sarafambarawa.files.wordpress.com · web viewpasien pertama kali mengeluh pusing berputar sejak...
Post on 28-Jul-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
VERTIGO INSUFISIENSI VERTEBROBASILER
Disusun Oleh:
Nadira S Jasmine 1910221024
Pembimbing:
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp. S, M. Sc
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN 2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Telah dipresentasikan dan disetujui laporan kasus yang berjudul
Vertigo Cervicogenic
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Penyakit
Saraf di RSUD Ambarawa
Disusun Oleh :
Nadira S Jasmine 1910221024
Telah disetujui
Ambarawa, Januari 2020
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp. S, M. Sc
2
ii
LAPORAN KASUS
A. IDEN
Nama : Ny. MR
Usia : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Berokan Bawen
No CM : 0221xx-20xx
Tangggal masuk RS : 20 Januari 2020 pukul 18:00
B. ANAMNESIS
Anamnesa diperoleh dari autoanamnesis yang dilakukan pada tanggal 24
Januari 2020, pukul 13.30 di bangsal Mawar RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama
Pusing berputar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien pertama kali mengeluh pusing berputar sejak satu minggu
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan pusing berputar yang diderita pasien
dirasakan pada seluruh kepala pasien, pusing juga muncul dengan cepat,
dan pusing dirasakan sepanjang hari terus menerus dengan skala 8.
Perasaan pusing berputar bertambah apabila pasien bangun dari tempat
tidur. Keluhan pusing berputar disertai dengan kaku pada bagian belakang
leher. Keluhan timbul ketika sebelumya pasien mencuci pakaian dengan
posisi menunduk lama. Pasien mengatakan sudah beberapa kali mengubah
posisi bantal ketika tidur, namun tidak mengurangi rasa pusing dan kaku
lehernya.
3
Dua hari sebelum masuk rumah sakit, pasien kembali mengeluhkan
perasaan pusing berputar. Pusing berputar dirasakan muncul dengan cepat
dan terasa berat sehingga pasien merasakan perasaan melayang. Keluhan
disertai mual dan lemas. Lemas dan perasaan melayang dirasakan
sepanjang hari sehingga pasien merasa tidak dapat melakukan aktivitas
sehingga pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur.
Lima jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kembali mengalami
pusing berputar dengan perasaan seperti melayang. Keluhan disertai
perasaan lemas, mual dan muntah sebanyak 1 kali dengan jumlah muntah
sedikit. Keluhan yang dirasakan memberat dan tidak meminum obat
pereda pusing ini akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pasien
ke IGD RSUD Ambarawa. Gangguan pada telinga, gangguan pada BAK
dan BAB, gangguan motorik, dan fungsi sensorik disangkal oleh pasien.
Namun pasien mengeluhkan sering merasa kebas pada tangan dan kaki
pasien sejak 5 tahun yang lalu, kebas dirasakan muncul secara cepat.
Kebas dirasa muncul apabila pasien menekuk tangan dan kaki terlalu
lama. Kebas yang dirasakan tidak terlalu berat dengan skala 3 dan keluhan
dirasa tidak memberat dan akan hilang dengan sendirinya.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan serupa sebelumnya : Pasien mengatakan sering
mengalami pusing berputar secara cepat disertai dengan kaku pada
leher, keluhan pusing berputar dirasakan memberat sehingga terjadi
perasaan melayang dan disertai mual sehingga pasien merasa lemas.
Keluhan yang terjadi pada pasien membuat pasien hanya berbaring
pada tempat tidur untuk mengurangi perasaan pusing berputarnya.
b. Riwayat trauma : disangkal
c. Riwayat sakit leher : diakui, sakit leher dirasakan
setelah menunduk terlalu lama akibat mencuci baju (ergonomi).
d. Riwayat stroke : disangkal
4
e. Riwayat sakit jantung : disangkal
f. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
g. Riwayat DM : diakui, sudah 10 tahun dan
sudah terjadi komplikasi (katarak dan ulkus).
h. Riwayat sakit telinga : disangkal
i. Riwayat sakit gigi : disangkal
j. Riwayat sinusitis : disangkal
k. Riwayat sakit maag : disangkal
l. Riwayat kolesterol tinggi : diakui
m. Riwayat gangguan psikiatri : disangkal
n. Riwayat alergi : disangkal
o. Riwayat operasi : Operasi katarak 2 tahun yang
lalu, riwayat debridement ulkus pada kaki kanan
p. Riwayat kebas : Diakui sudah terjadi 5 tahun
lalu dan terjadi kebas apabila pasien menekuk tangan atau kaki terlalu lama
dan kebas dirasakan akan hilang dengan sendirinya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat darah tinggi, DM, stroke, dan sakit jantung pada orang tua,
suami, dan ketiga anak pasien disangkal oleh pasien.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien sudah bercerai dengan
suaminya sejak 11 tahun yang lalu dan sudah pisah rumah. Pasien memiliki
tiga anak, dengan anak pertama sudah menikah dan pisah rumah dengan
pasien. Pasien tinggal serumah dengan anak kedua dan ketiga, di mana
kecukupan rumah tangga dipenuhi oleh anak ke dua yang bekerja sebagai
pedagang toko. Pasien tinggal di lingkungan perkampungan dengan sosial
ekonomi menengah sedang. Pasien menyangkal pernah minum minuman
keras, rokok dan kopi. Pasien tidak pernah berolahraga.
5
.
