triwulan iii 2008 - bank indonesia · laju inflasi yang meningkat terutama terjadi pada kelompok...
Post on 31-Dec-2019
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
|Triwulan III 2008
■ Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan III 2008
dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik
intern Bank Indonesia maupun pihak ekstern (external stakeholders) akan informasi
perkembangan ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan, dan
sistem pembayaran serta isu-isu seputar pembangunan ekonomi regional.
Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian regional mempunyai posisi dan
peran yang strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya
menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi
inflasi regional dalam menyumbang inflasi nasional. Selain itu, dinamika ekonomi
regional semakin meningkat sejak diterapkannya otonomi daerah pada tahun 2001. Oleh
sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar dalam rangka ikut mendorong
pertumbuhan ekonomi regional karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi
nasional.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan
khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan,
akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis
dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna, sehingga saran, kritik dan
dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan
kualitas analisis kajian.
Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi
para pembaca.
1
Denpasar, November 2008 BANK INDONESIA DENPASAR
Viraguna Bagoes Oka Pemimpin
|Triwulan III 2008
■ DAFTAR ISI
DAFTAR GRAFIK ----- hal 4
DAFTAR TABEL ----- hal 6
DAFTAR BOKS ----- hal 7
Ringkasan Eksekutif ----- hal 8
BAB 1. MAKRO EKONOMI REGIONAL ----- hal10
1.1 SISI PENAWARAN ----- hal 10
1.1.1. Pertanian ----- hal 11
1.1.2. Industri ----- hal 12
1.1.3. Listrik, Gas dan Air ----- hal 12
1.1.4. Bangunan ----- hal 13
1.1.5. Perdagangan, Hotel dan Restoran ----- hal 14
1.1.6. Pengangkutan dan Komunikasi ----- hal 15
1.1.7. Keuangan dan Persewaan ----- hal 16
1.1.8. Jasa – Jasa ----- hal 17
1.2. SISI PERMINTAAN ----- hal 18
1.2.1. Konsumsi ----- hal 18
1.2.2. Investasi ----- hal 20
1.2.3. Ekspor Impor ----- hal 21
BAB 2. INFLASI REGIONAL ----- hal 25
2.1 KONDISI UMUM ----- hal 25
2.2 INFLASI BULANAN M-T-M ----- hal 26
2.3 INFLASI TAHUNAN Y-O-Y ----- hal 27
2.3.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang ----- hal 28
BAB 3. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ----- hal 29
3.1 PERKEMBANGAN ASET BANK UMUM ----- hal 29
3.2 PELAKSANAAN FUNGSI INTERMEDIASI ----- hal 32
3.2.1. Penghimpunan Dana ----- hal 33
3.2.2. Penyaluran Kredit ----- hal 34
3.3 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT----- hal 36
3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN----- hal 38
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai ----- hal 38
3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai ----- hal 39
2
|Triwulan III 2008
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ----- hal 45
4.1REALISASI PENDAPATAN----- hal 45
4.2REALISASI BELANJA ----- hal 45
4.3 REALISASI PEMBIAYAAN ----- hal 46
BAB 5. OUTLOOK ----- hal 48
5.1 PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III-2008 ----- hal 48
5.1.1. Sisi Penawaran ----- hal 48
5.1.2. Sisi Permintaan ----- hal 49
5.2. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN III-2008 ----- hal 50
5.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III-2008 ----- hal 51
5.4. REKOMENDASI ----- hal 52
3
|Triwulan III 2008
■ DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Produksi Padi dan Kedelai ----- hal 11
Grafik 1.2. Luas Panen Padi dan Kedelai ----- hal 11
Grafik 1.3. Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri ----- hal 12
Grafik 1.4. Perkembangan Volume Ekspor Manufaktur ----- hal 12
Grafik 1.5. Konsumsi Listrik di Bali ----- hal 13
Grafik 1.6. Jumlah Pelanggan Listrik ----- hal 13
Grafik 1.7. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air ----- hal 13
Grafik 1.8. Konsumsi Semen ----- hal 14
Grafik 1.9. Kredit Sektor Bangunan ----- hal 14
Grafik 1.10. Kunjungan Wisman ----- hal 15
Grafik 1.11. Tingkat Penghunian Kamar ----- hal 15
Grafik 1.12. Penerimaan VoA ----- hal 15
Grafik 1.13. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis ----- hal 15
Grafik 1.14. Kredit Sektor Perdagangan ----- hal 15
Grafik 1.15. Jumlah Penumpang Pesawat ----- hal 16
Grafik 1.16. Jumlah Kargo ----- hal 16
Grafik 1.17. Jumlah Pos Melalui Udara ----- hal 16
Grafik 1.18. Pembiayaan LPD ----- hal 17
Grafik 1.19. Omset dan Pelunasan Pegadaian ----- hal 17
Grafik 1.20. Kredit Perbankan ----- hal 17
Grafik 1.21. Kredit Sektor Jasa ----- hal 18
Grafik 1.22. Penjualan Mobil ----- hal 19
Grafik 1.23. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Jumlah Pelanggan
Rumah Tangga----- hal 19
Grafik 1.24. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ----- hal 19
Grafik 1.25. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ----- hal 19
Grafik 1.26. Kredit Konsumsi ----- hal 20
Grafik 1.27. Penjualan Motor ----- hal 20
Grafik 1.28. Nilai Tukar Petani ----- hal 20
Grafik 1.29. Konsumsi Semen ----- hal 20
Grafik 1.30. Konsumsi Semen ----- hal 21
Grafik 1.31. Impor Barang Modal ----- hal 21
Grafik 1.32. Kredit Investasi ----- hal 21
Grafik 1.33. Perkembangan Nilai Ekspor Bali ----- hal 22
Grafik 1.34. Perkembangan Volume Ekspor Bali ----- hal 22
Grafik 1.35. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Utama Bali ----- hal 22
Grafik 1.36. Komposisi Ekspor Bali ----- hal 22 4
|Triwulan III 2008
Grafik 1.37. Perkembangan Nilai Impor Bali ----- hal 23
Grafik 1.38. Komposisi Impor Bali ----- hal 23
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar ----- hal 25
Grafik 2.2. Harga Komoditas Telur ----- hal 26
Grafik 2.3. Harga Komoditas Bumbu-bumbuan ----- hal 26
Grafik 2.4. Inflasi Tahunan (y-o-y) ----- hal 28
Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK, Kredit ----- hal 31
Grafik 3.2. Komposisi Aset, DPK, Kredit Menurut Kelompok Bank ----- hal 31
Grafik 3.3. Komposisi Aset, DPK, Kredit Menurut Kelompok Bank ----- hal 31
Grafik 3.4. Loan to Deposit Ratio ----- hal 32
Grafik 3.5. Pertumbuhan Tahunan Dana ----- hal 34
Grafik 3.6. komposisi Dana Pihak Katiga ----- hal 34
Grafik 3.7. Pertumbuhan Tahunan Kredit Menurut Jenisnya ----- hal 35
Grafik 3.8. Komposisi Kredit Menurut Jenisnya ----- hal 35
Grafik 3.9. Kredit Sektor PHR dan Sektor Lain-Lain ----- hal 36
Grafik 3.10 Komposisi kredit terhadap Aset ----- hal 37
Grafik 3.11 Pertumbuhan Aset, Kredit dan LDR ----- hal 37
Grafik 3.12 Komposisi kredit menurut sektor ----- hal 37
Grafik 3.12 Perkembangan Uang Kartal di Bali ----- hal 39
Grafik 3.13 Perkembangan Kliring ----- hal 40
Grafik 5.1. Ekspektasi Inflasi Tahun 2008 ----- hal 51
5
|Triwulan III 2008
■ DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB dari Sisi Penawaran, 2007 – 2008 ----- hal 10
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan, 2007 – 2008 ----- hal 18
Tabel 2.1. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang ----- hal 27
Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang ----- hal 29
Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali ----- hal 31
Tabel 3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Bali ----- hal 38
Tabel 3.3. Perkembangan Uang Kartal di Bali ----- hal 39
Tabel 3.4. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali ----- hal 40
Tabel 4.1. Laporan Realisasi APBD 2007 – 2008 ----- hal 47
Tabel 5.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ----- hal 48
Tabel 5.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ----- hal 50
6
|Triwulan III 2008
■ DAFTAR BOKS
Boks A. Tantangan dan Peluang Sektor Bangunan di Tengah Kenaikan
Harga Material dan Suku Bunga ----- hal 26
Boks B. Dampak Krisis Keuangan Terhadap Industri Pariwisata Bali ----- hal 41
Boks C. Persepsi Publik, Perekonomian Bali Masih Optimis ----- hal 43
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar
Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 – 88
Fax. (0361) 222988
7
|Triwulan III 2008
■ Ringkasan Eksekutif
MAKRO EKONOMI REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III-2008 menunjukkan trend
pertumbuhan positif, yaitu sebesar 4,9% (y-o-y). Namun demikian, pertumbuhan
tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,1%(y-o-y).
Dari sisi permintaan, faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi
dan investasi. Sementara itu, dari sisi penawaran, respon sektoral tercermin pada
pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi Utama, yaitu sektor industri, sektor listrik, gas
dan air, sektor perdagangan, bangunan, dan sektor keuangan.
INFLASI REGIONAL Tingkat harga-harga di Kota Denpasar pada triwulan III-2008 berdasarkan Indeks
Harga Konsumen (IHK) menunjukkan kecenderungan peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada akhir triwulan III-2008 inflasi tahunan (y-o-y) kota Denpasar tercatat
sebesar 9,28% atau meningkat diatas inflasi pada triwulan II-2008 yang sebesar 7,71%.
Laju inflasi yang meningkat terutama terjadi pada kelompok bahan makanan karena
adanya peningkatan harga atau inflasi dari kelompok bahan makanan karena pengaruh
cuaca dan peningkatan harga pangan dunia. Selain itu kelompok transportasi juga
mengalami inflasi yang cukup besar akibat kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Ditengah krisis keuangan global dan tekanan peningkatan suku bunga, kinerja
perbankan di Bali pada riwulan III 2008, tetap menununjukkan adanya peningkatan.
Peningkatan kinerja tersebut dapat dilihat dari peningkatan beberapa indikator
perbankan antara lain, pertumbuhan asset, DPK, dan pertumbuhan kredit. Peningkatan
penghimpunan dana pada triwulan laporan diikuti dengan ekspansi kredit yang sangat
tajam. Seiring dengan pertumbuhan kredit, kualitas kredit juga dapat ditingkatkan
sehingga rasio NPL dapat ditekan. Peningkatan kredit selama tahun 2008 juga
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, rasio penyaluran kredit terhadap dana
yang dihimpun (LDR) meningkat pada kisaran 58,93%.
8
|Triwulan III 2008
OUTLOOK
Pada triwulan IV-2008 pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan masih akan
tumbuh. Perekomian diperkirakan tumbuh pada kisaran 10,5% - 13,8% (y-o-y),
meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya dan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan
keempat dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh relatif lebih tingginya
kegiatan ekonomi pada akhir tahun sebagai karakteristik dari perekonomian Bali yang
berhubungan erat dengan musim ramai (peak season) kunjungan wisatawan ke Bali.
