transformasi spasial dan fenomena urban sprawl
Post on 29-Jun-2015
376 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Aspek Fisik Spasial
Analisis aspek fisik spasial dengan melakukan kajian terhadap 3 (tiga)
elemen morfologi kota di kawasan penelitian, yaitu :
1). Karakteristik pemanfaatan lahan (land use characteristics)
2). Karakteristik bangunan (building characteristics)
3). Karakteristik sirkulasi (circulation characteristics)
5.1.1. Karakteristik Pemanfaatan Lahan (land use characteristics)
Pengamatan proses urban sprawling dari aspek kenampakan fisik spasial di
kawasan penelitian dikaji terhadap perubahan pemanfaatan guna lahan (land use)
pada periode waktu tahun 2003 - 2010 (7 tahun). Perkembangan penggunaan lahan
selama pengamatan di kawasan penelitian di koridor Jalan Gagak Hitam –
Ngumban Surbakti, Kecamatan Medan Sunggal disajikan dalam bentuk peta pola
penggunaan lahan dan tabel perubahan penggunaan lahan.
Untuk maksud identifikasi bentuk lahan yang berkonotasi kekotaan, maka
klasifikasi bentuk pemanfaatan lahan dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk
saja, yaitu bentuk pemanfaatan lahan non agraris dan bentuk pemanfaatan lahan
agraris. Bentuk pemanfaatan lahan non agraris adalah bentuk pemanfaatan lahan
yang diklasifikasikan sebagai settlement built up area yang berasosiasi dengan
47
sektor kekotaan dan bentuk pemanfaatan lahan agraris khususnya vegetated area
yang berasosiasi dengan sektor kedesaan.
Bentuk pemanfaatan lahan non agraris sebagai settlement built up area di
kawasan penelitian adalah berupa jaringan jalan, perumahan, ruko, sekolah, rumah
ibadah, perkantoran, kios-kios, bengkel dan berbagai fasilitas perkotaan lainnya.
Namun secara khusus di koridor jalan ini terdapat juga lahan-lahan kosong yang
tidak atau belum di manfaatkan baik untuk pertanian maupun menjadi lahan
terbangun, yang bukan merupakan vegetated area maupun settelement built up
area.
Gambar 5.1. Peta Pola Penggunaan Lahan Tahun 2003
48
Tabel 5.1. Perubahan Guna Lahan Tahun 2003 – 2006
No Guna LahanLuas (m2)
Keterangan2003 2006 Perubahan
1 Perumahan 85.658,8500 65.003,7383 -20655,1117 Berkurang
2 Ruko/Kios 0 31.516,0810 31516,0810 Bertambah
3
Rumah
Ibadah 0 1.761,3496 1761,3496 Bertambah
4
Tanah
Kosong 104.183,0353 160.727,6367 56544,6014 Bertambah
5 Pertanian 83.999,3967 1.105,7276 -82893,6691 Berkurang
6
Fasilitas
Umum 1.531,3496 6.590,1118 5058,7622 Bertambah
7 Pergudangan 2.211,9486 10.879,9352 8667,9866 Bertambah
Total 277584,5802 277584,5802
Sumber : Hasil Analisa
A. Analisis Guna Lahan Tahun 2003 - 2006
1). Guna lahan perumahan/permukiman
Kondisi pada tahun 2003-2006 lahan pada koridor Jalan Ringroad dengan
fungsi sebagai perumahan/permukiman penduduk. Terdapat kecenderungan
pengelompokan guna lahan permukiman di setiap persimpangan seperti simpang
49
jalan sunggal, jalan perjuangan, dan lainnya. Pembangunan Jalan Lingkar Luar
belum mengalami kemajuan, sehingga tata guna lahan di sekitar kawasan sebagian
masih permukiman.
2). Guna lahan komersil (ruko/kios)
Pada tahun 2003-2006 bangunan ruko yang ada di koridor Jalan Ringroad
sangat sedikit atau hampir tidak ada, sedangkan bangunan fungsi ganda rumah dan
kios terletak di lokasi yang berdekatan dengan rumah penduduk yang ada di
sepanjang koridor jalan tersebut.
3.) Rumah Ibadah
Pada tahun 2003 tidak terdapat rumah ibadah di sepanjang koridor jalan
ringroad. Seiring perkembangan jalan Ringroad dan mendesaknya kebutuhan
rumah ibadah, baru di tahun 2006 dilaksanakan pembangunan rumah Ibadah.
