tugas psikologi
Post on 24-Oct-2015
41 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjadi tua sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi wanita.
Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak
sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak
menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa merupakan salah satu fase yang harus
dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, seperti halnya fase-fase kehidupan yang
lain, yaitu masa anak-anak dan masa reproduksi. Namun, munculnya rasa
kekhawatiran yang berlebihan itu menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa
ini.
Sebenarnya, sulit atau mudahnya menjalani masa manopouse pada sifatnya sangat
individual. Memang, wanita menopause akan mengalami berbagai fungsi tubuh yang
menurun sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani
kehidupannya. Keluhan ketidak nyamanan inibisa disikapi secara berbeda pada setiap
wanita. Apabila wanita dapat berfikir positif maka berbagai keluhan dapat dilalui
dengan lebih mudah. Namun sebaliknya, apabila wanita tersebut berfikir negatif maka
keluhan-keluhan yang muncul semakin memberatkan dan menekan hidupnya.
Untuk itu, penting bagi seorang wanita selalu berfikir positif bahwa kondisi
tersebut merupakan sesuatu yang sifatnya alami, seperti halnya keluhan atau problem
yang muncul pada fase kehidupannya yang lain. Tentunya sikap positif ini bisa
muncul jika diimbangi informasi atau pengetahuan yang cukup, serta kesiapan fisik,
mental, dan spiritual yangdilakukan pada masa sebelumnya. Perlu diketahui,
kehidupan yang dijalanipada masa sebelumnya memiliki pengaruh yang kuat pada
masa yang akan datang, baik secara fisik, mental maupun spiritual.”Masa lalu adalah
masa kini dan masa yang akan datang “, ketika masa ini datang, keluhan-keluhan
ketidaknyamanan maupun yang menyakitkan dapat dikurangi, bahkan ditiadakan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, sangat penting untuk memberikan informasi
secara benar dan tepat tentang bagaimana menjalani masa menopause dengan lebih
menyenangkan. Apalagi, informasi atau pengetahun yang bisa diperoleh masyarakat
mengenai hal ini sangat terbatas.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari lansia ?
2. Apakah yang dimaksud dengan menopause itu ?
3. Bagaimana Perilaku aneh pada periode klimakterium?
4. Bagaimanakah Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya?
5. Bagaimanakah Masa nenek – nenek itu ?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan lansia .
2. Mengetahui yang dimaksud dengan menopause .
3. Mengetahui perilaku aneh pada periode klimakterium.
4. Mengetahui Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya.
5. Mengetahui Masa nenek – nenek itu .
2
DISUSUN OLEH :
1. ERFINA VITA SRI .R 1226030050
2. AYU PURMITA SARI 1226030063
3. DEKI ERLIANTI 1226030076
4. GITA GRAYESA 1226030077
5. RATI DIAN KESUMA 1226030080
6. YENI MARLINA 1226030085
KELOMPOK 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lanjut Usia ( LANSIA )
Pengertian Lanjut usia
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
Usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang
kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh biasanya
mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda.
Memasuki usia lanjut biasanya didahului oleh penyakit kronis, kemungkinan
untuk ditinggalkan pasangan, pemberhentian aktifitas atau kerja dan tantangan untuk
mengalihkan energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga, pekerjaan dan
hubungan intim.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara lain:
a. Primary aging
Bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik yang
terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat dihindarkan).
b. Secondary aging
Proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse dan disuse pada tubuh
yang seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingkan
dengan primary aging, misalnya dengan pola makan baik, menjaga kebugaran
fisik dll.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial, ada 3
kelompok older adult yaitu:
a. Young adult : pada umumnya berusia antara 65-74 tahun, biasanya masih
aktif, vital dan penuh semangat.
b. Old – old : pada umumnya berusia 75-84 tahun.
c. Oldest old : Berusia 85 tahun keatas, biasanya banyak yang menjadi
lemah dan tidak tegas serta mempunyai kesulitan untuk mengatur aktivitas
sehari – hari.
3
PROSES PERUBAHAN PSIKOLOGI WANITA PADA MASA LANJUT USIA
Selain itu, ada pengklasifikasian aging berdasarkan fungsional age yaitu seberapa
baik fungsi seseorang dalam lingkungan fisik dan sosialnya dibandingkan orang lain yang
usianya sama.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal .
Penggolongan lansia menurut Depkes menjadi tiga kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
2.2 Menopause / Klimakterium
A. Pengertian Menopause / Klimakterium
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti men dan
pauseis adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan
berhentinya haid.
