analgesik

16
UJI ANALGESIK METODE REFLEKS GELIAT Disusun oleh Kelompok 6 1. Agung Tri Anugrah 201210410311216 2. M. Rasyidin 201210410311226 3. Tenthnia Putri Pratiwi 201210410311228 4. Muthmainnah 201210410311230 5. Arisa Samhaniah 201210410311231 6. Rikke Prenanda Yurosinta 201210410311241 7. Neni Hartinah Dwitati 201210410311243 8. Aeny Rizky Kurniasari 201210410311251 9. Alfy Afifah At-Thakhirah 201210410311253 JURUSAN FARMASI

Upload: arvia-suprafesti

Post on 18-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

obat analgesik

TRANSCRIPT

PERCOBAAN BIOLOGI MENGENAI

UJI ANALGESIK METODE REFLEKS GELIAT

Disusun olehKelompok 61. Agung Tri Anugrah2012104103112162. M. Rasyidin2012104103112263. Tenthnia Putri Pratiwi2012104103112284. Muthmainnah2012104103112305. Arisa Samhaniah2012104103112316. Rikke Prenanda Yurosinta2012104103112417. Neni Hartinah Dwitati2012104103112438. Aeny Rizky Kurniasari2012104103112519. Alfy Afifah At-Thakhirah201210410311253

JURUSAN FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2013/2014A. Tujuan PercobaanMemahami respon geliat atau writhing reflex pada mencit akibat induksi kimia

B. Dasar TeoriNyeriNyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang baru dialami dan mungkin durasinya terbatas, yang biasanya dapat diindentifikasi waktu dan berhubungan dengan proses cedera atau penyakit. Sedangkan nyeri kronik,umumnya berlangsung seiring dengan waktu penyembuhan cedera dan sering tidak dapat diidentifikasi penyebabnya. Nyeri akut adalah sensasi yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan pengalaman emosional menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata, yang diperparah oleh sensitisasi system saraf perifer maupun system saraf sentral. Intensitas nyeri berubah sesuai dengan proses peradangan, proses penyembuhan, trauma dan gerakan. Nyeri per definisi bersifat subyektif namun pada nyeri akut terdapat proses faal yang mendasari, yang bersifat nyata, melibatkan system saraf sensorik maupun saraf otonom, sirkulasi kotekolamin dan hormone maupun respon inflamasi itu sendiri.Mekanisme NyeriSensasi nyeri yang dirasakan berbeda-beda tergantung jaringan apa yang mengalami kerusakan dan seberapa luas cedera atau kerusakannya. Nyeri timbul akibat adanya rangsangan pada reseptor nyeri yang kemudian diubah menjadi potensial aksi yang dihantarkan ke sentral melalui beberapa saluran saraf. Rangkaian proses yang menyertai antara kerusakan jaringan (sebagai sumber stimuli nyeri) sampai dirasakannya persepsi nyeri adalah proses elektro-fisiologik, yang disebut sebagai nosisepsi (nociception). Ada empat proses yang terjadi mengikuti suatu proses elektrofisiologik nosisepsi, yakni:1. Transduksi (transduction), merupakan proses stimuli nyeri (noxious stimuli) yang diterjemahkan atau diubah menjadi aktivitas listrik/potensial aksi pada ujung-ujung saraf. Deteksi stimulasi nyeri memerlukan aktivasi organ sensorik perifer yang peka nyeri atau nosiseptor. Nosiseptor tersebar luar di tubuh (kulit, otot, sendi, viscera, meninges) yang merupakan ujung-ujung bebas serat saraf aferen A-delta dan C. Nosiseptor ini akan diaktifkan oleh rangsangan dengan intensitas tinggi semisal rangsang termal, mekanik, elektrik dan kimiawi maupun oleh zat-zat algesik (zat yang bisa merangsang reseptor nyeri) seperti ion K, H, asam laktat, glutamate, serotonin, bradikinin, ATP, histamine, prostasiklin dan prostaglandin.2. Transmisi (transmission), merupakan proses penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A-delta dan serabut C sebagai neuron pertama dari perifer ke medulla spinalis.3. Modulasi (modulation) adalah proses interaksi antara system analgesic endogen dengan impuls nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis. System analgesic endogen meliputi enkefalin, endorphin, serotonin dan noradrenalin yang mempunyai efek menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dengan demikian kornu posterior diibaratkan sebagai pintu gerbang nyeri yang bisa tertutup atau terbuka untuk menyalurkan impuls nyeri. Dimana proses tertutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh system analgesic endogen tersebut.4. Persepsi (perception) adalah hasil akhir dari proses interaksi kompleks dan unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri. Persepsi nyeri sangat dipengaruhi oleh factor psikologis seperti persepsi orang dalam mengartikan nyeri, perhatian, status emosional dan factor somatic seperti berat ringannya kerusakan jaringan.Mediator NyeriTubuh kaya akan serabut-serabut saraf yang hanya berfungsi untuk menstramisikan berbagai informasi dari dan ke sistem saraf pusat. Bila tubuh menerima stimulus nyeri baik itu berupa suhu panas atau dingin maupun stimulus kimia, maka stimulus tersebut akan merangsang enzim sikloosigenase (enzim yang merangsang pelepasan prostaglandin, histamin, dan bradikinin) untuk melepaskan mediator nyeri (prostaglandin, histamin, dan bradikinin). Mediator ini diterima oleh reseptor nyeri yaitu nociceptor dan merangsang ujung-ujung saraf bebas pada kulit, selaput lendir, dan jaringan. Ujung ujung saraf bebas pada kulit terdiri dari ujung saraf rufini (untuk merasakan nyeri), ujung saraf fucini (merasakan panas), ujung saraf pacini (merasakan tekanan), ujung saraf meissner (merasakan sentuhan), dan ujung saraf krause (merasakan dingin). Rangsang kemudian akan dibawa oleh saraf sensorik perifer melalui sumsum tulang belakang menuju ke medula spinalis melalui belahan cornu dorsalis (posterior), di dalam medula spinalis kemudian stimulus akan diteruskan masuk ke traktus spinothalamikus lateral, yaitu traktus yang berfungsi membawa sensasi nyeri dan suhu. Melalui traktus spinothalamikus dihantarkan naik menuju ke thalamus otak. Di thalamus nyeri akan masuk ke girus postsentralis, yaitu area sensoris perifer. Rasa nyeri yang dirasakan oleh tubuh dirasakan di korteks girus postsentralis yang dapat menerima impuls yang datang dari dua sisi. Jadi, gyrus postsentralis di sini adalah terminal terakhir dimana nyeri dapat dirasakan oleh seseorang.Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Adapun mediator nyeri yang disebut juga sebagai autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma.

