pencemaranlaut.files.wordpress.com · web viewsalah satu sumber pencemaran terbesar di laut...
Post on 20-Jun-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
NamE : rafika puspita army
Nickname : fika
Place,DATE OF BIRTH : pati, 26 july 1994
GENDER : WOMAN
nationality : INDONESIA
ADDRESS : PERUM GRIYA KARANGJATI A/12
PRINGSARI KAB.SEMARANG 50214
Hobbies : swimming | TRAVELLING | HIKING
PHONE : 085641383068
Blood type : ab
EMAIL : rafikaPUSPITA @ GMAIL.COM
PERSONAL
@armyrafikaRAFIKA PUSPITA
Berita 1
Sumber :Buletin Parlementaria 2009
BERITA II
Sumber : Koran Tempo – Sabtu,12 Maret 2011
BERITA III – SUMBER : http://www.indonesia.embassy.gov.au/jakt/MR09_086.html
ULASAN TERHADAP SUMBER BERITA : TRAGEDI KEMANUSIAAN DAN
EKOLOGI LINGKUNGAN AKIBAT MELEDAKNYA KILANG MINYAK
MONTARA DI LAUT TIMOR TAHUN 2009
Rafika Puspita Army_26020112130039
Jurusan Ilmu Kelautan ,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro,Semarang
Tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam kehidupan manusia,lingkungan hidup menjadi
salah satu komponen yang sangat penting karena sumberdaya alamnya menjadi pemenuh
kebutuhan manusia. Laut adalah salah satu bagian dari lingkungan hidup. Pemberian
perhatian dalam perlindungan serta pelestarian lingkungan laut merupakan usaha yang tepat
untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya tersebut.
Pencemaran lingkungan laut menjadi sumber masalah terbesar dalam pelestarian
lingkungan laut. Gejala pencemaran lingkungan laut (the pollution of marine environment)
dalam dasawarsa terakhir ini banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak. Seperti terlihat
dalam pembahasan melalui berbagai seminar dan symposium yang diselenggarakan baik di
tingkat nasional, regional dan internasional,yang pada realitanya, semua membahas dan
mengkaji masalah lingkungan laut sehingga mempertajam pengertian dan membangkitkan
kesadaran tentang masalah lingkungan laut.
Salah satu sumber pencemaran terbesar di laut adalah tumpahan minyak baik dari proses
di kapal,pengeboran minyak lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal.Jika dibandingkan
dengan pencemaran laut yang bersumber dari darat,pencemaran minyak ini jauh lebih
berbahaya karena dampaknya akan begitu cepat dirasakan oleh makhluk hidup di laut serta
masyarakat yang tinggal di sekitar laut (Sudrajad,2006).
Telinga kita sudah sangat akrab apabila mendengar tentang kasus kebocoran ladang
minyak di lepas pantai seperti halnya yang dibicarakan pada kedua sumber berita diatas yaitu
mengenai bocornya sumur minyak Montara yang bersumber di Ladang Montara (The
Montara Well Head Platform) di Blok Barat Atlas Laut Timor perairan Australia pada tanggal
21 Agustus 2009.Tumpahan minyak tersebut melebar sampai perairan Celah Timor yang
merupakan wilayah perairan perbatasan negara Indonesia,Timor Leste dan Australia.
SUMBER PENCEMAR
Menurut Pertamina (2002), pencemaran minyak di laut berasal dari:
a. Ladang minyak bawah laut
b. Operasi kapal tanker
c. Docking ( perbaikan/perawatan kapal)
d. Terminal bongkar muat tengah laut
e. Tangki ballast dan tangki bahan bakar
f. Scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua )
g. Kecelakaan tanker (kebocoran lambung, kandas,ledakan,kebakaran, dan tabrakan )
h. Sumber di darat (minyak pelumas bekas atau cairan yang mengandung hidrokarbon
(perkantoran dan industri )).
