analisa resiko penyakit ikan
TRANSCRIPT
A n a l i s a r e s i k o p e n ya k i t i k an d i k o t a P a l u d a l a m bin g k ai K awa s an E k o n o m i K hu su s (K EK )
Pemerintah telah menetapkan Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah
menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di tahun 2013, Berdasarkan hasil
evaluasi oleh Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, dimana kota palu
telah melengkapi persyaratan teknis dan administrasi. Ini merupakan suatu
kebanggan dan prestasi tersendiri sekaligus merupakan tantangan yang harus bisa
dikelola menjadi peluang oleh stakeholder lokal.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan kepala urusan tata usaha di
Stasiun KIPM Kelas I Palu, pada kesempatan ini melakukan brainstorming
tentang pengelolaan resiko (risk management) terkait penyakit ikan di kota Palu
seiring dengan kesiapan menyongsong KEK, tentunya akan menjadi sesuatu
yang debatable dan mengundang analisis wacana yang beragam serta dilandasi
dengan dialektika pemikiran dan pisau analisis yang kuat.
Kawasan Ekonomi Khusus yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39
tahun 2009 merupakan inisiasi pemerintah untuk mempercepat pengembangan
ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi
nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam
kesatuan ekonomi nasional.
Pengembangan KEK dilakukan melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi serta berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Zona pemanfaatan
dalam KEK salah satunya adalah pengolahan ekspor dan potensi sumber daya
alam yang layak untuk diekspor keluar Sulawesi Tengah diantaranya adalah
ikan laut yang diharapkan menunjang program ketahanan pangan dan
industrialisasi perikanan.
Keberadaan kota palu sebagai terminal investasi hasil perikanan mencatat
kemajuan yang cukup signifikan, terbukti dengan teregistrasinya beberapa Unit
Pengolahan Ikan (UPI) di negara tujuan seperti Kanada, Rusia dan Uni Eropa.
Kondisi ini juga semakin membuka keran investasi di sektor perikanan seiring
dengan ketersediaan bahan baku ikan dan regulasi yang menyehatkan.
Di sisi lain, peningkatan arus lalu lintas komoditi perikanan baik berupa
ekspor, impor, domestik keluar dan domestik masuk berpotensi
memperbesar peluang kemungkinan masuk dan tersebarnya hama penyakit ikan
karantina (hpik) dan merupakan ancaman yang dapat membahayakan
kelestarian sumber daya alam hayati ikan di kota palu khususnya dan
propinsi sulawesi tengah pada umumnya.
Pertanyaannya adalah apakah kedepannya nanti ekspor hasil perikanan
melalui KEK telah melalui kajian resiko penyakit ikan yang sistematis dan
ilmiah, disinilah kita akan menemukan titik singgungnya. Pihak
karantina ikan mempunyai peranan yang strategis dalam melindungi negara dari
ancaman masuk, keluar dan tersebarnya HPIK yang berpotensi untuk merusak
kelestarian sumberdaya hayati yang pada gilirannya akan mengganggu produksi
perikanan nasional.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 tahun 2002, dijelaskan bahwa instansi karantina ikan
bertanggung jawab terhadap masuk dan tersebarnya HPIK ke dan di dalam
wilayah Republik Indonesia serta mencegah keluarnya Hama Penyakit Ikan (HPI)
dari dalam wilayah Republik Indonesia apabila dipersyaratkan oleh negara
tujuan.
Pelaksanaan tindakan karantina dengan tujuan pencegahan HPIK
akan terlaksana secara cepat, tepat dan efisien apabila pertimbangan dilakukan
dengan menggunakan analisis resiko berbasis ilmiah yang transparan melalui
komunikasi dengan stakeholder.
Dalam rencana strategis (RENSTRA) badan karantina ikan, pengendalian
mutu dan keamanan hasil perikanan 2011 -2014 berdasarkan peraturan presiden
nomor 24 tahun 2010 tentang kedudukan, tugas, dan fungsi kementerian negara
serta susunan organisasi, tugas dan fungsi eselon I kementerian negara maka,
pembangunan BKIPM merupakan bagian dari suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan kelautan dan perikanan. Peranan karantina ikan
dan pengendalian mutu menjadi ujung tombak pembangunan usaha kelautan dan
perikanan sesuai dengan tugas dan fungsinya di lini terdepan, sebagai
instrumen
perlindungan sumberdaya hayati perikanan dan akses perdagangan bagi produk-
produk perikanan yang aman di konsumsi oleh seluruh bangsa indonesia.
Dengan demikian peran Stasiun KIPM Kelas I Palu, sangat strategis
dalam menjaga tersebarnya hama dan penyakit ikan di wilayah sulawesi
tengah dan bagian dari kerangka ikut mendukung terwujudnya indonesia
sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar dengan menciptakan
pelayanan ekspor komoditi perikanan yang lancar, dan mengendalikan impor
komoditi perikanan
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.
Gambar : Wawancara Penliti dengan Pegawai, Staf bagian pelayanan diStasiun KIPM Kelas I PaluSumber : Dokumentasi Praktek Lapang, (2014)