universitas indonesia laporan praktek kerja...
Post on 03-Sep-2019
36 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
KEFARMASIAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
EVENNIA, S.Farm.
1206313066
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
KEFARMASIAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
EVENNIA, S.Farm.
1206313066
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
iii
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dilaksanakan pada
tanggal 7 Januari hingga 18 Januari 2013.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menambah pemahaman, pengetahuan dan
keterampilan apoteker dalam dunia kerjanya. Laporan ini disusun sebagai syarat
untuk menempuh ujian akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas
Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah
penulis terima, kiranya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D., selaku Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengenal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2. Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt., M.Biomed., selaku Direktur Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian;
3. Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si., selaku Kasubdit Produksi Kosmetika
dan Makanan sekaligus selaku Pembimbing, beserta staf yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis untuk mengenal direktorat ini;
4. Dra. Nadirah Rahim, Apt., M.Kes., selaku Kasubdit Produksi dan Distribusi
Obat dan Obat Tradisional beserta staf yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis;
5. Drs. Riza Sultoni, Apt., M.M., selaku Kasubdit Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus berserta staf
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis;
6. Dita Novianti S.A., S.Si, Apt., M.M., selaku Kasubdit Kemandirian Obat dan
Bahan Baku Obat beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing
penulis;
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
v
7. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
8. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia;
9. Dr. Anton Bahtiar, M. Biomed., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan laporan ini;
10. Seluruh staf dan karyawan Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia atas
segala keramahan, pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker;
11. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis;
12. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,
dorongan, semangat dan doa yang tidak henti-hentinya;
13. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 atas dukungan dan kerja samanya;
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan
ini.
Penulis
2013
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Evennia
NPM : 1206313066
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan Praktek
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas laporan praktek saya yang berjudul:
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Periode 7 Januari – 18 Januari 2013
beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal: 5 Juli 2013
Yang menyatakan
(Evennia)
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
vii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
2. TINJAUAN UMUM .................................................................................... 3
2.1 Tinjauan Umum Kementerian Kesehatan .............................................. 3
2.2 Tinjauan Tentang Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan ............................................................................................... 8
3. TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN ................................................................. 15
3.1 Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................................ 15
3.2 Visi, Misi, dan Strategi ........................................................................... 15
3.3 Struktur Organisasi ................................................................................. 16
3.4 Tinjauan Subdirektorat di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian ........................................................................................... 17
4. PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN ................................................. 23
5. PEMBAHASAN ........................................................................................... 29
5.1 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat
Tradisional .............................................................................................. 29
5.2 Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan .................................. 32
5.3 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus ................................................ 34
5.4 Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat ....................... 36
6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 39
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 39 6.2 Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 40
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
viii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ....................................................................................... 42
Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan .............................................................................. 43
Lampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian .................................................................................. 44
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap manusia. Setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, serta
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan prioritas kebijakan
pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah ketersediaan pemerataan obat
dan vaksin (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Sasaran program kefarmasian dan
alat kesehatan di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
selaras dengan prioritas kebijakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sasaran tersebut adalah meningkatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat dengan indikator programnya
yakni persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar seratus persen ditahun 2014
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 102 tahun 2001 tentang Struktur
Organisasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tanggal 19 Agustus
2010 maka Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terbagi
menjadi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina
Pelayanan Farmasi, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, serta
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai
tanggung jawab mensinergikan kegiatan yang dilakukan melalui penyusunan
kebijakan dan pedoman-pedoman yang dapat dipergunakan, termasuk di
dalamnya upaya-upaya peningkatan mutu produksi dan distribusi kefarmasian.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) serta bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
2
Universitas Indonesia
Apoteker memiliki tanggung jawab dan fungsi membantu meningkatkan
kualitas hidup seseorang. Apoteker tidak hanya diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga harus mampu
memahami penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) serta bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Oleh karena itu, diadakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI untuk mendapatkan gambaran
mengenai dunia kerja di lingkungan pemerintahan.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, khususnya di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi kefarmasian bertujuan agar para calon apoteker:
1. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas di Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai fungsi apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Umum Kementerian Kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden, dan Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan.
2.1.1 Institusi Tempat PKPA
Praktek kerja profesi apoteker dilaksanakan di Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia yang terletak di Jalan H.R. Rasuna Said Blok X 5 Kav. 4-9
Jakarta 12950.
2.1.2 Visi dan Misi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki visi yaitu
“Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan”. Sedangkan misi yang
ditetapkan Kementerian Kesehatan sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI,
2012):
a. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
b. melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
c. menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan;
d. menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
2.1.3 Strategi
Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, maka
Kementerian Kesehatan merumuskan strategi sebagai berikut (Kementerian
Kesehatan RI, 2012):
a. meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global;
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
4
Universitas Indonesia
b. meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif
dan preventif;
c. meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional;
d. meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu;
e. meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
f. meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna
dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang
bertanggungjawab.
2.1.4 Nilai
Dalam mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan
kesehatan, Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai
yaitu pro rakyat, inklusif, responsif, efektif, bersih (Kementerian Kesehatan RI,
2011):
a. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan
selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik
untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
golongan, agama dan status sosial ekonomi.
b. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak,
karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat
harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar
rumput.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
c. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta
tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat,
sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
penanganan yang berbeda pula.
d. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang
telah ditetapkan dan bersifat efisien.
e. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
2.1.5 Tugas Pokok
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 Pasal 2, Kementerian Kesehatan mempunyai
tugas untuk menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan
untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
2.1.6 Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Kementerian Kesehatan menyelenggarakan fungsi (Kementerian Kesehatan RI,
2010):
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan;
d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah; dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
2.1.7 Kewenangan
Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai
kewenangan (Kementerian Kesehatan RI, 2012):
a. penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung
pembangunan secara makro;
b. penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang kesehatan;
c. penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan;
d. penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan;
e. pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di
bidang kesehatan;
f. pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan
atas nama negara di bidang kesehatan;
g. penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan;
h. penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang
kesehatan;
i. penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan;
j. penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan;
k. penyelesaian perselisihan antar provinsi di bidang kesehatan;
l. penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian ibu, bayi, dan anak;
m. penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat;
n. penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan;
o. penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan;
p. penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi
kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan;
q. penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan
gizi;
r. penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan;
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
7
Universitas Indonesia
s. surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan
wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa;
t. penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
sangat esensial (buffer stock nasional);
u. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yaitu :
a) penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu;
b) pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan.
2.1.8 Susunan Organisasi Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan terdiri atas (Kementerian Kesehatan RI, 2010):
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan;
c. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
d. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak;
e. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
f. Inspektorat Jenderal;
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
i. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi;
j. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat;
k. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan;
l. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi;
m. Staf Ahli Bidang Mediko Legal;
n. Pusat Data dan Informasi;
o. Pusat Kerja Sama Luar Negeri;
p. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan;
q. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;
r. Pusat Komunikasi Publik;
s. Pusat Promosi Kesehatan;
t. Pusat Inteligensia Kesehatan; dan
u. Pusat Kesehatan Haji.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
8
Universitas Indonesia
Adapun bagan struktur organisasi Kementerian Kesehatan terlampir pada
Lampiran 1.
2.2 Tinjauan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 Pasal 525, Direktorat Jenderal adalah unsur
pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur Jenderal.
2.2.1 Tugas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mempunyai tugas meningkatkan keamanan dan kemanfaatan penggunaan obat,
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin ketersediaan dan
keterjangkauan kebutuhan obat esensial, melindungi masyarakat dari penggunaan
alat kesehatan sebagai penjabaran dari berbagai undang-undang di bidang
kesehatan. Kemudian Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mengalami perubahan nama menjadi Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan. Perubahan tersebut memperluas ruang lingkup
kewenangan, tugas pokok dan fungsi, tidak hanya pelayanan kefarmasian namun
lebih luas pada pembinaan seluruh aspek kefarmasian dalam upaya membuat
rakyat sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
2.2.2 Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Pasal 526,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan
kefarmasian dan alat kesehatan;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian
dan alat kesehatan; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
2.2.3 Sasaran dan Kebijakan
Sasaran hasil dari Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah
meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat dengan indikator programnya yakni persentase
ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100% di tahun 2014. Untuk mencapai
sasaran hasil tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan yang meliputi peningkatan
ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar,
peningkatan mutu dan keamanan alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT), peningkatan penggunaan obat rasional melalui pelayanan
kefarmasian yang berkualitas, peningkatan produksi bahan baku dan obat lokal
serta mutu sarana produksi dan distribusi kefarmasian, peningkatan kualitas
produksi dan distribusi kefarmasian dan peningkatan produksi bahan baku obat
dan obat tradisional produksi di dalam negeri. Dalam upaya peningkatan program
tersebut diperlukan dukungan manajemen dalam pelaksanaan tugas teknis pada
program kefarmasian dan alat kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
2.2.4 Susunan Organisasi
Bagan struktur Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
dapat dilihat pada Lampiran 2. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan terdiri atas (Kementerian Kesehatan RI, 2010):
2.2.4.1 Sekretariat Direktorat Jenderal
a. Tugas dan Fungsi
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
teknis administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b) pengelolaan data dan informasi;
c) penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional dan
hubungan masyarakat;
d) pengelolaan urusan keuangan;
e) pelaksanaan urusan kepegawaian, tata persuratan, kearsipan, gaji, rumah
tangga, dan perlengkapan; dan
f) evaluasi dan penyusunan laporan
b. Struktur Organisasi
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a) Bagian Program dan Informasi;
b) Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat;
c) Bagian Keuangan;
d) Bagian Kepegawaian dan Umum; dan
e) Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.4.2 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
a. Tugas dan Fungsi
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
11
Universitas Indonesia
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga
obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan,
serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan
kesehatan;
b) pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,
penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta
pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat
publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program
obat publik dan perbekalan kesehatan;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan standardisasi
harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan; dan evaluasi program obat publik dan perbekalan
kesehatan;
e) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis
dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik
dan perbekalan kesehatan; dan
f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
b. Struktur Organisasi
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri atas:
a) Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat;
b) Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
c) Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
d) Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan;
e) Subbagian Tata Usaha; dan
f) Kelompok Jabatan Fungsional.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
2.2.4.3 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
a. Tugas dan Fungsi
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pelayanan kefarmasian. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas,
farmasi klinik dan penggunaan obat rasional;
b) pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi
klinik dan penggunaan obat rasional;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat
rasional;
d) pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi, farmasi komunitas,
farmasi klinik dan penggunaan obat rasional;
e) pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di
bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan
obat rasional; dan
f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
b. Struktur Organisasi
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri atas:
a) Subdirektorat Standardisasi;
b) Subdirektorat Farmasi Komunitas;
c) Subdirektorat Farmasi Klinik;
d) Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional;
e) Subbagian Tata Usaha; dan
f) Kelompok Jabatan Fungsional.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
13
Universitas Indonesia
2.2.4.4 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
a. Tugas dan Fungsi
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi
dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
b) pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan
sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi,
standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga;
e) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga; dan
f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
b. Struktur Organisasi
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas:
a) Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan;
b) Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga;
c) Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga;
d) Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi;
e) Subbagian Tata Usaha; dan
f) Kelompok Jabatan Fungsional.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
14
Universitas Indonesia
2.2.4.5 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
a. Tugas dan Fungsi
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
kefarmasian menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi
kefarmasian;
b) pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis di
bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
e) pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di
bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
f) pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan
g) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
b. Struktur Organisasi
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas:
a) Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional;
b) Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan;
c) Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor
dan Sediaan Farmasi Khusus;
d) Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat;
e) Subbagian Tata Usaha; dan
f) Kelompok Jabatan Fungsional.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
15 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN
3.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Pasal 608, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Berdasarkan Pasal 609, dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
b. pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian;
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis di
bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
e. pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian;
f. pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
3.2 Visi, Misi, dan Strategi
Visi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian ialah “Industri
Farmasi dan Makanan yang Memenuhi Syarat dan Mampu Memenuhi Kebutuhan
Dalam Negeri serta Bersaing di Era Globalisasi”. Misi Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Kefarmasian ialah (Kementerian Kesehatan RI, 2011):
a. menciptakan iklim industri yang kondusif melalui penyusunan regulasi,
standar, dan pedoman yang dapat mengakomodir pengembangan di bidang
farmasi dan makanan;
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
16
Universitas Indonesia
b. melaksanakan pelayanan publik yang prima dalam bidang produksi dan
distribusi kefarmasian dan makanan;
c. melaksanakan pembinaan sarana produksi dan distribusi farmasi dan makanan;
d. menciptakan kemandirian di bidang kefarmasian.
