analisa investasi jarak
TRANSCRIPT
ANALISA
INVESTASI JARAK (KALIKI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Castor oil atau minyak jarak dihasilkan dari bijih tanaman jarak (ricinus communist)
yang banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Castor oil mengandung trigliserida asam-
asam lemak terutama asam ricinoleat dengan konsentrasi 89,5%-b sehingga sering disebut
trigliseda asam ricinoleat. Sumber trigliserida yang memiliki gugus fungsi hidroksil dengan
satu asam lemak berkonsentrasi tinggi, seperti pada castor oil, sedikit sekali dijumpai. Castor
oil digunakan secara luas pada industri pelumas, surfactant dan dispersan, tekstil, kosmetik,
coating, nylon-11 dan urethane.
Negara-negara penghasil castor oil antara lain Brasil, India, Cina, dan Thailand. Di
Indonesia, castor oil sudah diproduksi sejak jaman penjajahan Belanda yang diekspor untuk
bahan baku pelumas. Pada jaman penjajahan Jepang, rakyat Indonesia dipaksa menanam
jarak untuk produksi pelumas untuk kebutuhan pelumasan peralatan perang.
Penggunaan castor oil dalam industri pelumas tergeser setelah ditemukan additive
synthetis dari minyak bumi. Pada perkembangan selanjutnya minyak bumi menguasai
industri minyak pelumas dunia karena harganya lebih murah dibandingkan dengan minyak
pelumas dari minyak nabati (seperti castor oil).
Untuk memenuhi kebutuhan minyak pelumas dalam negeri dan ekspor, Indonesia
(Pertamina) telah mendirikan pabrik minyak pelumas di UP-IV Cilacap dengan merk Mesran.
Akan tetapi, saat ini penggunaan minyak pelumas dari minyak bumi cenderung menurun.
Konsumen minyak pelumas dunia cenderung untuk menggunakan minyak pelumas nabati
kembali karena meskipun harganya lebih mahal tetapi kinerjanya lebih baik dibandingkan
dengan minyak pelumas dari minyak bumi. Di Indonesia, industri berbasis agro khususnya
dari castor oil belum dikembangkan. Padahal ditinjau dari letaknya sebagai negara tropis,
sumber daya alam Indonesia ini sangat mendukung untuk pengembangan industri berbasis
agro tersebut di hampir daerah seluruh negeri ini.
Sedangkan di Indonesia saat ini castor oil tidak diolah sebagai bahan baku industri
pelumas, surfactant dan dispersan, tekstil, kosmetik, coating, nylon-11 dan urethane, tetapi
hanya diekspor sebagai bijih castor dan castor oil. Didasari aspek-aspek tersebut, industri
castor oil merupakan industri yang berprospek dan perlu dikembangkan di Indonesia.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan proposal ini adalah untuk memberikan gambaran nyata
tentang kemungkinan investasi dalam industri jarak, dimulai dari penanaman atau budidaya
sampai dengan proses untuk m endapatkan minyaknya.
BAB II
PRODUKTIFITAS DAN POTENSI LAHAN
Tanaman jarak castor (ricinus communis) merupakan salah satu tanaman yang mudah
tumbuh di Indonesia dan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai
bahan baku perindustrian di masa depan.
Berkaitan dengan hal ini, pengembangan agro-industri tanaman jarak castor di
Indonesia saat ini sudah mulai diarahkan untuk memperoleh nilai tambah yang tinggi dengan
jalan mengembangkan tanaman dari jenis varietas yang unggul (mengandung minyak bijih
jarak dengan kandungan dan kualitas yang tinggi), pola tanam yang terus diteliti
keunggulannya yang dapat meningkatkan keuntungan petani jarak castor, penanganan pasca
panen yang lebih baik sebelum diproses lebih lanjut sebagai bahan baku di industri, pola
pendistribusian bijih jarak castor yang lebih baik.
2.1 DESKRIPSI DAN KARAKTERISTIK
Tanaman jarak castor memiliki banyak sebutan di masyarakat Indonesia, antara lain
kaliki (sunda), jarak atau kepyar (jawa), kaleke (madura), gloah atau nawaih nawas (aceh
gayo), lulang (karo) dan dulang (tapanuli).
Jarak castor tumbuh dalam bentuk perdu besar yang bercabang banyak dan tidak
teratur, dengan ketinggian dapat mencapai 3 meter. Sebagai tanaman perdu yang diperkirakan
berasal dari Afr ika [ethiopia], jarak castor umumnya dapat tumbuh di daerah tropis maupun
sub-tropis yang memiliki curah hujan rendah dan temperatur ambien yang cukup tinggi.
Tanaman ini berkembang sangat cepat, tidak bergantung pada musim, dan dapat
memperbanyak diri dalam waktu singkat melalui bijih-bijihnya yang tanggal dan tersebar
dengan sendirinya. Kualitas tumbuhannya sendiri sangat dipengaruhi daerah tempat
tumbuhnya sehingga kualitas kandungan minyak dalam bijihnya beragam, tetapi tidak terlalu
berbeda jauh.
Tanaman castor mulai berbunga setelah 4 sampai 6 bulan sejak mulai ditanam dan
mampu berproduksi selama 5 sampai 8 tahun dengan pemanenan dapat dilakukan sebanyak 4
sampai 5 kali dalam setahun. Panen pertama dapat dilakukan pada bulan keenam dan setelah
itu dapat dilakukan pemanenan setiap bulannya. Cara pemanenan adalah mengambil sekitar
80% dari setiap rumpun buah yang sudah masak untuk menjaga kualitas tanaman. Bijih castor
dapat disimpan untuk jangka waktu 6 bulan tanpa mengurangi kualitas dan kandungan
minyaknya dengan prasyarat ruang penyimpan dijaga temperatur, kelembaban, dan sirkulasi
udaranya. Untuk pembibitan, bijih jarak yang digunakan tidak dapat disimpan melebihi waktu
3 bulan.
Bijih jarak umumnya terdiri dari 75% daging buah (germ) dan 25% kulit. Dua pertiga
dari berat biji tersebut mengandung minyak, karbohidrat, dan protein. Minyak yang
dikandung bijih jarak merupakan sumber minyak nabati yang mengandung asam lemak.
