wrapup b17 sken3
Post on 04-Jun-2018
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
1/20
1
Menggigil disertai demam
WRAP UP
Disusun oleh:
B17Ketua: Syabrina Pratiwi Noer Dhamalia 1102011269
Sekertaris: Tjut Fiora Tsania Oebit 1102011283
Maulidya Annisa Sabilla 1102011156
M. Gilang Gumilar 1102011176
Mira Kurnia 1102011164
Redo Alif Iszar 1102011225
Sri Wahyuningsih 1102011265
Yenny Agustina 1102011295
Wan Asmaul Atmam 1102010285
Yogie Nahara Saputra 1102010297
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSI
2011-2012
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
2/20
2
SKENARIO 3
Menggigil disertai demam
Tuan c, laki-laki 35 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu
minggu lalu. Demam dirasakan tiap dua hari sekali. Setiap kali demam didahului menggigil dandiakhiri berkeringat. Setelah itu demam akan pulih seperti biasa. Beliau baru kembali dari
melakukan studi lapangan di Sumatera Selatan selama dua minggu. Setelah melakukan
pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan beliau terinfeksiPlasmodium vivax.
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
3/20
3
SASARAN BELAJAR
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium penyebab MalariaLO.1.1. Morfologi
LO.1.2. Daur Hidup
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Malaria vivaxLO.2.1. Definisi
LO.2.2. Etiologi
LO.2.3. Patogenesis
LO.2.4. Manifestasi Klinis
LO.2.5. Diagnosis & Pemeriksaan
LO.2.6. Komplikasi
LO.2.7. Penatalaksanaan
LO.2.8. Prognosis
LO.2.9. Pencegahan
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Vektor MalariaLO.3.1. Morfologi
LO.3.2. Tempat Perindukan
LO.3.3. PerilakuLI.4 Memahami dan Menjelaskan Obat Anti Malaria
LI.5 Memahami dan Menjelaskan Gebrak Malaria
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
4/20
4
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium penyebab Malaria
LO.1.1. Morfologi
Phase Vivax Falciparum Malariae Ovale
Trofozoid muda Bentuk cincin,
eritrosi membesar,sitoplasma biru,
inti merah,
vakuola besar
Eritrosit tidak
membesar,terdapat titik
maurer
Mirip vivax,
sitoplasma lebihtebal, terdapat
titik Zieman
Titik Schuffner
jelas, bulat,kompak dengan
granula pigmen
yg kasar, eritrositagak membesar
Trofozoid
matang
Sitoplasma
amoeboid, pigmen
nyata dan
berwarna kuning,titik schuffner
jelas
Bentuk cincin
menghilang,
titik kasar
eritrosit jelas
Pigmen besar,
kasar, gelap;
berbentuk pita
pada potonganmelintang
Skizon muda 4-8 skizon matang 30 mikron, inti2-6
55 mikron 70 mikron
Skizon matang >8 merozoit 8-24 merozoit 8 merozoit,
mengisi seluruh
eritrosit, sususanmerozoit teratur
(bunga daisy)
Makrogamet Bulat, sitoplasma
biru, inti kecil
padat berwarna
merah,
Bentuk pisang
agak lonjong,
plasma biru,
inti padat kecil,
pigmen sekitarinti
Sitoplasma biru
tua, inti kecil
padat
Bulat, inti kecil,
sitoplasma warna
biru
Mikrogamet Bulat, sitoplasma
pucat, inti difus
Bentuk sosis,
plasma pucat,
inti tidak padat,pigmen tersebar
Sitoplasma biru
pucat, inti difus
lebih besar
Bulat, inti difus,
sitoplasma
berwarna pucatkemerahan
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
5/20
5
LO.1.2. Daur Hidup
Manusia (asexual) Anopheles betina (sexual)
Dalam hati (eksoeritrositer) Kelenjar liurSporozoit
Hipnozoit skizon
Skizon
Merozoit
Dalam darah
Trofozoit muda
Trofozoit tua
Skizon pecahSkizon muda
Skizon matang
Merozoit
Sel darah sel darah merah
+ +gametosit gametosit
makrogametosit mikrogametosit
Ookista pecah
dengan sporozoit
ookista
stadium
tumbuh
ookinet
fertilisasi
Gametosit dihisap nyamuk
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Malaria vivax
