya amilin tidak
boleh hanya berpangku tangan menunggu penyerahan Zakat dari
muzakkin, di belakagn meja. Amilin yang tidak aktif tidak berhak
menerima haknya sebagai amilin, dan tergolong amilin yang tidak
bertanggung jawab serta tidak amanah.
(3) Menjelaskan semua informasi tentang Zakat, BAPELURZAM, system
kerjanya dan sifat tajdid pemikiran serta operasionalnya. Pada tahap
perintisan, sebaiknya mendayagunakan tenaga senior Persyarikatan dan
tokoh yang berwibawa.
(4) Memungut Zakat secara sungguh-sungguh, cermat, sopan santun dan
mendo’akan muzakkin.
(5) Pimpinan atau Ketua BAPELURZAM harus memantau secara cermat
kegiatan kerabat kerjanya dan segera mengambil langkah-langkah
perbaikan bila terjadi penyimpangan.
f. Jadwal penarikan Zakat :
(1) Zakat Fitrah tanggal 21 s.d 28 Ramadhan.
(2) Zakat Amwal tanggal 21 Ramadhan s.d 30 Syawal.
Catatan :
Karena situasi dan kondisi, penarikan Zakat Amwal dapat dilakukan sampai
akhir bulan Dzulqoidah.
g. Pimpinan BAPELURZAM dan petugas luar / operasional harus member
tuntunan sejelas-jelasnya tentang cara menghitung zakat agar mendapat hasil
yang tepat.
h. Mengadakan control penarikan Zakat, yakni membuat rekap terinci hasil
penarikan Zakat seluruhnya dan menyelesaikan kasus dengan baik, bila ada
kasus.
i. Hak kelola bagi Amilin Atasan (15 % untuk PP, PW dan PDM) harus
diambilkan / disisihkan terlebih dahulu sebelum hasil penarikan Zakat
dibagikan kepada mustahiqin local : Cabang dan Ranting.
j. Pada saat membagi hasil penarikan Zakat, harus diadakan rapat /
musyawarah gabungan atau pleno yang terdiri dari tiga unsur :
(1) Personalia BAPELURZAM
(2) Pimpinan Persyarikatan
(3) Ulama / tokoh masyarakat
Hal ini ditempuh untuk menghindari fitnah.
k. Amilin BAPELURZAM harus berpendirian kokoh konsepsional. Namun
pada situasi dan kondisi khusus dapat melakukan kebijakan fleksibel untuk
tujuan realisasi Zakat pada masa berikutnya.
l. Amilin BAPELURZAM harus sukses dalam menunaikan tugasnya. Dengan
alasan apapun tidak boleh terjadi kecurangan dalam masalah Zakat ini.
9 ZAKAT KITA Zakat Terapan
m. Amilin BAPELURZAM melaporkan secara rinci hasil penarikan dan
pendistribusian Zakat kepada Pimpinan Persyarikatan dan Muzakkin dengan
tuntas secara tertulis.
CATATAN :
Haruslah difahami bahwasanya pelaksanaan fardhu zakat tidak mungkin
sekaligus sempurna seperti apa yang dikehendaki syara’, melainkan berproses
dan memerlukan waktu.
Sedangkan pengucapan ikrar syahadatain-pun mula-mula sekedar ikut-ikutan
sebisanya, lama-kelamaan akan diikuti dengan pendalaman dan penghayatan
makna. Sebagaimana pengamalan syari’at shalat, tidak otomatis benar dan
khusyu’, tetapi dimulai dari rubuh-rubuh gedang. Bahkan untuk puasa
Ramadhan, pasti melalui pendidikan puasa bedug atau puasa ashar lebih dahulu,
baru kemudian meningkat menuju kesempurnaan.
Demikianpun ibadah haji, niscaya diawali dengan manasik secara intensif.
Walhasil, pelaksanaan Rukun Islam dan pengamalan Syari’at Islam pastilah
bertahap, berjenjang dan berproses.
V. ZAKAT FITRAH
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah SAW telah memfardhukan zakat fitrah
sebagai pembersih / pensucian bagi orang yang berpuasa dari sia-sia dan
kotoran-kotoran serta sebagai makanan untuk orang-orang miskin. Barang
siapa mengeluarkannya sebelum Shalat „Id, maka itu adalah zakat yang
diterima ; dan barang siapa mengeluarkannya sesudah shalat „Id, maka ialah
shadaqah dari beberapa shadaqah (bukan tergolong zakat).
( HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah )
a. Pengelolaan terendah Zakat Fitrah adalah BAPELURZAM RANTING /
SUB RANTING dan pengelola tertinggi adalah BAPELURZAM DAERAH.
b. BAPELURZAM Otonom di Perguruan Muhammadiyah ( termasuk
Perguruan Tinggi ) berstatus Sub Ranting.
c. Zakat Fitrah bagi setiap orang (termasuk bayi) sebanyak 2,5 kg bahan
makanan pokok Muzakkin atua uang seharga bahan makanan pokok
tersebut.
