tulisan 4 badan eksekutif di indonesia
Post on 31-Oct-2015
57 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 1
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 2
DAFTAR ISI
Daftar Isi 2
Kata Pengantar 4
Tulisan 4
Badan Eksekutif di Indonesia 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang Badan Eksekutif di Indonesia 6
2. Rumusan masalah 7
3. Tujuan 7
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Teori Sistem 7
1. Analisis sistem politik menurut David Easton 8
2. Pendekatan struktural fungsional Gabriel Almond 12
3. Analisis structural fungsional dalam sistem politik 13
B. Badan Eksekutif 16
Wewenang badan eksekutif 17
Beberapa macam badan eksekutif 18
Badan eksekutif di Negara Komunis 21
Badan eksekutif di Indonesia 24
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 3
C. Badan Legislatif 28
D. Masalah Perwakilan 29
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan 31
Referensi 31
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 4
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Saya panjtakan kepata Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan Rahmat-Nya Saya bisa menyelesaikan sebuah karya tulis dengan waktu
yang tepat.
Berikut ini Saya mempersembahkan sebuah makalah dengan Judul Badan
eksekutif Indonesia yang menurut saya dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Saya sebagai penulis mohon maaf bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan
ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau terdapat kesalahan pada penulisan.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah dengan penuh rasa terimakasih dan
semoga makalah ini memberikan manfaat yang besar untuk para pembaca.
Bekasi, April 2013
Penulis
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 5
TULISAN 4
BADAN EKSEKUTIF INDONESIA
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 6
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang Badan Eksekutif Indonesia
Dalam Trias Politica menyatakan adanya pembagian kekuasaan menjadi 3 bagian,
yakni lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga lembaga ini bekerja secara
sinergis untuk menjalankan roda pemerintahan suatu negara, sehingga ketiga
lembaga ini terlibat dalam suatu sistem politik yang terdapat di negara tersebut.
Pada garis besarnya, lembaga eksekutif bergerak dalam menjalankan
pemerintahan, lembaga legislatif bergerak dalam bidang pembuatan undang-
undang, melakukan fungsi pengawasan, dan juga melakukan fungsi pembuatan
anggaran (RAPBN), sedangkan lembaga yudikatif bergerak dalam bidang
peradilan.
Kekuasaan eksekutif dalam suatu negara ialah merupakan kekuasaan dimana
dijalankannya segala kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan badan legislatif
dan menyelenggarakan undang-undang yang telah diciptakan oleh badan
legislatif. Akan tetapi, dalam perkembangannya pada masa negara modern seperti
saat ini kekuasaan badan eksekutif jauh lebih luas karena kekuasaannya dapat pula
mengajukan rancangan undang-undang pada lembaga legislatif. Ini menunjukkan
bahwa peran lembaga eksekutif pada masa negara modern sudah mengalami
peningkatan didalam menjalankan kekuasaan.
Dalam sejarahnya, Indonesia telah mengalami rotasi pergantian kekuasaan. Ini
ditandai dengan adanya masa kekuasaan yang dikenal dengan 3 masa, yaitu masa
Orde Lama, masa Orde Baru, dan masa Orde Reformasi. Disetiap masa memiliki
ciri khas kekuasaan yang berbeda-beda. Dari perbedaan setiap masa, dapat dilihat
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 7
cara dalam menerapkan kekuasaannya terhadap lembaga-lembaga yang terdapat
pada masa itu.
Apabila kita membahas tentang eksekutif, kita dapat juga melihat bagaimana
pemimpin tersebut dalam memimpin lembaga eksekutifnya. Disetiap masa yang
berbeda, Indonesia mengalami beberapa kali pergantian pemimpin. Dimulai dari
Orde Lama yaitu pada saat di bawah pimpinan Presiden Soekarno, di mana masa
Orde Lama itu sendiri terbagi atas 2 masa, yaitu masa Demokrasi Parlementer dan
masa Demokrasi Terpimpin, yang dilanjutkan dengan masa Orde Baru di bawah
pemerintahan Presiden Soeharto selama 32 tahun, dan masa Reformasi yang telah
mengalami beberapa kali pergantian Presiden hingga sekarang ini.
Oleh karena itu, penulis mencoba menyajikan suatu makalah yang memiliki
konten seperti yang telah disebutkan di atas, dengan judul makalah Fungsi
Lembaga Eksekutif dalam Sistem Politik Indonesia dari Masa Orde Baru hingga
Masa Reformasi.
2. Rumusan Masalah
A. Teori Sistem Politik
B. Pendekatan Struktural Fungsional Gabriel Almond
C. Analisis Struktural Fungsional Dalam Sistem Politik
D. Badan Eksekutif
E. Badan Legislatif
F. Masalah Perwakilan (Representasi)
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk melengkapi tugas softkill saya, selain itu member
pengetahuan kepada pembaca tentang Badan Eksekutif di Indnesia.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 8
BAB 2
PEMBAHASAN
A. TEORI SISTEM POLITIK
1. Analisis Sistem Politik Menurut David Easton
Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada
pendekatan yang terdapat dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem
politik dengan sistem yang lain maka dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri.
Sebagai suatu sistem, sistem politik memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
a. Ciri-ciri identifikasi, yaitu dengan menggambarkan unit-unit dasar dan
membuat garis batas yang memisahkan unit-unit tersebut dengan
lingkungan luarnya.
1. Unit-unit sistem politik, yaitu unsur-unsur yang mmbentuk sistem
2. Perbatasan (garis batas).
Yang termasuk sistem politik kurang lebih yang berkaitan dengan
pembuatan keputusan-keputusan yang mengikat masyarakat.
b. Input dan Output
Agar supaya sistem bekerja dengan baik, dibutuhkan input-input yang
mengalir secara konstan. Input akan membuat suatu sistem itu dapat
berfungsi; dan dengan output kita dapat mengidentifikasi pekerjaan yang
dikerjakan oleh sistem itu.
Apa yang terjadi di dalam suatu sistem merupakan akibat dari upaya
angggota-anggota sistem yang menanggapi lingkungan yang selalu berubah-
ubah.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 9
c. Diferensiasi dalam suatu sistem.
Anggota-anggota dari suatu sistem paling tidak mengenal pembagian kerja
minimal yang memberikan suatu struktur tempat berlangusungnya
kegiatan-kegiatan itu.
d. Integrasi dalam suatu sistem sosial.
