analisa proses replating pada kapal mv. meratus …repository.ppns.ac.id/2249/1/0216030016 - ahmad...
TRANSCRIPT
i
TUGAS AKHIR (602502A)
ANALISA PROSES REPLATING PADA KAPAL MV. MERATUS BORNEO DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
AHMAD FAHRUDDIN
NRP. 0216030016
Dosen Pembimbing
BACHTIAR, ST., MT.
PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
i
TUGAS AKHIR (602502A)
ANALISA PROSES REPLATING PADA KAPAL MV.
MERATUS BORNEO DI PT. PAL INDONESIA
(PERSERO)
AHMAD FAHRUDDIN
NRP. 0216030016
Dosen Pembimbing
BACHTIAR, ST., MT.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK BANGUNAN KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA19
2019
ii
iii
iv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
v
vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan juga Shalawat dan juga
salam selalu untuk junjungan Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW, karena
rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini
tepat pada waktunya dengan judul:
“ANALISA PROSES REPLATING PADA KAPAL MV. MERATUS
BORNEO DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO)”
Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan standarisasi
mencakup mengistemasi segala kebutuhan replating pada kapal repair di
Departemen Rendal Divisi Harkan, syarat memperoleh gelar Ahli Madya (AmD)
dan juga salah satu kurikulum yang ada di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis mendapatkan dukungan, bantuan,
bimbingan, pengalaman, dukungan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
2. Bapak Ruddianto, ST.MT.,MRINA, selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Ir. Hariyanto Soeroso, M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Bangunan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Bachtiar ST,. MT, selaku dosen pembimbing yang sangat sabar
membimbing penulis hingga akhir.
5. Bapak Denny Oktavina Radianto, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator Tugas
Akhir yang telah banyak membantu dan memberi nasehat serta dukungan
dalam penyelesaian Tugas Akhir saya.
6. Kedua orang tua penulis dengan penuh kesabaran telah mengasuh dan
mendidik penulis sejak kecil. Berkat doa, cinta kasih dan dorongannya pula
penulis sampai dan mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terimakasih pula
viii
karena telah memberikan penulis kesempatan dan kepercayaan untuk kuliah di
bidang kapal.
7. Pekerja PT. PAL Divisi Harkan Departemen Rendal selaku pembimbing On
The Job Training yang telah banyak membantu dan memberi nasehat serta
dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir saya.
8. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
9. Teman-teman satu angkatan Teknik Bangunan Kapal 2016 karena selalu
memberi dukungan.
10. Semua pihak yang telah mendukung pengerjaan tugas akhir ini. Terima kasih
untuk semuanya
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, penulis berusaha
semaksimal mungkin mengerjakan sebaik-baiknya. Namun penulis menyadari
bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu penulis
memohon saran dan kritik yang membangunakan diterima dengan senang hati
guna kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis senantiasa berharap bahwa apa yang ada dalam laporan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, dan bagi pembaca pada
umumnya dan juga dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan.
Surabaya, 18 Juli 2019
Penulis
ix
ANALISA PROSES REPLATING PADA KAPAL
MV. MERATUS BORNEO DI PT. PAL
INDONESIA (PERSERO)
Ahmad Fahruddin
ABSTRAK
MV. Meratus Borneo merupakan kapal muatan container yang
melakukan emergency docking di PT. PAL INDONESIA (Persero) diakibatkan
kapal mengalami kandas di perairan Pulau Madura sehingga kondisi kapal tidak
memungkinkan untuk meneruskan perjalanan pengiriman muatan container ke
tempat tujuan. Selama 11 hari kapal kandas di perairan Pulau Madura menunggu
bantuan tug boat untuk di pandu ke Dock Irian PT. PAL INDONESIA (Persero).
MV. Meratus Borneo adalah kapal container dengan klasifikasi Nippon Kaiji
Kyokai (NKK) dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dengan IMO9408657
mengalami kerusakan pada beberapa bagian disebabkan peristiwa kandas.
Beberapa bagian lambung pada bagian portside mengalami deformasi, sehingga
oleh pilak klasifikasi diajurkan untuk di lakukan replating pada pelat–pelat yang
deformasinya melebihi toleransi standart klasifikasi. Pembagian perhitungan
material, elektroda, dan jam orang berdasarkan ketebalan pelat. Adapun
perhitungan estimasi kebutuhan material dibagi berdasarkan ketebalan pelat.
Perhitungan pada pelat dengan tebal 12 mm seberat 358,9 kg sehingga lembar
pelat yang dibutuhkan sejumlah 1 lembar. Sedangkan perhitungan pelat dengan
tebal 10 mm seberat 18980,02 kg sehingga lembar pelat yang dibutuhkan
sejumlah 22 lembar pada reparasi perbaikan portside kapal MV. Meratus Borneo.
Total kebutuhan elektroda FCAW menurut perhitungan berdasarkan perhitungan
volume, nilai G, dan nilai GL sebanyak 12 box yang berisi 15 kg/box. Lama
pengerjaan dan jam orang yang dibutuhkan pada pembangunan portside bagian
lajur keel, Bottom Cover As. Propeller, C, D, dan E ini adalah 14 hari dengan
jumlah JO sejumlah 4800,18.
Kata Kunci : kapal, elektroda, material, portside, replating.
x
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xi
REPLATING PROCESS ANALYSIS OF MV. MERATUS
BORNEO IN PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
Ahmad Fahruddin
ABSTRACT
MV. Meratus Borneo is a container cargo ship that conducts emergency
docking at PT. PAL INDONESIA (Persero) caused the ship to run aground on
Madura Island waters so that the condition of the ship is not possible to continue
the journey of shipping cargo containers to their destination. For 11 days the ship
ran aground on Madura Island waters waiting for help from a tug boat to be
guided to the Dock Irian PT. PAL INDONESIA (Persero). MV. Meratus Borneo is
a container ship with the Nippon Kaiji Kyokai (NKK) classification and the
Indonesian Classification Bureau (BKI) with IMO9408657 damaged in several
parts due to a runoff event. Some parts of the hull on the portside are deformed, so
the classification process is recommended for replacing the plates whose
deformation exceeds the tolerance of standard classification. The division of
material, electrode and hourly calculations based on plate thickness. The
calculation of estimated material requirements is divided based on plate
thickness. Calculation on a 12 mm thick plate weighing 358.9 kg so that the sheet
sheet needed is 1 sheet. While the calculation of the plate with 10 mm thickness
weighing 18980.02 kg so that the plate sheet needed a number of 22 sheets on the
repair of MV vessel portside repairs. Meratus Borneo. The total FCAW electrode
needs according to calculations based on volume calculation, G value, and GL
value of 12 boxes containing 15 kg / box. The length of work and hours needed for
the construction of the keel lane portside, Bottom Cover As. Propeller, C, D, and
E are 14 days with a number of JO of 4800,18.
Keywords : ship, electrode, material, portside, replating.
xii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KETERANGAN BEBAS PLAGIAT ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah............................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Pengertian Kapal ............................................................................................ 5
2.2 Jenis – Jenis Kapal ......................................................................................... 6
2.2.1 Kapal Cargo .................................................................................................... 6
2.2.2 Kapal tanker ..................................................................................................... 8
2.3 Pengertian Pengelasan .................................................................................. 10
2.3.1 Macam – macam pengelasan ........................................................................ 10
a. SMAW (Shielded Metal Arc Welding)........................................................... 11
b. OAW (Oxygen Acetylene Welding) ............................................................... 12
c. FCAW (Flux Cored Arc Welding) .................................................................. 14
2.3.2. Perhitungan berat logam las per meter ......................................................... 16
2.5 Keberterimaan replating .............................................................................. 21
2.6 Perhitungan Material .................................................................................... 21
2.7 Jenis-Jenis Material Pembuatan Kapal......................................................... 22
2.7.1. Hull Structural Steel Plates (Mild Stell) ...................................................... 22
xiv
2.7.2. High Strength Hull Structural Steel Plates (High Tensile Steel).................. 23
2.8 Bukaan Kulit (Shell Expansion) ................................................................... 23
2.9 Jam Orang ..................................................................................................... 24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 28
3.1 Flowchart Penelitian..................................................................................... 28
3.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 29
3.3 Studi Literatur .............................................................................................. 29
3.4 Studi Lapangan ............................................................................................. 29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 29
3.7 Analisa Hasil Pengolahan Data .................................................................... 30
3.8 Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 30
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 31
4.1 Data Ukuran Utama Kapal .............................................................................. 31
4.2 Perhitungan Kebutuhan Material ..................................................................... 31
4.2.1 Pelat replating................................................................................................. 32
4.2.2 Perhitungan kebutuhan material ..................................................................... 33
4.3 Perhitungan Kebutuhan Elektroda FCAW ...................................................... 34
4.3.1 Perhitungan elektroda pelat 12 mm ................................................................ 35
4.3.2 Perhitungan elektroda pelat 10 mm ................................................................ 37
4.3.3 Perhitungan kebutuhan elektroda ................................................................... 41
4.4 Perhitungan Jam Orang ................................................................................... 43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 47
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 47
5.2 Saran ................................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 49
Lampiran 1 (Dokumentasi) ...................................................................................... 51
Lampiran 2 (Gambar Bukaan Kulit) ........................................................................ 52
Lampiran 3 (Jadwal DockingI) ................................................................................ 53
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Kapal Meratus Borneo ............................................................................ 6
Gambar 2.2.1. Kapal cargo Meratus Borneo ............................................................ 7
Gambar 2.2.2. Kapal tanker Knock Nevis ................................................................ 9
Gambar 2.2.3. Kapal kontainer Maersk Line .......................................................... 10
Gambar 2.3.1.a Las SMAW .................................................................................... 12
Gambar 2.3.1.b Las OAW....................................................................................... 13
Gambar 2.3.1.c Las FCAW ..................................................................................... 15
Gambar 2.3.2 Las FCAW Memakai Grove ........................................................... 20
Gambar 3.1 Diagram alir penyusunan tugas akhir .................................................. 27
Gambar 4.3.1. Perhitungan elektroda untuk pelat 12 mm....................................... 34
Gambar 4.3.2. Perhitungan elektroda untuk pelat 10 mm....................................... 36
Gambar Lampiran Inspeksi dari Class dan Elektroda FCAW ............................... 51
xvi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.3.1.b. Estimasi Perbandingan Kebutuhan gas O2 dan C2H2 ...................... 14
Tabel. 2.3.1.c. Estimasi Perbandingan Kebutuhan wire roll (box) / CO2 (tabung).16
Tabel 2.3.2.a. Perhitungan efisiensi ....................................................................... 18
Tabel 2.3.2.b. The first run and backing run V- joint : weld metal weight (ESAB
page 139) ................................................................................................................. 18
Tabel 2.5. Syarat keberterimaan pelat ketika akan di lakukan replating ................ 20
Tabel 2.7.1 Hull Structural Steel Plates (Mild Stell) .............................................. 21
Tabel 2.7.2 Hull Structural Steel Plates (Mild Stell) .............................................. 22
Tabel 2.9. Steel works renewals .............................................................................. 26
Tabel 4.2.1.a Pelat tebal 12 mm .............................................................................. 31
Tabel 4.2.1.b Pelat tebal 10 mm .............................................................................. 31
Tabel 4.3.1. Pelat tebal 12 mm ................................................................................ 36
Tabel 4.3.2 Pelat tebal 10 mm ................................................................................. 38
Tabel 4.4 Perhitungan JO setiap pelat ..................................................................... 43
xviii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luasan lautan ¾
dari luasan daratan yang terbentang luas, sehingga terdapat potensi yang
besar di bidang sarana transportasi laut untuk menhubungkan antar pulau
bahkan antar negara dibutuhkan transportasi dengan jumlah banyak untuk
mengatasi segala kebutuhan negara atau pulau. Kapal merupakan alat
transportasi yang paling efektif untuk daerah perairan. Transportasi ini bukan
hanya mengangkut barang tetapi juga alat transportasi ini dapat mengangkut
manusia dan mobil atau motor selain pesawat terbang. Kini kapal memiliki
beberapa fungsi diantaranya alat pengangkut muatan dan beberapa jenis oil,
alat pertahanan nasional, dan media penelitian khususnya di perairan.