10 ZAKAT KITA Zakat Terapan
d. Yang mengeluarkan Zakat Fitrah adalah orang yang Zakat sendiri atau
Kepala Keluarganya, bila diperkirakan sampai dengan Idul Fitri masih cukup
untuk dikonsumsi dan ada kelebihan yang bisa untuk membayar Zakat
Fitrah.
e. Penarikan Zakat Fitrah tanggal 21 s.d 28 Ramadhan. Bila ada keperluan
yang layak, dapat dibayarkan mulai tanggai 1 Ramadhan. Membagi Zakat
Fitrah kepada Mustahiqin (Fakir Miskin Fitri) pada tanggal 29 Ramadhan
(bisa dibagi tanggal 30 Ramadhan, bila telah jelas bahwa shiyamnya istikmal
30 hari).
f. Pembagian hasil penarikan Zakat Fitrah harus berdasarkan keputusan rapat
pleno gabungan yang terdiri dari tiga unsur :
1) Pernoalia BAPELURZAM / Amilin
2) Pimpinan Ranting Muhammadiyah
3) Ulama / tokoh masyarakat
g. Zakat Fitrah 100 % untuk Fakir Miskin Fitri. Jangan diberikan kepada orang/
keluarga yang mampu membayar Zakat Fitrah.
h. Tiap mustahiq Zakat Fitrah maksimal menerima satu porsi (2,5 kg bahan
makanan pokok muzzaki atau uang seharga bahan makanan pokok tersebut).
i. Karena kemakmuran dibidang ekonomi semakin meningkat, kemungkinan
sisa Zakat Fitrah setealhd itasharrufkan akan terjadi, maka sisa tersebut
ditasharrufkan menurut pola zakat Amwal (untuk ashnafus tsamaniyah
sesuai Surat at Taubah ayat 60).
j. Dari sisa Zakat Fitrah itu, untuk BAPELURZAM atasan adalah 25% (15%
untuk BAPELURZAM Cabang dan 10 % untuk BAPELURZAM Daerah).
Yang 75 % di BAPELURZAM RANTING ditasharrufkan untuk kelompok
Dhuafa’ dan Sbailillah tingkat Ranting.
k. Amilin BAPELURZAM Ranting sebagai pengelola Zakat Fitrah
memberikan laporan pertanggungjawaban tertulis secara tuntas dan rinci
pada bulan syawal paling lambat bulan Dzulqaidah kepada pimpinan
Ranting dengan tembusan kepada Pimpinan Cabang setempat dan Pimpinan
Daerah, juga kepada yang dianggap perlu (Kepala Desa / Kelurahan, Ketua
LKMD, LMD atau tokoh masyarakat setempat).
VI. ZAKAT AMWAL
a. Pengelola Zakat Amwal terendah adalah BAPELURZAM Cabang yang
dibentuk berdasarkan Surat Tugas atau Surat Perintah Pimpinan Cabang
Muhammadiyah, lengkap dengan petunjuk pelaksanaannya. Amilin
BAPELURZAM tertinggi adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis
Wakaf dan Kehartabendaan di Jakarta.
b. Tidak boleh ada Amilin Zakat Muhammadiyah tandingan selain
BAPELURZAM. Pada tingkat Wilayah dapat ditangani langsung oleh
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Majlis Wakaf dan Kehartabendaan atau
BAPELURZAM Wilayah, untuk efektifitas Gerakan Zakat Muhammadiyah
se Wilayah.
c. Personalia Pimpinan Muhammadiyah di semua tingkat harus menjadi
pelopor pembayar Zakat Amwal. Karena realisasi Gerakan Zakat
11 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Muhammadiyah akan terwujud apabila Ketua dan Anggota Pimpinan
Muhammadiyah di semua tingkat aktif membayar Zakat Amwalnya, untuk
menjadi tauladan. Ironi agaknya, apabila anggota dan warga Persyarikatan,
apalagi simpatisan disuruh membayar Zakat, sedangkan Pimpinan sendiri
enggan membayar Zakat.
d. Zakat Amwal dipungut dari kekayaan murni (benar-benar milik sendiri)
yang harus dizakati. Zakatnya 2,5 % dari kekayaan murni tersebut yang
seluruhnya (100 %) diserahkan kepada BAPELURZAM dalam batas waktu
yang telah ditetapkan. Jangan memberikan langsung kepada Mustahiqin
menurut selera sendiri, sebab hal demikian namanya bukan Zakat tetapi
shadaqah atau lainnya, bisa saja namanya promosi.
e. Kewajiban Zakat adalah ditujukan kepada pribadi atau perseorangan, tidak
kepada lembaga seperti : Koperasi, PT, CV, NV, Firma dan Badan Usaha
lainnya.
f. Cara menghitung kekayaan untuk Zakat Amwal sebagai berikut :
Kekayaan baru / belum pernah dizakati tahun yang lalu, dihitung 100 %.
Kekayaan yang selalu berubah / beredar, seperti barang dagangan, bahan
maupun hasil produksi dll, dinilai sebagai kekayaan baru.
Kekayaan lama adalah kekayaan yang sudah pernah dizakati dan tidak
berubah, yang dihitung hanya nilai atau harga jasanya semacam sewa
saja.
Rumah hasil rehabilitasi, yang dihitung adalah nilai sewa ditambah biaya
rehab. Dianjurkan, harta lama yang harganya cukup tinggi dinilai jasa
sewanya ditambah sedikit sebagai ihtiyath / kehati-hatian.
