upaya penanggulangan pelanggaran lalu lintas di …
Post on 20-Nov-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
UPAYA PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS DI
WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN SEKTOR KOTA (POLSEKTA)
ILIR BARAT II PALEMBANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Menempuh Ujian
Sarjana Hukum
Oleh:
ALFATHUR IMAM RAMADHAN
NIM. 502016232
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
ii
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Alfathur Imam Ramadhan
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 29 Desember 1998
NIM. : 50.2016. 232
Program Studi : Hukum
Program Kekhususan : Hukum Pidana.
Menyatakan, bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul: Upaya
Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor
Kota (Polsekta) Ilir Barat II Palembang adalah bukan merupakan karya tulis orang
lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
saya sebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan dibuat dengan sebenarnya
dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademik.
Palembang, Agustus 2020
Yang Menyatakan,
Alfathur Imam Ramadhan
iv
ABSTRAK
Penulis Dosen Pembimbing
Alfathur Imam Ramadhan Dr. Muhammad Yahya Selma, SH. MH
Semakin berkembangnya kemajuan teknologi dan peradaban manusia yang
diiringi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat menunjukkan kemajuan
peradaban manusia modern di era galobal sekarang ini. Dengan meningkatnya
kesejahteraan dan perekonomian tersebut sudah barang tentu meningkat pula kebutuhan,
baik kebutuhan rohani maupun kebutuhan jasmani dalam wujud materi semisal benda-
benda bernilai mewah seperti kendaraan bermotor. Membludaknya pengguna kendaraan di
jalan raya secara tidak langsung diikuti pula meningkatnya kepadatan dan kemacetan lalu
lintas yang berdamfaknya banyak terjadi pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan. Polri
memiliki tugas untuk mengurusi lalu lintas dengan petugas Polantasnya tidak terkecuali di
wilayah hukum Kepolisian Sektor Kota Ilir Barat II Palembang. Adapun permasalahan
skripsi ini adalah:
1. Bagaimana upaya penanggulangan pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum
Kepolisian Sektor Kota Ilir Barat II Palembang?
2. Apa faktor-faktor yang menjadi kendala Kepolisian Sektor Kota Ilir Barat II
Palembang dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas di wilayah hukumnya?
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian hukum empiris atau penelitian
sosiologis yang bersifat ekplantoris. Penelitian ini menggunakan data-data lapangan (field
research) dengan mengutamakan data primer. Teknik pengolahan data dilakukan
dengan menerapkan cara analisis isi (content analysis), untuk selanjutnya
dikonstruksikan ke dalam suatu kesimpulan. Hasil penelitiannya adalah: 1. Upaya
Kepolisian Sektor Kota Ilir Barat II Palembang dalam penanggulangan pelanggaran
lalu lintas di wilayah hukumnya adalah dilakukan dengan upaya pre-emtif
(himbauan), upaya preventif (pencegahan), dan upaya represif (tindakan). 2.
Faktor-faktor kendala Polsekta Ilir Barat II Palembang dalam penanggulangan
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukumnya, yaitu karena faktor kekurangan
personil petugas, faktor masih adanya oknum aparat petugas yang mau menerima
suap dan mengambil tindakan masih tebang pilih atau tidak tegas (faktor aparat),
dan faktor sebagian anggota masyarakat yang kurang memiliki kesadaran hukum
dan kurang patuh dengan aturan berlalu lintas yang berlaku
Kata Kunci: Upaya Penanggulangan, Pelanggaran Lalu Lintas, Polantas.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillah penulis senantiasa panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena
dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kemudian sholawat dan salam
kusampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW., di mana insya Allah kita
semua sebagai ummat muslim akan memperoleh safa’at Beliau di hari akhir nanti.