Kapal perlu juga dilakukan survei yang harus dipenui agar kapal
tersebut bisa layak melakukan pelayaran secara terus menerus. Ada beberapa
macam survei yaitu ;annual survey, intermediate survey, special survey, dan
emergency survey. Annual survey merupakan survey yang dilakukan diatas
dock 1 tahun sekali. Intermediate Survey merupakan survey yang dilakukan 2
hingga 3 tahun sekali di atas dock. Special Survey merupakan survey yang
dilakukan 5 tahun sekali diatas dock, biasanya dikenal dengan annual survey
ke 5 (lima). Emergency Survey merupakan survey yan dilakukan jika kapal
mengalami kecelakaan pada saat berlayar.
Disini kapal MV. Meratus Borneo melakukan Emergency Survey
dimana kapal tersebut mengalami kandas dan harus dilakukan perbaikan
(repair) di atas dock. Ada beberapa bagian part kapal ini yang rusak
dikarenkan membentur karang antara lain, pelat lambung, kedua propeller,
dan bangunan atas yang deformasi. Setelah di telusuri banyak pelat lambung
yang mengalami deformasi sehingga sangat perlu dilakukan replating dalam
jumlah pelat yang besar.
2
Dengan adanya survei-survei tersebut maka akan ada pengecekan
untuk kapal tersebut. Selain dari pihak Klasifikasi ada beberapa elemen yang
harus melakukan pengecekan oleh kapal tersebut yang biasanya disebut
inspeksi. Pelaksanaan inspeksi sebagai pihak yang melakukan pengecekan di
lapangan yang hasilnya akan diberikan oleh klasifikasi, quality control dari
pihak galangan, owner surveyor, paint maker, dan lainnya. Sehingga dari
beberapa elemen tersebut yangmenentukan kapal tersebut masih layak jalan
atau pelat pada kapal akan dilakukan pergantian.
Pergantian pelat disini dalam bahasa lapangan biasanya disebut dengan
replating pelat. Replating pelat dilakukan apabila setelah pihak dari inspeksi
melakukan ultrasonic thickness atau biasa disebut dengan pengecekan
ketebalan pelat mengalami penurunan yang signifikan sehingga akan
dilakukan replating pelat tersebut. Setelah dilakukan replating pelat akan
dilakukan pengecekan lagi dari pihak inspeksi mengenai pengelasan yang
telah dilakukan oleh pihak lapangan. Disini biasanya inspeksi menyebutnya
vacuum test atau pengujian kebocoran.
Pengujian ini biasanya digunakan untuk mengetahui hasil pengelasan
tersebut dan material yang telah digunakan apakah ada kebocoran yang terjai
atau tidak. Jika memang setelah vacuum test dilakukan pengelasan tersebut
terdapat kebocoran maka pihak lapangan akan melakukan pengelasan lagi
dan akan dilakukan vacuum test lagi untuk memastikan tidak ada kebocoran
pada pengelasan tersebut. Dengan demikian, tugas akhir ini ditekankan pada
analisa proses replating pada kapal MV. Meratus Borneo di Dock Irian PT.
PAL Indonesia.
Ada beberapa parameter pihak galangan masih belum memiliki
formula yang pasti untuk mengestimasi pekerjaan replating kapal MV.
Meratus Borneo ini. Maka dari itu tugas akhir ini disusun untuk mencari
formula tersebut. Agar supaya digunakan pedoman oleh pihak galangan
ketika ada kapal jenis yang sama melakukan pengedokan.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam tugas akhir ini antara lain:
1. Berapakah jumlah pelat yang dibutuhkan pada pengerjaan proses
replating kapal MV Meratus Borneo?
2. Berapakah jumlah elektroda yang dibutuhkan saat pengerjaan proses
replating kapal MV Meratus Borneo?
3. Berapakah jam orang yang dibutuhkan saat pengerjaan proses replating
kapal MV Meratus Borneo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang diinginkan adalah:
1. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan pelat saat proses pengerjaan
replating kapal MV Meratus Borneo.
2. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan elektroda saat proses pengerjaan
replating kapal MV Meratus Borneo.
3. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan jam orang saat proses pengerjaan
replating kapal MV Meratus Borneo.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa sebagai peneliti dan penganalisa data laporan,
penulisan ini memberikan manfaat wawasan teknologi khususnya dalam
perhitungan pelat, elektroda dan jam orang pada proses pengerjaan
replating.
2. Secara khususnya penelitian ini supaya mampu memberikan kontribusi
sebagai refensi dan sebagai dasar untuk meningkatkan kemampuan
4
pekerja yang ada di PT. PAL Indonesia (Persero) dan Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
1.5 Batasan Masalah
Dalam membahas permasalahan yang ada dalam penelitian itu
diperlukan batasan masalah agar dalam pembahasannya diperoleh hasil yang
valid, untuk itu batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Hasil analisa ini hanya dilakukan pada daerah replating pelat di daerah
lambung bawah (bilge – portside) tidak meliputi carling, plate angle L
dan bracket.
2. Hanya menghitung kebutuhan pelat, jam orang, dan elektroda (FCAW)
yang di replate pada daerah lambung bawah (bilge – portside).
3. Hanya kapal MV Meratus Borneo yang dijadikan sebagai objek
analisa.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kapal
Pada pembahasan ini tentang kapal sebagai salah satu objek penting
dalam lancarnya trasnportasi laut. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik,
energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Adapun jenis-jenis kapala
antara lain kapal layar yang digerakkan oleh angin, kapal motor/ kapal uap
yang digerakkan oleh alat penggerak mesin, kapal tunda yaang digerakkann
oleh kapal lain, kapal nelayan, kapal tongkang, kapal penumpang, kapal
barang, kapal tangki,kapal perang, dan kapal keruk (Sekretariat Negara,
2008).
Selain alat apung, kapal juga sebagai tempat wisata untuk berlibur ke
luar pulau, atau yang lainnya. Potensi kapal tidak hanya terbuat dari bahan
baja saja melainkan juga dari bahan alumunium, beton, kayu, serta fiberglass.
Adapun menurut biru lautku dalam situsnya, kapal merupakan kendaraan air
dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mesin,
tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan yang dibawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang dapat berpindah-pindah (Laut, 2008).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kapal adalah
alat transportasi laut yang digerakkan oleh angin, mesin, kapal lain, dan
lainnya dan memuat berbagai macam muatan seperti barang, penumpang,
kendaraan ringan, cairan kimia, dan lain sebagainya. Adapun adanya kapal
juga sebagai unsur terpenting dari tol laut dimana jalur trasnportasi laut dapat
dikatakan lancar apabila ketersediaan kapal banyak. Oleh karena itu unsur
kapal ini sangat penting untuk maritim dunia.
6
Gambar 2. Kapal Meratus Borneo
(sumber: Foto Pribadi di PT. PAL Indonesia Perseroan)
2.2 Jenis – Jenis Kapal
Sebelum menginjak jenis – jenis kapal kita perlu ketahui bahwa
pengertian kapal yang sudah dijelaskan pada sub bab di atas. Adapun jenis –
jenis kapal berdasarkan fungsi muatannya antara lain :
2.2.1 Kapal Cargo
Pada pembahasan ini membahas tentang jenis kapal cargo yang
terkenal dengan sebutan kapal barang. Menurut asuransi marine indo dalam
situsnya berpendapat bahwa jenis kapal cargo adalah segala jenis kapal yang
membawa barang-barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan
lainnya. Ribuan kapal jenis ini menyusuri lautan dan samudra dunia setiap
tahunnya dan memuat barangbarang perdagangan internasional. Kapal kargo
pada umumnya didesain khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan crane dan
mekanisme lainnya untuk bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran
(Asurasnimarineindo, 2017).
Adapun pendapat lain dari seputar kapal dalam situsnya menyatakan
kapal kargo kontainer yaitu kapal yang dapat mengambil seluruh beban di
dalam truk ukuran kontainer intermodal, dalam satu buah teknik yg
7
dinamakan containerization (Seputarkapal, 2016). Maka dari itu dari
pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kapal cargo merupakan
salah satu jenis kapal yang muatannya dapat berupa karung dan container
tergantung dari bentuk palkanya. Selain itu kapal jenis ini dapat juga memuat
muatan biji-bijian atau buah-buahan untuk dikirimkan di berbagai antar
daerah.
Kapal Meratus Borneo merupakan jenis kapal cargo yang memuat
bahan-bahan makanan dalam bentuk container yang pada saat itu melakukan
docking di dock Irian ( Dock Kolam) PT. PAL Indonesia (Persero)
dikarenakan kapal mengalami tubrukan dengan karang sehingga ada
beberapa bagian pelat lambung mengalami deformasi, daun propeller sebelah
kanan patah, daun propeller sebelah kiri bengkok. Kapal ini dilakukan proses
perbaikan (repair) paling banyak adalah pekerjaan replating dengan jenis
pelat grade A class RINA. Oleh karena itu terdapat perhatian khusus dalam
tindakan perbaikan kapal ini dikarenakan jumlah replating yang banyak pada
daerah lambung.