Komposisi kimia bijih castor disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi bijih jarak
Komponen Komposisi [%]
Air 5,5
Minyak 48,6
Protein 17,9
Karbohidrat 13,0
Serat 12,5
Abu 2,5
Sumber: Kirk Othmer (1964)
2.2 LAHAN DAN IKLIM
Tanaman castor dapat tumbuh ditempat yang kurang sesuai bagi tanaman lain dalam
persyaratan tumbuhnya, seperti dapat tumbuh di tanah yang kering dan gersang, sehingga
dalam hal tanah dan iklim pun tanaman castor tidak mempunyai persyaratan tertentu atau
memilih jenis tanah tertentu. Tanaman castor dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang
penting adalah sistem drainasenya, karena akar castor tidak tahan terhadap genangan air dan
segera membusuk. Jadi tanaman castor sangat peka pada kondisi becek, oleh sebab itu
struktur tanahnya harus ringan, artinya tanah tersebut dapat dengan cepat melewatkan air
hujan ke bawahnya sehingga tidak menimbulkan genangan. Namun untuk mendapatkan hasil
yang maksimal, tentu saja sebagaimana tanaman lainnya, dikehendaki tanah yang gembur,
tidak berlapisan cadas, dan ketebalan lapisan top soil-nya (daerah subur) tidak kurang dari 20
cm.
Penanaman castor di kebun tidak disukai karena menguruskan atau merusak tanah
sehingga lahan yang pernah ditanami tumbuhan ini menjadi kurang produktif untuk
penanaman tumbuhan jarak untuk kedua kalinya maupun untuk tumbuhan lainnya. Budidaya
tumbuhan jarak sangat bagus bila dikembangkan di lahan yang memang sudah tidak cocok
digunakan untuk budidaya tumbuhan lainnya, diantaranya lahan-lahan kering yang jauh dari
sumber air, lahan kurang subur, dan lain-lain. Tumbuhan castor sangat jarang ditanam di
sawah tetapi umumnya di tegalan di antara tanaman setahun, seperti kacang-kacangan,
mentimun, dan lain -lain. Tumbuhan ini dapat juga ditanam di antara perkebunan kopi sebagai
peneduh pohon kopi yang baru atau disepanjang jalan sebagai tanaman peneduh jalan.
Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Industri tahun 1982/1983,
tanaman castor yang ditanam di tanah regosol (berpasir) akan menghasilkan minyak dengan
kadar yang lebih tinggi dari pada tanaman castor yang ditanam di tanah grumosol. Tanah
untuk bercocok tanam castor bisa berupa tegalan, sawah tadah hujan, lereng-lereng
pegunungan ataupun kawasan hutan yang tidak ditanami pohon-pohon yang tinggi.
Persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah keasaman tanah (pH tanah) yang harus berkisar
antara 5-7.
Tanaman ini menyukai iklim yang kering dan panas, terutama pada saat pembungaan
dan pembuahan. Iklim yang lembab dan banyak hujan sewaktu pembungaan akan
menyebabkan bunga rontok. Tanaman castor ini mempunyai hasil yang sangat baik pada
kondisi temperatur 20-26 oC, dan kelembaban udara kira-kira 60%. Sebaliknya kalau suhu
udaranya terlalu tinggi, di atas 38 oC dapat menyebabkan bunga menjadi kering. Tanaman
castor merupakan tanaman pencinta cahaya yang menghendaki daerah terbuka sehingga
memperoleh sinar matahari sepanjang hari. Bila penyinaran kurang dari 10 jam/hari, maka
pertumbuhan akan terhambat. Untuk kondisi alam Indonesia, penyinaran 10 jam/hari pasti
dapat tercapai, asalkan penanaman dilakukan pada awal musim kemarau atau akhir musim
hujan.
Hal ini dimaksudkan agar bunga tidak banyak rontok karena diguyur hujan. Jadi pada
dasarnya persyaratan kondisi tanah dan iklim yang harus dipenuhi agar suatu daerah disebut
layak untuk penanaman dan pengembangan budi daya tanaman castor adalah:
? pH ? drainase yang baik
? ketinggian tempat
? kandungan lapisan cadas ? ketebalan lapisan cadas
? ketebalan lapisan topsoil
Tabel 2.2. Produksi bijih jarak kering dan luas area tumbuhan di Indonesia
Wilayah Luas area [Ha] Volume produksi [ton]
Nusa Tenggara Barat 2486 907
Nusa Tenggara Timur 705 191
Jawa Timur 492 173
Jawa Tengah 237 147
Kalimantan 15 5
Total 3935 1423
Tanaman castor dapat ditanam dengan sistem monokultur atau tumpang sari,
walaupun cara yang kedua ini tidak terlalu dianjurkan. Penanaman dengan system monokultur
dimaksudkan agar diperoleh hasil yang maksimal dengan cara pengelolaan yang
diprogramkan secara intensif. Sistem ini dapat dilakukan di lahan yang gersang dan kritis
yang sudah tidak lagi mungkin ditanami palawija, seperti di lereng-lereng pegunungan atau di
perbukitan. Asalkan diberi pemupukan yang cukup, maka tanaman ini akan mampu bertahan
hidup selama 5-10 tahun.
2.3 VARIETAS DAN BUDIDAYA
Ada tiga varietas tanaman castor yang penggolongannya didasarkan pada umur
pembungaan dan pembuahan. Ketiga varietas itu adalah:
1. Varietas castor berumur genjah, yaitu TRC 15A dan TRC 37A
2. Varietas castor berumur tengahan, yaitu CWD 236, CWD 244, dan CWD 259
3. Varietas castor berumur dalam, yaitu IS I dan IS II
Pemilihan varietas yang akan ditanam sangat tergantung pada kondisi lahan yang
akan ditanami. Untuk lahan yang sudah dikelola secara intensif seperti halnya kebanyakan
lahan di Jawa (di Grobogan), lebih baik ditanam castor varietas berumur genjah atau
tengahan. Hal ini disebabkan kedua varietas tersebut dapat cepat berbuah, sehingga dapat
dilakukan pergiliran tanaman. Akan tetapi jika lahannya tidak dikelola secara intensif, seperti
lahan yang terdapat di luar Jawa, maka sebaiknya ditanam varietas yang berumur dalam, yang
dapat hidup bertahun-tahun tanpa perlu berulang kali melakukan penanaman. Varietas ini
banyak ditemukan di NTB dan NTT. Pada Tabel 2.3 disajikan skripsi dari ketiga varietas
tersebut.