Judul skripsi ini adalah Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Di
Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) Ilir barat II Palembang.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka melengkapi salah satu
persyaratan untuk menempuh ujian Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang. Penulis menyadari, bahwa dalam
penyusunan dan penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini juga, saya dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu, baik secara moril maupun materil, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Abid Djazuli, SE. MM., Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang;
2. Bapak Nur Husni Emilson, SH. SPn. MH, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang;
3. Ibu/Bapak Wakil Dekan I, II, III dan IV Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;
4. Bapak Dr. Muhammad Yahya Selma, SH. MH. sebagai Pembimbing I dan
Bapak H. Abdul Hamid Usman, SH. MHum sebagai Pembimbing II dalam
vi
penyusunan skripsi saya, yang telah banyak berkontribusi, baik moril
maupum materiil, membimbing dan memberi arahan selama saya
menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang;
5. Seluruh Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Dosen serta suluruh Staf Karyawan
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;
6. Segenap Keluargaku terutama Ayah dan Ibuku yang kusayangi dan selalu
hadir dalam do’aku, Kakak dan adikku tercinta dan sangat kusayangi yang
selama ini dengan tulus ikhlas memberikan semangat dan dorongan dalam
upayaku menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;
7. Terima kasih pula kepada teman-teman seperjuanganku, almamaterku dan
semua pihak yang tidak dapat kusebutkan namanya dalam kesempatan ini
yang telah banyak membantuku dalam menyelesaikan studi di Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang selama ini. Terima Kasih
semuanya, semoga Allah Rabbul ‘Aalamiin berkenan memberikan balasan
yang setimpal atas semua kebaikan kalian semua, aaamiin Allahumma
aaamiin. Semoga ilmu pengetahuan tetap bersinar dan bermanfaat bagi
kemaslahatan dan kesejahteraan ummat manusia.
Wabillahi Taufik Walhidayah.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Palembang, Agustus 2020
Penulis,
Alfathur Imam Ramadhan
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................ ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ iii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Permasalahan .......................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 12
E. Definisi Konseptual ................................................................ 13
F. Metode Penelitian ................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Fungsi dan Kewenangan Kepolisian ................... 16
B. Peranan Polisi dalam Penanggulangan Pelanggaran Lantas .. 21
C. Pengertian dan Konsep Penanganan Kejahatan ..................... 23
D. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas ....................................... 25
BAB III PEMBAHASAN
A. Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Di
Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kota Ilir Barat II
Palembang .............................................................................. 28
B. Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Kepolisian Sektor
Kota Ilir Barat II Palembang Dalam Penanganan
Pelanggaran Lalu Lintas Di Wilayah Hukumnya .................. 42
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 48
B. Saran ....................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Hukum saat ini di anggap tidak berpihak kepada masyarakat. Dampak dari
hal ini adalah hilangnya kepercayaan dari sebagian masyarakat terhadap hukum,
pemerintah dan lembaga negara lainnya, walaupun pemerintah secara bertahap
telah melakukan berbagai upaya perubahan dalam hukum namun dinilai tidak tepat
sasaran, karena mafia hukum dan mafia peradilan masih memegang tampuk
kekuasaan dalam penegakan hukum, maka masih banyak masyarakat yang tidak
patuh terhadap peraturan yang ada saat ini jika perilaku oknum penegak hukumnya
sendiri melanggar ketentuan yang telah ditetapkan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Parsudi Suparlan tentang peran serta
masyarakat sebagai berikut:1
“Masyarakat sipil adalah sebuah masyarakat dengan seperangkat pranata
non-pemerintah yang cukup kuat untuk menjadi penyeimbang dari
kekuasaan negara, dan pada saat yang sama mendorong pemerintah untuk
menjalankan peranannya sebagai penjaga perdamaian dan penengah di
antara berbagai kepentingan utama dalam masyarakat serta mempunyai
kemampuan untuk menghalangi dan mencegah negara yang mengecilkan
peran masyarakat”.
Masyarakat mempunyai peran yang sangat kuat dalam negara sebagai
penyeimbang dari kekuasaan negara yang menjalankan tugas dan wewenang
pemerintah dalam menjaga kedamaian, keamanan dan ketertiban demi kepentingan
bersama, karena masyarakat terlibat semua dalam segala bidang.
1Parsudi Suparlan, 2016, Bunga Rampai Ilmu Kepolisian Indonesia, Yayasan
Pengembangan Ilmu Kepolisian, Jakarta, hlm. 29.
2
Pendekatan sosiologis terhadap hukum menempati peranan yang penting
bagi sistem hukum itu sendiri. Penelitian sosiologis terhadap hubungan yang
dilandaskan pada kekuasaan, penting bagi hukum yang justru bertujuan untuk
menciptakan keadilan dari hubungan itu, dan mengatur agar dicapai kepastian
hukum. Di dalam menyusun peraturan Perundang-undangan dan untuk
mempertegas petunjuk pelaksananya melalui Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan yang bersumber pada
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
terlebih dahulu harus dimengerti landasan-landasan sosiologis. Apabila gejala itu
tidak dipahami, maka cepat atau lambat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan akan menjadi peraturan yang mati, karena
tujuan dibentuknya undang-undang agar tegaknya keadilan, kebenaran dan
ketertiban dalam masyarakat yang diarahkan untuk kesadaran hukum, kepastian
hukum serta bantuan hukum guna mewujudkan tatanan hukum nasional yang
mengabdi kepada kepentingan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, Negara
perlu melarang serta mengancam suatu perbuatan yang dianggap sebagai suatu
tindak pidana.