Periode Klimakterium ini disebut pula sebagai Periode krisis dalam fungsi-
fungsi psikis dan fisik.Periode “krisis” yaitu terjadinya krisis-krisis dalam kehidupan
yang berupa psikosomatis/rohani dan jasmani mengalami perubahan-perubahan dalam
sistem hormonal Sehingga berlangsung proses kemunduran yang progresif dan total.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa klimekterium adalah periode peralihan dari
akhir masa reproduksi sampai awal masa senium yang terjadi akibat menurunnya
fungsi generatif ataupun embriologik dari ovarium dan terjadi pada wanita berumur 40
-65 tahun. Klimakterium terdiri dari beberapa fase klimakterik, yaitu:
Pramenopause (<2 bulan sebelum menstruasi terakhir )
Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase
klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan
perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak dan
kadang kadang disertai nyeri haid (dismenorea). Pada wanita tertentu telah timbul
4
keluhan vasomotorik dan keluhan sindrom pramenstrual (PMS). Beberapa ahli
menyebutkan bahwa istilah perimenopause meliputi wanita pada usia 45-65 tahun.
Menopause
Menopause adalah perdarahan haid yang terakhir yang terjadi pada usia 40 –
65 tahun. Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu
ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogenpun berkurang dan
tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Menopause
tidak terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia
perimenopause. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil
kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik.
Untuk menentukan diagnosa menopause, penggunaan pil kontrasepsi harus segera
dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.
Pascamenopause ( >12 bulan sejak menstruasi terakhir )
Pasca menopause adalah masa setelah menopause sampai senilis. Fase ini
terjadi pada usia di atas 60 – 65 tahun. Biasanya wanita beradaptasi dengan
perubahan fisik dan psikologis.
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen akibat tidak
bekerjanya folikel ovarium. Sehingga untuk menentukan onset dilakukan recara
retrospektif, yaitu dimulai dari amenorea spontan sampai 12 bulan kemudian,
seiring dengan peningkatan follicle- stimulating hormone (FSH). Menopause
merupakan kegagalan ovarium dengan onset pada usia dewasa, ditandai dengan
tidak adanya estrogen, progesteron, dan androgen ovarium.
Pengertian Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi
sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Masa-
masa klimakterium : Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum
menopause. Menopause adalah henti haid seorang wanita. Pasca menopause adalah
kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause.
Waktu seputar menopause disebut sebagai masa klimakterik. Masa ini dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
Sebuah kepustakaan menyebutkan bahwa masa klimakterik berlangsung selama 30
tahun (usia 35-65 tahun), dan dibagi menjadi 3 bagian untuk kepentingan klinis,
yaitu: klimakterik awal (35-45 tahun), perimenopause (46-55 tahun) dan
klimakterik akhir (56-65 tahun).
5
B. Aspek psikologis menopause
Pada wanita yang menghadapi periode menopause, munculnya simtom-simtom
psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis sebagai
akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Menopause seperti
halnya menarche pada gadis remaja (awal dari masaknya hormom estrogen), remaja ada
yang cemas, gelisah tetapi ada juga yang biasa. Pada perempuan yang mengalami
menopause keluhan yang sering dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas
marah, mudah tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna - tidak
berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi.
Tetapi apakah semua wanita akan mengalami gangguan psikologis dalam
menghadapi menopause ?. Kenyataannya tidak semua wanita tengah baya mengalami
kecemasan, ketakutan bahkan depresi saat menghadapi menopause. Jadi ada juga wanita
yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Mengapa demikian. ?.
Berat ringannya stres yang dialami wanita dalam menghadapi dan mengatasi menopause
sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap menopause. Penilaian
individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif ada yang positif.
Bagi wanita yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai peristiwa yang
menakutkan (stressor) dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit
dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan
yang selama ini dibanggakannya. Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause
sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua wanita, maka ia
tidak akan mengalami stres. Atau, kemungkinan stres yang dialami tidak seberat
dibanding wanita yang mempersepsikan menopause itu sebagai “momok” atau
“kiamat”.
Menurut pendekatan kognitif, dalam ilmu psikologi, pada dasarnya gangguan
emosi (takut, cemas, stres) yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana
individu menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya.
Jadi, bagaimana individu mempersepsikan atau menilai menopause akan berpengaruh
pada kondisi emosi-psikologisnya. Bila wanita memandang menopause sebagai hal
yang “mengerikan” maka iapun akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan,
ketakutan, stres bahkan depresi.