C. ANAMNESIS SISTEM
1. Sistem cerebrospinal : pusing berputar
2. Sistem kardiovascular : tidak ada keluhan
3. Sistem repiratorius : tidak ada keluhan
4. Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+)
5. Sistem odontology : tidak ada keluhan
6. Sistem neuromuskula : leher belakang terasa kencang dan
kaku
7. Sistem urogenital : tidak ada keluhan
8. Sistem indera : pada mata kiri, pengelihatan sudah
kabur.
9. Sistem integument : tidak ada keluhan
D. RESUME PASIEN
Pasien perempuan berusia 51 tahun datang ke IGD RSUD
Ambarawa dengan keluhan pusing berputar disertai lemas, leher terasa
kaku, mual dan muntah sejak 2 hari SMRS. Rasa pusing terasa terus
menerus dan terasa memberat hingga terjadi perasaan melayang, keluhan
terjadi sepanjang hari, dan perasaan pusing bertambah apabila pasien
bangun dari tempat tidur, sehingga pasien hanya dapat tiduran di kasur
sepanjang hari. Keluhan pusing berkurang saat pasien mendapat terapi
awal di IGD. Pasien mempunyai riwayat DM sejak 10 tahun lalu, dan
pasien rutin meminum obat setiap hari.
E. DISKUSI PERTAMA
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan pusing
berputar. Pusing berputar adalah suatu gejala khas dari vertigo, sedangkan
definisi vertigo adalah suatu sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti
rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat
6
sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar. Kondisi ini
merupakan gejala yang menandakan adanya gangguan pada sistem vestibuler
atau non vestibuler. Pada vertigo vestibuler, keluhan yang muncul adalah rasa
berputar, serangan episodik, adanya mual, muntah, dicetuskan oleh gerakan
kepala. Sedangkan pada vertigo non-vestibuler keluhan yang timbul yaitu rasa
melayang, hilang keseimbangan, serangan bersfiat kontinyu, keluhan mal
muntah tidak ada, dicetuskan oleh gerakan objek visual dan dapat dicetuskan
oleh situasi ramai.
Pada pasien ini keluhan pusing berputarnya muncul secara cepat dan
bersifat kontinyu, memberat apabila pasien merubah posisi kepala (dari
tiduran ke posisi duduk), teradapat keluhan mual dan muntah. Keluhan pusing
berputar juga disertai kaku pada bagian leher setelah pasien menunduk terlalu
lama. Keluhan pusing juga dirasakan semakin memberat sehingga pasien
merasakan perasaan melayang sehingga menjadi lemas. Keluhan pada kaku
leher juga bisa menjadi penyebab terjadinya vertigo pada pasien ini yaitu
vertigo cervicogenik. Namun harus dipastikan lagi dengan adanya
pemeriksaaan penunjang seperti foto rontgen.
Pasien ini juga mengalami DM sejak 10 tahun lalu dan juga sudah
mengalami komplikasi. Pasien ini sering mengalami kebas pada kedua tangan
dan kaki, kebas dirasakan muncul apabila pasien terlalu lama melipat tangan
atau kakinya. Perasaan kebasnya akan hilang dengan sendirinya tanpa
pengobatan. Komplikasi pada penderita DM dibagi menjadi dua bagian, yaitu
mikrovaskular dan makrovaskular. Pada penderita DM kronik, hiperglikemi
persisten dapat menyebabkan peningkatan jalur poliol yang menghasilkan
peningkatan kadar sorbitol intrasel. Peningkatan pada sorbitol intrasel ini
dapat menyebabkan peningkatan kadar ROS (reactive oxygen species) yang
menyebabkan penurunan kadar NO pada endotel di pembuluh darah. Kadar
NO yang berkurang pada endotel, dapat menyebabkan vasodilatasi berkurang
pada pembuluh darah sehingga aliran darah ke saraf menurun yang berakibat
neuropati diabetikum (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed. 4).
7
VERTIGO
a) Definisi
Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya
terasa berputar atau badan yang berputar. Vertigo berasal dari Bahasa latin
“vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa
seperti melayang.
b) Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain adalah akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan
posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan
(vestibular) yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan
oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga
dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo:
1) Keadaan lingkungan: mabuk darat, mabuk laut.
2) Obat-obatan: alkohol, gentamisin.
3) Kelainan telinga: endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional
4) Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,
penyakit maniere,
8
5) Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6) Kelainan Neurologis: Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai
cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
7) Kelainan sirkularis: Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient
ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
c) Klasifikasi
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi fisiologik dan patologik, sebagai
berikut:
1) Fisiologik
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh
stimulasi dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan
somatosensorik berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain:
Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini dapat terjadi bila pandangan sekitar (visual
surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya.
Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang
mobil, atau membaca sewaktu mobil bergerak.
Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah hasil dari keadaan tanpa berat
(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari
keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit yang dapat
menimbulkan sensasi berputar.
Vertigo ketinggian (height vertigo)
Vertigo ketinggian adalah suatu instabilitas subjektif dari
keseimbangan postural dan lokomotor (kemampuan untuk
melakukan gerakan anggota tubuh) oleh karena induksi visual,
disertai rasa takut jatuh, dan gejala-gejala vegetatif.