Menurut Barda Nawawi Arief,2 dilihat dari aspek kebijakan hukum pidana,
sasaran dari hukum pidana tidak hanya mengatur perbuatan warga masyarakat pada
umumnya, tetapi juga mengatur perbuatan (dalam arti kewenangan atau kekuasaan)
penguasa atau aparat penegak hukum. Barda Nawawi Arief juga menyatakan,
2Barda Nawawi Arief, 2014, Kapita Selekta Hukum Pidana Tentang Sistem Peradilan
Pidana Terpadu, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, hlm. 17.
3
bahwa kebijakan penegakan hukum pidana merupakan serangkaian proses yang
terdiri dari tiga tahap kebijakan, yaitu:3
1. Tahap kebijakan legislatif atau formulatif, yaitu kekuasaan dalam
menetapkan atau merumuskan perbuatan apa yang dapat dipidana dan
sanksi apa yang dapat dikenakan;
2. Tahap kebijakan yudikatif atau aplikatif, yaitu kekuasaan dalam
menerapkan hukum pidana;
3. Tahap kebijakan eksekutif atau administratif, yaitu kekuasaan dalam
melaksanakan hukum pidana.
Penggunaan upaya hukum untuk mengatasi masalah sosial merupakan
bidang kebijakan penegakan hukum yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. Pada hakikatnya, kebijakan hukum pidana merupakan masalah
penilaian dan pemilihan berbagai macam alternatif untuk mengendalikan dan
menanggulangi kejahatan. Menurut G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda
Nawawi Arief, bahwa ada dua macam upaya penanggulangan kejahatan, yaitu:4
1. Kebijakan pidana menggunakan penal, yaitu upaya penanggulangan
kejahatan melalui jalur penal menitik beratkan pada sifat represif, yaitu
penindasan, pemberantasan, dan penumpasan setelah kejahatan terjadi;
2. Kebijakan pidana menggunakan non-penal, yaitu upaya penanggulangan
kejahatan melalui jalur non-penal menitikberatkan pada sifat preventif,
yaitu pencegahan, penangkalan, dan pengendalian sebelum kejahatan
terjadi.
Selanjutnya Satjipto Rahardjo mengemukakan, bahwa penegakan hukum
merupakan pelaksanaan secara konkret dari tahap pembuatan hukum dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.5 Dalam bahasa Indonesia istilah penegakan
hukum juga dikenal sebagai penerapan hukum. Sedangkan dalam bahasa asing,
3Ibid, hlm. 18. 4Barda Nawawi Arief, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana: Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru, Kencana Prenada, Jakarta, hlm. 46. 5Satjipto Rahardjo, 2008, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 191.
4
dikenal berbagai peristilahan, seperti rechtstoepassing atau rechtshandhaving
(Belanda), law enforcement atau application (Amerika).
Pengertian tindak pidana dalam Rancangan Undang-Undang Lalu Lintas
adalah:6 “Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan
pada fungsi rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberian isyarat lalu lintas,
fasilitas pejalan kaki, dan alat pengguna jalan dalam pelaksanaan berlalu lintas
maka dapat dikenakan sanksi pidana yang berlaku.”
Sedangkan menurut Moeljatno pengertian tindak pidana adalah:7
“Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa melanggar tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa
perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang
dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat, bahwa larangan
ditujukan kepada perbuatan, (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang
ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya
ditunjukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu”.
Seseorang dapat dikatakan melakukan tindak pidana jika adanya suatu
perbuatan yang mengakibatkan gangguan terhadap kepentingan umum yang telah
diatur dalam peraturan yang berlaku. Faktor-faktor yang menyebabkan warga
masyarakat menyimpang atau bahkan menyeleweng, ada penyimpangan terjadi
karena nilai-nilai dan kaidah yang berlaku sudah dianggap tidak dapat menampung
kepentingan warga masyarakat pada umumnya. Sebagai lembaga sosial, hukum
tidak hanya menciptakan keteraturan bagi lembaga sosial lainnya, akan tetapi juga
menciptakan nilai, asas dan kaidah sendiri, seperti ketertiban dan ketenteraman.
