tugas pak agung baru
Post on 12-Jul-2016
12 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi
secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi
energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Gempa Bumi diukur dengan
menggunakan alat Seismometer. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh
observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude.
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng
tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas
astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk
bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng
tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang
menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Ada tiga
kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu
apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling
geser (transform).
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi,
saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak
dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang,
gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang
berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi
kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai
gempa bumi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi terjadinya gempa bumi di Padang Sumatera Barat ?
2. Bagaimana fenomena yang ada terkait dengan bencana gempa bumi di Padang
Sumatera Barat ?
3. Bagaimana intervensi/ penanganan terhadap kegawatdaruratan bencana gempa bumi
di Padang Sumatera Barat ?
1
4. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan dan sistem rujukan kesehatan di Padang
Sumatera Barat ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami kronologi terjadinya gempa bumi di Padang
Sumatera Barat.
2. Untuk mengetahui dan memahami fenomena yang ada terkait dengan bencana
gempa bumi di Padang Sumatera Barat.
3. Untuk mengetahui dan memahami intervensi/ penanganan terhadap
kegawatdaruratan bencana gempa bumi di Padang Sumatera Barat.
4. Untuk mengetahui dan memahami sistem pelayanan kesehatan dan sistem rujukan
kesehatan terhadap kegawatdaruratan bencana gempa bumi di Padang Sumatera
Barat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fenoma Gempa di Padang-Pariaman
Gempa bumi yang mengguncang Padang Pariaman, Sumatera Barat dengan skala 7,6
SR pada tahun 2009 telah merontokkan kota Padang dan sekitarnya. Bahkan, goncangan
gempa ini terasa hingga ke Malaysia dan Singapura. Menurut Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana, Departemen Energi, wilayah Sumatra Barat merupakan kawasan yang
tergolong rawan terjadinya gempa. Khususnya, kepulauan Mentawai dan pantai barat
Provinsi Sumatra Barat merupakan daerah yang terdekat dengan pusat gempa bumi.
Serentetan gempa bumi telah berulang kali terjadi di kawasan ini. Misalnya di Padang
Panjang, masih di Sumatera Barat pada 1926 pernah terjadi gempa yang menewaskan lebih
dari 354 orang ribuan rumah roboh. Wilayah ini tersusun oleh batuan sedimen berumur
Tersier serta batuan vulkanik dan aluvium berumur Kuarter. Batuan berumur Kuarter
mempunyai sifat lepas, urai, belum terkompaksi dengan baik dan bersifat memperkuat efek
goncangan gempa bumi.
Di Website Kabupaten Padang Pariaman juga disebutkan wilayah ini memang
merupakan zona gempa. Khususnya di daerah Sungai Limau, ke Tiku Utara berbatasan
dengan Sungai Geringging bagian barat serta seluruh daerah pesisir Padang Pariaman.
Adanya aktivitas gempa tersebut menyebabkan Kabupaten Padang Pariaman merupakan
daerah rawan gempa. Hal ini dapat dilihat pada peta zona gempa di Indonesia dimana daerah
Padang Pariaman merupakan zona gempa dengan skala intensitas menempati zona VII dan
VIII dengan episentrum yang relatif dangkal dan sedangkan sampai sekarang walaupun
termasuk daerah rawan gempa tapi tidak menimbulkan kerusakan yang cukup besar. Enam
kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Barat Pulau Sumatera rawan bencana gempa
tektonik, yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat,
Kepulauan Mentawai dan Kota Padang.
Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera, dengan
garis pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km², dan lebih
dari 60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi
hutan lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Sedangkan
keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah daratan Kota Padang berada pada
wilayah kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai.
3
Sumatra Barat termasuk kawasan rawan gempa bumi disebabkan letaknya di pantai
barat Sumatra yang secara tektonik berada berdekatan dengan zona subduksi (subduction
zone), yaitu zona pertemuan/ perbatasan antara 2 lempeng tektonik berupa penunjaman
lempeng India-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Pergerakan lempeng-lempeng ini akan
menyebabkan gempa yang tak jarang berkekuatan besar. Selain itu, Patahan Besar Sumatra
(Sumatra great fault) yang masih aktif akan selalu pula mengancam kawasan itu apabila
terjadi pergeseran di zona patahan tersebut. Ditambah pula, aktivitas gunung berapi yang
masih aktif, misalnya Marapi, Tandikat, dan Talang dapat menimbulkan getaran yang cukup
kuat. Antara zona subduksi, Sesar Sumatra, dan gunung-gunung berapi aktif ini saling
berkaitan dan mempengaruhi. Oleh karena itu, Sumbar bukan hanya rawan terhadap bencana
gempa, namun juga bencana lain yaitu letusan gunung berapi, tsunami, bahkan tanah longsor
(akibat getaran gempa).