Asetosal

BioavailabilitasRapidly and completely absorbed

Ikatan protein99.6%

MetabolismeHepatic

Waktu paruh300650mg dose: 3.13.2 h1 g dose: 5 h2 g dose: 9 h

EkskresiRenal

FormulaC9H8O4

Massa mol.180.157 g/mol

Kepadatan1.40g/cm

Titik lebur135C (275F)

Titik didih140C (284F) (decomposes)

Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID) seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opioid dan opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama parasetamol dan kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti pseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk alergi.Jenis-jenis obat analgesik ialah: Aspirin Asetaminofen KodeinMekanisme AsetosalMenurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang terlibat dalam pembentukan prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak berbalik apabila aspirin mengasetil enzim tersebut.Prostaglandins ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek pelbagai di dalam tubuh termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan termostat hipotalamus. Tromboksan pula bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet. Serangan jantung disebabkan oleh penggumpalan darah dan rangsangan sakit menuju ke otak. Oleh itu, pengurangan gumpalan darah dan rangsangan sakit ini disebabkan konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit dianggap baik dari segi pengobatan.Namun, efeknya darah lambat membeku menyebabkan pendarahan berlebihan bisa terjadi. Oleh itu, mereka yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin. Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzim cyclic endoperoxides. Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit. Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack). Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak.Farmakokinetik dan FarmakodinamikFARMAKOKINETIKAMula kerja : 20 menit -2 jam.Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalam plasma tidak berbanding lurus dengan besamya dosis.Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 rnenit ; asarn salisilat 2-20 jam tergantung besar dosis yang diberikan.Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.Metabolisme : sebagian dihidrolisa rnenjadi asarn salisilat selarna absorbsi dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan kadar tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-paru.Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan oksidasi serta konyugasi metabolitnya.FARMAKODINAMIKAdanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ; pemberian bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi meningkatkan kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif terikat pada protein plasma.EFEK TERAPEUTIKMenurunkan resiko TIA atau stroke berulang pada penderita yang pernah menderita iskemi otak yang diakibatkan embolus. Menurunkan resiko menderita stroke pada penderita resiko tinggi seperti pada penderita tibrilasi atrium non valvular yang tidak bisa diberikan anti koagulan.

KONTRAINDIKASIHipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay fever, polip hidung, anemi berat, riwayat gangguan pembekuan darah.INTERAKSI OBATObat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol clan, angiotensin converting enzymes.

Asetat GlasialAsam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.

C. Alat dan Bahan

AlatA. Spuit.Bahana) Mencit b) Asam asetat glasial 0.5%c) Aquadestd) Asetosal 52 mg/KgBBe) Infus daun alpukat 400 mg/kgBBf) Infus daun alpukat 800 mg/kgBBg) Infus daun alpukat 1600 mg/kgBB

D. Prosedur Kerja1. Mula-mula semua hewan uji dipuasakan 6-8 jam. Pengosongan lambung berrmanfaat terhadap proses absorbsi obat. Keberadaan makanan dalam gastric seringkali mengganggu proses absorbsi, sehingga terjadi manipulasi efek obat.2. Pemberian bahan uji pada semua kelompok.3. Selang 15 menit,kemudian pada masing-masing mencit diberikan penginduksi asam asetat glasial secara intraperitoneal.4. Amati jumlah geliat tiap 5 menit.

E. Tabel PengamatanTerlampir

F. Pembahasan

% efektivitas = % efektivitas1. 400 mg/kgBB= 53.6%/100% x 100%= 53.6%2. 800 mg/kgBB= 53.6%/100% x 100%= 53.6%3. 1600 mg/kgBB= 33.6%/100% x 100%= 33.6%

