analisa sintesa tindakan keperawatan

11
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT) INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP DR. KARIADI SEMARANG Inisial pasien : Tn. S (59 tahun) Diagnosa medis : Stroke Hemoragik Tanggal : 15 Oktober 2015, 10.00 WIB No. Register : C2734XX 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DASAR PEMIKIRAN DO: a. Tanda-tanda vital Suhu : 36,4°C Tekanan darah : 210/110 mmHg Nadi : 94 x/menit RR : 28 x/menit b. GCS : E 1 M 3 V 3 c. Keadaan umum: lemah, sopor d. Klien terlihat sesak napas, menggunakan otot bantu pernafasan. DS: - Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus: a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lidah jatuh; sekunder terhadap penurunan refleks batuk dan refleks menelan

Upload: iprascorporation

Post on 02-Dec-2015

1.281 views

Category:

Documents


141 download

DESCRIPTION

Analisa sintesa

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa sintesa tindakan keperawatan

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Inisial pasien : Tn. S (59 tahun)

Diagnosa medis : Stroke Hemoragik

Tanggal : 15 Oktober 2015, 10.00 WIB

No. Register : C2734XX

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DASAR PEMIKIRAN

DO:

a. Tanda-tanda vital

Suhu : 36,4°C

Tekanan darah : 210/110 mmHg

Nadi : 94 x/menit

RR : 28 x/menit

b. GCS : E1M3V3

c. Keadaan umum: lemah, sopor

d. Klien terlihat sesak napas, menggunakan otot bantu pernafasan.

DS:

-

Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lidah jatuh;

sekunder terhadap penurunan refleks batuk dan refleks menelan

b. Pola napas tidak efekti berhubungan dengan disfungsi neuromuskular,

hiperventilasi

c. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan hemoragik

serebral

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang

Page 2: Analisa sintesa tindakan keperawatan

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler. (Hendro Susilo, 2000).

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan

disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara

spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena

pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al,

1994).

Pemberian nutrisi dapat dibantu dengan menggunakan nasogastric tube

(NGT) untuk menyalurkan nutrisi dan cairan langsung ke lambung tanpa

melalui tenggorokan. Indikasi pemasangan NGT diantaranya (Hartono,

2006):

a. Pasien tidak sadar (koma)

b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor

mulut/faring/esofagus

c. Pasien tidak mampu menelan

d. Pasien pasca operasi pada mulut/faring/esofagus

2. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN

Tindakan keperawatan yang dilakukan diantaranya pemeriksaan primer

(ABCDE), pemeriksaan sekunder yang meliputi tanda-tanda vital, pengkajian

status nutrisi dan cairan yang terdiri dari mukosa bibir, turgor kulit, keadaan

umum, dan anamnesa. Risiko ketidakseimbangan nutrisi diatasi dengan

melakukan pemasangan NGT pada klien.

3. PRINSIP-PRINSIP TINDAKAN

a. Tahap Pra Interaksi

- Mengecek program terapi.

- Mencuci tangan.

- Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar).

- Menyiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien.

b. Tahap Orientasi

Page 3: Analisa sintesa tindakan keperawatan

- Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.

- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.

- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.

c. Tahap Kerja

- Menjaga privacy.

- Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak

ada kontra indikasi).

- Memasang pengalas di atas dada.

- Memakai sarung tangan.

- Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk memasukkan

NGT. Meminta pasien bernafas dengan menutup salah satu hidung

bergantian. Membersihkan lubang hidung yang akan digunakan.

- Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan

sampai selang menyentuh permukaan terkontaminasi).

- Metode tradisional : ukur selang dari prosesus xifoideus di sternum

ke hidung dan belok ke daun telinga bawah.

- Metode Hanson : mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda.

Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri

tanda. Selang yang dimasukkan pertengahan antara tanda pertama

dan tanda kedua.

- Menutup pangkal selang dengan spuit/klem (mencegah masuknya

udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan pasien menjadi

kembung).

- Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT yang

akan dipasang.

- Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan perlahan

ujung NGT melalui hidung. Menganjurkan pasien menekuk

leher/fleksi kepala setelah NGT melewati nasofaring (3-4 cm).

- Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila

pasien sadar, kalau perlu berikan sedikit air minum untuk

merangsang pasien menelan.

Page 4: Analisa sintesa tindakan keperawatan

- Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara

mengaspirasi NGT dengan spuit (jika posisi tepat akan keluar

cairan/isi lambung). Jika masih ragu lakukan tes kedua dengan

memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region lambung

(tidak direkomendasikan untuk memasukkan ujung NGT ke dalam

gelas berisi air).

- Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan

tujuan pemasangan.

- Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi.

d. Tahap Terminasi

- Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.

- Merapikan pasien dan lingkungan.

- Mengajak pasien berdoa dan berserah kepada Allah.

- Berpamitan dengan pasien.

- Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.

- Mencuci tangan.

- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

4. ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nasogastric tubes (NGT) merupakan selang yang dimasukkan menuju

lambung melalui hidung dan digunakan hanya dalam waktu yang singkat.