Di sisi sektoral tercermin pada pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama,
yang merupakan respon dari pertumbuhan di sisi permintaan. Sektor-sektor yang tumbuh
tinggi antara lain sektor perdagangan hotel dan restoran, industri, dan jasa-jasa.
Sementara itu, sektor pertanian masih dibayangi oleh kontraksi pertumbuhan mengingat
masih rendahnya produktivitas dan belum adanya kebijakan pertanian yang terintegrasi
dan bersifat holistik.
Pada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Bali (q-t-q) diperkirakan akan turun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi diperkirakan
mencapai 1,6% (q-t-q) dan sampai dengan akhir 2008 berada pada kisaran 10,0% ±
1,0% (y-o-y). Penurunan inflasi di triwulan IV-2008 diperkirakan berasal dari
menurunnya tekanan dari kelompok bahan makanan, transportasi dan perumahan.
Sementara itu tekanan harga diperkirakan berasal dari kelompok makanan jadi
khususnya menjelang akhir tahun.
Perkembangan perbankan pada triwulan IV-2008 diperkirakan masih cukup baik.
Fungsi intermediasi cukup terkendali yang ditandai dengan peningkatan kredit dan
peningkatan DPK yang berhasil dihimpun. Kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio
NPL yang rendah masih akan terjadi. Namun demikian, rasio LDR diperkirakan tidak akan
jauh berbeda dan masih tetap akan berada di kisaran 53%-59%. Hal ini antara lain
disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang jauh lebih cepat dibanding dengan
penghimpunan dana.
9
|Triwulan III 2008
Makro Ekonomi Regional Bab 1
Perekonomian Bali pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 4,9%
(y-o-y), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,1%,
namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan karena masih
terdapatnya tekanan ekonomi yang berasal dari faktor internal dan eksternal.
Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor jasa, dan sektor industri. Sementara itu, di sisi permintaan
peran konsumsi masih cukup besar di dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
1.1 SISI PENAWARAN
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh
sebesar 4,9%, sedikit melambat dibandingkan triwulan II-2008 yang tumbuh
sebesar 5,1%. Namun angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 0,1%.
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB dari sisi Penawaran, 2007-2008 (% y-o-y)
Sektor
Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008** Q3-2008p
Pertanian 3,7 -5,2 -0,7 -4,0 -3,1 Pertambangan -1,96 -16,8 -0,1 4,2 4,8 Industri -2,9 -3,2 -0,3 9,2 9,1 Listrik, Gas & Air 5,4 15,9 0,2 10,5 6,2 Bangunan 2,6 5,8 0,3 8,3 7,5 Perdg, Hotel & Rest. 0,05 -0,01 0,4 8,4 7,4 Pengangkutan & Kom. 0,3 2,9 0,1 6,8 8,8 Keuangan & Persewaan -7,7 -1,6 -0,2 7,1 5,2 Jasa-Jasa -1,1 -1,9 0,8 4,9 4,2 PDRB -0,1 -1,2 0,3 5,1 4,9
Sumber: BPS, diolah Keterangan: ** angka sangat sementara p proyeksi BI
Di sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh sektor-sektor utama seperti sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor industri, sektor pengangkutan, dan sektor
jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertanian yang mempunyai kontribusi dominan setelah
sektor PHR pada triwulan laporan diperkirakan masih mengalami kontraksi.
10
|Triwulan III 2008
1.1.1 Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan III-2008 diperkirakan mengalami kontraksi
sebesar 3,1%. Kontraksi tersebut utamanya disebabkan karena rendahnya produksi
sektor pertanian khususnya padi dan kedelai.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Produksi padi pada subround II (Mei-Agustus) tahun 2008 diperkirakan mencapai
247.772 ton, turun 10,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara
itu produksi pada subround III (September-Desember) tahun 2008 diperkirakan mencapai
274.362 ton, turun 6,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2007. Dari sisi luas
panen tanaman padi pada subround II tahun 2008 diperkirakan seluas 43.807 hektar
atau turun 10,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pada
subround III tahun 2008 luas panen diperkirakan seluas 46.303 hektar, turun 5,4%
dibanding periode yang sama tahun 2007.
Produksi kedelai pada subround II tahun 2008 diperkirakan mencapai 2.003 ton,
turun 22,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2007. Sementara itu produksi pada
subround III tahun 2008 diperkirakan mencapai 3.263 ton, turun 30,2% dari tahun
sebelumnya. Dari sisi luas panen tanaman kedelai pada subround II tahun 2008
diperkirakan mencapai 1.391 hektar, turun 2,8% dibandingkan periode yang sama tahun
2007. Sementara itu pada subround III luas panen kedelai diperkirakan mencapai 2.205
hektar, turun 30,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kontraksi pertumbuhan sektor pertanian ini mencerminkan rendahnya
produktivitas sektor pertanian di Bali karena masih menghadapi berbagai persoalan. Jika
kondisi tersebut berlarut-larut maka ketahanan pangan di Bali akan menuju kondisi kritis.
Terlebih lagi saat ini semakin sulitnya subak mendapat suplai air dan makin mahalnya
harga pupuk.
11
|Triwulan III 2008
1.1.2 Industri
Pada triwulan III-2008, sektor industri diperkirakan tumbuh sebesar 9,1%,
sedikit melambat dibanding triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 9,2%.
Meskipun sektor industri secara umum masih mengalami tekanan akibat dampak
lanjutan kenaikan harga BBM pada triwulan II, namun pertumbuhan pada triwulan
laporan masih positif.
Pertumbuhan sektor industri tersebut dikonfirmasi dengan meningkatnya
konsumsi listrik dan jumlah pelanggan listrik untuk golongan industri. Selain itu,
pertumbuhan sektor industri ini juga dikonfirmasi dengan kecenderungan meningkatnya
ekspor barang-barang manufaktur, misalnya produk handicraft. Permintaan terhadap
produk handicraft dari buyer di luar negeri berdasarkan informasi dari asosiasi eksportir
masih relatif kuat utamanya dari negara-negara di Eropa (Belanda, Italia, dan Jerman). Hal
itu menunjukkan bahwa animo masyarakat Eropa terhadap produk handicraft dari Bali
masih cukup tinggi.
Sumber: PLN Distribusi Bali Sumber: Bank Indonesia
1.1.3 Listrik, Gas, dan Air
Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2008 diperkirakan
tumbuh sebesar 6,2%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 10,5%. Pertumbuhan pada sektor ini dikonfirmasi dengan meningkatnya
konsumsi listrik oleh masyarakat baik untuk golongan sosial, rumah tangga, bisnis,
industri, maupun pemerintah. Hal yang sama dapat dilihat dari jumlah pelanggan listrik
yang mengalami peningkatan pada triwulan laporan.
Di sisi pembiayaan, kredit sektor listrik tumbuh sebesar 66,7% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan ini outstanding kredit sektor listrik mencapai
Rp 15 miliar.
12
|Triwulan III 2008 Sumber: PLN Distribusi Bali Sumber: PLN Distribusi Bali
Sumber: Bank Indonesia
1.1.4 Bangunan Sektor bangunan pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar
7,5%, melambat dibanding triwulan II-2008 yang tumbuh 8,3%, namun lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2007.
Walaupun masih mendapat tekanan kenaikan harga bahan baku dan tren
kecenderungan peningkatan suku bunga kredit kepemilikan perumahan, pembangunan
properti residensial dan non residensial masih tetap tumbuh.
Pertumbuhan sektor bangunan tersebut dikonfirmasi dengan prompt indicators
berupa pertumbuhan konsumsi semen di Bali dan peningkatan pada kredit sektor
bangunan. Konsumsi semen pada triwulan III-2008 tercatat mencapai 327.365 ton, naik
38,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu outstanding kredit sektor
bangunan pada triwulan III-2008 mencapai Rp 457 miliar, tumbuh 26,8% dari periode
triwulan III-2007.
13
|Triwulan III 2008 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia
1.1.5 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan III-2008
diperkirakan tumbuh sebesar 7,4%, melambat dibanding triwulan II-2008 yang
tumbuh sebesar 8,4%. Pertumbuhan di sektor ini dipengaruhi oleh kinerja industri
pariwisata yang relatif stabil. Data prompt indicators yang mengindikasikan pertumbuhan
tersebut adalah peningkatan pada arus kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke
Bali dan perolehan Visa on Arrival (VoA). Data prompt indicator lain yang
mengindikasikan pertumbuhan di sektor ini adalah meningkatnya konsumsi listrik di
sektor bisnis seperti mal, pasar, pertokoan, dan pusat bisnis lainnya. Namun demikian
peningkatan arus kunjungan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan tingkat
penghunian kamar/TPK (occupancy rate) hotel berbintang. Hal tersebut diperkirakan
karena adanya sebagian wisman yang menggunakan vila dan kondotel sebagai fasilitas
akomodasi selama di Bali.
Jumlah wisman yang berkunjung ke Bali pada triwulan III-2008
diperkirakan mencapai 575.303 orang, tumbuh 18,9% dibanding triwulan III-2007
yang tercatat sebanyak 483.783 orang. Sementara itu, penerimaan VoA pada
triwulan III-2008 diperkirakan mencapai 8,5 juta dola AS, naik 19,3% dibanding periode
yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 5,4 juta dolar AS. Pertumbuhan sektor
perdagangan ini juga dikonfirmasi dengan peningkatan kredit perbankan ke sektor
tersebut. Outstanding kredit sektor perdagangan pada triwulan III-2008 tercatat
sebesar Rp 6,2 triliun, naik 36,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
14
|Triwulan III 2008
Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Bali Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Bali
Sumber: PT Bank Negara Indonesia Kanwil 08 Sumber: PT PLN Distribusi Bali
Sumber: Bank Indonesia
1.1.6 Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan III-2008 sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan
tumbuh sebesar 8,8%, lebih tinggi dibanding triwulan II-2008 yang tumbuh
6,8%. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sektor ini adalah adanya peningkatan
15
|Triwulan III 2008
aktivitas di Bandara Ngurah Rai berkaitan dengan jumlah penumpang pesawat,
peningkatan jumlah kargo. Sementara itu untuk jumlah pos melalui udara pada triwulan
laporan menunjukkan bahwa jumlah pos yang keluar lebih banyak dibandingkan jumlah
pos keluar. Ketiga hal tersebut merupakan data prompt indicators yang mengindikasikan
pertumbuhan sektor pengangkutan pada triwulan laporan.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
1.1.7 Keuangan dan Persewaan
Pada triwulan III-2008, sektor keuangan dan persewaan diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 5,2%, melambat dibandingkan dengan
triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 7,1%. Pertumbuhan sektor keuangan
dipengaruhi oleh pertumbuhan di sub sektor lembaga keuangan bank maupun lembaga
keuangan non bank (seperti Lembaga Perkreditan Rakyat/LPD dan pegadaian). Kredit
yang disalurkan oleh perbankan Bali pada triwulan III-2008 (posisi September) sebesar Rp
15,7 triliun, naik 32% secara tahunan. Sementara outstanding pembiayaan oleh LPD
pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 2,1 triliun atau tumbuh 22,6%
16
|Triwulan III 2008
dibanding triwulan III-207. Hal serupa dapat dilihat dari omset Perum Pegadaian
yang naik 28,8% secara tahunan.
Sumber: PT BPD Bali Sumber: Perum Pegadaian Cab. Utama Denpasar
Sumber: Bank Indonesia
1.1.8 Jasa – Jasa
Pada triwulan III-2008, sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh sebesar 4,2%,
sedikit melambat dibanding triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 4,9%.
