analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan
DESCRIPTION
analisis vegetasiTRANSCRIPT
Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan (komposisi)
jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisa vegetasi dibagi atas tiga
metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau transek.
(Soerianegara, 1988)
Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan metode
transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya paling baik dilakukan dengan transek.Cara ini paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.
Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang
ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai
dalam studialtituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada.
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi
yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam
hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba.
Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen
biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain.
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah
tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan
dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Keunggulan analisis vegetasi dengan menggunakan metode transek antara lain : akurasi
data diperoleh dengan baik karena kita terjun langsung, serta pencatatan data jumlah individu
lebih teliti. Selain itu metode ini mempunyai kekurangan, yaitu antara lain : membutuhkan
keahlian untuk mengidentifikasi vegetasi secara langsung dan dibutuhkan analisis yang baik ,
waktu yang dibutuhkan cukup lama, membutuhkan tenaga peneliti yang banyak.
Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode plot seringkali
kurang praktis dan butuh bayak waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat diakali metode
transek. Metode transek ini terdapat 3 macam metode yaitu (Umar, 2010) :
· Line Transek
Metode ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.
· Belt Transek
Metode belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan
belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan
keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-
garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungia atu menaiki gunung dan menuruni
lereng pegunungan.
· Metode Strip Sensus
Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transek, hanya saja penerapannya
untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan. Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis
transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi.
Dalam luasan tertentu, individu-individu suatu populasi dapat didistribusikan secara
seragam, acak, ataupun secara merumpun. Disrtibusi seragam jarang terdapat, hanya terajdi
apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan kuat
atau antagnisme antara individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-pohon
yang tinggal hampir mempunyai distribusi relatif atau distribusi seragam karena kompetsi untuk
mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy, 1986).
Analisis Transek merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat dalampengamatan
langsung lingkungan dan keadaan sumber-sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah
tempat mereka tinggal mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Dengan teknik analisis
transek diperoleh gambaran keadaan potensi sumberdaya alam masyarakat beserta masalah-
masalah, perubahan-perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya di gambar dalam
bentuk gambar atau diagram(Heddy, 1986).
.Manfaat transek yaitu menimbulkan perasaan senang karena merekadapat
memperkenalkan langsung pekerjaan, keadaan, pengetahuan danketerampilan mereka kepada
sesama petani dan orang luar bagi orang dalam(Masyarakat) penelurusan lokasi ini. Manfaat
lainya adalah untuk melihat dengan jelas mengenai kondisi alam dan rumitnya sistem pertanian
dan pemeliharaansumber daya alam yang dijalankan oleh masyarakat bagi orang luar. Kita dapat
belajar tentang cara masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam(Heddy, 1986).
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktiku ini adalah
· Transportasi
· Jas almamater
· Alat tulis
· Penggaris
· Kamera
· Soil tester
· Termohygro meter
· Altimeter
· Ph meter
· Lux meter
· Kertas plano
· Spidol
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
· Lahatatau lokasi yangakan diamati
· Vegetasi dan lingkungan sekitar tempat praktikum
B. Prosedur Kerja
Ø Tahap Persiapan
a. Sebelum dilakukan transek, sebaiknya dipersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan
untuk mengambil data-data yang sekiranya diperlukan. Dipersiapkan pula kelompok yang akan
mengikuti transek.
b. Lakukan kembali pembahasan mengenai tujuan pelaksanaan transek tersebut secara
detail sehingga pada saat di lapang tidak terjadi kesalahan
Ø Pelaksanaan
a. Sebelum berangkat, bahas kemabali maksud dantjuan kegiatan penelusuran lokasi serta
proses kegiatan yang akan dilakukan.
b. Sepakati bersama praktikan, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-
topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu, sepakati lintasan penelusuran.
c. Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama ), biasanya diambil dari titik terdekat
dengan kita berada pada saat itu.
d. Lakukan perjalanan dan amati keadaan disepanjang perjalanan. Biarkan petani
(masyarakat) menunjukkan hal-hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas
keadaannya. Didiskusikan keadaan sumber daya tersebut dan amati dengan seksama.
e. Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap titik pengamatan.