Suatu sistem harus memiliki mekanisme yang bisa mengintegrasi atau
memaksa anggota-anggotanya untuk bekerjasama walaupun dalam
keadaan minimal sehingga mereka dapat membuat keputusan-keputusan
yang otoritatif.
Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus menentukan batas antara sistem
politik dengan sistem lain yang terdapat dalam lingkungan sistem politik. Namun
demikian, batas akan dapat dilihat apabila kita dapat memahami tindakan politik
sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan dengan pembuatan keputusan yang
menyangkut publik.
Pada awal abad 1950-an David Easton mengembangkan kerangka kerja untuk
menjelaskan kehidupan politik dan bagaimana penerapan secara universal.
Kerangka kerja ini disebut sebagai pendekatan sistem politik. Menurut David
Easton, kehidupan politik dilihat sebagai sebuah sistem. Kita harus memahami
fungsi secara keseluruhan tidak hanya satu bagian fungsi saja. Ini merupakan
jantung dari analisis kehidupan politik dari David Easton. Pendekatan sistem
politik ini tidak hanya untuk telaah perbandingan politik tapi juga dapat
menjelaskan kehidupan politik suatu Negara.
Perbedaan sistem politik dengan sistem yang lain, tidak menjadikan jurang
pemisah antara sistem politik dengan sistem yang lain. Telah kita ketahui bahwa
sistem politik merupakan suatu sistem yang terpenting dalam sebuah Negara dan
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 10
merupakan pengatur input dan output sebuah sistem dalam sebuah tata Negara.
Sebuah sistem politik dapat menjadi input bagi sistem yang lainnya.
Dalam sistem politik terdapat pembagian kerja antar anggotanya. Pembagian kerja
yang ada tidak akan menghancurkan sistem politik karena ada fungsi integratif
dalam sistem politik.
Input
Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan dan
dukungan. Input yang berupa kebutuhan muncul sebagai konsekuensi dari
kelangkaan atas berbagai sumber-sumber yang langka dalam masyarakat. Input
tidak akan sampai (masuk) secara baik dalam sistem politik jika tidak
terorganisir secara baik. Oleh sebab itu komunikasi politik menjadi bagian
penting dalam hal ini. Terdapat perbedaan tipe komunikasi politik di negara
yang demokratis dengan negara yang nondemokratis. Tipe komunikasi politik
ini pula yang nantinya akan membedakan besarnya peranan dari organisasi
politik.
Ada dua jenis pokok input, yang memberikan enerji dan bahan informasi yang
akan diproses oleh sistem tersebut dalam suatu sistem politik, yaitu:
1. Tuntutan. Tuntutan-tuntutan (bersal dari orang-orang atau kelompok-
kelompok dalam masyarakat) disalurkan dengan suatu usaha yang
diorganisasikan secara khusus dalam masyarakat yang kemudian menjadi
input dalam sistem politik. Tuntutan ini terbagi dua, yaitu tuntutan
eksternal (luar sistem) dan tuntutan internal (dalam sistem)
2. Dukungan. Input dukungan (support) menjadi enerji untuk menjaga
keberlangusungan fungsi sistem politik itu sendiri, yaitu berupa bentuk
tindakan atau pandangan yang memajukan dan merintangi suatu sistem
politik, tuntutan-tuntutan di dalamnya, dan keputusan-keputusan yang
dihasilkannya.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 11
Output
Output merupakan keputusan otoritatif (yang mengikat) dalam menjawab dan
memenuhi input yang masuk. Output sering dimanfaatkan sebagai mekanisme
dukungan dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan yang muncul.
Output (keputusan) dari suatu sistem politik merupakan pendorong khas bagi
anggota-anggota dari suatu sistem untuk mendukung sistem itu. Dorongan
dapat bersifat positif maupun negatif. Dalam hal ini, pemerintah memiliki
tanggung jawab tertinggi untuk menyesuaikan atau menyeimbangkan output
berupa keputusan dengan input berupa tuntutan.
Politisiasi sebagai Mekanisme Dukungan
Cadangan-cadangan yang telah diakumulasikan sebagai akibat dari keputusan-
keputusan yang lalu bisa ditingkatkan dengan suatu metode rumit untuk
menghasilkan dukungan secara tetap melalui proses yang disebut politisiasi.
Politisiasi sendiri memiliki pengertian sebagai cara-cara yang ditempuh anggota
masyarakat dalam mempelajari pola-pola politik.
Lingkungan
Lingkungan mempunyai peranan penting berupa input, baik kebutuhan
ataupun dukungan. Kemampuan anggota sistem politik dalam mengelola dan
menanggapi desakan ataupun pengaruh lingkungan bergantung pada
pengenalannya pada lingkungan itu sendiri. Lingkungan merupakan semua
sistem lain yang tidak termasuk dalam sistem politik. Secara garis besar,
lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan dalam (intra societal) dan
lingkungan luar (extra societal).
Setidaknya ada dua kritik yang dilontarkan atas gagasan Easton, yaitu adanya
anggapan bahwa pemikiran Easton terlalu teoretis sehingga sulit untuk
diaplikasikan secara nyata. Selain terlalu teoretis, pemikiran Easton dianggap
tidak netral karena hanya mengedepankan nilai-nilai liberal Barat dengan
tanpa memperhatikan kondisi pada masyarakat yang sedang berkembang.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 12
2. Pendekatan Struktural Fungsional Gabriel Almond
Pendekatan struktural fungsional merupakan alat analisis dalam mempelajari
sistem politik, pada awalnya adalah pengembangan dari teori struktural fungsional
dalam sosiologi. Dalam pendekatan ini, sistem politik merupakan kumpulan dari
peranan-peranan yang saling berinteraksi. Menurut Almond, sistem politik adalah
sistem interaksi yang terdapat dalam semua masyarakat yang bebas dan merdeka
yang melaksanakan fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi (baik dalam masyarakat
ataupun berhadap-hadapan dengan masyarakat lainnya). Semua sistem politik
memiliki persamaan karena sifat universalitas dari struktur dan fungsi politik.
Mengenai fungsi politik ini, Almond membaginya dalam dua jenis, fungsi input
dan output.
Almond menggunakan pendekatan perbandingan dalam menganalisa jenis sistem
politik, yang mana harus melalui tiga tahap, yaitu:
Tahap mencari informasi tentang sobjek. Ahli ilmu politik memiliki perhatian
yang fokus kepada sistem politik secara keseluruhan, termasuk bagian-bagian
(unit-unit), seperti badan legislatif, birokrasi, partai, dan lembaga-lembaga
politik lain.
