tunjuk ajar melayu turut lantunkan uin suska madani
Post on 04-Aug-2015
303 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tunjuk Ajar Melayu Turut Lantunkan UIN Suska Madani
Oleh: Jumardi
BAB I
PENDAHULUAN
Tunjuk ajar adalah segala jenis petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan
contoh teladan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti luas. Menurut orang tua-tua
Melayu, “Tunjuk ajar melayu adalah segala petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang
membawa menusia ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan
manusia dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat”[1].
Bagi orang Melayu, tunjuk ajar harus mengandung nila-nilai luhur agama Islam dan juga
sesuai dengan budaya dan norma-norma sosial yang dianut masyarakatnya. Orang tua-tua
mengatakan “di dalam tunjuk ajar, agama memancar”, atau “di dalam tunjuk ajar Melayu,
tersembunyi berbagai ilmu”.[2]
Kandungan isi tunjuk ajar tidak dapat diukur atau ditakar, apalagi tunjuk ajar sendiri terus
berkembang sejalan dengan kemajuan masyarakatnya. Hakikat isi tunjuk ajar
tidaklah kaku dan tidak mati, tetapi terus hidup, terbuka, dan terus mengalir bagaikan gelombang air laut. Perubahan yang terus berlangsungdalam kehidupan masyarakat tidak menyebabkan kandungan isi tunjuk ajar “ketinggalan zaman”, karena nilai luhur yang terkandung di dalamnya bersifat abadi dan dapat dimanfaatkan di segala zaman. Jadi, kalau pun sekarang, misalnya, tunjuk ajar kurang diminati orang atau kurang berlanjut pewarisnya, bukan karena nila-nilai luhurnya tidak serasi dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu, dan perkembangan teknologi, tetapi karena orang kurang memahami hikmah dan makna yang terkandung di dalam tunjuk ajar. Pemahaman yang salah juga muncul karena mereka menganggap tunjuk ajar sebagai acuan yang kaku dan ketentuan tradisioanal yang “usang” yang bukan saja tidak serasi dengan perkembangan zaman, tetapi menjadi penghambat dalam perkembangan.
BAB II
BUTIR-BUTIR TUNJUK AJAR
Butir-butir tunjuk ajar yaitu kandungan isi tunjuk ajar yang dipilah-pilah ke dalam
beberapa kategori untuk membantu penelaahannya secara terarah. Namun demikian, tidaklah
berarti bahwa antara satu kategori tunjuk ajar dengan kategori lainnya tidak saling terkait, sebab
hakikatnya tunjuk ajar tetaplah merupakan jalinan padu yang saling bersebati.[3]
Yang menjadi inti dari tunjuk ajar bukanlah dilihat dari syairnya, melainkan hal yang
tersiratlah yang menjadi intinya, bagaimana dengan membacanya kita dapat memahami
hikmahnya untuk dijadikan acuan dalam menjalani hidup, tentunya juga tidak meninggalkan
acuan pokok, yaitu al-Quran dan Hadits.
1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Bagi orang Melayu, agama Islam adalah anutannya. Seluruh nilai budaya dan norma-norma
sosial masyarakat wajib merujuk pada ajaran Islam dan dilarang keras bertelikai, apalagi
menyalahinya. Karena, semua nilai budaya yang belum serasi dan belum sesuai dengan ajaran
Islam harus “diluruskan” terlebih dahulu. Nilai yang tidak dapat diluruskan segera dibuang.
Acuan ini menyebabkan Islam tidak dapat dipisahkan dari budaya, adat istiadat, maupun norma-
norma sosial lainnya dalam kehidupan orang Melayu. Hal ini pula yang menjadi salah satu
penyebab, mengapa orang di luar Islam yang menganut agama Islam disebut “masuk Melayu”
dan sebaliknya. Bilaorang Melayu keluar dari agama Islam, tinggallah hak dan kewajibannya
sebagai orang Melayu. Orang yang keluar dari Islam tidak lagi dianggap sebagai orang Melayu.