i. Tempat pembersihan (dari limbah pembuangan refinery)
Pada kasus yang ada pada ketiga sumber berita diatas dapat disimpulkan dengan sangat
jelas bahwa yang menyebabkan Laut Timor dan sekitarnya tercemar adalah ledakan ladang
minyak Montara milik PTTEP Australasia yang menumpahkan jenis minyak mentah (light
crude oil).Pemicu ledakan tersebut disebabkan oleh retaknya sumbatan beton dak karet
diujung sumur kedalaman 3,6 km sehingga semburan minyak dan gas Montara tak terelakkan
lagi mencemari laut sekitarnya.Kelalaian terhadap pengawasan pipa-pipa yang bocor menjadi
salah satu faktor penyebab ledakan. Sekitar 98 persen tumpahan minyak mentah yang
bercampur dengan zat timah hitam dan bubuk kimia beracun jenis Corexit 9500 mencemari
dan mengendap di Laut Timor.
Minyak sebagai sumber pencemaran menurut ketentuan International Convention on
Liability for Oil Pollution Damage 1969 beserta Protocol 1992 (CLC,1969) yaitu :
“Oil means any persisten hydrocarbon mineral oil such as crude oil, fuel oil, heavy
diesel oil and lubricating oil, whether carried on board a ship as cargo or in the bunkers
of such a ship”.
“Persisten” dalam pengertian CLC,1969 mengkategorikan minyak persisten dalam
kategori B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang mengandung arti bahwa komposisi
kimiawinya dalam waktu lambat terdegradasi secara alami ketika tumpah ke dalam
lingkungan laut dan cenderung menyebar dan memerlukan pembersihan.
Hadi (2005) menyatakan bahan utama yang terkandung di dalam minyak bumi adalah
hidrokarbon alifatik dan aromatik. Minyak bumi mengandung senyawa nitrogen antara 0-
0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3,5%. Terdapat lebih dari empat seri hidrokarbon yang
terkandung di dalam minyak bumi, yaitu seri n-paraffin, seri iso-paraffin,seri neptena.
Untuk peristiwa Montara, pada saat terjadinya kebocoran hingga minyak tumpah dan
mencemari laut di bulan Agustus tersebut berhubungan dengan arah arus laut yang terjadi di
bulan itu sehingga mempengaruhi lokasi penyebaran minyak. Dimana polutan akan bergerak
mengikuti arus laut yang dominan ke arah barat hingga barat laut sepanjang Agustus-
September, yang berlanjut ke arah timur sejak awal Oktober. Sehingga dapat diduga terjadi 3
kemungkinan : 1. Tumpahan minyak akan makin mendekati Pulau Rote, selanjutnya masuk
ke wilayah Laut Sawu, 2. Tumpahan minyak mengalami deposisi ke lapisan air laut dalam, 3.
Polutan yang ada juga dapat menyebar dengan pola yang berbeda.
DAMPAK TUMPAHAN MINYAK MONTARA
Kehidupan manusia sejauh ini bergantung pada lautan,tentu tumpahan minyak
berdampak pada banyak hal Secara umum dampak langsung yang terjadi adalah sebanyak
400 barel atau 63,6 ribu liter minyak mentah mengalir ke Laut Timor per hari, permukaan laut
tertutup 0,0001 mm minyak mentah, minyak mentah masuk ke Zona Eksklusif Ekonomi
(ZEE) Indonesia pada 28 Oktober 2009, serta gas hidrokarbon terlepas ke atmosfer.Berikut
akan dibahas dampak tumpahan minyak Montara terhadap ekosistem, sosial-ekonomi dan
kesehatan manusia.
1. Dampak Terhadap Ekosistem
Hilangnya keseimbangan ekosistem laut akibat meledaknya kilang minyak
Montara dinilai sudah sangat memprihatinkan.Komponen minyak yang tidak dapat larut
dalam air akan mengapung menyebabkan air laut berwarna hitam.Beberapa komponen
minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir
dan batuan-batuan pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat racun berpengaruh pada
reproduksi,perkembangan,pertumbuhan,dan perilaku biota laut,terutama pada
plankton,bahkan mematikan ikan dan akan mengakibatkan produksi ikan turun. Menurut
Fakhrudin (2004),proses emulsifikasi merupakan sumber kematian,khususnya pada
telur,larva,dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada
lingkungan tercemar.