Penghasilan baru seperti gaji atau honor yang sebagian besar habis untuk
kebutuhan hidup harian yang wajar, dihitung kenyataan sisanya yang
menjadi kekayaan. Walaupun tidak berwujud uang lagi, tetapi mungkin
berupa meubeler, kendaraan, perhiasan, biaya rehab baru dan lain-lain.
g. Aturan Nishab atas dasar garis semu batas kaya atau mampu dengan miskin
yang dijiwai ihtiyath (hati-hati) dan terhindar dari akal bulus adalah sebagai
berikut :
Kekayaan terpadu – hutang terpadu = minus, adalah pranishab, yaitu
masih miskin dan tidak wajib zakat, bahkan berhak menerima santunan /
dana bimbingan ekonomi.
Kekayaan terpadu – hutang terpadu = nol, adalah tidak sampai nishab.
Tidak wajib zakat, bila perlu dapat diberi zakat sebagai peringkat kedua,
setelah pranishab cukup tersantuni.
Kekayaan terpadu – hutang terpadu = plus, maka mencapai nishab atau
aghniya’ dan mampu. Wajib mengeluarkan Zakat Amwal 2,5 %
walaupun mungkin plusnya hanya Rp. 1.000,-
h. Zakat Amwal dipungut oleh BAPELURZAM Cabang sejak 21 Ramadhan
s.d 30 Syawal. Pada hari-hari tersebut diharapkan muzakkin menghitung
kekayaan murni yang akan dikeluarkan sekaligus jumlah Zakatnya sambil
menunggu datangnya petugas Amilin BAPELURZAM.
i. Hasil pemungutan / penarikan Zakat Amwal dan pendistribusiannya harus
direkap secara lengkap dan terinci. Hasil rekap lengkap dengan rincian
tersebut dikirimkan kepada Pimpinan Persyarikatan dengan tembusan
kepada muzakkin dan lainnya yang berkepentingan sebagai alat control yang
12 ZAKAT KITA Zakat Terapan
akurat. Masyarakat menilai laporan tersebut dan langsung memberitahukan
kepada Amilin BAPELURZAM, bila terdapat kesalahan untuk dibetulkan.
j. Pada musyawarah tasharruf pembagian hasil pemungutan Zakat Amwal
harus merupakan Rapat Paripurna (Pleno) Gabungan yang terdiri dari :
(1) Pimpinan dan Anggota Pleno BAPELURZAM Cabang.
(2) Pimpinan Cabang (dapat diwakili oleh beberapa Anggota Pimpinan).
(3) Ulama dan tokoh masyarakat tingkat Cabang.
Sangat diharapkan, supaya mengundang BAPELURZAM Daerah.
k. BAPELURZAM Cabang memberikan laporan pertanggung jawaban tertulis
secara rinci dan tuntas kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan
BAPELURZAM Daerah selambat-lambatnya 15 Dzulhijjah.
BAPELURZAM Daerah menyampaikan Progress Report tertulis kepada
Pimpinan Daerah Muhammadiyah paling lambat 30 Dzulhijjah.
VII. TASHARRUF ZAKAT AMWAL
a. Hak pengelola hasil penarikan Zakat oleh Amilin atasan (PDM, PW dan PP)
adalah 15 % dari seluruh hasil penarikan nyata dalam satu Cabang dan harus
dikirim ke BAPELURZAM Daerah. Selanjutnya BAPELURZAM Daerah
membagi : 10 % untuk Daerah, 3 % untuk Wilayah dan 2 % untuk Pusat.
Ketentuan tersebut tidak dapat dirubah oleh kemufakatan musyawarah Pleno
Gabungan tingkat Cabang.
b. Hak kelola yang dimiliki BAPELURZAM Cabang adalah 85 % dari seluruh
hasil penarikan Zakat Amwal se Cabang. Untuk memudahkan tasharrufnya,
yang 85 % tersebut dibulatkan menjadi 100 % lagi. Selanjutnya dibagikan
menurut pola yang telah ditetapkan.
c. Hasil kelola yang dimiliki BAPELURZAM Cabang yang telah dijadikan 100
% tersebut harus ditasharrufkan kepada 8 kelompok (al ashnafus tsamaniyah,
at Taubah 60).
Untuk memudahkan tasharruf dijadikan 2 kelompok besar :
(1) Kelompok Dhuafa’
(1.1) Fuqara’ : fakir
(1.2) Masakin : miskin
(1.3) Gharimin : orang-orang yang terlilit hutang
(1.4) Riqab : untuk (memerdekakan) budak
(1.5) Ibnu sabil : orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan
kehabisan bekal.
(2) Kelompok Sabilillah
(2.1) Amilin : pengurus zakat
(2.2) Mu’allafah qulubuhum : mu’allaf yang dibujuk hatinya.
(2.3) Fi sabilillah : untuk jalan Allah
d. Dalam situasi dan kondisi social ekonomi masyarakat muslimin normal,
kedua kelompok besar tersebut diwawas seimbang, sama-sama penting, tak
ada yang lebih atau kurang penting untuk diurusi, disantuni dan dibina.
Karena itu bagi kelompok dhuafa’ dijatah 50 % dan kelompok sabilillah juga
dijatah 50%.
13 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Bila kondisi darurat dapat diambil kebijaksanaan khusus, contohnya bila
kena musibah bencana alam besar, untuk dhuafa’ 90 % dan sabilillah 10 %.