Memilah-milah informasi yang didapat pada tahap satu berdasarkan
klasifikasi tertentu. Dengan begitu dapat diketahui perbedaan suatu sistem
politik yang satu dengan sistem politik yang lain.
Dengan menganalisa hasil pengklasifikasian itu dapat dilihat keteraturan
(regularities) dan ubungan-hubungan di antara berbagai variabel dalam
masing-masing sistem politik.
Terkait dengan hubungannya dengan lingkungan, perspektif yang digunakan
adalah ekologis. Keuntungan dari perspektif ekologis ini adalah dapat
mengarahkan perhatian kita pada isu politik yang lebih luas. Agar dapat membuat
penilaian yang objektif maka kita harus menempatkan sistem politik dalam
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 13
lingkungannya. Hal ini dilakukan guna mengetahui bagaimana lingkungan-
lingkungan membatasi atau membantu dilakukannya sebuah pilihan politik. Sifat
saling bergantung bukan hanya dalam hubungan antara kebijaksanaan dengan
sarana-sarana institusional saja, namun lembaga-lembaga atau bagian dari sistem
politik tersebut juga saling bergantung. Untuk dapat mengatasi pengaruh
lingkungan, Almond menyebutkan enam kategori kapabilitas sistem politik, yaitu
kapabilitas ekstraktif, kapabilitas regulatif, kapabilitas distributif, kapabilitas
simbolik, kapabilitas responsif, kapabilitas domestik dan internasional.
Ciri sistem politik menurut Gabriel A. Almond:
Semua sistem politik mempunyai sturukut politik
Semua sistem politik, baik yang modern maupun primitif, menjalankan fungsi
yang sama walaupun frekuensinya berbeda yang disebabkan oleh perbedaan
struktur. Kemudian sistem politik ini strukturnya dapat diperbandingkan,
bagaimana fungsi-fungsi dari sistem-sistem politik itu dijalankan dan
bagaimana pula cara/gaya melaksanakannya.
Semua struktur politik mempunyai sifat multi-fungsional, betapapun
terspesialisasinya sistem itu.
Semua sistem politik adalah merupakan sistem campuran apabila dipandang
dari pengertian kebudayaan.
3. Analisis Struktural Fungsional dalam Sistem Politik
Menurut Gabriel Almond, dalam setiap sistem politik terdapat enam struktur atau
lembaga politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik, badan legislatif,
badan eksekutif, birokrasi, dan badan peradilan. Dengan melihat keenam struktur
dalam setiap sistem politik, kita dapat membandingkan suatu sistem politik dengan
sistem politik yang lain. Hanya saja, perbandingan keenam struktur tersebut tidak
terlalu membantu kita apabila tidak disertai dengan penelusuran dan pemahaman
yang lebih jauh dari bekerjanya sistem politik tersebut.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 14
Suatu analisis struktur menunjukkan jumlah partai politik, dewan yang terdapat
dalam parlemen, sistem pemerintahan terpusat atau federal, bagaimana eksekutif,
legislatif, dan yudikatif diorganisir dan secara formal dihubungkan satu dengan
yang lain. Adapun analisis fungsional menunjukkan bagaimana lembaga-lembaga
dan organisasi-organisasi tersebut berinteraksi untuk menghasilkan dan
melaksanakan suatu kebijakan.
Input yang masuk dalam sistem politik disalurkan oleh lembaga politik, kemudian
akan menghasilkan output, berupa keputusan yang sah dan mengikat yang
sebelumnya melalui proses konversi. Dalam konversi terjadi interaksi antara
faktor-faktor politik, baik yang bersifat individu, kelompok ataupun organisasi.
Fungsi input, meliputi sosialisasi politik dan rekruitmen politik, artikulasi
kepentingan, agregasi kepentingan, dan komunikasi politik. Sedangkan fungsi
output, antara lain pembuatan kebijakan, penerapan kebijakan, dan penghakiman
kebijakan.
Keunggulan dari kedua ragam pendekatan yang dikembangkan oleh Easton dan
Almond antara lain adalah:
Dalam membuat analisis politik, Easton dan Almond selalu peka akan
kompleksitas antara sistem politik dengan sistem sosial yang lebih besar, yang
mana sistem politik adalah sub-sistemnya.
Kesederhanaan pendekatan. Konsep ini dapat dipakai untuk menganalisis
berbagai macam sistem politik, demokratis atau otoriter, tradisional atau
modern, dan sebagainya. Konsep Easton dan Almon berasumsi bahwa semua
sitem memproses komponen-komponen yang sama sehingga kedua
pendekatan itu bermanfaat dalam upaya mencari metode analisis dan
pembandingan sistem politik yang seragam.
Konsep yang diajukan oleh Almond memberi arahan untuk mencari data
baru yang dapat meluaskan cakrawala perhatian ke masyarakat non-Barat
dan non-modern.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 15
Kelemahan dari konsep atau pendekatan yang dikembangkan oleh Easton dan
Almond:
Analisis yang dikemukakan (baik sistem maupun struktural-fungsional) tidak
memberikan rumusan yang terbukti secara empirik (tidak menghasilkan
teori).
Tidak menjelaskan hubungan sebab-akibat. Kedua pendekatan itu lebih
mentitikberatkan pada penjelasan analisis.
Analisis struktural-fungsional Almond memiliki masalah ketidakjelasan konsep
tentang fungsi. Almond tidak menjelaskan garis-garis yang membatasi fungsi-
fungsi dalam masyarakat politik.
Kedua pendekatan itu dikritik karena sangat dipengaruhi oleh ideologi
demokrasi-liberal Barat. Terlihat jelas pada asumsi Almond yang mengatakan
bahwa fungsi-fungsi yang ada di sistem politik di Barat pasti juga ada di
sistem non-Barat.
Kedua pendekatan itu juga dikritik kecenderungan ideologisnya karena cara
memandang masyarakat yang terlalu organismik. Easton dan Almond
menyamakan masyarakat dengan organisme, yang selalu terlibat dalam
proses diferensiasi dan koordinasi. Selain itu mereka juga memandang
masyarakat sebagai makhluk biologis yang selalu mencari keseimbangan dan
keselarasan.
