wacana puisi naratif munaba dalam masyarakat … filesukartini pada program s2 linguistik...
Post on 01-Aug-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TESIS
WACANA PUISI NARATIF MUNABA DALAM MASYARAKAT NUBUAI DI DISTRIK UREI
FAISEI, KABUPATEN WAROPEN, PAPUA
BELGHITA SONEI RISIA YENUSI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
TESIS
WACANA PUISI NARATIF MUNABA DALAM MASYARAKAT NUBUAI DI DISTRIK UREI
FAISEI, KABUPATEN WAROPEN, PAPUA
BELGHITA SONEI RISIA YENUSI 1290161046
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK
KONSENTRASI WACANA SASTRA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2015
WACANA PUISI NARATIF MUNABA DALAM MASYARAKAT NUBUAI DI DISTRIK UREI
FAISEI, KABUPATEN WAROPEN, PAPUA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister,Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana Universitaas Udayana
BELGHITA SONEI RISIA YENUSI 1290161046
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK
KONSENTRASI WACANA SASTRA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2015
Lembar pengesahan
TESIS INI TELAH DI SETUJUI TANGGAL 25 AGUSTUS 2015
Pembimbing I, Pembimbing II
Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. Dr. Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum. NIP 19440923 197602 1 001 NIP 19621214 199010 1 001
Mengetahui,
Ketua ProgramMagister Linguistik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) NIP 19521225 197903 1 004 NIP 19590215 198510 2 001
Tesis ini telah diuji pada tanggal 25 Agustus 2015
oleh
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No.SK. 2580/UN14.4/HK/2015
Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U.
Anggota : Dr. Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum.
Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S.
Dr. I Wayan Suardiana, M.Hum.
Dr. Drs. I Ketut Sudewa, M.Hum.
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA: : BELGHITA SONEI RISIA YENUSI
NIM : 1290161046
PROGRAM STUDI : S2 Linguistik
JUDUL TESIS : Wacana Puisi Naratif Munaba dalam Masyarakat Nubuai di Distrik Ureifaisei, Kabupaten Waropen, Papua
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Agustus 2015
( Belghita Sonei Risia Yenusi )
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas
penyertaan, pertolongan, serta kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Penelitian yang berjudul “Wacana Naratif Munaba dalam
Masyarakat Nubuai di Distrik Urei Faisei, Kabupaten Waropen, Papua”, diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Magister pada Program
Pascasarjana (S-2), Program studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas
Udayana, Denpasar, Bali.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.
Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U, sebagai Pembimbing I yang dengan penuh
perhatian memberikan bimbingan dan saran selama proses penyelesaian penelitian
ini. Dr. Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum., selaku pembimbing kedua yang
dengan penuh kesabaran, memberikan dorongan, semangat, dan saran-saran
selama proses bimbingan.
Terima kasih penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis dalam mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
program Magister di Universitas Udayana. Terima kasih juga ditujukan kepada
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A.Raka
Sudewi, Sp.S (K)., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
karya siswa Program Magister Linguistik pada program Pascasarjana Universitas
Udayana. Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. selaku Ketua Program
Magister Linguistik dan Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum selaku Sekretaris
Program Magister Linguistik Universitas Udayana, atas kesempatan, nasihat
dorongan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan program Magister di Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih pula pada Para dosen Program Magister (S2)
Linguistik, Konsentrasi Wacana Sastra Universitas Udayana yang pernah
memberikan kuliah dan arahan kepada penulis, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Terima kasih juga kepada staf Administrasi Program Magister
Linguistik (I Gusti Ayu Putu Supadmini, I Nyoman Sadra, S.S., bapak I Ketut
Ebuh, S. Sos., Nyoman Adi Triani, S.E., Ida Bagus Suanda), yang banyak
membantu kelancaran administrasi perkuliahan dan proses penyelesaian studi
penulis, juga staf perpustakaan (Dra. Ni Nyoman Sumerti, dan Ni Nyoman
Sukartini pada program S2 Linguistik Universitas Udayana atas bantuan dan
pelayanannya.
Terima kasih juga kepada Rektor Universitas Negeri Papua yang
memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi. Dr. Suriel Mofu, S.Pd,
M.Phil. yang telah memberikan rekomendasi bagi penulis sehingga dapat
melanjutkan studi pada program pascasarjana di Universitas Udayana. Dr. Hugo
Warami, S.Pd., M.Hum, yang telah memberikan rekomendasi bagi penulis
sehingga dapat melanjutkan studi lanjutan serta dukungan moral, motivasi,
kebersamaan, dan saran–saran selama penulis berada di Pulau Dewata.
Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Waropen atas izin dan
bantuan serta dukungannya dalam melakukan penelitian. Terima kasih juga
kepada para penutur dan informan yang telah banyak memberikan informasi,
membantu dalam proses pertranskripsian dan penerjemahan data sehingga
memudahkan penulis dalam penelitian.
Terima kasih kepada bapak, ibu, teman-teman seperjuangan yaitu teman-
teman angkatan 2012 Program Pascasarjana (S-2) Linguistik Universitas
Udayana, Jafar Karim, Ni Wayan Sudarti, I Nyoman Sadwika dan Ida Bagus
Bergawa juga Sharifudin Detikoa atas kebersamaan selama perkuliahan. Ibu
Yolanda Hole dan Bapak Rein atas dorongan moral dan pemberian semangat
dalam menyelesaikan studi. Bapak Fersyd Mora atas bantuan referensinya, kakak
Dani Tanati dalam memberikan referensi tentang Waropen. Teman-teman, adik-
adik, kakak-kakak Organisasi Ikatan Mahasiswa dan Masyarakat Papua
(IMMAPA) Bali atas cinta kasih, kebersamaan dan kesempatan berorganisasi
selama penulis berada di Bali.
Terima kasih atas doa, pengorbanan dan motivasi serta perhatian secara
tulus dari keluarga terutama kedua orangtua, ayah tercinta sekaligus sebagai salah
satu informan Piet Hein Yenusi dan Ibu tercinta Yuliana Rogi. Terimakasih juga
kepada kakak dan adik-adik Margaritha Yenusi, Simon Feri Yenusi, Smirna
Yenusi, Kaleb Yenusi, dan Katin Yenusi juga Marko Yenusi atas cinta, kasih
sayang yang diberikan selama penulis melaksanakan studi. Keluarga besar
Duwiri, Yenusi, Kadiwaru, Imbiri, Erari, Maniagasi dan Sawaki, yang telah
mengijinkan dan mendukung penulis dalam proses pengambilan data penelitian.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari semua pihak
sehingga penelitian ini dapat menjadi tulisan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian penulisan. Amin
Denpasar, Agustus 2015 Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini menitikberatkan pada wacana puisi naratif munaba dalam
Masyarakat Nubuai di Distrik Urei Faisei, Kabupaten Waropen, Papua. Munaba sebagai nyanyian ratapan kematian dijadikan objek penelitian karena masih hidup dalam masyarakat setempat walaupun penuturnya semakin berkurang. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi sastra karena berhubungan dengan karya sastra lama yang sudah tentu menyimpan sisi kebudayaan masyarakatnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu mengungkapkan fakta, fenomena, dan variabel yang ada. Penafsiran data disesuaikan dengan situasi yang terjadi dan sesuai dengan pandangan masyarakat, perbedaan antarfakta, pengaruh terhadap sebuah kondisi, dan masalah yang diteliti dan diselidiki.
Penelitian ini menggunakan alat analisis wacana sastra yang terdiri atas teori wacana sastra, teori Lord, teori fungsi, dan teori semiotik. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Data diperoleh dari munaba yang dituturkan oleh beberapa penutur. Sumber data dalam penelitian ini adalah syair munaba dalam bahasa asli Waropen dan sudah ditransliterasi dalam bahasa Indonesia oleh informan di lapangan.
Berdasarkan analisis ditemukan bentuk wacana munaba yaitu berbentuk puisi naratif yang memiliki format tertentu dalam formulanya, format puisi, dan naratifnya. Fungsi munaba antara lain estetis, sosial, perantaraan, apresiasif, historis, dan pengesahan pranata-pranata kebudayaan. Makna munaba terdiri atas makna tropologis terdiri atas makna simbolik dan didaktis, terdapat juga makna magis, dan makna religi berdasarkan puisi narasi munaba. Kata Kunci: wacana, puisi naratif, munaba, Waropen
ABSTRACT
This study focuses on the discourse of narrative poems munaba in Nubuai
Community UreiFaisei District, Waropen Regency, Papua. Munaba as a death lament song is made the object of study because it is still vivid in the local community despite dwindling native speakers. The approach in this study is a literary anthropology approach as it relates to an ancient literary work which of course enshrines the cultural aspect of the community.
