tugas proposal ludia u.s (2411.076)
Post on 23-Oct-2015
55 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
VIII SMPN 4 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM TAHUN PELAJARAN
2012/2013 PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR
PROPOSAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika
Oleh:
LUDIA ULAN SARINIM. 2411.076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSANTARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013 M/1434 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah dan Pengajuan Judul
Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat
perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu
pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu
di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti.
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu
pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di
segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).
Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang
saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada
saat proses belajar mengajar memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan
saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas
peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya matematika. Adakalanya guru
mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang disampaikan
sehingga hasil belajar matematika rendah.
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat
dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa.
Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka
semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.
Dari hasil pengamatan pengajaran matematika di SMPN 4 Lubuk Basung
Kabupaten Agam di temukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi
belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Fakta tersebut ditunjukkan
oleh nilai hasil belajar matematika siswa SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten
Agam adalah 56,50 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM) seperti yang ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 60. Hal ini di
pengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa khususnya pada
siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika antara lain: 1) keaktifan siswa
kelas VIII dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak, 2) siswa jarang
mengajukan pertanyaan, meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, 3) keaktifan dalam
mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran yang masih kurang, 4)
siswa di kelas VIII juga kurang mampu menuliskan apa yang diketahui,
ditanyakan dan menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga sangat
penting. Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di SMPN 4 Lubuk Basung
Kabupaten Agam khususnya guru matematika rata-rata mengajar dengan metode
ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal. Pola
penyampaian guru yang tidak terstruktur sehingga dalam pemahamannya siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktifitas mendengar,
menulis, membaca merepresentasi dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu
masalah khususnya matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan.
Dengan menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek – aspek komunikasi bisa
dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan di atas adalah
Penggunaan strategi mengajar, pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan
dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana
peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya
mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Salah satu model pembelajaran aktif yang
dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu strategi snowball throwing.
Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa di harapkan mampu
mengembangkan kreativitas dalam menyelesaikan soal matematika. Karena
kreativitas itu merupakan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu hal
yang baru dan berbeda. Kreativitas setiap siswa berbeda – beda, siswa yang
memiliki kreativitas tinggi mampu belajar dengan baik, dapat menciptakan cara
belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar dengan mudah serta mampu
memahami, menyelesaikan soal-soal yang dihadapi dalam belajar sehingga
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Strategi pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara penyajian
pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan
menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya.
Penerapan model Snowball Trowing ini dalam pembelajaran matematika
melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar
peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas tentang permasalahan dalam pembelajaran
matematika, penulis mengambil judul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun Pelajaran
2012/2013 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar”
B. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1) Apakah aktifitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?
2) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?
3) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi keaktifan siswa?
4) Faktor apakah yang dapat meningkatkan aktifitas siswa?
5) Faktor apakah yang dapat meningkatkan minat siswa?
6) Faktor apakah yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
7) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa?
8) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi minat belajar siswa?
9) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?
10) Apakah model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas
siswa?
11) Apakah model pembelajaran snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa?
C. Pembatasan masalah
Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing
pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran
2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
2) Hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun
pelajaran 2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar.
3) Pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten
Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi aljabar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah
di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten
Agam tahun pelajaran 2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
2) Bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran
Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten
Agam tahun pelajaran 2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
3) Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing
dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk
Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi
aljabar?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil
belajar matematia siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun
pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi aljabar.
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara
langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan
sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama terhadap peningkatan hasil
belajar matematika siswa. Serta secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi
pada strategi pembelajaran matematika yang berupa pergeseran dari pembelajaran
yang tidak hanya mementingkan hasil menuju pembelajaran tetapi juga
mementingkan prosesnya.
b. Manfaat Praktis
1) Memberi masukan kepada guru dalam menentukan strategi mengajar yang tepat,
yang dapat menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran matematika.
2) Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah
Menengah.
3) Memberi masukan kepada siswa untuk meningkatkan kreativitas belajarnya,
megoptimalkan kemampuan berfikir positif dalam mengembangkan diri di tengah –
tengah lingkungan dalam meraih keberhasilan belajar.
4) Bahan pertimbangan, masukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses
perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan
pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu
tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan
belajar menurut sudut pandang mereka.
Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli
adalah sebagai berikut.
1) Gagne dan Berliner (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman.
2) Menurut Teori Belajar Konstruktivisme (Ani Tri, 2004:49-50) belajar adalah lebih
dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan
pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bias menyelesaikan masalah,
menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru
adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab
siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri.
Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa dengan
cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan
siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan gagasannya sendiri; (c) memanamkan kesadaran belajar dan
menggunakan strategi belajarnya sendiri. Disamping itu guru harus mampu
mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi
yang dipelajarinya.
3) Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa belajar merupakan
suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri
manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya,
baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
4) Sedangkan menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan serangkaian kegiatan
jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungan.
5) Slameto (1989:2) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
lingkungannya.
6) Zainal Aqib (2010:43) berpendapat bahwa: “Belajar adalah proses perubahan di
dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri
manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses
belajar”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1) Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
2) Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik yang
segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap
sesuatu yang pernah dipelajari.
3) Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan
perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilainilai dan inhibisi serta
lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik)
4) Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (dalam Sudjana, 2001:22) membagi
tiga macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan
dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi
dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Menurut Muhibbin Syah (2010:145) secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa;
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran,
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non
manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
Beberapa ciri untuk melihat hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
melakukan proses belajar adalah sebagai berikut:
1) Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun
waktu yang cukup lama.
2) Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.
3) Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip yang telah
dipelajarinya.
4) Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran lebih
lanjut.
5) Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan siswa lain,
berkomunikasi dengan orang lain, dan lain-lain.
6) Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai kemampuan dan
kesanggupan melakukan tugas belajar.
7) Siswa menguasai bahan yang telah dipelajari minimal 65% dari yang seharusnya
dicapai.
c. Pengertian matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai: “ilmu
tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Tim Penyusun
KBBI, 2007:723).
Sedangkan menurut Djati Kerami dan Sitanggang (2003:158) mengartikan
matematika adalah: “pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berkaitan “.
Matematika dikelompokan kedalam tiga bidang, yakni:
1. Aljabar, pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya ;
2. Analisis, melibatkan kekontinuan dan limit;
3. Geometri, membahas bentuk-bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan (Djati
Kerami dan Sitanggang, 2003:158)
2. Model Pembelajaran Koperatif dan Model Snowball Throwing
a. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran,
metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
tertentu, yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model–model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan
pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh
pengklasifikasian berdasarkan tujuan, pembelajaran langsung merupakan suatu
model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar (I Wayan Santyasa, 2007:7).
Menurut Komaruddin (dalam Syaiful, 2006), model diartikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu
deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi
sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamat, (3) suatu sistem asumsi-asumsi,
data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk mengambarkan secara
matematis suatu obyek atau peristiwa, (4) suatu desain yang disederhanakan dari
suatu sistem kerja. Suatu terjemahan realita yang disederhanakan, (5) suatu
deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, (6) penyajian yang
diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Menurut Joyce dan Weil (dalam I Wayan Santyasa, 2007:7) model
pembelajaran memiliki lima unsur dasar , yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah
operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang
berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4)
support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar
yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan
hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap–tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai
dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran
tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan–kegiatan apa yang harus dilakukan
guru atau siswa.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Holubec (dalam
Nurhadi dkk, 2004:60) mengatakan bahwa: “Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai
tujuan belajar”.
Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa:
“pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama
siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
Dari penjelasan para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
pembelajar kooperatif adalah pendekatan pengajaran melalui penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
guna mencapai tujuan belajar yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai
latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
2. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Selanjutnya Nurhadi dkk. (2004:61-62) menyebutkan unsur-unsur dalam
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergatungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi
juga dengan sesama siswa.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkakan wujudnya dalam belajar
kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditunjukkan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai sifat lain yang bermafaat dalam menjalin hubungan antar pribadi
(interpersonal relationshi) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
3. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif
Masih menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004:68-72) pembelajaran
kooperatif menuntut guru untuk berperan aktif berbeda dari pembelajaran
tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut
dikemukakan sebagai berikut ini.
1) Merumuskan tujuan pembelajaran.
2) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar.
3) Menentukan tempat duduk siswa.
4) Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif.
5) Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif.
6) Menjelaskan tugas akademik.
7) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.
8) Menyusun akuntabilitas individual.
9) Menyusun kerja sama antar kelompok.
10) Menjelaskan kriteria keberhasilan.
11) Menjelaskan perilaku yang diharap.
12) Memantau perilaku siswa.
13) Memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan tugas.
14) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.
15) Menutup pelajaran.
16) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa.
17) Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.
c. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang
melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan
menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan
pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik
akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah
bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola
kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.
Proses model pembelajaran Snowball Throwing adalah dibentuk kelompok
yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-
masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari
bola yang diperoleh (Syaifullah, 2009).
