triyana syahfitri,s2 hkm bisnis
Post on 05-Nov-2015
45 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
TESIS
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PT.
PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA RANTING TEMBILAHAN
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Hukum (M.H)
OLEH :
NAMA : TRIYANA SYAHFITRI NOMOR MAHASISWA : 09/PS/2009 BIDANG KAJIAN UTAMA : HUKUM BISNIS
PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU 2010
1
-
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PT. PERUSAHAAN
LISTRIK NEGARA RANTING TEMBILAHAN DITINJAU DARI UNDANG-
UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TESIS
Oleh :
TRIYANA SYAHFITRI
Nomor Mahasiswa : 09/PS/2009 Program Studi : Ilmu Hukum Bidang Kajian Utama : Hukum Bisnis
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 28 April 2010 Dan Dinyatakan LULUS
TIM PENGUJI
KETUA SEKRETARIS
Prof. DR. H. Syafrinaldi S.H., M.C.L. H.Hamdani S.H., M.Hum
ANGGOTA I ANGGOTA II
H.Abdul Thalib S.H., M.C.L Thamrin S.,S.H., M.Hum
Mengetahui Direktur Program Pascasarjana
Universitas Islam Riau
Prof. DR. H. Syafrinaldi S.H.,M.C.L
SURAT PERNYATAAN
2
-
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Triyana Syahfitri
NPM : 09/ PS/ 2009
Program Studi : Hukum Bisnis
Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru, 10 April 1986
Alamat Rumah : Jalan Batang Tuaka No. 100 Tembilahan
Judul Tesis : Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa PT.Perusahaan
Listrik Negara Ranting Tembilahan Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri
dan tidak dibuatkan oleh orang lain serta sepengetahuan saya tesis ini belum pernah
ditulis oleh oranglain. Untuk itu bila dikemudian hari Tesis ini terbukti merupakan hasil
karya oranglain, atau hasil mencontek Tesis/ karya ilmiah oranglain (plagiat), maka
gelar Magister Hukum (M.H) yang telah saya peroleh bersedia untuk dibatalkan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.
Pekanbaru,19 April 2010
Yang menyatakan,
(Triyana Syahfitri)
ABSTRAKSI
3
-
Listrik sebagai salah satu kebutuhan penting di masyarakat, justru hanya disediakan oleh satu pelaku usaha, yaitu PT.PLN. Sistem memonopoli jasa listrik yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan PT.PLN tidak berupaya maksimal untuk memberikan fasilitas yang memadai kepada masyarakat. Akibatnya tingkat kebutuhan listrik masyarakat semakin meningkat, sedangkan daya listrik yang tersedia tidak mampu mengantisipasinya. Pada akhirnya kedudukan konsumen semakin lemah apabila dibandingkan dengan pelaku usaha, karena konsumen lah sebagai pihak yang dirugikan. Kenyataan ini, mengakibatkan tidak terpenuhinya tujuan perlindungan konsumen sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah pokok yaitu, Bagaimana prosedur pemasangan KWH listrik, faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hak konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH listrik, bagaimana upaya perlindungan konsumen yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan, bagaimana penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan.
Penelitian ini menggunakan metode Observasi Research, yaitu penulis turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data. Sifat penelitian ini deskritif, yaitu penelitian yang bertujuan memberi gambaran atau kejadian secara sistematis, aktual dan akurat berdasarkan fakta di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada pihak responden, wawancara kepada pihak responden dan studi kepustakaan. Adapun responden dalam penelitian ini adalah pihak pelanggan listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan, Manajer PT.PLN Ranting Tembilahan dan Direktur Eksekutif Forkom LPK-RIAU. Data dalam penelitian ini dianalisa secara kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prosedur pemasangan KWH listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan mudah. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hak konsumen adalah tidak adanya peningkatan daya listrik dari tahun ke tahun yang dilakukan PT.PLN Ranting Tembilahan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik konsumen. Upaya perlindungan konsumen yang dilakukan PT.PLN Ranting Tembilahan adalah terbuka menerima keluhan dari pihak pelanggan dan melakukan pemasangan KWH listrik sesuai nomor antrian pelanggan yang tercatat di kantor PT.PLN Ranting Tembilahan. Sedangkan penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan oleh pihak PT.PLN Ranting Tembilahan adalah dengan cara damai yaitu dengan dilakukannya negosiasi antara pihak PT.PLN Ranting Tembilahan dengan pihak konsumen. Pihak PT.PLN Ranting Tembilahan akan memberikan ganti atas kerugian pihak konsumen selaku pelanggan listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan.
PERSEMBAHAN
Selama 23 tahun kau menjaga ku
4
-
Orangtua ku, ku ingin mendapatkan syurga NYA atas ridho mu
Hari ini, ku dapatkan gelar Magister Hukum juga karena ridho mu
Orangtuaku, tersenyum lah sebagai pertanda engkau meridhoi jalan ku
Agar tiap-tiap detik yang melelahkan ku, justru menjadi penyemangat bagi kehidupan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho Nya maka tesis ini dapat
penulis selesaikan. Seiring salam dipanjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
5
-
yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan kepada alam yang terang
benderang, yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam dunia Pendidikan baik di tingkat sekolah maupun di tingkat perguruan
tinggi seperti perkuliahan di Universitas Islam Riau, dalam menyelesaikan perkuliahan
pasca sarjana hukum (S2), sudah lazim nya kepada Mahasiswa diberikan tugas akhir
berupa penyusunan tesis. Demikian pula halnya dengan penulis, tidak terlepas dari tugas
pembuatan tesis. Adapun untuk memenuhi tugas pembuatan tesis tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :Perlindungan Konsumen Terhadap
Jasa PT. Perusahaan Listrik Negara Ranting Tembilahan Ditinjau dari Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Dipilihnya judul ini, karena Kabupaten Indragiri Hilir merupakan Kabupaten
yang beberapa wilayahnya sulit dijangkau, sehingga beberapa daerah tersebut belum
mendapatkan fasilitas listrik oleh PT.PLN Ranting Tembilahan. Sedangkan di
Kabupaten Indragiri Hilir perekonomian sebagian masyarakat, masih mengalami
kesulitan untuk membeli mesin generator sendiri sebagai energi listrik, sehingga
masyarakat Indragiri Hilir, sangat bergantung kepada PLN untuk memenuhi kebutuhan
listrik. Selain itu, di Indragiri Hilir juga tidak memiliki potensi alam seperti air terjun
yang mampu menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Hal ini menyebabkan,
untuk pembangkit energi listrik menggunakan mesin yang bahan bakarnya adalah
minyak. Untuk membeli minyak sebagai bahan bakar, memerlukan biaya yang besar
bagi pihak PLN. Hal tersebut berakibat pada tingginya angka pembayaran rekening
listrik. Sedangkan pembayaran yang besar tersebut, tidak disesuaikan dengan fasilitas
listrik yang memadai untuk kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya
6
-
pemadaman bergilir untuk pelanggan lama. Sehingga untuk menerima pelanggan baru
PLN merasa kesulitan dan pelanggan baru harus menunggu lama, untuk mendapatkan
fasilitas listrik. PT.PLN Ranting Tembilahan yang tidak mengantisipasi kebutuhan
listrik masyarakat Indaragiri Hilir tersebut, berakibat pada keadaan tidak terpenuhinya
hak-hak konsumen. Masyarakat Indragiri Hilir selaku konsumen, mengalami kerugian
disebabkan kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan listriknya. Hal tersebut menyebabkan
tidak terpenuhinya tujuan perlindungan konsumen sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Berhasilnya penulis dalam menyelesaikan tesis ini adalah berkat bimbingan dan
pemberian ilmu pengetahuan kepada penulis, selama menjadi mahasiswa di Program
Pasca Sarjana Universitas Islam Riau. Maka dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Detri Karya, selaku Rektor Universitas Islam Riau yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Master Ilmu
Hukum di Universitas Islam Riau;
2. Bapak Prof. DR. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L., selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Islam Riau sekaligus sebagai Pembimbing I, yang telah
memberikan banyak bantuan, kemudahan, bimbingan dan waktu, selama penulis
mengikuti perkuliahan dan penulisan tesis;
3. Bapak DR. H. Saifuddin Syukur, S.H., M.C.L., selaku Ketua Program Magister
Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Islam Riau, yang telah membantu penulis
dalam penetapan judul penelitian ini;
7
-
4. Bapak H. Hamdani, S.H., M.Hum., selaku pembimbing II, yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan saran kepada
penulis, selama perkuliahan di Program Pasca Sarjana dan penulisan tesis;
5. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Dosen pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas
Islam Riau yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik serta
memberikan banyak saran dan nasehat, selama penulis mengikuti perkuliahan di
Program Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Riau;
6. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Staf pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas
Islam Riau yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas dalam bentuk bantuan
administratif kepada penulis;
7. Bapak Desril Naldi, selaku Pimpinan PT.PLN Ranting Tembilahan yang telah
membantu penulis dalam memberikan informasi dan memperoleh data;
8. Kedua orangtua penulis yang tercinta, H.M. Syatir Hasan S.sos., dan HJ. Sri Bintang
Tika Asia Ampd., yang selalu memberikan doa dan dorongan kepada penulis;
9. Paman dan Tante penulis di Pekanbaru yang telah banyak memberikan bantuan
selama penulis menyelesaikan perkuliahan, Akhmad Fadillah Lubis dan Siti
Jamilah;
10. Saudara kandung penulis, Teguh Satriawan Leo Bubas, Lia Aanta Budba, Jhon
Kennedy Khairil, Hesty Mario Pulana. Keponakan yang terus menjadi sumber
kekuatan bagi penulis, M. Alif Alena Madiase, Rahmadina Farras Nasywa, M. Teo
Ananta Mariwawo. Abang Briptu Ronal yang selalu menjadi motivasi bagi penulis;
11. Rekan-Rekan Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Riau,
khususnya jurusan Hukum Bisnis Tahun 2009-2010;
8
-
12. Rekan-Rekan lainnya, Bang Ateng yang telah memberikan pengetahuan tentang
pemasangan arus listrik dari pihak PLN, Kak Ucu yang selalu menemani penulis
selama penulis menyelesaikan tulisan ini, Adik Tika sebagai teman diskusi penulis
untuk menyelesaikan tulisan ini, Adik Siah yang telah banyak memberikan bantuan
kepada penulis dan Adik Anggi dan Adik Rara yang menjadi penyemangat bagi
penulis untuk menyelesaian tulisan ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala
dukungan dan bantuan yang telah penulis terima.
Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin
agar mendapatkan hasil yang terbaik. Namun ibarat kata pepatah, tak ada gading yang
tak retak, demikian halnya dengan penulis sebagai seorang mahasiswa yang tidak lepas
dari kesalahan dalam menyelesaikan tesis ini. Namun sebagai mahasiswa, penulis ingin
terus belajar agar menjadi lebih baik. Sehingga penulis mengharapkan, masukan, kritik,
saran, pendapat, arahan dan bimbingan dari semua pihak, untuk kesempurnaan
penulisan tesis ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Amin ya rabbal alamin.
Tembilahan, 16 Januari 2010
TRIYANA SYAHFITRI
9
-
DAFTAR ISI
Halaman judul ..........................................................................................i
Lembar persetujuan tesis..........................................................................................ii
Lembar Telah Selesai Ujian Tesis ..........................................................................iii
Surat Pernyataan.....................................................................................................iv
Abstraksi..................................................................................................................v
Persembahan...........................................................................................................vi
Kata pengantar.......................................................................................................vii
Daftar isi ................................................................................................................xii
Daftar tabel ...........................................................................................................xiv
Daftar singkatan.....................................................................................................xv
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Masalah Pokok ............................................................................................9
10
-
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian................................................................9
D. Kerangka Teori ..........................................................................................10
E. Konsep Operasional...................................................................................20
F. Metode Penelitian......................................................................................22
BAB II : TINJAUAN UMUM ..............................................................................27
A. Kabupaten Indragiri Hilir ....................................................................27
B. PT. PLN (Persero) ...............................................................................35
C. Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia ...................................54
D. Gambaran Umum YLKI......................................................................82
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................89
A. Prosedur Pemasangan KWH Listrik di PLN Ranting Tembilahan ...........89
B. Faktor Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya PelanggaranTerhadap Konsumen
Menyangkut Jasa Pemasangan KWH Listrk Oleh PLN Ranting Tembilahan
...................................................................................................................96
C. Upaya Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pemasangan KWH Listrik Yang
Dilakukan Oleh PLN Ranting Tembilahan Ditinjau dari UUPK ............108
D. Penyelesaian Sengketa Apabila Konsumen Dirugikan ...........................123
BAB IV : PENUTUP...........................................................................................135
A. Kesimpulan..............................................................................................135
B. Saran ................................................ ........................................................137
Daftar Pustaka .....................................................................................................140
Daftar Kuesioner Kepada Responden .................................................................147
Daftar Wawancara Kepada Pihak PLN ...............................................................150
11
-
Daftar Wawancara Kepada Pihak LPK-RIAU ....................................................150
Lampiran..............................................................................................................151
DAFTAR TABEL
I.1 : Daftar Populasi Dan Sampel...24
II.1 : Kondisi Listrik di Kabupaten Indragiri Hilir Sampai Maret 2010..30
III.1 : Jawaban Responden Terhadap Tingkat Kesulitan Prosedur
Pemasangan KWH Listrik...93
III.2 : Jawaban Responden Tentang Apakah Pemasangan
KWH Listrik Dilakukan Sesuai Nomor Antrian Pelanggan...99
III.3 : Jawaban Responden Tentang Adanya Pemberitahuan Pihak PLN
Perihal Akan Dilakukan Pemasangan KWH Listrik Pelanggan...101
III.4 : Daftar Nama Desa/Kelurahan Yang Mendapatkan Fasilitas Listrik.103
III.5 : Jawaban Responden Tentang Pelayanan Pihak Karyawan PLN..111
III.6 : Jawaban Responden Tentang Apakah PLN Memberikan Sangsi
Kepada Karyawan Yang Melakukan Kesalahan...112
III.7 : Jawaban Responden Tentang Pengetahuannya Mengenai Fasilitas
12
-
Yang Disediakan PLN...114
III.8 : Pengetahuan Konsumen Tentang Hak Dan Kewajibannya..117
III.9 : Jawaban Responden Tentang Informasi Yang Diberikan Pihak PLN..118
III.10 : Jawaban Responden Tentang Waktu Menunggu Pemasangan
KWH Listrik..132
III.11 : Jawaban Responden Tentang Apakah Keberatan Untuk Menunggu
KWH Listrik Sampai Terpasang...133
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah BAMUI : Badan Arbitrase Muammalat Indonesia BANI : Badan Arbitrase Nasional Indonesia BAPL : Berita Acara Pemasangan Listrik BP : Biaya penyambungan BPSK : Badan Perlindungan Sengketa Konsumen BPU PLN : Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara CATER : Catatan Meteran DEPPDARIGA : Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga DITJEN : Direktorat Jendral Tenaga dan Listrik GATS : General Agreement On Trade and services KADIN : Kamar Dagang dan Industri KK : Kepala Keluarga KPUB : Komisi Pengawas Unit Bisnis KWH : Kilo Watt Hour LEB : Listrik dan Energi Baru Lisdes : Listrik Desa LMK : Lembaga Masalah-Masalah Ketenagaan LPK : Lembaga Perlindungan Konsumen OPAL : Operasi Penertiban Aliran Listrik PGN : Perusahaan Gas Negara PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTD : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap PUTL : Perusahaan Umum Tenaga Listrik P2TL : Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik SMS : Sending Messages
13
-
SPK : Surat Perintah Kerja SPKPL : Surat Perintah Kerja Pemasangan Listrik TDL : Tarif Dasar Listrik TMP : Tingkat Mutu Pelayanan UJL : Uang Jaminan Listrik UKM : Unit Koreksi Meteran UGP : Unit Gangguan dan Pengaduan WTO : World Trade Organization
14
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan tekhnologi di Indonesia dewasa ini, ditandai dengan hadirnya
alat-alat tekhnologi seperti komputer, handphone, internet dan media massa, yang dapat
membantu perkembangan masyarakat Indonesia di bidang pembangunan dan ilmu
pengetahuan. Perkembangan pembangunan dan ilmu pengetahuan, tentunya didukung
oleh banyak hal, diantaranya adalah listrik.1 Listrik merupakan kebutuhan yang
dirasakan sangat penting oleh masyarakat, karena banyaknya manfaat yang dirasakan
masyarakat terhadap adanya jasa listrik. Sehingga listrik tidak hanya dipandang sebagai
alat pembantu penerangan saja, melainkan manfaat yang dirasakan sudah beraneka
ragam tergantung pada kebutuhan masyarakat. Tentunya tingkat kebutuhan masyarakat
tidak sama, seperti di perkantoran, hotel, mall, perusahaan, kegiatan industri,
perumahan, serta lainnya yang memanfaatkan tenaga listrik. Listrik salah satu
infrastruktur yang memegang peranan penting untuk memacu pertumbuhan sosial-
ekonomi masyarakat.2
Keberadaan listrik juga mampu memperlancar arus informasi melalui media
elektronik, sehingga program pemerintah dapat terserap langsung oleh masyarakat
1 Listrik Riau Dan Jakarta, Koran Riau Pos, Terbit Pada Hari Senin, Nomor 2, tanggal 16 November 2009. 2 Pengusaha menilai Pemadaman Listrik Picu Pertumbuhan Industri, Koran Tribun Pekanbaru, Terbit Pada Hari Senin, Tanggal 21 Desember 2009.
15
-
dalam rangka meningkatkan pola fikir dan perilaku masyarakat, dibidang pendidikan,
sosial, politik, ekonomi dan budaya.3
Seirama dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu untuk kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Maka sarana listrik akan memberikan informasi yang dapat
membantu proses pencerdasan yang merata keseluruh masyarakat. Selain itu sarana
listrik juga merupakan salah satu penunjang untuk mencapai kesejahteraan masyakat.
Seperti yang dinyatakan di dalam Pasal 33 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yaitu :
cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh Negara. Maka Pemerintah selaku personifikasi dari
negara dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa dan menciptakan masyarakat yang
sejahtera dan madani, membentuk Perusahaan Negara. Hal tersebut, diharapkan agar
pemanfaatan dan pengelolaannya lebih terkontrol, profesional dan mengedepankan
kepentingan umum. Salah satunya adalah membentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN)
dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana pemerintah mempunyai saham terbesar
dalam PT. PLN tersebut. Agar pemerintah dapat memiliki posisi strategis dan dominan
dalam menentukan kebijakan yang arahnya adalah untuk kepentingan publik. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat akan penerangan, sarana hiburan dan
membantu kegiatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara menurut
Aristoteles, yaitu untuk mencapai kepentingan hidup yang baik dan harmonis.4
PT. PLN yang dibentuk pemerintah, salah satunya adalah PT. PLN Ranting
Tembilahan yang terletak di Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. PT.PLN 3 Eddon Mufrizon, Alternatif Pemanfaatan Energi Surya Untuk Penerangan Listrik Di Pedesaan, Jurnal Saintis, Vol. 3 No. 1 ; April 2000, hal 63. 4 Kansil dan Cristine, Ilmu Negara, Pradyana Paramita, Jakarta : 2001, Hal 58.