Strategi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian ialah (Kementerian
Kesehatan RI, 2011):
a. menyusun dan mengembangkan standar dan persyaratan di bidang produksi
dan distribusi kefarmasian dan makanan;
b. melaksanakan koordinasi dan pembinaan yang terpadu;
c. meningkatkan kapasitas SDM yang kompeten dan profesional;
d. membentuk aliansi strategis dan mengintegrasikan sumber daya.
3.3 Struktur Organisasi
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dipimpin oleh
seorang direktur yang membawahi (Kementerian Kesehatan RI, 2010):
1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional, yang terdiri
atas:
a. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi.
b. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi.
2. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan, yang terdiri atas :
a. Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan.
b. Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika.
3. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan
Sediaan Farmasi Khusus, yang terdiri atas:
a. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
b. Seksi Sediaan Farmasi Khusus.
4. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat, yang terdiri atas:
a. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat.
b. Seksi Kerjasama.
5. Subbagian Tata Usaha.
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
17
Universitas Indonesia
Bagan struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.4 Tinjauan Subdirektorat di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
3.4.1 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
(Kementerian Kesehatan RI, 2010)
3.4.1.1 Tugas Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Pasal 611, Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat
Tradisional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
3.4.1.2 Fungsi Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 611,
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan
distribusi obat dan obat tradisional;
b. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi dan distribusi obat dan obat tradisional;
c. pelaksanaan pemberian izin sarana produksi dan distribusi obat dan obat
tradisional;
d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi dan
distribusi obat dan obat tradisional; dan
e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
18
Universitas Indonesia
3.4.1.3 Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan
Obat Tradisional
a. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi
Tugas Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi adalah melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi obat dan obat
tradisional.
b. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi
Tugas Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi adalah melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sarana produksi dan
distribusi obat dan obat tradisional.
3.4.2 Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan (Kementerian Kesehatan
RI, 2010)
3.4.2.1 Tugas Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Pasal 615, Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan,
bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang produksi kosmetika dan makanan.
3.4.2.2 Fungsi Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 615,
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang produksi
kosmetika dan makanan;
b. penyiapan bahan penyusunan norma standar, prosedur, dan kriteria di bidang
kosmetika dan makanan;
c. pelaksanaan pemberian izin sarana produksi kosmetika;
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
19
Universitas Indonesia
d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi
kosmetika dan makanan; dan
e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidnag
produksi kosmetika dan makanan.
3.4.2.3 Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan terdiri atas:
a. Seksi Standarisasi Produksi Kosmetika dan Makanan
Tugas Seksi Standarisasi Produksi Kosmetika dan Makanan adalah melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi kosmetika dan makanan.
b. Seksi Peizinan Sarana Produksi Kosmetika
Tugas Seksi Peizinan Sarana Produksi Kosmetika adalah melakukan penyiapan
bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan,
evaluasi dan penyusunan laporan dibidang sarana produksi kosmetika.
3.4.3 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Sediaan Farmasi Khusus (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
3.4.3.1 Tugas Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Pasal 619, Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis,
pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi
dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
20
Universitas Indonesia
3.4.3.2 Fungsi Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 619,
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Sediaan Farmasi Khusus menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi
narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan makanan;
b. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dan
pedoman di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor,
dan sediaan farmasi khusus dan makanan;
c. pelaksanaan perizinan produksi dan distribusi narkotika, psikotropika,
prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan makanan;
d. penyiapan bahan bimbingan dan pengendalian di bidang produksi dan
distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus dan
makanan; dan
e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
perizinan produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan
sediaan farmasi khusus dan makanan.
3.4.3.3 Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus
a. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
Tugas Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi adalah melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan
distribusi narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
b. Seksi Sediaan Farmasi Khusus
Tugas Seksi Sediaan Farmasi Khusus adalah melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang sediaan farmasi khusus dan makanan.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
21
Universitas Indonesia
3.4.4 Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat (Kementerian
Kesehatan RI, 2010)
3.4.4.1 Tugas Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Pasal 623, Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan
teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat
dan bahan baku obat.
3.4.4.2 Fungsi Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 623,
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat menyelengarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kemandirian
obat dan bahan baku obat;
b. penyiapan bahan penyusunan norma standar, prosedur, dan kriteria di bidang
kemandirian obat dan bahan baku obat;
c. penyiapan bahan koordinasi serta pelakasanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektor di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat;
d. penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang kemandirian obat dan bahan baku
obat; dan
e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan dibidang
kemandirian obat dan bahan baku obat.
3.4.4.3 Tugas setiap Seksi dalam Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan
Baku Obat
a. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat
Tugas Seleksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat adalah melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan,
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
22
Universitas Indonesia
evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku
obat.
b. Seksi Kerjasama
Tugas Seksi Kerjasama adalah melakukan penyiapan bahan koordinasi,
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas sektor, pengendalian serta
evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerjasama di bidang
kemandirian obat dan bahan baku obat.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
23 Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mahasiswa Apoteker UI angkatan
LXXVI yang dilaksanakan di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dibagi menjadi dua
periode. PKPA periode pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Januari hingga 18
Januari 2013. Pada hari pertama, kegiatan PKPA dimulai dari pukul 10.00 hingga
pukul 16.00 WIB dan pada hari-hari selanjutnya, jam dimulainya kegiatan
disesuaikan dengan jam kerja di masing-masing direktorat yang ditempati.
Kegiatan PKPA di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
berlangsung dari pukul 07.30 hingga pukul 16.00 WIB. Paparan mengenai
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Tanggal Kegiatan
Senin, 7 Januari
2013
1. Penerimaan mahasiswa PKPA UI di Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia oleh
Bapak Kamit Waluyo, SH, MM. Kegiatan
dilakukan di Ruang 805, yaitu Ruang Rapat
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
2. Perkenalan antara pihak peserta PKPA Apoteker UI
dengan pihak Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Pengenalan mengenai Kementerian Kesehatan,
meliputi dasar hukum, visi dan misi, nilai-nilai,
fungsi, dan struktur organisasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
4. Penjelasan mengenai struktur organisasi Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Kemudian, dilanjutkan dengan penjelasan
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
24
Universitas Indonesia
mengenai struktur organisasi serta tugas dan fungsi
dari sekretariat dan keempat Direktorat di
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, yaitu Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian, Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan, dan Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
5. Perkenalan kepada perwakilan dari keempat
direktorat yang ada di bawah Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
6. Pembagian peserta PKPA ke dalam empat
kelompok sesuai penempatannya di masing-masing
Direktorat. Kelompok yang ditempatkan di
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian diarahkan dan dibimbing oleh Kepala
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan,
yaitu Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si.
7. Penjelasan mengenai peraturan pelaksanaan PKPA
di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, dilanjutkan dengan penjelasan umum
mengenai keempat Subdirektorat dan Subbagian
Tata Usaha yang ada di bawah Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian oleh Ibu Dra.
Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si.
8. Penjelasan mengenai Subdirektorat Produksi
Kosmetika dan Makanan, meliputi peraturan yang
terkait dengan produksi kosmetika dan makanan
dan diskusi mengenai informasi di bidang
kosmetika dan makanan, kesehatan, dan
kefarmasian bersama Ibu Dra. Nur Ratih Purnama,
Apt., M.Si.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
25
Universitas Indonesia
9. Pemberian tugas harian oleh Ibu Dra. Nur Ratih
Purnama, Apt., M.Si. untuk mencari bahan
mengenai topik-topik kefarmasian.
10. Pemberian tugas umum.
11. Perkenalan dan penjelasan mengenai Subdirektorat
Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus, meliputi
pembagian seksi di dalam Subdirektorat tersebut,
kebijakan mengenai perizinan produksi dan
distribusi, dan tugas dari Subdirektorat Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi
Khusus oleh Bapak Drs. Riza Sultoni, Apt., MM
selaku Kepala Subdirektorat Produksi dan
Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Sediaan Farmasi Khusus.
12. Perkenalan dengan Kepala Subdirektorat Produksi
dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional, yaitu Ibu
Dra. Nadira Rahim, Apt., M.Kes. dan Kepala Seksi
Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi Obat dan
Obat Tradisional, yaitu Ibu Ikka Tjahyaningrum,
S.Si., Apt.
Selasa, 8 Januari
2013
1. Penjelasan mengenai Subdirektorat Produksi dan
Distribusi Obat dan Obat Tradisional oleh Ibu Ikka
Tjahyaningrum, S.Si., Apt. Penjelasan yang
diberikan meliputi kebijakan mengenai perizinan
produksi dan distribusi obat dan obat tradisional,
serta tugas dari masing-masing seksi yang ada di
bawah Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat
dan Obat Tradisional.
2. Diskusi mengenai topik-topik kefarmasian bersama
Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si dan
pemberian tugas untuk mencari bahan mengenai
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
26
Universitas Indonesia
topik-topik kefarmasian lainnya.
3. Penjelasan mengenai Subdirektorat Kemandirian
Obat dan Bahan Baku Obat oleh Ibu Dra.
Rostilawati R, Apt. selaku Kepala Seksi Kerjasama
Produksi dan Distribusi. Penjelasan yang diberikan
meliputi pembagian seksi di dalam Subdirektorat
tersebut, serta tugas umum Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dan kendala-kendala yang
masih dihadapi dalam hal kemandirian obat dan
bahan baku obat.
4. Pencarian bahan untuk pembuatan tugas umum.
5. Pembagian tugas khusus dari masing-masing
subdirektorat, yaitu sebagai berikut:
a. Dari Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat
dan Obat Tradisional (dikerjakan oleh 2 orang):
Membuat leaflet tentang pengenalan obat
tradisional, yang terdiri dari jamu, obat herbal
terstandar, dan fitofarmaka.
Membuat booklet tentang bahan kimia obat
dalam jamu.
b. Dari Subdirektorat Produksi Kosmetika dan
Makanan (dikerjakan oleh 2 orang):
Membuat komik mengenai makanan sehat
yang ditujukan untuk anak-anak Sekolah
Dasar.
c. Dari Subdirektorat Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan
Farmasi Khusus (dikerjakan oleh 2 orang):
Membuat laporan mengenai implementasi
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP) di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
27
Universitas Indonesia
Membuat laporan tentang monitoring
penggunaan prekursor di provinsi,
kabupaten/kota, apotek, dan PBF.
d. Dari Subdirektorat Kemandirian Obat dan
Bahan Baku Obat (dikerjakan oleh 2 orang):
Mencari data tentang besar pasar obat di
Indonesia.
Mencari data 10 penggunaan obat tertinggi di
Indonesia dan daftar recognized supplier di
Indonesia.
Mencari data seluruh industri obat dan bahan
baku obat di Indonesia.
6. Mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan
untuk mengerjakan tugas khusus.
Rabu, 9 Januari 2013 1. Diskusi mengenai topik-topik kefarmasian bersama
Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si.
2. Sharing bersama hasil pencarian dari peserta PKPA
mengenai topik-topik kefarmasian yang ditugaskan.
3. Mengerjakan tugas umum.
4. Mencari data dan informasi untuk mengerjakan
tugas umum.
5. Mengerjakan tugas khusus.
Kamis, 10 Januari
2013
1. Mengerjakan tugas umum.
2. Mengerjakan tugas khusus.
3. Mencari data dan informasi untuk mengerjakan
tugas umum.
Jumat, 11 Januari
2013
1. Mengerjakan tugas umum.
2. Mengerjakan tugas khusus.
3. Mencari data dan informasi untuk mengerjakan
tugas khusus.
4. Merevisi tugas umum.
5. Diskusi dan pre-test mengenai antibiotik dan obat
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
28
Universitas Indonesia
generik bersama Bapak Drs. Suhata.
Senin, 14 Januari
2013
1. Mengerjakan tugas khusus.
2. Mencari data untuk mengerjakan tugas khusus.
3. Diskusi dengan pembimbing tugas khusus
mengenai tugas yang sedang dikerjakan.
4. Membantu mengerjakan tugas dari bagian Tata
Usaha.
Selasa, 15 Januari
2013
1. Diskusi bersama Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt.,
M.Si.
2. Mengerjakan tugas khusus.
3. Diskusi terkait pengerjaan tugas khusus bersama
pembimbing tugas khusus.