Obsesi Almond tentang ekuilibrum dan kestabilan telah membuatnya keliru
tentang manfaat yang mungkin terdapat dalam dis-ekuilibrum, seperti revolusi
atau perang kemerdekaan. Dis-ekuilibrum bisa dipakai untuk mencniptakan
keadilan sosial, ketika cara-cara konvensional tidak mungkin dilakukan.
Contohnya perang kemerdekaan melawan penjajah atau pemberontakan
melawan kediktatoran.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 16
B. BADAN EKSEKUTIF
Badan eksekutif dalam arti yang luas juga mencakup para pegawai negeri sipil dan
militer. Dalam sistem presidensial menteri-menteri merupakan pembantu presiden dan
langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam sistem parlementer para menteri
dipimpin oleh seorang perdana menteri. Jumlah anggota badan eksekutif jauh lebih
kecil daripada jumlah anggota badan legislatif, biasanya berjumlah 20 atau 30 orang
lebih. Sedangkan badan legislatif yang angggota sampai 1000 orang lebih. Badan
eksekutif yang kecil dapat bertindak cepat dan memberi pimpinan yang tepat serta
efektif; dalam hal ini ia berbeda dengan badan legislatif yang biasanya terlalu besar
untuk mengambil keputusan dengan cepat.
Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran trias politika, hanya melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oelh badan legislative serta
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 17
menyelenggarakan undang-undang yang dibuat oleh badan legislative. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya badan eksekutif leluasa sekali ruang geraknya. Disamping itu
jelas dalam perkembangan Negara modern bahwa wewenang badan eksekutif
dewasa ini jauh lebih luas daripada hanya melaksanakan undang-undang dasar saja.
Perkembangan ini terdorong oleh banyak faktor, seperti perkembangan teknologi,
modernisasi yang sudah berjalan jauh, semakin terjalinnya hubungan poltik dan
ekonomi antarnegara, krisis ekonomi dan revolusi sosial.
Dalam menjalankan tugasnya, badan eksekutif ditunjang oleh orang kerja yang
terampil dan ahli serta tersedianya bermacam-macam fasilitas serta alat-alat di masing
kementrian. Sebaliknya keahlian serta fasilitas yang tersedia bagi badan legislatif jauh
lebih terbatas. Oleh karena itu, badan legislatif berada dalam kedudukan yang kurang
menguntungkan dibandingkan badan eksekutif.
Hal ini tidak berarti bahwa peranan badan legislatif tidak ada artinya didalam Negara
demokratis, badan legislatif tetap penting untuk menjaga jangan sampai badan
eksekutif keluar dari garis-garis yang telah ditentukan oelh badan legislative, dan tetap
merupakan penghalang atas kecenderungan yang terdapat pada hamper setiap badan
eksekutif untuk memperluas ruang lingkup wewenangnya.
Wewenang Badan Eksekutif
Kekuasaan Badan Eksekutif mencakup beberapa bidang.
1. Administratif, yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan
peraturan-peraturan perundangan lainnya dan menyelenggarakan administrasi
Negara.
2. Legislatif, yaitu membuat rancangan undang-undang dan membimbingnya
dalam perwakilan rakyat sampai undang-undang keamanan.
3. Yudikatif, member garis amnesty, dan sebagainya.
4. Diplomatik, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan hubungan diplomatic
dengan Negara-negara lain.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 18
Beberapa Macam Badan Eksekutif
- Sistem parlementer dengan parliamentary Executive
Dalam sistem ini badan eksekutif dan badan legislatif bergantung satu sama
lain. Kabinet, sebagai bagian dari eksekutif yang bertanggung jawab, harap
mencerminkan kekuatan-kekuatan politik dalam legislative yang
mendukungnya, dan mati hidupnya kabinet bergantung pada dukungan dalam
badan legislative (atas tanggung jawab menteri). Kabinet semacam ini
dinamakan Kabinet parlementer. Sifat serta bobot ketergantungan ini
berbeda dari satu Negara dengan Negara lain, akan tetapi umumnya dicoba
untuk mencapai semacam keseimbangan antara badan eksekutif dan badan
legislatif.
Keseimbangan ini lebih mudah tercapai jika terdapat satu partai yang cukup
besar mayoritasnya untuk membentuk kabinet atas kekuatannya sendiri. Kalau
tidak ada, maka diusahakan terbentuknya suatu kabinet koalisi berdasarkan
kerja sama antara beberapa partai yang bersama-sama mencapai mayoritas
dalam badan legislatif.
Dibawah ini beberapa contoh Negara yang menerapkan sistem parlementer :
a) Republik Prancis IV (1946-1958)
Oleh karena di Prancis tidak terdapat suatu partai yang cukup besar
untuk membentuk kabinet atas kekuasaan sendiri, maka kabinet di
Prancis hampir semuanya berdasarkan koalisi. Badan eksekutif terdiri
dari seorang presiden yang sedikit sekali kekuasaannya serta para
menteri yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Kedudukan
menteri tidak boleh dirangkap dengan kedudukan sebagai seorang
parlemen.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 19
b) Republik Prancis V
Terdorong oleh kegagalan sistem parlementer Republik Prancis IV
karena badan eksekutifnya terlalu banyak didominasikan oleh badan
legislative, de Gaulle pada tahun 1958 memprkarsai suatu undang-
undang dasar baru yang memperkuat kedudukan badan eksekutif.
Dengan demikian sistem ini menjurus kepada sistem presidensial.
Kedudukan presideng diperkuat karena ia tidak lagi dipilih oleh anggota
legislatif, seperti Republik Prancis IV, tetapi dipilih oleh majelis
pemilihan yang terdiri atas 80.000 orang.
Sampai sekarang sistem ini menunjukkan cukup keseimbangan antara
badan eksekutif dan badan legislatif, dan malahan dianggap lebih
menjurus ke sistem presidensial.
c) Inggris
Badan eksekutif terdiri atas raja sebagian bagian dari badan eksekutif
yang tidak dapat diganggu gugat, serta kurang lebih 20 menteri yang
bekerja atas tanggung jawab menteri (ministerial responsibility).
Kekuasaan raja bersifat simbolis, sedangkan kekuasaan sesungguhnya
adalah di tangan perdana menteri yang memimpin para menteri.