Sebaliknya, bila untuk menyelamatkan tanah menghadapi Salibiyah
misalnya, maka sabilillah 80 % dan dhuafa’ 20 %.
e. Jatah kelompok Sabilillah 50% itu, sebagai perkiraan atau ancar-ancar untuk
amilin 10 % (operasional BAPELURZAM Cabang bidang administrasi,
akomodasi, konsumsi, sewa ongkos / upah, honorarium Amilin dan lain-lain
yang rasional), boleh dirubah kearah yang positif. Sisa 40 % untuk
Sabilillah, seluruhnya dikelola oleh Pimpinan Cabang sebagai pemegang
dakwah di semua aspek.
f. Jatah kelompok dhuafa’, sesuai tujuan pemerataan kesejahteraan social
ekonomi masyarakat dan mengentaskan ekonomi mereka, maka tasharrufnya
diatur dan diarahkan demikian :
Bila kondisi social ekonomi normal, maka dhuafa’ konsumtif 30 % dan
untuk dhuafa’ produktif 70 %.
Bila keadaan darurat, untuk dhuafa’ konsumtif 70 % dan untuk dhuafa’
produktif 30 %.
Dalam kondisi normal dan mungkin karena tuntutan muzakkin, untuk
dhuafa’ konsumtif maksimal 50 %.
Penetapan ini berdasarkan wawasan masa depan.
g. Tasharruf bagi dhuafa’ konsumtif yang diberikan langsung kepada fakir-
miskin konsumtif adalah uang atau bahan makanan. Alangkah baiknya kalau
dibuat klasifikasi, umpamanya, Kelas A Rp. 5.000,-, kelas B Rp. 7.500,- dan
seterusnya.
h. Tasharruf bagi dhuafa’ produktif yang diberikan kepada fakir-miskin
produktif adalah uang modal kerja atau alat produksi sesuai dengan
keahliannya.
Tasharruf bagi dhuafa’ produktif ini bukan diberikan zakat, kemudian
terlepas, tapi diberikan pinjaman tanpa bunga. Misalnya : seorang dhuafa‟
produktif diberikan pinjaman modal kerja Rp. 1.000.000,-, maka dhuafa‟ itu
harus mengembalikan pinjaman tersebut sebanyak 10 kali dimulai pada
bulan ketiga. Banyaknya angsuran setiap bulan Rp. 10.000,-, berarti
dhuafa‟ tersebut mengembalikan atau mengangsur pinjaman dalam jangka
waktu satu tahun. Demikian pula halnya dengan dhuafa‟ yang mendapat
pinjaman alat produksi umpamanya mesin jahit, maka jumlah harga dibagi
dan diangsur sebanyak 10 kali. Setelah angsuran pertama kembali, maka
Muhammadiyah dapat memberi pinjaman kepada dhuafa‟ produktif yang
lain. Dengan system demikian, dalam jangka 10 s.d 25 tahun, modal kerja
dhuafa‟ produktif ini menjadi cukup besar.
i. Setelah BAPELURZAM Cabang menyerahkan mandatnya kepada Pimpinan
Cabang pada 15 Dzulhijjah atau 30 Dzulhijjah (karena situasi dan kondisi
tertentu), maka pengelolaan angsuran dan kebijaksanaan terhadap dhuafa’
produktif oleh Pimpinan Cabang diserahkan kepada Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Bagian Ekonomi agar diteruskan dengan sebaik-baiknya
untuk lebih efektif dan efisien dalam program pengentasan social ekonomi
kaum dhuafa’.
14 ZAKAT KITA Zakat Terapan
j. Pemberian pinjaman produktif itu terutama lebih merupakan bimbingan
social ekonomi mandiri dan mantap. Setelah 2-5 tahun diharapkan pada
dhuafa’ produktif ini sudah mentas ekonomi, bahkan ikut menjadi muzakki.
Catatan :
Pada dasarnya dan pada umumnya, orang menjadi fakir / miskin disebabkan
oleh :
(1) Malas
(2) Boros
(3) Suka menipu / ingkar janji, sehingga hilang kepercayaan orang
(4) Ingin cepat kaya dengan jalan pintas (mencuri, berjudi dsb)
(5) Karena musibah, ini termasuk langka dan jarang terjadi.
k. Contoh pembagian Zakat Amwal
BAPELURZAM Cabang yang mengelola Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah)
atua lebih, pembagian kepada kelompok dhuafa’ dan kelompok sabilillah
agar dikembangkan, yaitu ada porsi khusus bagi kelompok dhuafa’
sabilillah. Yakni memberi bea siswa bagi siswa dan mahasiswa berbakat
dalam rangka kaderisasi dalam Persyarikatan untuk masa mendatang.
Perkiraan pembagian :
Dhuafa’ ................................................. 35 % atau 45 %
Dhuafa’ sabilillah : bea siswa ............... 15 % atau 10 %
Sabilillah ............................................... 50 % atau 45 %
Selanjutnya untuk dhuafa’ setelah dibulatkan menjadi 100 % lagi maka
pembagiannya :
Dhuafa’ konsumtif ................................ 30 %
Dhuafa’ produktif .................................. 70 %
Untuk sabilillah :
Amilin .................................................. 10 % - 20 %
Sabilillah terpadu ................................. 90 % - 80 %
l. Administrasi BAPELURZAM harus transparan dan open manajemen.
m. BAPELURZAM di semua tingkatan harus memberikan laporan pertanggung
jawaban tertulis menyeluruh kepada Pimpinan Persyarikatan yagn memberi
mandate sesuai alokasi waktu yang telah ditetapkan.