The method used in this research was descriptive qualitative method, which reveals the facts, phenomena, and existing variables. Data interpretation was adapted to the situation and in accordance with the views of the community, the inter-fact differences, influence on a condition, and the problems examined and investigated.
This study used the tools of literary discourse analysis which consist of the theory of literary discourse, Lord theory, the theory of functions, and semiotic theory. The data collection techniques were observation, interviews, documentation, and literature review. The data were obtained from munaba spoken by several speakers. The data source in this study was munaba poetry in the original language Waropen and is already transliterated into Indonesian by informants in the field.
Based on the analysis, it was found that the form of munaba discourse is in the form of narrative poem that has a specific format in the formula, the format of poetry, and narrative. The functions of munaba include aesthetic, social, mediation, appreciative, historical, and cultural institutions ratification. The meaning of munaba consists of tropological meaning which consists of symbolic meaning and didactic, there is also a magic meaning, and the meaning of religion is based on a narrative poem munaba. Keywords: discourse, naratif poem, munaba, Waropen
RINGKASAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat dari
masa ke masa terkadang mempengaruhi pola pikir generasi penerus bangsa saat
ini. Masyarakat sadar akan perubahan tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terkadang mengesampingkan nilai-nilai kebudayaan bersifat
tradisional dan religius yang telah dimiliki dan dipelihara oleh bangsa.
Pengetahuan yang diperoleh dari kebudayaan merupakan salah satu kekayaan
yang dimiliki dan perlu dipertahankan. Nilai-nilai moral dalam kebudayaan perlu
diajarkan kepada generasi penerus bangsa, baik dalam pendidikan formal maupun
nonformal dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Munaba merupakan salah satu sastra lisan masyarakat Waropen berbentuk
nyanyian tentang kisah kehidupan dan kematian, juga sifat kebesaran dan
kebaikan seseorang yang disampaikan secara lisan dari generesi ke generasi.
Munaba sebagai sastra lisan dalam bentuk nyanyian yang dituturkan pada saat
terjadi peristiwa kematian dalam kehidupan masyarakat Waropen, Papua.
Munaba dalam masyarakat Waropen merupakan nyanyian ratapan
kematian dengan bentuk tuturannya berupa syair-syair yang berisi mitos, sejarah
keturunan, dan legenda yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Selain itu, munaba juga merupakan nyanyian kematian yang berisi cerita
kehidupan dari jenazah yang sedang diritualkan. Syair-syair berisi mitos, sejarah
keturunan, legenda, mengandung karakteristik dari beberapa tokoh utama seperti
kebesaran, kebaikan, keperkasaan yang dapat dipelajari oleh khalayak. Secara
tidak langsung, isi munaba berhubungan dengan sikap, tingkah laku, pola pikir
dan moral dari masyarakatnya. Munaba dapat menjadi sumber pengajaran moral
bagi generasi penerus bangsa khususnya generasi Waropen karena mengandung
pesan-pesan moral terkait dengan isinya.
Penutur munaba semakin berkurang karena peminat dari pembelajaran
munaba semakin berkurang. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membina
generasi penerusnya tentang munaba menjadi salah satu alasan berkurangnya
penutur. Penutur munaba saat ini adalah mereka yang berusia di antara 50 tahun
ke atas. Hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian dan
pengkajian munaba. Selain sebagai bahan dokumentasi dalam pengenalan budaya
bagi generasi penerus di tahun-tahun yang akan datang, penelitian ini juga
bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dan moral yang dapat diambil
sebagai sumber pelajaran dan pengetahuan bagi generasi penerus. Hasil
pemaknaan dalam munaba dapat menjadi sebuah sarana pendidikan dan
pembelajaran budaya dan moral bagi masyarakat. Beberapa masalah yang dibahas
dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah bentuk wacana munaba yang
dimiliki oleh masyarakat Waropen?; (2) bagaimanakah fungsi wacana munaba
dalam masyarakat Waropen yang terlihat dalam puisi naratif munaba?; dan (3)
apakah makna wacana munaba dalam masyarakat Waropen yang terlihat didalam
puisi naratif munaba? Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mengetahui
bentuk, fungsi, dan makna wacana naratif munaba.