Tanah kering yang baru saja diolah merupakan tempat yang baik bagi tumbuhnya
gulma rumput-rumputan. Tanam an castor yang masih muda belum kuat bersaing dengan
gulma ini, bahkan kalau gulma terdapat dalam jumlah yang banyak, tanaman castor akan
tumbuh kerdil dan menguning. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan sedini mungkin
yaitu pada saat tanaman castor berumur 3-4 minggu. Penyiangan seperti di atas perlu
dilakukan berulang-ulang jika gulma tumbuh kembali. Bersamaan dengan penyiangan, perlu
dilakukan juga pembumbungan, yaitu menaikkan tanah pada baris -baris tanam sehingga
berbentuk seperti gundukan, yang dimaksudkan agar bagian yang rendah dapat diairi juga.
Tabel 2.3. Deskripsi varietas tumbuhan castor
Deskripsi Genjah Tengahan Dalam
Umur panen 3,5 bulan 3-3,5 bulan 5-6 bulan
Tinggi tanaman 3 meter 2-2,5 meter 4 meter
Jumlah tandan 6-12 4-7 25-35
Jumlah buah/tandan 25-35 35-45 50-60
Jumlah bijih/buah 3 3 3
Bentuk dan warna
bijih
Oval dan coklat
muda
Oval dan coklat
tua
Oval dan coklat
berbintik-bintik
hitam/putih
Mulai berbunga 2,5 bulan 2-2,5 bulan 4 bulan
Hasil rata-rata 1,3 ton/ha 3 ton/ha 2,25 ton/ha
Berat 100 bijih 35 gram 34 gram 80 gram
Kadar minyak 46% 47% 49%
Umur produksi 7 bulan 18 bulan 36 bulan
Sumber: “Prospek Pasar dan Budidaya Jarak”, Sujatmaka, Penebar Swadaya, 1991.
Dari hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa lahan seluas 1 ha yang menghasilkan
1500 kg bijih castor kering, akan terangkut unsur N sebanyak 48 Kg, P2O5 sebanyak 18 Kg,
dan K2O sebanyak 15 Kg. Jumlah ini setara dengan 200 Kg Urea, 100 Kg TPS dan 50 Kg
KCl. Oleh sebab itu harus dilakukan pemupukan tanaman dengan dosis minimum sebanyak
unsur hara yang terangkut, yang dapat diberikan bertahap 3 kali, dengan cara membuat lubang
pupuk menggunakan tugal di sebelah kiri dan kanan tanaman sejauh 5-10 cm dari batang,
dengan kedalaman 7 cm. Para petani umumnya masih memberikan pupuk dalam dosis yang
lebih rendah dari yang dianjurkan, dan diberikan bersamaan dengan pemupukan tanaman
tumpang sari seperti kedelai, kacang hijau dan jagung. Namun dengan cara ini masih dapat
dihasilkan 1 Kg bijih castor kering setiap pohon di areal sawah tadah hujan.
Semakin banyak percabangan pada tanaman castor, maka semakin banyak pula bijih
yang dihasilkannya. Percabangan yang banyak dapat diperoleh dengan cara pemangkasan
yang dilakukan waktu tanaman berumur 25 hari sebelum pemupukan yang kedua. Caranya
adalah dengan memenggal pucuk tanaman setinggi 50 cm dari tanah, asalkan pada batangnya
masih tersisa sedikitnya dua helai daun. Pada batang yang dipenggal akan tumbuh cabang-
cabang baru dan dipelihara maksimal lima cabang, maka akan muncul tandan buah pada
setiap cabangnya. Kuantitas dan kualitas tandan buah juga ditentukan oleh faktor kesuburan
tanah, karena tanah yang subur dapat menghasilkan tandan buah yang panjang-panjang dan
diharapkan setiap cabang dapat menghasilkan tiga tandan buah.
Penanaman castor dapat dilakukan dengan memasukkan bijih langsung atau dikenal
dengan cara ditugal langsung, tidak memerlukan penyemaian terlebih dahulu, yaitu dengan
membuat lubang untuk setiap pohonnya sebesar 40x40x40 cm dengan castor antar pohon 1x2
m. Lubang tanam dibuat dengan tugal berupa kayu bulat berdiameter 3-4 cm yang ujung
bawahnya diruncingkan. Lubang tanam dibuat sedalam kurang lebih 5 cm. Agar bibit dapat
tumbuh dengan baik dan tumbuh secara bersamaan, maka sebelum ditanam bijih harus
direndam dalam air terlebih dahulu antara 12 hingga 24 jam.
Untuk mencegah semut atau serangga tanah lain yang dapat merusak bijih yang
ditanam, sesudah direndam dalam air bijih dapat dicelupkan ke dalam larutan insektisida
seperti Aldrin atau Azodrin dengan dosis 2 cc per liter air. Setelah pencelupan dalam larutan
insektisida, benih harus segera ditanam. Setiap lubang diisi dengan 2 atau 3 benih dengan
maksud untuk menjaga kalau ada benih yang gagal berkecambah, namun jika benih tersebut
ternyata berkecambah semua, maka harus dilakukan penjarangan.
Jarak tanam pohon castor disesuaikan dengan jenis varietas castor yang ditanam,
karena jika umurnya lebih panjang, maka pohonnya akan lebih besar dan tinggi sehingga
perlu jarak tanam yang lebih renggang. Sebagai contoh untuk jenis castor varietas berumur
genjah, dengan sistem monokultur memerlukan jarak tanam 1x1 m dan 1x2,5 m untuk sistem
tumpangsari. Sedangkan untuk castor jenis varietas berumur tengahan, perlu jarak tanam
1,5x1,5 m untuk sistem monokultur dan 1,5x3 m unt uk tumpangsari. Dan untuk jenis castor
varietas berumur-dalam perlu 2x2 m untuk sistem monokultur dan 2x4 m untuk tumpangsari.
Benih yang akan ditanam bisa berasal dari hasil tanaman itu sendiri yang sudah
diseleksi atau benih yang dibeli di tempat penjualan/penelitian bibit tanaman. Kebutuhan
benih tiap ha bervariasi tergantung pada ukuran benih, jarak tanam dan sistem penanamannya.