Inggris terkenal sebagai tempat asal asas tanggung jawab menteri, akan
tetapi di Inggris sendiri masih berbentuk konvensi. Prinsipnya ialah
bahwa menteri ataupun seluruh kabinet yang tidak lagi memperoleh
kepercayaan dari badan legislatif harus meletakkan jabatan.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 20
a. India
Sistem ketatanegaraan India agak mirip dengan inggris, dan sistem
pemerintahannya pun adalah cabinet government. Badan eksekutif
terdiri atas seorang presiden sebagai kepala Negara dan menteri-menteri
yang dipimpin oleh seorang perdana menteri.
- Sistem Presidensial dengan Fixed Executive atau Non-Parliamentary Executive.
Dalam Sistem ini kelangsungan hidup badan eksekutif tidak bergantung padan
badan legislatif, dan badan eksekutif mempunyai masa jabatan tertentu.
Kekuasaan badan eksekutif terhadap badan legislative mengakibatkan
kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislative.
Dibawah ini beberapa contoh Negara yang menerapkan sistem presidensial:
a. Amerika Serikat
Badan eksekutif terdiri atas presiden beserta menteri-menteri yang
merupakan pembantunya. Presiden dinamakan Chief Executive. Secara
formal, sesuai dengan asas trias politika klasik, presiden sama sekali
terpisah dari badan legislatif dan tidak boleh mempengaruhi organisasi
dan penyelenggaraan pekerjaan kongres.
b. Pakistan (dalam masa Demokrasi Dasar)
Seperti india, Pakistan memulai masa kemerdekaannya dengan suatu
parlementer yang mirip dengan sistem di Inggris. Badan eksekutif terdiri
atas presiden yang beragama islam beserta menteri-menteri. Perdana
menteri merupakan pembantunya yang tidak boleh merangkap menjadi
anggota badan legislative. Presiden mempunya wewenang untuk
memveto rancangan undang-undang.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 21
Badan Eksekutif di Negara-Negara Komunis
Disamping badan eksekutif di Negara Negara demokratis, perlu juga kita
bicrakan badan eksekutif di Negara Negara komunis. Beberapa perbedaan yang
menonjol, oleh karena Dewan Perwakilan Rakyat tidak dilihat sebagai badan
legislatif, tetapi sebagai badan dimana semua kekuasaan (eksekutif, legislatif dan
yudikatif) dipusatkan. Sistem ini kadang di sebut dengan pemerintahan majelis
(assembly government). Perbedaan yang terbesar adalah peranan yang dominan
dari Partai komunis yang menyelami semua aparatur kenegaraan. Negara-negara
komunis dalam garis besarnya mengikuti pola Uni Soviet.
Fungsi Eksekutif di Uni Soviet dibagi antara dua badan, yaitu antara pimpinan
Dewan Perwakilan Rakyat, yakni Presidium Soviet Tertinggi dan Kabinet.
Pembagian semacam ini menjadikan perbedaan antara badan eksekutif dan
legislatif seperti di Negara demokratis.
Presidium terdiri atas kira-kira 30 orang anggota Soviet Tertinggi, bertindak sebgai
steering committee dari Soviet Tertinggi dan menyelenggarakan tugas-tugasnya
selama badan itu tidak bersidang. Kedudukan Presidium Soviet Tertinggi dapat
dikatakan unik, sebab selain menyelenggarakan wewenang Soviet Tertinggi
tertentu juga merupakan kepala kolektif. Dalam menjalankan fungsinya anggota-
anggota presidium mempunyai kedudukan yang sama, hanya dalam upacara
formal dan protokoler ketua Presidium bertindak atas seluruh Presidium, biasa
disebut Presiden Uni Soviet.
Wewenang Presidium mencakup bidang eksekutif seperti mengeluarkan dekrit-
dekrit yang dalam sidang Soviet Tertinggi berikutnya disahkan. Dalam wewenag
yudikatif, Presidium membatalkan keputusan-keputusan dan aturan-aturan cabinet
kalau dianggap tidak sesuai dengan undang-undang. Presidium secara formal
bertanggung jawab kepada Soviet Tertinggi, akan tetapi dalam praktiknya
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 22
Presidium membimbing Soviet Tertinggi. Hal ini dimungkinkan karena anggota
Presidium merangkap menjadi pemimpin dalam Partai Komunis.
Anggota kabinet berkisar anatara 20 dan 50 orang. Secara formal para menteri
diangkat oleh Soviet Tertinggi dan bertanggung jawab kepadanya. Dalam
praktiknya kabinet lebih berkuasa karena administrasi Negara mencakup dan
menguasai hampir semua aspek kehidupan rakyat terutama di bidang ekonomi.
Kekuasaan kabinet meliputi bidang legislatif, sebab walaupun secara formal Soviet
Tertinggi merupakan badan legislatif yang tertinggi dan merupakan satu-satunya
badan yang menyelenggarakan kekuasaan legislatif tetapi dalam praktiknya
cabinet merupakan legislator paling penting. Kabinet menyusun rancangan
Undang-Undang dan mengajukannya kepada Soviet Tertinggi. Kabinet juga
berwenag mengeluarkan aturan-aturan dan keputusan yang bersifat mengikat di
seluruh wilayah. Secara formal Soviet Tertinggi mempunyai wewenang untuk
membatalkan aturan-aturan dan keputusan ini bila dianggap perlu. Pada
hakikatnya kabinet hanya merupakan alat untuk melaksanakan keputusan-
keputusan yang diambil dalam partai. Hal ini dimungkinkan oleh karena menteri
merangkap jabatan anggota pimpinan Partai Komunis.
Membahas badan eksekutif di China, situasinya hamper mirip dengan di uni
Soviet. Kongres Partai komunis China, Komite Sentral Partai Komunis China,
Politbiro dan Standing Committee Politrbiro adalah organ dari Partai Komunis
China di tingkat Nasional. Chinese Party Congress dalam teorinya adalah organ
partai tertinggi yang berfungsi untuk membuat kebijakan-kebijakan penting. Fungsi
utamanya untuk mengumumkan dan member legitimasi dari kebijakan penting
bukan sebagai inisiator dari pembuatan kebijakan.