6Naskah Akademik RUU LLAJ, Dengan kata kunci Sanksi Denda Undang-Undang Lalu
Lintas, www.google.com, http//www.dephub.go.id/No. 288/KKI/THIX/2009, diakses melalui situs
internet pada tanggal 29 Oktober 2009 pukul 15.42 WIB. 7Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 54.
5
Hukum bukanlah semata-mata merupakan suatu kekuatan untuk
menciptakan fasilitas untuk menyederhanakan dan melancarkan interaksi sosial,
dan hukum juga bukan hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan tertentu,
akan tetapi merupakan gejala yang berkembang secara mandiri dengan tujuan-
tujuan tersendiri pula. Kenyataannya menunjukkan, bahwa masalah lalu lintas
adalah masalah yang banyak menimbulkan persoalan, karena masalah ini
menyangkut ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Hal ini muncul dan
bahkan meningkat dari tahun ketahun, karena kian hari jumlah kendaraan makin
bertambah pesat, walaupun disana sini banyak jalan yang diperlebar bahkan banyak
pula dibuatkan jalan-jalan baru, tetapi semua itu tidak bisa mengatasi keamanan dan
ketertiban yang diharapkan semua masyarakat, bahkan daya tampung jalan raya
tidak dapat mengimbangi banyaknya jumlah kendaraan.
Terjadinya kecelakaan lalu lintas, karena meningkatnya arus lalu lintas pada
umumnya disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan pengemudi yang bertindak
sembarangan. Selain itu keadaan fasilitas yang belum memadai serta belum adanya
kesadaran sepenuhnya masyarakat dalam berlalu lintas. Belum lagi aparat polisi
lalu lintas yang jauh dari pengawasan atasannya yang melakukan pelanggaran
disiplin seperti pelanggaran yang tidak mengikuti perintah atasannya yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku didalam peraturan yang telah disepakati bersama,
yang dapat merugikan nama baik Institusi dan tercemarnya hubungan baik antara
Polri dan masyarakat.
6
Sebagaimana Harsya W. Bachtiar menyatakan ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam penegakan hukum, yaitu:8
1. Faktor kaidah hukum atau peraturan itu sendiri khusus peraturan yang
tertulis yang merupakan perundang-undangan resmi;
2. Faktor petugas yang menangani atau menetapkannya dimana petugas
hukum dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada peraturan-
peraturan tertentu yang mengaturnya. Salah satu contohnya kurangnya
ketegasan pihak petugas dalam memberi sanksi terhadap pelanggaran lalu
lintas yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada;
3. Faktor Fasilitas, secara sederhana fasilitas merupakan sarana untuk tujuan,
terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai sarana pendukung. Apabila
peraturan sudah ada dan diberlakukan tapi fasilitasnya belum tersedia
lengkap, maka peraturan yang tadinya untuk melancarkan proses malah
menimbulkan kemacetan. Salah satu contohnya masih banyaknya
penempatan fasilitas lalu lintas atau rambu-rambu lalu lintas yang kurang
sesuai dengan fungsinya, dan minimnya jembatan penyeberangan disetiap
jalan yang semakin bertambahnya kendaraan dari tahun ketahun;
4. Faktor Masyarakat, derajat kepatuhan masyarakat dalam hukum merupakan
salah satu indikator berfungsinya hukum artinya kalau derajat kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas cukup tinggi, maka peraturan akan berfungsi.
Salah satu contohnya pengguna jalan memahami semua rambu-rambu yang
ada dalam penggunaan jalan baik dalam peraturan pemerintah maupun
undang-undang yang terkait.
Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai karakteristik dan keunggulan
sendiri perlu dikembangkan dan dimanfaatkan. Pengembangan lalu lintas dan
angkutan jalan yang ditata dalam suatu kesatuan sistem, dilakukan dengan
mengintegrasikan dan mendinamiskan unsur-unsurnya yang terdiri dari jaringan
transportasi jalan, kendaraan beserta pengemudinya serta peraturan-peraturan,
prosedur dan metode sedemikian rupa, sehingga terwujud satu totalitas yang lebih,
berdaya guna dan berhasil guna. Namun pengembangan lalu lintas dan angkutan
jalan di sepanjang jalan khususnya di pelosok maupun perkotaan di Kabupaten
8Tim Penyusun, 2005, Almanak Kepolisian Republik Indonesia, Penerbit Karya Jaya,
Jakarta, hlm. 505-507.