Pertumbuhan di ini dikonfirmasi dengan pertumbuhan pada kredit perbankan untuk
sektor jasa-jasa. Outstanding kredit perbankan untuk sektor jasa pada triwulan II-
2008 tercatat mencapai sebesar Rp 1,3 triliun, atau meningkat 23,5%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
17
|Triwulan III 2008
Sumber: Bank Indonesia
1.2 SISI PERMINTAAN
Di sisi permintaan, pertumbuhan Bali pada triwulan III-2008 yang
diperkirakan tumbuh sebesar 4,9% utamanya masih didorong oleh konsumsi.
Selama ini konsumsi memiliki pangsa mencapai lebih dari 60% dalam pembentukan
pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan.
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB dari sisi Permintaan, 2007-2008 (% y-o-y) Komponen
Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008** Q3-2008p
Konsumsi Rumah Tangga 5,9 -2,3 -3,6 -10,0 4,6Konsumsi Pemerintah 3,1 7,2 20,9 11,1 7,5Investasi/PMTB 49,3 37,1 -8,5 22,0 13,9Ekspor -21,9 -54,3 -29,6 36,1 79,5Impor 38,4 31,2 -32,8 70,3 64,6PDRB -0,1 -1,2 0,3 5,1 4,9
Sumber: BPS, diolah Keterangan: **angka sangat sementara p proyeksi BI
1.2.1 Konsumsi
Konsumsi pada triwulan III-2008 masih menunjukkan pertumbuhan,
meskipun pada konsumsi pemerintah terjadi perlambatan jika dibandingkan
triwulan II-2008. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 4,6 %, lebih tinggi
dibanding triwulan II-2008 yang mengalami kontraksi sebesar 10%. Sementara itu,
konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 7,5%, sedikit melambat dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,1%.
Pertumbuhan konsumsi tersebut, khususnya konsumsi rumah tangga antara lain
dipengaruhi oleh konsumsi non makanan. Hal itu dikonfirmasi dengan sederet data
prompt indicators yaitu penjualan mobil, konsumsi listrik, dan jumlah pelanggan listrik
rumah tangga, penjualan motor, nilai tukar petani, serta konsumsi semen.
18
|Triwulan III 2008
Sumber: PT Toyota Astra Motor Sumber: PT PLN Distribusi Bali
Penjualan mobil di Bali pada triwulan ini diperkirakan naik 81,3% dibanding
periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kalangan masyarakat
tertentu masih memiliki daya beli yang kuat Namun demikian, untuk penjualan sepeda
motor baru, diperkirakan mengalami penurunan dan kemungkinan masyarakat lebih
memilih untuk membeli sepeda motor bekas untuk memenuhi kebutuhan
transportasinya.
Data prompt indicators yaitu konsumsi listrik dan jumlah pelanggan listrik
golongan rumah tangga menunjukkan trend meningkat. Begitu pula halnya
dengan konsumsi semen yang masih menunjukkan peningkatan. Masyarakat
menilai perekonomian pada triwulan laporan relatif lebih baik meskipun pesimisme masih
menyelimuti ekspektasi sebagian masyarakat. Dari sisi kemampuan masyarakat golongan
bawah yang direpresentasikan dengan data nilai tukar petani (NTP) tampak bahwa daya
beli mengalami kenaikan dibanding triwulan II-2008 yang tercermin dari kenaikan NTP
menjadi 101,9 pada triwulan III-2008 (Agustus) dari triwulan sebelumnya sebesar 99,7
(Juni).
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
19
|Triwulan III 2008 Sumber: Bank Indonesia Sumber: PT Asaparis
Dari sisi pembiayaan, kredit konsumsi menunjukkan peningkatan. Outstanding
kredit konsumsi pada triwulan III-2008 tercatat mencapai sekitar Rp 6,5 triliun,
naik 30% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sumber: BPS, diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
1.2.2 Investasi
Investasi yang merupakan representasi dari Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 13,9%,
melambat dibandingkan dengan triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 22%.
Pertumbuhan investasi tersebut dikonfrimasi dengan sejumlah data prompt indicators
seperti konsumsi semen dan pertumbuhan pada impor barang modal. Peningkatan
konsumsi semen memberikan gambaran bahwa investasi khususnya sektor bangunan
masih tumbuh.
20
|Triwulan III 2008 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, kenaikan impor barang modal, terutama mesin dan peralatannya
memberikan gambaran bahwa investasi non bangunan mengalami pertumbuhan,
sebagai bagian dari respon sektoral (khususnya sektor industri). Dari sisi pembiayaan,
peningkatan investasi antara lain tercermin dari peningkatan pada kredit investasi.
Outstanding kredit investasi pada triwulan III-2008 tercatat mencapai sebesar Rp
2,4 triliun, naik 43,3% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sumber: Bank Indonesia
1.2.3 Ekspor Impor
Nilai tambah ekspor dari Bali pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh
sebesar 79,5%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 36,1%. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor diperkirakan karena
permintaan dari luar negeri terhadap produk ekspor Bali masih cukup baik, terutama
untuk produk-produk manufaktur. Meskipun kondisi perekonomian global diliputi
gejolak finansial, namun masih terdapat peluang bagi produk-produk ekspor Bali yang
cukup kompetitif di pasar internasional. 21
|Triwulan III 2008 Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Meskipun ekspor secara umum masih tumbuh positif, namun demikian
pertumbuhan nilai ekspor lima komoditi utama Bali (ikan, kayu, pakaian jadi,
perhiasan, dan perabotan) mengalami kontraksi pada triwulan laporan.
Sementara itu, nilai tambah impor Bali pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh
sebesar 64,6%. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan impor diperkirakan
karena adanya permintaan produk-produk ekspor yang memiliki bahan baku impor
(import content) sehingga menyebabkan produsen melakukan impor. Komposisi impor
menurut nilainya didominasi oleh impor produk pertanian (dalam arti luas), yang
mencapai 58,3% dari total impor Bali.
22
|Triwulan III 2008
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia BOKS A.
Tantangan dan Peluang Sektor Bangunan di tengah Kenaikan Harga Material dan Suku Bunga
Meningkatnya aktivitas pembangunan properti residensial maupun non residensial dalam setahun terakhir diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor bangunan. Hal itu disebabkan meningkatnya permintaan terhadap properti masih cukup tinggi, khususnya untuk properti residensial. Namun demikian, melihat perkembangan kondisi perekonomian akhir-akhir ini yang dibayangi oleh krisis keuangan global diperkirakan akan mempengaruhi perekonomian regional daerah khususnya sektor bangunan. Begitu pula dengan tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan memberikan disinsentif terhadap industri properti dan perkembangan sektor bangunan.
Selain itu, tingginya inflasi pada tahun ini, yang dipicu oleh kenaikan harga BBM pada Mei 2008, diperkirakan akan mempengaruhi kenaikan harga material/bahan bangunn dan upah pekerja. Tren kenaikan inflasi tersebut juga berimplikasi pada kenaikan suku bunga kredit kepemilikan rumah dan melemahkan daya beli masyarakat.
Tantangan dari sisi eksternal maupun internal tersebut sejatinya mendorong para pengembang properti untuk melakukan konsolidasi dan meninjau ulang bisnisnya supaya peluang bisnis di tengah kenaikan harga material, upah, dan suku bunga masih tetap ada. Peluang yang dapat dilakukan oleh para pengembang antara lain: 1. Mengembangkan properti residensial dengan tipe kecil (tipe 36 dan tipe 45) yang
banyak diminati masyarakat. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyebabkan pengembang khususnya untuk tipe menengah-atas (middle-up) karena memiliki ketergantungan terhadap produk impor (material mekanikal dan eletrikal), sehingga melirik pasar tipe kecil bisa dijadikan solusi jangka pendek saat ini.
23
|Triwulan III 2008
2. Tingginya permintaan terhadap produk kondotel (kondominium hotel) baik dari buyer di dalam negeri maupun di luar negeri menciptakan peluang bagi pengembang.
3. Mengembangkan residensial berkonsep klaster yang banyak diminati oleh masyarakat saat ini.
24
Growth PDRB, Konsumsi Semen dan Sektor Bangunan
|Triwulan III 2008
Perkembangan Inflasi Bab 2
2.1. KONDISI UMUM
Tingkat harga-harga di Kota Denpasar pada triwulan III-2008 berdasarkan Indeks
Harga Konsumen (IHK) menunjukkan kecenderungan peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada akhir triwulan III-2008 inflasi tahunan (y-o-y) kota Denpasar tercatat
sebesar 9,28% atau meningkat diatas inflasi pada triwulan II-2008 yang sebesar 7,71%.
Laju inflasi yang relatif tinggi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan karena
pengaruh cuaca dan turunnya produksi pertanian khususnya di bulan Juli. Selain itu
kelompok pendidikan juga mengalami inflasi yang cukup besar pada triwulan III-2008
karena adanya penyesuaian biaya pendidikan di tahun ajaran baru.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agus
tSe
pOk
tNo
pDe
sJa
nFe
bMa
rAp
rMe
iJu
n Jul
Agus
tSe
pOk
tNo
pDe
sJa
nFe
bMa
rAp
rMe
iJu
n Jul
Agus
tSe
p
2006 2007 2008
m-t-my-o-y
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Dari grafik 2.1. terlihat bahwa pada triwulan III-2008 laju inflasi bulanan (m-t-m)
tertinggi terjadi di bulan Juli sebesar 1,63%, yang merupakan dampak second round
kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada akhir bulan Mei. Selain itu
pada bulan tersebut, terjadi penurunan produksi pertanian yang cukup besar yang
mengakibatkan kenaikan inflasi pada kelompok bahan makanan antara lain cabe rawit,
tongkol pindang, minyak goreng, telur ayam ras, kangkung.
Berdasarkan kelompok barang, selama triwulan III-2008 perkembangan harga
pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
kecenderungan peningkatan yang paling besar, hal yang sama dialami oleh kelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga. Meskipun demikian secara umum kelompok bahan
makanan masih merupakan kelompok barang yang mengalami inflasi paling besar
25
|Triwulan III 2008
selama tahun 2008 ( dari bulan Januari sampai dengan September) baik secara tahunan
(y-o-y) maupun secara kumulatif (y-t-d).
2.2. INFLASI BULANAN M-T-M
Inflasi bulanan selama triwulan III-2008 mempunyai kecenderungan lebih tinggi di
banding dengan triwulan sebelumnya. Pada bulan Juli 2008 inflasi secara umum tercatat
paling tinggi dibanding bulan lainnya yaitu sebesar 1,63% dengan kelompok bahan
makanan sebagai kelompok barang yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,48% (m-t-
m) akibat kenaikan beberapa komoditi antara lain cabe rawit, daging ayam ras, tongkol
pindang, telur ayam ras dan tongkol segar. Sebagaimana terlihat di grafik 2.2 dibawah,
harga telur ayam ras melonjak pada bulan Juli dan Agustus hal ini disebabkan naiknya
harga pakan ternak. Untuk komoditi cabe rawit, harga sangat berfluktuasi dari waktu ke
waktu tergantung pada kondisi cuaca. Kondisi cuaca di bulan Juli yang kurang baik
mengakibatkan lonjakan harga yang cukup tinggi, dan seiring dengan membaiknya
cuaca, produksi cabe rawit meningkat dan pada bulan September harganya kembali ke
kondisi awal.