6
C. Mitos – Mitos tentang Menupause
Pada umumnya, pandangan dan penilaian wanita tentang menopause banyak
dipengaruhi mitos atau keyakinan yang belum tentu benar, pada individu – masyarakat
tentang menopause. Kebanyakan mitos atau kepercayaan yang berkembang dalam
masyarakat tentang menopause, begitu diyakini sehingga menggiring wanita untuk
mengalami perasaan-perasaan negatif saat mengalami menopause. Perasaan negatif
yang sering menyertai adalah tidak cantik lagi, tidak berharga, tidak dibutuhkan, dlsb.
Mitos atau keyakinan yang tidak rasional tentang menopause tersebut antara lain
bahwa:
1. Wanita yang mengalami menopause otomatis berpredikat “menjadi tua” atau
“waktunya sudah lewat”.
Dengan berhentinya menstruasi, berarti wanita tidak lagi mampu
melahirkan anak, berarti tidak lagi mampu mengemban tugas/peran sebagai penerus
generasi. Disamping itu dengan menurun bahkan berhentinya hormon estrogen
akan berpengaruh pada hilangnya tanda-tanda kecantikan yang selama ini
merupakan ciri khas wanita yang dibanggakan. Bagi wanita yang sangat
mengagung-agungkan kecantikan, yang meyakini bahwa penampilan atau
kecantikan adalah hal yang sangat penting untuk kesuksesan pergaulan di
masyarakat ataupun di dunia pekerjaan, maka hilangnya tanda-tanda kecantikan
merupakan sesuatu yang sangat ditakutkan. Mereka sangat cemas, takut
membayangkan munculnya keriput-keriput pada kulitnya dan tanda-tanda lainnya.
Keyakinan ini membuat wanita merasa dirinya sudah tidak menarik lagi dan sudah
tidak keibuan lagi. Kecemasan wanita masa menopause menjadi bertambah karena
dia khawatir kalau suaminya mencari pasangan lagi yang lebih muda dan
menggairahkan.
2. Menopause dikaitkan dengan “lengsernya” peran sebagai istri bagi suami dan ibu
bagi anak-anaknya.
Sebagian besar wanita mengalami menopause, hampir bersamaan waktunya
dengan pencapaian karir puncak suaminya dalam pekerjaannya. Dalam kondisi ini,
kebanyakan suami disibukkan dengan urusan pekerjaan sehingga waktu untuk istri
berkurang. Sebagian besar anak-anaknyapun sudah menginjak usia remaja-dewasa
awal. Mereka sibuk dengan kegiatannya, sehingga tidak lagi “merusuhi” ibunya
bahkan ada kesan anak tidak lagi “membutuhkan” ibunya. Bagi wanita yang selama
ini mengabdikan total pada keluarga berkurangnya kerepotan mengurus suami dan
7
anak, akan menimbulkan perasaan bahwa dirinya sudah tidak berharga dan tidak
dibutuhkan lagi. Perasaan bahwa dirinya tidak dibutuhkan dan tidak dihargai lagi,
ini akan menurunkan bahkan menghentikannya keinginannya untuk melakukan
aktivitas. Iapun akan makin mengisolir dan menyingkir dari aktivitas sosial dan
kemasyarakatan.
3. Wanita yang mengalami menopause, kehilangan daya tarik seksualnya dan menurun
aktivitas seksualnya.
Ada beberapa wanita yang beranggapan sesudah menopause, tidak bisa memberi
kepuasan seksual bagi suaminya. Iapun tidak dapat menikmati hubungan intim dengan
suaminya, karena jaringan genitalnya berkurang elasitisitasnya. Bahkan ada anggapan
wanita yang sudah menopause seyogyanya tidak melakukan hubungan seksual karena
akan mengakibatkan munculnya penyakit. Keyakinan ini menggiring wanita untuk
mengurangi atau menghindari aktivitas seksual, yang akan berpengaruh pada
berkurangnya keharmonisan hubungan suami istri. Kondisi ini akan memicu munculnya
problem suami-istri yang lebih komplek.
4. Mitos lainnya yaitu bahwa periode menopause sama dengan periode goncangan jiwa,
yaitu munculnya gejala rasa takut, tegang, sedih , lekas marah, mudah tersinggung,
gugup, stres dan depresi. Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa semua emosi
negatif yang muncul itu sangat dipengaruhi oleh penilaian negatif atas menopause.
Dari apa yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa ada wanita yang
mengalami gangguan emosi – psikologi saat menghadapi dan mengalami menopause.
