analisa mineral berat

21
ANALISA MINERAL BERAT 2.1 Definisi Menurut Bates dan Jackson (1980), sedimentologi didefiniskan sebagai ilmu yang mempelajari batuan sedimen dan proses-proses yang membentuknya; batuan itu sendiri, klasifikasi, asal mula, dan intepretasi sedimen. Sedimentologi kadang ditafsirkan salah, disamakan sedimentasi. Kata sedimentasi lebih cocok diartikan sebagai proses pengendapan material sedimen. Sedangkan www.cylica.blogspot.com dan www.id.wikipedia.org, menyebutkan bahwa sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan lapisan tanah karena pengendapan tanah yang mengalami perpindahan dari tempat lain. Contohnya adalah sedimentasi di delta sungai dan daerah sekitar gunung berapi. Ilmu ini berkaitan erat dengan pembentukan bahan galian seperti batubara, minyak bumi, emas, perak dsb. 2.2 Pengertian Mineral Berat Mineral berat (heavy mineral) merupakan mineral yang memiliki berat jenis lebih besar dari 2,58. mineral berat merupakan mineral tambahan yang konsentrasinya kurang dari 1%. Meskipun kecil jumlahnya, mineral berat sangat berperan untuk studi provenans, selain itu sejarah transportasi, pelapukan sedimen serta studi korelasi dan paleogeografi juga memanfaatkan mineral berat. Bentuk fisik dari mineral berat mencerminkan tingkat intensitas abrasinya.

Upload: sofyan-ramadhan

Post on 24-Oct-2015

133 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Mineral Berat

ANALISA MINERAL BERAT

2.1 Definisi

Menurut Bates dan Jackson (1980), sedimentologi didefiniskan sebagai ilmu yang

mempelajari batuan sedimen dan proses-proses yang membentuknya; batuan itu sendiri,

klasifikasi, asal mula, dan intepretasi sedimen. Sedimentologi kadang ditafsirkan salah,

disamakan sedimentasi. Kata sedimentasi lebih cocok diartikan sebagai proses pengendapan

material sedimen.

Sedangkan www.cylica.blogspot.com dan www.id.wikipedia.org, menyebutkan bahwa

sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan lapisan tanah karena pengendapan

tanah yang mengalami perpindahan dari tempat lain. Contohnya adalah sedimentasi di delta

sungai dan daerah sekitar gunung berapi. Ilmu ini berkaitan erat dengan pembentukan bahan

galian seperti batubara, minyak bumi, emas, perak dsb.

2.2 Pengertian Mineral Berat

Mineral berat (heavy mineral) merupakan mineral yang memiliki berat jenis lebih besar

dari 2,58. mineral berat merupakan mineral tambahan yang konsentrasinya kurang dari 1%.

Meskipun kecil jumlahnya, mineral berat sangat berperan untuk studi provenans, selain itu

sejarah transportasi, pelapukan sedimen serta studi korelasi dan paleogeografi juga

memanfaatkan mineral berat. Bentuk fisik dari mineral berat mencerminkan tingkat intensitas

abrasinya.

Untuk memisahkan mineral berat dari mineral ringan [kwarsa, feldspar, kalsit] digunakan

larutan bromoform atau tetrabromomethane.

Mineral berat dapat dikelompokkan kedalam 4 bagian :

1. Mineral Opak

     Memiliki berat jenis yang sangat tinggi disebabkan kandungan unsur besinya.

      Contoh mineral opak :

a.    Magnetit dan Ilmenit

Page 2: Analisa Mineral Berat

      bernilai ekonomis sebagai endapan placer [letakan]. Stabil pada kondisi oksidasi, tapi mudah

larut pada lingkungan reduksi. Magnetit dapat berubah menjadi hematit ayau limonit, sedangkan

untuk ilmenit biasanya berubah menjadi leucoxen, sphene, anatase, atau mineral titanium.

b.   Pirit

      berkembang saat kondisi asam.

c.    Hematit dan limonit

     terbentuk dari alterasi

d.   Leucoxen

2. Mineral Mika

            Umumnya mineral ini tidak diperhitungkan dalam studi mineral berat karena bentuknya yang

sangat berbeda dan ternyata tidak membenam saat dilarutkan dengan bromoform

3. kelompok Ultra-Stabil

Zircon, turmalin, rutil memiliki sifat fisik sangat keras dan inert, serta bisa bertahan oleh

beberapa kali reworking

4. Kelompok Meta-Stabil

▪  Olivin

Hanya terjadi di daerah beriklim kering, mudah teralterasi dan melimpah pada batuan beku.