Grafik 2.3. Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agt-08 Sep-08
Rp
BAWANG MERAH
CABE MERAH
CABE RAWIT
26
Grafik 2.2. Harga Komoditas Telor
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I I I I I II V I I I I I II V I I I I I II V I I I I I II V I I I I I II V I I I I I II V I I I I I II V I I I I I II V I I I I I II V
Jan-0 8 Feb-0 8 M ar-0 8 A pr-0 8 M ei-0 8 Jun-0 8 July-0 8 A gt-0 8 Sep-0 8
Rp
TELOR AYAM KAMPUNG
TELOR AYAM RAS
Selanjutnya di bulan Agustus 2008 inflasi bulanan mulai menurun menjadi sebesar
1,09%, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi
tertinggi. Komoditi yang memberi sumbangan inflasi terbesar adalah soto, ayam goreng
dan rokok filter.
|Triwulan III 2008
27
Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang
III-2008 No. Kelompok Barang Juli Agt Sept
1 Bahan Makanan 2,48 1,84 -0,60 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,93 2,89 0,67 3 Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar 1,83 0,31 0,61 4 Sandang 0,82 1,13 0,12 5 Kesehatan 0,04 0,09 0,01 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 1,93 2,17 1,24 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,71 0,07 0,68 Umum 1,63 1,09 0,39
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Bulan September tercatat inflasi paling rendah di triwulan III-2008 yaitu sebesar
0,39%. Kondisi ini berbeda dengan keadaan di beberapa kota di Pulau Jawa, dimana
pada bulan puasa dan menjelang Idul Fitri terjadi kenaikan harga barang-barang, tetapi di
Denpasar tidak terjadi kenaikan permintaan dan harga barang. Pengaruh bulan puasa
dan Idul Fitri tampaknya tidak terjadi di Denpasar, dan dari pengalaman selama ini
kenaikan harga terjadi pada perayaan hari raya Galungan dan Kuningan. Kelompok
bahan makanan justru terjadi penurunan harga, hal ini cukup memberikan andil pada
rendahnya inflasi di Denpasar. Komoditi yang memberi andil pada penurunan harga
adalah cabe rawit, daging ayam ras, cabe merah, bawang merah dan tongkol. Dari
komoditi tersebut terlihat bahwa cabe rawit dan tongkol adalah komoditi yang pada
bulan Juli mengalami kenaikan harga tertinggi, dan pada bulan September harganya
kembali ke harga semula sehingga terjadi penurunan harga yang cukup besar
sebagaimana terlihat pada grafik 2.3. Sementara itu kenaikan harga paling besar terjadi
pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Komoditi yang memberi andil inflasi
adalah biaya perbaikan/servis, perbaikan ringan kendaraan, harga sepeda motor dan
ongkos angkutan luar kota.
2.3. INFLASI TAHUNAN Y-O-Y
Secara tahunan (y-o-y) inflasi Kota Denpasar pada triwulan III-2008 sedikit
meningkat (9,28%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (7,71%), meskipun masih
dibawah inflasi Nasional (12,14%). Tekanan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan, transportasi dan makanan jadi.
|Triwulan III 2008
Grafik 2.4. Inflasi Tahunan (y-o-y)
0,002,004,006,008,00
10,0012,0014,0016,0018,0020,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
NasionalDenpasar
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Kenaikan harga pada kelompok bahan makanan bersumber dari tingginya
kenaikan harga bumbu-bumbuan dan daging. Kenaikan harga pada kedua sub
komoditas ini tidak terlepas dari kenaikan harga kedua komoditas tersebut dipasar dunia
yang ditransmisikanke kenaikan harga domestik. Kenaikan harga daging terutama
dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan ternak. Kenaikan harga pada umumnya
dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM pada bulan Mei dan dampak lanjutannya,
termasuk kenaikan harga pada biaya penyelenggaraan rumah tangga.
2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang
Pada triwulan laporan, secara tahunan seluruh kelompok barang mengalami inflasi
kecuali kelompok Kesehatan yang mengalami deflasi sebesar 0,72%. Tekanan inflasi
paling dominan masih berasal dari kelompok bahan makanan (inflasi 17,33% y-o-y)
akibat terganggunya produksi dan distribusi selama kondisi cuaca kurang baik yang
terjadi beberapa bulan terakhir. Selain itu tekanan inflasi juga berasal dari kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 9,41% y-o-y akibat
kenaikan harga BBM bulan Mei yang lalu. Kenaikan terutama terjadi pada komoditi
bensin dan solar yang selanjutnya berpengaruh pada kenaikan biaya pemeliharaan/servis,
angkutan antar kota, angkutan dalam kota dan harga sepeda motor.
28
|Triwulan III 2008
Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang
II-2008 III-2008 No. Kelompok Barang
Inflasi Inflasi1 Bahan Makanan 16,89 17,332 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 5,01 8,743 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 5,33 6,994 Sandang 4,03 5,925 Kesehatan -0,82 -0,726 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 5,57 6,397 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Keuangan 8,08 9,41
UMUM 7,71 9,28Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
29
|Triwulan III 2008
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Bab 3
Ditengah krisis keuangan global dan tekanan peningkatan suku bunga, kinerja
perbankan di Bali pada riwulan III 2008, tetap menununjukkan adanya peningkatan.
Peningkatan kinerja tersebut dapat dilihat dari peningkatan beberapa indikator
perbankan antara lain, pertumbuhan asset, DPK, dan pertumbuhan kredit. Peningkatan
penghimpunan dana pada triwulan laporan diikuti dengan ekspansi kredit yang sangat
tajam. Seiring dengan pertumbuhan kredit, kualitas kredit juga dapat ditingkatkan
sehingga rasio NPL dapat ditekan. Peningkatan kredit selama tahun 2008 juga
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, rasio penyaluran kredit terhadap dana
yang dihimpun (LDR) meningkat pada kisaran 58,93%.
3.1. PERKEMBANGAN ASET BANK UMUM
Pada triwulan III tahun 2008 aset bank umum di Bali mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan akhir tahun 2007, sebesar Rp4.061 miliar dan tumbuh
sebesar 15% (y-t-d), dari Rp26.902 milyar pada Desember 2007 menjadi Rp30.963 milyar
pada triwulan III - 2007, atau tumbuh sebesar 22% (y-o-y).
Pertumbuhan aset terutama didorong oleh peningkatan kemampuan bank
menghimpun dana masyarakat yang meningkat Rp. 4.668 milyar atau 21,3% (y-o-y).
Sebagian dana yang terhimpun tersebut selanjutnya disalurkan dalam bentuk kredit yang
selama satu tahun meningkat sebesar 32,01% (y-o-y) atau sebesar Rp3.798 milyar.
Secara nominal selisih peningkatan dana terhadap peningkatan kredit adalah sebesar
Rp870 milyar atau 22,9% dari nominal pertumbuhan kredit, kondisi tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit pada triwulan III – 2008 sangat cepat. Hal
tersebut yang menyebabkan pertumbuhan rasio kredit terhadap dana (LDR) meningkat
2,3% dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang
sangat cepat ditengah tekanan suku bunga yang cukup tinggi dikuatirkan akan
meningkatkan risiko kredit.
Dari komposisinya, pembentukan aset perbankan sangat dipengaruhi oleh
pembentukan aset pada bank-bank pemerintah yang mencapai Rp.18.227 miliar atau
58,9% dari total aset seluruh bank. Besarnya pembentukan aset bank pemerintah di Bali,
terutama di karenakan jumlah kantor dan jaringan kantor yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan kolompok bank yang lain. Sementara pembentukan aset pada
30
|Triwulan III 2008
kelompok bank swasta pada triwulan laporan mencapai Rp11.515 miliar atau 37,2% dari
total aset. Kelompok bank asing campuran yang memiliki jaringan kantor terkecil
memiliki share pembentukan aset sebesar 3.9%, dengan total aset sebesar Rp1.221
miliar.
TABEL 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali (Rp milyar)
2005 2006 2007 2008
INDIKATOR Dec Des Jun Sep Dec Mar Jun Sep
Asset 20,329 21,971 24,075 25,374 26,902 27,754 29,727 30,963
Dana Pihak Ketiga 17,333 18,975 20,675 21,908 23,522 24,267 25,675 26,576
Deposito 6,348 7,234 7,434 7,194 7,589 7,723 7,975 8,361
Giro 3,890 4,146 4,942 5,442 5,331 5,794 6,011 6,062
Tabungan 7,096 7,595 8,299 9,272 10,602 10,750 11,688 12,152
Kredit Umum 9,498 10,567 11,537 11,863 12,592 12,891 14,537 15,661
Modal Kerja 3,944 4,585 4,995 5,195 5,619 5,657 6,282 6,769
Investasi 1,463 1,492 1,649 1,668 1,794 1,838 2,241 2,391
Konsumsi 4,091 4,490 4,893 5,000 5,179 5,397 6,013 6,501
Kredit UMKM 8,268 9,251 9,743 10,339 10,857 11,233 12,410 13,270
Pangsa kredit UMKM 87.05% 87.55% 84.45% 87.15% 86.22% 87.14% 85.37% 84.74%
NPL (Gross)% 2.85% 4.26% 5.07% 3.93% 3.02% 3.31% 2.40% 2.15%
LDR 54.80% 55.69% 55.80% 54.15% 53.54% 53.12% 56.62% 58.93%Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
31
|Triwulan III 2008
3.2. PELAKSANAAN FUNGSI INTERMEDIASI
Pelaksanaan fungsi intermediasi oleh perbankan, sebagai salah satu peran utama
perbankan, sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menyerap dana
masyarakat dan kemampuan bank dalam menyalurkannya dalam bentuk kredit.
Kemampuan menjalankan fungsi intermediasi dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio
(LDR). Dalam beberapa tahun terakhir LDR perbankan di Bali cenderung mengalami
peningkatan. Pada September 2008 LDR mencapai 58,93%. Namun demikian LDR
perbankan Bali masih lebih rendah dibanding LDR nasional yang berkisar 60%-70%.
Angka tersebut mengindikasikan bahwa dari sisi likuiditas perbankan masih memiliki
peluang untuk melakukan ekspansi kredit.
Beberapa penyebab yang diperkirakan menjadi alasan rendahnya LDR Bali
dibandingkan LDR nasional, yaitu: (i) sebagian bank yang berkantor pusat di luar Bali,
memiliki tujuan utama sebagai penghimpun dana; (ii) keterbatasan kewenangan
memutus pemberian kredit yang ada di kantor cabang (khususnya untuk bank umum
yang berkantor pusat di luar Bali). Sehingga untuk kredit yang nilainya cukup material
kewenangan memutusnya ada di kantor pusatnya; (iii) kebutuhan pembiayaan bagi
perusahaan diperoleh dari bank atau lembaga keuangan lainnya di luar Bali atau berasal
dari holding company-nya; (iii) adanya alternatif meminjam bagi masyarakat seperti di
koperasi simpan pinjam, unit simpan pinjam, Lembaga Perkreditan Desa (LPD), baitul mal
wattanwil (BMT), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau dari sumber lainnya seperti
pegadaian, relasi dan sebagainya yang mampu menyediakan kebutuhan dan sesuai
keinginan nasabah.