Gambar 2.2.1. Kapal cargo Meratus Borneo
(sumber: Pribadi di PT. PAL Indonesia (Perseroan))
8
2.2.2 Kapal tanker
Pada pembahasan jenis kapal yang kedua adalah jenis kapal tanker,
menurut seputar kapal dalam situsnya menyatakan bahwa kapal tanker
adalah jenis kapal yang di buat khusus sesuai dengan kegunaannya yaitu
mengangkut bahan bakar minyak atau cairan dan beberapa produk sejenis
lainnya dalam jumlah yang besar. Kapal ini juga memiliki fungsi untuk
membawa pipa saluran, minyak mentah, dan jenis minyak lainnya. Diketahui
bahwa kapal dengan nama Knock Nevis adalah kapal pengangkut minyak
yang terbesar di dunia. Kapal tanker ini memiliki beberapa jenis yaitu tanker
kimia, tanker pengangkut gas alam cair dan tanker minyak (Seputarkapal,
2016).
Adapun menurut dimensi pelaut dalam situsnya menyatakan bahwa
kapal tanker merupakan jenis kapal yang berfungsi untuk mengangkut cairan
minyak. Terdapat 2 jenis kapal tanker pengangkut minyak, yaitu kapal tanker
pengangkut minyak mentah dan kapal tanker pengangkut minyak
jadi/prodak. Pada umumnya kapal tanker pengangkut minyak mentah
memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada kapal tanker pengangkut minyak
jadi. Kapal tanker dibuat dengan konstruksi yang kokoh dan tidak boleh ada
minyak yang diangkutnya tumpah kedalam dasar air laut yang dapat
menyebabkan pencemaran (Dimensipelaut, 2019)
Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kapal tanker
merupkan jenis kapal yang memuat cairan berupa minyak ataupun yang lain.
Kapal ini memiliki konstruksi yang lebih kokoh dan tertutup karena menjaga
muatan dari kontaminasi udara ataupun air laut yang sangat berbahaya
mengakibatkan pencemaran air laut. Contoh kapal tanker terbesar dunia
seperti gambar dibawah ini
9
Gambar 2.2.2. Kapal tanker Knock Nevis
(sumber: dimensipelaut.blogspot.com)
2.2.3 Kapal Kontainer
Pada pembahasan jenis kapal yang ketika adalah kapal kontainer yang
menurut asuransi marine indo dalam situsnya bahwa kapal kontainer
merupakan kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang
standar. Memiliki rongga (cells) untuk menyimpan peti kemas ukuran
standar. Peti kemas diangkat ke atas kapal di terminal peti kemas dengan
menggunakan krane/derek khusus yang dapat dilakukan dengan cepat, baik
derek-derek yang berada di dermaga, maupun derek yang berada di kapal itu
sendiri (Asurasnimarineindo, 2017). Kapal jenis ini memiliki ruang muat
yang berbeda dengan kapal cargo karena muatannya berupa kontainer ada
konstruksi khusus untuk kapal jenis kontainer ini.
Adapun pendapat lain dalam situs dimensi pelaut menyatakan bahwa
kapal kontainer atau peti kemas adalah jenis kapal khusus yang digunakan
untuk mengangkut kontainer (peti kemas) yang ukuran peti kemas biasanya
20 ft atau 40 ft. Kapal ini memiliki palka (cells) untuk menyimpan peti
kemas ukuran standar (Dimensipelaut, 2019). Kapal kontainer ini perlakuan
khusus untuk membuat desain konstruksi dalam proses pembangunan kapal
baru. Jadi kapal ini cenderung memiliki daya tampung muatan lebih banyak
dari pada jenis kapal yang lain.
10
Gambar 2.2.3. Kapal kontainer Maersk Line
(sumber dimensipelaut.blogspot.com)
2.3 Pengertian Pengelasan
Pengertian pengelasan adalah menggabungkan dua logam atau lebih
dengan cara mencairkan dengan suhu yang sangat tinggi. Menurut DIN
(Deutsche Industrie Normen), “pengelasan adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam panduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair, dengan kata lain bahwa las merupakan sambungan setempat
dari batang logam dengan menggunakann energi panas. Dalam
penyambungan ini adakalanya disertai dengan tekanan dan material
tambahan (filler material).” Pengelasan biasanya digunakan untuk proses
penyambungan logam. Pengelasan merupakan proses terpenting dalam
pembangunan kapal. Proses pengelasan dibutuhkan untuk penggabungan
material kapal termasuk penggabungan antar block. Pengelasan merupakan
penyambungan permanen karena sambungan las sangat kuat.Sambungan las
harus lebih kuat dibanding material yang disambung.
2.3.1 Macam – macam pengelasan
Proses pengelasan pada saat ini sudah banyak jenisnya, semakin
berkembangnya teknologi dan penyambungan banyak macam material
membuat pengelasan berkembang pesat, dikarenakan antara material satu
dengan yang lain memiliki komposisi dan karakteristik berbeda sehingga
perlu memilih proses pengelasan yang tepat. Macam – macam proses las
antara lain:
11
a. SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Menurut Buku Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan (Hery
Sonawan, 2003) berpendapat bahwa proses SMAW, saat ini juga dikenal
dengan istilah proses MMAW (Manual Metal Arch Welding). Dalam
pengelasan ini, logam induk mengalami pencairan akibat pemanasan dari
busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja.
Busur listrik yang ada dibangkitkan dari suatu mesin las. Elektrodayang
dipakai berupa kawat yang dibungkus berupa fluks dan karena itu elektroda
las kadang-kadang disebut kawat las. Elektroda ini selama pengelasan akan
mengalami pencairan bersama-bersama dengan logam induk yang menjadi
bagian kampuh las. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan
terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk.
Untuk dapat mengelas dengan proses SMAW diperlukan beberapa
peralatan, seperti mesin las, kabel elektroda dan penjepit logam induk dan
elektroda. Peralatan lain yang juga perlu disediakan adalah topeng las I
(welding mask), sarung tangan dan jas pelindung. Selain mencairkan kawat
las yang nantinya membeku menjadi logam las, busur listrik juga ikut
mencairkan fluks. Karena massa jenisnya yang lebih kecil dari logam las
maka fluks ini berada diatas logam las pada saat cair. Kemudian stelah
membeku, fluks cair ini menjadi terak yang menutupi logam las. Dengan
demikian, fluks cair akan melindungi kubangan las selama mencair dan terak
melindungi las selama pembekuan. Terak ini nantinya harus dihilangkan dari
permukaan logam las dengan menggunakan palu atau gerinda (Sonawan,
2003).
12
Gambar 2.3.1.a Las SMAW
(sumber: http://tiraweld.blogspot.com)
Pada proses pengerjaan replating pada kapal MV. Meratus Borneo ini
dibutuhkan elektroda SMAW jenis E 6013 ø 4 mm dengan estimasi sebanyak
20 kg untuk pengerjaan welding repair. Perhitungan estimasi ini didapat
melalui metode wawancara dengan pekerja PT. PAL Indonesia (persero) Pak
Anies. Menurut hasil perhitungan jurnal Eko Sasmito S1 Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro “Analisa pengelasan mild steel st
42 dengan proses SMAW, FCAW, dan SAW ditinjau dari segi kekuatan da
nilai ekonomis.(Sasmito Hadi, 1998) Diperoleh perhitungan metode SMAW :
Kecepatan pengelasan = 7,2 m / jam (reff. WPS PT. JMI-SMG)
Pemakaian elektroda = 1,6 kg / jam (reff. ESAB hal. 10 seventh
edition)
Jadi kebutuhan elektroda = 1,6 kg / jam ÷ 7,2 m / jam
= 0,222 kg / m
b. OAW (Oxygen Acetylene Welding)
Las ini lazim dikenal dengan istilah Las Karbit atau Las Gas dengan
memanfaatkan campuran gas oksigen dan gas asitelin untuk menghasilkan
panas. Panas yang dihasilkan sebenarnya berasal dari nyala api yang keluar
dari nosel las (torch) yang dipakai untuk mencairkan logam induk dan logam
pengisi selama pengelasan. Nyala api yang dihasilkan di ujung torch (nosel)
13
merupakan hasil perbandingan gas oksigen (O2) dengan gas asetilen (C2H2).
Jika perbandingan kedua gas ini sama besar atau 1 : 1 maka dihasilkan nyala
netral. Nyala ini dipakai jika akan mengelas baja, besi cor, baja tahan karat
dan tembaga. Jenis nyala yang kedua adalah karburasi dimana tekanan gas
asetilen lebih besar dari oksigen atau rasio O2 : C2H2 < 1 yang digunakan
untuk keperluan pelapisan (hardfacing), brazing, dan pengelasan alumunium
dan lohgam-logam non-ferro lainnya, dan pengelasan besi cor. Jenis nyala
ketiga adalah nyala oksidasi dimana rasio O2 : C2H2 > 1 yang dipakai untuk
keperluan memotong pelat baja, mengelas kuningan dan keperluan brazing
(Sonawan, 2003).
Gambar 2.3.1.b Las OAW
(sumber: https://teknikmesin87.files.wordpress.com/materi-las-oaw.pdf)
Adapun estimasi perhitungan kebutuhan gas oksigen dan asetilen (las
OAW) yang digunakan untuk repair kapal Meratus Borneo untuk fitting pelat
dapat diperoleh data pengalaman pihak PT. PAL Indonesia Persero Divisi
Perbaikan (repair) dengan mengacu pengalaman selama kerja ±30 tahun
yakni dengan memakai perbandingan tabung gas disetiap luasan pelat, seperti
tabel dibawah ini.
14
Tabel. 2.3.1.b. Estimasi Perbandingan Kebutuhan gas O2 dan C2H2
Panjang lebar tebal
Perbandingan
O2 / C2H2
(tabung)
volume (p
x l x t)
(m3)
1400 1770 10 2/1 24780000
3250 1650 10 2/2 53625000
4800 1830 10 3/2 87840000
6000 330 10 2/1 19800000
2250 1420 10 2/1 31950000
2950 1740 10 3/2 51330000
5050 1360 10 6/3 68680000
5050 600 10 4/2 30300000
5600 1530 10 6/3 85680000
5600 600 10 4/2 33600000
6100 1530 10 6/3 93330000
6100 570 10 4/2 34770000
c. FCAW (Flux Cored Arc Welding)
Las busur listrik yang kawat lasnya terdapat fluks (pelindung inti
tengah). Las ini merupakan kombinasi antara proses pengelasan GMAW,
SMAW dan SAW. Dalam pengelasan FCAW sumber energi menggunakan
arus listrik DC atau AC yang diambil dari pembangkit listrik atau melalui
trafo atau retifier.