▪  Apatit

Stabilitas menengah, menunjukkan sumber dari batuan volkanik, tetapi bisa juga terdapat pada

batuan plutonik asam dan basa.

▪  Hornblende dan piroksen

Berasal dari batuan beku dan batuan metamorf, tapi jika kelimpahannya sangat banyak

menunjukkan batuan asal dari batuan metamorf atau volkanik. Oxyhornblende berasal dari

batuan beku basaltik. Glaukopan dan tremolit dari batuan metamorf. Piroksen sangat mudah

terlarut setelah sedimentasi sehingga jarang muncul pada batupasir yang porous.

▪  Garnet

Page 3: Analisa Mineral Berat

     Berasal dari plutonik, pegmatit dan batuan metamorf, jika melimpah berarti berasal dari batuan

metamorf.

▪  Epidot, Klinozoisit, dan Zoisit

▪  Kyanit, silimanit, andalusit, stauroit

Berasal dari batuan sumber metamorf.

Tabel 2.1. Asosiasi mineral berat dan provenansnya menurut Mc. Lane 1995

Provenance Heavy Mineral Suite

Sedimentary

Low-grade metamorphic,

contact metamorphic

Higher-grade metamorphic,

Dynamothermal metamorphic

Acid igneous

Basic igneous

Pegmatitic

Rounded zircon, tourmaline, rutile,

sphene, magnetite

Andalusite, staurolite, chondrodite,

corundum, topaz, tourmaline,

vesuvianite, zoicite, wollastonite, chlorite,

muscovite.

Garnet, epidot, zoicite, staurolite, kyanite,

sillimanite, andalusite, magnetite, sphene,

zircon, biotite

Monazite, sphene, zircon, tourmaline, rutile,

magnetite, apatite, muscovite

Ilmenite, magnetite, anatase, brookite,

diopside, rutile, chromite, olivine

Tourmaline, beryl, topaz, monazite,

cassiterite, muscovite

Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan variasi mineral berat :

▪   Litologi daerah asal dan kelimpahan mineral

▪   Kondisi kimiawi lingkungan pengendapan

▪   Proses fisis selama transportasi

▪   Kestabilan diferensial mineral

▪   Abrasi yang berlangsung

▪   Faktor yang berlangsung setelah pengendapan

Page 4: Analisa Mineral Berat

2.3   Studi Batuan Asal [Provenans]

Dalam Pettijohn (1987) istilah provenans (provenans) diturunkan dari bahasa Perancis

provenir yang berarti asal-usul (origin) atau kemunculan (to comeforth). Pada penggunaanya

mencakup seluruh proses yang berkaitan dengan produksi atau kelahiran sediment. Dari

pengertian ini maka provenans mencakup :

1)   Apa jenis batuan sumber yang menghasilakan atau menurunkan sediment.

2)   Bagaimana relief dan iklim di daerah batuan sumber.

3)   Berapa jauh dan bagaimana arahnya dari daerah sumber berada.

4)   Berapa ukurannya.

Selain mineral berat tersebut, material lain seperti terrigeneous lain yang dapat dipakai

sebagai studi provenance adalah kwarsa, feldspar, dan fragmen batuan.

Dengan mempelajari analisis mineral berat maka akan dapat mengetahui kelebihan dan

kekurangannya dalam menggunakan metode tersebut. Kelebihan menggunakan metode analisa

mineral berat adalah untuk akurasi dan ketepatan yang baik dalam interpretasi karena adanya

perhitungan secara kuantitatif dari jenis mineral beratnya.