Di dalam ungkpan adat dikatakan, “siapa meninggalkan syarak, maka ia meninggalkan Melayu,
siapa memakai syarak, maka ia masuk Melayu” atau “bila tanggal syarak, maka gugurlah
Melayunya”.
2. Ketaatan kepada Ibu dan Bapak
Ketaatan kepada Ibu dan Bapak yang disebut “mentaati orang tua” amat diutamakan dalam
kehidupan orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan, “siapa taat ke orang tuanya, di dunia
selamat di akhirat pun mulia”. Sebaliknya, barang siapa durhaka kepada ibu dan bapak, bukan
saja disumpahi oleh masyarakat, tetapi akan disiksa diakhirat kelak. Sebagaimana juga yang
dikatakan Rasulullah bahwa keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua dan sebaliknya.
Sastra lisan Melayu amat banyak mengisahkan keburukan anak durhaka yang hidupnya
berakhir dengan malapetaka dan kemalangan Sebaliknya, banyak pula dikisahkan kemuliaan
anak yang berbakti kepada orang tuanya.
3. Ketaatan kepada Pemimpin
Ungkapan adat Melayu mengatakan:
bertuah rumah ada tuanya,
bertuah negeri ada pucuknya
elok kampung ada tuanya,
elok negeri ada rajanya
Ungkapan ini menunjukkan, bahwa dalam kehidupan manusia, baik di lingkungan kecil (rumah
tangga) sampai kepada masyarakat luas, haruslah ada tuanya, yakni ada pemimpinnya. Tanpa
pemimpin, kerukunan dan kedamaian di dalam rumah tangga atau masyarakat tidak akan
terjamin. Tidak agama tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa pemimpin, tidak ada pemimpin
kecuali untuk ditaati. Karena untuk apa adanya pemimpin, kalau tidak ada ketaatan kepadanya.
Dengan ketaatanlah segala program akan mudah dilaksanakan. Walaupun begitu, tidak mesti kita
harus taklid, tanpa ada kritikan dan masukan. Kalau melihat pemimpin melenceng dari syarak
yang dipercaya orang Melayu, maka lebih baiknya diberikan nasihat untuk mengingatkan dari
kekhilapannya.
Dalam masyarkat Melayu pemimpin dikemukakan, “ditinggikan seranting, didahulukan
selangkah”,Lazimnya diambil atau dipilih dari warga masyarakat yang memenuhi criteria
tertentu. Orang inilah yang dijadikan ikutan, contoh, dan teladan yang lidahnya asin, pintanya
Kabul, yang dianggap mampu mendatangkan kedamaian, ketertiban, dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Karena pemimpin adalah orang pilihan, berwibawa, memiliki berbagai kelebihan, sebagai
contoh dan teladan, dan sebagainya, maka adat Melayu mewajibkan anggota masyarakatnya
untuk mendukung dan membantunya sekuat daya masing-masing. Pendurhakaan kepada
pemimpin sejati menjadi pantangan besar dan anggap mencorengkan orang di kening keluarga
dan masyarakat. Di dalam ungkapan adat dikatakan, “siapa durhaka kepada pemimpinnya,
aibnya tidak terbada-bada” atau “siapa mendurhakai yang dirajakannya, di sanalah tempat ia
binasa”.
Acuan pantang mendurhakai ini ditujukan kepada pendurhakaan pemimpin yang terpuji,
adil, dan benar, bukan terhadapa pemimpin yang zalim, menyalah, dan sebagainya. Hal ini
tercermin dalam ungkapan, “raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah”. Jadi,
pemimpin yang adil dan benar-benar sempurna wajib ditaati, sedangkan pemimpin yang zalim
haruslah disanggah, dilawan, disingkirkan, atau setidak-tidaknya diberi peringatan dan teguran.