16
-
Ranting Tembilahan hadir untuk pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat di Kabupaten
Indragiri Hilir dan merupakan pokok bahasan dalam penelitian ini. Kabupaten Indragiri
Hilir merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, yang beribu kota di Kecamatan
Tembilahan. Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas wilayah 18.812,97 km2 dan
jumlah penduduk pada Januari 2009 sebanyak 669.657 jiwa. Kabupaten Indragiri Hilir
terdiri dari 20 Kecamatan dan 193 Desa/Kelurahan.5
Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Indragiri Hilir, tidak semuanya
dapat ditempuh dengan jalur transportasi darat melainkan harus melalui transportasi
laut. Sehingga PT.PLN Ranting Tembilahan harus mengantisipasi keadaan tersebut,
agar dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir. Selain
itu, jumlah penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir yang terus mengalami peningkatan,
serta perkembangan pembangunan yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, juga
mengharuskan PT.PLN Ranting Tembilahan untuk bekerja lebih maksimal, dengan cara
menyediakan daya listrik yang memadai untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Dalam kenyataannya, PT.PLN Ranting Tembilahan tidak mengantisipasi
kebutuhan listrik masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir. Hal tersebut dibuktikan
dengan terjadinya pemadaman listrik bergilir yang dilakukan oleh PT.PLN Ranting
Tembilahan, yang berkisar delapan jam hidup dan delapan jam mati. Permasalahan
hidup matinya listrik PLN tidak hanya terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, melainkan
juga di Bangkinang. Permasalahan tersebut, telah dibahas sebelumnya oleh Ardiansyah,
pada tahun 2008, dalam penelitiannya yang berjudul : Pelaksanaan Perlindungan
5 Data diambil dari kantor catatan sipil tembilahan, pada senin, 15 Maret 2010.
17
-
Konsumen Di PLN Ranting Bangkinang.6 Selain permasalahan hidup mati listrik, PLN
juga sering mengalami kesalahan dalam pencatatan meteran listrik. Kesalahan dalam
pencatatan meteran listrik tersebut terjadi di kota Pekanbaru. Mengenai hal tersebut,
telah dilakukan penelitian oleh Syelfi Irma Rosa pada tahun 2004 lalu, yang berjudul :
Analisis Yuridis Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelayanan
Pembayaran Tagihan Rekening Listrik di Kota Pekanbaru.7
Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kabupaten
Indragiri Hilir karena dilihat dari segi perekonomian di Kabupaten Indragiri Hilir,
sebagian besar masyarakat masih belum mampu untuk menggunakan mesin generator
sendiri, seperti mesin genset. Selain itu, untuk beberapa masyarakat yang mampu
membeli mesin genset, juga mengalami kesulitan dalam memenuhi bahan bakar
minyak, yang berkisar Rp 25.000 sampai Rp 30.000 untuk delapan jam menghidupkan
mesin genset.
Kabupaten Indragiri Hilir juga tidak memiliki potensi air terjun yang dapat
menjadi sarana Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sehingga masyarakat Indragiri
Hilir hanya bergantung kepada PT.PLN Ranting Tembilahan untuk pemenuhan
kebutuhan listrik. Padahal kebutuhan listrik dirasakan sangat penting oleh masyarakat di
Kabupaten Indragiri Hilir. Misalnya saja, dalam pendidikan di Indragiri Hilir, listrik
dapat membantu penerangan belajar dan mencari informasi melalui internet. Dalam
rumah tangga, listrik dapat membantu mempermudah pekerjaan seorang ibu untuk
memasak nasi dengan menggunakan rice cooker. Dalam perkantoran, listrik juga
6 Ardiansyah, Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di PLN Cabang Pekanbaru Ranting Bangkinang, Skripsi UIR, Pekanbaru : 2008 7 Selfi Irma Rosa, Suatu Analisis yuridis Pasal 4 UUPK Tentang Pelayanan Pembayaran Tagihan Rekening Listrik Di Pekanbaru, Skripsi UIR, Tahun 2004
18
-
membantu pekerjaan pegawai/pekerja dengan menggunakan komputer. Dalam kegiatan
usaha di Indragiri Hilir, misalnya jenis usaha menjahit, salon, warung internet atau
dikenal dengan nama warnet, juga sangat memerlukan listrik untuk membantu kegiatan
usaha. Namun semua kegiatan masyarakat, serta jenis usaha yang ditekuni masyarakat
di Kabupaten Indragiri Hilir, menjadi tarhambat. Hal tersebut, dikarenakan keadaan
listrik di Indragiri Hilir. Sedangkan masyarakat baru saja memulai untuk memajukan
usaha, dan pada akhirnya harus menurun kembali karena kesulitan mendapatkan
fasilitas listri yang memadai dari pihak PT.PLN Ranting Tembilahan.
Secara geografis, Kabupaten Indragiri Hilir yang tidak memiliki potensi air
terjun, sebagai energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), menyebabkan
PT.PLN Ranting Tembilahan harus menggunakan sumber tenaga pembangkit listrik
berasal dari mesin. Berbeda dengan di daerah Bangkinang dan Pekanbaru, yang
menggunakan air sebagai pembangkit tenaga listrik. Sumber tenaga pembangkit listrik
dari mesin di Kabupaten Indragiri Hilir, tentunya memerlukan bahan bakar minyak.
Bahan bakar minyak tersebut, membuat PT.PLN Ranting Tembilahan memerlukan
biaya yang tidak sedikit untuk pemenuhan bahan bakar mesin. Sehingga masyarakat di
Kabupaten Indragiri Hilir harus membayar lebih besar untuk mendapatkan jasa listrik
dari PLN. Namun Pembayaran yang besar tersebut, tidak diseimbangi dengan hak yang
diterima oleh masyarakat, berupa daya listrik yg memadai. Untuk pelanggan lama saja,
di PT.PLN Ranting Tembilahan, harus mengalami kesulitan listrik dengan hidup mati
secara bergilir.
Terjadinya pemadaman listrik bergilir kepada pelanggan lama di PT.PLN
Ranting Tembilahan, tentunya akan menyulitkan PLN untuk menerima pelanggan baru
19
-
yang telah melakukan permohonan pemasangan listrik, dan telah mengikuti prosedur
pemasangan KWH listrik. Sehingga hanya beberapa masyarakat saja, yang dapat
dipenuhi permohonan pemasangan KWH listrik oleh PT.PLN Ranting Tembilahan.
Sedangkan selebihnya, masih berada didaftar tunggu.
PT.PLN Ranting Tembilahan sebagai penyedia jasa listrik untuk masyarakat,
ternyata tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indragiri Hilir. Hal
ini bertentangan dengan yang dinyatakan di dalam Pasal 34 (ayat 3) Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu : Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Artinya masyarakat berhak
mendapatkan fasilitas listrik dari Pemerintah sebagai fasilitas pelayanan umum. PT.PLN
Ranting Tembilahan, juga tidak memenuhi kewajbannya sebagai penjual, yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1474 yaitu : ia mempunyai dua
kewajiban utama, yaitu menyerahkan barangnya dan menanggungnya. Sedangkan,
keadaan listrik yang tidak memadai di Kabupaten Indragiri Hilir, menyebabkan
kerugian konsumen. Misalnya saja, alat-alat elektronik yang sering rusak, dan pekerjaan
masyarakat yang terganggu karena belum terpenuhinya kebutuhan listrik masyarakat.
Kerugian yang diderita oleh konsumen menyebabkan tidak terpenuhinya hak-
hak konsumen sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen. Salah satu hak konsumen, diatur dalam Pasal 4 (ayat 7) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen, yaitu : konsumen berhak
mendapatkan pelayanan secara benar, jujur dan tidak diskriminatif. Artinya bahwa
masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir memiliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan fasilitas listrik dan pelayanan yang tidak diskriminatif dari PT.PLN
20
-
Ranting Tembilahan. Sebab listik merupakan sarana pendukung untuk mempercepat
pembangunan dan sekaligus juga merupakan fasilitas publik, maka harus didistribusikan
secara merata dan menyeluruh.8
Dalam kenyataannya, masyarakat di Indragiri Hilir masih kesulitan dalam
mendapatkan fasilitas listrik, hal ini ditandai dengan banyaknya pelanggan baru yang
belum mendapatkan pemasangan KWH listrik. Namun, masyarakat tetap harus
menunggu sampai dengan KWH listrik terpasang ke tempatnya. Hal demikian
dikarenakan PLN merupakan satu-satunya perusahaan yang bergerak di bidang
penyedia jasa listrik. Keadaan ini, membuat konsumen tidak hanya di hadapkan pada
suatu keadaan untuk memilih yang baik bagi dirinya, melainkan juga pada keadaan
dimana ia tidak dapat melakukan pilihan karena penguasaan serta monopoli oleh suatu
atau lebih pelaku usaha atas kebutuhan utama, dan dapat juga disebutkan sebagai
kebutuhan vital konsumen dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 9
Dinyatakan di dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen yaitu mengenai hak konsumen diantaranya: hak
untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Sedangkan di
Kabupaten Indragiri Hilir, perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa listrik
adalah PT. PLN satu-satunya, sehingga konsumen selaku masyarakat Indragiri Hilir,
tidak mempunyai hak untuk memilih yang baik bagi diri konsumen.