Selain hal tersebut di atas, rendahnya LDR perbankan diindikasikan karena
kurangnya kemauan dan kemampuan perbankan dalam mecari celah bisnis atau usaha
Sumber : Bank Indonesia
32
|Triwulan III 2008
yang dapat diayai, hal ini diperkirakan karena banyaknya fasilitas untuk mengelola
likuiditas selain penyaluran kredit seperti pada pasar uang.
3.2.1 Penghimpunan Dana
Dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan III – 2008, mengalami peningkatan yang
cukup besar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 21,3%.
Peningkatan DPK terutama didorong oleh peningkatan simpanan dalam bentuk
tabungan yang mencapai 31,07% (y-o-y), yaitu dari Rp. 9.272 miliar pada September
2007 menjadi Rp12.152 miliar pada September 2008. DPK cenderung didominasi oleh
dana-dana jangka pendek, jumlah dana jangka pendek tercatat sebesar 68,54%
sedangkan DPK dalam jangka panjang sebesar 31,46%. Dana jangka pendek, dalam
bentuk tabungan dan giro pada bulan September 2008 sebesar Rp18.215 miliar atau
tumbuh sebesar 23,79% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dana yang dihimpun perbankan masih didominasi oleh dana-dana
jangka pendek yang memiliki risiko likuiditas. Demikian halnya dengan dana jangka
panjang, deposito yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, walaupun tidak
sebesar pertumbuhan dana jangka pendek. Hal tersebut berpotensi menciptakan
maturity mismatch, karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif
lebih panjang.
Penyerapan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito cukup berfluktuatif,
dibandingkan dengan pertumbuhan dana dalam bentuk giro dan tabungan. Fluktuasi
penyerapan dana dalam bentuk deposito tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat suku
bunga perbankan dan tingkat pengembalian dari penempatan dana dalam bentuk surat
berharga. Walaupun secara nominal mengalami peningkatan namun pertumbuhan
tahunannya masih cukup rendah dan cenderung mengalami penurunan.
Pertumbuhan secara tahunan simpanan dalam bentuk deposito memiliki pola
yang berlawanan dengan pola pertumbuhan simpanan giro dan tabungan. Pola ini
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penggantian atau pemindahan dana dari
simpanan dalam bentuk giro dan tabungan ke dalam bentuk deposito dan sebaliknya.
Lebih jauh dilihat dari series komposisi DPK, tabungan dan deposito memiliki pola yang
berbanding terbalik, hal ini menunjukkan bahwa perpindahan dana DPK yang sering
dilakukan oleh masyarakat dari simpanan dalam bentuk tabungan menjadi simpanan
dalam bentuk deposito dan sebaliknya.
33
|Triwulan III 2008
34
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Pangsa dana pihak kegita dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang
ralatif sama, share terbesar pada simpanan dalam bentuk tabungan, diikuti deposito dan
giro, pada September 2008 share masing-masing simpanan berturut-turut adalah 45,7%,
31,5%, dan 22,8%.
3.2.2 Penyaluran Kredit
Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan tercatat cukup besar, yaitu 32,01%
(y-o-y). Walaupun kondisi keuangan baik global maupun nasional sedang mengalami
gangguan, namun perbankan tetap berani malakukan ekspansi kredit, hal tersebut
menunjukkan bahwa perbankan secara berkesinambungan mampu menyalurkan kredit
sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga. Pertumbuhan kredit cenderung memiliki
pola yang hampir sama, pada triwulan III dan IV pertumbuhan akan lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan lainnya dan puncak pertumbuhan kredit terjadi pada
triwulan IV dengan jenis kredit jenis konsumsi yang paling besar mengalami
pertumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan pola konsumsi musiman yang cenderung
meningkat pada triwulan IV.
Penyaluran kredit bank umum pada triwulan III tahun 2008 sebesar Rp15.661
miliar meningkat sebesar 7,73% dibanding posisi triwulan sebelumnya. Jenis kredit yang
menjadi konsentrasi oleh perbankan saat ini adalah untuk jenis kredit yang potensial
dengan risiko kredit yang rendah, selain itu perbankan juga lebih cenderung memberikan
kredit untuk kredit jangka pendek. Segmen pasar yang menjadi primadona bagi kredit
perbankan adalah segmen pasar konsumer dan segmen untuk modal kerja usaha. Kredit
modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit bank umum di Bali, pada September
2008 penyalurannya mencapai 43,22% atau sebesar Rp6.769 milyar, diikuti dengan
|Triwulan III 2008
kredit konsumsi sebesar 41,51% atau sebesar Rp6.501 milyar, dan kredit investasi
15,27% atau sebesar Rp2.391. Pada triwulan laporan kredit investasi tercatat memiliki
pertumbuhan tahunan terbesar atau sebesar 43,37% (y-o-y), diikuti dengan kredit modal
kerja sebesar 30,30% (y-o-y). Tingginya ekspansi kredit investasi pada beberapa triwulan
terakhir mengindikasikan bahwa makro perekonomian cukup mendukung iklim usaha di
Bali, sehingga perbankan cukup berani ekspansi di sektor investasi. Penyaluran kredit di
Bali cenderung di dominasi oleh kredit modal kerja dan konsumsi dengan total share
kedua jenis kredit tersebut sebesar 84,7%. Kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa
kredit di Bali umumnya memiliki jangka pendek dan menengah. Penyaluran kredit
berjangka pendek dan menengah ini disesuaikan dengan penyerapan dana yang
umumnya jangka pendek.
35
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Sementara itu, kredit secara sektoral masih didominasi oleh sektor lain-lain dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pada posisi September 2008 kredit sektor
lain-lain dan sektor PHR masing-masing tercatat sebesar Rp 6.546 miliar atau 41,8% dari
total kredit dan Rp6.162 miliar atau 39,4% dari total kredit. Pola penyebaran kredit
tersebut relatif tidak berubah dibandingkan pada periode-periode sebelumnya,
mengingat karakteristik perekonomian Bali yang digerakkan oleh industri pariwisata.
Namun demikian, walaupun secara nominal kredit sektor PRH mengalami peningkatan
tetapi komposisinya cenderung mengalami penurunan. Sedangkan untuk kredit sektor
lain-lain kompisisinya cenderung konstan walaupun cukup fluktuatif. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa sektor lain-lain tetap menjadi sektor primadona bagi perbankan.
Selain itu besarnya kredit yang disalurkan pada sektor lain-lain juga disebabkan
karena sektor ini menampung seluruh kredit jenis konsumsi. Jika dilihat dari
|Triwulan III 2008
pertumbuhannya, kredit ke sektor PRH tumbuh 36,2% (y-o-y) dan sektor lain-lain sebesar
30,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sumber : Bank Indonesia
Pertumbuhan kredit sampai dengan pada September 2008 yang mencapai
32,01% (y-o-y), juga diikuti dengan meningkatnya kualitas kredit, nominal non
performing loan (NPL) pada September 2008 sebesar Rp 336 miliar lebih rendah dari NPL
pada tahun 2007 yang sebesar Rp 466 miliar atau turun sebesar 28%. Rasio NPL tahun
triwulan III 2008 sebesar 2,15%, secara nominal, sektor ekonomi yang paling besar
menyumbang NPL adalah kredit sektor PRH sebesar Rp 194 milyar dengan atau 58% dari
total NPL, rasio NPL sektor PRH sebesar 3,16%. Sementara share NPL kredit sektor lain-
lain sebesar 26% dengan rasio NPL sebesar 1,33%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman dibandingkan sektor lainnya terutama
PRH, yang dikarenakan kredit sektor lain-lain sebagian besar adalah kredit jenis konsumsi
yang sebagian besar krediturnya adalah pegawai (baik negeri maupun swasta) sehingga
tingkat kolektibilitas sangat baik karena pembayaran atau pelunasan dilakukan dengan
pemotongan gaji secara langsung. Sementara itu untuk kredit sektor lainnya relatif lebih
berisiko karena kredit tersebut untuk membiayai sektor produktif yang pengembalian
atau pelunasannya sangat tergantung pada kemampuan usaha dari kreditur.
3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Pertumbuhan usaha BPR pada triwulan III tahun 2008 menunjukan peningkatan
yang cenderung tetap dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir rata-rata
pertumbuhan aset BPR tercatat sebesar 24% (y-o-y), demikian pula kredit tumbuh
36
|Triwulan III 2008
sebesar 24 % (y-o-y). Kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat juga menunjukkan
pertumbuhan yang konstan, rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir tercatat
sebesar 22%, sementara LDR berkisar pada 117%.
37
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Fungsi intermediasi yang dilaksanakan oleh BPR sampai triwulan III 2008 masih
berjalan dengan cukup baik, terbukti dari peningkatan jumlah kredit yang disalurkan
menjadi sebesar Rp 1.740 miliar atau naik 37,02% dibanding triwulan III 2007. Dilihat
dari komposisi kredit terhadap aset BPR, dalam lima tahun terakhir rata-rata komposisi
kredit terhadap aset mencapai 75,44%.
Penyaluran kredit tersebut apabila dibandingkan dengan penghimpunan dana
pihak ketiga yang dilakukan oleh BPR pada periode yang sama maka rasionya (LDR)
adalah sebesar 125,4 %. Tingginya rasio LDR BPR tersebut menunjukkan bahwa
penyaluran kredit dilakukan tidak hanya dari penghimpunan dana tetapi juga dari modal
bank, kondisi tersebut akan meningkatkan risiko likuiditas bagi bank. Peningkatan
penyaluran kredit ini antara lain didorong oleh linkage program antara bank umum dan
BPR serta sudah beroperasinya Lembaga Dana Apex (LDA Apex) yang berperan di dalam
|Triwulan III 2008
membantu BPR anggotanya yang mengalami liquidity mismatch. Penyaluran kredit pada
triwulan III dapat dikatakan sangat ekspansif karena selain peningkatannya mencapai
Rp470 miliar (y-o-y), LDR pada triwulan II tercatat sebagai LDR yang tertinggi dalam lima
tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan bahwa BPR masih dapat berperan dalam
pembiayaan walaupun persaingan dalam pembiayaan mikro semakin ketat. Sejalan
dengan peningkatan kinerja pada asset, dana dan kredit, kualitas kredit sedikit
mengalami peningkatan dengan rasio NPL sebesar 6,94% lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,82%.