Tetapi tidak berarti semua wanita pada masa mengalami gangguan emosi, karena
sebenarnya bagaimana individu menanggapi suatu peristiwa itu sangat ditentukan oleh
faktor kepribadiannya khususnya bagaimana ia mengintrepetasi atau menilai peristiwa
tersebut. Bila menopause dipandang sebagai hal yang alamiah/sunnatullah bahkan
disyukuri atas kenikmatan yang diberikan Allah, maka iapun akan menghadapinya
dengan penuh penerimaan dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang
dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis.
D. Beberapa Gangguan pada Periode Klimakterium
Seperti juga pada usia pubertas, pada periode klimakterium ini sering terjadi
gangguan lambung dan alat pencernaan, kepekaan kelenjar gondok
(hyperthyroidisme), gangguan pigmentasi kulit, gangguan penyempitan/ pelebaran
pembuluh darah, dermatis (eksim),dll.
8
Stressor psikososial yang dialami wanita masa ini :
• Takut kehilangan fungsi dan ekssistensi sebagai wanita.
• Kehilangan gairah dan menurunnya fungsi seksual.
• Takut tidak bisa memuaskan atau melayani suami.
• Takut kehilangan kasih sayang atau suami mencari wanita lain.
• Kehilangan kepercayaan diri dan rendah diri.
• Tidakbisa tampil baik mendampingi suami yang meningkat kariernya.
• Minder ketemu orang, cenderung ingin dirumah saja.
• Ingin mengingkari dan memprotes proses biologis yang mengarah pada ketuaan.
• Terlampau mendramatisir proses ketuaan.
• Merasa hidupnya kini tak mengandung harapan dan dilupakan orang.
• Kemunduran biologis dirasakan sebagai mendekatnya kematian, sehingga tak ada
gunanya lagi terus hidup.
Stressor yang bersifat ”kehilangan” dan ”tidak berguna lagi” akan menimbulkan
gangguan depresi, yang bisa bertaraf sedang sampai berat dengan gejala : murung atau
sedih berkepanjangan, merasa hancur, putus asa, tak bergairah, merasa tidak tertolong lagi,
nihilistik, lungrah/berat di pagi hari, nafsu makan kurang, terbangun 2 jam lebih awal tak
bisa tidur lagi, rendah diri dan menarik diri, tak bisa menikmati hidup (anhedonia), tak
bergairah hidup, mudah curiga dan mudah tersinggung.
Stressor ini bisa dipersepsi pula sebagai ”akan hilang” atau ”takut kehilangan” dan
ini akan menimbulkan anxietas, atau gangguan cemas menyeluruh, yang ditandai dengan
gejala-gejala was-was terus akan terjadi musibah, tegang, berdebar-debar, berkeringat
banyak, tangan kaki dingin-dingin, mual-mual, kerongkongan seperti tersumbat,
gemetaran, lemas, selalu ingin kencing, sakit perut terus-terusan, sulit tidur dan mimpi-
mimpi buruk. Depresi dan kecemasan ini bisa berlangsung berbulan-bulan, dan akan bisa
mereda sendiri bila individu telah mencapai taraf adaptasi baru, yaitu sebagai wanita yang
telah menopause.
Jika pada usia pubertas sudah pernah muncul predisposisipsikosomatik, gangguan
kepribadian dan nafsu petualangan, atau kecenderungan histeris, maka pada usia
klimakteris ini predisposisi itu dapat muncul kembali. Biasanya dalam bentuk ide-ide
delirius (tidak realistis). Ada kalanya juga timbul semacam kegairahan seksual yang luar
biasa. Banyak wanita yang dulu selama periode produktif dingin secara seksual, pada masa
klimakteris malah menjadi mengebu-gebu. Tapi ada pula wanita yang selama periode
9
produktif memiliki seksualitas yang normal, pada usia klimakteris mengaji dingin –beku
secara seksual.
Semua gejala yang mengganggu itu pada umumnya diiringi suasana hati yang cepat
berubah-ubah. Ia menjadi sangat sulit, banyak menuntut, rewel, gelisah, cerewet, jorok,
tidak bertanggung jawab, egosentris, arogan, dan menjadi beban sosial di sekelilingnya.
Hubungan sosial wanita-wanita klimakteris seringkali juga mengalami perubahan.
Persahabatan yang dulunya harmonis, menjadi retak berantakan oleh rasa iri hati, cemburu,
ketakutan-ketakutan atau panik tanpa sebab yang jelas. Wanita-wanita itu suka mencari
setori, menggugah pertengkaran dimana-mana sehingga relasi sosial menjadi patologik
sifatnya. Ada kalanya terjadi ledakan-ledakan emosional yang paranoid sifatnya, sebagai
produk dari semakin intensifnya konflik-konflik intrapsikis pada periode klimakterium.
