uji kualitas air berdasar nilai mpn coliform
Post on 18-Jan-2016
133 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Uji Kualitas Air Berdasar Nilai MPN Coliform
A. TOPIK
Uji Kualitas Air Berdasar Nilai MPN Coliform
B. HARI, TANGGAL, DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Kamis & Sabtu, 20 & 22 Oktober, 2011
Gedung Biologi – Mikrobiologi
C. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat melakukan pengujian kualitas air secara
mikrobiologi berdasarkan nilai MPN coliform.
D. DASAR TEORI
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan
tetapi dapat juga merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka,
karena air dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang
bersifat racun (Tarigan, 1988).
Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakiteri
berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan
anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan menghasilkan
asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C (Pelczar.et al.,1988).
Istilah “mikroorganisme indikator” sebagaimana digunakan dalam
analisis air mengacu pada sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di
dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh bahan tinja dari
manusia atau hewan berdarah panas. Artinya terdapat peluang bagi
berbagai macam organisme patogenik,yang secara berkala terdapat dalam
saluran pencernaan, untuk masuk ke dalam air tersebut.
Beberapa ciri penting suatu organisme indikator ialah :
1) Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air yang tidak tercemar.
2) Terdalam dalam air bila ada pathogen.
3) Jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kadar polusi.
4) Mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar daripada patogen.
5) Mempunyai sifat yang seragam dan mantap.
6) Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
7) Terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada patogen.
8) Mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.
Diantara organisme-organisme yang dipelajari, yang hampir memenuhi
semua persyaratan suatu organisme indikator yang ideal ialah Escherichia
coli dan kelompok baktericoli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut dianggap
sebagai indikator polusi tinja yang dapat diandalkan (Pelczar.et al.,1988).
Sejumlah bakteri dianggap sebagai bakteri pengganggu dalam air
karena menimbulkan rasa bau, warna, dan rasa, di samping juga
membentuk endapan persenyawaan tak dapat larut di dalam pipa-pipa
sehingga mengurangi atau menyumbat aliran air. Aksi merusak pada
beberapa mikroorganisme adalah sebagai berikut :
Bakteri pembuat lendir : menghasilkan keadaan berlendir
Bakteri besi : Mengubah persenyawaan besi yang dapat larut menjadi bentuk yang tak
dapat larut yang akan menghambat aliran air dalam pipa.
Bakteri sulfur : Membentuk asam sulfat dengan hidrogen sulfide, yang dapat
membuat air menjadi sangat asam dan berbau tidak enak.
Algae : Menyebabkan kekruhan,perubahan warna, serta bau dan rasa tidak enak
(Pelczar.et al.,1988).
Untuk mengetahui jumlah sel bakteri golongan coliform yang terdapat
dalam sampel air, dilakukan Metode Jumlah Perkiraan terdekat atau Most
Probable Number. Penggunaan media selektif dan diferensial sangat
membantu mempercepat usaha pemeriksaan air guna mendeteksi organism
coliform. Pemeriksaan tersebut terdiri dari 3 langkah berurutan:
1) Uji Pendugaan (Presumptive Test)
2) Uji Lanjutan (Confirmed Test)
3) Uji Pelengkap (Complete Test)
Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasi tabung-tabung berisi
kaldu laktose dengan contoh air. Bila air yang diperiksa mempunyai kualitas
mikrobiologis yang baik maka tidak akan terbentuk asam ataupun gas di
dalam kaldu laktose (Pelczar.et al.,1988). Pengujian-pengujian ini digunakan
untuk mendeteksi keberadaan bakteri golongan coliform yang merupakan
indikator terkontaminasinya lingkungan perairan oleh fecal (feces hewan
mamalia).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator
keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri
coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen.
Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah
koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Dad,2000). Jadi, coliform adalah
indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air
semakin baik.
Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter
aerogenes, dan Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum
juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa
menyebabkan diare hingga muntaber (Kompas Cyber Media, 2003 dalam
Kompas.com).
Menurut Supardi dan Sukamto (1999), bakteri coliform dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu.
11) Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari
kotoran hewan atau manusia.
22) Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada
hewan atau tanaman yang telah mati.
