analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing
DESCRIPTION
Makalah untuk menyelesaikan tugas ekonomi mengenai analisa berita ekonomi.TRANSCRIPT
LAPORAN 19 Desember 2013
Analisis Berita
“Tiga Bulan ke Rp 12.000”
Oleh :
Afifah Nurul Hidayah 0131131367
Anthony 0131131233
Erica Gomulya 0131131374
Kevin Jayadi 0131131185
Michael Stefanus 0131131102
Stefan Wan 0131131118
Business J
m.k. Introductory Economics
S1 Prasetiya Mulya Business School
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
Nilai tukar yang tidak stabil dan cenderung berada dalam tingkat yang terdepresiasi
akan membawa dampak negatif dalam suatu perekonomian. Tidak stabilnya nilai tukar akan
dapat mendorong terciptanya ketidakstabilan harga, khususnya ketidakstabilan harga barang-
barang yang berasal dari impor.
Depresiasi nilai tukar yang terlalu besar akan mengakibatkan harga barang impor menjadi lebih
mahal dan secara keseluruhan dapat meningkatkan laju inflasi selanjutnya, inflasi yang terlalu
tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menurunkan kegiatan ekonomi. Selain itu,
depresiasi nilai tukar dapat memberatkan neraca perusahaan yang sumber pembiayaannya
berasal dari hutang luar negeri. Depresiasi akan mengakibatkan beban bunga dan pokok hutang
luar negeri dalam mata uang domestik menjadi semakin besar.
Nilai tukar merupakan variabel penting dari kondisi perekonomian suatu negara, sehingga
memerlukan perhatian agar variabel ini bergerak dalam keadaan stabil dan
dapat menunjang kegiatan perekonomian lainnya.
Analisis mengenai pergerakan nilai tukar Rupiah diperlukan karena nilai tukar mencerminkan kondisi
perekonomian suatu negara. Fluktuasi nilai tukar yang terlalu tinggi akan mengganggu kegiatan
perekonomian baik di sektor riil maupun moneter. Mengingat besarnya pengaruh dari fluktuasi nilai
tukar terhadap perekonomian, maka jelas diperlukan manajemen nilai tukar yang baik sehingga
pergerakan nilai tukar menjadi stabil, fluktuasinya dapat diprediksi dan perekonomian dapat tetap
berjalan dengan baik.
2
1. 1. STUDI KASUS
Kompas, 6 Desember 2013
Pada analisis kali ini, kami mengambil berita dari koran Kompas, 6 Desember 2013 mengenai
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Pada berita ini dijabarkan mengenai nilai tukar
rupiah yang menyentuh posisi terlemah baru sepanjang tahun 2013 pada kamis (5/12), yakni Rp
12.018 per dollar. Menurut data pada Bank Indonesia, perlu waktu 3 bulan sejak rupiah menembus
Rp 11.093 pada 4 September 2013 hingga melewati Rp 12.000. Sebelumnya, nilai tukar terlemah
adalah pada 10 Maret 2009 dengan nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.040 per dollar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Ahmad Johansyah mengaku tingginya
permintaan dollar AS, terutama oleh korporasi. Namun, BI sudah mengantisipasi hal ini secara
langsung untuk menjamin ketersediaan dollar AS di pasaran.
3
Namun, BI yakin pelemahan ini hanya bersifat sementara. Hal ini dikarenakan para eksportir
yang menyimpan dollar AS mulai melepas dollar AS ke pasar, sehingga persediaan atau supply
meningkat.
Walaupun merupakan nilai tukar rupiah menyentuh posisi terlemah, pada akhir pecan lalu
sempat menguat dari Rp 11.900-an menjadi Rp 11.830 per dollar AS pada Selasa (3/12). Penguatan
terjadi setelah BPS (Badan Pusat Statistik) mengumumkan neraca perdagangan yang surplus 42,4
juta dollar AS, dan inflasi November yang hanya sebesar 0,12 persen (tergolong rendah).