(Metheny, 2001). Pemasangan NGT dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan ulserasi dan infeksi atau yang biasa diistilahkan sebagai

nasogastric tube syndrome. Prioritas utama dalam penggunaan NGT adalah

mempertahankan jalan napas efektif dan melepaskan ketergantungan terhadap

NGT sedini mungkin (Agha, 2011).

Pemasangan NGT dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan pasien

yang mengalami gangguan saluran pencernaan atas seperti stenosis esofagus,

tumor mulut, faring, maupun laring. Beberapa fungsi pemasangan NGT pada

pasien diantaranya mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang

ada dalam lambung (cairan, udara, darah, racun), memasukan cairan

(memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi), membantu memudahkan diagnosa

Page 5: Analisa sintesa tindakan keperawatan

klinik melalui analisa subtansi isi lambung, persiapan sebelum operasi dengan

general anaesthesia, serta menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang

sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan

kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general

anaesthesia) (Asmadi, 2008.)

Beberapa metode digunakan untuk mengukur panjang selang yang

masuk kedalam lambung. Metode tradisional dengan mengukur selang dari

prosesus xifoideus di sternum ke hidung dan belok ke daun telinga bawah.

Metode Hanson yaitu mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda.

Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri tanda. Selang

yang dimasukkan pertengahan antara tanda pertama dan tanda kedua (Asmadi,

2008.). Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Riaz Agha terhadap pasien

kecelakaan lalu lintas di RS Cambridge menunjukkan gambaran pemasangan

NGT melalui foto thorax (Agha, 2011). Hasil foto thorax menunjukkan

dislokasi pemasangan NGT menuju lower lobus paru sedangkan auskultasi

mengindikasikan selang sudah masuk dengan aman di lambung. Menurut

Riaz, panjang selang bukan masalah mendasar. Riaz menyarankan

pemasangan selang sepanjang 30 cm kemudian memastikan ketepatan posisi

selang melalui radiografi. Setelah dipastikan selang masuk ke esofagus,

selang dapat dimasukkan lebih dalam sesuai dengan panjang selang yang

sudah ditandai. Meskipun metode tersebut lebih menjamin keamanan pasien,

tetapi dari segi biaya tidak efektif sehingga penggunaan metode tersebut hanya

disarankan bagi pasien yang memiliki riwayat dislokasi dan komplikasi

pemasangan NGT (Agha, 2011).

5. BAHAYA YANG MUNGKIN MUNCUL

Komplikasi yang mungkin muncul dari pemasangan NGT diantaranya

pneumothorax akibat kesalahan penempatan selang, ulserasi serta infeksi

akibat pemasangan NGT dalam jangka waktu lama (Agha, 2011). Selain itu,

kontraindikasi pemasangan NGT yaitu trauma pada wajah, post operasi pada

hidung, varises atau striktur pada esofagus, dan fraktur basis cranii. Pada

Page 6: Analisa sintesa tindakan keperawatan

dislokasi pemasangan di bronkus dapat menyebabkan atelektasis, pneumonia,

dan abses paru (Pillai, 2005).

Page 7: Analisa sintesa tindakan keperawatan

6. HASIL YANG DIDAPAT DAN MAKNANYA

Setelah dilakukan tindakan keperawatan di atas, hasil yang dapat

dievaluasi sebatas NGT terpasang dengan benar pada lambung melalui

auskultasi. Cairan keluar dari lambung sebanyak 20 cc berwarna coklat

kehitaman. Klien belum diberikan makanan melalui NGT tersebut.

7. TINDAKAN KEPERAWATAN LAIN YANG DAPAT DILAKUKAN

UNTUK MENGATASI DIAGNOSA KEPERAWATAN DI ATAS

Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah keperawatan di atas yaitu mengkaji kemungkinan adanya

ketidakseimbangan nutrisi dan cairan yang mengindikasikan terjadinya

dehidrasi ringan.

8. EVALUASI DIRI

Mahasiswa harus lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai

prosedur pemasangan NGT dengan tepat untuk menghindari kemungkinan

kesalahan penempatan selang NGT.

9. KEPUSTAKAN

Agha, R., Muhammed RSS. Pneumothorax After Nasogastric Tube Insertion.

Journal of the Royal Society of Medicine Short Reports 2011; 2: 28.

Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. 2008.

Ditjen PP dan PL. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Indonesia Sehat 2010.

Hartono, Andry. Terapi Gizi san Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC.2006.

Metheny, N A. & Titler, M. (2001) Assessing Placement of Feeding Tubes.

American Journal of Nursing 101.

Page 8: Analisa sintesa tindakan keperawatan

Pillai, JB., Annette V, Stephanie B. Negative Result-Thoracic General

Thoracic Complications of Nasogastric Tube :Review of safe Pracice.

Interactive CardioVascular and Thoracic Surgery 4 (2005) 429–433.

Price, Wilson L. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses. Penyakit. Edisi

6.

EGC. 2005.

Semarang, 15 Oktober 2015Pembimbing klinik, Mahasiswa Praktikan,

Dina Ratnawati