Untuk sistem monokultural perlu benih 4-5 kg/ha, sedangkan untuk sistem tumpangsari perlu
benih 2-3 kg/ha. Setelah 7 hari penanaman maka benih mulai berkecambah, namun bila ada
lubang tanam yang belum berkecambah harus dilakukan penyulaman (memindahkan benih
dari lubang tanam yang tumbuhnya lebih dari satu ke lubang tanam yang tidak berkecambah
benihnya, agar diperoleh tanaman yang seragam. Meskipun dalam setiap lubang tanam diisi
beberapa benih, namun yang dibiarkan tumbuh hanya satu saja, tanaman lainnya diseleksi
dengan dicabut untuk disulam atau dibuang. Cara penyeleksian seperti ini disebut cara
penjarangan. Hal ini dapat dilakukan pada umur 2 minggu setelah penanaman.
Pengganggu tanaman dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hama dan penyakit.
Hama merupakan kelompok pengganggu yang berupa serangga, sedangkan penyakit
umumnya disebabkan oleh jasad renik yang berupa cendawan. Pada tanaman castor, penyakit
tidaklah mengganggu produksi bijih castor secara berarti, dan biasanya hanya terjadi pada
musim hujan. Gangguan yang berat adalah hama, yang jika dibiarkan akan menjadi fatal
akibatnya. Hama yang paling banyak dijumpai pada tanaman castor adalah ulat pemakan
daun, yang dapat menghabiskan daun castor, sehingga tanaman tidak mampu berbunga.
Sedangkan bagi tanaman yang sudah berbuah, maka buahnya tidak bisa terisi penuh dan
kualitasnya tidak baik. Beberapa jenis hama yang paling banyak dijumpai adalah Prodenia
litura, Heliothis sp, Helopelthis sp, dan Achea sp.
Hama-hama tersebut dapat diberantas melalui cara penyemprotan dengan cairan
insektisida, seperti Thiodan 0,2%, Lebaycid dengan konsentrasi 3-4 cc/liter, yang dapat
dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan ataupun secara preventif dilakukan setiap 2-3
minggu. Namun penyakit yang paling sering terjadi adalah busuk pangkal batang, yang
disebabkan oleh penyakit yang paling sering terjadi adalah busuk pangkal batang, yang
disebabkan oleh Phythophtora, terutama dapat dijumpai pada tanah yang mempunyai drainase
kurang baik.
2.4 PANEN dan PENANGANAN
Panen dilakukan pada saat buah castor sudah cukup tua, yang dapat ditandai dari kulit
buah yang mulai kering dan pada batas-batas ruangan bijih sudah mulai kering. Pemungutan
bijih sebaiknya dilakukan setelah buah yang masak pada tiap-tiap malai (tros) mencapai 75%
dan tidak perlu menunggu semua bijih kering, karena kemungkinan kulit buah pecah dan bijih
terlempar keluar, sehingga dapat menyebabkan adanya tambahan biaya pemungutan. Sesuai
dengan sifat tanaman jarak yang berbuahnya tidak bersamaan waktunya, maka dapat
menyebabkan masaknya buah antara satu tros dengan tros lainnya tidak sama, sehingga
pemanenan buah castor tidak sama dan juga menyebabkan biaya panen yang lebih besar.
Cara panen castor adalah dengan memotong seluruh tros dengan pisau atau gunting
sehingga tidak merusak pohon dan cabang lainnya. Buah yang masih berkulit lalu dilepaskan
dari malai atau tros, lalu dijemur dengan sendirinya dan bijih castor dapat dipisahkan dari
kulit buahnya. Bijih castor yang sudah bersih dijemur lagi agar diperoleh kadar air sekitar 6%,
dan penjemuran tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan kandungan minyak turun.
Bijih castor kering yang didapat lalu disimpan untuk pembuatan minyak ataupun dijual dalam
bentuk bijih saja.
Berdasarkan penelitian, dari satu hektar tanaman castor monokultural dapat dihasilkan
bijih castor kering 1200-1500 Kg/tahun untuk varietas castor genjah/tengahan, dan 2500-3000
Kg/tahun bijih castor kering untuk castor varietas berumur dalam. Dalam satu musim, panen
castor dapat dilakukan berulang kali dengan memperhatikan tanda-tanda siap panen seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada panen pertama biasanya belum bisa diperoleh hasil
yang maksimal. Hasil terbanyak dan terbagus biasanya akan diperoleh pada panen kedua dan
ketiga. Oleh karena itu, bijih castor yang diperoleh dari panen tahap ini biasanya disisihkan
sebagian untuk benih pada pola tanam berikutnya. Bijih yang dipilih untuk benih biasanya
bijih jarak yang cukup berisi dan tidak terserang hama atau penyakit.
Untuk tanaman castor yang ditanam di lahan sawah tadah hujan, sehabis panen
terakhir, harus segera dilakukan pembongkaran tanaman. Agar hasilnya dapat ditingkatkan
dari tahun ke tahun, maka khusus lahan tegalan sebaiknya ditanami castor varietas berumur
dalam.
Baku mutu dari bijih jarak yang selama ini berlaku di Indonesia adalah baku
perdagangan SP-36-1976, yang disajikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Baku mutu bijih castor Indonesia
Karakteristik Syarat
Bijih castor rusak Maks. 2,0 %-bobot/bobot
Bijih castor pecah Maks. 4,0 %-bobot/bobot
Benda-benda asing Maks. 0,5 %-bobot/bobot
Kadar minyak Min. 47,0 %-bobot/bobot
Kadar air Maks. 7,0 %-bobot/bobot
Bilangan asam Maks. 3,0 %-bobot/bobot
Sumber: “Prospek Pasar dan Budidaya Jarak”, Sujatmaka, Penebar Swadaya, 1991
Keterangan:
? Bijih castor rusak adalah bijih yang tidak pecah tetapi berjamur, dimakan
serangga, muda, keriput, atau hangus.
? Bijih castor pecah adalah bijih yang terbelah menjadi dua bagian atau
lebih, dengan pecahan yang tertahan di atas saringan berukuran 2 mm.
? Benda-benda asing adalah segala benda yang tidak termasuk bijih, dan
bijih pecah yang lolos saringan berukuran 2 mm.