Menurut Buku Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan, Tahun
2003, pengelasan FCAW merupakan salah satu jenis las listrik yang proses
kerjanya memasok filler elektroda atau kawat las secara mekanis terus
menerus ke dalam busur listrik. Elektroda FCAW terbuat dari metal tipis
yang digulung cylindrical diisi dengan fluks sesuai kegunaannya. Proses
FCAW pada dasarnya sama dengan GMAW dan yang menjadi pembeda
adalah elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks sedangkan
GMAW berupa solid tubular. Pengelasan FCAW ini berdasarkan cara
pengoperasiannya ada semi otomatik (semi automatic), dan otomatik
(automatic). Pelindung gas umumnya menggunakan gas CO2 atau campuran
CO2 dengan Argon. Namun keberadaan oksigen kadang akan menimbulkan
problem baru yaitu dengan porosity yang dihasilkan reaksi CO2 dan O2 yang
15
ada di sekitar daerah lasan, sehingga perlu memilih fluks yang mengandung
zat yang bersifat pengikat O2 atau deoxydizier (Sonawan, 2003).
Gambar 2.3.1.c Las FCAW
(sumber: http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com)
Pada proses pengerjaan replating pada kapal MV. Meratus Borneo ini
dibutuhkan elektroda FCAW merk ESAB CHT711 E – 71T-T aprroved Loyd
Register ø 1,2 mm. Menurut hasil perhitungan jurnal Eko Sasmito S1 Teknik
Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro “Analisa pengelasan
mild steel st 42 dengan proses SMAW, FCAW, dan SAW ditinjau dari segi
kekuatan da nilai ekonomis. Diperoleh perhitungan metode FCAW merk
KISWELL E – 71T-T adalah 0,57 kg / m (ref. ESAB hal 139 fifth
edition).(Sasmito Hadi, 1998) .
Adapun juga estimasi perhitungan kebutuhan gas CO2 dan wireroll
(elektroda) yang digunakan untuk repair kapal Meratus Borneo untuk join
antar pelat dapat diperoleh data melalui wawancara dengan pegawai PT.
PAL Indonesia (Persero) dengan mengacu pengalaman dan hasil evaluasi
selama kerja ±30 tahun yakni dengan memakai perbandingan tabung gas CO2
dengan 1 box wire roll disetiap luasan pelat, seperti tabel dibawah ini.
16
Tabel. 2.3.1.c. Estimasi Perbandingan Kebutuhan wire roll (box) / CO2
(tabung).
Pada intinya semua proses pengelasan tersebut memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk penyambungan antara material satu dengan material yang
lain. Seperti macam las yang lain , SAW (Submerged Arc Welding) , GMAW
(Gas Metal Arc Welding) yang terdiri dari MIG (Metal Inert Gas) dan MAG
(Metal Active Gas), PAW (Plasma Arc Welding),serta GTAW (Gas Tungsten
Arc Welding).
2.3.2. Perhitungan berat logam las per meter
Salah satu hal yang perlu mekanik ketahui adalah menghitung jumlah
kebutuhan kawat las dari suatu proyek. Kenapa ini menjadi penting? Karena
kadang kala, waktu yang diberikan oleh pemilik proyek kepada para
kontraktor untuk mengajukan penawaran sangat pendek. Untuk dapat
menghitung jumlah kebutuhan kawat las, maka seorang mekani harus dapat :
1. Membaca Gambar Teknik
2. Mengerti Kode pengelasan
3. Mengerti Cara menghitung Kebutuhan Kawat Las
Untuk Menghitung Berat Logam Las persatuan panjang (Meter) yang perlu
diketahui adalah :
Panjang lebar tebal
Perbandingan
wire roll (box) /
CO2(tabung)
volume
(p x l x t)
(m3)
1400 1770 10 1/1 24780000
3250 1650 10 1/1 53625000
4800 1830 10 2/2 87840000
6000 330 10 2/2 19800000
2250 1420 10 1/1 31950000
2950 1740 10 1/1 51330000
5050 1360 10 2/2 68680000
5050 600 10 2/2 30300000
5600 1530 10 2/2 85680000
5600 600 10 2/2 33600000
6100 1530 10 2/2 93330000
6100 570 10 2/2 34770000
17
1. Luas area ( A )
2. Panjang Las ( L )
3. Tebal Logam Las (T )
Cara hitung ini berlaku untuk bentuk – bentuk sambungan seperti : U
type, double V type atau butt joint tanpa groove. Hitungan diatas berlaku
untuk sambungan tanpa Reinforcement. Jika ada Reinforcement, maka
jumlah kawat las ditambah sekitar 3%. Untuk menghitung kawat las yang
diperlukan digunakan rumus. Adapun rumusnya sebagai berikut :
GL = Volume grove x massa jenis material (2.3.2.a)
GL x P
G ( Jumlah Kawat Las ) = (2.3.2.b)
DE
Keterangan :
GL = Berat Logam Las per Satuan Panjang ( Meter )
P = Jumlah Panjang Sambungan Las
DE = Deposition Efficiency
Berat Logam Las ( Weld Metal )
DE = (2.3.2.c)
Berat Kawat Las yang dipakai ( Electrode Used )
Biasanya, data Deposition Efficiency ini dikeluarkan oleh masing-
masing perusahaan pembuat kawat las, namun secara rata-rata nilai rata-rata
(Average Value) Deposition Efficiency untuk masing-masing proses
pengelasan adalah sebagai berikut :
Jika kita kembalikan ke kasus diatas, Berat Logam Las per Meter adalah
: 0,251 Kg/Meter, Panjang las nya = 1000 m, Jumlah Logam las = 0,251 x
1000 = 251 Kg. Jumlah kawat las yang harus dipesan sesuai dengan proses
pengelasan yang dipakai adalah sebagai berikut :
18
Tabel 2.3.2.a. Perhitungan efisiensi
Tabel 2.3.2.b. The first run and backing run V- joint : weld metal weight (ESAB
page 139)
Sumber : (Sasmito Hadi, 1998)
Pada bahasan selanjutnya mengenai beberapa unsur pada perhitungan
biaya pengelasan per kilogram logam las. Menurut Blog Fatahul Design
Modeling dalam situsnya berpendapat bahwa, untuk menghitung biaya
pengelasan per kg logam las (weld metal), beberapa data yang perlu kita
ketahui adalah :
1. Biaya Pegawai dan Overhead per jam
Pada umumnya klien tidak mempunyai data ini yang akurat dan detail,
namun biasanya mereka mempunyai data dengan nilai “Kira-kira”. Untuk
sementara data “kira-kira” bisa kita pakai untuk menghitung.
SMAW FCAW SAW
OPERATOR
FACTOR 5-30 % 10 – 60 % 80 – 90 %
EFICIENCY
CONSUMABLES 50 -65 % 85 – 90 % 85 – 90 %
DEPOSITION
RATE 1 – 1,5 kg/jam 2 – 5,2 kg/jam 6 – 15 kg/jam
(JOINT) 600
600 60
0
POSITION Plate Thickness (mm) Weight / Length
(Kg / m)
Electrode diam
(mm)
FLAT 6-12 0,10 3,25
FLAT > 12 0,15 4
VERTICAL > 8 0,15 3,25
HORIZONTAL-
VERTICAL > 8 0,15 3,25
OVERHEAD > 10
0,10 3,25
19
2. Deposition Rate ( Kg/Jam)
Yang dimaksud dengan “Deposition Rate” adalah berat logam las yang
dapat dihasilkan dalam satuan waktu ( Jam ). Biasanya masing-masing
manufacturer mempunyai data Deposition Rate produknya untuk setiap type.
3. Operating Factor ( % )
Yang dimaksud dengan “Operating Factor” adalah persentasi dari
jumlah jam kerja seorang welder untuk pekerjaan las. Maksudnya, jika total
jam kerja seorang welder 8 jam perhari, dan welder tersebut bekerja
menyalakan api las selama 2 jam, maka Operating Factor dari welder tersebut
adalah 2/8 x 100% = 25%. Dari hasil pengalaman, biasanya nilai operating
factor untuk SMAW = 30%, GMAW dan FCAW (manual) = 45% dan untuk
GMAW dan FCAW (automatic) = 75%.
4. Harga Kawat Las Per Kg
Kawat las biasanya di beli dengan harga perkotak, dimana dalam setiap
kotaknya berisi 15 kg. Jadi untuk menghitung harga per Kg nya maka harus
dibagi 15.
5. Deposition Efficienci ( % )
Deposition Effisiensi adalah perbandingan antara Jumlah Logam Las
yang dihasilkan dengan Jumlah kawat las yang dipakai dan dinyatakan dalam
persen.
6. Gas Flow Rate ( Ltr/min )
Untuk GMAW ( Solid Wire ) dan FCAW diameter = 16 Ltr/Min
(Fatahul design modeling, 2015).
20
Gambar 2.3.2 Las FCAW Memakai Grove
(sumber https://hazwelding.wordpress.com/2008/12/11/menghitung-jumlah-
kawat-las/)
Adapun untuk menghitung luasan area untuk sambungan grove yaitu :
Aroot = jarak gap x t (2.3.2.a)
V1 = Aroot x P (2.3.2.b)
Abevel = tg 300 x T (2.3.2.c)
V2 = Abevel x P (2.3.2.d)
Vtotal = V1+V2 (2.3.2.e)
Dengan keterangan :
A = Luas area (mm2)
t = Tebal pelat (mm)
root = 0 ~ 4 (mm)
P = Panjang daerah las (mm)
T = Tebal pelat – root (mm) Tg 300 = 0,577
V1= Volume root (mm3) V2 = Volume bevel (mm
3)
Untuk menghitung berat logam las per satuan panjang (meter) untuk
sambungan grove yaitu :
GL = A x p x ρ ( 2.3.2.f)
Dengan keterangan :
A = Luas area (mm2)
p = panjang area pengelasan (mm)
ρ = 0,00000785 kg/mm3
21
2.5 Keberterimaan replating
Menurut peraturan klasifikasi NK No. 47 Ship Build and Repair Quality
Standard Part point 4.2.2. (NK CLASSIFICATION, n.d.)
Tabel 2.5. Syarat keberterimaan pelat ketika akan di lakukan replating
Imperfection surface area
Ratio(%) 15~20% 5~15% 0~5%
t < 20 mm 0.2 mm 0.4 mm 0.5 mm
20 mm ≤ t < 50 mm 0.2 mm 0.6 mm 0.7 mm
50 mm ≤ t 0.2 mm 0.7 mm 0.9 mm
Pada saat kapal MV. Meratus Borneo docking di Dock Irian PT. PAL
Indonesia (Persero), Quality Control dari galangan memakai aturan
keberterimaan pelat tidak melebihi 15 % dari tebal pelat asli.