4. Merevisi tugas umum.
Rabu, 16 Januari
2013
1. Mengerjakan tugas khusus.
2. Merevisi tugas umum.
Kamis, 17 Januari
2013
1. Mengerjakan tugas khusus dan berkonsultasi
dengan pembimbing tugas khusus.
2. Merevisi tugas umum.
Jumat, 18 Januari
2013
1. Mengerjakan tugas khusus dan berkonsultasi
dengan pembimbing tugas khusus.
2. Merevisi tugas umum.
3. Membantu mengerjakan tugas dari bagian Tata
Usaha.
4. Post-test dengan topik mengenai Penggunaan Obat
Rasional (POR).
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
29 Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mencakup empat
subdirektorat, yaitu Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat
Tradisional; Subdirektorat Bina Produksi Kosmetik dan Makanan; Subdirektorat
Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi
Khusus; dan Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat. Program
yang dimiliki direktorat ini diarahkan untuk menciptakan suasana yang kondusif
bagi industri farmasi dan makanan, reformasi dan terobosan di bidang obat, obat
tradisional, kosmetika, dan makanan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
5.1 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan,
bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional (Kementerian Kesehatan
RI, 2010). Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional terdiri
atas:
a. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi; dan
b. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di bidang produksi dan distribusi obat dan
obat tradisional (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penyusunan NSPK bidang
produksi dan distribusi kefarmasian ini dilaksanakan bersama-sama dan dengan
melibatkan secara aktif asosiasi terkait seperti Gabungan Pengusaha Farmasi (GP
Farmasi), para praktisi yang merupakan perwakilan dunia usaha dan industri
farmasi, para pakar dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi farmasi ternama
di Jawa dan di luar Jawa sehingga diharapkan dokumen NSPK tersebut objektif
dan sesuai dengan kebutuhan dunia farmasi di Indonesia serta sesuai dengan
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
30
Universitas Indonesia
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dokumen NSPK yang dimaksud
adalah buku-buku pedoman seperti Farmakope Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia, termasuk suplemen Farmakope Indonesia edisi I-III dan suplemen
Farmakope Herbal Indonesia edisi I-II, Pedoman Pelayanan Perizinan Industri
Farmasi, Pedoman Pelayanan Perizinan Industri Obat Tradisional, Pedoman
Pelayanan Perizinan Pedagang Besar Farmasi, Pedoman Pembinaan Pedagang
Besar Farmasi. Dokumen NSPK yang telah diterbitkan oleh direktorat ini
dimaksudkan untuk menjadi pedoman dan panduan bagi tenaga kesehatan dan
pelaku usaha di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Dokumen NSPK
yang telah diterbitkan oleh Dirjen Binfar Alkes harus disosialisasikan kepada para
pejabat Dinas Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian.
Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis,
pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sarana
produksi dan distribusi obat dan obat tradisional (Kementerian Kesehatan RI,
2010). Seksi ini menangani perizinan mengenai persetujuan prinsip dan izin
industri obat dan obat tradisional, izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan
Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat (PBF-BO). Izin mengenai industri farmasi
diatur dalam Permenkes No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri
Farmasi. Izin mengenai obat tradisional diatur dalam Permenkes No. 006 Tahun
2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Izin mengenai PBF diatur
dalam Permenkes No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar
Farmasi.
Semua pemohon mengajukan permohonan izin satu pintu di unit
pelayanan terpadu. Subdirektorat Produksi Dan Distribusi Obat Dan Obat
Tradisional ini menempati loket satu. Permohonan izin dikenakan PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak) sebesar Rp 1.000.000,00 per izin sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan.
Semua izin yang diberikan oleh Dirjen Binfar Alkes atas dasar
rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Badan POM. Dinas Kesehatan
Provinsi melakukan verifikasi administrasi (lokasi, penanggung jawab, dan
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
31
Universitas Indonesia
sebagainya), sedangkan Badan POM lebih ke arah teknis (CPOB, CPDB, CPOTB,
dan sebagainya). Pemasukan berkas perizinan dapat dilakukan secara paralel ke
Dirjen Binfar Alkes, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Badan POM. Izin industri
obat dan obat tradisional berlaku seterusnya selama industri tersebut masih
memenuhi ketentuan yang berlaku. Akan tetapi, khusus untuk PBF, izinnya
hanya berlaku 5 tahun dan harus diperpanjang.
Selain menangani perizinan, seksi ini juga melakukan bimbingan teknis.
Bimbingan teknis dilakukan secara langsung di lapangan ke sarana PBF (pusat
dan cabang) dan obat tradisional, sedangkan pada sarana industri farmasi belum
dapat dilakukan. Bimbingan teknis yang diberikan berkaitan dengan administrasi
perizinan. Bimbingan teknis ini dilakukan menggunakan anggaran yang
bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Pengajuan permohonan izin sebaiknya dilakukan oleh pemilik atau
penanggung jawab industri langsung sebagai orang yang paling memahami
industri yang ingin dijalankan meskipun boleh diwakilkan. Berkas yang masuk
akan diperiksa terlebih dahulu di loket satu oleh petugas loket untuk melihat
kelengkapan berkas tersebut. Jika berkas dinyatakan lengkap, pemohon akan
dipersilahkan untuk membayar biaya pendaftaran melalui bank. Jika berkas belum
lengkap, berkas akan dikembalikan dan pemohon diminta untuk melengkapi
berkas tersebut terlebih dahulu.
Berkas permohonan izin diselesaikan sesuai dengan urutan berkas masuk.
Selama proses permohonan izin, Subdirektorat Obat Dan Obat Tradisional akan
memberikan contact person agar pemohon dapat menanyakan sejauh mana proses
telah berlangsung dan pemohon memperoleh penjelasan dari petugas apablia
terjadi keterlambatan dalam penerbitan izin.
Program kerja pada tahun 2013 yang rencananya akan dilaksanakan antara
lain:
a. pelaksanaan survei kapasitas produksi industri farmasi
Pelaksanaan survei kapasitas produksi industri farmasi dilakukan agar industri
farmasi dapat memaksimalkan kapasitas produksi industri farmasi sebagai
persiapan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
b. pengadaan konsultasi bidang produksi distribusi kefarmasian
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
32
Universitas Indonesia
Pengadaan konsultasi bidang produksi distribusi kefarmasian dilakukan agar
pihak Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota mengetahui mengenai CPOB, CPOTB, CPDB, dan
sebagainya. Konsultan berasal dari pihak ketiga yang independen.
c. pembuatan modul kurikulum.
Program pembuatan modul kurikulum dilakukan untuk unit kerja di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang akan melakukan pelatihan.
Kendala yang dihadapi dalam subdirektorat ini adalah kurangnya jumlah
sumber daya manusia (SDM). SDM yang ada tidak sebanding dengan jumlah
berkas yang masuk sehingga terkadang mengakibatkan keterlambatan dalam
persetujuan perizinan yang diajukan pemohon. Dalam satu hari berkas yang
masuk sekitar 5-10 berkas. Sistem pendaftaran yang dilakukan masih manual,
namun rencananya tahun depan akan diterapkan online system yaitu melalui
program E-Licensing.
5.2 Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis,
pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi
kosmetika dan makanan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Subdirektorat
Produksi Kosmetika dan Makanan terdiri atas:
a. Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan; dan
b. Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika.
Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika Dan Makanan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi kosmetika dan makanan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penyusunan NSPK yang telah dilaksanakan
lintas sektor, lintas program, dan asosiasi terkait kosmetika dan makanan.
Dokumen NSPK yang dimaksud antara lain penyusunan buku Kodeks Kosmetika
Indonesia edisi II vol 3, pedoman pembinaan terpadu makanan jajanan anak
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
33
Universitas Indonesia
sekolah, modul pelatihan penyuluh keamanan pangan, modul pelatihan pengawas
keamanan pangan.
Setelah menyusun dokumen NSPK tersebut, maka dilakukan sosialisasi
kepada para pejabat Dinas Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab di bidang
kefarmasian. Pentingnya dibuat NSPK tentang makanan adalah menjaga
kesehatan dan menjaga perdagangan yang fair. Sifat NSPK ini adalah voluntary
(sukarela), artinya boleh dianut boleh juga tidak.
Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sarana produksi
kosmetika (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penerbitan izin di bidang produksi
kosmetika dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika.
Izin produksi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi ketentuan yang berlaku. Izin produksi kosmetika dibedakan
atas dua golongan, yaitu:
a. Golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat membuat
semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika.
b. Golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat membuat
bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan menggunakan teknologi
sederhana.
Izin produksi industri kosmetika Golongan A diberikan dengan
persyaratan:
1. memiliki apoteker sebagai penanggung jawab;
2. memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat;
3. memiliki fasilitas laboratorium;
4. wajib menerapkan Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB).
Izin produksi industri kosmetika Golongan B diberikan dengan
persyaratan:
1. memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai penanggung
jawab;
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
34
Universitas Indonesia
2. memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai produk yang
akan dibuat;
3. mampu menerapkan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai CPKB.
Sistem pendaftaran yang dilakukan masih manual, namun rencananya
tahun depan akan diterapkan online system. Selain itu, seksi ini juga melakukan
bimibingan teknis. Bimibingan teknis ini langsung diberikan kepada industri
kosmetika dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP).
5.3 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika,
prekursor, dan sediaan farmasi khusus (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Sediaan Farmasi Khusus terdiri atas:
a. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; dan
b. Seksi Sediaan Farmasi Khusus.
Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan
teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan
distribusi narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi (Kementerian Kesehatan
RI, 2010). Seksi ini memiliki kewajiban untuk melaporkan laporan triwulan,
semester, dan tahunan serta rencana kebutuhan total secara nasional ke badan
narkotika dunia atau The International Narcotics Control Board (INCB). Data
untuk rencana kebutuhan didapat dari hasil rekap data Litbang, BNN, BPOM,
perusahaan, perguruan tinggi.
Program yang dijalankan oleh Seksi Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi pada tahun 2012 antara lain:
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
35
Universitas Indonesia
a. regulasi untuk perizinan Importir Terdaftar (IT), Importir Produsen (IP), Surat
Persetujuan Import (SPI) narkotika, psikotropika, dan prekursor. Narkotika
hanya boleh diimpor oleh PT. Kimia Farma, begitu pula dengan distribusinya
yang harus mendapatkan izin importir narkotik. Importir terdaftar adalah
importir atau PBF yang menyediakan produk untuk end user (industri) yang
dapat berjumlah lebih dari satu industri. IT hanya boleh mengimpor atas
permintaan industri dan tidak boleh menyimpan produk psikotropika untuk
importir tersebut. Importir Produsen (IP) merupakan importir yang
menggunakan produk yang diimpor untuk kebutuhan produksi industri tersebut
dan tidak boleh menjual produk tersebut. Seluruh perizinan saat ini sudah
menggunakan sistem online yang terintegrasi secara nasional (national single
window). Jika ingin melakukan pemesanan, PBF membuat permohonan ke
Kementerian Kesehatan kemudian setelah disetujui akan didapatkan surat
persetujuan impor. SPI hanya berlaku untuk satu kali impor, satu produk, dan
satu industri;
b. regulasi untuk perizinan Eksportir Terdaftar (ET), Eksportir Produsen (EP),
Surat Persetujuan Eksport (SPE) narkotika, psikotropika, dan prekursor;
c. koordinasi dengan badan terkait, yaitu Badan Pengawasan Obat Dan Makanan
(BPOM) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam regulasi dan
penanganan narkotika, psikotropika, dan prekursor;
d. pembinaan industri terkait penggunaan prekursor. Sebelum pembinaan
dibutuhkan penyusunan kebijakan sebagai alat untuk melakukan pembinaan;
e. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang berupa sistem
secara online dengan menginput username dan password. Sistem yang telah
disosialisasikan adalah sistem 2008.
Sedangkan program yang akan dilaksanakan di tahun 2013 antara lain:
a. sosialisasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dengan
perangkat lunak yang diperbaharui di tahun 2012. Sosialisasi awal telah
dilakukan ke 15 provinsi di Indonesia;
b. revisi permenkes tentang prekursor farmasi;
c. pembuatan permenkes-permenkes sebagai tindak lanjut dari pasal-pasal dalam
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
36
Universitas Indonesia
Kendala yang dialami seksi ini adalah kekurangan sumber daya manusia
sehingga kurang seimbang dengan deskripsi tugas yang ada; serta kurangnya
pemahaman petugas SIPNAP yang pelaporannya membutuhkan ketepatan dan
kesesuaian isi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Seksi Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang sediaan farmasi khusus dan makanan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Sediaan farmasi khusus merupakan sediaan
farmasi yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, tetapi tidak tersedia di pasar
Indonesia dan tidak memiliki izin edar produk. Kriteria obat khusus, yaitu obat
piatu yang merupakan obat yang sangat dibutuhkan untuk pengobatan penyakit
langka (diderita oleh kurang dari 200.000 penderita di seluruh Indonesia) dan
telah dibuktikan keamanan dan efektivitasnya; dan obat yang sangat dibutuhkan,
namun tidak mempunyai nilai komersial, meskipun diderita oleh lebih dari
200.000 penderita di seluruh Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2002). Seksi
Sediaan Farmasi Khusus membantu masuknya obat-obatan tersebut dengan
mekanisme Special Access Scheme (SAS).