Oleh sebab posisinya yang “dikepung” oleh sumber-sumber gempa, maka Sumbar
menjadi daerah yang sering terkena (baca: rawan) bencana ini. Beberapa gempa di Sumbar
tidak terjadi sekali getaran saja, tapi dapat berulang-ulang seperti serangkaian gempa yang
pernah mengguncang Sumbar, gempa susulan akan mengguncang beberapa kali dalam waktu
dekat . Bahkan di Sumbar sering terjadi gempa besar yang getarannya dapat pula dirasakan
hingga ke propinsi tetangga seperti Riau, Kepulauan Riau (Kepri), dan Jambi, bahkan hingga
ke negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia (kawasan Semenanjung). Sementara
daerah-daerah yang termasuk ke dalam kawasan pantai timur Sumatra, seperti Riau dan
Sumatra Selatan, tidak berada di dekat pusat gempa sehingga relatif aman dari aktivitas
gempa yang kuat. Daerah-daerah yang berada di pantai timur Sumatra hanya menerima
getaran dari gelombang seismik yang berasal dari pusat gempa di pantai barat.
2.2. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi :
a. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi.
b. Aktivitas sesar di permukaan bumi.
c. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah.
d. Aktivitas gunung api.
e. Ledakan Nuklir.
4
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh
bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan
runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat
memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa
kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan
maupun tanggul penahan lainnya.
Gejala dan Peringatan Dini :
a. Kejadian mendadak/secara tiba-tiba.
b. Belum ada metode pendugaan secara akurat.
Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi :
a. Bila berada di dalam rumah
1. Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat
tidur.
2. Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.
3. Jauhi rak buku, almari dan jendela kaca.
4. Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang
tergantung di dinding, dan sebagainya.
b. Bila berada di luar ruangan
1. Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan
reklame, pohon yang tinggi, dan sebagainya.
2. Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.
3. Jauhi jendela kaca.
c. Bila berada di dalam ruangan umum
1. Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.
2. Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, almari dan jendela kaca, dan
sebagainya.
d. Bila sedang mengendarai kendaraan
1. Segera hentikan di tempat yang terbuka.
2. Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan
penyebrangan.
e. Di dalam lift
1. Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran.
5
2. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol.
3. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda
terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika
tersedia.
f. Di kereta api
1. Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh
seandainya kereta dihentikan secara mendadak.
2. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti
terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
g. Di dalam mobil
1. Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda
gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah
mengendalikannya.
2. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah.
3. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil,
biarkan mobil tak terkunci.
h. Di gunung/pantai
1. Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke
tempat aman.
2. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan
tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
i. Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi
besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan
datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada
orang-orang yang berada di sekitar anda.
j. Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah
kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan
informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang
berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.
6
2.2.1 Kerugian-kerugian Akibat Gempa Bumi
Berikut merupakan kerugian yang dialami oleh masyarakat Padang Sumatera Barat
akibat gempa bumi:
1. Menimbulkan trauma baik fisik maupun psikologis bagi korban.
2. Menimbulkan kematian ataupun kecacatan baik itu sementara ataupun permanen.
3. Menyebabkan hilangnya materi,pekerjaan yang mengakibatkan penurunan kualitas
hidup seseorang.
4. Kerusakan infrastruktur baik itu jalan maupun bangunan-bangunan.
5. Sanitasi yang buruk.
6. Berpotensi menimbulkan bencana lainnya.
Saat yang tepat berangkat ke lokasi merupakan saat kondisi bencana reda dan
dinyatakan aman, yaitu:
Zona aman : Untuk orang-orang campuran (bisa wartawan, keluarga).
Zona khusus : Untuk dokter-dokter yang membantu.