7
Banyuasin sendiri masih terlalu minim dalam pelaksanaannya tidak seimbang.
Salah satu contoh kurangnya kendaraan dilengkapi dengan perlengkapan yang
sesuai dengan peraturan yang ada dan rambu-rambu lalu lintas minim disepanjang
jalan yang sesuai dengan penggunaannya serta kurang tegasnya penindakan yang
dilakukan oleh petugas satuan lalu lintas.
Pembaharuan di bidang hukum salah satunya perwujudannya adalah dengan
membuat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan. Namun dengan dibuatnya undang-undang ini ternyata banyak menimbulkan
reaksi terhadap Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dari
kalangan masyarakat, ahli hukum atau disiplin ilmu lainnya. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya sosialisasi undang-undang dimasyarakat, sehingga masyarakat
menanggapi undang-undang ini dengan rasa terkejut yang amat sangat di tambah
lagi dengan ketentuan pidana denda yang sangat menyulitkan bagi kalangan
masyarakat banyak.
Ketentuan-ketentuan pidana pada Bab XX Pasal 277 Undang-Undang No.
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang berisi:
“Setiap orang yang memasukkan kendaraan bermotor kereta gandengan,
dan kereta tempelan ke dalam wilayah Republik Indonesia, membuat,
merakit, atau memodifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan
perubahan tipe, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus
yang akan dioperasikan di dalam negeri yang tidak memenuhi kewajiban uji
tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.24.000.000.- (dua puluh empat juta rupiah).”
Di dalam undang-undang tersebut di atas sudah jelas, bahwa setiap
kendaraan yang beroperasi di jalan harus diuji terlebih dahulu dengan pengujian
8
yang telah ditentukan di atas, agar tercapainya keamanan, ketenteraman dan
ketertiban di jalan raya. Jika melanggar dari ketentuan undang-undang di atas maka
dapat dikenakan sanksi denda yang telah ditentukan dalam pejelasan pasal tersebut
di atas.
Upaya penanggulangan tindak pidana sangat erat kaitannya dengan tujuan
pemidanaan. Di dalam literaturnya Van Hammel menunjukkan, bahwa prevensi
khusus suatu pidana ialah:9
1. Pidana harus memuat suatu unsur menakutkan supaya mencegah penjahat
yang mempunyai kesempatan untuk tidak melaksanakan niat buruknya.
2. Pidana harus mempunyai unsur memperbaiki terpidana.
3. Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mungkin
diperbaiki.
4. Tujuan satu-satunya suatu pidana ialah mempertahankan tata tertib hukum.
Pengertian mengenai tujuan pemidanaan juga diatur lebih rinci di dalam
rancangan KUHP Nasional:
1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum
demi pengayoman masyarakat.
2. Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan demikian menjadikannya
orang yang baik dan berguna.
3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Upaya penanggulangan tindak pidana dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem peradilan pidana, atau disebut juga penanggulangan secara
penal. Di samping itu penanggulangan lain dapat juga dilakukan dengan non sistem
peradilan pidana atau disebut juga dengan non penal.
1. Sarana Penal. Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang
bersifat represif bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini
dilakukan setelah kejahatan terjadi.
9Andi Hamzah,1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 35
9
2. Sarana Non Penal. Upaya non penal adalah upaya penanggulangan
kejahatan yang bersifat preventif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap
kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan.
Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas, maka
tindakan represif yang berupa pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan
dapatlah dimasukan ke dalamnya, sebab pemberian pidana juga
dimaksudkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya
tidak melakukan tindak pidana.10
Penanggulangan tindak pidana dapat dilakukan dengan sarana penal dan
non penal. Secara penal dilandasi oleh Pasal 10 KUHP khususnya yang mengatur
jenis-jenis hukuman, hukum pidana formal, maupun hukum pelaksanaan pidana
yang dilaksanakan melalui sistem peradilan pidana untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang tujuannya itu ialah untuk memasyarakatkan kembali pelaku tindak
pidana, mencegah kejahatan, dan mencapai kesejahteraan sosial. Sedangkan upaya
non-penal meliputi bidang-bidang yang sangat luas di seluruh sektor kebijakan
sosial yang bertujuan memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara
tidak langsung mempunyai pengaruh preventif terhadap kejahatan. Contohnya,
pendidikan sosial demi menciptakan tanggung jawab warga masyarakat, sehingga
menimbulkan pendidikan moral bagi masyarakat, agama dan sebagainya.11
Fungsi lalu lintas dapat disamakan dengan fungsi peredaran darah dalam
tubuh manusia. Demikian pula halnya dengan lalu lintas. Keamanan, ketertiban dan
kelancaran berlalu lintas yang tidak aman dan tidak lancar serta tidak tertib dan
efisien akan membawa berbagai bentuk pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan.