9
2) Patologik
Vertigo patologik diklasifikasikan lagi menjadi dua jenis, yaitu vertigo
sentral dan vertigo perifer, dengan perbedaan umum sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Sentral dan Vertigo Perifer
Ciri-ciri Vertigo Perifer Vertigo SentralLesi Sistem vestibular (telinga
dalam, saraf perifer)Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular
(otak, batang otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal
jinak (BPPV), penyakit maniere,
neuronitis vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
iskemik batang otak, vertebrobasiler
insufisiensi, neoplasma, migren basiler
Masa laten 3-40 detik Tidak adaHabituasi Ya Tidak
Intensitas vertigo Berat Ringan
Tabel 2. Perbedaan Klinis Vertigo Perifer dan Vertigo SentralGejala Vertigo
PeriferVertigo Sentral
Bangkitan Lebih mendadak
Lebih lama
Beratnya vertigo Berat Ringan Pengaruh gerakan
kepala++ +/-
Mual/muntah/keringetan
++ +
Gangguan pendengaran +/- -Gejala gangguan SSP - Diantaranya: diplopia, parestesi,
gg. sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gg.sereberal
Telinga berdenging dan atau tuli
Kadang-kadang
Tidak ada
Nistagmus spontan + -
10
Sentral
Vertigo sentral paling sering disebabkan oleh berbagai penyakit
berikut:
Migraine
Vertigo ditemukan pada 27-33% kasus pasien migraine.
Pada basilar migraine sendiri telah dikenal aura yaitu gejala
yang meliputi pandangan kabur, penglihatan ganda dan
dysarthria serta keluhan sakit kepala sebelah. Vertigo yang
muncul pada migraine biasanya lebih lama dibandingkan
aura lainnya, dan seringkali membaik dengan terapi yang
digunakan untuk migraine.
Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan
episode rekuren dari suatu vertigo dengan onset akut dan
spontan pada kebanyakan pasien (detik-beberapa menit).
Banyak terjadi pada usia tua dan pada pasien dengan faktor
resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan
dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh dan lemah.
Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang memberi manifestasi klinik
vertigo dikarenakan tumor biasanya tumbuh secara progresif
dan lambat sehingga sudah terjadi kompensasi sentral.
Gejala yang lebih sering muncul adalah penurunan
pendengaran atau gejala neurologis.
Perifer
Vertigo sentral dapat disebabkan oleh kelainan pada telinga bagian
dalam ataupun nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII), dimana
vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu:
11
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
BPPV merupakan penyebab utama vertigo. Onsetnya lebih
seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun, yang mana
disebabkan oleh pergerakan otolit dalan kanalis
semisirkularism; pada telinga dalam. Hal ini terutama akan
mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan gejala
klasik tapi juga dapat mengenai kanalis anterior dan
horizontal. Otolit mengandung kristal-kristal kecil kalsium
karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam.
Pergerakan dari otolit distimulasi oleh perubahan posisi dan
menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan nistagmus.
BPPV umumnya idiopatik, namun dapat terjadi akibat
trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis
vestibular sebelumnya.
Meniere’s Disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten
yang diikuti dengan keluhan pendengaran, berupa tinnitus
(nada rendah), dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi
yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga. Ménière’s
disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik.
Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi
endolimfatik akibat dilatasi dari membrane labirin
bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga dalam
dengan peningkatan volume endolimfe. Selain itu juga dapat
terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus atau
bakteri telinga atau gangguan metabolic.
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia dan
nystagmus. Hal ini berhubungan dengan infeksi virus lada
12
nervus vestibularis. Labirinitis terjadi dengan kompleks
gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan
fungsi pendengaran, keduanya terjadi pada sekitar 15%
kasus vertigo otologik.
3) Berdasarkan onset
Disertai Keluhan Telinga
Tidak Disertai Keluhan Telinga
Timbul Karena Perubahan Posisi
Vertigo paroksismal (mendadak atau eksaserbasi akut)
Penyakit Meniere, tumor fossa cranii posterior, transient ischemic attack (TIA) arteri vertebralis
TIA arteri vertebro-basilaris, epilepsi, vertigo akibat lesi lambung
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
Vertigo kronis
Otitis media kronis, meningitis tuberkulosa, tumor serebelo-pontine, lesi labirin akibat zat ototoksik
Kontusio serebri, sindroma paska komosio, multiple sklerosis, intoksikasi obat-obatan
Hipotensi ortostatik, vertigo servikalis
Vertigo akut Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirinitis akuta, perdarahan labirin
Neuronitis vestibularis, ensefalitis vestibularis, multipel sclerosis
–
13
d) Diagnosis Vertigo
1) Anamnesis
Karakteristik Pusing
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah
sensasi berputar, atau sensasi non spesifik seperti dizziness atau
light headness, atau hanya suatu perasaan yang berbeda
(kebingungan).
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada
acute vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun
berkurang dalam beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease,
pada awalnya keparahan biasanya meningkat dan kemudian
berkurang setelahnya. Sedangkan pasien mengeluh vertigo yang
menetap dan konstan mungkin memiliki penyebab psikologis
Onset dan durasi
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan,
semakin lama durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo
sentral menjadi lebih besar. Vertigo perifer umumnya memilki
onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada
cerebrovascular attack.
Faktor pencetus
Faktor pencetus dapat mempersempit diagnosis banding pada
vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan
posisi, penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus
yang baru pada saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan
dengan acute vestibular neutritis atau acute labyrhinti. Vertigo
dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat
disebabkn oleh trauma baik langsung ataupun barotrauma. Bersin
14
atau gerakan yang mengakibatkan telinga ke bawah akan
memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik.
Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang disebabkan
suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab
perifer.
Gejala penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual,
muntah dan gejala neurologis dapat membantu membedakan
diagnosis penyebab vertigo. Sebagian besar penyebab vertigo
dengan gangguan pendengaran berasal dari perifer, kecuali pada
penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius interna
atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo
dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah,
penyakit invasive pada tulang temporal, atau iritasi meningeal.
Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual pada acute
vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan
BPPV. Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah.
Gejala neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan
penglihatan dan pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran,
ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motoris lebih
mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit
cerebrovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien denga
migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan
migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral,
kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-
35% pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo.
2) Pemeriksaan Vertigo
Fungsi Vestibular atau Serebral
Test Romberg
15
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Pada
kelainan vestibular hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah dan
kemudian kembali lagi. Pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak. Pada kelainan serebelar badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri atau kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan atau kiri bergantian.
Pada kelainan vestibular perjalanannya akan menyimpang
dan pada kelainan serebelar penderita akan cenderung jatuh.
Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan
jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin
selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita
akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar
ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan
ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Pas Pointing Test
Jari telunjuk penderita ekstensi dan lengan lurus ke depan,
penderita disuruh mengangkat lengannnya ke atas kemudian
ditrunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal
ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibular akan terlihat
pennyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
Fukuda Test
16
Dengan mata tertutup pasien berjalan di tempat sebanyak 50
langkah kemudian diukur sudut penyimpangan kedua kaki,
normal sudut penyimpangan tidak lebih dari 30°.
Pemeriksaan Neurotologi
Pemeriksaan terutama untuk tentukan letak lesi di perifer atau
sentral.
Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan
ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung
45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul
dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat
dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer
(benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang
dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes
diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada
periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari
1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-
fatigue).
Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30o, sehingga
kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertical. Kedua
telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30oC) dan air
hangat (44oC) masing-masing selama 40 detik dan jarak
setiap irigasi selama 5 menit. Nystagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nystagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini
dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis ialah
jika abnormalitas diteukan di satu telinga, baik setelah
17
rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah jika abnormaliras
ditemukan pada arah nystagmus yang sama di masing-
masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin atau N.VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukan lesi sentral.
Audiometry
Pemeriksaan audiometric berguna untuk memeriksa jenis
dan tingkat keparahan pendengaran dan juga menentukan
kira- kira organ yang berpengaruh terhadap gangguan.
Kehilangan Pendengaran dalam kasus ini adalah jenis
sensorineural. Namun, pasien dengan kelaianan malformasi
telinga dalam (yaitu, perbesaran vestibular aqueduct)
mungkin akan mempunyai gejala klinis yang sama.
BERA
Brain Evoked Response Audiometry atau BERA
merupakan alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi
dini adanya gangguan pendengaran, bahkan sejak bayi
baru saja dilahirkan. Istilah lain yang sering digunakan
yakni Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP)
atau Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry
(BAER). Alat ini efektif untuk mengevaluasi saluran
atau organ pendengaran mulai dari perifer sampai
batang otak. BERA juga dapat dimanfaatkan untuk
menentukan sumber gangguan pendengaran apakah di
koklea atau retro choclearis, mengevaluasi brainstem
(batang otak), serta menentukan apakah gangguan
pendengaran disebabkan karena psikologis atau fisik.
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
18
1. Diagnosis klinis
Pusing berputar, mual, muntah, leher terasa kaku, lemas, kebas, onset
akut
2. Diagnosis topis
Organ vestibular, organ non-vestibular
3. Diagnosis etiologi
dd Cervikogenik, sentral: insufisiensi vertebrobasilar dengan neuropaty
DM
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaaan fisik dilakukan pada hari Sabtu 24 Januari 2019 jam 16:30 di
bangsal Mawar.
