neurorsaugm.files.wordpress.com · web viewrefleksi kasus pseudobulbar affect pembimbing: dr....
Post on 21-Jan-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS
Pseudobulbar Affect
Pembimbing:
dr. Farida Niken Astari N.H, M.Sc, Sp.S
Disusun oleh :
Novi Nikhlatuzziadah
15/383088/KU/18288
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF
RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
2019
BAB I
DESKRIPSI KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nomor RM : 138xxx
b. Nama : Tn. S
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Usia : 67 tahun
e. Alamat : Yogyakarta
f. Pekerjaan : Petani
g. Tgl Pemeriksaan : 29 November 2019
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Kedua kaki lemas, berbicara pelo dan tertawa tiba-tiba
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1 TSMRS pasien mengeluhkan kelemahan anggota gerak bawah.
2 HSMRS pasien mengeluhkan lemas pada anggota gerak bawah, tidak bisa
berdiri maupun duduk. Keluhan ini disertai berbicara pelo dan sering tertawa tiba-
tiba disertai airmata nerocos. Nyeri kepala (-) pelo (-) perot (-) susah menelan (-)
pusing berputar (-) pandangan ganda (-) BAB dan BAK tidak ada keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat keluhan serupa : (+) 1 tahun yll
2. Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
3. Riwayat penyakit paru : disangkal
4. Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat hipertensi : (-)
6. Riwayat kejang : disangkal
7. Riwayat DM : (-)
8. Riwayat stroke : (-)
9. Riwayat rawat inap : (-)
10. Riwayat alergi : disangkal
11. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan : disangkal
12. Riwayat Keganasan : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat keluhan serupa : disangkal
2. Riwayat hipertensi : disangkal
3. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
4. Riwayat jantung : disangkal
5. Riwayat stroke : disangkal
13. Review Anamnesis Sistem
Saraf : kelemahan anggota gerak bawah, sering tertawa
Muskuloskeletal : kelemahan anggota gerak bawah
Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : tidak ada keluhan
Pernapasan : tidak ada keluhan
Integumen : tidak ada keluhan
Endokrin : tidak ada keluhan
Status Psikologis : tidak ada keluhan
14. Resume Anamnesis
Laki-laki 67 tahun datang dengan keluhan utama kelemahan anggota gerak bawah
bilateral, diseratai berbicara pelo dan sering tertawa tidak terkontrol. Keluhan
dirasa sejak 2 hari yang lalu. Pasien memiliki keluhan yang sama 1 tahun yang
lalu tetapi tidak disertai tertawa yang tidak terkontrol tetapi tidak diobati.
15. Diagnosis Sementara
a. Diagnosis Klinis : Hemiparese bilateral
Diagnosis Topik : Susp. Medulla spinalis segmen lumbal
Diagnosis Etiologi : susp. SNH
b. Diagnosis Klinis : Pseudobulbar Affect
Diagnosis Topik : Susp. Lobus frontalis
Diagnosis Etiologi : SNH dd SH
16. Pemeriksaan Fisik (29 November 2019)
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Tanda vital
- Tekanan Darah : 210/120 mmHg
- Nadi : 70 x/min
- Laju pernapasan : 20 x/min
- Suhu : 36,6o C
b. Pemeriksaan kepala – leher
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Lnn dbn
c. Pemeriksaan Paru
Dalam batas normal
d. Pemeriksaan Jantung
Dalam batas normal
e. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
f. Pemeriksaan Ekstremitas
- Akral hangat
- WPK <2detik
g. Status Psikiatri
Tingkah Laku : Normoaktif
Perasaan Hati : Normotimik
Orientasi : O/W/T/S baik
Kecerdasan : Baik
Daya Ingat : Baik
h. Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Kepala : Pupil Isokor ∅ 3mm/3mm, Reflek cahaya (+/+), Nystagmus (-/-)
Nervus Kranialis
Saraf Kranialis Kanan Kiri
N. I Olfaktorius
Daya penghidu tdp Tdp
N. II Optikus
Daya penglihatan normal normal
Lapang penglihatan normal normal
Melihat Warna normal normal
N. III Okulomotorius
Ptosis tidak ada tidak ada
Gerak mata ke medial normal normal
Gerak mata ke atas normal normal
Gerak mata ke bawah normal normal