2.6 Perhitungan Material
Menurut buku Guide to Ship Repair Estimates (in Man Hours) untuk
menghitung estimasi kebutuhan materal plat yang akan digunakan diperlukan
perhitungan yaitu dengan rumus berikut (Heinemann, 2000):
Mencari volume pelat : V = p x l x t ………….( 2.6.1 )
Mencari berat pelat : M = V x …………….... ( 2.6.2 )
Keterangan :
V = volume (m3) L = lebar (mm)
P = panjang (mm) T = tebal (mm)
M = massa pelat (kg) = massa jenis (Kg / m3)
Perthitungsn ini digunakan semua galangan kapal dikarenakan
perhitungan ini hanya mencari bobot berat dari suatu dimensi pelat. Adapun
setelah memperhitungkan berat dari suatu material, biasanya digunakan
sebagai pedoman perhitungan estimasi jam orang, estimasi kebutuhan bahan
consumable dan estimasi yang lainnya. Maka, perhitungan sederhana ini
sangat penting untuk diketahui oleh pihak galangan, pemilik kapal, dan kelas.
22
2.7 Jenis-Jenis Material Pembuatan Kapal
Pada pembahasan ini mengurai tentang jenis-jenis material pelat yang
akan digunakan pada kapal. Perbedaan jenis-jenis ini sangat mempeengaruhi
susunan kimia ada di dalamnya. Maka dari itu ada perlakuan khusu untuk
mengetahui jenis-jenis pelat ini. Perbedaan jenis pelat juga mempengaruhi
jenis pengelasan yang di pakai sehingga dalam pembuatan kapal sangat di
perluka identifikasi material. Adapun jenis-jenis pembuatan kapal tersebut
menurut PT. Gunawan Steel antara lain (gunawansteel, 2017):
2.7.1. Hull Structural Steel Plates (Mild Stell)
Tabel 2.7.1 Hull Structural Steel Plates (Mild Stell)
Ship
Register
Designation
Grade Class
Ranges of Approved Sizes
Thickness
(mm)
Width
(mm)
Length
(mm)
Max. Weight
per plate
(M/Ton)
ABS A, B & D 6-50
1,219-
2,500
2,438-
12,192 7,4
BKI KI-A, B & D
BV A 8-40
B & D 8-25
DNV NVA, NVB,
NVD 6-50
GL A 6-40
B & D 6-25
KR RA, RB, & RD 6-40
LR A 6-40
B & D 6-25
NK KA, KB & KD 6-40
RINA A, B & D
23
2.7.2. High Strength Hull Structural Steel Plates (High Tensile Steel)
Tabel 2.7.2 Hull Structural Steel Plates (Mild Stell)
Ship
Register
Designation
Grade Class
Ranges of Approved Sizes
Thickness
(mm)
Width
(mm)
Length
(mm)
Max. Weight
per plate
(M/Ton)
ABS
AH32,
DH32, AH36
& DH36
8-50
1,219-
2,500
2,438-
12,192 7,4
BV
AH32,
DH32, AH36
& DH36
8-40
DNV NVA32,
NVD32,
NVA 36 &
NVD 36
8-40
GL A32, D32,
A36 & D36
KR AH32,
DH32, AH36
& DH36
LR AH32,
DH32, AH36
& DH36
NK KA32,
KD32, KA36
& KD36
RINA AH32,
DH32, AH36
& DH36
Dari beberapa kententuan diatas kapal Meratus Borneo menggunakan
pelat kelas NK grade A. Maka dari itu ada perlakuan khusus untuk
mengelasnya. Cara pengelasannya menggunanakan pengelasan FCAW.
2.8 Bukaan Kulit (Shell Expansion)
Pada pembahasan ini membicarakan tentang salah satu unsur desain
gambar dalam proses pembangun kapal sangat dibutuhkan yaitu gambar
bukaan kulit (shell expansion). Menurut artikele engineering dalam situsnya
membicarakan tengan bukaan kulit adalah Gambar bukaan kulit adalah suatu
24
bentangan badan kapal baik secara melintang maupun memanjang, adapun
cara menggambarnya adalah sebagai berikut (artikelengineering, 2014) :
Data awal yang dibutuhkan
a. Ukuran utama kapal
b. Gambar lines plan
c. Bodyplan
d. Ukuran pelat yang akan
dipakai
e. Bentuk haluan
f. Bentuk buritan
g. Letak gading-gading
h. Bentuk chamber
i. Bentuk Sheer
Adapun menurut dokumen tips dalam situsnya menyatakan bukaan
kulit merupakan proses prencanaan pembuatan kapal yang erupa desain
gambar. Bukaan kulit merupakan petunjuk gambar bagi pekerja untuk
mengetahui susunan pelat, ukuran pelat, dan masing-masing pelat. Demikian
juga saat perbaikan replating pelat kulit sesuai peraturan kelas. Secara umum
pelat kulit terdiri dari lajur pelat membujur dasar (bottom plating) di
dalamnya terdapat pelat lunas (keel plate), pelat pengapit lunas (garboard
strake), dan pelat bilga. Pelat membujur selanjutnya pelat sisi kulit kapal
(side shell plating) yang terdiri dari pelat sisi (side shell plating) dan pelat
lajur sisi atas (sheer strake) (dokumen.tip, 2015).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bukaan kulit
merupakan gambar pembangunan kapal yang menggambarkan tentang
ukuran plat sebenarnya. Gambar bukaan kulit ini sangat penting untuk
pembangunan ataupun repair kapal. Maka gambar ini digunakan ketika kapal
MV. Meratus Borneo melakukan docking di PT. PAL Indonesia (Persero).
2.9 Jam Orang
Jam Orang (JO) adalah jam kerja yang dibutuhkan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan sampai selesai. Menurut hasil penelitian Tugas
Akhir Dyan Afrizal Noer yang berujudul Estimasi Kebutuhan Material dan
25
Jam Orang dalam Pembangunan Block 2B Kapal Tugboat 16 meter
berpendapat bahwa jam orang juga merupakan satuan waktu yang digunakan
untuk mengukur tigkat kemajuan pekerjaan tersebut. Jam orang dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Jam Orang Standart, yaitu jam orang setara dengan jam orang yang
menggunakan perhitungan standart minimum yang harus dicapai dalam
menyelesaikan pekerjaan.
2. Jam Orang Langsung adalah jam orang yang terpakai langsung untuk
penyelesaian pekerjaan suatu proyek yang telah ditentukan. Jam Orang ini
dihitung sebagai “biaya tenaga langsung” yaitu jam orang setara dengan jam
orang yang menggunakan perhitunganstandart minimum yang harus dicapai
dalam pekerjaan.
Fungsi penentuan jam orang bagi suatu perusahaan khususnya galangan
adalah sebagai pedoman dan petunjuk dalam mencantumkan tarif jasa
pekerjaan. Tarif jasa untuk pekerjaan dapat diperkirakan dari besarnya
jumlah orang untuk volume pekerjaan yang diberikan. Selain itu penentuan
jam orang juga digunakan untuk memperkirakan besarnya volume pekerjaan
yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada dan metode yang akandigunakan,
sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman pada pekerjaanberikutnya yang
berkaitan erat dengan waktu penyelesaian suatu beban kerja. (Dyan Afrizal,
2018)
Perhitungan kebutuhan jam orang dan tenaga kerja dibagi berdasarkan
tahap proses replating yang telah ditentukan. Menurut rumus Putri
Furismawari yang ada di tugas akhir yang berjudul Analisa Perbandingan
Jam Orang Dan Material Anttara Perencanaan Dengan Keadaan Dilapangan
Dalam Proses Pembuatan Kapal Perintis 1200 GT PT Dumas Tanjung Perak
SHIPYARD. Jam Orang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Furismawari, 2017) :
(2.9.a)
j = T x JTK
26
(2.9.b)
(2.9.c)
Dimana :
JTK = Jumlah Tenaga yang dibutuhkan
T = Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan (jam)
R = Tariff man – hours (Rp/hari)
j = perkalian JTK dengan durasi pekerjaan
M = Kapasitas Produksi (kg/hari)
Adapun menurut buku Guide to Ship Repair Estimates (in Man Hours)
katalog mengenai pengerjaan steel work repair menyatakan bahwa pelat
yang berlaku grade A. Adapun ketentuan-ketentuannya sebagai berikut :
1. Penandaan dari daerah luar Hull Plating pada sisi vertikal hingga
ketinggian 2 meter, potong dengan cara pemanasan manual dan
menghilangkan bekas hasil potongan pelat.
2. Dressing dan persiapan sisi pelat dari sisi terkuar dari pelat.
3. Dressing dan persiapan struktur internal yang tersisa.
4. Pasokan dan persiapan plating baja datar baru, blasting untuk sa 2,5 dan
menerapkan cat primer dari pihak owner cat.
5. Transportasi pelat baru untuk kapal, memasang, atur dalam posisi,
meminimalisir fairing dan dressing dari sisi pelat, dan apply alur las pertama
dari pengelasan di satu sisi, sisi bawah di gouging dan sampai alur las terisi
penuh pengelasan
Total Produktivitas = M / j
JO = Berat total (kg) / Produktivitas (kg /jo)
27
Tabel 2.9. Steel works renewals
Plate thickness
(mm)
Man-hour per
tonne
Up to 6 250
8 245
10 240
12.5 230
16 220
18 210
20 200
Correction for location -external Factor increase
Flat vertical side above 2 metres height and requiring staging
for acces 1.1
Bottom shell, accesible areas (i.e. no removals of keel blocks) 1.12
Keel plate 1.4
Garboard plate 1.25
Bilge strake 1.25
Deck plating 1.15
Other adjustment factors Man-hour adjustment
For fairing works :
Remove, fair and refit 80% of renewal price
Fair in place (if practicable) 50% of renewal price
Note : For High-Tensile grade AH shipbuilding steels, increase rates by 10%
(Heinemann, 2000).
Dari perhitungan-perhitungan diatas menyimpulkan bahwa semua
perhitungan rumus akan di pakai dalam perhitungan estimasi kebutuhan
material, elektroda, dan jam orang. Ada pula rumus jam orang dari hasil
evaluasi pihak galangan PT. PAL Indonesia (Persero) dengan menggunakan
nilai produktivitas sebesar 250 kg / hari.
Correction for
curvature Factor increase
Single 1.2
Double 1.3
28
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flowchart Penelitian
Metodologi yang dilakukan pada pengerjaan tugas akhir ini
berdasarkan flowchart seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1 : 0
20
40
60
80
100
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
East
West
North
Tidak
Ya
Gambar 3.1 Diagram alir penyusunan tugas akhir
Mulai
Studi
Lapangan
Studi
Literatur
Pengumpulan Data
Data Lengkap?
Analisa Data Perhitungan :
Kesimpulan dan Saran
Selesai
(Jurnal,
Penelitian,
dan Tugas
Akhir)
(Wawancara, Pengukuran
dan
Pengecekan
Langsung)
1. Kebutuhan Jumlah Pelat
2. Kebutuhan Jumlah Elektroda
3. Kebutuhan Jam Orang
29
3.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi perumusan masalah dan tujuan penelitian dilakukan
pertama agar penelitian selalu terarah dan fokus. Permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu
menghitung dan mengestimasi pelat, elektroda, dan jam orang yang
dibutuhkan pada pengerjaan proses replating kapal MV Meratus Borneo.