Ø Setelah Perjalanan
a. Bisa selama berhenti dilokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat utnuk setiap
bagian lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah
seluruh lintasan ditelusuri.langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut :
· Jelaskan cara dan proses membuat bagan.
· Sepakati lambing atau symbol-simbol yang dipergunakan untuk menggambar bagan transek.
Catat simbol-simbol tersebut beserta artinya disudut kertas. Pergunakan spidol berwarna agar
jelas dan menarik.
· Mintalah masyarakat untuk menggambarkan bagan transek berdasarkan hasil lintasan yang
telah dilakukan. Buatlah dengan bahan atau cara yang mudah diperbaiki atau dihapus karena
akan banyak koleksi terjadi.
· Selama penggambaran, tim PRA mendampingi karena pembuatan irisan ini cukup sulit
terutama mengenai perkiraan ketinggian (naik-turun permukaan bumi), dan Perkiraan jarak
antara satu lokasi drngan lokasi lain.
b. Pergunakan hasil gambar transek tersebut untuk mendiskusikan kebih lanjut
permasalahan dan potensi.
c. Buatlah catatan-catatan hasil diskusi tersebut.
BAB III
HASIL
A. Hasil Pengamatan
2
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum transek dilakukan di salah satu desa di Kecamatan Sumbang, Kabupaten
Banyumas, dengan mengamati ekosistem dan komunitas di salah satu wialyah pada tiga wilayah
yang berbeda,yaitu wilayah bawah, tengah, dan atas. Masing-masing wilayah diamati
vegetasinya, berdasarkan parameter yang telah ditentukan, pada tiga titik yang berbeda. Setelah
dilakukan pengamatan, hasil pengamatan dicatat dan dilakukan presentasi (pemaparan) serta
sharing data dengan kelompok wilayah lain sehingga didapat data dari tiga wilayah yang
berbeda.
Pengamatan dilakukan dengan berbagai macam parameter. Parameter yang digunakan mencakup
aspek topografi wilayah, pola budidaya, keadaan cuaca serta keadaan tanah. Parameter tersebut
dianggap mewakili keadaan keseluruhan dari ekosistem dan komunitas wilayah tersebut.
Dengan mengetahui keadaan wilayah, maka akan didapat informasi spesifik yang berguna dalam
penanganan masalah apabila terjadi suatu permasalahan.
Peralatan dalam praktikum ini digunakan yang mendukung parameter yang akan diamati.
Peralatan tersebut antara lain: pHmeter untuk menunjukkan pH tanah, altimeter untuk
menunjukkan ketinggian tempat, lux meter diguanakan untuk menunjukkan intensitas cahaya
dan termohidrometer untuk mengukur kelembaban suhu. Peralatan yang diapakai sebaiknya
secukupnya saja asalkan bisa mewakili parameter, karena pengamatan dilakukan di lapang
sehingga penggunaan peralatan yang berlebihan dalam segi kuantitas dapat mengganggu
jalannya pengamatan.
Hasil pengamatan pada lahan wilayah bawah didapat hasil cukup bervariasi, yaitu: 1) Jenis
tanaman yang dominan : padi jagung dan singkong ; 2) Pola tanam : monokultur dan tumpang
sari ; 3) pH tanah : 2-7,3 ; 4) tekstur tanah : lempung berpasir, liat berpasir, remah dan liat
berdebu; 4) kelembaban tanah : 13-65%; 5) ketinggian tempat : 170-300 m dpl ; 6) suhu rata-rata
: 23-30 oC ; 7) intensitas cahaya : 273-817lux ; 8) warna tanah : coklat kemerahan, coklat dan
coklat kehitaman; 9) permasalahan yang terjadi : gulma dan kurang pemeliharaan dan 10)sistem
irigasi : tadah hujan.