Sedangkan baku mutu bijih castor yang dipakai sebagai persyaratan penerimaan oleh
PT Kimia Farma Semarang adalah:
? Kadar minyak minimum 45%
? Kadar air maksimum 6%
? Kadar kotoran maksimum 2%
? Jumlah bijih rusak maksimum 3%
? Jumlah asal lemak bebas sebagai asam risinoleat, maks. 3%
? Bijih dikemas dalam karung goni yang tertutup rapat
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas bijih castor dan minyak castor sebagai hasil
dari budidaya tanaman castor. Beberapa faktor agroekologi yang perlu diperhatikan dalam
rangka menaikkan produktivitas dalam menghasilkan bijih castor yang baik adalah:
1. Iklim: kering dan panas pada saat pembuahan;
2. Curah hujan: 700-1200 mm/tahun merata selama 4-6 bulan;
3. Temperatur: 20-26 oC dengan kelembaban RH=60%;
4. Tanah: teksturnya gembur, agak berpasir dan mempunyai drainase yang baik;
5. Ketinggian tanah: 0-800 m dari permukaan laut;
6. Penggunaan pupuk dengan dosis tertentu, yaitu:
? Urea 150-225 Kg yang dapat diberikan pada waktu tanam dengan dosis separuh, lalu
sisanya diberikan pada waktu 30 hari setelah tanam.
? TSP diberikan sejumlah 50-100 Kg pada pemupukan pertama.
? KCl 37,5-75 Kg dapat diberikan sekaligus pada saat pemupukan pertama.
7. Waktu tanam: pada akhir musim hujan, sehingga pembungaan terjadi pada saat musim
kemarau;
8. Cara tanam: dengan sistem tumpangsari atau dengan monokultural;
9. Kebutuhan benih di tiap hektar tanah adalah: 5-10 Kg/ha untuk tanaman castor berumur
dalam dengan jarak tanam 2x2 m pada sistem cara tanam monokultural;
10. Panen bijih castor perhektar jumlahnya bergantung varietas benih tersebut dan pola
tanamnya. Dengan sistem tumpangsari (1 kali panen) dapat diperoleh bijih castor 1200-
1500 Kg atau 2000-3200 Kg untuk pola tanam monokultur yang intensif (3 kali panen).
BAB III
CASTOR OIL
3.1 SIFAT FISIK DAN KIMIA
Sifat-sifat umum dari minyak jarak antara lain:
1. Minyak jarak tidak menetes, tidak meninggalkan sisa bakar dan tidak larut dalam bensin.
2. Jika minyak jarak ini dihidrogenasi secara keseluruhan, produk hasil hidrogenasinya
memiliki titik leleh yang tinggi (86-88 oC).
3. Nilai titer minyak jarak lebih rendah daripada minyak-minyak yang telah dikenal lainnya.
4. Minyak jarak berbeda dari senyawa-senyawa trigliserida lainnya karena memiliki nilai
spesifik gravity yang tinggi, begitu pula dengan viskositas dan nilai keasamannya.
5. Minyak jarak larut di dalam etil alkohol berkonsentrasi 95% pada suhu 25 oC. Satu
volume minyak jarak terlarut dalam dua volume larutan alkohol ini. Minyak ini juga larut
dalam pelarut organik polar dan kurang larut dalam senyawa hidrokarbon alipatik dan
pelarut-pelarut non polar organik lainnya.
3.2 TATA NIAGA
Hal mendasar yang menjadi landasan pengkajian persoalan ini adalah tumbuhan jarak
sumber castor oil sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya cukup potensial untuk tumbuh
di daerah Indonesia, sedangkan kenyataannya Indonesia masih mengimpor castor oil tersebut
dengan volume yang cukup besar sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Volume impor castor oil di Indonesia
Berat bersih [kg] Komoditi
Januari-Desember 1994 Januari-Desember 1995
Refined Ricinus of Castor 995.280 904.790
Other Castor Oil 69.704 112.861
Kebutuhan castor oil dalam negeri sendiri akibatnya diimpor dari berbagai negara,
yang perkembangannya disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perkembangan Ekspor/Impor Castor Oil dan Bijinya
Ekspor [kg] Impor [kg]
Tahun Biji jarak
castor
Castor oil
mentah
Castor oil
murni
Biji jarak
castor
Castor oil
mentah
Castor oil
murni
1994 256.860 0 0 0 0 995.280
1995 0 0 0 0 0 904.790
1996 5.000 0 0 0 860.223 0
1997 7.500 0 0 0 959.863 0
1998 0 0 0 0 571.615 0
Sumber: Statistik Perdagangan Ekspor/Impor Indonesia, BPS
Tabel di atas menunjukkan bahwa Indonesia tidak pernah mengimpor biji jarak
tetapi mengimpor castor oil. Dan mulai tahun 1996 jenis impornya beralih dari castor oil
murni menjadi castor oil mentah, yang berarti proses pemurnian castor oil sudah mulai
berkembang di dalam negeri. Di sisi lain, ekspor castor oil masih dalam bentuk komod iti biji
jarak castor dan dalam kapasitas produksi yang tidak terkendali sehingga kurang
diberdayakan. Kondisi ini mengalami perubahan pada tahun 1999. Pada tahun 1999, tidak ada
impor biji jarak sedangkan pemakaian/konsumsi di dalam negeri meningkat sampai dengan
816.000 kg. Nampaknya kebutuhan ini dipenuhi dari produksi dalam negeri yang
implikasinya ekspor castor oil dalam bentuk biji jarak sejak tahun 1998 hampir tidak ada.
Data impor dan kebutuhan castor oil dari biji jarak di dalam negeri pada tahun 1999
disampaikan pada Tabel 3.3. Kebutuhan castor oil dalam negeri pada umumnya digunakan
sebagai bahan baku industri pengobatan. Potensinya sendiri cukup besar untuk dikembangkan
menjadi berbagai macam produk.
Tabel 3.3. Konsumsi Castor Oil dan Bijinya
Impor 1999 Konsumsi domestik 1999 Bahan Satuan
Berat [kg] Nilai [USD] Berat [kg] Nilai [USD]
Kg 46.080 426.375 46.080 426.375 Castor oil
Liter 160 6.621 160 6.621
Biji jarak castor Kg 0 0 816.000 1.369.363
Sumber: Statistik Industri Besar/Sedang Indonesia, BPS
2003 2004 2005
kapasitasproduksibiji castor
tahun2006 2007 2008
2003 2004 2005
jumlahindustriturunan
castor oil
tahun2006 2007 2008
2003 2004 2005
jumlahindustri
ekstraksicastor oil
tahun2006 2007 2008
2003 2004 2005
eksporbiji castor
tahun2006 2007 2008
2003 2004 2005
eksporcastor oil
tahun2006 2007 2008
Gambar 3.1. Perkiraan Perkembangan Industri Berbasis Castor Oil
Berdasarkan Gambar 3.1, diperkirakan pelaksanaan secara luas adalah pada tahun
2003 dengan dimulainya usaha budidaya tanaman jarak castor oleh masyarakat. Tanaman ini
akan mulai dapat dipanen setelah 4-6 bulan dan hasil yang memuaskan dapat diperoleh satu
tahun sejak penanaman.