Mencit 1Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa pada tikus kontrol yang diberi aquadest 0,988 mg dengan rata-rata geliat 1,25 control (-) karena asam asetat glasial 0,5% 0,1 ml/20g merupakan salah satu metode pengujian daya analgesik non narkotika dengan rangsang kimia. Metode rangsang kimia yaitu dilakukan dengan memberikan zat kimia secara per intraperitoneal pada hewan uji sehingga menimbulkan rangsangan nyeri yang dapat dilihat geliat mencit. Secara teori Asam asetat glacial memberi efek nyeri melalui suatu mekanisme kerja dalam memberi suasana asam dengan adanya ion hidrogen. Ion hidrogen akan menyebabkan pH pada asam lambung makin rendah sehingga menimbulkan rasa nyeri karena ion hidrogen sebagai mediator nyeri yang mempengaruhi kerja sistem saraf. Gejala sakit pada mencit sebagai akibat pemberian asam asetat karena adanya kontraksi dinding perut sehingga kepala dan kaki ditarik menyentuh dasar ruang yang ditempatinya.Kontrol negatif dilakukan untuk mengetahui apakah pelarut memiliki daya analgesik atau tidak,dan pada praktikum kali ini menggunakan aquadest karena bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dilarutkan dalam aquadest.Mencit 2Kontrol positif kali ini menggunakan asetosal, karena asetosal merupakan salah satu analgesik NSAID,dan asetosal ini termasuk dalam golongan analgesik lemah sampai sedang bekerja terutama pada perifer yang mempunyai sifat antiinflamasi dan antireumatik. Pada mencit 2 ini tidak ada geliat sama sekali. Geliat yang dimaksud adalah mencit mengempiskan perutnya dan menarik kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam waktu bersamaan. Jumlah geliat yang muncul dihitung setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit dan dicatat . Disini asetosal paling efektif meredakan nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang melalui efeknya karena kemungkinan asetosal menghambat rangsang nyeri. Asetosal bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi,terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau mengurangi radang. Asetosal cepat diabsorbsi dari lambung dan usus halus. Aspirin/asam asetil salisilat/asetosal merupakan obat hepatotoksik (obat yang dapat menyebabkan kelainan pada hepar dan tergantung pada besarnya dosis (Predictable). Gejala hepatotoksik timbul bila kadar salisilat serum lebih dari 25 mg/dl (dosis : 3 5 g/hari). Keadaan ini nampaknya sangat erat hubungannya dengan kadar albumin darah, karena bentuk salisilat yang bebas inilah dapat merusak hepar.Mencit 3Pemberian infus daun alpukat 400mg/kgBB pada mencit 3 memberikan efek geliat yang sedikit pada menit ke 20,30,35 tetapi infus daun alpukat pada dosis 400mg ini menunjukan bahwa mencit masih bergeliat ini tandanya bahwa infus daun alpukat pengaruhnya lebih sedikit dibanding asetosal untuk uji analgesik.Infus daun alpukat ini dibuat infusa dan diberikan pada 3 mencit dengan dosis berbeda agar diperoleh hasil yang berbeda dalam pengujian analgesik ini.Mencit 4Pemberian infus daun alpukat 800mg/kgBB pada mencit 4 memberikan efek geliat lebih banyak dibandingkan pemberian infus dengan dosis 400mg/kgBB ini menunjukkan bahwa dalam praktikum ini dosis daun alpukat yang diberikan semakin tinggi justru geliat mencit semakin banyak, seharusnya dalam teorinya daun alpukat mengandung flavonoid yang dimana menunjukkan aktifitas anti alergi,antiviral,anti inflamasi,analgesik,vasodilatasi selain itu ekstrak air dan ekstrak etanol daun alpukat dapat menurunkan berat badan dan kadar lemak hati pada mencit hiperlipidemia. Menurut Singh(2005) pemberian derivat flavonoid dapat memperbaiki kerusakan ginjal dengan kapasitas aktivitas antioksidannya dan penangkap radikal bebas Aktivitas antioksidan akan menghambat enzim-enzim yang berperan dalam pembentukan oksigen spesies seperti lipooksigenase, siklooksigenase, monooksigenase dan NADPH oksidase.Mencit 5 Pemberian infus daun alpukat pada dosis 1600mg/kgBB dalam praktikum menunjukkan geliat mencit turun dibanding dosis 800mg,ini dapat di simpulkan dari 3 kelompok mencit bahwa infus daun alpukat dengan dosis yang semakin tinggi tidak mempengaruhi analgesik padahal secara teori semakin tinggi dosis yang diberikan pada mencit semakin sedikit efek geliat yang ditimbulkan. Jadi infus daun alpukat kurang efektif dibandingkan dengan asetosal dalam pengaruh analgetiknya.

G. KesimpulanAsetosal bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi,terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau mengurangi radang.Pemberian derivat flavonoid dapat memperbaiki kerusakan ginjal dengan kapasitas aktivitas antioksidannya dan penangkap radikal bebas Aktivitas antioksidan akan menghambat enzim-enzim yang berperan dalam pembentukan oksigen spesies seperti lipooksigenase, siklooksigenase, monooksigenase dan NADPH oksidaseJadi infus daun alpukat kurang efektif dibandingkan dengan asetosal dalam pengaruh analgetiknya.

H. Daftar Pustakahttp://en.wikipedia.org/wiki/Painhttp://bidanyanti.blogspot.com/2010/07/mediator-nyeri.htmlhttp://gadismadadeta.wordpress.com/2013/03/22/perjalanan-nyeri/http://drsis.wordpress.com/2012/04/01/mekanisme-nyeri-akut/http://geagreen.blog.com/2011/12/31/nyeri/http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/09/jenis-jenis-stimulus-nyeri.html

http://indonesiaindonesia.com/f/89641-larutan-kimia-cuka/http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-24986-2309030021-2309030049-Chapter1.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aspirinhttp://bukusakudokter.org/2013/04/08/asetosal-aspirin/http://yermei.blogspot.com/2010/12/aspirin.html