tugas klmpk bpk abram babakal s kep ns askep bronkitis
Post on 09-Aug-2015
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Dia yang Maha Kuasa, berkat penyertaannya kelompok
II dapat menyelesaikan paper ini dan sudah selayaknya kita manusia selalu
berpandangan tanpa bimbing dan ijin Yang Maha Kuasa, kita manusia apakah yang
bisa kita lakukan.
Dengan terselesaikannya paper ini, kelompok II telah memenuhi kewajiban
sebagai mahasiswa, karena paper ini merupakan persyaratan bagi mahasiswa
Fakultas Keperawatan UNPI Manado umumnya, bagi Kelompok II khususnya untuk
mendapatkan nilai tugas yang telah diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Sistem
Respirasi, Ns. Abram Babakal, S.Kep.
Besar harapan Kelompok II kiranya paper ini, walaupun masih jauh dari yang
sempurna baik secara kerangka penyusunan maupun materi yang diangkat, dapat
menjadi nilai tambah baik pengetahuan dan wawasan tentang penyakit Bronkitis
Kronis baik untuk kelompok II khususnya maupun para pembaca makalah ini. Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan Kelompok II, hingga di kemudian hari
semakin sempurna dalam menyusun paper dan makalah seperti ini.
Sekian
Salam hangat
Kelompok II
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 3
B. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM 3
2. TUJUAN KHUSUS 3
C. METODE PENELITIAN 4
D. SISTEMATIKA PENULISAN 5
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN 6
B. ETIOLOGI 7
C. TANDA DAN GEJALA 7
D. PENGOBATAN 7
E. KOMPLIKASI 8
F. PENALAKSANAAN 8
BAB II TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 9
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 11
C. PERENCANAAN 11
BAB III PENYIMPANGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 16
BAB IV TINJAUAN KASUS 17
DAFTAR PUSTAKA 62
DAFTAR ISTILAH 63
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang
terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar
jarang terjadi.
Bronkitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada
seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan
obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive
pulmonary disease ( COPD ).
Bronkitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi daripada
normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji padi-padian,
pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang terus menerus
terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok sigaret yang
berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi tabung-tabung bronchial dan
menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan. Kenyataannya
penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan
wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan
kelainan kongenital.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka kelompok II mencoba untuk
mengangkat kasus pada pasien Tn. “AS” dengan gangguan sistem Pernapasan
Bronkitis kronis.
B. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Kelompok dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis secara langsung dan
cepat.
b. Tujuan Khusus
Kelompok mampu :
1. Mengkaji klien dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 4
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan
sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
4. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan sistem
Pernafasan; Bronkitis kronis.
5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada klien dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
6. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan kasus
dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang telah
ditetapkan.
C. METODE PENELITIAN
Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Asuhan Keperawatan
ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat menggambarkan suatu
keadaan dengan objektif selama mengamati klien, mulai dari pengumpulan data
sampai melakukan evaluasi yang disajikan dalam bentuk teori dan format-
format Asuhan Keperawatan.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam Asuhan Keperawatan ini
Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan anak klien untuk
memperoleh data yang diharapkan.
2. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung pada klien sehingga Penulis
dapat menyimpulkan data dengan tepat.
3. Pemeriksaan fisik
Sumber data berikut dilakukan pada klien dengan cara : inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi untuk melengkapi data.
4. Studi Keperawatan
Untuk melengkapi data, Penulis menggunakan catatan status klien, catatan
keperawatan klien, data-data medik dan pemeriksaan diagnosa.
5. Studi Dokumentasi
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 5
Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem Pernapasan;
Bronkitis kronis adalah dari beberapa buku sumber.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari:
PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika Penulisan.
BAB I : KONSEP DASAR PENYAKIT
Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar penyakit yang terdiri dari :
Pengertian, Etiologi, Tanda dan gejala, Pengobatan, Komplikasi dan
penatalaksanaan.
BAB II : TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
Bab ini menjelaskan tentang Askep dalam bentuk teori yang meliputi:
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan Asuhan keperawatan
BAB III : TINJAUAN KASUS
Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara langsung pada
klien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
Pengkajian, Analisa dan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 6
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT BRONKHITIS AKUT
A. Pengertian
Bronkhitis adalah penyakit pernapasan dimana selaput lendir pada saluran-
saluran bronkhial paru meradang. Ketika selaput yang teriritasi membengkak dan
tumbuh lebih tebal, ia menyempitkan atau menutup jalan-jalan udara yang kecil
dalam paru-paru, berakibat pada serangan-serangan batuk yang disertai oleh dahak
yang tebal dan sesak napas. Penyakit mempunyai dua bentuk: akut (berlangsung
kurang dari 6 minggu) dan kronis (kambuh seringkali untuk lebih dari dua tahun).
Sebagai tambahan, orang-orang dengan asma juga mengalami peradangan lapisan
dari tabung-tabung bronkhial yang disebut asthmatis bronkhitis.
Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya,
yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Manifestasi klinis
biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas. Bronkitis akut
biasanya merupakan penyakit yang pendek yang umumnya berkembang dari dingin
yang parah atau mengikuti infeksi virus lainnya dan ditandai oleh batuk dengan
dahak hijau dan nyeri di tengah dada dan mungkin demam dan beberapa sesak
(biasanya ringan) napas.
Bronkiale dalam keadaan Bronkiale yang meradang Normal
Anatomi brokiale Gambaran Bronkitis pada X-Ray
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 7
B. Etiologi
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus
dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli,
Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan
bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkhitis Akut pada anak. Di
lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan
terjadinya bronkitis akut.
C. Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala dari bronchitis akut ini adalah sebagai berikut :
Perasaan tidak enak dan sesak pada dada
Tenggorokan serak
Hidung mampet
Sesak napas
Mengi ( bunyi napas ngik-ngik)
Demam yang tidak tinggi dan menggigil
Lemah dan letih.
D. Pengobatan
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan, meliputi:
Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali
gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah
kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesuai usia dan kemampuan,
istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen)
Ekspektorant adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya:
GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat,
teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang
disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami
bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan
untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya
mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh
penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata
mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi
setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar
diberikan obat bronkodilator jenis lain.
Antibiotika digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami
eksaserbasi oleh infeksi kuman ( Hinfluenzae, S.pneumoniae, M.catarrhalis).
Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan
oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 8
E. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.
F. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender.
- Sering mengubah posisi.
- Banyak minum.
- Inhalasi.
- Nebulizer.
- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis.
- Jangan beri obat antihistamin berlebih.
- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial.
- Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari.
- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 9
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian.
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronkitis :
A. Aktivitas/istirahat
Gejala :
- Keletihan, kelelahan, malaise.
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
- Ketidakmampuan untuk tidur.
- Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda :
- Keletihan
- Gelisah,
- insomnia.
- Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
B. Sirkulasi
Gejala :
- Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
- Peningkatan tekanan darah,
- peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
- Distensi vena leher.
- Edema dependent
- Bunyi jantung redup.
- Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
- Pucat, dapat menunjukkan anemi.
C. Integritas Ego
Gejala :
- Peningkatan faktor resiko
D. Perubahan pola hidup
Tanda :
- Ansietas,
- ketakutan,
- peka rangsang.
E. Makanan/cairan
Gejala :
- Mual/muntah.
- Nafsu makan buruk/anoreksia
- Ketidakmampuan untuk makan
- Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
- Turgor kulit buruk,
- edema dependen,
- berkeringat.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 10
- Penurunan berat badan, palpitasi abdomen
F. Hygiene
Gejala :
- Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda :
- Kebersihan buruk,
- bau badan.
G. Pernafasan
Gejala :
- Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3
bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
- Episode batuk hilang timbul.
Tanda :
- Pernafasan biasa cepat.
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
- Bunyi nafas ronchi
- Perkusi hyperresonan pada area paru.
- Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
H. Keamanan
Gejala :
- Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
- Adanya/berulangnya infeksi.
I. Seksualitas
Gejala :
- Penurunan libido
J. Interaksi sosial
Gejala :
- Hubungan ketergantungan
- Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
- Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda :
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan
- Keterbatasan mobilitas fisik.
- Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
K. Pemeriksaan diagnostik :
Sinar x dada :
- Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya
diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal
selama periode remisi.
Tes fungsi paru :
- Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi.
TLC : Meningkat
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 11
Volume residu : Meningkat.
FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
Bronchogram :
- Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran
duktus mukosa.
Sputum :
- Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
EKG :
- Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.
II. Diagnosa keperawatan
A. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
C. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
D. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
E. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis.
F. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
G. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
H. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan dirumah.
III. Perencanaan Keperawatan
A. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
1. Auskultasi bunyi nafas
Rasional :
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional :
Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
selama / adanya proses infeksi akut.
3. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional :
Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan
menurunkan jebakan udara.
4. Observasi karakteristik batuk
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 12
Rasional :
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,
penyakit akut atau kelemahan
5. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
Rasional :
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret mempermudah
pengeluaran.
B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
Rencana Tindakan:
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional :
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya
proses penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional :
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea
dan kerja nafas.
3. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional :
Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area
konsolidasi
4. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional :
Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
5. Awasi GDA
Rasional :
PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia
terjadi derajat lebih besar/kecil.
6. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional :
Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
C. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan :
perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
1. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional :
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 13
Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik
ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional :
memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres
berlebihan.
3. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika
diharuskan
Rasional :
menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
D. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
1. Kaji kebiasaan diet.
Rasional :
Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea,
produksi sputum.
2. Auskultasi bunyi usus
Rasional :
Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3. Berikan perawatan oral
Rasional :
Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat
membuat mual dan muntah.
4. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional :
Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
5. Konsul ahli gizi
Rasional :
Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu
memberikan nutrisi maksimal.
E. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis.
Tujuan :
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
1. Awasi suhu.
Rasional :
Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
2. Observasi warna, bau sputum.
Rasional :
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 14
Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional :
mencegah penyebaran patogen.
4. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional :
Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tekanan darah terhadap infeksi.
5. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional :
Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur.
F. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
1. Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan
menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
Rasional :
Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak
O2.
G. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan :
pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
1. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional :
Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan
tindakan selanjutnya.
2. Berikan dorongan emosional.
Rasional :
Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima
keadaan penyakit yang dialami.
3. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional :
Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban
pikiran yang dirasakan
4. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional :
Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau
bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
5. Beri dorongan spiritual
Rasional :
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 15
Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan
menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
H. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan :
Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi :
1. Jelaskan proses penyakit individu
Rasional :
Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada
rencana pengobatan.
2. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum.
Rasional :
Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps
jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
3. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara,
serbuk, asap tembakau.
Rasional :
Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan
peningkatan produksi sekret jalan nafas.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 16
BAB III
PENYIMPANGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PATOFLOW BRONKITIS
Etiologi
Alergen Infasi kuman ke jalan
napas
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Fenomena Infeksi
Iritasi Mukosa
Bronkus
Edema mukosa sel goblet memproduksi
mukus
Penyebaran bakteri/virus ke seluruh tubuh.
Bakterimia/viremia
Peningkatan akumulasi sekret
bronkus
Ndx. Bersihan jalan napas tidak efektif Hipertermi
Peningkatan laju
metabolisme tubuh umum
Demam
Ndx. Gangguan keseimbangan cairan
Malaise
Ndx. Intoleransi Aktifitas
Penyempitan jalan napas
Napas
pendek
Penggunaan otot napas tambahan
Ndx. Gangguan pola napas
Batuk
produktif
Nyeri
Ndx. Gangguan rasa nyaman:
nyeri
Tidak nafsu makan
Ndx. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan
Nyeri pada retrosternal
Bronkiulos melebar Kerusakan Bronkiolus
Ndx. Kerusakan Pertukaran Gas
Batuk darah
KEMATIAN
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 17
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN DATA DASAR
II. Identitas Diri Klien
N a m a : Tn. AS
Tanggal masuk RS : 14 Oktober 2011
Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 13 Maret 1962
Sumber Informasi : Keluarga
U m u r : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat
Alamat : Kec. Singkil segera dihubungi (Orang Tua/Wali,
Suami, Istri, dan lain-lain): Anak
Status Perkawinan : Kawin
A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA
S u k u : Sanger Pekerjaan : Tukang Parkir
Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Singkil
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Lama Bekerja : 25 tahun
II. Status Kesehatan Saat ini
1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :
Batuk disertai sputum(dahak) selama 4 bulan terakhir, dada terasa nyeri saat
batuk, sesak nafas, dan mual-mual.
2. Faktor Pencetus :
Pasien perokok berat, mengkonsumsi rata-rata 2 bungkus per hari (Rokok
Surya)
3. Lamanya Keluhan : 4 hari
4. Timbulnya Keluhan : ( ) bertahap
( ) mendadak
5. Faktor yang memperberat : Debu dan serbuk bahan-bahan bangunan (mis.
Sebuk kayu dan semen)
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri membeli obat Mextril dan Konidin di warung
Oleh orang lain : Memberi saran
7. Diagnosa Medik :
1. Bronkitis Kronis Tanggal : 14 Oktober 2011
III. Riwayat Kesehatan yang lalu
A. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kanak – Kanak :
b. Kecelakaan : Sepeda Motor
c. Pernah dirawat penyakit waktu
d. Operasi : tidak
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 18
B. Alergi :
Tipe : Reaksi : Tindakan :
Terhadap debu flu dan batuk
C. Imunisasi :
Tipe : Reaksi : Tindakan :
Campak bercak-bercak merah
pada kulit
DPT suhu tubuh naik minum obat
Paracatamol
Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
D. Obat – obatan :
Lamanya
Sendiri :
Orang lain (resep)
E. Pola Nurtisi :
Frekwensi makan :
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Jenis makanan : Daging, sayur, nasi
Makanan yang disukai : Pisang goreng dan tinutuan
Makanan yang tidak disukai : Ikan laut
Makanan pantang : kacang-kacangan
Nafsu makan : ( ) baik
( ) Sedang – alasan : mual/muntah/sariawan
() Kurang – alasan : mual/muntah/sariawan
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) bertambah ……………………kg
( ) tetap
() berkurang 3 kg
F. Pola Eliminasi :
a. Buang air besar
Frekwensi : 2 kali Penggunaan pencahar : tidak
W a k t u : pagi/siang/sore/malam
W a r n a : kekuningan
Konsistensi : padat
b. Buang air kecil
Frekwensi : normal
W a r n a : kuning encer
B a u : normal
G. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur (jam) : 11 malam
Lama tidur/hari : 6 jam / hari
Kebiasaan pengantar tidur : merokok
Kebiasaan saat tidur : mendengkur
Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur
( ) sering/mudah terbangun
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 19
( ) merasa tidak puas setelah bangun
tidur
H. Pola Aktifitas dan Latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : mencampurkan material bangunan
b. Olah Raga : - Jenis : tidak
- Frekwensi : tidak
c. Kegiatan di waktu luang : santai dengan anak dan cucu
d. Kesulitan/keluhan dalam hal : () pergerakan tubuh
( ) mandi
( ) mengenakan pakaian
( ) bersolek
( ) berhajat
() sesak napas setelah mengadakan
aktifitas
() mudah merasa kelelahan
I. Pola bekerja :
a. Jenis pekerjaan : Kuli Bangunan Lama : 25 tahun
b. Jumlah jam kerja : ± 8 jam / hari Lama : 6 hari kerja
c. Jadwal Kerja : senin s.d sabtu
d. Lain-lain (sebutkan) :