Selain itu, keyakinan BI bahwa pelemahan ini hanya bersifat sementara didukung dengan
utang luar negeri pemerintah, bank sentral, dan swasta yang per September 2013 mencapai 259,867
miliar dollar masih dapat dikelola. Hal ini ditunjukkan bahwa untuk pembayaran hutang, hanya
sebagian kecil yang memerlukan dollar AS saat ini. Sebagian sudah menyiapkan kebutuhan dollar AS
itu jauh-jauh hari.
Likuiditas di pasar valas juga hanya sekitar 500 juta dollar AS per hari, yang angka ini cukup
kecil dibandingkan dengan permintaan pasar. Misalnya jika dibandingkan dengan ekspor yang
sekitar 15 miliar dollar AS per bulan. Begitu juga dengan impor yang rata-rata 15 miliar dollar AS per
bulan.
Ditambah lagi, ekonom Standard Chartered Indonesia, Eric Alexander menyatakan
pelemahan rupiah kali ini sifatnya psikologis. Investor pasar keuangan, terutama lokal, sedikit panik.
Ditambah lagi, masih ada eksportir yang menahan dollar AS.
Industri
Menurut direktur utama PT ADhi Karya (Persero) Tbk Kiswodarmawan, pengaruh pelemahan
rupiah ada terhadap industry ada, tetapi kecil. Pengaruh kenaikan dollar ada untuk proyek yang
carry over atau berkelanjutan. Sedangkan, proyek-proyek baru pada bidang industri telah
disesuaikan dengan nilai tukar yang baru.
Masyarakat
Bagi masyarakat, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak terhadap harga yang lebih mahal.
Hal ini didukung dengan masih banyaknya barang modal dan bahan baku yang di impor.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah
satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum,
intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang
apabila mengalami kesulitan likuiditas.
2.1. 1. Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi
atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money
policy)
2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
2.1. 2. Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,
yaitu antara lain:
5
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang
mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk
membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.
6
2.1. 3. Tujuan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank
Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter
dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting
Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).
Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem
keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk
mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar
pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan
kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar
atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik
rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat
melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
2.2. PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
2. 2. 1. Permintaan Uang
Permintaan uang adalah jumlah unit moneter yang ingin dipegang sebagai harta
tunai. Permintaan uang dipengaruhi oleh tiga hal. Ketiga hal ini pada prinsipnya
sejalan dengan teori pendapatan yang dikemukakan oleh J.M Keynes.
1. Kebutuhan bertransaksi
Terkait dengan fungsi uang sebagai alat tukar, kita menggunakan uang untuk
membeli barang atau jasa atau untuk membayar tagihan. Jika pendapatan naik, nilai
barang yang kita beli akan naik sehingga kita membutuhkan lebih banyak uang
untuk bertransaksi.
7
2. Kebutuhan berjaga-jaga
Kebutuhan ini dipengaruhi oleh biaya menyimpan uang, yang ditentukan oleh
tingkat bunga. Dalam hal ini fungsi uang adalah sebagai penyimpan kekayaan.
3. Kebutuhan berspekulasi
Spekulasi berarti melakukan sesuatu atas dasar ramalan perubahan nilai harta di
masa depan. Jika seseorang melakukan spekulasi terhadap asetnya, tentu dengan
sendirinya mengurangi permintaan uang. Sebaliknya, jika orang tersebut kurang
berani berspekulasi, dia akan memilih menyimpan uang, yang merupakan aset
paling aman untuk disimpan sebagai harta.
2. 2. 2. Kurva Permintaan Uang
Salah satu hal yang memengaruhi permintaan uang adalah biaya penyimpanan uang,
yang ditentukan oleh tingkat bunga. Orang akan menyimpan uangnya jika tingkat
bunganya lebih tinggi daripada keuntungan menggunakan uang dalam kegiatan
ekonomi atau membeli aset lain. Jadi, jika tingkat bunga meningkat, permintaan atas
uang akan turun dan sebaliknya. Permintaan uang turun ketika tingkat bunga
meningkat karena orang tertarik menyimpan uang yang dimilikinya. Uang menjadi
produktif karena digunakan untuk kegiatan ekonomi riil. Jumlah uang yang diminta
sebagai penyimpan nilai kekayaan tergantung pada tingkat bunga.