1. Status generalis
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Kesadaaran : compos mentis
c. VAS : 4 dari 10
d. Vital sign
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 82x menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.7 derajat celcius
SpO2 : 96%
e. Situs Internus
Kepala : mesocephal, rambut hitam, distribusi merata
Wajah : simetris, nyeri tekan maxilla (-)
Mata : OD = pupil bulat ø 3mm, reflek cahaya langsung
(+), ptosis (-), eksoftalmus (-), post op katarak
(+), nystagmus (-), pterygium (+)
19
OS = pupil bulat ø 3mm, reflek cahaya langsung (+),
lensa keruh (+) ptosis (-), eksoftalmus (-),
katarak (-), nystagmus (-)
Hidung : rhinorea (-)
Mulut : mukosa hiperemis (-)
Gigi : karies (-)
Telinga : otorhea (-/-) tinnitus (-/-)
Leher : nyeri tekan trakea (-), pembesaran limfonodi (-/-)
Thoraks :
Pulmo : Inspeksi : simetris, retraksi (-),
ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vocal fremitus lobus superior
kanan sama dengan kiri, vocal
fremitus lobus inferior kanan
sama dengan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+),
wheezing (-/-) RBH (-/-) RBK
(-/-)
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V
linea axilaris anterior, kuat
angkat
Perkusi : batas jantung kanan atas SIC II
LPSD
batas jantung kanan bawah
SIC V LPSD
batas jantung kiri atas SIC II
LPSS
batas pinggang jantung SIC
III LPSS
20
Auskultasi: S1>S2, Murmur (-) Gallop -
Abdomen : Inspeksi : datar, supel
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Hepar & lien tidak membesar, nyeri
tekan (-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas :
2. Status
Neurologis
a. Umum
Sikap tubuh : normoaktif
Gerakan abnormal : tidak ada
Cara berjalan : normal, pelan dan berhati-hati
Kepala : pusing berputar
b. Status Psikiatri
Tingkah laku : Normoaktif
Perasaan hati : Normoritmik
Orientasi : Orientasi orang, waktu, dan tempat baik
Kecerdasan : Dalam batas normal
Daya ingat : Dalam batas normal
c. Fungsi motorik :
Anggota gerak atas Kanan KiriGerakan Bebas BebasKekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus Normal NormalTrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis + +Refleks Patologis - -
21
Superior InferiorAkral hangat +/+ +/+
Edema -/- -/-Sianosis -/- -/-Gerak Normal Normal
Motoric 5/5/5 5/5/5Nyeri -/- -/-
Anggota gerak bawah Kanan KiriGerakan Bebas BebasKekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus Normal NormalTrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis + +Refleks Patologis - -
d. Fungsi sensoris
Kanan Kiri
Rasa nyeri Terasa Terasa
Rasa raba Terasa Terasa
Rasa suhu Terasa Terasa
e. Nervus Kranialis
Nervus Pemeriksaan Kanan KiriN. I. Olfaktorius Daya penghidu Dbn DbnN. II. Optikus Daya penglihatan Dbn Menurun
Pengenalan warna Dbn MenurunLapang pandang Dbn Menurun
N. III. Okulomotor
Ptosis - -
Gerakan mata ke medial Dbn DbnGerakan mata ke atas Dbn DbnGerakan mata ke bawah Dbn DbnUkuran pupil 3mm Sulit dinilaiBentuk pupil Bulat Bulat Refleks cahaya langsung + MenurunRefleks cahaya konsensual + Menurun
N. IV. Troklearis Strabismus divergen - -Gerakan mata ke lat-bwh Dbn DbnStrabismus konvergen - Dbn
N. V. Trigeminus MenggigitDbn Dbn
22
Membuka mulut Dbn DbnSensibilitas muka Dbn DbnRefleks kornea + +Trismus - -
N. VI. Abdusen Gerakan mata ke lateral Dbn DbnStrabismus konvergen Dbn Dbn
N. VII. Fasialis Kedipan mata Dbn Dbn Lipatan nasolabial Simetris SimetrisSudut mulut Simetris SimetrisMengerutkan dahi Simetris SimetrisMenutup mata Dbn Dbn Meringis Dbn Dbn Menggembungkan pipi Dbn Dbn Daya kecap lidah 2/3 ant Dbn Dbn
N. VIII. Vestibulokoklearis
Mendengar suara bisik + +Mendengar bunyi arloji + +Tes Rinne TDL TDLTes Schwabach TDL TDLTes Weber TDL TDL
N. IX. Glosofaringeus
Arkus faring Simetris SimetrisDaya kecap lidah 1/3 post DbnRefleks muntah DbnSengau -Tersedak -
N. X. Vagus Denyut nadi 82x/menitArkus faring Simetris Bersuara DbnMenelan Dbn
N. XI. Aksesorius Memalingkan kepala Dbn DbnSikap bahu Dbn DbnMengangkat bahu Dbn DbnTrofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
N. XII. Hipoglossus
Sikap lidah DbnArtikulasi DbnTremor lidah -Menjulurkan lidah Simetris
Trofi otot lidah -Fasikulasi lidah -
f. Pemeriksaan Sistem Otonom
Miksi : BAK lancar
Defekasi : Sulit BAB selama 1 minggu
23
g. Pemeriksaan Fungsi Koordinasi
Tes Romberg : (+)
Tandem gait : (+)
Tes Past Pointing : (-)
Maneuver hallpike : (-)
Disdiadokokinesia : (-)
Lhermitte test : (+)
h. Pemeriksaan Tambahan
Pin prick test : - / -
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKANDARAH LENGKAP
Hemoglobin 9,7 L 11,7 – 15,5 g/dlLeukosit Limfosit Monosit Eosinofil Basofil
Neutrofil Limfosit % Monosit % Eosinofil % Basofil % Neutrofil
7,831,900,4560,2460,0632,3538
8,10 H4,92 1,25
46,9 L
3600 – 11.0001,0 – 4,5 x 103/mikro0,2 – 1,0 x 103/mikro0,04 – 0,8 x 103/mikro
0 – 0,2 x 103/mikro1,8 – 7,5 x 103/mikro
25 – 40%2 – 8%2 – 4%0 – 1%
50 – 70%Eritrosit 3,64 L 3,8 – 5,2 juta
Hematokrit 27,4 L 35 – 47 %Trombosit 473 H 150 – 400 ribu
MCV 88,4 82 – 98 fLMCH 26,6 27 – 32 pg
MCHC 33,7 32 – 37g/dlRDW 12,1 10-16 %
24
MPV 5,94 L 7-11 mikro m3SGPT
SGOT
62 H
158 H
0 – 35 U/L
0 – 35 U/LUreum 29 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 1,49
H
0,45 – 0,75 mg/dl
HDL Direct
LDL
Cholesterol
32 L
102,4
37 – 92 mg/dl
<150 mg/dl
Total protein 6,89 6 – 8 g/dl
Asam urat 5,8 2 – 7 mg/dl
Cholesterol 179 <200 mg/dl
Trigliserida
GDS
223 H
100
70 – 140 mg/dl
70 – 110 mg/dl
2. X-Foto Cervikal AP/Lateral/Oblique
Kesan :
• Pemipihan VC 5• Spondilosis Servikalis• Cervical rib VC7• Tak tampak penyempitan diskus maupun foramen
intervertebralis
25
3. Konsultasia. Konsultasi Penyakit Dalam
Masalah/diagnose/indikasi dirawat : Vertigo mixtipe dd cervikogenik, riwayat DM?