VI. Riwayat Keluarga
Genogram :
V. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : lingkungan temapat tinggal di daerah kumuh yang sistem sanitasinya
tidak baik
Bahaya : rentan terhadap penyakit kulit dan diare
Polusi : terhadap udara
VI. Aspek Psikososial
1. Pola pikir & persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
( ) Kaca mata
Pasien
Bronkitis
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 20
( ) alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
() sering pusing
( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit
( ) menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin
( ) membaca/menulis
2. Persepsi Diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini :
pasien berharap segera sembuh agar dapat kembali bekerja
Harapan setelah menjalani perawatan :
lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan berhenti merokok
Perubahan yang dirasa setelah sakit :
badan terasa lemah, nyeri saat batuk dan merasa tidak nyaman
3. Suasana Hati : gelisah
Rentang perhatian : anak dan cucu menjadi lebih perhatian
4. Hubungan/komunikasi
a. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia
( ) jelas
()relevan Bahasa Daerah : dialek Manado
( ) mampu mengekspresikan
( ) mampu mengerti orang lain
b. Tempat Tinggal
( ) sendiri
() bersama orang lain, yaitu Anak dan cucu
c. Kehidupan Berkeluarga
- Adat istiadat yang dianut : ……………………………
- Pembuat keputusan dalam keluarga :Kepala keluarga (pasien)
- Pola komunikasi : lancar terhadap anak dan cucu
- Keuangan : ( ) memadai
() Kurang
d. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua
( ) Hubungan dengan sanak saudara
( ) Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan Seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut:
( ) fertilitas ( ) menstruasi
() Libido ( ) kehamilan
( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual :
pasien tidak terlalu memahami tentang gangguan seksual yang dialami
6. Pertahanan Koping
a. Pengambilan Keputusan :( ) sendiri
() dibantu orang lain : sebutkan : Anak
b. Yang disukai tentang diri sendiri : pasien tidak tergantung
pada orang lain
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : kebiasaan merokok
d. Yang dilakukan jika stress :
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 21
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
() lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : DIAM
e. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan
aman : Perawat memberikan dukungan agar pasien cepat sembuh
7. Sistem Nilai - Kepercayaan
a. Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan
Keluarga
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?
( ) Ya ( ) Tidak
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekwensi) sebutkan:
Masuk gereja setiap minggu jika tidak ada lembur kerja
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di
Rumah Sakit, Sebutkan : Berdoa
8. Tingkat Perkembangan :
Usia : Middle age Karakteristik : normal sesuai usia dan kulit mulai
keriput
VII. Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhu tubuh : 400 C (demam)
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan
Kepala : bentuk : simetris dan oval
Keluhan yang berhubungan : tidak ada
Pusing/sakit kepala : tidak
M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor: baik
Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil
Akomodasi : baik
Bentuk : simetris
Konjunctiva : merah pucat
Fungsi penglihatan : baik
- Baik/kabur/tidak jelas : baik
- Dua bentuk: tidak
- Rasa sakit : tidak
Tanda-tanda radang tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah
Operasi tidak
Kaca mata : tidak menggunakan kaca mata
Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak
Hidung : Reaksi Alergi : bersin bila berdebu
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 22
Cara mengatasinya : dibiarkan saja
Pernah mengalami flu : Pasie pernah mengalami influensa
Bagaimana frekwensinya dalam setahun : sering
Sinus : normal perdarahan : tidak ada
Mulut &
Tenggorokan : Gigi geligi geraham 2 atas tercabut
Kesulitan/gangguan berbicara tidak
Kesulitan menelan tidak
Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah
Pernafasan : Suara paru : krekels
Pola Nafas : tidak teratur(takhipnoe) Batuk : sering
Sputum : ada Nyeri : terasa
Kemampuan melakukan aktifitas : sulit
Batuk darah : pernah (6 bulan lalu)
Rontgen Foto terakhir : 4 bulan lalu Hasil : bronkitis
Sirkulasi : Nadi Perifer -------
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis : Tampak
Suara Jantung : redup
Suara Jantung tambahan : Tidak dilakukan
Irama jantung (monitor) : Tidak dilakukan
Nyeri : pada bagian thorax Edema : tidak
Palpitasi : Tidak ada Baal: tidak
Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan
Clubbing : tidak ada
Keadaan Ekstremitas : (mobilitas berkurang)
Syncobe : Tidak
Rasa pusing : ada
Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm H2O
Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : berkurang
Rasa mual : sering Muntah : Kadang
Intake Cairan : 6-7 gelas/hari
Eliminasi : Pola rutin ------
(b.a.b) Penggunaan Laxan : Tidak diterapkan
Colostomy : Tidak diterapkan
Ileostomy : Tidak diterapkan
Konstibasi : tidak diterapkan
Diare : Kadang-kadang
(b.a.k) Inkontinensia
Infeksi : Tidak ada
Nematuri : - Catheter : Tidak diterapkan
Urine Output : > 2000 ml
Reproduksi : Kehamilan ______________________
Buah dada _______________ Perdarahan
Pemeriksaan Pap Smear terakhir
Hasil ________________________________________
Keputihan _____________________________________
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 23
Pemeriksaan Sendiri ___________________________
Prostat tidak ada
Penggunaan Kateter tidak ada
Neurologis : Tingkat kesadaran sadar
Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu
Koordinasi : pasien dapat berkoordinasi dengan
anggota gerak tubuh
Pola tingkah laku : normal
Riwayat epilepsi/kejang/Parkinson : tidak ada
Refleks : tidak ada
Kekuatan menggenggam : pasien dapat menggenggam
objek
Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas baik
Muskuloskeletal : Nyeri : pada bagian dada (thorax)
Kekakuan : tidak ada
Pola latihan gerak _______________________________
Kulit : Warna : kemerahan secara umum
Integritas : kering
Turgor : kering
Data Laboratorium
Laboratorium :
Leukosit > 17.500.