Penelitian ini menggunakan teori formula Lord guna menemukan format
dan struktur munaba, teori fungsi untuk menemukan fungsi munaba dan teori
semiotik untuk menemukan makna dalam munaba. Penelitian ini juga
menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik,
yaitu lebih menekankan proses daripada hasil. Selain itu, penelitian ini juga
bersifat induktif sehingga lebih mengutamakan makna dan menggunakan
lingkungan alamiah sebagai sumber data. Data dalam penelitian adalah teks
munaba yang diperoleh dengan cara observasi, perekaman, dan wawancara para
pelantun dan informan. Pelantun adalah mereka yang memiliki kemampuan dalam
melantunkan munaba yang disebut sebagai binabawa dan informan adalah
mereka yang mengerti tentang kebudayaan seperti tokoh adat, pemerintah, dan
masyarakat sebagai pelaku kebudayaan. Data lainnya adalah buku-buku yang
dapat digunakan sebagai sumber informasi tambahan.
Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa munaba berbentuk puisi naratif
yang memiliki unsur puisi dan naratif yaitu terdiri atas bait dan baris, memiliki
formula khusus, yaitu dapat terlihat pengulangan-pengulangan dalam bentuk kata,
frasa dan satu baris penuh yang merupakan ciri khusus dari upaya seorang penutur
dalam mengingat ungkapan-ungkapan yang akan disampaikan. Ungkapan tersebut
menjadi satu kesatuan bentuk khas dalam menyusun sebuah kisah kehidupan
seseorang. munaba juga memiliki unsur-unsur puisi lainnya seperti unsur bunyi
(pengulangan konsonan dan vokal) juga gaya bahasa yang memberikan unsur
keindahan.
Analisis fungsi menunjukkan bahwa munaba berfungsi estetis dari sisi
bentuknya, berfungsi sebagai media sosial dalam hubungan antara masyarakat
pemiliknya. Sebagai perantara kehidupan dan kematian yaitu hubungan antara
roh. Sebagai media historis, yaitu sejarah keturunan dan nenek moyang, apresiasi
yaitu penghargaan kepada nilai kebudayaan yang dimiliki. Pengesahan pranata-
pranata kebudayaan, berupa kepercayaan yang dimiliki masyarakat Waropen.
Analisis makna dalam munaba adalah makna topologis yang terdiri dari
makna simbolik dan makna didaktis. Makna simbolik diperoleh dari beberapa
simbol yang ditemukan di dalam munaba dengan melihat teks dan konteks
masyarakat. Makna didaktis berupa sarana/media pengajaran moral. Makna
magis dalam munaba yang diperoleh dari bentuk pengulangan-pengulangan atau
formula munaba. Makna religius yaitu berupa makna kematian berdasarkan teks
munaba yang terdiri dari kematian sebagai perjalanan panjang, sebagai proses
pengambilan dan perebutan, dan proses pembebasan dari perbudakan.
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... x
RINGKASAN ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xx
GLOSARIUM .............................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 8
1.3 Tujuan ................................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 8
1.4 Manfaat ................................................................................................. 9
1.4.1 Manfaat Teoretis .................................................................................. 9
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN ................................................................ 10
2.1 Kajian Pustaka ....................................................................................... 10
2.2 Konsep ................................................................................................... 14
2.2.1 Wacana Puisi Naratif ........................................................................... 14
2.2.2 Wacana Puisi Naratif Munaba ............................................................. 16
2.2.3 Masyarakat Nubuai Waropen .............................................................. 17
2.3 Landasan Teori ...................................................................................... 19
2.3.1 Teori Wacana ....................................................................................... 19
2.3.2 Teori Formula Lord .............................................................................. 22
2.3.3 Teori Semiotik ..................................................................................... 24
2.3.4 Teori Fungsi ......................................................................................... 25
2.4 Model Penelitian ..................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 30
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 30
3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 30
3.3 Jenis dan Sumber data ............................................................................. 31
3.4 Instrumen Penelitian................................................................................ 31
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 31
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................... 33
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data .......................................... 33
BAB IV SOSIAL BUDAYA ETNIK WAROPEN ....................................... 35
4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Waropen ................................................. 35
4.2 Kehidupan Sosial Etnik Waropen ........................................................... 37
4.2.1 Bahasa................................................................................................. 38
4.2.2 Adat Istiadat ........................................................................................ 40
4.2.3 Sistem Kepemimpinan ........................................................................ 42
4.2.4 Sistem Kepercayaan ............................................................................ 45
4.2.5 Mata Pencaharian Penduduk ................................................................ 47
BAB V EKSISTENSI MUNABA DI WAROPEN ......................................... 49