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung normal normal
Reflek cahaya konsensual normal normal
N. IV Trochlearis
Gerak mata ke lateral bawah normal normal
N. V Trigeminus
Mengigit tdn tdn
Membuka mulut normal normal
Sensibilitas muka atas normal normal
Sensibilitas muka tengah normal normal
Sensibilitas muka bawah normal normal
N. VI Abdusen
Gerak mata ke lateral normal normal
N. VII Fasialis
Kerutan kulit dahi normal normal
Kedipan mata normal normal
Lipatan naso labial normal normal
Sudut mulut normal normal
Mengerutkan dahi normal normal
Mengerutkan alis normal normal
Menutup mata normal normal
Meringis tdn tdn
Menggembungkan pipi tdn tdn
N. VIII Akustikus
Mendengar suara berbisik normal normal
N. IX Glosofaringeus
Arkus faring normal normal
N. X Vagus
Denyut nadi / menit 70 x/menit 70 xmenit
Bersuara normal normal
Menelan normal normal
N. XI Aksesorius
Memalingkan ke depan normal normal
Sikap bahu normal normal
Mengangkat bahu normal normal
N. XII Hipoglossus
Sikap lidah normal normal
Artikulasi Tidak jelas
Menjulurkan lidah normal normal
Kekuatan lidah normal normal
Trofi otot lidah eutrofi eutrofi
Ekstremitas
Pemeriksaan Lengan Kanan Lengan Kiri Tungkai Kanan Tungkai Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5/5/5 4/4/4 5/5/5 4/4/4
Refleks
Fisiologi
+2 +2 +2 +2
Refleks
Patologis
Negatif negatif Negatif positif
Clonus positif Negatif
Sensibilitas: Dalam batas normal
Gerakan Abnormal: Tidak ditemukan
Sirriraj Score
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (120 x 0,1) – (1 x 3) – 12 = -3 Suspek Stroke Non Hemorrhagik
Kesadaran CM 0
Muntah (-) 0
Nyeri Kepala (-) 0
Diastol = 120 mmHg
Diabetes (-) & HT (+) 1
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan Kesadaran (-)
Nyeri Kepala (-)
Refleks Babinski (-)
Interpretasi: Suspek Stroke Non Hemorrhagik
17. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (23 November 2019)
Darah Rutin
Hb: 14.3 g/dL
Eritrosit: 4.8 x 106/uL
Leukosit: 6.3 x 103/uL
Hematokrit: 42.7 %
MCV: 88.4 fl
MCH: 29.6 pg
MCHC: 33.5 g/dl
Trombosit: 369 x 103/uL
Neutrophil 61.4 %
Limfosit 26.5 %
Monosit 7.2 %
Eosinophil 2.1 %
Basofil 0.8 %
LUV 2.0 %
RDW (CV) 14.6%
Elektrolit
Na: 138 mmol/L, K: 3.1 mmol/L, Cl : 99 mmol/L
Fungsi Ginjal
Ureum: 16.2 mg/dL, Kreatinin: 0,65 mg/dL
Asam Urat: 5.8 mg/dL
GDS: 107 mg/dl
b. Hasil thorax PA/AP dewasa (28 November 2019)
Thorax: AP, Supine, kondisi cukup, inspirasi kurangCorakan bronkovaskular normalSinus costophrenicus lancip terbukaDiafragma normal, licin, tak mendatarCor: CTR <0,56Kesan:Pulmo normal, Cor besar dan normal
c. MSCT kepala
Dilakukan MSCT kepala, pada pasien dengan klinis -, tanpa bahan kontras IV, tampilan axial,
coronal, dan sagital, hasil:
- Tak tampak soft tissue swelling extracranial.
- Sistema tulang normal.
- SPN dan air cellulae mastoidea normal.
- Sulci dan gyri prominent.
- Batas cortex dan medulla tegas.
- Sistema ventrikel simetris, ukuran melebar, tak tampak edema periventrikuler.
- Struktur mediana ditengah, tidak terdeviasi.
- Tampak lesi hipodens di kapsula externa dextra.
Kesan MSCT Head:
- Atrophi cerebri.
- Lacunar infark kapsula externa dextra.
18. Diagnosis
A. Diagnosis Klinis : Paraparese
Diagnosis Topik : Medulla spinalis segmen lumbal
Diagnosis Etiologi :SNH
B. Diagnosis Klinis : Pseudobulbar Affect
Diagnosis Topik : Susp. Lobus frontalis
Diagnosis Etiologi : SNH cum pseudobulbar afferct
19. Penatalaksanaan
o Inf. NaCl 0,9% 20 tpm
o Irbesartan 15 mg
o Amlodipine 5 mg
o Sertraline 1x0,5 tab (malam)
o Asam folat 2x1 mg
20. Prognosis
Death : dubia
Disease : dubia
Disability : dubia
Discomfort : dubia
Dissatisfaction : dubia
Destitution : dubia
PEMBAHASAN
PBA adalah suatu kondisi yang menyebabkan tangisan dan / atau tawa yang tidak
terkendali yang terjadi secara tiba-tiba dan sering. Ini dapat terjadi pada orang dengan cedera
otak atau kondisi neurologis tertentu. Dengan kata lain, suasana hati penderita PBA bisa bertolak
belakang dengan ekspresi yang ditampilkan.