LO.2.1. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yangmenyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
LO.2.2. EtiologiMalaria vivax disebabkan karena terinfeksi Plsmodium vivax yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
6/20
6
LO.2.3. PatogenesisInfeksi parasite malaria pada manusia dimulai bila nyamuk anopheles betina
menggigit manusia dan nyamuk itu akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluhdarah, dimana dalam waktu 45menit akan menuju ke hati sebagian besar dan sebagian
kecil akan mati dalam darah. Di dalam sel parenkim hati, perkembang biakan aseksual
dimulai. Pada Plasmodium vivax, sebagian besar parasite dalam sel hati membentukhipnozoit yang dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama dan bentuk ini yang akanmenyebabkan relaps pada malaria. Setelah berada dalam sirkulasi darah, merozoit akan
menyerang eritrosit dan masuk melaluireseptor permukaan eritrosit. Pada Plasmodium
vivax, reseptor ini akan berhubungan dengan factor antigen. Setelah 36jam invasi kedalam eritrosit, parasite berubah menjadi skizon yang akan pecah dan mengeluarkan 6-36
merozoit dan siap menginfeksi eritrosit lain. Siklus aseksual pada Plasmodium vivax
adalah 48jam. Di dalam darah sebagian parasite akan membentuk gamet jantan dan
betina, bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus sexual dalamtubuh nyamuk.
Pathogenesis malaria lebih ditekankan pada terjadinya permeabilitas pembuluh
darah. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia.Diduga terdapat toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan mengeluarkan parasite. Faktor lain tang
menyebabkan anemia terjadi karena terbentuknya antibody terhadap eritrosit. Pada
infeksi malaria, limpa akan membesar, mengalami pembendungan dan pigmentasisehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasite dalam makrofag dan
sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak. Pada malaria
juga terjadi pembesaran hepar, sel kupffer yang terlibat dalam respon fagositosis, sebagaiakibatnya hati menjadi berwarna kecoklatan agak kelabu agtau kehitaman. Organ lain
yang sering diserang adalah otak dan ginjal. Pada pemeriksaan mikroskopik, sebagian
besar dari pembuluh darah kecil dan menengah dapat terisi eritrosit yang telah
mengandung parasite dan dapat dijumpai bekuan fibrin, dan terdapat reaksi seluler padaruang perivaskuler luas. Pada ginjal terjadi pewarnaan pigmen malaria pada satu atau dua
proses patologis yaitu nekrosis tubulus akut.
LO.2.4. Manifestasi KlinisSebelum demam biasanya pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak nafsu makan,
mual atau muntah. Pasien dengan infeksi majemuk/campuran maka serangan demam
akan terjadi terus menerus.Periode paroksisme biasanya terdiri dari 3 stadium yang berurutan. Periodisitas
demam berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya
merozoit yang masuk aliran darah. Pada malaria vivax, skizon matang dalam 48jam.
1. Stadium menggigil, yang dimulai dengan perasaan dingin sekali sehinggamenggigil, nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru. Stadiumini berlangsung selama 15-60menit.
2. Stadium puncak demem dimulai pada saat rasa dingin sekali berubah menjadipanas sekali. Suhu naik sampai 41C atau lebih. Stadium ini berlangsung selama
2-6jam.
3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak. Stadium iniberlangsung selama 2-4jam.
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
7/20
7
Demam yang khas biasanya pada siang hari. Dilanjutkan stadium apireksia,
kemudian demam semakin berkurang karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya
parasit dalam badan dan karena respon imun hospes.
Infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama disebut rekrudesensi,
timbul karena parasite dalam eritrosit jumlahnya meningkat kembali akibat pemakaian
obat dengan dosis yang tidak adekuat atau karena parasite telah bersifat resisten.
LO.2.5. Diagnosis & PemeriksaanDiagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium.
A. AnamnesisYang diperhatikan: 1. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat
2. Riwayat berkunjung dan bermalam di daerah endemik
3. Riwayat tinggal di daerah endemic
4. Riwayat sakit malaria5. Riwayat minum obat anti malaria 1bulan terakhir
6. Riwayat mendapat transfusi darah
B. Pemeriksaan Fisik1. Demam >37C2. Konjungtiva3. Splenomegaly4. Hapatomegali
C. Pemeriksaan Laboratorium1. Pemeriksaan tetes darah untuk manusia
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasite
malaria, sangat penting untuk menegakkan diagnose. Pemeriksaan
pertama dengan hasil negative tidak mengesampingkan diagnose malaria,
pada pemeriksaan ketiga dan bila hasil tetap negative makan pasien bias
didiagnosa tidak terinfeksi malaria.
Kepadatan parasite terbagi dua, yaitu:
1.1.Semi kuantitatif
(-) tidak ada parasite
(+) ada1-10 parasit/100 lapangan
(++) ada 11-100 parasit/100 lapangan(+++) ada 1-10 parasit/1 lapangan
(++++) ada >10 parasit / 1 lapangan
1.2.Kuantitatif
Pasarit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal atau
tipis
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
8/20
8
2. Tes antigen : P-f testUntuk mendeteksi antigen dariPlasmodium falciparum. Deteksi ini sangat
cepat, tidak perlu mempunyai keahlian khusus, sensitivitas baik, tidak
memerlukan alat khusus. Tes ini sekarang dikenal sebagai Rapid test.
3. Tes serologiUntuk mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasite sangat minimal.
4. Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)Peka terhadap teknologi amplifikasi DNA. Pemeriksaan cenderung cepat,
sensitifitas tinggi.
D. Pemeriksaan Penunjang1. Hemoglobin & Hematokrit2.
Hitung jumlah leukosit & trombosit
3. Kimia darah, EKG, foto thorax4. Biakan darah, uji serologi
LO.2.6. Komplikasi
A. Malaria SerebralKejang pada anak dengan malaria dapat merupakan permulaan seragam malaria
serebral. Tanda neurologic yang penting pada malaria serebral adalah gangguan
upper motor neuron yang simetris dan batang otak. Kadang-kadang jumlah
parasitemia di dalam darah tepi rendah yang mungkin disebabkan oleh pengobatan
anti malaria yang tidak adekuat atau parasitnya berada di dalam kapiler organ dalam.Malaria serebral adalah malaria falciparum yang disertai kejang dan koma, tanpa
penyebab lain dari koma. Gejala paling dini malaria serebral pada anak-anak
umumnya adalah hiperpireksia, tidak bisa makan minum, mual dan batuk.
B. AnemiaSerangan malaria yang berulang yang tidak diobati secara adekuat akan menyebabkan
anemia normokrom sebagai akibat perubahan eritropoetik di dalam sumsum tulang.
Anemia dapat pula terjadi akibat penghancuran eritrosit yang mengandung parasite.
C. Hipoglikemia BeratHipoglikemia dapat terjadi pada malaria berat, terutama pada anak kecil dengan
gejala kejang, hiperparasitemia, penurunan kesadaran atau dengan gejala yang lebihringan seperti berkeringat, kulit teraba dingin dan lembab serta napas yang tidak
teratur. Hipoglikemia berhubungan dengan hiperinsulinemia yang diinduksi oleh
malaria dan kina. Gejala klasiknya adalah rasa cemas, berkeringat, dilatasi pupil,
sesak napas, oliguria, kedinginan, takikardia, dan sakit kepala.