Latar belakang regulasi sediaan farmasi khusus tersebut adalah pasar
Indonesia bukan merupakan pasar perdagangan bebas; untuk melindungi
masyarakat dari uji coba negara asing, persyaratan minimal terdapat nomor
registrasi produk di negaranya; serta untuk melindungi produk dan dunia usaha
dalam negeri Indonesia.
5.4 Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan
bahan baku obat (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kemandirian obat dan bahan
baku obat serta ketersediaan obat menjadi salah satu indikator pembangunan
negara. Kemandirian obat dan bahan baku obat berarti negara dapat memproduksi
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
37
Universitas Indonesia
obat dan bahan baku obat sendiri secara mandiri. Kemandirian obat dan bahan
baku obat. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat terdiri atas:
a. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat; dan
b. Seksi Kerjasama.
Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Seksi Kerjasama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi, pelaksanaan kerjasama lintas program
dan lintas sektor, pengendalian serta evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan kerjasama di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Program Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat yang
telah, sedang, dan yang akan dilaksanakan antara lain:
a. pengembangan bahan obat dan obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri;
b. networking dengan stake holder terkait, meliputi bidang akademis, bisnis, dan
pemerintahan. salah satu program yang telah terlaksana adalah kelompok kerja
(POKJA);
c. memfasilitasi penelitian bahan baku obat dan obat tradisional dengan lembaga
penelitian, lembaga pendidikan, dan industri;
d. membuat roadmap pengembangan bahan baku obat dan obat tradisional;
e. membangun pusat pengolahan pasca-panen tanaman tradisional dan pada tahun
2013 akan dibangun laboratorium mikrobiologi;
f. membangun pusat ekstrak daerah;
g. mengumpulkan data mengenai jumlah obat yang digunakan di indonesia
dengan meminta laporan dari PBF, telah dimulai tahun 2012;
h. analisis kondisi industri farmasi.
Kendala dalam terwujudnya pelaksanaan tugas Subdirektorat Kemandirian
Obat dan Bahan Baku Obat antara lain sinergisme yang belum berjalan optimal
antara bidang akademis, bisnis, dan pemerintahan; teknologi yang kurang
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
38
Universitas Indonesia
memadai; bahan baku impor yang mudah didapatkan dan masuk ke Indonesia;
bahan yang meskipun kuantitasnya mencukupi, tetapi kualitasnya di bawah
standar.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
39 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Setelah Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian memiliki tugas untuk
menyusun, melakukan sosialisasi, memantau, dan mengevaluasi regulasi bagi
produsen dan distributor; melakukan pembinaan kepada produsen, distributor,
maupun masyarakat agar mampu memenuhi standar yang ditentukan dan
memiliki daya saing; dan mengembangkan kemandirian produksi obat dan
bahan baku obat dalam negeri.
2. Peran apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
melakukan tugas dan fungsi direktorat, khususnya tugas dan fungsi
subdirektorat sesuai dengan kompetensi apoteker untuk menjalankan tugas
kefarmasian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.
6.2 Saran
1. Mempercepat sosialisasi program-program Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian kepada masyarakat di seluruh Indonesia, misalnya
dalam hal regulasi perizinan industri obat dan obat tradisional, pedagang besar
farmasi; standar-standar seperti Farmakope Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia, Kodeks Kosmetik Indonesia, dan Kodeks Makanan Indonesia.
2. Perekrutan sumber daya manusia dengan jumlah yang sesuai dengan beban
kerja sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan optimal, menyeluruh, dan
tepat waktu.
3. Pelatihan bagi sumber daya manusia sehingga dapat selalu meningkatkan
kemampuan dan keterampilan.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
40 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1379.A/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Pengelolaan dan Penggunaan Obat, Alat Kesehatan, dan Makanan
Khusus. Jakarta.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2011). Rencana Aksi
Program Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2011-
2014. Jakarta.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2012). Laporan Tahunan
2011 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Izin Produksi Kosmetika. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010
tentang Industri Farmasi. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Nilai-nilai Kementerian
Kesehatan. Pejabat Pengelola Informasi & Dokumentasi. 10 Januari 2013.
http://www.ppid.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=artic
le&id=51&Itemid=60
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011
Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Rencana Aksi Program
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2011 – 2014.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri
dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
41
Universitas Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Visi dan Misi. 10 januari
2013. http://depkes.go.id/index.php/profil/visimisi.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Direktorat Jenderal
Bina farmasi dan Alat Kesehatan Tahun 2010. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis Dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan. Jakarta.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
Lampiran 1. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
42
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
DIREKTUR
BINA OBAT PUBLIK & PERBEKALAN KESEHATAN
DIREKTUR
BINA PELAYANAN KEFARMASIAN
DIREKTUR
BINA PRODUKSI & DISTRIBUSI ALAT
KESEHATAN
DIREKTUR
BINA PRODUKSI & DISTRIBUSI
KEFARMASIAN
SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
43
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
Lampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
44
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PROFIL INDUSTRI FARMASI DAN BAHAN BAKU OBAT DI
INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
EVENNIA, S.Farm.
1206313066
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
2.1 Industri Farmasi di Indonesia ................................................................. 3
2.2 Pangsa Pasar Farmasi Indonesia ............................................................. 15
2.3 Industri Bahan Baku Obat di Indonesia ................................................. 17
3. METODE PENGKAJIAN .......................................................................... 19
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ............................................................... 19
3.2 Metode Pengkajian ................................................................................. 19
4. PEMBAHASAN ........................................................................................... 20
5. KESIMPULAN ............................................................................................ 23
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23
DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 24
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
iii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Daftar industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan
kepemilikan ...................................................................................... 3
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
iv Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan
provinsi ........................................................................................ 15
Gambar 2.2. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan
kepemilikan ................................................................................. 15
Gambar 2.3. Pangsa pasar farmasi Indonesia tahun 2010 .................................. 16
Gambar 2.4. Pangsa pasar farmasi di segmen obat resep tahun 2010 ................ 16
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar farmasi nasional pada 2013 diperkirakan tumbuh 12% hingga 14%
menjadi 48 triliun Rupiah hingga 49 triliun Rupiah dibandingkan proyeksi tahun
2012 sebesar 43 triliun Rupiah. Proyeksi peningkatan pasar tersebut mendorong
ekspansi produsen farmasi sejak tahun 2012. Pertumbuhan pasar farmasi pada
tahun 2013 seiring kebutuhan obat-obatan dari masyarakat yang terus meningkat
(Saksono, 2012).
Populasi penduduk yang besar, semakin tingginya kesadaran masyarakat
akan kesehatan, perekonomian masyarakat yang semakin baik, dan dukungan
program pemerintah di bidang kesehatan menjadi basis tumbuhnya industri
farmasi tanah air (PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011). Indonesia termasuk
negara dengan pertumbuhan industri farmasi yang sangat tinggi di dunia dengan
pertumbuhan rata-rata 14% hingga 16% per tahun. Bersama dengan China, India,
Thailand, Vietnam dan Brazil juga tergolong negara “pharmerging markets”
karena memiliki pertumbuhan yang mencapai dua digit. Untuk kawasan Asia
Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai 650 juta jiwa, Indonesia memiliki
pangsa pasar terbesar yaitu 37% atau jika digabung dengan Thailand dan Filipina
menguasai pasar industri farmasi di kawasan ini sebesar 80% (PT. Central Data
Mediatama Indonesia, 2012).
Sebanyak 90% kebutuhan obat nasional telah dipenuhi industri farmasi di
dalam negeri, namun 95% bahan baku obat yang digunakan masih diimpor. Impor
bahan baku obat rentan terhadap perubahan harga, kualitas, dan kesinambungan
pasokan, padahal obat merupakan komoditas berfungsi sosial dan menentukan
hidup orang banyak. Indonesia saat ini mengimpor bahan baku obat terbanyak
dari China, India, dan kawasan Eropa. China masih menjadi negara sumber
pemasok terbesar kebutuhan bahan baku obat Indonesia, yakni sekitar 6,84 triliun
Rupiah (60%), India di posisi kedua dengan nilai 3,42 triliun Rupiah (30%), dan
Eropa dengan nilai 1,4 triliun Rupiah (10%) (Anna, 2012; Candra, 2012;
PDPERSI, 2012).
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
2
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1. Mengkaji industri farmasi yang ada di Indonesia
2. Mengkaji pangsa pasar farmasi Indonesia
3. Mengkaji industri bahan baku obat yang ada Indonesia
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi di Indonesia
Industri farmasi di Indonesia dapat dibagi, antara lain berdasarkan provinsi
yang ada di Indonesia maupun berdasarkan kepemilikannya. Daftar industri
farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan kepemilikan dapat dilihat pada
Tabel 2.1. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan
kepemilikan disajikan dalam Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.
Tabel 2.1. Daftar industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi dan
kepemilikan
Provinsi Sumatera Utara
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. BINA FARMA PMDN Jl. Kasuari II/2 (Perumnas II) Medan
20226
PT. DEWI TUNJONG PMDN Jl. Komodor Yos Sudarso Km 7,2
Medan 20241
PT. INFAR ARISPHARMA PMDN Jl. Tojal 1 Kompleks Industri dan
Pergudangan Mabar Hilir, Medan
Deli, Medan
PT. KIMIA FARMA Plant
Medan
BUMN Jl. Sisingamangaraja Km 9 No.59
Medan 20148
PT. MULIA FARMA SUCI PMDN Jl. Sambas No.46 Medan 20213
PT. MUTIFA
Pharmaceutical Laboratories
PMDN Jl. Raya Medan – Namurambe Km
8,5 No.68 Pasar V Kec. Deli Tua,
Kab. Deli Serdang 20355, Medan
PT. PHEPARIN RIA PMDN Tapian Nauli, Sunggal, Medan Jl.
Adam Malik No.68, Medan 20113
PT. SINABUNG Pharm. Ind. PMDN Jl. Komodor Laut Yos Sudarso Km
6,8 Medan
PT. SINAR MANJUR PMDN Jl. Raya Medan 191 Tanjung
Morawa Km 13 Gg. Mardisan,
Tanjung Morawa, Medan
PT. UNIVERSAL
Pharmaceutical Industries
PMDN Jl. Yos Sudarso 347 BB – Km 8
Tanjung Mulia, Medan 20241
PT. VARIA SEKATA
Pharmaceutical Laboratories
PMDN Jl. Letjen Jamin Ginting Km 19,5
Pancur Batu Deli Serdang 20353
PT. YANTHI INDUSTRI
FARMASI
PMDN Jl. Asia Dalam No.15 K, Medan
20214
Provinsi Sumatera Barat
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. NUSANTARA BETA
FARMA
PMDN Jl. Raya Padang – Bukit Tinggi Km
25 Kab. Padang Pariaman, Padang
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
4
Universitas Indonesia
25121
PT. USAHA BROS UTAMA PMDN Jl. Perintis Kemerdekaan No.35 Kel.
Aurtanjunkang Tengah Sawah
Guguk Panjang, Bukit Tinggi 26111
Provinsi Jambi
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. NEW ASIAPHARM PMDN Jl. Makalam No.10 A RT 17/07 Kel.
Cempaka Putih Kec. Jelutung Jambi
36134
Provinsi Sumatera Selatan
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. DEXA MEDICA PMDN Jl. Letjen Bambang Utoyo No.138,
Palembang 30114
PT. KINOL PMDN Jl. Lebak Murni No.1062-1063 RT
21 RW 09 Kel. Sako Kantan,
Palembang 30163
PT. SOYOSAN Pharm. Ind. PMDN Jl. Mayor Santoso (Kamuning)
No.2065, Palembang 30129
Provinsi Banten
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. APEX PHARMA
INDONESIA
PMDN Jl. Raya Serang Km 12, Desa
Bunder, Cikupa, Tangerang 15170
PT. ARTHOIS
PHARMACEUTICAL
PMDN Jl. Siliwangi 1 Desa Keroncong Kec.