VIII. BAPELURZAM DAERAH
a. Pada bulan Rajab, PDM menerbitkan Surat Tugas kepada salah satu anggota
pimpinan ; yang dipandang mampu, mau, bersemangat dan bertanggung
jawab untuk membentuk BAPELURZAM Daerah. Pelaksanaan Gerakan
Zakat Muhammadiyah sesuai aturan, dengan masa kerja sejak awal Rajab s.d
akhir Dzulhijjah.
b. Sebelum Ramadhan, BAPELURZAM Daerah sebagai pemegang kebijakan
zakat yang strategis, membuat pedoman kerja yang praktis dan dinamis
dengan memperkecil semua hambatan ; untuk disebarluaskan kepada
Pimpinan Cabang dan staf BAPELURZAM.
c. Harus giat melaksanakan dakwah gerakan Zakat Muhammadiyah berupa
penataran, penyuluhan dan pengajian intensif masalah zakat ; kepada
15 ZAKAT KITA Zakat Terapan
petugas, ummat Muhammadiyah, ummat Islam dan khususnya calon
muzakkin.
Catatan :
Gerakan Zakat Muhammadiyah akan sukses dengan cemerlang apabila
digerakkan secara sinkron dan terpadu antara Pimpinan Persyarikatan,
BAPELURZAM dan calon muzakkin. Kendatipun BAPELURZAM-nya hebat,
namun ummatnya beku dan apatis, apalagi menentang secara diam-diam,
maka yakinlah bahwa Gerakan Zakat akan gagal.
d. Aktif mengumpulkan dan menagih laporan dari BAPELURZAM Cabang
termasuk hak kelola bagi amilin atasan. Sering terjadi BAPELURZAM
Cabang berhasil baik dalam pengumpulan zakat, tetapi malas untuk memberi
laporan termasuk hak kelola hasil pengumpulan dan penarikan zakat bagi
amilin atasan. Sikap indisipliner yang negative ini tidak boleh berlangsung
apalagi berkembang.
e. Membagi dan mentasharrufkan hak amilin atasan yang 15 % itu, yakni 10 %
BAPELURZAM Daerah, 3 % dikirim ke PWM dan 2 % ke PP.
BAPELURZAM Daerah juga menerima 10 % sisa zakat fitrah dari Ranting,
bila di Ranting ada sisa.
Catatan :
Amilin atasan berstatus BAPELURZAM juga. Maka dalam mentasharrufkan
semestinya dibagi 8 ashnaf (dua kelompok besar : dhuafa‟ dan sabilillah),
tentu saja bagian sabilillah lebih dominan.
f. BAPELURZAM Daerah dalam mentasharrufkan hak kelolanya juga
mengadakan Rapat Pleno gabungan tingkat Daerah, yakni :
Personalia BAPELURZAM Daerah
Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Ulama / tokoh masyarakat tingkat Daerah.
g. BAPELURZAM Daerah memberi laporan Progress Report tertulis rinci dan
tuntas kepada Pimpinan Daerah yang memberi mandate. Tembusannya
disampaikan kepada PCM se Daerah, PWM dan PP, beserta uang hak
kelolanya.
IX. BAPELURZAM CABANG
a. BAPELURZAM Cabang dibentuk paling lambat pada bulan Sya’ban. Dapat
dibentuk langsung oleh PCM dan lebih praktis bila memberi Surat Tugas
kepada salah satu staf pimpinan yang mampu untuk membentuk
BAPELURZAM Cabang dan memimpin realisasi zakat dengan baik dan
penuh tanggung jawab.
b. Bila BAPELURZAM Daerah sebagai pemegang kebijakan zakat yang
Strategis, maka BAPELURZAM Cabang adalah Pemegang Operasional
Zakat yang Monopolis. Bila BAPELURZAM Cabang buku dan macet, maka
yakinlah Gerakan Zakat Muhammadiyah akan gagal total.
Bila kegagalan ini terjadi, maka Pimpinan Cabang dan BAPELURZAM-nya
memberi andil yang cukup besar untuk menggagalkan dakwah dan syari‟ah
Islam.
16 ZAKAT KITA Zakat Terapan
c. Membuat program kerja dengan tuntunan dari Pimpinan / BAPELURZAM
atasan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dicabangnya.
d. Membuat pembagian tugas yang sinkron sesuai kemampuan personal
masing-masing dengan melibatkan dan menggerakkan semua unsur dan
potensi umat Muhammadiyah yang ada pada cabangnya. Sehingga
BAPELURZAM didukung dan dilaksanakan oleh seluruh potensi yang ada
dan tidak memungkinkan adanya amilin zakat tandingan / sempalan atau
hambatan-hambatan yang lain.
e. Aktif berdakwah untuk kesuksesan misi BAPELURZAM berupa penataran
amilin dan pengajian khusus zakat dalam berbagai kesempatan. Sehingga
masyarakat muzakkin berpengetahuan dan sadar tentang fardhu zakat.