Analisa gas darah
Pa O2 : 16 = rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 :67 mmHg = tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain
Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan namun nampak bayangan
bronchus yang menebal dan corak paru bertambah.
Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Pasien memperkirakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh profesi
kerjanya sebagai seorang pekerja bangunan yang setiap harinya
berhadapan dengan debu atau serbuk/ampas bahan.
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar
mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan
infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk
produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa
sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor
etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat
pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 24
dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil
mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan
pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam
jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 25
2. ANALISA DAN DIAGNOSA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH DIAGNOSA
KEPERAWATAN 1
DS: - Pasien mengatakan batuk disertai
sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)
- Sesak napas
DO: - Suara napas terdengar krekels - Keadaan umum pasien gelisah - pernapasancepat (takhipnoe) - TTV:
-. Suhu tubuh : 400 C (normal: 26-270 C) -. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit) -. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit) -. Tekanan Darah : 130/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
Alergen
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat (sel goblet
memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Ndx. Bersihan jalan napas tak efektif
Bersihan jalan napas tak efektif
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 26
2
DS:
- Pasien mengatakan terasa nyeri saat batuk
- Pernah batuk darah
DO: - Keadaan umum pasien gelisah - Broncus menebal - Corak paru bertambah - Suara jantung redup - Leukosit lebih dari 17.500 - Saturasi hemoglobin menurun - Eritropoesis bertambah - Nilai GDA tak normal:
Analisa gas darah Pa O2 : 16rendah (normal 25 – 100
mmHg) Pa CO2 :67tinggi (normal 36 – 44
mmHg). - TTV:
-. Suhu tubuh : 400 C (normal: 26-270 C) -. Denyut Nadi : 80 kali /menit (normal: 60 kali/menit) -. Pernafasan : 28 kali /menit (normal dewasa: 12-20 kali/menit) -. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Alergen
Aktivasi IG. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat (sel goblet
memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Batuk produktif
Bronkiolus melebar
Kerusakan Pertukaran Gas
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia)
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 27
3
(normal: 120/80 mmHg)
DS: - Pasien sering mual - Nafsu makan berkurang
DO: - Berat badan pasien turun 3 kg 6
bulan terakhir menjadi 59 kg
Kerusakan bronkiolus
Ndx. Kerusakan pertukaran gas
Alergen
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Edema mukosa meningkat (sel goblet
memproduksi mukus)
Peningkatan akumulasi sekret
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 28
Batuk produktif
Nyeri
Tidak nafsu makan
Ndx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 29
3. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL TUJUAN KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan batuk disertai sputum. DS: - Pasien mengatakan
batuk disertai sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)
- Sesak napas
DO: - Suara napas
terdengar krekels - Keadaan umum
pasien gelisah - pernapasan cepat
Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/jelas
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sektet. DO: - Suara napas
vesikuler - KU membaik - Frekuensi
pernapasan Normal (12-20 kali/menit)
- Suhu tubuh normal (26-270 C)
- Denyut nadi normal (60
1. Asukultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas
2. Kaji frekuensi pernapasan
3. Catat jika adanya/derajat dispnea misalnya keluhan gelisah
1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)
2. Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.
3. Disfungsi pernapasan
adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 30
(takhipnoe) - TTV: -. Suhu tubuh : 400
C (normal: 26-270 C) -. Denyut Nadi :
80 kali /menit (normal: 60
kali/menit) -. Pernafasan : 28 kali
/menit (normal dewasa: 12-
20 kali/menit) -. Tekanan Darah :
130/80 mmHg (normal: 120/80
mmHg)
kali/menit) - Tekanan darah
normal (120/80 mmHg) DS:
- Pasien mengatakan sudah tidak batuk berlendir
- Pasien mengatakan sudah tidak sesak napas lagi
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur
5. Pertahankan polusi
lingkungan seminimum mungkin dari debu atau asap
6. Bantu pasien latihan napas
abdomen atau bibir.
7. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik(mis: kodein) 3x1.
proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit, mis: infeksi, reaksi alergi.
4. Peninggian kepala temat
tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.
5. Pencetus tipe reaksi alergi
pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
6. Memberikan pasien
beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
7. Menurunkan inhalasi jalan napas lokal, mengontrol infeksi pernapasan, dan batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 31
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL TUJUAN KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi) yang ditandai dengan nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia) DS: - Pasien mengatakan
terasa nyeri saat batuk
- Pernah batuk darah
DO: - Keadaan umum
pasien gelisah
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi DO: - KU membaik - Broncus membaik - Corak paru
membaik - Suara jantung
tunggal - Leukosit normal
(4000-11.000 mm3)
- Saturasi hemoglobin (Laki-laki: 13-18 g/dl, Perempuan: 11,5-16,5 g/dl)
1. Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan
2. Tinggikan kepala tempat
tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas
3. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa
4. Anjurkan pasien mengeluarkan sputum
1. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit
2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3. Sianosis mungkin perifer atau sentral. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan bertanya hipoksemia
4. Sputum tebal, kental dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapa dibutuhkan bila batuk tidak
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 32
- Broncus menebal - Corak paru
bertambah - Suara jantung
redup - Leukosit lebih dari
17.500 - Saturasi
hemoglobin menurun
- Eritropoesis bertambah
- Nilai GDA tak normal:
Analisa gas darah Pa O2 : 16rendah (normal 25 – 100 mmHg) Pa CO2 :67tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- TTV: -. Suhu tubuh
: 400 C (normal: 26-270 C) -. Denyut Nadi :
80 kali /menit (normal: 60
- Eritropoesis normal (L: 4,5 – 6,5 x 106/mm3, P: 3,8 – 5,8 x 106/mm3)
- GDA normal Pa O2= 25-100 mmHg. Pa CO2= 36-44 mmHg
- TTV normal Suhu tubuh 26-270C Denyut nadi 60 kali/menit Pernapasan 12-20 kali/menit Tekanan darah 120/80 mmHg DS:
- Pasien mengatakan sudah tidak nyeri saat batuk
5. Asukultasi bunyi napas 6. Palpasi fremitus
7. Awasi tingkat kesadaran
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien.
efektif. 5. Bunyi napar redup karena
penurunan aliran udara atau area konsoidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung
6. Menurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau jebakan udara
7. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia
8. Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.istirahat diselingi
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 33
kali/menit) -. Pernafasan :
28 kali /menit (normal dewasa: 12-
20 kali/menit) -. Tekanan Darah :
130/80 mmHg (normal: 120/80
mmHg)
9. Awasi tanda vital dan irama jantung
10. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien
aktivitas perawat masih penting dari program pengobatan. Program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat menigkatkan rasa sehat.
9. Takikardia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkna efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
10. Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 34
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL TUJUAN KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI/PERENCANAAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual yang ditandai dengan kehilangan berat badan. DS: - Pasien sering mual - Nafsu makan
berkurang DO: - Berat badan pasien
turun 3 kg 6 bulan terakhir menjadi 59 kg
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan
1. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab
2. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
DO: - Berat badan
pasien meningkat
DS: - Pasien sudah
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus. 3. Berikan perawatan oral sering,
buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Hindari makanan penghasil gas
dan minuman karbonat.
1. Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3. Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
4. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.
5. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 35
tidak mual lagi - Nafsu makan
pasien membaik
6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Timbang berat badan sesuai
indikasi. 8. Konsul ahli gizi/nutrisi
pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
meningkatkan dispnea. 6. Suhu ekstrem dapat
mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
7. Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.
8. Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 36
4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Kamis, 14 Oktober 2011
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
1
1. Mengobservasi TTV Pasien. Hasil: - Suhu tubuh : 400
- Denyut Nadi : 80 kali /menit - Pernafasan : 28 kali /menit - Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas. Hasil: Bunyi napas: Krekels
3. Mengkaji frekuensi pernapasan. Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea. Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur. Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap. Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Sabtu, 16 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 37
09:35
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
09:50
2
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
Hasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik(mis: kodein) 3x1. Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal 2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernapas. Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum Hasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasibunyi napas.
Hasil: bunyi napas: krekels
6. Mengpalpasi fremitus. Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Kamis, 14 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 38
10:00
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
3
udara terjebak. 7. Mengawasi tingkat kesadaran.
Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien. Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
Hasil: tanda vital dan irama jantung normal. 10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien. Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasibunyi usus. Hasil: Bunyi usus: 40 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Kamis, 14 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 39
11:15
11:20
11:25
11:30
12:00
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering. Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin. Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi. Hasil: berat badan: 58 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 40
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
Kamis, 14 Oktober 2011
12:30 1
S: - Pasiensudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
- Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 400
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien
gelisah karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di
sandaran tempat tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan
situasi dan keadaan lingkungan, jika sesak napas pasien dapat
menggunakan cara bernapas melalui mulut, pasien bisa nyaman
beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni Sutijono - Oktaviano A. Lintang Sabtu, 14 Oktober 2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 41
2
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari
debu atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial
1x1, Analgesik(mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala
pasien diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis,
sputum kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels,
Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/
udara terjebak, Pasien gelisah (manifestasi umum pada
hipoksia), aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan, tanda
vital dan irama jantung normal, oksigen yang diberikan dengan
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni Sutijono - Oktaviano A. Lintang Kamis, 14 Oktober 2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 42
3
menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan
yang tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi
hasil GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
- Jeane Paulus - Mien Makikama
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 43
O: - pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm,
Bunyi usus: 40x/menit, pasien dapat melakukan instruksi
perawat, pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah
makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan, makanan
penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat
meningkatkan dispnea, makanan sangat panas dan sangat dingin
dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 58 kg.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat
derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran
tubuh.
2. Mengauskultasibunyi usus.
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan
wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan
sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
- Sri Wahyuni Sutijono - Oktaviano A. Lintang Kamis, 14 Oktober 2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 44
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim
untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi
seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 45
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Jumat, 15 Oktober 2011
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
1
1. Mengobservasi TTV Pasien. Hasil: - Suhu tubuh : 38,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit - Pernafasan : 28 kali /menit - Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas. Hasil: Bunyi napas: Krekels
3. Mengkaji frekuensi pernapasan. Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea. Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur. Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap. Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Sabtu, 15 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 46
09:35
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
09:50
2
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir Hasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik(mis: kodein) 3x1. Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal 2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernapas. Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum Hasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
Hasil: bunyi napas: krekels
6. Mengpalpasi fremitus. Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Jumat, 15 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 47
10:00
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
11:15
3
7. Mengawasi tingkat kesadaran. Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien. Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
Hasil: tanda vital dan irama jantung normal. 10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien. Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasibunyi usus. Hasil: Bunyi usus: 35 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Jumat, 15 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 48
11:20
11:25
11:30
12:00
Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin. Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi. Hasil: berat badan: 58,5 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 49
Jumat, 15 Oktober 2011
12:30 1
S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
- Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 38,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah
karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat
tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan
lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara
bernapas melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah
diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Sabtu, 15 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 50
2
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu
atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,
Analgesik(mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien
diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,
kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran
vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara
terjebak, Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas
pasien dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung
normal, oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker
oksigen.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Jumat, 15 Oktober
2010
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 51
3
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang
tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
O: - pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm,
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 52
Bunyi usus: 35x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat,
pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi
makan kecil tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman
karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan
sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk,
Berat badan: 58,5 kg.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Mengauskultasi bunyi usus.
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Jumat, 15 Oktober
2010
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 53
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang
(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 54
Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
IMPLEMENTASI PARAF
Sabtu, 16 Oktober 2011
08:30
08:40
08:55
09:00
09:15
09:30
1
1. Mengobservasi TTV Pasien. Hasil: - Suhu tubuh : 37,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit - Pernafasan : 28 kali /menit - Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi napas. Hasil: Bunyi napas: Krekels
3. Mengkaji frekuensi pernapasan. Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea. Hasil: pasien gelisah karna sesak napas
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur. Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau asap. Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan lingkungan
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Sabtu, 16 Oktober
2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 55
09:35
11:00
08:55
09:20
09:10
09:40
08:40
09:50
2
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir Hasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui mulut.
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1, Analgesik(mis: kodein) 3x1. Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal 2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernapas. Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Hasil: pasien mengalami sianosis.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum Hasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
Hasil: bunyi napas: krekels
6. Mengpalpasi fremitus. Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Sabtu, 16 Oktober
2010
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 56
10:00
10:15
10:20
10:25
10:30
10:40
10:50
11:15
3
7. Mengawasi tingkat kesadaran. Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas pasien. Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
Hasil: tanda vital dan irama jantung normal. 10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien. Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Hasil: pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm.
2. Mengauskultasibunyi usus. Hasil: Bunyi usus: 25 kali/menit
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.
4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni
Sutijono - Oktaviano A.
Lintang Sabtu, 16 Oktober
2010
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 57
11:20
11:25
11:30
12:00
Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan.
5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea.
6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin. Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk.
7. Menimbang berat badan sesuai indikasi. Hasil: berat badan: 59 kg
8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 58
HARI / TANGGAL
WAKTU Dx / Int
EVALUASI PARAF
Jumat, 16 Oktober 2011
12:30 1
S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang
- Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk
O: TTV pasien:
- Suhu tubuh : 37,50C
- Denyut Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 28 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien
gelisah karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di
sandaran tempat tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan
situasi dan keadaan lingkungan, jika sesak napas pasien dapat
menggunakan cara bernapas melalui mulut, pasien bisa nyaman
beristirahat setelah diberikan obat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengobservasi TTV Pasien.
2. Mengauskultasi bunyi napas.
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni Sutijono - Oktaviano A. Lintang Sabtu, 16 Oktober 2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 59
2
3. Mengkaji frekuensi pernapasan.
4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.
5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian
kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.
6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari
debu atau asap.
7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir
8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial
1x1, Analgesik(mis: kodein) 3x1.