Zona bahaya : Tidak boleh dimasuki, kecuali polisi dan militer.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum keberangkatan yaitu:
1. Kotak pertolongan Pertama pada kecelakaan.
2. Senter/ lampu battery, lilin atau korek api, tenda.
3. Radio.
4. Makanan suplemen yang tahan lama seperti biskuit, beras, minyak, mie instan, susu,
makanan kaleng.
5. Air minum (kebutuhan air minum biasanya 2-3 liter sehari untuk satu orang).
6. Obat-obatan seperti: antibiotik, NSAID, obat diare, vitamin.
7. Alat-alat evakuator.
8. Pakaian bersih.
Tim yang terlibat dalam keberangkatan :
1. Tim SAR.
2. Dokter (baik itu dokter umum, bedah, maupun dokter jiwa atau yang lainnya yang
bergerak dalam hal medis, evakuasi maupun triase.
3. Tim evakuasi.
4. Tim untuk transportasi.
Pada korban mati yang perlu dilakukan, adalah:
7
1. Identifikasi mayat.
2. Pencarian keluarga.
3. Pemakaman.
2.3. Penyakit Pasca Bencana
Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:
a. Penyakit akut pasca bencana.
Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya,
kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009, penyakit yang berhubungan
langsung dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.
b. Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana
1) Malaria Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di
pengungsian (tenda-tenda darurat), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-
korban bencana.
2) DBD Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya
nyamuk aides aegypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.
3) Diare dan penyakit kulit
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya
kuman-kuman penyebab diare seperti: Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada
genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih
dan sanitari yang rusak. Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar
telah melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare
yang terus menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, kolera
dan kanker usus. Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa
membahayakan jiwa. Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi
normal, kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya
bisa dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi
terhadap makanan tertentu. Penanggulangannya adalah dengan minum banyak
cairan, hindari makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum
cairan rehidrasi oral-oralit.
4) ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute respiratory infections (ARI).
8
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan
pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara
anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian
bawah (termasuk jaringan saluran pernapasan).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak
seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut
bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak,
karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia dua bulan
sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia
satu tajun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan,
tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pencegahannya dengan pengadaan rumah
dengan ventilasi yang memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan
gizi balita.
5) Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira
berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena
terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya
penyakit ini terdapat pada korban banjir.
6) Typhus
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh
seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat
harus menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai
kelelahan.
c. Masalah kesehatan mental akibat gempa
9
Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana bisa
menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan
anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam. Adapun fase
setelah terjadinya bencana yang dapat menyebabkan terganggunya keadaan mental
seseorang adalah:
1. Critical acute. Pada fase ini terjadi kurang dari 1 bulan setelah terjadinya bencana.
2. After critical acute.
3. Prolong stressor, biasanya lebih dari waktu 2 tahun setelah terjadinya bencana.
Untuk individu yang pernah mengalami trauma, maka akan ada resiko yang dihadapi,
diantaranya:
1. Adanya penurunan produktivitas.
2. Banyaknya beban pada setiap orang, keluarga, dan komunitas.
3. Ada kemungkinan untuk melakukan resiko bunuh diri.
Setelah terjadi bencana, biasanya diadakan evakuasi termasuk adanya ‘pengungsian’,
nah dengan adanya pengungsian ini akan terjadi stressor baru apalagi dalam waktu yang
cukup lama. Pada umumnya tim kesehatan yang dikirim untuk para korban bencana
kebanyakan lebih mengurusi masalah fisik korban, dan mengabaikan bagaimana sebenarnya
untuk menstabilkan keadaan mental para korban setelah terjadi bencana. Hal ini dibuktikan
bahwa masih kurangnya tenaga kesehatan mental. Nah dengan adanya hal tersebut, biasanya
akan ada recruitment dan TOT untuk para sumber professional dan tenaga kesehatan mental
dalam mengatasi gangguan mental/traumatic terkait setelah terjadinya bencana.
Prinsip umum intervensi :
a) Persiapan pre emergency, meliputi:
1. Planning secara detail.
2. Koordinasi system dengan sumber local.
3. Training
b) Penilaian kondisi local, meliputi aspek cultural, dan lain-lain.
c) Adanya kolaborasi.
d) Adanya integrasi ke pelayanan dasar, misalnya mengadakan program di puskesmas.
e) Pelayanan kesehatan untuk semua.
f) Pelatihan kesehatan mental untuk puskesmas dan pemimpin komunitas.
g) Long periode perspective.