BAPELURZAM mendapat kepercayaan penuh dan muzakkin sadar bahwa
zakat itu syah hanya bila dipungut oleh amilin / BAPELURZAM.
f. Membuat rekapitulasi lengkap terinci seluruh hasil penarikan dan
pendistribusian zakat ; dikirim kepada masyarakat muzakkin serta siapa saja
yang dipandang perlu, sebagai alat kontrol yang efektif. Sekaligus sebagai
alat menegakkan kepercayaan umat terhadap Muhammadiyah. Rekap juga
dikirimkan kepada atasan : PDM sebagai laporan.
g. Mentasharrufkan hasil pemungutan zakat dengan benar, yakni 15 % dikirim
kepada BAPELURZAM Daerah dan 85 % dikelola BAPELURZAM Cabang
yang harus dibagikan kepada kelompok dhuafa’ murni, kelompok sabilillah
dan dhuafa’ sabilillah berupa bea siswa bagi anak-anak yang orang tuanya
tidak mampu secara ekonomi. Hal ini sekaligus sebagai kaderisasi dalam
persyarikatan.
h. Dalam mentasharrufkan hasil zakat, benar-benar harus dihindari
penyelewengan, termasuk memberi jatah khusus kepada famili, mban cinde
mban siladan, kata orang Jawa.
i. Dalam membuat prosentase pembagian untuk kelompok dhuafa’, harus
memprioritaskan kelompok dhuafa’ produktif. Karena arah pembinaan
dengan zakat adalah untuk mentas sosial ekonomi dhuafa’, bukan
membiasakan kelompok dhuafa’ untuk menerima pemberian orang.
j. Dalam memutuskan pembagian hasil pemungutan zakat dengan alasan
apapun harus menghadirkan 3 unsur, yakni :
Personalia BAPELURZAM Cabang.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah.
Ulama/tokoh masyarakat tingkat Cabang.
k. BAPELURZAM Cabang membuat Progress Report lengkap dan terinci
kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah paling lambat 15 Dzulqaidah.
Tembusannya dikirim kepada :
(1) Muzakkin
(2) PRM se Cabang
(3) BAPELURZAM Daerah
(4) PDM
(5) LPPKM – PDM
(6) Arsip.
17 ZAKAT KITA Zakat Terapan
X. PENUTUP
Kita sudah merencanakan sebaik, secermat dan selengkap mungkin.
Kemudian melaksanakan Gerakan Zakat Muhammadiyah melalui
BAPELURZAM dengan ikhtiar yang maksimal – optimal. Mengerahkan segala
kepandaian, kebijakan, kesabaran dan daya upaya untuk mensukseskan tugas
mulia, yaitu merintis realisasi zakat. Disertai do’a yang tulus agar Allah SWT
tetap membimbing dan memberi anugrah kebijakan terbaik dan akhirnya hanya
kepada Allah SWT kita bertawakkal.
Habunallahu wa nikmal wakiil, ni’mal maulaa wa nikman nashiir.
Aamiin yaa mujiibas saailiin.
18 ZAKAT KITA Zakat Terapan
XI. HARAPAN
Dalam obsesi kami, gerakan “Zakat Kita” kiranya dapatlah berkembang
menjadi Gerakan Muhammadiyah di tingkat Wilayah dan meningkat lagi ke
tingkat PP, sehingga merata di seluruh Nusantara.
Betapa akan dahsyat persyarikatan kita dari segi pendanaan. Melihat
realita bahwa suatu cabang kecil saja, misalnya Kecamatan Weleri di Jawa
Tengah ; Statistik Zakat Amwal senantiasa naik semenjak tahun 1979 sampai
sekarang. Sehingga untuk tahun 1999 jumlah zakat amwal terkumpul Rp.
92.750.000,- dengan muzakkin hanya 587 orang.
Berapa ratus Daerah, berapa ribu Cabang, berapa juta calon Muzakkin
akan menghasilkan berapa triliun rupiah ?.
Sungguh sangat fantastis.
Masyarakat Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur akan terwujud,
karena manusia-manusianya istiqomah dan tawadhu’ dalam melaksanakan
syari’at Zakat dan rukun Islam lainnya. Insya Allah :
Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah di jalan Allah sebahagian
dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu, sebelum datang hari yang pada
waktu itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab
serta tidak ada lagi syafa‟at. Dan orang-orang yang kafir itulah orang-orang
yang dzalim.
( Al Baqarah 254 )
Do’a untuk Muzakki :
“Semoga Allah mengkaruniai pahala kepadamu, atas apa yang telah kau
berikan dan menjadikannya penyuci dosa bagimu, serta memberkahi untukmu
atas apa yang masih ditanganmu”
19 ZAKAT KITA Zakat Terapan
DAKWAH KEPADA KELOMPOK DHUAFA’
OLEH PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH
DI KENDAL
Dakwah kepada kelompok dhuafa’ sangat strategis bagi semua kelompok
muslim maupun perorangan. Lebih-lebih bagi persyarikatan Muhammadiyah yang
kelahirannya memang untuk berdakwah.
Dakwah Muhammadiyah selain dengan ceramah, pendidikan dan pengajian
(dakwah bil lisan), juga dakwah bil hal kepada kelompok dhuafa’. Sudah menjadi
dambaan realisasinya oleh pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan Rahimahullah.
Terbukti dengan keprihatinan beliau tentang murid / umat beliau yang sulit memahami
dengan benar surat al Ma’un dan realisasinya yang memadai, yakni memperhatikan dan
menyantuni para yatim dan fakir miskin.