5.1 Jenis Munaba ......................................................................................... 49
5.2 Aturan Munaba ...................................................................................... 50
5.3 Kedudukan dan Pandangan Masyarakat terhadap Munaba...................... 52
5.4 Tipologi Munaba ................................................................................... 53
5.5 Munaba sebagai Medan Wacana Komunitas .......................................... 54
5.6 Munaba sebagai Pelibat Wacana Komunitas .......................................... 55
5.7 Munaba sebagai Sarana Wacana Komunitas ........................................... 55
5.8 Pandangan Masyarakat terhadap Munaba ............................................... 56
BAB VI ANALISIS BENTUK MUNABA ..................................................... 57
6.1 Bentuk Formal (Bentuk Intrinsik Puisi) Munaba .................................... 58
6.1.1 Baris dan Bait dalam Munaba .............................................................. 58
6.1.2 Penambahan huruf vokal pada posisi tertentu ....................................... 61
6.2 Sistem Formula ...................................................................................... 63
6.2.1 Formula Satu Kata................................................................................ 64
6.2.2 Formula Setengah Baris (Perulangan Frasa) ......................................... 67
6.2.3 Formula Satu Baris ............................................................................... 72
6.3 Stilistika dalam Munaba ......................................................................... 75
6.3.1 Aliterasi dalam Munaba ....................................................................... 75
6.3.2 Asonansi dalam Munaba ...................................................................... 76
6.3.3 Gaya Bahasa ........................................................................................ 77
6.4 Bentuk Naratif dalam Munaba ............................................................... 85
6.4.1 Tema .................................................................................................... 85
6.4.2 Tokoh................................................................................................... 94
6.4.3 Latar .................................................................................................... 96
6.4.4 Peristiwa .............................................................................................. 97
BAB VII ANALISIS FUNGSI MUNABA .................................................... 102
7.1 Fungsi Estetis ......................................................................................... 103
7.2 Fungsi Sosial .......................................................................................... 104
7.3 Fungsi Perantaraan ................................................................................. 107
7.3.1 Perantara manusia dengan roh nenek moyang ....................................... 108
7.3.2 Perantara manusia dengan Tuhan ......................................................... 109
7.3.3 Perantara manusia dengan benda gaib .................................................. 110
7.4 Fungsi Apresiasif ................................................................................... 111
7.5 Fungsi Historis ....................................................................................... 114
7.6 Fungsi Pengesahan Pranata-pranata Sosial ............................................. 115
7.6.1 Kepercayaan kepada Tuhan (secara Kristiani) ..................................... 116
7.6.2 Kepercayaan kepada Roh Orang Tua dan Nenek Moyang.................... 118
BAB VIII ANALISIS MAKNA DALAM MUNABA .................................... 122
8.1 Makna Tropologis ................................................................................... 122
8.1.1 Makna Simbolik ................................................................................... 123
8.1.2 Makna Didaktis .................................................................................... 133
8.2 Makna Magis .......................................................................................... 134
8.3 Makna Religius ....................................................................................... 135
8.3.1 Kematian sebagai Perjalanan Panjang ................................................... 135
8.3.2 Kematian sebagai Proses Pembebasan dari Perbudakan ........................ 136
8.3.3 Kematian sebagai Proses Pengambilan dan Perebutan .......................... 136
BAB IX SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 138
8.1 Simpulan ................................................................................................. 138
8.2 Saran ....................................................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 141
LAMPIRAN ................................................................................................. 145
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Papua ………………………………………………………….35
Gambar 4.2 Peta Kabupaten Waropen …………………………………………..36
Gambar 7.1 Prosesi ratapan munaba oleh binabawa, keluarga dan teman dari almarhumah………………………………………………………………………………….………106
Gambar 7.2 Prosesi menutup jenazah dengan kain dan mengikat pinggang para peratap dengan kain oleh keluarga, teman, masyarakat yang hadir……………………………………………………………………………………………….……..107
GLOSARIUM
aibini dan aimani : tokoh mitos yang dianggap sebagai nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib dan mampu memberikan kekuatan bagi keturunannya. Aibini sebagai lambang kekuatan dari perempuan dan aimani sebagai lambang kekuatan dari laki-laki. Kedua kata ini selayaknya pasangan yang tidak dapat terpisahkan dan selalu digunakan dalam nyanyian ratapan munaba. Ketika kata aibini digunakan oleh pelantun maka selanjutnya pasti aimanipun akan disebutkan secara berurutan.