10
h) Monitoring.
Pada fase kondisi psikososial pada bencana adalah Acute Emergency Phase. Adapun
yang harus diperhatikan dalam Acute emergency phase adalah:
a. Status emergency.
b. Kemanan fisik.
c. Informasi untuk menurunkan beban penderitaan.
d. Lokasi.
Sedangkan untuk kesehatan mental, penanganan utama adalah bertemu dengan
‘primary health center’ untuk:
a. Memanage kasus emergency yang berhubungan dengan psikiatric, contohnya depresi
mayor.
b. Tersedianya psikofarmaka sebagai terapi awal.
2.4. Strategi Penanggulangan Bencana
Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas merupakan serangkaian aktivitas
masyarakat (komunitas) pada saat sebelum, saat dan setelah bencana terjadi untuk
mengurangi jumlah korban baik jiwa, kerusakan sarana/prasarana dan terganggunya peri
kehidupan masyarakat dan lingkungan hidup dengan mengandalkan sumber dan kemampuan
yang dimiliki oleh masyarakat. Penanggulangan bencana berbasis komunitas juga merupakan
upaya mengkolaborasikan penanggulangan bencana sebagai upaya bersama antara
masyarakat, LSM, swasta, dan Pemerintah Pembangunan kemampuan penanggulangan
bencana ditekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat khususnya masyarakat pada
kawasan rawan bencana, agar secara dini menekan bahaya tersebut. Umumnya berpangkal
pada tindakan penumbuhan kemampuan masyarakat dalam menangani dan menekan akibat
bencana. Untuk mencapai kondisi tersebut, lazimnya diperlukan langkah-langkah: (1)
pengenalan jenis bencana, (2) pemetaan daerah rawan bencana, (3) zonasi daerah bahaya dan
prakiraan resiko, (4) pengenalan sosial budaya masyarakat daerah bahaya, (5) penyusunan
prosedur dan tata cara penanganan bencana, (6) pemasyarakatan kesiagaan dan peningkatan
kemampuan, (7) mitigasi fisik, (8) pengembangan teknologi bencana alam.
Saat ini organisasi penanggulangan bencana di Indonesia masih merupakan lembaga
adhoc. Di tingkat Pusat terdapat Badan Koordinasi Nasional (BAKORNAS) Penanggulangan
Bencana dan Pengungsi dengan Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) Wakil Presiden. Di
tingkat Provinsi terdapat Satuan Koordinasi Pelaksana (SATKORLAK) Penanggulangan
Bencana dan Pengungsi. Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat Satuan Pelaksana (SATLAK)
11
Penanggulangan Bencana dan Pengungsi yang dibentuk berdasarkan Perpres No.85/2005.
Dalam UU No.24/2007 tentang penanggulangan bencana diamanatkan tentang pembentukan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan
sampai sekarang Peraturan Pemerintah yang mengaturnya belum terbit. Dalam kerja
penanggulangan bencana di tingkat daerah, biasa dilakukan:
1. Kantor/Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) yang
juga mengorganisir Search and Rescue (SAR). Bertugas meningkatkan kesiapsiagaan
dan tanggap darurat bencana.
2. Dinas lainnya seperti Pertambangan dan Energi yang berfungsi sebagai pengawas tata
kelola pertambangan dan energi, mempunyai peta-peta rawan bencana yang biasanya
terkait dengan pertambangan (longsor, bencana lingkungan). Kemudian Dinas Sosial,
Bagian Kesra, DPU, dan sebagainya.
3. Palang Merah Indonesia di daerah masing-masing.
4. Pusat Studi Bencana di Universitas terdekat yang dapat memberikan peta ancaman,
mikrozonasi, dan penelitian tentang kebencanaan yang lain.
5. Badan Meteorologi dan Geofisika untuk mengetahui tentang cuaca, iklim dikaitkan
dengan bencana, termasuk peringatan dini yang ada untuk berbagai jenis bencana.
2.4.1 Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
Penanggulangan bencana pada fase mitigasi terhadap gempa bumi, sebagai berikut :
1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan
gempa.
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara -
cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
12
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/ kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
2.4.2. Strategi Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan (preparedness) yang merupakan perencanaan dan persiapan yang
dilakukan untuk melindungi elemen resiko dan memfasilitasi kegiatan operasi tanggap
darurat saat terjadinya bencana.