3.3 Studi Literatur
Pentingnya studi literatur untuk memberikan dasar acuan ataupun
wacana bagi peneliti dalam menyelesaikan masalah sehingga tercapai tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya. Studi literatur dilakukan untuk
mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan dengan cara pengumpulan berbagai sumber pustaka yang
berhubungan dengan penelitian. Sumber tersebut antara lain data gambar
(shell expansion, draw replating), repair list, satisfactian- note MV Meratus
Borneo, jurnal, referensi dari penelitian tugas akhir yang lain.
3.4 Studi Lapangan
Studi lapangan mencakup tentang identifikasi masalah-masalah yang
terjadi di industri tempat pelaksanaan On The Job Training, tepatnya di PT.
PAL Indonesia (Persero) dengan melakukan kegiatan wawancara terhadap
pihak pegawai PT. PAL Indonesia (Persero) pihak biro perencanaan
departemen rendhal, pihak bengkel persediaan pelat, dan owner surveyor
MV. Meratus Borneo.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam tahap ini penulis melakukan pengumpulan data – data yang akan
digunakan dalam proses pengerjaan tugas akhir ini. Antara lain yaitu data-
data mengenai kapal, wawancara dengan pihak galangan, pihak ketiga, pihak
30
ABK, dan pihak owner surveyor MV. Meratus Borneo, dan metode lain yang
digunakan.
3.7 Analisa Hasil Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan analisis data dan pembahasan dari semua hasil
analisa proses replating pada kapal MV. Meratus Borneo. Dari semua data
yang telah diolah maka dianalisa dan dijelaskan hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian. Tahap analisia data merupakan tahap akhir dari kegiatan
penelitian ini, sehingga dari analisa ini dapat diambil kesimpulan dari seluruh
penelitian. Maka dari itu diperolehlah hasil jawaban dari rumusan masalah
diatas seperti banyaknya jumlah kebutuhan material,jumlah kebutuhan
elektroda dan jumlah kebutuhan jam orang pada pekerjaan replating kapal
MV. Meratus Borneo di PT. PAL Indonesia (Persero).
3.8 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap terakhir ini tentu sudah didapatkan parameter – parameter
yang diinginkan. Dari hasil analisa data dan pembahasan seperti banyaknya
kebutuhan material, kebutuhan elektroda dan kebutuhan jam orang pada
pekerjaan replating kapal MV. Meratus Borneo di PT. PAL Indonesia
(Persero) maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan juga saran yang
diberikan untuk penelitian selanjutnya. Saran diberikan oleh peneliti atau
penulis apabila dalam penelitiannya terdapat kekurangan atau keterbatasan
yang menyebabkan hasil tidak sesuai dengan yang diinginkan supaya dalam
penelitian selanjutnya lebih baik dan mendetail daripada penelitian-penelitian
sebelumnya.
31
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Ukuran Utama Kapal
Pada bab ini merupakan tahap analisa dan pembahasan tentang
perhitungan estimasi kebutuhan kebutuhan material yang digunakan, kawat
las. Selain itu, diperlukan juga perhitungan kebuutuhan material juga
diperlukan perencanaan jadwal pembangunan beserta jam orang dalam
pelaksanaan replating ini. Menyelesaikan tahapan kebutuhan material
tersebut, diperlukan gambar rencana umum, lines plan dan shell expansion
Kapal MV. Meratus Borneo.
Kapal MV. Meratus Borneo merupakan kapal cargo yang mengangkut
muatan dalam bentuk container yang berada pada daerah pelayaran Laut
Jawa (Java Sea). Kapal ini mengalami tabrakan dengan karang sehingga
pada daerah lambung kapal banyak ditemukan deformasi. Berikut ukuran
utama kapal MV Meratus Borneo (seperti pada lampiran 2):
LOA : 106,68 m
LBP : 99,10 m
B : 20,60 m
H : 5,80 m
T : 4,21 m
GT : 3,668 ton
DWT : 5,161 ton
Class : NK+KI
4.2 Perhitungan Kebutuhan Material
Tahap pergantian pelat pada bagian portside pada kapal ini membutuhkan
gambar shell expansion. Hal ini digunakan untuk pembuatan rencana
kebutuhan material yang digunakan. Gambar ini merupakan gambar
perencanaan dari suatu kapal yang meliputi bagian-bagian yang ada di dalam
kapal beserta penempatannya. Pada estimasi kebutuhan material diperlukan
perencanaan pada gambar. Pembagian kebutuhan pelat ini di kelompokkan
berdasarkan lajur keel, lajur A, lajur B, dan seterusnya. Berikut kebutuhan
material yang digunakan yaitu:
32
4.2.1 Pelat replating
Pada pembahasan kal ini ini mengelist beberapa pelat yang dilakukan
replating. Pada tabel ini perhitungan mencari berat pelat dengan volume
yang telah dikalikan dengan massa jenis baja sebesar 7850 kg/m3. Data ini
diperoleh dokumen satisfaction – note MV. Meratus Borneo Tahun 2019.
Adapun kebutuhan pelat pada lajur keel sebagai berikut :
Tabel 4.2.1.a Pelat tebal 12 mm
No Lajur Posisi Ukuran
Berat
(kg) Panjang(mm) Lebar(mm) Tebal(mm)
1 Keel Fr 47/48 – 49/60 1800 750 12 127,17
2 Keel Fr A4 – A5 1500 1100 12 155,43
3 C Fr 58/59 – 60/61 900 900 12 76,30
Total Berat 358,90
Tabel 4.2.1.b Pelat tebal 10 mm
No Lajur Posisi
Ukuran Berat
(kg) Panjang
(mm)
Lebar
(mm)
Tebal
(mm)
1
Bottom Cover
As. Propeller
Portside
Fr 14/15 – 16/17 1770 1400 10 194,523
2
Bottom Cover
As. Propeller
Portside
Fr 12/13 – 16/17 3250 1650 10 420,97
3 C Fr 50/51 – 51/52 1960 1370 10 210,79
4 C Fr 47/48 – 50/51 6030 1760 10 833,11
5 C Fr 44/45 – 47/48 6030 1770 10 837,84
6 D Fr 50/51 – 52/53 4120 1650 10 533,64
7 D Fr 50/51 – 52/53 5050 600 10 237,86
8 D Fr 47/48 – 50/51 6030 1830 10 866,24
9 D Fr 47/48 – 50/51 5500 570 10 246,10
10 D Fr 44/45 – 47/48 6030 1830 10 866,24
11 D Fr 44/45 – 47/48 6100 570 10 272,95
12 D Fr 41/42 – 44/45 6100 1660 10 794,89
13 D Fr A6/40 – 41/42 6100 1660 10 794,89
14 D Fr A3/A4–A6/40 6100 1660 10 794,89
33
15 D Fr 39/A1–A3/A4 6100 1630 10 780,53
16 D Fr 38/39–39/A1 2700 700 10 148,37
17 D Fr 36/37–38/39 3400 300 10 80,07
18 D Fr 34/35–36/37 5750 300 10 135,41
19 D Fr 31/32–34/35 5830 300 10 137,30
20 D Fr 29/30–31/32 6000 330 10 155,43
21 D Fr 29/30–31/32 4800 1830 10 689,54
22 E Fr 50/51–52/53 5050 1530 10 606,53
23 E Fr 47/48–50/51 5500 1530 10 660,58
24 E Fr 44/45–47/48 6100 1530 10 732,64
25 E Fr 41/42–44/45 6100 1850 10 885,87
26 E Fr A6/40–41/42 6100 1850 10 885,87
27 E Fr A3/A4–A6/40 6100 1850 10 885,87
28 E Fr 39/A1–A3/A4 6100 1830 10 876,30
29 E Fr 36/37–39/A1 5750 1850 10 835,04
30 E Fr 34/35–36/37 5750 1850 10 835,04
31 E Fr 31/32–34/35 5830 1850 10 846,66
32 E Fr 44/45–45/46 800 300 10 18,84
33 E Fr 29/30–31/32 2950 1740 10 402,94
34 E Fr 29/30–30/31 2250 1420 10 250,81
Total Berat 18980,02
Pada Tabel 4.2.1.a dan Tabel 4.2.1.b dilakukan penjumlahan berat pelat
sesuai dengan tebal pelat yang dibutuhkan. Pada Tabel 4.2.1 hasil penjulahan
berat total pelat tebal 12 mm yang dibutuhkan sebesar 358,90 kg. Sedangkan
Tabel 4.2.2 hasil penjulahan berat total pelat tebal 10 mm yang dibutuhkan
sebesar 18980,02 kg.
4.2.2 Perhitungan kebutuhan material
Perhitungan material dihitung berdasarkan pelat tebal, sehingga dapat
diketahui kebutuhan material plat dengan cara membagi berat keseluruhan
dengan berat satu lembar plat. Berat satu lembar pelat dapat diketahui dari
ukuran pelat yang biasanya pihak PT. PAL Indonesia (persero) memesan ke
pihak PT. Krakatau Steel dengan ukuran p x l x t. Pemesanan ukuran pelat
disesuakan dengan jumlah kebutuhan pelat per lajur itu sendiri. Maka dari itu
dapat di ketahui berat per lembar dari pelat yang masih utuh. Ukuran pelat (p
x l x t) yang sering dipesan PT PAL Indonesia (persero) Divisi Harkan
sebagaik berikut :
34
a. Pelat tebal 12 mm
Pelat yang digunakan untuk replating pada kapal Meratus Borneo
adalah pelat dengan ukuran 6096 mm x 1524 mm x 12mm dengan berat
878,03 Kg. Sehingga dapat dicari dengan hasil pembagian hasil jumlah
volume berat per lajur dengan berat pelat yang dipesan. Adapun
perhitungannya sebagai berikut :
Kebutuhan Pelat = Total berat pelat / berat pelat per lembar
= 358,90 kg / 878,03 kg
= 0,408 (Cukup pesan 1 lembar pelat saja)
b. Pelat tebal 10 mm
Pelat yang digunakan untuk replating pada kapal Meratus Borneo
adalah pelat dengan ukuran 6096 mm x 1829 mm x 10 mm dengan berat
875,24 Kg. Sehingga dapat dicari dengan hasil pembagian hasil jumlah
volume berat per lajur dengan berat pelat yang dipesan. Adapun
perhitungannya sebagai berikut :
Kebutuhan Pelat = Total berat pelat / berat pelat per lembar
= 18980,02 kg / 875,24 kg
= 21,69 (Cukup pesan 22 lembar pelat saja)
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah kebutuhan pelat tebal 12
mm sebanyak 358,90 kg sehingga cukup memesan 1 lembar pelat. Selain itu
kebutuhan pelat tebal 10 mm dibutuhkan sebesar 18980,02 kg cukup
memesan 22 lembar pelat untuk digunakan kegiatan replating kapal MV.