Menurut Eman Suherman (2011:7) sintaks dalam Snowball Throwing
adalah: (1) Informasi materi secara umum, (2) membentuk kelompok, (3)
pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, (4)
bekerja kelompok, (5) tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada
kelompok lain, (6) kelompok lain menjawab secara bergantian, (7) penyuimpulan,
(8) refleksi dan evaluasi
Widowati (2010:10) mengemukakan tentang langkah-langkah pembelajaran
dalam Snowball Throwng adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin
dicapai.
2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian.
7) Evaluasi.
8) Penutup.
B. KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1. Hubungan Antara Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Snowball
Throwing
Di dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik instrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan
kemampuan berproses, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, motivasi menentukan tingkat
berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa.
Motivasi menurut Rooijakkers (1991 : 14) merupakan faktor internal yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menumbuhkan
motivasi adalah dengan model pembelajaran yang bervariatif dan tidak monoton.
Model pembelajaran Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran
yang bercirikan kerjasama antar siswa, berpikir, dan bermain sehingga siswa akan
termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dan pada akhirnya hasil
belajar siswa pun akan meningkat.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
a. Hipotesis kerja H1
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing
dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk
Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi
aljabar.
b. Hipotesis Nihil H0
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing
dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk
Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi
aljabar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian, Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis memilih subyek penelitian ini adalah siswa SMPN 4 Lubuk Basung
Kabupaten Agam, sedangkan waktu penelitian direncanakan akan
dilaksanakan selama 1 bulan yakni dari pertengahan Juli hingga
pertengahan Agustus 2013.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 yang memiliki dua
kelas paralel, yaitu kelas VIII A berjumlah 35 siswa dan kelas VIII B
berjumlah 30 siswa. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini
berjumlah sebanyak 65 siswa.
b. Sampel
Karena populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah sebanyak 65 siswa
dan ini berarti subyeknya kurang dari 100, maka peneliti menggunakan
teknik total sampling atau sampel jenuh. Keputusan ini berdasarkan apa
yang dikemukakan oleh Arikunto (1996:120) bahwa, “Apabila subjeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
antara 10-15 %, atau 20-25% atau lebih”.
Dari kedua kelas tersebut peneliti melakukan pengundian dalam rangka
menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah
dilakukan pengundian, maka yang terpilih sebagai kelompok eksperimen
adalah siswa kelas VIII A sebanyak 35 siswa dan siswa kelas VIII B
sebanyak 30 siswa sebagai kelas kontrol.
3. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika, maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen dengan cara
membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain
yang menggangu (Suharsimi Arikunto, 1996:3).
Eksperimen ini didesain menggunakan model two group posttest only
design experiment (Arikunto, 2005: 212). Dalam pelaksanaannya kelompok
eksperimen mendapatkan treatment berupa penggunaan model
pembelajaran Snowball Throwing dan pos tes sedangkan pada kelas kontrol
tidak diberikan perlakuan, dalam arti pembelajarannya menggunakan
metode tradisional dan hanya mendapatkan pos tes.
B. Teknik Pengumpulan Data
Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam penelitian ini
membutuhkan data-data yang dapat dianalisis sehingga dapat ditarik
kesimpulan yang akurat dari hasil eksperimen yang dilakukan. Prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Suharsimi Arikunto, 1996:150).
Tes ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaran matematika
siswa sesudah diberikan perlakuan pada pokok bahasan operasi aljabar. Tes
yang digunakan berupa tes obyektif.
b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi ini yaitu mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.
Dokumentasi yang diperlukan adalah data mengenai nama siswa dan nilai
ulangan matematika ketika siswa masih duduk di kelas VII. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar
matematika siswa sebelum diberikan perlakuan.
c. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball Throwing
dilaksanakan.
C. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Uji Instrumen Penelitian
Dalam analisis uji coba tes ini langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1) Analisis Validitas Tes
Analisis validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah butir soal sebagai
instrumen penelitian valid atau tidak valid. Untuk menghitung koefisien
validitasnya, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment sebagai
berikut:
rxy = N∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y )
√ { N∑ X2 – (∑X)2 } {N∑Y2 – (∑Y)2 }
keterangan:
rxy = koefisien validitas butir soal
N = banyak siswa peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlak skor total
Dari rxy yang diperoleh tersebut kemudian dinandingkan dengan tabel harga
kritis produk moment. Item tersebut dikatakan valid jika rhitung ≤ rtabel.
(Suharsimi Arikunto, 1998:162).
