tugas tekon 2
Post on 26-Jul-2015
3.935 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Penutup Ruang.
1. Definisi Dinding
Dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu
konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan baik dari
segi konstruksi maupun penampilan artistik dari bangunan.Dinding adalah bagian
dari bangunan yang dipasang secara vertikal dengan fungsi sebagai pemisah antar
ruang, baik antar ruang dalam maupun ruang dalam dan ruang luar. Terdapat 3
jenis utama dinding, yaitu: dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding
pembatas (boundary) dan dinding penahan (retaining).Dinding merupakan salah
satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau
dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi
(tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall).
Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan
rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat
dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra
cetak)
4
5
2. Fungsi Dinding
Adapun fungsi dari dinding yaitu:
1. Dinding berfungsi sebagai pemisah antar ruang, baik antar ruang dalam
maupun ruang dalam dan ruang luar.
2. Dinding berfungsi sebagai kenyamanan, kesehatan, keamanan dan keindahan
− Sebagai pembatas ruang, memiliki sifat : privasi dan dalam skala, warna,
tekstur .
− Sebagai peredam terhadap bunyi, baik dari dalam maupun dari luar.
− Sebagai pelindung terhadap gangguan dari luar (sinar matahari, isolasi terhadap
suhu, air hujan dan kelembaban, hembusan angin, dan gangguan dari luar
lainnya).
− Sebagai penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu seperti pada ruang
radiologi, ruang operasi, laboratorium, dan lain-lain.
− Sebagai penyimpan surat-surat berharga seperti brankas di bank dan lain-lain
− Sebagai pembentuk ruang, menambah keindahan ruang dan point of interest.
− Sebagai fungsi artistik tertentu misalkan dinding bangunan untuk pencahayaan
alami.
Bangunan khususnya bangunan arsitektur pada era global warming atau
pemanasan global yang mengakibatkan iklim tidak menentu, cuaca yang berubah-
ubah, membuat bumi menjadi tidak stabil dan berakibat pergeseran suhu secara
tiba-tiba, pergeseran lempeng bumi dll. Hal ini dikarenakan eksploitasi bumi yang
semakin tidak terkendali, untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin
meningkat, khususnya sumber energi tak tergantikan seperti minyak bumi, yang
6
oleh manusia digunakan sebagai bahan utama seperti bahan bakar, penerangan dll.
Oleh karena itu dengan berjalannya waktu banyak manusia sadar dan mengurangi
penggunaan energi tak tergantikan dengan mengandalkan energi yang sudah
tersedia dan tidak kurang dalam kualitas dan kuantitas. Contoh nyata adalah
penggunaan listrik untuk menyalakan tabung floar (lampu neon) yang listrik
sendiri memakai bahan baku utama sebagai pembangkit adalah minyak bumi.
Untuk menghindari pemakaian lampu, maka bangunan harus
mengandalkan pencahayaan alami sebagai sumber penerangan, dan itu terdapat
pada cahaya matahari, untuk memasukan cahaya matahri ke bangunan harus ada
bukaan pada kulit bangunan. Ada bebrapa macam contoh bangunan yang
khususnya bangunan yang relatif baru dan menerapkan sistem pencahayaan
matahari khususnya pada siang hari, bangunan-bangunan tersebut bahkan
termasuk bangunan dengan desain arsitektur yang cukup fenomenal pada saat ini.
Bangunan yang pertama adalah perpustakaan Alexandria di Mesir. Bangunan ini
berbentuk lingkaran dan bangunan ini sendiri berorientasi langsung terhadap
matahari (mengahadap ke atas), atau menghadap ke atas, yang berfungsi untuk
mengaplikasikan pencahayaan alami.
Gambar 2.1 Perpustakaan Alexandria Gambar 2.2 Interior perpustakaan Alexandria
7
Pada bangunan gambar 2.1. Bangunan tersebut sangat banyak sekali
bukaan-bukaan baik bukaan “hidup” maupun bukaan “mati”. Bukaan “hidup”
dalam hal ini bukaan yang memang tidak terhalng apapun dan tidak secara
langsung berorientasi ke atas, tetapi menghadap secara vertikal yang berfungsi
sebagai sirkulasi udara, sedangkan untuk bukaan “mati” secara langsung
menghadap ke atas dan tertutup oleh sesuatu bahan yang bahan itu sendiri untuk
menghindari direct matahari.
Pada bangunan yang kedua adalah masjid di indoensia karya arsitek
Ridwan Kamil, pada bangunan ini terdapat bukaan “hidup” dalam ukuran kecil
seukuran batu bata, perletakan bukaan ini disusun secara tertata terukur meskipun
tidak membnetuk tulisan atau ggambar tertentu, dan diletakan secara menyebar
baik secara vertikal maupun horizontal pada seluruh dinding bangunan kecuali
atap. Pada bangunan gambar 2.4 terlihat jelas pada saat siang hari pencahayaan
sangat baik tanpa dibantu pencahayaan buatan (lampu).
Gambar 2.3 Masijd karya ridwan kamil Gambar 2.4 Interior Masjid
3. Dinding berfungsi sebagai konstruksi
8
− Sebagai pembatas dan penahan struktur (untuk fungsi tertentu seperti
dinding, lift, resovoar dan lain-lain)
− Sebagai pemikul. Itulah sebabnya konstruksinya harus kuat dan kokoh
agar mampu menahan beban super struktur, bebannya sendiri serta beban
horizontal.
− Sebagai pembatas/partisi
3. Jenis Dinding
Adapun jenis dinding yaitu:
1. Dilihat dari macamnya, dinding dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:
a) Dinding Interior. Dinding Interior adalah dinding yang dipakai di dalam
ruangan. Ada pemilik rumah yang menginginkan rumahnya memiliki
dinding permanen atau dinding massive, ada juga pemilik yang
menggunakan dinding bangunan yang mudah seperti menggunakan partisi.
Dinding partisi ini merupakan sekat pembatas yang dapat diangkat atau
dipindahkan.
b) Dinding Exterior. Adalah dinding yang letaknya di luar ruangan. Karena
terletak di luar ruangan maka dinding exterior harus kuat, indah, dan tahan
cuaca, terutama disesuaikan dengan cuaca daerah sekitar. Disebut harus
kuat karena dinding exterior tersebut mengalami kontak langsung dengan
kondisi lingkungan seperti perubahan cuaca. Di daerah yang sering terjadi
gempa, sering hujan, dan tingkat cuaca panasnya tinggi, pemilihan jenis
materialnya untuk dinding sangat berpengaruh terhadap kekuatan dinding
9
tersebut. Sementara itu, disebut indah karena penampakan dari luar akan
menjadi nilai tambah pada sebuah rumah atau bangunan bila
penampilannya indah.
Gambar 2.5 Eksterior Rumah Tinggal
c) Dinding Fungsi Khusus. Bila dinding mempunyai fungsi khusus, tentu
jenisnya disesuaikan dengan fungsi yang harus diembannya. Misalnya
dinding kedap suara, tentu dinding tersebut harus terbuat dari bahan
akustik yang disesuaikan dengan tingkat ambang kebisingan yang dapat
ditoleran.
2. Ditinjau dari bahan mentah yang dipakai, dinding bangunan dapat dibedakan atas:
a) Dinding Bata cetak/bata kapur, adalah batu buatan yang dibuat dari
campuran beberapa bahan dengan perbandingan tertentu, Umumnya
10
digunakan pada rumah-rumah sederhana di perkampungan, pagar
pembatas tanah dan lain sebagainya.
b) Dinding Bata celcon atau hebel, terbuat dari pasir silika. Harganya lebih
mahal dari pada bata merah. Ukuran umumnya 10 cm x 19 cm x 59 cm.
c) Dinding Partisi, bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran
multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm.
d) Dinding Batako dan blok beton, adalah batu buatan yang dibuat
daricampuran bahan mentah: tras+ kapur + pasir dengan perbandingan
tertentu. Batu buatan jenis ini bentuknya berlubang, model dan lubangnya
dibuat bermacam variasi model. Batako merupakan material untuk dinding
yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari
campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang ditambah PC. Karena
dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada
bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban
pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas
yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk
finishing.Blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan
mentah: semen + pasir dengan perbandingan tertentu, sama juga dengan
bataco, blok beton ini juga berluban.
e) Dinding Batu bata (bata merah), Dinding bata merah terbuat dari tanah
liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan sebagai bahan
bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar
11
peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata
merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2
batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari
pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/
rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan
menahan/ menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak
mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding pasangan bata
dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari
campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya. Pada umurnnya
merupakan prisma tegak (balok) dengan penampang empat persegi
panjang, ada juga batu bata yang berlubang-lubang, batu bata semacam ini
kebanyakan digunakan untuk pasangan dinding peredam suara. Ukuran
batu bata di berbagai tempat dan daerah tidak sama besamya disebabkan
oleh karena belum ada keseragaman ukuran dan teknik pengolahan.