4. Persatuan dan Kesatuan, Gotong Royong, dan Tenggang Rasa
Sifat-sifat ini merupakan inti kepribadian yang diajarkan oleh orang tua-tua Melayu. Orang
Melayu berprinsip bahwa pada hakikatnya manusia adalah bersaudara, bersahabat, dan berkasih
sayang, maka tunjuk ajar yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan, gotong royong, dan
bertenggang rasa senantiasa hidup dan diwariskan secara turun temurun. Mereka juga
menegaskan, bahwa prinsip-prinsip tersebut akan mampu mewujudkan kedamaian di muka bumi
ini.
5. Keadilan dan Kebenaran
Bagi orang Melayu keadilan dan kebenaran adalah kunci utama dalam menegakkan tuah dan
menjaga marwah, mengangkat harkat dan martabat, serta ,mendirikan daulat dan kewibawaan.
Hukum yang adil wajib ditegakkan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera.
Kebenaran wajib didirikan demi terlaksananya syarak dan sunnah, petuah dan amanh, ketentuan
adat lembaga, dan sebagainya. Orang Melayu berani mati untuk membela kebenaran. Orang tua-
tua menegaskan, “takut karena salah, berani karena benar”.
6. Keutamaan Menuntu Ilmu
Tunjuk ajar mengamanahkan agar ilmu yang dituntut hendaklah ilmu yang berfaedah dan sesuai
menurut ajaran Islam, nilai adat, dan nilai luhur yang sudah ada dalam masyarakat. Orang tua-tua
juga menegaskan bahwa ilmu pengetahuan harus bermanfaat bukan saja untuk kepentingan
pribadi, tetapi harus juga bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
Keutamaan ilmu tercermin dalam ungkapan, “sebaik-baik manusia banyak ilmunya,
seburuk ,manusia yang buta keta” atau “mulia insane karena pengetahuan, hina orang ilmunya
kurang”.
7. Ikhlas dan Rela Berkorban
Sifat ikhlas dan rela berkorban menjadi sifarang tua-tua mengatakan, bahwa dengan bersifat
ikhlas, setiap pekerjaan akan menajdi amal saleh yang diridhoi Allah swt. Dengan sifat ikhlas
dan rela berkorban, serta rasa kesetiakawanan sosial akan semakin tinggi, mengakar, dan
kemudian membuahkan persaudaraan sejati.
8. Sifat Amanah
Skifat amanah, taat, setia, teguh pendirian, dan terpercaya amat dihormati orang Melayu. Orang
tua-tua Melayu mengatakan, bahwa sifat amanah mencerminkan iman dan takwa, menunjukan
sikap terpercaya, dan menunjukan tahu tanggung jawab, jujur, dan setia. Dalam ungkapan
dikatakan, “ orang amanah membawa tuah,, “ orang amanah hidup bermarwa”, dan “ orang
bermarwah dikasihi Allah”.Ungkapan lain menyebutkan, “ siapa hidup memegang amanah,
dunia akhirat beroleh berkah”, dan “siapa hidup memegang amanah, kemana pergi tidakkan
susah”.
BAB III
TUNJUK AJAR MELAYU TURUT LANTUNKAN UIN SUSKA MADANI
Melihat dari butir-butir tunjuk ajar di atas, jika dihubungkan dengan kampus yang
melantunkan dirinya sebagai kampus Islam madani, melihat dari visi UIN Suska (Mewujudkan
Universitas Islam Negeri sebagai lembaga pendidikan tinggi utama yang mengembangkan ajaran
Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara integral di kawasan Asia Tenggara Tahun
2013) yang menginginkan kampus yang Islami madani, sangat berhubungan erat dengan
seharusnya memahami dan menjadikan pembelajaran yang baik dari tunjuk ajar Melayu.
Kampus yang baik, yang hidup di negeri Melayu seharusnya menghidupkan tradisi dan
acuan Kemelayuannya. Hidup yang dipenuhi dengan pengamalan ajaran Islam yang juga
dilantunkan dalam tunjuk ajar Melayu.