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
9/20
9
D. Gagal ginjalKadar ureum serum sedikit meningkat kira-kira 10% pada anak lebih dari 5tahun,
seringkali gagal ginjal disebabkan oleh dehidrasi yang tidak diobati dengan tepat.
Pada orang dewasa kadang disertai pula dengan nekrosis tubular akut.
E. Edema Paru AkutPada kasus malaria serebral dapat dijumpai anemia berat dan parasitemia berat.
Frekuensi napas meningkat dan dijumpai krepitasi serta ronki yang menyebar. Gejala
edema paru terjadi bersamaan dengan hiperparasitemia, gagal ginjal, hipoglikemia,
dan asidosis. Sebagai akibat dari edema paru dapat terjadi hipoksia yang
mengakibatkan kejang dan penurunan kesadaran serta kematian.
LO.2.7. Penatalaksanaan
Prinsip dasar pengobatan malaria vivax adalah pengobatan radikal yang ditujukanterhadap stadium hipnozoit di sel hati dan stadium lain yang berada di eritrosit.
Pengobatan malaria tanpa komplikasi:
A. Lini pertamaMenggunakan ACT (antemisinin combination therapy) : artesunat + amodiakuinB. Lini kedua
1. Kina tabletTablet kina yang beredar di Indonesia adalah tablet yang mengandung 200mg
kina fosfat/sulfat. Diberikan per oral 3x sehari dengan dosis 10mg/kgBB/kal
selama 7hari. Dosis kina adalah 30mg/kgBB/hari. Pemberian kina pada anak
usia dibawah 1tahun dihitung berdasarkan berat badan.
2. PrimakuinDosisnya 0,25mg/kgBB/hari yang diberikan selama 14hari. Tidak boleh
diberikan kepada ibu hamil, bayi dibawah 1tahun, penderita defisiensi G6PD.
Lini kedua merupakan alternative terhadap ACT.
C. Pengobatan malaria vivax relapsPrinsip pengobatan sama dengan atas, hanya saja dosis primakuin ditambah,
diberikan selama 14hari dengan dosis 0,5mg/kgBB/hari.
D. Pengobatan malaria vivax dengan defisiensi G6PDDiketahui melalui anamnesa dengan adanya keluhan/riwayat urin berwarna coklat
kehitaman setelah minum obat golongan sulfat, primakuin, kina & klorokuin. Jadi
pengobatan diberikan secara mingguan, klorokuin diberikan 1x per minggu selama 8-
12minggu dengan dosis 10mg klorokuin basa/kgBB/kali dan primakuin dengan dosis
0,75mg/kgBB/kali.
LO.2.8. Prognosis
1. Prognosis berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan2. Prognosis malaria yang tidak ditanggulangi maka akan meningkatkan angka kematian
yang dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20%, dan kehamilan 50%
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
10/20
10
LO.2.9. Pencegahan
Obat Non Obat
1. Pendatang ke daerah endemis: dosisklorokuin 300mg/minggu, seminggu
sebelum berangkat dan 4 minggu
sesudah kembali.
2. Penduduk daerah endimis: dosisklorokuin 300mg/minggu selama
12minggu
3. Penderita daerah endemis: dosistunggal klorokuin 600mg dan
primakuin 3 tablet
1. Menggunakan kelambu2. Mengoleskan obat anti nyamuk3. Menggunakan pembasmi nyamuk4. Memberantas sarang nyamuk5. Membunuh jentik nyamuk6. Memberi vaksin
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Vektor Malaria
LO.3.1. Morfologi
Nyamuk anophelini yang berperan sebagai vector malaria hanyalah genusanopheles.
Telur anophelini diletakkan satu persatu diatas permukaan air, seperti perahu yang
bagian bawahnya konveks, bagian atas konkaf, dan mempunyai pelampung disebelahlateral. Larva anophelini mengapung sejajar dengan permukaan air. Larva anophelini
mempunyai spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada tengah sebelah
dorsal abdomen, dan sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen. Pupa anophelini
mempunyai tabung pernapasan untuk mengambil oksigen.