aimeri : salah satu tokoh mitos yang dipercayai sebagai nenek moyang. Tokoh ini dapat mengubah tubuhnya ke dalam beberapa bentuk, salah satunya adalah ular. Tokoh ini mengalahkan seekor ular yang bernama roponggai dan dari situlah asal mula diadakan munaba.
amaghi : suasana langit saat matahari akan terbit yang ditandai dengan adanya bintang pagi (fajar).
amado rano : nyanyian pagi atau nyanyian fajar. Nyanyian ini dilantunkan saat fajar menyingsing.
aga : jenis burung kakatua
aigha : nama dari seorang ibu dalam mitos kuri pasai yang hidup di dekat gunung ghamusupedai (gunung yang dipercayai sebagai tempat bersemayamnya para nenek moyang di daerah Woisimi). Dalam syair munaba biasanya aighai digambarkan sebagai nenek moyang dan
dianggap sebagai wanita langit atau juga disebut wanita bulan.
ayomi dan ghorumi : kedua kata berpasangan yang tidak dapat dipisahkan dalam syair munaba. Kedua kata ini merupakan lawan kata. Kedua kata ini merupakan nama tempat. Satu tempat berada di daerah timur Waropen sedangkan yang satu lagi berada di daerah barat Waropen.
bobo : sejenis minuman yang dibuat dari sari pohon aren dan diramu dengan akar mangrove berwarna putih susu.
dimboe : anting-anting besar yang biasanya dipakai oleh seorang binabawa. Anting-anting ini dalam munaba dilambangkan sebagai perempuan mosaba.
erari : salah satu marga yang berada dalam suku Waropen
firamba : sejenis selendang yang terbuat dari manik-manik. Dalam munaba, firamba ini dianggap sebagai benda mahal yang berharga yang hanya digunakan oleh kaum sera.
ghea : sejenis burung musim yang dipercayai oleh masyarakat sebagai petunjuk untuk memulai aktifitas. Burung ini oleh beberapa marga di Waropen dianggap sebagai nenek moyang. Burung ini dipercayai keluar pada saat pagi hari dan penunjuk akan adanya angin timur sehingga masyarakat harus melakukan aktifitas mencari nafkah ataupun perjalan ke arah barat. Ghea sering dipakai dalam nyanyian ratapan munaba sebagai simbol arah perjalanan roh menuju ke arah barat/matahari terbenam.
ghomingga : ghomingga, ghomino berarti perbudakan, budak. Budak dalam masyarakat waropen adalah mereka yang ditawan dalam peperangan. Penangkapan budak ini dilakukan dalam perjalanan perang yang dilakukan oleh seorang Sera. Dalam munaba, budak dan perbudakan merupakan lambang dari pada kenistaan, penyiksaan dan kesengsaraan dalam sebuah kehidupan.
gorano : anak ikan hiu yang biasanya dikonsumsi sebagai makanan oleh masyarakat Waropen.
imbaraseni : tokoh mitos perempuan dalam masyarakat Waropen.
inggini : nama tabura milik salah satu keret. Tabura ini dipercaya memiliki kekuatan gaib karena didalamnya hidup seorang peri berkain dada.
jubi : sejenis tombak yang dibuat dari kayu yang keras dan tidak mudah rapuh. Alat ini biasanya digunakan untuk mencari nafkah namun dapat juga digunakan sebagai alat perang dan perlindungan diri.
mambor : nama sebuah suku juga nama pulau tempat tinggal suku tersebut. Dalam munaba, daerah ini sering disebutkan. Diperkirakan bahwa daerah ini adalah area peperangan dan penangkapan budak yang pernah dilakukan oleh leluhur. Pulau ini terletak di kabupaten Nabire Papua.
mandaghi : penyebutan terhadap anak laki-laki dalam masyarakat waropen.
mbora : sejenis pohon mangrove yang tumbuh ditepi pantai tempat mata pencaharian bagi para wanita.