2. 2. 3. Pergeseran Kurva Permintaan Uang
Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan uang ke kiri atau ke kanan
adalah tingkat bunga riil, nilai kekayaan masyarakat, dan perubahan pendapatan
nasional.
Jika ada perubahan dalam kekayaan, permintaan uang akan meningkat. Begitu pula
jika kekayaan menurun, permintaan uang akan menurun. Perubahan kekayaan
masyarakat dapat merubah kebutuhan bertransaksi, kebutuhan berjaga-jaga, dan
kebutuhan spekulasi.
Jika pendapatan nasional dan produk nasional meningkat, kurva permintaan akan
bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika pendapatan dan produk nasional menurun, kurva
akan bergerak ke kiri.
8
2. 2. 4. Penawaran Uang
Penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian.
Kebijakan moneter bertujuan untuk mengatur penawaran uang atau mengatur uang
yang beredar. Oleh karena itu, penawaran uang merupakan tugas pemerintah
melalui Bank Indonesia.
2. 2. 5. Kurva Penawaran Uang
Kurva penawaran uang umumnya mempunyai slope positif. Seperti halnya kurva
permintaan uang, jumlah uang yang beredar dipengaruhi oleh tingkat bunga. Jadi,
semakin tinggi tingkat bunganya, semakin banyak jumlah uang yang beredar. Dan
begitu pula sebaliknya.
Kurva penawaran uang digambarkan dengan slope positif karena, sebagai contoh,
bank akan lebih terpacu untuk memberikan kredit kepada dunia usaha jika tingkat
bunga lebih tinggi, dibandingkan jika tingkat bunga rendah. Hal ini karena
keuntungan meminjamkan uang akan lebih besar ketika tingkat bunga tinggi.
Dengan demikian, perubahan tingkat bunga akan menyebabkan pergerakan jumlah
uang beredar di sepanjang kurva MS.
2.3. NERACA PERDAGANGAN
Menurut IMF dalam Hadi (2002) neraca pembayaran adalah suatu catatan yang
disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang
atau jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu Negara
dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu.
Batiz dan Batiz (1994) menyatakan neraca pembayaran merupakan suatu catatan atas
semua transaksi antara penduduk domestik dan warga negara asing untuk periode
tertentu, biasanya satu tahun. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry book
keeping yaitu dengan menggunakan debit dan kredit. Dengan total debit dan kredit yang
telah diestimasi oleh suatu negara maka akan dapat diketahui apakah sebuah Negara berada
dalam posisi surplus ataupun defisit.
Neraca pembayaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Neraca berjalan, merupakan taksiran internasional terhadap pertukaran barang dan jasa
sebuah negara. Saldo pertukaran tersebut (balance of trade) merupakan
9
perbedaaan antara jumlah ekspor dan jumlah impor barang dan jasa. Saldo barang danjasa juga
termasuk jumlah bersih dari pembayaran bunga dan deviden yang
dibayarkan oleh investor asing dari investasi asing, demikian juga dengan transaksi yang
dilakukan oleh turis asing dan transaksitransaksi lainnya. Unsur dari current account juga
termasuk unilateral transfer yang ada kaitannya dengan hadiah dari
pemerintah (private gift) dan donasi (grant).
2. Neraca Modal, mencatat semua transaksi international yang melibatkan berbagai
macam instrumen keuangan. Transaksi tersebut dapat terdiri dari investasi
international, baik untuk jangka pendekdan jangka panjang seperti Foreign Direct
Investment dan pembelian surat berharga, saham yang dibeli oleh investor asing (financial
account), aset keuangan dan liabilitas.
10
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1. PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supply-
demand) atas mata uang tersebut. Ketika demand dari sebuah mata uang meningkat, sementara
supply dari mata uang tersebut tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau
penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka
nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran
atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi, sementara permintaan atasnya
rendah.
