tuberkulosis - depkes.go.id sumber: global tuberculosis report, 2017 secara global pada tahun 2016...
Post on 29-Jun-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ISSN 2442-7659
Tuberkulosis
PARA PEMIMPINUNTUK DUNIA BEBAS TBC
DICARI!
AKHIRI
TBC
Temukan TB Obati Sampai Sembuh
Tuberkulosis
Hari TBC Sedunia 24 MaretHari TBC Sedunia 24 Maret
Asia Tenggara
3%3% 7% 17% 25% 45%
AfrikaPasifik BaratMediterania Timur
AmerikaEropa
100%
Gambar 3. Estimasi Insidens Tbc menurut Regional, 2016
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Gambar 5. Prevalensi Tbc menurut Karakteristik Umur, Pendidikan, dan Sosial Ekonomi
<1 5-14 15-24 25-34 35-44 45-5455-64 65-74 75+1-4
0,2
0,4
0,3 0,3 0,3 0,3
0,5
0,6
0,8
0,7
Tidaksekolah
0,5
Tidaktamat
Tamat SD/MI
TamatSMP/MTS
TamatSMA/MA
D1-D3/PT
0,4 0,40,3 0,3
0,2
Terbawah
0,4
MenengahBawah
Menengah MenengahAtas
Teratas
0,4 0,4 0,4
0,2
Umur Pendidikan Sosial
Ekonomi
Sumber: Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
AKHIRI TB
Gambar 5. Jumlah Kasus Tbc
Berdasarkan Jenis kelamin Tahun 2017
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000
101,802
66.610
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Badan Pusat Statistik, 2017. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. National Strategic Plan of Tuberculosis Control 2016-2020,
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Sustainability Development Goals.
WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa.
www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/top10/en/
Sumber :
TIM REDAKSI :
Penanggung Jawab
Redaktur
Penyunting
Penulis
Desainer Grafis/Layouter
: Didik Budijanto
: Rudy Kurniawan
: Nuning Kurniasih
: Marlina Indah
: Dian Mulya
Reviewer : Sulistyo, SKM, M.Epid
2018Kementerian Kesehatan RIPusat Data dan InformasiJl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 6 Blok CJakarta Selatan
ISSN 2442-7659
Pendahuluan
DICARI PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC
Pada Bulan Maret sekitar 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret 1882 merupakan hari saat Robert Koch mengumukan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab tuberculosis (TBC) yang kemudian membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan penyakit ini.
Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan 2015, namun tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan WHO(www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/top10/en/). Oleh sebab itu hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah satu tujuan dalam SDGs (Sustainability Development Goals).
Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk. Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC.
Tema Hari TBC Sedunia tahun 2018 yaitu “Wanted: Leader for a TB Free World” yang bertujuan pada pembangunan komitmen dalam mengakhiri TBC, tidak hanya pada kepala negara dan menteri tetapi juga di semua level baik bupati, gubernur, parlemen, pemimpin suatu komunitas, jajaran kesehatan, NGO, dan partner lainnya. Setiap orang dapat menjadi pemimpin dalam upaya mengakhiri TBC baik di tempat kerja maupun di wilayah tempat tinggal masing-masing.
Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya. Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 per
2km dengan jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebesar 10,12% (Susenas, 2017).
TUBERKULOSIS
1
Untuk menentukan berhasil tidaknya suatu program maka dibutuhkan indikator-indikator sebagai bahan evaluasi dan monitoring. WHO menetapkan tiga indikator TBC beserta targetnya yang harus dicapai oleh negara-negara dunia, yaitu:
o Menurunkan jumlah kematian TBC sebanyak 95% pada tahun 2035 dibandingkan kematian pada
tahun 2015.
o Menurunkan insidens TBC sebanyak 90% pada tahun 2035 dibandingkan tahun 2015.
o Tidak ada keluarga pasien TBC yang terbebani pembiayaannya terkait pengobatan TBC pada tahun
2035.
Sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang SDGs menetapkan target prevalensi TBC pada tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk. Sementara prevalensi TBC tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.
Sedangkan di Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menetapkan target program Penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas TBC Tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya jumlah kasus TBC 1 per 1.000.000 penduduk. Sementara tahun 2017 jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 25,40 per 1 juta penduduk.
Berikut rincian target penanggulangan TBC nasional:
Indikator dan Target
Tabel 1. Target Penanggulangan TBC Nasional
INDIKATOR
299
2014 2020 2025 2030 2035
30%
70% 90% 95%40%
50% 80% 90%Angka Kesakitan
Angka Kematian 41
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.
2
3
Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%)—dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan 25% nya terjadi di kawasan Afrika seperti pada Gambar 3 berikut ini.
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC.
Gambar 1. Gambar 2.