Untuk mengatur masalah lalu lintas bukanlah hal yang mudah dilakukan, karena di
dalamnya terdapat beberapa faktor yang turut menentukan dan sangat berpengaruh
10Barda Nawawi Arief, 1998, Kebijakan Hukum Pidana, Diterbitkan Prenada Media
Group, Jakarta, hlm. 218 11Ibid, hlm. 220
10
terhadap aktivitas masyarakat. Mengingat penting dan strategisnya pernanan lalu
lintas dan angkutan umum yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka lalu
lintas dan angkutan umum dikuasai oleh pembinanya adalah Pemerintah.
Pemerintah berperan sangat penting dalam pembuatan suatu peraturan yang dibuat
khusus untuk mengatur lalu lintas dan angkutan jalan dengan dikeluarkan dan
dilaksanakan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, sehingga diharapkan permasalahan-permasalahan lalu lintas yang
ada dapat terpecahkan. Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi dapat berakibat
banyaknya kecelakaan lalu lintas.
Kota Palembang adalah kota terbesar di Privinsi Sumatera Selatan dan kota
nomor dua terbesar di pulau Sumatera setelah kota Medan di Provinsi Sumatera
Utara. Kota Palembang diperintah oleh seorang Walikota dan sekaligus merupakan
Ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Sebagai sebuah kota besar Palembang memiliki
tingkat kepadatan lalu lintas terpadat dan tersibuk untuk wilayah Sumatera
khususnya di Sumatera Selatan. Akibat tingkat aktivitas dan mobilitas lalu lintas
yang tinggi tersebut menjadikan kota Palembang banyak terjadi rawan pelanggaran
lalu lintas. Pelanggaran lalu lintas ini cenderung mengakibatkan ketidaktertiban
pengguna jalan, kecelakaan, dan kemacetan lalu lintas. Waktu sering terjadinya
pelanggaran lalu lintas di jkota Palembang adalah pada saat jam sibuk karyawan
pulang pergi kerja, anak-anak berangkat dan pulang sekolah, aktivitas pasar dan
lain-lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kota Palembang untuk
memperbaiki dan mengatur kondisi tertib lalu lintas yang baik, namun belum dapat
mengimbangi perkembangan di bidang lalu lintas yang berkembang pesat.
11
Pembinaan terhadap sikap dan kepatuhan para pengemudi kendaraan
bermotor, baik kendaraan roda dua maupun roda empat atau lebih mengenai
peraturan-peraturan lalu lintas telah banyak dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas
Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Palembang, akan tetapi akibat adanya
ketidakseimbangan antara jumlah pemilik kendaraan bermotor dengan tidak
bertambahnya sarana jalan, ini mengakibatnya berbagai jenis dan bentuk
pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang sulit untuk diminimalkan. Untuk
menciptakan keamanan, ketertiban, kelancaran, berlalu lintas satuan lalu lintas
Polrestabes Palembang khususnya Direktorat lalu lintas melaksanakan berbagai
upaya dan kegiatan yang bersifat preventif dan represif guna mewujudkan
kemanan, ketertiban, kelancaran berlalu lintas di kota Palembang, khususnya dalam
wilayah hukum Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) Ilir Barat II yang merupakan
yurisdiksi Kepolisian Resor Kota Besar Palembang.
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas penulis kemudian
tertarik untuk mencoba melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul:
Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Di Wilayah Hukum Kepolisian
Sektor Kota (Polsekta) Ilir Barat II Palembang.
B. Permasalahan.
1. Bagaimana upaya penanggulangan pelanggaran lalu lintas di wilayah
hukum Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) Ilir Barat II Palembang?
2. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam penanggulangan
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Kepolisian Sektor Kota (Polsekta)
Ilir Barat II Palembang?