1) Investasi perusahaan asing keluar
Kenapa investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang sering disebut
adalah karena rencana the Fed (bank sentral AS) untuk mengurangi Quantitative
Easing (QE). Rencana ini dinyatakan oleh Ketua the Fed, Ben Bernanke, di depan Kongres AS
pada 22 Mei 2013. Tidak lama setelah itu, mata uang di beberapa negara emerging
markets pun anjlok (lihat Grafik 1). Yang dimaksud dengan QE di sini adalah program the Fed
untuk mencetak uang dan membeli obligasi atau aset-aset finansial lainnya dari bank-bank di
AS. Program ini dilakukan untuk menyuntik uang ke bank-bank di AS demi pemulihan diri
pasca-krisis finansial 2008.
Rencana pengurangan QE memberikan pesan bahwa ekonomi AS menyehat. Karenanya,
nilai tukar obligasi dan aset-aset finansial lain di AS akan naik. Inilah ekspektasi para investor
portofolio yang mengeluarkan modalnya dari negara-negara emerging markets. Mereka
melihat bahwa di depan, investasi portofolio di AS akan lebih menguntungkan daripada di
negara-negara emerging markets. Dalam tiga bulan terakhir, yield obligasi jangka panjang
pemerintah AS sendiri telah naik. Sebagai contoh, yield obligasi 10-tahun pemerintah AS
yang menjadi benchmark, naik sekitar 125 bps dalam tiga bulan terakhir.
11
Keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi
portofolio asing ini menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor
menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya,
terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah. Adapun indikasi dari keluarnya investasi
portofolio asing ini bisa dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung
menurun seiring dengan kecenderungan menurun dari Rupiah.
2) Neraca nilai perdagangan Indonesia yang deficit
Yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca
nilai perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor. Seperti
di dalam tabel dibawah ini, defisit neraca nilai perdagangan Indonesia selama Januari-Juli
2013 adalah -5,65 miliar Dollar AS. Sektor nonmigas sebenarnya mengalami surplus 1,99
miliar Dollar AS. Namun, surplus di sektor nonmigas tidak bisa mengimbangi defisit yang
sangat besar di sektor migas, yakni sebesar -7,64 miliar Dollar AS.
3) Ekspor-impor
Dinamika ekspor-impor memang bisa berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor
meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya
terjadi pertukaran mata uang negara tujuan dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran
ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang
negerinya agar bisa ia pakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran
atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang
negara importir dengan mata uang negara asal. Karena selama Januari-Juli 2013, impor
Indonesia lebih kecil daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar
Rupiah.
12
3.2. Apa Dampak Melemahnya Rupiah?
Apa dampak pelemahan Rupiah? Ketika nilai tukar sebuah mata uang melemah, maka yang
biasanya terkena dampaknya adalah harga komoditi impor, baik yang menjadi obyek konsumsi
maupun alat produksi (bahan baku dan barang modal). Karena harga komoditi impor dipatok dengan
mata uang negara asal, maka jika nilai mata uang negara tujuan jatuh, harga komoditi impor akan
naik. Misalnya, jika di Indonesia, nilai tukar Rupiah jatuh sebesar 10% dari 1 Dollar AS = 9.000 Rupiah
menjadi 1 Dollar AS = 9.900 Rupiah, maka harga komoditi impor pun akan naik sebesar 10%.
Komoditi yang harganya Rp1,5 juta akan naik Rp150 ribu menjadi Rp1,65 juta.
Dari data BPS, kita bisa lihat inflasi di bulan Juni adalah 1,03 persen, lalu meningkat menjadi
3,29 persen pada Juli. Sementara, pada bulan Agustus, inflasi menurun menjadi 1,12 persen. Inflasi
tahun kalender (Januari-Agustus) 2013 adalah 7,94 persen dan ini merupakan inflasi tahunan
tertinggi sejak 2009. Untuk barang konsumsi, yang harganya akan naik bukan hanya barang-barang
konsumsi impor, namun juga barang-barang konsumsi yang diproduksi di dalam negeri, tetapi
(sebagian besar) alat-alat produksinya, terutama bahan bakunya, impor. Harga tahu tempe,
misalnya, naik 20-25 persen, karena bahan bakunya berupa kedelai diimpor.