TABEL 3.2. KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI BALI (miliar Rp)
2006 2007 2008
INDIKATOR JUN DES SEP DES MAR JUN SEP 1. Total Aset 1,351 1,479 1,729 1,875 1,926 2,076 2,235
2. Dana Pihak Ketiga 857 949 1,107 1,179 1,241 1,324 1,388
a. Tabungan 288 320 396 426 454 491 497
b. Deposito 569 629 711 753 787 833 891
3. Kredit 1,037 1,091 1,270 1,348 1,427 1,567 1,740
4. LDR (%) 121,00 114,96 114,69 114.30 114.94 118.32 125.40
5. NPLs gross (%) 7,25 7,19 6,88 5.82 6,17 5.20 6.94
Sumber : Bank Indonesia
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
3.4.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
Perkembangan inflow atau aliran uang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal
dari setoran bank-bank umum pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp 325 miliar atau
turun 41% dari triwulan III tahun 2007 yang mencapai Rp 547 miliar. Sementara itu,
outflow atau aliran uang keluar dari kas Bank Indonesia karena adanya penarikan oleh
bank-bank umum, tercatat sebesar Rp1.559 miliar atau meningkat 120% dibanding
triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp 708 miliar, sehingga terjadi net outflow
sebesar Rp1.235 miliar. Kondisi outflow tinggi yang dibarengi dengan rendahnya inflow
pada triwulan laporan, mengindikasikan bahwa peredaran dana dimasyarakat cukup
tinggi dan kebutuhan masyarakat akan uang tunai sangat tinggi. Fenomena ini sejalan
dengan peningkatan pertumbuhan perekonomian di Bali pada triwulan III-2008. Terlebih
lagi pada periode ini terdapat beberapa hari besar keagamaan yang jatuh dalam waktu
yang berdekatan yaitu Galungan, Kuningan dan Ramadhan. Fenomena musiman yang
38
|Triwulan III 2008
terjadi pada penghujung triwulan III tersebut telah meningkatkan kebutuhan uang kas di
masyarakat, sehubungan dengan peningkatan konsumsi yang terjadi.
Selain dari arus inflow-outflow, kebutuhan uang kartal di Bali juga tercermin dari
besarnya penukaran pada triwulan III yang mencapai Rp95 miliar dan kegiatan kas
keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang mampu menyerap Rp21 miliar.
Tingginya penukaran menujukkan bahwa kebutuhan uang pecahan tertentu (khususnya
pecahan kecil) cukup tinggi di Bali.
TABEL 3.3. PERKEMBANGAN UANG KARTAL DI BALI (Juta Rp)
2006 2007 2008 INDIKATOR Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III
Inflow 1.624.302 760.297 500.713 547.121 638.284 958.706 465.938 324.575Outflow 2.242.175 499.739 1.226.844 709.913 1.816.977 576.207 1.264.145 1.559.338Kas Keliling 600 1.000 1.800 2.000 2.500 1.200 1.800 21.000Penukaran 69.804 73.695 77.719 83.327 82.858 84.429 83.925 94.670Uang Palsu (lembar) 902 927 611 623 966 853 539 632
Sumber: Bank Indonesia Denpasar
Sumber: Bank Indonesia Denpasar
3.4.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia pada pembayaran transaksi non tunai
diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman, dan handal.
Tujuan tersebut dapat dicapai antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko
pembayaran dan peningkatan kualitas serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran.
Jumlah lembar warkat kliring yang digunakan pada triwulan laporan tercatat sebanyak
249 ribu lembar, turun 3% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun nilai
39
|Triwulan III 2008
transaksi sebesar Rp 3.987 miliar tercatat meningkat 11%. Rata-rata perputaran kliring
per hari tercatat sebanyak 4.077 lembar dengan rata-rata nominal per hari sebesar Rp
65,36 miliar. Penolakan cek/bilyet giro kosong tercatat sebanyak 2.174 lembar dengan
nominal Rp 53 miliar. Jumlah penolakan kliring tersebut berkisar 1% dibandingakan
dengan total kliring yang dilakukan, jumlah lembar yang ditolak adalah sebesar 0,87%
dengan nominal 1,33% dari jumlah kliring yang dilakukan. Rendahnya tingkat tolakan ini
mengindikasikan bahwa sistem pembayaran yang diselenggarakan selama ini dapat
dikatakan handal.
TABEL 3.4. PERKEMBANGAN PERPUTARAN KLIRING, CEK/BG KOSONG, DAN RTGS
2006 2007 2008 IV I II III IV I II III KETERANGAN
PERPUTARAN KLIRING
- Lembar (Ribuan Lembar) 412 422 401 452 435 300 255 249
- Nominal (Miliar Rp) 4,839 4,900 4,772 5,712 5,621 4,049 3,605 3,987
- Rata-rata lembar per hari (Satuan) 6,545 6,918 6,679 7,283 7,238 5,002 4,045 4,077
- Rata-rata nominal per hari (Miliar Rp) 76.8 80.33 79.53 92.13 93.75 67.48 57.22 65.36
TOLAKAN CEK/BG KOSONG
- Lembar (Satuan) 1,927 1,660 1,623 1,850 2,562 1,806 1,540 2,174
- Nominal (Miliar Rp) 32 29 58 151 80 38 28 53
- Rata-rata lembar per hari (Satuan) 31 27 27 30 43 30 24.44 35.64
- Rata-rata nominal per hari (Miliar Rp) 0.51 0.48 0.97 2.43 0.85 0.63 0.44 0.87 Sumber: Bank Indonesia Denpasar
Sumber: Bank Indonesia Denpasar
40
|Triwulan III 2008
BOKS B
DAMPAK KRISIS KEUANGAN TERHADAP INDUSTRI PARIWISATA BALI
Karakteristik ekonomi Bali yang sangat didorong oleh industri pariwisata,
menimbulkan hubungan ketergantungan Bali kepada kunjungan turis baik dari dalam
negeri maupun luar negeri. Jumlah kunjungan turis sebagai barometer pertumbuhan
ekonomi di Bali memiliki peran yang sangat vital dalam transaksi ekonomi. Sebagian
besar sektor ekonomi di Bali bergerak karena transaksi dan konsumsi dari para
pengunjung / visitors tersebut. Beberapa sektor ekonomi yang sangat erat dengan
industri pariwisata seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor jasa-jasa
memiliki share yang sangat besar dalam pembentukan maing-masing 29,10% dan
15,48% pada tiwulan paruh pertama tahun 2008.
Jumlah pengunjung menjadi indikator yang sangat penting, karena besarnya
pertumbuhan perekonomian akan sangat dipengaruhi oleh hal tersebut. Untuk itu, dalam
meningkatkan industri pariwisata ini, pemerintah baik secara nasional maupun
pemerintah daerah berusaha menjaring sebanyak-banyaknya pengunjung dengan
berbagai promosi pariwisata yang telah dilakukan. Keberhasilan menjaring wisatawan
sangat dipengaruhi oleh bebapa hal antara lain, kondisi Indonesia secara umum termasuk
didalamnya keamanan, kesiapan daerah tujuan wisata dan sarana-sarana pendukung
lainya; kondisi wisata negara pesaing lain; kondisi keuangan calon wisatawan.
Dari beberapa faktor di atas, kondisi keuangan merupakan faktor yang dapat
direfleksikan oleh kondisi keuangan global. Sehubungan dengan krisis keuangan global
yang episentrumnya di Amerika, dan dampaknya telah merambat hampir ke seluruh
benua, maka keuangan potensial visitors sedikit banyak terpengaruh. Dibeberapa negara
tujuan wisata dampak krisis keuangan global telah mempengaruhi indutri wisata dengan
pelambatan jumlah kunjungan turis. Di Singapura, The Singapore Tourism Board
menyatakan bahwa kunjungan turis mengalami penurunan yang diperkirakan akan
berlanjut sampai tahun 2009. Pada bulan September kunjungan turis ke Singapura turun
4,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian pula halnya yang terjadi di sejumlah
negara tujuan wisata lain seperti New Zealand, pada September jumlah kunjuangan
turun sebesar 6,6% (y-o-y).
41
|Triwulan III 2008
42
Share Wisman
14,95
18,78
6,487,28
3,613,124,133,9
Jumlah Kunjungan Turis ke New Zealand
September 2008
Negara Jumlah Visitor Perubahan
Australia 82,317 down 2.6% UK 10,580 down 5.3% USA 9,131 down 11.7% Canada 2,139 up 12.0% China 5,497 down 33.2% Korea 4,577 down 30.7% Japan 6,486 down 22.1%
Meskipun krisis keuangan di Amerika Serikat akan berdampak kepada kunjungan
wisatawan ke Indonesia namun patut dicatat bahwa wisatawan asal Asia Pasifik pada
triwulan II yang lalu mencapai 195.609 atau 40,81persen dari total kunjungan wisata ke
Bali. Australia dan Jepang selama ini merupakan pengunjung yang bergantian
menduduki dominasi kunjungan wisata ke Indonesia. Sementara itu kunjungan
wisatawan dari kawasan benua Amerika hanya kurang dari 5 persen dari total kunjungan
wisatawan. Harapan masih terdapatnya potensi wisatawan dari wilayah Asia Pasifik
cukup beralasan karena masih besarnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara
tersebut. Selain itu kunjungan wisman asal Cina dan Taiwan juga menempati posisi yang
cukup strategis. Karenanya promosi wisata ke negara-negara tersebut dan negara-negara
timur tengah perlu mendapat perhatian untuk mengatasi dampak krisis.
4,01
3
30,74
Australia
Jepang
Cina
Taiwan
Amerika
Belanda
Inggeris
Jerman
Prancis
Rusia
166 negara
Beberapa hal yang
masih mendorong pariwisata
di Bali antara lain, biaya turis
di Bali relatif lebih murah
dibanding dengan negara
pesaing lain; kunjungan turis
yang dilakukan dengan jasa
operator pada umumnya
menggunakan sistem kontrak
sehingga kemungkinan
kunjungan pada bulan
September dan Oktober telah
dibayarkan pada bulan-bulan
|Triwulan III 2008
sebelumnya; dan pada bulan Oktober kunjungan turis di Bali tertolong oleh pelaksanaan
Asian Beach Games. Namun demikian tidak menutup kemungkinan industri pariwisata di
Bali akan terimbas dampak krisis keuangan global. Kekuatiran ini didasari dari hasil survey
preferensi wisata yang dilakukan di Australia dimana pemesanan jasa wisata untuk bulan
Januari 2009 di biro perjalanan wisata / tourism operator mengalami penurunan yang
sangat signifikan. Kekuatiran tersebut tidak berlebihan mengingat share wisatawan
Australia yang berkunjung ke Indonesia sampai dengan Agustus 2008 mencapai 14,95%
dari total wisatawan manca.
BOKS C
HASIL SURVEI BI : Persepsi Publik, Perekonomian Bali Masih Optimis
Kondisi perekonomian Bali diperkirakan akan terus meningkat ditengah krisis finasial global. Masyarakat Bali masih terlihat optimis terhadap kondisi perekonomian di tahun 2008. Hal ini terungkap dari hasil survei yang dilakukan oleh BI Denpasar yaitu Survei Konsumen (SK), Survei Karakteristik Pariwisata dan Survei Pedagang Eceran (SPE). Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat ke angka 93,39 di triwulan III-2008 dari yang sebelumnya hanya 72,78. Peningkatan persepsi ini banyak didukung dengan persepsi kondisi ekonomi (Indeks Kondisi Ekonomi saat ini/IKE) yang meningkat sebesar 20,72 poin dari 67,44 menjadi 88,17. Persepsi kondisi ekonomi saat ini dibentuk oleh indeks penghasilan saat ini, lapangan kerja dan pembelian barang tahan lama. Masyarakat kebanyakan menilai bahwa penghasilan saat ini lebih baik dibanding triwulan yang lalu demikian juga dengan lapangan kerja dan konsumsi barang tahan lama. Hal yang sama terjadi pada ekspektasi (perkiraan) masyarakat terhadap kondisi ekonomi triwulan depan, ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga meningkat sebagaimana tampak dalam grafik.