Muncul pendapat bahwa sekalipun proses strerilitas pada masa klimakteris sudah
berlangsung, rupanya wanita tersebut dengan gigih ingin mempertahankan kapasitas
reproduksi dan ”kemudaannya”. Mose-mode terbaru , alat kosmetik dan bedah plastik yang
mahal serta kekayaan nempaknya banyak mendorong wanita-wanita setengah tua ini
bertingkah laku seperti seperti anak puber. Delusi-diri ( citra diri yang distortif) yang
narsistis seakan-akan ingin menampilkan ”keremajaan diri”nya. Sikap memberontak
terhadap proses ketuaan membuat diri menjadi naif dan lupa daratan.
Pada masa klimakterium, tendensi-tendensi feminitas yang selama ini ditekan kuat, mulai
menampilkan ”haknya”. Terjadilah konflik batin antara tendensi feminitas melawan
kecenderungan maskulinitas. Jika pertentangan ini semasa kehidupan purbertas dan
produktif tersublimasikan dengan baik, pada masa klimakterium sering gagal. Wanita
tersebut sering sakit-sakitan karena berkurangnya daya tahan terhadap konflik, sedang
katahanan fisik dan psikis menurun.
E. Kecemasan Menghadapi Menopause
a. Pengertian kecemasan.
Kecemasan adalah suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan,
kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat
mengancam.
b. Pengertian kecemasan menghadapi menopause.
Kecemasan menghadapi menopause adalah perasaan gelisah, khawatir dari
adanya perubahanperubahan fisik, sosial maupun seksual sehubungan dengan
menopause.
10
c. Faktor penyebab kecemasan menghadapi menopause :
Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan munculnya
kecemasan yaitu :
a) Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
b) Situasional (orang dan lingkungan)
Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya
kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang lain.
• Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian, perceraian,
tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan sementara atau permanen.
• Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit, terkena
penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap sakit.
• Berhungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya : pencemaran
lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan.
• Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya pengangguran,
pekerjaan baru, dan promosi jabatan.
• Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu.
d. Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause
Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut
waswasakan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan cemas.
Ada beberapa gejala tentang kecemasan yaitu :
a) Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti:
mudah marah, persaaan sangat tegang.
b) Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti : khawatir, sukar
konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai
sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
c) Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi,
ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan.
d) Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup,
kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
e) Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing,
berdebar-debar, mual, mulut kering.
11
F. Mengatasi Gangguan Emosional pada Wanita Menopause
Mengatasi gangguan emosional pada wanita MENOPAUSE :
Menerima dengan lapang dada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari dan
masa menopause adalah sesuatu hal yang sangat alamiah yang dialami olehsetiap
wanita.
Hadapi masalah yang ada satu persatu,jangan sekaligus, berdasarkan prioritasnya.
Bagi perempuan yang energinya terpusat untuk anak dan keluarga, apabila ia
memasuki masa Klimakterik dan menjelang Menopause :
a) Perlu memeriksa kembali apa yang ingin dilakukan dalam hidupnya, selain
menunaikan kewajibannya sebagai seorang ibu.
b) Untuk sementara masalah Menopause yang menimbulkan perasaan khawatir
itu di black out. Anda dapat mengembangkan kemampuan otak, untuk waktu
tertentu tidak memikirkan situasi yang tidak menyenangkan tersebut, dan
memusatkan pikiran pada sesuatu hal yang sangat berbeda dan menyenangkan.
c) Lakukan “Poison Pen Therapy” atau menulis memo untuk diri sendiri untuk
mengeluarkan semua unek-unek mengenai situasi perubahan fisik dan
psikologik yang menimbulkan kekhawatiran, sikap-sikap orang dilingkungan
anda yang mengesalkan dsb. Anda akan merasa lebih enak dan dapat berpikir
lebih rasional setelah emosi-emosi negatif yang mendasari kekhawatiran bisa
terekspresikan dalam memo itu. (catatan : Memo itu tidak untuk dibaca orang
lain)
d) Menyesuaikan sikap. Tanyalah pada diri sendiri, hikmah positif apa yang dapat
dipelajari saat masa menopause harus dihadapi . Letakkan stressor tersebut
dalam perspektif yang benar, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif menguasai
diri dan hindari sikap pesimis.
e) Merubah lingkungan agar tidak lagi berada dalam keadaan yang monoton.