Sekarang dakwah bil hal liddhuafa’ menjadi lebih penting setelah melihat
kenyataan bahwa kelompok non Muslim termasuk berbagai aliran kepercayaan sangat
sibuk, gencar dan tidak putus-putusnya melakukan ajakan dan bujukan untuk memeluk
agama syirik dan atau Nativisme mereka. Dengan tersedia materi yang cukup bahkan
sangat melimpah menurut ukuran muslimin. Alasan resmi mereka adalah sebagai
bantuan kemanusiaan beasiswa anak cemerlang yang orang tuanya tidak mampu, beras
simpatik dan kerukunan, meningkatkan kualitas manusia, memanusiakan manusia
seutuhnya dan sebagainya.
Umat Islam terutama Persyarikatan Muhammadiyah cukup menyadari kenyataan
tersebut. Karena itu Muhammadiyah berminat dan bertekad membentuk ketahanan diri
dan melakukan antisipasi yang sebenarnya cukup mudah. Namun masalah dana menjadi
masalah serius yang harus dicari jalan keluarnya.
Kehidupan sosial ekonomi ummat Islam disamping sangat lemah juga sangat
semrawut. Riba yang merajalela, justru diharamkan oleh kalangan muslimin sendiri.
Kabupaten Kendal selanjutnya disebut Kendal, adalah wilayah kecil dan agak
terkebelakang bila dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Tengah. Kendal menjadi
semakin kerdil setelah 2 Kecamatan : Tugu dan Mijen, menjadi wilayah Kotamadya
Semarang yang dimekarkan.
Muhammadiyah baik pimpinan maupun anggotanya sangat memprihatinkan,
terutama sebelum Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta tahun 1985. Melihat
umat Islam yang lemah dan dicabik-cabik oleh pihak lain, lebih memprihatinkan lagi.
Namun apa daya, dalam kenyataannya tidak mampu berbuat yang cukup berarti.
Pada tahun 1979, Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor
01/PP/1979, dikeluarkan sebagai tindak lanjut dari Tanfidz dan pelaksanaan keputusan
Muktamar ke 40 di Surabaya tahun 1978 tentang Gerakan Zakat Muhammadiyah.
Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kendal (saat itu masih bernama PMD) tahun
1979 itu juga memulai secara resmi Gerakan Zakat Muhammadiyah dengan bentuk
BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) dan bekerja dengan
segala keterbatasannya. Hasil penarikan / pemungutan zakat Rp. 250.000,- (Cabang
Weleri Rp. 240.000,- dan Cabang Boja Rp. 10.000,- sedangkan yang lain belum
berjalan).
20 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Situasi seperti itu berlangsung sampai dengan tahun 1984. Walaupun Cabang
selain Weleri dan Boja sudah mulai ada yang merintis jalan. Pada tahun 1985, hasil
penarikan zakat sudah mencapai Rp. 3.450.000,- Realisasi zakat rupanya memerlukan
regenerasi kepemimpinan Muhammadiyah Kendal.
Pada tahun 1986, hasil penarikan zakat mencapai Rp. 4.950.000,- tahun 1987
menjadi Rp. 7.500.000,- dan tahun 1989 Rp. 13.100.000,-. Untuk tahun 1990 meningkat
menjadi Rp. 34.916.850,-.
Konsep dan petunjuk pelaksana BAPELURZAM sejak dulu sampai sekarang tak
ada perubahan yang berarti. Ketua dan Anggota Pimpinan Persyarikatan semua
tingkatan di Kendal mempelopori menunaikan zakat. Ini yang mengakibatkan sukses
BAPELURZAM di Kendal.
Di antara Cabang yang terbaik dalam merealisasikan zakat sampai dengan tahun
1990 hampir dalam seluruh aspek, adalah Cabang Weleri. Tahun 1990 hasil penaikan
zakat amwal di Cabang Weleri mencapai Rp. 18.554.100,-. Dikelola oleh :
Amilin atasan :
Daerah : 10 % ( Rp. 1.855.410,00 )
Wilayah : 3 % ( Rp. 556.623,00 )
Pusat : 2 % ( Rp. 371.082,00 )
Cabang Weleri sendiri : 85 % ( Rp. 15.770.985,00 )
85% tersebut dibagi sesuai dengan pedoman BAPELURZAM untuk Sabilillah,
dhuafa’ dan dhuafa’ sabilillah.
Sebagai suatu kasus, di Cabang Weleri, pembagian untuk dhuafa’ konsumtif dan
produktif belum dapat diterapkan 30 % berbanding 70 %, tetapi 50 % untuk dhuafa’
produktif dan 50 % untuk dhuafa’ konsumtif. Hal ini dikarenakan muzakkin pada saat
membayar, menyertakan daftar mustahiqin melebihi ketentuan amilin BAPELURZAM,
akibatnya terjadi pembengkakan mustahiqin.
Hasil zakat yang 50 % dipinjamkan kepada 423 orang dhuafa’ produktif untuk
modal usaha. Pinjaman untuk mereka bervariasi (sesuai dengan besar kecilnya usaha),
dimulai dari Rp. 12.000,- s.d Rp. 100.000,-.
Pinjaman tanpa bunga seperti itu terus berlanjut dan berkembang, sebab pada
bulan ketiga sudah ada angsuran masuk dan dapat dipinjamkan kepada peminjam yang
lain.
Uang zakat bagi dhuafa’ produktif diharapkan setiap tahun terus bertambah dan
berkembang. Dengan demikian, dalam jangka waktu 10 s.d 25 tahun mendatang dapat
berkembang menjadi pinjaman modal untuk industri menengah yang dikelola kaum
dhuafa’ (industri milik kaum dhuafa’).