Jawaban Konsultasi : HbA1c 10Terapi: Lantus 1 x 10 IU
Metformin 1 x 500
I. DISKUSI KEDUA
Dari pemeriksaan kordinasi yang sudah dilakukan didapatkan hasilnya past
pointing (-) dan maneuver dix-hallpike (tidak terdapat nystagmus), dapat
dicurigai hasil tersebut dikarenakan, pada saat dilakukan pemeriksaan tersebut
kondisi pasien sudah membaik dan sudah tidak ada keluhan lagi. Namun hasil
yang di harapakan adalah semua pemeriksaan tersebut positif untuk
mendandakan adanya vertigo sentral. Pada pemeriksaan tes Romberg didapatkan
(+) dan tandem gait (+), di mana saat pemeriksaan pasien tidak dapat berdiri
tegak (sempoyongan) dengan kedua kaki dirapatkan dalam keadaan mata
terbuka, menandakan adanya gangguan pada sereberal. Selanjutnya di lakukan
pemeriksaan palpasi dan hiperfleksi-hiperekstensi pada leher terasa tegang di
bagian belakang dan pasien merasa sakit. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan tersebut dapat diduga bahwa vertigo yang dialami oleh pasien
tersebut di pengaruhi oleh gangguan neurologis pada leher.
Pada pemeriksaan rontgen cervical didapatkan kesan spondilosis cevicalis,
pemipihan VC5 dan cerivical rib VC7, dari pemeriksaan tersebut dapat
ditemukan penyebab vertigo berasal dari cervicogenik. Adanya spondilosis
cevicalis dan pemipihan pada VC5 dapat menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak. Pada spondylitis cervicalis pembentukan osteofit dapat menekan
arteri vertebralis yang menyebabkan oklusi mekanis yang menurunkan aliran
26
darah sehingga timbul keluhan vertigo, namun pada pasien ini osteofit yang
terbentuk tidak diketahui apakah terjadi di bagian posterior atau lateral sehingga
masih sulit untuk ditegakkan diagnosis cervikogenik.
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan sensoris seperti pemeriksaan
nyeri, raba dan suhu. Pada pemeriksaan sensoris di dapatkan bahwa semuanya
dalam batas normal. Lalu dilakukan juga pemeriksaan pin prick tes pada pasien
untuk melihat apakah adanya neuropati perifer pada pasien ini, didapatkan pada
pemeriksaan pin prick tes hasilnya adalah negative pada kedua ekstremitas.
Pada penderita DM kronik, hiperglikemi yang persisten dapat meningkatkan
kadar ROS (reactive oxygen species) yang menyebabkan penurunan kadar NO
pada endotel pembuluh darah yang dapat menyebabkan injury endhotelial.
Respon tubuh pada injury endotel menyebabkan terjadinya adhesi monosit dan
leukoit masuk ke dalam pembuluh darah sehingga terjadinya disfungsi endotel.
Disfungsi pada endotel akan menyebabkan emigrasi otot polos pembulu darah ke
dalam tunika media yang dapat menyebabkan aktivasi makrofag. Kejadian ini
dapat memicu proses aterosklerosis. (Harrison’s Internal Medicine, Ed 19th)
Pada penderita ini, selain penderita mengalami DM, penderita juga
mengalami riwayat kolesterol tinggi. Pada pemeriksaan lab darah juga di
dapatkan nilai trigliserid yang tinggi, dan HDL yang rendah atau dapat disebut
dislipidemi. Keadaan ini dapat mendukung terjadinya kejadian aterosklerosis
pada pasien. Aterosklerosis merupaka n salah satu penyebab terbesar terjadinya
insufisiensi vertebrobasilar. Insufisiensi vertebrobasilar merupakan salah satu
penyebab utama vertigo dan gangguan keseimbangan. Sehingga kemungkinan
penderita ini mengalami vertigo akibat insufisiensi vertebrobasilar, namun masih
dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut seperti angiography untuk melihat apakah
ada penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah di batang otak.
27
J. DIAGNOSIS AKHIR
1. Diagnosis klinis
Pusing berputar, mual, muntah, leher terasa tegang dan kaku, lemas,
kebas, onset akut
2. Diagnosis topis
Organ non-vestibular
3. Diagnosis etiologi
Vertigo insufisiensi vertebrobasilar
K. TERAPI
Pada pasien ini diberikan terapi berupa:
o Injeksi Amitriphilin 1x1
o Injeksi Ranitidin 2x1
o Injeksi Mecobalamin 1x1
o Injeksi Carbamazepin 2x1
o PO Flunarizine 2x5
o PO Sucralfat syr 3x1C
o PO cilostazol 1x1
o PO Fenofibrat 1x1
o PO Betahistine 3x2 tab
o PO Laxadine Syr 3x1
o PO Vitamin B kompleks 2x1
Planning Diagnostik
Konsul THT untuk pemeriksaan BERA
Angiography
L. DISKUSI KETIGA
1. Mecobalamin
28
Mecobalamin adalah salah satu bentuk kimia dari vitamin B12 (cobalamin),
yaitu vitamin larut air yang memegang peranan penting dalam pembentukan
darah serta menjaga fungsi sistem saraf dan otak. Obat ini berfungsi
mengobati gangguan yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin B12, seperti
pada kondisi anemia megaloblastik (contoh: anemia pernisiosa), neuropati
diabetes, neuropati perifer, dan pengobatan awal sklerosis lateral amiotrofik.