Hasil pengamatan pada lahan wilayah tengah didapat hasil cukup bervariasi, yaitu: 1) Jenis
tanaman yang dominan : kelapa, bambu dan pisang ; 2) Pola tanam : monokultur dan tumpang
sari ; 3) pH tanah : 6-7 ; 4) tekstur tanah : liat berpasir dan liat berdebu; 5) kelembaban tanah :
20-36%; 6) ketinggian tempat : 470-490 m dpl; 7) suhu rata-rata : 28-30 oC; 8) intensitas
cahaya : 230-812lux; 9) warna tanah : coklat kemerahan, coklat, dan coklat kehitaman; 10)
permasalahan yang terjadi : hama dan penyakit tanaman dan 11) sistem irigasi : tadah
hujan/nonteknis.
Hasil pengamatan pada lahan wilayah atas didapat hasil cukup bervariasi, yaitu: 1) Jenis tanaman
yang dominan : cabai, cengkeh, singkong dan kakao ; 2) Pola tanam : monokultur dan tumpang
sari ; 3) tekstur tanah : gembur, liat, dan lempung berpasir ; 4) kelembaban tanah : 15-33% ; 5)
ketinggian tempat : 500-620 m dpl; 6) suhu rata-rata : 23-32 oC; 7) intensitas cahaya : 249-
1018lux ; 8) warna tanah : coklat dan coklat kehitaman ; 9) permasalahan yang terjadi : hama
dan penyakit tanaman dan 10) sistem irigasi : tadah hujan
Data hasil pengamatan pada masing-masing wilayah jika dilihat dari gambar pengamatan,
menunjukkan ketidak seragaman data. Ketidakseragaman ini terjadi bukan pada masalah hasil,
namun lebih pada pin-poin parameter. Ketidakseragaman ini dapat disebabkan oleh keadaan
cuaca yang berbeda pada masing-masing wilayah. Perbedaan persepsi juga dapat menyebabkan
apa yang diamati itu berbeda. Kondisi alat juga sangat berpengaruh pada kevalidan data yang
diperoleh.
Pertumbuhan tanaman dan urutannya yang terjadi dalam suatu tahuan ditentukan oleh interaksi
iklim, tanah, tanaman dan pengelolaan. Suatu jenis tanaman akan tumbuh baik jika kebutuhan
minimum akan air, energi dan nutrient tersedia serta ada tempat untuk tumbuh. Setiap jenis
tanaman memerlukan susunan factor tumbuh tertentu untuk pertumbuhan yang optimal
(Wisnubroto,1999).
Sebagai salah satu faktor penting pada kegiatan budidaya pertanian, pengamatan
terhadap kondisi karakteristik tanah dirasa sangat penting. Berdasarkan hasil pengamatan ,
diperoleh data yang menunjukan sifat atau karakteristik tanah sampel dari berbagai tipe
ketinggain lokasi. Tekstur tanah dari semua lokasi memiliki jenis lempung berpasir terutama
terlihat jelas pada daerah atas, hal ini disebabkan karena rata-rata fraksi debu pada daerah dengan
kondisi yang miring akan mudah terbawa oleh aliran permukaan karena ukuran partikelnya yang
relative kecil serta ringan, sehingga pada daerah atas keberadaan fraksi debut cukup sedikit.
Menurut Kartasapoetra (1993), pada daerah dengan curah hujan yang tinggi, air hujan yang
menimpa tanah akan memberikan dua afek yaitu menghanyutkan bahan organic atau meresapkan
bahan organic kedalam tanah. Sehingga pH tanah pada lokasi atas lebih besar jarena bahan
organic tercuci ke areal yang lebih rendah yang mengakibatkan akumulasi bahan organic di
lokasi yang lebih rendah. Peristiwa itu pula yang menyebabkan warna tanah pada daerah bawah
sedikit lebih gelap dibandingkan warna tanah pada daerah atas, karena selain bahan organic
mempengaruhi pH tanah, juga mempengaruhi warna tanah. (Hardjowigeno,1993)
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah dataran tinggi di salah satu desa di Kecamatan
Sumbang, Kabupaten Banyumas (Gambar 1), telah terdapat berbagai macam vegetasi. Macam
vegetasi tersebut berupa kebun kakao beserta tanaman pendukung lainnya seperti cabai, jagung,
dan singkong. Namun tanaman yang paling dominan adalah tanaman kakao. Pada (Gambar 2)
daerah dataran tinggi dengan ketinggian 500-620 m dpl, suhu 23-32 °C, dan pH tanah 7 memang
cukup sesuai dengan pertumbuhan tanaman kakao yang dapat tumbuh subur. Tanaman kakao
untuk tumbuhnya juga memerlukan kondisi tanah yang mempunyai kandungan bahan organik
yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik
seperti struktur tanah yang gembur juga sistem drainase yang baik (Nugroho, 1999).
Tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran
tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm
dari permukaan tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao
menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat.
Perkembangan akar yang baik menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian berfungsi
sebagai organ penyerapan hara dari tanah. Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah
yang dalam. Permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga
tumbuhnya tanaman kurang kuat.
Pada dataran tinggi sistem pertanaman yang digunakan yaitu sistem tanam tumpangsari. Sistem
tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam
monokultur. Warsana 2009 menyatakan bahwa beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun
penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam
satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal, dan 5) kombinasi
beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan
hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan, dalam hal ini
kesuburan tanah.
Pola tanam tumpangsari bila ditinjau dari segi konservasi tanah tampaknya mempunyai
efektivitas yang lebih tinggi daipada monokultur. Sukmana dan Erfandi, (1988) mengemukakan
bahwa sistem tanam lorong (alley cropping) atau tumpangsari merupakan teknik yang dapat
menahan laju aliran permukaan dan mengurangi erosi tanah. Pada tanaman tumpangsari,
penutupan tanah oleh vegetasi lebih rapat dan waktunya lebih lama sehingga erosi diharapkan
akan lebih kecil.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah
· Praktikum transek dilakukan di salah satu desa di Kecamatan Sumbang, Kabupaten
Banyumas, dengan mengamati ekosistem dan komunitas di salah satu wialyah pada tiga wilayah
yang berbeda,yaitu wilayah bawah, tengah, dan atas. Masing-masing wilayah diamati
vegetasinya, berdasarkan parameter yang telah ditentukan, pada tiga titik yang berbeda
· Pengamatan dilakukan dengan berbagai macam parameter. Parameter yang digunakan
mencakup aspek topografi wilayah, pola budidaya, keadaan cuaca serta keadaan tanah.
Parameter tersebut dianggap mewakili keadaan keseluruhan dari ekosistem dan komunitas
wilayah tersebut. Dengan mengetahui keadaan wilayah, maka akan didapat informasi spesifik
yang berguna dalam penanganan masalah apabila terjadi suatu permasalahan
· Jenis vegetasi yang ada dari ke-3 tempat memiliki penempatan yang cukup optimal
berdasarkan dari ketinggian tempat yaitu pada dataran tinggi, sedang, dan rendah.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Admin,2008.MetodeTransek.http://www.indonesianbiodiversity.com/indexph
Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Heddy, Suwasono.2011.Analisis Vegetasi Tumbuhan. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal
06 April 2011, puku l 20.00 WITA.
Hardjowigeno, S. 1985. Klasifikasi Tanah dan Lahan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kartasapoetra, W. A.G., 1989. Kerusakan Tanah Pertanian. Bina Aksara, Jakarta.
Nugroho S.P.C. 1999. Pengaruh Penggunaan Lahan Perkebunan Kakao Terhadap Kondisi Hidrologi
DAS, Studi Kasus Sub DAS Gobeh-Wonogiri. Buletin Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta
No. V, 1, 1999, hal 53-63
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan
Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta,Jawa Barat,
Bogor. Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM
Press, Yogyakarta. Hal. 45-47.
Syafei. 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Umar, M. Ruslan, 2010. Ekologi Umum Dalam Praltikum.Universitas Hasanuddin. Makassar.
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. (On-line)
http://introduksi%20teknologi%20tumpangsar%20jagung%20 dan%20kacang%20tanahpdf
Diakses pada tanggal 27 april 2010.
Wisnubroto, S., 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitragana Widya, Yogyakarta