Kampus yang madani adalah kampus yang mahasiswa, dosen, pegawai, dan pengurus-
pengurusnya mengamalkan Islam dengan baik, bertakwa kepada Allah swt., berbakti kepada ibu
dan bapak, ketaatan kepada pemimpin yang pemimpinnya adalah orang yang baik, memiliki rasa
persatuan dan kesatuan, gotong royong, dan tenggang rasa yang tinggi, kepemimpinan yang
menegakkan keadilan dan mendirikan kebenaran, memahami pentingnya menuntut ilmu dengan
niat ikhlas sehingga memperoleh keutamaan ilmunya, ikhlas dalam segala aktifitasnya yang
tercermin rasa rela berkorban demi kemajuan dan kejayaan Islam, serta dengan sifat amanah
yang dapat menjalankan kepemimpinan yang dipercaya oleh bawahan dan mahasiswanya,
sehingga ia dijadikan orang yang terpercaya.
BAB IV
PENUTUP
Orang tua-tua Melayu telah banyak mengajarkan kepada generasi-generasinya bagaimana
memahami Islam secara kaffah, menyeluruh, tidak taklid, saling menghormati, dan saling
menyayangi. Pengajarannya bisa dilihat dari tunjuk ajar Melayu yang banyak hikmah dan
teladannya.
Tunjuk ajar Melayu bukan saja untuk orang Melayu, melainkan ia juga bisa dijadikan
acuan sikap bagi siapapun yang menginginkan mengambil hikmahnya, bukan saja untuk menjadi
bacaan, sastra indah, atau menunjukkan tradisi, adat, dan kebiasaan orang Melayu di negeri
Melayu, melainkan ia bisa digunakan dalam sendi kehidupan dengan segala dinamikanya.
Tunjuk ajar bisa dijadikan sebagai landasan hikmah menata diri, keluarga, masyarakat, dan
Negara, terlebih lagi menata kampus. Jika tunjuk ajar ini di hayati dan diamalkan dalam setiap
individu kampus, niscayalah cita-cita kampus Islami Madani yang dicanangkan akan mudah
terwujud dengan kenyataan yang sebenarnya.
Selain tunjuk ajar, masih banyak lagi hal yang mesti dihayati dan dipahami maknanya
dan hikmahnya, yaitu seperti gurindam duabelas, ikan terubuk, dan yang lainnya yang banyak
mengajarkan tentang pengamalan ajaran Islam.
Di dalam gurindam duabelas misalnya, Raja Ali Haji mengajarkan bagaimana cara
berIslam dan menjadi orang Islam yang baik. Seperti ungkapan syairnya dalam pasal pertama,
“barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama”. Begitulah
salah satu syairnya yang mengajarkan agar teguh memegang agama, Islam.
Atau di dalam Ikan terubuk karya Ulul Azmi, walaupun menceritakan tentang kisah ikan
terubuk, tapi Ulul ternyata menunjukannya pada pemahaman agama yang sempurna dengan
segala sendinya, kehidupan ini. Dengan ikan terubuknya Ulul ingin membuktikan bahwa orang
Melayu juga memahami ilmu biologi, ilmu sejarah, Ilmu mantera-mantera, Ilmu politik, dan
tentunya sangat kental dengan pemahaman agama Islam. Ia mengajarkan bahwa Islam adalah
agama yang syumul, sempurna, komprehensif.
Begitulah hendaknya orang Melayu, yang hidup di negeri Melayu sekarang ini bersikap,
bersifat, dan beramal. Baik untuk manusia secara umum, terlebih lagi orang Melayu yang lebih
paham tentang dunianya sendiri. Mudah-mudahan negeri Melayu benar-benar menjadi negeri
Melayu, yang setiap aktifitas orangnya tercerminkan dari ajarannya, ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Faqih, Khozin. Haruskah Dakwah Merambah Kekuasaan. Jakarta : al-I’tishom, 2009.
Azmi, Ulul. Syair Ikan Terubuk. Yokyakarta : Balai kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2006.
Effendy, Tenas. Tunjuk Ajar Melayu. Yokyakarta : Balai kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2004.
Haji, Raja Ali. Gurindam Duabelas. Yokyakarta : Balai kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2004.
Ibrahim, Mahyudin. Nasehat 125 Ulama Besar. Jakarta : Darul Ulum Press, 1986.
