tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
Post on 11-Jul-2015
1.204 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
DIKTAT
STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA
DISUSUN OLEH:
Nama: DEA NINDRIA IMANSARI
NPM: 111 300 32
KELAS: 1A- MIPA
PENDIDIKAN MATEMATIKA/MIPA
DOSEN PENGAMPU :
HARYANTO M.Si
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2011
2
BAB 1
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Didalam suatu proses belajar mengajar tercangkup komponen, pendekatan, dan berbagai
metode mengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama
diselenggarakan proses belajar adalah demi terapainya tujuan pembelajaran. Dan ujuan
tersebut salah satunya adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik
dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat
didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkan maka yang berperan sebagai
pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa
berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut
utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan umum maupun tujuan khusus prooses
belajar itu tercapai.
B. Pengertian
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru - anak didik dlm
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu
kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara
sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga
bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan
tuntas.
3
C. Tujuan Pembelajaran
Umum:
Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami berbagai strategi belajar mengajar serta mampu
memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar.
Khusus:
Membekali mahasiswa teori-teori, konsep-konsep strategi belajar mengajar
Membekali mahasiswa teknik-teknik yang dipergunakan dalam strategi belajar mengajar
Membekali mahasiswa agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran, teori dan fenomena
dalam interaksi belajar mengajar, serta mampu menganalisisnya.
Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep pembaharuan dalam cara belajar mengajar,
dan pengembangan paradigma baru pendidikan
D. INTERAKSI DIDALAM KELAS
Pada hakekatnya belajar metematika adalah berfikir dan berbuat atau mengerjakan matematika. Disinilah
makna dari strategi pembelajaran matematika adalah strategi pemblajaran aktif, yang ditandai oleh dua
faktor yaitu:
a. Interaksi optimal antara seluruh komponen dalam proses belajar mengajar, di antaranya antara
dua komponen utama yaitu guru dan siswa.
b. Berfungsi secara optimal seluruh “sense” yang meliputi indera, emosi, karsa, karya, dan nalar. Hal
itu dapat berlangsung antara lain jika proses itu melibatkan aspek visual, audio, maupun teks.
E. PEMBELAJARAN YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, dan MENYENANGKAN
PROSES PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)
pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
4
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut adalah
penjelasannya.
1. Pendekatan Belajar
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi
dari setiap usaha, yaitu :
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
yang memerlukannya.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria
dan ukuran baku keberhasilan.
2. Strategi Pembelajaran
5
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien Kemp (Wina Senjaya,
2008) . Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan
bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam
suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;
(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
3. Metode Pembelajaran
metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian,teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama. Beberapa metode mengajar :
1. Metode Ceramah
Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam
pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu
seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan
pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan
teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.
2. Metode Tanya Jawab
6
Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang
senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup
pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa
ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah :
metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu
terletakdalam :
1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.
Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui
fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin
mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin
mencari jawaban yang tepat dan faktual.
2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa
Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak
berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari
untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai
jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan
tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup
dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang
dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini
sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai
perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.
Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab,
berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti
dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran
penggunaan metode tanya-jawab.
Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal
yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu
yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila
dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada
7
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan
sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan
pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan
jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang
disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
a.memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
b.memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya
c.mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai
d.membantu siswa belajar berpikir secara kritis
e.membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman
f.membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun
dari pelajaran sekolah
g.mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
a.Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem
dan topik kepada kelas.
b.Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber
pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang
diajukan.
c.Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah
membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
d.Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang
baru dikemukakan.
e.Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh
siswa atau kelompok lain.
f.Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
8
g.Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik
setuju maupun bertentangan.
h.Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
i.Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
j.Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari
pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
4. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu
proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat
bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium
dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white
board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan
siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan
lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
5. Metode karyawisata / pengalaman kerja
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa
mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual,
siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu
yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
6. Metode penugasan
Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat
berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode
penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih
banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan
mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi
mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri
7. Metode ekspermen laboratorium
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan
percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal
daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman,
mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan
siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
9
Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen. 1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-
tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab
dengan eksperimen. 2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah
yang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan-
bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. 3.
Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. 4. Setelah eksperimen
selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan
mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.