Misalnya : merubah susunan perabot dirumah atau dikantor, jalan-jalan keluar
rumah sebentar, makan diluar dalam suasana yang nyaman dsb.
f) Mencoba untuk memperbaiki penampilan agar lebih segar dan tampil cantik
melalui gaya busana, gaya make up , atau potongan rambut yang sesuai dengan
pribadinya.
g) Makanlah makanan yang sehat dengan kadar lemak yang rendah, berserat,
berkalori dan berkadar kolesterol rendah dll.
12
h) Lakukan olah raga yang disesuaikan dengan usia dan kondisi kesehatan tubuh,
karena riset membuktikan bahwa berolahraga secara teratur dan menjaga
kebugaran dapat memperpanjang hidup, memberi dampak positif kepada otak,
dan meningkatkan kemampuan mengatasi perasaan khawatir .
i) Mempergunakan setiap waktu luang yang ada dengan melakukan banyak
kegiatan yang positif dan kreatif, seperti ikut aktif dalam kegiatan keagamaan,
mencoba hobi baru atau menggali lagi hoby yang telah lama ditinggalkan
misalnya : belajar masak, membuat kerajinan tangan, melukis, menulis buku,
mendengarkan musik atau main musik, menciptakan lagu dll. Dengan
mengembangkan minat baru dan mempelajari keahlian yang baru akan
memberikan perasaan senang bahwa ia bisa berprestasi.
j) Kembali kuliah, masuk kegiatan politik atau aktif di kegiatan sosial, serta dapat
memiliki atau menciptakan pekerjaan yang menarik, atau mempunyai
pekerjaan dengan penghasilan yang tetap, akan dapat membuat seseorang
merasa dirinya berguna bagi orang lain dan meningkatkan penghargaan
terhadap diri sendiri.
k) Pelajarilah dan berlatihlah secara teratur tehnik relaksasi yang tepat, tehnik-
tehnik meditasi, yoga dll.
l) Untuk mengatasi masalah pribadi dan lingkungan psikososialnya, perlu
konsultasi dengan psikolog atau konsultassi ke dokter sesuai dengan keluhan
yang dialaminya.
2.3 Perilaku Aneh Pada Periode Klimakterium
Pada masa pra-klimakteris, biasanya dibarengi aktivitas-aktivitas pra-klimakteris.
Ditandai dengan gejala meningkatnya nafsu hubungan sesual. Sekaligus muncul
kegairahan berjuang yang menyala-nyala seperti dimasa puber. Karena itu dimasa ini
sering timbul tingkah laku yang aneh-aneh, atau tidak sesuai dengan atribut ketuaan.
Masa pra-klimakteris ini mirip sekali dengan masa pubertas, karena itu disebut
pubertas kedua. Sedang periode klimakterium sendiri banyak kemiripannya dengan
periode pubertas . Tingkah laku orang pada periode ini sering lucu, aneh-aneh, janggal
atau tidak pada tempatnya. Misalnya wanita kaya dan gemuk memakai rok mini atau
rok panjang merah belah pinggir tinggi.
13
Tingkah laku yang ”berlebihan” tersebut bermaksud untuk :
1) Mengingkari ketuaannya dan ingin mengulangi kembali pola kebiasaan di masa muda.
2) Menimbuni dirinya dengan pakaian dan perhiasan warna-warni serta macam-macam
bahan kosmetik, agar kelihatan masih ”remaja”.
Kemunduran aktivitas organ endrokrin menyebabkan lapisan lemak dibawah kulit
jadi menebal, kulit kehilangan gaya regangnya jadi mengeriput. Tidak hanya pada segi
jasmani saja terjadi kemunduran, tapi juga fungsi-fungsi psikis dan kepribadian,
seperti daya pikir, daya ingat, vitalitas, pendengaran, penglihatan, toleransi terhadap
stres, dll.
2.4 Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya
Hurlock (1980) membagi tahap perkembangan kehidupan manusia menjadi
prenatal, masa bayi baru lahir, masa bayi, awal masa anak, akhir masa anak, masa
pubertas,, masa remaja, masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa
lanjut atau lansia. Masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun,
saat mulai perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif. Masa dewasa madya dimulai umur 40 tahun sampai 60
tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas pada setiap
orang, dan masa dewasa lanjut yang dimulai usia 60 tahun sampai kematian.
Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia dewasa madya ( masa
paruh baya/ half life period) mempunyai karakteristik tertentu yang membuatnya
berbeda yaitu :
1. Masa yang “ditakuti” karena pada masa ini terjadi klimakterium pada wanita
maupun pria, menurunnya kemampuan seksual, berbagai mithos berhentinya
produksi, kerusakan mental, dll.