Beberapa macam mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi
air, antara lain:
1) Salmonella typhi, adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak
membentuk spora namun bersifat patogen, baik pada manusia ataupun
hewan. Dapat menyebabkan demam typhoid (typoid fever). Sebenarnya
penyakit demam typoid dapat dipindahkan dengan perantara makanan yang
terkontaminasi dan dengan kontak langsung dengan si penderita. Namun
yang paling umum sebagai fakta penyebab adalah air. Air dapat
terkontaminasi oleh bakteri ini karena kesalahan metode pemurnian air atau
kontaminasi silang (Cros contaminant) antara pipa air dengan saluran air
limbah (Tarigan, 1988).
2) Clostridium prefringens adalah bakteri gram positif pembentuk spora yang
sering ditemukan dalam usus manusia, tetapi kadang-kadang juga
ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan sebagainya).
3) Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak
membentuk spora dan merupakan flora normal di dalam usus. E.coli
termasuk bakteri komensal yang umumnya bukan patogen penyebab
penyakit namun bilamana jumlahnya melampaui normal maka dapat pula
menyebabkan penyakit. E. Coli merupakan salah satu bakteri coliform.
4) Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral dan lentur yang merupakan
penyebab penyakit leptosporosis. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis
atau penyakit hewan yang bisa berpindah ke manusia. Pada umumnya
penyebaran bakteri ini adalah pada saat banjir.
5) Shigella dysentriae adalah basil gram negatif, tidak bergerak. Bakteri ini
menyebabkan penyakit disentri (mejan). Spesies lain seperti S. Sonnei dan S.
Paradysentriae juga menyebabkan penyakit disentri (Dwijoseputro, 1976).
6) Vibrio comma adalah bakteri yang berbentuk agak melengkung, gram
negatif dan monotrik. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera yang
endemis di indonesia dan sewaktu-waktu berjangkit serta memakan banyak
korban (Dwijoseputro, 1976).
E. ALAT DAN BAHANAlat:1. Tabung kultur
2. Tabung Durham
3. Rak tabung
4. Pipet steril
5. Inkubator
Bahan:
1. Media kaldu laktosa
2. Media Briliant Green Lactose Bilebroth (BGLB)
3. Media Eosin Methylen Blue (EMB)
4. Sampel air (Aqua)
F. PROSEDUR KERJA1 Uji Pendugaan
Menyiapkan 9 tabung kultur yang masing-masing berisi 10ml media cair kaldu laktosa steril yang sudah dilengkapi tabung Durham. Mengatur
letaknya pada rak tabung dan memberi kode.Menuangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-masing sebanyak
10ml ke dalam tabung kultur yang berkode A1, A2, A3.Menuangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-masing sebanyak
1ml ke dalam tabung kultur yang berkode B1, B2, B3.Menuangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-masing sebanyak
0,1ml ke dalam tabung kultur yang berkode C1, C2, C3.Menginkubasi 9 tabung kultur yang sudah diperlakukan pada suhu
37oC selama 1x24 jam.Mengamati adanya gelembung udara di dalam tabung Durham. Mencatat
kode tabung yang positif mengeluarkan gas.
Uji Penegasan.
Mengamati adanya gelembung udara di dalam tabung Durham. Mencatat kode tabung yang positif mengeluarkan gas.
Menginkubasi tabung kultur yang sudah diperlakukan pada suhu 45oC selama 1x24 jam sampai 2x24 jam.
Masing-masing sebanyak 1ml ke dalam tabung kultur yang berkode sesuai dengan kode tabung yang positif.
Menuangkan air sampel yang sudah diinkubasi dalam media kaldu laktosa menggunakan pipet steril.
Menyiapkan tabung kultur yang masing-masing berisi 10ml media cair BGLB steril yang sudah dilengkapi tabung Durham. Mengatur letaknya pada rak
tabung dan memberi kode pada masing-masing tabung yang sesuai dengan kode tabung yang positif pada uji pendugaan.
Uji PenguatMengamati pertumbuhan koloni pada media EMB. Koloni yang
menampakkan kilau metalik adalah koloni bakteri E.coli.Mengamati pertumbuhan koloni pada media EMB. Koloni yang
menampakkan adanya kilau secara zigzag. Menginkubasi pada suhu 37oC selama 1x24 jam.
Mengamati inokulum dari koloni secara langsung dengan menggunakan mikroskop.
Menentukan nilai MPN coliformnya berdasarkan tabel MPN. Nilai MPN ditentukan berdasarkan jumlah tabung yang positif dari perlakuan, dan
dihitung = MPN tabel x Membuat sediaan yang diwarnai secara Gram. mengaati di bawah
mikroskop. Bakteri E.coli akan memperlihatkan bakteri berbentuk basil, Gram positif.
G. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Uji Pendugaan
No Botol dan Pengenceran Banyaknya Gelembung
Gas
1 A 10-1 0
A 10-2 0
A 10-3 0
2 B 10-1 0
B 10-2 0
B 10-3 0
3 C 10-1 0
C 10-2 0
C 10-3 0
2. Uji Penegasan
No Botol dan Pengenceran Banyaknya Gelembung
Gas
1 A 10-1 0
A 10-2 0
A 10-3 0
2 B 10-1 0
B 10-2 0
B 10-3 0
3 C 10-1 0
C 10-2 0
C 10-3 0
3. Uji Penguat
No Pengenceran Jumlah Koloni
1 10-1 0
2 10-2 1
3 10-3 0
Nilai = Jumlah koloni x x 10
Pengenceran 10-1 à 0 x x 10 = 0
Pengenceran 10-2 à 1 x x 10 = 103
Pengenceran 10-3 à 0 x x 10 = 0
TOTAL =
H. ANALISIS DATA
Pada penagmatan uji kualitas air berdasarkan nilai MPN Coliform, kami melakukan 3
tahap pengujian yaitu uji pendugaan, uji penegasan dan uji penguat. Kami menggunakan sempel
air bermerk Aqua yang terkenal dan sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kami
mengambil sempel tersebut karena ingin mengetahui apakah minuman yang selama ini
dikonsumsi sudah sesuai dengan BPOM atau tidak, sehingga kelompok kami dapat memastikan
secara ilmiah mengenai kelayakan merk air minum mineral tersebut.
Pada pengujian pendugaan, kami menggunakan media cair kaldu laktosa. Dalam
pengambilan sampel data kami melakukan mengenceran mulai dari 10-1, 10-2 dan 10-3 pada setiap
botol A, B dan C. Pengenceran tersebut dilakukan untuk mengetahui banyaknya mikroba yang
menghasilkan gas pada setiap pengeceran tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan pada botol A
dengan pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 menghasilkan data bahwa tidak ada gelembung gas pada
tabung Durham. Pada botol B dan C dengan pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 menghasilkan data
yang sama pada botol A, yaitu tidak ditemukan ada gelembung gas pada tabung Durham. Dapat
diambil kesimpulan untuk uji pendugaan pada sampel air aqua tidak ditemukan mikroba yang
mampu memfermentasiakan laktosa dengan menghasilkan negative yang bearti tidak ada
mikroba yang dapat menghasilkan gas pada tabung Durham.
Pada uji penegasan kami juga menggunakan sampel Aqua serta melakukan pengenceran
mulai dari 10-1, 10-2 dan 10-3 pada setiap botol A, B dan C. Tetapi pada uji ini, kami
menggunakan media yang berbeda, yaitu media cair BGLB yang telah dimasukkan tabung
Durham. Hasil sampel yang telah mengalami pengenceran baik pada tabung A, B dan C
diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 450C. Berdasarkan pengamatan yang kami peroleh baik
pada botol A, B dan C dengan pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 menghasilkan data yang negative
yang bearti tidak ditemukan mikroba penghasil gas yang tumbuh pada tabung dan tahan terhadap
suhu tinggi (450C). Dapat diambil kesimpulan sementara bahwa pada sampel air aqua tidak
ditemukan kelompok bakteri coliform fekal.
Pada uji penguat kami menggunakan sampel air Aqua dengan pengerceran yang sama
yaitu 10-1, 10-2 dan 10-3 serta menggunakan media EMB. Sampel tersebut diinkubasi selama 1x
24 jam suhu 370C. Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenceran 10-1dan 10-3 tidak ditemukan
kilau metalik yang menunjukkan adanya koloni bakteri E. coli, sedangkan pada pengerceran 10-2
kami menemukan 1 koloni bakteri terlihat kilau metalik yang menunjukkan adanya koloni
bakteri E. coli. Hal ini dapat ditemukannya bakteri tersebut kemungkinkan ketika memasukkan
sampel pengenceran tersebut ada bakteri yang masuk dikarenakan kami kurang aseptic dalam
pengambilannya. Kemudian kami menentukan nilai MPN coliform berdasarkan table MPN pada
lampiran. Nilai MPN ditentukan berdasarkan jumlah tabung yang positif dari perlakuan dan
dihitung dengan rumus:
x 10
Dari rumus tersebut dapat diketahui bahwa:
Pengenceran 10-1 = 0 x = 0
Pengenceran 10-2 = 1 x = 103
Pengenceran 10-3 = 0 x = 0
Sehingga dapat diadapatkan nilai MPN yaitu .