Ukuran batu bata umumnya berkisar 22 x 10,5 x 4,8 cm sampai 24 x 11,5
x 5,5 cm.
f) Dinding Kayu Log/ Batang Tersusun, Kontruksi dinding seperti ini
umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa timur. Terdiri
dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini
tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan
dinding struktural.
g) Dinding Papan, Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan
konstruksi rangka kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun
12
interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi
papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan
jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar
beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus
memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar air
hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang
bisa mengalami muai dan susut.
h) Dinding Sirap, Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material
yang paling baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu
juga memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan
tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku
(paku kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis
tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).
i) Dinding Batu Alam, Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh
atau pecahan batu cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu
bata, dimana siar vertikal harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan
batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding
dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian
dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam umumnya
memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom
praktis, hanya diperlukan.
3. Ditinjau dari jenisnyanya Terdapat 3 jenis utama dinding, yaitu:
13
a) Dinding struktural adalah dinding bangunan, seperti dinding geser
b) Dinding pembatas (boundary) seperti dinding batu bata, batako, partisi dll.
c) Dinding penahan (retaining). Seperti turap
4. Material Dinding
Dinding adalah salah satu elemen rumah yang paling menentukan sisi
keindahan rumah. Sebagai bidang yang melingkupi aktivitas sehari-hari dalam
rumah, dinding berpengaruh besar, terutama dalam menentukan kesan ruangan
itu. Misalnya; dinding rumah dicat merah dan dinding dicat hijau muda, kesannya
sudah lain sekali.
Belum lagi bila dinding dilapisi material alami atau material aslinya yang
menimbulkan karakter khas masing-masing bahan. Material ini boleh jadi menjadi
atraksi utama dalam sebuah ruangan atau tampilan rumah, karena keunikan yang
dimilikinya. Tidak jarang, material alami ditonjolkan lebih dari bentuk bangunan
itu sendiri, misalnya pada rumah-rumah minimalis.
Berikut ini disajikan beberapa contoh material dinding yang umum digunakan
dalam bangunan rumah tinggal:
a) Material dinding dari kaca buram, yang diaplikasikan pada dinding kabinet
dapur. Kesan glossy (mengkilap) yang ditimbulkannya sangat menarik,
dipadukan dengan pencahayaan tak langsung (indirect lighting) dari bawah
kabinet menjadikannya tampak eksklusif.
14
Gambar 2.6 Material dinding dari kaca buram
b) Material bata ekspos juga bisa menjadi material yang menarik karena
karakternya yang kuat.
Gambar 2.7 Material bata ekspos
c) Tembok biasa dapat tampil maksimal dengan penggunaan cat. Cara ini adalah
cara yang paling umum dilakukan untuk meningkatkan kesan dinding agar
lebih terlihat menarik.
15
Gambar 2.8 Tembok di Cat
d) Material batuan dan kaca dalam padu padan ini cukup menarik dengan paduan
garis putih dari kolom. Paduan ini banyak digunakan untuk hunian-hunian
bergaya resort dan bertema tropis, karena unsur kaca memungkinkan
penghuninya melihat bebas keluar dan batuan mengingatkan kita pada kesan
dari batu-batu yang bebas di alam.
Gambar 2.9 Material batuan dan kaca
16
e) Dinding kaca, termasuk digemari dewasa ini. Dinding jenis ini memang
memungkinkan ruangan terlihat semakin lapang karena tidak ada batas
pandangan. Biasanya kaca diberi frame alumunium sebagai penguat
konstruksinya.
Gambar 2.10 Dinding Kaca
f) Banyaknya material baja bermunculan menimbulkan kemungkinan baru dalam
menggunakan material sebagai dinding. Salah satu kelemahannya adalah
dinding baja ini akan menimbulkan panas dalam ruangan didalamnya, karena
itu sebaiknya bila menggunakan dinding ini harus dibarengi dengan naungan
(misalnya naungan bayang2 pohon) pada permukaan baja ini agar tidak terlalu
panas, serta penghawaan alami yang baik.
17
Gambar 2.11 Material baja
g) Dinding ekspos semen, atau ekspos beton, dimana tekstur semen
diperlihatkan. Tekstur ini memiliki karakter sendiri yang tidak sama dengan
karakter bahan lain seperti dinding yang dicat. Pilihan lainnya seperti
dinding finishing kamprot yang juga memakai semen. Dinding ini memiliki
kelebihan, yaitu biaya finishing yang dapat ditekan, karena tidak perlu diaci
dan dicat.
Gambar 2.12 Dinding ekspos semen atau beton
5. Cara Membuat dan Pemasangan Dinding
18
a) Dinding Bata Kapur
Ukuran dinding bata kapur 8 cm x 17 cm x 30 cm. Dinding ini banyak
digunakan pada rumah-rumah di pedesaan, perumahan rakyat, pagar pembatas
tanah, atau rumah sederhana. Dinding bata kapur terbuat dari campuran tanah liat
dengan kapur gunung. Macam-.macam tipe campuran antara lain:
a. campuran bahan: tanah liat + tanah kapur + kapur-bubuk + semen.
b. Campuran bahan : tras + kapur
c. campuran bahan: tanah liat + pasir + kapur bubuk + pc.
Harganya sangat murah. Waktu pemasangan pun cepat dan sedikit pemakaian
adukan semen-pasir. Bila telah terpasang dan diplester serta diaci dinding ini tidak
akan terlihat dari tanah dan kapur. Dinding ini memerlukan kolom pengaku (kolom
praktis) setiap 2,5 m.
Gambar 2.13. Dinding Bata Kapur Dan Kolom Pengaku Dinding Bata Kapur
b) Dinding Bata Hebel Atau Celcon
19
Dinding bata hebel atau celcon adalah bahan bangunan pembentuk dinding
dengan mutu yang relatif tinggi. Penjualan bata jenis inipun tidak diretail pada
setiap agen atau toko material. Pembelian biasanya harus dengan memesan
terlebih dahulu. umumnya berukuran 10 cm x 19 cm x 59 cm. Bahannya terbuat
dari pasir silika. Bata jenis ini harganya lebih mahal kurang lebih 16,5 % dari
harga dinding bata merah untuk setiap 1 m2 terpasang. Dinding jenis ini sering
digunakan pada rumah-rumah mewah, hotel, apartemen, monumen dan gedung-
gedung mewah yang lain.
Kelebihan yang dimiliki dinding ini adalah cepatnya proses pemasangan,
mudah dalam pemotongan karena hanya menggunakan gergaji, bahannya tahan
api dan air serta kedap suara. Dinding jenis ini bisa saja tidak diplester, cukup
diaci saja karena permukaannya yang sudah relatif rata dan permukaan batu yang
lebar. Hanya saja ketebalan kusennya harus disesuaikan. Selain itu, dalam praktik
pemasangan sangat sedikit bahan yang terbuang.
Gambar 2.14. Bata Hebel Dan Pengerjaan Bata Hebel.
20
Jarak pemasangan kolom penguat sama dengan yang disyaratkan pada bata
merah. Pemesanan tidak dilakukan secara unit, melainkan dalam ukuran 1 m3.
Untuk 1 m3 bata jenis ini bisa digunakan untuk pasangan dinding seluas 11,5 m2.
Namun hal ini tergantung juga dengan ketebalan dinding, bisa saja kurang dari
11,5 m2 bila ketebalannya lebih besar.
Gambar 2.15. Bata Hebel Dalam Pengiriman dan Aplikasinya dalam Pasangan Dinding
Gambar 2.16. Bata Hebel Buatan Xella, Dengan Bata Hebel Pembangunan Gedung Dapat Dilakukan Secara Para Fabrikasi
21
Gambar 2.17. Proses Pembuatan Bata Hebel
c) Dinding Partisi
Sesuai dengan namanya dinding partisi memang dikhususkan untuk sekat
antar ruang. Karena di desain sebagai sekat antara ruang satu dan yang lain,
dinding ini memiliki desain konstruksi yang lebih praktis dan ringan dibanding
dengan konstruksi dinding yang lain. Bahan partisi untuk dinding jenis ini
termasuk bagus dan murah. Sayangnya dinding ini tidak bisa digunakan untuk
dinding luar (eksterior). Ini disebabkan sifat bahannya yang kurang menjamin
faktor keamanan dari gangguan luar. Disamping tidak cocok untuk konstruksi
terbuka, dinding jenis ini juga tidak dirancang untuk memikul beban yang berat.
Dinding macam ini banyak digunakan sebagai bahan penyekat ruangan, terutama
di perkantoran.