Kemudian kelemahan menggunakan metode analisis mineral berat adalah :

      Bila terdapat 2 sumber batuan asal atau lebih, maka akan sukar dalam menginterpretasikannya.

      Setelah mengalami transportasi mineral berat mengalami penyusutan karena abrasi, pelarutan

dan hal-hal lainnya yang mengakibatkan adanya perubahan variasi dan frekuensi mineral berat

yang ada dibandingkan dengan batuan asalnya.

      Mineral berat terangkut secara Bed load yang kemudian mengalami abrasi secara efektif yang

mengakibatkan butiran menjadi halus sehingga sukar diamati.

      Memerlukan peralatan yang rumit serta larutan kimia yang mahal; harganya.

Tabel 2.2. Golongan mineral ultra-stabil

Mineral Ciri-ciri

1. Zircon   Jernih-kuning, hijau atau kadang coklat asap atau biru

  Kilap vitrous hingga andamantin/damar

  Prismatik, tetragonal, granular

Page 5: Analisa Mineral Berat

2. Turmalin

3. Hematit

  Pecahan sub-concoidal hingga tidak rata

  Kuning anggur kecoklatan

  Hexagonal, prismatik memanjang/meniang, ada striasi

memanjang

  Kilap damar hingga vitreous

  Transclusent, pecahan tidak rata hingga concoidal

  Coklat atau coklat kemerahan

  Tetragonal bipiramidal, ramping, striasi memanjang prisma,

kompak masif

  Kilap andamantin hingga submetalik

  Pecahan tidak rata

Tabel 2.3. Golongan mineral opak

Mineral Ciri-ciri

    [FeTiO3]

2. Maganetit

3. Hematit

    [Fe2O3]

4. Pirit

  Hitam besi, pecahan concoidal

  Lempeng-lempeng masif atau pasiran

  Warna coklat gelap

  Hitam besi, isometrik dan tidak ada belahan

  Granular dan masif, kilap metalik

  Abu-abu baja hingga hitam besi

  Hexagonal dan tanpa belahan.

  Terdapat sisik-sisik atau seperti mika [mikaan]/ mendaun

  Kuning perunggu dan pucat

  Granular

Page 6: Analisa Mineral Berat

    [FeS2]   Striasi antar bidang-bidang saling tegak lurus

Tabel 2.4. Golongan mineral metastabil

Mineral Ciri-ciri

1. Olivin

2. Piroksen

3. Garnet

4. Apatit

5. Epidot

6. Zoisit

  Hijau botol kekuningan.

  Granular, rombik biparaminal.

  Pecahan concoidal, kilap vitreous.

  Hitam kehijauan, merah kecoklatan.

  Prismatik, gemuk-gemuk, belahan 2 arah.

  Kilap vitreus, pecahan tidak rata-subconcoidal.

  Kuning madu atau coklat madu.

  Granular, isometric, tanpa belahan.

  Kilap vitreus hingga dammar, pecahan concoidal.

  Putih jernih kadang biru.

  Prismatik, ramping, panjang-panjang, granular.

  Kilap vitreus hingga dammar, pecahan concoidal.

  Belahan 1 arah, jelek.

  Hijau kekuningan hingga hijau kecoklatan/kehitaman.

  Prismatik seperti papan, berserat.

  Kilap lemak hingga vitreus, belahan 1 arah.

  Pecahan tidak rata hingga concoidal.

  Kuning keabu-abuan.

  Prismatik, striasi vertical, belahan 1 arah.

Page 7: Analisa Mineral Berat

7. Kyanit

8. Andalusit

9. Silimanit

  Kilap lemak hingga vitreus.

  Pecahan tidak rata hingga subconcoidal.

  Putih salju kekuningan.

  Tabular panjang-panjangdan merupakan agregat meniang,

seratan, satu arah sempurna.

  Kilap mutiara hingga vitreus, pecahan tidak rata.

  Warna merah rose.

  Prisma hampir persegi empat, tanpa belahan.

  Kilap vitreus, pecahan rata hingga tidak rata.

  Coklat, kilap buram, ramping-ramping, belahan 1 arah.