Palpus nyamuk dewasa jantan dan betina mempunyai panjang hampir samadengan panjang probosisnya. Perbedaan pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apical
berbentuk gada, sedangkan yang betina ruas palpus mengecil. Sayapnya ditumbuhi sisiksayap berkelompok membentuk gambaran belang hitam putih. Bagian posterior abdomen
tidak seruncing nyamuk Aedes dan tidak setumpul nyamuk Mansonia tetapi sedikit
melancip.
LO.3.2. Tempat Perindukan & PerilakuAktivitas nyamuk anophelini sangat dipengaruhi oleh kelembapan udara dan
suhu. Nyamuk anophelini aktif menghisap darah hospes pada malam hari atau sejak senjasampai dini hari. Jarak terbang anophelini 0.5-3KM. Umur nyamuk dewasa di alam bebas
1-2minggu tetapi bila di laboratorium 3-5minggu.
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
11/20
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
12/20
12
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Obat Anti Malaria
1. Golongan 4-aminokuinolin1.1. Klorokuin
1.1.Asal dan Kimia Merupakan turunan 4-aminokuinolin
1.2. FarmakodinamikEfek antimalaria Sangat efektif terhadap skizon darah melawan spesies
parasit malaria
Bersifat gametosidal immature (muda) P.vivax, P. Ovale,P.malariae, P.falciparum (stadium 1-3)
Tidak efektif bentuk intra hepatik pengobatan radikalP.vivax, dan P.ovale
Resistensi Penelitian verapamil, desipramin dan klorfeniramin
memulihkan sensitivitas plasmodium yang resisten terhadap
klorokuin.
1.3.FarmakokinetikSecara oral absorbsi lengkap dan cepat makanan
mempercepat absorbsi klorokuin.
Obat mengandung kalsium atau magnesium (Ex: kolin dan
antasid) tidak diberikan bersamaan dapat mengganggu
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
13/20
13
absobsi klorokuin.
1.4. FarmakoterapiDosis Dosis harian 300 mg kadar mantap kira-kira 125g/l
dosis oral 0,5 gr tiap minggu kadar plasma antara 150-250g/l dngan kadar lembah antara 20-40 g/l.
Jumlah ini berada dalam batas kadar terapi untuk P.Falciparumyang sensitif danP. Vivax 30 dan 15 g/l.
Dosis yang dianjurkan untuk dewasa dan anak 25 mg klorokuin(untuk 3 hari)
Hari 1-210 mg basa/kg Hari 35 mg/kg
1.5. Efek samping sakit keparingan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan
dan gatal-gatal. pengobatan supresi sakit kepala, penglihatan kabur,
diplopia, erupsi kulit likenoid, rambut putih dan perubakan
gambaran EKG.
1.6. KontraindikasiPasien defisiensi G6PDmenyebabkan hemolisis.Pada pasien dengan penyakit hati atau pada pasien dengan
gangguan cerna neurologik dan darah yang berat klorokuinharus digunakan secara hati-hati.
(Inge, 2009) dan ( Sulistya, 2009)
1.2. Amodiakuin1.1.Asal dan Kimia Merupakan obat yang mempunyai struktur dan aktivitas yang
menyerupai klorokuin, termasuk efek antipretik dan antiinflamasi.
1.2. FarmakodinamikEfek antimalaria Dapat menimbulkan reaksi fatalpengunaan sebagai profilaksis
1.3.FarmakokinetikSecara per oral amodiakuin dimetabolisir metabolit
dicemetilamodiakuin ( terdeteksi < 8 jam )terkonsentrasi dalam
sel darah merahwaktu paruh sampai 18 hari.
1.4. FarmakoterapiDosis Amodiakuin basa : 10mg/kgbb/hari selama 3 hari.
(Total dosis tunggal 30 mg/kg bb)
1.5. Efek samping
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
14/20
14
mual, muntah nyeri perut,diare dan gatal-gatalPada profilaksis hepatitis toksik dan agranulositosis yang
fatal.