22
Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum
dengan ketebalan 9-12 mm. Bahan lain yang bagus untuk partisi adalah papan
semen fiber glass. Bahan tersebut terbuat dari campuran semen dan fiber glass
sehingga sangat kuat. Pemasangan ke rangka (kayu atau hollow) menggunakan
sekrup. Bahannya mudah dipotong hanya menggunakan gergaji. Ketebalannya
beragam mulai dari 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, dan 15 mm. Panjang dan
lebarnya sama dengan ukuran lembaran tripleks, yaitu 122 cm x 244 cm. Dari segi
beban terhadap bangunan, dinding partisi dapat diabaikan. Untuk dinding partisi
yang memakai bahan multiplek bisa dikatakan kurang aman, mengingat bahan
mudah terbakar dan mudah mengelupas bila sering terkena air. Secara umum
pemakaian partisi selalu dibuat dua lapis, untuk luar dan dalam. Bila dana
terbatas, gunakan bahan partisi ini untuk pembatas ruangan. Jenis bahan
disesuaikan dengan selera dan besarnya biaya.
Gambar 2.18. Sistem Partisi Tahan Api 1 Jam - Akustik Optimal,
23
Dewasa ini penggunaan dinding partisi semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan perumahan dan perkantoran yang tidak hanya
mempertimbangkan faktor biaya dan waktu yang dihabiskan dalam membangun
suatu bangunan. Dinding partisi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat di sektor real. Sementara ini dinding partisi
merupakan hasil dari pengembangan teknologi yang tepat guna. Dimana
perkembangan teknologinya selalu meningkat sejalan dengan inovasi produsen
dinding partisi ini.
Gambar 2.19. Potongan/tampak atas dan spesifikasi produk dinding partisi.
24
Gambar 2.20. Potongan/tampak atas dan spesifikasi produk dinding partisi
25
d) Dinding Batako
Batako merupakan batu buatan yang pembuatannya tidak dibakar,
bahannya dari tras dan kapur, juga dengan sedikit semen portland, Pemakaiannya
lebih hemat dalam beberapa segi, misalnya: per m2 luas tembok lebih sedikit
jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan.
Terdapat pula penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75 %. Beratnya
tembok diperingan dengan 50 %, dengan demikian juga pondasinya bisa
berkurang. Namun demikian masih lebih mahal jika dibanding dengan bata kapur
Bentuk batu batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang
cukup, dan jika kualitas batu batako baik, dinding batako tidak perlu diplester.
Batu batako dapat dibuat dengan mudah dengan alat-alat atau mesin yang
sederhana dan tidak perlu dibakar. Namun bahan bangunan tersebut masih baru di
Indonesia, cara-cara pembuatan, pemakaian pemasangan maupun
adukanadukannya dapat dipelajari dengan seksama.
Tras dan kapur dengan perbandingan 5 : 1 jika kualitas tras cukup baik,
jika perlu ditambah dengan sedikit semen portland, diaduk sebaik-baiknya dalam
keadaan kering. Tempat pembuatan adukan harus bersih dan terlindung dari
hujan. Kemudian adukan yang kering diaduk dengan air secukupnya. Untuk
mengetahui kadar air dari suatu adukan dibuat bola-bola adukan, yang
digenggam-genggam pada telapak tangan. Apabila bola adukan dijatuhkan hanya
sedikit berubah bentuknya, maka kandungan air dalam adukan itu terlalu banyak,
dan bila dilihat telapak tangan tidak berbekas air, maka kadar air adukan tersebut
kurang. Jikalau kadar air tercapai dengan tepat, perataan dapat dimulai. Batu-batu
26
yang baru dicetak disimpan dalam los agar terhindar dari panas matahari maupun
air hujan, kemudian diletakkan berderet di rak dengan tidak ditimbun.
Masa perawatan 3 hari sampai 5 hari, guna memperoleh pengeringan dan
kemantapan bentuk. Biarkan masih dalam los dan biarkan selama 3 minggu
sampai 4 minggu untuk memperoleh proses pengerasan. Di samping itu
diusahakan agar di tempat sekitarnya udara tetap lembab.
Gambar 2.21. Beberapa macam bentuk batako
Keterangan:
a. Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding luar.
b. panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai penutup
pada sudut-sudut dan pertemuan.
c. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding pengisi dengan
tebal 10 cm.
d. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai penutup
pada dinding pengisi.
e. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk dinding
pengisi dan pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan pertemuan.
27
f. Panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk dinding
pengisi
Pada pemakaian batu batako diperhatikan hal-hal berikut:
a. Disimpan dalam keadaan cukup kering
b. Penyusunan batu cetak sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis, untuk keamanan dan
juga untuk memudahkan pengambilan
c. Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak boleh direndam air
d. Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk membuat goresan
pada batu yang akan dipatahkan.
Gambar 2.22, Mesin Cetak Batako dan pemasangan batako
Gambar 2.23, Industri Batako
Aturan batu buatan yang tidak dibakar (batako) sebenarnya tidak berbeda
dengan aturan batu merah. Pada prinsipnya sistem pemasangannya menggunakan
28
aturan pemasangan batu bata. Pada sudut bangunan diberi papan mistar yang
menentukan tinggi-nya lapisan masing-masing, sehingga pada tiap-tiap
pemasangan lapisan dapat diberi tali pelurus. Pemasangan batu batako terakhir
selalu di tengahtengah.
Untuk memperkuat dinding batu batako juga digunakan rangka pengkaku
yang terdiri dari kolom atau balok beton bertulang yang dicor di dalam lubang-
1ubang batu batako. Kolom beton ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan
dan persilangan dinding seperti terlihat pada gambar diatas. Jika dinding
bersilangan salah satu dinding terdiri dari batu batako yang tidak berlubang, maka
digunakan angker besi beton 3/8".
Gambar 2.24 a dan 2.24 b Menyusun dinding pasangan-batu beton: (a) Bantalan adukan ditebar pada fondasinya. (b) Lapisan-arah pertama dari blok untuk pasangan sudut-antar diletakkan di atas adukannya. Adukan untuk siar pasangan pelopor diberikan pada ujung setiap blok dengan cetok sebelum bloknya diletakkan
29
Gambar 2.24 c dan 2.24 d .(c) Pasangan pelopor dibangun lebih tinggi. Adukan biasanya diberikan hanya pada cangkang muka bloknya dan tidak diberikan pada badannya. (d) Ketika setiap lapisanpasangan dibentang, tingginya secara teliti diperiksa entah menggunakan mistar lipat, atau, seperti yang ditunjukkan di sini, batang-ukur tingkat yang ditandai dengan tinggi setiap lapisan-pasangan.
Gambar 2.24 e dan 2.24 f (e,f) Setiap lapisan-arah baru juga diperiksa dengan alat sipat-datar untuk memastikan bahwa lapisan itu mendatar dan tegak lurus. Waktu yang diluangkan untuk memastikan pasangan sudut antarnya telah akurat akan cukup diimbangi oleh ketelitian dinding dan kecepatan penyusunan di antara pasangan pelopor.
30
Gambar 2.24 g dan 2.24 h (g) Siar pasangan sudut-antar dirapikan menjadi profil konkaf. (h) Sikat lunak akan membuang remah-remah setelah perapihan cetok konkaf tadi. (i) Sebuah benang tukangbatu dipertahankan tetap tegang di antara pasangan pelopor pada blok tali-sipat. Gambar 2.24 i dan 2.24 j .(j) Lapisan-pasangan blok di antara pasangan pelopor disusun dengan cepat, dan disebariskan hanya dengan tali-sipat; tidak diperlukan lagi batangukur tingkat atau alat sipat-datar. Tukang-batunya telah menebarkan adukan siar kasuran dan memberi "olesan adukan tepi" siar kasurannya untuk beberapa blok.
31
Gambar 2.24 k dan 2.24 l (k) Setiap lapisan-pasangan blok penyisip diakhiri dengan blok-tutup, yang harus disisipkan diantara blok yang telah dibentang. Siar kasuran blok-blok yang telah disusun diberi olesan-adukan tepi. (I) Kedua ujung blok-tutup diberi olesan-adukan tepi, dan blok ini diturunkan secara cermat ke tempatnya.
e) Dinding Batu Bata
Dinding bata merupakan dinding yang paling lazim digunakan dalam
pembangunan gedung baik perumahan sederhana sampai pembangunan gedung-
gedung yang ukurannya besar. Karena itu pasangan batu bata memiliki seni
tersendiri dalam sistem pemasangannya dalam konstruksi dinding.
Pembuatan batu bata harus memenuhi peraturan umum untuk bahan bangunan di
Indonesia NI-3 dan peraturan batu merah sebagai bahan bangunan NI-10. Batu
merah dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dasar :
1) Lempung (tanah liat), yang mengandung silika sebesar 50 % sampai dengan
70%.
2) Sekam padi, fungsinya untuk pencetakan batu merah, sebagai alas agar batu
merah tidak melekat pada tanah, dan permukaan batu merah akan cukup kasar.
Sekam padi juga dicampur pada batu merah yang masih mentah. waktu
32
pembakaran batu merah akan terbakar dan pada bekas sekam padi yang terbakar
akan timbul pori-pori pada batu merah
3) Kotoran binatang, dipergunakan untuk melunakkan tanah, digunakan kotoran
kerbau, kuda dan Iain-lain. Fungsi kotoran binatang dalam campuran batu merah
ialah membantu dalam proses pembakaran dengan memberikan panasnya yang
lebih tinggi di dalam batu merah.