  Pecahan tidak rata.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Analisis Mineral Berat

Kelebihan :

         Akurasi dan ketepatan yang baik dalam interpretasi karena adanya perhitungan secara kuantitatif

dari jenis mineral beratnya.

Kelemahan :

         Bila ada 2 sumber batuan asal atau lebih, sukar dalam interpretasinya.

         Setelah tertransport mineral berat mengalami penyusutan karena abrasi, pelarutan dan akibat lain

(tingkat resistensi tiap mineral berbeda). Hal ini mengakibatkan adanya perubahan variasi dan

frekuensi mineral berat yang adadibanding dengan batuan asalnya.

         Mineral berat terangkut secara bed load (BJ besar), maka kana mengalamai abrasi yang efektif

dan mengakibatkan butiran menjadi halus, sehingga agak sukar diamati.

         Metode analisis ini memerlukan peralatan yang rumit dan larutan kimia yang mahal.

Kualitas reservoir batupasir akan ditentukan oleh apa provenancenya dan bagaimana

transportasinya. Provenance yang didominasi metamorf atau melange yang ditransportasi dalam

Page 8: Analisa Mineral Berat

jarak dekat, bukan oleh sistem sungai yang besar, lalu diendapkan tanpa pemilahan yang baik

akan menghasilkan reservoir yang buruk. Provenance berupa batugamping akan menghasilkan

batupasir yang gampingan. Provenance berupa batuan volkanik yang kurang tertransportasi jauh

tanpa sungai yang besar akan menghasilkan kualitas reservoir yang buruk karena dominasi

mineral lempung saat terjadi diagenesis. Biasanya, untuk mengetahui apa provenance-nya,

metode sedimentary petrography digunakan. Komponen petrografik butiran penyusun batuan

sedimen itu diplot pada diagram segitiga yang terkenal sebagai diagram QFL (kuarsa, felspar,

fragmen lithik). Di dalam segitiga ini ada beberapa “field” yang akan menunjukkan

pengelompokkan plate tectonic setting batuan yang sedang diteliti. Hanya, dalam prakteknya,

sering terjadi overlapping antara fields pada batuan sedimen yang kita amati, maka diagram

terner QFL ini tidak selalu berguna, seperti yang dikritisi oleh Mack (1984) dalam Journal of

Sedimentary Petrology, 54, hal. 212-220: Exceptions to the relationship between plate tectonics

and sandstone composition.

Efek transpor sedimen pada komposisi batupasir yang dihasilkan juga penting dievaluasi

untuk memperoleh interpretasi yang benar tentang provenance. Analisis detail arus purba dan

analisis sedimentologi lainnya penting dilakukan untuk mengetahui efek transpor ini. Transpor di

sistem terestrial secara bervariasi akan memodifikasi batupasir yang dihasilkannya, tetapi

efeknya berbeda-beda menurut zone iklim dan tipe sistem sungai.

Misalnya, sungai-sungai di iklim yang panas dan lembab seperti iklim tropis akan

merupakan agen yang optimal untuk pelapukan kimiawi mineral-mineral tak stabil seperti lithic

fragmens. Akibatnya, mineral-mineral ini akan habis saat dierosi dan transportasi, tinggallah

mineral-mineral stabil seperti kuarsa. Kita punya contoh yang sangat baik tentang ini, yaitu

Kalimantan. Tak mengherankan mengapa di Cekungan Kutai kita banyak menemukan batupasir

yang sangat kuarsaan (Formasi Balikpapan, Formasi Kampung Baru yang menjadi reservoir

utama cekungan ini) padahal provenance-nya di wilayah Kuching High didominasi melange

yang penuh dengan lithic fragments dan mineral tak stabil. Sistem drainase Sungai Mahakam

purba dan saat ini yang besar sangat efektif sebagai agen erosi dan transportasi

Yang banyak saya amati dilakukan oleh industri2 untuk mengetahui provenance batuan

sedimen atau reservoir yang sedang ditelitinya adalah melakukan analisis mineral berat pada

sampel batuan reservoir itu. Metode ini kelihatannya cukup ampuh dan sejak saya kuliah dulu

pun telah diajarkan, juga tertulis di buku2 sedimentologi yang klasik macam Pettijohn (1948).