Yang sangat penting, setelah zakat dapat direalisasikan di Cabang Weleri dan
Koperasi Simpan Pinjam pada sebagian besar Ranting dapat berjalan, maka ekspansi
iming-iming dari kaun Kristiani (lan tardha) dapat diantisipasi bahkan dapat menarik
kembali muslimin lemah yang pernah lepas. Namun harus diingat bahwa kelompok
sabilillah tersebut tidak akan pernah berhenti dari aktifitas permurtadan kaum muslimin.
Mereka akan terus mencari tempat dan daerah yang umat Islamnya lemah dalam bidang
ekonomi. Walaupun yang sangat terpikat dengan rayuan dan langkah-langkah kelompok
Salibiyah itu bukan keluarga atau simpatisan Muhammadiyah. Namun karena sasaran
utama mereka adalah kaum muslimin, maka tanggung jawab moral Muhammadiyah tak
dapat dibiarkan begitu saja.
21 ZAKAT KITA Zakat Terapan
Kita harus ingat, bahwa kaum muslimin non Muhammadiyah sangat peka
dengan dakwah Muhammadiyah dan mereka siap untuk menolaknya. Tetapi mereka tak
peka terhadap upaya dan usaha kaum Nasrani yang bercita-cita memurtadkan mereka
dari agama Islam. Sebaliknya, mereka (kaum muslimin non Muhammadiyah) tidak
pernah memberi reaksi penolakan terhadap aktifitas permurtadan oleh kaum Nasrani,
malah kebanyakan dari mereka bekerja sama dengan kaum Salibiyah tersebut.
Sebagai akhir dari uneg-uneg ini, tak ada yang dapat menyelamatkan kaum
muslimin yang sengsara dinegeri ini selain Muhammadiyah. Ini kenyataan yang dapat
kita lihat. Karena itu kepedulian terhadap kaum muslimin yang masih lemah dalam
segala aspek kehidupan menjadi tanggung jawab kita.
Semoga Allah SWT selalu menuntun kita mendapatkan jalan terbaik untuk
membela kepentingan agama yang diridhai-Nya ini. Amin.
22 ZAKAT KITA Zakat Terapan
BUKU - I
PEDOMAN PRAKTIS BADAN PELAKSANA URUSAN ZAKAT MUHAMMADIYAH
( BAPELURZAM )
DAERAH KABUPATEN KENDAL
REVISI
2011
23 ZAKAT KITA Zakat Terapan
GULMA / HAMBATAN REALISASI ZAKAT
Ditutup rapat2
Ditutup rapat2
Zakat mutlak harus diamalkan / direalisasikan.
Dibuat SHIROTHOL MUSTAQIM = JALAN TOL SATU JURUSAN bebas segala
hambatan menuju REALISASI ZAKAT (masyarakat Utama, Adil Makmur yang diridhai
Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Dibuatlah PEDOMAN PRAKTIS BAPELURZAM DAERAH Th. 1979 dst.
Inkarus Zakat
Hedonisme / Abdul Fulus
Bakhil / Humazah Lumazah
Konsumtif / Abdul Buthun
Hillah / Akal Bulus
Jahil / Buta Syari’at Zakat
Salah persepsi ttg Zakat
Terjebak khilafiyah
Taqlid Madzahib
Taqlid Kitab Kuning
Kultus Perseorangan
Adat Negatif
Kaslan, masa bodoh
Ta’jil bahas Zakat Profesi
Taqlid Keputusan Maj. Tarjih
Promosi disebut Zakat
Zakat, ONH, dll
SUMBER HUKUM ZAKAT
Ayat2 AL QUR’AN (Totalitas /
Kulliyyat, jam’iyyat)
AS SUNNAH (Klasifikasi
wawasan Strategis-Taktis)
KITAB ZAKAT, Kumpulan Qoror
Mj. Tarjih Pst (direnovasi)
KEPUTUSAN2 Sidang TARJIH Baru
Wil & Pst. (dimodivikasikan)
KEPUTUSAN/PROKER MUKTAMAR 40
Tentang Gerakan Zakat
SK PPM No. 02/PP/1979
Ttg. Realisasi Gerakan Zakat Muh.
JUKLAK BPUZ PPM Mj. WAKAF KB
No. J-4/039/1979
JUKLAK LPUZM PPM Mj. WAKAF,
KB. No. J-3/118/1980
PEDOMAN PRAKTIS BAPELURZAM
PDM Kendal 1979 dst.
Aturan2 Teknis oleh BAPELURZAM
masing2 Cabang dlm. PDM Kdl.
PEDOMAN PRAKTIS
BAPELURZAM DAERAH
KABUPATEN KENDAL
TAHUN ZAKAT 1399 H/1979 M
DAN SETERUSNYA
I. PENGERTIAN ZAKAT
II. THEMA SENTRAL ZAKAT
III. STRATEGI ZAKAT
IV. AMILIN/BAPELURZAM
DAN TUGAS2NYA
V. ZAKAT FITRAH
VI. ZAKAT AMWAL
VII. TASHARRUF ZAKAT
VIII. BAPELURZAM DAERAH
IX. BAPELURZAM CABANG
X. PENUTUP
XI. HARAPAN
top related