12
C. Ruang Lingkup Penelitian.
Ruang lingkup penelitian ini lebih difokuskan pada bidang kajian hukum
pidana yang dilakukan dalam kajian terhadap upaya dari pihak Kepolisian Sektor
Kota (Polsekta) Ilir Barat II Palembang dalam menanggulangani pelanggaran lalu
lintas dan berbagai kendala yang ditemui dalam upaya penegakan hukum
pelanggaran lalu lintas tersebut.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan
menjelaskan tentang hal-hal yang telah dilakukan Kepolisian Sektor Kota
(Polsekta) Ilir Barat II Palembang dalam menanggulangi dan memproses setiap
pelanggaran lalu lintas dan persoalan-persoalan yang merupakan hambatan dalam
proses penegakan hukumnya.
2. Manfaat Penelitian.
a. Manfaat teoritis yang diharapkan. Penelitian diharapkan akan berguna bagi
kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum
pidana dengan hukum acara pidananya terutama manfaat yang mungkin
diperoleh dalam kajian ilmiah yang berhubungan dengan pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan.
b. Manfaat praktisnya tentu saja diperuntukkan bagi aparat terkait di antaranya
petugas polisi Lalu lintas dan aparat penegak hukum lainnya. Selain itu
13
penelitian ini akan disumbangkan kepada almamater penulis, yakni Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
E. Kerangka Konseptual.
1. Pengertian upaya penanggulangan, yaitu suatu upaya dalam mengatasi dan
memberi solusi oleh pemerintah atau penegak hukum terhadap pelaku
kejahatan yang melakukan perbuatan menyimpang berupa tindak pidana
kejahatan ataupun pelanggaran.12
2. Pelanggaran lalu lintas adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan
seseorang yang mengemudi kendaraan umum atau kendaraan bermotor juga
pejalan kaki yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lalu
lintas yang berlaku.13
3. Wilayah hukum atau yurisdiksi adalah wilayah/daerah tempat berlakunya
sebuah undang-undang yang berdasarkan hukum. Kata ini berasal dari
bahasa Latin ius, iuris artinya “hukum” dan dicere artinya “berbicara”.14
4. Kepolisian Sektor Kota (Polsekta). Kepolisian Sektor adalah struktur
komando Kepolisian Republik Indonesia di tingkat kecamatan. Kepolisian
sektor di perkotaan biasanya disebut sebagai “Kepolisian Sektor Kota”.15
5. Kecamatan Ilir Barat II Palembang adalah kecamatan yang berada dalam
wilayah daerah administratif kecamatan Ilir Barat II di Kota Palembang.
12http://alisarjunip.blogspot.com/2014/07/defenisi-penanggulangan.html. Diakses tanggal
11 Nopember 2019 pukul 11.16 WIB
13Ramdlon Naning, 1982, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat Dan Disiplin
Penegak Hukum Dalam Lalu Lintas, Bina Ilmu, Yogyakarta, hlm.
14https://www.google.com/search?q=pengertian+wilayah+hukum&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b. Diakses tanggal 11 Nopember 2019 pukul 12.17 WIB
15Wikipedia.https://www.google.com/search?q=pengertian+kepolisian+sektor+kota&ie=u
tf-8&oe=utf-8&client=firefox-b. Diakses pada tanggal 11 Nopember 2019 pukul 11.22 WIB.
14
F. Metode Penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris atau
penelitian sosiologis dengan mengandalkan data lapangan dalam menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan. Bahan hukum sekunder dan primer
dikumpulkan dan lalu dilakukan analisis. Penelitian ini tegolong penelitian hukum
empiris yang bersifat eksploratoris, karenanya tidak bermaksud menguji hipotesa.
Teknik pengumpulan data primer dititik beratkan pada penelitian lapangan, dengan
cara mengkaji bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan) dan bahan
hukum sekunder (literatur) yang relevan. Teknik pengolahan data dilakukan dengan
menerapkan cara analisis isi (content analysis), untuk selanjutnya dikonstruksikan
ke dalam suatu kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan.
BAB I : PENDAHULUAN.
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup
penelitian, tujuan dan manfa’at penelitian, kerangka konseptual,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.
Bab yang bermaterikan tentang pengertian tindak pidana, jenis-jenis
tindak pidana, jenis-jenis hukuman pidana, pelanggaran lalu lintas
menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan dan prosedur penanganan pelanggaran lalu lintas dan
angkutan jalan.
15
BAB III : PEMBAHASAN.
Bab yang berisikan tentang kajian mengenai upaya penanggulangan
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Kepolisian Sektor Kota
(Polsekta) Ilir Barat II Palembang dan kendala dalam upaya
penanggulangan pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Kepolisian
Sektor Kota (Polsekta) Ilir Barat II Palembang.