Berdasarkan nilai MPN ketiga uji tersebut jika dicocokkan dengan BPOM menunjukkan
bahwa air minuman sampel yang kami bawa kurang baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat
umum karena hanya mengandung sedikit bakteri yang berbahaya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa air mineral merk Aqua layak untuk diminum. Namun, dimungkinkan pula karena
kesalahan praktikan yang kurang memperhatikan teknik aseptic, sehingga bakteri mudah masuk
ke dalam air tersebut pada saat praktikum atau pengamatan.
I. PEMBAHASAN
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas
air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli,
Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun
jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung,
keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah.
Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin
tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko
kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran
manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan
terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah
panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram
perut, dan muntah-muntah (Official Chemical Method, 1979)
Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E. coli O:157:H7, bersifat patogen
dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual,
dan rasa tidak enak badan (Dad,2000).
Pada pengamatan uji kualitas air kali ini, kelompok kami memilih air
minum mineral merk Aqua untuk diuji kelayakannya untuk diminum,
berkaitan dengan mikroorganisme yang terdapat di dalamnya. Dalam
pengamatan uji kualitas air ini, digunakan metode NPM (Most Probable
Number ). Di mana metode ini terdiri atas tiga tahap, yaitu uji pendugaan, uji
penegasan, dan uji penguatan.
Dalam uji tahap pertama (pendugaan), keberadaan coliform masih
dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi
sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain
coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk
mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium
selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji
konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop
terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora
(Fardiaz,1989).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan
jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-
forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga
diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan,
umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g
dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan
setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai
MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum.
Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95% sehingga pada setiap nilai MPN,
terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (FDA, 1989).
Metode MPN ini menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi,
yang perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif
setelah diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung positif
dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya
gas pada tabung Durham untuk mikroba pembentuk gas, seperti E. coli.
Metode MPN ini biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam sampel cair, dapat pula dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba
untuk sampel yang bentuknya padat, dengan terlebih dahulu membuat
suspensi 1:10 dari sampel tersebut.
Pertama, yang dilakukan adalah tes/ uji pendugaan. Tes ini digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya bakteri coliform tanpa mempertimbangkan
apakah coli fekal ataukah coli non-fekal. Pada uji pendugaan, berdasarkan
data dan analisis data yang kami peroleh, pada bagian dasar tabung Durham
tidak ada gelembung gas, baik pada A, B, maupun C pada berbagai
pengenceran (10-1 ; 10-2 ; dan 10-3 ). Terbentuknya gelembung gas dalam
tabung Durham disebabkan karena adanya mikroba pembentuk gas (Fardiaz
S., 1992). Didukung oleh sumber lain bahwa timbulnya gas disebabkan
karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel air dalam
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam dan pada suhu 350 C (Pelczar dan Chan., 2006). Namun, pada
tes pendugaan ini, sampel air yang kami uji tidak menunjukkan adanya
gelembung gas pada tabung Durham.
Selanjutnya, kami melakukan uji penegasan. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui apakah bakteri coliform yang ditemukan tersebut coliform fekal
atau non-fekal. Langkah yang dilakukan pada tes ini hampir sama dengan
langkah-langkah pada tes pendugaan, hanya medium dan suhu inkubasinya
saja yang berbeda. Medium yang digunakan adalah BGLB (Brilliant Green
Laktosa Bile) dan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut coliform fekal,
maka suhu inkubasi yang digunakan adalah 42±1oC.
Kusnadi (2003) menyatakan bahwa perbedaan bakteri coliform fekal
dan non-fekal adalah temperatur inkubasi yaitu untuk fekal (42 ± 1oC) dan
untuk non-fekal (37±1oC). Setelah masa inkubasi 1 x 24 jam diamati
timbulnya gas (gelembung udara pada tabung Durham) dan asam (media
menjadi keruh). Apabila terdapat gas pada bagian dasar tabung Durham
berarti dalam sampel air Aqua terdapat bakteri coliform fekal. Jika tidak ada
gas, maka sampel air Aqua tersebut mengandung bakteri coliform non-fekal.