8 Krisis Listrik, Implikasinya bagi pertumbuhan Ekonomi, Koran Media Indonesia, terbit pada hari Senin, 28 Desember 2009. 9 Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2001, hal 2.
21
-
Mengingat masih terdapatnya golongan masyarakat dan atau konsumen di
Kabupaten Indragiri Hilir, yang mengalami kesulitan mendapatkan fasilitas listrik
sebagai kebutuhan utama, maka dapat dikatakan bahwa belum terpenuhinya tujuan dari
perlindungan konsumen yang dinyatakan di dalam Pasal 3 ayat (6) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen bahwa perlindungan konsumen
bertujuan: meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen. Sedangkan PT. PLN Ranting Tembilahan sampai dengan
tahun 2009 lalu, belum mampu meningkatkan kualitas jasa kepada masyarakat agar
tercipta kenyamanan bagi masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan listrik masyarakat
Indragiri Hilir. Selain itu juga, tidak terpenuhinya tujuan pembangunan
ketenagalistrikan, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan. Di dalam Pasal 2 (ayat 2) dinyatakan bahwa : Pembangunan
ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah
yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
Memahami beragam kondisi yang dapat merugikan para pengguna jasa listrik,
dapat dikategorikan ke dalam bentuk pelanggaran terhadap konsumen menjadi penting
dan menarik guna dijadikan bahan kajian lebih mendalam dalam rangka upaya
mengoptimalkan perlindungan hukum terhadap konsumen ditinjau dari Undang-Undang
Perlindungan Konsumen.
22
-
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa PT. Perusahaan Listrik
Negara Ranting Tembilahan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
B. Masalah Pokok
Adapun Masalah Pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pemasangan KWH listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hak
konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH listrik oleh PT. PLN Ranting
Tembilahan?
3. Bagaimana upaya perlindungan konsumen terhadap jasa pemasangan KWH listrik
yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen?
4. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penulisan proposal tesis ini di adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur dalam pemasangan KWH di PT.PLN Ranting
Tembilahan.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pelanggaran terhadap konsumen oleh
PT. PLN Ranting Tembilahan.
23
-
3. Untuk mengetahui upaya perlindungan konsumen terhadap jasa pemasangan KWH
yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa apabila konsumen di rugikan.
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penulisan proposal tesis ini yaitu :
1. Untuk pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum bisnis pada
khususnya, terutama sekali studi mengenai hukum perlindungan konsumen.
2. Sebagai kontribusi, sumbangan fikiran dan tambahan informasi atau referensi
kepada para pembaca, para pengambil kebijakan, dan para mahasiswa.
D. Kerangka Teori
Secara historis dalam skala global, sejak penandatanganan General Aggrement
On Trade and Services (GATS) di Marrakesh, Maroko pada tanggal 15 April 1994 yang
telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang pembentukan
WTO (World Trade Organization), Pemerintah Indonesia telah menjadi salah satu
pelaku dalam era perdagangan bebas10 yang menitikberatkan pada prinsip perdagangan
secara bebas dan sifatnya yang tidak diskriminatif.11
Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis
produk barang dan/atau jasa. Produk barang dan/atau jasa dapat dikonsumsi oleh
10 Tini Hadad, Peranan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Dalam Perlindungan Hukum Konsumen Pada Era Perdagangan Bebas (Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati), Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung : 2000 hal 63. 11 Edmon Makarim, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Telematika, Bab A.1. Penjelasan Undang-Undang Nomor 36 Tahun1999 Tentang Telekomunikasi, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2005, hal 5.
24
-
berbagai lapisan masyarakat. Salah satunya adalah produk jasa listrik yang disediakan
oleh pemerintah. Hal tersebut, sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3), bahwa: Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dalam hal ini
jelas bahwa pemerintah bertanggungjawab dalam hal jaminan pelayanan kepada
masyarakat. Artinya bahwa Negara juga memiliki tanggung jawab dalam memberikan
fasilitas kesejahteraan kepada masyarakat, berupa fasilitas listrik. Agar kebutuhan
masyarakat sebagai pengguna listrik (sebagai konsumen) dapat terpenuhi.
Bentuk upaya pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakat
diantaranya adalah membentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk melayani
kebutuhan masyarakat terhadap listrik. Hal ini wajar, karena PT. PLN sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN),12 tentu saja tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan
Pemerintah setempat karena tugas pembinaan dijalankan oleh Pemerintah kepada para
pelaku usaha,13 guna terpenuhinya kemakmuran masyarakat.
Adanya produk jasa listrik yang diberikan oleh PT.PLN, pada satu sisi
mengakibatkan terpenuhinya barang. Akan tetapi, apabila tidak dibarengi dengan itikad
baik, tentunya konsumen dapat dirugikan. Oleh karena itu kiranya perlu dirangsang
kesadaran pelaku usaha agar menunjukkan keberpihakannya kepada konsumen.
Terutama dalam masalah keamanan dan keselamatan konsumen pada saat menggunakan
produknya. Cara mewujudkannya adalah dengan memberikan perlindungan kepada
konsumen.
12 Agung feryanto, Mengenal Badan Usaha Di Indonesia, Cempaka Putih, Klaten : 2008, hal 11. 13 AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu pengantar, Penerbit Daya Widia, Jakarta : 2002, hal 130.
25
-
Indonesia merupakan Negara yang melindungi konsumen, hal ini dibuktikan
dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Sebagaimana yang diketahui bahwa sebelum adanya Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999, konsumen selalu berada dalam posisi lemah. Hal ini seperti yang
dikatakan oleh H.E Saefullah yang dikutip oleh Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati.
Beliau menyebutkan bahwa : pihak konsumen yang dipandang lebih lemah hukum
perlu mendapat perlindungan lebih besar dibanding masa-masa lalu.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perlindungan konsumen, penulis merasa
perlu menyampaikan apa yang dimaksud dengan perlindungan konsumen. Defenisi
tentang perlindungan konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka (1) yang menyebutkan
bahwa : perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 14
Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam pasal 1 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tersebut
cukup memadai. Kalimat yang menyatakan segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-
wenang yang merugikan para pelaku usaha, hanya demi untuk kepentingan
perlindungan konsumen. Sedangkan pengertian konsumen adalah : setiap orang
pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain, mahluk hidup lainnya dan tidak untuk
diperdagangkan.15
14 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo, Jakarta: 2004, hal 1. 15 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 ayat (1), Op.Cit, hal 1.
26
-
Pengertian pelaku usaha yang dikutip dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu :
pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.16 Pelaku usaha di bidang penyediaan jasa listrik, yaitu PT.PLN dituntut untuk
mampu menyediakan fasilitas listrik sesuai tingkat kebutuhan listrik masyarakat, karena
listrik pada saat ini sudah menjadi kebutuhan yang primer bagi masyarakat. Manfaat
listrik yang beraneka ragam, menjadikannya bukan hanya sebagai sarana penerangan
melainkan juga sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Sedangkan listrik yang dibutuhkan masyarakat tersebut, hanya ada pada satu pelaku
usaha. Sehingga PT. PLN harus memberikan jasa pelayanan yang baik, jasa operasional,
dan jasa lainnya yang menjadi upaya perlindungan terhadap hak-hak konsumen.17 Hal
ini, sesuai dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan,
kemitraan, etika dan kepercayaan kepada diri sendiri. Perusahaan listrik hendaknya
hadir sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung
perkembangan ekonomi dan kegiatan pemerintahan.18
Konsumen biasanya selalu dirugikan, apabila berhadapan dengan PT.PLN yang
merupakan satu-satunya penyedia jasa listrik. Karena konsumen tidak dapat melakukan
pilihan. Sedangkan jasa yang diberikan oleh pihak PT.PLN belum seimbang dengan
16 Ibid, Pasal 1 ayat (3). 17 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta : 2006, hal 39. 18 Edmon Makarim, Op. Cit, hal 8-10.
27
-
jumlah kebutuhan listrik masyarakat. Pada akhirnya akan merugikan hak-hak
masyarakat sebagai konsumen. Hendaknya diluruskan anggapan yang keliru yang
menyatakan bahwa para pelaku ekonomi hanyalah terdiri dari Pemerintah, BUMN,
Koperasi, dan swasta/konglomerat, karena konsumen juga sebagai pelaku ekonomi, dan
tidak satu pun literatur ekonomi yang meniadakan peran konsumen. Namun harus
diakui bahwa kosakata peran konsumen dirasakan cukup miskin dalam tata hukum
kita.19
Pada tanggal 28 Oktober 2009 bertepatan dengan hari sumpah pemuda, Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Riau (UIR) menggelar mimbar
bebas yang mengangkat tema Pemadaman Listrik di Riau, hasil diskusi dari acara
mimbar bebas oleh Mahasiswa Fakultas Hukum UIR yaitu mereka sepakat untuk
menyelesaikan masalah listrik dengan cara class Action.20 Class Action menurut kamus
hukum adalah suatu prosedur hukum yang memungkinkan banyak orang bergabung
untuk menuntut ganti kerugian atau kompensasi lainnya di dalam suatu gugatan.21
Mimbar bebas yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum tersebut sebagai
pertanda keberpihakan kepada konsumen sebagai pengguna barang dan atau jasa listrik.