8. Metode bermain peran / simulasi
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara
seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih
memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
4. teknik pembelajaran
Definis Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri.
Beberapa teknik pembelajaran :
a. Teknik Menjelaskan
Menjelaskan merupakan salah satu bagian penting dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Karena teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun dengan guru senantiasa membatasi diri
agar tidak terjebak ke ceramah murni yang menghilangkan peranan siswa kecuali hanya
mendengarkan atau bahkan hanya mendengarkan yang dikemukakan guru.
b. Teknik Bertanya
Ada pepatah dalam pengajaran: “Question is the heart of the teaching”, artinya “Pertanyaan
adalah jantungnya pengajaran”. Dengan demikian, pengajaran tanpa bertanya adalah
pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan tanya jawab, perlu diketahui tujuan
mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan.
c. Diskusi
Teknik diskusi perlu dikembangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang menunjang
pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan dengan kemempuan umum yang harus
dimiliki setiap warga masyarakat, karena life skill itu lebih berfokus pada pengembangan
kemampuan siswa untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial, dan keterampilan-keterampilan
hidup lainnya dalam masyarakat.
d. Penemuan Terbimbing
10
Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan
persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu
dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan
menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan
bahan yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa
bahan yang ditemukan sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
e. Pemecahan Masalah
Sebagian besar ahli pendidikan matematika mengatakan bahwa masalah merupakan
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan juga bahwa tidak semua
pernyataan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya
jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh
suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh pelaku.
5. Taktik Pembelajaran
taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik
karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman
dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
dengan model pembelajaran.
BAB 3
11
BEBERAPA MODEL
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
1. Model penemuan terbimbing
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental
dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut
ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam
mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu”. Dengan
demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk
menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang
tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa
dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis
sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah
disediakn guru (PPPG, 2004:4).
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam
pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan
pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model
pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum
yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat
menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya
Dengan penjelasan diatas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan
dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan
terbimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model
ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika
tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri
sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan
sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang
dipelajari (Markaban, 2006:15).
Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS).
12
LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep
atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4).
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya,
akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan.
Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam
proses pemahaman dan ‟mengkonstuksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG,
2004:5).
Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada,
penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika
diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri,
sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan
guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang
sedang dipelajari.
Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas dan
menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya
dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan
ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas
siswa dan membantu mereka dalam „menemukan‟ pengetahuan yang baru tersebut. Metode ini
memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelak-sanaannya, akan tetapi hasil belajar yang
dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat
lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan „meng-
konstruksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Metode ini bisa dilakukan baik secara
perseorangan maupun kelompok. Beberapa materi seperti menemukan rumus luas lingkaran,
dalil Phytagoras, volume tabung, dan sebagainya sangat terbantu dalam menanamkan konsep
matematika. Dengan metode Penemuan Terbimbing guru bisa meminimalisir bentuk-bentuk ‟pe-
ngumuman‟ saja dari rumus tersebut, tetapi lebih pada upaya siswa yang diarahkan menemukan
konsep itu dibawah bimbingan guru.
Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam metode penemuan terbimbing ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Siswa
Sedikit bimbingan -menyatakan persoalan - menemukan pemecahan
Banyak bimbingan -menyatakan persoalan
-memberikan bimbingan
- mengikuti petunjuk
- menemukan penyelesaian
13
Agar pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah
yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang
ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis
data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.
Bimbingan ini sebaiknya me-ngarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju,
melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal
ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi
konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk me-nyusunnya. Di samping itu perlu diingat
pula bahwa induksi tidak menja-min 100% kebenaran konjektur.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau
soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar
Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini
berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah
sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang
ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis
data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah
kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
14
d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh
guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur
sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakn soal latihan atau soal
tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat
disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya.
Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa
juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa
masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
2. Model pemecahan masalah
A. Pengertian
Strategi belajar mengajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah menekankan
pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara
bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons
yang tepat terhadap masalah yang ada.
15
B. Karakteristik Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam hal ini penyelesaian
masalah kurang (tidak) rasional.
2. Penyelesaian masalah secara intuitif, masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi
berdasarkan intuisi atau firasat.
3. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan dengan
coba-coba, percobaan yang dilakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara acak.
4. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan
kewenangan seseorang.
5. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia
empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia
supranatural/dunia mistik/dunia gaib.
6. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui
proses deduksi dan induksi.
Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah penyelesaian masalah secara
ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan, materi
pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber
lingkungan yang ada. Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau kontroversial. Bahan seperti itu dapat
direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audo visual atau kliping atau
disusun sendiri oleh guru.
2. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa
3. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat
4. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum
sekolah
5. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang
dikehendaki
6. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.
7.
3. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama
kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
16
jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis
kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit.
Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam latar belakang.
Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social
siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam
kelompok.
Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :
Fase Indikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar
siswa baik individu maupun kelompok.
Beberapa kegiatan kelompok yang dikemukakn oleh beberap ahli antara lain
slavin(1985),lazarowitz (1988),atau sharan (1990) antar lain sbagai berikut:
1. Circle of Learning
17
Belajar bersama ini dikemukaan Johnson & Johnson pada tahun 1987
(Krismanto, 2000) dengan langkah-langkah berikut.
a. Beberapa orang (5 – 6) dengan kemampuan akademik yang bervariasi
(mixed abilities group) berkumpul bersama.
b. Mereka saling berbagi pendapat dan saling membantu dengan kewajiban
setiap anggota harus benar-benar memahami jawaban atau penyelesaian
tugas yang diberikan kepada kelompok tersebut.
c. Pertanyaan atau permintaan bantuan kepada guru dilakukan hanya jika
mereka sudah benar-benar kehabisan akal.
Hal yang juga dianggap penting dalam model ini adalah adanya saling
ketergantungan dalam arti positif, adanya interaksi tatap muka di antara
anggota, keterlibatan anggota sangatlah diperhitungkan, dan selain
menggunakan keterampilan pribadi juga mengembangkan keterampilan
kelompok.
2. Grup Penyelidikan (Group Investigation)
Grup Penyelidikan (Group Investigation) digagas oleh Lazarowitz dkk, 1988
(Krismanto, 2000). Model ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang
luas dan berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada
aktivitas positif siswa. Ada empat karakteristik pada model ini.
a. Kelas dibagi ke dalam sejumlah kelompok (grup).
b. Kelompok siswa dihadapkan pada masalah dengan berbagai aspeknya
yang dapat meningkatkan daya keingintahuan dan daya saling
ketergantungan positif di antara mereka.
c. Di dalam kelompok, siswa terlibat dalam komunikasi aktif untuk
meningkatkan keterampilan cara belajar.
d. Guru bertindak selaku sumber belajar dan pimpinan tak langsung,
memberikan arah dan klarifikasi hanya jika diperlukan, dan menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan:
a. mengidentifikasi topik dan mengorganisasi diri dalam “kelompok
peneliti”,
b. merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari,
c. melaksanakan investigasi,
d. menyiapkan laporan,
e. menyampaikan laporan akhir, dan
f. mengevaluasi proses dan hasil kegiatan.
3. Co-op co-op
Kegiatan ini dikemukakan Kagan, 1985.a (Krismanto, 2000). Seperti halnya
grup penyelidikan, Co-op co-op berorientasi pada tugas pembelajaran yang
kompleks. Para siswa mengendalikan diri mereka sendiri tentang apa dan
18
bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan. Siswa dalam suatu tim
(kelompok) menyusun proyek yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa
mempunyai topik mini yang harus diselesaikan dan setiap tim memberikan
kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan kelas. Struktur ini memerlukan
cara dan keterampilan bernalar yang cukup tinggi, termasuk menganalisis dan
melakukan sintesis bahan yang dipelajari. Langkahnya adalah:
a. diskusi kelas untuk seluruh siswa,
b. seleksi atau penyusunan tim siswa untuk mempelajari atau menyelesaikan
tugas tertentu,
c. seleksi tim untuk memilih topik,
d. seleksi topik mini (oleh angota kelompok di dalam kelompok/timnya oleh
mereka sendiri),
e. penyiapan topik mini, presentasi topik mini, persiapan presentasi tim,
f. presentasi tim, dan
g. evaluasi oleh siswa dengan bimbingan guru.
4. Jigsaw
Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk, 1978 (Krismanto, 2000).