Tunjuk Ajar Melayu (1): Warisan Yang Akan Pudar?Buku Tunjuk Ajar Melayu (Butir-Butir Budaya Melayu Riau) tulisan Tenas Effendy, seorang budayawan Melayu Riau.
Dalam budaya Melayu, interaksi normatif antara orang tua dengan yang muda berlangsung harmonis dan sastrawi. Dalam tradisi lisan dan belakangan sudah tertulis juga, banyak terdapat garisan kebijakan yang diperlukan dalam kehidupan yang disebut sebagai tunjuk ajar. Tunjuk ajar itu bisa memuat petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan contoh tauladan yang dapat dijadikan referensi agar kehidupan berjalan aman dan selamat.
Menurut definisinya Tunjuk Ajar Melayu adalah segala petuah, amanah, suri tauladan, dan nasihat yang membawa manusia ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Mari kita lihat ungkapan-ungkapan berikut:
yang disebut tunjuk ajar,
petuah membawa berkah
amanah membawa tuah
yang disebut tunjuk ajar,
tunjuk menjadi telaga budi
ajar menjadi suluh hati
yang disebut tunjuk ajar,
menunjuk kepada yang elok
mengajar kepada yang benar
yang disebut tunjuk ajar,
mencelikkan mata
menyaringkan telinga
membersihkan hati
menyempurnakan budi
membaikkan pekerti
yang disebut tunjuk ajar Melayu,
menunjuk dengan ilmu
mengajar dengan guru
yang disebut tunjuk ajar Melayu,
menunjuk kepada yang perlu
mengajar supaya tahu
yang dikatakan tunjuk ajar dari yang tua,
petunjuknya berfaedah
pengajarannya berguna
yang dikatakan tunjuk ajar dari yang tua,
member manfaat bagi manusia
yang disebut tunjuk ajar dari yang tua,
petunjuknya mengandung tuah
pengajarannya berisi marwah
petuahnya berisi berkah
amanahnya berisi hikmah
nasihatnya berisi manfaat
pesannya berisi iman
kajinya mengandung budi
contohnya pada yang senonoh
tauladannya di jalan Tuhan
Dengan berjalannya waktu, tunjuk ajar ini cenderung makin dilupakan. Syukurlah ada seorang Tenas Effendy yang mau mengumpulkannya jadi suatu buka berjudul Tunjuk Ajar Melayu (Butir-butir Budaya Melayu Riau). “Saya ini Cuma mengumpulkan rimah-rimah yang
bertaburan,” kata beliau suatu kali dulu tentang kerja-kerja berharganya. Mudah-mudahan jadi referensi para Melayu muda
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
TUNJUK AJAR “MEMILIH PEMIMPIN” DALAM BUDAYA MELAYU (2)Posted by aldo on Nov 25, 2011 in Tunjuk Ajar Melayu | 3 comments
(Tenas Effendy)
2. Kewajiban pemimpin:
Pertama:“Menunjuk pada yang elokMengajar pada yang benarMendidik pada yang baikMemberi nasehat pada yang bermanfaatMemberi Petuah pada yang berfaedahMemberi tahu pada yang sejuduMemberi contoh pada yang senonohMemberi teladan pada yang sepadanMenuntun pada yang santun”
Kedua:Menyelesaikan mana yang kusutMenjernihkan mana yang keruhMenarah mana yang berbonggolMengampelas mana yang kesatMeluruskan mana yang melintangMembetulkan mana yang menyalahMenyejukkan mana yang panasMenambah mana yang kurang”
Ketiga:“Menjaga tuah menegakkan marwahMenjaga daulat memelihara daulatMenjaga negeri memelihara budiMenjaga bangsa memelihara bahasa”
Keempat:“Menjaga Alam memelihara lingkunganMenjaga tanah memelihara hutanMenjaga negeri dan kampung halamanMEnjaga rakyat memelihara perdamaianMenjaga adat memelihara kerukunan”
Kelima:“Menjaga umat berbilang bangsaPahit ditelan manis dirasaSupaya menjauh silang sengketaSupaya menjauh mala petaka
Supaya hidup rukun dan damaiNiat terkabul hajat pun sampaiMemikul beban sampai selesaiMemegang amanah berusai-usai”
Related posts:
Sabtu, 14 Mei 2011
Pantun Dalam Kehidupan Orang Melayu
Peranan Pantun Dalam Kehidupan Orang Melayu - Hakikatnya, peranan pantun dalam kehidupan orang Melayu adalah untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang sarat berisi nilai-nilai luhur agama, budaya dan norma-norma sosial masyarakatnya. Melalui pantun, nilai-nilai luhur itu disebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat, diwariskan kepada anak cucunya. Selain itu, pantun berperanan pula dalam mewujudkan pergaulan yang seresam, mengekalkan tali persaudaraan, hiburan serta penyampaian “aspirasi” masyarakat.