4) Air, digunakan untuk melunakkan dan merendam tanah. Lempung yang sudah
dicampur dengan sekam padi dan kotoran binatang kemudian direndam dengan air
ini beberapa waktu lamanya. Campuran itu direndam selama satu hari satu malam
dengan kondisi yang sudah bersih dari batu-batu kerikil atau bahan lain yang
dapat menjadikan kualitasnya jelek. Kemudian dicetak dengan menggunakan
cetakan dari kayu, bisa juga digunakan cetakan dari baja. Untuk mempermudah
lepasnya batu merah yang dicetak, maka bingkai cetakan dibuat lebih besar sedikit
ke bawah dan dibasahi dengan air. Batu merah yang belum dibakar juga disebut
batu hijau. Sesudah keras bata dapat dibalik pada sisi yang lain. Lalu ditumpuk
datam susunan setinggi 10 atau 15 batu. Susunan ini terlindung dari sinar matahari
dan hujan. Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 2 hari s/d 7 hari.
Pembakaran batu hijau ini dilakukan setelah batu itu kering dan disusun
sedemikian rupa, sehingga berupa suatu gunungan dengan diberi celah-celah
lobang untuk memasukkan bahan bakar.
Hasil batu merah yang baik bakarannya, tergantung dari banyaknya batu
merah yang dibakar. Kalau yang dibakar sedikit saja, persentase hasil pembakaran
lebih banyak. Pada umumnya kerusakan batu merah dalam proses pembakaran
sekitar 20% sampai 30%. Bahan bakarnya menggunakan kayu atau sekam padi.
33
Setelah selesai proses pembuatan, batu merah selalu harus disimpan dalam
keadaan cukup kering. Bila tidak ada gudang, maka dilindungi dengan plastik
terhadap air hujan.
Gambar 2.25. Cetakan kayu untuk membuat tujuh bata sekaligus.
Sebelum munculnya tungku-tungku modern, bata paling sering dibakar
dengan cara menumpuknya dalam jajaran longgar yang disebut sebagai tungku
bata-lapangan dengan tanah atau lempung, menyalakan api di bawah jajaran
tersebut, dan mempertahankan api itu selama beberapa hari. Setelah mendingin,
tungku bata-lapangan itu dibongkar dan batanya dipilah sesuai dengan derajat
pembakaran yang telah dialaminya.
Batu bata yang berdekatan dengan api (bata klingker) sering mengalami
kelebihanbakar dan terdistorsi, yang membuatnya menjadi tidak menarik, dan oleh
sebab itu tidak sesuai digunakan pada pekerjaanbata ekspos. Bata-bata dalam zona
34
tungku bata-Iapangan di dekat api akan terbakar sempuma tetapi tidak terdistorsi,
ini sesuai untuk bata lapis-muka di bagian luar dengan derajat daya-tahan
terhadap cuaca yang tinggi.
Gambar 2.26. Bata sering kali dicetak sesuai pesanan untuk kegunaan tertentu. Alur lapisan-pasangan muka air tegak-muka pada sebuah dinding hubungan di Inggris ini dicetak berbentuk kurva ogif.
Bata yang paling jauh dari api akan menjadi lebih lunak dan akan
dipinggirkan untuk digunakan sebagai bata belakang, sementara sejumlah bata
dari sekitar keliling tungku bata-Iapangannya tidak cukup terbakar dan hasilnya
tidak baik, bahkan tidak dapat digunakan untuk keperluan apapun, bata yang
seperti ini akan dibuang. Sebelum pengangkutan mekanik ditemukan, bata untuk
35
suatu bangunan biasanya diproduksi dari tanah yang diperoleh dari tapak
bangunan atau tidak jauh di sekitar lokasi yang akan didirikan bangunan.
Ciri-ciri batu merah yang baik ialah : 1) Permukaannya kasar 2) Warnanya merah
seragam (merata) 3) Jika dipukul Bunyinya nyaring 4) Tidak mudah hancur atau
patah.
Ukuran-ukuran batu merah bermacam macam tergantung kegunaan dan
pesanan, namun umumnya di Indonesia ukuran standar seperti berikut : 1) panjang
240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm atau 2) panjang 230 mm, lebar 110 mm,
tebal 50 mm
Penyimpangan terbesar, dari ukuran-ukuran seperti tersebut di atas ialah:
untuk panjang maksimal 3 %, lebar maksimal 4 % dan tebal maksimal 5 %. Tetapi
antara bata-bata dengan ukuran-ukuran terbesar dan bata-bata dengan ukuran-
ukuran ter-kecil, selisih maksimal yang diperbolehkan ialah: untuk panjang 10
mm, untuk lebar 5 mm dan untuk tebal 4 mm.
Batu merah dapat dibagi atas tiga tingkat seperti berikut:
1) Batu merah mutu tingkat I dengan kuat tekan rata-rata lebih besar dari 100
kg/cm2 dengan ukuran yang sama tanpa penyimpangan.
2) Batu merah mutu tingkat II dengan kuat tekan rata-rata antara 80 kg/cm2 dan
100 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang 10%. 3) Batu merah mutu tingkat III
dengan kuat tekan rata-rata antara 60 kg/cm2 dan 80 kg/cm2 dan ukurannya
menyimpang 20%.
36
Pasangan Dinding Batu Bata
Aturan Pemasangan
Dengan aturan pemasangan batu merah kita menghubungkan batu merah masing-
masing bersama mortar menjadi suatu kesatuan yang juga dapat menerima beban.
Siar-siar vertikal selalu diusahakan agar tidak merupakan satu garis, harus
bersilang, seperti terlihat pada gambar berikut. Siar vertikal pada umumnya kita
pilih sebesar 1 cm dan siar horisontal setebal 1,5 cm.
Jika dibedakan pengaturannya, ada beberapa kemungkinan, yaitu :
Gambar2.27. Aturan batu memanjang Gambar 2.28. aturan batu melintang (1/2 batu) dengan tebal dinding 11 cm atau 11,5 cm Gambar 2.29. Aturan batu memanjang-Gambar 2.30. aturan batu menyilang melintang bersilang (staand)
37
Gambar 2.31. aturan batu Belanda Gambar 2.32. dan aturan batu Gothik (vlaams). semuanya pada tebal dinding 23 cm atau 24 cm.
Gambar 2.33. Cara pemasangan batu bata.
Cara pemasangan batu bata adalah: sebelum pemasangan pemasangan
perlu dibasahi lebih dahulu atau direndam sebentar di dalam air. Sesudah lapisan
pertama pada lantai atau pondasi dipasang, maka disiapkan papan mistar yang
menentukan tinggi lapisan masing-masing, sehingga dapat diatur seragam.
Kemudian untuk lapisan kedua dan yang berikutnya pada batu masing-masing
diletakkan adukan (mortar) pada dinding yang sudah didirikan untuk siar yang
horisontal dan pada batu merah yang akan dipasang pada sisi sebagai siar vertikal.
Sekarang batu merah dipasang menurut tali yang telah dipasang menurut papan
38
mistar sampai batu merah terpasang rapat dan tepat. Dengan sendok adukan,
mortar yang tertekan keluar siar-siar dipotong untuk digunakan langsung untuk
batu merah berikutnya. Pada musim hujan dinding-dinding pasangan batu merah
yang belum kering harus dilindungi terhadap air hujan.
Kualitas batu merah di Indonesia umumnya kurang baik dan sering kurang
keras dan padat, tidak seperti batu merah yang dibuat di Eropa dan sebagainya.
Hal ini disebabkan oleh bahan dasar dan cara pembuatan yang masih sering sangat
sederhana. Karena itu, untuk menambah keawetan terhadap pengaruh-pengaruh
iklim, maka terutama dinding batu merah dengan tebal 11 cm atau 11,5 cm
(karena tipisnya dinding terlalu lemah untuk menahan gaya tekan vertikal dan
gaya horisontal atau gaya gempa) diperkuat dengan rangka yang terdiri dari kolom
atau balok beton bertulang setiap luas tembok 12.00 m2. Kolom beton bertulang
ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding, dan pada
jarak 3,00 m, seperti juga terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.34. Cara pemasangan batu bata dengan kolom beton
39
b. Macam Pasangan Batu Bata
1). Tembok memanjang setengah batu
2). Tembok sudut setengah batu dengan satu batu :
40
3). Pasangan bata persilangan setengah batu
41
4). Tembok persilangan satu bata dengan ikatan tegak
5). Tembok batu bata dengan ikatan tegak
g. Tembok pada pertemuan tegak lurus satu bata ikatan silang
42
f) Dinding Geser (Shear Wall)
Dinding geser dari beton bertulang adalah elemen struktur vertikal yang
biasa digunakan pada gedung bertingkat tinggi yang berfungsi untuk menahan
gaya lateral dari beban gempa dan angin. Struktur bangunan dengan dinding geser
merupakan salah satu konsep solusi masalah gempa dalam bidang Teknik Sipil
yaitu sebagai substruktur yang menahan gaya geser akibat gempa.