Langkah-langkah pada model ini adalah sebagai berikut.
a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang pada setiap
kelompok. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok jigsaw
(gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga setiap
siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut.
b. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam
sebuah kelompok dan dikenal sebagai “counterpart group” atau
Kelompok Ahli (KA).
c. Dalam setiap KA siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran
dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya
kepada teman mereka sendiri.
d. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka, dan
mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing kepada temannya
dalam kelompok jigsaw tersebut. Hal ini memberikan kemungkinan
siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi baik di dalam
grup jigsaw maupun KA. Keterampilan bekerja dan belajar secara
kooperatif dipelajari langsung di dalam kegiatan pada kedua jenis
pengelompokan. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu
mengevaluasi proses pembelajaran mereka.
5. Numbered Heads Together (NHT)
NHT digagas Kagan 1985. b (Krismanto, 2000) dengan tahap kegiatan
berikut.
a. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok, masing-masing 4 orang. Setiap
19
anggota diberi satu nomor 1, 2, 3, atau 4.
b. Guru menyampaikan pertanyaan atau tugas.
c. Guru memberitahu siswa untuk berembug sehingga setiap anggota tim
memahami jawaban tim. Guru menyebut salah satu nomor dari 1, 2, 3,
atau 4, dan siswa dengan nomor yang disebutkan guru yang harus
menjawab.
d. Tanggapan dari teman lainnya.
e. Kesimpulan
Setiap tim terdiri dari siswa yang berkemampuan bervariasi: satu
berkemampuan tinggi, dua sedang, dan satu rendah. Di sini ketergantungan
positif juga dikembangkan dan yang kurang terbantu oleh yang lebih. Yang
berkemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mungkin mereka tidak
dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi
tanggung jawab atau nama baik kelompok. Yang paling lemah diharapkan
sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena
mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru untuk menjawab.
6. Team Assisted/ Accelarated Instruction (TAI).
Slavin (1985) menyatakan (Krismanto, 2000) telah mengembangkan model
ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan
keampuhan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini
memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI
disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya
dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Model ini juga
merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Berikut ini
langkahnya.
a. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual.
b. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling
memeriksa jawaban teman satu tim, dan semua bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab
bersama.
c. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang
dikerjakan teman satu timnya.
7.Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok –
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada
setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang
20
diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka
seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan
dibagi dalam meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang
yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan
dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu
meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan
dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta
dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan
menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya
anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim
berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap
penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams),
pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri – ciri
sebagai berikut.
a) Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil
b) Games Tournament .
Kelebihan model pembelajaran kooperatif ini adalah:
Melatih sisiwa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya
Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
Menumbuhkan rasa tanggung jawab social
Sedangkan kekurangaannya antara lain:
Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
Kendala teknis,misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung
untuk diatur kegiatan kelompok
Agak memakan banyak waktu
8.student teams-achievment division (STAD)
21
Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetensi dan
kompetisi antar kelompok.Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta
„mengajar‟ temannya
4. Model pembelajaran kontekstual
Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat
menerapkan dalam kehidupan.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
CTL.
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge)
2. Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge)
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
4. Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
Bentuk Pembelajaran dalam Metode Kontekstual
1. Mengaitkan (Relating)
Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating apabila ia mengkaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
2. Mengalami (Experiencing)
Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan pengalaman
sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika siswa memanfaatkan
(memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan (Applying)
Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru dapat
memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.
22
4. Kerja sama (Cooperating)
Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek
dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja secara individual. Pengalaman bekerja
sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan
dunia nyata.
5. Mentransfer (Transferring)
Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman
belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan
Kelebihan dan Kelemahan
Suatu metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Demikian
pula dengan metode pembelajaran kontekstual.
1. Kelebihan:
• Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.
• Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi
• Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan
• Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan
hasil pemikiran
• Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
2. Kelemahan:
• Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya
• Membutuhkan banyak biaya
5. Missouri mathematic project (MMP) . Metode Missouri Mathematics Project (MMP)
Sebelum melihat MMP, ada baiknya kita mengingat dahulu Struktur Pengajaran Matematika
(SPM) karena antara MMP dan SPM hampir sama.
Secara sederhana tahapan kegiatan dalam SPM adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan (7‟): apersepsi, revisi, motivasi, introduksi.
b. Pengembangan (10‟): pembelajaran konsep/prinsip.
c. Penerapan (23‟): pelatihan penggunaan konsep/prinsip, pengembangan, skill, evaluasi
d. Penutup (5‟): penyusunan rangkuman, penugaan.