Tata niaga bijih dan minyak castor senantiasa melibatkan beberapa stakeholder. Saat
ini stakeholder yang terkait dalam tata niaga bijih dan minyak castor di Indonesia yaitu petani
sebagai penghasil bijih castor, pedagang kecil, pedagang besar, perantara, pengusaha minyak
jarak, PT Kimia Farma sebagai produsen terbesar minyak castor dan para eksportir bijih
castor. Jalur perdagangannya berawal dari petani produsen bijih castor dan berakhir pada
eksportir atau PT Kimia Farma. Petani castor mempunyai beberapa pilihan dalam menjual
bijih castor yang dihasilkannya, yaitu menjualnya kepada PT Kimia Farma secara langsung
atau melalui perantara, melalui pengusaha tanaman yang lebih besar, atau menjualnya kepada
pedagang kecil dan juga kepada pedagang besar menjual bijih-bijih castor tersebut kepada PT
Kimia Farma atau kepada eksportir. Pada Gambar 3.2 disajikan bagan alur tata niaga bijih
castor di Indonesia, yang mem perlihatkan sangat disayangkannya potensi tanaman castor ini
hanya dimanfaatkan oleh satu industri dalam negeri saja.
Petani kecil Pengusaha (Petani besar)
Perantara
Pedagang besar
Pedagangbesar
Eksportir
PT Kimia Farma
Gambar 3.2. Bagan alur tata niaga bijih jarak di Indonesia
3.3 PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN
Penggunaan produk-produk turunan castor oil yang banyak diproduksi di dunia
berdasarkan urutan nilai produksinya adalah minyak pelumas, kosmetik, pengobatan,
urethane, detergen dan sabun, pelapis, serat nylon, dan tekstil. Berikut ini disajikan beberapa
contoh produk yang dapat dihasilkan dari castor oil:
1. Minyak pelumas
Castor oil mempunyai sifat masih memiliki viskositas yang berarti pada temperatur
tinggi dan cair pada temperatur rendah sehingga dapat dijadikan sebagai minyak
pelumas yang cukup bagus. Karena proses pengolahan untuk produksi minyak pelumas
ini cukup mahal, sampai saat ini minyak pelumas masih banyak menggunakan bahan
baku mineral. Tetapi perkembangan pasar dan teknologi telah mengarahkan penggunaan
castor oil untuk dijadikan bahan baku minyak pelumas karena kualitasnya yang lebih
baik daripada pelumas berbasis mineral dan lebih ramah lingkungan karena pelumas ini
dapat didegradasi dengan lebih singkat oleh alam. Selain diproduksi sebagai minyak
pelumas, turunan castor oil juga banyak digunakan sebagai bahan bubuhan pelumas
berbasis minyak mineral seperti Litium 12-hidroksi stearat.
2. Pencahayaan
Castor oil juga banyak digunakan sebagai bahan yang berpendar terhadap sinar, seperti
pada lampu signal kereta api dan alat transportasi lainnya.
3. Bahan pencelupan tekstil
Bahan yang digunakan dalam pencelupan tekstil umumnya diinginkan yang mampu
memberikan sifat terang dan berkilau. Castor oil yang digunakan sebagai bahan
pencelup tekstil umumnya dalam bentuk castor oil yang disulfasi [sulfated castor oil]
seperti minyak merah turki.
4. Sabun
Castor oil dapat memberikan sifat transparen terhadap sabun sehingga banyak digunakan
dalam industri sabun yang transparan. Sodium ricinoleat dan sulfo-ricinoleat dalam
sabun castor oil dapat menghilangkan bakteri sehingga banyak pula digunakan dalam
industri sabun desinfektan.
5. Cat dan pernis
Penemuan proses dehidrasi castor oil telah meningkatkan perkembangan penggunaan
castor oil sebagai salah satu bahan penunjang industri cat dengan kemampuan castor oil
yang dapat memberikan sifat berpendar terhadap cahaya dan anti-kuning pada cat
sehingga dapat menghasilkan cat yang berwarna putih bersih. Castor oil juga banyak
dimanfaatkan dalam industri percetakan dan resin.
6. Penyamak kulit
Castor oil mampu memberikan kesan lembut terhadap kulit sehingga banyak digunakan
sebagai cairan pencuci lemak dan pengawet dalam industri penyamakan kulit.
7. Pengobatan
Castor oil banyak digunakan sebagai obat pencahar, untuk iritasi mata dan banyak pula
digunakan sebagai obat untuk keracunan makanan dan mencret. Castor oil yang
ditujukan untuk pengobatan diperoleh dengan cara ekstraksi yang khusus terhadap
pelarutnya. Karena bau dan rasanya yang tidak enak, castor oil biasanya dicampurkan
dengan air soda dan sirup “sarasaparilla” dalam pengolahannya. Castor oi juga dapat
digunakan sebagai obat untuk penyakit kulit yang disebabkan oleh mikroba seperti
jamur karena undecylenic acid mampu membunuh bakteri dan fungi.
8. Kosmetik
Turunan castor oil juga banyak digunakan sebagai parfum penenang, penghilang bahan
pewarna tubuh, sabun kecantikan, penguat rambut, lipstik, dll.
9. Karet dan plastik
Dalam industri karet dan plastik, castor oil dimanfaatkan sebagai penyetabil busa dan
pigmen. Methyl ester banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas karet, Barium,
Kalsium, dan Kadmium ricinoleat banyak digunakan pada vinyl resins sebagai
penyetabil dan pelumas.
10. Isolator
Turunan castor oil dalam bentuk urethane banyak untuk memproduksi busa yang dapat
digunakan sebagai bahan isolasi dan penguat. Selain untuk isolator, urethane juga dapat
digunakan untuk memproduksi karet elastis.
11. Serat nylon
Serat Nylon-11 banyak diproduksi dengan bahan baku castor oil dalam bentuk
polyamide karena dapat menghasilkan sifat-sifat tahan abrasi, sangat elastis, dan sifat
peregangan [modulus] yang rendah.
12. Parfum
Penggunaan castor sebagai parfum pewangi menggunakan turunannya berupa senyawa
heptaldehyde yang diperoleh dengan proses pirolisis. Dari heptaldehyde dihasilkan
methyl heptine, conine, dan lilac.