Dinding geser sebagai elemen penahan gaya lateral memiliki keuntungan utama
karena menyediakan kontinuitas vertikal pada sistem lateral struktur gedung.
Struktur gedung dengan dinding geser sebagai elemen penahan gaya lateral juga
memiliki performa yang cukup baik. Hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan dinding geser sebagai penahan gaya geser yang besar akibat gempa
yaitu bahwa dinding geser tidak boleh runtuh akibat gaya geser, sehingga apabila
dinding geser runtuh akibat gaya geser itu sendiri maka otomatis keseluruhan
struktur akan runtuh karena sudah tidak ada lagi yang menahan gaya geser
tersebut.
Shear wall, yaitu diding dengan material batu bata atau batako yang
diperkuat secara khusus dengan angker baja, dimana struktur dengan dinding
geser dan portal-portal bertulang ikut menahan beban gempa melalui aksi
komposit sehingga meningkatkan kekakuan dan menahan gaya lateral.Deformasi
pada dinding kantilever menyerupai deformasi balok kantilever yang tegak lurus
tanah dan selain deformasi lentur, dinding mengalami deformasi geser dan rotasi
secara keseluruhan akibat deformasi tanah.
43
Perilaku Dinding Geser (Shearwall) akibat gempa
Dinding geser (shearwall) adalah unsur pengaku vertikal yang dirancang
untuk menahan gaya lateral atau gampa yang bekerja pada bangunan (Wolfgang
Schueller, 1989 : 105). Dinding geser dengan lebar yang besar akan menghasilkan
daya tahan lentur dan geser yang sangat tinggi dan merupakan sistem struktur
yang paling rasional dengan memanfaatkan sifat-sifat beton bertulang. Pada
konstruksi pelat beton bertulang, lantai dapat dianggap tidak mengalami distorsi
karena ketegaran lantai sangat besar. Jadi gaya geser yang ditahan oleh sistem
struktur disetiap tingkat bisa dihitung berdasarkan rasio ketegaran dengan
memakai prinsip statis tak tertentu. Berdasarkan konsep dasar ini, Dr. T. Naito
menyebut proporsi yang ditahan oleh berbagai sistem sebagai koefisien distribusi
gaya geser, dan menyatakannya dengan notasi D ( nilai D ). gambar 2.1
memperlihatkan deformasi portal terbuka dan dinding geser kantilever yang
memikul gaya gempa secara terpisah, terlihat bahwa deformasi kedua sistem ini
berlainan.
Deformasi pada dinding kantilever menyerupai deformasi balok kantilever
yang tegak lurus tanah dan selain deformasi lentur, dinding mengalami deformasi
geser dan rotasi secara keseluruhan akibat deformasi tanah. Sebagai perbandingan
44
deformasi portal terbuka besarnya cenderung sama pada tingkat atas dan bawah,
sedangkan deformasi pada dinding geser sangat kecil didasar dan besar dipuncak.
Gedung yang sesungguhnya tidak memiliki dinding geser yang berdiri sendiri
karena dinding berhubungan dalam segala arah dengan balok atau batang lain ke
kolom-kolom disekitarnya. Sehingga deformasi dinding akan dibatasi dan
keadaan ini sebagai pengaruh pembatasan (boundary effect). Agar daya tahan
dinding dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka syarat-syarat dibawah ini
harus diperhatikan dalam tujuan perancangan dinding geser.
6. Kelebihan dan Kekurangan Material Dinding
Untuk mendapatkan sebuah bangunan yang kokoh dan mempunyai nilai
estetika yang tinggi berawal dari pemilihan material bangunan terbaik. Salah satu
unsur bangunan yang mempunyai peranan penting adalah dinding.
Pemilihan material dinding mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap hal tersebut. Saat ini banyak altermatif material dinding seperti batako,
batu bata ataupun bata ringan (hebel). Berikut akan dipaparkan satu persatu
kelebihan serta kekurangan masing-masing material.
a) Batako
Batako merupakan material dinding yang terbuat dari sampuran semen
PC,pasir dan abua batu. Penggunaan batako sebagai material dinding bisa
menghemat plesteran 75% dan berat dinding 50 % sehingga mengurangi beban
pondasi. Selain itu jika dicetak dengan kualitas yang bagus dan presisi tidak
memerlukan plesteran +acian lagi untuk finishing.
45
Kekurangan penggunaan batako adalah lebih rawan terjadi keretakan pada
plesteran. Hal ini dikarenakan plesteran perekan yang digunakan sedikit sehingga
jika terjadi penurunan pada pondasi maka dinding sering retak. Selain itu karena
material batako berlubang didalalmnya, mka kita tidak bisa memasang gantungan
pada tembok dengan kuat.
b) Batu Bata
Material yang palingumum digunakan pada dinding adalah penggunaan
batu bata merah. Hal ini dikarenakan batu bata merah mempunyai kekuatan yang
lebih dibandingkan batako. Selain itu, finishing pada batu bata merah dapat dibuat
dengan plasteran yang tebal sehingga hasilnya lebih flat dan rata.
c) Bata Ringan (Hebel)
Dinding bata ringan adalah dinding bata yang menyerupai beton dan
memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet yang diproduksi di pabrik dengan
menggunakan mesin. Material ini memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan
dengan batu bata maupun batako. Bata ringan banyak dipakai untuk bangunan
bertingkat supaya dapat mengurangi pembebanan sehingga beban pondasi lebih
kecil. Ukuran bata ringan panjang 60 cm, lebar 20 cm dengan ketebalan 10 cm
atau 7 cm. Dengan ukuran yang demikian maka pekerjaan dinding bata ringan
akan cepat selesai yang berarti dapat menghemat upah tukang juga.
Bata ringan terdiri dari campuran pasir kuarsa, semen, kapur, sedikit
gypsum, air dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang atau pengisi udara
secara kimiawi yang berperan dalam kekerasan beton nantinya. Volume
46
aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari campuran yang dibuat, tergantung
kepadatan yang diinginkan. Setelah tercampur sempurna, nantinya akan
mengembang selama 7-8 jam. Campuran beton aerasi ini kemudian dipotong
sesuai ukuran.
Kelebihan dinding bata ringan :
Dibandingkan dengan bata merah, pemasangan bata ringan jauh lebih
cepat.
Bata ringan merupakan bahan dinding yang kedap air sehingga
kemungkinan untuk terjadi rembesan air pada dinding relative kecil.
Luasan rangka beton lebih luas dibandingkan dengan batu bata yaitu
antara 9 s/d 12 m2.
Kedap suara yang cukup bagus serta memiliki karakteristik yang ringan
dan tahan terhadap api.
Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan
dinding yang rapi.
Kekurangan dinding bata ringan :
Harga relatif mahal dibanding dengan bata merah.
Masih jarang di temui dipasaran. Kebanyakan dijual di toko bangunan di
kota-kota besar.
Belum umum dipakai sehingga tidak semua tukang bangunan bisa
mengerjakannya.
47
Apabila terkena air, maka untuk menjadi kering betul dibutuhkan waktu
yang lebih lama dari bata biasa. Kalau tetap dipaksakan diplester sebelum
kering maka akan timbul bercak kuning pada plesterannya.
Kebutuhan dalam per m2 bidang dinding membutuhkan bata ringan sebanyak
kurang lebih 8,5 bata ringan sedangkan untuk batu bata memerlukan 80 – 100
bata.
d) Bata Kapur
Harganya sangat murah. Waktu pemasangan pun cepat dan sedikit
pemakaian adukan semen-pasir. Bila telah terpasang dan diplester serta diaci
dinding ini tidak akan terlihat dari tanah dan kapur. Dinding ini memerlukan kolom
pengaku (kolom praktis) setiap 2,5 m.
7. Teknologi Baru Dinding
a) Precast Wall (Dinding Beton Siap Pakai)
Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk precast
concrete yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari
sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi
48
arsitekturalnya yaitu penampakan luar (keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang
berorientasi maju pasti akan memikirkan alternatif pemakaian produk precast
untuk bangunan rancangannya. Bagaimana tidak, dengan digunakannya precast
maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga
susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si
arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya.
Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk komponen- komponen yang
berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya,
dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan
kualitas yang sama.
Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang
digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang
harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang
diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas
lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja.
Hal- hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak
retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi
karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga
detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya
selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail
sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi
bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi
kinerja dan lainnya. Oleh karena itulah perusahaan precast untuk keperluan
finishing yang sukses di Jakarta tidaklah banyak. Ada dua sistem precast concrete
49
yang dipasang, yaitu precast wall dan precast hollow-core-slab untuk lantainya.
Jika sekarang keduanya juga diterapkan pada proyek ini. Berarti sistem tersebut
dianggap sukses
Foto 1: Pengerjaan pemasangan kaca pada precast-wall yang datang dari fabrikasi.
Foto 2: Rangka aluminum tempat dudukan kaca.