Keracunan akut amodiakuin pingsan, kaku otot, kejang dangerakan yang tidak terkontrol.
1.6.
Kontraindikasi pada penderita kelainan hati Pasien dengan hipersensitif terhadap amodiakuin tidak boleh digunakan untuk profilaksis.
( Rianto, 2008)
2. Golongan obat antifolat2.1.Sulfadoksin-pirimetamin1.1.Asal dan Kimia Turunan pirimidin berbentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut
air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida
1.2.
Farmakodinamik Merupakan skizontosid darahkerjanya lambat Untuk profilaksis dan supresi malaria P.falciparum yang
resisten klorokuindiberikan seminggu sekali
Mekanisme Kerja Mencegah pembentukan asam folinat (asam tetrahidrofolat)dari PABA pada plasmodia.
Pirimetamin menghambat enzim dehidrofolat reduktasesehingga tidak terjadi asam folat.
Sulfadoksin memiliki sifat kompetitif inhibition, akanmenghalangi asam folat.
1.3.FarmakokinetikSecara oral disaluran cerna berlangsung lambat kadarpuncak plasma (4-6jam) obat ditimbun terutama di ginjal, paru,
hati, dan limfawaktu paruh (4hari)diekskresi melalui urin
1.4. FarmakoterapiDosis Sulfadoksin pirimetaminbentuk tablet : 25 mg sulfadoksin dan
1.25 mg pirimetamin
1.5. Efek sampingHipersensitifitas sulfat kelainan kulit (contoh: eritema
multiforme, sindroma Steven Johnson / nekrolisis epidermaltoksik) dan mukosa,
trobositopenia anemia megaloblastik dan leukopenia.Mual, muntah, nyeri kepala, insomnia,
1.6. Kontraindikasi Ibu menyusui, Anak berusia anak < 2 bulan
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
15/20
15
Pasien hipersensitif sulfanamid, Penderita disfungsi hepar dan renal
( Rianto, 2008) dan (Inge, 2009)
3. Golongan 4 quinoline-methanol3.1Kina
1.7.Asal dan Kimia Mengandung gugus kuinolin yang terikat pada cincin kuinuklidinmelalui ikatan alkohol sekunder rantai sampingmetoksi dan -
vinil
1.8. FarmakodinamikEfek anti malaria Kina berefek skizontosid darah dan gametositosid terhadap
P. Vivax dan P. Malariae, tetapi tidak untuk P. Falciparum
Kina tidak digunakan untuk profilaksis malaria Obat ini bekerja dalam organel penghambatan aktivitas
heme polimerase penumpukan substrat yang bersifat
toksik yaitu heme1.9.Farmakokinetik
Penyerapan melalui usus cepat dan sempurna70 % beredar dalam bentuk basa terikat protein plasma (cepat melewati barrier plasenta dan ditemukan dalam
cairan serebrospinal ) dimetabolisir hati (10-12jam)
diekskresi melalui urin (bentuk hidrosilated)
Konsentrasi puncak dalam plasma 1-3 jam Konsentrasi dalam eritrosit 1/5 konsentrasi plasma.