Selain masa tua (old age), masa dewasa madya juga merupakan masa yang
sangat di takuti kedatangannya oleh kebanyakan individu, sehingga mereka seolah
olah ingin mengerem laju pertumbuhan usia mereka.
Bagi perempuan, masa dewasa madya tidak saja berarti menurunnya kemampuan
reproduktif dan datangnya menopouse, namun juga menurunnya daya tarik
seksual. Umumnya mereka (individu dewasa madya) merasa tidak lagi menarik
secara seksual bagi suami mereka, sehingga muncul kekhawatiran akan kehilan
suami da kondisi ini selain mengakibatkan para istri begitu mengharapkan
suaminya bersikap seperti ketika masih pengantin baru, juga munculnya rasa
14
cemburu yang kadang cenderung berlebihan, bila melihat seaminya berkomunkasi
dengan perempuan yang lebih muda usianya.
Biasanya di usia usia ini, suami mereka mulai lebih berkonsentrasi pada
karier dan penoingkatan kariernya sehingga mereka semakin merasa kesepian dan
diabaikan. Perasaan perasaan negatif ini bila tidak segera di cari pemecahannya
akan mengakibatkan para istri mengalami depresi.
Pada sebahagian yang lain, justru bersikap komprehensif dalam arti untuk
menutupi kekurangannya mereka bersikap sepertia anak muda dengan lebih
memperhatikan penampilan fisik , berdandan sedemikian rupa untuk mencari
perhatian dari lawan jenis yang berusia lebih muda. Mereka yang berperilaku
seperti ini justru menunjukkan adanya ketidak percayaan yang cukup besar
terhadap daya tarik seksual mereka.
2. Masa transisi : pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita perubahan
kesuburan, dari cirri-ciri dan perilaku dewasa ke lansia.
Seperti juga masa remaja, individu pada mas dewasa madya juga disebut
sebgagai masa transisi dari masa dewasa awal ke masa dewasa lanjut (lansia).
Sebagian ciri – ciri fisik dan perilakunya masih memperlihatkan masa dewasa
awal, sementara banyak ciri fisik dan perilaku lainnya justru telah
menunjukkanciri - ciri orang dewasa lanjut. Kindisi transisi ini menyebabkan
mereka harus banyak melakukan penyesuaian terhadap peran – peran baru yang di
berikan oleh masyarakat. Selain itu masyarakat juga mengharapkan mereka untuk
dapat berpikir dan berperilaku sesuia dengan usianya.
3. Masa stress : penyesuaian radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah,
disetai berbagai perubahan fisik. Stres somatik, stress budaya, stress ekonomi, dan
stress psikologik.
4. Masa “berbahaya” : orang berusia madya berusaha mencari kegiatan atau
pengalaman baru, missal hubungan ekstramarital, penggunaan zat adiktif,
kekerasan mumpung belum tua.
5. Masa berprestasi : menurut erikson, selama usia madya orang akan lebih sukses
sampai ke puncak prestasi hidupnya, atau sebaliknya akan berheti dan tidak
mengerjakan sesuatu apapun lagi.
6. Masa evaluasi : karena sampai masa puncak prestasinya, orang mengevaluasi diri
apakah sesuai dengan cita-citanya atu harapan orang lain terhadapnya.
15
7. Masa sepi (sindrom kehampaan, emptiness syndrome) : dengan keluarnya anak
terakhir di rumah, orang merasa sepi dan hampa. Juga orang dalam kesibukan
penuh di puncak prestasinya, sering mengalami kesepian dan kehampaan.
8. Masa jenuh : pada usia 40 an pria merasa jenuh degan pekerjaan rutin dan
kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan. Wanita
juga jenuh dengan kesibukan memelihara keluarga dan membesarkan anak-
anaknya.
Suatu periode penting yang terjadi pada masa dewasa madya ini adalah
periode klimakterium, yang terjadi pada pria maupun wanita (menopause).
Beberapa pendapat tentang masa dewasa madya:
Masa dewasa madya atau yang popular dengan istilah setengah baya, dari sudut
usia dan terjadinya perubahan fisik maiupun psikologis, memiliki banyak
kesamaan dengan remaja
Bila masa remaja merupakan masa peralihan , dalam arti bukan lagi masa
kanak – kanak namun belum bisa di sebut dewasa, maka pada setengah baya,
tidak lagi dapat di sebut muda, namun juga belum bisa di katakan tua.
Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat menuju
ke arah kesempurnaan/ kemajuan yang berpengaruh pada kondisi
psikologisnya, sedangkan individu setengah baya juga mengalami perubahan
kondisi fisik namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang uga
akan mempengaruhi psikologisnya.