2. Betahistin
Bekerja dengan dua mekanisme. Pertama, obat ini merangsang reseptor
histamin H1 yang terletak pada pembuluh darah di telinga bagian dalam.
Rangsangan ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi lokal dan peningkatan
permeabilitas sehingga bisa mengurangi tekanan endolimfatik. Kedua,
sebagai antagonis reseptor histamin H3 yang sangat kuat, obat ini
meningkatkan kadar neurotransmiter histamin, asetilkolin, norepinefrin,
serotonin, dan GABA yang dilepaskan dari ujung saraf. Peningkatan kadar
histmain dapat menyebabkan efek vasodilatasi di telinga bagian dalam.
3. Carbamazepine
Merupakan golongan antikonvulsan yang mempunyai efek analgetik yang
selektif pada neuropati yang sukar diatasi dengan analgesik biasa. Pada nyeri
biasa tidak disarankan untuk karena efek samping yang luas. Bekerja dengan
cara menghambat kanal natrium selama pelepasan dan mengalirnya muatan
listrik sel-sel saraf serta mencegah potensial post tetanik.
4. Amitriphilin
Amitriptyline adalah obat yang digunakan untuk mengobati depresi. Obat
yang masuk ke dalam kelompok antidepresan trisiklik ini berfungsi
meningkatkan kadar zat kimia tertentu di dalam otak, sehingga gejala depresi
berangsur menurun. Selain diperuntukkan untuk mengatasi depresi,
amitriptyline juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri saraf dan
mencegah migrain.
5. Flunarizin
Flunarizine adalah penghambat selektif masuknya kalsium dengan cara
ikatan calmodulin dan aktivitas hambatan histamin H1. Flunarizine dapat
29
mencegah terjadinya kerusakan sel akibat overload kalsium dengan
menghalangi secara selektif masuknya kalsium ke dalam jaringan sel.
Flunarizine juga terbukti dapat menghambat kontraksi otot polos pembuluh
darah, melindungi kekakuan sel-sel darah merah serta mampu melindungi
sel-sel otak dari efek hipoksia.
6. Fenofibrat
Fenofibrate adalah obat yang digunakan untuk mengurangi trigliserida,
kolesterol jahat (kolesterol LDL), dan meningkatkan kolesterol baik dalam
tubuh (kolesterol HDL). Fenofibrate meningkatkan lipolisis (pemecahan
lemak) dan eliminasi partikel yang kaya akan trigliserida dari plasma dengan
mengaktifkan lipoprotein lipase (enzim untuk memecah lipid).
7. Cilostazol
Cilostazol adalah sebuah inhibitor phosphodiesterase tipe 3. Cilostazol
bekerja dengan cara memperlebar arteri yang menyuplai darah ke kaki. Obat
ini juga mengurangi kemampuan platelet (partikel dalam darah yang
menyebabkan penggumpalan darah) untuk melekat.
Indikasi: Untuk mengobati gejala nyeri, kram, mati rasa, kelemahan di kaki,
pinggul, paha, atau bokong
8. Vitamin B kompleks
Vitamin B1, B6, dan B12 adalah vitamin neurotropik terpenting dari
golongan vitamin B kompleks. Vitamin B1 membantu melindungi dan
meregenerasi saraf. Vitamin B6 perlu untuk mengatur metabolisme asam
glutamat dan asam amino butirat, untuk kelancaran fungsi otak. Vitamin B12
penting untuk pertumbuhan dan reproduksi sel, dan dapat membantu
pembentukan myelin. Contoh obat: Sohobion merupakan vitamin B complex
yang terdiri dari vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100mg, vitamin B12 5000
mcg.
M. PROGNOSIS
30
Death : Dubia ad bonam
Disease : Dubia ad bonam
Dissability : Dubia ad bonam
Discomfort : Dubia
Dissatisfaction : Dubia ad bonam
Distutition : Dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
22/01/
2020
Lemas pada
ekstremitas atas
dan bawah, kaku
leher (+), pusing
(+), mual (-)
muntah (-), riw
DM (+)
Ku/Kes : sedang
/cm
VAS : 8
TD : 135/75
N : 80
RR: 20
SpO2 : 99
Suhu : 36.7
Vertigo mixed
type dd
cervikogenik
dengan
neurogenic
pain DM
Infus asering 20 Tpm
Inj mecobalamin 1x1
Inj Ranitidin 2x1
PO Carbamazepin 2x1/2
PO Amitriphilin 1x1/2
+ rontgen Cervikal
31
23/11/
2019
Pusing gliyer (+),
lemah pada
tangan kaki sudah
berkurang. Tidak
bisa tidur.