Komite Sentral Partai Komunis China (CC PKC) adalah organ yang lebih kecil
dibandingkan dengan Chinese Party Congress tetapi jumlahnya masih terhitung
besar untuk bias berjalan efektif. Anggota ini dipilih oleh Chinese Party Congress,
tapi dalam kenyataannnya adalah nama-nama yang direkomendasikan oleh
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 23
Politbiro setelah berkonsultai dengan elite tertinggi. Anggota Komite Sentral Partai
Komunis China merangkap juga sebagai kepala partai di tingkat provinsi,
perwakilan dari kelompok minoritas dan juga tokoh dari beragam kelompok
seperti petani, buruh, pengusaha maupun militer. Dalam pertemuan dan
berkongres fungsi utamanya adalah mendiskusikan serta mengumumkan beragam
kebijakan yang akan diambil tapi bukan sebagai pemutus akhir dan penentu.
Politbiro adalah kelompok yang lebih kecil jumlahnya dan lebih berkuasa
dibandingkan dengan dua organ partai yang dijelaskan sebelumnya. Anggotanyha
berkisar antara 25-35 orang. Fungsi utamanya adalah sebagai komando dan
markas besar PKC. Anggota Politbiro PKC lebih dari anggota CC PKC adalah elite
penting partai yang memiliki kekuasaan, kewenangan dan pengaruh politik yang
besar. Kekuasaan, pengaruh dan kewenangan yang terpenting dipegang oleh
Standing Committee of the Politbiro yang anggotanya berkisar hanya 5-9 orang.
Secara formal, kekuasaan pemerintahan dalam konstitusi China terletak di Kongres
Rakyat Nasional (KRN/ NPC).
Dalam teori, NPC memilih dewan negara yang diketuai oleh perdana menteri.
Perdana menteri sering juga disebut sebagai ketua dewan negara. Perdana menteri
menurut konstitusi China dinominasikan oleh Presiden yang memegang jabatan
ketua Kongres Rakyat Nasional (KRN). Namun dalam praktiknya baik presiden
maupun perdana menteri adalah hasil seleksi dari negoisasi tingkat tinggi dalam
jajaran elite tertinggi PKC. Perdana menteri di China adalah juga anggota Standing
Committee of the Politbiro. Perdana menteri memegang kekuasaan eksekutif dan
membentuk kementerian Negara. Jumlah kementeerian Negara berkisar 24-60
kementerian.s
Perdana menteri di China juga memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk
mengorganisir birokrasi dan administrasi pemerintahan di tingkat pusat yang
kekuasaannya vertical sampai ke tingkat local. Perdana menteri bertanggung
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 24
jawab pada rincian teknis implementasi kebijaka Negara sementara Presiden
bertugas untuk mendapatkan dukungan politik bagi kebijakan pemerintah.
Badan Eksekutif Di Indonesia.
Dalam masa pra-Demokrasi Terpimpin, YAITU November 1945- Juni 1959 kita
kenal badan eksekutif yang terdiri atas presiden serta wakil presiden sebagai
bagian dari badan eksekutif yang tidak dapat diganggu gugat dan menteri-menteri
yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan yang bekerja atas dasar asas
tanggung jawab menteri. Kabinet merupakan kabinet yang dipimpin oleh Wakil
Presiden Moh. Hatta yang karena itu dinamakan kabinet presidensial.
Jumlah menteri dalam masa sebelum 27 Desember 1949 berkisar 16 (kabinet
Sjahrir ke-1) dan 37 (kabinet Amir Syarifuddin ke-2) orang. Jumlah menteri dalam
masa sesudahnya berkisar antara 18 (kabinet Wilopo) dan 25 (kabinet Ali
Sastroamidjojo ke-2) orang. Para menteri dapat dibagi dalam beberapa golongan
yaitu menteri inti dan menteri Negara.
Mulai Juni 1959 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kembali dan menurut
ketentuan UUD itu badan eksekutif terdiri atas seorang presiden, wakil presiden
beserta menteri-menteri. Menteri-menteri membantu presiden dan diangkat serta
diberhentikan olehnya. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR dan
presiden merupakan Mandataris MPR dan bertanggung jawab kepada MPR dan
kedudukannya untergeordnet kepada MPR.
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan selama lima tahun yang hanya
dibatasi oleh peraturan-peraturan dalam UUD dimana sesuatu hal diperlukan
adanya suatu undang-undang. Selama masa itu presiden tidak boleh dijatuhkan
oleh DPR, sebaliknya presiden tidak mempunyai wewenang untuk membubarkan
DPR.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 25
Presiden memerlukan persetujuan dari DPR untuk membentuk undang-undang
dan untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain. Dalam keadaan memaksa, Presiden menetapkan Peraturan
Pemerintah sebagai pengganti undang-undang, maka Peraturan Pemerintah itu
kemudian harus mendapat persetujuan DPR. Selain itu presiden berwenang
menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya dan presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas
angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara.
Dalam masa Demokrasi Terpimpin tidak ada wakil presiden. Sesuai dengan
keinginannya untuk memperkuat kedudukannya, Ir. Soekarno oleh MPRS
ditetapkan sebagai Presiden seumur hidup. Begitu pula pejabat teras dari badan
legislatif (yaitu pimpinan MPRS dan DPR Gotong Royong) dan dari badan
yudikatif (yaitu ketua Mahkamah Agung) diberi status menteri. Kemudian berdasar
Penetapan Presiden No. 14 Tahun 1960, presiden diberi wewenang untuk
mengambil keputusan dalam keadaan anggota badan legislatif tidak dapat
mencapai mufakat mengenai suatu hal atau sesuatu rancangan undang-undang.
Dalam masa Orde Baru Ketetapan MPRS yang member kedudukan presiden
seumur hidup kepada Ir. Soekarno telah dibatalkan. Dengan Ketetapan MPRS No.
XXXXIV Tahun 1968 Jenderal Soeharto dipilih oleh MPRS sebagai presiden.
Jabatan wakil presiden untuk sementara tidak diisi. Dengan undang-undang
ditetapkan bahwa menteri tidak boleh merangkap menjadi anggota DPR.
Dalam sidangnya pada tahun 1973 MPR telah memilih Jenderal Soeharto sebagai
Presiden Republik Indonesia dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Wakil
Presiden. Sistem presidensial yang digunakan oleh UUD 1945 memberikan
kekuasaan yang besar bagi presiden. Di samping sebagai kepala Negara dan kepala
pemerintahan, presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang
dengan persetujuan DPR. Hal ini dicantumkan dalam Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945
yang asli. Ketentuan ini menunjukan bahwa UUD 1945 yang asli memberikan
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 26
kewenangan legislatif yang besar bagi presiden. Apalagi presiden juga berhak
mengeluarkan Peraturan Pemerintahan Pengganti UU (Perpu) sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 (1) UUD 1945 asli. Kewenangan legislative lainnya dari badan
eksekutif menurut UUD 1945 yang asli adalah pengajuan RUU yang disebut
sebagai hak inisiatif lembaga eksekutif.