Selain itu, perilaku dan perasaan yang menyertai terjadinya perubahan –
perubahan tersebut adalah sama, yaitu salah tingkah, canggung, bingung dan
kadang-kadang over acting.
2.5 Masa Nenek-Nenek
Fase keempat yang dialami pada seorang wanita setelah masa kanak – kanak,
masa pubertas ( gadis remaja ), periode sebagai ibu, ialah masa nenek –nenek. Kriteria
nenek – nenek ada yang baik, lemah lembut, penuh rasa keibuan, akan tetapi ada juda
nenek – nenek yang ganas , sangat egois, suka membenci orang, iri hati, jahat, kejam
dan tidak feminim. Nenek yang semacam ini biasanya ditakuti oleh anak –anak dan
bahkan oleh cucunya.
Adapun tipe nenek yang baik hati dapat digolongkan dalam 3 bentuk yaitu :
16
1. Wanita yang memiliki sifat keibuan sejati. Mereka yang melanjutkan sifat – sifat yang
baik ini dapat secara otomatis akan menggap cucunya sebagai anak – anak sendiri yang
paling kecil. Sikapnya terhadap cucu –cucu dan cicit –cicit dipenuhi emosi yang sama
seperti aia menghadapi bayi anak sendiri. Dalam dunia psikisnya dan bayangan angan –
angannya diusia tua sekarang ini seakan – akan ia telah mengambil cuti besar dalam
menunaikan fungsi keibuannya. Dan kini telah menjalankan tugasnya kembali sebagai
ibu veteran dan sebagai ibu yang berpengalaman.
2. Berjiwa muda ialah mereka yang mengggap fungsi kenenekanya sebagai satu
pengalaman baru, dan sebagai satu priode hidup baru. Segala dusta nestap dan frustasi
hidup sudah dilampauinya dengan hati yang pasrah. Namun hal ini bukan berarti bahwa
ia sudah menghentikan permainan ( perjalanan ) hidupnya. Dia masih mencintai dunia
dengan segenap isinya ia masih memiliki interns terhadap macam – macam peristiwa.
Dan dekadensi psikisnya yang disebabkan oleh ketuaannya dikompensasikan dengan
macam – macam aktifitas yang positif, misalnya kesibukan melukis, membatik, menulis
novel, main musik atau gamelan, bertanam anggrek dan lain –lain.
3. Nenek yang unggul, nenek ini bersifat sabar, sumarah dan sumereh hatinya. Artinya dia
sudah bias meletakkan dan menyesuaikan dirinya dengan segala kondisi yang
dihadapinya. Ia sudah bias meninggaklan atau melepaskan semua kejadian didunia. Ia
sudah terbebas dari segala nafsu sendiri, bahkan ia mampun menguasai segalanya
dengan kendali hati nuraninya. Nenek ini sudah sampai pada diri sendiri ( the self ), dan
sudah mendapatkan anugrah penerangan hati serta kedamaian kalbu. Ia sudah
mendekati dunia transedental yang sunyi hampa namun penuh makna.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Lansia
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
b. Menopouse / klimakterium
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita menunjukkan berakhirnya
kemampuan wanita untuk bereproduksi. Menopause pada lansia maka biasanya hal
itu diikuti dengan berbagi gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun
psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut.
c. Berprilaku aneh pada priode klimakterium
Masa klimakterium disebut sebagai masa pubertas kedua. Ia merasa muda
bagaikan gadis remaja dan selalu meyakinkan diri bahwa ia berambisi atau mampu
memulai kehidupan dari awal lagi.
d. Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya
Hampir semua wanita usia klimakteris mengalami dalam tempo relative
pendek dan relative panjang suasana hati depresi dan melankolis. Hidupnya kini
dianggap tidak mengandung harapan, penuh kepedihan dan pribadinya dilupakan
oleh semua orang.
e. Nenek – Nenek
Kriteria nenek – nenek ada yang baik, lemah lembut, penuh rasa keibuan,
akan tetapi ada juga nenek – nenek yang ganas , sangat egois, suka membenci
orang, iri hati, jahat, kejam dan tidak feminim.
3.2. SARAN
Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan tugas kami atas kritik
dan sarannya kami sampaikan terimakasih.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali Baziad, 2003. Menopause Dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
2. Fox-Spencer, Rebecca dan Pam Brown. 2007. Menopause. Jakarta: Erlangga.
3. Hurlock, Elizabeth, B. 2002. Pikologis Perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
4. Kasdu, Dini. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspaswara.
5. Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
19
top related