3.4 HASIL SAMPING CASTOR OIL
Hasil samping yang dapat diperoleh dari sistem perindustrian castor oil adalah batang
tumbuhan castor, cangkang bijih castor, dan ampas castor sisa ekstraksi. Hasil-hasil samping
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk berdasarkan bahan yang dikandungnya.
3.4.1 Batang
Batang castor jarang diperoleh karena sekali tanam, tumbuhan castor dapat
berproduksi hingga 36 bulan, kecuali untuk tumbuhan castor yang digunakan sebagai
tanaman musiman sebagai penyelang tumbuhan pokoknya. Batang castor saat ini
sebagian digunakan sebagai bahan baku industri pulp dengan proses sulfat.
3.4.2 Cangkang
Cangkang bijih castor terdapat sebanyak 25,6 sampai 33,2 persen dari bijihnya dan
mengandung 1,64 persen nitrogen; 0,8 persen fosfat; 3,81 persen potasium; dan 10,38
persen debu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pupuk dan saat ini cangkang
bijih castor sudah banyak digunakan untuk produksi karbon aktif berkualitas tinggi.
3.4.3 Ampas
Ampas yang diperoleh dari proses ekstraksi biasanya disebut sebagai pomace dengan
kandungan minyak bervariasi antara 6-6,5%, bahkan untuk proses ekstraksi yang
sangat efisien dapat menurunkan kandungan minyak dalam ampasnya hingga 2%.
Komposisi utama yang dikandung ampas castor untuk tanaman castor dari Amerika
disajikan dalam Tabel 3.4. Protein yang terkandung sebagai komponen terbanyak
kedua mengandung tiga bahan berbahaya, yakni ricinine, ricine, dan polysaccharide.
Ricine merupakan jenis protein yang kadar racunnya sedang dengan jumlah
kandungan paling kecil dalam ampas castor. Sedangkan ricinine merupakan jenis
protein yang sangat beracun dengan jumlah yang cukup banyak. Polysaccharide
adalah jenis protein yang tidak beracun, tetapi merupakan salah satu bahan yang
berbahaya bagi seseorang yang alergi terhadapnya.
Tabel 3.4. Komposisi ampas castor Amerika dalam %-berat
Kandungan Dari cangkang bijih Dari bijih keseluruhan Dari hasil ekstraksi
Pengotor 10,4 9,8 11,8
Debu 10,5 15,0 6,0
Minyak 8,8 5,2 1,1
Protein 46,4 20,4 30,6
Karbohidrat 24,0 49,4 50,5
Selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk, ampas castor juga dapat digunakan
sebagai bahan makanan, akan tetapi harus melalui proses penghilangan/pengurangan bahan-
bahan diatas. Penggunaannya sebagai bahan pupuk adalah memanfaatkan kandungan
didalamnya yang terdiri atas nitrogen [6,4%], asam fosfat [2,55%], dan potash [1%]; dengan
beberapa sifatnya yang mudah terdekomposisi dan berkualitas seperti humus. Protein yang
dikandung dalam ampas castor terdiri atas asam amino. Saat ini pemanfaatan enzim yang
banyak terdapat di ampas castor ini banyak digunakan dalam industri hidrolisis lemak secara
komersial.
3.5 PENGOLAHAN BIJIH CASTOR
Proses pengolahan bijih castor sama seperti pada bijih-bijih lainnya. Buah castor yang
telah matang dipanen dan dijemur untuk memudahkan pengambilan bijihnya. Bijih castor
tersebut dikeringkan untuk mempermudah pengambilan daging bijih yang berwarna putih dan
mudah rusak. Setelah terpisah dari kulit cangkangnya, castor dicuci dan dimasak, kemudian
dikeringkan sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam alat ekstraksi. Pemasakan daging bijih
castor tersebut dilakukan untuk menggumpalkan protein dan untuk melepaskan minyak agar
proses ekstraksi lebih efisien. Pemasakan dilakukan pada suhu 80 oC dengan kondisi udara
terbuka. Setelah pemasakan, bahan dikeringkan pada suhu 100 oC untuk mendapatkan
kandungan pengotor sebanyak + 4%.
Daging castor yang telah melalui pengolahan awal dimasukkan ke pengempa awal
bertekanan tinggi menghasilkan minyak tingkat 1 [grade 1] dan ampas. Minyak disaring dan
diendapkan untuk memisahkan pengotor yang disebut foot. Foot tersebut kemudian dia lirkan
kembali ke pengempa awal, sedangkan minyak yang diperoleh disimpan dalam tangki
penyimpanan untuk dilakukan pemurnian. Sedangkan ampas yang diperoleh dari proses
pengempaan awal dimasukkan ke alat penggerus dan hasilnya diekstraksi dengan pelarut
heksana atau heptana atau campuran keduanya. Produknya kemudian didistilasi untuk
mendapatkan kembali pelarut yang dapat digunakan kembali sebagai pelarut ampas,
sedangkan produk minyak mentah diperoleh dan disimpan untuk dilakukan pemurnian seperti
pada minyak tingkat 1. Skema prosedur pengolahan bijih castor ini dapat diilustrasikan dalam
Gambar 3.3 berikut.
Buah Castor
Pengeringan
PelepasanCangkang
Pencucian
Pemasakan[80 oC
udara terbuka]
Pengeringan[100 oC]
DagingCastor
[a]
DagingCastor
PengempaanAwal
Minyak Residu
Saring danEndapkanFoot
MinyakMentah
Penggerusan
Ekstraksi
Distilasi
MinyakMentah
heksana/heptana
[b]
Pemasakan[40-80 oC]
grade-no.3
Ampas
grade-no.1
Gambar 3.3. Proses sederhana pengolahan bijih castor
[a] Pengolahan awal [b] Proses ekstraksi
Dari kandungan minyak dalam bijih castor sebanyak 45-50%, minyak yang dapat
diperoleh dari proses pengempaan adalah sebanyak 42-47% dari kandungan minyak tersebut
dengan kandungan pada residu sekitar 20%. Pada proses penggerusan diperoleh minyak
sebanyak 10-12% dan pada proses ekstraksi residu dapat diperoleh tambahan minyak
sebanyak 8-10% sisanya.
BAB IV
ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI
4.1 ANALISIS PASAR
Telah disinggung sebelumnya, castor oil ini mempunyai kegunaan yang sangat besar.
Permintaan industri akan bijih dan astor oil ini semakin besar. Tabel 3.2 menunjukkan bahwa
masih besarnya kebutuhan domestik yang dapat menjadi peluang bisnis.