Ku/Kes : sedang
/cm
VAS : 7
TD : 110/70
N :76
RR: 18
SpO2 : 99
Suhu : 36.6
Vertigo
cervicogenic
dengan
neuropatik DM
Infus asering 20 Tpm
Inj Lantus 1x10 (sp.PD)
Inj mecobalamin 1x1
PO Carbamazepin 2x1/2
PO Amitriphilin 1x1/2
PO Flunarizine 2x5
PO Metformin 1x500(sp.PD)
PO Sucralfat syr 3x1
+ Rontgen Vertebrae Cervical
Tanggal S O A P
24/01/
2020
Pusing gliyer (+), nyeri
kaki dan tangan berkurang,
(-) mual (-) muntah, BAB
Sulit terakhir minggu
Ku/Kes : sedang /cm
VAS : 5
TD : 130/70
N : 80
RR: 20
SpO2 : 99
Suhu : 36.7
Vertigo
cervicogenic
dengan neuropatic
pain
Infus asering 20 Tpm
Inj Lantus 1x10 (sp.PD)
Inj mecobalamin 1x1
PO Carbamazepin 2x1
PO Amitriphilin 1x1
PO Flunarizine 2x5
PO Metformin 1x500(sp.PD)
PO Sucralfat syr 3x1
PO Laxadin sr 1x1 c
PO Cilostazol 1x1
PO Fenofibrat 1x1
32
25/01
/2020
Pusing berputar dirasakan
kalua berdiri, (-) mual dan
muntah, belum dapat BAB
Ku/Kes : sedang /cm
VAS : 4
TD : 120/76
N :78
RR: 20
SpO2 : 99
Suhu : 36.6
Verigo
cervicogenic dgn
neuropatic pain
Infus asering 20 Tpm
Inj mecobalamin 1x1
PO Carbamazepin 2x1
PO Amitriphilin 1x1
PO Flunarizine 2x5
PO Metformin 1x500(sp.PD)
PO Sucralfat syr 3x1
PO Laxadin sr 1x1 c
PO Cilostazol 1x1
PO Fenofibrat 1x1
26/01/
2020
Pusing berputar (+), mual
(-) muntah (-)
Ku/Kes : sedang /cm
VAS : 3
TD : 120/80
N : 84
RR: 20
SpO2 : 99
Suhu : 36.7
Vertigo
cervicogenikc dgn
neurologic pain
Infus asering 20 Tpm
Inj mecobalamin 1x1
PO Carbamazepin 2x1
PO Amitriphilin 1x1
PO Flunarizine 2x5
PO Metformin 1x500(sp.PD)
PO Sucralfat syr 3x1
PO Laxadin sr 1x1 c
PO Cilostazol 1x1
PO Fenofibrat 1x1
27/01
/2020
Pusing berputar (+), nyeri
kaki dan tangan hilang, (-)
mual (-) muntah. Belum
bisa BAB
Ku/Kes : sedang /cm
VAS : 3
TD : 120/70
N : 75
RR: 20
SpO2 : 98
Suhu : 36.8
Vertigo
cervikogenik dg
neurologic pain
Infus asering 20 Tpm
Inj mecobalamin 1x1
PO Carbamazepin 2x1
PO Amitriphilin 1x1
PO Flunarizine 2x5
PO Metformin 1x500(sp.PD)
PO Sucralfat syr 3x1
PO Laxadin sr 1x1 c
PO Cilostazol 1x1
PO Fenofibrat 1x1
PO Betahistin 3x2
33
28/01
/2020
Pusing berkurang (-) mual
(-) muntah, BAB belum
bisa, nyeri kaki dan tangan
hilang
Ku/Kes : lemah /cm
VAS : 3
TD : 140/80
N : 75
RR: 20
SpO2 : 98
Suhu : 36.8
Vertigo
cervikogenik dg
neurologic pain
Infus asering 20 Tpm
PO Carbamazepin 2x1
PO Amitriphilin 1x1
PO Flunarizine 2x5
PO Metformin 1x500(sp.PD)
PO Sucralfat syr 3x1
PO Laxadin sr 1x1 c
PO Cilostazol 1x1
PO Fenofibrat 1x1
PO Betahistin 3x2
PO Vit B kompl 2x1
BLPL
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro A. C., 2000. Kecepatan Rerata Aliran Darah Otak Sistem Vertebrobasiler pada
Pasien Vertigo Sentral. Tesis Undip
Enrique S., 2010. Neuropharmacology of Vestibular System Disorders. Institute of Physiology, Autonomous University of Puebla. 8, 26-40
Joesoef AA., 2003, Tinjauan Neurobiologi Molekuler dari Vertigo, Makalah Konas V Perdossi, Bali
Kasper et al, Harrison’s Principles of Internal Medicine, 19t Edition
34
Keith, Marill, 2001, Central Vertigo, @NEUROLOGY\Neurotoksikologi dan Vertigo\ eMedicine – Central Vertigo.htm
Mardjono, 2008, Neurologi Klinis Dasar, Jakarta: Dian Rakyat
Perdossi, 2000, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Jansen Pharmaceiuticals
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV
Sherwood, Lauralee, 2012, Fisiologi Manusia, Jakarta: EGC
Soepardi EA, Inskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi 6, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Sura, DJ, Newell, S, 2010, Vertigo - Diagnosis and management in primary care, BJMP
Wilkinson, Lennox G, 2005, Essential Neurology, 4th edition, Massachusetts: Blackwell
Publishing
Wreaksoatmodjo, 2004, Vertigo: Aspek Neurologi, Bogor: Cermin Dunia Kedokteran No. 144
35
top related