BAB IV: PENUTUP.
Merupakan bab penutup yang terdiri dari bagian kesimpulan yang
merupakan jawaban atas permasalahan dari hasil kajian yuridis sesuai
dengan judul penelitian dan saran yang berupa rekomendasi kepada
siapa instansi terkait yang dituju dan apa alasan, sehingga rekomendasi
itu dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Literatur.
A. M. Bonger, 1981, Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembangunan Ghalia
Indonesia, Jakarta;
A. Qirom Samsudin M dan Sumaryo E, 1985, Kejahatan Anak; Suatu Tinjauan
Dari Segi Psikologis Dan Hukum, Liberti, Yogyakarta;
A.S. Alam & Amir Ilyas, 2010, Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung;
Andi Hamzah, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta;
Bahtiar Efendi, 1981, Sejarah Kepolisian Republik Indonesia, Penerbit UGM,
Yogyakarta;
Barda Nawawi Arief, 1998, Kebijakan Hukum Pidana, Diterbitkan Prenada Media
Group, Jakarta;
------------, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana: Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru, Kencana Prenada, Jakarta;
------------, 2014, Kapita Selekta Hukum Pidana Tentang Sistem Peradilan Pidana
Terpadu, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang;
Harahap, M. Yahya, 2005, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Sinar Grafika, Jakarta;
Lamintang, P.A.F. & Theo, 2013, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu
Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Sinar Grafika, Jakarta;
M. Karjadi, 1981, Kejahatan Pelanggaran Dan Kecelakaan, Politiea, Bogor;
Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta;
Parsudi Suparlan, 2016, Bunga Rampai Ilmu Kepolisian Indonesia, Yayasan
Pengembangan Ilmu Kepolisian, Jakarta;
Ramdlon Naning, 1982, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat Dan
Disiplin Penegak Hukum Dalam Lalu Lintas, Bina Ilmu, Yogyakarta;
Sarlito Wirawan Sarwono, 2003, Psikologi Remaja, PT. Remaja Grafindo Persada,
Jakarta;
Satjipto Rahardjo, 2008, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung;
Soedjono Dirdjosisworo, 1276, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention),
Alumni, Bandung;
Soedjono, 1976, Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung;
Tim Penyusun, 2005, Almanak Kepolisian Republik Indonesia, Penerbit Karya
Jaya, Jakarta;
B. Peraturan Perundang-Undangan.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri);
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
C. Tulisan Ilmiah dan Situs Internet.
http://alisarjunip.blogspot.com/2014/07/defenisi-penanggulangan.html. Diakses
tanggal 11 Nopember 2019 pukul 11.16 WIB;
http://krisnaptik.com/polri-4/hukum-kepolisian/hukum-kepolisian-2/.Diakses pada
tanggal 16 Februari 2020, Pukul 16.51 WIB.
https://kbbi.web.id/polisi. Diakses pada tanggal 16 Februari 2020, pukul 16.52
WIB.
https://kbbi.web.id/tanggulang. Diakses pada tanggal 16 Februari 2020 pada pukul
17.13 WIB.
https://www.google.com/search?q=pengertian+wilayah+hukum&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b. Diakses tanggal 11 Nopember 2019 pukul
12.17 WIB.
Naskah Akademik RUU LLAJ, Dengan kata kunci Sanksi Denda Undang-Undang
Lalu Lintas, www.google.com, http//www.dephub.go.id/No.
288/KKI/THIX/2009, diakses melalui situs internet pada tanggal 29
Oktober 2019 pukul 15.42 WIB.
Pengertian Penanggulangan” melalui http://kbbi.web.id. Diakses tanggal 11
Nopember 2019 pukul 11.02 WIB.
Ramly O. Sasambe, 2016, Kajian Terhadap Penyelesaian Pelanggaran Peraturan
Lalu Lintas Oleh Kepolisian, Jurnal Lex Crime Vol. V/No. 1/Jan/2016;
Setio Agus Samapto, 2009, Penyelesaian Perkara Pidana di Luar Pengadilan
Terhadap Dugaan Kejahatan Pasal 359 KUHP Dalam Perkara Lalu
Lintas, Jurnal STIMIK AMIKOM, Yogyakarta;
Wikipedia.https://www.google.com/search?q=pengertian+kepolisian+sektor+kota
&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b. Diakses pada tanggal 11
Nopember 2019 pukul 11.22 WIB.
top related