Page 9: Analisa Mineral Berat

Disebut mineral “berat” adalah kalau berat jenis mineral itu > 2.85 g/cc atau >

bromoform.Beberapa mineral dari kelompok mineral berat ini sangat diagnostik untuk beberapa

provenance. Misalnya, hanya dengan mempelajari mineral turmalin di dalam batuan sedimen,

Krynine (1946: The tourmaline group in sediments - Journal of Geology, 54, hal. 65-87) bisa

mengetahui apa sumber batuan sedimen tersebut. Lima tipe provenance berdasarkan karakter

turmalin di dalam batuan sedimen menurut Krynine adalah: granitic tourmaline, pegmatite

tourmaline, tourmaline from pegmatized injected metamorphic terranes, sedimentary authigenic

tourmaline, dan torumaline reworked from older sediments. Setiap tourmaline itu punya ciri

optik sendiri yang menentukan jenis provenance-nya.

Wednesday, March 27, 2013 - analisa besar butir, grabulometri, sedimentologi 0 komentar

GRANULOMETRI

2.1 Pendahuluan

Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar butir adalah salah satu dari

sekian banyak metoda yang sering dipakai untuk menganalisa batuan sedimen klastik.

Dalam granulometri ini lebih mengutamakan bagaimana sebaran butiran batuan sedimen

klastik tersebut. Metoda – metoda perhitungan secara statistik sering pula banyak dipakai, hal ini

sebernarnya hanya untuk mengetahui apakah dengan metoda statistik tersebut kita dapat melihat

adanya bentuk kurva yang sangat khas atau proses tertentu.

Friedman ( 1979 ), mengatakan analisa besar butir dapat dipakai untuk mengetahui proses –

proses selama sedimentasi dan dapat dipakai untuk menginterpretasikan lingkungan

pengendapan dan bahkan analisa besar butir sama pentingnya dengan metode – metode yang

lain.

Page 10: Analisa Mineral Berat

2.2 Ukuran Butir Partikel

Ukuran butir partikel sedimen penting dalam beberapa hal. Ukuran butir mencerminkan :

      Resistensi partikel terhadap pelapukan, erosi dan abrasi. Partikel-partikel yang lunak seperti

batugamping dan fragmen-fragmen batuan makin lama makin mengecil, bahkan partikel kuarsa

yang besar dan resistensi akan terabrasi dan berubah ukurannya.

      Proses transportasi dan deposisi seperti kemampuan air angina untuk menggerakakn dan

mengendapkan partikel.

Partikel-partikel yang lunak seperti batugamping dan fragmen-fragmen batuan, makin lama

makin mengecil bahkan partikel kuarsa yang besar dan resisten akan terabrasi dan berubah

ukurannya. Ukuran butir partikel sedimen juga mencerminkan proses transportasi dan deposisi

partikel sedimen, seperti : kemampuan air/angin dalam menggerakkan dan mengendapkan

partikel.

Material-material yang diangkut oleh media pengangkut (air, angina) akan terdistribusi

menjadi berbagai macam ukuran butir seperti gravel (boulder, coble, dan pebble), pasir dan mud.

Distribusi ukuran butir ini menunjukkan :

      Terdapatnya bermacam-macam ukuran butir dari batuan induknya.

      Proses yang terjadi selama sedimentasi terutama kompetensi (kemampuan arus untuk membawa

suatu beban sesuia ukurannya. Jika ada beban yang lebih berat maka beban tersebut akan

diendapkan).

Dengan banyaknya variasi ukuran butir tersebut maka perlu diadakna klasifikasi ukuran

butir. Dikenal beberapa klasifikasi ukuran butir yang dibuat oleh bebrapa ahli. Tetapi skala

penentuan ukuran butir yang diajukan oleh J.A Udden dan C.K Wentworth yang sering

digunaka, selanjutnya disebut skala Udden-Wentworth sebagai skala geometri (1,2,4,8, .…..).

pada perkembangan selanjutnya ditambah skala aritmetik (1,2,3,4,…) sebagai unit phi () oleh

W.C Krumbein, dimana phi merupakan transformasi logaritma dari skala Udden-Wentworth,

yaitu : = -log2 d, dengan d adalah ukuran butir dalam millimeter.