Jatiuwung Km Tangerang
PT. BIMA MITRA FARMA PMDN Jl. Raya Pasar Kemis, Desa
Keroncong, RT 003/04 Kec.
Jatiuwung, Tangerang 15134
PT. BINTANG KUPU-
KUPU
PMDN Jl. Gatot Subroto Km 5,5 RT 2/8b
Desa Keroncong Jatiuwung,
Tangerang 15134
PT. CORSA INDUSTRIES
LTD
PMDN Jl. Raya Serang Km 7,5 Jatake,
Tangerang 15136
PT. DAHLIA COSMETIC
INDONESIA
PMDN Desa Gandaria Kec. Jatiuwung,
Banten
PT. EAGLE INDO
Pharmaceutical Laboratories
PMDN Jl. Raya Siliwangi No.1 Desa Alam
Jaya Kecamatan Jatiuwung,
Tangerang 15133
PT. GANESHA MULIA
PRATAMA
PMDN Jl. Gatot Subroto Km 6 Jatake,
Tangerang 15134
PT. GUARDIAN
PHARMATAMA
PMDN Kawasan Industri Manis, Jl. Gatot
Subroto Km 8,5, Tangerang 15136
PT. IMEDCO DJAJA PMDN Jl. Raya Serang Km 25 No.8 Balaraja
15610
PT. LAPI LABORATORIES PMDN Jl. Raya Serang Industri Kav.18
Modern Cikande Estate, Serang,
Banten 42816
PT. MEDIKON PRIMA
LABORATORIES
PMDN Jl. Raya Serang Km 12, Desa
Sukadamai, Kec. Cikupa, Tangerang
15170
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
PT. MOLEX AYUS PMDN Jl. Raya Serang Km 11,5 Desa
Bunder Cikupa, Tangerang 15170
PT. MUDITA KARUNA PMDN Jl. Gatot Subroto Km 5,5 Kp Ledug
Desa Keroncong Jatiuwung,
Tangerang 15134
PT. NEW TOMBAK
FARMA
PMDN Jl. Raya Serang Km 16,8 RT 02/02
Talaga Cihideung Cikupa, Tangerang
15170
PT. ORYZA FARMA
INDONESIA
PMDN Jl. Industri III Kav.7 Kawasan
Industri Modern, Cikande, Serang
42816
PT. PRATAPA NIRMALA /
FAHRENHEIT
PMDN Jl. Industri VI Desa Pasirjaya Kec.
Jatiuwung, Tangerang 15135
PT. PRIMA MEDIKA
LABORATORIES
PMDN Jl. Raya Serang, Desa Kadu Jaya RT
017 RW 04 Kec. Curug, Kab.
Tangerang, Banten
PT. SAMCO FARMA PMDN Jl. Gatot Subroto No.27 Km 1,2,
Tangerang 15138
PT. SUNTHI SEPURI
Pharmaceutical
Manufacturing
PMDN Jl. Raya Serang Km 17 Cikupa,
Tangerang 15170
PT. YAHI UTAMA PMDN Jl. Raya Serang Km 12, Desa Bitung
Jaya, Kec. Cikupa, Tangerang
PT. YANTHI UTAMA PMDN Kawasan Industri Pasar Kemis Jl.
Putra Utama Raya Kav.C No.3 Pasir
Awi Pasar Kemis, Tangerang 15560
PT. YARINDO
FARMATAMA
PMDN Jl. Modern Industri IV Kav.29
Modern Cikande, Serang 42816
Provinsi DKI Jakarta
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. ACTAVIS INDONESIA PMA Jl. Raya Jakarta Bogor Km 28,
Jakarta Timur 13710
PT. ASTELLAS Pharma
Indonesia
PMA 11th Floor, Kyoei Prince Building Jl.
Jendral Sudirman Kav.3, Jakarta
10220
PT. BAYER INDONESIA PMA Jl. Raya Jakarta Bogor Km 38
Cibubur, Jakarta Timur
PT. BINTANG TOEDJOE PMDN Jl. Rawa Sumur Barat II/K-9
Kawasan Industri Pulo Gadung,
Jakarta Timur
PT. BISON PMDN Jl. Raya Kapuk Kamal No.67 Kel.
Kapuk Muara Kec. Penjaringan,
Jakarta Utara
PT. BROMO Pharmaceutical
Industries
PMDN Jl. Kartini VIII/5 Jakarta 10750
PT. DANKOS FARMA PMDN Jl. Rawa Gatel Blok III S/37-38
Kawasan Industri Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13930
PT. DUA LIMA FARMA PMDN Jl. Tomang Rawa Kepa Raya 23,
Jakarta Barat
PT. DUA MENARA PMDN Jl. Pangeran Tubagus Angke 196 RT
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
11/6, Jakarta Barat 11280
ELI LILLY INDONESIA PMA Gedung Summitmas II Lt.5 EL
JI. Jenderal Sudirman Kav.61-62,
Jakarta Selatan
PT. ETHICA PMDN Jl. Raya Pulo Gadung No.6 Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta 13920
PT. FINUSOL PRIMA
FARMA INTI
PMDN Jl. Rawa Gelam V Kav.OR 39 Sapta
Mulia Center Lt.4 Pulo Gadung,
Jakarta Timur
PT. GANDHA PMDN Jl. Pulo Kambing Kav.II-1/No.5
Kawasan Industri Pulo Gadung,
Jakarta Timur
PT. GLAXO SMITHKLINE PMA Jl. Pulo Buaran Raya Kav.III DD/2-
3-4 Kawasan Industri Pulo Gadung,
Jakarta 13930
PT. HARSEN
LABORATORIES
PMDN Jl. Raya Jakarta Bogor Km 24,6
Cijantung, Jakarta Timur
PT. IKAPHARMINDO
PUTRAMAS
PMDN Jl. Raya Pulo Gadung 29 Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta 13920
PT. IKONG Pharmaceutical
Industries
PMDN Jl. Petak Asam Gg.Semut No.50,
Jakarta Barat
PT. INDONESIAN
PHARMACEUTICAL
INDUSTRIES (IPI)
PMDN Jl. Industri No.7 Jakarta 10720
PT. INTERNATIONAL
CHEMICAL IND. CO. LTD
PMDN Jl. Daan Mogot Km 11 RT 06/03
Kel. Kedaung Kali Angke, Kec.
Cengkareng, Jakarta Barat 11710
PT. INTRA ARIES PMDN Jl. Krekot Bunder IV/34F Kel. Pasar
Baru Kec. Sawah Baru, Jakarta Pusat
10710
PT. JANSSEN-CILAG
INDONESIA
PMA Wisma Mampang Lt.3 Jl. Mampang
Prapatan Raya No.1, Jakarta Selatan
PT. KIMIA FARMA BUMN Unit Produksi Formulasi Pulo
Gadung, Jl. Rawagelam V No.1
Kawasan Industri Pulo Gadung,
Jakarta Timur 13930
PT. LAUREL INDUSTRI
FARMASI
PMDN Jl. Raya Jakarta Bogor Km 26,
Jakarta Timur
PT. MAHAKAM BETA
FARMA
PMDN Jl. Pulo Kambing II/20, Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta 13930
PT. MECOSIN INDONESIA PMDN Jl. Palmerah Utara 14A, Jakarta
11480
PT. MEDISTA KARYA
FARMA
PMDN Jl. Kakap No.26 Kel. Penjaringan,
Jakarta Utara
PT. MEGA ESA FARMA
Pharmaceutical Industries
PMDN Jl. Kapuk Kamal No.66, Jakarta
Barat 14470
PT. MERCK INDONESIA PMA Jl. T.B.Simatupang No.8 Pasar
Rebo, Jakarta 13760
PT. MERCK SHARP &
DOHME INDONESIA
PMA Wisma BNI 46 Lt.27 Jl. Jend.
Sudirman Kav.1, Jakarta 10220
PT. MESTIKA FARMA PMDN Jl. Kebayoran Lama 557, Jakarta
12220
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
7
Universitas Indonesia
PT. NELLCO
INDOPHARMA
PMDN Jl. Raya Ciracas No.1 Pasar Rebo,
Jakarta 13740
PT. NICHOLAS
Laboratories Industries
PMDN Jl. Raya Pulo Gadung Blok FF 12A
Kawasan Industri Pulo Gadung,
Jakarta 10001
PT. NOVA CHEMIE
UTAMA
PMDN Jl. Suci Km 24, Cijantung, Jakarta
Selatan
PT. NOVO NORDISK
INDONESIA
PMA Perkantoran Hijau Arkadia Tower B
Penthouse Floor Jl. T.B.Simatupang
Kav.88, Jakarta 10520
PT. PEMBANGUNAN
ROCELLA Laboratories
PMDN Jl. Raya Jakarta Bogor Km 20
No.113, Jakarta 13510
PT. PFIZER INDONESIA PMA Jl. Raya Bogor Km 28, Jakarta 13710
PT. PHAROS INDONESIA PMDN Jl. Limo 40 Permata Hijau, Senayan,
Jakarta 12220
PT. PHYTO KEMO
AGUNG FARMA
PMDN Jl. Masjid No.90 Susukan Pasar
Rebo, Jakarta Timur 13750
PT. PROCTER & GAMBLE
INDONESIA
PMDN Jl. Raya Bekasi Km 25 Ujung
Menteng Cakung, Jakarta 13960
PT. SAMIE SAHARI PMDN Jl. Gg.Berdikari I No.9 Kapuk
Kamal, Jakarta Barat
PT. SANOFI-AVENTIS PMA Jl. Jenderal A.Yani Pulomas, Jakarta
13210
SANOFI PASTEUR (DIVISI
PT. AVENTIS PHARMA)
PMA Jl. Jenderal A.Yani Pulomas, Jakarta
13210
PT. SCHERING
INDONESIA
PMA Jl. T.B.Simatupang, Pasar Rebo,
Jakarta 13760
PT. SELAMAT SISWANTO PMDN Jl. Telok Gong Raya 89 No.61,
Jakarta
PT. SERVIER INDONESIA PMA Menara Kadin Indonesia Lt.18 Jl.
H.R.Rasuna Said Blok X-5 Kav.2-3,
Jakarta 12950
PT. SYDNA INDONESIA PMDN Jl. RC Veteran Bintaro Kebayoran
Lama, Jakarta 12330
PT. SOHO INDUSTRI
FARMASI
PMDN Jl. Raya Pulo Gadung 6 Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta 13920
PT. SOLVAY PHARMA
INDONESIA
PMA Wisma 46 Kota BNI 12thF1/suite
1201, Jl. Jend.Sudirman, Jakarta
10220
PT. TEMPO SCAN
PASIFIC
PMDN Jl. Letjen Haryono MT No.7, Jakarta
13630
PT. TRANSFARMA
MEDICA INDAH
PMA Wisma Pondok Indah 1, Lt.1 Unit
103, Jl. Sultan Iskandar Muda Blok
V – TA, Jakarta Selatan 12310
PT. TRIYASA NAGAMAS
FARMA
PMDN Jl. Raya Udang No.75 Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta 13920
PT. TUNGGAL IDAMAN
ABDI Pharmaceutical
Enterprises
PMDN Jl. Jendral A.Yani No.7, Jakarta
13230
PT. WYETH INDONESIA PMA Gedung Graha Paramita Lt.12 Jl.