Akibat pencemaran minyak di Laut Timor jangka pendek,molekul hidrokarbon
minyak yang tumpah dapat merusak membran biota laut,mengakibatkan keluarnya cairan
sel.Berbagai jenis udang dan ikan akan berbau minyak sehingga mutunya menurun.
Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan
oksigen,keracunn karbon dioksida dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
Sedangkan akibat jangka panjangnya akan lebih mengancam biota muda. Minyak
di dalam laut dapat termakan oleh biota laut.Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan
bersamaan dengan makanan,sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan
protein. Sifat akumulasi ini dapat berpindah dari organisme satu ke organisme lain
melalui rantai makanan,tak terkecuali sampai pada manusia.
Secara tidak langsung,pencemaran laut akibat minyak mentah dapat
membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang
hidup disana akan tercemar atau mati dan banyak bermigrasi ke daerah lain. Minyak yang
tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar matahari masuk sampai lapisan
air dimana ikan berdiam. Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan
mempengaruhi pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada
permukaan daunnya, karena dapat mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan
tersebut seperti respirasi maupun fotosintesis yang dikarenakana lapisan di permukaan
laut notabenenya menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik
sehingga rantai makanan yang berasal dari phytoplankton akan terputus,mematikan
organisme,dan terjadi pembusukan akar pada tumbuhan laut.
Pencemaran minyak mentah juga merusak ekosistem mangrove.Sistem perakaran
yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2,akarnya akan tertutup minyak sehingga
kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu cukup
lama,akan menyebabkan kematian karena terdapat pembusukan pada akar mangrove serta
kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan mangrove.
Ekosistem terumbu karang juga tak luput dari pengaruh pencemaran minyak.
Menurut O’ Sullvian & Jacques (2001), jika terjadi kontak secara langsung antara
terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang
meluas. Disamping itu minyak yang emngapung juga berbahaya bagi burung laut yang
suka berenang di atas permukaan air.Tubuh burung akan tertutup oleh minyak, lalu dalam
usaha membersihkan dirinya mereka akan menjilat bulu-bulunya,akibatnya mereka
banyak minum minyak dan akhirnya meracuni diri sendiri. Dengan minyak yang
menempel pada bulu burung,maka burung akan kehilangan kemampuannya untuk
mengisolasi temperatur sekitar,sehingga menyebabkan hilangnya panas tubuh burung dan
bila terjadi terus-menerus akan menyebabkan burung kehilangan nafsu makan.
2. Dampak Terhadap Sosial – Ekonomi
Budidaya rumput laut
Dampak pencemaran akibat tumpahan minyak yang terjadi sejak bulan Agustus
2009 di perairan Laut Timur sangat berdampak secara langsung terhadap penurunan
tingkat produksi rumput laut Eucheuma cottoni.
Data produksi menunjukan adanya penurunan secara drastis terhadap produksi
rumput laut Eucheuma cottoni terutama pada tahun 2009 dan 2010 jika dibanding
tahun 2008.Alasan yang mendukung pernyataan sebelumnya,mungkin masyarakat
pembudidaya rumput laut masih merasa traumatik akibat kegagalan yang dialami
sebagai dampak tumpahan minyak dan perubahan lingkungan secara drastis.
Jika sebelum terjadi bencana tumpahan minyak pembudidaya mampu
menghasilkan produksi kering sebesar 1-2 ton, dalam range waktu setelah kejadian
produksi turun drastis bahkan sebagian besar mengalami gagal panen total.
Budidaya Tiram Mutiara
Lokasi budidaya mutiara terletak di desa Oebo Kecamatan Rote Barat daya,
dimana kegiatan budidaya dilakukan oleh PMA yaitu CV. Hiro. Kematian tiram
mutiara akibat dampak tumpahan minyak terjadi dalam rentang waktu bulan
September sampai dengan November 2009 dengan jumlah mortalitas spat/benih
mutiara sebanyak 9.642 ekor.Menurut hasil pengamatan,di lokasi cangkang tiram
mutiara dan poket (media) diselimuti lumut, sehingga menyebabkan tingkat kematian
tinggi.