Dalam acara ini akan dilakukan pemisahan ukuran butir dari suatu contoh pasir lepas.

Seperti diketahui analisis ini untuk mengetahui koefisien sortasi, skewness dan kurtosis. Untuk

mengetahiu harga-harga tersebut dapat dilakukan dengan cara grafis dan matematis.

1.      Cara grafis

Page 11: Analisa Mineral Berat

Cara grafis ini prinsipnya adalah menggunakan data hasil pengayakan dan penimbangan

yang diplot sebagai kurva kumulatif untuk mengetahui parameter-parameter statistiknya. Kurva

kumulatif dibedakan menjadi dua, yaitu kurva kumulatif aritmetik (arithmetic ordinate) dan

kurva kumulatif probabilitas (probability ordinate).Kurva kumulatif aritmetik digambarkan

secara smooth melewati semua data (kurva berbentuk S), sehingga semua parameter statistic

dapat terbaca. Sedang kurva probabilitas digambarkan dengan garis lurus untuk mengetahui

probabilitas normalnya. Pada kurva ini memungkinkan untuk membaca parameter statistic lebih

akurat karena mengurangi interpolasi dan ekstrapolasi dalam penggambaran. Tetapi yang sering

digunakan adalah kurva kumulatif aritmetik karena lebih mencerminkan distribusi ukuran

butirnya. Kurva kumulatif dibuat dengan absis ukuran butir dalam millimeter ( untuk kertas

semilog) atau unit phi dan ordinat prosentase berat (skala 1 – 100%).

Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan hasilnya dapat disajikan

dalam bentuk table. Dan untuk mengetahui distribusi tiap frekuensi dapat dibuat

histogram. Harga-harga median diameter, koefisien sortasi, skewness dan kurtosis diturunkan

dari kurva kumulatif dan dihitung dengan rumus-rumus berikut :

  Koefisien Sortasi (So)

Menurut Trask So = Q3/Q1, dengan ukuran dalam mm, sehingga jika :

So < 2,5    : Sortasi baik

So 2,5 – 4 : Sortasi normal (sedang)

So > 4       : Sortasi jelek

Rumus yang lain; So √Q1/Q3 atau jika dinyatakan dalam kuartil adalah :

Kedua pengukuran tersebut selanjutnya jarang digunakan karena kurang teliti. Folk

menetukan koefisien sortasi sebagai defiasi standar grafis:

σG = Φ84 – Φ25                  2

Kemudian disempurnakan sebagai deviasi standar grafis inklusif sdengan rumus :

σ1 = Φ84 – Φ16 + Φ95 – Φ5                                   4                  6,6

Harga So menurut Folk dan Ward (1957) :

< 0.35 Very well sorted

Page 12: Analisa Mineral Berat

0.35 – 0.50 Well sorted0.50 – 0.71 Moderetely well sorted

0.71 – 1.00 Moderetely sorted1.00 – 2.00 Poorly sorted2.00 – 4.00 Very poorly sorted

> 4.00 Extremely poorly sorted

Skewness (Sk)

Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga positif maka

sediment  yang bersangkutan mempunyai jumlah butir halus lebih banyak dari jumlah butir yang

kasar dan sebaliknya jika berharga negative maka sediment tersebut mempunyai jumlah butir

kasar lebih banyak dari jumlah butir yangh halus.