50
Foto 3: Proses pemasangan kaca pada precast wall (di bawah)
Foto 4: Pemasangan sealant pada kaca
51
Foto 5: Kumpulan precast-wall siap diangkat
Foto 6: Pengangkatan precast-wall satu persatu.
Perhatikan pada bagian kacanya diberi pelindung dari tripleks.
52
Foto 7: Sisi luar bangunan yang akan dipasang precast-wall
Foto 8: Proses pengangkatannya
53
Foto 9: Sambungan yang menempel ke balok
Foto 10: Sambungan sistem tumpu (pada bagian bawah skin)
54
Foto 11: sistem sambungan lain
Foto 12: Memasang karet sealant joint
Sistem karet sealant ini sangat penting, kalau sampai bocor
membongkarnya saja sudah sulit. Jadi produknya juga harus teruji. Inilah salah
satu teknologi yang harus dikuasai untuk menghasilkan kinerja yang baik untuk
precast sebagai penutup luar.
55
Foto 13: precast-wall selesai dipasang (final)
Perhatikan presisi dari setiap garis yang akhirnya menghasilkan keindahan.
b) Gypsum Board
Gypsum board atau papan gypsum telah mengubah pandangan tentang
konstruksi dinding interior. Gypsum board ini juga dikenal
sebagai drywall/sheetrock atau papan gypsum/dinding gypsum.
Ada banyak keuntungan dari penggunaan gypsum board dibandingkan
dengan dinding plester tradisional. Gypsum board atau papan gypsum biasa di
56
gunakan untuk dinding ruangan dan partisi ruangan/(partisi gypsum), memiliki
bentuk yang padat dan kering sehingga sangat memudahkan proses pemasangan
atau konstruksinya. Tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk menunggu
plester untuk kering. Dan konstruksi atau pengerjaan tidak tergantung cuaca.
c) Beton Ringan
Kenyamanan di dalam ruang sangat penting. Karena dengan kenyamanan,
penghuni dapat melakukan berbagai kegiatannya dengan baik dan lebih produktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan adalah suhu, kelembaban,
pergerakan udara. Sedangkan kenyamanan dapat diciptakan melalui setidaknya 2
hal yaitu perencanaan arsitektur yang baik dan pemilihan bahan yang tepat.
Persoalan kenyamanan menjadi sangat krusial manakala dinding luar menghadap
ke arah Barat. Untuk beberapa kasus pengkondisian udara dengan melakukan
kontrol udara pasif, misalnya dengan mengadakan pembukaan beberapa jendela
sehingga terjadi cross ventilation, masih dimungkinkan. Tetapi untuk bangunan-
bangunan di daerah urban seringkali sulit. Kesulitan membuat pembukaan dinding
untuk jendela ini disebabkan antara lain polusi udara yang tinggi dan kondisi
lingkungan bangunan yang padat.
Solusi lain yang dapat menjawab persoalan pengkondisian udara adalah
penggunaan dinding beton ringan. Nah, untuk mengetahui seberapa besar efisiensi
yang diperoleh berikut ini dipaparkan penghematan listrik yang didapat
seandainya menggunakan pengkondisian udara aktif.
Sebagai perbandingan ruang berukuran 3m x 4m dengan tinggi plafon 3m
ruang pertama menggunakan plat atap beton ringan dan dinding blok beton ringan
57
(Autoclaved Aerated Concrete) dengan plesteran/render PM- 200. (Gambar 1).
Sedang ruang kedua yang sama ukurannya menggunakan plat beton konvensional
dan dinding batu bata dengan plesteran semen-pasir. Pengukuran dilakukan
terhadap panas yang melalui material dinding dan plat atap. Dimana energi panas
dari luar akan ditahan oleh material, sehingga ruang dalam menjadi berkurang
panasnya. (Gambar 2). Berkurangnya panas ini, tergantung dari kemampuan
material menagahan panas. Proses ini sama halnya dengan energi listrik yang
melalui tahan (R ) yang dapat berupa lampu atau peralatan listrik lainnya, maka
setelah melalui tahanan tersebut daya listrik akan berkurang. (Gambar 3)
Dinding Beton Ringan Dinding BataBerat jenis blok BETON RINGAN (ρ) = 575 kg/m³Konduktifitas panas blok (λ) = 0,1575 W/(m.K)
Berat jenis bata (ρ) = 1.500 kg/m³Konduktifitas panas bata (λ) = 0,5 W/(m.K)λ plester = 1,4 W/(m.K)Thermal Resistance ( R) = d/λ
58
λ render = 0,35 W/(m.K)Thermal Resistance (R) = d/λR beton ringan= 0,125/0,1575=0,79
R bata=0,09/0,5=0,18
Semakin tinggi nilai ‘Thermal Resistance’, semakin baik kemampuan insulasi panas.BlokBETON RINGAN
Batu bata
R render dalam = d/λR render dalam = 0,01/0,35=0,0286R render luar = 0,01/0,35=0,0286R total = 0,79+0,0286+0,0286 = 0,847
R plesteran = d/λR plesteran dalam = 0,025/1,4=0,018R plesteran luar = 0,025/1,4=0,018R total = 0,18+0,018+0,018 = 0,216
Thermal Resistance lapisan udara dalam (Rsi) dan lapisan udara luar (Rse)
Semakin rendah nilai ‘thermal transmittance’ film udara di permukaan dinding,semakin baik kemampuan insulasi panas.
Thermal transmittance (U)= 1/(Rsi+R+Rse)U beton ringan = 1/(0,13+0,847+0,04) = 0,983
Thermal transmittance (U)= 1/(Rsi+R+Rse)U bata = 1/(0,13+0,216+0,04) = 2,59
Semakin rendah nilai ‘thermal transmittance’, semakin baik kemampuan insulasi panas.Panel Atap BETON RINGAN Plat Beton
PanelBETON RINGAN
PlatBeton
R screed PM-600 = d/λR = 0,02/0,35 = 0,057
R plester = d/λR = 0,02/1,4 = 0,014
R panel BETON RINGAN = d/λ R plat beton = d/λ
59
R = 0,125/0,8 = 0,69R total = 0,057+0,69 = 0,747
R = 0,125/2,1 = 0,06R total = 0,014+0,06 = 0,074
Thermal transmittance (U)= 1/(Rsi+R+Rse)U panel beton ringan = 1/(0,13+0,747+0,08) = 1,04
Thermal transmittance (U)= 1/(Rsi+R+Rse)U atap beton = 1/(0,13+0,074+0,08) = 3,52
Energi yang Mengalir Melalui Dinding BETON RINGAN dan Panel Lantai BETON RINGAN (Q)
Energi yang Mengalir Melalui Dinding Bata dan Plat Lantai Beton (Q)
Luas dinding (A dinding) = 39,3 m²Luas atap (A atap) = 12 m²
Rata-rata suhu luar 33° C , suhu di dalam ruang ditentukan 28° C, jadi selisih suhu (ªt) = 5° C
Asumsi pemakaian ruang pada jam kerja 10 jamQ beton ringan = U x A x ªt x TQ beton ringan = 0,983×39,3×5x10 = 1.931,6 WhQ beton ringan = 1,9 kWh
Q bata = U x A x ªt x TQ bata = 2.59×39,3×5x10 = 5.089,35 WhQ bata = 5,1 kWh
Q panel beton ringan = U x A x ªt x TQ panel beton ringan = 1,04×12x15×10 = 1.872 WhQ panel beton ringan = 1,87 kWh
Q atap beton = U x A x ªt x TQ atap beton = 3,52 x12×15x10 = 6.336 WhQ atap beton = 6,3 kWh
Q total = 1,9 + 1,87 = 3,77 kWhPemakaian selama 30 hariQ = 3,77 kWh x 30 = 113 kWh
Q total = 5,1 + 6,3 = 11,4 kWhPemakaian selama 30 hariQ = 11,4 kWh x 30 = 342 kWh
Asumsi pemakaian pada rumah tangga dengan kategori R-1 2200 VABlok I 0 –20 kWh = 390,- x 20 = 7.800,-Blok II 21-60 kWh = 445,- x 60 = 26.700,-Blok III 61 kWh ≤ = 495,- x 33 = 16.335,-Biaya total untuk 1 bulan = Rp 50.835,-
Blok I 0 –20 kWh = 390,- x 20 = 7.800,-Blok II 21-60 kWh = 445,- x 60 = 26.700,-Blok III 61 kWh ≤ = 495,- x 262 = 129.690,-Biaya total untuk 1 bulan = Rp 164.190,-
Penghematan listrik dengan bahan beton ringan BETON RINGAN = Rp 164.190,– Rp 50.835,- = Rp 113.335,-
Dengan menggunakan bahan beton ringan BETON RINGAN, maka ruang kerja
ukuran 3mx4m dapat menghemat pemakaian listrik sebesar Rp 113.335,- per
bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan beton ringan dapat
mengurangi pemakain listrik sehinggga dapat mengurangi pengeluaran dalam satu
bulan.
d) Konstruksi dinding bambu dengan plesteran
Kekayaan alam indonesia memang sangat luar biasa sekali, tinggal apakah
kita mau memanfaatkan secara maksimal atau tidak. Bambu sebagai salah satu
jenis kekayaan alam yang saat ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal.