Perkembangan politik di Indonesia pada masa awal Orde Baru menunjukan
peranan Presiden Soeharto yang semakin dominan. Di samping kewenangan yang
diberikan oleh UUD 1945, situasi politik Indonesia memberikan kesempatan yang
besar bagi Presiden Soeharto untuk berperan sebagai presiden yang dominan.
Presiden Soeharto adalah tokoh utama yang tampil setelah Gerakan 30 S/PKI yang
memimpin usaha pemberantasan komunis di Indonesia. Meskipu Jenderal
Nasution lebih senior namun posiisnya sebagai Ketua MPRS member peluang
kepada Soeharto untuk tampil sebagai presiden berikutnya yang menggantikan
Presiden Soekarno. Senioritas Soeharto dalam Angkatan Darat memperkuat
posisinya dalam dunia politik Indonesia. Peranan dominan Soeharto semakin
menguat seiring dengan usia Orde Baru.
Keberhasilan Orde Baru dalam membangun ekonomi, termasuk keberhasilan
swasembada beras pada pertengahan decade 1980-an memberikan kedudukan
dominan yang semakin kokoh bagi Presiden Soeharto. Kedudukan dominan
tersebut menyebabkan tidak asa satu pun di antara elite politik nasional yang
dapat dianggap sebagai calon pengganti Presiden Soeharto. Tokoh-tokoh yang
lain dianggap sebagai pengikut dari Soeharto. Mereka bersaing antara mereka
sendiri untuk mendapat posisi terdekat dengan Soeharto.
Sejak awal decade 1990-an, Orde Baru dikuasi sepenuhnya oleh Presiden
Soeharto. Dominasi mutlak dalam politik menghasilkan penyelewengan
kekuasaan. Penyelewengan kekuasaan ini semakin hebat menjelang berakhirnya
Orde Baru pada tahun 1998. Kebebasan berbicara tidak diperbolehkan, persaingan
politik antara dua partai dan Golkar menghilang, peranan ABRI yang semakin
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 27
besar seiring dengan meluasnya dwifungsi ABRI, dan munculnya anggota keluarga
Soeharto sebagai pengusaha besar yang menggunakan kekuasaan, fasilitas dan
keuangan Negara untuk kepentingan bisnis mereka.
Kekuasaan yang dominan menghasilkan penyelewengan politik yang meluas yang
berujung pada maraknya praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Perkembangan politik tersebut menyulut terjadinya protes besar yang dilakukan
oleh para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia dengan cara menduduki
Gedung MPR/DPR di Senayan, Jakarta. Gerakan mahasiswa ini mampu memaksa
pimpinan MPR/DPR untuk mendukung gerakan tersebut dan menuntut
pengunduran diri Presiden Soeharto. Desakan rakyat tersebut membuat Presiden
Soeharto mengambil keputusan untuk mengundurkan diri sebagai Presiden RI
pada tangggal 20 Mei 1998 yang menandai berakhirnya periode Orde Baru dalam
sejarah politik Indonesia.
Masa sesudah Orde Baru dikenal sebagai Orde Reformasi. Yang ingin dilakukan
setelah masa Orde Baru adalah melakukan perubahan-perubahan politik sehingga
system politik Indonesia menjadi lebih demokratis. Praktik yang kurang atau tidak
demokratis dihilangkan dengan melakukan perubahan terhadap peraturan
perundangan. UU politik yang baru dan lebih demokratis dikeluarkan pada awal
1999 dan UU tentang pemerintahan daerah yang lebih demokratis dikeluarkan
pada pertengahan tahun yang sama. UU politik baru menghasilkan Pemilu 1999
yang dianggap sebagai pemilu yang demokratis yang mendapat pujian dari dunia
internasional. Pemerintahan daerah juga mengalami demokratisasi dengan
dihilangkannya kedudukan kepala daerah sebagai penguasa tunggal dan DPRD
menjadi lembaga legislatif daerah.
Langkah terobosan yang dilakukan oleh Orde Reformasi adalah mandemen UUD
1945 yang mengubah UUD 1945 secara dratis sehingga UUD 1945 yang asli
menjadi sangat berbeda dibandingkan UUD 1945 hasil amandemen. UUD 1945
hasil amandemen menjadi lebih demokratis dibandingkan dengan UUD 1945 yang
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 28
asli. Amandemen yang dilakukan sebanyak empat tahap dalam empat tahun telah
menjadi sebuah bagian terpenting dari proses demokratisasi di Indonesia.
UUD 1945 hasil amandemen memperkuat sistem presidensial di Indonesia dengan
mengadakan pemilihan umum untuk memilih presiden/wakil presiden secara
langsung oleh rakyat. Pilpres memperkuat legitimasi presiden karena ia dipilih
langung oleh rakyat seperti DPR. Di samping itu, UUD 1945 hasil amandemen
mempersulit pemecetan presiden oleh MPR. Presiden hanya dapat dipecat bila
dianggap telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan nterhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela.
Hal ini diatur dalam Pasal 7A UUD 1945 hasil amandemen. Proses pemecatan
berlangsung panjang karena pelanggaran hukum yang dilakukan oleh presiden
harus diverifikasi oleh Mahkamah Konstitusi.
Amandemen UUD 1945 mengurangi peranan presiden dalam fungsi legislatif. Pasal
20 (1) UUD 1945 hasil amandemen mengatakan bahwa kekuasaan membentuk
UU diegang oleh DPR. Hal ini jelas berbeda dari UUD 194 asli seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa presiden memegang kekuasaan membentuk UU.
RUU harus dibicarakan dengan DPR dan badan eksekutif lainnya. Namun apabila
presiden tidak mengundangkan sebuah RUU yang telah diseyujui dalam waktu 30
hari setelah RUU disetujui, RUU tersebut sah sebagai UU dan wajib diundangkan
(Pasal 20 Ayat 5 UUD 1945 hasil amandemen). Ketentuan ini memberikan hak
bagi DPR untuk melakukan by pass sehingga RUU sah menjadi UU tanpa
menunggu persetujuan presiden.