Dan bila dinyatakan secara grafis maka :

         Skq = (Q1+Q3-2(Md)) (dalam phi)                                2

Harga Sk menurut Folk dan Ward (1957) :

>+0.3 strongly fine skewed

+0.3 - +0.1 fine skewed

+0.1 - -0.1 near symmetrical

-0.1 - -0.3 coarse skewed

<-0 .3="" o:p="">

strongly coarse skewed

Kurtosis (K)

Kurtosis menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap bagian

tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan rumus yang diajukan oleh Folk

(1968), yaitu :

K =   __ Φ95 - Φ5___         2, 44(Φ75-Φ25

Page 13: Analisa Mineral Berat

Harga K menurut Folk dan Ward (1957) adalah :< 0.67                          very platy kurtic

      0.67 - 0.90                   platy kurtic      0.90 – 1.11                  meso kurtic      1.11 – 1.50                  lepto kurtic      1.50 – 3.00                  very lepto kurtic      > 3.00                          extremly lepto kurtic

2.      Cara matematis

Cara matematis dalam analisis ukuran butir akan memberikan gambaran yang lebih baik

daripada cara grafis, karena dalam cara matematis semua harga ukuran butir dalam klas interval

diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan cara matematis ini adalah ruwetnya perhitungan

dalam pengolahan data. Untuk memahami cara matematis ini adalah dengan memahami

distribusi normal dari suatu kurva distribusi frekuensi yaitu kurva hasil pengeplotan ukuran butir

(dalam skala phi) dengan frekuensi yang disajikan dalam beberapa klas interval. Perhitungan

tersebut adalah perhitungan statistic. Ukuran butir diplot pada absis dan frekuensinya pada

ordinat. Kurva normal akan berbentuk simeetri.

Dalam statistic distribusi normal ini disebut moment. Istilah moment dalam mekanika yaitu

jarak dikalikan massanya. Jadi mome suatu benda terhadap suatu titik adalah besar massa

tersebut dikalikan jarak terhadap titik tersebut. Dalam statistikmassa digantikan dengan frekuensi

suatu klas interval ukuran butir dan jarak yang dipakai adalah jarak terhadap titik tertentu

(arbitrary point) yaitu suatu titik awal dari suatu kurva atau dapat juga titik rata-rata ukuran butir

tersebut.

Tiap klas interval dicari momenya, kemudian setelah momen masing-masing klas sudah

dicari dijumlahkan dan dibagi total jumlah sample ( jika frekuensi dalam % maka jumlahnya

100, hal ini memberikan harga momen per unit 1% frekuensi ).

=  ∑f . m

100

Momen pertama ini identik dengan harga rata-rata ukuran butir (mean). Frekuensi (f) dalam

prosen dan m adalah mid point tiap interval kelas dalam unit phi setelah diketahui harga x maka

Page 14: Analisa Mineral Berat

dapat dijadikan titik tumpu dimana jarak disebelah titik kanannya positif dan sebelah kirinya

negatif. Distribusi dikatakan normal jika selisih jumlah kedua kelompok tersebut nol.

Harga momen yang lebih besar dicari dengan titik tumpu menggunakan X atau jarak m, jadi

jaraknya (m-x).

=  ∑f .(m  - X ) 2

        100

Momen pertama = nilai mean, frekuensi (f) dalam persen dan m adalah nilai mid poin tiap

kelas interval dalam unit phi.

Momen kedua ini merupakan kuadrat dari standart deviasi (). Standart deviasi ini

menunjukkan besar kecilnya selisih dari harga x dan ini merupakan konsep sortasi, sehingga

sortasi adalah :

=  ∑f .(m  - X ) 3

        100

Karena harga (m-x) positif disebelah kanan x dan negatif disebelah kirinya harga momen

ketiga yang normal adalah nol. Harga skewness dihitung dengan membagi momen ketiga dengan

pangkat tiga dari standar deviasi ().

=  ∑f .(m  - X ) 4

        100

Skewness ini mencerminkan deviasi dari keestriman dari suatu kurva dan peka terhadap yang

kasar atau halus dalam suatu populasi ukuran butir sedimen. Sehingga dapat digunakan untuk

interpretasi pengendapan dari sedimen tersebut.

Momen keempat digunakan untuk menghitung tinggi rendahnya puncak suatu kurva

distribusi (peakkedness) atau kurtosis. Kurtosis dicari dengan membagi momen keempat dengan

pangkat empat dari standar deviasi.