Meratus Borneo.
4.3 Perhitungan Kebutuhan Elektroda FCAW
Tahapan selanjutnya pada proses pergantian pelat pada bagian portside
pada kapal ini membutuhkan gambar shell expansion. Hal ini digunakan
untuk pembuatan rencana kebutuhan elektroda yang digunakan dengan
mencari panjang daerah las. Gambar tersebut merupakan gambar
35
perencanaan dari suatu kapal yang meliputi bagian-bagian yang ada di dalam
kapal beserta penempatannya. Pada estimasi kebutuhan elektroda diperlukan
perencanaan pada gambar. Perhitungan estimasi elektroda ini di hitung
berdasarkan hasil perhitungan jurnal Eko Sasmito S1 Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro “Analisa pengelasan mild steel st
42 dengan proses SMAW, FCAW, dan SAW ditinjau dari segi kekuatan da
nilai ekonomis. Diperoleh perhitungan metode FCAW E – 71T-1 adalah 0,57
kg / m (ref. ESAB hal 139 fifth edition).(Sasmito Hadi, 1998).
4.3.1 Perhitungan elektroda pelat 12 mm
Gambar 4.3.1. Perhitungan elektroda untuk pelat 12 mm
(sumber : Dokumentasi pribadi)
Perhitungan elektroda harus mengetahui dimensi yang akan dilas. Pelat
tebal 12 mm ini harus dilakukan gouging untuk membentuk grove
pengelasan supaya hasil bernilai bagus. Tipe pengelasan pada daerah keel
merupakan tipe pengelasan overhead dimana untuk duel time yang berbeda
dengan tipe posisi pengelasan yang lain. Dimensi pada gambar diatas
menunjukkaan luasan pengelasan untuk mencari volume pengelasan setiap
pelat. Berdasarkan dimensi diatas kita ambil contoh perhitungan volume 1
lembar pelat pada frame 47/48 – 49/60 dengan panjang pengelasan (keliling
pelat), maka dapat dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Aroot = jarak gap x t (2.3.2.a)
36
Aroot = 3 mm x 12 mm
= 36 mm2
V1 = Aroot x P (2.3.2.b)
= 36 mm2 x 5100 mm
= 183600 mm3
Abevel = tg 300 x T (2.3.2.c)
= tg 300 x (12mm – 2 mm)
= (0,577 x 10 mm) x 10 mm
= 57,7 mm2
V2 = Abevel x P (2.3.2.d)
= 57,7 mm2 x 5100 mm
= 294270 mm3
Vtotal = V1+V2 (2.3.2.e)
= 183600 mm3 + 294270 mm
3
= 477870 mm3
GL = Volume grove las x massa jenis material (2.3.2.f)
= 477870 mm3 x 0,00000785 kg / mm
3
= 3,751 Kg
Pada Tabel 2.3.2.a. perhitungan efisiensi dengan mengambil nilai yang
terendah yaitu deposition efficiency sebesar 85 %. Dengan nilai tersebut
dapat mencari nilai G (kebutuhan logam las) dengan cara melihat rumus
sebagai berikut :
GL
G ( Jumlah Kawat Las ) = (2.3.2.b)
DE
3,751 kg
=
85 %
= 4,413 Kg
37
Tabel 4.3.1. Pelat tebal 12 mm
No Lajur Posisi Ukuran
(mm)
Panjang
Pengelasan
(mm)
Volume
Total Las
(mm3)
Nilai GL
(Kg)
Nilai G
(Kg)
1 Keel Fr 47/48 –
49/60
1800 x 750
x 12 5100 477870 3,751 4,413
2 Keel Fr A4 –
A5
1500 x1100
x 12 5200 487240 3,825 4.5
3 C Fr 58/59 –
60/61
900 x 900 x
12 3600 337320 2,648 3,115
Total 13900 1302430 10,224 12,028
4.3.2 Perhitungan elektroda pelat 10 mm
Gambar 4.3.2. Perhitungan elektroda untuk pelat 10 mm
(sumber : Dokumentasi pribadi)
Perhitungan elektroda harus mengetahui dimensi yang akan dilas. Pelat
tebal 10 mm ini harus dilakukan gouging untuk membentuk grove
pengelasan supaya hasil bernilai bagus. Dimensi pada gambar diatas
menunjukkaan luasan pengelasan untuk mencari volume pengelasan setiap
pelat. Berdasarkan dimensi diatas kita ambil contoh perhitungan volume 1
lembar pelat pada lajur Bottom Cover As. Propeller Portside frame Fr 12/13 –
38
16/17 dengan panjang pengelasan (P), maka dapat dilakukan perhitungan dengan
rumus sebagai berikut:
Aroot = jarak gap x t (2.3.2.a)
Aroot = 2 mm x 10 mm
= 20 mm2
V1 = Aroot x P (2.3.2.b)
= 20 mm2 x 9800 mm
= 196000 mm3
Abevel = tg 300 x T (2.3.2.c)
= tg 300 x (10mm – 2 mm)
= (0,577 x 8 mm) x 8 mm
= 36,928 mm2
V2 = Abevel x P (2.3.2.d)
= 36,928 mm2 x 9800 mm
= 361894,4 mm3
Vtotal = V1+V2 (2.3.2.e)
= 196000 mm3 + 361894,4 mm
3
= 557894,4 mm3
GL = Volume grove las x massa jenis material (2.3.2.f)
= 557894,4 mm3 x 0,00000785 kg / mm
3
= 4,379 Kg
Pada Tabel 2.3.2.a. perhitungan efisiensi dengan mengambil nilai yang
terendah yaitu deposition efficiency sebesar 85 %. Dengan nilai tersebut
dapat mencari nilai G (kebutuhan logam las) dengan cara melihat rumus
sebagai berikut :
GL
G ( Jumlah Kawat Las ) = (2.3.2.b)
DE
4,379 kg
=
85 %
= 5,152 kg
39
Tabel 4.3.2 Pelat tebal 10 mm
No Lajur Posisi Ukuran
(mm)
Panjang
Pengelasan
(mm)
Volume
Total Las
(mm3)
Nilai GL
(Kg)
Nilai G
(Kg)
1
Bottom Cover
As. Propeller
Portside
Fr
12/13 –
16/17
3250 x
1650 x 10 9800 557894,4 4,379 5,152
2
Bottom Cover
As. Propeller
Portside
Fr
14/15 –
16/17
1770 x
1400 x10 4500 256176 2,011 2,366
3 C
Fr
50/51 –
51/52
1960 x
1370 x 10 3330 189570,24 1,488 1,751
4 C
Fr
47/48 –
50/51
6030 x
1760 x 10 7790 443469,12 3,481 4,096
5 C
Fr
44/45 –
47/48
6030 x
1770 x 10 9570 544800,96 4,277 5,031
6 D
Fr
50/51 –
52/53
4120 x
1650 x 10 5770 328474,56 2,579 3,034
7 D
Fr
50/51 –
52/53
5050 x
600 x 10 5650 321643,2 2,525 2,970
8 D
Fr
47/48 –
50/51
6030 x
1830 x 10 7860 447454,08 3,513 4,132
9 D
Fr
47/48 –
50/51
5500 x
570 x 10 6270 356938,56 2,802 3,296
10 D
Fr
44/45 –
47/48
6030 x
1830 x 10 9690 551632,32 4,330 5,094
11 D
Fr
44/45 –
47/48
6100 x
570 x 10 6670 379709,76 2,981 3,507
12 D
Fr
41/42 –
44/45
6100 x
1660 x 10 7760 441761,28 3,468 4,080
13 D
Fr
A6/40
– 41/42
6100 x
1660 x 10 7760 441761,28 3,468 4,080
14 D
Fr
A3/A4
–
A6/40
6100 x
1660 x 10 7760 441761,28 3,468 4,080
40
15 D
Fr
39/A1–
A3/A4
6100 x
1630 x 10 7730 440053,44 3,454 4,064
16 D
Fr
38/39–
39/A1
2700 x
700 x 10 4100 233404,8 1,832 2,156
17 D
Fr
36/37–
38/39
3400 x
300 x 10 3700 210633,6 1,653 1,945
18 D
Fr
34/35–
36/37
5750 x
300 x 10 6050 344414,4 2,704 3,181
19 D
Fr
31/32–
34/35
5830 x
300 x 10 6130 348968,64 2,739 3,223
20 D
Fr
29/30–
31/32
6000 x
330 x 10 6660 379140,48 2,976 3,501
21 D
Fr
29/30–
31/32
4800 x
1830 x 10 8460 481610,88 3,781 4,448
22 E
Fr
50/51–
52/53
5050 x
1530 x 10 11630 662072,64 5,197 6,114
23 E
Fr
47/48–
50/51
5500 x
1530 x 10 12530 713307,84 5,599 6,588
24 E
Fr
44/45–
47/48
6100 x
1530 x 10 13730 781621,44 6,136 7,219
25 E
Fr
41/42 –
44/45
6100 x
1850 x 10 14050 799838,4 6,279 7,387
26 E
Fr
A6/40
– 41/42
6100 x
1850 x 10 14050 799838,4 6,279 7,387
27 E
Fr
A3/A4
–A6/40
6100 x
1850 x 10 14050 799838,4 6,279 7,387
28 E
Fr
39/A1
–
A3/A4
6100 x
1830 x 10 14030 798699,84 6,270 7,376
29 E
Fr
36/37–
39/A1
5750 x
1850 x 10 13350 759988,8 5,966 7,019
30 E
Fr
34/35–
36/37
5750 x
1850 x 10 13350 759988,8 5,966 7,019
31 E
Fr
31/32–
34/35
5830 x
1850 x 10 13510 769097,28 6,037 7,103
41
32 E
Fr
44/45–
45/46
800 x 300
x 10 1900 108163,2 0,849 0,999
33 E
Fr
29/30–
31/32
2950 x
1740 x 10 7320 416712,96 3,271 3,848
34 E
Fr
29/30–
30/31
2250 x
1420 x 10 7340 417851,52 3,280 3,859
Total 293850 16728293 131,317 154,491
4.3.3 Perhitungan kebutuhan elektroda
Dari data diatas dapat dihitung berapa kebutuhan elektroda FCAW
berdasarkan tabeel 4.3.1 dan tabel 4.3.2 dapat diketahui hasil total nilai
jumlah kawat las (G). Perhitungan estimasi ini dihitung dengan cara
menjumlahkan semua total kawat las (G) untuk pelat tebal 12 mm dengan
total kawat las (G) dengan pelat tebal 10 mm dibagi dengan berat kawat lasa
per box sebesar 15 kg. Adapun perhitungannya sebagai berikut :
Total Kebutuhan elektroda = (G1 + G2) / 15 Kg
= (12,028 kg + 154,491 kg) / 15 kg
= 166,519 kg / 15 Kg
= 11,101 (Cukup memesan 12 Box elektroda
FCAW)
Kebutuhan elektroda / m = Total nilai G / Total Panjang pengelasan
= 166,519 Kg / (13,9 m + 293,85 m)
= 166,519 Kg / 307,75 m
= 0,502 kg / m
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah kebutuhan total
elektroda sebesar 166,519 kg sehingga dapat di asumsikan menjadi 12 box
elektroda FCAW. Kebutuhan per meter elektroda sebesar 0,502 kg / m.