Namun, berdasarkan pengamatan yang kami peroleh baik pada botol A, B dan C dengan
pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 menghasilkan data yang negatif yang artinya tidak ditemukan
bakteri penghasil gas yang tumbuh pada tabung dan tahan terhadap suhu tinggi (450C).
Uji selanjutnya yaitu uji penguatan. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui jenis bakteri coliform fekal yang terdapat dalam sampel air. Tes
penguatan ini menggunakan media EMB. Sampel tersebut diinkubasi selama 1x 24 jam suhu
370C. Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenceran 10-1dan 10-3 tidak ditemukan kilau
metalik yang menunjukkan adanya koloni bakteri E. coli. Namun, pada pengerceran 10-2 kami
menemukan 1 koloni bakteri terlihat kilau metalik yang menunjukkan adanya koloni bakteri E.
coli.
Hasil yang positif pada pengenceran 10-2 tersebut terjadi karena banyak kemungkinan,
misalnya kurangnya ketelitian praktikan dalam pengaplikasian teknik aseptic. Kemungkinan
yang lain adalah memang dari sumber air Aqua yang bermasalah atau karena kesalahan pengolah
air mineral terkait dengan filtrasi air mineral tersebut yang kurang sempurna.
Menurut Dwidjoseputro (1989), air tanah mangandung zat-zat
anorganik maupun zat-zat organic yang merupakan tempat yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme (kehidupan
mikroorganisme). Mikroorganisme yang autotrof merupakan penghuni
pertama dalam air yang mangandung zat-zat anorganik. Sel-sel yang mati
merupakan bahan organic yang memungkinkan kehidupan mikroorganisme
yang heterotrof. Temperatur juga ikut menentukan populasi mikroorganisme
di dalam air. Pada temperature sekitar 30°C merupakan temperatur yang
baik bagi kehidupan bakteri patogen yang berasal dari hewan maupun
manusia. Sinar matahari (terutama sinar ultraviolet) memang dapat
mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus sinar ultraviolet ke dalam air
tidak maksimal. Air yang berarus deras kurang baik bagi kehidupan bakteri.
Hal ini berkaitan dengan tidak maksimalnya perkembangbiakan bakteri,
karena kebanyakan bakteri memerlukan media/ substrat yang tenang untuk
perkembangbiakannya (Dwijoseputro, 1989).
Masalah air bersih yang kurang memenuhi syarat sangat
berpengarauh terhadap kualitas produk. Sebagai contoh di dalam industri
minuman, jika air yang digunakan kurang baik maka produk yang dihasilkan
juga kurang baik, apalagi jika air yang digunakan tidak steril maka produk
yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang
mana dapat membayakan konsumen (Jurnalair, 2010). Berdasarkan hasil
nilai MPN yang kami lakukan, maka nilai tersebut menunjukkan bahwa
sampel yang kami uji kurang layak untuk diminum. Namun, dimungkinkan
pula terjadi kesalahan praktikan saat praktikum, dimana kurangnya
praktikan dalam memperhatikan teknik aseptic. Jadi, coliform adalah
indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air
semakin baik.
J. KESIMPULAN
1. MPN adalah suatu teknik enumerasi pada mikrobia (dalam hal ini coliform
fecal), pada suatu bahan cairan. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji
pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji
kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan
coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan.
Organisme kelayakan konsumsi air atau bahan pangan cair adalah kelompok
bakteri koliform yaitu: spesies Escherichia coli, Enterobacter dan Klebsiella.
2. Nilai MPN yang kami dapatkan adalah 333,3. Menunjukkan air sampel yang
kami bawa kurang baik untuk diminum.
K. DISKUSI
1. Berapakah nilai MPN coliform dari air sampel yang saudara uji? Bagaimana
kualitas air sampel tersebut?
Nilai = Jumlah koloni x x 10
Pengenceran 10-1 à 0 x x 10 = 0
Pengenceran 10-2 à 1 x x 10 = 103
Pengenceran 10-3 à 0 x x 10 = 0
TOTAL =
Berdasarkan hasil nilai MPN yang kami lakukan, maka nilai tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang kami uji kurang layak untuk diminum.
Namun, dimungkinkan pula terjadi kesalahan praktikan saat praktikum,
dimana kurangnya praktikan dalam memperhatikan teknik aseptic.
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kualitas air tidak layak diminum?