Produksi Perikanan Tangkap
Penurunan produksi perikanan yang dihasikan masyarakat pembudidaya dan
nelayan mengakibatkan mereka terancam kehilangan mata pencaharian, dimana
kehidupan ekonomi masyarakat sangat tergantung pada sumberdaya laut.
3. Dampak Terhadap Kesehatan Manusia
Logam berat yang terkandung dalam kilang minyak antara lain Cd,Cu,Cr,Pb,Ni.
Logam berat ini bersifat tahan urai apabila memiliki densitas yang lebih dari 5
gram/cm3.Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di
dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat
masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam
berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang
berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat terakumulasi
dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.
Dampak buruk terhadap kesehatan manusia yang sering terjadi adalah ketika
manusia mengkonsumsi ikan dari wilayah perairan yang tercemar.Selain itu, penggunaan
dispersan untuk menenggelamkan minyak ke dasar laut, juga berpengaruh buruk terhadap
kesehatan manusia. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa jenis minyak di antaranya
yang menguap dengan cepat, memasuki udara, dan dihirup masuk ke dalam tubuh dan
yang paling berbahaya adalah polisiklik aromatic senyawa hidrokarbon (PAH).
Kisaran luas ditoksisitas PAH, di antaranya adalah karsinogenik, mutagenic dan
bioaccumulate dalam rantai makanan yang sangat berpotensi menimbulkan risiko
terhadap kesehatan manusia. Bahan lain yang digunakan dalam penanggulangan
tumpahan minyak seperti dispersan atau deterjen, juga mengandung zat beracun seperti
yang dilakukan pihak pemilik Montara ketika menenggelamkan tumpahan minyak ke
dasar Laut Timor dengan dispersan.
Ketika dispersan itu digunakan dalam upaya penanggulangan tumpahan minyak di
Laut Alaska pada Agustus 1989, telah terbukti memberikan dampak kronis terhadap
kesehatan fisik penduduk di Cordova (Alaska) yang berpartisipasi dalam pembersihan
tumpahan minyak di Laut Alaska.
Efek yang dirasakan penduduk pesisir Laut Timor adalah kelelahan, mual, dan sakit
kepala yang merupakan gejala-gejala penyakit kronis dan memiliki efek buruk terhadap
kesehatan fisik manusia seperti sensitivitas kimia, pusing berkelanjutan, kerusakan sistem
saraf pusat, dermatitis, leukemia, cacat janin, kanker kulit, kerusakan hati, kerusakan
ginjal, iritasi kronis saluran pernapasan dan sakit kepala.Para nelayan pun berhenti
melakukan aktivitasnya dan melegoh perahu-perahunya di pinggir pantai.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrudin, Drs, M.Si . 2004 . Dampak Tumpahan Minyak Pada Biota Laut. Career
Development Network, Jakarta : Faculty of Engineering University of Indonesia.
Hakim,O.S . 2010 . Pencemaran Laut Oleh Ladang Minyak Montara : Responsibility and
Reability. Opini Juris . Vol.1.
Maryanto,Tri .2013 .Penyelesaian Atas Pencemaran Laut Akibat Meledaknya Sumur Minyak
Montara Milik PPT Exploration And Production Austral Asia di Blok Atlas Barat Laut
Timor Berdasarkan Hukum Internasional . [Skripsi] .Fakultas Hukum,Universitas
Tanjungpura Pontianak.
O’Sullivan A.J and T.G Jacques . 2001. Impact Reference System – Effects of Oil in the
Marine Envirooommment : Impact of Hydrocarbons on Fauna and Flora,Internet
Edition. Brussel : European Commision Directorate General Environment Civil
Protection And Environmental Accidents,Belgium.
Pertamina. 2002. Basic Safety Trainning, Diklat Khusus Dit. PKK Pertamina.
Jakarta:Pertamina.
Priyanto, B. & Prayitno, J. 2006. Fitoremediasi sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan
Pencemaran, Khususnya Logam berat, (Online).
(http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora1.htm, diakses 9 November 2014).
Sumanto,Arly .2013 .Penyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebocoran
Sumur Minyak Montara Australia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982 . [Artikel
Ilmiah] .Program Konsentrasi Hukum Nasional,Fakultas Hukum,Universitas Brawijaya
Malang.
top related