4). Tanah Kosong
Tanah kosong di koridor sepanjang jalan Ringroad memiliki jumlah lahan
terbesar dibandingkan tata guna lahan yang lain. Ini dikarenakan saat tahun 2003
belum dilaksanakannya pembangunan koridor Ringroad. Tanah kosong di koridor
Ringroad terdapat di simpang Jalan Bunga Asoka hingga Jalan membentang
sepanjan 800 m. Tanah ini merupakan lahan yang masih dipersengketakan di
pengadilan. Hingga tahun 2010 sebagian besar tanah yang berdampingan dengan
Komplek Bukit Hijau Regency belum dilaksanakan pembangunan. Lalu tanah
kosong berada di beberapa titik, yaitu Simpang ringroad – Gatot subroto dan di
beberapa sisi perumahan penduduk sepanjang koridor.
50
Pada perkembangannya, seiring tahun berganti, tanah kosong ini pun
berubah tata guna lahannya menjadi fungsi komersial atau fungsi fasilitas umum.
5). Lahan Pertanian
Lahan pertanian adalah lahan yang mengalami konversi yang sangat tinggi
di kawasan ini, baik yang menjadi perumahan dan fungsi komersil lainnya. Lahan
pertanian banyak dikonversi menjadi perumahan berupa kompleks.
Peralihan fungsi lahan pertanian ini terutama terjadi di kawasan Jalan
Gagak Hitam di bagian Pertengahan koridor Ringroad yang menjadi penelitian
kami, dan jalan Ngumban Surbakti bagian utara perbatasan jalan Amal hingga
Kompleks Bumi Seroja Permai.
6). Lahan Fasilitas Umum
Keberadaan fasilitas umum berupa Sarana Pengisian Bahan Bakar Umum
di Koridor Ringroad hanya terdapat di persimpangan Jalan Raya Sunggal dan Jalan
Gagak Hitam.
Lahan perkuburan berada di persimpangan Jalan Kasuari dan Ringroad.
8). Prasarana Jalan
Pergudangan berada di jalan Gagak Hitam. Pergudangan terdapat di daerah
ini dikarenakan jalan Lingkar Luar Ringroad ini merupakan jalan perlintasan
menuju NAD.
8). Prasarana Jalan
51
Prasarana infrastruktur Jalan Ringroad yang masuk wilayah administratif
Kota Medan dan menjadi subyek penelitian kami adalah sepanjang 3320 meter
mulai persimpangan Jalan Bunga Asoka sampai persimpangan Jalan Gatot
Subroto. Kondisi jalan sampai pada periode tahun 2003 - 2006 merupakan jalan
aspal hotmix dengan lebar 8,00 meter. Dalam rencana Master Plan Medan 1974,
Jalan ini menghubungkan daerah pinggiran kota Medan dari Jalan Cemara hingga
Jalan Tritura.
Pada tahun 2003 koridor Ringroad Gagak Hitam – Ngumban Surbakti
belum terbangun sepenuhnya.
Gambar 5.2. Peta Pola Penggunaan Lahan Tahun 2006
Sumber : Hasil Analisa
52
Gambar 5.3. Peta Pola Penggunaan Lahan Tahun 2010
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 5.2. Perubahan Guna Lahan Tahun 2006-2010
No Guna LahanLuas (m2)
Keterangan2003 2006 Perubahan
1 Perumahan 85.658,8500 65.003,7383 -20655,1117 Berkurang
2 Ruko/Kios 0 31.516,0810 31516,0810 Bertambah
3 Rumah Ibadah 0 1.761,3496 1761,3496 Bertambah
4 Tanah Kosong 104.183,0353 160.727,6367 56544,6014 Bertambah
5 Pertanian 83.999,3967 1.105,7276 -82893,6691 Berkurang
6
Fasilitas
Umum 1.531,3496 6.590,1118 5058,7622 Bertambah
7 Pergudangan 2.211,9486 10.879,9352 8667,9866 Bertambah
Total 277584,5802 277584,5802
53
B. Analisis Guna Lahan Tahun 2006-2010
A. Analisis Guna Lahan Tahun 2006-2010
1). Guna lahan perumahan/permukiman
Kondisi pada tahun 2006 - 2010 lahan pada koridor Jalan Ringroad dengan
fungsi sebagai perumahan/permukiman penduduk beserta jauh berkurang dan
digantikan lahan komersial.