60
Upaya peningkatan dalam penggunaan bambu telah banyak dilakukan salah
satunya adalah penggunaan bambu sebagai dinding rumah dengan penambahan
plesteran pada bagian luar.
Konsep ini merupakan konsep rumah murah dengan memanfaatkan
potensi daerah, bambu digunakan sebagai dinding sekaligus rangka rumah dengan
penambahan perkuatan berupa plesteran.
h) Hubungan Kontruksi Dinding Bata a) Perkuatan dinding bata dengan kolom praktis
- untuk menjaga agar dinding pasangan batu bata dapat kuat berdiri ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan;
a. Mutu bahan batu bata.
b. Adukan harus merata dan sistem pemasangan.
c. Pemasangan kolom – kolom praktis.
61
- Pasangan dinding batu bata disamping adukannya harus baik dengan spesi 1
Pc: 4Ps, hal yang perlu diperhatikan penempatan kusen atau kolom
praktisnya, sehingga pada pekerjaannya saling mengisi dan memperkuat
konstruksi dinding bata tersebut.
- Kolom – kolom praktis merupakan bagian kerangka yang membantu dan
memperkuat posisi dinding pasangan batu bata, dan pemasangan kolom
ditempatkan pada sudut pertemuan pasangan batu bata dan tempat tertentu
misalnya sebagai penjepit kedudukan kusen gendong yang cukup besar.
Pasangan dan penempatan kolom – kolom praktis yang berukuran 13 x 13
atau 15 x 15 ditempatkan pada seluas bidang dinding tembok batu bata 12
m2. Jadi, penampang kolom praktis yang berukuran 15 x 15 cm itu
ditempatkan penulangan / pembesian 4 ø 12 mm dan pemasangan sengkang
/ cincinnya dengan ø 8- 20 cm.
- Bahan pengait untuk kekokohan pada konstruksi dinding pasangan batu bata
ada stek yang dipasangkan pada tempat dan jarak tertentu di kolom praktis,
termasuk juga angkur yang dipasangkan tiga buah pada tiang – tiang kusen
yang didirikan.
Fungsi kolom praktis dan kolom konstruksi
- Dalam pemasangan dinding batu bata, ada perkuatan pasangan dinding yang
disebut kolom praktis 15/15 terpasang pada dinding bata sejarak 3 – 4 m2
dan didalam pelaksanaannya dikerjakan pengecoran beton 1 Pc: 2 Ps: 3 Kr.
Secara bertahap setiap tinggi 1 M’, sampai ke pertemuan ringbalk atau balok
beton yang mendatar atau sebagai tumpuan / perletakan kuda – kuda kayu.
- Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kolom praktis 15/15 yang terpasang
62
pada seluas 12 m2, bagian kolom ini bertemu diatas dengan ringbalk dan
dibagian bawahnya berhubungan atau masuk ke beton sloof yang ada diatas
pasangan pondasi batu kali.
- Yang berhubungan dengan dinding batu bata selain kusen pintu, kusen
jendela dan juga kolom praktis 15/ 15 ada lagi kolom konstruksi.
- Kolom konstruksi merupakan kolom yang menerima pembebanan suatu
konstruksi dan menyalurkan ke arah balok beton dan ke arah beton soof,
dimensi kolom konstruksi dan banyaknya pembesian serta diameter yang
ditentukan seluruhnya berdasarkan perhitungan konstruksi.
Pelaksanaan pekerjaan/ pengecoran khusus kolom konstruksi tidak boleh
dicor secara bertahap tetapi harus menerus dari pelat lantai dua sampai ke
beton sloof, begitu juga kolom – kolom konstruksi dibagian atasnya dan
seterusnya.
Gambar pasangan dinding bata ½ batu
63
Proyeksi miring pertemuan sudut 90° Pasangan dinding bata ½ batu
64
Khusus kolom konstruksi besar dimensi kolom dan jumlah pembesian serta
diameter besi ditentukan dari hasil perhitungan konstruksinya.
- Ujung atas kolom konstruksi sebagai tumpuan balok induk atau balok portal
dan juga tempat/ tumpuan perletakkan bentangan dari konstruksi kuda –
kuda.
65
b) Hubungan dinding bata dengan pasangan kusen
- Pemasangan kusen apakah kusen pintu atau kusen jendela, merupakan
penghubung antar ruang dan juga sebagai tempat sirkulasi udara / oksigen
dan juga penerangan atau cahaya matahari yang diharapkan dapat
menerangkan kondisi ruang – ruang tertentu.
- Kusen gendong yang diartikan konstruksi kusen pintu dan jendelanya
menjadi satu, sehingga kusen ini ukurannya lebih besar yang perlu
diperhatikan di bagian atas dari ambang atas kusen dipasangkan batu bata
berdiri atau disebutkan sebagai rollag dengan adukan menggunakan 1 Pc: 3
Ps.
- Kolom praktis dipasangkan pada kiri kanannya pada kusen gendong tersebut
dengan penambahan perkuatan tetap diberikan angkur dari kusennya.
- Locis / neut merupakan angkur yang dicor pada kaki – kaki tiang kusennya
66
dengan menggunakan adukan 1 Pc: 2 Ps: 3 Kr artinya satu bagian semen
berbanding dua bagian pasir dan berbanding tiga bagian krikil atau split.
- Pada konstruksi kusen pintu atau konstruksi kusen jendela, ada yang disebut
telinga kusen, ini merupakan bagian konstruksi kusen sebagai perkuatan
pada pasangan dinding batu batanya.
67
A. Plafon
1. Definisi Plafon
Plafon adalah bagian konstruksi merupakan lapis pembatas antara rangka
bangunan dengan rangka atapnya, sehingga bisa sebagai atau dapat dikatakan
tinggi bangunan dibawah rangka atapnya.
Plafon secara definisi merupakan daerah pembatas antara atap dan ruangan
di bawahnya ketinggiannya berkisar antara 2,80 – 3,80 m. Plafon rumah memiliki
banyak fungsi.
2. Fungsi plafon
− Fungsi utamanya adalah untuk menjaga kondisi suhu di dalam ruangan akibat
sinar matahari yang menyinari atap rumah. Udara panas di ruang atap ditahan
oleh plafon sehingga tidak langsung mengalir ke ruang di bawahnya sehingga
suhu ruang tetap terjaga.
68
− Plafon merupakan bagian dari interior yang harus didesain sehingga ruangan
menjadi sejuk dan enak dipandang (artistik).
− Plafon sebagai batas tinggi suatu ruangan tentunya ketinggian dapat diatur
sesuaikan dengan fungsinya ruangan yang ada. Umpamanya; untuk ruang
tamu pada sebuah rumah tinggal cenderung tinggi plafon direndahkan, begitu
juga ruang keluarga atau ruang makan, agar mempunyai kesan lebih familier
dan bersahabat.
− Plafon berfungsi juga sebagai isolasi panas yang datang dari atap atau sebagai
penahan perambatan panas dari atap (aluminium foil).
− Plafon dapat juga sebagai meredam suara air hujan yang jatuh diatas atap,
terutama pada penutup atap dari bahan logam.
− Plafon sebagai finishing (elemen keindahan), mempunyai tempat untuk
menggantungkan bola lampu, sedang bagian atasnya untuk meletakkan kabel
- kabel listriknya (sparing instalasi).
− Plafon juga berfungsi untuk melindungi ruangan rumah dari rembesan air
yang masuk dari atas atap, menentralkan bunyi yang bising pada atap pada
saat hujan. Selain itu juga plafon dapat membantu menyembunyikan instalasi
listrik dan struktur atap sehingga ruang interior tampak lebih indah.
3. Bahan plafon dan Konstruksi
Konstruksi plafon terdiri dari:
a). Rangka plafon
69
b). Penggantung rangka plafon dan stek
c). Bahan penutup plafon
Rangka plafon dapat dipasang:
a). Rangka kayu (galar 6/12; kaso 5/6; kaso 4/6)
b). Rangka profil aluminium
Penggantung rangka plafon:
a) jika rangka atap dengan kuda - kuda kayu dapat menggunakan kaso 5/7.
b) Jika bahan profil aluminium, cukup dengan kawat yang dibelitkan atau diskrup
pada atap rangka baja.
c) Jika dak beton, dapat memakai stek untuk mengaitkan pada rangka plafonnya
yaitu rangka kayu.
Bahan penutup plafon, berbagai macam bahan antara lain:
a). Tripleks dengan tebal 4 mm.
b). Asbes 3 mm.
c). Akustic tile atau soft board 15 mm.
d). Gypsum board.
e). Aluminium.
f). Papan / kayu.
g). Hard board.
h). Bahan g.r.c., dan lain - lain.