Syarat fisik, antara lain:
a. Kebersihan dan kekeruhan
b. Air berwarna
c. Air berasa
d. Air berbau
e. Terdapat endapan
Syarat kimiawi, antara lain:
a. Mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Kadar yodium yang tidak sesuai
Syarat mikrobiologi, antara lain:
a. Mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen
penyebab penyakit.
Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak
mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977,
penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:
Aman dan higienis.
Baik dan layak minum.
Tersedia dalam jumlah yang cukup.
Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat
Parameter yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan, operasi dan biaya.
Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis yaitu sebagai
berikut:
Parameter Air Bersih secara Fisika
1. Kekeruhan
2. Warna
3. Rasa & bau
4. Endapan
5. Temperatur
Parameter Air Bersih secara Kimia
1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen, dll.
2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang, bahan-
bahan beracun.
3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.
Parameter Air Bersih secara Biologi
1. Bakteri
2. Binatang
3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista
5. Virus
Parameter Air Bersih secara Radiologi
1. Konduktivitas atau daya hantar
2. Pesistivitas
3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik).
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang
Pengembangan sistem penyediaan Air minum.
L. DAFTAR RUJUKAN
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000. Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426.
Dwijoseputro. 1987. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan.
Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB.
Fardiaz, S.,.1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB
Food and Drug Administration (FDA).1998.Bacteriological Analytical Manual. 8th Edition, FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem., 91,55-368. Cit. PORTER, J. R.
GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by roactinomyces cyaneus. J. Bacteriol., 51,Jurnalair. 2011.Kualitas Air. (Online), (http://jurnalair.wordpress.com/2011/01/21/kualitas-air/, diakses 30 Oktober2011)
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007 dalam Soni, Ahmad. 2010 Elements of
Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Vivi1191
Terima kasih karena sudah mau berkunjung ke blog-ku :))
Selasa, 27 Desember 2011
UJI KUALITAS AIR MENGGUNAKAN METODE MPN
3.1 Waktu dan Tempat
1. Waktu : Senin, 12 Desember 2011
2. Tempat : Laboratorium Biodiversity FMIPA Universitas Tadulako
3.2 Alat dan Bahan
a) Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Stopwatch
4. Inkubator
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Tabung Durham
8. Jarum ose
b) Bahan
1. Eschercia coli
2. Medium LB (Lactose Broth)
3. Media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)
4. Medium EC (Easy Medium)
5. Air sungai
6. Air galon
7. Tabel MPN
8. Bakteri Coliform
3.3 Prosedur Kerja
a. Uji Pendugaan
1. Menyiapkan tabung reaksi dan mengisinya dengan 9 ml aquades steril, kemudian memberi tanda 10 -1,
10-2 dan 10-3.
2. Mempipet 1 ml sampel, kemudian memasukkannya dari pengenceran 10-1. Memasukkannya ke dalam
tabung 10-2 sampai sempurna.
3. Mempipet 1 ml dari pengenceran 10-2. Kemudian, memasukkannya ke dalam tabung 10-3 sampai
sempurna.
4. Memasukkan dalam 3 tabung media Lactose Broth (LB) masing-masing sebanyak 1 ml/20 tetes dari
pengenceran 10-1.
5. Memasukkan dalam 3 tabung media Lactose Broth (LB) masing-masing sebanyak 0,5 ml/10 tetes dari
pengenceran 10-2.
6. Memasukkan dalam 3 tabung media Lactose Broth (LB) masing-masing sebanyak 0,05 ml/1 tetes dari
pengenceran 10-3.
7. Mengocok secara perlahan seluruh tabung tersebut agar sampel air menyebar rata ke seluruh bagian
media.
8. Menginkubasi seluruh tabung tersebut selama 24 jam.
9. Mengamati adanya gelembung udara di dalam tabung durham dan mencatat kode tabung yang positif
mengeluarkan gas.
b. Uji Penegasan
1. Mengisi jarum ose pada tiap-tiap tabung tes pendugaan yang positif, kemudian memindahkannya ke
dalam media BGLB untuk pemeriksaan total Coliform.