43
|Triwulan III 2008
Grafik Kunjungan Wisman
020406080
100120140160180200
2002
-1
2002
-7
2003
-1
2003
-7
2004
-1
2004
-7
2005
-1
2005
-7
2006
-1
2006
-7
2007
-1
2007
-7
2008
-1
2008
-7
Grafik Persepsi Konsumen
405060708090
100110120130
2004
-IV
2005
-I
2005
-II
2005
-III
2005
-IV
2006
-I
2006
-II
2006
-III
2006
-IV
2007
-I
2007
-II
2007
-III
2007
-IV
2008
-I
2008
-II
2008
-III
IKKIKEIEK
Sikap optimis responden ini seiring dengan membaiknya kondisi pariwisata, yang tercermin dari semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Membaiknya iklim pariwisata ini selanjutnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat dan akan menggerakkan ekonomi daerah.
Hal serupa juga ditunjukkan oleh responden Survei Pedagang Eceran, yang mengindikasikan adanya peningkatan volume penjualan pada triwulan III-2008. Dan diperkirakan kondisi ini masih akan berlanjut pada triwulan yang akan datang, seperti tercermin dari grafik persepsi responden (pedagang) terhadap kondisi perekonomian. Jumlah responden yang memperkirakan kondisi ekonomi pada triwulan mendatang akan lebih baik semakin meningkat. Persepsi responden paling rendah terjadi di bulan Mei saat pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Tetapi dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah untuk menggerakkan perekonomian seperti adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR), penjaminan simpanan masyarakat dan berbagai acara international di Bali, maka responden yang optimis dengan kondisi ekonomi semakin meningkat.
Grafik Persepsi Pedagang
020
406080
100120140
160180
2005
-1
2005
-4
2005
-7
2005
-10
2006
-1
2006
-4
2006
-7
2006
-10
2007
-1
2007
-4
2007
-7
2007
-10
2008
-1
2008
-4
2008
-7
44
|Triwulan III 2008
Keuangan Daerah Bab 4
Pada tahun anggaran 2008, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi
Bali mencapai sebesar Rp 1,3 triliun, dan realisasi hingga triwulan III-2008 (posisi Agustus)
mencapai Rp 1,05 triliun atau 81,5% dari yang dianggarkan.
Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah pada tahun ini tercatat sebesar Rp 1,5
triliun dengan realisasi mencapai Rp 635,9 miliar atau sebesar 42,3%. Lebih lanjut, untuk
Anggaran Pembiayaan Daerah mencapai sebesar Rp 213,3 miliar, dan realisasi sampai
dengan triwulan III-2008 tercatat Rp 271,9 miliar atau mencapai 127,5%.
4.1 REALISASI PENDAPATAN
Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali pada triwulan III-2008
mencapai sebesar Rp 1,05 triliun, bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Dana Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar
66,9% dan 33,1%.
Pos yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD adalah pos pajak daerah
yang mencapai 86,8%. Sedangkan sumber penerimaan terbesar dari Dana Perimbangan
adalah pos Dana Alokasi Umum (DAU), yang mencapai 86,4%.
Realisasi penerimaan pajak daerah tercatat sebesar Rp 610,7 miliar atau mencapai
sebesar 96% dari yang dianggarkan sebesar Rp 635,8 miliar. Sedangkan realisasi
penerimaan dari retribusi adalah sebesar Rp 9,1 miliar atau 60,3% dari yang dianggarkan
sebesar Rp 15,1 miliar.
Di sisi lain, realisasi pos Dana Perimbangan sampai dengan triwulan laporan telah
mencapai sebesar Rp 345,9 miliar atau 62,1% dari total rencana penerimaan tahun 2008
sebesar Rp 556,9 miliar. Pos tersebut memperoleh sumbangan terbesar yang bersumber
dari realisasi DAU yang mencapai Rp 298,8 miliar atau mencapai 66,7% dari yang
direncanakan pada tahun 2008.
4.2 REALISASI BELANJA
Sementara itu, realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III-2008
tercatat mencapai sebesar Rp 635,9 miliar atau baru mencapai 42,3% dari yang
dianggarkan. Relatif masih rendahnya realisasi belanja daerah ini antara lain disebabkan
45
|Triwulan III 2008
karena realisasi pada pos belanja bagi hasil kepada kab/kota/desa masih rendah yaitu
baru mencapai 23,5%, padahal dana yang dianggarkan cukup besar yakni mencapai Rp
238,8 miliar.
Selain itu, realisasi pos belanja modal juga relatif masih rendah, yaitu baru
mencapai realisasi Rp 10,8 miliar atau baru mencapai 9,2% dari yang
dianggarkan sebesar Rp 117,1 miliar. Rendahnya realisasi tersebut disebabkan belum
dicairkannya dana untuk pembayaran proyek-proyek pemerintah daerah kepada para
rekanan. Namun demikian, sampai dengan triwulan IV-2008 diperkirakan realisasi pos
belanja modal tersebut akan mencapai sekitar 90%.
Realisasi belanja yang paling besar adalah realisasi pada pos belanja bantuan sosial
yang mencapai 91,1% atau mencapai sebesar Rp 132,9 miliar dari yang dianggarkan
sebesar Rp 145,8 miliar. Sedangkan, pos belanja yang paling besar dianggarkan adalah
pos pada belanja pegawai, yang mencapai Rp 377,3 miliar, dan realisasi sampai dengan
Agustus 2008 sebesar Rp 242 miliar atau sudah mencapai 64,2%.
4.3 REALISASI PEMBIAYAAN
Untuk komponen pembiayaan yang meliputi penerimaan pembiayaan daerah dan
pengeluaran pembiayaan daerah, realisasi sampai dengan triwulan III-2008 masing-
masing sebesar Rp 273,9 miliar dan Rp 2 miliar atau tidak berubah dari triwulan
sebelumnya. Realisasi penerimaan pembiayaan daerah tersebut seluruhnya
merupakan sisa perhitungan anggaran tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi
pengeluaran pembiayaan daerah seluruhnya merupakan penyertaan modal
Pemda.
Meskipun secara persentase realisasi pendapatan maupun belanja sampai dengan
triwulan III-2008 ini masih belum optimal, namun diperkirakan pada triwulan IV-2008
realisasi akan lebih besar, dan jika mengacu pada data historis yang ada realisasi tersebut
dapat mencapai kisara 90%-97%.
46
|Triwulan III 2008
47
Tabel 4.1. Laporan Realisasi APBD 2007 – 2008 (dalam ribu)
NO. URAIAN APBD TAHUN
2007 REALISASI
2007 APBD TAHUN
2008 REALISASI AGT-2008
%REALISASI 2008
A PENDAPATAN DAERAH 1.282.579.145 1.368.004.403 1.288.985.862 1.050.433.131 81,5
1 PEND. ASLI DAERAH (PAD) 756.144.462 834.475.058 730.500.904 703.188.023 96,3
- Pajak Daerah 659.411.000 735.938.193 635.847.000 610.655.940 96,0
- Retribusi Daerah 13.508.022 15.321.961 15.051.947 9.081.211 60,3
- Hsl PMD dan Hsl Pengel. Kek.
Daerah yg dipisahkan 46.442.423 46.934.734 48.886.903 49.181.172 100,6
- Lain-Lain PAD yg Sah 36.783.016 36.280.170 30.715.054 34.269.700 111,6
2 DANA PERIMBANGAN 505.074.000 525.304.234 556.948.660 345.869.054 62,1
- Bagi hasil pajak dan bukan pajak 68.541.000 88.771.234 87.127.240 40.587.061 46,6
- Dana Alokasi Umum (DAU) 436.533.000 436.533.000 448.187.420 298.791.793 66,7
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 21.360.684 8.225.112 1.536.298 1.376.053 89,6
B BELANJA DAERAH 1.364.822.319 1.236.343.652 1.502.294.540 635.897.430 42,3
4 BELANJA TIDAK LANGSUNG 854.981.199 828.894.563 1.039.836.577 524.777.838 50,5
- Belanja Pegawai 331.203.891 317.882.474 377.263.115 242.044.861 64,2
- Belanja Subsidi 3.451.800 3.451.800 3.300.000 1.348.689 40,9
- Belanja Hibah 100.861.632 100.660.752 227.642.987 78.563.521 34,5
- Belanja Bantuan Sosial 15.574.642 15.101.002 145.850.348 132.865.822 91,1
- Belanja Bagi Hasil kpd
Prov/Kab/Kota/Desa 271.477.153 266.865.089 238.841.500 56.033.010 23,5
- Belanja Bantuan Keuangan kpd
Provinsi/Kab/Kota/Desa 126.284.540 124.250.190 40.938.617 13.921.935 34,0
- Belanja Tidak Terduga 6.127.541 683.255 6.000.000 - -
5 BELANJA LANGSUNG 509.841.120 434.449.089 462.457.972 111.119.592 24,0
- Belanja Pegawai 48.270.850 44.006.787 53.704.357 20.216.641 37,6
- Belanja Barang & Jasa 282.095.244 246.162.310 291.614.390 80.077.093 27,5
- Belanja Modal 179.475.025 144.279.992 117.139.226 10.825.858 9,2
C PEMBIAYAAN DAERAH 150.005.123 169.235.549 213.308.678 271.897.678 127,5
6 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DAERAH 178.437.033 178.282.654 223.308.678 273.897.678 122,7
- Sisa Perhit. Anggaran Tahun
Sebelumnya 178.377.195 178.249.654 204.092.178 273.897.678 134,2
- Pencairan Dana Cadangan - - 19.216.500 - -
- Penerimaan Piutang Daerah 59.837 33.000 - - -
2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DAERAH 28.431.910 9.047.104 10.000.000 2.000.000 20,0
- Pembentukan Dana Cadangan 12.500.000 2.944 - - -
- Penyertaan Modal (Investasi)
Pemda 15.931.910 9.044.160 10.000.000 2.000.000 20,0
SILPA (Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran) 67.761.950 273.896.301 - 686.433.378
Sumber: Pemda Provinsi Bali
|Triwulan III 2008
d
Outlook Bab 5
5.1 PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN IV-2008
Pada triwulan IV-2008 pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan masih akan
tumbuh. Perekonomian diperkirakan tumbuh pada kisaran 10,5% - 13,8% (y-o-y),
dan secara kumulatif dalam tahun 2008 diperkirakan pertumbuhan ekonomi
tumbuh berkisar 5,6% - 5,9%. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2008 dari sisi
penawaran utamanya didorong oleh pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor angkutan, dan sektor industri. Sementara itu dari sisi permintaan
pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh konsumsi (rumah tangga dan pemerintah).
Krisis keuangan global diperkirakan belum berdampak luas terhadap
perekonomian Bali. Namun demikian, dalam jangka menengah panjang diperkirakan
akan memberikan tekanan yang cukup signifikan. Hal itu disebabkan karena negara
tujuan utama ekspor Bali adalah Amerika Serikat. Jika krisis keuangan global tersebut
menyebabkan turunnya permintaan produk ekspor baik dari Amerika Serikat maupun
negara-negara lain seperti Singapura, Jerman, Italia, dan Jepang.
5.1.1 Sisi Penawaran
Respon di sisi sektoral terhadap sisi permintaan tercermin pada pertumbuhan
beberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai kontribusi
besar antara lain sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan, dan
sektor industri.