Estimasi Incidence Rate TBC
per 100.000 penduduk, 2016
Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TBC
di Negara yang Memiliki Paling Sedikit
100.000 Kasus Baru, 2016
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Number ofincident cases
100.000
500.000
1.000.000
2.500.000
Nigeria
South Africa
Pakistan
India
Indonesia
Philippines
China
>-
0-2425-99100-199200-299 300No dataNot applicable
Incidence per100.000 populationper year
Asia Tenggara
3%3% 7% 17% 25% 45%
AfrikaPasifik BaratMediterania Timur
EropaAmerika
100%
Gambar 3. Estimasi Insidens TBC menurut Regional, 2016
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Situasi di Dunia
4
Gambar 4. Negara-negara dengan Beban Tinggi Berdasarkan TB, TB/HIV,
dan Menurut WHO Tahun 2016-2020
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
TB
AngolaChina
DR CongoEthiopia
IndiaIndonesia
KenyaMozambique
MyanmarNigeria
Papua New GuineSouth Africa
ThailandZimbabwe
MDR-TB TB/HIV
AzerbaijanBelarus
KazakhstanKyrgzstan
PeruRepublic of Moldova
SomaliaTajikistanUkraine
Uzbekistan
BotswanaCameroon
ChadGhana
Guinea-BissauMalawi
SwazilandUganda
BangladeshDPR KoreaPakistan
PhilippinesRussian Federation
Viet Nam
BrazilCentral African Republic
CongoLesothoLiberia
NamibiaUR Tanzania
Zambia
CambodiaSierra Leone
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
Situasi di Indonesia
Keterangan :
TB
MDR
HIV
: Tuberkulosis (TBC)
: Multidrug resistant
: Human immunodefiency virus
* negara-negara yang termasuk dalam daftar 30 negara-negara beban TBC tinggi berdasarkan
tingkat keparahan TBC
175.696
245.298
Gambar 5. Jumlah Kasus Baru TBC
di Indonesia Berdasarkan
Jenis Kelamin, Tahun 2017
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.
Cakupan pengobatan semua kasus TBC (case detection rate/CDR) yang diobati adalah jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua kasus TBC (insiden).
6
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.
Berikut disajikan notifikasi kasus koinfeksi TBC HIV tahun 2010-2017, pencatatan untuk notifikasi TBC HIV dilakukan mengikuti kohort tahun sebelumnya. Persentase pasien TBC yang mengetahui status HIV di antara pasien TBC yang ternotifikasi meningkat dari tahun 2009 sebesar 2.393 menjadi 7.796 pada tahun 2017.
Selama 10 tahun terakhir angka notifikasi dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat peningkatan yang signifikan.
Faktor Risiko
Gambar 8. Cakupan Pengobatan Semua Kasus TBC (CDR=Case Detection Rate)
Indonesia Tahun 2008-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
2014 2015 2016 2017
31,3 32,9 35,842,4
30,830
20
10
0
201320122011201020092008
30,4 31,2 33,1 34,050
40
80
70
60
10090
33,5
PE
RS
EN
(%
)
Gambar 9. Persentase Pasien TBC yang Positif HIV di antara Pasien TBC Ternotifikasi
Tahun 2009-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 20182015 2016 2017
0,75
1,071,22
1,85
0,340,6
0,4
0,2
0201420132012201120102009
0,37
0,740,63
1
0,8
1,6
1,4
1,2
2
1,8
0,75P
ER
SE
N (
%)
5
Gambaran kesakitan menurut pendidikan menunjukkan, prevalensi semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat pendidikan. Kesakitan TBC menurut kuintil indeks kepemilikian menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok terbawah sampai dengan menengah atas. Perbedaan hanya terjadi pada kelompok teratas. Hal ini berarti risiko TBC dapat terjadi pada hampir semua tingkatan sosial ekonomi.
Angka notifikasi kasus/case notification rate (CNR) adalah jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu yang apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah.
<1 5-14 15-24 25-34 35-44 45-5455-64 65-74 75+1-4
0,2
0,4
0,3 0,3 0,3 0,3
0,5
0,6
0,8
0,7
Tidaksekolah
0,5
Tidak tamat
SD/MITamat SD/MI
TamatSMP/MTS
TamatSMA/MA
TamatD1-D3/PT
0,4 0,40,3 0,3
0,2
Terbawah
0,4
MenengahBawah
Menengah MenengahAtas
Teratas
0,4 0,4 0,4
0,2
Umur Pendidikan Sosial
Ekonomi
Sumber: Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas.
Berdasarkan survey Riskesdas 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi re-aktivasi TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur di bawahnya.
Sebaliknya, semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan (yang menggambarkan kemampuan sosial ekonomi) semakin rendah prevalensi TBC seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Gambar 6. Prevalensi TBC menurut Karakteristik Umur, Pendidikan, dan Sosial Ekonomi
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Gambar 7. Case Notification Rate (CNR) per 100.000 Penduduk di Indonesia
Tahun 2008-2017
161
139130125
135138136129127131
2017201620152014201320122011201020092008
160
140
120
80
60
40
0
100
20
PE
R 1
00
.00
0 P
EN
DU
DU
K
7
Angka keberhasilan (succes rate) adalah jumlah semua kasus TBC yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan yang angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus.
Badan kesehatan dunia menetapkan standar keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Angka keberhasilan pada tahun 2017 sebesar 87,8% (data per 21 Mei 2018).