mosaba : gelar yang diberikan kepada perempuan yang berasal dari keluarga dan keturunan raja dalam strata sosial masyarakat Waropen.
moor : nama suku dan juga nama pulau tempat tinggal suku ini. Pulau ini terletak di Kabupaten Nabire. Daerah ini sering disebut dalam munaba sebagai area yang sering dilewati oleh seorang sera ketika melakukan perdagangan dan peperangan.
nuburi : nama salah satu keret dan marga dalam masyarakat Waropen.
pedai : nama salah satu keret dan marga dalam masyarakat Waropen. Keret ini dapat ditemukan dalam munaba ketika seorang yang meninggal merupakan keturunan dari marga tersebut.
owa munaba : ritual kematian dalam bentuk dansa adat yang berisikan syair tentang kebesaran, keagungan dari leluhur. Biasanya dilaksanakan setelah jenazah dikuburkan.
rewana : gelang berbahan dasar logam yang biasanya digunakan ditangan para ibu. Gelang ini sangat berharga. Dalam syair munaba, biasanya ditemukan dengan pengungkapan kebanggaan, penghargaan dan kasih sayang kepada seorang anak (khususnya laki-laki). Selain itu juga pengungkapan akan rasa kagum terhadap keberanian dan kesaktian.
risigha dan risira : pesisir pantai bagian barat dan timur dari Waropen.
rowu : sejenis noken yang terbuat dari bahan dasar tumbuh-tumbuhan yang biasanya dipakai untuk mengisi barang-barang berharga milik pribadi. Kata ini dipakai dalam
munaba sebagai pengungkapan terhadap sesuatu atau seseorang yang menyimpan harta, kekayaan, dan pengetahuan tentang adat istiadat dan sebagainya.
sera : gelar yang diberikan kepada keluarga dan keturunan raja dalam strata sosial masyarakat Waropen. Penyebutan ini diberikan khusus kepada laki-laki.
siri : salah satu tokoh dalam mitos yang dimilki oleh beberapa keret. Ia adalah seorang sera (raja) atau kepala pasukan yang sedang melakukan perjalanan peperangan ataupun perdagangan.
sirami : nama tempat sekaligus merupakan nama marga yang terdapat di Waropen.
sanggei : nama tempat di daerah Ureifaisei Waropen. Tempat ini merupakan daerah pelabuhan kapal motor dan perahu yang digunakan masyarakat sebagai alat transportasi lokal.
tabura : sejenis kerang besar yang digunakan sebagai alat tiup. Alat tiup ini biasanya dipakai dalam upacara-upacara adat ataupun dalam keadaan darurat seperti pencarian terhadap orang hilang. Kata ini dipakai dalam syair munaba sebagai sesuatu yang berharga.
unaigha : sebutan kepada anjing dalam masyarakat Waropen. Kata ini di pakai dalam syair munaba sebagai penyebutan kepada para prajurit yang gagah berani.
urigha : penyebutan terhadap udik sungai atau mata air dalam bahasa Waropen. Kata ini biasanya di pakai dalam syair munaba sebagai sebuah ungkapan terhadap tempat
keberadaan seseorang setelah meninggal yaitu kembali kepada asalnya/Tuhannya.
unai rewambo : penyebutan terhadap para prajurit yang gagah perkasa dalam syair-syair muna.
watamuri : nama batu berpasangan yang berada di daerah Waropen dan di kenal masyarakat dengan sebutan batu zaman.
weniki dan weseriki : kedua kata ini memiliki makna yang sama yaitu penyebutan terhadap kapal bermesin dan terbuat dari besi baja, aluminium dan sebagainya. Kedua kata ini merupakan pasangan yang tak dapat dipisahkan dalam syair munaba. Dalam syair munaba, kedua kata ini dipakai sebagai ungkapan wadah yang membawa dan menghantarkan roh kepada asalnya.
yanisa munaba :terdiri dari dua kata yaitu yanisa yang berarti ratapan dan munaba yang berarti sifat kebesaran. Ratapan tentang sifat-sifat besar seseorang memiliki irama seperti sebuah nyanyian sehingga disebut sebagai nyanyian ratapan kematian. Nyanyian ratapan kematian dilantunkan oleh seorang binabawa ataupun sanak saudara dari sang almrhum/ah.
top related