Banyak yang terkena dampak dari kenaikan harga komoditi impor ini. Pertama adalah
konsumen, terutama konsumen kelas bawah, sejauh pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi
kenaikan harga barang. Kedua, pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari
importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut.
Misalnya, belakangan ini, para importir bahan kebutuhan pokok di Batam sudah menghentikan
aktivitas usahanya. Ketiga, para usahawan yang berorientasi pasar dalam negeri, namun alat-alat
produksinya, terutama bahan bakunya, impor, seperti pengusaha tekstil, alas kaki, kemasan, dan
sebagainya. Keempat, rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga
barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat
produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri (dibahas di bawah), dan penyusutan pasar dalam
negeri.
Namun turunnya nilai Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor
saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri,
karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing. Logikanya sama dengan dampak
elemahan Rupiah pada komoditi impor. Jika di Indonesia, nilai tukar Rupiah berbanding Dollar AS
jatuh sebesar 30%, maka nominal Rupiah dari utang yang dipatok dalam Dollar AS akan naik sebesar
30%. Sampai dengan Maret 2013, total utang luar negeri Indonesia adalah 254,295 miliar Dollar AS,
13
dengan utang pemerintah dan bank sentral sebesar 124,151 miliar Dollar AS serta utang swasta
sebesar 130,144 miliar Dollar AS.
Walaupun demikian, ada beberapa sector yang mengalami keuntungan. Jika mata uang
suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian
besar) berasal dari dalam negeri. Misalnya, PT Energizer Indonesia yang memproduksi baterai
Eveready yang sebagian besarnya diekspor, eksportir udang, dan eksportir kakao di Sulawesi Selatan.
Namun, ini tidak berarti seluruh sektor ekspor Indonesia untung, karena banyak komoditi ekspor kita
yang ditopang oleh bahan baku impor, sehingga keuntungan yang didapat dari kenaikan harga
barang ekspor itu “dibatalkan” oleh harga bahan baku impornya yang mahal
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Dengan semua data dan hasil analisis yang dilakukan, maka kami dapat mengambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
Kenaikan dari harga Dollar AS dikarenakan beberapa faktor:
1. Keluarnya investor-investor asing di Indonesia
2. Neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit
3. Impor lebih besar daripada ekspor di Indonesia
Dampak yang disebabkan oleh kenaikan harga Dollar AS adalah:
- Dampak negatif:
1. Harga komoditi impor naik
Konsumen kelas bawah tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang
Pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor (importir sampai pengecer)
akan menghentikan aktivitas usahanya
Para usahawan yang mengimpor bahan baku atau alat produksi keuntungannya
menipis bahkan rugi
Rakyat pekerja terkena dampak dari sisi harga barang dan gaji
Inflasi tahunan yang meningkat -> harga barang naik
2. Kenaikan utang luar negeri Indonesia, karena utang luar negeri dipatok dengan mata
uang asing
- Dampak positif:
1. Sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalam negeri akan
mengalami keuntungan
2. Bagi TKI yang bekerja di luar negeri dapat mengirim uang dalam jumlah yang lebih
besar kepada keluarganya di Indonesia
3. Bagi sektor pariwisata, turis mancanegara akan terlihat lebih murah dan dapat
menarik minat para turis
15
4.2. SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk menstabilkan atau minimal mengurangi dampak
dari kenaikan nilai tukar rupiah adalah:
1. Untuk pemerintah
Dengan mengurangi jumlah uang beredar yang ada di masyarakat dengan menggunakan
kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu menaikkan suku bunga bank
oleh Bank Indonesia, menaikkan cadangan wajib, dan menjual surat-surat berharga
seperti SBI, ORI, dan lainnya.
2. Untuk pengusaha
Dengan mengurangi jumlah impor seperti membeli bahan baku, barang modal, dan alat
produksi dan menambah jumlah ekspor.
3. Untuk masyarakat
Masyarakat harus mengutamakan konsumsi produk-produk dalam negeri, dan tidak menjadi penghianat bangsa dengan memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah sebagai ajang memperkaya diri sendiri.