Bentuk-bentuk kegiatan kesiapsiagaan gempa dan tsunami dari segi pemerintah
daerah antara lain :
1. Menyiapkan Emergency Operations Plans (EOP),
2. Melakukan pelatihan-pelatihan terhadap personil yang terkait langsung dengan
operasi tanggap darurat,
3. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam bentuk simulasi gempa dan tsunami
secara berkala,
4. Menyiapkan jalur evakuasi tsunami serta pembangunan shelter untuk evakuasi baik
secara horizontal maupun vertikal.
2.4.3. Strategi Tanggap Bencana
Bantuan Darurat (Relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar yang berupa:
1. Pangan.
2. Sandang.
3. Tempat tinggal sementara.
4. Kesehatan, sanitasi dan air bersih.
Pendekatan pemberian bantuan dapat bersifat konvensional, artinya bersifat karitatif
atau dapat juga berbentuk kegiatan yang memberdayakan sehingga kondisi korban lebih baik
daripada sebelum terjadi bencana. Pada tahap ini yang biasa dilakukan adalah:
1. Mendirikan pos komando bantuan.
13
2. Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
3. Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos koordinasi.
4. Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
5. Menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
6. Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
7. Memakamkan korban meninggal.
2.4.4. Strategi Pemulihan (Recovery)
Strategi pemulihan adalah sebagai berikut:
a. Proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.
b. Fungsi-fungsi lembaga sosial dan administrasi lokal diberdayakan kembali.
c. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan,
listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll).
Pada tahap ini yang perlu dilakukan adalah:
1. Membuat manajemen bencana dan sistem respon cepat
2. Memberikan pelatihan dan mentoring
3. Memperkuat akses kesehatan untuk masyarakat
4. Memberikan layanan pendidikan dan lakukan penyembuhan trauma (trauma
healing). Divisi kesehatan mental melakukan pelayanan kesehatan mental yang
terpadu dan meningkatkan kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan
dalam menangani permasalahan kesehatan mental.
5. Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) juga dilakukan untuk
meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di pusat pelayanan primer dan rumah
sakit dalam mengelola anak sakit terutama anak dibawah usia lima tahun.
6. Divisi kesehatan masyarakat juga memfasilitasi rumah sakit dan dinas kesehatan
dalam memperkuat sistem informasi, perencanaan, dan surveilans kesehatan.
2.4.5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
14
Rehabilitasi pasca bencana merupakan upaya/ langkah yang diambil setelah kejadian
bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas
sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
Pada tahap ini yang perlu dilakukan, adalah:
1. Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi kepercayaan
dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban bencana. Termasuk
dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
2. Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan.
3. Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap.
4. Relokasi korban dari tenda penampungan.
5. Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana.
6. Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka menengah.
7. Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja.
8. Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan
pasar mulai dilakukan.
9. Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau pendampingan.
2.5. Sistem Pelayanan Kesehatan dan Sistem Rujukan Kesehatan
2.5.1. Sistem Pelayanan Kesehatan Bencana Gempa Bumi di Padang Sumatera Barat
Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman bertanggung jawab dalam memberikan
bantuan pengobatan terhadap korban gempa dan sudah mulai bertugas pada saat malam
terjadinya bencana, yaitu dengan membuat posko kesehatan yang dipusatkan pada halaman
puskesmas dan letaknya agak jauh dari tepi pantai, untuk menghindari bahaya tsunami. Obat-
obatan yang digunakan pada saat terjadinya gempa diambil dari persediaan yang dimiliki oleh
Dinas Kesehatan dan puskesmas-puskesmas.
Dalam menanggulangi permasalahan kesehatan yang diakibatan bencana gempa di
Padang, Departemen Kesehatan mendirikan Posko Aju yang berlokasi di kantor Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. Tim dipimpin pejabat Eselon I dan dibantu 6 tim
pelaksana yaitu Tim Pencari Fakta, Tim Kesehatan Lingkungan, Tim Pendataan Kerusakan
Fisik, Tim Surveilans, Tim Pelayanan Kesehatan dan Tim Logistik. Posko tersebut juga
dilengkapi dengan tim mobile lengkap yang tenaganya berasal dari Departemen Kesehatan,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tim mobile terpadu yang
15
sudah terbentuk 8 Tim di Kota Padang. Menteri Kesehatan telah membentuk Tim
Penanggulangan Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan SK
Kepmenkes No. 879/Menkes/SK/X/2009. Selain itu, telah terbentuk Tim Traumatik Center
yang didukung oleh 4 NGO lokal dan 10 NGO asing yang bertugas melakukan pemetaan
kondisi psikologis anak di lokasi bencana, serta capacity building psychology first aid.