Denpasar Raya Blok D2 Kuningan,
Jakarta 12940
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
8
Universitas Indonesia
Provinsi Jawa Barat
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. ABBOTT INDONESIA PMA Jl. Raya Jakarta Bogor Km 30
Cimanggis, Depok
PT. AFIAT Pharmaceutical
Industries
PMDN Jl. Leuwigajah No.110 Cimindi,
Cimahi 40522
PT. ALFA PRIMA
PRATAMA
PMDN Jl. Raya Bogor-Sukabumi Km 18
Desa Muncang Caringin, Bogor
16720
PT. ARMOXINDO FARMA PMDN Jl. Farmasi No.1 Sukanagalih, Pacet,
Cianjur 43253
PT. ASTRAZENECA
INDONESIA
PMA Techno Park Blok B1A-B1B
Jababeka Industrial Park Cikarang,
Bekasi
PT. BAYER INDONESIA PMA Jl. Raya Bogor Km 32, Cisalak,
Sukmajaya, Depok 16416
PT. BIOFARMA BUMN Jl. Pasteur 28, Bandung 40016
PT. BIOLIFE MEDILAB PMDN Jl. Pekopen Kobra No.8 Tambun,
Bekasi
PT. BOEHRINGER
INGELHEIM INDONESIA
PMA Jl. Lawang Gintung No.89, Bogor
16133
PT. BRISTOL-MYERS
SQUIBB INDONESIA
PMA Jl. Raya Bogor Km 38 Cilangkap,
Bogor
PT. CATUR DAKWAH
CRANE FARMASI
PMDN Jl. Olympic Raya Blok A4-A
Kawasan Industri Sentul Babakan
Madang, Bogor 16810
PT. CENDO PRATAMA PMDN Jl. Moch.Toha Km 6,7, Cisirung,
Palasari
PT. CHANDRA
NUSANTARA
PMDN Jl. Terusan Kiaracondong No.440,
Bandung
PT. COMBIPHAR PMDN Jl. Raya Simpang 383 Padalarang
40553
PT. DARYA VARIA
LABORATORIES
PMDN Jl. Mercedes No.105, Desa Cicadas
Gunung Putri, Bogor
PT. DAXEN INDONESIA PMDN Jl. Pancasila IV Gunung Putri, Bogor
PT. DELTA MULIA
CHEMICAL INDUSTRIES
PMDN Jl. Leuwigajah No.89A Kel. Cigugur,
Cimahi 40522
PT. DEXA MEDICA PMDN Jl. Industri Selatan V Blok PP No.7
Jababeka Cikarang, Bekasi
PT. DUNIA SEHAT PMDN Jl. Rawakalong Desa Setia Mekar
Tambun, Bekasi
PT. EISAI INDONESIA PMA Desa Karangasem Barat, Citeureup,
Bogor
PT. ERRITA Pharmaceutical
Industries
PMDN Desa Bojongsalam RT 04 RW 07
Kec. Rancaekek Kab. Bandung
40395
PT. FARATU PMDN Jl. Raya Narogong Km 13,5, Bekasi
PT. FERRON PAR
Pharmaceuticals
PMDN Jababeka Industrial Estate I Jl.
Jababeka VI Blok J3 Cikarang,
Bekasi
PT. GALENIUM PHAR PMDN Jl. Raya Bogor Km 51,5
Kedunghalang, Bogor
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
PT. GEMA MUTIARA
PRIMA INDAH
PMDN Jl. Mercedes Benz Km 0,5 Desa
Tlanjung Udik Gunung Putri, Bogor
PT. GLAXO SMITHKLINE
BEECHAM
PMA Jl. Raya Bogor Km 35, Cimanggis,
Sukmajaya, Depok 16415
PT. GRACIA PHARMINDO PMDN Kawasan Industri Dwipapuri Blok
M-30 Jl. Raya Rancaekek Km 24,5
Bandung 45364
PT. HEXPHARM JAYA PMDN Jl. Gadog 1, Cipanas, Sindanglaya
43253
PT. HOLI
PHARMACEUTICAL
INDUSTRIES
PMDN Jl. Leuwigajah No.100 Cimindi,
Cimahi 40522
PT. INDOFARMA BUMN Jl. Indofarma No.1 Cikarang Barat,
Bekasi 17520
PT. IPHA LABORATORIES PMDN Jl. Raya Batujajar Desa
Laksanamekar, Padalarang, Bandung
40553
PT. KALBE FARMA PMDN Kawasan Industri Delta Silicon, Jl.
M.H.Thamrin Blok A3-1 Lippo
Cikarang, Bekasi 17550
PT. KIMIA FARMA BUMN Jl. Cicendo No.43, Bandung 40173
LAFI – Ditkesad PMDN Jl. Gudang Utara No.25-26, Bandung
40113
PT. LANDSON PERTIWI
AGUNG
PMDN Jl. DDN Sukadanau Cikarang Barat,
Bekasi 17843
PT. LUCAS JAYA PMDN Jl. Belitung No.7, Bandung
PT. MARIN LIZA FARMA PMDN Terusan Kiaracondong No.43,
Bandung 40115
PT. MECCAYA PMDN Jl. Raya Hasanuddin Km 39 Tambun,
Bekasi
PT. MEDIFARMA
LABORATORIES
PMDN Jl. Raya Bogor Km 33 Cimanggis,
Bogor
PT. MEDION PMDN Jl. Babakan Ciparay No.282,
Bandung 40223
PT. MEDITRIKA AGUNG
INDONESIA
PMDN Jl. Cihideung Balong No.32,
Tasikmalaya
PT. MEPROFARM PMDN Jl. Sukarno Hatta 789, Bandung
40294
PT. MERSIFARMA
TIRMAKU MERCUSANA
PMDN Jl. Raya Pelabuhan Km 18 Cikembar,
Sukabumi
PT. MINOROCK MANDIRI PMDN Kampung Palsigunung Kelapa Dua
69, Cimanggis, Depok 16951
PT. MUGI
LABORATORIES
PMDN Jl. Akasia II Blok A9-5 Delta Silicon
Industrial Park Lippo Cikarang,
Bekasi 17550
PT. NOVARTIS
BIOCHEMIE
PMA Jl. Pahlawan 25 Desa Karang Asem
Timur, Citeureup, Bogor
PT. NOVELL PMDN Jl. Wanaherang Desa Tlanjung Udik,
Gunung Putri, Bogor
PT. ORANG TUA FARMA PMDN Jl. Kruing Dua Blok L9 No.1 delta
Silicon Industrial Park Lippo
Cikarang, Bekasi 17550
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
PT. OTTO
PHARMACEUTICAL
INDUSTRIES Ltd.
PMDN Jl. Dr.Setiabudhi Km 12,1, Bandung
40391
PT. PALVINDRA PMDN Jl. Wangsareja No.3, Bandung 40261
PT. PERDANA SAKTI
INDONESIA
PMDN Jl. Raya Hanjawar Pacet Km 14
Pacet, Cianjur 43253
PT. PHARMACORE LAB. PMDN Jl. Industri Selatan Blok HH No.2-3
Kawasan Industri Cikarang Jababeka,
Bekasi 17550
PT. PRADJA PHARIN PMDN Desa Karangasem Barat, Kecamatan
Citeureup, Bogor
PT. PROMED RAHARDJO
FARMASI INDUSTRI
PMDN Jl. Raya Siliwangi Desa
Sundawenang, Parungkota,
Sukabumi
PT. PYRIDAM FARMA
Tbk.
PMDN Jl. Hanjawar-Pacet, Desa Cibodas
Kec. Pacet, Cianjur 43253
PT. RATU INDUSTRIAL PMDN Jl. Raya Narogong Km 13,5
Pangkalan 4, Bekasi
PT. ROCHE INDONESIA PMA Jl. Raya Bogor Km.32 Cimanggis,
Bogor
PT. ROTHO Laboratories
Indonesia
PMDN Jl. Raya Cimareme 203, Padalarang
40552
PT. SAMPHINDO
INDUSTRI
PMDN Jl. Diponegoro Km 38,5 Desa Setia
Mekar, Tambun, Bekasi
PT. SANBE FARMA PMDN Jl. Industri I No.9, Desa Utama,
Leuwigajah, Cimindi, Cimahi 40552
PT. SANDOZ INDONESIA PMDN Jl. Raya Caringin 363, Padalarang
40553
PT. SARI ENESIS INDAH PMDN Jl. Kruing I Blok L5 No.5 Delta
Silicon Industrial Estate Cikarang,
Bekasi 17550
PT. SEGER SURYA PMDN Jl. Soekarno Hatta No.76, Bandung
PT. SIDOLA
PHARMACEUTICAL
PMDN Jl. Purnawarman No.52 RT 02/01
Tamansari, Bandung 40116
PT. SIMEX
PHARMACEUTICAL
INDONESIA
PMDN Jl. Pelabuhan II Km 9 Pasir Malang,
Desa Kebon Manggu, Gunung
Guruh, Sukabumi 43141
PT. SINDE BUDI
SENTOSA
PMDN Jl. Diponegoro No.35 Kp. Gedong
Gede Desa Setiamekar, Tambun,
Bekasi 17150
PT. SOLAS LANGGENG
SEJAHTERA
PMDN Jl. Industri Cimareme I/18,
Padalarang 40553
PT. SUMBER TANUSHU
FARMA
PMDN Jl. Cihanjuang No.28, Cimahi 40153
PT. SUPRA FERBINDO
FARMA
PMDN East Jakarta Industrial Park Kav.8-C
Lemahabang Cikarang, Bekasi 17550
PT. TAKEDA INDONESIA PMA Jl. Diponegoro Km 38 Tambun,
Bekasi 17510
PT. TANABE INDONESIA PMA Jl. Rumah Sakit 104 Ujungberung,
Bandung 40612
PT. TEMPO SCAN
PACIFIC Tbk.
PMDN East Jakarta Industrial Park Plot 1H
Lemah Abang Cikarang, Bekasi
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
11
Universitas Indonesia
17550
PT. TROPICA MAS
Pharmaceutical Industries
PMDN Desa Kademangan Kecamatan
Mande Km 8, Cianjur 43292
PT. TULUS INDOJAYA PMDN Jl. Raya Bogor Sukabumi Km 18
Desa Pasirmuncang Caringin, Bogor
PT. TRIFA RAYA
Laboratories
PMDN Jl. Sukarno Hatta 219 Bojongloa,
Bandung 40223
PT. TRIMAN
Pharmaceutical Industries
PMDN Jl. Peundeuy Km 1, Rancaekek,
Bandung
PT. ULTRA SAKTI PMDN Jl. Cipendawa RT 04 RW 03
Narogong, Bekasi
PT. ULTRA TREND
BIOTECH INDONESIA
PMDN Jl. Jababeka IV D Blok V No.28 B
Cikarang, Bekasi
PT. YEE TIN FARMA PMDN Jl. Pekalangan No.2 RT 005/002 Kel.
Pekalangan Kec. Pekalipan, Cirebon
45118
Provinsi DI Yogyakarta
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. BERLICO MULIA
FARMA
PMDN Jl. Juwangen Kalasan Km 10,6
Tromolpos No.8, Yogyakarta 55571
PT. ETHICA Industri
Farmasi
PMDN Jl. Nitipuran No.9 Kadipuro Baru,
Yogyakarta
PT. JOSEPH FARMA PMDN Jl. Godean Km 5 No.52, Yogyakarta
PT. MERBABU FALA PMDN Jl. Merbabu No.14, Klaten
PT. MIROTA KSM INC. PMDN Jl. Taya Jogjakarta-Solo Km 9
Sambilegi Maguwohardjo Depok,
Sleman, Yogyakarta
PT. NOVIMEX
LABORATORIES
PMDN Jl. Raya Bantul No.123, Yogyakarta
PT. SARI HUSADA PMDN Jl. Kusumanegara No.135,
Yogyakarta
Provinsi Jawa Tengah
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. BUFA ANEKA PMDN Jl. Tambak Aji V/4, Semarang
PT. CIUBROS FARMA PMDN Jl. Raya Mangkang Barat Km 16
Kec. Tugu, Semarang 50155
PT. DEGEPHARM PMDN Jl. Ki Mangunsarkoro No.106,
Semarang 50241
PT. DELTOMED
LABORATORIES
PMDN Jl. Raya No.267B, Wonogiri
PT. DUTA KAISAR
PHARMACY
PMDN Jl. Adisucipto No.41 Bulukan
Karanganyar, Surakarta 57174
PT. EMBA MEGAFARMA PMDN Jl. Semarang-Demak Km 9,
Semarang
PT. ERELA PMDN Jl. Murbei No.2 Srondol, Semarang
PT. ERLIMPEX PMDN Jl. Setiabudhi 130, Semarang 50269
PT. GLOBAL MULTI
PHARMALAB
PMDN Kawasan Industri Terboyo Kav.A
20-23 Jl. Raya Kaligawe Km 6,
Semarang 50118
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
PT. GRAHA FARMA PMDN Jl. Dr.Rajiman No.296, Surakarta
57141
PT. GRATIA HUSADA
FARMA
PMDN Jl. Dharmawangsa No.28 Desa
Ngempon-Bergas Karangjati,
Semarang 50552
PT. IFARS Pharmaceutical
Laboratories
PMDN Jl. Raya Solo Sragen Km 14,9
Kebakkramat, Surakarta 57762
PT. INTIJAYA META
RATNA PHARMINDO
PMDN Jl. Karang Saru No.12, Semarang
PT. ITRASAL PMDN Jl. Simongan 96, Semarang 50148
PT. KEREP MANUNGGAL
FARMA
PMDN Jl. Industri XXIV/Lik.Muktiharjo
Genuk, Semarang
PT. KIMIA FARMA Unit
Plant Semarang
BUMN Jl. Simongan 169, Semarang 50147
PT. KONIMEX
Pharmaceutical Laboratories
PMDN Desa Sanggrahan, Kec. Grogol, Kab.