1.10. FarmakoterapiKina diberikan per oral/perdrip secara i.v diberikan dalaminfus larutan isotonik dalam 5 % dextrose
Jika tidak i.v digunakan i.m (obat dilarutkan konsentrasi 60mg/l
Dosis 1. Tablet (lapis gula) : 200 mg basa /tablet setara 20 mg bentukgaram
2. Injeksi : 1 ampul 2 cc Kina HCL 25 % 500 mg basa ( per 1cc berisi 250 mg basa ).
1.11. Efek sampingSindrom Cinchonism Tinitus/telinga berdenging, gangguan pendengaran, vertogo
gejala timbul bila konsentrasi plasma 5 mg/l
Cardiovascular Hipotensi beratinjeksi terlalu cepat
Hipoglikemia Pada ibu hamil (infus kina)obat menstimuli sekresi insulin dari-pankreas
1.12. Kontraindikasi
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
16/20
16
Ibu hamil
(Inge, 2009) dan (WHO, 2001)
4. Artemisin dan derivatnya4.1Artemeter
1.1.Asal dan Kimia Merupakan metil eter aritmisin yang larut dalam lemak1.2.Farmakodinamik
Efek anti malaria Merupakan golongan sesquiterpene lactoneikatan peroksida Mempunyai efek skizontisida darah dapat digunakan pada
malaria berat maupun malaria tanpa komplikasi
Tidak mempunyai efek hipnozoitisidaefek gametositosida
Digunakan untuk pasien P.falciparum dengan komplikasi yangresisten dengan berbagai obat malaria
1.3.Farmakokinetik Sama dengan Artemisin (farmakokinetik oral) puncak
konsentrasi plasma (1-2jam) dan waktu paruh (2-3jam)
Aktifitas antimalaria dalam plasma lebih besar melalui injeksi
daripada oral
1.4. FarmakoterapiDosis 1. Ampul/ Injeksi i.m mengandung 80 mg dalam 1 ml
2. 40 mgdalam 1 mluntuk anak Malaria berat/dengan komplikasi :
Hari 1dosis awal 3,2 mg/Kg BB secara i.m
Diikuti 1,6 mg/KgBB sehari (min 3hr) sampai pasien biasa
minu per oral (pengobatan hingga 7 hr)
1.5. Efek samping Fatal neurotoksikinjeksi artemeter dosis tinggi Mual, muntah, nyeri perut, gatal, demam, pendarahan
abnormal, warna urin menjadi gelap
1.6. KontraindikasiIbu hamil trimester 1
( Inge, 2009)
4.2Artesunat1.1.Asal dan Kimia Merupakan garam suksinil natrium artemisin yang larut dalam air,
tidak stabil dalam larutan
1.2.Farmakodinamik
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
17/20
17
Efek anti malaria Merupakan golongan sesquiterpene lactoneikatan peroksida Mempunyai efek skizontisida darah dapat digunakan pada
malaria berat maupun malaria tanpa komplikasi
Tidak mempunyai efek hipnozoitisidaefek gametositosida
Digunakan untuk pasien P.falciparum dengan komplikasi yangresisten dengan berbagai obat malaria
Obat dikombinasikan dengan amodiakuin atau sulfadoksin-pirimetamin atau meflokuin
1.3.FarmakokinetikArtesunat secara oral metabolisir dihidroartemisin puncak konsentrasi (1-2jam) dan waktu paruh (2-5jam)
1.4. Farmakoterapi1. Tablet mengandung 50 mg sodium artesunat2. Ampul i.m / i.v injeksi mengandung 60 mg sodium artesunat
dalam 1 ml lautan injeksi
Injeksi sebagai asam artesunik ( tidak stabil dalam larutan netral )
Dosis Malaria tanpa komplikasi :Kombinasi : 4 mg/KgBB/hr + amodiakuin 10 mg/KgBB/hr(selama 3 hari)
Malaria berat :1. 12 jam pertama 2.4 mg/kg BB secara i.v dosis
selanjutnya sama untuk 12 jam berikutnya.2. Hari 2-5 2.4 mg/kgBB/hr ( sampai penderita mampu
minum obat )
1.5. Efek samping Mual, muntah, nyeri perut, gatal, demam, pendarahan
abnormal, warna urin menjadi gelap, kurang pendegaran,perubahansyaraf/ neurologikal
1.6. KontraindikasiIbu hamil trimester 1
(Sumarmo, 2010)
5.Primakuin1.7.Asal dan Kimia Turunan 8-aminokuinolin dengan1.8.Farmakodinamik
Efek anti malaria Penyembuhan radikal malaria P.vivax dan P.ovale Memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke-4 jenis
plasmodiumterutama P.falciparum
Mekanisme Antimalaria Obat aktif terhadap skizon darah P.falciparum, P. Vivax -
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
18/20
18
hati-hati dalam dosis tinggi
1.9.Farmakokinetikpemberian secra orak puncak konsentrasi (1-3jam), waktu
paruh (5jam)metabilisme di hatidiekskresi melalui urin.