Adapun Metode MMP yang secara empiris melalui penelitian, dikemas dalam struktur yang
hampir sama dengan SPM dengan urutan langkah adalah sebagai berikut (Winarno, 2000):
model Missouri Mathematics Project (MMP) memuat 5 langkah berikut.
23
1. Pendahuluan atau Review
a. Membahas PR
b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru
c. Membangkitkan motivasi
2. Pengembangan
a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu
b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik
3. Latihan Dengan Bimbingan Guru
a. Siswa merespon soal
b. Guru mengamati
c. Belajar kooperatif
4. Kerja Mandiri
Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2
5. Penutup
a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah
dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan.
b. Memberi tugas PR.
Contohnya adalah sebagai berikut, yaitu untuk topik memfaktorkan persamaan kuadrat.
1. Pendahuluan atau Review
a. Membahas PR, hal ini tergantung pada ada tidaknya PR.
b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru.
Contohnya dengan meminta siswa menjabarkan: (x+2)(x+3); (x−3)(x+3); (x)(x+3). Guru
memantau pekerjaan siswa serta memperbaiki kesalahan yang ada.
c. Membangkitkan motivasi, misalnya dengan menyatakan bahwa pengetahuan memfaktorkan
ini sangat sering digunakan dalam kegiatan menggambar grafik fungsi kuadrat.
24
2. Pengembangan
a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu.
b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik.
Alternatif langkahnya:
a. Minta seorang siswa menjelaskan mengapa (x + 2)(x + 3) = x2 + 5x + 6?
Ajukan pertanyaan: ”Dari mana bilangan 6 didapat?”; serta ”Dari mana bilangan 5 didapat?”
b. Guru dapat membantu dengan diagram perkalian suku dua.
c. Informasikan bahwa proses dari bentuk perkalian diubah ke bentuk penjumlahan disebut
menjabarkan; sedangkan proses kebalikannya disebut memfaktorkan.
3. Latihan dengan bimbingan guru (siswa merespon soal, guru mengamati dan membantu di
mana perlu, siswa dapat berdiskusi dengan teman lainnya).
Alternatifnya
a. Meminta siswa memfaktorkan x2+7x+10; x
2−7x+6; x
2+9x; dan x
2−25.
b. Guru berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa serta melakukan tanya jawab di mana
perlu.
4. Kerja Mandiri
Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2.
5. Penutup
a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah
dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan.
b. Memberi tugas PR.
25
6. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep
dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi
pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang
telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan
dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape
recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa
pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau
pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat
digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa
jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk
mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2)
mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan
mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan
digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5)
menginformasikan kerangka pelajaran.
Presentasi.
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil
sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh
konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan
langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting
dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau
keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai
kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan
memberikan bimbingan jika diperlukan.
26
Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika
telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL
1. Latar belakang Filosofis
CTL banyak dipengarhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan
selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena
pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar
pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses
akomodasi.
Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model
pembelajaran kontekstual.. menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna
manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
2. Latar belakangPsikologis
Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran
ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah
peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental
yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada yang perlu dipahami tentang pbelajar dalam konteks CTL.
1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai
dengan pengalaman yang mereka miliki
2. Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas.
3. Belajar adalah proses pemecahan masalah
4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju
yang kompleks
5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
NO Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
CTL Pembelajaran Konvensional
1 Siswa sebagai subjek belajar Siswa sebagai objek belajar
27
2. Siswa belajar melalui kegiatan
kelompok
Siswa lebih banyak belajar secara individu
3. Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
4 Kemampuan didasarkan atas
pengalaman
Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
5 Tujuan akhir kepuasan diri Tujuan akhir nilai atau angka
6 Prilaku dibangun atas kesadaran Prilaku dibangun oleh factor dari luar
7 Pengetahuan yang dimiliki
individu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang
dialaminya
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute
dan final, tidak mungkin berkembang.