S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang
O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala
pasien diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis,
sputum, kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels,
Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/
udara terjebak, Pasien gelisah (manifestasi umum pada
hipoksia), aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan, tanda
vital dan irama jantung normal, oksigen yang diberikan dengan
- Jeane Paulus - Mien Makikama - Sri Wahyuni Sutijono - Oktaviano A. Lintang Sabtu, 16 Oktober 2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 60
3
menggunakan masker oksigen.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi Lanjut:
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.
5. Mengauskultasi bunyi napas.
6. Mengpalpasi fremitus.
7. Mengawasi tingkat kesadaran.
8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan
yang tenang. Batasi aktivitas pasien.
9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.
10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi
hasil GDA dan toleransi pasien.
S: - pasien merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.
- Jeane Paulus - Mien Makikama
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 61
O: - pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm,
Bunyi usus: 25 x/menit, pasien dapat melakukan instruksi
perawat, pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah
makan, porsi makan kecil tapi sering diberikan, makanan
penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat
meningkatkan dispnea, makanan sangat panas dan sangat dingin
dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 59 kg.
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dihentikan
- Sri Wahyuni Sutijono - Oktaviano A. Lintang Sabtu, 16 Oktober 2011
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 62
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan PasienEdisi 3.
EGC : Jakarta.
2. Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
3. Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan
Keperawatan. EGC: Jakarta.
4. Booker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. EGC:
Jakarta.
5. Gunawan, Iriyan. 2006. Bronkitis pada anak.
6. http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com. Diakses tanggal 2
oktober 2011 pukul 16.15 WIB.
7. Kurniawan. 2010. Makalah Kesehatan
.http://kurniawanwhu.wordpress.com/2010/05/09/makalah-
kesehatan/. Diakses tanggal 6 oktober 2011 pukul 15:35 WIB.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 63
DAFTAR ISTILAH
Congenital : Sudah terdapat sejak lahir
Bronkitis : Inflamasi pada mukosa bronkus
Bronkitis Akut : Batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan nafas yang besar
Bronkitis Kronik : Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dan
peningkatan produksi sputum mukoid.
Laringotrakeobronkitis : Infeksi virus yang akut pada saluran napas atas yang dapat
disertai komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Septum oli : Sekat hidung.
Sel goblet : Sel-sel yang mensekresikan mukus yang terdapat dalam
lapisan mukosa pada traktus respiratorius serta
gastrointenstinal.
Silia : 1. Bulu mata, 2. Jonjot-jonjot mikroskopis pada sel tertentu,
mis: sel yang melapisi traktus respiratorius.
Mukus : Sekresi viskus dari kelenjar mukus.
Alergen : Faktor-faktor pembawa alergi.
Histamin : Amina yang dilepaskan dalam sejumlah dan menimbulkan
konstriksi otot polos, sekresi lambung serta vasodilatasi.
Mukosa : Selaput lendir.
Bronkus : Salah satu dari dua saluran napas yag besar dan dibentuk oleh
percabangan trakea.
Hipertermi : Kenaikan suhu tubuh.
Malaise : Suatu rasa sakit atau rasa tidak enak badan.
Nasofaringitis : Faring bagian atas yang berada diatas palatum mole.
Konjungtivitis : Inflamasi konjungtiva.
Anoreksia : Keadaan hilangnya selera makan.
Universitas Pembangunan Indonesia Manado 2011 Hal. 64
Eritropoesis : Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang yang dirangsang
oleh hormon eritroprotein.
Otitis media : Inflamasi telinga tengah.
Sinusitis : Inflamasi sinus, khususnya membran mukosa yang melapisi
sinus paranasal.
Pneumonia : Inflamasi jaringan paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri/virus.
Bronkietaksis : Suatu penyakit dimana bronkus dan bronkiolus mengalami
dilatasi serta terisi oleh sputum yng puluren, berbau dan
banyak.
Prognosis : Perjalanan penyakit atau hasil akhir yang diperkirakan.
Dispnea : Napas tidak teratur.
Insomnia : Keadaan tidak bisa tidur.
Takikardia : Frekuensi jantung yang cepat.
Distensi : Keadaan membengkak dan mengembang.
Hepatomegali : Pembesaran hepar.
Barel chest : Dada tong.
Ronchi : Suara bronkial berdedas/gemeretak yang terdengar pada
auskultasi.
Libido : Dorongan/implus yang menghasilkan tindakan/perbuatan.
Hipoksemia : Kekurangan oksigen dalam darah.
Sputum : Bahan yang dibatukkan keluar dari saluran pernapasan.
Spasme batuk : Kontraksi otot yang mendadak saat batuk.
Patogen : Bersifat menimbulkan penyakit (mis: mikroorganisme)
Infeksius : 1. Penyakit yang dapat ditularkan, 2. Penyakit yang
disebabkan oleh infeksi.
Ansietas : Perasaan tidak tenang, perasaan takut, khawatir/cemas, dan
gelisah.
PPOM : Penayakit Paru Obstruksi Menahun
COPD : cronik obstructive pulmonary disease
GDA : Gas Darah Arteri
top related