Tabel 5.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (% y-o-y)
48
Sektor
Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008** Q3-2008p Q4-2008p Q4-2008p
Pertanian -5,2 -0,7 -4,0 -3,1 (3,3) – (5,4) (5,1) – (2,1)Pertambangan -16,8 -0,1 4,2 4,8 3,9 – 6,1 (4,6) – (1,6) Industri -3,2 -0,3 9,2 9,1 5,0 – 8,5 5,2 – 6,3 Listrik, Gas & Air 15,9 0,2 10,5 6,2 8,7 – 9,5 7,8 – 9,8 Bangunan 5,8 0,3 8,3 7,5 4,5 – 9,9 5,5 – 6,7 Perdg, Hotel & Rest. -0,01 0,4 8,4 7,4 8,6 – 13,8 7,1 – 9,1 Pengangkutan & Kom. 2,9 0,1 6,8 8,8 9,6 – 13,3 7,3 – 9,3 Keuangan & Persewaan -1,6 -0,2 7,1 5,2 2,1 – 6,5 4,5 – 6,5 Jasa-Jasa -1,9 0,8 4,9 4,2 5,3 – 8,1 4,8 – 7,8 PDRB -1,2 0,3 5,1 4,9 10,5 - 13,8 5,6 – 6,0
Sumber: BPS, diolah; Keterangan: ** angka sangat sementara, p angka perkiraan
|Triwulan III 2008
Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh dengan perkiraan
laju pertumbuhan sebesar 8,6% - 13,8%. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh masih
ramainya arus kunjungan wisman sampai dengan triwulan IV-2008. Penambahan
frekuensi penerbangan sejumlah maskapai juga menjadi faktor pendorong peningkatan
kunjungan wisman tersebut. Rute yang potensial untuk ditingkatkan frekuensi
penerbangannya adalah Melbourne, Tokyo, Beijing, dan Seoul. Sampai dengan
September 2008 secara kumulatif jumlah kunjungan wisman ke Bali telah mencapai 1,48
juta orang. Melihat angka tersebut maka target kunjungan wisman sebanyak 1,59 juta
orang pada tahun 2008 diperkirakan akan terlampaui.
Sektor industri diperkirakan tumbuh pada kisaran 5% – 8,5%. Pertumbuhan
sektor tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor makanan dan
minum dan sub sektor kayu dan barang dari kayu. Namun demikian, untuk subsektor
tekstil dan produk tekstil (TPT) diperkirakan mengalami tekanan mengingat
meningkatnya harga material/bahan baku dan potensi penciutan permintaan di pasar
internasional terutama pasar di Amerika Serikat.
Sementara itu, sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh pada sekitar 5,3% - 8,1%.
Pertumbuhan tersebut selain didukung oleh pertumbuhan pada sub sektor jasa swasta
juga didukung oleh pertumbuhan pada sub sektor jasa pemerintah. Pertumbuhan sub
sektor jasa pemerintah tersebut didorong oleh meningkatnya realisasi belanja pemerintah
daerah.
5.1.2 Sisi Permintaan
Konsumsi (rumah tangga dan pemerintah) diperkirakan masih tetap menjadi
pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2008 dari sisi permintaan.
Pertumbuhan konsumsi didukung oleh konsumsi non makanan, yang tercermin dari
meningkatnya konsumsi semen, penjualan mobil, dan penjualan sepeda motor. Selain itu,
konsumsi listrik baik untuk rumah tangga maupun industri diperkirakan juga akan
tumbuh positif, meskipun pemerintah menggalakkan program hemat listrik, mengingat
jumlah kunjungan wisman yang meningkat dan memasuki musim ramai, konsumsi listrik
diperkirakan masih tinggi.
49
|Triwulan III 2008
Tabel 5.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (% y-o-y)
50
Komponen
Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008** Q3-2008p Q4-2008p 2008p
Konsumsi Rumah Tangga -2,3 -3,6 -10,0 4,6 2,5 – 5,6 3,6 – 5,4 Konsumsi Pemerintah 7,2 20,9 11,1 7,5 9,3 – 12,5 7,7 – 10,8 Investasi/PMTB 37,1 -8,5 22,0 13,9 13,1 – 17,8 7,4 – 10,3 Ekspor -54,3 -29,6 36,1 79,5 44,2 – 56,1 34,2 – 48,6 Impor 31,2 -32,8 70,3 64,6 33,4 – 56,7 31,3 – 46,7PDRB -1,2 0,3 5,1 4,9 10,5 – 13,8 5,6 – 5,9
Sumber: BPS, diolah; Keterangan: ** angka sangat sementara, p angka perkiraan
Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sekitar 2,5% - 5,6%. Pertumbuhan
konsumsi tersebut utamanya dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi non makanan
seperti semen, listrik, mobil, dan sepeda motor. Sedangkan, konsumsi pemerintah
diperkirakan tumbuh sebesar 9,3% - 12,5%. Pertumbuhan konsumsi pemerintah
tersebut didukung oleh meningkatnya realisasi belanja APBD pada triwulan IV-2008.
Sementara itu, investasi yang dalam hal ini merupakan penanaman modal tetap
bruto (PMTB) pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 13,1% - 17,8%. Nilai
tambah ekspor diperkirakan tumbuh sebesar 44,2% - 56,1%. Masih kompetitifnya
produk-produk ekspor dari Bali terutama produk kayu (handicraft) mampu mendorong
kinerja ekspor. Sebaliknya impor diperkirakan juga masih tumbuh sekitar 33,4% - 56,7%,
terutama didorong oleh impor bahan baku.
5.2 INFLASI TRIWULAN IV-2008
Pada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Bali (q-t-q) diperkirakan akan turun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi diperkirakan
mencapai 1,6% (q-t-q) dan sampai dengan akhir 2008 berada pada kisaran 10,0% ±
1,0% (y-o-y). Penurunan inflasi di triwulan IV-2008 diperkirakan berasal dari
menurunnya tekanan dari kelompok bahan makanan, transportasi dan perumahan.
Sementara itu tekanan harga diperkirakan berasal dari kelompok makanan jadi
khususnya menjelang akhir tahun.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), terlihat bahwa jumlah
responden yang memperkirakan inflasi Denpasar tahun 2008 berada dikisaran 8-10%
semakin banyak. Di triwulan I-2008 hanya 19% responden memprediksi bahwa inflasi di
kisaran 8-10%, tetapi di triwulan III-2008 jumlahnya bertambah menjadi 40%
sebagaimana tampak pada grafik 5.1.
|Triwulan III 2008
Grafik 5.1. Ekspektasi Inflasi 2008 oleh Dunia Usaha
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw I-2008 Tw II-2008 Tw III-2008%
resp
onde
n diatas 10 %8-10 %5-7 %2-4 %
Faktor penentu perkiraan inflasi triwulan IV-2008 yang relatif lebih terkendali
antara lain karena adanya kecenderungan penurunan harga BBM internasional dan
penurunan harga beberapa komoditas di pasar internasional, seperti kedelai, gadum dan
CPO. Selain itu ketersediaan stok barang kebutuhan pokok khususnya beras masih
mencukupi.
5.3 PERKEMBANGAN KINERJA PERBANKAN TRIWULAN IV - 2008
Kinerja perbankan sampai dengan akhir 2008 diperkirakan akan terus meningkat,
baik aset, DPK dan kredit masih akan mengalami pertumbuhan, walapun kinerja
perbankan akan mengalami ganggungan pada triwulan IV sebagai akibat krisis keuangan
yang terjadi dewasa ini. Persaingan diperkirakan akan terjadi persaingan semakin ketat,
sehubungan dengan meningkatnya suku bunga baik di pasar uang antar bank maupun
suku bunga kredit dan DPK.
Kredit perbankan diperkirakan akan tetap tumbuh, namun diperkirakan tidak
setinggi pertumbuhan pada tahun 2007, sejalan dengan kondisi ekonomi makro regional
yang diperkirakan akan mengalami sedikit pelambatan. Ekspektasi kredit yang
diperkirakan sebesar 20% akan terkoreksi pada kisaran 18%. Secara umum, penyebab
tumbuhnya kredit adalah meningkatnya kegiatan dunia usaha dan daya serap sektor riil,
pada triwulan terakhir, selain itu pertumbuhan kredit juga akan didorong oleh konsumsi
pemerintah. Namun demikian kondisi suku bunga kredit yang cenderung meningkat
dikuatirkan akan menahan laju pertumbuhan kredit. Dari jenisnya, kredit konsumsi
diperkirakan masih tumbuh pesat dan mendominasi pangsa kredit perbankan sejalan
dengan terus meningkatnya konsumsi masyarakat dan masih dominannya peran
konsumsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan (demand side).
Kredit jenis konsumsi diperkirakan akan menjadi ujung tombak pertumbuhan kredit di
51
|Triwulan III 2008
Bali. Kredit modal kerja diperkirakan juga akan tumbuh walaupun diperkirakan akan
melambat dibandingkan dengan penyaluran tahun 2007. Sementara kredit jenis investasi
diperkirakan akan mengalami pelambatan yang cukup tajam, sehubungan dengan
kondisi perekonomian yang diperkirakan melambat dan tingkat suku bunga investasi
yang juga diperkirakan akan meningkat.
Dari sisi dana, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan diperkirakan
masih akan tumbuh walaupun masih dibayangi oleh pertumbuhan yang rendah karena
berkurangnya kemampuan menabung masyarakat sehubungan dengan tingginya laju
inflasi dan pelambatan ekonomi regional serta besarnya fluktuasi nilai tukar rupiah.
Namun demikian peningkatan suku bunga simpanan seiring dengan peningkatan suku
bunga acuan (BI Rate) dan meningkatnya jumlah simpanan yang dijamin oleh LPS
menjadi Rp 2 miliar, diperkirakan akan menjadi daya tarik bagi golong masyarakat
tertentu. Selain itu pelemahan kinerja pada pasar modal diperkirakan akan meningkatkan
jumlah DPK perbankan, sebagai tempat pengalihan dana dari pasar modal yang sedang
lesu. Diperkirakan akan terjadi persaingan yang lebih ketat diantara bank-bank dalam
memperebutkan tabungan. Secara umum, pertumbuhan dana perbankan tahun 2008
diperkirakan sekitar 16%.
5.4 REKOMENDASI
Mempertimbangkan perkembangan perekonomian di Provinsi Bali saat ini, maka
rekomendasi yang dapat disampaikan kepada pemerintah daerah yaitu:
1. Pemerintah harus dapat menjamin bahwa stok dan pasokan barang tetap terjaga
untuk menghindari gejolak harga di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya
koordinasi lintas instansi sangat dibutuhkan agar informasi dapat lebih simetris
sehingga tidak menciptakan kekhawatiran di masyarakat akan kurangnya pasokan.
2. Bantuan dan kepedulian pemerintah dalam mendorong sektor pertanian sejatinya
tidak dalam pendekatan politik semata yang hanya menjadikan petani sebagai
gerbong suara tetapi harus lebih mendasar dan menyentuh persoalan yang ada.
Pendekatan politik tetap diperlukan namun wujudnya adalah kebijakan yang bisa
memproteksi bertahannya luas areal persawahan di Bali. Selain itu, pemerintah juga
harus tetap mengalokasikan dukungan finansial dalam meningkatkan mutu produksi
pertanian. Dengan demikian, pendekatan politik dalam menata sektor pertanian harus
diimbangi dengan pendekatan yang lebih prospektif dan profesional.
52
top related