Orang tua-tua mengatakan dengan pantun banyak yang dituntun. Di dalam ungkapan dikatakan pantun dipakai membaiki perangai atau pantun mengajar bersopan santun.
Di dalam penyebarluasan agama, pantun berperanan pula untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan seperti tercermin dalam ungkapan melalui pantun syarak menuntun.
Untuk melihat sejauh mana peranan pantun dalam kehidupan orang Melayu, dapat disimak dari untaian ungkapan berikut:
Apa guna orang bertenunUntuk membuat pakaian adatApa guna orang berpantunUntuk mengingat petuah amanat
Apa guna orang bertenunUntuk membuat kain dan bajuApa guna orang berpantunUntuk mengangkat tuah Melayu
Apa guna orang bertenunUntuk membuat pakaian budakApa guna orang berpantunUntuk mengajar hukum dan syarak
Apa guna orang bertenunUntuk membuat kain cindaiApa guna orang berpantunUntuk membaiki laku perangai
Apa guna orang bertenunUntuk membuat pakaian nikahApa guna orang berpantunUntuk menyampaikan petuah amanah
Apa guna orang bertenunUntuk membuat kain pelekatApa guna orang berpantunUntuk mengkaji adat istiadat
Apa guna orang bertenunUntuk membuat kain selerangApa guna orang berpantun
Untuk mengisi mana yang kurang
Apa guna orang bertenunUntuk membuat kain dan bajuApa guna orang berpantunUntuk menimba berbagai ilmu
Kalau orang melabuh pukatCarilah pancang kayu berdaunKalau kurang mengetahui adatCarilah orang tahu berpantun
Kalau kayu hendak ditarahKeratlah cabang dengan daunnyaKalau ilmu hendak bertambahDekati orang dengan pantunnya
Apalah guna daun kayuUntuk tempat orang berteduhApalah guna pantun MelayuUntuk tempat mencari suluh
Di dalam untaian syair tunjuk ajar dikatakan:
Wahai ananda dengarlah pesanPantun Melayu jangan tinggalkanPakai oleh mu untuk pedomanDi dalamnya banyak tunjuk ajaran
Wahai ananda intan dikarangPantun Melayu jangan dibuangDi dalamnya banyak amanah orangUntuk bekalmu di masa datang
Wahai ananda kekasih ibuPakai oleh mu pantun MelayuDi dalamnya banyak mengandung ilmuManfaatnya besar untuk diri mu
Wahai ananda permata intanPantun Melayu jangan abaikanDi dalamnya banyak mengandung pesan
Pegang olehmu jadi pedoman
Wahai ananda cahaya mataPantun Melayu jangan dinistaIsinya indah bagai permataBila dipakai menjadi mahkota
Wahai ananda bijak bestariPantun menjadi suluh negeriIlmu tersirat payah dicariBila disemak bertuahlah diri
Wahai ananda dengarlah amanatPantun memantun sudah teradatDi dalamnya banyak berisi nasihatBila dipakai hidup selamat
Selanjutnya dalam untaian ungkapan adat dikatakan:
Apa tanda Melayu jatimemanfaatkan pantun ia mengerti
Apa tanda Melayu jadidengan pantun menunjuk ajari
Apa tanda Melayu jatidengan berpantun ilmu diberi
Apa tanda Melayu jatidengan berpantun membaiki budi
Apa tanda Melayu jatidengan pantun membaiki pekerti
Apa tanda Melayu bermarwahdengan pantun menyampaikan dakwah
Apa tanda Melayu bertuahdengan pantun memberi petuah