Rencana / pola plafon hanger
70
a) Penggambaran rencana (gambar kerja) plafon meliputi gambar rencana plafon
dan detail plafon.
b) Dalam pembuatan rencana plafon (terkadang disebut sebagai rencana rangka
plafon atau denah plafon) hal - hal yang perlu diperhatikan adalah
− Ukuran bahan yang akan digunakan terhadap luasnya ruangan.
− Untuk bahan penutup dengan tripleks e 4 mm, sebaiknya menggunakan
ukuran dengan kelipatan 30 cm agar dapat efisien dalam penggunaan bahan,
misalnya; 1,20 x 1,20 atau 0,60 x 1,20.
− Untuk bahan penutup dengan asbes, untuk efisiensi bahan menggunakan
ukuran 1,00 x 1,00 atau 1,00 x 0,50.
− Penggunaan jenis kabel untuk instalasi listrik sebaiknya menggunakan jenis
kabel sebagai berikut Tranca; Kabelindo; Supreme; Eterna atau kabel metal.
Pemasangan instalasi listrik didalam rangka plafon disebut in bouw
sedangkan jika pemasangan kabel diluar plafon disebut out bouw kesannya
seperti perencanaan ME (Mekanikal dan Elektrikal) tidak matang, atau
kemungkinan tahapan pekerjaan baru terpikirkan kemudian.
− Hal lain yang perlu diperhatikan pemasangan penutup plafon dengan tripleks
4 mm, ada dua cara:
a). Memberikan naad (jarak) antara dua lembar triplek yang akan dipaku pada
rangka plafon dan list profil pada tepi dinding.
b). Memakai list artinya pertemuan umpama pakai eternit asbes, ditutup dengan
list untuk kekuatan pemasangan penutup plafon.
71
Ukuran kayu untuk rangka plafon; dapat digunakan beberapa
ukuran kayu sebagai berikut:
a). Balok induk 6/12 untuk bentangan 2 - 3 m1 atau Balok induk 8/14 untuk bentangan 3 - 5 m1
b). Balok pembagi pertama : Ukuran 6/8 untuk bentangan 2 - 2,5 m1 dan Ukuran 5/7 untuk bentangan 1 - 2 m1
c). Balok pembagi kedua: Ukuran 4/6 untuk bentangan 1 m1 atau d1 m1
Variant / Detail plafon
Perhatian pada perencanaan plafon disamping keindahan untuk ruang dan
interiornya, Hal yang perlu diperhatikan kekuatan rangka plafon yang
dihubungkan dengan penggantungnya: Elevasi penutup plafon dan sistim
penerangan perlu diperhatikan khususnya untuk ruang rapat atau ruang pertemuan
termasuk ketinggian plafonnya.
Perencanaan dan detail plafond
Penggambaran rencana (gambar kerja) plafond meliputi gambar rencana plafond
dan detail plafond.
− Rencana plafond
Dalam pembuatan rencana plafond (atau terkadang disebut sebagai rencana
rangka plafond atau denah plafond) hal - hal yang harus diperhatikan adalah:
Ukuran bahan yang akan digunakan terhadap luasan ruangan.
72
1. Untuk bahan penutup dengan tripleks, sebaiknya menggunakan ukuran
dengan kelipatan 30 cm agar dapat efisien dalam penggunaan bahan.
Misalnya; 1,20 x 1,20
2. Untuk bahan penutup dengan asbes, untuk efisiensi bahan menggunakan
ukuran 1,00 x 1,00 atau 1,00 x 0,50.
Pada halaman berikut ditunjukkan contoh pembuatan gambar rencana plafond.
Pada denah plafond dan titik lampu
Skala 1:50
73
− Detail plafond
Gambar detail plafond meliputi pertemuan plafond dengan dinding dan plafond
dengan plafond, serta dengan rangka penggantungnya.
Dengan lis plafon
74
Dengan naad / celah
4. Keunggulan dan Kekurangan Material Plafon
Semua bahan untuk jenis plafon rumah merupakan bahan–bahan yang baik
dan berkualitas. Tinggal anda saja yang menentukan bahan yang mana yang cocok
sesuai dengan desain interior plafon diinginkan. Sebelum memilih model dan
75
bahan dasar plafon rumah yang akan Anda pakai dalam desain nantinya, ada
baiknya Anda mempelajari keunggulan dan kelemahan dari tiap jenis plafon
tersebut.
a) Plafon Tripleks atau kayu
Plafon berbahan tripleks merupakan jenis penutup plafon yang sering
dipakai. Ukuran tripleks dipasaran adalah 122 cm x 244 cm dengan ketebalan 3
mm, 4 mm dan 6 mm. Pemasangan plafon ini dapat dipasang lembaran tanpa
dipotong-potong maupun dapat dibagi menjadi empat bagian supaya lebih mudah
dalam penataan dan pemasangannya. Rangka plafon dapat menggunakan kasau
4/6 atau 5/7 dengan ukuran rangka kayu 60 cm x 60 cm.
Keunggulan jenis plafon tripleks proses pengerjaannya lebih mudah dan dapat
dilakukan oleh tukang kayu sehingga Anda tidak kesulitan dalam pengerjaannya.
Material tripleks mudah didapatkan di pasaran dengan harga yang relatif murah
dan bahan yang ringan memudahkan pengguna dalam perbaikan apabila terjadi
kerusakan untuk menggantinya.
Kelemahan bahan tripleks tidak tahan terhadap api sehingga mudah terbakar dan
apabila sering terkena air atau rembesan maka akan mudah rusak.
b) Plafon Eternit atau Asbes
Dalam pasaran ukuran plafon eternit adalah 1.00 m x 1.00 m dan 0.50 m x
1.00 m. Cara pemasangan pun sama dengan plafon tripleks. Anda dapat
76
menggunakan kasau 4/6 atau 5/7 dengan ukuran rangka kayu 60 cm x 60 cm
untuk rangka plafon.
Keunggulannya selain mudah didapat dipasaran, proses pengerjaan pun mudah
sehingga tidak menemui kendala. Bahannya yang ringan memudahkan pengguna
untuk dapat mengganti apabila terjadi kerusakan.
Kelemahan bahan dari eternit atau asbes tidak tahan terhadap goncangan dan
benturan sehingga harus berhati-hati dalam proses pemasangan plafon supaya
tidak patah atau retak.
c) Plafon Fiber
Saat ini plafon fiber sudah banyak digunakan. Dalam aplikasi untuk plafon
rumah menggunakan papan GRC (Glassfiber Reinforced Cement Board).
Harganya relatif murah dibandingkan dengan tripleks. GRC Board mempunyai
ukuran 60 cm x 120 cm dengan ketebalan standar 4 mm. Rangka plafon dapat
mengunakan kasau 4/6 atau 5/7 maupun besi hollow 40 mm x 40 mm.
Keunggulan plafon GRC tahan terhadap api dan air, lebih kuat, ringan dan luwes.
Proses pengerjaanya cukup mudah.
Kelemahan sama dengan plafon eternit atau asbes tak tahan benturan. Material
GRC di beberapa drah masih jarang di jumpai.
d) Plafon Gypsum
77
Plafon gypsum salah satu jenis plafon yang sudah banyak digunakan pula
untuk penutup plafon. Ukuran untuk plafon adalah 122 cm x 244 cm. Untuk
rangka seperti GRC Board anda dapat menggunakan kasau maupun besi hollow.
Keunggulan, pada saat terpasang plafon gypsum memiliki permukaan yang
terlihat tanpa sambungan sehingga banyak diminati masyarakat. Proses
pengerjaanya pun lebih cepat. Mudah diperoleh, diperbaiki serta diganti.
Kelemahan, tidak tahan terhadap air sehingga mudah rusak ketika terkena air
atau rembesan air. Tidak semua tukang dapat mengerjakannya, perlu keahlian
khusus.
e) Plafon Akustik
Plafon akustik solusi bagi Anda yang merencanakan sebuah ruangan yang
dapat meredam kebisingan. Karena plafon akustik merupakan plafon yang tahan
terhadap batas ambang kebisingan tertentu. Ukuran yang tersedia adalah 60 cm x
60 cm dan 60 cm x 120 cm. Plafon akustik dapat dipasang dengan rangka kayu
atau bahan metal pabrikan yang sudah jadi.
Keunggulan, dapat meredam suara sehingga untuk kebutuhan ruangan tertentu
banyak dipakai oleh masyarakat. Bobotnya relatif ringan sehingga mudah untuk
perbaikan atau diganti dan proses pengerjaannya cepat.
Kelemahan, tidak tahan air dan di daerah tertentu masih jarang dijumpai serta
harganya relatif lebih mahal.
78
.
Perawatan dan pembersihan plafon secara berkala perlu dilakukan.
Seindah dan sebagus apapun plafon, tak akan ada gunanya apabila terlihat kotor
dan banyak sarang laba-laba. Bersihkan kotoran-kotoran tersebut secara rutin agar
tidak menumpuk yang pada akhirnya sulit untuk dibersihkan.
top related