Perkembangan perumahan tidak berada di sepanjang koridor yang diteliti,
namun berpindah ke sisi jalan sekunder di kawasan Ringroad, seperti jalan
Perjuangan, Jalan Balam, Jalan Merak, dan lain-lain.
2). Guna lahan komersil (ruko/kios)
Terjadi lonjakan besar-besaran perkembangan tata guna lahan komersil
berupa ruko berikut rumah tinggal sekaligus kios. Hampir di sepanjang jalan
Ringroad berubah menjadi lahan komersial.
Hasil dari kuesioner yang kami berikan adalah 83 % memiliki usaha
kegiatan komersial di lahan ini.
Apakah anda memiliki usaha/ kegiatan komersial di tempat ini?
Ya Tidak
25 5
83% 17%Tabel 5.3. Tabel Kuesioner Kepemilikan Usaha
54
Usaha/ kegiatan komersial itu kebanyakan berupa perdagangan (warung,
toko, restoran) sebesar 60 %. Ringroad terkenal dengan pusat kuliner kota Medan.
60%20%
7% 13%
Jika Ya, kegiatan komersial apa yang anda lakukan?
PerdaganganJasa KomersialIndustri RTPergudanganLainnyaTidak menjawab
3.) Rumah Ibadah
Sepanjang 2006-2010 terdapat pembangunan rumah ibadah yaitu sebuah
Gereja, Vihara, dan Mushola di kawasan Ringroad. Gereja dan Vihara berada di
jalan Ngumban Surbakti, dan Mushola berada di Jalan Gagak Hitam.
4). Tanah Kosong
Guna lahan pada tahun 2003 didominasi oleh tanah kosong dan lahan
pertanian. Dengan dibukanya jalan Lingkar Luar Ringroad yang menghubungkan
Gagak Hitam dan Jalan Ngumban Surbakti, terjadi pelonjakan perubahan guna
lahan dari tanah kosong yang dibangun menjadi lahan komersial. Hampir di
sepanjang jalan Gagak Hitam dan Ngumban Surbakti telah terbangun rumah toko 3
lantai.
55
Tanah kosong masih terdapat di jalan Ngumban Surbakti, di sisi Timur dan
sebagian kecil Barat, dan juga Jalan Gagak Hitam yang dahulu lahan pertanian
namun sekarang telah dirubah menjadi tanah kosong.
5). Lahan Pertanian
Lahan pertanian mengalami perubahan paling dominan. Pada tahun 2010
hampir tidak ada lahan pertanian yang berada di sisi jalan Ngumban Surbakti dan
jalan Gagak HItam. Lahan pertanian banyak dikonversi menjadi lahan komersial,
atau sudah diolah menjadi tanah kosong yang siap bangun.
6). Lahan Fasilitas Umum
Sejalan dengan pembangunan koridor Ringroad, Pembangunan fasilitas
umum berupa SPBU bertambah dengan keberadaan Pertamina dan Petronas, di sisi
Barat kompleks TASBI 2. Keberadaan fasilitas umum berupa Sarana Pengisian
Bahan Bakar Umum di Koridor Ringroad di persimpangan Jalan Raya Sunggal dan
Jalan Gagak Hitam juga masih tetap ada.
Lahan perkuburan berada di persimpangan Jalan Kasuari.
8). Prasarana Jalan
Pergudangan memiliki pengurangan guna lahan dan digantikan dengan
lahan komersial.
7). Prasarana Jalan
56
Prasarana infrastruktur jalan telah melalui perkembangan yang pesat
berupa aspal hotmix sebesar kurang lebih 33 meter, yang dapat menampung 8 ruas
jalan untuk mobil. Jalan Gagak Hitam terhubung dengan jalan baru yang dibangun
yaitu jalan Ngumban Surbakti dan telah membelah jalan Kenanga Raya.
5.1.2. Karakteristik Bangunan (building characteristics)
Perubahan karakteristik penggunaan bangunan diartikan sebagai fungsi dan
perubahan bentuk bangunan atau perubahan wujud (form), dalam penelitian ini
perubahan penggunaan bangunan diartikan perubahan bentuk dari bentuk aslinya
menjadi bentuk baru yang disesuaikan dengan kebutuhan sehingga terjadi
perubahan fungsi, atau bisa saja bentuk asli tidak berubah namun fungsi bangunan
yang berubah.