Keberpihakan kepada konsumen sebenarnya merupakan wujud nyata ekonomi
kerakyatan.22 Posisi masyarakat sebagai konsumen akan menempatkan konsumen
19 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen Dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung : 2003, hal 2. 20 Agenda Kampus, Class Action Pecahkan Permasalahan Listrik, Tabloid Mahasiswa UIR, Aklamasi (Komunikasi Intelektual Beriman Dan Beramal), Edisi 71 Bulan Oktober-November 2009. 21 Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung : 2008, hal 74. 22 Istilah ekonomi kerakyatan makin marak pada sebelum dan sesudah turunnya Soeharto dan memasuki rezim reformasi. Menurut Dj. A Simarmata, orang berdebat tentang perbedaan ekonomi koperasi dengan ekonomi kerakyatan. Menurutnya Orde baru telah memunculkan sosok ekonomi penuh dengan kesenjangan penghasilan dan kepemilikan, antar kelompok masyarakat dan antar profesi, antar daerah dan antar pulau. Istilah Demokrasi Ekonomi yang terdapat pada penjelasan (setelah amandemen istilah penjelasan tidak dikenal lagi) pasl 33 UUD 1945 ditafsirkan setara dengan ekonomi
28
-
sebagai mata rantai terakir dalam dunia pemasaran barang atau jasa. Artinya bahwa
konsumen adalah sebagai pihak yang berada pada titik terendah dalam menghadapi
pelaku usaha. Posisi sebagai mata rantai terakhir dalam dunia pemasaran barang
dan/atau jasa, seringkali membuat konsumen tidak berdaya menghadapi sikap para
pelaku usaha. Pada akhirnya konsumen hanya bisa menerima dan menampung berbagai
produk yang telah dihasilkan. Terlebih lagi jika produk-produk barang dan/atau jasa
dimonopoli, dalam hal hanya dikuasai oleh satu pelaku usaha. Hal ini tentu saja
mengurangi hak untuk memilih bagi konsumen. Sedangkan hak untuk memilih
merupakan salah satu hak dasar yang dimiliki oleh konsumen. Namun produk jasa
listrik yang disediakan oleh PT.PLN tidak memberikan pilihan bagi masyarakat selaku
konsumen, untuk mendapatkan hak untuk memilih.
Langkah untuk meningkatkan harkat dan martabat serta kesadaran hukum
konsumen, harus dimulai dengan adanya usaha untuk memahami hak-hak pokok
konsumen. Pemahaman tentang hak-hak konsumen, merupakan dasar untuk
memperjuangkan hak-haknya tersebut. Adapun hak-hak konsumen diatur di dalam Pasal
4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan;
kerakyatan penjelasan Pasal 33 UUD 1945 menyatakan demokrasi ekonomi, yakni satu system ekonomi dimana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, serta di bawah penilikan anggota-anggota masyarakat. Jadi salah satu pilar dari demokrasi ekonomi itu ialah keikutsertaan semua orang dalam kegiatan produksi lihat : Dj. A. Simarmata, Reformasi Ekonomi Menurut UUD 1945 : kajian singkat dan interpretasi Teoritis (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 1998) hal 117-118, dalam Ibid.
29
-
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif; 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila
barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan Perundang-undangan lainnya.23
Disahkannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999,
maka aturan tentang perlindungan konsumen menjadi lebih khusus karena ketentuan-
ketentuan tentang tujuan, hak, kewajiban, perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha,
ketentuan pembinaan dan pengawasan tentang badan perlindungan konsumen, tentang
swadaya masyarakat, semuanya terdapat di dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen. Seperti diantaranya yang terlarang dilakukan oleh pelaku usaha dapat dilihat
antara lain, tidak memberikan informasi secara benar, jelas dan jujur, memproduksi atau
memperdagangkan barang atau jasa tertentu, seperti barang rusak, cacat, tercemar, atau
barang bekas. Memuat klausula eksonerasi di dalam kontrak baku, hal ini juga dilarang
oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Mengenai kontrak baku, diungkapkan
oleh Ahmadi Miru yang menyatakan, praktek pembuatan kontrak baku apabila
bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf g dinyatakan bahwa : tunduknya
konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan atau
pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya. Kontrak baku tersebut sudah berlangsung sejak
23 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 4, Loc. Cit.
30
-
lama sehingga Pasal 18 ayat (1) huruf g tersebut melarang praktek pembuatan kontrak
baku tersebut.24
Adapun yang menjadi tujuan dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen
menurut Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, adalah :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.25
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka hak dan
kewajiban konsumen sebagai pembeli sekaligus pemakai. Serta hak dan kewajiban
pelaku usaha, sangat perlu untuk diperhatikan, agar terpenuhinya tujuan Undang-
Undang Perlindungan Konsumen. Karena keadaan tidak terpenuhinya fasilitas listrik
konsumen, sebagai tanggung jawab pihak PT.PLN, akan merugikan pihak konsumen.
Sebaliknya, ketika konsumen merasa tidak terpenuhi kebutuhan listriknya, sehingga
enggan melaksanakan kewajiban pembayaran rekening listrik, maka hal ini akan
merugikan pihak pelaku usaha. Namun dalam kenyataannya, pihak konsumen berada
dalam pihak yang lemah, menghadapi pelaku usaha yang memonopoli produk jasa
listrik. Sehingga konsumen selalu menjadi pihak yang dirugikan. Ketika kerugian
24 Ahmadi Miru, Larangan Penggunaan Klausula Baku Tertentu Dalam Perjanjian Antara Konsumen Dan Pelaku Usaha, Jurnal Hukum No. 17, Vol. 8 Juni 2001, UII, Jogyakarta, Hal 116. 25 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Op.Cit, hal 4.
31
-
konsumen timbul, sebagai akibat kurangnya penyediaan fasilitas listrik oleh PT.PLN,
maka sudah seharusnyalah pelaku usaha untuk bertanggung jawab. Sebagaimana
dinyatakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1365 menyebutkan
bahwa :
Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.26
Dari pasal 1365 diatas, maka yang membawa kerugian terhadap oranglain bisa
dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan :
Tetapi disamping pengganti kerugian dengan uang juga pengganti secara lain
dimungkinkan, yakni khsususnya pemulihan ke dalam keadaan semula, baik dengan
mengambil lagi apa yang telah diadakan secara melawan hukum atau dengan
mengadakan lagi apa yang telah diambil secara melawan hukum.27
Kerugian yang diderita konsumen, tidak saja kerugian uang, cacat barang, tetapi
juga kerugian lain.
kerugian yang diderita seorang pemakai produk cacat atau membahayakannya,
bahkan juga bukan pemakai yang turut menjadi korban merupakan tanggung jawab
mutlak dari pelaku usaha pembuat produk itu atau mereka yang dipersamakan
dengannya, tanpa kesalahan. 28
26 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdatat, PT.Pradnya Paramita, Jakarta: 1996, hal 346. 27 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata Perutangan Bagian B, Liberty, Yogyakarta, 1980, hal 60. 28 A.Z Nasution, Op.Cit, hal 247.
32
-
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, orang yang
menyebabkan kerugian oranglain, bertanggung jawab mengganti kerugian tersebut.
Mengenai tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen, juga terdapat dalam
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 25 ayat (2) yaitu :
Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut : a. tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas
perbaikan; b. tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang di
perjanjikan.29 Adapun pengertian garansi itu sendiri adalah :
Garansi (Guaranty) adalah bagian dari suatu perjanjian jual beli dimana penjual menanggung kebaikan atau keberesan barang yang dijual untuk jangka waktu tertentu. Jika dalam batas waktu yang ditentukan ternyata terjadi kerusakan atau cacat, segala perbaikan ditanggung oleh penjual. Kalau perlu barang diganti baru, syarat-syarat serta peraturan-peraturannya biasanya tertulis dalam suatu surat garansi.30
Apabila pelaku usaha tidak bertanggung jawab atas kerugian konsumen,
Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan solusi mengenai hal tersebut
yang dinyatakan dalam Pasal 23 yaitu : pelaku usaha yang menolak dan atau tidak
memberikan tanggapan dan atau memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2), (3), (4), dapat digugat melalui badan
penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan Peradilan di tempat
kedudukan konsumen.31
Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang
mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu tidak seimbang.
Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang berjumlah besar itu semua 29 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Op.Cit, hal 16. 30 Ensiklopedia Indonesia II, Ihtisar Baru Van Hoeve dan Elseiver Publishing Project, Jakarta, 1980, hal 63. 31 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 23, Op. Cit, hal 15.
33
-
adalah konsumen (bukan secara kelompok atau individu), sangat lemah dibandingkan
dengan para penyedia kebutuhan konsumen, baik penyedia swasta maupun penyedia
pemerintah.32
Mengingat pentingnya hak-hak konsumen, terlebih terhadap produk jasa listrik
oleh PT.PLN. Maka penulis merasa sangat perlu mengadakan suatu penelitian, guna
mengangkat harkat dan martabat konsumen. Yang berkenaan dengan hak masyarakat
sebagai konsumen, untuk mendapatkan fasilitas listrik sebagai sarana penunjang untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
E. Konsep Operasional
Pelaksanaan adalah melakukan atau mengerjakan sesuatu kegiatan sesuai dengan
peran dan fungsinya.33
Perlindungan berasal dari kata dasar lindung yang menurut kamus bahasa
Indonesia berarti berada di suatu (dibalik benda) maksud perlindungan dalam penelitian
ini adalah berada di bawah naungan hukum yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen. Jadi perlindungan hukum dimaksudkan dalam
penelitian ini merupakan pengkajian terhadap objek yang diteliti dalam perspektif
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.34
Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindunngan Konsumen, pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan/jasa yang tersdia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
32 A. Z. Nasution, Op. Cit, hal 36. 33 Suharto dan Tata Iriyanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Indah Surabaya, Surabaya : 1989, hal 23. 34 Ibid, hal 27.
34
-
oranglain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.35 Barang
dan/jasa disini adalah berupa listrik oleh PT. PLN Ranting Tembilahan.