Metabolisme mayor : 5 hidroksiprimakuin dan 5 hidroksidemetilprimakuinmenyebabkan formasi methemoglobin
1.10. FarmakoterapiDosis Anti relapsprimakuin 0.25 mg/kg untuk 14hr
Dosis tunggal efek gametosidal (P.falciparum) : 0.75mg basa/kg
1.11. Efek samping Anoreksia, mual, muntah, sakit perut an kram Kejang-kejang/gangguan kesadaran Gangguan sistem hemopoitik Penderita defisiensi G6PDhemolisis
1.12. KontraindikasiWanita hamil dan anak < 1 tahunPenderita defisiensi G6PDPenderita dengan aktif reumatoid atritis dan lupus
eritematosus
LI.5 Memahami dan Menjelaskan Gebrak MalariaGebrak malaria adalah suatu gerakan untuk meningkatkan kemampuan tiap orang serta
masyarakat dalam mengatasi penyakit malaria untuk mewujudkan lingkungan yang terbebas
dari penularan malaria melalui peanggulangan yang bermutu untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat malaria. (Depkes RI, 2006)Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada bulan April
2000, melalui Gebrak Malaria dihaparkan dapat mengurangi resiko serta penularan akibat
malaria dengan cara pencegahan melaui pengobatan massal, survei demam, penyemprotanrumah, penyelidikan vektor dan lainnya, seperti pengeringan tempat berkembang biak
potensial telah diterapkan dengan baik untuk menanggapi masalah Malaria. (Sumarmo, 2010)
Hijau : (almost) malaria free
Kuning :low risk area
Merah : High risk area
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
19/20
19
Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian malaria
1. Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.2. Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT3. Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net )4.
Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program5. Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
Upaya pemberantasan lain yang telah dilaksanakan berupa penemuan penderita, dengan cara :
1. Penacarian penderita secara aktif (Active Case Detection) pencarian penderita dengangejala klinis malaria dari rumah ke rumah. Pencarian penderita secara aktif dilaksanakan di
desa-desa endemis malaria.
2. Pencarian penderita secara pasif ( Passive Case Detection) penemuan penderita di UnitPelayanan Kesehatan, dilaksanakan oleh petugas pada unit pelayanna kesehatan dengan caratersangka malaria yang datang ke UPK.
3.
Kontak survey
bagian dari kegiatan penyelidikan epidemiologi, dengan caramengunjungi penderita (+) yang ditemukan pada ACD dan melakukan pemeriksaan pada
kontak serumah ( keluarga) penderita serta tetangga yang rumahnya berdekatan.Pemerikasaan dilakukan petugas puskesmas untuk mengetahui apakah penderita tersebut
telah menularkan penyakit disekitarnya.
4. Survey penderita demam ( Mass Fever Survey )metode penemuan penderita dengan carapenderita demam di daerah endemis malaria pada waktu tertentu. Survey ini bertujuan
menurunkan jumlah penderita dengan cara mengobati penderita yang ditemuka agar tidak
menular kepada orang lain.
5. Migrasi survey salah satu metode penemuan penderita untuk menjaring penderita yangberasal dari luar endemis. Dilakukan dengan cara mengambil sedian darah dari pendatang
yang non endemis, bertujuan sebagai tindakan antisipasi.
-
8/13/2019 wrapup b17 sken3
20/20
20
Daftar Pustaka
Harjanto, P.N. et al. 2009. Malaria dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam Jilid III edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI.
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.
Poorwo, Sumarmo, et al. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis edisi 2. Jakarta:EGC.
Susanto, Inge. 2009.Parasitologi Kedokteran edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta.
top related