2) Analisis Reliabilitas
Dalam penelitian ini, teknik analisis reliabilitas yang digunakan adalah tes
tunggal dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson (K-R 20)
dengan rumus sebagai berikut:
r11 = ( n ) ( S2 - ∑ pq ) n – 1 S2
Dengan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyak sampel
p = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal
q = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = standar deviasi dari tes
jadi q = 1 - p
= varians skor total
(Erman Suherman, 1993: 160)
r11 yang diperoleh dari hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan
rtabel product moment dengan taraf signifikansi 5%. Apabila r11 > rtabel maka
soal instrumen tersebut reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1993; 155)
3) Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui item soal yang akan
diujikan. Dalam hal ini tingkat kesukaran yang baik adalah pada interval
25% - 75% . Item yang mempunyai tingkat kesukaran lebih dari 75% soal
tersebut terlalu mudah. Item yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha dalam menyelesaikannya. Sebaliknya soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi, karena diluar jangkauannya (Arikunto 1998:
206).
Adapun rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:
P = B JS
Dengan:
P = Tingkat kesukaran soal
B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar item tersebut
JS = Banyak siswa yang mengikuti tes
Dengan kriteria:
0,00 ≤ P < 0,30 : soal dikatakan sukar
0,30 ≤ P < 0,70 : soal dikatakan sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah
(Suharsimi Arikunto, 1998: 210)
4) Analisis Daya Pembeda
Analisis daya pembeda digunakan untuk meninjau daya pembeda soalnya.
Item yang baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih dari 0,20.
Item soal yang daya pembedanya di bawah 0,20 tidak baik untuk digunakan
sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian soal harus direvisi, diganti
atau tidak digunakan.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
DP = BA - BB = PA - PB
JA JBDengan:
DP = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah
BA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas
menjawab item tertentu dengan benar
BB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah dan
menjawab item tertentu dengan benar.
PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu
dengan benar
PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab item tertenti
dengan benar
Kategori yang digunakan adalah:
0,00 - 0,20 : jelek
0,20 - 0,40 : cukup
0,40 - 0,70 : baik
0, 70 - 1,00 : baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 1998: 213)
b. Analisis Uji Data Hasil Penelitian
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis bertujuan untuk mengetahui normalitas dan
homogenitasnya sebelum data tersebut dianalisis dengan menggunakan
rumus uji-t.
S2 = ( ∑ X – X )2
N - 1a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas ini diberikan kepada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol setelah diberikan pos tes. Peneliti
menggukan statistik uji chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
X2 = ∑∑ ( O – E )2
EDengan,
X2: chi kuadrat
O : frekuensi yang diobservasi
E : frekuensi yang diharapkan
(Suharsimi Arikunto, 1996:290)
χ2 hitung yang telah diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan
dengan χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = K – 3 dan taraf signifikansi α =
5%. Data dikatakan normal apabila χ2hitung < χ2
tabel. (Suharsimi Arikunto,
1996:290).
b. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians
populasi homogen atau tidak. Peneliti melakukan pengujian dengan uji
Fisher (uji F) sebagai berikut:
dengan,
F : homogenitas yang dicari
MKk : Mean Kuadrat Kelompok
MKd : Mean Kuadrat Dalam
(Arikunto, 1996:293)
Hasil yang diperoleh dari Fhitung selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel yang
mempunyai dk pembilang sebesar (nb – 1) dan dk penyebut (nk – 1) serta
taraf signifikansi α = 5%.
Dikatakan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi
yang memiliki variansi yang relative sama apabila Fhitung < Ftabel .
2. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah
berikutnya adalah melakukan analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar
matematika siswa.
Peneliti menggunakan uji statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan).
Langkah-langkah dalam melakukan pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis yang akan diujikan adalah:
Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada
nilai rata-rata kelompok kontrol.
H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai
rata-rata kelompok kontrol.
α = 5%
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada
pokok bahasan operasi aljabar.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada
pokok bahasan operasi aljabar.
Rumus uji-t yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Dengan,
Keterangan:
: rata-rata nilai kelompok eksperimen
: rata-rata nilai kelompok kontrol
: simpangan baku
: standar deviasi pada kelompok eksperimen
: standar deviasi pada kelompok kontrol
: banyak subjek kelompok eksperimen
: banyak subjek kelompok kontrol
(Sudjana, 2001:293)
Hasil yang diperoleh dari thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel yang
memiliki derajat kebebasan dk = N1 + N2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5%.
Dalam hal ini tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel. Dengan demikian dapat
dikatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa.
D. Statistik Hipotesis Penelitian (Secara Matematika)
Hipotesis statistik yang diajuka adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada
nilai rata-rata kelompok kontrol.
H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai
rata-rata kelompok kontrol.
α = 5%
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMPN Satap 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013
pada pokok bahasan operasi aljabar.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada
pokok bahasan operasi aljabar.
top related