Sukoharjo, Surakarta 57101
PT. LIBRACAL
PHARMACEUTICAL
INDUSTRIES
PMDN Jl. Brotojoyo Timur No.18,
Semarang
PT. MARGUNA
TARULATA APK FARMA
PMDN Desa Grobog Kulon, Kec. Pangkah,
Tegal
PT. META RATNA
FARMA
PMDN Jl. Raya Semarang Kendal Km 10,
Semarang 50001
PT. NUFARINDO
Pharmaceutical Laboratories
PMDN Mangkang Kulon Km 16,5 Kec.
Tugu, Semarang
PT. PHAPROS BUMN Jl. Simongan No.131, Semarang
50148
PT. PHARCO PMDN Jl. Petak 21-23 RT 03/09 Dadapsari,
Semarang 50173
PT. SAKA FARMA
Laboratories
PMDN Jl. Kimar I/275 (Majapahit 75A),
Semarang 50167
PT. SAMPHARINDO
PERDANA
PMDN Jl. Tambak Aji Timur 111, Semarang
50185
PT. SAPTA USAHA
KEMULYAAN
PMDN Jl. Kalisari Depan Pasar Kembang,
Semarang
PT. SEHAT SUMBER
BAHAGIA
PMDN Jl. Raya Semarang Km 19
Kaliwungu Desa Sumberejo, Kendal
PT. SEKAR MIRAH
LABORATORIES
PMDN Jl. Tambak Aji Timur I/1 Ngaliyan
Tugu, Semarang
PT. YAKATRIA FARMA PMDN Jl. Mojo 10 Dagen, Jaten,
Karanganyar, Surakarta 57101
PT. YAKKUM FARMA PMDN Jl. Dagen Kec. Jaten Karanganyar,
Surakarta 57101
PT. ZENITH
PHARMACEUTICAL
PMDN Jl. Tambak Aji I/1, Semarang 50159
Provinsi Jawa Timur
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. ADITAMARAYA
FARMINDO
PMDN Jl. Rungkut Industri 2/45 C,
Surabaya 60291
PT. AFIFAFARMA
Laboratories
PMDN Jl. Mauni Industri No.8, Kediri
64131
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
13
Universitas Indonesia
PT. APMO INDONESIA PMDN Jl. Jendral A.Yani No.17, Mojokerto
PT. ARJUNA VALENCIA PMDN Jl. Kenjeran No.65-67, Surabaya
PT. BALATIF PMDN Jl. Tenaga Tengah No.5, Malang
65125
PT. BEIERSDORF
INDONESIA
PMDN Desa Randuagung Singosari Km 75,
Malang
PT. BERKAT SENTRAL
ABADI FARMA
PMDN Jl. Raya Sadang No.83 Taman
Sidoarjo 61257
PT. BERNOFARM PMDN Desa Banjarkemantren Km 18, Jl.
Gatot Subroto 68 Buduran, Sidoarjo
61252
PT. BUSANA UTAMA PMDN Jl. Raya Waru Gedangan Sidoarjo
PT. CORONET CROWN
Pharmaceutical Industries
PMDN Jl. Raya Taman Km 15 Taman
Sidoarjo 61257
PT. DASA ESA FARMA PMDN Jl. Raya Kamaden, Desa Kamaden,
Gresik
PT. DURAFARMA JAYA PMDN Jl. Rungkut Industri VIII/22-24,
Surabaya 60293
PT. FIRST MEDIFARMA PMDN Jl. Raya Sumorame 41, Candi,
Sidoarjo
PT. HENSON FARMA PMDN Jl. Karangpilang Barat No.200,
Surabaya 60221
PT. HEROIC PHARMA PMDN Jl. Rungkut Industri VII/8, Surabaya
60293
PT. HISAMITSU
INDONESIA
PMDN Jl. Raya Banjar Kementren Kec.
Buduran, Sidoarjo
PT. IE DJIEN SAN PMDN Jl. Kembang Jepun No.78, Surabaya
PT. IMFARMIND
Pharmaceutical Industries
PMDN Desa Wonokoyo, Kecamatan Beji,
Pasuruan
PT. INDO ABADI
SARIMAKMUR
PMDN Dusun Ngablak, Desa Gempolkurung
No.168M Kec. Menganti, Gresik
PT. INTAN NOER
AQUASURINDO
PMDN Jl. Dinoyo No.64-65, Surabaya
PT. IRAWAN DJAJA
AGUNG
PMDN Jl. Raya Sukodono, Kec. Sukodono,
Sidoarjo
PT. KALIROTO PMDN Jl. Sidorame No.19, Surabaya 60152
PT. KASA HUSADA PMDN Jl. Kalmas Barat No.17-19, Surabaya
60163
PT. KEMBANG BULAN PMDN Jl. Demak No.275, Surabaya 60179
PT. KIMIA FARMA Plant
Watudakon
BUMN Jl. Watudakon Dusun Bulak, Desa
Jomblok Kec. Kesamben, Mojokerto
61301
PT. MEIJI INDONESIA PMA Jl. Mojoparon No.1 B, Bangil 67153
PT. NEON FARMA PMDN Jl. Raya Sengkaling No.281 RT 4/4
Mulyoagung Dau, Malang 65112
PT. NEW INTERBAT PMDN Jl. Raya Buduran Km 20, Sidoarjo
61252
PT. NOVAPHARIN
Pharmaceutical Industries
PMDN Jl. Raya Kepatihan No.112
Menganti, Gresik 61174
PT. OTSUKA INDONESIA PMA Jl. Sumber Waras No.25 Lawang,
Malang 65112
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
14
Universitas Indonesia
PT. PARI ANOM PMDN Jl. Gemblong Tebasan No.18,
Surabaya
PT. PIM Pharm. Indonesia PMDN Jl. Raya Candiwates, Kec. Prigen,
Pandaan, Pasuruan 67156
PT. PRESTO MEDICAL
HOUSE
PMDN Mojosari, Mojokerto
PT. RAMA EMERALD
MULTI SUKSES
PMDN Desa Tenaru, Driyorejo, Gresik
PT. RITA SINAR INDAH PMDN Jl. Rungkut Industri IV/24, Surabaya
PT. ROI SURYA PRIMA PMDN Jl. Tambak Adi 51, Surabaya
PT. SANDAI FARMA PMDN Jl. Kenjeran No.401B, Surabaya
60134
PT. SCHERING PLOUGH
INDONESIA
PMA Jl. Raya Km 48, Pandaan
PT. SEGER WARAS PMDN Jl. Raya No.151 Sruni Gedangan,
Sidoarjo
PT. SEJAHTERA LESTARI
FARMA
PMDN Dusun Talun, Desa Gunung Gangsir,
Kec. Beji, Pasuruan 67154
PT. SELPASINDO
PHARCO
PMDN Jl. Raya Bebek No.28 Waru, Sidoarjo
PT. SUMBER
KESEHATAN BARU
PMDN Jl. Welirang 14-16-18, Surabaya
PT. SURABAYA INDAH
PERMAI
PMDN Jl. Kali Bader Selatan 14 RT 16/03
Kalijaten Taman Sidoarjo 61257
PT. SURYA DERMATO
MEDICA LABORATORIES
PMDN Jl. Rungkut Industri III/31, Surabaya
60293
PT. USFI PMDN Jl. Kedungcowek No.345, Surabaya
60129
PT. WIDATRA BHAKTI PMDN Jl. Stadion 1, Pandaan
PT. WIRO SATIVA
FARMINDO
PMDN Jl. Raya Taman Km 20, Tanjungsari
Taman Sidoarjo
Provinsi Bali
Industri Farmasi Kepemilikan Alamat
PT. KRESNA KARYA PMDN Jl. Raya Gianyar No.100 Batubulan
Gianyar, Bali 80237 [Sumber: Kulkarni, 2009; Ikatan Apoteker Indonesia, 2010; Purwanto, 2011]
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
15
Universitas Indonesia
Gambar 2.1. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan provinsi
Gambar 2.2. Grafik jumlah industri farmasi di Indonesia berdasarkan
kepemilikan
2.2 Pangsa Pasar Farmasi Indonesia
Struktur pasar industri farmasi bersifat oligopoli. Dalam industri farmasi,
terdapat tiga industri terbesar yang menguasai 24% pangsa pasar. Secara
keseluruhan pada tahun 2010, Kalbe Group memiliki pangsa pasar farmasi
terbesar di Indonesia (14%), diikuti Sanbe (5%), Dexa Medica Group (5%), Soho
Group (4%), Tempo Group (4%), Pharos Group (4%), dan GlaxosmithKL Group
(3%). Apabila dilihat lebih detail berdasarkan jenis obatnya, pangsa pasar farmasi
di segmen obat resep adalah Kalbe Group (13%), Dexa Medica Group (7%),
0
10
20
30
40
50
60
70
80
12
2 1 3
23
53
79
7
31
47
1Ju
mla
h i
nd
ust
ri f
arm
asi
4 28
221
BUMN
PMA
PMDN
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
16
Universitas Indonesia
Sanbe (6%), Sanofi Aventis Group (4%), Pfizer Group (4%), Fahrenheit (4%),
dan Novartis Group (4%). Sedangkan, pangsa pasar farmasi di segmen obat bebas
adalah Kalbe Group (15%), Tempo Group (9%), Soho Group (7%), Pharos Group
(6%), Abbott Group (5%), Konimex (5%), dan GlaxosmithKL Group (3%). Untuk
pasar obat generik, produksi OGB dikuasai oleh BUMN farmasi, yaitu Indofarma
dan Kimia Farma (PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011).
[Sumber: PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011]
Gambar 2.3. Pangsa pasar farmasi Indonesia tahun 2010
[Sumber: PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, 2011]
Gambar 2.4. Pangsa pasar farmasi di segmen obat resep tahun 2010
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
17
Universitas Indonesia
2.3 Industri Bahan Baku Obat di Indonesia
Sebanyak 90% kebutuhan obat nasional telah dipenuhi industri farmasi di
dalam negeri, namun 95% bahan baku obat yang digunakan masih diimpor.
Indonesia saat ini mengimpor bahan baku obat terbanyak dari China, India, dan
kawasan Eropa. China masih menjadi negara sumber pemasok terbesar kebutuhan
bahan baku obat Indonesia, yakni sekitar 6,84 triliun Rupiah (60%), India di
posisi kedua dengan nilai 3,42 triliun Rupiah (30%), dan Eropa dengan nilai 1,4
triliun Rupiah (10%) (Anna, 2012; PDPERSI, 2012).
Indonesia telah mampu membuat bahan baku obat dalam negeri, antara
lain parasetamol, antibiotik turunan beta laktam, produk eksipien, seperti amilum
manihot, sorbitol, dekstrosa, dan talkum. Selain itu, terdapat bahan baku obat
turunan kina, iodium, serta bahan baku obat herbal seperti, fraksi bioaktif
Cinnamomum burmanii (kayu manis) dan Lagerstromia speciosa (banaba), fraksi
bioaktif Phaleria macrocarpa (mahkota dewa), dan fraksi protein bioaktif
Lumbricus rubellus. Pada tahun 2012, merencanakan meningkatkan produksi
bahan baku obat lovastatin secara fermentasi, epigalokatekin galat, difruktosa
anhidrida III, dan turunan ibuprofen. Selain itu, penelitian produksi produk
eksipien juga dilakukan, yaitu garam pharmaceutical grade dan pati
terpregelatinasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Bahan baku jamu dan obat tradisional sebesar 90% berasal dari tumbuhan
obat asli Indonesia. Hanya sekitar 10% bahan baku jamu dan obat tradisional yang
diimpor dari negara lain. Bahan baku impor tersebut bukan dalam bentuk
tumbuhan, namun telah dalam bentuk ekstraksi. Adapun bahan baku obat
tradisional yang sedang dikembangkan, antara lain ekstrak kering temulawak
terstandar, ekstrak kering temulawak terfraksinasi terstandar, ekstrak kering
sambiloto terstandar, ekstrak kering sambiloto terfraksinasi terstandar, ekstrak
kering pegagan terstandar; ekstrak kering terstandar herba meniran, ekstrak kering
terstandar rimpang kunyit, ekstrak kering terstandar herba binahong, ekstrak
kering terstandar herba kumis kucing, dan ekstrak kering terstandar daun salam
(Aulia, 2012; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Industri bahan baku obat di Indonesia, antara lain PT. Kimia Farma yang
memproduksi bahan baku kina dan turunannya, bahan baku ferro sulfat sebagai
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
18
Universitas Indonesia
bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat penambah darah serta kapsul lunak
(Kimia Farma, 2012). Kimia Farma pada tahun 2003 pernah mendirikan anak
perusahaan bernama PT. Riasima Abadi Farma. Perusahaan ini bergerak di bidang
pembuatan bahan baku obat, yakni parasetamol, namun pada tahun 2005,
perusahaan ini dijual (Sundari, 2012). PT. Meiji Indonesia memproduksi
antibiotik turunan beta laktam, yang berada di Desa Mojoparon, Kecamatan
Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (Dinas Kominfo Kab. Pasuruan, 2011).