Perubahan bentuk dan fungsi bangunan yang terjadi disepanjang koridor
jalan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti ini karena kawasan yang telah
berkembang menjadi kawasan perdagangan dengan harga lahan yang semakin
tinggi, mengakibatkan pemilik bangunan lama maupun baru banyak mengalih
fungsikan bangunan rumah menjadi berfungsi ganda untuk tempat tinggal dan
kegiatan komersil (perdagangan) dengan membangun kios-kios permanen di
halaman depan rumahnya dan bangunan-bangunan baru yang berbentuk ruko.
Kondisi terakhir karakteristik bangunan di sepanjang koridor Jalan jalan
Gagak Hitam – Ngumban Surbakti pada umumnya adalah bangunan permanen
dan bertingkat (ruko) dengan fungsi sebagai tempat usaha (perdagangan), rumah
tempat tinggal, klinik, praktek dokter, bengkel mobil dan sebagainya.
57
Dari karakteristik bangunan-bangunan tersebut yang difungsikan untuk
kegiatan perkotaan antara lain untuk perdagangan, kesehatan, bengkel dan
berbagai kegiatan non-agraris lainnya mengindikasikan karakter bangunan berciri
kota. Sedangkan bangunan yang murni untuk tempat tinggal tetap berkembang
namun cenderung saja makin sedikit, sebagian bangunan telah direnovasi menjadi
fungsi ganda terutama bagian depan rumah yang dijadikan sebagai kios tempat
berusaha (berjualan) dan sebagainya. Sedangkan kegiatan agraris di kawasan
koridor jalan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti pada tahun kondisi terakhir sudah
tidak ada lagi.
Berikut adalah beberapa gambar visual yang dapat kami dokumentasikan
dari hasil survey lapangan di koridor jalan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti yaitu
bangunan-bangunan yang berkarakter kekotaan dengan berbagai fungsi yang
mendukung kegiatan-kegiatan berciri kota yang kami klasifikasikan berdasarkan
bentuk dan fungsi bangunan sebagai berikut :
A. Bentuk (form) Bangunan Berubah dan Fungsi Berubah/bertambah
Jenis bangunan yang dapat kami identifikasi sebagai bentuk (form)
bangunan yang berubah (mengalami renovasi dan penambahan luas) setelah
dibangun pertama kali dan kemudian mengalami perubahan fungsi ataupun
menjadi fungsi ganda yang umumnya adalah berupa bangunan kios baik permanen
ataupun tidak permanen di bagian depan halaman rumah tersebut adalah :
58
Gambar 5.4. Form Bangunan berubah Fungsi Berubah
Keterangan gambar:
1, 2. rumah dengan kios (warung) yang dibangun didepan sebagai fungsi ganda
rumah dan komersil
59
B. Bentuk (Form) Bangunan Ruko Fungsi Komersil
Jenis bangunan yang sejak pembangunan awal memang bertujuan untuk
fungsi komersil dan sampai saat ini berfungsi sama sejak awal pembangunan pada
umumnya adalah bangunan-bangunan ruko yang dimanfaatkan sebagai tempat
tinggal dan tempat berbagai jenis usaha komersil (perdagangan).
Gambar 5.5. Ruko Komersial
Keterangan gambar:
1, 3. ruko dengan fungsi perdagangan
2. ruko sedang dalam proses pembangunan fisik
60
C. Bentuk (Form) Bangunan Fungsi Non Komersil
Jenis bangunan yang dibangun untuk tujuan non komersil di lokasi
penelitian adalah bangunan-bangunan rumah penduduk, perkantoran pemerintah,
sekolah dan rumah ibadah.
Gambar 5.6. Rumah Ibadah
Keterangan gambar:
1, 2, 3. Rumah ibadah
61
5.1.3. Karakteristik Sirkulasi (Circulation Characteristics)
Karakteristik sirkulasi juga digunakan untuk mengidentifikasi apakah
kenampakan fisikal merupakan bagian dari daerah kekotaan. Secara harafiah
pengertian sirkulasi sendiri adalah peredaran dan sirkulasi yang dalam hal ini
berkaitan dengan peredaran barang, jasa dan informasi, namun yang ditekankan
adalah prasarana yang memfasilitasi peredaran tersebut yaitu jaringan transportasi
dan telekomunikasi (Yunus, 2006).
Dalam penelitian ini kajian karakteristik sirkulasi meliputi kajian terhadap
perubahan (perkembangan) jaringan transportasi berupa infrastruktur jalan selama
periode waktu tahun 2003, 2005 dan 2010 serta trayek angkutan umum yang
melintasi ruas Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam, Medan.