Angka Kesembuhan dan Keberhasilan TBC
Gambar 10. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2008-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
2014 2015 2016 2017
85,1 85,8 85,0 85,189,5
30
20
10
0
201320122011201020092008
89,2 88,1 88,0 84,9
40
80
70
60
10090
87,0
PE
RS
EN
(%
)
50
Angka kesembuhan cenderung mempunyai gap dengan angka keberhasilan pengobatan, sehingga kontribusi pasien yang sembuh terhadap angka keberhasilan pengobatan menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam upaya pengendalian penyakit, fenomena menurunnya angka kesembuhan ini perlu mendapat perhatian besar karena akan mempengaruhi penularan penyakit TBC.
Gambar 11. Hasil Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Temukan TB Obati Sampai Sembuh
Sembuh42,0%
PengobatanLengkap
43,1%
Meninggal2,5%
Gagal0,4%
Loss to Follow up(Hilang dari pengamatan)
5,4%Pindah4,0%
Tidak dievaluasi2,7%
8
Upaya dan Pengendalian
Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan cara:
Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
Membudayakan perilaku etika berbatuk;
Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat;
Peningkatan daya tahan tubuh;
Penanganan penyakit penyerta TBC;
Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
1. Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC.a. Diagnosis TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan TBC
secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi berisiko tinggi. b. Pengobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita resistan obat dengan
disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-centred support).c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain.d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan berisiko tinggi
serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC. 2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan pencegahan TBC.
b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka kebijakan lain yang mendukung pengendalian TBC seperti wajib lapor, registrasi vital, tata kelola dan penggunaan obat rasional serta pengendalian infeksi.
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak determinan sosial terhadap TBC.
3. Intensifikasi riset dan inovasi a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode intervensi dan
strategi baru pengendalian TB. b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi-
inovasi baru untuk mempercepat pengembangan program pengendalian TB.
Pilar dan Komponen Penanggulangan TBC
Target Penanggulangan TBC Nasional
INDIKATOR
299
2014 2020 2025 2030 2035
30%
70% 90% 95%40%
50% 80% 90%Angka Kesakitan
Angka Kematian 41
Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TBC
di Negara yang Memiliki Paling Sedikit
100.000 Kasus Baru, 2016
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Number ofincident cases
100.000
500.000
1.000.000
2.500.000
Nigeria
South Africa
Pakistan
India
Indonesia
Philippines
China
Estimasi Incidence Rate TBC
per 100.000 Penduduk, 2016
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
>-
0-2425-99100-199200-299 300No dataNot applicable
Incidence per100.000 populationper year
Jumlah Kasus Baru TBC
di Indonesia Berdasarkan
Jenis Kelamin
Tahun 2017
<1 5-14 15-24 25-34 35-44 45-5455-64 65-74 75+1-4
0,2
0,4
0,3 0,3 0,3 0,3
0,5
0,6
0,8
0,7
Umur
Tidaksekolah
0,5
Tidak tamat
SD/MITamat SD/MI
TamatSMP/MTS
TamatSMA/MA
TamatD1-D3/PT
0,4 0,40,3 0,3
0,2
Pendidikan
Terbawah
0,4
MenengahBawah
Menengah MenengahAtas
Teratas
0,4 0,4 0,4
0,2
Sosial Ekonomi
Prevalensi TBC Berdasarkan
Case Notification Rate (CNR)
per 100.000 Penduduk
di Indonesia
Tahun 2008-2017
Persentase Pasien TBC
yang Positif HIV
di antara Pasien TBC
Ternotifikasi
Tahun 2009-2017
Angka Keberhasilan Pengobatan
Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2008-2017
Hasil
Pengobatan
Pasien TBC
Semua Kasus
Tahun 2017
Temukan TB Obati Sampai Sembuh
Sembuh42,0%
PengobatanLengkap
43,1%
Meninggal2,5%
Gagal0,4%
Loss to Follow up(Hilang dari pengamatan)
5,4%
Pindah4,0%
Tidak dievaluasi2,7%
TUBERKULOSIS
Rp
175.696
245.298
2017201620152014201320122011201020092008
161
139130125
135138136129127131160
140
120
80
60
40
0
100
20PER 100.000 PENDUDUK
Asia Tenggara
3%3% 7% 17% 25% 45%
AfrikaPasifik BaratMediterania Timur
EropaAmerika
100%
Sumber : Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
Estimasi Insidens TBC menurut Regional, 2016
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
2015 2016 2017
0,6
0,4
0,2
0201420132012201120102009
0,8
1,6
1,4
1,2
1,8
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
2014 2015 2016 2017
30
20
10
0
201320122011201020092008
40
80
70
60
10090
50
Kementerian Kesehatan RI - Pusat Data dan Informasi - 2018
DICARI PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC
0,75
1,071,22
1,85
0,34 0,37
0,740,63
1
2
0,75
PERSEN (%)
85,1 85,8 85,0 85,189,5 89,2 88,1 88,0 84,9 87,0
PERSEN (%)
top related