Apa tanda Melayu bertuahdengan pantun memberi amanah
Apa tanda Melayu bertuahdengan pantun menyampaikan sunah
Apa tanda Melayu beradatdengan pantun memberi nasihat
Apa tanda Melayu beradatdengan pantun meluruskan kiblat
Apa tanda Melayu beradatdengan pantun membangkitkan semangat
Apa tanda Melayu beradatdengan pantun membaiki umat
Apa tanda Melayu terbilangdengan pantun mengajari orang
apa tanda Melayu terbilangdengan pantun mencelikkan orang
Apa tanda Melayu berbudidengan pantun membaiki diri
Apa tanda Melayu berbudidengan pantun mencari kaji
Apa tanda Melayu berimandengan pantun menerangi jalan
Apa tanda Melayu berimandengan pantun memberi amaran
Apa tanda Melayu berimandengan pantun mengenal Tuhan
Apa tanda Melayu berimandengan pantun membuka jalan
Apa tanda Melayu berimandengan pantun memberi pedoman
Apa tanda Melayu berimandengan pantun memberi pelajaran
Apa tanda Melayu berimandengan pantun ilmu disempurnakan
Apa tanda Melayu bersifatdengan pantun ia berwasiat
Apa tanda Melayu bersifatdengan pantun memberi ingat
Apa tanda Melayu pilihandengan pantun ilmu diturunkan
Apa tanda Melayu pilihandengan pantun ilmu disampaikan
Apa tanda melayu pilihandengan pantun ilmu dikembangkan
Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan betapa pentingnya peranan pantun dalam kehidupan orang Melayu. Melalui pantun, tunjuk ajar disebarluaskan, diwariskan, dan dikembangkan. Melalui pantun pula nilai-nilai luhur dikekalkan dan disampaikan kepada anggota masyarakatnya.
Acuan ini menyebabkan pantun Melayu, apa juga jenisnya, tetap mengandungi nilai-nilai luhur yang patut dan layak dijadikan pegangan oleh masyarakatnya. Kerananya orang tua-tua mengatakan bahwa di dalam pantun kelakar atau pantun sindiran atau pantun remaja, tetaplah terkandung nilai-nilai luhur itu. di dalam ungkapan dikatakan di dalam kelakar terdapat tunjuk ajar; di dalam seloroh ada petaruh; di dalam menyindir, terdapat tamsil. Maksudnya, di dalam pantun kelakar, pantun yang bersifat seloroh dan sindir-menyindir ataupun pantun remaja, tetap terdapat nilai-nilai luhur yang dijunjungi masyarakat, walaupun kebanyakannya tidak sesarat yang ada di dalam pantun tunjuk ajar atau pantun adat dan sejenisnya. Sudah difahami orang Melayu, dalam berpantun haruslah tetap menampilkan nilai-nilai luhurnya, menampilkan budi pekerti dan perilaku terpuji. Dalam ungkapan dikatakan di dalam berpantun, ingat sopan santun. Ungkapan lain menegaskan pantang Melayu membuang cakap, maksudnya dipantangkan bagi orang Melayu berkata yang tidak berfaedah, termasuk dalam pantun memantun. Dengan demikian, walaupun pantun itu bersifat pantun kelakar, misalnya, di dalamnya tetap terkandung nilai-nilai moral, setidak-tidaknya pantun itu tetaplah mengacu pada sopan santun Melayu. Acuan ini menyebabkan pantun semakin berperanan dalam kehidupan orang Melayu.