43
4.4 Perhitungan Jam Orang
Jam orang adalah kebutuhan jumlah jam yang digunakan untuk
penyelesaian suatu pekerjaan sampai selesai sesuai target. Waktu kerja di
setiap perusahaan berbeda, di PT. PAL Indonesia (Persero) dalam satu
minggu ada 5 hari kerja dengan pembagian sebagai berikut :
1. Hari Senin – kamis : 08.00 – 16.30
Waktu Istirahat : 11.30 – 13.00
2. Hari Jum’at : 07.30 – 16.00
Waktu Istirahat : 11.30 – 13.00
3. Hari Sabtu-Minggu : Libur / Lembur
Dalam satu hari terdapat 7 jam aktif selama 5 hari kerja yaitu pada hari
senin sampai jumat dan jam lembur pada hari sabtu sampai minggu. Jadi total
jam pada satu minggu ada 35 jam. Pada perhitungan jam orang untuk
replating kapal Meratus Borneo ini, dilakukan perhitungan dengan
mengetahui total berat pelat sebesar 358,9 Kg untuk pelat tebal 12 mm dan
18980,02 Kg untuk pelat tebal 10 mm, estimasi waktu pekerjaan dalam
reschedule kapal ini selama 20 hari dan jumlah tenaga kerja 2 grup / 12 orang
(4 welder, 6 fitter, 2 helper). Dengan itu, maka perhitungan jam orang ini
dapat di kerjakan berdasarkan posisi pelat dan ketebalan pelat pada kapal.
Jam Orang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Furismawari,
2017):
Total berat pelat tebal 10 mm dan 12 mm = 19338,92 kg
Durasi waktu replating = 20 hari
Jumlah tenaga kerja = 12 orang
M = 19338,92 / 20
= 966,946 kg / hari
j = T x JTK (2.9.a)
= 20 x 12
= 240 JO
44
Total Produktivitas = M / j (2.9.b)
= 966,946 / 240
= 4,029 Kg/ Jam Orang
JO = Berat total (kg) / Produktivitas (kg /jo) (2.9.c)
Adapun perhitungan jam orang setiap pelat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.4 Perhitungan JO setiap pelat
No Lajur Posisi Berat (kg) Produktivitas
(Kg/JO) JO
1 Keel Fr 47/48 – 49/60 127,17 4,029 31,56
2 Keel Fr A4 – A5 155,43 4,029 38,58
3 C Fr 58/59 – 60/61 76,30 4,029 18,94
4
Bottom Cover
As. Propeller
Portside
Fr 14/15 – 16/17 194,523 4,029 48,28
5
Bottom Cover
As. Propeller
Portside
Fr 12/13 – 16/17 420,97 4,029
104,48
6 C Fr 50/51 – 51/52 210,79 4,029
52,32
7 C Fr 47/48 – 50/51 833,11 4,029
206,78
8 C Fr 44/45 – 47/48 837,84 4,029 207,95
9 D Fr 50/51 – 52/53 533,64 4,029
132,45
10 D Fr 50/51 – 52/53 237,86 4,029
59,04
11 D Fr 47/48 – 50/51 866,24 4,029
215,00
12 D Fr 47/48 – 50/51 246,10 4,029 61,08
13 D Fr 44/45 – 47/48 866,24 4,029
215,00
14 D Fr 44/45 – 47/48 272,95 4,029
67,75
15 D Fr 41/42 – 44/45 794,89 4,029
197,29
16 D Fr A6/40 – 41/42 794,89 4,029 197,29
17 D Fr A3/A4–A6/40 794,89 4,029
197,29
18 D Fr 39/A1–A3/A4 780,53 4,029
193,73
19 D Fr 38/39–39/A1 148,37 4,029
36,83
20 D Fr 36/37–38/39 80,07 4,029 19,87
45
21 D Fr 34/35–36/37 135,41 4,029
33,61
22 D Fr 31/32–34/35 137,30 4,029
34,08
23 D Fr 29/30–31/32 155,43 4,029
38,58
24 D Fr 29/30–31/32 689,54 4,029 171,14
25 E Fr 50/51–52/53 606,53 4,029
150,54
26 E Fr 47/48–50/51 660,58 4,029
163,96
27 E Fr 44/45–47/48 732,64 4,029
181,84
28 E Fr 41/42–44/45 885,87 4,029 219,87
29 E Fr A6/40–41/42 885,87 4,029
219,87
30 E Fr A3/A4–A6/40 885,87 4,029
219,87
31 E Fr 39/A1–A3/A4 876,30 4,029
217,50
32 E Fr 36/37–39/A1 835,04 4,029 207,26
33 E Fr 34/35–36/37 835,04 4,029
207,26
34 E Fr 31/32–34/35 846,66 4,029
210,14
35 E Fr 44/45–45/46 18,84 4,029
4,68
36 E Fr 29/30–31/32 402,94 4,029 100,01
37 E Fr 29/30–30/31 250,81 4,029 62,25
Total 4800,18
Berdasarkan tabel 4.4 diatas perhitungan jam orang pada pelaksanaan
replating ini dapat di ketahui. Adapun perhitungan ini memiliki batasan
sesuai kehendak galangan yang mau menerima pekerjaan ini. Maka dari itu
dihasilkan perhitungan jumlah total JO pada pekerjaan replating pada bagian
lajur keel, Bottom Cover As. Propeller, C, D, dan E pada kapal MV. Meratus
Borneo berjumlah 4800,18 JO dalam durasi 20 hari. Umumnya pihak OS
akan membayar jasa dari pekerjaan ini sesuai jumlah JO. Sedangkan
galangan melakukan breakdown job untuk teknik pelaksanaan replating ini.
46
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
47
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan pada bab analisa dan pembahasan,
sehingga dapat disimpulkan sesuai dengan perumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Perhitungan estimasi kebutuhan material dibagi berdasarkan ketebalan
pelat. Perhitungan pada pelat dengan tebal 12 mm seberat 358,9 kg
sehingga lembar pelat yang dibutuhkan sejumlah 1 lembar. Sedangkan
perhitungan pelat dengan tebal 10 mm seberat 18980,02 kg sehingga
lembar pelat yang dibutuhkan sejumlah 22 lembar pada reparasi
perbaikan portside kapal MV. Meratus Borneo.
2. Total kebutuhan elektroda FCAW menurut perhitungan berdasarkan
perhitungan volume, nilai G, dan nilai GL sebanyak 12 box yang berisi
15 kg/box.
3. Lama pengerjaan dan jam orang yang dibutuhkan pada pembangunan
portside bagian lajur keel, Bottom Cover As. Propeller, C, D, dan E ini
adalah 20 hari dengan jumlah JO sejumlah 4800,18 JO
5.2 Saran
1. Demi menghitung keakuratan kebutuhan elektroda FCAW yang
digunakan dengan melakukan pengujian karena tugas akhir ini hanya
berdasarkan perhitungan pendekatan dengan menghitung volume pada
pelat saja.
2. Pada penjadwalan bisa dilakukan crashing project untuk effisiensi
pekerjaan.
48
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
49
DAFTAR PUSTAKA
artikelengineering. (2014). Bukaan kulit. Retrieved July 15, 2019, from
http://artikelengineering.blogspot.com/2014/03/bukaan-kulit.html
Asurasnimarineindo. (2017). Jenis-jenis kapal laut dan fungsinya. Retrieved July
20, 2019, from http://asuransimarineindo.com/?p=2322
Dimensipelaut. (2019). Jenis kapal laut berdasarkan fungsinya. Retrieved July 21,
1BC, from https://dimensipelaut.blogspot.com/2019/02/jenis-kapal-laut-
berdasarkan-fungsinya-didunia.html
dokumen.tip. (2015). Bukaan Kulit. Retrieved July 31, 2019, from
https://dokumen.tips/documents/bukaan-kulit.html
Dyan Afrizal. (2018). Estimasi Kebutuhan Material dan Jam Orang dalam
Pembangunan Block 2B Kapal Tugboat 16 meter. POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI SURABAYA (Tugas Akhir).
Fatahul design modeling. (2015). optimisasi biaya projek pengelasan. Retrieved
June 24, 2019, from
http://fatahuldesignmodeling.blogspot.com/2015/05/optimisasi-biaya-projek-
pengelasan.html
Furismawari, P. (2017). Analisa Perbandingan Jam Orang Dan Material Anatara
Perencanaan Dengan Keadaan Dilapangan Dalam Proses Pembuatan Kapal
Perintis 1200 GT PT Dumas Tanjung Perak SHIPYARD. Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya (Tugas Akhir).
gunawansteel. (2017). Spesifikasi material. Retrieved July 25, 2019, from
https://www.gunawansteel.com/id/spesifikasi/#
Heinemann, B. (2000). Guide to Ship Repair Estimates (in Man Hours). Oxford:
Biddles Ltd.
Laut, B. (2008). definisi pengertian dalam bidang pelayaran. Retrieved July 20,
2019, from http://birulautku.blogspot.com/2008/12/definisi-pengertian-
dalam-bidang.html
NK CLASSIFICATION. (2006). Ship Build and Repair Quality Standard Part
point 4.2.2.AJAX Ltd. Japan.
Sasmito Hadi, Ek. (1998). Analisa pengelasan mild steel (st. 42) dengan proses
SMAW, FCAW, dan SAW ditinjau dari segi kekuatan dan nilai ekonomis.
Kapal, 6(2), 113–115.
Sekretariat Negara. Undang-undang no. 17 tentang pelayaran. , (2008).
50
Seputarkapal. (2016). Jenis model kapal laut. Retrieved July 1, 2019, from
http://www.seputarkapal.com/2016/06/jenis-model-kapal-laut.html
Sonawan, H. (2003). Memahami Proses Pengelasan. Bandung: Alfabeta CV.
51
Lampiran 1. Dokumentasi
(Silahkan cek di perpustakaan)
52
Lampiran 2. Gambar Bukaan Kulit
(Silahkan cek di perpustakaan)
53
Lampiram 3. Jadwal Docking MV. Meratus Borneo
(Silahkan cek di perpustakaan)