8 Siswa bertanggungjawab dalam
memonitor dan mengembangkan
pembelajaran
Guru penentu jalannya proses pembelajaran
9 Pembelajaran bisa terjadi dimana
saja
Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
10 Keberhasilan pembelajaran dapat
diukur dengan berbagai cara
Keberhasilan pembelajaran hanya bisa
diukur dengan tes
D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa
tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya
belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar
dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan
cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru
manakala menggunakan pendekatan CTL.
1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
2. setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
28
3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang
baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
E. Asas-Asas CTL
CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
1. Konstruktivisme
Adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2. Inkuiri
Adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir
secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:
1. Merumuskan masalah
2. Mengajukan hipotesis
3. Mengumpulkan data
4. Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan
5. Membuat kesimpulan
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang
sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a) menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
b) membangkitkan motvasi siswa untuk belajar
c) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat
d) memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan
e) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai conto yang dapat ditiru
oleh setiap siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui.
1. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
29
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa.
F. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
a. Pola Pembelajaran Konvensional
untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
Guru menyampaikan materi pelajaran
Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya
Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan
kesimpulan
Guru melakukan post-tes
Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru.
b. Pola Pembelajaran CTL
untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Inti
3. Penutup
Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung
dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima
informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada
beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik
maupun mental.
2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam
kehidupan nyata.
3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi
sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain
BAB 4
CERAMAH
30
Pengertian
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode
yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan
ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat,
disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini
adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui
adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman
peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),
transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan
dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
DISKUSI UMUM (DISKUSI KELAS)
Pengertian
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta
dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan
pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya
digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode
lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,
permainan, dan lain-lain.
CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)
31
Pengertian
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,
informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)
untuk menjadi pembelajaran bersama.
DISKUSI KELOMPOK
Pengertian
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan
cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil,
yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat
membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga
meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam
32
diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan
kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik
mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan
diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi
umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan
pemaparan hasil diskusi kelompok.
BERMAIN PERAN (ROLE-PLAY)
Pengertian
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peranperan
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu „pertunjukan peran‟ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun
kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/
alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada
kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
SIMULASI
33
Pengertian
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk
mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di
dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek
penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi
penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi
dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang
sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan
fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan
tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya
berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam
keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam
contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi
dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat
melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
SANDIWARA
34
Pengertian
Metode sandiwara seperti memindahkan „sepenggal cerita‟ yang menyerupai
kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini
ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya
adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu
tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.
Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis
dikombinasikan secara seimbang.
DEMONSTRASI
Pengertian
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta
dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah
demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,
peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
35
melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan
dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
PRAKTEK LAPANGAN
Pengertian
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan
peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di „lapangan‟, yang bisa berarti di tempat
kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman
nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat
memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat
metode praktek adalah pengembangan keterampilan.
MPINGAN
PERMAINAN (GAMES)
Pengertian
36
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan
(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah
„pemecah es‟. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi
kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk
membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.
Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan
suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh
menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai
secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal
yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses
belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.
Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu „aksi‟ atau kejadian yang dialami
sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi
hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah
perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.
BAB 5
CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN
Besaran dan satuan
Kelas : X
Waktu : 45 menit
Model Pembelajaran : CTL
Metode : Eksperimen
Standar kompetensi:
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
Kompetensi dasar:
Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu).
37
Indikator:
1. Siswa membandingkan pengukuran massa dengan indera dan neraca
2. Siswa mensimulasikan cara mengukur massa suatu benda.
3. Siswa menemukan konsep massa.
4. Siswa menghitung massa jenis suatu benda.
Alat dari kit guru:
Kit neraca
Bola dan balok
Botol air
Materi:
Massa dapat dimaknai dengan berbagai definisi, bergantung pada proses pembelajarannya.
Massa dapat didefinisikan sebagai ukuran jumlah zat bila dalam proses pembelajarannya harus
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah zat akan menambah massanya. Pendefinisian
seperti ini memberikan konsekuensi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Orang
membeli bahan bakar gas (elpiji) diukur dengan cara ditimbang. Elpiji dalam sebuah tabung
dikatakan masih penuh bila massanya besar, sedangkan jika habis massanya akan ringan. Inilah
arti pentingnya mempelajari massa agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Persiapan pembelajaran:
Sebelum masuk kelas, guru menyiapkan bola besi dan balok kayu. Balok kayu dibuat sedikit
lebih berat dibanding bola besi. Alat ini digunakan untuk membangkitkan motivasi di awal
pembelajaran.