4.2 ANALISA EKONOMI BUDIDAYA JARAK CASTOR
Hasil analisis ekonomi mengenai investasi budidaya tanaman ini terdiri atas nilai
investasi, analisis marjin keuntungan kotor [gross profit margin = GPM] terhadap beberapa
harga biji jarak castor, laju akumulasi uang [accumulative cash flow] pada harga biji jarak Rp.
2000,- dan bunga bank 12% pertahun, nilai laju balik investasi [internal rate of return = IRR]
dengan laju nilai uang bersih sekarang [net present value = NPV], dan analisis sensitifitas
IRR terhadap beberapa perubahan pada faktor-faktor yang berpengaruh. Hasil perhitungan ini
menggunakan asumsi harga benih sebesar Rp. 10.000,- dan jumlah biji jarak yang diperoleh
dari lahan satu hektar pada tiap panen sebanyak 2500 kg. Secara lengkap data perhitungan ini
disajikan pada Lampiran B. Penetapan harga benih sebesar Rp. 10.000,- adalah didasarkan
pada harganya pada saat ini dan bila diamati terhadap proses teknis pembibitan biji jarak
castor ini, prosesnya cukup mudah dan murah. Jadi harga benih sebesar itu diusahakan
merupakan harga maksimalnya.
Analisis terhadap nilai investasi yang dibutuhkan dilakukan berdasarkan pendekatan,
yakni usaha pertahun dan usaha perpotensi produktifitas tanaman. Usaha pertahun adalah
analisis ekonomi terhadap usaha budidaya ini apabila dilakukan untuk tujuan satu tahun,
sedangkan usaha perpotensi produktifitas tanaman adalah analisis ekonomi terhadap usaha
budidaya ini apabila dilakukan selama masa produktifitas tanaman ini dan investasi dilakukan
di awal tahun usaha.
Untuk investasi budidaya jarak, nilai investasi yang dibutuhkan adalah sebesar
Rp.4.500.000,00 ,- untuk lahan satu hektar selama satu tahun. Data perhitungan untuk analisis
ini disajikan dalam Tabel B.1 di Lampiran B, sedangkan kurva yang mengilustrasikan
sensitifitas harga biji jarak castor terhadap nilai GPM disajikan dalam Gambar 4.1.
Rp-2.000.000,00
Rp-
Rp2.000.000,00
Rp4.000.000,00
Rp6.000.000,00
Rp8.000.000,00
Rp10.000.000,00
Rp12.000.000,00
Rp- Rp500,00 Rp1.000,00 Rp1.500,00 Rp2.000,00
Harga Biji Jarak
GPM
Gambar 4.1. Sensitivitas Harga Biji Jarak Castor terhadap GPM
Accumulative Cash Flow pada Harga Jual Biji Jarak Rp. 1.750,- dengan Bunga Bank 12% pertahun
Rp(20.000.000,00)
Rp(10.000.000,00)
Rp-
Rp10.000.000,00
Rp20.000.000,00
Rp30.000.000,00
Rp40.000.000,00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
panen ke-
Cash Flow
Gambar 4.2. Accumulative Cash Flow Investasi Budidaya Jarak
Untuk analisis yang menggunakan pendekatan perpotensi produktifitas tanaman,
dianggap umur produktifitas tanaman jarak adalah 7 tahun dengan masa panen tiap 4 bulan.
Pada pendekatan ini nilai investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp.15.933.500,00 ,-
termasuk biaya tak terduga sebesar 10% untuk masa waktu selama 7 tahun tersebut, harga
sewa tanah selama 1 tahun Rp. 2.000.000,-, sedangkan biaya produksi dalam industri ini rata-
rata hanya sebesar Rp. 865.00 0,-. Dengan harga jual biji jarak castor sebesar Rp. 1.750,- akan
diperoleh IRR sebesar 5,1% perbulan atau 61% pertahun, sedangkan bunga bank hanya
sekitar 12% sehingga akan jauh lebih menguntungkan bila diinvestasikan di bank. Nilai
investasi tersebut dengan dikurangi dengan biaya produksinya akan kembali [pay back
period] adalah setelah panen ke-6 dan pada akhir masa produktifitasnya dapat diperoleh nilai
bersih sebesar Rp 34.000.000,-. Untuk mendapat ilustrasi yang lebih jelas mengenai
accumulative cash flow dan NPV dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3.
Hasil analisis sensitifitas nilai IRR terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam
budidaya ini disajikan dalam Gambar 4.4. Dari gambar tersebut dapat digambarkan beberapa
hal dan faktor yang pengaruhnya cukup besar adalah perubahan harga biji jarak atau volume
produksinya dan perubahan harga sewa tanah. Data-data mengenai perhitungan ini disajikan
dalam Tabel B.2 sampai B.5 pada Lampiran B.
Net Present Value yang Menghasilkan IRR = 5,1% perbulan [61% pertahun]
Rp(16.000.000,00)
Rp(14.000.000,00)
Rp(12.000.000,00)
Rp(10.000.000,00)
Rp(8.000.000,00)
Rp(6.000.000,00)
Rp(4.000.000,00)
Rp(2.000.000,00)
Rp-0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Panen ke-
NPV
Gambar 4.3. Net Present Value Investasi Budidaya Jarak
Sensitivitas Nilai IRR Budidaya Tanaman Jarak Castor
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
-25,00% -20,00% -15,00% -10,00% -5,00% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00%Perubahan
IRR perbulan
Tenaga Kerja
Harga Biji Jarak
Sewa Tanah
Harga Benih
Harga Pupuk + Obat
Volume Produksi
Gambar 4.4. Sensitifitas IRR perbulan Budidaya Jarak Castor
Lampiran A
perendaman
biji jarak
benih
penanaman
penyiangan
12-24 jam
pembumbungan
pengobatan[kalau perlu]
kecambah7 hari
penyulaman
7 hari
pemupukan
7 hari
7 hari
7 hari
bulan I
bulan II
penyiangan
bulan III 5 minggu
pengobatan[kalau perlu]
7 hari
pemanenan
5 minggubulan IV
bulan 0
pencangkulan
pembuatanirigasi
pembuatanlubang tanam
lahan
Gambar A.1. Prosedur Teknis Budidaya Jarak Castor
Penulis :
Ihwan Ulul Firdaus
PT. Nawapanca Adhi Cipta
Email : [email protected]