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
19 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Januari hingga 18 Januari 2013, yang
bertempat di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
3.2 Metode Pengkajian
Metode yang digunakan dalam pengkajian ialah metode penelusuran
literatur.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
20 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasar farmasi nasional pada 2013 diperkirakan tumbuh 12% hingga 14%
menjadi 48 triliun Rupiah hingga 49 triliun Rupiah dibandingkan proyeksi tahun
2012 sebesar 43 triliun Rupiah. Proyeksi peningkatan pasar tersebut mendorong
ekspansi produsen farmasi sejak tahun 2012. Pertumbuhan pasar farmasi pada
tahun 2013 seiring kebutuhan obat-obatan dari masyarakat yang terus meningkat.
Populasi penduduk yang besar, semakin tingginya kesadaran masyarakat akan
kesehatan, perekonomian masyarakat yang semakin baik, dan dukungan program
pemerintah di bidang kesehatan menjadi basis tumbuhnya industri farmasi tanah
air. Industri farmasi di Indonesia tersebar di 11 provinsi, yaitu di Provinsi
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Provinsi yang
memiliki jumlah industri farmasi terbanyak ialah Jawa Barat, diikuti dengan DKI
Jakarta dan Jawa Timur. Wilayah Indonesia bagian barat memiliki jumlah industri
farmasi yang lebih besar dibandingkan wilayah Indonesia bagian timur. Wilayah
Indonesia bagian timur dapat dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan
industri farmasi di Indonesia. Pengembangan ini dapat mengurangi harga obat di
wilayah Indonesia bagian timur karena biaya distribusi berkurang.
Kimia Farma pada tahun 2003 pernah mendirikan anak perusahaan
bernama PT. Riasima Abadi Farma. Perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan
bahan baku obat, yakni parasetamol, namun pada tahun 2005, perusahaan ini
dijual. Perusahaan PT. Riasima Abadi Farma dijual karena terus merugi. Bisnis
Riasima yang memproduksi parasetamol ini juga sulit bersaing dengan perusahaan
di Asia lainnya karena bahan pokoknya tetap impor. Tingginya biaya produksi
dan infrastruktur rantai industri yang belum mendukung menyebabkan pabrik
bahan baku merugi. Biaya untuk memproduksi sendiri lebih mahal daripada
impor. Pabrik bahan baku farmasi membutuhkan dukungan pasokan bahan baku
dari industri petrokimia. Akan tetapi, sampai sekarang Indonesia belum
mempunyai pabrik petrokimia, sehingga untuk mendapat pasokan bahan pokok
untuk industri bahan baku farmasi harus impor dahulu.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
21
Universitas Indonesia
Sebanyak 90% kebutuhan obat nasional telah dipenuhi industri farmasi di
dalam negeri, namun 95% bahan baku obat yang digunakan masih diimpor. Impor
bahan baku obat rentan terhadap perubahan harga, kualitas, dan kesinambungan
pasokan, padahal obat merupakan komoditas berfungsi sosial dan menentukan
hidup orang banyak. Pemenuhan obat nasional sebanyak 90% merupakan yang
tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Sebenarnya, tidak ada negara
yang mampu memenuhi kebutuhan bahan baku obat secara mandiri. Nilai
ekonomis produksi untuk menekan harga jual masih menjadi pertimbangan utama.
Tahapan produksi bahan baku obat dimulai dengan industri kimia dasar, industri
kimia menengah, dan industri bahan baku obat. Sejumlah literatur menyarankan
sebaiknya 60% kebutuhan bahan baku obat diproduksi di dalam negeri. Industri
farmasi memilih mengimpor bahan baku obat karena harganya lebih murah.
Indonesia sebenarnya mampu secara teknis untuk membuat bahan baku obat.
Pemerintah mengupayakan insentif pengurangan pajak bagi industri bahan
baku obat Indonesia. Investor membutuhkan fasilitas insentif dan kemudahan
guna mendorong peluang membangun industri bahan baku obat. Tax holiday, tax
allowance, jaminan bea masuk, fasilitas kawasan ekonomi, hingga jaminan
investasi merupakan insentif-insentif yang menjadi perhatian calon investor.
Upaya dari pemerintah ini terkendala aturan yang menyebutkan pengurangan
pajak hanya diperbolehkan untuk obat HIV/AIDS dan vaksin. Akan tetapi,
pemberian insentif ini dianggap tidak memberikan dampak berkelanjutan bagi
industri bahan baku obat. Dalam persaingan global, efisiensi dan perluasan pasar
merupakan kunci keberhasilan industri bahan baku obat.
Pemerintah dan pelaku usaha merancang upaya menekan ketergantungan
impor bahan baku obat, mulai dari komponen bahan baku hingga teknologi yang
digunakan. Pemerintah bertekad dapat memangkas hingga 20% dari total
ketergantungan dengan mendorong produksi bahan baku obat substitusi di dalam
negeri. Upaya membangun industri bahan baku obat di Indonesia membutuhkan
kerja keras. Beberapa industri bahan baku obat setengah jadi di Indonesia masih
mengandalkan bahan dasar impor. Hal ini terjadi karena pengoperasian industri
bahan baku obat di Indonesia kurang mempunyai daya saing karena
membutuhkan biaya tinggi. Oleh karena itu, pengembangan industri farmasi harus
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
22
Universitas Indonesia
dimulai dari industri kimia dasar agar kuat. Selain itu, pembangunan pabrik bahan
baku obat di Indonesia juga harus memperhitungkan pasokan ke pasar ekspor,
karena pasar farmasi nasional saat ini masih relatif kecil atau hanya sekitar 0,3
hingga 0,4% dari total pasar farmasi dunia.
Untuk memenuhi bahan baku obat dalam negeri, pemerintah menyusun
roadmap pengembangan bahan baku. Dengan adanya roadmap ini, diharapkan
terjalin kerjasama antara instansi atau lembaga terkait dengan industri farmasi.
Dalam roadmap tersebut telah ditetapkan strategi, yaitu mengembangkan
kebijakan yang berpihak pada pengembangan bahan baku obat, meningkatkan
sinergitas Academic Business Goverment (ABG), menguatkan riset di bidang
bahan baku obat yang berorientasi pada kebutuhan, meningkatkan kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan produksi bahan kimia
sederhana, pemanfaatan sumber daya alam, dan bioteknologi.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
23 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah industri farmasi di wilayah Indonesia bagian timur lebih kecil
daripada jumlah industri farmasi di wilayah Indonesia bagian barat dan
bagian tengah, sehingga wilayah Indonesia bagian timur dapat dijadikan
tempat untuk mengembangkan industri farmasi di Indonesia dengan tujuan
dapat mengurangi harga obat. BUMN Farmasi di Indonesia hanya ada 4,
sedangkan PMA Farmasi berjumlah 28, dan PMDN Farmasi berjumlah
221.
2. Tiga industri farmasi terbesar di Indonesia menguasai 24% pangsa pasar
pada tahun 2010, yaitu Kalbe Group yang memiliki pangsa pasar farmasi
terbesar (14%), diikuti Sanbe (5%), dan Dexa Medica Group (5%).
3. Industri bahan baku di Indonesia masih sangat minim. Pendirian industri
bahan baku di Indonesia harus memperhitungkan industri kimia dasar,
pasar, teknologi yang diaplikasikan, pengembangan riset dengan cara
bekerja sama dengan universitas dan harus didukung pemerintah. Apabila
Indonesia bisa memproduksi bahan baku obat, maka harga obat bisa lebih
murah dan lebih terakses oleh masyarakat.
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
24 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Anna, Lusia Kus. (2012, Maret 10). 95 Persen Bahan Baku Obat Diimpor.
Kompas. Januari 12, 2013.
http://health.kompas.com/read/2012/03/10/07462576/95.Persen.Bahan.Ba
ku.Obat.Diimpor
Aulia, Rafika. (2012, November 22). Bahan Baku Jamu 90 Persen dari Dalam
Negeri. Tempo. Januari 12, 2013.
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/22/090443510/Bahan-Baku-
Jamu-90-Persen-dari-Dalam-Negeri
Candra, Asep. (2012, Mei 11). Antibiotik Terbanyak. Kompas. Januari 12, 2013.
http://health.kompas.com/read/2012/05/11/0743031/Antibiotik.Terbanyak
Dinas Kominfo Kab. Pasuruan. (2011, Oktober 28). Perluasan Fasilitas Produk
Bahan Aktif Obat dan Produksi Obat Beta Laktam 2 dan 3 Bentuk
Komitmen PT. Meiji Bangil Pasuruan. Dinas Kominfo Kab. Pasuruan.
Januari 22, 2013. http://www.pasuruankab.go.id/berita-647-perluasan-
fasilitas-produk-bahan-aktif-obat-dan-produksi-obat-beta-lactam-2-dan-3-
bentuk-komitmen-ptmeiji-bangil-pasuruan.html
Ikatan Apoteker Indonesia. (2010, Mei 14). Daftar Nama Pabrik Farmasi di
Indonesia. Ikatan Apoteker Indonesia. Januari 12, 2013.
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/pharma-update/national-
pharmacy/17-national-pharmacy/national-health-infrastructure/12-daftar-
nama-pabrik-farmasi-di-indonesia.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012, Maret 9). Ketersediaan Bahan
Baku Obat. Mei 25, 2013. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1860-ketersediaan-bahan-baku-obat.html
Kementerian Perindustrian. (n.d.). Impor Bahan Obat Tembus Rp 11 T.
Kementerian Perindustrian. Januari 13, 2013.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2808/Impor-Bahan-Obat-Tembus-
Rp-11-T
Kimia Farma. (2013). Pabrik Kimia Farma. Kimia Farma. Januari 13, 2013.
http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=2_0_0
Kulkarni, Narayan. (2009, Februari 1). Indonesia insists on local pharma
production. BioSpectrum. Januari 14, 2013.
http://archive.biospectrumasia.com/content/280109IDN8410.asp
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
25
Universitas Indonesia
PDPERSI. (2012, Maret 12). RI Rancang Upaya Memangkas Ketergantungan
Bahan Baku Obat. PDPERSI. Januari 12, 2013.
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=728&catid=23
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Industry Update. Vol. 4, Februari 2011.
PT. Central Data Mediatama Indonesia. (2012). Kinerja Group Farmasi di
Indonesia, 2012 beserta Laporan Keuangannya dan Indonesian
Pharmaceutical & Directory, 2012. Jakarta: PT. Central Data Mediatama
Indonesia.
Purwanto, Didik. (2011, Februari 22). Laba BUMN Farmasi Rp 1,5 Triliun di
2015. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Januari 12, 2013.
http://www.bumn.go.id/39380/publikasi/berita/laba-bumn-farmasi-rp-15-
triliun-di-2015/
Saksono, Hadi. (2012, Oktober 16). Pasar Farmasi Nasional Diproyeksikan
Tumbuh 14% pada 2013. Indonesia Finance Today. Januari 18, 2013.
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/35095/Pasar-Farmasi-
Nasional-Diproyeksikan-Tumbuh-14-pada-2013
Sundari. (2012, Juni 21). Pengusaha Enggan Dirikan Pabrik Bahan Baku Farmasi.
Tempo. Januari 13, 2013.
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/21/090412081/Pengusaha-
Enggan-Dirikan-Pabrik-Bahan-Baku-Farma
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
Laporan praktek…., Evennia, FF, 2013
top related