A. Perkembangan Jaringan Jalan dan Pola Sirkulasi
Jaringan jalan ini adalah termasuk jalan lingkar luar selatan – timur yaitu
Persimpangan jalan Setia Budi – Industri – Ngumban Surbakti dan Persimpangan
Djamin Ginting – Jenderal Abdul Haris Nasution – Ngumban Surbakti. Kedua
persimpangan ini merupakan titik masuk/keluar lalu lintas dari arah Pancur Batu,
Brastagi, Sidikalang dan Propinsi NAD.
Pada tahun 2003 lebar Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam baru
mencapai 5-6 m dengan kondisi jalan hanya sebagian saja yang sudah diaspal dan
bentuk dari jalan tersebut berbeda dengan kondisi sekarang, bentuk dari jalan ini
pada 2003 belum melingkar seperti sekarang. Namun kondisi eksisting saat ini
62
tahun 2010 lebar jalan telah mencapai 26 m dengan kondisi jalan mulus di hotmix,
status jalan ini adalah jalan provinsi ditangani oleh Dinas Jalan dan Jembatan
Provinsi Sumatera Utara.
Sedangkan lalu lintas di Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini
senantiasa lancar karena didukung prasarana jalan yang sangat lebar. Padahal
untuk intensitas kendaraan yang melintas sendiri dapat dikatakan sangat tinggi
karena Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini merupakan jalan utama yang
digunakan sebagai jalan antar provinsi. Hal inilah yang menyebabkan jalan ini
memegang peranan penting dalam akses transportasi di pulau sumatera. Bahkan
peranan vital yang dimainkan jalan ini menyebabkan beberapa penyedia jasa
transportasi barang memilih lokasi ini sebagai pusat usaha mereka.
Untuk pola sirkulasi di Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini dapat dilalui
melalui dua arah dengan median di antara kedua lajur yang ada. Segala jenis
kendaraan ini diperbolehkan untuk melintas di Jalan Ngumban Surbakti-Gagak
Hitam
B. Perkembangan Trayek Angkutan Umum
Pada Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini tidak terdapat angkutan
umum dalam kota yang melintas. Akan tetapi jalan ini kerap kali dilintasi oleh
kendaraan angkutan antar kota atau antar provinsi yang didominasi oleh angkutan
yang beroperasi antar Sumatera Utara-NAD. Bahkan di ruas jalan ini terdapat
stasiun atau pangkalan bus yang melayani penumpang ingin ke NAD.
63
Gambar 5.7. Kondisi Jalan
Gambar 1 : Jalan Gagak Hitam
Gambar 2 : Jalan Gatot Subroto
Gambar 3 : Jalan Kenanga Raya
64
5.2. Analisis Aspek Non Fisik
5.2.1 Penduduk Kawasan
Apakah anda penduduk asli kawasan ini?Ya Tidak10 20
33% 67%Tabel 5.4. Tabel Kuesioner Penduduk Asli
Melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kami coba menggambarkan
terjadinya perubahan penduduk yang menempati lahan di sisi jalan koridor jalan
Ngumban Surbakti – Gagak Hitam. Kebanyakan adalah kaum pedatang bukan
penduduk asli kawasan yang menempati lahan komersial di sisi jalan. Pada tahun
2006, saat pengerjaan proyek jalan, banyak penduduk asli yang menjual lahannya
yang di kemudian hari dibeli pengembang atau penduduk kawasan lain yang
membangun usahanya di sini. Dari 30 orang responden, 20 orang menjawab bukan
penduduk asli kawasan ini.
33%
67%
Apakah anda penduduk asli kawasan ini?
Ya Tidak
5.2.2 Lamanya penduduk mendiami kawasan
65
Sudah Berapa lama anda tinggal/menempati/berusaha di
lahan ini?
0-5 tahun 5-10 tahun 10-15 tahun
> 15 tahun
21 8 1 0
70% 27% 3% Tabel 5.5. Tabel Kuesioner Lama Menempati Usaha
Guna Lahan di kawasan sebelumnya adalah permukiman warga, pertanian,
dan tanah kosong. Dari tanah kosong dan lahan pertanian inilah kemudian banyak
dikonversi menjadi lahan komersial dengan banyak dibangunnya deretan ruko.