2. Menginkubasi media BGLB yang sudah ditanami tersebut pada suhu 35oC selama 24 jam.
3. Mencatat jumlah tabung yang menunjukkan tes penegasan positif.
4. Menentukan nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN yang terdapat pada lampiran.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Air Sungai
Pengenceran LB BGLB EC
10-1
10-2
10-3
3
3
2
3
3
0
3
3
1
Berdasarkan tabel MPN diperoleh hasil :
BGLB : 3 3 0 = 190/100 ml air koloni bakteri Coliform
EC : 3 3 1 = 271/100 ml air koloni bakteri Eschercia coli
b. Air Galon
Pengenceran LB BGLB EC
10-1
10-2
10-3
3
1
1
3
1
1
2
1
1
Berdasarkan tabel MPN diperoleh hasil :
BGLB : 3 1 1 = 58/100 ml air koloni bakteri Coliform
EC : 2 1 1 = 20/100 ml air koloni bakteri Eschercia coli
4.2 Pembahasan
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat praktikum menggunakan
Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri yang aerobic dan anaerobic fakultatif,
berbentuk batang atau basil, gram negative dan tidak membentuk spora. Coliform memfermentasikan
laktosa dengan membentuk asam dan gas CO2 dalam waktu inkubasi selama 48 jam dan diletakkan pada
suhu 37ºC.
Uji yang dilakukan pada metode ini ialah uji penduga dan uji penguat. Uji penduga dilakukan
dengan menginkubasi air sampel yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi medium
Lactose Broth dan tabung Durham, hasil yang diperoleh yakni pada tabung reaksi 10 -1, 10-2, dan 10-3
terbentuk gelembung pada tabung durham yang mengindikasikan adanya Coliform pada sampel
aquades dan air sungai.
Uji selanjutnya ialah uji penguat, uji ini dilakukan pada medium BGLB (Brilliant Green Lactose
Broth). Larutan sampel pada tabung reaksi yang telah diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC diambil
dengan jarum ose dengan cara dicelupkan lalu dioleskan ke dalam medium BGLB , uji positif dapat
dilihat dari terbentuknya warna hijau metalik atau tidak. Hasil praktikum menunjukkan bahwa pada uji
penguat hasil yang diperoleh positif karena terbentuk warna hijau metalik pada BGLB. BGLB berfungsi
sebagai penghambat pertumbuhan flora mikroba yang tidak diharapkan. Media BGLB merupakan media
yang akan berwarna hijau metalik jika terdapat reaksi fermen dengan media. Warna ini berasal dari
adanya koloni koliform yang bereaksi dengan BGLB. Eschercia coli merupakan bakteri fermentasi,
seringkali menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Bakteri yang menfermentasi dengan lambat
akan menghasilkan koloni berwarna merah muda.
Sesuai hasil pengamatan, pada medium BGLB yang berisikan air sungai dengan nilai 190/100 ml
air dan air galon dengan nilai 58/100 ml air. Pada medium EC yang berisikan air sungai dengan nilai
271/100 ml air dan air galon dengan nilai 20/100 ml air, dari kedua hasil pengamatan di atas dapat
diketahui bahwa air tersebut tidak dapat dikonsumsi, karena menurut standar kesehatan, kualitas air
yang bagus untuk dikonsumsi ialah air yang mengandung maksimal 10/100 ml air koloni bakteri patogen
atau lebih baik lagi jika tidak terdapat bakteri patogen.
Sesuai hasil pengamatan, dapat diketahui jumlah bakteri patogen untuk spesies Coliform yang
lebih banyak terdapat di air galon karena kurang sterilnya alat penyaringan atau pemurnian air sehingga
bakteri patogennya pun tetap terikut saat pengambilan air galon. Spesies bakteri Eschercia coli banyak
ditemukan pada air sungai karena seperti yang kita ketahui air sungai merupakan salah satu tempat
berbagai macam pembuangan seperti pembuangan sampah, pembuangan limbah, termasuk
pembuangan feses.
Metode untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk, dapat menggunakan metode
hitungan mikroskopis, metode hitungan cawan dan penentuan angka paling memungkinkan (MPN).
Organisme yang mati maupun hidup dapat dihitung dengan metode hitungan mikroskopis, akan tetapi
pada MPN hanya organisme hidup yang dapat dihitung. Metode MPN adalah metode untuk menghitung
jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap
pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap
pendekatan secara statisitik.
Diposkan oleh NgeBlogger di 04.11
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
► 2012 (1)
▼ 2011 (9) o ▼ Desember (5)
PEWARNAAN MIKROBA UJI KUALITAS AIR MENGGUNAKAN METODE MPN UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PEMERIKSAAN SPUTUM Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan
o ► November (3) o ► September (1)
Mengenai Saya
NgeBlogger
Lihat profil lengkapku
Photo.Photo
Bersama jugaa
Hari Rusdwi Novitasiah. Template Awesome Inc.. Gambar template oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
top related