Kegiatan Pembelajaran:
Waktu Peran Perkembangan Pembelajaran Alat bantu
5‟ MM
MM
Pendahuluan
Siswa diminta untuk mengobservasi bola
dan balok kayu.
Bola besi dan
balok kayu
38
G
MM
G
MM
G
Hasil observasi dilaporkan dan ditulis di
papan tulis.
“Apakah yang anda rasakan pada tangan
kanan dan kiri sama? Apa bedanya?
Betulkah bola besi lebih berat dari pada
balok kayu?”
Siswa diminta mengamati berat kedua
benda yang dibandingkan dengan neraca.
Apakah ada pertanyaan?
Mengapa ada perbedaan antara
membandingkan massa kedua benda
menggunakan tangan dan neraca?
Manakah yang lebih tepat digunakan
sebagai alat ukur massa?
35‟ M
G
MM
MM
MM
MM
G
G
Penyusunan Opini:
Siswa diminta memberikan penjelasan
mengukur massa dengan neraca.
Kegiatan inti:
Kepada siswa diberikan kit neraca dan air
dalam botol.
1. Siswa diminta merangkai neraca.
2. Siswa diminta menimbang air yang
volumenya 50 ml.
3. Siswa diminta menimbang air yang
volumenya 100 ml.
4. Siswa diminta mencatat datanya.
5. Siswa diminta memprediksikan
massa air yang volumenya 150 ml dan
Kit neraca, air
dalam botol
39
200 ml.
6. Siswa diminta mengukur massa air
yang volumenya 150ml dan 200 ml.
Diskusi:
1. Salah satu kelompok diminta
menulis data di papan tulis.
2. Berdasarkan data yang ditulis di
papan tulis, siswa diajak untuk
mendefinisikan massa.
3. Mendiskusikan pengaruh
pemanasan terhadap massa zat.
Kegiatan 2:
1. Berdasarkan tabel yang telah
diperoleh, bagaimana hubungan antara
massa dan volume air?
2. Digambar dalam bentuk grafik
(sumbu x volume, sumbu y massa),
berapa gradiennya!
3. Gradien itu apa, gradien ini
dinamakan massa jenis?
4. Siswa diminta memformulasikan
massa jenis
5. Siswa diajak mendiskusikan makna
massa jenis!
6. Siswa diajak menghitung massa
jenis suatu benda lain.
7. Massa suatu zat adalah khas untuk
zat itu, sehingga definisi massa
diperbaiki!
Siswa diajak mengenal besaran-besaran
40
dasar yang lain selain massa.
Siswa diajak mengenal besaran volume,
yang diturunkan dari besaran pokok
panjang.
Pemecahan masalah:
Setiap besaran memiliki alat ukur.
Besaran terdiri atas besaran pokok dan
besaran turunan.
Penerapan konsep:
Bagaimana cara mengukur jumlah gas
dalam tabung elpiji?
5‟ G Kegiatan Pemantapan:
Siswa diminta menunjukkan alat ukur
massa selain neraca yang ada di
lingkungan mereka. Siswa diminta
mengidentifikasi alat-alat ukur besaran
pokok lain yang biasa digunakan di
lingkungannya.
Keterangan:
MM : Kegiatan utama dilakukan oleh murid-murid (diskusi murid-murid)
G : Kegiatan utama dilakukan oleh guru
M : Kegiatan dilakukan tanya jawab guru murid
Penilaian
Penugasan: Membuat deskripsi tentang kegiatan pengukuran massa yang terjadi di pasar
tradisional di lingkungannya.
Kriteria penilaian
No. Aspek Skor Bobot Skor
Maksimal
41
1. Kelengkapan:
a. lengkap (data + gambar) 3
b. agak lengkap (data) 2 5 15
c. kurang lengkap (gambar) 1
2. Kesesuaian:
a. sesuai 3
b. agak lengkap 2 5 15
c. tidak lengkap 1
Skore Nilai (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 30
Skore Anak (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 10
3
Penilaian kedua aspek dilakukan melalui Evaluasi Keterampilan Proses Sains
Observasi
Tuliskan hasil pengamatan anda tentang bola besi dan balok kayu dalam percobaan ini!
Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan apa saja yang ada dalam pikiranmu saat mengamati hasil penimbangan bola besi dan
balok kayu menggunakan neraca?
Merancang percobaan
Bagaimanakah prosedur merangkai kit neraca agar siap digunakan untuk menimbang?
Mengkomunikasikan
Tuliskan data hasil pengamatanmu pada kertas yang tersedia di meja masing-masing!
Prediksi
Berapa massa air jika volume air sebanyak 150 ml?
Interpretasi data
42
Apa yang terjadi bila jumlah air dalam wadah ditambah?
Inferensi (Kesimpulan sementara)
Berdasarkan data yang telah anda interpretasikan, kesimpulan apakah yang dapat kalian
temukan?
Kesimpulan
Setelah mengetahui massa jenis, apakah yang dimaksud dengan massa itu?
Penilaian aspek kognitif
Mengingat:
Faktor apakah yang mempengaruhi besar kecilnya massa air?
Memahami:
Mengapa pemanasan suatu benda dapat mengubah massa jenisnya?
Menerapkan:
Mengapa saat membeli elpiji di toko kita harus menimbangnya lebih dahulu?
Menganalisis:
Mengapa ikan di danau sekitar kutub masih tetap hidup meskipun danau tersebut tertutup oleh
es?
Menilai:
Benarkah konsep berikut ini, berikan alasan pendapat anda! Meskipun besi yang dipanaskan
akan muai, namun massa jenisnya tetap karena pertambahan volume besi diikuti dengan
pertambahan massa besi tersebut
Mencipta:
Bagaimanakah prosedur untuk menunjukkan bahwa benda yang dipanaskan massanya tidak
berubah?
Penilaian aspek psikomotorik
43
Selama siswa melakukan percobaan, guru menilai keterampilan kerja siswa
Penilaian aspek apektif
Selama siswa melakukan diskusi, dinilai ketekunannya, kerjasamanya, dan kepatuhannya dalam
melaksanakan tugas.
Pembahasan
Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dirancang ini memenuhi hakekat CTL, antara lain:
1. Konstruktivisme, siswa dihadapkan pada pengalaman kongkrit membandingkan massa
dua benda yang diukur dengan tangan dan neraca. Berdasarkan hasil observasinya siswa
dapat diajak untuk mengenali faktor yang mempengaruhi keadaan suatu benda.
2. Tanya Jawab, kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti sampai dengan penutup
selalu dilakukan tanya jawab antara guru dengan siswa. Pertanyaan dari guru digunakan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud
keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan
siswa, siswa dengan guru.
3. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula
dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori
atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan
data, analisis data, kemudian disimpulkan. Definisi massa ditemukan oleh siswa selama
proses pembelajaran melalui kegiatan ilmiah.
4. Komunitas belajar, adalah komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk
berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan
kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan
kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. Identitas
MM diharapkan selama proses kegiatan pembelajaran guru tidak mendominasi kelas,
tetapi Tanya jawab antar siswa antar kelompok siswa dapat berjalan lancer.
5. Pemodelan, dalam pembelajaran ini, guru mendemontrasikan suatu kinerja (mengukur
massa) agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model
yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn mengukur massa air yang
volumenya sudah ditentukan lebih dahulu. Guru mengarahkan siswa supaya tidak
melakukan hal yang sebaliknya yaitu memaksakan untuk mengisi air ke dalam suatu
wadah agar massanya sebesar x gram. Ini dilakukan untuk memberikan contoh bekerja
ilmiah yang benar, membedakan antara variabel bebas (mengisi air ke dalam suatu
wadah) untuk mendaatkan variable terikat (massa air yang teramati melalui neraca.
6. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman
yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum
44
diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Dalam pembelajaran ini
siswa diberi kesempatan untuk membadingkan hasil pembelajaran ini dengan fakta yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari (membeli elpiji). Siswa yang sudah memahami
konsep massa, akan meminta penjual menimbang elpiji sebelum dibawa pulang, tidak
hanya percaya dengan segel yang ada pada tabung gas.
7. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,
ketrampilan sikap) siswa secara nyata. RPP ini dilengkapi dengan instrumen penilaian
yang menyeluruh, mulai dari saat melakukan kegiatan pembelajaran sampai dengan
setelah pembelajaran itu selesai.
top related