PBA telah disebut sebagai patologis tertawa dan menangis (PLC), labilitas emosional,
disregulasi emosional, gangguan ekspresi emosional tak disengaja, dan bahkan inkontinensia
emosional (EI)
Epidemiologi
• PBA adalah sindrom perilaku yang dilaporkan ditampilkan pada 28-52% pasien stroke
dengan stroke pertama atau multipel.
• Insidensinya mungkin lebih tinggi pada pasien yang pernah mengalami kejadian stroke
sebelumnya.
• Wanita > laki-laki
Etiologi
Penyebab dari PBA bisa dikarenakan adanya alterasi dari neuronal pathways terutama pada lobus
frontalis yang mengontrol emosi.
Patofisiologi
- Kim (2000) studied a population of 25 patients presenting with first strokes and found
that post-stroke emotional incontinence was associated with infarcts in the dorsal globus
pallidus, primarily of serotonergic origin. In addition, PBA has been correlated with
lesions in the frontal lobes and pathways descending to the brain stem, basilar
pontine nucleus and to the cerebellum.
- Ahmed and Simmons (2013) have proposed that PBA is a disinhibition syndrome in
which specific pathways involving serotonin and glutamate are disrupted. If there is
reduced cortical inhibition of a brain stem situated “emotional” center related to laughing
and crying, stroke- induced disruption of the pathway may “disinhibit” voluntary
laughing and crying [15,16], making the process involuntary.
- Parvizi and colleagues (2001) have termed loss of cortical- cerebellar input control of
emotions “dysmetria” of emotional expression.
- There may also be a sensory and motor component regulating emotions: the cerebellum
acting as a gate controller over direct input from the motor cortex and frontal and
temporal lobes. Thus, since many PBA patients have right frontal lobe lesions, and left
frontal and temporal lesions, it is also possible that damage to frontotemporal-subcortical
circuits may be involved in PBA (Ahmed & Simon, 2013).
Gejala Klinis
• Onset: detik - menit
• Episode tidak dirangsang oleh situasi tertentu, sebaliknya, PBA terjadi dalam situasi yang
membuat menangis atau tertawa canggung, menyebabkan pasien menjadi gelisah dan
malu.
• Perubahan tingkah laku
• Menangis atau tertawa secara tiba-tiba, tidak bisa dikendalikan dan tidak sesuai dengan
kondisi yang terjadi saat itu
• Ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan emosi
Diagnosis
Treatment
Tujuan pengobatan untuk pengaruh pseudobulbar (PBA) adalah untuk mengurangi
keparahan dan frekuensi ledakan emosi. Opsi pengobatan meliputi:
1. Antidepresan.
Antidepresan, seperti antidepresan trisiklik (TCA) dan inhibitor reuptake serotonin
selektif (SSRI), dapat membantu mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan episode
PBA. Antidepresan untuk pengobatan PBA biasanya diresepkan pada dosis yang
lebih rendah daripada yang digunakan untuk mengobati depresi.
2. Dextromethorphan hydrobromide dan quinidine sulfate (Nuedexta).
Satu-satunya obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration yang dirancang
khusus untuk mengobati PBA. Sebuah studi pada orang-orang dengan MS dan ALS
menunjukkan bahwa mereka yang minum obat hanya memiliki sekitar setengah dari
episode tertawa dan menangis seperti halnya mereka yang menggunakan plasebo.
3. Untuk mengatasi suatu episode:
- Mengalihkan perhatian
- Ambil napas dalam-dalam dan lambat
- Rilekskan tubuh
- Ubah posisi
Daftar Pustaka
• Ahmed A, Simmons Z. Pseudobulbar affect: prevalence and management. Ther Clin Risk
Manag. 2013; 9:483–489. [PubMed: 24348042]
• Kim JS, Choi-Kwon S. Poststroke depression and emotional incontinence: correlation
with lesion location. Neurology. 2000; 54:1805–1810. [PubMed: 10802788]
• Lapchak, P. (2015). Neuronal Dysregulation in Stroke-Associated Pseudobulbar Affect
(PBA): Diagnostic Scales and Current Treatment Options. Journal of Neurology &
Neurophysiology, 06(05).
• Parvizi J, Anderson SW, Martin CO, Damasio H, Damasio AR. Pathological laughter and
crying: a link to the cerebellum. Brain. 2001; 124:1708–1719. [PubMed: 11522574]
• Simmons, Z. and Ahmed, A. (2013). Pseudobulbar affect: prevalence and management.
Therapeutics and Clinical Risk Management, p.483.
top related