Dari hasil kuesioner menunjukkan hampir 70 % adalah orang-orang yang
baru menempati lahan di kawasan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti selama 0-5
tahun. Responden kebanyakan adalah pendatang yang berniat mengadu nasib
dengan membangun usaha di kawasan ini. Sedangkan 27% responden yang telah
mendiami lahan selama 5-10 tahun adalah penduduk yang sudah lama memiliki
lahan di kawasan ini. Sebelumnya guna lahan mereka adalah rumah tinggal yang
kemudian ditransformasi menjadi rumah usaha, dengan menambah bentuk depan
bangunan rumah mereka.
5.2.3 Status Kepemilikan Lahan
Sebutkan status kepemilikan lahan yang anda tempati?
Sewa Milik Pribadi Lainnya
10 17 3
57% 33% 10%Tabel 5.6. Tabel Kuesioner Status Kepemilikan Lahan
Dari status kepemilikan lahan, 57% responden banyak menjawab lahan
yang ditempati adalah hasil sewa. Kebanyakan lahan hasil sewa ini adalah ruko 3
66
lantai. Dengan dibangunnya jalan outer ring road ini, pasar property banyak
membidik kawasan ini dengan membangun ruko-ruko.
Responden yang menjawab 33% kebanyakan adalah penduduk asli
kawasan, yang memiliki lahan di pinggir jalan, lalu membangun kios untuk
berdagang.
33%
57%
10%
Sebutkan status kepemilikan lahan yang anda tempati?
SewaMilik PribadiLainnya
5.2.3 Alasan pemilihan lahan
Mengapa anda memilih lahan di
kawasan ini?
Strategis Murah Lokasi sejenis
Lainnya Tidak tahu
19 2 4 4 1
64% 7% 13% 13% 3%Tabel 5.7. Tabel Kuesioner Alasan Pemilihan Lahan
Baik penduduk asli dan pendatang memilih lahan ini sebagai kawasan yang
strategis dalam bertempat tinggal ataupun sebagai tempat usaha. Responden yang
memilih strategis sebesar 64 % yaitu 19 orang.
67
5.3. Faktor Penyebab terjadinya Urban Sprawling
5.3.1. Faktor Aksessibilitas
Pembangunan Jalan Outer Ring Road Kota Meda telah direncanakan
Pemko Medan sejak 1974. Namun baru tertuang pada Master Plan 1994.
Pembangunan dilaksanakan secara bertahap.
Dengan adanya kebijakan pembukaan pembangunan infrastruktur jalan di
kawasan pertanian kemudian diikuti oleh perubahan pola penggunan lahan di
sepanjang jalan yang dibuka tersebut antara lain menjadi perumahan, ruko,
perdagangan, perkantoran, sekolah dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan Teori
Gravitasi Hansen (Tarigan, 2006) dalam (Hartini dkk, 2008) dan Lee (1979) dalam
Yunus (2005) tentang lokasi strategis yang diindikasikan adanya faktor
aksesibilitas berupa infrasruktur jaringan jalan yang baik dan holding capacity
(ketersediaan lahan) yang mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan
pertanian menjadi berbagai penggunaan built up area, bahkan pada perkembangan
selanjutnya built up area bukan sekedar lahan permukiman saja namun sudah
berfungsi menampung berbagai kegiatan berkarakter kekotaan antara lain
perdagangan, perkantoran, kesehatan, pendidikan, bank dan sebagainya.
5.3.2. Faktor Kebutuhan Masyarakat
Peningkatan kebutuhan masyarakat akan perumahan yang diakibatkan oleh
pertumbuhan penduduk, sementara harga lahan di pusat kota yang semakin tinggi
sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Hal ini mengakibatkan
68
pergeseran pola pembangunan ke daerah pinggiran kota yang harga lahan relatif
lebih murah namun tidak terlalu jauh dari pusat kota.
Dilain pihak masyarakat pemilik lahan pertanian atau yang sebelumnya
berkerja di sektor pertanian banyak beralih pekerjaan dan menjual lahan
pertaniannya baik kepada perseorangan maupun kepada investor/developer yang
kemudian membangun perumahan dan ruko di kawasan tersebut.
5.3.3. Faktor Politik/Kebijakan Pemerintah
Faktor politik yang menurut Webster (2002) sebagai faktor
kebijakan publik berupa aturan (regulasi) dan implementasi kebijakan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota, mengakibatkan perubahan
pola penggunaan lahan pertanian menjadi built up area yang didominasi oleh
perumahan/permukiman penduduk. Faktor ini juga secara khusus oleh Lee (1979)
dalam Yunus (2005) disebut juga sebagai faktor keberadaan peraturan yang
mengatur tata ruang.
69
Gambar 5.7 Peta Jaringan Jalan
70
top related