Presiden di bawah UUD 1945 hasil amandemen adalah presiden dalam sistem
presidensial yang demokratis. Tidak dapat diberhentikan oleh DPR karena
masalah-masalah politik, sebaliknya tidak dapat membubarkan DPR. Presiden
membutuhkan dukungan yang cukup kuat sehingga memerlukan adanya partai
politik atau koalisi partai politik yang kuat sehingga presiden dapat memerintah
dengan baik. Yang diperlukan oleh Presiden RI dalam sistem presidensial yang
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 29
berlaku sekarang ini adalah kerja sama yang baik dengan DPR sehingga terbentuk
sinergi dalam pemerintahan dan diharapkan perbedaan yang terjadi tidak
menghambat presiden dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai kepala badan
eksekutif.
C. BADAN LEGISLATIF
Badan Legislatif mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu legislate atau
membuat undang-undang. Nama lain yang sering dipakai adalah Assembly yang
mengutamakan unsur berkumpul. Nama lainnya adalah Parliament, suatu istilah
yang menekankan unsur bicara dan merundingkan. Sebutan lain mengutamakan
representasi atau keterwakilan anggota-anggotanya dan dinamakan Peoples
Representative Body atau Dewan Perwakilan Rakyat. Akan tetapi apa pun perbedaan
dalam istilah namanya dapat dipastikan bahwa badan ini merupakan simbol dari
rakyat yang berdaulat.
Menurut teori yang berlaku, rakyatlah yang berdaulat. Rakyat yang berdaulat ini
mempunyai suatu kehendak (yang oleh Rousseau disebut Volonte Generate atau
General Will . keputusan-keputusan yang diambil oleh badan ini merupakan suara
yang authentic dari general will. Karena itu keputusan keputusannya baik bersifat
kebijakan maupun undang-undang mengikat seluruh masyarakat.
Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan ada di tangan di rakyat, maka
badan legislatif menjadi badan yang berhak menyelenggarakan kedaulatan itu dengan
jalan menentukan kebijakan umum dan menuangkannya dalam Undang-Undang.
Dalam pada itu badan eksekutif hanya merupakan penyelenggara dari kebijakan
umum itu.
Rousseau yang merupakan pelopor dari gagasan kedaulatan rakyat tidak menyetujui
adanya badan perwakilan tetapi mencita-citakan suatu bentuk demokrasi langsung,
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 30
dimana rakyat secara langsung merundingkan serta memutuskan soal-soal kenegaraan
dan politik. Akan tetapi dewasa ini demokrasi langsung seperti yang diinginkan
Rousseau dianggap tidak praktis. Dan hanya dipertahankan dalam bentuk khusus dan
terbatas seperti referendum dan plebisit. Boleh dikatakan bahwa dalam negara
modern dewasa ini rakyat menyelenggarakan kedaulatan yang dimilikinya melalui
wakil-wakil yang dipilihnya secara berkala.
Badan legislatif dinegara-negara demokrasi disusun sedemikian rupa sehingga ia
mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintahan bertanggung jawab kepadanya.
Untuk meminjam perumusan CF Strong yang menggabungkan tiga unsur dari suatu
demokrasi yaitu reprensentasi, partisipasi dan tanggung jawab politik yaitu :
Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang mayoritas anggota dewasa
dari suatu komunitas politik berpartisipasi atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-
tindakannya kepada mayoritas kepada mayoritas itu.
Atau dengan kata lain negara demokrasi di dasari oleh sistem perwakilan demokratis
yang menjamin kedaulatan rakyat.
D. MASALAH PERWAKILAN (REPRESENTASI)
Biasanya ada dua kategori yang dibedakan. Kategori pertama adalah perwakilan
politik dan perwakilan fungsional. Kategori kedua menyangkut pperan anggota
parlemen sebagai trustee dan perannya sebagai pengemban mandat Perwakilan
adalah konsep bahwa seorang atau suatu kelompok mempunyai kemampuan atau
kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar.
Dewasa ini anggota badan legislative pada umumnya mewakili rakyat melalui partai
politik. Hal ini dinamakan perwakilan yang bersifat politik.
Sekalipun asas perwakilan politik telah menjadi sangat umum, tetapi ada beberapa
kalangan yang merasa bahwa partai politik dan perwakilan yang berdasarkan
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 31
kesatuan-kesatuan politik semata-mata mengabaikan berbagai kepentingan dan
kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat terutama di bidang ekonomi. Di
samping itu ditemukan bahwa di beberapa Negara asas perwakilan politik diragukan
kewajarannya dan perlu diganti atau sekurang-kurangnya dilengkapi dengan asas
perwakilan fungsional. Dianggap bahwa Negara modern dikuasai oleh bermacam-
macam kepentingan terutama di bidang ekonomi, yang dalam sistem perwakilan
politik kurang diperhatikan dan tidak dilibatkan dalam proses politik.
Dapat dikatakan bahwa dewasa ini perwakilan politik merupakan sIstem perwakilan
yang dianggap paling wajar. Di samping itu beberapa Negara merasa bahwa asas
functional or occupational representation perlu diperhatikan dan sedapat mungkin
diakui kepentingannya di samping sIstem perwakilan politik sebagai cara untuk
memasukkan sifat profesional ke dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan umum.
Di Indonesia asas perwakilan fungsional (Golongan Karya) juga telah dikenal di
samping asas perwakilan politik. Pemilihan Umum tahun 1971 diselenggarakan
dengan mengikutsertakan baik partai politik maupun golongan fungsional.
-
Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 32
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Ciri-ciri identifikasi, yaitu dengan menggambarkan unit-unit dasar dan
membuat garis batas yang memisahkan unit-unit tersebut dengan lingkungan
luarnya.
Dalam sistem politik terdapat pembagian kerja antar anggotanya. Pembagian
kerja yang ada tidak akan menghancurkan sistem politik karena ada fungsi
integratif dalam sistem politik.
Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan dan
dukungan.
Output merupakan keputusan otoritatif (yang mengikat) dalam menjawab dan
memenuhi input yang masuk
Menurut Gabriel Almond, dalam setiap sistem politik terdapat enam struktur atau lembaga politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik, badan
legislatif, badan eksekutif, birokrasi, dan badan peradilan
Referensi
Departemen Penerangan Republik Indonesia, Susunan Kabinet Republik Indonesia
1945-1970 (Jakarta: Pradna Paramita, 1970)
Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Dhiwantara, 1964
top related