Dalam pantun “sindir-menyindir” misalnya, terdapat kritikan-kritikan dan “sindiran”, baik terhadap
sesama anggota masyarakat mahupun terhadap penguasaannya. Namun, kritik dan sindiran dimaksud dilakukan secara halus dan penuh kesopanan, tidak mengghina dan menista, apalagi membuka aib malu orang, dan sebagainya yang dapat menimbulkan pertelingkahan atau perpecahan. Dalam ungkapan dikatakan menyindir jangan mencibir, maksudnya, menyindir ataupun mengkritik orang lain jangan menghina. Ungkapan lain menegaskan dalam menyindir gunakan fikir, maksudnya, menyindir atau mengkritik janganlah semena-mena, tetapi dilakukan secara arif dan benar, menggunakan akal dan fikiran, tidak memfitnah membabi buta dan sebagainya.
Acuan ini semakin menunjukkan betapa besarnya peranan pantun dalam kehidupan orang Melayu, kerana melalui pantun “aspirasi” masyarakat dapat disalurkan dengan baik tanpa menimbulkan perpecahan ataupun perselisihan antara sesamanya.
Peranan lain dari pantun adalah untuk “ajuk mengajuk” antara bujang dan dara. Lazimnya acara dilakukan dalam kesempatan tertentu di mana bujang dan dara berpeluang berbalas pantun. Dalam kesempatan itulah mereka “ajuk mengajuk” hati masing-masing yang sering berlanjut menjadi ikatan batin, pertunangan dan perkahwinan.
Pantun remaja (bujang dan dara) ini pun hendaknya dilakukan secara sopan dan santun serta halus, penuh dengan ungkapan-ungkapan. Orang tua-tua mengatakan dalam berbalas pantun, ingat sopan santun. Ungkapan lain mengatakan tanda orang baik hati, dalam berpantun ia berbudi atau bila hendak tahu orang berbudi, pantunnya mengandung budi pekerti.
Dalam mendendangkan anak atau menidurkan anak (dahulu lazimnya di dalam ayunan), orang tuanya membawakan lagu-lagu yang bait-bait pantunnya mengandung doa, petuah amanah, sebagai cerminan menanamkan nilai-nilai luhur mereka kepada anaknya sejak dini.
Article By : Datuk Bertuah http://www.sungaikuantan.com/2010/02/pantun-dalam-kehidupan-orang-melayu.html
pukul 14:35
Label: Budaya
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Tentang Riau Heritage
Malay Riau Heritage / Warisan Melayu Riau yang disingkat penyebutannya menjadi Riau Heritage, merupakan organisasi mandiri yang melestarikan warisan budaya Riau khususnya dan budaya Indonesia pada umumnya, yang berbasis masyarakat.
Kategori
Acara / Festival Berita Budaya Gurindam Pengetahuan Tapak Sejarah
Arkip Tulisan
▼ 2011 (45) o ► Desember (2) o ► November (5) o ► Juni (3) o ▼ Mei (7)
Makna Berkapur Sirih Bagi Orang Melayu Mengenal Tuah Pantun Melayu Nandong Kuantan Singingi Pantun Karya Sastra Melayu Riau Pantun Dalam Kehidupan Orang Melayu Seni Budaya Kuansing: Seni Teater Tradisional Rand... Sutan Nan Garang dalam Randai Taluk Kuantan
o ► Februari (8)
o ► Januari (20)
Artikel lainnya
attayaya belajar pointblank
BARU - TEMPAT KERJA BARU eeeeehhhh kesibukan baru ooooohhhh ketemu kawan lama aaaaahhhh ketemu programmer yang gamau buat flowchart iiiiihhhh sebellllllllllll....
tamadun melayu adat budaya resam pekanbaru riau indonesia
TAK ORANG TAK KITA - TAK ORANG TAK KITA oleh Abdul Malik SUATU hari dua orang bersahabat bertemu, sebuah perjumpaan rutin dan biasa. Seperti biasanya juga mereka berbincang-binc...
butang emas
14. Cerita Rakyat Melayu - 14.CERITA RAKYAT Di antara prosa khazanah Kepulauan Riau ialah cerita rakyat dan cerita tulisan para penulis daerah ini,baik lama maupun baru. Berikut ini d...
top related