Sebagai Pusat penanganan traumatik yaitu di RS Jiwa HB Saanin.
Depkes juga melakukan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, antara lain :
1. Pengasapan
2. Penyehatan air berupa pemeriksaan sampel air, pendistribusian water treatment dan
aquatab.
3. Pendistribusian Hygiene Kit ke Kab. Pasisir Selatan sebanyak 58 paket dan Kab.
Pasaman Barat sebanyak 20 paket.
4. Kegiatan Surveilans.
5. Imunisasi TT dengan hasil kumulatif 2.807 orang.
6. Sweeping imunisasi TT bagi masyarakat usia 15-60 tahun.
7. Kegiatan imunisasi campak dengan hasil kumulatif 731 orang.
8. Kegiatan asessment coldchain di Puskesmas dengan hasil sebanyak 54 Unit
mengalami kerusakan.
Sampai saat ini, tenaga yang telah memberikan pelayanan kesehatan di lokasi bencana
sebanyak 3.812 orang yaitu 2.361 orang Nakes yang ada di Provinsi Sumbar yang berasal
dari 5 Kabupaten/Kota (186 dokter umum, 485 perawat, + 17000 mahasiswa Akper tahun
terakhir), Nakes yang berada di RS Pemerintah dan swasta sebanyak 173 orang (89 dokter
umum, 30 dokter bedah, 8 dokter orthopedi dan 45 dokter penyakit dalam), Nakes yang
dimobilisasi ke lokasi bencana yang berasal dari Depkes, Dinkes di Sumatera, Jawa,
Sulawesi, TNI, POLRI, LSM dan sebagainya sebanyak 1.278 orang (10 tenaga asessment,
396 tenaga medis, 280 tenaga paramedis,45 tenaga kesehatan masyarakat, 23 tenaga farmasi,
54 tenaga DVI dan 470 tenaga lainnya.
2.5.2. Sistem Rujukan Kesehatan Bencana Gempa Bumi di Padang Sumatera Barat
Sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung
berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan
pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari.
pelayanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan antar RS.
16
1. Sistem pelayanan Medik Pra RS
Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal
Koordinasi, komando. Melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan efektif dan
efisien bila dalam koordinasi dan komando yang disepakati bersama.
Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. Dilakukan dengan mobilisasi SDM,
fasilitas dan sumber daya lain sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi
korban.
Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi
apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.
Pelaporan, monitoring, evaluasi. Penanganan bencana didokumentasikan dalam
bentuk laporan dengan sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk
monitoring dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya
lebih baik.
2. Sistem Pelayanan Medik di RS
a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
b. Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.
c. Transport intra RS.
d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin peningkatan
kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.
e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
3. Sistem Pelayanan Medik Antar RS.
a. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.
b. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
c. Sistem Informasi Manajemen, SIM. Untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan. Perlu juga dalam audit pelayanan dan
hubungannya dengan penunjang termasuk keuangan.
d. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian informasi
keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke
RS tujuan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan Gempa bumi merupakan peristiwa
pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara
tiba-tiba.Gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat telah banyak menimbulkan kerugian
baik itu nyawa, materi dan trauma psikologis.Diperlukan persiapan yang matang untuk
memberikan pertolongan kepada korban gempa baik itu tim yang akan dikirim untuk
memberi pertolongan maupun hal-hal yang diperlukan lainnya.Penanganan korban gempa
tidak hanya dari segi fisik saja,tapi diperlukan tindakan pertolongan terhadap trauma
psikologis pasca gempa.
3.2. Saran
Demikian makalah tugas Disaster Managemenet yang berjudul “Penanganan
Kegawatdaruratan Terhadap Bencana Gempa Bumi di Padang Sumatera Barat” yang penulis
buat. Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan terkait dengan tanggap bencana pada gempa bumi maupun bencana
lainnya dengan tepat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan.
Maka, kritik dan saran konstruktif penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih
baik.
18
top related