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.36
PT menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas Pasal 1 ayat (1) yaitu :
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya.37
Perusahaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :
kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya). Atau organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi usaha38 atau tindakan pihak yang berkepentingan secara tidak terputus-putus dan terang-terangan serta di dalam kedudukan tertentu untuk mendapatkan laba bagi dirinya.39
Listrik menurut kamus bahasa Indonesia adalah : daya/ kekuatan yang
ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau melalui proses kimia, dapat digunakan untuk
menghasilkan panas atau cahaya, atau untuk menjalankan mesin.40
Negara menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah :
organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat atau kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintahan yang efektif,
35 Shidarta, Op.Cit, hal 1. 36 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 Ayat (1), Loc. Cit. 37 Moch Faisal Salam, PT Di Indonesia Menurut UU No. 1 Tahun 1995, Pustaka Bandung, Bandung : 2003, hal 4. 38 Suharto Dan Tata Iriyanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. Cit, Hal 26. 39 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, PT. Dian Rakyat, Jakarta : 1993, hal 19. 40 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta: 2005, hal 678.
35
-
mempunyai kesatuan politik, berdaulat, sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.41
PT. PLN/ Perusahaan Listrik Negara adalah suatu Badan Usaha Milik Negara
yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang
tenaga listrik negara.42
Ranting Tembilahan adalah suatu lokasi penelitian dilakukan yakni di PT. PLN
yang lokasinya terletak di wilayah Tembilahan dan memberikan fasilitas pelayanan jasa
listrik kepada masyarakat INHIL. Tembilahan merupakan ibu kota dari Kabupaten
Indragiri Hilir (INHIL), yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi
Riau.
Ditinjau dari berarti berdasarkan, penelitian ini mengacu pada Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
F. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan untuk mempermudah
pelaksanaan penelitian sehingga penelitian ini dapat menjawab persoalan-persoalan
pokok yang telah dirumuskan maka penulis menyusun metodologi penelitian sebagai
berikut :
1. Jenis dan sifat penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian observasi (observational research)
yang artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada di lapangan dikaitkan dengan
aspek hukum yang berlaku dan yang mengatur permasalahan tersebut.43 Jika dilihat dari
41 Ibid, Hal 778. 42 Yusuf Shofie, Op.Cit, Hal 39. 43 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2003, hal 72.
36
-
sifatnya maka penelitian ini tergolong kepada deskritif, maksudnya penelitian ini
menjelaskan bagaimana pelaksanaan perlindungan konsumen terhadap jasa yang
diberikan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian yaitu ingin mengetahui, bagaimana prosedur pemasangan
KWH di PT.PLN Ranting Tembilahan, faktor penyebab terjadinya pelanggaran
terhadap konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH, bagaimana upaya
perlindungan konsumen yang dilakukan oleh PT.PLN Ranting Tembilahan, dan
bagaimana cara penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN Ranting Tembilahan terletak di Tembilahan,
Kabupaten Indragiri Hilir (INHIL) Provinsi Riau.
4. Populasi dan sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan baru yang telah
memenuhi persyaratan pemasangan KWH dan telah mendapatkan fasilitas listrik dan
pelanggan baru yang telah memenuhi persyaratan pemasangan KWH dan belum
mendapatkan fasilitas listrik dari PT. PLN Ranting Tembilahan. Populasi diambil dari
Tahun 2006 sampai Tahun 2009. Pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan
metode purposive sampling (menentukan pihak yang dijadikan sampel adalah pihak
37
-
tertentu yang dianggap sesuai dengan kriteria yang akan diteliti),44 jumlah sampel
dalam penelitian ini ditetapkan 30% dari jumlah populasi.
Hal ini dapat dilihat pada tabel I.1 tentang populasi dan sampel yang penulis
ambil dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009, sebagai berikut :
Table I.1 Populasi dan sampel
No Responden Populasi Sampel
1
Pelanggan Jasa Listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan dari Tahun 2006-2009 selaku Konsumen
2757 KK 827 KK
2 Manajer PT.PLN Ranting Tembilahan 1 1 3 Direktur Eksekutif Forkom LPK-RIAU 1 1
Keterangan KK : Kepala keluarga Sumber data : PT. PLN Ranting Tembilahan, tanggal 07-10-2009 pukul 09.00 wib. 5. Sumber data
Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer, yaitu data yang didapat di lapangan dan diperoleh secara langsung
dari responden sehubungan dengan penelitian ini yang mencakup:
1. Bagaimana prosedur dalam pemasangan KWH di PT.PLN Ranting
Tembilahan?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
terhadap konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH oleh PT. PLN
Ranting Tembilahan?
3. Bagaimana upaya perlindungan konsumen terhadap jasa pemasangan
KWH yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari
44 Amiruddin dan Zainal Asikin Ott, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2004, hal 106.
38
-
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen?
4. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan ?
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui penelitian perpustakaan
antara lain berasal dari Peraturan Perundang-undangan, buku-buku dan referensi
yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
6. Alat Pengumpulan Data
Sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Wawancara
Yakni melakukan tanya jawab secara langsung (face to face) baik dengan para
responden sebagai sampel dalam penelitian ini maupun responden lainnya yang
dijadikan narasumber serta pihak PT. PLN Ranting Tembilahan yaitu Manajer
PT. PLN Ranting Tembilahan, Bapak Desril Naldi.
b. Kuesioner
Yaitu proses pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan secara
tertulis yang ditujukan kepada para responden PT. PLN Ranting Tembilahan,
sesuai pokok permasalahan yang diteliti oleh penulis.
c. Kajian kepustakaan
Yaitu penelitian yang peneliti lakukan di perpustakaan untuk mengumpulkan
data berupa bahan hukum.
39
-
7. Analisis data
Setelah data penelitian selesai dikumpulkan, data tersebut kemudian disusun
sesuai dengan kategori yang telah dibuat, untuk selanjutnya dianalisis secara
kualitatif,45 yaitu penulis bahas dengan memperhatikan peraturan Perundang-undangan,
pendapat para ahli serta literatur lainnya yang berkaitan dengan hal yang diteliti.
8. Metode penarikan kesimpulan
Metode penarikan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-
hal yang bersifat khusus.46
45 Soerjono Soekanto, Pengantar Metodologi Penelitian Hukum, UI-Pers, Jakarta : 2001, hal 76. 46 Ibid.
40
-
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Kabupaten Indragiri Hilir
1. Kondisi Umum
Kabupaten Indragiri Hilir terletak dibagian selatan Provinsi RIAU dengan
jumlah penduduk pada Tahun 2009 Januari sebanyak 669. 657 jiwa,47 dengan luas
wilayah 18.812,97 km2 yang terdiri dari luas daratan 11.605,97 km2, luas perairan laut
6.318 km2 dan luas perairan umum 888,97 km2, serta memiliki garis pantai sepanjang
339,5 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan
- Sebelah selatan berbatasan dengan kab. Tanjung Jabung, Prov. Jambi
- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu (INHU)
- Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau
Sebagian besar dari luas wilayah atau 93,31% daerah Kabupaten Indragiri Hilir
merupakan daerah dataran rendah, yaitu endapan sungai, daerah rawa dengan tanah
gambut, daerah hutan payau dan terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil dengan luas
lebih kurang 1.082.953,06 hektar dengan rata-rata ketinggian lebih kurang 0-3 meter
dari permukaan laut.
Suku-suku bangsa yang tinggal di Indragiri Hilir yaitu suku Banjar, Melayu,
Bugis, Jawa, Tiong Hoa dan sebagainya. Dilihat dari sudut agama maka yang
mendominasi adalah agama Islam, serta diikuti agama Budha dan Kristen.
47 Data diambil di Kantor Catatan Sipil Tembilahan pada hari senin tanggal 15 Maret 2010.
41
-
2. Komoditas Unggulan
Secara umum mata pencaharian masyarakat Indragiri Hilir adalah pertanian,
dengan komoditas unggulan adalah kelapa dan padi. Selain itu, diikuti dengan
komoditas pendukung lainnya seperti jeruk dan pisang.
Luas areal perkebunan di Inhil meningkat dari 379.760 hektar menjadi 464.802
hektar atau meningkat 8,50% dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan
total produksi perkebunan juga mengalami peningkatan dari 283.266 ton menjadi
416.690 ton, naik sebesar 133.424 ton atau 13,34%.
3. Pengairan
Secara geografis wilayah Kabupaten Indragiri Hilir memiliki potensi perairan
laut dan perairan umum yang cukup luas serta daratan yang dapat dikembangkan usaha
budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan investasi baik
dibidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan di bidang budidaya
perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang anadara dan kolam)
Disamping sungai-sungai dan selat di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat
parit-parit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia dimana
sebagaian besar berfungsi sebagai drainase pengairan dan transportasi bagi masyarakat.
Sehingga Kabupaten ini disamping dikenal dengan julukan bumi sri gemilang, juga
dikenal dengan sebutan negeri seribu parit.
4. Motto, Visi dan Misi
Motto : Berlayar sampai kepulau, berjalan sampai kebatas
Visi : Menuju Indragiri Hilir yang berjaya dan gemilang
Misi :
42
-
1. Mewujudkan daya saing daerah
2. Mewujudkan suasana kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan
yang demokratis
3. Mewujudkan pemerataan pembangunan
4. Mewujudkan suasana aman, damai dan harmonis yang bermoral, beretika dan
berbudaya
5. Mewujudkan daerah yang memiliki peran penting pada tingkat regional,
nasional dan internasional.
5. Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai 9 program strategis
pemerintah yaitu :
1. Program membumikan istighozah
2. Proram otonomi desa menuju desa mandiri
3. Program ekonomi kerakyatan
4. Program pendidikan gratis (wajib belajar 12 tahun)
5. Program beasiswa abadi
6. Program pelayanan pengobatan gratis
7. Program Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan akte kelahiran gratis
8. Program asuransi kematian bagi keluarga miskin
9. Program pembangunan dan peningkatan infra struktur
10. Program pelayanan prima kepada masyarakat
11. Program bantuan permodalan ibu-ibu
12. Program sertifikat gratis bagi masyarakat miskin
43
-
13. Program pelayanan listrik masuk desa (Lindes)
6. Listrik di Indragiri Hilir
Indragiri Hilir terdiri dari 20 Kecamatan dan 193 Desa dan/ atau Kelurahan yang
dapat dilihat pada tabel II.1 sebagai berikut :
Tabel II.1 Kondisi Listrik di Desa/Kelurahan se Kabupaten Indragiri Hilir hingga bulan Maret
2010
No Kecamatan Desa/Kelurahan Listrik Pekan arba PLN Seberang Tembilahan PLN Sungai Beringin PLN Sungai Perak LISDES Tembilahan Hilir PLN
1 Kecamatan Tembilahan
Tembilahan Kota PLN Pekan kamis PLN Pulau Palas PLN Sialang Panjang LISDES
2 Kecamatan Tembilahan Hulu
Tembilahan Hulu PLN Harapan Raya LISDES Karya Tunas Jaya LISDES Mumpa LISDES Sungai Salak PLN Teluk Jira LISDES Teluk Kiambang LISDES
3 Kecamatan Tempuling
Tempuling PLN Gemilang Jaya LISDES Kuala Sebatu LISDES Sialang Jaya - Sungai Junjangan LISDES Sungai Luar LISDES Sungai Piring PLN Sungai Raya - Tanjung Siantar LISDES
4 Batang Tuaka
Tasik Raya LISDES Concong Luar PLN Concong Tengah LISDES Kp. Baru LISDES Panglima Raja PLN Sungai Berapit LISDES
5 Concong
Concong Dalam LISDES
44
-
Bagan Jaya LISDES Enok PLN Jaya Bhakti LISDES Pengalihan PLN Rantau Panjang PLN Pusaran PLN Simp. Tiga LISDES Suhada LISDES Sungai ambat - Sungai Lokan LISDES Sungai Rukam PLN
6 Kec. Enok
Teluk Medan PLN Belanta raya PLN Jerambang LISDES Kuala Lahang PLN Lahang Baru PLN Lahang Hulu LISDES Lahang Tengah LISDES Pungkat LISDES Simpang Gaung PLN Sungai Baru - Teluk Kabung LISDES
7 Kecamatan Gaung
Terusan Kempas LISDES Kuala Gaung PLN Rambaian LISDES Sungai empat LISDES Sungai Iliran LISDES Teluk Pantaian - Teluk Pinang PLN Teluk Sungka LISDES
8 Kecamatan Gaung Anak Serka
Teluk Tuasan LISDES Air Tawar - Kuala Selat LISDES Penjuru LISDES Sungai Simbar LISDES Sarimulya - Sungai Teritip LISDES Tanjung Raya - Tagaraja LISDES
9 Kecamatan Kateman
Guntung PLN Bayas Jaya LISDES Harapan Tani LISDES Karya Tani -
10
Kecamatan Kempas Kempas Jaya PLN
45
-
Pekan tua LISDES Rumbai Jaya PLN Sungai Ara -
Sungai Gantang PLN Air Balui LISDES Batu Ampar PLN Tigatuk Jimun LISDES Kemuning Muda LISDES Kemuning Tua LISDES Keritang LISDES Limau Manis LISDES Lubuk Besar LISDES Sekara LISDES Selensen PLN
11 Kecamatan Kemuning
Talang Jangkang - Kembang Mekar Sari LISDES Kotabaru reteh PLN Kotabaru siberida PLN Kuala Keritang LISDES Kuala Lemang LISDES Nusantara Jaya LISDES Pancur PLN Pasar Kembang LISDES Pembenaan PLN Pengalihan PLN Seberang Pembenaan PLN Sencalang LISDES
12 Kecamatan Keritang
Teluk Kelasa LISDES Sungai Bela LISDES Sungai Buluh LISDES Sungai Piyai LISDES Tanjung Lajau PLN Perigi Raja PLN Tanjung Melayu LISDES Teluk Dalam -
13 Kecamatan Kuala Indragiri
Sapat PLN Khairiah Mandah PLN Batang Tumu LISDES Bakau Aceh LISDES Pelanduk LISDES Igal PLN Belaras LISDES Bente LISDES
14 Kecamatan Mandah
Bekawan PLN
46
-
Pulau Cawan - Bantaian LISDES Bolak Raya LISDES
Batang Sari - Bagan Jaya PLN Catur Karya - Baung Rejo Jaya LISDES Intan Mulya Jaya - Teluk Bunian LISDES Pelangiran PLN Pinang Jaya - Rotan Semelur - Saka Palas Jaya - Simp. Kateman LISDES Tagagiri Tama Raja LISDES Tanjung Simpang LISDES Tegal Rejo LISDES
15 Kecamatan Pelangiran
Wonosari LISDES Bangun Harjo Jaya LISDES Ringin Jaya - Binangun Jaya - Bukti Sari Intan Jaya - Keramat Jaya - Manunggal Jaya LISDES Mayang Sari jaya LISDES Pulau Burung PLN Sapta Jaya - Sri danai LISDES Suka Jaya - Suko Harjo Jaya - Sungai Danai LISDES
16 Pulau Burung
Teluk Nibung LISDES Mekar Sari LISDES Sungai Asam - Pulau Kecil PLN Pulau Kijang PLN Pulau Ruku - Sanglar PLN Seberang Pl. Kijang LISDES Seberang Sanglar LISDES Sungai Terab PLN
17 Kecamatan Reteh
Sungai Undan LISDES Benteng Barat LISDES 18 Kecamatan Sungai
Batang Benteng Utara LISDES
47
-
Kuala Patah Parang LISDES Kuala Sungai Batang LISDES
Pasenggerahan LISDES Seberang Pulau Kijang LISDES Benteng PLN
Kuala Enok PLN Selat nama - Sungai Laut PLN Sungai Nyiur LISDES Tanah Merah PLN Tanjung Baru PLN Tanjung Pasir LISDES Tekulai Bugis LISDES Tekulai Hilir LISDES
19 Kecamatan Tanah Merah
Tekulai Hulu LISDES Beringin Mulya LISDES Gembaran LISDES Geriya Multi Jaya - Hibrida Jaya - Hibrida mulya - Indra Sari Jaya LISDES KelapaPatih Jaya LISDES Saka rotan LISDES Sapta Mulya Jaya - Sumber Jaya LISDES Sumber Makmur Jaya - Sumber Sari Jaya LISDES
20 Kecamatan Teluk Belengkong
Tunggal Rahayu Jaya - Jumlah
20 Kecamatan 193 Desa/Kelurahan
Dilihat dari tabel II.1 di atas, diketahui bahwa Kabupaten Indragiri Hilir terdiri
atas 20 Kecamatan dan 193 Desa/Kelurahan, sedangkan yang telah sampai dijangkau
oleh listrik dari PT.PLN Ranting Tembilahan hanya beberapa Desa/kelurahan di
beberapa Kecamatan sedangkan daerah lainnya yang belum terjangkau oleh listrik
PT.PLN Ranting Tembilahan menggunakan Lisdes (Listrik Desa) yang diadakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir melalui dana APBD (Anggaran
48
-
Pendapatan Belanja Daerah) dan sisanya melalui PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel) yang merupakan swadaya masyarakat di Desa yang bersangkutan.48
B. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
a. Sejarah Perkembangannya
Secara garis besar sejarah perkembangan PLN berdasarkan pembagian kurun
waktu tertentu. Pembagian kurun waktu tersebut dibagi dalam 8 (delapan) periode yaitu
sebagai berikut :49
1. Periode Sebelum Tahun 1943
Kelistrikan di Indonesia dirintis oleh perusahaan-perusahaan Belanda, yang
dimulai pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGN yang semula bergerak
dibidang gas memperluas usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum.
Tahun 1927 Pemerintah Belanda membentuk sLands Waterkracht Bedrijen
(LB) yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan,
PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di
Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di
Jakarta. Selain itu dibeberapa Kotapraja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik
Kotapraja.
Karena pabrik-pabrik pengusahaan kelistrikan untuk umum itu dinilai
menguntungkan, maka perusahaan-perusahaan listrik swasta milik Belanda yang lain
pun mulai bermunculan seperti :
- NV ANIEM
48 Data dari Kantor Dinas Pertambangan dan Energi Tembilahan, pada kamis 25 Maret 2010. 49 Selfi Irma Rosa, Op.Cit.
49
-
- NV GEBEO
- NV OGEM
- Dan lain-lain perusahaan listrik yang bersifat lokal.
2. Periode Tahun 1943 sampai 1945
Pada masa pendudukan Jepang, perusahaan-perusahaan listrik yang telah
dibangun oleh Belanda tersebut dikuasai oleh Jepang, dan selanjutnya dikelola oleh
Jepang menurut situasi dan kondisi daerah-daerah tertentu, seperti Perusahaan Listrik
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan lain-lain.
3. Periode Tahun 1945 sampai 1950
Dengan kegigihan dan semangat bangsa Indonesia pada periode ini dan akhirnya
Perusahaan Listrik dan Gas berhasil direbut dari Jepang. Kemudian melalui Ketetapan
Prisiden RI Nomor I/SD/1945 Tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik
Negara yang berkedudukan di Yogyakarta.
Berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Nomor
235/KPTS/1975 Tanggal 30 September 1975 Peringatan Hari Listrik dan Gas yang
digabung dengan hari Kebangkitan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh
pada Tanggal 3 Desember. Maka berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 1134.K/43/MPE/1992 Tanggal 31 Agustus 1992 ditetapkan tanggal 27
Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.
Pada masa agresi Belanda pertama, perusahaan-perusahaan yang dibentuk
melalui ketetapan Prisiden diatas, kembali dikuasai oleh Belanda. Berlanjut dengan
Agresi Belanda kedua (19 Desember 1948) satu persatu kantor Jawatan Listrik dan Gas
diubah menjadi Jawatan Listrik dan Gas milik Pemerintah Kolonial Belanda. Sedangkan
50
-
Perusahaan Listrik Swasta diserahkan kembali kepada pemiliknya semula sesuai dengan
hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB).
4. Periode Tahun 1951 sampai 1966
Pada Tahun 1952 pemerintah Indonesia membentuk Jawatan tenaga listrik, yang
membawahi Perusahaan Negara Pembangkit Tenaga Listrik (PENUPETEL). Kemudian
diperluas dengan membawahi Perusahaan Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik
(PENUPETEL). Berdasarkan Keputusan Prisiden Nomor 163 Tanggal 3 Oktober 1953
Tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik Milik Bangsa Belanda yaitu jika konsensi
penguasaannya telah berakhir, beberapa perusahaan listrik milik swasta tersebut diambil
alih dan digabungkan ke Jawatan Tenaga.
Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan
Irian Jaya dari cengkaraman penjajah Belanda, maka dikeluarkan Undang-Undang
Nomor 86 Tahun 1953 Tertanggal 27 Desember 1958 Tentang Nasionalisasi semua
perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 1958 Tentang
Nasionalisasi Listrik dan Gas Milik Belanda.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 Tentang Perusahaan
Negara dan melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 1961 dibentuk Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) yang mengelola seluruh
Perusahaan Listrik Gas dan Kokas berada di dalam satu wadah organisasi.
Untuk mewujudkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut,
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada saat itu mengeluarkan Surat Keputusan
Menteri P.U T. Ment 18/ 1/20 Tanggal 20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai
berikut :
51
-
a. BPU adalah suatu Perusahaan Negara yang disertai tugas menguasai dan mengurus
Perusahaan-perusahaan Listrik dan Gas yang berbentuk badan hukum.
b. Organisasi BPU PLN dipimpin oleh Direksi
c. Di daerah dibentuk daerah eksploitasi uang terdiri dari :
- 10 daerah eksploitasi listrik umum (pembangkit dan distribusi)
- 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik
- 1 daerah eksploitasi khusus pembangkit listrik
- 13 PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan
- Daerah eksploitasi khusus Pembangkitan Tenaga Listrik dibagi lebih lanjut
menjadi sektor.
Pada Tahun 1965 dipandang perlu untuk memisahkan Perusahaan Listrik dan Gas
menjadi dua bagian, yaitu PLN untuk Perusahaan Listrik Negara dan PGN untuk
Perusahaan Gas Negara. Pada masa kabinet Ampera tahun 1966 PLN ditempatkan
dibawah Direktorat Jendral Tenaga dan Listrik (DITJEN) di dalam lingkungan
Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga (DEPPDARIGA).
5. Periode Tahun 1967 sampai 1985
Dalam kabinet Pembangunan I Ditjen Gatrik, PLN dan Lembaga Masalah-
Masalah Ketenagaan (LMK) dialihkan ke Departemen PUTL.
Gambaran umum PT. PLN Cabang Pekanbaru didirikan pada tanggal 1 Januari
1950 dengan nama Ranting Pekanbaru. Pada saat itu kantor cabangnya berkedudukan di
Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Cabang ini terdiri dari tiga ranting, yaitu :
1. Ranting Pekanbaru
2. Ranting Rengat
52
-
3. Ranting Taluk Kuantan
Setelah beberapa tahun beroperasi dan setelah dinilai memadai untuk didirikan
kantor Cabang pada tanggal 1959, Ranting Pekanbaru diganti menjadi Perusahaan
Umum Listrik Negara Cabang Pekanbaru yang mempunyai dua belas ranting :
2. Ranting Rengat dengan Sub Ranting Pangkalan Kasai
3. Ranting Taluk Kuantan dengan Sub Ranting :
- Sub Ranting Peranap
- Sub Ranting Jambi
- Sub Ranting Cerenti, dan
- Sub Ranting Baserah
4. Ranting Bengkalis, dengan Sub Ranting :
- Sub Ranting Sungai Pakning
- Sub Ranting Sungai Apit
5. Ranting Bangkinang, dengan Sub Ranting Batu Bersurat
6. Ranting Dumai
7. Ranting Tembilahan, dengan Sub Ranting :
- Sub Ranting Tembilahan Hulu
- Sub Ranting Seberang Tembilahan
- Sub Ranting Sungai Piring
- Sub Ranting Concong Luar
- Sub Ranting Bagan Jaya
- Sub Ranting Kempas Jaya
- Sub Ranting Simpang Gaung
53
-
- Sub Ranting Teluk Pinang
- Sub Ranting Perigi Raja
- Sub Ranting Sapat
- Sub Ranting Khairah Mandah
- Sub Ranting Pulau Burung
7. Ranting Kuala Enok, dengan Sub Ranting :
- Sub Ranting Pulau Kijang
- Sub Ranting Benteng
- Sub Ranting Enok
- Sub Ranting Selensen
- Sub Ranting Kota Baru
8.Ranting Bagan Siapi-api, dengan Sub Ranting Sianboi
9.Ranting Duri, dengan Sub Ranting Siak Sri Inderapura
10.Ranting Selat Panjang
11.Ranting Air Molek, dengan Sub Ranting Wonosari
12.Ranting Lipat Kain, dengan Sub Ranting Muara Lembu
13.Ranting Pasir Pangaraian, dengan Sub Ranting Ujung Batu
Lembaga Masalah-Masalah Ketenagaan (LMK) ditetapkan dalam pengelolaan
PLN, melalui Peraturan Menteri PUTL, Nomor 6/ PRT/ 1970. Pada Tahun 1972 PLN
ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1972. PLN juga berfungsi memenuhi tugas-tugas Pemerintah dibidang penyediaan jasa
kelistrikan Nasional disamping tugas-tugasnya sebagai Perusahaan.
54
-
Mengingat kebijaksanaan energi sangat dibutuhkan maka ditetapkan secara
rasional pada Kabinet Pembangunan III dibentuk Departemen Pertambangan dan Energi
dan PLN serta PGN berpindah lingkungan dari PTUL ke Departemen Pertambangan
dan Energi dibidang Ketenagaan selanjutnya ditangani oleh Direktorat Jendral
Ketenagaan.
Dalam kabinet pembangunan IV Ditjen Ketenagaan diubah menjadi Ditjen
Listrik dan Energi Baru (LEB). Perubahan nama ini untuk memperjelas tugas dan
fungsinya melalui :
a. Pembinaan program kelistrikan;
b. Pembinaan Pengusahaan Kelistrikan;
c. Pengembangan energi baru
Terlihat bahwa tugas-tugas ke Departemen, sehingga PLN dengan lebih
memusatkan fungsinya sebagai perusahaan.
Perkembangan Perusahaan Umum Listrik Negara Cabang Pekanbaru selanjutnya
adalah dengan Perpu Nomor 11 tahun 1969 yang dimaksudkan kedalam Departemen
Pertambangan dan Energi sebagai penggantian PP Nomor 18 Tahun 1972 sekaligus
merupakan landasan hukum berdirinya PLN Cabang Pekanbaru.
6. Periode Tahun 1985 sampai Tahun 2002
Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan
peningkatan kegiatan ekonomi, secara khusus dan oleh karena itu usaha penyediaan
tenaga listrik, pemanfaatan dan pengolahannya perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga
listrik dalam jumlah yang cukup merata dengan mutu pelayanan yang baik.
55
-
Kemudian dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan
dibidang ketenagalistrikan diperlukan adanya upaya optimal untuk memanfaatkan
sumber-sumber energi guna membangkitkan tenaga listrik, sehingga penyediaan tenaga
listrik terjamin. Tetapi untuk mencapai hal tersebut pemerintah Republik Indonesia
menyatakan bahwa ketentuan dan Perundang-undangan yang ada sudah tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan pembangunan dibidang
ketenagalistrikan, maka bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 Tentang
Ketenagalistrikan. Kemudian pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan bahwa PLN
merupakan salah satu pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan, kemudian Pemerintah
Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 1990 Tentang Perusahaan Umum Listrik Negara.
PT. Perusahaan Umum Milik Negara sebelumnya merupakan Perusahaan Umum
Listrik Negara yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1972
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1981 yang
disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 Tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara Menjadi Perseroan (Persero) dengan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1994 dilanjutkan dengan
Ketetapan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dan meneruskan usaha-
usaha, selanjutnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dan Peraturan Pemerintah yang
merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara.
56
-
Walaupun telah menjadi perseroan dan berorientasi bisnis, PT. PLN tidak
melepaskan tanggung jawabnya dalam bidang sosial, ia dituntut untuk tetap
melaksanakan kegiatan pembangunan walaupun tidak mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan seperti listrik pedesaan dan lain sebagainya yang secara bisnis kurang
mendatangkan keuntungan.
7. Periode Tahun 2002 Sampai Ta
top related